PENGARUH KEBERSIHAN KULIT WAJAH TERHADAP KEJADIAN ACNE VULGARIS
JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
Diasusununtuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 Pendidikan Dokter
ANDRIANI RAHADIANA KURNIAWATI 22010110120019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014
PENGARUH KEBERSIHAN KULIT WAJAH TERHADAP KEJADIAN AKNE VULGARIS Andriani Rahadiana Kurniawati*, Retno Indar Widayati** ABSTRAK Latar Belakang. Akne vulgaris adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodul, dan kista pada tempat predileksinya. Insiden terbanyak di Indonesia, jerawat mempengaruhi 85100% orang. Derajat akne dibagi menjadi Minyak, kotoran atau debu, dan keringat yang menempel di wajah dapat menutup dan menyumbat pori – pori sehingga mempermudah terbentuknya akne, dan tentunya memperparah akne yang telah ada. Maka dapatlah dipahami, menjaga kebersihan wajah menjadi salah satu jalan untuk membersihkan minyak yang berlebih di wajah. Membersihkan wajah secara teratur dan benar dengan pembersih yang tepat sangatlah penting, apalagi yang memiliki problem kulit berminyak dan berjerawat, sehingga diadakan penelitian lebih lanjut. Tujuan.Mengetahui pengaruh kebersihan kulit wajah ( kebiasaan membersihkan wajah, frekuensi membersihkan wajah, jenis pembersih yang digunakan ) terhadap kejadian Akne vulgaris. Metode.Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional pada populasi penelitian mahasiswa laki – laki Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Pemilihan sampel dengan menggunakan metode cluster random sampling didapatkan 68 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dengan rentang usia 18 – 23 tahun. Data yang ditetapkan adalah data primer dari kuesioner. Uji analisis yang digunakan adalah chi square. Hasil.Berdasarkan uji chi square tidak didapatkannya pengaruh yang signifikan kebiasaan membersihkan wajah terhadap kejadian akne vulgaris derajat ringan dan sedang ( p = 0,199 ). Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara frekuensi membersihkan wajah terhadap kejadian akne vulgaris derajat ringan dan sedang ( p = 0,403 ). Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara jenis pembersih yang digunakan terhadap kejadian akne vulgaris derajat ringan dan sedang ( p = 1,000 ). Jenis pembersih yang banyak digunakan yaitu sabun khusus wajah ( 82,3% ), hanya menggunakan air ( 16,2% ), sabun mandi ( 1,5% ). Kesimpulan.Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kebiasaan membersihkan wajah, frekuensi membersihkan wajah, jenis pembersih yang digunakan terhadap kejadian akne vulgaris. Kata kunci. Akne vulgaris, kebersihan kulit wajah *
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
**
StafPengajarBagianKulit dan KelaminFakultasKedokteranUniversitasDiponegoro
THE INFLUENCE OF FACE SKIN CLEANNESS TO THE CONCERNING OF ACNE VULGARIS PROBLEM Andriani Rahadiana Kurniawati*, Retno Indar Widayati** ABSTRACT Background.Acne vulgaris is skin desease occured caused offolikel pilosebasea infection for years which signed by presence komedo, papul, pustul, nodule and cyst on it predilection place. Most incident was in Indonesia, acne was influence 85-100% people. Acne level divided into Oil, impurity or dust also sweat which adhered on face could close and pluged up pore therefore will ease acne formation and ofcourse will worst acne that already exist. Therefore could comprehend, maintain face cleanness became one of way to clean exceeding oil in the face. Clean face regularly and correctly by proper cleaner was really important, moreover who have acne and oily skin problem, therefore implemented further research. Aim.To found face skin cleanness influence (face clean habit, face cleaning frequency, cleaner type used) concerning vulgaris acne problem. Methods.This research was observational study by cross sectional plan on male college student research population of Medical Faculty, Diponegoro University Semarang. Sample selection by using cluster random sampling method, obtained 68 respondents who due to inclusion criteria of 18-23 years old distance. Determining data was primary data from questionaire. Analysis test used was chi square. Results.Based on chi square test there wasn't significant influence of face cleaning habit to both low and middle level vulgaris acne (p = 0,199). There were no significant influence between face cleaning frequancy to both low and middle level vulgaris acne (p=0,403). There weren’t significant influence between cleaner typeused to vulgaris acne incident of both low and middle level (p = 1,000). Cleaner type most used was special soap (82,3%), used water only (16,2%) and bath soap (1,5%). Conclusion.There weren’t no significant inifluence among face cleaning habit, face cleaning frequency, cleaner type used of acne vulgaris incident. Keywords.Acne vulgaris, face skin cleanness
*Undergraduate student of Faculty of Medicine Diponegoro University **Departement of Ephidermology and Venereology Faculty of Medicine Diponegoro University
PENDAHULUAN Jerawat atau akne adalah mesalah kulit berupa infeksi dan peradangan pada unit pilosebasea. Akne sering membuat resah dan menghilangkan rasa percaya diri, apalagi jika area kulit yang berjerawat sangat luas.5,14 Umumnya akne dapat sembuh sendiri dan biasanya mengenai usia remaja dan dewasa muda ( Fulton, 2009 ).14 masa tersebut merupakan masa transisi dari masa kanak – kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial.13 Akne sering menjadi tanda pubertas pertama dan dapat terjadi satu tahun sebelum menarkhe atau haid pertama.Seluruh wajah dapat terlihat merah meradang dan penuh dengan benjolan jerawat.5,14 Pada usia remaja, jerawat lebih sering terkena pada pria berbanding wanita. Namun dengan peningkatan usia, jerawat lebih sering terkena pada wanita (Shaw, White, 2001). Diketahui bahwa 12% daripada wanita dan 5% daripada pria berusia 25 tahun mengalami masalah jerawat, dan pada usia 45 tahun, 5% wanita dan pria masih mengalami masalah jerawat (Kligman, 1991). Di Indonesia, jerawat mempengaruhi 85-100% orang, sedangkan menurut catatan kelompok studi dermatologi kosmetika Indonesia, menunjukkan terdapat 60% penderita jerawat pada tahun 2006 dan 80% pada tahun 2007.8 Secara klinis jerawat atau akne bermacam – macam, dari yang kecil – kecil tanpa disertai peradangan ( komedo ), kemudian papul, nodus, hingga apa yang disebut jerawat kistik ( besar dan keras ).Tingkat keparahan akne terutama berhubungan dengan jumlah produksi kelenjar minyak pada kulit. Mereka dengan problem jerawat yang parah umumnya memiliki kelenjar minyak yang besar – besar, sangat aktif, muara saluran kelenjar tampak menonjol ( pori – pori besar ), dan kulit sangat berminyak. Keadaan kulit yang demikianlah yang sering dikeluhkan karena mudah kotor dan kusam. Minyak, kotoran atau debu, dan keringat yang menempel di wajah dapat menutup dan menyumbat pori – pori sehingga mempermudah terbentuknya akne, dan tentunya memperparah akne yang telah ada. Maka dapatlah dipahami, menjaga kebersihan wajah menjadi salah satu jalan untuk membersihkan minyak yang berlebih di wajah.
Membersihkan wajah secara teratur dan benar dengan pembersih yang tepat sangatlah penting, apalagi yang memiliki problem kulit berminyak dan berjerawat.5,6 Kebersihan adalah praktek menjaga diri sendiri dan lingkungan seseorang bersih untuk mencegah penyakit atau penyakit. Akibatnya, kebersihan kulit meliputi pembersihan kulit dan juga menjaga kesehatan.Menjaga kebersihan kulit dapat dilakukan oleh setiap orang seperti mandi dan mencuci wajah dua kali sehari.5,8 Selain dilakukan secara rutin setiap hari, ketika badan dan wajah dalam keadaan kotor, misalnya setelah beraktivitas di luar ruangan sepanjang hari, bepergian jarak jauh dengan mengendarai kendaraan terutama roda dua sehingga kulit banyak terpapar oleh debu dan asap kendaraan bermotor. Setelah berolahraga, atau setelah melakukan aktivitas berat sehingga banyak keluar keringat, sebaiknya segera membersihkan badan dan wajah. Dalam kebanyakan orang tindakan membersihan berfungsi sebagai sarana relaksasi dan melepaskan diri dari kehidupan sehari-hari, dan juga sebagai cara untuk meningkatkan kesehatan kulit dan penampilan.4,15 Namun membersihkan wajah seringkali harus menyesuaikan rutinitas, pekerjaan atau kebiasaan seseorang serta perlu ketelatenan ekstra bagi sebagian orang yang sibuk atau agak malas dengan tentetan perawatan kulit, padahal membersihkan kulit wajah itu penting.5 Sebagai organ yang selalu terpajan terhadap lingkungan yang merusak, kulit perlu dirawat dengan salah satu cara yaitu membersihkan wajah setidaknya 3 kali sehari.15 Seperti penelitian sebelumnya yang telah meneliti pengaruh perawatan kulit wajah dengan terjadinya akne vulgaris, sehingga dalam penelitian ini lebih meneliti mengenai pengaruh kebersihan kulit wajah terhadap kejadian akne vulgaris.5 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara kebersihan kulit wajah terhadap kejadian akne vulgaris. METODE PENELITIAN Ruang lingkup keilmuan penelitian adalah Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.Lokasi pengambilan sampel adalah FakultasKedokteran Universitas Diponegoro Semarang dengan alokasi waktu penelitian adalah Maret – Juli 2014.Pengambilan data dialokasikan 2 bulan dan pengolahan serta analisis data dialokasikan 2 bulan. Kuesioner dibagikan kemudian dikumpulkan segera setelah diisi oleh Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan rancangan crosssectional atau belah lintang dengan jumlah sampel minimal 41 sampel. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu dengan cluster sampling. Kriteria inklusi dalam penelitian ini : terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang, berusia 18 – 23 tahun, bersedia menandatangani informed consent,sedang menderita akne vulgaris derajat ringan dan sedang. Serta untuk kriteria eksklusi berupa : menderita penyakit kulit di wajah seperti : dermatitis kontak, varicela, erupsi akneiformis, dan lain – lain. Variabel perancu yang dimasukkan untuk diteliti adalah genetik, pengobatan, hormonal, psikis, makanan. Penelitian ini dilakukan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang yang mempunyai keluhan akne vulgaris derajat ringan dan sedang. Kemudian dilakukan anamnesis lebih lanjut dan diberikan lembar kuesioner. Pada anamnesis ditanyakan mengenai
identitas
penderita,
kebiasaan
dalam
membersihkan
wajah,
frekuensi
membersihkan wajah, jenis pembersih dalam membersihkan wajah, riwayat dalam keluarga, riwayat pengobatan,makanan yang mungkin berpengaruh terhadap timbulnya akne vulgaris. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik sesuai dengan gambaran klinis akne vulgaris sesuai sumber pustaka. Bentuk kuesioner yang digunakan sebagai alat pengumpulan data adalah bentuk pertanyaan tertutup(Closed Ended) dengan variasi pertanyaan berupa dikotomi ( jawaban Ya atau Tidak ), yang mana dari beberapa jawaban yang disediakan responden hanya memilih satu diantaranya yang sesuai dengan pendapatnya dan multiple choice yang mana dari beberapa pertanyaan bisa memilih beberapa jawaban sesuai dengan pendapatnya. Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa daftar pertanyaan ( kuesioner ) yang telah diuji validitas dan reabilitasnya.Uji validitas dilakukan untuk menilai ketepatan dan kecermatan alat ukur ( tes ). Kuesioner dikonsultasikan pada 3 dokter spesialis kulit dan kelamin sebagai ahli yang kompeten. Penghitungan validitas rata – rata tiap pertanyaan adalah dengan menghitung jumlah skor dibagi jumlah ahli. Jika skor tiap pertanyaan > 0,5 maka pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid. Uji reliabilitas dilakukan untuk memastikan apakah kuesioner penelitian yang akan dipergunakan untuk mengumpulkan data variabel penelitian reliabel atau tidak. Pengujian reliabilitas koesioner dilakukan pengujian internal dengan menguji coba kuesioner hanya satu
kali, kemudian dilakukan analisis untuk memprediksi reliabilitas kuesioner.Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dengan cara pengisian kuesoner oleh responden dan dalam pengisian kuesioner dipandu oleh pihak peneliti. Setelah data terkumpul, dilakukan :Pengecekan terhadap data – data yang terdapat pada kuesioner, melakukan seleksi terhadap data – data yang telah terkumpul, pada tahap ini dilakukan penilaian apakah sampel masuk ke dalam kriteria inklusi atau eksklusi, dilakukan analisis data, analisis data antara variabel kebersihan kulit wajah dengan akne vulgaris dilakukan uji hipotesa dengan analisis bivariat chi square. Karena terdapat variabel perancu yang juga diteliti, maka digunakan uji multivariat yaitu regresi logistik karena variabel terikat berskala nominal sedangkan variabel bebas dan perancu berskala nominal dan numerik.27 HASIL Dari 75 kuesioner tersebut didapatkan 68 responden yang memenuhi kriteria inklusi yaitu mahasiswa laki – laki yang bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed consent, berusia 18 – 23 tahun, sedang menderita akne dan tidak sedang melakukan pengobatan akne. Usia responden yang didapatkan adalah sesuai dengan kriteria inklusi yaitu 18 – 22 tahun, usia 18 tahun ( 22,1% ), usia 19 tahun ( 29,4% ), usia 20 tahun ( 20,6% ), usia 21 tahun ( 25% ), usia 22 tahun ( 2,9% ). Dengan rincian responden : terdiri dari 15 responden berusia 18 tahun, 20 responden berusia 19 tahun, 14 responden berusia 20 tahun, 17 responden berusia 21 tahun, 2 responden berusia 22 tahun. Gambar 1. Karakteristik responden berdasarkan usia
15
18
10
19 20
5
21 0 akne
22
Tabel Hasil Uji Chi Square Berdasarkan Kejadian Akne Vulgaris Variabel
Akne Vulgaris
p
Ya
Tidak
n
%
n
%
Tidak
13
27,1
2
10
Ya
35
72,9
18
90
Ya
31
64,6
15
75
Tidak
17
35,4
5
25
Tidak
34
70,8
15
75
Ya
14
29,2
5
25
Hanya dengan air
7
14,6
4
20
Sabun mandi
1
2,1
0
0
Sabun pembersih wajah
40
83,3
16
80
Tidak
38
79,2
19
95
Ya
10
20,8
1
5
Tidak
12
25
5
25
Ya
36
75
15
75
Tidak
17
35,4
8
40
Ya
31
64,6
12
60
Tidak
36
75
19
95
Ya
12
25
1
5
Ya
27
56,3
3
15
Tidak
21
43,8
17
85
Ya
31
64,6
6
30
Tidak
17
35,4
14
70
Teratur membersihkan 0,199
Frekuensi < 3 x 0,403
Frekuensi 3 x 0,727
Pembersih 1,000
Pembersih dari dokter 0,155
Arah membersihkan 1,000
Waktu membersihkan 0,721
Pengobatan 0,089
Genetik 0,002
Psikis 0,009
Makanan Ya
33
68,8
6
30
Tidak
15
31,3
14
70
0,003
Dari analisis uji chi square untuk pengaruh kebiasaan membersihkan wajah secara teratur dengan timbulnya akne vulgaris derajat ringan dan sedang didapatkan hasil p = 0,199. Dimana nilai p > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara kebiasaan membersihkan wajah secara teratur dengan akne vulgaris derajat ringan dan sedang. Menurut analisis uji chi square untuk pengaruh frekuensi membersihkan wajah dengan timbulnya akne vulgaris derajat ringan dan sedang didapatkan hasil p = 0,403. Dimana nilai p = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara frekuensi membersihkan wajah dengan akne vulgaris derajat ringan dan sedang. Dari hasil uji chi square pengaruh pemakaian pembersih wajah dengan kejadian akne vulgaris derajat ringan dan sedang didapatkan hasil nilai p = 1,000. Dengan nilai p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara pemakaian pembersih wajah dengan kejadian akne vulgaris. Hasil analisis uji chi squarepengaruh arah membersihkan wajah dengan kejadian akne vulgaris derajat ringan dan sedang didapatkan hasil p = 1,000. Dengan nilai p = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara arah membersihkan wajah dengan kejadian akne vulgaris derajat ringan dan sedang. Berdasarkan analisis uji chi square pengaruh waktu yang dibutuhkan saat membersihkan wajah dengan kejadian akne vulgaris derajat ringan dan sedang didapatkan hasil p = 0,721. Dengan nilai p >0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara waktu yang dibutuhkan saat membersihkan wajah dengan kejadian akne vulgaris derajat ringan dan sedang. Berdasarkan tabel hasil data pada lampiran, variabel perancu yang diteliti yaitu variabel genetik, psikis memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kejadian akne vulgaris. Untuk variabel genetik didapatkan p = 0,002 atau p <0,05. Sedangkan untuk
variabel psikis didapatkan p = 0,009 ; dimana didapatkan bahwa kedua variabel tersebut p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor genetik dan psikis berpengaruh terhadap timbulnya akne vulgaris derajat ringan dan sedang. PEMBAHASAN Kebersihan kulit wajah sebagai variabel bebas dalam penelitian ini yang penjabarannya terdiri dari kebiasaan membersihkan wajah secara teratur, frekuensi membersihkan wajah ( dengan nilai ukur ≥ 3x/hari dan < 3x/hari ) dan jenis pembersih yang digunakan ( dengan nilai ukur hanya memakai air saja, sabun mandi, sabun khusus wajah ). Untuk responden yang memakai sabun khusus wajah disebutkan pula ( memakai sabun khusus wajah dari resep dokter atau tidak ). Arah saat membersihkan wajah ( dengan arah yang sirkuler atau melingkar dengan nilai ukur ya dan tidak ). Waktu yang diperlukan saat membersihkan wajah ( kurang lebih 20 detik dengan nilai ukur ya dan tidak ). Dari 75 responden didapatkan 68 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Hampir semua responden mempunyai keluarga yang memiliki riwayat menderita akne. Hasil analisis uji chi square didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara riwayat keluarga terhadap kejadian akne vulgaris derajat ringan dan sedang. Hasil analisis dari uji chi square untuk faktor psikis terutama saat menjelang ujian, didapatkan nilai p = 0,009 , maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor psikis terhadap kejadian akne vulgaris derajat ringan dan sedang. Sebagian besar responden beranggapan setelah makan makanan tinggi lemak mempengaruhi bertambah banyak serta timbulnya akne vulgaris, akan tetapi faktor makanan tidak memenuhi syarat untuk dilakukan uji regresi logistik, sehingga disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara faktor makanan terhadap kejadian akne vulgaris. Secara umum dikatakan bahwa makanan yang mengandung tinggi lemak dan sejenisnya dapat merangsang tumbuhnya akne vulgaris karena akan meningkatkan kadar komposisi sebum pada folikel pilosebasea.12 Namun dari sumber lain mengatakan hal yang berbeda bahwa makan banyak karbohidrat dan zat lemak, tidak dapat dipastikan akan terjadi perubahan pada pengeluaran sebum atau komposisinya karena kelenjar lemak bukan alat pengeluaran untuk lemak yang kita makan.11 Berdasarkan hasil analisis chi square didapatkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara makan makanan tinggi lemak terhadap kejadian akne vulgaris derajat ringan dan sedang.
Sebagian besar responden yang sedang mengalami masalah akne vulgaris menyatakan bahwa mereka tidak sedang melakukan pengobatan untuk penyakit akne. Dari uji analisis chi square dihasilkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara faktor obat – obatan terhadap kejadian akne vulgaris. Menurut beberapa data yang ada didapatkan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel perancu terhadap kejadian akne vulgaris. Namun hal tersebut dapat dikarenakan bahwa variabel tersebut lebih mempengaruhi timbulnya akne vulgaris. Tidak terdapat pengaruh signifikan antara kebiasaan membersihkan wajah terhadap kejadian akne vulgaris derajat ringan dan sedang. Menurut teori bahwa makin sering seseorang membersihkan wajah maka makin rendah angka kejadian akne vulgaris karena membersihkan wajah secara teratur dapat mengurangi minyak yang berlebih serta mengangkat sel kulit mati pada wajah.15 Tidak adanya pengaruh signifikan dapat disimpulkan bahwa kebiasaan membersihkan wajah secara teratur saja tidaklah cukup. Dari hasil penelitian Sehat Kabau mengenai kebersihan wajah, usaha – usaha pencegahan terjadinya akne vulgaris dapat dilakukan dengan melalui 3 langkah dasar untuk pemeliharaan kebersihan dan kesehatan kulit wajah yaitu salah satunya pembersihan yang dapat berupa kebiasaan membersihkan wajah secara teratur, frekuensi membersihkan wajah, jenis pembersih yang digunakan. Pembersihan bertujuan untuk mengangkat minyak,debu serta kotoran yang menempel pada kulit yang berperan sebagai eritopatogenesis akne vulgaris. Pada penelitian ini dihasilkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara frekuensi membersihkan wajah terhadap kejadian akne vulgaris derajat ringan dan sedang. Hal ini tidak sesuai dengan pustaka yang menyatakan bahwa untuk negara yang beriklim tropis seperti Indonesia frekuensi membersihkan wajah yang ideal 3 hingga 4 kali sehari.22,23 Dengan menerapkan frekuensi membersihkan wajah yang ideal diharapkan akan mencegah timbulnya akne vulgaris, namun dengan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa frekuensi membersihkan wajah secara ideal tidaklah cukup untuk mencegah timbulnya akne vulgaris. Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan sebagian besar responden rutin membersihkan wajah ( 77,9% ). Jenis pembersih yang digunakan paling banyak yaitu menggunakan sabun khusus wajah ( 82,3% ), namun juga tidak didapatkan pengaruh yang
signifikan antara jenis pembersih yang digunakan terhadap kejadian akne vulgaris. Akan tetapi jenis pembesih yang digunakan dapat merupakan sebagai faktor pelindung dalam pembentukan derajat akne. Berdasarkan teori bahwa pembersih yang digunakan harus dapat menghilangkan kelebihan lipid barier kulit karena bahan kimia yang terkandung dalam sabun pembersih bekerja mengurangi tegangan permukaan jaringan sehingga akan mempercepat daya pembersih kulit.7 Dari hasil penelitian Dewi Rahmawati mengenai jenis pembersih yang digunakan, didapatkan hasil p = 1,000. Dimana juga tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara penggunaan pembersih wajah yang digunakan dengan timbulnya akne vulgaris. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kebiasaan membersihkan wajah terhadap kejadian akne vulgaris derajat ringan dan sedang dan kebiasaan membersihkan wajah belum tentu menjadi faktor resiko.Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara frekuensi membersihkan wajah terhadap kejadian akne vulgaris derajat ringan dan sedang. Namun frekuensi membersihkan wajah dapat sebagai faktor protektor.Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara jenis pembersih wajah yang dipakai terhadap kejadian akne vulgaris derajat ringan dan sedang.Jenis pembersih wajah yang paling banyak digunakan oleh mahasiswa laki – laki adalah sabun khusus wajah ( 82,3 ), hanya menggunakan air ( 16,2 ), sabun mandi ( 1,5 ). Disarankan untuk membersihkan wajah secara teratur dengan frekuensi membersihkan wajah yang ideal 3 kali/hari dengan menggunakan sabun khusus wajah serta menghindari faktor pencetus timbulnya akne vulgaris.Diperlukan penelitian lebih lanjut yang berkenaan dengan kebersihan kulit wajah design rancangan yang lebih baik seperti case control, cohort dan sebagainya serta jumlah sampel yang lebih banyak.Dianjurkan kepada mahasiswa laki – laki untuk lebih menjaga kebersihan kulit wajah agar dapat mengetahui pentingnya kebersihan kulit wajah yang benar dan dapat mencegah serta mengurangi kejadian akne vulgaris. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Retno Indar Widayati,M.si,Sp.KK, dr. Hardian, dr. Muslimin,Sp.KK, dr.TM. Sri Redjeki S,Sp.KK(K),M.si.Med, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang, Bagian Kulit dan Kelamin
RSUP.Dr.Kariadi yang telah membantu terselenggaranya penelitian ini dan memberikan masukan dalam penulisan artikel ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008: 231 – 7. 2. Rahimah, Zulkarnain I. Akne Vulgaris pada Remaja. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin. 2002 ( Surabaya, 1 April 2002 ): 14(5): 33 – 41. 3. Evy Ervianti. Profil Kualitas Hidup Penderita Akne Vulgaris di RSUD Dr. Soetomo Surabaya: Studi Menggunakan Cardiff Acne Disability Index (CADI) [tesis]. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin. 2010 ( Surabaya, 1 April 2010 ): 22(4): 25 – 33. 4. Mukhopadhyay P. Cleanser and Their Role in Various Dermatological Disorders. Indian Journal of Dermatology. 56(1): 2 – 6. 5. Sulastomo E, Kulit Cantik dan Sehat, Mengenal dan Merawat Kulit. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2013: 3 – 62. 6. Antawidjaja D D, Wasitaatmadja S M, Budimulja U. Efek Sabun Mandi Alkalis Terhadap PH Kulit dan Transepidermal Water Loss serta Hubungan antara Keduanya pada Karyawan sebuah Pabrik Kosmetik di Jakarta. Perkembangan Penyakit Kulit & Kelamin di Indonesia Menjelang Abad 21 Jilid 2. 1999: 251 – 261. 7. Legiawati, Lili. Perawatan Kulit pada Akne. Medicinal Jurnal Kedokteran Indonesia. 2010:2:17 – 19. 8. Azzadeen Aziz N. Pengaruh Cara dan Kebiasaan Membersihkan Wajah Terhadap Pertumbuhan Jerawat di Kalangan Siswa Siswi SMA Harapan 1 Medan [Skripsi]. Medan [Sumatera Utara]. Universitas Sumatera Utara: 2010. 9. Graham R, Burns B T. Dermatology. Jakarta: Erlangga, 2005. 10. Hartadi, dkk. Dasar – dasar Dermatokosmetikologi.Semarang: Badan Penerbit UNDIP; 1991: 24 – 25.
11. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates. Jakarta: 2000: 35 – 45. 12. Siregar R S. Akne Vulgaris. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Ed. Carolin Wijaya & Peter Anugerah. Cetakan III. ECG. Jakarta. Hal: 209 – 214. 13. Utama H, dkk. Perawatan Kulit dan Kelamin: Sejak Bayi hingga Remaja. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013. 14. Movita Theresia. Acne Vulgaris. Continuing Medical Education. 2013: 40(4): 269 – 271. 15. Tjekyan S. Kejadian dan Faktor Resiko Akne Vulgaris. Mediana Medika Indonesia. 2009: 43(1): 37 - 43. 16. Khalida R A, Karmila N J. Profil Penderita Akne Vulgaris pada Siswa – Siswi di Sma Shafiyyatul Amaliyyah Medan. Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU angkatan 2009, Staf Pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. 2013. 17. Matsuoka Y, Yoneda K, Sadahira C, Katsuura J, Moriue T, Kubota Y. Effect of Skin Care and Makeup Under Instruction from Dermatologist on the Quality of Life of Female Patients with Acne Vulgaris. Journal of Dermatology. 2006(33): 745 – 752. 18. Yahya Husain. Acne Vulgaris in Nigerian Adolescents – Prevalence, Severity, Beliefs, Perceptions, and Practices. Acne Vulgaris in Adolescents. 2009(48): 498 – 505. 19. Billman J D. Management of Acne Vulgaris: A Review. PharmaNote. 2009. 20. Harper JC. Acne Vulgaris. Available from: eMedicine Specialities USA. Januari: 2007. 21. Gray J. Skin care. Dalam The World of Skin Care a Scientific Companion; Edisi ke-1. Macmillan Press Ltd, 2000: 85 – 112. 22. Draelos JD. Skin care maintenance product. Dalam Atlas of cosmetic dermatology, Churcill Livingston. 2000: 77 – 82.
23. Draelos JD. Dalam Cosmeceuticals Procedures in Cosmetic Dermatology. Edisi ke-1. Elsvier Inc, 2005: 165 – 6. 24. Magin Parker. 2004. A systematic review of the evidence for ‘myths and misconceptions’ in acne management: diet, face-washing and sunlight. Available from: http://fampra.oxfordjournals.org/content/22/1/62.full. [cited 2004 September 27]. 25. Derick Amy. Night Skin: A review of the Physiology condition of the treatment associated with skin at night. Skin & Aging. 2009: 32. 26. Lapau Buchari. Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 2013. 27. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar – dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto. 2008:3:2013.