PENGARUH KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP ETIKA PROFESI AUDITOR PADA INSPEKTORAT KOTA KENDARI Oleh Misi R. Umar Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Halu Oleo Kendari, Sulawesi Tenggara ABSTRACT This research aimed of presented to examine the effect of spiritual intelligence on the professional ethics of auditors. Primary data in this research were obtained from the perception of all employees with functional positions in the scope of the Inspectorate of Kendari. Perceptions of respondents was measured by responses to questionnaires that uses ordinal measurement with a 5-point Likert scale. The analytical tool used to test the hypothesis is simple linear regression analysis. The results of this research indicate that spiritual intelligence significantly effect on the professional ethics of auditors. The results of the coefficient of determination for spiritual intelligence is R2 = 0,813. This number can be used to see the contribution of spiritual intelligence on the professional ethics of auditors. The figure has meaning that the contribution of spiritual intelligence on the professional ethics of auditors is 81,3%, while the remaining 18,7% was obtained from the contribution of other factors. Keywords: Spiritual Intelligence, Professional Ethics of Auditors. I.
PENDAHULUAN Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan tertinggi manusia yang sangat dikaitkan dengan etika yang selalu mengatur bagaimana kita dapat berperilaku dengan baik di berbagai kondisi dalam lingkungan kita sehari-harinya. Kecerdasan spiritual juga dapat membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi baik itu masalah diri sendiri ataupun dengan orang lain dalam organisasi. Begitu pun ketika melakukan proses audit dimana kecerdasan spiritual diperlukan karena pelaksanaan proses audit dilakukan oleh tim. Tim melibatkan banyak orang dengan karakter dan sifat yang berbeda-beda, yang dapat menimbulkan konflik dan dapat menghambat proses audit. Sekarang ini, keberadaan dan peran profesi auditor semakin meningkat tidak hanya sesuai dengan perkembangan bisnis yang semakin meningkat, tetapi juga dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintah yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel yang harus disikapi dengan serius dan sistematis. Segenap jajaran penyelenggara negara baik dalam tataran eksekutif, legislatif, dan yudikatif harus memiliki komitmen bersama untuk menegakkan good governance dan clean governance. Beberapa hal yang terkait dengan kebijakan untuk mewujudkan good governance pada sektor publik antara lain meliputi penetapan standar etika dan perilaku aparatur pemerintah, penetapan struktur organisasi, dan proses pengorganisasian yang secara jelas mengatur tentang peran dan tanggung jawab serta akuntabilitas organisasi kepada publik, pengaturan sistem pengendalian organisasi yang memadai, dan Jurnal Akuntansi (JAk)
53
pelaporan eksternal yang disusun berdasarkan sistem akuntansi yang sesuai dengan standar akuntansi pemerintah. Auditor pemerintah daerah memegang peranan yang sangat penting dalam proses terciptanya akuntabilitas dan transparan dalam pengelolaan keuangan daerah. Salah satu lembaga pengawasan di lingkungan pemerintah daerah yaitu Badan Pengawas Daerah (Bawasda) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Inspektorat, baik untuk tingkat Provinsi, Kabupaten, atau Kota. Inspektorat melakukan peran yang sangat penting dan signifikan untuk kemajuan dan keberhasilan pemerintah daerah dan perangkat daerah di lingkungan pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan di daerah dan mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Melihat kesehariannya, seorang auditor pasti memiliki tekanan, hal ini dibuktikan dengan kepastian adanya masalah pribadi yang dialami mengingat bahwa tekanan tidak hanya berasal dari lingkungan kerja saja. Masalah pribadi tersebut tidak jarang terbawa ke dalam pekerjaan. Dalam situasi yang seperti ini akan dapat membawa auditor untuk tidak menaati kode etik yang mana kode etik tersebut dimaksudkan agar dapat menjaga kehormatan profesinya. Tekanan yang dialami auditor ini jika dikaitkan dengan kecerdasan spiritual berdasarkan beberapa teori yang ada, maka dapat dikatakan bahwa dengan adanya kecerdasan spiritual dalam diri auditor akan membantu mereka untuk dapat mamecahkan masalah-masalah yang dihadapi (adanya tekanan, stress, dan lain-lain) sehingga para auditor dapat melaksanakan kewajiban mereka dengan sebaik-baiknya dan tidak menyimpang dari etika profesi yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan pokok yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah apakah kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap etika profesi auditor pada Inspektorat Kota Kendari? Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh kecerdasan spiritual terhadap etika profesi auditor pada Inspektorat Kota Kendari. II. 1.
KAJIAN TEORI Kecerdasan Spiritual Menurut Howard Gardner dalam Effendi (2005), kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu. Sedangkan menurut Alfred Binet dan Theodore Simon dalam Effendi (2005), menyatakan bahwa kecerdasan terdiri dari tiga komponen, yaitu kemampuan mengarahkan pikiran dan atau tindakan, kemampuan mengubah arah tindakan jika tindakan tersebut tidak dilakukan, serta kemampuan mengkritik diri sendiri. Spiritual berasal dari bahasa Latin spiritus yang berarti prinsip yang memvitalisasi suatu organisme. Zohar dan Marshall (2005) menjelaskan bahwa spiritualitas tidak harus dikaitkan dengan kedekatan seseorang dengan aspek ketuhanan, sebab seorang humanis atau atheis pun dapat memiliki spiritualitas yang tinggi. Oleh karena itu, Menurut Zohar dan Marshall Kecerdasan Spiritual (SQ) adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding dengan orang lain Berbeda dengan Ginanjar (2005) yang mendefinisikan kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan IQ, EQ, dan SQ secara komprehensif dan Jurnal Akuntansi (JAk)
54
menurut Wahid (2006) dalam Paramita (2010), SQ menjadi sebuah bagian kecerdasan yang berhubungan erat dengan bagaimana menghadapi persoalan makna hidup atau bagaimana hidup menjadi lebih bermakna. Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah kemampuan manusia dalam memaknai arti dari kehidupan yang dijalani serta memahami nilai yang terkandung dari setiap perbuatan yang dilakukan. 2.
Etika Profesi Etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti adat, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir. Bentuk jamaknya yaitu ta etha dapat diartikan dengan adat istiadat. Menurut Bertens (2001) dalam Agoes dan Ardana (2014:26), ada dua pengertian etika; sebagai praksis dan sebagai refleksi. Sebagai praksis, etika berarti nilai-nilai dan norma-norma moral baik yang dipraktikkan atau justru tidak dipraktikkan, walaupun seharusnya dipraktikkan. Etika sebagai praksis sama artinya dengan moral atau moralitas – yaitu apa yang harus dilakukan, tidak boleh dilakukan, pantas dilakukan, dan sebagainya. Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral. Sedangkan profesi merupakan suatu hal yang berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian. Dengan demikian, etika profesi dapat didefinisikan sebagai konsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan profesi atau lingkup kerja tertentu atau etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakan suatu profesi dengan profesi yang lain, yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku para anggotanya (Murtanto dan Marini 2003) dalam Wirdayanti (2007). Etika profesi diperlukan oleh setiap profesi, khususnya bagi profesi yang membutuhkan kepercayaan dari masyarakat seperti profesi auditor. Kode etik auditor menurut IAI, yaitu tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas, obyektifitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknik. 3.
Penelitian Terdahulu Penelitian Penelitian terdahulu yang membahas mengenai kecerdasan dan etika yaitu penelitian Tikollah dkk (2006) yang meneliti tentang pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi di perguruan Tinggi Negeri di Kota Makassar yang menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, secara simultan berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi, tetapi secara parsial hanya kecerdasan intelektual yang berpengaruh signifikan serta berpengaruh dominan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2010) yang meneliti tentang pengaruh gender, pemahaman kode etik profesi akuntan terhadap auditor judgment. Hasil penelitian yang dilakukan Wibowo (2010) menunjukkan bahwa; (1) terdapat perbedaan pemahaman kode etik yang signifikan antara auditor perempuan dibandingkan dengan auditor laki-laki dan (2) semakin baik pemahaman auditor mengenai kode etik, maka semakin baik pertimbangan yang dilakukan pada saat melaksanakan audit. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Arifuddin (2015) yang meneliti tentang pengaruh kompetensi dan independensi terhadap spiritualitas auditor dan kualitas audit (studi empiris pada Inspektorat Daerah di Provinsi Sulawesi Tenggara). Penelitian dengan teori kajian yang serupa selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Jurnal Akuntansi (JAk)
55
Drakulevski dan Taneva-Veshoska (2012) mengenai pengaruh kecerdasan spiritual terhadap perilaku etis pada organisasi-organisasi yang ada di Macedonia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku etis pada Macedonian Organizations. 4.
Paradigma Penelitian Paradigma Paradigma penelitian diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen, yaitu kecerdasan spiritual dan variabel dependen, yaitu etika profesi auditor. Paradigma penelitian juga menggambarkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan digunakan (Sugiono, 2009). Berdasarkan penjelasan di atas, maka paradigma penelitian ini sebagai berikut:
Skema 1 Paradigma Penelitian
Kecerdasan Spiritual (X)
H1
Etika Profesi Auditor (Y)
5.
Hipotesis Hipotesis Hipotesis yang berkenaan dengan pengaruh kecerdasan spiritual terhadap etika profesi auditor, yaitu: H0: H1:
Kecerdasan spiritual tidak memiliki pengaruh terhadap etika profesi auditor. Kecerdasan spiritual memiliki pengaruh terhadap etika profesi auditor.
III. METODE PENELITIAN Objek penelitian ini adalah kecerdasan spiritual sebagai variabel independen dan etika profesi auditor sebagai variabel dependen pada Inspektorat Kota Kendari. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai dengan jabatan fungsional di lingkup Inspektorat Kota Kendari yang berjumlah 28 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan populasi dengan menggunakan metode sensus. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Data kualitatif yang berupa uraian penjelasan dari variabel dan objek penelitian dan juga pertanyaan dalam kuesioner yang akan diklasifikasikan ke dalam kategori menggunakan skala likert dan (2) Data kuantitatif yang merupakan jawaban responden atas pertanyaan kuesioner yang diukur menggunakan skor dari skala likert. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Data primer, yaitu data yang diambil langsung dari pusat data atau melalui survei lapangan dan diperoleh dari jawaban yang diberikan oleh responden dalan suatu instrumen penelitian yang
Jurnal Akuntansi (JAk)
56
berupa daftar pertanyaan atau kuesioner pada objek yang diteliti. (2) Data sekunder, yaitu data yang biasanya telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Data sekunder diperoleh dari Inspektorat Kota Kendari, yang berupa profil, sejarah, serta sumber lain yang akan mendukung penelitian ini. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Kuesioner, yaitu membagikan daftar pertanyaan kepada responden pada Inspektorat Kota Kendari yang dibuat berdasarkan indikator, melihat dari penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan variabel dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dan menyesuaikan diri dengan keadaan objek penelitian dan (2) Dokumentasi, yaitu pengambilan data yang telah didokumentasikan oleh pihak Inspektorat Kota Kendari yang relevan dengan penelitian. Untuk menentukan nilai jawaban angket dari masing-masing pernyataan yang diajukan dengan modifikasi skala likert yang mempunyai skor 1 sampai 5. Dengan skor 5 (SS=Sangat Setuju), 4 (S=Setuju), 3 (N=Netral), 2 (TS=Tidak Setuju), dan 1 (STS=Sangat Tidak Setuju). Teknik pengolahan data yang digunakan adalah editing, coding, dan tabulasi. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif yang digunakan adalah analisis deskriptif presentase dengan kriteria interpretasi skor kuesioner, yaitu 0%-20%=Sangat lemah, 21%-40%=Lemah, 41%-60%=Cukup, 61%-80%=Kuat, dan 81%-100%=Sangat kuat (Riduwan, 2008). Selanjutnya pada pengujian hipotesis untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat adalah dengan menentukan nilai t tabel ditentukan dengan tingkat signifikansi 5% maka: - Bila nilai thitung > ttabel atau nilai signifikansi < α = 0,05 berarti variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. - Bila nilai thitung < ttabel atau nilai signifikansi > α = 0,05 berarti variabel bebas tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Adapun hubungan antara variabel tersebut dapat digambarkan dalam persamaan sebagai berikut:
Y = a + bX + e Ket: Y a X b e
= = = = =
Etika profesi auditor Konstanta Kecerdasan spiritual Koefisien regresi untuk X Variabel ebselon
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear sederhana. Adapun definisi operasional adalah sebagai berikut: 1. Variabel Independen (X), kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang dalam menyempurnakan IQ dan EQ yang dimiliki dalam memecahkan dan memaknai setiap masalah yang dihadapi. Indikator yang digunakan untuk mengukur kecerdasan spiritual ini diadopsi dari indikator menurut Zohar dan Marshall, yaitu tingkat kesadaran yang tinggi, kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, dan keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu. Pernyataan dari
Jurnal Akuntansi (JAk)
57
2.
keempat indikator yang telah berkembang dengan baik ini diukur dengan menggunakan skala likert. Variabel terikat (Y), etika profesi merupakan karakteristik dari suatu profesi yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku seseorang agar berada jauh dari kategori yang menyimpang. Indikator untuk mengukur etika profesi auditor diadopsi dari kode etik IAI yang disahkan pada kongres IAI VIII tahun 1998, yaitu tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas, objektivitas, kompetensi dan kehatihatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknis. Pernyataan dari kedelapan indikator ini diukur dengan menggunakan skala likert.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Variabel independen dalam penelitian ini adalah kecerdasan spiritual (X) dan variabel dependen adalah etika profesi auditor (Y). hasil penelitian deskripsi variabel kecerdasan spiritual menurut tanggapan responden sudah baik. Hal ini dibuktikan dengan nilai persepsi rerata keseluruhan variabel kecerdasan spiritual menurut tanggapan responden adalah sebesar 4,06 atau sebesar 81,26%. Selanjutnya untuk hasil deskripsi variabel etika profesi auditor juga dikategorikan sudah baik. Hal ini dibuktikan dengan nilai persepsi rerata keseluruhan variabel etika profesi auditor menurut tanggapan responden adalah sebesar 4,18 atau sebesar 83,55%. Adapun distribusi frekuensi jawaban responden pada masing-masing variabel tersebut disajikan pada Tabel berikut: Tabel 1. Rekapitulasi distribusi frekuensi jawaban responden N o.
Variabe l
1.
Indika tor
X1.1 Kecerd asan Spiritua l (X)
X1.2 X1.3 X1.4
Total Tanggapan Responden SS (5)
S (4)
N (3)
TS (2)
F
(%)
F
(%)
F
(%)
F
(%)
F (% )
1 7
24, 64
3 8
55, 07
1 3
18, 84
1
1,4 5
0
0
1 6
23, 19
3 2
46, 38
9
13, 04
0
0
0
0
2 2
31, 89
3 3
47, 82
0
0
1 4 1
20, 29
1 2 0 0
17, 39 0 0
2 52, 2 45, 2,1 4 18 1 65 8 Rata-rata Variabel Kecerdasan Spiritual (X)
Jurnal Akuntansi (JAk)
STS (1)
Tot al Sk or
Rat aRat a Sko r
(%)
27 8
4,0 3
80, 58
25 9
3,7 5
75, 07
28 4
4,1 2
82, 32
20 7 10 28
4,0 6 4,0 6
90, 00 81, 26
58
2.
Etika Profesi Auditor (Y)
Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y1.6 Y1.7 Y1.8
2 1 2 5 3 0 3 4 1 4 3 5 3 3 2 5
30, 43 36, 23 43, 48 49, 28 20, 29 50, 72 47, 83 36, 23
2 7 3 1 3 5 2 5 3 3 3 0 2 9 3 1
39. 13 44. 93 50, 72 36, 23 47, 83 43, 48 42, 03 44, 93
1 3 1 3 4 2 2 1 3 7 1 1
18, 84 18, 84 5,8 0 2,9 0 30, 44 4,3 5 10, 14 15, 94
8 0 0 2 1 1 0 1
11, 59 0 0 2,9 0 1,4 5 1,4 5 0 1,4 5
Rata-rata Variabel Etika Profesi Auditor (Y) Sumber: Data Primer diolah, 2016
0 0 0 0 0 0 6 8,7 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 8 28 8 30 2 28 6 26 7 30 6 30 2 28 7
3,8 8 4,1 7 4,3 8 4,1 4 3,8 7 4,4 3 4,3 8 4,1 6
77, 68 83, 48 87, 54 82, 90 77, 39 88, 70 87, 54 83, 19
23 06
4,1 8
83, 55
Selanjutnya pada hasil uji validitas dan reliabilitas, keseluruhan variabel penelitian menunjukkan hasil yang valid dan reliabel. Keputusan ini diambil karena nilai koefisen korelasi dan hasil Cronbach’s Alpha di atas 0,60 dengan tingkat signifikan 0,000. Hasil analisis faktor menunjukkan bahwa masing-masing indikator yang terdapat pada setiap variabel sangat signifikan membentuk variabel tersebut dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Indikator yang sangat dominan membentuk variabel kecerdasan spiritual adalah tingkat kesadaran diri yang tinggi dengan loading factor sebesar 0,944. Hal ini mencerminkan bahwa dengan selalu mengutamakan sikap jujur terhadap diri sendiri, maka akan mendorong para auditor dalam mengimplementasikan kecerdasan spiritualnya. Berikutnya untuk indikator yang sangat dominan membentuk variabel etika profesi auditor adalah standar teknik dengan loading factor sebesar 0,950. Hal ini mencerminkan bahwa dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya sesuai dengan standar profesional yang relevan, maka akan membawa para auditor dalam menciptakan etika profesi yang baik. Hasil uji asumsi klasik pada uji normalitas dapat diketahui pada grafik Normal Probability Plot yang mana titik-titik pada grafik tersebut menyebar di sekitar garis diagonal dan juga mengikuti arah garis diagonal, sehingga model regresi layak dipakai karena data dari masing-masing variabel telah terdistribusi secara normal. Hasil uji heterokedastisitas dilakukan melalui Scatter Plot (diagram pancar) yang sebagaimana terlihat secara visual nilai residual dan nilai prediksinya tidak membentuk pola tertentu dan titik-titik yang ada pun menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, sehingga model regresi dalam penelitian ini terbebas dari masalah heterokedastisitas. Selanjutnya berdasarkan output summary dapat dilihat pada angka Durbin-watson (DW) adalah sebesar 1,451 yang mana angka D-W tersebut berada di antara -4 sampai +4 dan hal ini berarti bahwa tidak terjadi autokorelasi.Hasil estimasi regresi linear
Jurnal Akuntansi (JAk)
59
sederhana pengaruh kecerdasan spiritual terhadap etika profesi auditor disajikan pada Tabel berikut: Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana Coefficientsa Model
Unstandardiz Standardiz ed ed Coefficients Coefficient s B
Std. Error
(Constant)
.343
.404
1 X1
.944
.099
t
Sig.
Beta
Sumber: Data Primer diolah, 2016
.902
Correlations
Zeroorder .849
.405
9.55 9
.000
.902
Partial
.902
Part
.902
Berdasarkan hasil pengujian model regresi tersebut, maka model regresi yang menyatakan pengaruh kecerdasan spiritual terhadap etika profesi auditor pada Inspektorat Kota kendari dinyatakan sebagai berikut: Y = 0,343 + 0,944X + e Dimana: Y = Etika profesi auditor a = 0,343 b = 0,944 X = kecerdasan spiritual e = variabel lain yang tidak diteliti Berdasarkan data pada Tabel di atas, maka dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut: 1. Nilai konstan bernilai positif, yaitu sebesar 0,343 kali. Hal ini berarti bahwa jika variabel kecerdasan spiritual memiliki nilai konstan atau sama dengan nol, maka etika profesi auditor akan tetap sebesar 0,343 kali. 2. Koefisien regresi untuk variabel kecerdasan spiritual adalah 0,944 kali yang dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kecerdasan spiritual terhadap etika profesi auditor. Sehingga dapat dikatakan pula bahwa apabila variabel kecerdasan spiritual terjadi kenaikan 1 kali, maka variabel terikat etika profesi auditor akan mengalami kenaikan sebesar 0,944 kali. Pengujian Hipotesis 1. Koefisien Determinasi Koefisien Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Untuk mengetahui besarnya kontribusi kecerdasan spiritual terhadap etika profesi auditor di kantor Inspektorat Kota Kendari, dapat dilakukan dengan melihat koefisien determinasi (R2). Diketahui besarnya R2 (R-Square) = 0,813 atau sebesar 81,3%.
Jurnal Akuntansi (JAk)
60
Hal ini menunjukkan bahwa besarnya kontribusi variabel X terhadap variabel Y adalah sebesar 81,3%. Hal ini juga berarti ada variabel lain atau variabel ebselon (e) sebesar 18,7% yang mempengaruhi variabel etika profesi auditor (Y) tetapi tidak diukur dalam penelitian ini. 2.
Uji t
2.
Pembahasan
Pengujian hipotesis dapat pula dilakukan dengan membandingkan thitung dengan ttabel dan nilai t-sig dengan α = 0,05. Apabila thitung > ttabel atau t-sig < dari α = 0,05, maka terima H1 atau tolak H0. Sebaliknya, apabila thitung < ttabel atau t-sig > dari α = 0,05, maka tolak H1 atau terima H0. Uji t dalam penelitian ini diperoleh thitung untuk kecerdasan spiritual yaitu sebesar 9,559 dengan tingkat signifikan t sebesar 0,000 < dari α = 0,05, maka tolak H0 atau terima H1, yang berarti bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan terhadap etika profesi auditor.
Pengaruh Kecerdasan Spiritual Etika Profesi Auditor pada Inspektorat Kota Kendari. Variabel kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan terhadap etika profesi auditor. Hal ini dibuktikan berdasarkan persepsi yang tinggi oleh auditor terhadap tiaptiap indikator pada masing-masing variabel yang mana untuk variabel kecerdasan spiritual terdapat empat indikator, yaitu tingkat kesadaran diri yang tinggi, kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu, dan kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan. Sedangkan pada variabel etika profesi auditor terdapat delapan indikator, yaitu tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas, objektivitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknik. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis penelitian, yaitu kecerdasan spiritual memiliki penegaruh terhadap etika profesi auditor. Hal ini berarti dengan memiliki kecerdasan spiritual yang baik maka secara otomatis para auditor akan mampu mempraktekkan atau menjalankan tugasnya sesuai dengan etika profesi yang telah ditetapkan secara baik pula. Etika profesi auditor dalam penelitian ini merupakan pedoman bagi tingkah laku yang harus disesuaikan/diterapkan oleh para auditor dalam melaksanakan segala kewajibannya. Sedangkan kecerdasan spiritual yaitu bagaimana kemampuan dari setiap auditor untuk bisa menyelaraskan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional yang dimilikinya sehingga terciptanya kecerdasan spiritual yang dapat membantu mereka dalam mengambil tindakan yang lebih terarah pada setiap pelaksanaan tugas-tugasnya. Oleh karena itu, kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap etika profesi auditor pada Inspektorat Kota Kendari. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Tikollah dkk (2006) yang menyatakan bahwa dengan adanya kecerdasan spiritual dalam diri setiap orang maka akan berpengaruh terhadap perilaku etisnya. Selanjutnya penelitian ini juga mendukung pernyataan dari Arifuddin (2015) yaitu setiap auditor harus memiliki nilainilai spiritualitas yang dapat membantu mereka dalam mengungkapkan suatu temuan, sehingga para auditor akan tetap menjunjung tinggi kode etik profesinya.
Jurnal Akuntansi (JAk)
61
V. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa variabel kecerdasan spiritual memiliki pengaruh terhadap etika profesi auditor. Artinya, jika para auditor di Inspektorat Kota Kendari selalu menggunakan kecerdasan spiritual yang dimiliki dalam setiap pelaksanaan tugas dan kewajibannya, maka hal tersebut akan sejalan dengan terciptanya perilaku yang sesuai dengan etika profesi yang telah ditetapkan. Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan, maka dapat disarankan bahwa: (1)Untuk para auditor khusunya bagi para auditor di Inspektorat Kota Kendari agar tetap selalu menggunakan kecerdasan spiritual yang dimiliki dalam setiap pelaksanaan tugas-tugasnya sehingga sejalan dengan etika profesi yang akan diwujudkan.(2)Untuk peneliti selanjutnya hendaknya dapat mempertimbangkan penambahan variabel lainnya selain kecerdasan spiritual yang berkaitan dengan variabel etika profesi auditor, misalnya kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan lain-lain serta dapat menggunakan paradigma penelitian yang berbeda dari penelitian ini seperti analisis kualitatif.
DAFTAR PUSTAKA Agoes, Sukrisno.2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) Oleh Kantor Akuntan Publik Jilid II. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana.2014.Etika Bisnis dan Profesi Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya. Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Agustin, Ginanjar. (2001). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan Spiritual. Jakarta: Arga. _______________. 2005. ESQ: The ESQ Way 165 (Berdasarkan 1 Ihsan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam). Jakarta: Arga Arifuddin. (2015). Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Spiritualitas Auditor dan Kualitas Audit. Disertasi Doktor Universitas Halu Oleo Kendari. Drakulevski. L, Taneva-Vashoska. A. 2012. The Influence of Spiritual Intelligence on Ethical Behavior in Macedonian Oeganizations. Proceeding of the business system laboratory-2nd international simposium. 1-15. Effendi, A. 2005. Revolusi Kecerdasan Abad 21. Bandung: Alfabeta. Imam, Ghozali. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang. Masaong, Abd. Kadim. 2012. Hubungan Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual dengan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Kota Gorontalo.
Jurnal Akuntansi (JAk)
62
Paramita, Riska. H. 2010. Hubungan antara Kecerdasan Spiritual dengan Motivasi Belajar pada Mahasiswa D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Sekaran, Uma. 2010. Research of Methode for Business, Metode Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Penerbit Erlangga. Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung. Alfabeta. Tikollah, M. R., Triyuwono, I., & U. (2006). Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi pada Perguruan Tinggi Negeri di Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan). Proceeding Simposium Nasional Akuntansi IX Padang: 1-25. Wibowo, Ery. (2010). Pengaruh Gender, Pemahaman Kode Etik Profesi Akuntan Terhadap Auditor Judgment. Media Akuntansi UNIMUS, Vol. No. 1, Septermber 2010. Widyastuti, Wiwied. 2010. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual dan Budaya Organisasi Terhadap Perilaku Etis Auditor Pada KAP. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Vol. 1 No. 1. April 2010. 141-154. Wirdayanti. 2007. Etika Bisnis dan Etika Profesi Akuntan. Semarang. Zohar, Danah dan marshall, Ian. 2007. Kecerdasan Spiritual, Terjemahan Rahmi Astuti, Ahmad Nadjib, Ahmad Baiquni. Bandung: Penerbit Mizan.
Jurnal Akuntansi (JAk)
63