PENGARUH KEEFEKTIFAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP PROFESIONALITAS GURU SD NEGERI SE KECAMATAN DAHA SELATAN Masnihalifatulah Dinas Pendidikan Kabupaten Hulu Sungai Selatan Jl. Melati No. 17, Kandangan, HSS, Kalimantan Selatan e-mail:
[email protected] Abstract: This reaserch aims to analyze the influence of principal leadership effectiveness toward public elementary tearches‟s profesionalism in Daha Selatan District, the influence of school climate toward public elementary teacher‟s profesionalsm in Daha Selatan Distric, and the influence of both principal leardership effectiveness and school climate toward public elementary teachers‟ profesionalism in Daha Selatan Distrct. The research is conducted using descriptive data analysis technique and inferential data analysis technique. In this research, the population is all public elementary teachers in Daha Selatan district 18 schools, with esmation around 209 teachers. While the sampel is taken by proportional random sampling by which the estimation is around 137 people. The finding of the research shows that leardership effectiveness and school climates partially and simultaneously have a significant influence on public elementary teachers‟s profesionalism in Daha Selatan District. Keywords: principal leardership effectiveness, school climate, teachers‟s profesionalism Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh efektivitas kepemimpinan kepala sekolah terhadap profesionalisme guru SD Negeri Se Kecamatan Daha Selatan. pengaruh iklim sekolah terhadap profesionalisme Guru SD Negeri Se Kecamatan Daha Selatan, dan pengaruh keefektifan kepemimpinan Kepala Sekolah dan iklim sekolah secara bersama-sama terhadap Profesionalitas Guru SD Negeri Se Kecamatan Daha Selatan, Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif dan teknik analisis data Inferensial. Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh guru SD Negeri Se Kecamatan Daha Selatan 18 sekolah, dengan jumlah guru sebanyak 209 guru, sedangkan sampel diambil dengan teknik Propotional Random Sampling dengan jumlah sampel sebesar 137 orang, Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara efektivitas kepemimpinan dan iklim sekolah dengan profesionalisme guru Sekolah Dasar Negeri Se Kecamatan Daha Selatan, baik masing-masing ataupun secara simultan. Kata Kunci: efektivitas kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah, profesionalitas guru
pelaku utama sebagai fasilitator penyelenggaraan proses belajar siswa. Oleh karena itu kehadiran dan profesionalismenya sangat berpengaruh dalam mewujudkan program pendidikan nasional. Guru harus memiliki kualitas yang cukup memadai, karena guru merupakan salah satu komponen
Latar Belakang Keinginan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah sudah menjadi trend keinginan semua pihak dan guru dianggap salah satu komponen yang sangat menentukan untuk terselenggaranya proses pendidikan. Keberadaan guru merupakan 65
66 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 2, No 1, Maret 2016, hal 65 - 80
mikro pendidikan yang sangat strategis dan banyak mengambil peran dalam proses pendidikan persekolahan (Suyanto dan Hisyam, 2000). Namun berdasarkan kenyataan di lapangan kualitas pendidikan yang diharapkan masih sangat jauh dari harapan, karena pada dasarkan selain faktor guru ada faktor-faktor lain yang menentukan kualitas pendidikan. Sebagaimana yang dikemukakan Wukir (2013) banyak cara untuk memperbaiki kualitas pendidikan tidak akan menjamin tercapainya tujuan program tersebut. Karena keberhasilan implementasi usaha perbaikan ini juga bergantung kepada motivasi dan kepemimpinan sekolah. Kenyataan ini berbanding terbalik dengan keadaan yang ada Sekolah Dasar di wilayah kecamatan Daha Selatan dari 310 orang guru yang ada hanya sekitar 100 orang guru yang sudah mendapatkan sertifikasi atau kurang dari 50% dari guru yang ada sementara kualifikasi pendidikan S1 atau akta IV hanya mampu mencapai 2/3 dari jumlah guru yang ada. Berdasarkan ini beberapa faktor yang dianggap menjadi penyebab yaitu kepemimpinan kepala sekolah serta iklim sekolah yang disekitar guru tersebut. Di samping itu dalam melaksanakan tugasnya, guru selalu dihadapkan oleh berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan tugas pokok sebagai seorang pendidik yaitu meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, maupun seorang pengajar yakni meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, juga guru sebagai seorang pelatih yakni, mengembangkan ketrampilan para siswa. Untuk itu semua diperlukan Keefektifan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan komitmen yang tinggi oleh para guru. Kepemimpinan kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap penyelenggaran pendidikan di sekolah. Keberhasilan suatu institusi dalam menjalankan program yang telah direncanakan atau diorganinsasikan perlu didukung dengan sebuah kepemimpinan yang efektif (Bapadal, 2009:44). Hal ini berlaku juga di sekolahsekolah di wilayah kecamatan Daha Selatan, terutama di sekolah dasar negeri se kecamatan Daha Selatan. Maju tidaknya
sekolah terlihat dari kefektifan kepala sekolah yang memimpin di sekolah tersebut. Peningkatan mutu yang dilaksanakan secara berkelanjutan membutuhkan dua faktor pendukung yang utama didalam pelaksanaannya demikian pula terhadap pelaksanaan sekolah yang ada, data yang ada jumlah tenaga guru SD Negeri se kecamatan Daha Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan pada tahun 2014-2015 dari 29 SD dengan jumlah guru 288 orang, guru berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS ).Guru Tidak Tetap (guru honor) tercatat tingkat pendidikannya yaitu Stara S1 berjumlah 58 orang dan D II ada 197 orang, pendidikan setara SMA (SPG) 30, dan SMP berjumlah 3 orang, sementara jumlah murid tercatat 4.011 0rang. Kepala sekolah sebagai pemimpin memiliki tugas dan kewajiban mengarahkan bawahan kepada suatu komitmen dalam pelaksanaan tugas. Dengan demikian bahwa kepala sekolah harus senantiasa mempengaruhi bawahan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Hal ini bisa kita kaji gagasan dari Ki Hajar Dewantara yaitu Ing ngarso Sung Tuladha, artinya seorang pemimpin hendaknya menjadi panutan (contoh) bagi bawahan; Ing Madya mangun karsa, yang artinya pemimpin ikut kegiatan menggugah semangat anak buahnya; dan Tut Wuri Handayani, yang berarti pemimpin berupaya memberikan dorongan dari belakang. Keefektifan Kepemimpinan adalah bagian yang sangat penting dalam suatu kegiatan, tanpa Keefektifan Kepemimpinan tidak ada kegiatan yang nyata. Maslow dalam Widyawati,(2009:90) mengemukakan bahwa Keefektifan Kepemimpinan adalah tenaga pendorong dari dalam yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu atau berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Sedangkan meurut Callahan dan Clark dalam Junasion (2010:117) mengemukakan bahwa Keefektifan Kepemimpinan adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah tujuan tertentu. Mengcu pada kedua pendapat tersebut diatas, maka dapat dikemukakan bahwa Keefektifan Kepemimpinan merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu lembaga. Para pegawai akan bekerja dengan sungguh-
Masnihalifatulah, Pengaruh Keefektifan Kepemimpinan …. 67
sungguh apabila memiliki Keefektifan Kepemimpinan yang tinggi. Dengan kata lain seorang pegawai akan melakukan semua pekerjaan dengan baik apabila ada faktor pendorong(Keefektifan Kepemimpinan). Dalam kaitan ini pemimipin dituntut untuk memiliki kemampuan membangkitkan Keefektifan Kepemimpinan para pegawai sehingga kinerja mereka meningat. Selain efektifitas kepemimpinan kepala sekolah, tidak kalah pentingnya adalah iklim sekolah yang menjadi tempat lingkungan belajar bagi guru dan siswa serta stockholder pendidikan lainnya. Setiap sekolah memiliki kepribadian atau karakteristik tersendiri yang diciptakan dan dipertahankan serta mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan terhadap unsur dan komponen sekolah yang merupakan budaya dan iklim suatu sekolah. Dari sekian karakteristik yang ada, dapat dikatakan bahwa budaya sekolah bukan hanya refleksi dari sikap para personil sekolah, namun juga merupakan cerminan kepribadian sekolah yang ditunjukan oleh perilaku individu dan kelompok dalam sebuah komunitas sekolah. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti berkeinginan untuk mengungkapkan bagaimana pengaruh efektifitas Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah terhadap Profesionalitas Guru pada SD Negeri se kecamatan Daha Selatan. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai acuan untuk merancang program penanganan masalah profesionalistas guru terutama pada SD Negeri se kecamatan Daha Selatan. Studi Literatur Pemimpin berasal dari kata “leader” dan kepemimpinan berasal dari kata “leadership”. Pemimpin adalah orang yang paling berorientasi hasil, dimana hasil tersebut akan diperoleh jika pemimpin mengetahui apa yang diinginkannya (Sumartini, 2013). Kepemimpinan kepala sekolah berkenaan dengan kemampuan dan kompetensi kepala sekolah, baik hard skiils maupun soft skills, untuk mempengaruhi seluruh sumber daya sekolah agar mampu menjadi tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sekolah (Sumartini, 2013).
Hakikat kepemimpinan adalah kegiatan seseorang menggerakkan orang lain, agar orang lain itu berkenan melaksanakan tugastugasnya (Bapadal, 2009). Secara sederhana, kepemimpinan merupakan seni memotivasi dan mempengaruhi kelompok untuk bertindak mencapai tujuan bersama. Seorang pemimpin biasanya menjadi sumber inspirasi dan pengarah tindakan anggota organisasi.(Wukir, 2013). Kepemimpinan menurut Surat Keputusan Badan Administrasi Kepegawaian Negara No. 27/KEP/1972 adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat membawa turut serta dalam suatu pekerjaan Keefektifan Kepemimpinan merupakan bagian penting dalam setiap kegiatan, tanpa Keefektifan Kepemimpinan tidak ada kegiatan yang nyata.karena, Keefektifan Kepemimpinan merupakan tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Menurut Maslow (1970) keefektifan kepemimpinan adalah tenaga pendorong dari dalam yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu atau berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Sedangkan menurut Callahan and Clark (1988:90) mengemukakan bahwa Keefektifan Kepemimpinan adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah tujuan tertentu. Mengacu pendapat tersebut, dapat dikemukakan bahwa Keefektifan Kepemimpinan merupakan bagian bagian yang sangat penting dalam suatu lembaga. Para pegawai akan bekerja dengan sungguhsungguh apabila memiliki Keefektifan Kepemimpinan yang tinggi. Dengan kata lain seorang pegawai akan melakukan semua pekerjaannya dengan baik apabila ada fakor pendorong (Keefektifan Kepemimpinan ). Dalam kaitan ini pemimpin dituntut memiliki kemampuan membangkitkan Keefektifan Kepemimpinan para pegawai sehingga kinerja mereka meningkat. Kepala sekolah yang efektif setidaknya harus mengetahui, menyadari, dan memahami tiga hal: (1) mengapa pendidikan yang berkualitas diperlukan di sekolah; (2) apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu dan produktivitas
68 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 2, No 1, Maret 2016, hal 65 - 80
sekolah; dan (3) bagaimana mengelola sekolah secara efektif untuk mencapai prestasi yang tinggi. Indikator kepala sekolah efektif pertama; komitmen terhadap visi sekolah dalam menjalankan tugas dan fungsinya, kedua; menjadikan visi sekolah sebagai pedoman dalam mengelola dan memimpin sekolah, dan ketiga; senantiasa memfokuskan kegiatannya terhadap pembelajaran dan knerja guru di kelas (greenfield, 1987). indikator-indikator kepemimpinan kepala sekolah yang efektif sebagai berikut: 1. Menerapkan pendekatan kepemimpinan partisifatif terutama dalam proses pengambilan keputusan. 2. Memiliki gaya kepemimpinan demokratis, lugas, dan terbuka. 3. Menyiapkan waktu umtuk bekomunikasi secara terbuka dengan para guru, peserta didik, dan warga sekolah lainnya . 4. Menekankan kepada guru dan seluruh warga sekolah untuk memenuhi normanorma pembelajaran dengan disiplin yang tinggi. 5. Memantau kemajuan belajar peserta didik melalui guru sesering mungkin berdasarkan data prestasi belajar 6. Menyelenggarakan pertemuan secara aktif, berkala dan berkesinambungan dengan komite sekolah, guru, dan warga sekolah lainnya mengenai topik-topik yang memerlukan perhatian 7. Membimbing dan mengarahkan guru dalam memecahakan masalah-masalah kerjanya, dan bersedia memberikan bantuan secara proposional dan professional. 8. Mengalokasikan dana yang diperlikan untuk menjamin pelaksanaan program pembelajaran sesuai prioritas dan peruntukkannya . 9. Melakukan berbagai kunjungan kelas untuk mengamati kegiatan pembelajaran secara langsung. 10. Memberikan dukungan kepada guru untuk menegakan disiplin peserta didik . 11. Memperhatikan kebutuhan peserta didik, guru, staf, orang tua, dan masyarakat sekitar sekolah. 12. Menunjukan sikap dan perilaku teladan yang dapat menjadi panutan atau model
13.
14. 15. 16.
17. 18.
bagi guru, peserta didik, dan seluruh warga sekolah. Memberikan kesepatan yang luas kepada seluruh warga sekola dan masyarakat untuk berkonsultasi dan berdiskusi mengenai permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan pendidikan dan pembelajaran di sekolah Mengarahakan perubahan dan inovasi dalam organisasi Membangun kerja aktif, kreatif, dan produktif. Menjamin kebutuhan peserta didik, guru, staf, orang tua, dan masyarakat sebagai pusat kebijakan Memiliki komitmen yang jelas terhadap penjaminan mutu lulusan Memberikan ruang pemerdayaan sekolah kepada seluruh warga sekolah.
Disamping itu, dikemukakan beberapa indikator perilaku dan kinerja kepala sekolah yang kurang efektif, sebagai berikut. 1. Memfokuskan perannya sebagai manajer sekolah dan anggaran 2. Sangat disiplin dalam menjaga dokumen 3. Bekomunikasi dengan setiap orang sehingga memmboroskan waktu dan tenaga 4. Membiarkan guru melakukan pembelajaran di kelas tanpa memberikan masukan dan umpan balik 5. Kurang mamapu mengatur waktu secara efektif dan efisien, seta hanya sedikit menyediakan waktu untuk urusan kurikulum dan pembelajaran Herseef dan Blanchard (1989:) merumuskan bahwa Keefektifan Kepemimpinan adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan, dengan demikian Keefektifan Kepemimpinan adalah keinginan untuk berbuat sesuatu yang timbul dari seseorang. Menurut Moekijat (2002:112 ) mengemukakan Keefektifan Kepemimpinan berasal dari kata “movere” yang berarti dorongan atau daya penggerak. Keefektifan Kepemimpinan ini hanya diberikan pada manusia khususnya para bawahan atau pengikut, sedangkan Sardiman (2001) menyatakan Keefektifan Kepemimpinan
Masnihalifatulah, Pengaruh Keefektifan Kepemimpinan …. 69
sebagai penemuan dan penggunaan dorongan yang dapat menuntun orang lain ke pola perilaku yang dikehendaki. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa motif merupakan suatu dorongan kebutuhan dalam diri pegawai yang perlu dipenuhi agar pegawai tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, sedangkan Keefektifan Kepemimpinan adalah kondisi yang menggerakkan pegawai agar mampu mencapai tujuan dan motifnya. Keefektifan Kepemimpinan juga dapat dikatakan sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri. Bilamana suatu kebutuhan tidak terpuaskan maka timbul dorongan dalam diri dan aktivitas individu untuk merespon rangsanagan dalam tujuan yang diinginkan. Pencapaian tujuan akan mejadikan individu menjadi puas. Keefektifan Kepemimpinan memang merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu kegiatan, tanpa Keefektifan Kepemimpinan tidak ada kegiatan yang nyata. Maslow dalam Widyawati,(2009) mengemukakan bahwa Keefektifan Kepemimpinan adalah tenaga pendorong dari dalam yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu atau berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Sedangkan meurut Callahan dan Clark dalam Junasion (2010) mengemukakan bahwa Keefektifan Kepemimpinan adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah tujuan tertentu. Mengacu pada kedua pendapat tersebut diatas, maka dapat dikemukakan bahwa Keefektifan Kepemimpinan merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu lembaga. Para pegawai akan bekerja dengan sungguhsungguh apabila memiliki Keefektifan Kepemimpinan yang tinggi. Dengan kata lain seorang pegawai akan melakukan semua pekerjaan dengan baik apabila ada faktor pendorong (keefektifan kepemimpinan). Dalam kaitan ini pemimipin dituntut untuk memiliki kemampuan membangkitkan Keefektifan Kepemimpinan para pegawai sehingga kinerja mereka meningkat. Organisasi adalah suatu bentuk kerjasama manusia untuk pencapaian tujuan bersama. Organisasi tidak lebih dari
sekelompok orang yang berkumpul bersama di sekitar suatu te) organisasi sidefinisikan sebagai hal yang bersifat kolektif, dibentuk untuk mencapai sasaran spesifik. Organisasi memiliki suatu profil yang jelas, kekhususan yang berbeda dan berkelanjutan seperti, tatanan yang normative, tingkatan otoritas, system komunikasi, dan incentive system. Pengertian organisasi sebagai kerangka hubungan mengacu pada struktur hubungan antara pekerjaan dan posisi yang dibuat untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi sebagai kelompok orang-orang mengacu pada seringnya organisasi dipandang sebagai kelompok orang-orang yang berkntribusi melaui usaha mereka dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi sebagai system menunjukkan konsep bahwa organisasi terdiri dari komponen-komponen yang masing-masing mempunyai sifat unik, kemampuan dan hubungan timbal balik (Wukir, 2013) Suatu organisasi termasuk sekolah tidak terlepas dari lingkungan yang mengelilinginya, baik internal maupun eksternal, salah satunya adalah budaya organisasi. Budaya organisasi sebagai salah satu lingkungan organisasi sangat mempengaruhi terciptanya iklim atau suasana organisasi. Iklim atau suasana organisasi merupakan bagian dari kultur organisasi yang dipandang dan dipahami oleh anggota organisasi (Wukir, 2013). Iklim sekolah (organizational Climate) pertama kalinya dipakai oleh Kurt Lewin pada tahun 1930-an, yang menggunakan istilah iklim psikologi (psychological climate). kemudian istilah iklim organisasi dipakai oleh R. Taguiri dan G. Litwin, yang mengemukakan sejumlah istilah untuk melukiskan perilaku dalam pengaruh dengan latar atau tempat (setting) dimana perilaku muncul: lingkungan (environment), lingkungan pergaulan (milieu), budaya (culture), suasana (athmosphere), situasi (situation), pola lapangan (field setting), pola perilaku (behavior setting) dan kondisi (conditions) (Wirawan, 2007). Iklim sekolah dapat dijelaskan sebagai persepsi kolektif terhadap kualitas dan karakter dari kehidupan sekolah mencakup perilaku dari kepala
70 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 2, No 1, Maret 2016, hal 65 - 80
sekolah, guru dan staf, serta dinamika sekolah. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi iklim yaitu perilaku pekerja, gaya kepemimpinan, teknologi dan lingkungan kerja: 1. Perilaku pekerja Perilaku manusia sebenarnya adalah cerminan yang paling sederhana dari motivasi dasar mereka. Agar perilaku mereka sesuai dengan tujuan organisasi, maka harus ada perpaduan antara motivasi akan perubahan mereka sendiri dan permintaan organisasi. 2. Gaya Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan masalah relasi antara ysng dipimpin dengsng ysng dipimpin. Kepemimpinan bias berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin untuk mengacal dan menggerakkan orang-orang guna melakukan sesuatu demitercapinya tujuan organisasi. 3. Teknologi Secara keseluruhan memusatkan perhatian pada teknologi produksi yang umum dipakai di seluruh departemen organisasi, sedangkan studi tingkat individual biasanya memerhatikan teknologi kerja. 4. Lingkungan Kerja Efektivitas dalam organisasi banyak dapat ditingkatkan dengan menciptakan situasi dengan karakteristik pekerjaan yang selaras dengan sifat pengembang pekerjaan itu, keduanya ditujukan untuk meningkatkan usaha dan prestasi yan berkaitan dengan pekerjaan . Ada empat (4) strategi pokok untuk mengembangkan lingkungan kerja yang mengarahkan pada tujuan(Sunyoto, 2013):: 1. Pemilihan dan penempatan kerja 2. Pendidikan dan pengembangan 3. Desaian dan rancangan tugas 4. Penilaian serta balas jasa atau prestasi Profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu. Artinya suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang (Kunandar, 2007) Guru sebagai pendidik merupakan tenaga professional. Mengacu pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 42 ayat (1)
bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional” (Wahyudi, 2012). Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang (Kunandar, 2007). Profesionalisme merupakan sikap professional yang berarti melakukan sesuatu sebgai pekerjaan pokok sebagai profesi dan bukan sebagai pengisi waktu luang atau sebagai hoby belaka (Sagala, 2011). Profesinalime adalah kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang (Kunandar, 2007). Menurut UUGD Pasal 1, Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (Wahyudi, 2012) Richey (Sagala, 2011) mengemukakan suatu profesi mempersyaratkan para anggotanya: (1) memiliki komitmen untuk menjunjung tinggi martabat kemanusiaan lebih dari pada kepentingannya sendiri, (2) menjalani suatu persiapan profesioanl dalam jangka waktu tertentu guna mempelajari dan memperoleh pengetahuan khusus tentang konsep dan prinsip dari profesi itu, sehingga statusnya ditingkatkan; (3) selalu menambah pengetahuan jabatan agar terus bertumbuh dalam jabatan; (4) memiliki kode etik jabatan (5) memiliki daya maupun keaktifan intelektual untuk mampu menjawab masalahmaslah yang dihadapi dalam setiap perubahan, (6) ingin selalu belajar lebih dalam mengenal suatu bidang keahlian; (7) jabatannya dipandang sebagai suatu karier hidup (a life career); dan (8) menjadi anggota suatu organisas, misalnya kelompok kepala sekolah atau penilik sekolah, atau guru bidang studi tertentu. Guru yang professional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi
Masnihalifatulah, Pengaruh Keefektifan Kepemimpinan …. 71
disini meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan professional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis (Kunandar, 2007). Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama (Aqib dan Rohmanto, 2008): 1. Mendidik, 2. Mengajar 3. Membimbing 4. Mengarahkan 5. Melatih 6. Menilai 7. Mengevaluasi Pekerjaan guru memanglah sebagai suatu profesi, tetapi tidaklah semua guru profesional, untuk menentukan guru yang profesional haruslah memenuhi empat kreteria berikut (Wahyudi, 2012): 1. Ahli (ekspert) Yang pertama adalah ahli dalam bidang pengetahuan yang diajarkan dan ahli dalam tugas mendidik. Seorang guru tidak saja menguasai isi pengajaran yang diajarkan, tetapi juga mampu dalam menanamkan konsep mengenai pengetahuan yang diajarkan. Karena mengajar adalah sarana untuk mendidik, yaitu menyampaikan pesan-pesan didik, maka guru yang profesional tidak cukup hanya ahli bidang studi dan ahli mengajarkannya tetapi harus pula ahli menyampaikan pesan-pesan didik melalui bidang studi yang diajarkannya. Nampaknya banyak guru yang hanya ahli dalam mengajar tetapi kurang memperhatikan segi-segi mendidik. Pemahaman seperti itu tidak akan bermanfaat bagi guru sebagai pendidik. Guru yang mampu mengajar saja dan hanya melihat pada tujuan-tujuan dan materi pelajaran belaka, mereka ini menerapkan apa yang oleh Paulo Freire disebut„Banking Concept‟, yaitu cara guru yang memandang bahwa mengajar itu seperti orang yang memasukkan uang ke dalam bank dan akan mendapatkan bunga. Guru mengajar, murid belajar, guru menerangkan, murid mendengarkan, guru bertanya, murid menjawab. Konsep seperti itu tidak manusiawi (dehumanisasi). Dalam proses belajar
mengajar atau yang kini dikenal proses pembelajaran terjadi dialog yang ekstensial antara pendidik dan subyek didik sehingga subyek didik menemukan dirinya. Karenanya pengetahuan yang diberikan harus dapat membentuk pribadi yang utuh (holistik) dan tidak sekadar „transfer of knowledge‟. Kalau guru hanya ahli dan trampil mentransfer materi pelajaran, maka pada suatu saat nanti peranan guru akan dapat diganti dengan media teknologi modern. Ingat, bahwa guru bukan hanya pengajar, tetapi juga pendidik. Melalui pengajaran guru membentuk konsep berpikir, sikap jiwa dan menyentuh afeksi yang terdalam dari inti kemanusiaan subyek didik. 2. Memiliki Otonomi dan Rasa Tanggung jawab Guru yang profesional disamping ahli dalam bidang mengajar dan mendidik, ia juga memiliki otonomi dan tanggungjawab. Guru yang profesional telah memiliki otonomi atau kemandirian dalam mengemukakan apa yang harus dikatakan berdasarkan keahliannya. Pada awalnya memang ia belum punya kebebasan atau otonomi, karena ia masih belajar sebagai magang. Melalui proses belajar dan perkembangan profesi maka pada suatu saat ia akan memiliki sikap mandiri. Ciri-ciri kemandirian antara lain: dapat memegang teguh nilai-nilai hidup; dapat membuat pilihan nilai; dapat menentukan dan mengambil keputusan sendiri; dan dapat bertanggung jawab atas keputusan itu. Guru yang profesional mempersiapkan diri sematang-matangnya sebelum ia mengajar. Ia menguasai apa yang akan disajikan dan bertangungjawab atas semua yang diajarkan, dan bahkan bertanggungjawab atas segala tingkah lakunya. Dalam ilmu pendidikan, tanggungjawab guru mengandung makna multi dimensional, yaitu bertanggungjawab terhadap diri sendiri, siswa, orang tua, lingkungan sekitarnya, masyarakat, bangsa dan negara, sesama manusia, dan akhirnya terhadap Tuhan Yang Maha Pencipta. Jadi tanggung jawab guru mengandung aspek intelektual, individual, sosial, etis dan relegius.
72 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 2, No 1, Maret 2016, hal 65 - 80
Dimensi-dimensi tanggungjawab ini harus dikembangkan melalui seluruh pengalaman belajar di sekolah, termasuk seluruh bidang studi yang diajarkan. 3. Berjiwa Dinamis dan Reformis Guru yang profesional akan selalu berjiwa dinamis. Ia tidaklah statis. Artinya guru selalu berusaha untuk mengembangkan diri dan profesinya, serta mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan jaman. Karenanya ia harus pula berjiwa reformis, yaitu mampu mengubah paradigma yang bertentangan dengan profesionalisme, dan mengganggu keotonomiannya, serta memberantas usaha-usaha dehumanisasi kependidikan. 4. Memiliki Rasa Kesejawatan Salah satu tugas dari organisasi profesi ialah menciptakan rasa kesejawatan sehingga ada rasa aman dan perlindungan jabatan. Etik profesi ini dikembangkan melalui organisasi profesi. Melalui organisasi profesi inilah diciptakan rasa kesejawatan. Semangat korps dikembangkan agar harkat dan martabat guru dijunjung tinggi, baik oleh korps guru sendiri maupun masyarakat pada umumnya. Adalah ironi bila guru diharuskan memikul tanggung jawab mendidik begitu berat, tetapi pada pihak lain penghargaan dan perlindungan terhadap jabatan tidak sesuai dengan tanggungjawab yang dilimpahkan kepada mereka. Ciri-ciri guru produktif adalah: (1) memiliki kecerdasan berfikir dan dapat mempelajari kondisi sekitar dengan cepat; (2) memiliki kompetensi secara profesional; (3) memiliki daya kreatifitas dan inovatif yang tinggi; (4) memahami dan menguasai pekerjaan; (5) belajar dan cerdik menggunakan logika dan mengkoorganisir pekerjaan dengan efisien; (6) selalu berusaha melakkan perbaikan; (7) dianggap bernilai oleh pengawas; (8) memiliki prestasi yang baik dan (9) selalu berupaya untuk meningkkan kemampuan diri. Terdapat beberapa hasil penelitian yang mendukung penelitian ini. Penelitian dari Herlina Rahman (2011) yang berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah
Dan Iklim Sekolah Terhadap Profesionalisme Guru SMA Negeri 2 Belopa Di Kabupaten Luwu “ menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap profesionalisme guru. Penelitian lain dari Herawati (2011) menemukan bahwa terdapat pengaruh positif Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Prestasi Kerja Guru. Hasani (2014) pada penelitiannya tentang pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi professional guru dan budaya sekolah terhadap prestasi kerja guru pada SMPN di Kecamatan Muara Uya Kabupaten Tabalong menemukan bahwa kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi professional guru, dan budaya sekolah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja guru, dengan variabel yang berpengaruh dominan adalah kompetensi professional guru. Penelitian lain dari Widjanarko (2011) tentang pengaruh budaya organisasi, kepemimpinan dan motivasi terhadap kepuasaan kerja dan kinerja pegawai kantor imigrasi kelas I Banjarmasin. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh tidak langsung variabel budaya organisasi terhadap kepuasan kerja melalui kepemimpinan dan motivasi. Jaini (2011) pada penelitiannya tentang pengaruh iklim organisasi, Budaya Organisasi, dan Komitmen Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Dinas Pendapatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, membuat suatu kesimpulan bahwa varibel iklim organisasi, budaya organisasi dan komitmen organisasi secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai dinas pendapatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Martawansyah (2012) dalam penelitiannya tentang pengaruh iklim organisasi pengembangan karir dan kepuasan kerja terhadap motivasi kerja dan kinerja pegawai badan keluarga berencana, pemberdayaan perempuan perlindungan anak kabupaten Kotabaru, menegaskan bahwa berdasarkan peneltiannya diketahui bahwa iklim organisasi, pengembangan karier dan kepuasan kerja memang mempengaruhi motivasi kerja dan kinerja pegawai di organisasi yang diteliti. Penelitian-penelitian
Masnihalifatulah, Pengaruh Keefektifan Kepemimpinan …. 73
ini ditunjang lagi oleh penelian dari Yeni (2011) dan Novita (2012) yang menemukan bahwa kualitas kepemimpinan memang mampu mempengaruhi kinerja pegawainya. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian yang sifatnya melukiskan keefektifan yang terdapat di dua variabel atau lebih. Penelitian korelasional berusaha menetapkan seberapa kuatnya keefektifan yang terdapat dua variabel (Arikunto, 2003) Penelitian ini bermaksud mengetahui keefektifan yang terdapat tiga variabel, yakni variable Keefektifan Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1), variable Iklim Sekolah (X2) dan variabel Profesionalitas Guru (Y). Menurut Sudjana (2005),populasi mengandung arti sebagai totalitas nilai hasil mengukur atau menghitung baik kuantitatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifatsifatnya. Pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh Furqon (2002) yang mengatakan bahwa populasi dapat didefinisikan sebagai sekumpulan obyek, orang atau keadaan yang paling memiliki satu karakteristik umum yang sama. Sekelompok yang sama digeneralisasikan untuk memperoleh hasil dalam penelitian.Sedangkan menurut Sugiyono (2006), mendefinisikan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh guru Sekolah Dasar Negeri se Kecamatan Daha Selatan yang berjumlah 209 orang. Mengingat berbagai keterbatasan peneliti, maka tidak semua anggota populasi diteliti,oleh sebab itu perlu dilakukan penarikan sampel. Dengan kata lain sampel.peneliti tidak meneliti semua obyek, semua gejala, semua kejadian, atau peristiwa melainkan hanya sebagian saja dari obyek, gejala atau kejadian yang dimaksudkan (Hadi:2003).
Jumlah sampel dihitung menggunakan rumus Slovin, yaitu:
dengan
l Dalam penelitian ini sampel ditetapkan dengan tehnik roporsional Random Sampling dari masing-masing anggota sub populasi berdasarkan wilayah sekolah yang ada dengan rumus sebagai berikut: Sampel/sekolah =
x populasi/sekolah
Hasil perhitungan jumlah sampel untuk masing-masing sekolah SD Negeri Se Kecamatan Daha Selatan ditunjukkan pada Tabel 1. Sesuai dengan variabel-variabel yang tercakup dalam desain penelitian untuk pengumpulan data digunakan metode penyebaran angket atau kuesioner. Angket digunakan untuk mengungkap variabelvariabel Efektifitas Kepemimpinan guru, Iklim Sekolah dan Profesionalisme Guru yang diisi langsung oleh responden. Angket yang diisi seluruhnya merupakan angket tertutup model skala Likert. Skala Likert yang digunakan adalah skala Likert dengan 5 tingkatan jawaban, yaitu dimulai dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), ragu-ragu (3), setuju (4), dan sangat setuju (5). Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri se Kecamatan Daha Selatan dari 29 SD Negeri di ambil sebanyak 18 SD negeri yang lebih dominan dan hal ini tidak mengurangi esensi dari penelitian. Penelitian dilaksanakan selama enam bulan dimulai dari bulan september 2015 dan berakhir dibulan februari 2016.
74 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 2, No 1, Maret 2016, hal 65 - 80
Tabel 1. Jumlah Populasi dan Sampel Masing-Masing Sekolah No Nama Sekolah Jumlah Guru (Populasi) 1. Muning Dalam 11 2. Muning Tengah 12 3. Banjar Baru 13 4. Pihanin 1 11 5. Pihanin 2 11 6. Pandan sari 12 7. Bayanan 1 12 8. Bayanan 2 12 9. Tumbukan Banyu 11 10. Habirau 11 11. Habirau Tengah 1 11 12. Parigi 2 12 13. Banua Hanyar 1 13 14. Banua Hanyar 2 11 15. Tambangan 2 11 16. Tambangan 4 11 17. Baruh Jaya 1 12 18 Samuda 1 12 Jumlah 209
Hasil Penelitian Dan Pembahasan Kecamatan Daha Selatan adalah salah satu kecamatan yang ada di wilayah kabupaten Hulu Sungai Selatan Propinsi Kalimantan Selatan. Jarak kecamatan dangan kota kabupaten sekitar ± 30 km. Sekolah Dasar di kecamatan Daha Selatan ada sekitar 29 SD Negeri dengan menyebar dan sebagian bersebarangan sungai. Seluruh sekolah dibagi ke dalam empat Rayon yaitu rayon 2 dengan SD Inti Baruh Jaya 1, rayon 1 SD inti Bayanan 1, rayon 3 SD inti Habirau Tengah 1, dan Rayon 4 SD inti Pandan Sari.
Sampel 7 8 9 7 7 8 8 8 7 7 7 8 9 7 7 7 8 8 137
Hasil Tangapan responden terhadap angket efektifitas kepemimpinan kepala sekolah di hitung dengan menggunakan fasilitas komputer program SPSS versi 15. Berdasarkan jawaban responden dapat digambarkan dengan menggunakan distribusi frekuensi, frekuensi terbanyak ada pada interval kelas 144 – 139 dengan jumlah sebesar 45 orang atau 32,85%. Sedangkan frekuensi paling kecil berada pada interval kelas 168– 163 dan 162 – 157 dengan jumlah sebesar 0 orang atau 0,00.
Gambar 1. Distribusi skor Efektifitas Kepemimpinan Kepala Sekolah SD Negeri Se Kecamatan Daha Selatan
Masnihalifatulah, Pengaruh Keefektifan Kepemimpinan …. 75
Gambar 2.Distribusi skor Iklim Sekolah SD Negeri Se Kecamatan Daha Selatan
Gambar 3. Distribusi skor Profesionalisme Guru SD Negeri Se-Kecamatan Daha Selatan
Dari data pada Gambar 1 terlihat skor efektifitas kepemimpinan kepala sekolah mean 147.46 dan median 147,0 sehingga tampak nilai mean hanya sedikit lebih besar dari nilai median atau dengan kata lain subjek Efektifitas Kepemimpinan Kepala Sekolah hanya sedikit di bawah rata-rata. Jawaban responden tentang iklim sekolah dapat dilihat pada Gambar 2 yang menampilkannya dengan menggunakan distribusi frekuensi, Frekuensi terbanyak ada pada interval kelas 143 – 140 dengan jumlah sebesar 36 responden atau 26,28%. Sedangkan frekuensi paling kecil berada pada interval kelas 127 – 124 dengan jumlah sebesar 6 responden atau 4,38%. Dari Gambar 2 juga terlihat skor Iklim Sekolah mean 140.47 dan median 141,0 sehingga tampak nilai mean sedikit lebih kecil dari nilai median atau dengan kata lain skor Iklim Sekolah di atas rata-rata. Sebaran skor dari variabel Profesionalisme Guru Sekolah SD Negeri Se Kecamatan Daha Selatan menunjukkan
frekuensi terbanyak ada pada interval kelas 155 – 151 dengan jumlah sebesar 31 responden atau 22,63%. Sedangkan frekuensi paling kecil berada pada interval kelas 135 – 130 dengan jumlah sebesar 4 responden atau 2,92% (selengkapnya lihat Gambar 3. Dari Gambar 3 juga terlihat skor Profesionalisme Guru mean 153,52 dan median 155,0 sehingga tampak nilai mean lebih kecil dari nilai median atau dengan kata lain lebih banyak subyek yang memiliki skor Profesionalisme Guru di atas rata-rata. Untuk keperluan penelitian ini, kuesioner yang berbentuk skala likert di uji baik validitas maupun reliabilitasnya. Pengujian kuesioner dilakukan dua tahap. Tahap pertama dilakukan oleh para pakar (expert judgment) untuk menghindari pembiasan penafsiran dan penyempurnaan tata bahasa dalam kuesioner. Pengujian tahap kedua dilakukan untuk menguji validitas dengan tehnik korelasi yang digunakan adalah korelasi Product Moment dari Pearson:
76 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 2, No 1, Maret 2016, hal 65 - 80
Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas. NO Instrumen 1 Efektifitas Kepemimpinan (X1) 2 Iklim Sekolah (X2) 3 Kinerja Guru ( Y) Penyebaran angket diuji cobakan diambil di luar sampel yang telah ditentukan jumlahnya, namun masih dalam satu populasi yang sama, Populasi guru SD Negeri Se Kecamatan Daha Selatan berjumlah 209 orang guru, dan sampel sebanyak 137 guru, maka terdapat 72 orang guru di luar sampel. 1. Instrumen Efektifitas Kepemimpinan Jumlah awal item Instrumen Efektifitas Kepemimpinan ada 37 butir. setelah diujicobakan pada 72 responden akhirnya di dapat 36 butir item instrumen yang baik (butir instrumen yang derajat kevalidannya di atas 0,235). Sedangkan terhadap butir yang gugur (instrumen yang derajat validitasnya di bawah 0,235) dibuang tidak dipakai, dengan pertimbangan yang diambil bahwa pengurangan item tidak akan merusak makna dari indikator instrumen. 2. Instrumen Iklim Sekolah Penggalian data tentang Iklim Sekolah menggunakan Instrumen dengan jumlah 35 butir. Setelah dilakukan validitasi dengan diujicobakan terhadap 72 responden didapat 33 butir dinyatakan valid dan 2 butir dinyatakan gugur (derajat kevalidan di bawah 0,235). Terhadap butir instrumen yang gugur dibuang tidak dipakai masih dengan pertimbangan bahwa tidak merusak makna dari indikator instrumen. 3. Instrumen Profesionalisme Guru Instrumen yang dipergunakan untuk menggali data Profesionalisme Guru berjumlah 40 butir. Setelah dilakukan validitasi dengan diujicobakan terhadap 72 responden didapat 37 butir dinyatakan valid dan 3 butir dinyatakan gugur (derajat kevalidan di bawah 0,235). Terhadap butir instrumen yang gugur, tidak dipakai dengan pertimbangan tidak merusak makna dari indikator instrumen. Rangkuman hasil uji reliabilitas instrumen Efektifitas Kepemimpinan, Iklim
Koefisien Alpha 0,959 0,948 0,752
Keputusan Reliabel Reliabel Reliabel
Sekolah dan Profesionalisme Guru dapat dilihat pada tabel 2. Berdasarkan keterangan sebagaimana terangkum pada Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa instrumen Efektifitas Kepemimpinan, Iklim Sekolah dan Profesionalisme Guru memiliki koefisien lebih dari 0,6 sehingga dengan demikian ketiga instrumen reliabel. Data yang telah valid dan reliabel kemudian diuji normalitasnya menggunakan komputer program SPSS versi 15. Dari uji tersebut diperlihatkan bahwa untuk variabel Efektifitas Kepemimpinan (X1) karena Sig = 0,431 > 0,05 (taraf signifikansi) maka distribusi data untuk Efektifitas Kepemimpinan adalah normal. Untuk variabel Iklim Sekolah (X2) karena Sig = 0,606 > 0,05 (taraf signifikansi) maka distribusi data untuk Iklim Sekolah adalah normal. Untuk variabel Profesionalisme Guru, karena Sig = 0,308 > 0,05 (taraf signifikansi) maka distribusi data untuk Profesionalisme Guru dinilai normal (lihat Tabel 3). Tabel 3. Uji Normalitas Efektifitas Iklim Profesionalisme Kepemimpinan Sekolah Guru Asymp. 0,431 0,606 0,308 Sig.
Selanjutnya data diuji homogenitasnya dengan menggunakan fasilitas program SPSS dengan hipotesis pengujian sebagai berikut: Ho : σ¹2 = σ²2 (kedua varians populasi adalah homogen) Hi : σ¹2 ≠ σ²2 (kedua varians populasi adalah tidak homogen) Tabel 4. Hasil uji homogenitas Levene df1 df2 Sig. Statistic Efektifitas 1.548 28 101 .060 kepemimpinan kepala sekolah Iklim sekolah 1.820 28 101 .016
Masnihalifatulah, Pengaruh Keefektifan Kepemimpinan …. 77
Tabel 5. Hasil uji linearitas Dengan Uji Anova Profesionalitasguru * Efektifitas kepemimpinankepalasekolah
Between Groups
(Combin ed)
Linearity Deviatio n from Linearity Within Groups Total
Sum of Squares 3460.315
df
F
Sig.
39
Mean Square 88.726
1.084
.367
1075.063 2385.252
1 38
1075.063 62.770
13.137 .767
.000 .820
7937.889 11398.204
97 136
81.834
Analisis dari tabel ringkasan output pada Levene test ( Independent Sample test) pada Tabel 4 didapat angka Sig 0,60 oleh karena angka sig 0,60 > 0,05 maka Ho diterima. Hal ini berarti varians data Efektifitas Kepemimpinan Kepala Sekolah tidak berbeda secara nyata. Dapat disimpulkan telah terjadi homogenitas pada variabel Efektifitas Kepemimpinan. Dari tabel ringkasan output pada variabel Iklim Sekolah seperti ditunjukkan pada Tabel 4 didapat angka Sig 0,16 oleh karena angka sig 0,16 > 0,05 maka H o diterima. Hal ini berarti varians data Iklim Sekolah tidak berbeda secara nyata. Dapat disimpulkan telah terjadi homogenitas pada variabel Iklim Sekolah. Hasil pengujian pada Tabel 5 menunjukkan bahwa harga F sebesar 0,767 dengan signifikan 0,820. Interpratasi hasil analisis yaitu:
bebas. Demikian pula nilai tolerance mendekati 1 untuk semua variable bebas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam regresi antara variable bebas Efektifitas kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan Iklim Sekolah (X2) terhadap Profesionalitas Guru (Y) tidak terjadi multikolinieritas antar variabel.
H0 : model regresi linier Ha: Model regresitidak linier Taraf signifikasi 0,05, berdasarkan signifikasi yang ditetapkan dengan signifikasi yang diperoleh yaitu 0,820, Ternyata hasil analisis menunjukkan bahwa sig. (0,820) > a (0,05), berarti Ho diterima.
Gambar 4. Uji Heterokedasitas
Tabel 6. Uji Multikolinieritas Model Collinearity Statistics Tolerance VIF Efektivitas 0,985 1,015 Kepemimpinan Kepala Sekolah Iklim Sekolah 0,985 1,015
Berdasarkan hasil uji multikolinieritas yang ditunjukkan pada Tabel 6, ternyata nilai VIF mendekati 1 untuk semua variable
Titik-titik dalam Scatterplot pada model penelitian ini menyebar diatas dan di bawah sumbu y dan tidak membentuk pola tertentu, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedasitas. Tabel 7. Uji Autokorelasi Model R R Square Adjusted R Square 1 .427(a) .182 .170 a Predictors: (Constant), Iklimsekolah, Efektifitas kepemimpinan kepala sekolah b Dependent Variable: Profesionalitas guru
Ternyata koefisien Durbin-Watson besarnya 1,106, mendekati 2. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam
78 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 2, No 1, Maret 2016, hal 65 - 80
regresi antara variable bebas Efektifitas kepimpinan kepala sekolah (X1), Iklim Sekolah (X2) terhadap Profesionalitas Guru (Y) tidak terjadi autokorelasi. Untuk mengetahui apakah ada atau tidak hubungan Efektifitas Kepemimpinan dengan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar Negeri Se Kecamatan Daha Selatan dilakukan analisis data, dimana: Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara Efektifitas Kepemimpinan dengan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar Negeri Se Kecamatan Daha Selatan Ha: Ada hubungan yang signifikan antara Efektifitas Kepemimpinan dengan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar Negeri Se Kecamatan Daha Selatan. Hasil analisis korelasi data pada variabel Efektifitas Kepemimpinan dengan Profesionalisme Guru (seperti ditunjukkan pada Tabel 8) diperoleh nilai r = 0,307 dan angka Sig = 0,000. Oleh karena angka Sig = 0,000 < 0,01 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti hipotesis yang berbunyi “Terdapat hubungan antara Efektifitas Kepemimpinan dengan Profesionalisme Guru
Sekolah Dasar Negeri Se Kecamatan Daha Selatan” di terima. Untuk mengetahui apakah ada atau tidak hubungan Iklim Sekolah dengan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar Negeri Se Kecamatan Daha Selatan dilakukan analisis data, dimana : Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara Iklim Sekolah dengan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar Negeri Se Kecamatan Daha Selatan Ha: Ada hubungan yang signifikan antara Iklim Sekolah dengan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar Negeri Se Kecamatan Daha Selatan. Hasil analisis korelasi data pada variabel Iklim Sekolah dengan Profesionalisme Guru (ditunjukkan pada Tabel 9) diperoleh nilai r = 0,256 dan angka Sig = 0,002. Oleh karena angka Sig = 0,002 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti hipotesis yang berbunyi “Terdapat hubungan antara Iklim Sekolah dengan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar Negeri Se Kecamatan Daha Selatan” di terima.
Tabel 8. Korelasi antara Efektifitas Kepemimpinan dengan Profesionalisme Guru
Efektifitas kepemimpinan kepala sekolah
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed) N Profesionalitas guru Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N ** Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Efektifitas kepemimpinan kepala sekolah 1
Profesionalitas guru
137 .307(**) .000 137
.307(**) .000 137 1 137
Tabel . 9. Korelasi antara Iklim Sekolah dengan Profesionalisme Guru Iklim sekolah Iklim sekolah
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Profesionalitas guru Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N ** Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Profesionalitas guru 1
137 .256(**) .002 137
.256(**) .002 137 1 137
Masnihalifatulah, Pengaruh Keefektifan Kepemimpinan …. 79
Analisis uji homogenitas Efektifitas Kepemimpinan Kepala Sekolah angka Sig 0,60 oleh karena angka sig 0,60 > 0,05. Analisis dari tabel ringkasan output pada variabel Iklim Sekolah angka Sig 0,16 oleh karena angka sig 0,16 > 0,05 berdasarkan data ini maka Ho diterima dan berarti varians data tidak berbeda secara nyata. Taraf signifikasi 0,05, berdasarkan signifikasi yang ditetapkan dengan signifikasi yang diperoleh yaitu 0,991, Ternyata hasil analisis menunjukkan bahwa sig. (0,991) > a (0,05), berarti model regresi linier. Berdasarkan hasil uji multikolinieritas, tabel Variables entered/Removed menunjukkan bahwa semua varibel diikutkan dalam pengolahan data, nilai VIF dan nilai tolerance mendekati 1 untuk semua variable bebas. regresi antara variable bebas Efektifitas kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan Iklim Sekolah (X2) terhadap Profesionalitas Guru (Y) tidak terjadi multikolinieritas antar variabel. Titik-titik menyebar diatas dan di bawah sumbu y dan tidak membentuk pola tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedasitas. Ternyata koefisien Durbin-Watson besarnya 1,859, mendekati 2. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam regresi antara variable bebas Efektifitas kepimpinan kepalasekolah (X1), IklimSekolah (X2) terhadap Profesionalitas Guru (Y) tidak terjadi autokorelasi Hasil analisis korelasi data pada variabel Efektifitas Kepemimpinan dengan Profesionalisme Guru diperoleh nilai r = 0,307 dan angka Sig = 0,000. Oleh karena angka Sig = 0,000 < 0,01 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti hipotesis yang berbunyi “Terdapat hubungan antara Efektifitas Kepemimpinan dengan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar Negeri Se Kecamatan Daha Selatan ” di terima. Hasil analisis korelasi data pada variabel Iklim Sekolah dengan Profesionalisme Guru diperoleh nilai r = 0,256 dan angka Sig = 0,002. Oleh karena angka Sig = 0,002 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti hipotesis yang
berbunyi “Terdapat hubungan antara Iklim Sekolah dengan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar Negeri Se Kecamatan Daha Selatan ” di terima. Nilai korelasi X1 dengan Y adalah sebesar 0,307 dengan nilai ρ Value (sig) sebesar 0,000, dengan demikian dapat dikatakan terdapat hubungan yang sangat kuat dan signifikan (ρ value < 0,05) antara Efektifitas Kepemimpinan dengan Profesionalisme Guru. Nilai korelasi X2 dengan Y adalah sebesar 0,256 dengan nilai ρ Value (sig) sebesar 0,002, dengan demikian dapat dikatakan terdapat hubungan yang sangat kuat dan signifikan (ρ value < 0,05) antara Iklim Sekolah dengan Profesionalisme Guru. Secara teoritis, berdasarkan nilai korelasi dapat dikatakan bahwa Efektifitas Kepemimpinan lebih berpengaruh terhadap Profesionalisme Guru. Tabel Descriptive statistik memberikan informasi mengenai besarnya mean (rata-rata) setiap variabel, rata-rata Efektifitas Kepemimpinan adalah 147,45; rata-rata Iklim Sekolah adalah 140,47 dan rata-rata Profesionalisme Guru adalah 153,52. Kesimpulan Berdasarkan analisis deskriptif terhadap guru SD Negeri se Kecamatan Daha Selatan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang parsial dan signifikan antara Efektifitas Kepemimpinan dengan Profesionalisme Guru demikian juga Iklim Sekolah dengan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar Negeri Se Kecamatan Daha Selatan. Kesimpulan ini mengandung makna bahwa semakin tinggi Efektifitas Kepemimpinan Kepala Sekolah dan iklim sekolah maka Profesionalisme Guru akan meningkat. Atau dengan kata lain Profesionalisme Guru dapat terwujud dengan adanya Efektifitas Kepemimpinan yang dimiliki oleh kepala sekolah serta dengan adanya Iklim Sekolah tempatnya bekerja, dan terdapat pengaruh yang parsial dan signifikan antara Efektifitas Kepemimpinan dan Iklim Sekolah secara bersama-sama dengan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar Negeri Se Kecamatan Daha Selatan. Kesimpulan ini
80 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 2, No 1, Maret 2016, hal 65 - 80
mengandung makna bahwa semakin tinggi Efektifitas Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah secara bersama-sama maka Profesionalisme Guru akan meningkat. Atau dengan kata lain dengan tingginya Efektifitas Kepemimpinan dan Iklim Sekolah yang dimiliki guru memberi efek positif terhadap Profesionalisme Guru. Berikut adalah saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil dari penelitian ini: 1. Kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam pembinaan guru terutama dalam hal memfasilitasi pengembangan Efektifitas Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah dalam rangka melaksanakan Profesionalisme Guru. 2. Kepada Kepala Sekolah Dasar Negeri se kecamatan Daha Selatan dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan masukan dalam mengemban tugasnya, ia dapat memperhatikan dan memfasilitasi pengembangan efektifitas kepemimpinannya, dan mengembngkan iklim sekolah lebih baik untuk meningkatkan Profesionalisme Guru. 3. Kepada guru SD Negeri se kecamatan Daha Selatan dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan kualitas Profesionalisme Guru. 4. Kepada para peneliti lain, dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan rujukan untuk meneliti masalah yang memiliki relevansi dengan isi penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Aqib Zainal dan Rohmanto Elham. 2008. Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah Yrama Widya, Bandung Bapadal Ibrahim. 2009. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar. Bumi Aksara, Jakarta
Callahan, josep F and clark, Leonard H. 1988. Planning For Competense. Macmillan Publishing Co, New York Greenfield, W. D. 1987. Instructional Leadership. Cocepts, Issues, and Controversies. Allyn & Bacon. Herrsey, Paul dan Blanchard, K. H. (1998). Management of Organization Behavior, New York : Englewood Cliffs. Kunandar, 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Rajawali Pers, Jakarta Maslow, (1987). Motivation and Personality,Third Edition, Harper & Row Publesheress, Inc. New York Combridge. Moekijat, Drs. 1990. Asas-asas Perilaku Organisasi. Cv. Mandar Maju. Bandung Sagala Syaiful, 2011. Kemempuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Alfabetha. Bandung Sumartini, 2013, Kinerja dan Profesionalitas Kepala Sekolah, Alfabeta, Bandung Sunyoto Danang, 2013. Teori Kuesioner, dan Proses Analisis Data, Perilaku Organisasi, Jakarta Suyanto dan Djihad Hisyam. 2000. Refleksi Dan Reformasi Pendidikan Di Indnesia Memasuki Millennium III. Adicita, Yogyakarta Undang Undang RI. No: 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen. Depdiknas. Jakarta. Wahyudi, Imam. 2012. Mengejar Profesionalisme Guru, Strategi Praktis Mewujudkan Citra Guru Profesional, Prestasi Pustaka.Jakarta Widyawati,Erna,2009, Analisis Pengaruh Konsep diri Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa (Online) Tersedia: http://www.gunadarma.ac.id. Diakses tanggal (12 Desember 2010) Wukir, 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Sekolah, Multi Pressindo. Yogyakarta