PENGARUH JENIS ASAM TERHADAP KUALITAS TABLET EFFERVESCENT ANTIOKSIDAN DARI CINCAU HITAM (Mesona palustris) Effects of Acid Type to Quality Antioxidant Effervescent Tablet from Black Grass Jelly (Mesona palustris) Lutfi Nur Maulidy1, Susinggih Wijana2, Ika Atsari Dewi2 1) Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian 2) Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian-Universitas Brawijaya Jl. Veteran-Malang 65145 Penulis korespondensi: email
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jenis asam yang tepat sehingga didapatkan tablet effervescent dari cincau hitam yang memiliki kualitas terbaik secara organoleptik, fisik dan kimia. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini yaitu analisa Organoleptik (kenampakan minuman, rasa, dan aroma), analisa Fisik (rendemen, dan kecepatan larut), analisa Kimia (kadar air, pH, dan aktivitas antioksidan). Pemilihan perlakuan terbaik dapat dilakukan dengan menggunakan metode indeks efektifitas dengan prosedur pembobotan. Perlakuan terbaik dari uji organoleptik adalah penggunaan asam sitrat sebesar 25% (b/b) memiliki tingkat kesukaan aroma sebesar 4,25 (netral), rasa sebesar 3,6 (netral), dan kenampakan minuman sebesar 4,45 (neral). Dengan hasil uji pH sebesar 6,09, aktivitas antioksidan sebesar 94,588 ppm, kecepatan larut 0,02 gr/detik, dan kadar air sebesar 9,4%. Kata Kunci : Cincau Hitam, Effervescent, Jenis Asam ABSTRACT The purpose of this study is to determine the type of acid so obtained effervescent tablet of black grass jelly which has the best organoleptic, physical, and chemical qualities. The analyses conducted in the study were organoleptic analysis (appearance of drinks, taste, and aroma), physical analysis (yield, and solubility rate), and chemical analysis (water content, pH, and antioxidant activities). Determining the best treatment could be made by the method of effectiveness index under the weighting procedure. The best treatment of organoleptic test was the use of citrate acid 25% (b/b) have a level of preference aroma 4,45 (netral), taste 3,6 (netral), and appearance of drinks 4,45 (netral). Where the result of pH test was 6.09, antioxidant activity was 94.588 ppm, solubility rate was 0.02 g/s, and water content was 9.4%. Keywords: Black Grass Jelly, Effervescent, Acid Type
1
PENDAHULUAN
menjadi gel cincau hitam atau janggelan, serbuk instan cincau hitam, dan minuman gel cincau dalam kaleng. Prospek luar biasa dari produk cincau hitam ini menjadi tantangan menarik dan perlu segera dikembangkankan. Menurut Widyaningsih (2007), di Indonesia produk baru cincau belum banyak diproduksi, padahal permintaan terus meningkat. Melihat kelebihan dan keunggulan potensi antioksidan alami, maka diperlukan inovasi produk baru yang lebih praktis salah satunya adalah tablet effervescent. Keunggulan tablet effervescent adalah kemungkinan penyiapan larutan dalam waktu seketika. Selain itu, tablet effervescent menghasilkan gas karbondioksida yang memberikan rasa seperti pada air soda dan cepat larut dalam air. Dengan demikian diharapkan penyajian ekstrak cincau hitam dalam bentuk tablet effervescent tersebut dapat memenuhi permintaan konsumen yang cenderung mulai mengkonsumsi bahan-bahan yang alami dan menghindari bahan-bahan sintetik serta cara penyajian yang praktis misalnya dapat dibawa saat bepergian, tanpa mengurangi khasiatnya karena mengandung senyawa antioksidan. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses pembuatan effervescent adalah penambahan natrium bikarbonat, jenis gula,dan asam organik. Pada penelitian ini mengkaji tentang penggunaan jenis asam yang berbeda dengan tujuan memanipulasi rasa agar konsumen menyukai rasa dari tablet effervescent cincau hitam yang sedikit pahit. Menurut Anam dkk., (2013) jenis asam yang digunakan pada pembuatan effervescent adalah asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat. Sejauh ini belum ada penelitian yang mengkaji tentang jenis asam yang tepat pada pembuatan effervescent dari cincau hitam. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengkaji tentang pengaruh jenis asam yang secara organoleptik, fisik, dan kimia berpengaruh terhadap tablet effervescent cincau hitam.
Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam (Suhartono, 2002). Tubuh tidak mempunyai cadangan antioksidan dalam jumlah banyak, sehingga saat terjadi paparan radikal bebas, tubuh memerlukan antioksidan dari luar tubuh. Ada dua jenis antioksidan yaitu antioksidan alami dan antioksidan buatan (Redaksi Trubus, 2003). Adanya kekhawatiran akan kemungkinan efek samping yang belum diketahui dari antioksidan sintetik menyebabkan antioksidan alami menjadi sumber alternatif yang sangat dibutuhkan (Sunarni, 2005). Salah satu tanaman yang mengandung antioksidan adalah cincau hitam (Mesona palustris). Tanaman cincau hitam (Mesona palustris) dikenal dengan nama janggelan. Tanaman cincau hitam mudah dibudidayakan. Tanaman tersebut umumnya cocok ditanam di tegalan, pekarangan, dan ladang, secara monokultural maupun tumpang sari dengan tanaman lain. Tanaman cincau hitam tumbuh dengan baik di dataran menengah hingga dataran tinggi. Di Indonesia tanaman cincau banyak terdapat di Sumatra Utara, Jawa, Bali, Sumbawa, dan Sulawesi. Tanaman cincau hitam (Mesona palustris) merupakan tanaman yang mengandung berbagai senyawa aktif diantaranya baik dari golongan polifenol, saponin, flavonoid, maupun alkaloid lainnya. Ekstrak cincau hitam mengandung senyawa polifenol yang cukup dominan yaitu sebesar 17,33% (Widyaningsih, 2009). Menurut Vinardell dkk., (2008) polifenol mempunyai efek sebagai antioksidan, anti radang, antikanker, hipertensi, diabetes, dan liver dapat diobati dengan menggunakan cincau hitam. Tanaman cincau hitam banyak dibudidayakan di wilayah Jawa Timur yaitu Kecamatan Karangtengah, Tirtomoyo, Bulukerto, dan Kismantoro. Luas areal mencapai kurang lebih 1.417 ha dengan tingkat produksi mencapai 8.390,95 ton/ tahun (Anonymous, 2013). Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai tanaman cincau hitam hanya diolah
BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cincau hitam kering atau simplisia kering. Kemudian asam sitrat,
2
asam tartrat, asam malat, sodium bikarbonat, maltodekstrin, dan sukrosa. Bahan yang digunakan untuk analisa terdiri dari aquades, kertas saring, indikator pp, larutan 1,1-diphenil-2picryllhydrazil (DPPH) 0,2 M. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan serbuk terdiri dari, panci, spinner sentrifugal pemisah cairan, mesin pengering tunnel drier Lion Exhaust Fan YPE VF-15 141 kapasitas 20 kg (286 Watt), dan blender mill tipe Philips HR2068/20 kapasitas 2 liter (600 Watt). Peralatan yang digunakan untuk pembuatan tablet terdiri dari timbangan, dan alat penablet manual. Alat yang digunakan untuk analisa adalah buret, labu ukur, erlenmayer, gelas ukur, tabung reaksi, kain saring, beaker glass, pipet volume, pipet tetes, cawan petri, desikator, timbangan analitik dan pH meter, sentrifuge, spektrofotometer, stopwatch.
5.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan tiga jenis asam yang beerbeda yaitu asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat dengan konsentrasi yang sama masing-masing 25% (b/b). Pengujian dilakukan secara organoleptik dengan menggunakan 20 orang panelis agak terlatih. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu pembuatan bubuk cincau hitam, tahap kedua adalah pembuatan tablet effervescent cincau hitam. Proses pembuatan bubuk cincau hitam (cholilie, 2014) 1. Tanaman cincau hitam yang sudah kering (simplisia) ditimbang sebanyak 5kg dan kemudian dicuci. 2. Cincau hitam tersebut direbus dengan 75 liter air dengan suhu 100ºC selama 1 jam. 3. Dilakukan pengepresan dengan Hydrolic Press sehingga diperoleh ekstrak cincau hitam yang masih cair kemudian disaring. 4. Ekstrak cincau hitam yang diperoleh kemudian dipekatkan atau direbus kembali hingga kental dengan suhu 90ºC selama 3jam. Kemudian dituangkan ke dalam loyang untuk dilakukan pengeringan.
Pengujian organoleptik menggunakan metode hedonic scale scoring (uji kesukaan) dengan menggunakan 20 orang panelis agak terlatih. Pengujian dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada panelis dengan penilaian parameter meliputi aroma, rasa, dan kenampakan minuman. Sampel yang akan diuji secara organoleptik disajikan dalam bentuk minuman. Penyajian sampel effervescent cincau hitam dilakukan dengan melarutkan tablet effervescent seberat 2,53 gram dalam 150 ml air dingin. Daftar pertanyaan diajukan menurut Hedonic test dengan scoring method, dinyatakan dalam skor 1-7. Hasilnya skor dinilai dalam bentuk angka yaitu 7 (sangat menyukai). 6 (menyukai), 5 (agak menyukai), 4 (netral), 3 (agak tidak menyukai), 2 (tidak menyukai), dan 1 (sangat tidak menyukai). Nilai dari data hasil uji organoleptik seluruh perlakuan dianalisa dengan menggunakan uji Friedman dan didapatkan perlakuan terbaik.
6.
Ekstrak cincau hitam kemudian dikeringkan menggunakan alat tunnel dryer dengan suhu 60ºC selama 3jam. Ekstrak kering dihaluskan dengan menggunakan blender dan kemudian diayak didapatkan serbuk cincau hitam 814 gr.
Proses pembuatan effervescent cincau hitam (Modifikasi septiana, 2012) 1. Serbuk cincau hitam ditimbang sebanyak 814 gr kemudian ditambahkan dengan NaHCO3 162,8 gr, maltodekstrin 65,12 gr, serta jenis asam yang akan digunakan dengan konsentrasi 25% yaitu asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat 2. Ditambahkan dengan gula sukrosa sebanyak 814 gr 3. Setelah terbentuk granul dilakukan pencetakan tablet dengan berat tablet 2,53gr
3
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Organoleptik Cincau Hitam.
Hasil uji Friedman menujukkan bahwa perlakuan penggunaan jenis asam yang berbeda dengan konsentrasi yang sama tidak memberikan pengaruh nyata terhadap aroma minuman. Dapat dilihat bahwa perhitungan beda nyata friedman (x2r) memiliki nilai yang lebih kecil dibanding dengan table x2t, dimana nilai x2r sebesar 0,675 dan nilai table x2t sebesar 5,991.
Effervescent
a. Aroma Dari hasil uji aroma didapakan rerata skor antara 4,05 – 4,25 (netral). Rerata skor tertinggi diperoleh pada perlakuan penggunaan asam sitrat (J1) sebesar 4,25 (netral), skor terendah didapatkan pada perlakuan penggunaan asam tartrat (J2) dengan rerata skor sebesar 4,05 (netral).
b. Rasa Dari hasil uji rasa didapakan rerata skor antara 3,15 – 3,6 (agak tidak menyukai - netral). Rerata skor tertinggi diperoleh pada perlakuan penggunaan asam sitrat (J1) sebesar 3,6 (netral), skor terendah didapatkan pada perlakuan penggunaan asam tartrat (J2) dengan rerata skor sebesar 3,15 (agak tidak menyukai).
Tabel 1. Skor Rerata Penilaian Panelis Terhadap Aroma Minuman Effervescent Cincau Hitam Produk
Rerata Skor
J1 (Asam Sitrat) J2 (Asam Tartrat) J3 (Asam Malat)
4,25 4,05 4,15
Tabel 2. Skor Rerata Penilaian Panelis Terhadap Rasa Minuman Effervescent Cincau Hitam Produk
Rerata Skor
J1 (Asam Sitrat)
3,6
J2 (Asam Tartrat)
3,15
J3 (Asam Malat)
3,35
Gambar 1. Grafik Rerata Nilai Kesukaan Panelis Pada Aroma Minuman Effervescent Cincau Hitam Pada Berbagai Jenis Asam. Pada Table 1 dan Gambar 1 menunjukkan bahwa penggunaan asam sitrat mempunyai rerata skor tertinggi yaitu 4,25 (netral). Hal ini dikarenakan asam sitrat merupakan sediaan asam yang mayoritas terbuat dari daun dan buah – buahan genus citrus (jeruk – jerukan) (Maulana, 2011). Kecenderungan panelis memilih menyukai penambahan asam sitrat karena semakin banyak penambahan asam sitrat akan sedikit menghilangkan bau dari cincau hitam yang agak kurang enak.
Gambar 2. Grafik Rerata Nilai Kesukaan Panelis Pada Rasa Minuman Effervescent Cincau Hitam Pada Berbagai Jenis Asam Pada Table 2 dan Gambar 2 menunjukkan bahwa penggunaan asam sitrat mempunyai rerata skor tertinggi yaitu 3,6 (netral). Sebagian besar panelis lebih menyukai minuman yang memiliki rasa tidak terlalu manis dan memiliki rasa yang sedikit masam akibat adanya asam sitrat.
4
Winarno (1997) menyatakan bahwa asam sitrat merupakan asidulan, yaitu senyawa kimia yang bersifat asam yang ditambahkan ke dalam proses pengolahan makanan dengan berbagai tujuan. Asidulan dapat bersifat sebagai penegas rasa. Hasil uji Friedman menujukkan bahwa perlakuan penggunaan jenis asam yang berbeda dengan konsentrasi yang sama tidak memberikan pengaruh nyata terhadap rasa minuman. Dapat dilihat bahwa perhitungan beda nyata friedman (x2r) memiliki nilai yang lebih kecil dibanding dengan table x2t, dimana nilai x2r sebesar 2,425 dan nilai table x2t sebesar 5,991
Pada Table 3 dan Gambar 3 menunjukkan bahwa penggunaan asam sitrat mempunyai rerata skor tertinggi yaitu 4,45 (netral). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa panelis cenderung menyukai warna minuman effervescent cincau hitam yang tidak terlalu pekat dan tidak terlalu keruh. Menurut Imanuela (2012), jika asam sitrat dan natrium bikarbonat bereaksi makan akan mengeluarkan gas CO2. Gas CO2 inilah yang membuat warna minuman tablet effervescent semakin jauh dari warna bahan awal. Hasil uji Friedman menujukkan bahwa perlakuan penggunaan jenis asam yang berbeda dengan konsentrasi yang sama tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kenampakan minuman. Dapat dilihat bahwa perhitungan beda nyata friedman (x2r) memiliki nilai yang lebih kecil dibanding dengan table x2t, dimana nilai x2r sebesar 5,519 dan nilai table x2t sebesar 5,991
c. Kenampakan Minuman Dari hasil uji kenampakan minuman didapakan rerata skor antara 3,7 – 4,45 (netral). Rerata skor tertinggi diperoleh pada perlakuan penggunaan asam sitrat (J1) sebesar 4,45 (netral), skor terendah didapatkan pada perlakuan penggunaan asam tartrat (J2) dengan rerata skor sebesar 3,7 (netral).
Perlakuan Terbaik Berdasarkan pemilihan perlakuan terbaik menggunakan parameter organoleptik (rasa, aroma, kenampakan minuman) perlakuan penggunaan asam sitrat (J1) mempunyai nilai produk paling tinggi yaitu sebesar 1, kemudian yang kedua perlakuan penggunaan asam malat (J3) mempunyai nilai produk sebesar 0,345, dan yang ketiga yaitu perlakuan penggunaan asam tartrat (J2) mempunyai nilai produk 0. Adapun tablet effervescent cincau hitam produk dengan penggunaan asam sitrat (J1) memiliki tingkat kesukaan aroma sebesar 4,25 (netral), rasa sebesar 3,6 (netral), dan kenampakan minuman sebesar 4,45 (agak menyukai). Setelah didapatkan perlakuan terbaik dengan menggunakan metode indeks efektivitas produk tablet effervescent cincau hitam dengan penggunaan asam sitrat 25% (b/b) diuji kadar kimia dan fisik yang mencakup pH, kecepatan larut, dan kadar air. Hasil dari uji tersebut kemudian dibandingan dengan produk dipasaran yaitu effervescent X. Hasil uji dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 3. Skor Rerata Penilaian Panelis Terhadap Kenampakan Minuman Effervescent Cincau Hitam Produk
Rerata Skor
J1 (Asam Sitrat)
4,45
J2 (Asam Tartrat) J3 (Asam Malat)
3,7 3,75
Gambar 3. Grafik Rerata Nilai Kesukaan Panelis Pada Kenampakan Minuman Effervescent Cincau Hitam Pada Berbagai Jenis Asam
5
Tabel 4. Perbandingan dengan Effervescent yang ada di Pasaran N o
Parameter
1 2
pH Kecepatan larut (g/detik) Kadar air (%)
3
Effervescent Cincau Hitam asam sitrat 25% (b/b) ) 6,07
Efferve scent X
0,02
0,08
9,4
5,37
dalam air dimana kelarutannya dalam air dingin lebih cepat dari pada dalam air panas (Kumalaningsih dkk., 2005), selain itu karakteristik dari bahan baku cincau hitam memiliki kandungan pektin atau kandungan gel sehingga mengakibatkan kecepatan larut tablet effervescent cincau hitam menjadi lama.
5,02
Kadar Air Kadar air pada tablet effervescent cincau hitam dengan penggunaan asam sitrat 25% (b/b) adalah sebesar 9,4%, sedangkan tablet effervescent sebesar 5,37%. Dapat disimpulkan bahwa kandungan kadar air effervescent cincau hitam lebih tinggi dibanding effervescent X. Diduga hal ini disebabkan karena sifat dari serbuk cincau hitam yang bersifat hidrokoloid. Hidrokoloid memiliki sifat higroskopis, higroskopis adalah kemampuan suatu zat untuk menyerap molekul air dari lingkungannya (Cholilie, 2013). Dari hasil perbandingan dapat disimpulkan bahwa tablet effervescent cincau hitam hampir mendekati kualitas tablet yang ada di pasaran, hal tersebut dapat dilihat dari parameter yang diujikan yaitu nilai pH, kecepatan larut, dan kadar air.
pH Nilai pH dari effervescent cincau hitam dengan penggunaan asam sitrat 25% (b/b) sebesar 6,07 sedangkan pada effervescent X 5,02. Dari data nilai pH tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai pH tablet effervescent cincau hitam belum mendekati nilai pH produk effervescent yang ada di pasaran. Namun pada tablet effervescent cincau hitam nilai pH yang diharapkan adalah pH yang tinggi. Hal ini dikarenakan pH mempengaruhi aktivitas antioksidan, nilai pH berbanding lurus dengan aktivitas antioksidan. Menurut Andarwulan (2003), meningkatnya pH maka konsentrasi ion hidrogen dalam sampel menurun, sehingga terjadi pelepasan ion hidrogen oleh senyawa fenolik (antioksidan) pada sampel, dimana makin meningkatnya pH maka aktivitas antioksidan makin meningkat. .
Aktivitas Antioksidan Hasil pengamatan aktivitas antioksidan menunjukkan rerata kadar aktivitas antioksidan akibat penggunaan jenis asam yang berbeda-beda berkisar antara 94,588109,453 ppm dan aktivitas antioksidan tertinggi didapatkan pada penggunaan asam sitrat. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan nilai IC50. Nilai IC50 tersebut adalah nilai untuk menemukan jumlah konsentrasi yang tepat agar dapat menghambat 50% DPPH (2,2diphenyl-1-picrylhydrazyl). Perbandingan nilai aktivitas antioksidan pada berbagai penggunaan jenis asam yang berbeda kemudian dibandingkan dengan bubuk cincau hitam.
Kecepatan Larut Kecepatan larut tablet effervescent cincau hitam dengan penggunaan asam sitrat 25% (b/b) didapatkan hasil sebesar 0,02 g/detik dengan berat tablet 2,53gr dan larut dalam waktu 3 menit, sedangkan pada tablet effervescent X memiliki kecepatan larut sebesar 0,08 g/detik dengan berat tablet 5gr dan larut dalam waktu 1 menit. Dapat disimpulkan bahwa kecepatan larut tablet effervescent cincau hitam lebih kecil atau lebih lama dibandingkan dengan tablet effervescent X, diduga hal ini disebabkan karena konsentrasi asam mempengaruhi kecepatan larut. Menurut Drastistiawan (2013) kecepatan larut pada effervescent salah satunya dipengaruhi oleh komposisi asam sitrat dan natrium bikarbonat. Penggunaan asam sitrat mempengaruhi kecepatan larut. Asam sitrat cepat larut 6
perbandingan berat awal bahan dengan berat akhirnya, sehingga dapat diketahui kehilangan beratnya ketika mengalami proses pengolahan (Pereira, 2009). Rendemen merupakan parameter yang penting untuk mengetahui nilai ekonomis dan efektivitas suatu produk. Semakin tinggi rendemen maka hasil produk akhir yang dihasilkan semakin banyak. Menurut Estiasih (2009), bahan pengisi yang digunakan pada proses pengolahan berfungsi untuk memperbesar volume dan meningkatkan total padatan bahan sehingga rendemen yang diperoleh semakin besar.
Gambar 4. Aktivitas Antioksidan pada Berbagai Perlakuan Penggunaan Jenis Asam Pada Gambar 4 menunjukkan kadar aktivitas antioksidan serbuk cincau hitam diperoleh nilai IC50 sebesar 93,698 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mereduksi radikal bebas sebesar 50% di perlukan serbuk cincau hitam sebanyak 93,698 ppm. IC50 pada pembuatan tablet effervescent dengan menggunakan asam sitrat diperoleh nilai IC50 sebesar 94,588 ppm, hal ini menunjukkan bahwa untuk mereduksi radikal bebas sebesar 50% di perlukan tablet effervescent sebanyak 94,588 ppm. Menurut Anam (2013) penurunan aktivitas antioksidan dikarenakan selama proses pembuatan granul effervescent mulai dari pembuatan bahan utama granul sampai proses granulasi senyawa antioksidan mengalami penurunan karena proses pemanasan. Menurut Andarwulan (2003), meningkatnya pH maka konsentrasi ion hidrogen dalam sampel menurun, sehingga terjadi pelepasan ion hidrogen oleh senyawa fenolik (antioksidan) pada sampel, dimana makin meningkatnya pH maka aktivitas antioksidan makin meningkat.
KESIMPULAN Dari hasil penelitian dengan menggunakan tiga jenis asam yang berbeda yaitu asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat dengan konsentrasi masing-masing 25% (b/b). Setelah dilakukan uji organoleptik didapatkan perlakuan terbaik yaitu penggunaan asam sitrat sebesar 25% (b/b) memiliki tingkat kesukaan aroma sebesar 4,25 (netral), rasa sebesar 3,6 (netral), dan kenampakan minuman sebesar 4,45 (neral). Hasil uji pH sebesar 6,09, aktivitas antioksidan sebesar 94,588 ppm, kecepatan larut 0,02 gr/detik, dan kadar air sebesar 9,4%. SARAN Untuk penelitian selanjutnya disarankan menggunakan pengemasan vakum, karena sifat bahan pengisi yang mempunyai sifat higroskopis dan perlu diteliti masa simpan tablet effervescent cincau hitam. Perlu diperhatikan pula komposisi bahan pengisi yang digunakan pada pembuatan tablet effervescent cincau hitam agar menghasilkan rasa effervescent cincau hitam yang lebih baik.
Rendemen Rendemen pada pembuatan tablet effervescent dengan kombinasi natrium bikarbonat 20% (b/b), asam sitrat 25% (b/b), sukrosa 1:1 (b/b), dan maltodekstrin 8% (b/b) dengan menggunakan input berupa serbuk cincau hitam sebanyak 814 gr. Didapatkan output berupa tablet effervescent cincau hitam sebesar 2059 gr atau 814 tablet, kemudian didapatkan rendemennya sebesar 252,94 %. Analisa rendemen merupakan suatu presentase produk yang didapatkan dari
DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2013. Data Potensi Unggulan Daerah Kabupaten Wonogiri. http://birohumas.jatengprov.go.id /userfile/file/data%20potensi%20k
7
abkota/data%20potensi%20wonogi ri.pdf. Diakses Tanggal 20 Juli 2013.
Redaksi Trubus. 2003. My Healthy Life : Sehat dari Meja Makan. Niaga Swadaya. Yogyakarta.
Anam, C., Kawiji, Setiawan, R.D. 2013. Kajian Karakteristik Fisik dan Sensori Serta Aktivitas Antioksidan dari Granul Effervescent Buah Beet (Beta Vulgaris) dengan Perbedaan Metode Granulasi dan Kombinasi Sumber Asam. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian 2(2):21-27.
Septiana, F. 2012. Pembuatan Tablet Effervescent Cincau Hitam (Mesona Palustris) Kajian Jenis Pelarut Dan Formulasi. Skripsi. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang. Suhartono, E., Fujiati, Aflanie, I. 2002. Oxygen Toxicity by Radiation and Effect of Glutamic Piruvat Transamine (GPT) Activity Rat Plasma After Vitamine C Treatment. Diajukan pada Internatinal Seminar on Environmental Chemistry and Toxicology. Yogyakarta.
Andarwulan, N., Hany W., dan Didik T.C. 2003. Aktivitas Antioksidan dari Daun Sirih (Piper Betle l.). Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Cholilie, I. A., 2013. Analisis Efisiensi Produksi Bubuk Cincau Hitam (Mesona Palustris) Pada Skala Ganda. Skripsi. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Sunarni, T. 2005. Aktifitas Antioksidan Penangkap Radikal Bebas Beberapa Kecambah dari Biji Tanaman Familia Papilionaceae. Jurnal Farmasi Iindonesia 2(2):53-61.
Drastistiawan, B. 2013. Pemanfaatan Wortel Sebagai Tablet Effervescent Wortel (Konsentrasi Penambahan Natrium Bikarbonat dan Asam Sitrat). Skripsi. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Vinardell, M.P., Ugartondo, V. And Mitjans, M. 2008. Potential Applications of Antioxidant Lignins from Different Sources. Industrial Crops & Products 27(2):220-223. Widyaningsih, T.D. 2007. Olahan Cincau Hitam. Trubus Agrisarana. Surabaya.
Kumalaningsih, S., Suprayogi, dan Beni Y. 2005. Membuat Makanan Siap Saji. Trubus Agrisarana. Surabaya.
______________. 2009. Potensi Cincau Hitam sebagai Bahan Pangan Fungsional yang Bersifat Imunomodulator. Proseding Seminar Pengembangan Teknologi Berbasis Bahan Baku Lokal. LIPI.
Maulana, A. 2011. Pabrik Asam Sitrat dari Tepung Tapioka dengan Proses Fermentasi. Penerbit Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Surabaya.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Pereira, I. 2009. Analisa Bahan Makanan Pada Kajian Analisa Rendemen. Laboratorium Biokimia Pangan Teknologi Industri Pertanian. Universitas Tribhuwana Tunggadewi. Malang.
8