-56-
PENGARUHKEMAJUANIPTEK TERHADAPKEBERADMN DAN KEHIDUPANMASYARAKATDAN AGAMA MENYONGSONG ABAD }Oil
(Suatu Tinjauan Pendidikan)
Oleh: Prof. H.A.R. Tilaar
Makalah
untuk
Diskusi Pandaan,
Panel pada Konven Pendeta 18 Februari
1988
GPIB
-57-
DAN I(HIIDI,PA}.I PENGAR{JH I(EV'PJUAN IPTEK TERHADAP KEBERADAAN ASADn(I MASYARAKAT DANAGAMAMENYONGSONG Suatu Tinjauan Pendidikan 01eh: Prof. H.A.R. Tilaar (l{akalah diskusi panel pada Konven Pendeta GPIB) Pandaan, 18 Febr. 1988
PB{GANTAR Ramal meramal masa depan merupakan sifat di satu pihak manusia itu duparnya, di
lain
nanusiawi yang menandakanbahwa
ingin mempunyairasa kepastian atas hidup dan kehi-
pihak nenunjukkan adanya rasa ketidakpastian
sendiri . atas ketidak-berdayaannya. Rasa kepastian itu
manusia itu
coba diambilnya dari
berbagai sunber, dari agamadan/atau kepercayaannyaatau dari dirinya
sendiri
berupa kernajuan akal dan daya penalararurya, atau ia putus asa dan ingin melarikan ini.
diri
dari
ketidak-mampuannya untuk menentukan eksistensinya
Di dalarn keadaan yang serba tidak
menentu itu
pada sisi
mempunyai pedang
yang satu ia memberikantebasan-tebasan yang menguak
dunia baru yang penuh potensi untuk meningkatkan taraf menghancurkan kehidupan itu pada sisi
dunia
seakan-akan muncul seekor
binatang penyelamat yang bernana IPTEK. Binatang IPTEK ini bermata tiga:
di
hidup manusia ataupun
dengartipenemuan-penemuannya di
bidang teknologi,
yang lain IPTEKmembukakegirisan baru bagi manusia terhadap rahasia
alam semesta yang tidak atau belurn terjangkau oleh daya penalarannya yang terbatas, sedangkanpada sisi
yang ketiga kemajuan IPTEK telah membawa goncangan
hidup sosial dan budaya manusia itu sendiri, terhadap pegangan-pegangan suk kepercayaannya.
terma-
1 -58-
I. TERORMASADEPAN rrTeror Masa Apa yang dikemukakan dimuka dapat dirangkum dalarn pengertian Depan'r seperti yang dirisaukan oleh sementara kaun futuris. tiran
Berbagai kekhawa-
muncul menghantui kelanjutan keberadaan manusia yang dapat digolongkan
pada masalah makanan, enersi, bahan baku, pengrusakan lingkungan karena keserakahan nanusia. Ke empat teror kualitas
ini
tekanan pertumbuhan penduduk serta
akibat
manusia dan taraf kehidupan yang beragarndipelbagai penjuru dunia. Di
tengah-tengah kemelut ini muncullah peranan IPTEK, yang disamping efek-efeknya yang negatif,
memberikanbanyak harapan untuk menanggulangimasalah pokok ma-
nusia dewasa ini:
penkepapaan di bagian besar dunia yang sangat mendambakan
dapatan yang lebih memadaiuntuk memperolehkebutuhan dasal manusia yaitu mekanan cukup, kesehatan yang merata dan terjangkau, pendidikan yang meningkatkan pengetahuan serta taraf hidup, pemukimanyang manusiawi, lingkungan yang sehat serta yang menjaminpertumbrtlan selanjutnya (sustained growth). Tidak threattr).
semua futuris
setuju
terhadap
teror
Ada sementalt I'nabitt melihat jalan keluar:
masa depan ("doomsday sementara ahli
tersebut
neragukan sikap fatalisme seperti yang diungkapkan oleh The Club of Romeyang kesohor itu.
Golongan optimis itu menyatakahbahwa apa yang kurang pada ramal-
an-ramalan para futuris-pesimis
ialah golongan pesimis itu
kurang atau tidak
manusia untuk memilih jalan hidupnemberi tempat pada kebebasandan kemampuan nya. Ivlemangbenar bahwa manusia dibatasi
oleh berbagai keterbatasan namun di
dalam keterbatasan itU ada tempat dirnana manusia ikut berperan untuk ikut me. nentukan gerak arah masa deparmya sendiri, tahuan dan teknologi.
Sebaliknya
kita
termasuk pemanfaatan ilmu pengetidak
perlu
menyetujui
Julian Simon dan HermanKahn yang biasa digelari pandangan-pandangan
sepenuhnya golongan
'rcornucopian" yang antara lain berpendapat bahwa masa depan akan cerah karena
-59-
teknologi
yang akan memecahkansendiri
masalah-masalah penduduk serta
masa-
'rbuta nilai'r. lah-masalah lingkunganrrya. Mengenai IPTEK itu sendiri memang
IPTEK itu sendiri tetap
mun sebagai hasil upaya nalar manusia' Penerapanhasil
tanggung jawab manusia, dan oleh sebab itu berada dalam r,eawasan kan buta-nilai.
Na-
IPTEK itu
bu-
01eh sebab itu ditengah-tengah optimisme manusia terhadap pe-
ranan IPTEK yang boleh jadi merupakan harapan utama urnat nanusia dimasa depan, 1) apalagi perlu mulai ditunbuhkan apresiasi nilai generasi muda sejak dini, kemajuan IPTEK seperti bioteknologi mulai menjanah sendi-sendi kehidupan etis manusia.seperti masalah keturunan dan kelanjutan keturunan, keorangtuaan, konsep tentang pembauaandan sebagainya, termasuk akibat katastropik
dari
alat
pembunuhyang dapat melenyapkankehidupan manusia itu sendiri.2)
SOSIAL KTX{IDUPAN IMPAKKWAJUANIPTEK DAI.AI\,{
II.
Disamping impaknya yang positif, paruh ke dua abad XX telah
kemajuan IPTEK yang luar biasa dalam kehidupan umat manusia.
menggoyahkansendi-sendi
I
L$nbaga-lembagamasyarakat terasa sudah tidak salih
lagi
nidalam menampung
I
l4i-nilai sdrta
yang baru. Nilai-nilai
tradisional
yang menyemenlembaga, organisai,
tatacara kehidupan perseorangan naupun kehidupan bersama mulai rontok
daln mengarah kepada "kebudayaan McDonald'r atau dfrs yang homogin. Proses homoginisasi itu
ttfast food" sang Kolonel San-
bak gelombangmelanda tepian yang
sdmakin menjorok ke dalam, meninggalkan manusia itu
terkatung-katung tanpa
pNganganyang bukan tidak mungkin dibawah arus ke samuderalepas.
I)
Lindsey Grant, I'The Cornucopian Fallacies, THE FUIURIST, August 1985.
z.
Michael l1r. Fox, ItGenetic Engineering, Cornucopia or Pandora's Box ?", Tlm FLTIURIST,January - February 1986.
the lvfyth of Perpetual Growth,
-60-
Qrganisasi-organisasi organisasi
itu
sosial
mulai kehilangan maknanya yang mengikat karena
ditemukan3) di dalarn sqatu konteks kehidupan sosial yang sa-
ngat berbeda. Inilah
yang disebut
conger perlunya rrsosial inventionrr dalam
mencari dan dapat memberi jawaban terhadap perkembangansosial. sial
ini
meliputi
prosedur sosial dan organisasi sosial.
lah sebagai organisasi
sosial
Sebagai contoh, seko-
ditemukan dalarn kebudayaan Sumer (2500 tahun
S.!1,). Menurut pendapat para ahli meskipun penemuansosial satu yang tertua dewasa ini
Penemuanso-
ini
termasuk salah
dalan kebudayaan umat manusia, namun dimasa kemajuan IPTEK
perkembanganlembaga sekolah sangat lamban dan selalu
tertinggal
dari kemajuan sosial budaya karena adanya kecenderunganke arah proses homoginisasi dengan mematikaninisiatif
individu.
yang menjadi sumber segala penemuan sosial
Padahal inisiatif
individu inilah
dan tentunya juga pengembangan
IPTEK. Barangkali demikian pula halnya dengan organisasi agamasebagai lembaga sosial yang muncul pada.kebudayaan Sumer sekitar
400 tahun sM dimana profesi
kependetaan rnuncul dari kelompok-kelompokrahasia (secret societies)
yang me-
megangmonopoli dalam kghidupan pertanian dan upacara-upacara yang berkaitan dengan itu. sosial sudah dikenal lebih dari 6000 tahun dalam kebuPenemuan-penemuan itu dayaan urnat manusia, dan penemuan-penemuan
semakin terasa
diperlukan
akibat perubahan-perubahanyang sangat cepat dalam kebudayaan manusia dewasa ini
akibat kemajuan IPTEK. l"lasalah pokok dalam setiap penemuansosial
ialah
proses ujicoba sampai kepada pelembagaanhasilnya. Biasanya manusia, apalagi
3)
D. Stuart Conger, "Social Inventions'r, dalam 1999 The World of Tomorrow, Dalarn tulisannya itu di jelaskan 12 tahap penemuansosi,al sampai pada peconcept study, exploratory development'. prototype laksanaannya yaitu: study, advanced development, program expe,rimentation, developmeni, iilot program formaiization, field test, operational systems development, demonitration project, dissemination, installation.
.
rnemperoleh derajat
yang telah
putih
laboratoriutn percobaan. Kesulitan
ini
telah dihidupkan rasS kebutuhan
dapat dihindarkan apabila masyarakat sendiri terhadap penemuansosial itu.
menolak praduga
pendidikan yang cukup tinggi,
sebagai tikus
bahwa manusia itu
-61 -
Apabila pada masyarakat primitif
rasa kebutuhan
itu melalui kekuasaan baik alarniah maupundijabarkan dari kekuasaan super nadalam nasyarakat modern yang terbuka' penemuansosial
tural,
itu dapat dihi-
dupkan melalui musyawarahdan mufakat. Kesenjangan antara kemajuan IPTEK (pembangunan) dengan sarana-sarana sosiat di negara-negara berkenbang semakin teitu rnemrasa termasuk di Indonesia. Kini semakin didambakanagar pembangunan punyai wajah manusiawi atau pembangunan-yang-berbudaya.Hal ini
kehilangan subyeknya dalam proses pembangunan itu
nanusia tidak
adalah sekaligus pelaku dan tujuan sosial
pembangunanitu
sekolah, gereja, perlu ditinjau
seperti
sendiri.
bahwa
karena dia
Sarana-sarana
kembali peranan, fungsi,
dan
untuk dapat melaksanakan peranan yang baru yang lebih sesuai.
strukturnya
III.
berarti
I\.{ANFAAT IPTEK IERHADAPKE}IIDI,PANBUDAYADANAGAIVIA Seperti
telah merobek-robek sekat pemisah dalan kehidupan manusia, baik
antara lain sekat itu
yang telah dikemukakan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
bersifat
dan bukan tidak
geografis,
ukuran-ukuran moral regional
nungkin termasuk sikapnya terhadap agama dan kepercayaarnya
dengan mempertanyakankeabsahan nilai-nilai hidup selama ini. pula sifat-sifat positif
dari
Namundemikian di, balik yang positif.
agama yang memberikarmyapegangan dampak negatif
Dalam kaitan
ini
tersebut'
terdapat
dapat disebutkan pengaruh
kemudahanmemperolehinformasi yang dapat dikatakan tanpa batas
yang sangat pasti gilirannya
sampai universal,
akan mengubah horizon
cara berpikir
akan berpengaruh dalam perkembangan pribadinya,
manusia yang pada persepsi
terhadap
-62-
sedang menuju pada masyarakat pasca industri
dan agama. Kita
nilai-nilai
atau masyarakat informasi (Koyama, 1968), abad sibernetika,
(Gailbraith),
(Marshall
elektronika
Mcluhan, 1964),
masyarakat ilmu
abad
pengetahuan (Peter
(Zbignieuw Brzezinski,
1970), atau ma-
syarakat telematik (Nora € Minc, 1980), atau abad Infoglut
(Marien' 1982).
Drucker 1969), masyarakat teknotronik
Alfin
dari masyarakat industri
tiga yaitu kat industri
ke masyarakat informasi. Apabila masyara-
boleh dikatakan relatif
telah siap menerima goncangan gelombang
maka rnasyarakat negara b,erkembangsepelti
ketiga,
gelombang itu
tiga
sedang memasuki GelombangKe-
mengatakan bahwa dunia dewasa ini
Toffler
baik dalam arti
Indonesia mgngkin mengalami
sekaligus sehingga dampaknyasungguh akan sangat dahsyat
positif
maupunnegatif.
Brewer4) rnengidentifisir dalam menghadapikrisis-krisis
empat sikap yang biasanya diambil
oleh agama
dunia. Pertama, sikap agama secara tradisional
mengambil sikap verbal.mengenai masalah-masalahmoral dan etis yang berkaitan. Biasanya sikap ini kap amelioritis
tidak mempunyaidampakyang berhasil.
seperti
berbagai jenis
bantuan sosial
sikap kedua ialah siyang hanya menecahkan
masalah struktur masalah secara simptomatik namun tidak memecahkan bagaan krisis tertentu akhir
itu
sendiri.
Sikap berikutnya
ialah
ingin
secara ad hoc misalnya nasalah-masalah rasial,
memecahkanmasalah dan sikap yang ter-
ialah agamaatau lembaga-lembagakeagamaanmenarik diri
dan membentukghetto kesibukan sendiri sikap-sikap ini
dan pelem-
dari krisis
terlepas dari dunia luar.
itu
Dikhawatirkan
agaknya akan berkelanjutan dan dengan demikian agamaakan men-
iadi salah satu masalah sosial di abad )(XI.
4)
Earl D.C. Brewer, rrA Religious FUTURIST,JulY - August 1986.
Vision
for
the
ZIst
Century'r,
TI{E
-oJ-
Bagaimanakah agama dapat rnemainkan peranan yang positif kehidupan manusia yang dilanda
gelornbang perubahan akibat
dalam keadaan
IPTEK? Berdasarkan
skenario Brewer tersebut di atas, disarankan langkah-langkah sebagai berikut: fuama tidak akan terlepas dari gelombangketiga yang sedang melanda dunia. Sebaliknya kemajuan IPTEKdimanfaaikan dalan memantapkan tugas dan fungsi agama. Akibat
IPTEK, keterikatan
nanusia dalam keberadaannya akan kembali
rrgemeinshaftrr, kepada kelompok masyarakat yang kecil dinulai
dari dan dalam somah(nuclear family).
kepada
yang intim yang tentunya
IPTEKselain mempersatukanu&at
manusia karena kemajuan teknologi komunikasi dan informasi,
sekaligus membawa atau jati
manusia kepada suatu sikap polarisasi
untuk mencari identitas
nya. Juga dalan proses jati
diperlukan peranan penting IPTEK. Untuk
proses jati
diri
diri
ini
diperlukan informasi yang sesuai serta forurn komunikasi untuk
newujudkan hasil penemuanproses jati
itu.
diri
,itu.
Agamayang secara tradisional
dan moral jangan sampai kehilangan peranannya da-
menjadi sumber pedomanetik lam proses jatidiri
diri-
Hal ini
berarti
bahwa agamaperlu menyiapkan, menyr-
sun dan menyebarkan informasi
dan pengetahuan dan teknologi
yang mempercepat
dan memperkuatproses jatidiri
itu dengan membekalinilai-nilai
yang cocok de-
ngan perubahan sosial
serta yang dapat ditrapkan dalam lingkurgan tatap nuka
keluarga atau masyarakat setempat. Dengandemikian sikap isolasi hadap agamaserta isolasi
agamasebagai lembaga institusional
individu
ter-
terhadap krisis
kehidupan akan dapat diatasi.
I Ada sementara kaun fundamentalis yang mencurigai kemajuan IPTEK yang dianggap mereka akan membawa ke arah sekularisme. Namurndemikian Stark dan Bainbridge menantang asumsi tersebut;
5)
sekularisme tidak akan menghapuskanagama. Menurut
Rodney Stark, William S. Bainbridge, The Future of Religion : Secularization Revival, and Cult Formation, Un@ 1985..-
-64-
antara agana dan sekularisasi.
yang dinanis
adanya proses interaksi
ialah
asumsi nereka apa yang terjadi
Hasilnya ialah agamaitu lebih berorientasi
niawi sehingga akan diperoleh kehidupan agamawiyang betul-betul dupan rnanusia karena proses sekularisasi
du-
mengenakehi-
akan membatasidua proses yang berla-
wanan ialah proses tumbuhnya gerakan kembali kepada ortodoksi
atau fundamenta-
lisme dan proses inovasi, yang kedua-duanyadapat merugikan kehidupan beragama yang murni. Kritik
yang dilontarkan
terhadap pendapat Stark dan Bainbridge
rrorgaialah kenyataan adanya kaitan antara melunturnya kePercayaan terhadap nized religion"
setingkat dengan pelbaikan pendidikan. Dalam hal ini
pula tugas yang sulit
dalam mengembalikanperanan agama di dalam masyarakat
maju teknologi apabila informasi yang diterina misalnya dengan kemajuan IPTEK, kecuali tertuju Dan hal
Para penganut tidak sesuai lagi
apabila nilai-nilai
tidak
mungkin dalam abad informasi
ini.
hanya
agama itu
kepada manusia yang berpendidikan rendah atau berinteligensi ini
terletak
Di sinilah
rendah.
pula titik
singgung yang penting antara pendidikan dan agama. Pendidikan di abad informasi ini
sekat-sekat yang menghalangi perkembanganintelektual akan menembus
nusia. Dalafir kaitan ini,
trcogito ergo surnttdari Ren6 Descartes mempgnyairele-
vansi J.agi. ialah manusia itu dirinya
ma-
dengan akalnya diharapkan akan lebih menyadari
atau keberadaarmya. Menyadari akan keberadaannya tentulah
masih meru-
pakan Sesuatu posisi yang netral dan tergantung pada kearah manakesadaran itu akan diaralrkan. KemajuanIPTEK serta akses manusia untuk memperolehinformasi mengenai kernajuan itu akan mengubahdimensi kesadaran manusia. Apabila sesuatu yang dulunya dianggap pasti kini nenjadi tidak pasti dan mencari kepastian baru. Di dalam proses ini lau materi
itu
tidak perlu materi yang lama itu dibuang, apalagi ka-
telah dijadikan
pegangan hidup dalam sejarah budaya manusia
atau masyarakat. Yang perlu ditata
kembali ialah hubungan serta fungsi dari
_65_
Dalarn hal kehidupan agama misalnya sudah waktunya apabila
pegangan hidup itu.
manusia itu bukan sekadar menjadi anggota statistik lampaui keterlibatan pendidikan dalam arti dalam abad informasi faatkan informasi itu
harus berperan me-
tetapi
nominal dalam kehidupan agamanya.6) Tug", dan peranan sungguh besar. Proses pendidikan
luas daLam proses ini
adalah pada hakekatnya bagaimana menyeleksi dan memanbagi perkembanganpribadinya. Dalam arus informasi ini
termasuk in-formasi mengenai agamadan informasi keagamaan. Yang pertana mengenai informasi
faktual
yang kedua informasi pertama dapat bersifat ngat pribadi, lalu dikaitkan pribadi
mengenai agama dari khazanah budaya yang ada, sedangkan yang normatif a-pribadi,
maka arus infornasi yang kedua sifatnya sa-
artinya memerlukanpenghayatan pribadi. dengan tingkah laku pribadi
lairurya, Atau dengan kata lain,
Penghayatanpribadi
itu sendiri dalam interaksi
dupan pribadi dan kehidupan antar pribadi. hanya merupakantransfer
Hal ini berarti
se-
dengan
atau proses bela-
penghayatan pribadi
jar itu merupakanperwujudan secara kongkrit nilai-nialai
agama) itu
yang
keagamaan. Agapabila arus informasi
agamadi dalam kehiapabila (pendidikan
informasi dalam kebudayaan digital,
maka
agamaakan kehilangan fungsi dan peranannya. Jadi, ada dua syarat bagi agama untuk dapat berfungsi dalam abad informasi ini: 1. Agama dan lernbaganyaharus merupakan arena dimana pribadi
dapat menyeleksi
arus informasi yang bermaknabagi perkembanganpribadinya artinya menjadi penturtrur bagi tingkah diramalkan tetapi
yang dapat
lakuhya. llasa depan bukanlah suatu yang dapat
yang memberi tempat bagi kemauandan pilihan
manusia yang
bertanggung jawab. Atau seperti yang simpulkan oleh MasudaT)bahwatibanya
6)
George Gallup,-Jr.
Forecast 2000, halaman 155.
Y. Masuda,The Information Society, as Post-industrial Society, 1981.
-66'
abad computopia bukanlah berarti
melahirkan manusia-manusiarobot tanpa Tuhan.
IttheoloSebenarnya abad informasi akan rnelahirkan kembali apa yang disebutnya gical
yang mengatur
synergism't di mana manusia mengakui adanya kekuatan Ilahi
kehidupan jagad raya ini,
pula pengakuan terhadap keterbatasan
yang berarti
lebih menya-
IPTEK. Kemajuan IPTEK bukarurya memupukkesombonganmanusia tetapi
darkan akan keterbatasaruIya. Dengan demikian agamaakan memperolehmakna bagi manusia, di mana manusia dan alam akan bekerjasama dalam suatu sistem alamiah yang ada pengaturannya oleh Sang Pencipta. dalam kehidupan nyata mAnusia. Da1am
agama terjadi
2. Perr,ujudan nilai-nilai
abad informasi dimana ada tendensi ke arah homogenisasi, terdapat arus balik atau polarisasi
ke arah mencari jati
diri
atau identitas.
Jati
diri
itu
akan
ditemui pe1.tama-tamadalam keluarga dan dalam masyarakat tatap-muka karena di dalarn bentuk masyarakat. inilah naksimal.
partisipasi
KuntowidjojoSJ *"ny"t"k"n
individual
dapat terwujud secara
pada nanusia dewasa ini
kesadaran-balik terhadap r.asa keterasingarurya. Kesadaran balik berupa apresiasi kembali nilai-nilai an itu. yaitu
Ha1 ini
berarti
agamauntuk menetralisir
tampak adanya ini
antara lain
rasa keterasing-
semakin menonjol peranan kelompok-kelomPokprimer
keluarga dan kelompok-kelompokmasyarakat tatap-muka yang dapat memberi
Inilah kesempatan seseorang untuk berekspresi dan menemukanjatidirinya. ol dalam masyarakat 1okal (participative disebut GribbinvJ partisipasi ciety).
t'Participative
comrnunitytr itu
antara
lain
yang so-
dapat berupa masyarakat
agamakarena agana itulah yang dapat berfungsi sebagai semenPemersatu di mana seseorang dapat berPartisiPasi.
8.
Kuntowidjojo, Budayadan lt'[asyarakat' 1987
o
John Gribbin, Future I'lorlds' 1979.
-67-
FI'NGSI DANPERAMNPENDIDIKAN? IV. BAGAII'{AMKATI Aurelio Pecceilo) pendiri The Club of Rome, menekankanbahwa salah satu aset urat manusia yang dapat diandalkan dalarn menyongsongmasa depan yang sangat cepat datangnya ialah kualitas
manusia itu
sendiri yang dapat menyetopmerosotnya kualitas dan kultural,
spritual
sendiri.
Hanya manusia itu
lingkwrgan, kualitas
untuk menyiapkanmasa depan dengan visi
kehidupan
serta kreativi-
IPTEK tasnya serta dengan enersi moralnya dapat mengarahkan penemuan-penemuan bagi kebahagiaan umat manusia. Kita berada kini
dan memandang|tprogressrt memptmyai tujuannya sendiri
anarkhitis bersifat rakat,
netral
terhadap prioritas
karena IPTEK
penyerapan masyamasyarakat dan kemampuan
demikian kata Peccei. Selanjutnya lembaga-lembagasosial
sehingga tidak
sudah usang
dapat mengakomodasikanperubahan-perubahan, termasuk lembaga-
lembaga pendidikan. Yang sangat tragis inilah
dalam perkembanganIPTEK yang
ialah justru
lembaga-lembagapendidikan
yang langsturg berhadapan dengan mayoritas penduduk buini yang terdiri
dari sekitar
60? berusia dibawah 30 tahun. Di sinilah
letak pentingnya meng-
arahkan lembaga pendidikan agar menjadi sarana penunjang yang dinamis dalam ikut meletakkan dasar bagi tumbuhnyapribadi yang diinginkan bagi masa depan. Dan seperti Dennis Gabor menyatakan: ItYou cannot predict can invent
itil;
the future,
but you
Petanan pendidikan untuk nenentukan masa depan memangsangat
relevan sebab manusia i.tu bukan saja obyek, tetapi sekaligus subyek atau pelaku yang menentukanmasadepanitu sendiri;
10) Gunter A. Pauli. Crusader for Founder of the Ciu
the
dia adalah asset masadepan.
Future.
A Portrait
of
Aurelio
Peccei
Telah diuraikan bagaimanakemajuan IPIEK telah mulai rrrnemberitrarah secara langsung dan tidak langsung kepada-bentuk manusia dan kehidupan nasa depatr, khususnya dalam kehidupan masyarakat dan agama. Arah dirumuskan sebagai berikut l.
tersebut
dapat
:
Pentingnya daya analitik
untuk menyeleksi arus informasi yang dapat
dikatakan tanpa batas. Z.
Arus informasi, jika proses jatidiri
3,
dimanfaatkan secara tepat,
akan membawa kepada
sebagai reaksi terhadap proses homogenisasi.
KemajuanIPTEK semakin membukatabir
rahasia alam yang tanpa batas,
membawa ke arah sinergisme teologik yaitu keserasian antara akal dan alam semesta, antara manusia dan Tuhan. 4.
Lembaga-lembagasosial perlu disesuaikan untuk dapat mengakomodasikan perubahan.
5.
Kehidupan sosial tatap-muka semakin menjadi penting dalarn rnasyarakat partisipatoris.
Kelima arah masa depan tersebut merupakan indikator
bagi lembaga sosial
yang disebut sekolah, atau lebih tepat pendidikan di dalam maupundi luar gedung sekolah, jadi
tennasuk pula segala bentuk lembaga sosial di mana nanusia
itu membentukdirinya.
Apakah lembaga-lembagapendidikan telah mulai memenuhi
tuntutan pexubahan tersebut? Marilah kita
kaji
selintas
fungsi
dan peranan
lembaga-lembaga itu dewasaini: 1, Lembagapendidikan baik fonnal maupunyang non fornal nasih merupakanpenjara
yang mematikan daya analitik
peserta belajar
dan hampir tidak
memberi
tempat kepada latihan penalaran dalam memecahkan nasalah kehidupan. Indoktrinasi dalarn berbagai bentuk, baik secara nyata naupun terselubung masih saja dijadikan
metodologi dalam lembaga-lembagapendidikan dengan berbagai dalih
_69-
untuk mengamankankesinambungan suatu kemauan sosial tertentu.
Informasi
yang menerpa manusia itu
akhirnya
politik'
atau doktrin
meninbun manusia itu
tanpa daya, dan jadilah manusia itu sebagai bagian dari informasi itu sendiri' atau jadilah
dia manusia digital
tanpa identitas.
pendidikan Lembaga-lembaga
formal akan sekadar menjadi penyalur informasi yang sudah dikomersialisasikan. Seleksi
informasi telah
diambil
alih
oleh perusahan-perusahaaninformatika.
Jika demikian halnya gambaranThe Big Brother dari George 0rwe11 telah menjadi kenyataan. Apa yang terjadi
dalam lembaga pendidikan formal, terjadi
larn lembaga-lembagapendidikan non fornal
juga da-
seperti gereja. Para anggota gereja
akan menjadi robot-robot melalui informasi elektronika,
yang pada suatu saat
akan menjadi jenuh dan menjadi boomerang terhadap agama dan kepercayaannya. Lautan infornasi
akan melanda manusia itu,
dan ia akan kehilangan pegangan,
juga dari agananya. Seharusnyasekularisasi yang ditakutkan itu haruslah dapat diarahkan pada gerakan yang positif
ialah
terbentuknya pribadi
manusia yang
senakin kokoh dalam pegangannyaterhadap alam dan Penciptanya.ll) 2. Lembaga-lembagapendidikan telah membantuke arah kehancuran kepribadian dan mernpercepatproses homogenisasi. Lihat saja kepada sistem ujian nasional, sistem pendidikan yang nendorong kearah pemujaan ijazah, pertanyaan-pertanyaan ujian dengan sistem "multiple
kepada manusia sebagai choicetr, semuanyamembawa
suatu nornor dalam masyarakat rrcomputopia". Seperti yang telah dijelaskan
di
muka,. datangnya masyarakat computopia tidak seharusnya membuatmanusia itu
se-
bagai
robot.
Computopia adalah masyarakat yang menggunakan kemajuan IPTEK
untuk membantumanusia itu
mengambil keputusan yang lebih
Proses pengambilan keputusan itu dalam arti
nilai-nilai
cepat dan 'tepat.
serta norma-normayang
Gambaran Manusia Masadepan, Suatu : H.A.R. Tilaar, 11) Lihat Antropologi Filsafat Praktis, 1987.
tinjauan
-70-
digunakan dalan pengarnbilankeputusan itu tidak dapat diambil alih oleh komputer.
Kemajuanmemangtidak dapat dihentikan dan akan terus menerus berkembang.
rrmaAdalah kewajiban seluruh umat rnanusia untuk belajar bagaimanamengendarai can ilmu pengetahuan,t yang telah dilepaskarurya dari kandangnya agar supaya manusia itu
dan bukan si macanyang menjadi protagonis di masa depan, demikian
12) diungkapkan Aurelio Peccei. daya nalar Adakah rnenjadi tugas lembaga-lembagapendidikan untuk mengembangkan nanusia itu
agar manusia itu
lebih dapat mengerti realitas
secara terus-mene-
rus dan dapat menentukanposisinya. Tidak dapat disangkal bahwa daya nalar itu merupakan 'rrenewable resourcesrr yang sangat penting dan berharga bagi kelanjutan hidup umat manusia. Dapat dibayangkan betapa kehidupan manusia itu akan daseandainya manusia itu tidak mengerndangkan
berakhir dengan suatu katastrof
ya nalarnya. Dengan daya nalar nanusia itu
akan dapat memiliki masa deparnya
sendiri dan bukan hanya sekadar menjadi robot dan menjadi korban dari ketololarurya sendiri. Refleksi jatidiri,
atau nalaE adalah suatu proses untuk menemukanidentitas tidak
Refleksi
terjadi
dalam huburgan antara pribadi
dalarn keterasingan. Refleksi
itu
hanya terjadi
dan lingkungarurya. Lingkungan adalah sunber in-
formasi. Tanpa informasi tidak mungkin terjadi nya. Maka dari
atau
proses refleksi
yang sebenar-
abad informasi sebenarnya merupakanera penemuanjati
individu yang sangat kondusif, asal saja dikembangkankemampuan pat nelaksanakan proses tersebut.
Proses belajar
kemandirian dalan nenemukandan mengolah (analisis
itu untuk da-
yang cocok untuk itu dan sintesis)
diri
ialah
data, neng-
ambil kesimpulan dan merumuskanmasalah. Proses ini akan terus menerus terjadi
Gunter A Pauli,
ibid,
halaman 133
-7L-
proses ini sesuai dengan anrs informasi yang terus menerus mengalir. Di dalam pula terjadi
interaksi
menemukanjati
Pribadi
yang saling menyuburkanantara pribadi dirinya
arah dari pribadi yang tinggi
dengan IPTEK:
dan IPTEK akan terus berkembang dan memperoleh daya nalarnya serta sadar akan tujuan hidupnya,
termasuk tujuan dari IPTEK itu sendiri.15) 5. Lembaga-lembagapendidikan dewasa ini lingkungan,
malahan menceraikarnya dari
adalah bagian dari
biosfeer
dimana kita
belun sepenulurya menumbuhkansadar lingkungan dimana ia hidup. Manusia hidup. Adanya jarak antara manusia
itu dengan lingkungan hidupnya dapat mernbahayakankelangsturgan hidup manusia sendiri.
Daya dukung planit
burni ini
terbatas, oleh sebab itu adalah kewajiban
manusia untuk menjaganya dan melestarikarurya.
Sadar Lingkungan adalah suatu
proses yang berkaitan dengan proses nenemukanidentitas seperti yang telah diuraikan di muka. Selain itu
pribadi atau jati
diri
sadar lingkungan akan meng-
ungkapkan pula rasa kesatuan kemanusiaan bahwa urnat manusia itu
sebagai kese-
luruhan bertanggung jawab terhadap kelestarian planet bumi ini' Menyadari akan arti berarti
lingkungan dalam hidup manusia dan budaya manusia
pula mengungkapkanakan hukum-hukurnalam yang mengatur alam semesta'
pengungkapan hukum-hukurnalam dengan IPTEK seyogyakanya akan memberi kesadaran kepada manusia akan kekuasaan Maha Pencipta. IpTEK mempunyai titik religieus
Dalan hal
ini
antara agama dan
silang yang sangat subur bagi tumbuhnya seorang manusia
otentisitas yang tulus karena dengan {aya nalarnya ia menemukan
dari
l.{aha Pencipta dalam kehidupan nyata di lingkr.rngarurya. Pendidikan againa dengan sendirinya dijauhkan dari metodologi ortodoks berupa indoktrinasi
13) H.A.R. Tilaar ibid, halaman10.
dan abstrak,
-72-
tetapi
langsung dikaitkan dengan dunia nyata, dunia sekitar dan kehidupan na-
syarakat setempat tanpa menghilangkan sifat-sifat pendidik bukan berlaku ttmengguruifipeserta didik natural,
universal
dari
agama. Para
dengan doktrin-doktrin
super
daya nalar peserta didik untuk berkomunikasi detetapi mengembangkan
ngan lingkungannya dan menemukandalam komunikasi itu
pesan-pesan universal
yang dianjurkan dalam agama. yang ielah diuraikan
4. Lembaga-lembagapendidikan, seperti
di muka termasuk
salah satu lembaga sosial yang tertua dalam kebudayaanurnat manusia. Namundiakui dimana-manalembaga-lembagapendidikan adalah yang paling konservatif antara lembaga-lembagasosial dalam lembaga-lembagaitulah dilestarikan. tutup,
yang ada. Ha1 ini
di-
mudah dimengerti karena di-
untuk pertana kalinya
kebudayaan manusia dapat
Fungsi ini dapat berjalan dengan baik dalam masyarakat yang ter-
dan memangsuatu keharusan untuk berfungsi
yang demikian justru
mempertahankankeberadaan lernbagadan masyarakat itu sendiri.
untuk
Ketiadaan fungsi
preservasi lembaga-lembagapendidikan dalam peradaban manusia akan mengakibatkan hancurnya sendi-sen{i
dan kesinambunganbudaya manusi.a. Di
keterikatan
dalam kondisi yang demikian, dogma agana menjadi pegangan utama dan pertama. Sejalan dengan kemajuan IPTEK sendi-sendi panutan itu lembaga itu
sendiri
telah diuraikan,
mulai goyah sedangkan
tetap rnempertalrankan fungsinya yang semula. Seperti yang
abad informasi akan menghancurkantembok-tembokyang membata-
si manusia dengan berbagai macaminformasi,
termasuk informasi mengenai agama
dan kepercayaan. Apabila lembaga-lembagapendidikan itu tidak siap untuk fungsinya yang baru, bukan tidak mungkin lernbaga tersebut akan menjadi fosil hanya dikenang dalan sejarah.
Fosilisasi
dengan lemahnya usaha-usaha inovasi negara-negara berkembang yang nasih
yang
lembaga pendidikan makin dipercepat
dalam bidang pendidikan lebih-lebih sibuk
di
dengan usaha-usaha kuantifikasi
-73-
pendidikan,
semakin menambahderasnya arus hogogenisasi yang mengubahproses
pendidikan bagaikan proses robotisasi. trPenemuan pendidikan yang rensosialt' untuk menciptakan lembaga-pembaga bukan saja sekedar mengubahkulit
tan terhadap nasa depan yang terbuka,
luar
dan fungsinya yang menyangkuttenaga pengelola,
lembaga itu tetapi
seluruh isi
pendidik, seleksi,
kurikulurn, metodologi, tanggung jawab orang tua dan masya-
rakat
lokal
maupun nasional.
abad informasi
ialah
hubungan yang integratif
lingkungan. Lingkungan itu
bertingkat
bangan daya nalar peserta didik. kan ajag latihan
berangkat dari
Titik
lembaga pendidikan dalam
antara peserta didik
secara kosentris
Situasi-situasi
dengan
sesuai dengan perkem-
beTajar yang kongkrit merupa-
penalaran untuk merunuskan masalah, mencari pemecaharmya,dan
merunuskan masalah yang baru lagi, sedia hampir tanpa batas itu.
dengan menggunakanarus informasi yang ter-
Fungsi pendidik berubah menjadi mitra peserta
didik dalan suatu penjelajahan akal yang akan menelusuri lorong-lorong misteri jagad raya sebagai ungkapan kebesaran dari Sang Pencipta. 5. Sejalan dengan penernuansosial
untuk lembaga pendidikan yang rentan bagi
perubahan sesuai dengan kemajuan IPTEK, semakin menonjol pula peranan kelompok-kelompok masyarakat tatap-muka yang mewadahi kebutuhan manusia atas kehangatan emosional komunikasi nyata antar sesamamanusia sebagai jawaban terhadap arus homogenisasi yang cenderung menciptakan manusia digital. arti li,
peranan somah terhadap pembentukan pribadi dengan catatan somah itu
sendiri
Hal ini ber-
manusia akan ditemukan kemba-
menyadari akan peranarmya itu
di
abad
informasi. Somahsendiri akan menjadi salah satu pusat belajar yang penting di mana seluruh anggota somahadalah mitra dalam masyarakat-belajar. Para orang tua pe.rlu nengantisipasi
peranan ini
karena para pendidik profesional
akan
- 74 -
sebagai nara sunber atau konsultan belajar.
mempunyaifungsi yang lain yaitu Selanjutnya lingkungan sekitar,
baik lingkungan alamiah maupun lingkungan ma-
nusia merupakan laboratorium belajar
pertama di rnana seseorang dapat menyim-
mengecekkeabsahan informasi itu,
pulkan informasi,
merurnuskanmasalah, meme-
cahkan masalah dan merunuskankembali rnasalah dengan dimensi yang lebih luas. Dengan singkat,
adalah dunia di mana seseorang bukan saja
lingkungan sekitar
dapat berkomunikasi dan memperolehinformasi, ekspresikan diri
untuk memperolehjati
dan berpartisipasi
ngan yang kongkrit
ini
juga dapat terjadi
seorang secara kongkrit,
juga sebagai wadah untuk rneng-
sebagai hasil
diri.
oalam lingku-
ungkapan kepercayaan atau agamasepenalaran dan tempat pengetrapan
kaidah-kaidah agarnanyayang diyakininya.
KESIMPTJLAN Dari tinjuan
mengenai kemajuan IPTEK serta dampaknya terhadap kehidupan
bersana dan agama yang terutama dilihat
dari
segi pendidikan, dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pendidikan (formal dan non-formal) dalam mengikuti, nendorong dan mengarahdaya nalar yang memberi kemajuan kepada kan kemajuan IPTEK harus mengembangkan individu
untuk menyeleksi informasi bagi kepentingan pengembanganpribadinya
ke arah synergisme antara nalar dan alam serta penghayatan eksistensial
telha-
dap sang Pencipta. Dengandemikian pendidikan merupakansuatu proses jatidiri, sebagai arus balik yang produktif
terhadap proses homogenisasi dalam masyara-
kat teknotronik. 2. Pendidikan sebagai proses jatidiri somah sebagai ajag interaksi
menuntut penemuanfungsi yang tepat dari
yang paling primer. Anggota somah, baik sebagai
-75-
peserta belajar maupunsebagai sumber belajar,
begitu pula somahitu
sendiri,
nerupakan sunber belajar yang prirner. Lembagapendidikan seperti sekolah serta kelompok-kelompokmasyarakat adalah juga sumber belajar dan ajag proses jatidiri,
sekaligus sebagai tempat partisipasi
individu dan kelornpokuntuk pengem-
bangan penalaran dan penghayatan terhadap nilai-nilai
ilmu,
teknologi,
dan
agama. 3.
tembaga-lembaga pendidikan,
terutama kelompok-kelonrpok masyarakat tatap
muka dan somah perlu ditemukan kembali ftmgsinya yang relevan dengan masyarapribadi, kat informasi, wrtuk menjadikannya sebagai basis pengembangan
terma-
suk pembentukan penghayatan serta perwujudan kehidupan bet'agama. Termasuk dalam refornasi
ini
lembaga-lembagapendidikan non-formal dari kelompok-kelompok
organisasi keagamaan(organized religion) agana terlepas dari
pada tingkat bawah (grassroot),
proses homogenisasi atau agama digital.
agar
Masalah-masalah
neta-organisasi ini adalah berkenaan dengan individu yaitu penghayatan individu terhadap nilai-nilai
agamayang hanya dapat terwujud dalam partisipasi
ta dengan sesana manusia dan lingkungan maupunlingkungan alannya. Inilah tas manusia yang mandiri,
primernya baik
proses jatidiri
nya-
lingkungan manusia
yang mengarahkepada kuali-
bertanggung jawab terhadap lingkungannya dan sekali-
gus menghayati Sang Pencipta dengan hukun-hukumNya.
-76-
REFIRENSI
1
Gribbin,,John, Future Worlds, Abacus, London, 1979
2.
Kuntowijoyo, Budayadan Masyarakat, Tiara WacanaYogya, Yogyakarta, 1987 Mangunwijaya,Y.8., (editor), Teknologi dan I, Yayasanobor Indonesia, Jakarta, 1985
4.
, Volune
Mangunwijaya, Y.B., (editor), Teknologi dan DampakKebudayaarurya,Volume II,-Yaya6air Obor hldonesia, jaffi Pauli, Gunter A., Grusader Founder of the
the Future. A Portrait
6.
Peccei, Aurelio, One Hundred Pages for Presid6nt of the
'7
THE FUTURIST,August 1983
8.
TIIE zuTURIST, January - February 1986
o
ITIE FUTURIST,July - August 1986
Aurelio Peccei
the Future, Reflections
of the
10.
Tilaar, H.A.R., GanbaranManusia Ma Filsafat Praktis, Sem-iang,
, Suatu Tinjauan Antropologi
11.
Tomlinson, Peter: llargaret Quinton (ed.), Velues across the Curriculun, The Falmei Presl Lond-on,1986
tz.
Zen, M.T. (editor) Sain, Teknologi dan Hari Depan Manusia, Yayasan 0bor Indonesia, Jakarta, 1984.