PENGARUH KEBERADAAN TRANSPORTASI UMUM ANGKUTAN DESA TERHADAP PERGERAKAN PENDUDUK DI KECAMATAN DELANGGU KABUPATEN KLATEN
Publikasi Karya Ilmiah Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Geografi
Oleh : DWI HANGGRAENI E 100.090.013
FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2014
1.
Pendahuluan Secara umum geografi merupakan
desa adalah angkutan dari satu tempat ke
studi yang mempelajari tentang fenomena
tempat lain dalam satu daerah kabupaten
alam, manusia, dan keterkaitan antara
yang
keduanya di permukaan bumi dengan
angkutan kota yang berada dalam wilayah
menggunakan
ibu
pendekatan
keruangan,
kelingkungan, dan kompleks wilayah. Sedangkan
transportasi atau transport
diartikan sebagai tindakan atau kegiatan mengangkut atau memindahkan muatan (barang dan orang) dari suatu tempat ke tempat lain, atau dari tempat asal ke tempat
tujuan.
Tempat
asal
dapat
tidak
termasuk
kota
dalam
trayek
kabupaten
dengan
mempergunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat dalam
trayek.
Angkutan
pedesaan
merupakan sarana pendukung wilayah yang penting untuk melakukan pergerakan penduduk.
merupakan daerah produksi dan tempat
Setiap pergerakan yang dilakukan
tujuan adalah daerah konsumen (pasar).
penduduk pada dasarnya pencerminan
Tempat asal dapat pula merupakan derah
motivasi mereka melakukan kegiatan.
perumahan
Disamping
(pemukiman),
sedangkan
itu
pola
jaringan
jalan
tempat tempat tujuannya adalah tempat
perkotaan akan menyebabkan pergerakan
bekerja, kantor, sekolah, kampus, rumah
penduduk
sakit, pasar, toko, pusat perbelanjaan,
cenderung membentuk pola pergerakan
hotel, pelabuhan, Bandar udara, dan masih
sesuai dengan jaringan jalan yang telah
banyak sekali yang lainnya, ataupun dalam
ada.
arah sebaliknya, yaitu tempat tujuan
pergerakan penduduk untuk melakukan
merupakan tempat asal dan tempat asal
kegiatannya tidak dapat dipisahkan dari
merupakan tempat tujuan. (Sakti Adji
pola penggunaan lahan perkotaan. Adanya
Adisasmita,2011). Dari dua pengertian
motivasi pergerakan tersebut menunjukan
diatas, antara geografi dan transportasi
bahwa
dapat
tempat
dipadukan
menjadi
pengertian
dan
tujuan
sarana
(Anton
Pada
prinsipnya
karakteristik
pergerakan dapat dibedakan transportasi
umum adalah angkutan desa. Angkutan
adalah
perkotaaan
Subekti,2005)
satu
pergerakannya
kegiatan
menyeluruh antara manusia dan aspek alat
Salah
motivasi
berlangsungnya
fungsional
sekitar seperti alat transportasi.
perkotan
Suatu peninjauan atas
geografi transportasi yaitu diskripsi yang baik dari tenaga maupun lingkungan
transportasi
menjadi 2
kelompok utama, yaitu pergerakan non spasial
dan
pergerakan
spasial.
Karakteristik
non
spasial
Sribit, Desa Tlobong). Letak Kecamatan
adalah
segala
Delanggu cukup strategis karena terletak
karakteristik pergerakan yang berkaitan
di jalan raya utama Yogyakarta dan
dengan aspek non – spasial, seperti sebab
Surakarta, sehingga perekonomian daerah
terjadinya pergerakan, jenis moda yang
ini bisa tumbuh pesat. Wilayah Kecamatan
(tanpa
pergerakan
batas
digunakan.
ruang)
Sedangkan
karakteristik
pergerakan spasial (dengan batas ruang) adalah segala karakteristik pergerakan yang meliputi aspek – aspek yang berkait dengan orientasi pergerakan itu sendiri, yaitu menyangkut dengan pola tata guna
Delanggu
berbatasan dengan beberapa
kecamatan, adalah sebagai berikut Sebelah Utara: Kecamatan Polanharjo Sebelah Timur: Kecamatan Wonosari dan Juwiring
lahan, pola perjalanan orang, dan pola
Sebelah selatan: Kecamatan Ceper
perjalanan barang.
Sebelah Barat: Kecamatan Polanharjo Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa
Kecamatan Delanggu merupakan
jumlah penduduk di kecamatan Delanggu
salah satu dari 26 kecamatan di Kabupaten
dari tahun 2008 sampai tahun 2011
Klaten yang memiliki luas 2081,683 Ha
mengalami
dan terdiri dari 16 desa(Desa Banaran,
penurunan pada tahun 2012. Dari jumlah
Desa
Desa
penduduk tahun 2011 sebanyak 44.958
Delanggu, Desa Dukuh, Desa Gatak, Desa
jiwa pada tahun 2012 menurun menjadi
Jetis, Desa Karang, Desa Kepanjen, Desa
44.949 jiwa.
Bowan,
Desa
Butuhan,
Krecek, Desa Mendak, Desa Sabrang, Desa Segaran, Desa Sidomulyo, Desa
peningkatan,
dan
terjadi
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten Klaten Tahun 2012 No
Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa) 2008
2009
2010
2011
2012
1
Prambanan
49.277
49.538
49.393
49.367
49.977
2
Gantiwarno
40.994
41.102
41.111
41.172
41.306
3
Wedi
55.516
55.983
56.025
55.874
55.904
4
Bayat
63.852
64.027
64.214
64.253
64.231
5
Cawas
66.132
66.093
66.196
66.152
66.071
6
Trucuk
82.291
82.558
82.778
83.237
83.817
7
Kalikotes
37.389
37.597
38.003
38.207
38.471
8
Kebonarum
21.343
21.429
21.496
21.558
21.541
9
Jogonalan
57.877
58.155
58.402
58.692
58.825
10
Manisrenggo
41.766
41.962
42.210
42.354
42.463
11
Karangnongko
38.157
37.955
37.912
37.972
37.899
12
Ngawen
44.420
44.560
44.825
45.012
45.068
13
Ceper
63.835
63.830
63.985
63.953
63.961
14
Pedan
48.862
48.802
48.989
49.003
49.117
15
Karangdowo
51.020
51.018
51.077
51.144
51.120
16
Juwiring
61.216
61.300
61.348
61.208
61.110
17
Wonosari
62.663
62.801
62.859
62.973
63.177
18
Delanggu
44.516
44.760
44.889
44.958
44.949
19
Polanharjo
46.047
46.087
46.305
46.356
46.542
20
Karanganom
49.080
49.152
49.245
49.150
49.239
21
Tulung
54.576
54.551
54.708
54.723
54.888
22
Jatianom
57.338
57.438
57.592
58.509
58.593
23
Kemalang
34.681
34.940
35.106
35.442
35.656
24
Klaten Selatan
41.527
41.880
42.204
42.438
42.724
25
Klaten Tengah
43.878
43.877
44.045
44.168
44.152
26
Klaten Utara
42.241
42.515
42.645
42.874
43.113
1.300.494
1.303.910
1.307.562
1.311.019
1.313.914
Jumlah
Sumber: Registrasi Penduduk
Angkutan desa sebagai bagian dari
pada umumnya. Keberadaan angkutan
sistem transportasi pedesaan merupakan
desa sangat dibutuhkan, tetapi apabila
salah satu kebutuhan pokok masyarakat
tidak ditangani dengan baik dan benar,
desa dan merupakan bagian yang tidak
akan merupakan masalah bagi kehidupan
dapat dipisahkan dengan kehidupan desa
desa. Tabel 1.2
Trayek Angkutan Desa Jalur Delanggu Kabupaten Klaten
NO.
PO/PA
DAYA ANGKUT PENUMPANG
1
MARTHA PUTRA
24
2
DADI AGUNG
27 12 12 12 3
4 5 6
DUA BERLIAN
A3 PANDAN REJO RAJAWALI
12 12 12 12 12 12 14 14
7
WIJAYA
12
ROUTE TRAYEK YANG DILAYANI
Kepanjen-Delanggu-Krecak-Karang-Banaran-Bowan Segaran-Delanggu-Krecak-Karang-Butuhan-Jetis Segaran-Delanggu-Krecak-Karang-Butuhan-Jetis Delanggu-Krecek-Karang-Banaran-Bowan-Dukuh Delanggu-Krecek-Karang-Banaran-Bowan-Dukuh Kepanjen- Delanggu- Sabrang-Butuhan-Jetis Segaran-Kepanjen-Delanggu-Gatak-Tlobong Delanggu-Krecek-Banaran-Bowan-Dukuh Segaran-Delanggu-Krecak-Karang-Butuhan-Jetis Delanggu-Krecak-Karang-Banaran-Bowan-Dukuh Delanggu-Sabrang-Karang-Banaran-Dukuh Segaran-Delanggu-Krecak-Karang-Butuhan-Jetis Kepanjen-Delanggu-Gatak-Sabrang-Karang-ButuhanJetis Delanggu-Krecak-Karang-Banaran-Bowan-Dukuh
Sumber : Dinas Perhubungan 2.
Metode Penelitian
2.1
Metode yang digunakan dalam
Pemilihan Daerah Penelitian Penelitian akan dilakukan dengan
penelitian ini adalah metode survey untuk
mengambil
sampling .Di dalam metode ini informasi
Bussinines Distric di Kecamatan Delanggu
dikumpulkan
dengan
antara lain Desa Delanggu dan Desa Gatak
(daftar
Penentuan daerah penelitian dalam
menggunakan
dari
responden kuesioner
lokasi
di
ditentukan
pusat
dengan
Central
pertanyaan). Langkah – langkah yang
penelitian
cara
diambil dalam penelitian meliputi tahapan
Purposif, Penekanan metode penelitian
sebagai berikut.
purposif ini adalah pada karakter anggota
sampel
yang
karena
pertimbangan
ekonomi daerah pergerakan menuju pusat
mendalam dianggap/ diyakini oleh peneliti
pelayanan sosial ekonomi, sedangkan data
akan benar – benar mewakili karakter
sekunder diperoleh dari berbagai instansi
populasi atau sub populasi
pemerintah yang meliputi Badan Pusat
Pertimbangan – pertimbangan yang digunakan
dalam
penentuan
daerah
penelitian adalah sebagai berikut: 1.
Desa di daerah penelitian dapat
Solo – Jogja, sehingga dalam pengambilan sampel diharapkan bisa mewakili populasi dengan cermat dan akurat Perlunya
sebuah
informasi
mengenai pola pelayanan transportasi angkutan
desa
pada
masalah
jalur
menjangkau seluruh desa atau tidak, sehingga diharapkan dapat memberikan masukan bagi kepentingan pengembangan pelayanan transportasi umum 3.
Seiring
ekonomi
di
dengan daerah
Kelurahan, Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Perhubungan
diakses karena dekat dengan Jalan arteri
2.
Statistik (BPS), Bappeda, Kecamatan,
perkembangan penelitian
2.4 Penentuan responden Teknik
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah Simple Random Sampling, dimana responden yang diambil secara acak adalah penumpang angkutan desa berjumlah 120 responden dengan pertimbangan sudah mewakili responden yang berjumlah 44.949 jiwa dan semua merupakan
pengguna
angkutan
desa.
Informasi yang dikumpulkan meliputi karateristik sosial ekonomi responden dan semua bentuk perjalanan (pergerakan).
yang
berkembang menurut adanya peningkatan
2.5 Variabel Penelitian
pelayanan transportasi yang sesuai dengan
Dalam penelitian, penentuan variabel
kebutuhan pergerakan penduduk.
penelitian adalah sesuatu yang penting karena
suatu
fenomena
ilmiah
dan
2.3 Pengumpulan data
paradigma ilmu hanya dapat diterangkan
Data – data yang digunakan dalam
apabila diketahui hubungan antar variabel
penelitian ini adalah primer dan data
- variabelnya. Variabel yang digunakan
sekunder. Data primer diperoleh dari
dalam penelitian ini adalah
observasi
langsung
(wawancara
responden) dengan menggunakan daftar
Variabel pengaruh
pertanyaan
1) Daerah Asal
(kuesioner)
yang
telah
dipersiapkan sebelumnya. Informasi yang dikumpulkan meliputi karakteristik sosial
Variabel Terpengaruh
1) Tujuan Pergerakan
penduduk dari tempat asal ke tempat
2)
tujuan. b. Analisa
2.6 Analisa data Analisis adalah proses penyederhanaan
data
secara
dilakukan dengan menggunakan tabel
data kedalam bentuk yang mudah dibaca
silang dan tabel frekuensi
dan diinterpretasikan. Data yang diperoleh
1.
kemudian dianalisis
dan
kuantitatif
Tabel
frekuensi
merupakan
hasilnya di
merupakan langkah pertama dalam analisa
interpretasikan untuk mencari makna yang
data, merupakan bahan dasar untuk analisa
lebih luas dari hasil penelitian.
selanjutnya dan befungsi antara lain untuk
a. Analisis data secara kualitatif yaitu
analisa pusat pelayanan social ekonomi
mendiskripsikan
dan
menjelaskan
fenomena
Kecamatan
fenomena
–
delanggu.
Untuk
data
dipetakan
adalah
data
yang
dan motivasi pergerakan. Analisa
akan
Gambaran
Tabel Frekuensi
pergerakan
Tabel Motivasi Pergerakan No
Motivasi Pergerakan
Frekuensi
%
Digunakan untuk mengetahui asal dan 2. Tabel silang digunakan untuk analisa hubungan
antara
dua
tujuan pergerakan penduduk
variabel.
Analisa
Gambaran
Tabel Silang Tabel Asal Penduduk dan Tujuan Pergerakan Penduduk No Daerah Asal
Tujuan Pergerakan A
% B
% C
% D
% E
%
Jumlah
c.
Analisa geografi
Didalam ilmu geografi terdapat 3
kompleks wilayah. Geografi senantiasa memandang
perbedaan
ruang,
wilayah
sebagai
pendekatan, yaitu pendekatan keruangan,
lingkungan,dan
pendekatan kelingkungan dan pendekatan
determinasi bagi variasi fenomena fisik
maupun sosial budaya di muka bumi.
ekonomi
Demikian dalam penelitian ini, pendekatan
Pergerakan tersebut dilakukan dengan
yang
tujuan tertentu atau merupakan pergerakan
digunakan
yaitu
pendekatan
kompleks Wilayah Komponen
dikecamatan
rutinitas seperti bekerja dan bersekolah.
yang
digunakan
dalam
pendekatan wilayah dalam penelitian ini diantaranya:
Untuk Lebih jelasnya mengenai asal dan tujuan responden pengguna jasa angkutan desa di daerah penelitian, akan dibahas di dalam tabel 1.3 berikut ini
1.Pengaruh
dari
sistem
kecamatan
terhadap pemukiman, transportasi yaitu dengan mewujudkan kaitan antara pusat pelayanan sosial ekonomi. 2.Apa pengaruh dari kaitan antara wilayah yang satu dengan yang lain terhadap struktur dalam wilayah 3.Pengaturan kembali suatu wilayah misal dalam pusat transportasi dan perancangan pusat sosial ekonomi. 3. Hasil dan Pembahasan Pergerakan
Delanggu.
penduduk
yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pindahnya penduduk dari daerah asal menuju ke tempat tujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Pergerakan penduduk yang akan dibahas dalam sub bab ini meliputi pola pergerakan dan motivasi pergerakan. 3.1 Asal dan Tujuan Pergerakan Pergerakan responden di dalam penelitian ini dibatasi pada pergerakan searah yang dilakukan responden dari tempat asal menuju pusat pelayanan sosial
Tabel 1.3 Asal dan Tujuan Pergerakan Penduduk Menuju Pusat Pelayanan sosial ekonomi Di Kecamatan Delanggu Tahun 2013 No
Daerah Asal Banaran Bowan Butuhan Delanggu Dukuh Gatak Jetis Karang Kepanjen Krecek Sabrang Segaran Tlobong Wonosari Juwiring
A % 1 5 4,1 2 3 2,5 3 5 4,1 4 6 5 5 2 1,6 6 1 0,8 7 2 1,6 8 3 2,5 9 4 3,3 10 4 3,3 11 3 2,5 12 2 1,6 13 14 1 0,8 15 42 35,7 Sumber: Data Primer 2013
B 6 3 6 1 12 2 6 5 2 4 1 48
Tujuan % C 5 1 1 2,5 5 2 0,8 1 10 4 2 1,6 3 5 4,1 1,6 3 1 3,3 0,8 2 39,7 20
Dengan demikian pola pergerakan penduduk
adalah
penduduk
kecamatan
menggunakan .
memusat
mayoritas
Delanggu
angkutan
desa
yang untuk
% 0,8 0,8 1,6 0,8 3,3 1,6 2,5 2,5 0,8 1,6 16,3
D 2 1 1 2 1 1 2 10
% 1,6 0,8 0,8 1,6 0,8 0,8 1,6 8,3
melakukan
Jumlah
%
13 6 9 15 6 17 5 8 10 9 3 8 1 5 5 120
10,8 5 7,5 12,5 5 14,2 4,2 6,6 8,3 7,5 2,5 6,6 0,8 4,2 4,2 100
kegiatan
Daerah tujuan GD GD GD GD GD GD GD GD GDB GDB GD GD GD GD GD
bersekolah
atau
bekerja adalah menuju pusat pelayanan sosial ekonomi yaitu di Desa Delanggu dan
Desa
Gatak
Gambar 1.1 : Peta Pergerakan Penduduk Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten
4. Perbandingan Antara Hasil
Rute
Penelitian dengan Standar Bangkitan
Karang-Banaran-Bowan-
Penumpang DLLAJ Pada masing –
Dukuh PP
masing Rute
Zona I,II,IV,V
Dari tabel diatas dapat diketahui perbandingan
antara
hasil
penelitian
dengan ketetapan bangkitan penumpang DLLAJ yaitu sebagai berikut
Delanggu-Krecak-
Zona I jarak 1 km, Zona II jarak 1 km, Zona IV jarak 1 km, Zona V jarak 1km 2,5×2×12 : {(1×200) + (1×200) + (1×100) + (1×25)}/4
1. Trayek A Rute
:
60:111 Kepanjen-Delanggu-
3.
Trayek D
Krecak-Karang-Banaran-
Rute:
Bowan PP
Sabrang-Butuhan-Jetis PP
Rata – rata penumpang 2,6
Zona I,II,III,V
Zona I,II, III
Zona I jarak 1 km, Zona II
Zona I jarak 2km, Zona II jarak
jarak 1 km, Zona III jarak 1
1 km, Zona III jarak 5km
km, Zona V jarak 1km
2,6×2×12 : {(2×200) + (1×120)
1,5×2×12 : {(1×200) + (1×200)
+ (5×25)}/8
+ (1×50 + (1×25)}/4
62:80 2. Trayek B Rute
Kepajen-Delanggu-
36:98 5.Trayek E
Segaran-Delanggu-
Kepanjen-Delanggu-Gatak-
Krecak-Karang-Bowan-Dukuh
Sabrang-Karang-Butuhan-Jetis
PP
PP
Zona I,II,IV,V
Zona I,II,IV,V
Zona I jarak 2km, Zona II jarak
Zona I jarak 1 km, Zona II
1, Zona IV jarak 3km, Zona V
jarak 1 km, Zona III jarak 1
jarak 1 km
km, Zona V jarak 2km
8,8×2×12 : {(2×200) + (1×120)
1,7×2×12 : {(1×200) + (1×200)
+ (3×100) + (1×25)}/7
+ (1×100) + (2×25)}/5
211 : 120 212 Trayek C
40:84
4. Trayek F Rute
ekonomi, :
Delanggu-Sabrang-
dapat
berminatnya
terlihat
penduduk
dari
kurang
menggunakan
Karang-Banaran-Dukuh PP
angkutan desa sehingga penduduk lebih
Zona I,II,V
menggunakan angkutan jenis lain ataupun
Zona I jarak 1 km, Zona II
kendaraan
jarak 1 km, Zona III jarak 1
mobilitas,
km
mempengaruhi
1,5×2×12 : {(1×200) + (1×120)
penduduk menggunakan angkutan desa,
+ (1×25)}/3
seperti tidak adanya peremajaan angkutan
36 : 115
pribadai
dalam
banyak
melakukan
factor
kurang
yang
berminatnya
desa yang sekarang dikelola oleh pihak swasta sehingga fasilitas yng ada kurang
5. Trayek G Rute
:
membuat penumpang nyaman sehingga Segaran-Kepanjen-
beralih ke angkutan jenis lain atau
Delanggu-Gatak-Tlobong PP
menggunakan kendaraa pribadi. Waktu
Zona I,II,IV,V
tunggu
Zona I jarak 1 km, Zona II
mempengaruhi
jarak 1 km, Zona III jarak 1
menggunakan angkutan desa, ataupun jalur
km, Zona IV jarak 1km
yang dilalui angkutan desa tidak melalui
1,6×2×12 : {(1×200) + (1×120)
daerah asal penumpang.
yang
tidak
terjadwal
minat
juga
penduduk
+ (1×50) + (1×25)}/4 38:98
5. Kesimpulan dan Saran
6. Trayek H Rute
:
5.1 Kesimpulan Delanggu-Krecak-
Banaran-Bowan-Dukuh PP
kesimpulan yang dapat dirumuskan
Zona I,II,IV,V
sebagai berikut
Zona I jarak 1 km, Zona IV
1. Pengaruh angkutan desa di kecamatan
jarak 3 km, Zona Vjarak 1 km
delanggu
1,6×2×12 : {(1×200) + (3×100)
dibuktikan pada perhitungan bangkitan
+ (1×25)}/5
penumpang
38:105 Dari
Dari hasil penelitian diperoleh
Pembahasan
diatas
dapat
sangat
kurang
telah
dengan
perbandingan
jumlah
penumpang
hasil penelitian
dengan
ketentuan
penumpang
dari
disimpulkan bahwa angkutan desa kurang
DLLAJR, angkutan Trayek A memiliki
berpengaruh
pergerakan
60 penumpang sedangkan ketentuan
penduduk menuju pusat pelayanan social
DLLAJR adalah 80. Angkutan Trayek
terhadap
B memiliki 211 penumpang sedangkan
oleh pihak swasta bukan pemerintah.
ketentuan
DLLAJR120
Sehingga pengaruh angkutan desa di
Angkutan
trayek
penumpang
C
penumpang. memiliki
sedangkan
60
ketentuan
DLLAJR 111 penumpang. Angkuatn trayek D 36 penumpang sedangkan ketentuan
DLLAJR
98.
Angkutan
kecamatan delanggu untuk memenuhi kebutuhan
penduduk
dinyatakan
kurang. 2. Pola
pergerakan
penduduk
di
kecamatan delanggu lebih memusat ke
trayek E 40 penumpang sedangkan
wilayah
ketentuan DLLAJR 84 penumpang.
dikarenakan 2 desa ini terletak di jalur
Angkutan trayek F 36 penumpang
arteri atau jalur utama solo – jogja yang
sedangkan ketentuan DLLAJR 115
mengakibatkan
penumpang. Angkutan trayek G 38
pelayanan sosial ekonomi sehingga
penumpang
ketentuan
wilayah ini menjadi pusat pelayanan
DLLAJR 98 penumpang. Angkutan
sosial ekonomi di wilayah delanggu .
trayek I 38 penumpang sedangkan
Dengan terjadinya pusat pelayanan
ketentuan dari DLAJR adalah 105
sosial ekonomi di ke dua desa dapat
penumpang. Dari uraian diatas dapat
menarik penduduk di sekitaran desa
disimpulkan peran penduduk dalam
maupun dari luar kecamatan delanggu
menggunakan angkutan desa sangat
untuk
kurang
mobilitas ke wilayah tersebut.
sedangkan
hampir
semua
trayek
dikarenakan tidak dilewatinya jalur
Gatak
dan
Delanggu,
berkembangnya
melakukan
pergerakan
atau
5.2 Saran
angkutan desa bisa karena jalan yang
Hasil dari penelitian diharapkan dapat
rusak ataupun waktu tunggu yang tidak
menjadi
menentu
masyarakat
pelayanan transportasi angkutan desa di
enggan menggunakan angkutan desa
wilayah Delanggu. Saran Saran antara
dan
lain
mengakibatkan
lebih
kendaraan
memilih
menggunkan
pribadi.
Peremajaan
sumbangan
1. Perlunya
pemikiran
perbaikan
sarana
bagi
dan
angkutan desa sendiri sangat kurang
prasarana transportasi angkutan desa di
terbukti dilapangan banyak angkutan
wilayah tersebut, peremajaan angkutan
desa yang mengaggur tanpa penumpang
desa dan perbaikan jalan khususnya
di jam – jam tertentu dan secara
agar
tampilan tidak terawat dan fasilitas
angkutan
angkutan desa itu sendiri kurang karena
transportsi umum untuk memenuhi
seluruh angkutan desa masih dikelola
kebutuhannya
penduduk desa
mau
menggunakan
sebagai
sarana
Daftar Pustaka
Adisasmita, S. A. 2011. Transportasi dan Pengembangan Wilayah, Graha Ilmu, Yogyakarta Adisasmita, S. A. 2011. Perencanaan Pembangunan Transportasi, Graha Ilmu, Yogyakarta Adisasmita, S. A. Yogyakarta
2011. Perencanaan Infrastruktur Transportasi Wilayah, Graha Ilmu,
Anton Subekti, 2005. Pola Pergerakan Penduduk dan Pelayanan Transportasi di Kota Cilacap, Skripsi, Fakultas Geografi UMS Badan Pusat Statistik Klaten 2013. Klaten Dalam Angka
Huismann, Henk, 1987. Perencanaan Pelayanan dan Pusat Pelayanan dalam Regional and Rural Development Planning Series, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Iramawati, N. 2000. Analisis Wilayah Terhadap Rute Transportasi Angkutan Umum di Kabupaten Dati II Sragen, Skripsi, Fakultas Geografi UMS Imam, S. 2008. Karakteristik dan Pola Pergerakan Penduduk Kota Batam dan Hubungannya Dengan Perkembangan Wilayah Hinterland, Tesis, Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang. Mantra, I. B. 2003. Demografi Umum, Pustaka Belajar, Yogyakarta Munawar, A. 2005. Dasar – Dasar Teknik Transportasi, Betta Offset, Yogyakarta Siti Patonah, Evaluasi Pelayanan Transportasi Angkutan Kota Terhadap Mobilitas Penduduk Menuju Pusat Pelayanan di Kota Pemalang Kabupaten Pemalang, Skripsi, Fakultas Geografi UMS Sri Haryani, 1996. Kajian Pola Pergerakan Penduduk Untuk Perencanaan Pelayanan Transportasi Di Zone Pusat Dan Pinggiran Kota Kotamadya Surakarta, Skripsi, Fakultas Geografi UGM
Yunus, H. S. 2010. Metodelogi Penelitian Wilayah Kontemporer, Pustaka Belajar, Yogyakarta