ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 15, No. 1, April 2011 PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP PENINGKATAN HASIL PADI GOGO VARIETAS SITU PATENGGANG Plant Spacing Effect on Improving Upland Rice Yield of Situ Patenggang Variety Oleh: Sunjaya Putra Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Alamat korespondensi: Sunjaya Putra (
[email protected]) ABSTRAK Peningkatan produksi padi dalam mendukung ketahanan pangan dapat dilakukan melalui pemanfaatan lahan kering dengan menanam padi gogo varietas unggul baru dan pengaturan jarak tanam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jarak tanam optimal yang dapat meningkatkan hasil padi gogo varietas Situ Patenggang di lahan kering. Penelitian dilaksanakan di lahan kering Desa Nagrak Utara, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi Jawa Barat pada bulan Januari-April 2008. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah padi gogo varietas Situ Patenggang, pupuk NPK dosis 200 kg/ha, Urea 100 kg/ha dan NPK cair 3 l/ha. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok terdiri atas enam perlakuan dan empat ulangan. Macam perlakuan yaitu ; 1) Jarak tanam tegel (25x25 cm), 2) Jarak tanam tegel (20x20 cm), 3) Jarak tanam legowo (30x25 x12,5 cm), 4) Jarak tanam legowo (30x20x10 cm), 5) Jarak tanam legowo (30x25xlarikan), dan 6) Jarak tanam legowo (30x20xlarikan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tanam legowo (30x25x larikan), legowo (30x25x12,5), legowo (30x20xlarikan), dan legowo (30x20x10) dapat meningkatkan hasil padi gogo varietas Situ Patenggang masing-masing sebanyak 27,3%, 34%, 36,6% dan 44,9% dibandingkan dengan hasil produksi padi gogo di Indonesia dan 1,4 %, 7%, 8,8% dan 15,4% di Jawa Barat. Jarak tanam legowo (30x20x10) dapat menghasilkan padi gogo sebanyak 3,29 ton/ha. Sedangkan hasil terendah diperoleh dengan menggunakan jarak tanam tegel (25x25 cm) sebanyak 2,22 ton/ha. Kata Kunci : jarak tanam, padi gogo, produksi
ABSTRACT Increasing rice production in support of food security can be done through the utilization of dry land planted with upland rice and plant spacing. The purpose of this research is to determine plant spacing effect to increased upland rice yield of Situ Patenggang varieties in dry land. Research conducted in the upland village of North Nagrak, Nagrak Sukabumi district in West Java in January-April 2008. Materials used in the study were Situ Patenggang upland rice, NPK fertilizer dose of 200 kgha-1, urea 100 kgha-1 and NPK liquid 3 lha-1. Method of research using randomized block design of six treatments and 4 replications. Kinds of treatment, namely: 1) Spacing of square (25x25 cm), 2) Spacing of square (20x20 cm), 3), Spacing of legowo (25x30x 12.5 cm), 4) Spacing of legowo (30x20x10 cm), 5) Spacing of legowo (30x25xspreed), and 6) Spacing of legowo (30x20xspreed). The results of experience conclused that spacing of legowo (30x25x spreed), legowo (30x25x12, 5), legowo (30x20x spreed), and legowo (30x20x10) can increased yield of upland rice Situ Patenggang respectively of 27.3%, 34%, 36.6% and 44 , 9% compared with upland rice yield in Indonesia and 1.4%, 7%, 8.8% and 15.4% in West Java. The spacing of legowo (30x20x10) can produce about 3.29 tonnesha-1. While, the lowest result obtained by using the spacing of square (25x25 cm) about 2.22 tonnesha-1. Keywords : plant spacing, upland rice, yield
peningkatan
PENDAHULUAN Pengadaan pangan nasional ke depan
stagnasi
berat
peningkatan
penduduk
54
semakin
bertambahnya
Indonesia.
Sementara
padi
untuk
memenuhi kebutuhan pangan mengalami
akan menghadapi tantangan yang semakin dengan
produksi
terutama
disebabkan
produktivitas
yang
oleh sulit
dicapai. Menurut Adiningsih dan Supartini
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 15, No. 1, April 2011 (1995), pada periode 1989 - 2000, produksi
sawah yang mencapai 5,39 ton/ha di Jawa
padi mengalami pelandaian dengan laju
Barat (BPS, 2007).
kenaikan rata-rata hanya mencapai 0,03%
Rendahnya produksi padi Gogo di
dan BPS (2007) pada periode 2000-2007
Indonesia disebabkan belum digunakannya
laju kenaikan rata-rata 1,34%. Fenomena
inovasi
terjadinya penurunan produksi disebabkan
umumnya
beberapa faktor seperti tidak efisiennya
menggunakan varietas lokal dan jarak
penggunaan pupuk anorganik dan terjadi
tanam yang tidak beraturan. Oleh karena
degradasi
itu
lahan,
adanya
cekaman
teknologi
yang
menanam
perlu
adanya
tepat.
Petani
padi
gogo
upaya
untuk
padi
melalui
teknologi.
Upaya
lingkungan seperti kekeringan, kebanjiran,
meningkatkan
dan gangguan OPT (tikus, penggerek
terobosan
batang, hama wereng, dan penyakit kerdil
terobosan tersebut harus menggunakan
hampa,
dll).
pendekatan yang lebih taktis dengan
berat
intensifikasi yang menyeimbangkan antara
kerdil
Permasalahan
rumput, tersebut
tungro, semakin
produksi
inovasi
dengan berkurangnya lahan sawah irigasi
peningkatan
akibat
konservasi sumberdaya. Salah satu upaya
alih
fungsi
lahan dari
lahan
produktivitas
pertanian menjadi perumahan dan industri
meningkatkan
serta bersaing dengan komoditas yang
memanfaatkan lahan kering yaitu dengan
bernilai ekonomis lebih tinggi.
menggunakan varietas unggul baru dan
Peluang pengembangan padi gogo
produksi
dengan
padi
selain
pengaturan jarak tanam.
dilahan kering iklim basah di Jawa Barat
Produktivitas padi gogo unggul baru
masih cukup luas. Pada tahun 2006 luas
hasil penelitian Litbang Pertanian seperti
panen padi gogo di Jawa Barat mencapai
varietas
110.424 hektar dengan hasil rata-rata 2,85
menghasilkan 4,6 GKG ton/ha lebih tinggi
ton/ha dan hasil tertinggi 3,1 ton/ha (BPS,
dari varietas baru lainnya, mempunyai sifat
2007). Dengan demikian sumbangan padi
toleran
gogo terhadap ketahanan pangan di Jawa
terhadap
Barat pada tahun 2006 cukup besar
aromatik sementara varietas unggul baru
mencapai 315.082 ton/ha. Sedangkan hasil
lainnya seperti Situ Bagendit 4 ton/ha dan
rata-rata padi gogo di Indonesia yaitu 2,27
Limboto 4,5 ton/ha kurang tahan terhadap
ton/ha. Meskipun demikian hasil padi gogo
penyakit blas (BB Padi, 2007).
tersebut
penelitian
masih
lebih
rendah
bila
dibandingkan dengan rata-rata hasil padi
Situ
terhadap penyakit
Patenggang
kekeringan, blas
dan
dapat
tahan bersifat
Hasil
Hastini dan Permadi (2007),
padi gogo varietas Situ Patenggang dapat menghasilkan jumlah gabah isi 154,62 per
55
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 15, No. 1, April 2011 malai, jumlah butir 283,58 per malai dan
padi (border effect). Hal ini disebabkan
hasil 7,76 ton/ha bila ditanam di lahan
banyaknya lorong di petakan sehingga
sawah dataran tinggi. Sedangkan dengan
menghasilkan bulir yang lebih berisi
pemberian pupuk Silikat dan Fosfat tinggi
(bernas). Hasil penelitian Pahrudin (2004)
tanaman mencapai 89,7 cm dan jumlah
penggunaan jarak tanam legowo mampu
anakan 12,3 (Pulung, 2007). Hasil GKG
menghasilkan
padi gogo varietas Situ Patenggang dengan
dibandingkan dengan jarak tanam tegel
menerapkan
kenaikan hasil mencapai 1,2 ton/ha Gabah
teknologi
Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT) di Lampung mencapai 4,77 ton/ha
gabah
lebih
tinggi
Kering Panen.
dibandingkan
Cara tanam sistem legowo dengan
dengan cara petani hanya mencapai 2,89
mengatur jarak tanam di lahan kering
ton/ha (Toha, 2007). Sedangkan menurut
belum banyak dilakukan seperti halnya di
Krismawati (2007), penggunaan pupuk N,
lahan sawah. Selain itu ruang terbuka pada
P, dan K dapat meningkatkan tinggi
sistem legowo untuk lahan kering perlu
tanaman, jumlah anakan, jumlah malai,
diperhitungkan
berat gabah, bobot 1000 butir dan hasil
ditumbuhi oleh gulma. Sehingga tujuan
varietas Situ Patenggang. Sementara hasil
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
padi gogo varietas IR-64 hanya mencapai
pengaruh
2,85 ton/ha, Bantaran 3,35 ton/ha dan
peningkatan hasil padi gogo varietas Situ
Jatiluhur 4,13 ton/ha dengan naungan 62%
Patenggang di lahan kering.
agar
jarak
tidak
tanam
banyak
terhadap
(Yuniastuti, 2009). Badan Litbang Pertanian juga telah
METODE PENELITIAN
menghasilkan inovasi teknologi sistem
Penelitian dilaksanakan di lahan
cara tanam yang disebut cara tanam
kering Desa Nagrak Utara, Kecamatan
legowo pada lahan sawah. Sistem tanam
Nagrak Kabupaten Sukabumi Jawa Barat
legowo merupakan cara tanam padi dengan
pada musim hujan mulai bulan Januari-
mengatur jarak tanam antar rumpun dan
April 2008 dengan curah hujan pada bulan
antar barisan, sehingga terjadi penambahan
Januari 253 mm, Februari 247 mm, Maret
rumpun
padi
410 mm, dan April 397 mm. Bahan yang
persatuan luas. Prinsip dasar cara tanam
digunakan dalam penelitian adalah padi
legowo adalah menjadikan semua barisan
gogo varietas Situ Patenggang dan pupuk
rumpun tanaman berada di bagian pinggir
anorganik (Tabel 1).
(dekat
dan
populasi
galeng)
untuk
tanaman
memanfaatkan
adanya pengaruh barisan pinggir tanaman
56
Metode
penelitian
menggunakan
Rancangan Acak Kelompok
dengan 6
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 15, No. 1, April 2011 perlakuan dan 4 ulangan. Tiap petak
percobaan dengan ukuran 5 x 4 meter dan
percobaan berukuran 5 m x 4 m. Macam
dibiarkan selama satu minggu dengan
perlakuan antara lain :
tujuan agar gulma atau rumput yang
1. Jarak tanam tegel (25 x 25 cm).
dibenam sudah membusuk pada saat benih
2. Jarak tanam tegel (20 x 20 cm).
padi ditanam. Kemudian lahan ditugal
3. Jarak tanam legowo (30 x 25 x 12,5
dengan
cm).
menggunakan
alat
yang
mempunyai 5 mata tugal untuk perlakuan
4. Jarak tanam legowo (30 x 20 x 10 cm).
dengan jarak tanam tegel (25 x 25 cm),
5. Jarak tanam legowo (30 x 25 x
tegel (20 x 20 cm), legowo (30 x 25 x 12,5
larikan).
cm), dan legowo (30 x 20 x 10 cm). Tiap
6. Jarak tanam legowo (30 x 20 x larikan).
petakan ditanam benih padi sebanyak 3-4 butir per lubang. Untuk perlakuan legowo
Sistem tanam sesuai dengan perlakuan
(30 x 25 x larikan) dan legowo (30 x 20 x
dapat dilihat pada Gambar 1.
larikan), lahan dilarik dengan kayu dan
Persiapan
dengan
benih yang ditanam ditebar disepanjang
pengolahan tanah menggunakan cangkul
larikan. Setelah itu lubang tanam dan
sekaligus
membersihkan
yang
larikan ditutup dengan tanah. Pemupukan
tumbuh
dengan
membenamkannya
pertama menggunakan NPK dan Urea ⅔
kedalam
tanah.
lahan
diawali
Lahan
gulma
dibuat
petak
dosis pada umur 7 hst, sisanya sebanyak ⅓
Tabel 1. Jenis pupuk, dosis per ha dan total unsur hara yang diberikan Jenis Pupuk Dosis per ha NPK 15-15-15 (Phonska) 200 kg Urea 100 kg Pupuk daun (NPK cair) N (30%), P 3 liter (10%), K (10%)
Total unsur yang diberikan N : 75,9 kg/ha P : 30,3 kg/ha K : 30,3 kg/ha
Benih ditabur
20 atau 25 cm 20 atau 25 cm 10 atau 12,5 Jarak Tanam Tegel (20x20 cm) atau (25 x 25 cm)
cm 30 cm 20 atau 25 cm Jarak Tanam Legowo (30x25x12,5) atau (30x20x10)
30 cm 20 atau 25 cm Jarak Tanam Legowo (30x25xlarikan) atau (30x20xlarikan)
Gambar 1. Sistem tanam dengan menggunakan jarak tanam tegel dan legowo.
57
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 15, No. 1, April 2011 Urea
diberikan
pada
umur
30
hst.
digunakan pada
pengamatan tinggi
Pemberian pupuk susulan menggunakan
tanaman dihitung pada umur 90 hst.
NPK cair dengan cara disemprotkan pada
4. Jumlah gabah/malai: Dihitung jumlah
bagian daun tanaman pada umur 45 hst, 60
gabah isi per malai dari 3 (tiga)
hst (primordia bunga) dan 75 hst.
rumpun tanaman contoh/sampel yaitu,
Pemeliharaan
tanaman
dilakukan
rumpun
yang
sama
pada
saat
dengan membersihkan tanaman dari gulma
pengamatan tinggi tanaman dan jumlah
dengan cara disiang menggunakan cangkul
anakan produktif.
kecil/parang sebanyak dua kali pada umur
5. Bobot 1000 butir gabah isi: Ditimbang
30 hst dan 60 hst. Pengendalian hama dan
1000 butir gabah bernas dari setiap
penyakit dengan menggunakan konsep
petak percobaan dengan kadar air 14
pengendalian
%.
monitoring
hama
terpadu
perkembangan
melalui
hama
dan
6. Hasil gabah kering/plot: Panen semua
penyakit. Padi gogo disemprot dengan
malai dalam satu plot dikurangi 2 (dua)
fungisida jenis Difenokonazol 250 g/l
baris keliling (tanaman border) setelah
untuk mengendalikan serangan penyakit
gabah
blast. Panen padi gogo dilakukan dengan
kemudian ditimbang (kg), kemudian di
cara disabit dan dirontok menggunakan
ukur kadar airnya,
alas yang terbuat dari terpal pada umur 110 hst.
1. Tinggi
tanaman:
dan
dibersihkan
7. Data Cuaca: Data meteorologi (suhu, curah
Data yang diamati yaitu:
dijemur
hujan)
selama
pelaksanaan
percobaan dari statsiun klimatologi di
Diukur
dari
permukaan tanah sampai ujung malai tertinggi, pada umur 60 hst.
Desa Nagrak Utara 8. Analisa Fisika- Kimia Tanah: Contoh tanah komposit dari kedalaman 20 cm
2. Jumlah anakan: Jumlah anakan per
dan 40 cm, parameter analisa yaitu :
rumpun diamati pada 10 rumpun
pH, Al-dd, C-organik, N total, C/N,
contoh yang diambil secara acak pada
P2O5, K2O, KTK, Tekstur tanah dll.
umur 60 hst. Rumpun tanaman contoh
Data yang diperoleh kemudian
adalah rumpun yang sama dengan yang
dianalisis menggunakan analisis varians
digunakan pada
pada taraf α = 5% dan jika ada beda nyata
pengamatan tinggi
tanaman. 3. Jumlah
dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple malai:
Jumlah
malai
per
rumpun diamati pada 10 rumpun contoh
58
yang
sama
dengan
yang
Range Test (DMRT) dengan α = 5%.
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 15, No. 1, April 2011 HASIL DAN PEMBAHASAN
hari hujan masing-masing 14, 25, 24 dan
Karakteristik Lahan
16 hari hujan. Menurut Bakhri et al.
Penelitian jarak tanam padi gogo
(1994), budidaya padi baik dilahan sawah
dilaksanakan di Desa Nagrak Utara dengan
tadah
keadaan tofografi perbukitan dan berada
membutuhkan curah hujan diatas 200
pada ketinggian 450 dpl. Suhu udara rata-
mm/bulan
o
hujan
atau
selama
lahan
3-4
kering
bulan
secara
rata 23,4 C dan kelembaban nisbi 82 %.
berurutan sehingga tanaman berhasil baik.
Hasil analisa tanah dapat dilihat pada
Kondisi curah hujan pada saat pembungaan
Tabel 1.
yaitu pada Bulan Maret cukup tinggi
Penelitian dimulai pada bulan Januari
sebanyak
410
mm/bulan.
Hal
2008 hingga awal April 2008 dengan curah
mempengaruhi
hujan pada bulan tersebut berturu-turut
penyerbukan bunga pada tanam padi.
tingkat
ini
keberhasilan
253, 247,410 dan 397 mm/bulan dengan Tabel 1. Hasil Analisa Tanah di Lokasi Penelitian No.
Parameter
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
pH H2O (1:2,5) pH KCl (1:2,5) Kemasaman-dd Al-dd H-dd C-Organik N-total C/N P2O5 (HCl 25%) K2O (HCl 25%) P-tersedia Bray (Dalam bentuk P2O5) Susunan Kation : Ca-dd Mg-dd K-dd KTK Unsur Makro-Mikro Fe Zn Cu Tekstur Pasir Debu Liat
12.
13. 14.
15.
mg/100g mg/100g mg/kg
Hasil Pemeriksaan 6 3,68 1,7463 1,5377 0,2086 2,0289 0,19 8 18,0522 41,7735 3,5771
Kriteria Penilaian Agak masam Sedang Rendah Rendah Rendah Tinggi Sangat rendah
cmol/kg cmol/kg cmol/kg cmol/kg
1,0433 1,5159 0,3513 23,4788
Sangat rendah Sedang Sedang Sedang
mg/kg mg/kg mg/kg
16,1075 1,5955 Tidak terukur
-
% % %
12 35 53
-
Satuan
cmol/kg cmol/kg cmol/kg % %
59
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 15, No. 1, April 2011 Tabel 2. Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan, Jumlah Malai, Jumlah Butir, Bobot 1000 Butir dan Hasil Gabah Varietas Situ Patenggang pada Beberapa Jarak Tanam Perlakuan (cm) TT JA JM JB GH BB HG Tegel 25x25 107,6 b 11 a 10 a 181 a 56,54 a 24,18 a 2,22 c Tegel 20x20 106,3 b 10 a 9a 169 a 50,19 a 24,91 a 2,82 b Legowo 30x25x12,5 114,4 ab 10 a 10 a 202 a 45,06 a 25,29 a 3,05 ab Legowo 30x20x10 119,6 a 10 a 9a 184 a 52,20 a 25,53 a 3,29 a Legowo 30x25x larikan 109,3 ab 9a 7a 169 a 51,57 a 24,98 a 2,89 b Legowo 30x20x larikan 113,5 ab 8a 8a 169 a 47,65 a 25,04 a 3,10 ab Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf sama dalam kolom menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%. TT = tinggi tanaman (cm), JA = jumlah anakan per rumpun, JM = jumlah malai per rumpun, JB = jumlah butir per malai, GH = gabah hampa (%), BB = bobot 1000 butir (g) dan HG = Hasil Gabah Kering Giling (ton). Tinggi Tanaman
Jumlah Anakan
Pada Tabel 2. dapat dilihat bahwa perlakuan
jarak
tanam
memberikan
Hasil anakan
analisis
menunjukkan
terhadap
jumlah
tidak
terdapat
pengaruh yang nyata terhadap tinggi
perbedaan jumlah anakan per rumpun pada
tanaman. Penggunaan jarak tanam legowo
setiap perlakuan jarak tanam. Jumlah
(30x20x10)
pertumbuhan
anakan berkisar antara 8-11 dengan jumlah
tinggi tanaman berbeda nyata dengan
terbanyak pada jarak tanam tegel (25x25).
perlakuan jarak tanam tegel (25x25) dan
Meskipun demikian bila dibandingkan
tegel (20x20), namun tidak berbeda nyata
antar perlakuan memperlihatkan adanya
dibanding perlakuan dengan jarak tanam
kecenderungan
legowo (30x25x12,5), legowo (30x25x
jumlah anakan pada jarak tanam yang
larikan), dan legowo (30x20x larikan). Hal
semakin sempit. Hal ini berkaitan dengan
ini menunjukan bahwa pada jarak tanam
ruang
yang lebih rapat setiap tanaman akan
pertumbuhan padi terbatas dan terjadinya
berlomba
memberikan
untuk
hidup
terjadinya
yang
pengurangan
dibutuhkan
untuk
mendapatkan
sinar
persaingan antar tanaman padi untuk
cukup
untuk
mendapatkan unsur hara. Sejalan dengan
pertumbuhannya. Selain itu pada jarak
hasil penelitian Masdar (2007) bahwa pada
tanam
perakaran
jarak tanam yang sempit diyakini pada
tanaman akan lebih awal memanfaatkan
awalnya inisiasi anakan berupa 4 tunas
pupuk N (Masdar, 2007) dan menurut
primer tumbuh normal dan berkembang
Segner (2004), konsentrasi N mengalami
menjadi 4 anakan primer, namun tunas
penurunan yang lebih menonjol pada masa
berikutnya
pertumbuhan padi pada jarak tanam rapat.
berkembang
matahari
60
yang
yang
rapat
sistem
tidak menjadi
sepenuhnya anakan
bisa karena
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 15, No. 1, April 2011 lemahnya dukungan makanan dari anakan
penyerbukan
primer yang berfungsi sebagai induk dan
Sedangkan bobot 1000 butir berkisar
terjadinya
antara 24,18-25,53 g.
persaingan
antar
anakan
serumpun.
Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah malai per rumpun, jumlah butir per malai, persentase gabah isi dan bobot 1000 butir pada varietas Situ Patenggang. Namun demikian pada jarak tanam yang semakin rapat menunjukkan adanya kecenderungan penurunan jumlah malai. Berdasarkan hasil penelitian Okezei and Ahisson (1985), jumlah anakan dan jumlah malai berkurang berkurangnya
Berdasarkan
hasil
jarak
tanam.
penelitian
Arafah
(2005), Nasruddin dan Sunanto (2005), dan Permadi dkk. (2004), bahwa keempat faktor tersebut lebih dipengaruhi oleh ketersediaan kandungan unsur hara N, P
giling (GKG) pada Tabel 2. menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil padi gogo varietas Situ Patenggang. Hasil gabah kering pada perlakuan jarak tanam legowo (30x20x10)
berbeda
nyata
dengan
perlakuan jarak tanam tegel (25x25), tegel (20x 20) dan jarak tanam legowo (30x25x larikan),
namun tidak
berbeda
nyata
dengan perlakuan legowo (30x25x12,5) dan legowo (30x20x larikan). Sementara perlakuan jarak tanam tegel (25x25) menghasilkan gabah terendah dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sejalan dengan hasil penelitian Permadi (2003) bahwa penggunaan sisten tanam legowo mendapatkan hasil lebih tinggi dari jarak tanam tegel. Peningkatan hasil padi gogo varietas
Jumlah butir per malai berkisar antara 169-202 butir dan terbanyak pada perlakuan legowo (30x25x12,5) dengan gabah
hampa
terkecil.
Situ Patenggang dengan menggunakan jarak tanam dibandingkan dengan produksi padi gogo di Indonesia dan Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 3.
Persentase gabah hampa berkisar antara 45,06-56,54%. Tingginya gabah hampa disebabkan pada masa pembungaan curah hujan cukup tinggi yaitu 410 mm/bulan pada Bulan Maret. Hal ini mempengaruhi rendahnya
padi.
Analisis terhadap hasil gabah kering
dan K.
persentase
tanaman
Hasil Gabah Kering (k.a. 14%)
Jumlah Malai, Jumlah Butir Per Malai, Gabah Hampa dan Bobot 1000 Butir
dengan
pada
tingkat
keberhasilan
Penggunaan jarak tanam legowo (30x25x larikan),
legowo (30x25x12,5),
legowo (30x20x larikan),
dan legowo
(30x20x10) dapat meningkatkan hasil padi gogo
varietas
dibandingkan
Situ
dengan
Patenggang hasil
produksi
61
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 15, No. 1, April 2011 Tabel 3. Peningkatan hasil padi gogo Situ Patenggang dengan menggunakan jarak tanam Peningkatan Hasil Hasil GKG (ton/ha) Indonesia* Jawa Barat** 1 Tegel 25x25 2,22 c 2 Tegel 20x20 2,82 b 24,2 3 Legowo 30x25x12,5 3,05 ab 34,4 7,0 4 Legowo 30x20x10 3,29 a 44,9 15,4 5 Legowo 30x25x larikan 2,89 b 27,3 1,4 6 Legowo 30x20x larikan 3,10 ab 36,6 8,8 Keterangan: * = Hasil rata-rata Indonesia 2,27 ton/ha (BPS, 2007); ** = Hasil rata-rata Jawa Barat 2,85 ton/ha (BPS, 2007) No.
Perlakuan (cm)
padi gogo di Indonesia 2,27 ton/ha dan
Saran
Jawa Barat 2,85 ton/ha. Kenaikan hasil
Untuk meningkatkan hasil padi gogo
masing-masing jarak tanam dibandingkan
di lahan kering disarankan menggunakan
dengan hasil rata-rata Indonesia yaitu
jarak tanam legowo (30x20x10) dengan
27,3%, 34%, 36,6% dan 44,9% dan rata-
varietas unggul baru Situ Patenggang.
rata hasil di Jawa Barat masing-masing 1,4 %, 7%, 8,8% dan 15,4%.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Jarak larikan),
tanam
legowo
(30x25x
legowo (30x25x12,5), legowo
30x20x larikan, dan legowo (30x20x10) dapat
meningkatkan hasil padi gogo
varietas Situ Patenggang masing-masing sebanyak 27,3%, 34%, 36,6% dan 44,9% dibandingkan dengan hasil produksi ratarata padi gogo di Indonesia dan 1,4 %, 7%, 8,8% dan 15,4% dibandingkan dengan hasil rata-rata di Jawa Barat. Jarak tanam legowo (30x20x10) dapat menghasilkan padi
gogo
sebanyak
3,29
ton/ha.
Sedangkan hasil terendah diperoleh dengan menggunakan jarak tanam tegel (25x25 cm) sebesar 2,22 ton/ha.
62
Adiningsih, J. S. dan Supartini. 1995. Pengelolaan pupuk pada sistem usahatani lahan sawah. Makalah disajikan dalam Apresiasi Metodologi Pengkajian Sistem Usahatani Berbasis Padi dengan Wawasan Agribisnis. Bogor, 7 - 9 September 1995. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. Arafah. 2005. Pengaruh pemberian pupuk organik dan an-organik terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah. Jurnal Agrivigo, 4(2): 148-155. Bakhri, S., S. Hardjosoewignjo, F. Rumawas dan A. S. Karama. 1994. Tumpangsari padi gogo dengan stilo (Stylosanthes guyanensi Abul) untuk produksi hijauan makanan ternak. Jurnal Agrikam, 9(2): 23-32. BB Padi. 2007. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Padi. Badan Litbang Pertanian, Departermen Pertanian.
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 15, No. 1, April 2011 BPS. 2007. Jawa Barat dalam Angka. (online). http//www.bps.go.id/jawabarat diakses 27 Agustus 2008
Buletin Teknik Pertanian, 9(1): 8998.
Hastini, T. dan K. Permadi. 2007. Pengujian beberapa varietas unggul baru padi di dataran tinggi berpengairan teknis. Jurnal Agrivigor, 7(1): 26-31.
Permadi. K., H.M. Toha dan K. Pirngadi. 2004. Pengaruh pupuk P-WSP36 dan N-Urea pada pertumbuhan dan hasil padi gogo Varietas Limboto dan Situ Bagendit. Jurnal Agrivigor, 3(3): 188-199.
Krismawati, A. 2007. Kajian teknologi usahatani padi di lahan kering kalimantan tengah. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 10(2): 84-94.
Permadi, K. 2003. Pengaruh waktu aplikasi pupuk P dan K terhadap hasil padi sawah Varietas IR 64 yang di tanam dengan Sistem Legowo. Buletin Penelitian Seri Hayati, 6(2): 49-54.
Masdar. 2007. Interaksi jarak tanam dan jumlah bibit per titik tanaman pada sistem intensifikasi padi terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman. Jurnal Akta Agrosia, Edisi Khusus (1): 92-98.
Pulung. 2007. Teknik pemberian pupuk silikat dan fosfat serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan padi gogo di rumah kaca. Buletin Teknik Pertanian, 12(2): 63-65.
Nasruddin, R. dan Sunanto. 2005. Pengaruh pemupukan npk tablet terhadap pertumbuhan dan komponen hasil padi sawah. Jurnal Agrivigor, 4(2): 126-130. Okezie, I. A. and A. Ahissou. 1985. Effect of interrow spacing and weeding frequency on the performance of selected rice cultivars on hydromorphic soils of West Africa. Crop Protection Jaournal, 4(1): 7176. Pahrudin, A. 2004. Cara tanam padi sistem legowo mendukung usaha tani di Desa Bojong, Cikembar, Sukabumi.
Seginer, I. 2004. Plant spacing effect on the nitrogen concentration of a crop. European Journal of Agronomy, 21(3): 369-377. Toha,
H.M. 2007. Peningkatan produktivitas padi gogo melalui penerapan pengelolaan tanaman terpadu dengan introduksi varietas unggul. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 26(3): 180-186.
Yuniastuti, S., S.M. Sitompul dan Didik Suprayogo. 2009. Pemanfaatan model simulasi untuk kajian pengembangan padi gogo di sistem agroforestri. Jurnal Agrivita, 31(1): 91-101.
63