PENGARUH KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH DAN SARANA PRASARANA OLAH RAGA TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI (Studi pada SMP di Rayon 6 Kabupaten Garut) Dadang NIM. 82351112008 Abstrak Permasalahan pada penelitian ini adalah belum optimalnya kinerja guru pendidikan jasmani di SMP Negeri Kabupaten Garut, terutama yang berkaitan dengan kebijakan kepala sekolah dan sarana prasarana. Hal ini tampak dari beberapa masalah sebagai berikut: 1) 1) Kepribadian dan dedikasi guru masih perlu ditingkatkan contohnya; masih ada beberapa guru dalam bekerja hanya memenuhi tugas dan kewajiban kerja, tanpa memikirkan inovasi, perkembangan dan kemajuan sekolah terutama yang berkaitan dengan prestasi atlit bagi peserta didik. 2) Pengembangan profesi guru masih perlu ditingkatkan, contohnya; masih ada guru yang menerapkan pola lama, seperti gaya mengajar tradisonal, tidak ada inisiatif untuk mengembangkan diri, dalam melanjutkan pendidikan, tidak mau menyempatkan diri untuk mengikuti kegiata-kegiatan ilmiah seperti seminar, pelatihan keolahragaan, loka karya dan kegiatan akademik lainnya. 3) Kemampuan mengajar guru masih perlu ditingkatkan, contohnya; gaya mengajar guru menjenuhkan dan monoton, sehingga siswa belajar kurang semangat dan tidak menyenangkan dengan menggunakan metode ceramah. Kata kunci : Kebijakan, sarana prasarana, kinerja, kepala sekolah, guru
Latar Belakang Penelitian Pada hakikatnya kinerja guru adalah prilaku yang dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar ketika mengajar di depan kelas, sesuai dengan kriteria tertentu. Kinerja seseorang Guru akan nampak pada situasi dan kondisi kerja sehari-hari. Kinerja dapat dilihat dalam aspek kegiatan dalam menjalankan tugas dan cara/kualitas dalam melaksanakan kegiatan/tugas tersebut. Kinerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas pembelajaran sebaik-baiknya dalam perencanaan program pengajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Kinerja guru yang dicapai harus berdasarkan standar kemampuan profesional selama melaksanakan kewajiban sebagai guru di sekolah. Sejalan pendapat Grounlound dalam (Husdarta, 2011:98) bahwa : “Kinerja atau unjuk kerja yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru akan sangat menentukan pada kualitas hasil pendidikan, karena guru
1
merupakan fihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pendidikan/pembelajaran di lembaga pendidikan sekolah”. Berdasarkan observasi pada tanggal 4 Desember 2012 di SMP Negeri di Rayon 6 Kabupaten Garut bahwa kinerja guru perlu ditingkatkan, hal tersebut di duga faktor-faktor penyebabnya yaitu: 1) Kepribadian dan dedikasi guru masih perlu ditingkatkan 2) Pengembangan profesi guru masih perlu ditingkatkan, 3) Kemampuan mengajar guru masih perlu ditingkatkan 4) Antar hubungan dan komunikasi guru masih perlu ditingkatkan. Guru sebagai pelaksana pendidikan nasional merupakan faktor kunci. Peningkatan prestasi belajar siswa akan dipengaruhi oleh kualitas proses penyampaian pembelajaran teori atau praktik. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, proses pembelajaran harus berdaya guna dan berhasil guna sedangkan pembelajaran praktik merupakan implementasi teori-teori yang telah diberikan di kelas. Proses pembelajaran akan baik apabila didukung oleh guru yang mempunyai kompetensi dan kinerja yang tinggi, dan sangat strategis dalam pelaksana pendidikan di sekolah, serta pengembang kurikulum. Guru yang mempunyai kinerja yang baik akan mampu menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa yang lebih baik. Keberhasilan pendidikan bukan hanya ditentukan oleh kinerja guru, kepala sekolah juga merupakan faktor penggerak dan pendorong terjadinya inovasi dalam mengembangkan sekolah, memfasilitasi sarana prasarana dan memotivasi guru bekerja lebih optimal. Pada permulaanya, terutama fasilitas itu digunakan untuk pembelajaran pendidikan jasmani dan olah raga. Menurut Harsuki (2012:199) dua prinsip yang berhubungan dengan manajemen fasilitas yaitu: “1) fasilitas dibangun sebagai hasil dari kebutuhan dan program masyarakat, 2) perencanaan bersama adalah sangat esensial untuk merancang dan membangun fasilitas yang bermutu”. Kajian Pustaka
2
1. Kinerja Guru Setiap individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja pada suatu organisasi tertentu diharapkan mampu menunjukan kinerja yang memuaskan dan memberikan konstribusi yang maksimal terhadap pencapaian tujuan organisasi tersebut. Menurut Husdarta (2011:99) terbentuknya kinerja disebabkan oleh tiga faktor yaitu : “1) faktor kemampuan, 2) faktor upaya, dan 3) faktor kesempatan/peluang”. Berdasarkan beberapa penjelasan tentang pengertian kinerja di atas bahwa kinerja guru adalah kemampuan yang ditunjukan oleh guru dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Kinerja dikatakan baik dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan Kinerja merefleksikan kesuksesan suatu organisasi, maka dipandang penting untuk mengukur karakteristik tenaga kinerja guru merupakan “Kulminasi atau puncak yang saling berkaitan yakni keterampilan, upaya sifat keadaan dan kondisi eksternal” (Sulistyorini,2001:44). Kinerja dapat dilihat dari beberapa kriteria, menurut Castetter (dalam Mulyasa,2003:12) mengemukakan ada empat kriteria kinerja yaitu: “(1). Karakteristik individu, (2). Proses, (3). Hasil dan (4) Kombinasi antara karakteristik individu, proses dan hasil. kinerja seseorang dapat ditingkatkan bila ada kesesuaian antara pekerjaan dengan keahliannya, begitu pula halnya dengan penempatan guru pada bidang tugasnya”. Berdasarkan pengertian di atas bahwa menempatkan guru sesuai dengan keahliannya secara mutlak harus dilakukan. Bila guru diberikan tugas tidak sesuai dengan keahliannya akan berakibat menurunnya cara kerja dan hasil pekerjaan, serta akan menimbulkan rasa tidak puas, kecewa yang akhirya menghambat perkembangan moral kerja guru. Kepribadian dan Dedikasi Setiap guru memiliki pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dari guru lainnya.
3
Kepribadian sebenarnya adalah suatu masalah abstrak, yang hanya dapat dilihat dari penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakain dan dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah. a. Pengembangan Profesi Profesi guru kian hari menjadi perhatian seiring dengan perubahan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang menuntut kesiapan agar tidak ketinggalan. Menurut Saud (2012:98), bahwa: Pengembangan profesionalisasi guru dilakukan berdasarkan kebutuhan institusi, kelompok guru, maupun individu guru sendiri, pengembangan
guru
dimaksudkan
untuk
merangsang,
memelihara,
dan
meningkatkan kualitas staf dalam memecahkan masalah-masalah keorganisasian. Menurut Pidarta (1999:30) bahwa “Profesi ialah suatu jabatan atau pekerjaan biasa seperti halnya dengan pekerjaan-pekerjaan lain “.Tetapi pekerjaan itu harus diterapkan kepada masyarakat untuk kepentingan masyarakat umum, bukan untuk kepentingan individual, kelompok, atau golongan tertentu. Dalam melaksanakan pekerjaan itu harus memenuhi norma-norma itu. Orang yang melakukan pekerjaan profesi itu harus ahli, orang yang sudah memiliki daya pikir, ilmu dan keterampilan yang tinggi. Disamping itu ia juga dituntut dapat mempertanggung jawabkan segala tindakan dan hasil karyanya yang menyangkut profesi itu. Guru yang profesional dipersyaratkan mempunyai: (1). Dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat teknologi dan masyarakat ilmu pengetahuan, (2). Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan yaitu ilmu pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan konsep-konsep belaka. Pendidikan merupakan proses yang terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya diarahkan pada praksis pendidikan masyarakat Indonesia, (3). Pengembangan kemampuan profesional berkesinambungan, profesi guru merupakan profesi yang berkembang terus menerus dan berkesinambungan antara LPTK dengan praktek pendidikan.
4
Kekerdilan profesi guru dan ilmu pendidikan disebabkan terputusnya program pre-service dan in-service karena pertimbangan birokratis yang kaku atau manajemen pendidikan yang lemah. Menurut Pidarta (1999:98) bahwa “Moral kerja positif ialah suasana bekerja yang gembira, bekerja bukan dirasakan sebagai sesuatu yang dipaksakan melainkan sebagai sesuatu yang menyenangkan”. Moral kerja yang positif adalah mampu mencintai tugas sebagai suatu yang memiliki nilai keindahan di dalamnya jadi kinerja dapat ditingkatkan dengan cara memberikan pekerjaan seseorang sesuai dengan bidang kemampuannya. Hal ini dipertegas oleh Wibowo (2008:24) yang mengatakan bahwa “Kemampuan bersama-sama dengan bakat merupakan salah satu faktor yang menentukan prestasi individu, sedangkan prestasi ditentukan oleh banyak faktor yang menentukan prestasi individu, sedangkan prestasi ditentukan oleh banyak Faktor diantaranya kecerdasan “ Kemampuan terdiri dari berbagai macam, namun secara kongrit dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu : a. Kemampuan intelektual merupakan kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk menjalankan kegiatan mental, terutama dalam penguasaan sejumlah materi yang akan diajarkan kepada siswa yang sesuai dengan kurikulum cara dan metode dalam menyampaikannya dan cara berkomunikasi maupun teknik mengevaluasinya. b. Kemampuan fisik adalah kapabilitas fisik yang dimiliki seseorang terutama dalam mengerjakan tugas dan kewajibannya (Daryanto,2001:23). Kinerja dipengaruhi juga oleh kepuasan kerja yaitu perasaan individu terhadap pekerjaan yang memberikan kepuasan bathin kepada seseorang sehingga pekerjaan itu disenangi dan digeluti dengan baik. Untuk mengetahui keberhasilan kinerja perlu dilakukan evaluasi atau penilaian kinerja dengan berpedoman pada parameter dan indikator yang ditetapkan yang diukur secara efektif dan efisien seperti pruduktivitasnya, efektivitas
5
menggunakan waktu, dana yang dipakai serta bahan yang tidak terpakai. Sedangkan evaluasi kerja melalui perilaku dilakukan dengan cara membandingkan dan mengukur perilaku seseorang dengan teman sekerja atau mengamati tindakan seseorang dalam menjalankan perintah atau tugas yang diberikan, cara mengkomunikasikan tugas dan pekerjaan dengan orang lain. 2. Kebijakan Kepala Sekolah Pemakaian kata “kebijakan dan kebijaksanaan sering diperdebatkan karena kedua kata ini sama-sama belum dibakukan ke dalam bahasa Indonesia” (imron,2009:15) sehingga penggunaanya pun masih belum ada kesepakatan. Tapi ada yang mengusulkan agar kata policy diterjemahkan menjadi kebijakan Secara terminologi pengertian kebijakan telah dikemukakan oleh para ahli dengan sudut berbagai tinjauan, baik dari sudut proses, pelaksanaan maupun produk PP Republik Indonesia No 38 tahun 2007 mengemukakan bahwa “kebijakan adalah serangkaian aturan yang dapat berupa norma, standar,prosedur dan atau kriteria yang ditetapkan Pemerintah sebagai pedoman penyelenggaraan urusan pemerintah” Dari pengertian di atas,Sagala ( 2008:98) mencoba menarik kondusi bahwa yang dimaksud dengan kebijakan adalah :Kepandaian ,kemahiran, kebijaksanaan, kearifan, rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerja didasarkan atas suatu ketentuan dari pimpinan yang berbeda dari aturan yang ada, yang dikenakan pada seseorang karena adanya alasan yang dapat diterima seperti untuk tidak memberlakukan aturan yang berlaku karena sesuatu alasan yang kuat. Pokok-pokok kebijakan pendidikan strategis yang dilakukan pada tingkat makro untuk peningkatan kualitas pendidikan sebagai mana tertuang dalam Renstra
Pendidikan
Nasional
2005-2009,
diarahkan
melalui
tiga
pilar
pembangunan pendidikan yakni : 1.
Pemerataan dan peluasan akses pendidikan yaitu dilakukan dengan
6
membangun Unit Sekolah Baru (USB) dan Ruang Kelas Baru (RKB) rehabilitasi gedung sekolah revitalisasi SMP Terbuka,pembangunan SD/SMP
Satu
Atap
di
daerah
terpencil,terisolasi,dan
terpencar,
penyelenggaraan program Bantuan Oprasional Sekolah (BOS),dan beasiswa. 2.
Peningkatan mutu,relevansi,dan daya saing keluaran pendidikan yaitu dengan menyelenggarakan program pengadaan buku pelajaran, penyelenggaraan Ujian Nasional (UN) dan pelaksanaan Olimpiade Keilmuan.
3.
Peningkatan tata kelola, akuntabilitas,dan citra publik pengelolaan pendidikan yaitu dengan menerapkan pola penyelenggaraan dan pengelolaan yang transparan, akun stabilitasnya terjaga,dan melibatkan partisipasi masyarakat Menurut Mulyasa (2003:39) menyebutnya dengan istilah komponen-
komponen
sekolah
kependidikan,
yaitu
kesiswaan,
“kurikulum keuangan,
dan sarana
program dan
pengajaran,
prasarana
tenaga
pendidikan,
pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat, serta manajemen khusus lembaga pendidikan”. Sedangkan menurut Komariah dan Triana (2006:5) bahwa pengelolaan program sekolah mencakup : (1) perencanaan, pengembangan, dan evaluasi program, (2) pengembangan kurikulum, (3) pengembangan proses belajar mengajar, (4) pengelolaan sumberdaya manusia (guru,konselor, karyawan dan sebagainya), pelayanan siswa,(6) pengelolaan fasilitas, (7) pengelolaan keuangan, (8) pengelolaan hubungan sekolah dengan masyarakat, dan (9) perbaikan program. Kepala Sekolah dalam mengelola sekolahnya disyaratkan menguasai kerterampilan dan kompetensi tertentu yang dapat mendukung pelaksanaan tugasnya. Kompetensi yang dimaksud telah ditetapkan dalam peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007, tentang Standar
7
Kepala Sekolah/Madrasah meliputi 5 (lima) dimensi yaitu: (a) kepribadian, (b) manajerial, (c) kewirausahaan, (d) supervisi, (sosial) Perubahan tugas dan kewenangan kepala sekolah, pertama terjadi sejak ditetapkan kemendikbud RI : 0296/U/1996 tanggal 1 oktober 1996 sampai dikeluarkannya kepmendiknas RI Nomor : 162/U/2003 tentang Pedoman Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah , seorang kepala sekolah tidak lagi sebagai pejabat struktural dengan eselon tertentu. Kepala sekolah “hanya seorang guru yang atas dasar kompetensinya diberi tugas tambahan mengelola satuan pendidikan “ Jadi seorang kepala sekolah pada dasarnya seorang guru, yaitu seorang guru yang dipandang memenuhi syarat tertentu dalam memangku jabatan profesional sebagai pengelola satuan pendidikan. Adapun tugas kepala sekolah yang berkaitan dengan pengelolaan sekolah yaitu:
a)
menyusun
perancanaan
sekolah,
b)
mengelola
program
pemberdayaan, c) mengelola kesiswaan, d) mengelola sarana dan prasara, e) mengelola personal sekolah, f) mengelola keuangan sekolah, g) mengelola hubungan sekolah dan masyarakat, h) mengelola administrasi sekolah, i) mengelola sistem informasi sekolah, j) mengevaluasi program sekolah, dan k) memimpin sekolah. Kepemimpinan ( leadership ) dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi
orang-orang
yang
diarahkan
terhadap,pencapaian
tujuan
organisasi. Menurut (Mulyasa, 2005;107). Sarana dan Prasarana Ada lima faktor penting yang harus ada pada proses belajar mengajar yaitu: guru, murid, tujuan, materi dan waktu. Ketidak adaan salahsatu faktor saja dari faktor tersebut, maka tidak mungkin terjadi proses belajar mengajar. Dengan 5 faktor tersebut, proses belajar mengajar dapat dilaksanakan walaupun kadangkadang dengan hasil yang minimal pula. Hasil tersebut dapat ditingkatkan apabila ada sarana penunjang, yaitu faktor fasilitas/sarana dan prasarana pendidikan.
8
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau
tujuan, alat, media, (Kamus Besar Bahasa Indonesia
1988:700). Menurut E. Mulyasa (2004:49) Sarana pendidikan adalah “peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar, mengajar, seperti gedung ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran” .Dalam pendidikan Misalnya : lokasi/tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga, Sedang sarana seperti alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan misalnya : ruang, buku, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya ( Daryanto, 2006:51) Sedang menurut Ibrahim Bafadal ( 2003:3) bahwa prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan. Fasilitas atau benda-benda pendidikan dapat ditinjau dari fungsi, jenis atau sifatnya, yaitu : 1. Ditinjau dari fungsinya terdapat PBM, prasarana pendidikan berfungsi tidak langsung ( kehadirannya tidak sangat menentukan ). Sedang kan sarana pendidikan berfungsi langsung ( kehadirannya sangat menentukan) terhadap PBM 2. Ditinjau dari jenisnya fasilitas pendidikan dapat dibedakan menjadi fasilitas fisik dan fasilitas nonfisik 3. Ditinjau dari sifat barangnya benda-benda pendidikan dapat dibedakan
9
menjadi barang bergerak dan barang btidak bergerak, yang kesemuanya dapat mendukung pelaksanaan tugas ( Gunawan,1996:115) Sarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses belajar mengajar. Menurut Tim Penyususn Pedoman Pembakuan Media Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dimaksud dengan Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien. Berdasarkan pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang secara langsung dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapain tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien. Sedangkan pengertian prasarana secara etimologis (arti kata) prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan. Dalam pendidikan Misalnya : lokasi/tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga, Sedang sarana seperti alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan misalnya : ruang, buku, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya ( Daryanto, 2006:51). Secara singkat ketiga tinjauan fasilitas atau benda-benda pendidikan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Ditinjau dari fungsinya terhadap proses Belajar Mengajar (PBM) prasarana pendidikan berfungsi tidak langsung (kehadirannya tidak sangat menentukan). Termasuk dalam prasarana pendidikan adalah tanah, halaman, pagar, tanaman, gedung/bangunan sekolah jaringan jalan air, listrik telepon serta perabot/mobiler. Sedangkan sarana pendidikan berfungsi langsung (kehadirannya sangat menentukan) terhadap PBM, seperti alat pelajaran alat peraga, alat peraktek dan media pendidikan. 2. Ditinjau dari jenisnya, fasilitas pendidikan dapat dibedakan menjadi fasilitas fisik dan fasilitas non fisik. Fasilitas fisik atau fasilitas material yaitu segala sesuatu yang berwujud benda mati atau
10
dibendakan yang mempunyai peran untuk memudahkan atau melancarkan sesuatu usaha seperti kendaraan, mesin tulis, komputer, perabot, aalat peraga, model media. Fasilitas non fisik yakni sesuatu yang bukan benda mati atau kurang dapat disebut benda atau dibendakan, yang mempunyai peranan untuk memudahkan atau melancarkan sesuatu usaha seperti manusia, jasa uang. 3. Ditinjau dari sifat barangnya benda-benda pendidikan dapat dibedakan menjadi barang bergerak dan barang tidak bergerak, yang kesemuanya dapat mendukung pelaksanaan tugas. a) Barang bergerak atau barang berpindah/dipindahkan dikelompokkan menjadi barang habis pakai dan barang tidak habis pakai. 1) Barang habis pakai ialah barang yang susut volumenya pada waktu dipergunakan, dan dalam jangka waktu tertentu barang tersebut dapat susut terus sampai habis atau tidak berfungsi lagi, seperti kapur tulis, tinta, kertas, spidol, penghapus, sapu dan sebagainya. (Keputusan Mentri Keuangan Nomor 225/MK/V/1971 tanggal 13 April 1971). 2) Barang tak habis pakai ialah barang –barang yang dapat dipakai berulang kali serta tidak susut volumenya semasa digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama, tetapi tetap memerlukan perawatan agar selalu siap pakai untuk pelaksanaan tugas, seperti mesin tulis, komputer, dan perabot, media pendidikan lainnya. b) Barang tidak bergerak ialah barang yang tidak berpindah-pindah letaknya atau tidak bisa dipindahkan, seperti tanah, bangunan/gedung, sumur, menara air, dan sebagainya. Selanjutnya menurut Bafadal( 2003:8), di tinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar adalah sebagai berikut : Dalam hubungan dengan proses belajar mengajar, ada dua jenis sarana pendidikan Pertama, sarana pendidikan yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar. Sebagai contohnya adalah kapur tulis, alat
11
dan sarana pandidikan lainnya yang digunakan guru dalam mengajar. kedua sarana pendidikan yang secara tidak langsung berhubungan dengan proses belajar mengajar, seperti lemari arsip di kantor sekolah merupakan sarana pendidikan yang secara tidak langsung digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Sedangkan bila ditinjau dari fungsi dan perananya dalam proses belajar mengajar, maka sarana pendidikan dapat dibedakan menjadi : 1. Alat pelajaran 2. Alat peraga 3. Media pengajaran Secara singkat ketiga macam sarana pendidikan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Alat pelajaran adalah alat yang digunakan secara langsung dalam proses belajar mengajar. Alat ini mungkin berwujud buku tulis, gambar-gambar, alat-alat tulis menulis lain seperti kapur, penghapus dan papan tulis maupun alat-alat praktek, semuanya termasuk ke dalam lingkup alat pelajaran. 2. Alat peraga mempunyai arti yang luas, Alat peraga adalah semua alat pembantu pendidikan dan pengajaran dapat berupa benda ataupun perbuatan dari yang tingkatannya paling kongrit sampai ke yang paling abstrak yang dapat mempermudah pemberian pengertian (penyampaian konsep) kepada murid. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik deskripsi kuantitatif dan verifikatif. Metode deskriptif yaitu metode yang menggambarkan fakta dan kejadian pada objek yang diteliti dan verifikatif yaitu metode yang dilakukan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan dari statistik dengan Software SPSS (Statistical product and Service Solutions) Ver.17.0 For Windows.
12
Metode merupakan suatu cara menyeluruh yang terencana guna mencapai tujuan yang diharapkan
dalam pekerjaan. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Surakhmad (1989: 131), yang berpendapat sebagai berikut; Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkain hipotesa, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat
tertentu.
Cara
utama
itu
dipergunakan
setelah
penyelidik
memperhitungkan kewajaranya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan. Dalam penelitian ini juga digunakan metode survey korelasional. Menurut Kerlinger (dalam Riduwan, 2008: 49), Penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan relative, distributisi, dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis”. Lebih ditegaskan bahwa “Penelitian survai biasanya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam tetapi genelalisasi yang dilakukan akan lebih akurat jika digunakan sampel yang representative. Pendapat ahli lain menjelaskan sebagai berikut, “Penelitian survei merupakan penelitian yang mengumpulkan data pada saat tertentu dengan tiga bagian penting; mendiskripsikan keadaan alami yang ada saat ini, mengidentifikasi secara terukur keadaan sekarang dan menentukan hubungan sesuatu yang hidup antara kejadian yang spesifik. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil-hasil penelitian melalui analisis uji hipotesis dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut: 1. Pengaruh kebijakan kepala sekolah terhadap kinerja guru penjas Berdasarkan hasil perhitungan pengaruh kebijakan kepala sekolah terhadap kinerja guru diperoleh nilai sebesar 37 %, nilai tersebut termasuk dalam
13
kategori rendah. Dengan demikian memberikan arti bahwa “Terdapat pengaruh yang signifikan antara kebijakan kepala sekolah terhadap kinerja guru penjas”. Kebijakan kepala sekolah di SMP Negeri Rayon Kabupaten Garut sudah dilaksanakan sesuai standard yang berlaku. 2. Pengaruh sarana prasarana olahraga terhadap kinerja guru penjas Berdasarkan hasil perhitungan pengaruh sarana prasarana olahraga terhadap kinerja guru diperoleh nilai sebesar 82,20 %, nilai tersebut termasuk dalam sangat tinggi. Dengan demikian memberikan arti bahwa “Terdapat pengaruh
yang
signifikan antara sarana prasarana olahraga terhadap kinerja guru penjas”. 3. Pengaruh kebijakan kepala sekolah dan sarana prasarana olahraga terhadap kinerja guru penjas Berdasarkan hasil perhitungan pengaruh kebijakan kepala sekolah dan sarana prasarana terhadap kinerja guru diperoleh nilai sebesar 82,50 %, nilai tersebut termasuk dalam sangat tinggi. Dengan demikian memberikan arti bahwa “Terdapat pengaruh yang signifikan antara kebijakan kepala sekolah dan sarana prasarana olahraga terhadap kinerja guru penjas”. Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama, dalam system pendidikan, guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah, guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar.
Simpulan Bertitik tolok dari tujuan penelitian, yaitu ingin mengetahui pengaruh kebijakan kepala sekolah dan sarana prasarana olahraga terhadap kinerja guru pendidikan jasmani di SMP Negeri Rayon 6 Kabupaten Garut. Berdasarkan hasil
14
pengolahan data dan analisis data yang dilakukan melalui pendekatan statistik regresi linier serta pengujian hipotesis dapat disimpulkan: 1. Kebijakan kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru pendidikan jasmani di
SMP Negeri di Rayon 6 Kabupaten Garut. Artinya semakin
optimal kebijakan kepala sekolah, maka kinerja guru pendidikan jasmanai akan meningkat. 2. Sarana prasarana olah raga berpengaruh terhadap kinerja guru pendidikan jasmani di
SMP Negeri di Rayon 6 Kabupaten Garut.Artinya; semakin
lengkap sarana prasarana olahraga, maka kinerja guru pendidikan jasmani akan meningkat. 3. Kebijakan kepala sekolah dan sarana prasarana olah raga berpengaruh terhadap kinerja guru pendidikan jasmani di
SMP Negeri di Rayon 6
Kabupaten Garut. Artinya; jika kebijakan kepala sekolah dan sarana prasarana terpenuhi maka kinerja guru pendidikan jasmani akan meningkat.
15
DAFTAR PUSTAKA Bafadal, Ibrahim, 2003.Seri Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT Bumi Aksara Daryanto. 2001. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT. Asdi Mahayasa Gunawan, 2002. Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro. Jakarta: Rineka Cipta Husdarta. 2011. Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung:Alfabeta. Harsuki. 2012. Pengantar Manajemen Olahraga. Jakarta:PT. Raja Grafindo Imam Wahyudi. 2009 Pengembangan Pendidikan Strategi Inovatif dan Kreatif dalam mengelola pendidikan Secara Komfrehensif PT, Prestasi Pustakaraya Jakarta Imron, 2009. Kebijakan Pendidikan Di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara Kamus Besar Bahasa Indonesia Komariyah dan Triana, 2006. Visionary Ledership Menuju Sekolah yang Efektif, Jakarta: Bumi Aksara. Mulyasa, 3003. Manajemen Beerbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyasa, 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung:Remaja Rosdakarya Pidarta. 1999. Manajemen Pendidikan Indonesia Jakarta: Bina Aksara Riduwan. 2008. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta Sulistyorini, 2001. Hubungan antara Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru. Rineka Cipta. Saud, 2012. Pengembangan Profesi Guru. Bandung:Alfabeta
16
Sagala, 2008. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung Penerbit Alfabeta Surakhmad, 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar. Bandung: Alumi Wibowo, 2008. Manajemen Kinerja, Hak penerbit pada PT Raja Grafindo, Jakarta
IDENTITAS PENULIS
Nama
: Dadang
Tempat/Tgl Lahir
: Garut, 5 September 1963
Jenis Kelamin
: Laki - laki
NIM
: 82351112008
Program Studi
: Manajemen Pendidikan
Alamat Rumah
: Perum Jati Putra blok E 10 Garut
Riwayat Pendidikan dan Pekerjaan
: - SDN.Wanaraja 6 Tahun 1975 - SMPN 1 Wanaraja Tahun 1979 - SGON Bandung Tahun 1982 - D.2 Pendor UT Tahun 2000 - STKIP Tahun 2008 - Guru SDN Pakuwon 2 Garut Tahun 1984-2009 - Guru SMPN 2 Bayongbong Garut Tahun 20092013
17
18