PENGARUH JENIS BONGGOL DAN KONSENTRASI BA (BENZILADENIN)TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca Linn) KEPOK KUNING (Skripsi)
Oleh
Reza Utama Saputra
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2016
ABSTRAK PENGARUH JENIS BONGGOL DAN KONSENTRASI BA (BENZILADENIN) TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca Linn) KEPOK KUNING
Oleh REZA UTAMA SAPUTRA
Pisang (Musa paradisiaca) merupakan salah satu komoditas buah unggulan Indonesia yang hampir semua lapisan masyarakat Indonesia mengenalnya, karena penyebarannya sangat luas dari dataran rendah sampai dataran tinggi, baik yang dibudidayakan di lahan khusus maupun yang ditanam sebagai pengisi pekarangan. Lebih dari 200 jenis pisang terdapat di Indonesia, dengan keragaman jenis yang tinggi. Kondisi ini memberikan peluang untuk dapat memanfaatkan dan memilih jenis pisang komersial yang dibutuhkan oleh konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui konsentrasi BA yang berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit pisang Kepok Kuning asal bonggol (2) Mengetahui perbedaan pertumbuhan bibit pisang asal bonggol anakan dan bonggol produksi (3) Mengetahui pengaruh konsentrasi BA terhadap pertumbuhan bibit pisang asal bonggol anakan dan bonggol produksi. Penelitian ini sudah dilaksanakan pada bulan September sampai bulan Desember 2013 di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung, Bandar Lampung. Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3
kali ulangan yang sekaligus buat uji sebagai kelompok. Pengelompokan dilakukan berdasarkan waktu pengamatan dan ukuran bonggol. Rancangan perlakuan disusun secara faktorial ( 2 x 4 ) yang terdiri dari dua faktor; faktor pertama adalah jenis bonggol yaitu bonggol anakan dan bonggol produksi. Faktor kedua adalah konsentrasi Benziladenin (BA) terdiri dari 4 taraf konsentrasi yaitu: 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm. Hasil penelitin ini menunjukkan bahwa : (1) Jenis bonggol produksi menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan bonggol anakan dilihat pada variabel jumlah daun, panjang akar, jumlah akar, dan diameter batang (2) Penggunaan BA dengan berbagai konsentrasi tidak menunjukkan adanya pengaruh pada semua variabel pengamatan kecuali pada jumlah akar (3) Pengaruh konsentrasi BA pada pertumbuhan tanaman pisang asal bonggol anakan berbeda dengan asal bonggol produksi. Pada bonggol produksi, penggunaan BA 50 ppm – 100 ppm sudah mempengaruhi tinggi tunas, tetapi pada bonggol anakan BA yang dibutuhkan 150 ppm. Kata kunci: pembibitan, Benziladenin, bonggol produksi, bonggol anakan
PENGARUH JENIS BONGGOL DAN KONSENTRASI BA (BENZILADENIN) TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca Linn) KEPOK KUNING
Oleh REZA UTAMA SAPUTRA
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Karang Kota Bandar Lampung pada tanggal 31 Juli 1991, penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Syamsuddin dan Ibu Elitapuri S.Pd. Pada tahun 2002 penulis menyelesaikan pendidikan di SD Kartika II-6 Bandar Lampung, tahun 2006 di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung, dan tahun 2009 di SMA Perintis 1 Bandar Lampung. Pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi setrata satu Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Batu Ketulis, Kecamatan Sekincau, Kabupaten Lampung Barat pada bulan Juli–Agustus 2012. Penulis juga melaksanakan Praktik Umum di PT. Sinar Abadi Cemerlang, Cianjur, Jawa Barat pada bulan Januari-Febuari 2012. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi Ketua Bidang Eksternal Persatuan Mahasiswa Agroteknologi (PERMA AGT) Fakultas Pertanian Universitas Lampung periode 2010─2011. Penulis juga pernah menjadi Staf Propaganda Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Lampung (BEM-U) periode 2010-2011.
PERSEMBAHAN
Segala puji syukur milik Allah SWT, Tuhan Semesta Alam. Dengan segala kerendahan hati ku persembahkan skripsi ini kepada Kedua orang tua ku tercinta, yang tak pernah berhenti mendoakan ku untuk menjadi orang yang berguna. Dan adik adikku tersayang, yang selalu memberikan dorongan semangat untuk keberhasilanku, serta seluruh keluarga tersayang yang tidak pernah berhenti menyemangati maupun menasihati.
“Selalu bersyukur atas apa yang kita dapat”
SANWACANA
Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Jenis Bonggol dan Konsentrasi BA (Benziladenin) Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Pisang (Musa paradisiaca Linn) Kepok Kuning”, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan Agroteknologi Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.
Bapak Ir. Kushendarto M.S., selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, nasihat, kritik, dan saran yang membangun kepada penulis selama pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi;
2.
Ibu Ir. Rugayah, M.P., selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, nasihat, kritik, dan saran yang diberikan kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi;
3.
Ibu Ir. Tri Dewi Andalasari, M.Si., selaku Pembahas atas segala kritik dan saran yang membangun dalam proses penyelesaian skripsi;
4.
Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung;
5.
Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi dan Pembimbing Akademik, untuk bimbingan dan pengarahan yang diberikan selama penulis menjadi Mahasiswa di Universitas Lampung;
6.
Keluarga tercinta, Papa ( Syamsuddin), Mama (Elitapuri S.Pd.) dan adikku Meta Mutiara Putri Amd.AK serta Aqshal Raihan Syahrindra untuk kasih sayang, dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis;
7.
Teman-teman AGT’09 yang selalu menemani dalam suka dan duka, Saede Nerotama, S.P., Dharma Mahardika, S.P., Ahmad Fajar Apriyaldi, S.P., Anggita Cheriany Tanjungan, S.P., Angga Sukowardana, S.P., Panji Perwira, I Gusti Putu Setiawan S.P., Rizki Amelia, S.P.,dan teman teman semua yang tidak bisa disebutkan satu per satu;
8.
Kiyai Udin, Mas Rico, Mas Iwan selaku staf jurusan Agroteknologi serta seluruh pihak yang membantu penulis selama melaksanakan penelitian;
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bandar Lampung, Januari 2016 Penulis
Reza Utama Saputra
i
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ...................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
ix
I. PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1 Latar Belakang dan Masalah .........................................................
1
1.2 Tujuan Penelitian ...........................................................................
5
1.3 Landasan Teori ..............................................................................
5
1.4 Kerangka Penelitian .....................................................................
7
1.5 Hipotesis ........................................................................................
8
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................
9
2.1 Tanaman Pisang ............................................................................
9
2.2 Penyedian Bibit .............................................................................
10
2.3 Zat Pengatur Tumbuh ....................................................................
10
III. BAHAN DAN METODE ................................................................
14
3.1 Tempat dan Waktu penelitian .......................................................
14
3.2 Bahan dan Alat ..............................................................................
14
3.3 Metode Penelitian ..........................................................................
14
3.4 Pelaksanaan Penelitian ..................................................................
15
3.5 Variabel Pengamatan ....................................................................
17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................
19
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 4.1.1 Waktu Muncul Tunas, Jumlah Mata Tunas ........................
19 20
ii
4.1.2 4.1.3 4.1.4 4.1.5 4.1.6 4.1.7 4.1.8
Tinggi Tunas ....................................................................... Jumlah Daun ....................................................................... Panjang Daun ...................................................................... Lebar Daun .......................................................................... Diameter Batang ................................................................. Jumlah Akar......................................................................... Panjang Akar ......................................................................
20 21 22 23 23 24 25
4.2 Pembahasan ...................................................................................
25
V. KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................
28
5.1 Kesimpulan ..................................................................................
28
5.2 Saran .............................................................................................
28
PUSTAKA ACUAN ..................................................................................
29
LAMPIRAN ..............................................................................................
31
Tabel 5 – 29 .........................................................................................
32-40
Gambar 7 - 11......................................................................................
41-43
iii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Produksi tanaman pisang di Indonesia dari tahun 2002 sampai tahun 2012 .........................................................................................................
2
2. Rekapitulasi hasil analisis ragam untuk pengaruh berbagai macam konsentrasi BA dan jenis bonggol terhadap pertumbuhan vegetative tanaman pisang Kepok Kuning ................................................................
21
3. Hasil pengukuran penggunaan BA dengan berbagai macam Konsentrasi dan jenis bonggol pada waktu muncul tunas dan jumlah mata tunas bibit pisang Kepok Kuning ....................................................
22
4. Hasil pemisahan nilai tunas dengan uji BNT pengaruh konsentrasi BA dan jenis bonggol pada tinggi tunas bibit pisang Kepok Kuning ..........
23
5. Hasil pemisahan nilai tunas dengan uji BNT pengaruh konsentrasi BA dan jenis bonggol pada jumlah akar bibit Pisang kapok Kuning ............
27
6. Pengaruh jenis bonggol terhadap waktu muncul tunas pada Perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning ......................................................... 32 7. Analisis ragam untuk rata-rata waktu muncul tunas pada pembibitan pisang Kepok Kuning ...............................................................................
32
8. Pengaruh jenis bonggol terhadap jumlah mata tunas pada perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning ......................................................................
33
9. Analisis ragam untuk rata-rata jumlah mata tunas pada pembibitan pisang Kepok Kuning ...............................................................................
33
10. Pengaruh jenis bonggol terhadap tinggi tunas(cm) pada perbanyakan Tunas pisang Kepok Kuning ...................................................................
34
11. Uji Homogenitas ragam untuk tinggi tunas (cm) pada pembibitan pisang Kepok Kuning .............................................................................
34
iv
12. Analisis ragam untuk rata-rata tinggi tunas (cm) pada pembibitan pisang Kepok kuning .............................................................................
34
13. Pengaruh jenis bonggol terhadap jumlah daun (helai) pada perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning .............................................
35
14. Uji homogenitas ragam untuk rata-rata jumlah daun (helai) pada pembibitan pisang Kepok Kuning .........................................................
35
15. Analisis ragam untuk rata-rata jumlah daun (helai) pada pembibitan pisang Kepok Kuning .............................................................................
35
16. Pengaruh jenis bonggol terhadap panjang daun (cm) pada Perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning ...............................................
36
17. Uji homogenitas ragam untuk rata-rata panjang daun (cm) pada pembibitan pisang Kepok Kuning ..........................................................
36
18. Analisis ragam untuk rata-rata panjang daun (cm) pada pembibitan pisang Kepok Kuning ..............................................................................
36
19. Pengaruh jenis bonggol terhadap lebar daun (cm) pada perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning ....................................................................
37
20. Uji homogenitas ragam untuk rata-rata lebar daun (cm) pada Pembibitan pisang Kepok Kuning .........................................................
37
21. Analisis ragam untuk rata-rata lebar daun (cm) pada pembibitan pisang Kepok Kuning ...............................................................................
37
22. Pengaruh jenis bonggol terhadap lingkar batang (cm) pada perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning .................................................
38
23. Uji homogenitas ragam untuk rata-rata lingkar batang (cm) pada pembibitan pisang Kepok Kuning ...........................................................
38
24. Analisis ragam untuk rata-rata lingkar batang (cm) pada pembibitan pisang Kepok Kuning ..............................................................................
38
25. Pengaruh jenis bonggol terhadap jumlah akar (helai) pada perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning ................................................
39
26. Uji homogenitas ragam untuk rata-rata jumlah akar (helai) pada pembibitan pisang Kepok Kuning ............................................................
39
v
27. Analisis ragam untuk rata-rata jumlah akar (helai) pada pembibitan pisang Kepok Kuning .............................................................................
39
28. Pengaruh jenis bonggol terhadap panjang akar (cm) pada perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning ...............................................
40
29. Uji homogenitas ragam untuk rata-rata panjang akar (cm) pada pembibitan pisang Kepok Kuning .........................................................
40
30. Analisis ragam untuk rata-rata panjang akar (cm) pada pembibitan pisang Kepok Kuning .............................................................................
40
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Rumus bangun benziladenin (BA)..........................................................
7
2. Pengaruh jenis bonggol terhadap jumlah daun pada perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning. Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 0,05 = 0,10..............................
24
3. Pengaruh jenis bonggol terhadap panjang daun pada perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning. Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 0,05 = 0,13..............................
25
4. Pengaruh jenis bonggol terhadap lebar daun pada perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning. Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 0,05 = 0,12..............................
25
5. Pengaruh jenis bonggol terhadap lingkar batang pada perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning. Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 0,05 = 0,43......................
26
6. Pengaruh jenis bonggol terhadap panjang akar pada perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning. Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 0,05 = 3,83......................
27
7. Bibit pisang bonggol produksi (a) dan bonggol anakan (b)....................
41
8. Perendaman bonggol pisang dalam larutan fungisida...............................
41
9. Penyemprotan benziladenin pada bonggol pisang ...................................
42
10. Pertumbuhan tunas pisang dari bonggol anakan.......................................
42
11. Pertumbuhan tunas pisang dari bonggol produksi...........................................
43
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pisang (Musa paradisiaca) merupakan salah satu komoditas buah unggulan Indonesia yang hampir semua lapisan masyarakat Indonesia mengenalnya, karena penyebarannya sangat luas dari dataran rendah sampai dataran tinggi, baik yang dibudidayakan di lahan khusus maupun yang ditanam sebagai pengisi pekarangan. Lebih dari 200 jenis pisang terdapat di Indonesia, dengan keragaman jenis yang tinggi. Kondisi ini memberikan peluang untuk dapat memanfaatkan dan memilih jenis pisang komersial yang dibutuhkan oleh konsumen, salah satunya pisang Kepok Kuning (Satuhu dan Supriyadi, 2000). Pisang Kepok Kuning memiliki kulit yang tebal dan warna yang kuning jika sudah matang. Satu tandan terdiri dari 10-16 sisir dengan berat 14-22 kg. Kandungan nutrisi pada pisang Kepok Kuning kalori 79 kkal, karbohidrat 21,2 gram, protein 1,1 gram, lemak 0,2 gram, vitamin A 0,022 gram dan vitamin C. Di Indonesia, produksi tanaman pisang dari tahun 2002 hingga 2012 selalu menduduki tempat pertama di antara jenis buah buahan lainnya. Hal itu dapat dilihat dari total hasil produksi yang mencapai 4.384.384 ton pada tahun 2002 dan 6.071.043 ton pada tahun 2012 (Tabel 1). Dari total produksi tanaman pisang Indonesia pada tahun 2012 Lampung menyumbang 696.840 ton atau 8,7%
2
menempati peringkat ketiga setelah Jawa Barat dan Jawa Timur (Badan Pusat Statistik, 2013). Tabel 1. Produksi pisang di Indonesia dari tahun 2002 sampai tahun 2012 Tahun Pisang (ton)
Jeruk (ton)
Pepaya (ton)
Nanas (ton)
2002
4,384,384
968,132
605,194
555,588
2003
4,177,155
1,529,824
626,745
677,089
2004
4,874,439
2,071,084
732,611
709,918
2005
5,177,607
2,214,019
548,657
925,082
2006
5,037,472
2,565,543
643,451
1,427,781
2007
5,454,226
2,625,884
621,524
1,395,566
2008
6,004,615
2,467,632
717,899
1,433,133
2009
6,373,533
2,131,768
772,844
1,558,196
2010
5,755,073
2,028,904
675,801
1,406,445
2011
6,132,695
1,818,949
958,251
1,540,626
2012*
6,071,043
1,609,482
899,365
1,749,817
Sumber
: Badan Pusat Statistik (2013)
Secara umum produktivitas pisang yang dikembangkan masyarakat masih rendah, seperti di Lampung produksi pisang hanya 10-15 ton/ha, padahal potensi produksinya bisa mencapai 35-40 ton/ha. Perbedaan hasil produksi ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan petani dalam mengembangkan tanaman pisang, serta adanya serangan hama dan penyakit (Sunarjono, 2002).
3
Tanaman pisang termasuk tanaman yang serbaguna. Selain buahnya, bagian lainnya juga dapat dimanfaatkan. Bonggol pisangdapat dijadikan soda sebagai bahan baku sabun dan pupuk kalium. Batangnya dapat digunakan sebagai penghasil serat bahan baku kain dan makanan ternak, serta daunnya dapat digunakan sebagai pembungkus makanan tradisional (Rukmana, 1999). Salah satu pengembangan tanaman pisang perlu adanya dukungan oleh ketersediaan bibit yang berkualitas. Ketersediaan bibit pisang bermutu perlu dilakukan dengan teknik perbanyakan yang tepat. Perbanyakan bibit pisang yang dilakukan selama ini dengan cara pemisahan anakan. Jika pengembangan mengandalkan bibit yang berasal dari anakan saja maka kebutuhan tidak akan terpenuhi, karena membutuhkan waktu yang lama untuk memperoleh bibit dalam jumlah yang banyak. Di samping itu, cukup riskan untuk mengambil anakan dalam rumpun pisang karena dapat mengganggu pertumbuhan tanaman utama, juga dapat menimbulkan penyakit dari luka akibat pemotongan anakan. Selain anakan, pengembangan bibit tanaman pisang dapat dilakukan dengan cara kultur jaringan akan tetapi perlu ketrampilan khusus dalam menerapkannya dan harganya relatif mahal di tingkat petani. Untuk itu perlu adanya cara lain dalam pengembangan pembibitan pisang yang sehat dalam jumlah yang banyak dengan waktu yang relatif singkat dengan biaya yang terjangkau. Salah satunya dengan menumbuhkan tunas dari bonggol yang sudah berproduksi. Diharapkan dengan menggunakan metode seperti ini petani dapat melakukan pembibitan sendiri dan mendapatkan bibit dengan mata tunas yang banyak. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian perbanyakan pisang dengan menggunakan bonggol yang
4
sudah berproduksi atau anakan dengan menggunakan ZPT untuk memacu pertumbuhan tunas sehingga dapat menghasilkan bibit dalam jumlah yang banyak. Beberapa percobaan menyebutkan bahwa pemberian berbagai zat pengatur tumbuh (ZPT) penting dalam perbanyakan tanaman karena mampu merangsang pembentukan akar maupun tunas . ZPT yang digunakan untuk menumbuhkan tunas adalah dari golongan sitokinin. Salah satu sitokinin yang paling banyak digunakan adalah benziladenin (Zulkarnain, 2009). Pengaruh aplikasi BA konsentrasi 0 ppm – 200 ppm pada pisang Ambon Kuning dengan belahan bonggol tidak menunjukkan perbedaan dalam menghasilkan mata tunas, namun pada BA konsentrasi 50 ppm – 100 ppm dapat menghasilkan tunas yang lebih banyak (Rugayah dan D. Hapsoro, 2010). Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah pertumbuhan bibit pisang asal bonggol anakan berbeda dengan bibit asal bonggol produksi? 2. Apakah pemberian berbagai konsentrasi BA memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan bibit pisang? 3. Apakah pengaruh konsentrasi pemberian BA pada pertumbuhan bibit pisang bonggol anakan berbeda dengan bonggol produksi?
5
1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Mengetahui perbedaan pertumbuhan bibit pisang asal bonggol anakan dan bonggol produksi. 2. Mengetahui konsentrasi BAyang berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit pisang Kepok Kuning asal bonggol. 3. Mengetahui perbedaan pengaruh konsentrasi BA terhadap pertumbuhan bibit pisang asal bonggol anakan dan bonggol produksi. 1.3 Landasan Teori Untuk meningkatkan produktivitas pisang salah satu teknik budidaya yang digunakan pada umumnya adalah dengan cara penggunakan bibit berkualitas. Bibit pisang dapat diproduksi dengan berbagai cara antara lain pemisahan anakan, pembelahan bonggol, dan kultur jaringan. Perbanyakan bibit pisang secara konvesional dengan pembelahan bonggol dapat menghasilkan bibit yang seragam dalam jumlah yang relatif banyak, namun masih kurang seragam dan kurang banyak dibandingkan dengan perbanyakan bibit pisang dengan kultur jaringan. Kelebihan dari perbanyakan bibit pisang dengan menggunakan belahan bonggol yaitu biaya yang digunakan tidak terlalu besar dan tidak membutuhkan keahlian khusus dalam kegiatan budidaya, sehingga metode tersebut lebih mudah diterapkan oleh petani.
6
Dalam beberapa pembibitan tanaman pisang disebutkan bahwa pemberian zat pengatur tumbuh dapat menghasilkan bibit pisang yang baik dan berkualitas. Sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang memacu pertumbuhan tunas. Beberapa macam sitokinin merupakan sitokinin sintetik. Sitokinin alami dihasilkan pada jaringan yang tumbuh aktif pada akar, embrio dan buah. Sitokinin yang diproduksi pada akar selanjutnya diangkut melalui pembuluh xilem menuju sel sel batang (Wattimena, 1988). Menurut George (2008), untuk merangsang pembentukan dan perkembangan tunas, ZPT yang sangat berperan adalah sitokinin. Sitokinin yang sering digunakan adalah BA karena memiliki efektivitas yang cukup tinggi dalam merangsang pembentukan dan perkembangan tunas. Menurut Wuryaningsih (2010), benziladenin merupakan ZPT jenis sitokinin yang berfungsi memacu pembelahan sel dan pembentukan tunas. Pemberian BA akan diangkut oleh xilem menuju sel target pada batang kemudian mengakibatkan sitokinin endogen yang berada dalam tanaman meningkatkan sehingga pertumbuhan tunas aksilar dari potongan eksplan tunas apikal dapat dipacu. Benziladenin pada konsentrasi tertentu dapat mempengaruhi proses pembelahan sel, proliferasi tunas ketiak, penghambatan pertumbuhan akar tanaman dan induksi umbi mikro (Widyastuti dan Tjokrokusumo,2001). Zat tersebut memiliki karakteristik struktur bentuk basa bebas yang bersifat sangat aktif dengan rumus bangun yang terdiri dari basa adenin dengan rantai karbon dan hidrogen yang menempel pada nitrogen yang menonjol dari puncak cincin purin (Gambar 1).
7
Gambar 1.Rumus bangun benziladenin (BA) 1.4 Kerangka Pemikiran Tanaman pisang merupakan tanaman lokal yang banyak digemari oleh masyarakat luas khususnya Indonesia, pisang merupakan buah yang sangat bergizi dan merupakan sumber vitamin, mineral karbohidrat yang harganya yang relative murah. Oleh karena itu permintaan masyarakat terhadap pisang meningkat dari tahun ketahunnya. Akan tetapi produktivitas pisang yang dikembangkan di masyarakat masih rendah, hal ini terjadi di karenakan oleh teknik budidaya yang kurang tepat serta tingginya gangguan hama dan penyakit. Kendala tersebut dapat diatasi dengan penerapan teknologi teknik budidaya salah satunya penggunaan bibit yang berkualitas. Bibit pisang dapat diperoleh dari hasil perbanyakan secara vegetatif. Perbanyakan dengan menggunakan cara vegetatif tersebut mempunyai kelemahan dan kekurangnnya masing masing.Pada penelitian ini akan dilakukan pembibitan secara konvensional yaitu dengan menggunakan bonggol anakan dan bonggol produksi. Bonggol anakan merupakan bonggol yang didapat dari anakan tanaman
8
pisang tersebut sedangkan bonggol produksi merupakan bonggol yang didapat dari tanaman pisang yang sudah menghasilkan. Untuk menghasilkan bibit pisang dapat dilakukan dengan menumbuhkan tunas pada bonggol baik bonggol anakan maupun produksi. Untuk memacu tumbuhnya tunas dari bonggol tersebut maka perlu dilakukan penelitian, salah satunya perlu dicoba penggunaan zat pengatur tumbuh yang dapat merangsang pertumbuhan tunas. Zat pengatur tumbuh yang biasa digunakan untuk memacu pertumbuhan tunas adalah golongan sitokinin salah satunya, benziladenin (BA). Penelitian yang dicoba adalah penggunaan konsentrasi BA dengan berbagai konsentrasi untuk memacu pembentukan tunas pada tanaman pisang Kepok Kuning baik pada bonggol anakan maupun bonggol produksi. Diharapkan hasil penelitian ini akan diperoleh informasi tentang konsentrasi BA yang baik untuk bonggol anakan atau bonggol produksi dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman pisang Kepok Kuning. 1.5 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, dapat disusun hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan pertumbuhan bibit pisang asal bonggol anakan dengan bonggol produksi. 2. Pemberian berbagai konsentrasi BA berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman pisang Kepok Kuning. 3. Pengaruh berbagai macam konsentrasi BA terhadap pertumbuhan bibit pisang asal bonggol anakan berbeda dengan bibit pisang asal bonggol produksi.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Pisang Klasifikasi botani tanaman pisang kepok menurut Tjitrosoepomo (1991) adalah sebagai berikut : Regnum
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Classis
: Monocotyledoneae
Ordo
: Musales
Familia
: Musaceae
Genus
: Musa
Spesies
: Musa paradisiaca L
Pisang merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara, yaitu berasal dari Semenanjung Malaysia dan Filipina. Tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa pisang berasal dari Brasil dan India. Dari sini kemudian menyebar hingga ke daerah Pasifik. Saat ini, hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah penghasil pisang. Tumbuhan pisang banyak terdapat dan tumbuh baik di daerah tropis dan sub tropis.
10
Pisang adalah salah satu jenis buah-buahan yang dapat tumbuh di daerah yang beriklim, yang banyak mengandung vitamin A, B1, B2,B6 dan C. Pisang merupakan tanaman terna yang tidak mengenal musim. Pisang merupakan salah satu tanaman unggulan lokal. Pengembangan pisang secara komersial dihadapkan pada kesulitan mendapatkan bibit yang bermutu baik dalam jumlah besar dan dalam waktu singkat. Secara konvensional pisang ini dapat diperbanyak dengan teknik pemisahan anakan dan perbanyakan bonggol (Satuhu dan Supriyadi 2000). Tanaman pisang merupakan tanaman herba tahunan yang mempunyai sistem perakaran dan batang di bawah tanah. Pohon pisang berakar rimpang yang berpangkal pada umbi batang. Batang yang berdiri tegak di atas tanah dan terbentuk dari pelepah daun yang saling menelungkup dan disebut batang semu. Tinggi batang semu berkisar antara 3,5 – 7,5 meter (Satuhu dan Supriyadi 2000). Daun pisang letaknya tersebar dengan helaian daun berbentuk lanset memanjang, dan mudah sekali robek oleh hembusan angin yang keras karena tidak mempunyai tulang-tulang pinggir yang menguatkan lembaran daun. Bunga berkelamin satu, berumah satu dan tersusun dalam tandan. Daun pelindung berukuran panjang 10 – 25 cm, berwarna merah tua, berlilin, dan mudah rontok. Bunga tersusun dalam dua baris yang melintang. Bakal buah berbentuk persegi, sedangkan bunga jantan tidak ada. Setelah bunga keluar, bunga membentuk sisir pertama, kedua danseterusnya (Satuhu dan Supriyadi, 2000).
11
2.2 Penyedian bibit Perbanyakan tanaman pisang biasanya dilakukan secara vegetatif yaitu dengan pemisahan anakan (sucker) yang tumbuh dari bonggolnya, dan dengan bonggol tanaman pisang. Bibit anakan yang digunakan adalah bibit anakan dewasa karena paling cepat menghasilkan buah diikuti bibit anakan sedang, anakan muda, dan tunas anakan. Bibit pisang dipilih yang sehat dan baik (Satuhu dan Supriyadi 2000). Pembibitan dengan menggunakan bonggol mempunyai keuntungan-keuntungan, antara lain : 1. Dalam waktu singkat bisa didapatkan bibit yang seragam dalam jumlah banyak. 2. Mudah pengiriman dan biayanya lebih murah. 3. Dapat memanfaatkan bonggol sisa tebangan. 2.3 Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain , dan pada konsentrasi yang sangat rendah mampu menimbulkan suatu respon fisiologis, dan sampai sekarang ada lima kelompok zat pengatur tumbuh yang paling dikenal, walaupun masih banyak lagi yang sudah pasti akan ditemukan. Kelima kelompok yang sudah dikenal itu meliputi auksin, giberelin, sitokinin, asam absisat dan etilen (Salisbury and Ross, 1995). Peranan zat pengatur tumbuh (ZPT) dalam pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sebagai sinyal kimia interseluler untuk pertama kali ditemukan pada
12
tumbuhan. Konsentrasi yang sangat rendah dari senyawa kimia tertentu yang diproduksi oleh tanaman dapat memacu pertumbuhan atau diferensiasi pada berbagai macam sel-sel tumbuhan dan dapat mengendalikan perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada tumbuhan (Hendaryono dan Wijayani, 1995). Menurut George (2008), untuk merangsang pembentukan dan perkembangan tunas, ZPT yang sangat berperan adalah sitokinin. Sitokinin yang sering digunakan adalah BA karena memiliki efektifitas yang cukup tinggi dalam merangsang pembentukan dan perkembangan tunas. Sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang diperlukan dalam merangsang inisiasi dan perbanyakan tunas karena dapat mendorong pembelahan sel. Jenis sitokinin yang sering digunakan dalam kultur tanaman pisang secara in vitro karena efektifitasnya yang tinggi adalah benziladenin (Wetherell,1982) Sitokinin pada umumnya ada secara alami sebagai konjugasi gula dan ion fosfat. Sitokinin alamiah di dalam tanaman adalah zeatin (Gardneret al., 1985). Sitokinin alamiah yang lain adalah dihirozeatin dan isopentenil adenin (IPA). Sitokinin sintetik terdiri dari zeatin sintetik, BA tau BAP, 2-ip, PBA, dan kinetin (Armini et al., 1991). Pengaruh aplikasi BA konsentrasi 0 ppm – 200 ppm pada pisang Ambon Kuning dengan belahan bonggol tidak menunjukkan perbedaan dalam menghasilkan mata tunas, namun pada BA konsentrasi 50 ppm – 100 ppm dapat menghasilkan tunas yang lebih banyak (Rugayah dan D. Hapsoro, 2010).
13
Ahmed dan Sagar dalam Avivi dan Dewanti (2005) menyatakan bahwa pemberian BA (sitokinin) dan NAA (auksin) melalui daun atau akar dapat menambah bobot dan jumlah umbi walaupun pemberiannya dilakukan setelah saat inisiasi umbi dan semakin tinggi konsentrasi sitokinin yang ditambahkan pada media kultur, maka jumlah tunas yang terbentuk semakin bertambah, tetapi masing-masing pertumbuhan tunasnya terhambat.
14
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini sudah dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung pada bulan September sampai bulan Desember 2013. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah 24 bonggol pisang kepok kuning yang terdiri dari bonggol anakan dan bonggol produksi, pasir, arang sekam, kompos, benziladenin (BA),HCl, fungisida, aquades. Alat- alat yang digunakan adalah cangkul, polibag handspayer, pipet tetes, meteran, ember, labu erlenmeyer, timbangan,mistar dan alat tulis. 3.3 Metode Penelitian Rancangan perlakuan yang digunakan adalah rancangan faktorial 4x2 dengan factor pertama dalam percobaan ini adalah konsentrasi BA (P) yang terdiri dari 4 taraf yaitu P0 (0 mg/l), P1 (50 mg/l), P2 (100 mg/l), P3 (150 mg/l). Faktor kedua adalah jenis bonggol (B) yaitu B1 (bonggol anakan) dan B2 (bonggol produksi).
15
Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), dengan waktu pengamatan dan ukuran bonggol sebagai dasar pengelompokan. Setiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali. Setelah data terkumpul,kesamaan (homogenitas) ragam antar perlakuan diuji dengan uji Barlett dan kemenambahan model (aditivitas) diuji dengan uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi, maka data dianalisis ragam, kemudian dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5% . 3.4 PelaksanaanPenelitian 3.4.1 Penyiapan Bahan Tanam Bahantanam yang akan digunakan yaitu bonggol pisang, bonggol pisang yang digunakan adalah bonggol anakan dan bonggol produksi. Bonggol anakan merupakan bonggol yang di dapat dari anakan tanaman pisang tersebut sedangkan bonggol produksi merupakan bonggol yang di dapat dari tanaman pisang yang sudah menghasilkan. Setelah bonggol pisang tersedia kemudian dibersihkan hingga bersih dari tanah. Kemudian bonggol pisang direndam dengan menggunakan larutan fungisida berbahan Mangkozep dengan merek dagang Dithane M-45 dengan konsentrasi 2g/l. Perendaman dalam larutan fungisida untuk mencegah timbulnya penyakit karena cendawan dan jamur. 3.4.2 Pembuatan Larutan Benziadenin Konsentrasi BA yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0, 50, 100 dan 150 ppm. Hal pertama dalam pembuatan laurtan BA yaitu menimbang sesuai konsentrasi BA yang akan digunakan. Pada 0 ppm hanya menggunakan larutan
16
aquades, sedangkan untuk konsentrasi BA 50 ppm digunakan bubuk BA sebanyak 50 mg/L, untuk larutan BA konsentrasi 100 ppm digunakan bubuk BA 0,1 g/l dan untuk larutan BA konsentrasi 150 ppm digunakan bubuk BA 0,15 g/l. Setelah itu masing masing bubuk BA dilarutkan dengan menggunakan larutan HCl.Larutan HCl yang digunakan yaitu 1,5 ml HCl untuk BA 50 ppm, 3 ml untuk BA 100 ppm dan 4,5 ml untuk BA 150 ppm. Bubuk BA yang telah larut kemudian diencerkan dengan menambahkan aquades hingga volume larutan mencapai 1 liter. 3.4.3 Pengaplikasian Benziladenin Aplikasi zat pengatur tumbuh dilakukan satu kali sebelum tanam dengan cara disemprot sebanyak 50 ml dengan 4 kali penyemprotan pada semua belahan bonggol. 3.4.4 Penanaman Setelah bonggol diberi benziladenin dan fungisida lalu bonggol tersebut ditanam. Media tanam yang digunakan adalahpasir, arang sekam, dan kompos dengan perbandingan 1:1:1. Ketiga bahan tersebut dicampur secara merata kemudian dimasukkan kedalam polibag bervolume 10 kg. 3.4.5 Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan rutin setiap hari meliputi penyiraman, penyiangan gulma dan pengendalian hama. Untuk mencegah gangguan dan menanggulangi serangan hama dilakukan pemeriksaan dan pemberantasan hama secara manual dengan cara membunuh langsung hama yang terlihat pada tanaman. Pengendalian gulma
17
dilakukan dengan cara penyiangan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman dan lokasi penelitian. 3.5 Variabel Pengamatan Untuk menguji kesahihan kerangka pemikiran dan hipotesis dilakukan pengamatan terhadap komponen pertumbuhan. Variabel yang diamati adalah sebagai berikut: 1. Waktu muncul tunas Perhitungan waktu muncul tunas didasarkan pada waktu yang dibutuhkan sejak menanam bonggol hingga tunas tersebut sudah muncul dan berukuran lebih dari atau sama dengan 2 cm. 2. Jumlah tunas Jumlah tunas yang muncul dihitung pada setiap polibag. 3. Tinggi tunas Tinggi tunas diukur dari pangkal batang sampai sela daun terakhir. 4. Jumlah daun Jumlah daun dihitung sebagai daun apabila daun telah membuka sempurna. 5. Lebar daun Lebar daun diukur pada daun yang ukurannya terbesar dengan cara mengukur bagian tengahnya. 6. Panjang daun Pengukuran panjang daun dilakukan pada daun yang ukurannya terbesar dengan cara mengukur panjang daun dari pangkal sampai ujung daun. 7. Diameter batang Diameter batang diukur 2 cm dari pangkal batang paling bawah.
18
8. Jumlah akar Jumlah akar dihitung dengan cara menghitung jumlah akar utama pada tanaman pisang. 9. Panjang akar Panjang akar diukur dengan cara mengukur panjang akar utama dari pangkal akar sampai ujung akar.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah: 1. Jenis bonggol produksi menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan bonggol anakan dilihat pada variabel jumlah daun, panjang akar, jumlah akar, dan diameter batang. 2. Penggunaan BA dengan berbagai konsentrasi tidak menunjukkan adanya pengaruh pada semua variabel pengamatan kecuali pada jumlah akar. 3. Pengaruh konsentrasi BA pada pertumbuhan tanaman pisang asal bonggol anakan berbeda dengan asal bonggol produksi. Pada bonggol produksi, penggunaan BA 50 ppm – 100 ppm sudah mempengaruhi tinggi tunas, tetapi pada bonggol anakan BA yang dibutuhkan 150 ppm. 5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan cara perendaman bonggol pisang dalam larutan BA pada berbagai konsentrasi dan sebaiknya dilakukan di rumah kaca untuk meminimalisir faktor-faktor yang akan mengganggu pertumbuhan bibit.
PUSTAKA ACUAN
Armini, Wattimena, dan L. W. Gunawan. 1991. Perbanyakan tanaman, hal. 17-149. Dalam G. A.Wattimena (Ed). Bioteknologi Tanaman. Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor. Avivi, S, dan P. Dewanti. 2005. Teknologi produksi benih melon (CucumismeloL.) dengan teknik in-vitro. Jurnal Ilmu Dasar. 6 (1) : 33-40. Badan Pusat Statistik . 2013. Produksi Buah di Indonesia. http//www.bps.go.id. [10 September 2013] Gardner, F. 1985. Phisiology of Crop Plants. Universitas Indonesia. Jakarta.426 hal. George, E.F., M.A. Hall, and G.J. De-Klerk, Jr. 2008. Plant Propagation by Tissue Culture. Thrid edition. Vol. 1. Exegetics Limited. Edington Wilts, England. Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. CV Akademika Pressindo. Jakarta. 288 hal. Hendaryono, D. dan Wijayani.1995. Teknik Kultur Jaringan.Yogyakarta. 12 hal. Motiq, F.W. 2011. Pengaruh Konsentrasi Benziladenin (BA) dan Pembelahan Bonggol Terhadap Pertumbuhan Tunas Pada Perbanyakan Pisang Ambon Kuning Secara Konvensional. (Skripsi). Universitas Lampung. 72 hlm. Rabani, B. 2009. Aplikasi Teknik Toping Pada Perbanyakan Benih Pisang (Musa paradisiacal L) dari Benih Anakan dan Kultur jaringan. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. 56 hlm. Robbiani, D. 2004. Pengaruh kombinasi naphthalene acetic acid (NAA) dan kinetin pada kultur in vitro eksplan daun tembakau (Nicotiana tabacum L. var. Prancak 95).Jurnal Penelitian Program Studi Biologi 8 (2) : 5 – 15.
Rugayah, D. Hapsoro, A. Ulumudin, dan F.W. Motiq. 2011. Kajian teknik perbanyakan vegetatif pisang Ambon Kuning dengan pembelahan bonggol (Corm). Jurnal Agotropika 17 (2): 58-65. Universitas Lampung Rukmana R. 1999. Usaha Tani Pisang. Yogyakarta : Kanisius. 201 hlm. Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2 (diterjemahkan dari : Plant Physiology, penerjemah : D.R. Lukman dan Sumaryono). Penerbit ITB. Bandung. 343 hal. Satuhu, S. dan Supriyadi A. Pisang Budidaya, Pengolahan, dan Prospek Pasar. Jakarta: Penebar Swadaya; 2000. Hlm. 1-41, 116-124 Taiz, L. dan E. Zeiger. 2002. Plant Physiology. Sinnuer Associates, Massachuset. Tjitrosoepomo, G. 1991. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 266 hal. Sunarjono, H. 2002. Budidaya Pisang dengan Bibit Kultur Jaringan. Penebar Swadaya. Jakarta.115 hal. Wattimena, G. A. 1998. Zat Pengatur Tumbuh. Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 247 hal. Wetherell, D. F. 1982. Pengantar Propagasi Tanaman secara in Vitro. IKIP Semarang Press. Semarang. pp. 102. Widiastuti, N.dan D. Tjokrokusumo. 2001. Peranan beberapa zat pengatur tumbuh (ZPT) Tanaman pada Kultur In Vitro. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia 3(5):55-63. Wuryaningsih. 2010. Respon Beberapa Varietas Gladiol terhadap Pemupukan N . Balai Penelitian Tanaman Hias. Cianjur. 148 – 156 hlm. Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman : Solusi Perbanyakan Tanaman Budi Daya. Jakarta : Bumi Aksara.