85
PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI PEMODERASI Firdaus A. Rahman Fakultas Ekonomi Universitas Islam Riau email:
[email protected]
Abstract The purpose of this study was to prove empirically the influence of budget goal clarity of the Slack anggaranwith the organization’s commitment as a moderating variable in Kuansing Local Government. From the use of multiple regression analysismodels in the processing of research data found that the clarity of the target variable budget is not significantly affect the budget slack variables. Likewise, organizational commitmentvariable as variable pemoderasi not significantly affect the relationship of variables clarity ofthe budget target with the budget slack.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan pemerintahan daerah yang akuntabel, tidak bisa lepas dari pengelolaan APBD. Mardiasmo(2002:20) mengemukakan wujud dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dilakukan secara ekonomis, efisien, efektif, adil dan merata. Dalam pengelolaan sumber daya diperlukan Anggaran (APBD) untuk mengalokasikan sumber-sumber pendapatan dan belanja sekaligus sebagai pertanggungjawaban atas penggunaan sumberdaya tersebut. Sama halnya dengan sektor bisnis, penganggaran di sektor publik seperti Pemerintah Daerah mestinya menghindari terjadinya slack anggaran. Sebab terjadinya senjangan anggaranakan merugikan organisasi pemerintahan dan masyarakat. Menurut Hansen dan Mowen (2004: 375) senjangan atau senjangan anggaran(padding thebudget) timbul bila
manajer sengaja menetapkan terlalu rendah pendapatan atau menetapkan terlalu besar biaya. Hal ini tentu saja menguntungkan manajer tersebut, karena di suatu sisi akan mengakibatkan tingginya kemungkinan manajer memenuhi target anggaran, di sisi lain menurunkan resiko yang akan di hadapinya, sehingga prestasi manajer tersebut akan meningkat karena tercapainya target yang telah dianggarkan. Bagi perusahaan yang memberikan rewards kepada bawahan atas prestasinya pada pencapaian anggaran, maka bawahan cenderung memberikan informasi yang bias agar mudah di capai sehingga kinerjanya di nilai baik oleh atasan. Dari ruang lingkup Pemerintah Daerah kesenjangan anggaran adalah perbedaan antara anggaran yang dilaporkan dengan anggaran yang sesuai dengan estimasi terbaik bagi pemerintah(Yilpipa, 2009). Terjadinya Senjangan anggarandi pemerintah daerah, di sebabkan oleh tindakan bawahan yang memberikan
86
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I Vol. 15 No. 1 Juni 2009
suatu estimasi yang dimanipulasi untuk kepentingan pribadi, dengan cara menetapkan target pendapatan yang rendah dan target biaya yang tinggi.Kalau prestasi kerja seorang pemimpin dinilai dari prestasinya dalam mencapai anggaran yang telah di tetapkan, biasanya cenderung melakukan slackanggaran. Konsep komitmen organisasi merupakan variabel yang memegang peranan penting hubungan antara kejelasan sasaran anggaran dengan senjangan anggaran. Berdasarkan Ikhsan dan Ishak (2008:35)mengemukakan komitmen organisasi merupakan tingkat sampai sejauh mana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi tersebut. Pada konteks pemerintah daerah, aparat yang merasa sasaran anggarannya jelasakan lebih bertanggung jawabjika di dukung dengan komitmen aparat yang tinggi terhadap organisasi atau instansinya. Hal ini akan mendorong aparat untuk menyusun anggaran sesuai dengan sasaran yang di capai oleh organisasi sehingga akan mengurangi senjangan anggaran. Komitmen organisasi dapat mempengaruhi hubungan kejelasan sasaran anggaran dengan kinerja manajerial. Manajer yang memiliki tingkat komitmen organisasi yang tinggi akan memiliki pandangan positif dan berusaha berbuat yang terbaik demi kepentingan organisasi (Porter et al,1974 dalam Darlis 2000). Hasil penelitian Suhartono dan Solichin (2006)menyimpulkan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh negatif signifikan terhadap kesenjangan anggaran instansi pemerintah daerah. Artinya adanya kejelasan sasaran anggaran akan mengurangi terjadinya kesenjangan
anggaran. Selain itu, komitmen organisasi berperan sebagai pemoderasi dalam hubungan antara kejelasan sasaran anggaran dengan kesenjangan anggaran instansi pemerintah daerah. Hasilnya komitmen organisasi juga berpengaruh negatif signifikan terhadap kesenjangan anggaran. Fitri (2004), meneliti topik yang sama dengan penelitian ini yang di lakukan pada Universitas Swasta di Kota Bandung. yang meneliti pengaruh informasi asimetri, partisipasi anggaran dan komitmen organisasi terhadap timbulnya ke s e n - j a n ga n a n g ga ra n . H a s i l nya menyimpulkan variabel informasi asimetri, partisipasi anggaran, dan komitmen organisasi secara bersamasama simultan berpengaruh signifikan terhadap timbulnya senjangan anggaran. Falikhatun (2007) memasukkan informasi asimetri, budaya organisasi dan group cohesiveness sebagai variabel pemoderasi dalam hubungan antara partisipasi penganggaran dan slackanggaran, hasilnya menyimpulkan partisipasi penganggaran berpengaruh positif signifikan terhadap budgetary slack, sedangkan informasi asimetri sebagai pemoderasi mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap hubungan partisipasi penganggaran dengan slack anggaran. Supanto (2007) meneliti pengaruh partisipasi penganggaran terhadap senjangan anggarandengan memasukkan informasi asimetri, motivasi, budaya organisasi sebagai variabel pemoderasi. Penelitian ini dilakukan pada Politeknik Negri Semarang,hasilnya menunjukkan bahwa partisipasi anggaran memiliki hubungan yang negatif dan signifikan terhadap slack anggaran. Selain itu disimpulkan pula bahwa informasi asimetri merupakan variabel yang
Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap ... (Firdaus A. Rahman & Anilgas DLT)
memoderasi pada pengaruh partisipasi penganggaran terhadap slack anggaran, informasi asimetri membuat pegawai lebih berpartisipasi dalam penyusunan anggaran untuk menurunkan kesenjangan anggaran. Ketidak konsistenan hasilpenelitian sebelumnya membuat penulis tertarik untuk meneliti kembali tentang Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran (budgetary slack) Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Pemoderasi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas, maka dapat di rumuskanmasalah penelitian sebagai berikut: Apakah kejelasan sasaran a n g g a ra n b e r p e n g a r u h t e r h a d a p senjangan anggarandengan komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi pada organisasi pemerintah daerah. C. Tujuan Tujuan penelitian ini adalahuntuk membuktikan secara empiris mengenai pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap senjangan anggarandengan komitmen organisasi sebagai pemoderasi pada organisasipemerintah daerah. TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Telaah Pustaka 1. Anggaran Sektor Publik Anggaraan sektor publik merupakan suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja dan aktivitas. Anggaran berisi estimasi mengenai apa yang akan di lakukan organisasi di masa yang akan datang. (Mardiasmo, 2002:62). Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu: (1) sebagai alat perencanaan, (2) alat pengendalian,
87
(3) alat kebijakan fiscal, (4) alat politik, (5) alat koordinasi dan komunikasi, (6) alat penilaian kinerja, (7) alat motivasi, dan (8) alat menciptakan ruang publik (Mardiasmo, 2004:63) APBD pada hakikatnya merupakan penjabaran kuantitatif dan sasaran pemerintah daerah serta tugas pokok dan fungsi unit kerja harus di susun dalam struktur organisasi yang berorientasi pada pencapaian tingkat kinerja tertentu. Dengan kata lain, APBD harus mampu memberikan gambaran yang jelas tentang tuntutan besarnya pembiayaan atas berbagai sasaran yang hendak di capai, tugas-tugas dan fungsi pokok sesuai dengan kondisi, potensi,aspirasi dan kebutuhan riil di masyarakat untuk suatu tahun tertentu. 2. Senjangan Anggaran (Budgetry Slack) M e n u r u t Yo u n g ( 2 0 0 1 ) d a l a m Falikhatun (2007) senjangan anggaran di definisikan sebagai tindakan bawahan yang mengecilkan kapabilitas produktifnya ke t i k a d i b e r i ke s e m p a t a n u n t u k menentukan standar kerjanya. Sedangkan Antony dan Govindarajan (1998) mendefinikasikan senjangan anggaran sebagai perbedaan antara anggaran yang di laporkan dengan anggaran yang sesuai dengan estimasi terbaik perusahaan. Hansen dan Mowen (2004: 375) menyatakan senjangan timbul bila manajer sengaja menetapkan terlalu rendah pendapatan atau menetapkan terlalu besar biaya. Hal ini tentu saja menguntungkan manajer tersebut, karena di suatu sisi akan mengakibatkan tingginya kemungkinan manajer memenuhi anggaran yang di buat, kemudian di sisi lain menurunkan resiko yang akan di hadapinya, sehingga prestasi manajer tersebut akan meningkat karena tercapai nya target yang telah di anggarkan.
88
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I Vol. 15 No. 1 Juni 2009
Di lingkup Pemerintah Daerah senjangan anggaran adalah perbedaan antara anggaran yang di laporkan dengan anggaran yang sesuai dengan estimasi terbaik bagi pemerintah(Yilpipa, 2009). Terjadinya senjangan anggarandi pemerintah daerah, disebabkan oleh tindakan bawahan yang mementingkan keuntungan pribadi yang memberikan suatu estimasi tidak baik bagi pemerintah. Hal ini menyebabkan perbedaan antara anggaran yang di laporkan dengan anggaran yang sesuai dengan estimasi terbaik bagi organisasi. Prestasi kerja seorang pemimpin dalam konteks pemerintah cenderung dinilai dari prestasinya dalam mencapai anggaran yang telah di tetapkan. Hilton dalam Falikhatun (2007) menyatakan tiga alasan utama manajer melakukan slack anggaran: 1. Orang-orang selalu percaya bahwa hasil pekerjaan mereka akan terlihat bagus di mata atasan jika mereka dapat mencapai anggarannya. 2. Slack anggaranselalu di gunakan untuk mengatasi kondisi ketidak pastian, jika tidak ada kejadian yang tidak terduga, yang terjadi manajer tersebut dapat melampaui/mencapai anggarannya. 3. Rencana anggaran selalu di potong dalam proses pengalokasian sumber daya. Sedangkan menurut Chow et al dalam Fitri (2004) senjangan anggaran merupakan perbedaan antara kinerja yang di harapkan dengan yang di laporkan. Jadi dapat di simpulkan bahwa senjangan anggaran adalah tindakan yang di lakukan bawahan untuk mengecilkan kapasitas produktifnya dalam anggaran yang di susunnya, sehingga ada ketidak sesuaian dengan keadaan yang sebenarnya, sehingga tidak tercipta suatu anggaran yang lebih objektif dan maksimal.
3. Kejelasan Sasaran Anggaran Kejelasan tujuan anggaran mencakup luasnya tujuan anggaran yang dinyatakan secara spesifik dan jelas sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai instansi pemerintah serta mudah di pahami oleh siapa saja yang bertanggungjawab. Pada konteks pemerintah daerah, kejelasan sasaran anggaran berimplikasi pada aparat, untuk menyusun anggaran sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai instansi pemerintah. Aparat akan memiliki informasi yang cukup untuk memprediksi masa depan secara tepat. Selanjutnya, hal ini akan menurunkan perbedaan antara anggaran yang di susun dengan estimasi terbaik bagi organisasi. Kejelasan sasaran anggaran menggambarkan luasnya anggaran yang di nyatakan secara jelas dan spesifik, dan di mengerti oleh pihak yang bertanggung jawab terhadap pencapaiannya. (kenis,1979 dalam yilpipa, 2009) Teori yang di kemukakan Bastian (2006:255) dalam menentukan kejelasan sasaran anggaran tersebut telah di susun Kepala daerah berdasarkan RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah) dan pedoman penyusunan APBD yang di tetapkan mentri dalam negeri setiap tahun menyusun rancangan kebjakan umum APBD. Kebijakan umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA (kebijakan umum APBD) adalah dokumen yang memuat kebijakan di bidang pendapatan,belanja dan pendanaannya serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 tahun. Formulasi kebijakan anggaran harus memuat kejelasan mengenai tujuan dan sasaran akan di capai di tahun yang akan datang dan sekaligus juga, harus menjadi acuan bagi proses pertanggungjawaban (LPJ) kinerja keuangan daerah pada akhir tahun angaran, karena bersifat teknis, prosesi
Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap ... (Firdaus A. Rahman & Anilgas DLT)
ini di serahkan kepada pemerintah daerah.penyusunan kebijakan umum APBD (KUA) merupakan bagian dari upaya pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran yang telah di tetapkan dalam rencana strtegis (Renstra). Menurut Abdullah (2005) tujuan atau sasaran APBD harus disesuaikan dengan lima kriteria berikut: 1. Spesifik, sasaran yang ingin di capai harus di rumuskan secara spesifik dan jelas, tidak menimbulkan interprestasi yang bermacam-macam. Sasaran tersebut harus dapat memberikan inspirasi kepada unit kerjadalam merumuskan strategi atau tindakan terbaiknya. 2. Terukur, sasaran harus dinyatakan dalam satuan ukuran tertentu sehingga memudahkan penilaian tingkat pencapaiannya. 3. Menantang tapi realitas, sasaran harus menantang untuk di capai, namun tetap realistis dan masih memungkinkan untuk di capai. 4. Berorientasi pada hasil akhir, sasaran harus difokuskan pada hasil atau pengaruh akhir yang akan di capai, b u k a n p a d a p ro s e s a t a u c a ra mencapainya. 5. Memiliki batas waktu, sasaran sebaiknya menentukan seacara jelas kapan hasil atau pengaruh akhir yang ditetapkan tersebut akan di capai. Adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan mempermudah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas organisasi dalam rangka mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. 4. Komitmen Organisasi Ko n s e p k o m i t m e n o r g a n i s a s i merupakan variabel yang memegang peranan penting hubungan antara
89
kejelasan sasaran anggaran dengan senjangan anggaran.Ikhsan dan Ishak ( 2 0 0 8 : 3 5 ) m e n ya t a k a n k o m i t m e n organisasi merupakan tingkat sampai sejauh mana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuantujuannya, serta berniat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi tersebut. Komitmen merupakan sikap seseorang yang menunjukkan kesetian atau loyalitas terhadap sesuatu hal. Porter (Mowday,dkk: 1982) dalam Kunjcoro (2007) mendefenisikan komitmen oragnisasi sebagai kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya kedalam bagian organisasi. Komitmen organisasi dari Mowday, Porter dan Stoors dalam Kunjcoro (2007) lebih di kenal sebagai pendekatan sikap terhadap organisasi. Komitmen oraganisasi ini memilik dua komponen yaitu sikap dan kehendak untuk bertingkah laku. Sikap tersebut mencakup: 1. Identifikasi dengan organisasi yaitu penerimaan tujuan organisasi, dimana penerimaan ini merupakan dasar komitmen organisasi, kesamaan nilai pribadi dan nilai-nilai organisasi, rasa kebanggaan menjadi bagian dari organisasi. 2. Keterlibatan sesuai peran dan tanggung jawab pekerjaan di organisasi tersebut. Pegawai yang memiliki komitmen tinggi akan menerima hampir semua tugas dan tanggung jawab pekerjaan yang di berikan padanya. 3. Kehangatan, afeksi dan loyalitas terhadap organisasi merupakan evaluasi terhadap komitmen, serta a d a nya i k a t a n e m o s i o n a l d a n keterikatan antara organisasi dengan pegawai. Pegawai dengan komitmen tinggi merasakan adanya loyalitas dan
90
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I Vol. 15 No. 1 Juni 2009
rasa memilik terhadap organisasi. 5. Pe n ga r u h Ke j e l a s a n S a s a ra n Anggaran Terhadap Kesenjangan Anggaran Anggaran daerah harusnya bisa menjadi tolok ukur pencapaian kinerja yang diharapkan, sehingga perencanaan anggaran daerah harus bisa menggambarkan sasaran kinerja secara jelas. Menurut Kenis (1979) dalam Suhartono (2006), kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran di tetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengantujuan anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut. Oleh sebab itu, sasaran anggaran daerah harus dinyatakan secara jelas, spesifik dan dapat dimengerti oleh mereka yang bertanggung jawab untuk menyusun dan melaksanakannya. Kenis (1979) dalam Suhartono (2006) menemukan bahwa pelaksana anggaran memberikan reaksi positif dan secara relative sangat kuat untuk meningkatkan kejelasan sasaran anggaran. Reaksi tersebut adalah peningkatan kepuasan kerja, penurunan ketegangan kerja, peningkatan sikap karyawan terhadap anggaran, kinerja anggaran dan efisiensi biaya pada pelaksana anggaran secara signifikan, jika sasaran anggaran dinyatakan secara jelas. Locke (1986) dan Kenis (1979) dalam Suhartono (2006) menyatakan bahwa penetapan tujuan spesifik akan lebih produktif daripada tidak menetapkan tujuan spesifik. Hal ini akan mendorong karyawan untuk melakukan yang terbaik bagi pencapaian tujuan yang dikehendaki. Menurut Darlis (2000), kondisi lingkungan yang tidak pasti akan membuat individu untuk melakukan
senjangan anggaran. Hal ini di sebabkan, individu tersebut tidak memiliki informasi yang cukup untuk memprediksi masa datang disembunyikan untuk kepentingan pribadi. Bawahan merasa memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan atasannya sehingga mempebesar kemungkinan bawahan untuk melakukan senjangan anggaran. Kejelasan sasaran anggaran akan menyebabkan aparat mengetahui secara pasti sasaran yang akan di capai sehingga memiliki informasi yang cukup daripada tidak adanya kejelasan sasaran anggaran. Hal ini akan mengurangi ketidakpastian lingkungan sehingga berpengaruh terhadap penurunan senjangan anggaran. Menurut Suhartono (2006), kejelasan sasaran anggaran berpengaruh negative signifikan terhadap kesenjangan anggaran instansi pemerintah daerah sehingga adanya kejelasan sasaran anggaran akan mengurangi terjadinya senjangan anggaran. Selain itu Darma (2004) mengatakan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif signifikan terhadap peningkatan kinerja manajerial pejabat struktual dilingkungan pemerintah daerah. 6. Pe n ga r u h Ke j e l a s a n S a s a ra n Anggaran, Komitmen Organisasi Terhadap Senjangan Anggaran Ryanto (2003) dalam Suhartono (2006), mengatakan hubungan karakteristik anggaran, dalam hal ini kejelasan sasaran anggaran dengan kesenjangan anggaran, di pengaruhi oleh faktor-faktor individual yang bersifat psychological attributes. Implikasinya, faktor-faktor individual tersebut berfungsi sebagai pemoderasi dalam hubungan kejelasan sasaran anggaran dengan kesenjangan anggaran. Contohnya adalah komitmen organisasi. Konsep komitmen organisasi
Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap ... (Firdaus A. Rahman & Anilgas DLT)
merupakan variabel yang memegang peranan penting hubungan antara kejelasan sasaran anggaran dengan senjangan anggaran.Berdasarkan Arfan ikhsan dan Muhammad ishak menyatakan komitmen organisasi merupakan tingkat sampai sejauh mana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi tersebut. (2008 : 35) Senjangan anggaran tergantung apakah individu memilih mengejar kepentingan pribadi atau bekerja untuk kepentingan organisasi. Komitmen yang tinggi menjadikan individu lebih mementingkan organisasi dari pada kepentingan pribadi dan berusaha menjadikan organisasi lebih baik. Komitmen organisasi yang rendah akan membuat individu untuk berbuat dalam kepentingan pribadinya.selanjutnya, senjangan anggaran cendrung terjadi bagi individu yang memiliki komitmen organisasi yang rendah karena lebih mengutamakan kepentingan individu tersebut. Pada konteks pemerintah daerah, a p a ra t ya n g m e m i l i k i ko m i t m e n organisasi yangtinggi, akan menggunakan informasi yang dimiliki untuk membuat anggaran menjadi relatif lebih tepat. Adanya komitmen organisasi yang tinggi berimplikasi terjadinya senjangan anggaran dapat dihindari. Selain itu, komitmen organisasi dapat merupakan alat bantu psikologis dalam menjalankan organisasinya untuk pencapaia kinerja
91
yang di harapkan (Nouri dan Parker 1996 : Chong dan Chong 2002 : Wentzel, 2002) Menurut Darlis (2000), semakin besar komitmen organisasi menyebabkan semakin menurun keinginan individu yangberpartisipasi dalam penyusunan anggaran untuk melakukan senjangan anggaran (budgetary slack). Ikhsan (2007) menyatakan bahwa komitmen organisasi memoderasi pengaruh partisipasi terhadap senjangan anggaran. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Suhartono dan Solicin (2006) menyatakan bahwa komitmen organisasi berperan sebagai variabel pemoderasi dalam hubungan kejelasan sasaran anggaran dengan kesenjangan anggaran instansi pemerintah daerah. Kejelasan sasaran anggaran akan mempermudah aparat pemerintah daerah dalam menyusun anggaran untuk mencapai target-target anggaran yang telah ditetapkan. Komitmen yangtinggi dari aparat pemerintah daerah akan berimplikasi pada komitmen untuk bertanggung jawab terhadap penyusunan anggaran tersebut. Dengan demikian, semakin jelas sasaran anggaran aparat pemerintah daerah dan dengan dorongan oleh komitmen yang tinggi, akan m e n g u ra n g i s e n j a n g a n a n g g a ra n pemerintah daerah. 7. Model Penelitian Hubungan antara komitmen organisasi (variabel moderat), kejelasan sasaran anggaran (variabel independen) dan senjangan anggaran (variabel dependen). Gambar III.1. Model Penelitian
Gambar III.1. Model Penelitian Kesenjangan Anggaran (Budgetary Slack)
Kejelasan Sasaran Anggaran
Komitmen
92
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I Vol. 15 No. 1 Juni 2009
B. HIPOTESIS PENELITIAN Berdasarkan uraian diatas. Di susun hipotesis dalam konteks pemerintah daerah, sebagai berikut : H1 : Ke j e l a s a n s a s a ra n a n g g a ra n berpengaruh terhadap senjangan anggaran instansi pemerintah daerah. H2 : Komitmen organisasi memoderasi p e n g a r u h ke j e l a s a n s a s a ra n anggaran terhadap senjangan anggaran. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini seluruh pejabat eselon III dan IV di setiap Dinas,Badan, dan Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Kuantan Singingi yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran. Pemilihan Badan, Dinas dan Kantor dilakukan dengan alasan yaitu Instansi tersebut merupakan satuan kerja pemerintah yang berarti menyusun, menggunakan dan melaporkan realisasi anggaran atau sebagai pelaksana anggaran dari pemerintah daerah (Abdullah, 2004).Dari 29 Dinas, badan dan kantor di Pemerintahan Kabupaten Kuantan Singingi peneliti mengambil tiga orang pejabat yang dianggap mewakili dinas tersebut dalam penyusunan anggaran. B. Tekhnik Pengumpulan Data Data diperoleh dengan cara (1) mengirimkan kuesioner secara langsung kepada setiap responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu pejabat setingkat Eselon III dan Eselon IV pada instansi Pemerintah Daerah Kabupaten Kuantan Singingi, (2) dikirim melalui kurir. Masing-masing kuesioner di sertai dengan surat permohonan untuk mengisi kuesioner.Kuesioner yang diserahkan
secara langsung oleh penelitidiharapkan tingkat pengembaliannya dapat dimaksimalkan. Selain itu, dengan metode ini peneliti bisa mengurangi kemungkinan kuesioner dijawab oleh responden yang tidak tepat. C. Operasionalisasi Variabel 1. Variable Independen Varibel independen dalam penelitian ini adalah kejelasan sasaran anggaran. Kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggungjawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut. Kejelasan sasaran anggaran pemerintah daerah dikemukakan Indra Bastian (2006:255) telah di susun berdasarkan RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah) dan pedoman penyusunan APBD itu berdasarkan Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA). Variabel kejelasan sasaran yang diukur dengan menggunakan 4 pertanyaan yang di buat oleh Kenis (1979) dan telah di gunakan oleh Mardiasmo (2001), Darma (2004) dan Abdullah (2005),dengan skala terendah (1) menunjukkan rendahnya kejelasan sasaran anggaran dan skala tertinggi (5) menunjukkan tingginya kejelasan sasaran anggaran. 2. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah senjangan anggaran. Senjangan anggaran didefinisikan sebagai perbedaan antara anggaran yang di laporkan dengan anggaran yang sesuai dengan estimasi terbaik bagi pemerintah daerah(Yilpipa, 2009).Variabel senjangan anggaran di ukur dengan instrument yang di buat oleh Dunk (1993), dan digunakan oleh Darlis (2000), Rasuli (2002) yang di modifikasi. Jumlah item pertanyaan adalah 8 item
Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap ... (Firdaus A. Rahman & Anilgas DLT)
dengan skala Likert 1 sampai 5. 3. Varibel Pemoderasi Dalam penelitian ini, mengangkat variabel pemoderasi yaitu komitmen organisasi.Komitmen organisasi didefinisikan tingkat sampai sejauh mana seorang aparat memihak pada suatu pemerintah tertentu dan tujuant u j u a n n ya , s e r t a b e r n i a t u n t u k mempertahankan keanggotaannya dalam pemerintahhan tersebut . Variabel komitmen organisasi di ukur dengan instrument yang digunakan oleh Meyer dan Allen (1984). Item-item disesuaikan dengan konteks pemerintah daerah yang di kembangkan oleh Trianingsih (2003). Jumlah item pertanyaan adalah 12 item dengan skala likert 1sampai 5. D. Analisis Data Setelah mendapatkan model penelitian yang baik, maka dilakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Hipotesis yang akan di uji dalam penelitian ini adalah kejelasan sasaran anggaran dengan komitmen organisasi sebagai pemoderasi terhadap pengungkapan timbulnya slack anggaran. Kedua hipotesis ini yang di kemukakan di uji dengan persamaan regresi sebagai berikut: 1. Hipotesis pertama (H1), yaitu kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap senjangan anggaran instansi pemerintah daerah, akan di uji dengan persamaan regresi sebagai berikut : Y = β0 +β1X1 + e 2. Hipotesis kedua (H2), yaitu komitmen organisasi memoderasi pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap kesenjangan anggaran, akan di uji dengan persamaan regresi sebagi berikut : Y = β0 +β1X1 + β2X2 + β3 [(X1.X2)] + e
93
Keterangan : Y = Senjangan anggaran β0 = Konstanta β(1,2,) = Koefisien regresi masingmasing X X1 = Kejelasan sasaran anggaran X2 = Komitmen Organisasi [(X1.X2)] = Nilai interaksi antara kejelasan sasaran anggran dengan komitmen organisasi HASIL PENELITIANDAN PEMBAHASAN A. Demografi Responden Dari 85 kuesioneryang di sebarkan, kembali sebanyak 73 dan sebanyak 16 kuesioner atau 18,82% dari total kuesioner tidak dapat digunakan. Kuesioner yang dapat di olah lebih lanjut sebanyak 57 kuesioner atau 67,06%. Dari 57 kuesioner yang di peroleh, berdasarkan jenis kelamin diketahui yang menjadi responden dalam penelitian ini umumnya laki-laki yaitu sebanyak 46 orang atau sebesar 80,7% dan perempuan sebanyak 11 orang atau sebesar 19,3% berdasarkan lama responden bekerja, responden yang bekerja selama 1-10 tahun berjumlah 19 orang (33,34%), lama bekerja 11-20 tahun sebanyak 19 orang (33,33) dan diatas 20 tahun sebanyak 19 orang (33,33%). Berdasarkan tingkat pendidikan responden, responden dengan latar belakang pendidikan SLTA sebanyak 9 orang (15,79%), Si sebanyak 36 orang (63,16%) dan S2 sebanyak 12 orang (2 1,05%). Responden dibagi dalam dua tingkat jabatan yaitu eselon III sebanyak 16 orang (28,07%) dan eselon 1V sebanyak 41 orang (71,93%). Data demografi responden selengkapnya dapat dilihat dalam tabel 1 (Lampiran). B. Analisis Statistik Deskriptif Analisis yang dilakukan terhadap 57 jawaban responden yang memenuhi kriteria untuk di lakukan pengolahan yang
94
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I Vol. 15 No. 1 Juni 2009
lebih lanjut. Data yang di olah merupakan hasil rata-rata jawaban responden dan setiap faktor individu yang terdiri dari kejelasan sasaran anggaran, kesenjangan anggaran, komitmen organisasi yang menjadi variabel dalam penelitian ini. Statistik deskriptif variabel penelitian dapat dilihat pada tabel 2 (lampiran). Berdasarkan table 2, dapat dilibat bahwa kejelasan sasaran anggaran mempunyai nilai rata-rata jawaban responden 12.16 dengan standar devisiasi 2.016. Senjangan anggaran mempunyai nilai rata-rata jawaban responden 17.63 dengan standar deviasi 4.283, komitmen organisasi mempunyai nilai rata-rata jawaban responden 32.14 dengan standar deviasi 3.672. C. Pengujian Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Berdasarkan uji validitas butir-butir pertanyaan dalam kuesioner penelitian ini dengan menggunakan korelasi pearson melalui aplikasi SPSS, Setiap butir pertanyaan berkorelasi positif terhadap skor total korelasi pearson diatas 0,3 dengan signifikansi 0,05 (Sugiyono, 2008: 178).Koefisien korelasi antar butir pertanyaan berkaitan dengan variabel kejelasan sasaran anggaran dengan skor total berkisar antara 0,500 - 0,809. Senjangan anggaranskor total masingmasing berkisar antara 0,386 s/d 0,667. Koefisien korelasi antar butir pertanyaan yang berkaitan dengan variabel komitmen organisasi terhadap skor total masingmasing berkisar antara 0,348 sampai 0,631. Hasil dan validitas setiap butir pertanyaan dapat di lihat pada table 3, 4 dan 5(Lihat Lampiran). I n s t r u m e n t ke j e l a s a n s a s a ra n anggaran terdiri dari 4 pertanyaan. Dan hasil perhitungan korelasi setiap butir pertanyaan terhadap totalnya, diperoleh
hasil berkisar antara 0,500 s/d 0,809. Hasil perhitungan korelasi setiap butir pertanyaan tersebut mendekati angka +1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap butir pertanyaan pada instrumen kejelasan sasaran anggaran ini valid dan memiliki korelasi yang positif. Pada instrumen kesenjangan anggaran (budgetary slack) terdiri dari 8 pertanyaan. Berdasarkanhasil perhitungan korelasi setiap butir pertanyaan terhadap totalnya, diperoleh hasil berkisar antara 0,3 86 -0,667. Hasil perhitungan korelasi setiap butir pertanyaan tersebut mendekati angka +1. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa setiap butir pertanyaan pada instrumen kesenjangan anggaran ini adalah valid dan memiliki korelasi yang positif. Dari hasil perhitungan korelasi setiap butir pertanyaan instrumen komitmen organisasi terhadap totalnya berkisar antara 0,348 - 0,631. Hasil perhitungan korelasi setiap butir pertanyaan tersebut mendekati angka +1. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa setiap butir pertanyaan pada instrumen komitmen organisasi ini adalah valid dan memiliki korelasi yang positif. 2. Uji Reliabilitas Berdasarkan koefisien reliabilitas instrumen kejelasan sasaran anggaran menunjukkan Cronbach Alpha 0,626. Reliabilitas instrumen senjangan anggaran menunjukkan Cronbach Alpha 0,65 7. Sedangkan reliabilitas instrumen komitmen organisasi menunjukkan Cronbach Alpha 0,701. Maka dapat di simpulkan bahwa dan ketiga instrumen di atas reliabel, karena nilai r11> dari 0,6. Ya n g b e r a r t i m e m e n u h i a s u m s i reliabilitas. D. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Data
95
Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap ... (Firdaus A. Rahman & Anilgas DLT)
Pada penelitian ini, pengujian normalitasnya dapat di lihat dan normal probability plot. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan jika data menyebar jauh dan garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Santoso, 2004; 214) dalam Yuni Fitniani (2008). Normal probability plot pada penelitian ini tampak pada grafak1 (Lampiran). 2. Uji Autokorelasi Statistik Durbin watson digunakan untuk menguji autokorelasi pada penelitian ini Berdasarkan penelitian yang di lakukan, maka di peroleh nilai Durbin Watson sebesar 1,600 yang terdapat pada tabel (Lampiran). Nilai ini berada diantara -2 sampai +2, sehingga model regresi tersebut bebas dan adanya autokorelasi. 3. Multikolinearitas Dengan menggunakan software SPSS 17, Maka deteksi adanya multikolinearitas dapat di lihat dan nilai Varian Inflation Faktor (VIF). VIF merupakan kebalikan dan toleransi. Artinya ketika toleransi kecil maka nilal VIF akan besar. Kriteria yang di gunakan jika nilai VIF di sekitar angka 1 atau memiliki toleransi mendekati 1, maka dikatakan tidak terdapat masalah
multikolinearitas, dan jika koefisien korelasi antar variabel bebas kurang dari 0.5, maka tidak terdapat masalah kolineanitas. 4. Uji Hetetokedastisitas Diagnosa adanya heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan scatterplot yang di peroleh dengan bantuan software SPSS versi 17.0. menurut Santoso (2000 :209) heteroskedastisitas terjadi apabila titik-titikpada grafik scatterplot membentuk pola tertentu, maka terdapat heteroskedastisitas. Sedangkan jika titik-titik tersebut menyebar dan tidak jelas bentuknya maka model tersebut bebas dan heteroskedastisitas. Scatterplot dapat di lihat pada gambar 2 (lampiran). E. Analisis Regresi Linier Berganda, Pengujian Hipotesis dan Pembahasan Hasil Penelitian A. Analisis Regresi Linier Berganda Pertama Analisis regresi linear berganda ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut ini adalah hasil uji regresi dengan menggunakan bantuan program SPSS Ver. 17.00
Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients B
1 (Constant) KSA
20.706 .054
Unstandardized Coefficients
Std. Error
T
Sig.
Beta
4.050 .263
.028
5.113 .205
Unstandardized Coefficients
T
.000 .839
Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients B
1 (Constant) KSA a. Dependent Variable: SA
20.706 .054
Std. Error 4.050 .263
Sig.
Beta .028
5.113 .205
.000 .839
96
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I Vol. 15 No. 1 Juni 2009
Hasil output persamaan 1 dari hasil pengujian regresi di atas adalah : SA = 20.706 + 0.054 KSA Arti angka-angka pada persamaan di atas adalah sebagai berikut: 1. NiIai konstanta (a) adalah 20,706 artinya, jika kejelasan sasaran anggaran bernilai 0 (nol), maka kesenjangan anggaran bernilai positif, yaitu 20,706. 2. Nilai koefisien regresi variabel kejelasan sasaran anggaran bernilai positif, yaitu 0,054 ini dapat diartikan bahwa setiap p e n i n gka t a n ke j e l a s a n s a s a ra n anggaran sebesar 1 maka kesenjangan anggaran juga meningkat sebesar 0,054.
dengan tingkat signifikansi 0,839 signifikansi jauh lebih besar dari 0,05,Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diatas maka dapat disimpulkan bahwa, H0tidak dapat ditolak. Yang bearti bahwa kejelasan sasaran anggaran tidak berpengaruh terhadap kesenjangan anggaran. C. Analisis Regresi Linier Berganda Kedua Analisis regresi linear berganda ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel moderating terhadap hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Berikut ini adalah hasil uji regresi dengan menggunakan bantuan program SPSS Ver. 17.00. ANOVAb
B. Pengujian Hipotesis Pertama Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
.870
1
.870
Residual
1141.340
55
20.752
Total
1142.211
56
1 Regression
F
Sig.
.042
.839a
a. Predictors: (Constant), KSA b. Dependent Variable: SA
Anova atau varian, yaitu uji koefisien regresi secara bersarna-sama (uji F) untuk menguji signifikansi pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis ini lebih tepat
Hasil output persamaan 2 dari hasil pengujian regresi di atas adalah : SA= -39,640 + 4,472 KSA + 1233 KO - 0,90 (KSA*KO)
Coefficientsa Unstandardized Coefficients
Model 1 (Constant) KSA KO Moderat
Standardized Coefficients
B
Std. Error
Beta
T
Sig.
-39.640 4.472 1.233 -.090
40.650 2.702 .846 .056
2.292 1.249 -2.952
-.975 1.655 1.458 -1.618
.334 .104 .151 .112
a. Dependent Variable: SA
di terapkan pada regresi berganda (Priyatno, 2009). Dari hasil output SPSS persamaan 1 dapat di lihat bahwa uji anova atau F test menghasilkan nilai Fhitung sebesar 0,042
Arti angka-angka pada persamaan di atas adalah sebagai berikut: 1. Nilai konstanta (a) adalah -39,640 artinya, jika kejelasan sasaran anggaran (KSA), komitmen organisasi (KO) dan
Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap ... (Firdaus A. Rahman & Anilgas DLT)
moderat (perkalian antara KSA dengan KO) bernilai 0 (nol), maka kesenjangan anggaran bernilai negatif, yaitu -39,640. 2. Nilai koefisien regresi variabel kejelasan sasaran anggaran bemilai positif, yaitu 4,472 ini dapat diartikan bahwa setiap peningkatan kejelasan sasaran anggaran sebesar 1 maka kesenjangan anggaran juga meningkat sebesar 4,472. 3. Nilai koefisien regresi variabel komitmen organisasi bernilai positif, yaitu 1,233 ini dapat diartikan bahwa s e t i a p p e n i n g k a t a n ko m i t m e n organisasi sebesar 1 maka kesenjangan anggaran meningkat sebesar 1,233. 4. Nilai koefisien regresi variabel moderat (perkalian antara KSA dengan KO) bernilai negatif, yaitu 0,90 ini dapat diartikan bahwa setiap peningkatan moderat sebesar 1 maka kesenjangan anggaran menurun sebesar 0,90. D. Pengujian Hipotesis Kedua Pengujian Hipotesis kedua yang diajukan dari penelitian ini adalah apakah komitmen organisasi sebagai pemoderasi berpengaruh terhadap hubungan antara kejelasan sasaran anggaran dengan kesenjangan anggaran di Pemerintah Daerah.
97
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diatas maka dapat disimpulkan bahwa, H0tidak dapat ditolak.Yang berarti bahwa komitmen organisasi tidak berpengaruh antara kejelasan sasaran anggaran terhadap kesenjangan anggaran. E. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisa regresi linear berganda dan pengujian hipotesis yang telah diuraikan sebelumnya, menunjukkan bahwa kejelasan sasaran anggaran tidak berpengaruh signifikan terhadap kesenjangan anggaran dan juga komitmen organisasi bukan merupakan variabel yang memoderasi pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap kesenjangan anggaran. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suhartono dan solichin (2006) yang juga melakukan penelitian di Pemerintah Daerah, Menyatakan kesimpulan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh negatif signifikan terhadap kesenjangan anggaran instansi pemerintah daerah. Selain itu, komitmen organisasi berperan sebagai pemoderasi dalam hubungan antara kejelasan sasaran anggaran dengan kesenjangan anggaran instansi pemerintah, dengan hasil berpengaruh
ANOVAb Model
Df
Mean Square
68.492
3
22.831
Residual
1073.718
53
20.259
Total
1142.211
56
1 Regression
Sum of Squares
F 1.127
Sig. .347a
a. Predictors: (Constant), Moderat, KO, KSA b. Dependent Variable: SA
Dari hasil output SPSS persamaan 2 dapat di lihat bahwa uji anova atau F test menghasilkan nilai Fhitung sebesar 1,127 dengan tingkat signifikansi 0,347 signifikansi jauh lebih besar dari 0,05.
negatif signifikan terhadap kesenjangan anggaran. Berdasarkan hasil temuan ini perlu diketahui mengapa pengaruh negatif dari kejelasan sasaran anggaran terhadap
98
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I Vol. 15 No. 1 Juni 2009
ke s e n j a n ga n a n g ga ra n te r j a d i d i lingkungan pemerintah daerah.Hasil penelitian ini mendukung penelitian Nouri dan Parker (1996) juga mengungkapkan bahwa terjadinya senjangan anggaran dalam kejelasan sasaran anggaran akan tergantung pada individu, apakah lebih mengutamakan kepentingan pribadi atau kepentingan organisasi. Jika individu mementingkan kepentingan pribadi, maka individu tersebut dalam kejelasan sasaran anggaran akan berusaha untuk melakukan kesenjangan anggaran untuk mempertinggi evaluasi kinerja. Hal ini sesuai dengan berbagai penelitian yang menyatakan bahwa individu mencoba untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya melalui kejelasan sasaran anggaran seperti Dunk (1993) dan young (1985). Yang mana ini disebabkan masih lemahnya sikap individu untuk memajukan tingkat efisiensi dalam memajukan visi dan misi pemerintahan. Hal ini dapat terjadi disebabkan oleh kapabilitas dan efektifitas pemerintah dalam perencanaan dan pengendalian keuangan dirasakan masih terlalu lemah. Pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa pada umumnya, lembaga-lembaga pemerintah belum menjalankan fungsi dan perannya secara efisien. Pemborosan adalah fenomena umum yang terjadi di berbagai departemen pemerintahan. Kondisi seperti ini muncul karena pendekatan umum yang di gunakan dalam penentuan besar alokasi dana untuk setiap kegiatan adalah pendekatan inkrementalisme (incrementalism) yang didasarkan pada perubahan satu atau lebih variabel yang bersifat umum, seperti tingkat inflasi dan jumlah penduduk. Lemahnya perencanaan anggaran memunculkan underfinancing atau overfinancing yang akan memengaruhi
tingkat efisiensi dan efektifitas anggaran. Dalam situasi seperti itu, banyak layanan publik dijalankan secara tidak efisien dan kurang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan publik. Sementara, dana pada anggaran yang pada dasamya merupakan dana publik habis dibelanjakan seluruhnya dalam jangka panjang, kondisi seperti ini cendrung memperlemah peran pemerintah sebagai stimulator, fasilitator, koordinator dan pengusaha dalam proses pembangunan. (Indra Bastian, 2006 : 99) Dengan kata lain, penganggaran dalam sektor publik merupakan tahapan yang cukup rumit dan masih mengandung nuansa politik yang tinggi. Maka sehendaknya suatu perencanaan dan pengendalian tersebut diawasi mulai tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan oleh lembaga pengawas khusus ( O ve r s i g h t b o dy ) ya n g b e r t u g a s mengontrol proses perencanaan dan pengendalian anggaran. (Mardiasmo, 2002: 61) KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap senjangan anggaran (budgetary slack) Dimana komitmen organisasi sebagai variabel moderating. Dari hasil penelitian ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa variabel kejelasan sasaran anggaran tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel kesenjangan anggaran (budgetary slack). Dengan kata lain, dengan adanya kejelasan sasaran anggaran tidak akan mengurangi terjadinya senjangan anggaran.Selain itu variabelKomitmen organisasi tidak b e r p e n ga r u h s i g n i f i ka n te r h a d a p hubungan antara kejelasan sasaran anggaran terhadap senjangan anggaran. Dengan kata lain, tidak adanya pengaruh yang signifikan antara variabel komitmen
Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap ... (Firdaus A. Rahman & Anilgas DLT)
organisasi dalam memoderasi kejelasan sasaran anggaran terhadap terjadinya suatu kesenjangan anggaran. Penelitian selanjutnya hendaknya dapat menggunakan populasi dan sampel yang lebih luas, dengan penggunaan Grafik V.1. Normal Probability Plot
99
metode yang berbeda. Pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap kesenjangan anggaran dengan komitmen organisasi sebagai pemoderasi masih perlu di uji kembali.
100
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I Vol. 15 No. 1 Juni 2009
Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap ... (Firdaus A. Rahman & Anilgas DLT)
101