PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP NET INTEREST MARGIN (NIM) PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Ibnu Sutomo Dosen Tetap STIE Pancasetia Banjarmasin ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh intellectual capital terhadap net interest margin. Objek dalam penelitian ini yaitu perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 20072010. Populasi pada penelitian ini adalah 31 perusahaan perbankan yang terdaftar hingga 2010. Penelitian ini menggunakan metode purposive-judgment sampling dan terpilih 19 perusahaan yang memenuhi karakteristik sampel. Hasil penelitian ini menolak hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh intellectual capital (VAICTM) terhadap net interest margin (NIM). Bukti empiris menunjukkan bahwa intellectual capital (VAICTM) berpengaruh tidak signifikan terhadap net interest margin (NIM). Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,001. Hal ini berarti hanya 0,1% variasi net interest margin (NIM) yang dapat dijelaskan oleh variabel independen intellectual capital (VAICTM). Dapat disimpulkan bahwa variasi net interest margin (NIM) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Kata kunci: Intellectual Capital, VAICTM (Value Added Intellectual Coefficient), Net Interest Margin (NIM) ABSTRACT The purpose of this research is to examine the effect of intellectual capital to net interest margin. Objects in this research are banking companies that listed on the Indonesia Stock Exchange for the period 2007-2010. Populations on this research are 31 banking companies that listed until 2010. This research used purposive-judgment sampling and selected 19 companies that meet the characteristics of the sample. These results reject the hypothesis that there is the effect of intellectual capital (VAICTM) to net interest margin (NIM). Empirical evidence suggests that intellectual capital (VAICTM) has no significant effect on net interest margin (NIM). Test results show that the coefficient of determination (R2) is 0.001. This means that only 0.1% variation in net interest margin (NIM) which can be explained by the independent variable intellectual capital (VAICTM). It can be concluded that the variation in net interest margin (NIM) is explained by other causes outside the model. Keywords: Intellectual Capital, VAICTM (Value Added Intellectual Coefficient), Net Interest Margin
156
KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014
PENDAHULUAN Perusahaan-perusahaan di Indonesia masih banyak menggunakan akuntansi tradisional yang lebih fokus pada aset berwujud. Kondisi ini tidak menjabarkan tentang bisnis berbasis pengetahuan. Perbedaan sudut pandang ini mengakibatkan laporan keuangan tradisional tidak mampu menyajikan informasi yang cukup tentang kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai. Hal ini dikarenakan akuntansi tradisional memiliki keterbatasan dalam menyajikan informasi yang dibutuhkan, khususnya penyajian aset tidak berwujud. Salah satu aset tidak berwujud yang digunakan dalam bisnis berbasis pengetahuan ialah modal intelektual (intellectual capital). Intellectual capital dinilai menjadi salah satu faktor penentu kesuksesan sebuah perusahaan karena perannya dalam membantu peningkatan nilai perusahaan. Pengakuan akan intellectual capital sebagai penggerak nilai perusahaan semakin meningkat, namun pengukuran intellectual capital yang tepat belum dapat ditetapkan (Ulum, 2008). Pulic (1999) memperkenalkan suatu ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan intelektual perusahaan (Value Added Intellectual CoefficientVAICTM). Komponen utama dari VAICTM adalah Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE) dan Capital Employed Efficiency (CEE). Komponen inimerupakan indikator efisiensi nilai tambah sumber daya yang biasanya dimiliki perusahaan yaitu human capital, structural capital, dan physical capital. Penelitian tentang intellectual capital yang menggunakan VAIC sebagai alat ukur sudah cukup banyak dilakukan baik di luar maupun dalam
157
negeri. Sebagian besar penelitian tersebut menguji pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan perusahaan. Umumnya penelitian tersebut menggunakan Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), dan rasio lain sebagai alat ukur kinerja keuangan. Ulum, dkk (2008) telah meneliti pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA, ROE dan ATO. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik terbukti terdapat pengaruh intellectual capital (VAIC) terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan selama tiga tahun pengamatan yaitu 2004-2006. Puntillo (2009) meneliti keterkaitan intellectual capital dan business performace yang diukur dengan ROI, ROA, dan MBV pada perusahaan perbankan di Italia. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa tidak ada hubungan atau keterkaitan yang kuat antara variabel yang diteliti, kecuali hubungan antara komponen VAIC, CEE, dan ukuran yang berbeda dari kinerja perusahaan. Sianipar (2009) meneliti pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan ROA, ROE dan capital gain pada perusahaan perbankan dan asuransi yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sektor perbankan, hanya komponen CEE yang berpengaruh terhadap ROE. Namun, pada perusahaan asuransi, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semua komponen VAIC (HCE, SCE, dan CEE) berpengaruh signifikan terhadap ROA, ROE dan capital gain. Pardede (2010) meneliti pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan pada perusahaan asuransi. Penelitian ini menggunakan ROA sebagai indikator kinerja keuangan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014
intellectual capital berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan asuransi. Artinah dan Muslih (2011) meneliti pengaruh intellectual capital terhadap capital gain pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa VAIC dan ketiga komponennya tidak berpengaruh terhadap capital gain. Penelitian ini akan menguji kembali pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen (Sucipto, 2003). Surat Edaran BI Nomor 13/24/ DPNP menyebutkan bahwa salah satu indikator yang digunakan untuk menilai kinerja bank dalam menghasilkan laba ialah NIM. NIM ialah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan aset produktif dalam menghasilkan pendapatan bunga bersih. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Pardede (2010). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat dari objek penelitian dan indikator yang digunakan. Pardede (2010) melakukan penelitian pada perusahaan asuransi dan menggunakan ROA sebagai indikator kinerja keuangan, sedangkan penelitian ini melakukan penelitian pada perusahaan perbankan dengan NIM sebagai indikator kinerja perusahaan. NIM digunakan sebagai alat ukur kinerja keuangan berdasarkan saran dari Sianipar (2009). Sianipar memaparkan bahwa penelitian selanjutnya yang menggunakan objek sektor perbankan dapat menggunakan rasio profitabilitas khusus yang digu-
158
nakan perusahaan perbankan. Hal ini disarankan karena tidak ditemukan pengaruh yang signifikan antara intellectual capital terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan rasio profitabilitas perusahaan pada umumnya. Oleh karena itu, peneliti mencoba kembali melakukan penelitian tentang pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan NIM pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2007-2010. Perbankan digunakan sebagai objek penelitian didasarkan pada saran penelitian sebelumnya dari Sianipar (2009). Penelitian ini akan menguji pengaruh intellectual capital terhadap NIM. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Pardede (2010). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat dari objek penelitian dan indikator yang digunakan. Pardede (2010) melakukan penelitian pada perusahaan asuransi dan menggunakan ROA sebagai indikator kinerja keuangan, sedangkan penelitian ini melakukan penelitian pada perusahaan perbankan dengan NIM sebagai indikator kinerja perusahaan. NIM digunakan sebagai alat ukur kinerja keuangan berdasarkan saran dari Sianipar (2009). Sianipar memaparkan bahwa penelitian selanjutnya yang menggunakan objek sektor perbankan dapat menggunakan rasio profitabilitas khusus yang digunakan perusahaan perbankan. Hal ini disarankan karena tidak ditemukan pengaruh yang signifikan antara intellectual capital terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan rasio profitabilitas perusahaan pada umumnya. Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah intellectual capital (VAICTM) berpengaruh terhadap NIM?
KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014
TINJAUAN PUSTAKA Knowledge Based Theory Knowledge Based Theory menganggap bahwa pengetahuan adalah sumber daya yang paling besar pengaruhnya terhadap keberlangsungan sebuah perusahaan. Pendukung teori ini berpendapat bahwa sumber daya dalam bentuk pengetahuan cukup kompleks dan sulit ditiru oleh pesaing. Keberagaman pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki di antara perusahaan-perusahaan inilah yang menjadi penentu kinerja perusahaan dan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (Tullio, 2006). Human Capital Theory Human capital diartikan sebagai manusia itu sendiri yang secara perso-nal dipinjamkan kepada perusahaan dengan kapabilitas individunya, komitmen, pengetahuan, dan pengalaman pribadi (Ongkorahardjo, ddk., 2008). Modal manusia dianggap sebagai salah satu komponen inti dari intellectual capital dan merupakan sumber daya penting di banyak industri seperti pengembangan perangkat lunak, konsultasi manajemen, dan jasa keuangan (Seleim et al, 2006). Intellectual Capital Intellectual capital adalah sumber daya yang dimiliki perusahaan terkait dengan kemampuan karyawan, sumber daya organisasi dan hubungan dengan pihak luar yang jika dikelola dengan baik akan mampu mendatangkan keuntungan ekonomi di masa depan. Backhuijs et al (1999) menyatakan bahwa intellectual capital dapat dibagi ke dalam pengalaman, pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja (human capital) dan aset tak berwujud seperti yang tertanam dalam bisnis (structural capital). Structural capital pada akhirnya dapat dibagi lagi
159
menjadi customer capital (misalnya nilai hubungan pelanggan dan merek) dan organizational capital. Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) VAIC™ adalah sebuah metode yang digunakan untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud dan aset tidak berwujud yang dimiliki perusahaan (Ulum, 2009). VAIC™ mengukur seberapa banyak nilai baru telah diciptakan per unit moneter yang diinvestasikan dalam sumber daya. Terdapat beberapa alasan yang mendasari penggunaaan metode VAIC™, salah satunya karena semua data yang digunakan dalam per-hitungan VAIC™ didasarkan pada informasi yang diaudit, sehingga perhitungan dapat dianggap obyektif dan dapat diverifikasi. (Pulic, 1999) Perhitungan VAIC™ dimulai dari menghitung nilai tambah/Value Added (VA). Nilai tambah adalah perbedaan antara output (OUT) dan input (IN). Metode VAIC™ menghitung efisiensi tiga jenis input perusahaan yaitu, modal manusia; modal struktual; dan modal fisik yang terdiri dari: Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), dan Capital Employed Efficiency (CEE). Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan dapat dilihat dari segi keuangan maupun non keuangan. Kinerja perusahaan yang dimaksud dalam penelitian ini ialah kinerja keuangan. Kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen (Sucipto, 2003).
KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014
Net Interest Margin (NIM) NIM ialah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan aset produktif dalam menghasilkan pendapatan bunga bersih. Ariyanto (2011) memaparkan, NIM dapat diartikan sebagai selisih antara pendapatan bunga dengan biaya bunga sebagai bagian atau proporsi dari total aset atau aset produktif bank. Net interest margin dihitung dengan formula net interest income (yang disetahunkan) dibagi jumlah rata-rata aktiva produktif (Surat Edaran BI Nomor 13/24/DPNP, 2011). Penelitian Sebelumnya Ulum, dkk (2008) meneliti pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA, ROE dan ATO. Objek penelitian ini ialah perusahaan perbankan yang beroperasi di Indonesia sampai tahun 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh intellectual capital (VAICTM) terhadap kinerja keuangan perusahaan selama tiga tahun pengamatan 2004-2006. Puntillo (2009) meneliti keterkaitan intellectual capital yang diukur dengan VAICTM (HCE, SCE dan CEE) dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan ROI, ROA dan MBV. Objek penelitian ini adalah perusahaan perbankan di Italia. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa tidak ada hubungan atau keterkaitan yang kuat antara variabel yang diteliti, kecuali hubungan antara komponen VAICTM, CEE, dan ukuran yang berbeda dari kinerja perusahaan. Sianipar (2009) meneliti pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan ROA, ROE dan capital gain pada perusahaan perbankan dan asuransi yang terdaftar di BEI untuk tahun 2005-2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sektor perbankan, hanya komponen CEE yang berpengaruh ter-
160
hadap ROE. Namun pada sektor perusahaan asuransi, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semua komponen VAICTM (HCE, SCE, dan CEE) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROA, ROE dan Capital Gain. Pardede (2010) meneliti pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan pada perusahaan asuransi. Penelitian ini menggunakan ROA sebagai indikator kinerja keuangan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa intellectual capital berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan asuransi. Artinah dan Muslih (2011) meneliti pengaruh intellectual capital terhadap capital gain pada perusaha-an perbankan yang terdaftar di BEI selama tahun 2005 hingga 2009. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa VAICTM dan ketiga komponennya tidak berpengaruh terhadap capital gain. Kerangka Konseptual Penelitian ini menggunakan metode VAICTM yang dikembangkan oleh Pulic untuk mengukur intellectual capital. Metode ini dibuat untuk menyajikan informasi tentang value creation efficency dari aset berwujud dan aset tidak berwujud. Metode VAICTM menghitung efisiensi tiga jenis input perusahaan, yaitu human capital (HCE-Human Capital Effiiency), structural capital (SCE-Structural Capital Efficiency), dan physical capital (CEECapital Employed Efficiency). Kinerja perusahaan menggunakan indikator NIM. NIM merupakan rasio rentabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan aset produktif dalam menghasilkan pendapatan bunga bersih (Surat Edaran BI Nomor 13/24/DPNP). Berdasarkan tinjauan penelitian sebelumnya, kajian teoritis, dan sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, maka untuk menggambarkan hu-
KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014
bungan variabel independen dan dependen dalam penelitian ini yaitu pengaruh intellectual capital terhadap net interest margin akan dikemukakan suatu kerangka konseptual. Kerangka konseptual yang menggambarkan rumusan hipotesis penelitian ditunjukkan dalam Gambar 1 berikut: Laporan Keuangan Sektor Perbankan
161
METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data sekunder, yaitu data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama empat tahun yaitu 2007 sampai 2010 yang diakses melalui situs www.idx.co.id.
X Y Gambar 2: Model Penelitian
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007-2010 yang berjumlah 31 perusahaan. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive-judgment sampling, yaitu penarikan sampel berdasarkan penilaian terhadap karakteristik anggota sampel yang disesuaiakan dengan tujuan penelitian (Suharyadi dan Purwanto, 2009). Karakteristik yang ditentukan untuk perusahaan tersebut ialah: 1. Terdaftar di BEI dan mempublikasikan laporan keuangan selama tahun 2007-2010 2. Memiliki data dalam laporan keuangan yang telah dipublikasikan, seperti data terkait aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, biaya karyawan, dan laba bersih dari tahun 2007- 2010. 3. Memperoleh keuntungan operasional selama tahun 2007-2010.
Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian di atas, diduga terdapat pengaruh antara intellectual capital terhadap net interest margin. Oleh karena itu, dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 : Intellectual capital berpengaruh terhadap net interest margin.
Definisi Operasional Penelitian 1. Variabel Independen Value added (VA) adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan (Ulum, 2009). Rumus untuk menghitung VA (Pulic, 1999):
Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM)
Net Interest Margin (NIM)
1. HCE 2. SCE 3. CEE Intellectual Capital Analisis Regresi Sedehana Berpengaruh atau Tidak
Gambar 1: Kerangka Pikir Penelitian Model penelitian ini dapat dijabarkan pada Gambar 2 berikut. Intellectual Capital (VAICTM)
H1
Net Interest Margin (NIM)
KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014
VA = OUT – IN Keterangan: OUT = Total Pendapatan IN = Beban Usaha, kecuali gaji dan tunjangan karyawan. VA juga dapat dihitung dengan akun yang ada pada perusahaan: VA = OP + EC + D + A Keterangan: OP = laba operasi; EC= beban karyawan; D = depresiasi; A = amortisasi VAICTM mengukur efisiensi tiga jenis input perusahaan, yaitu human capital, structural capital, dan physical capital. Berikut definisi operasional masing-masing: a. Human Capital Efficiency (HCE) Modal manusia (human capital) menunjukkan persediaan pengetahuan yang dimiliki perusahaan yang direpresentasikan oleh tenaga kerja (Bontis et al., 2000). Backhuijs et al. (1999) menyatakan bahwa human capital adalah pengalaman, pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja. HCE merupakan indikator efisiensi nilai tam-bah human capital. Rumus untuk menghitung HCE (Pulic, 1999): HCE = VA/HC Keterangan: HC = gaji dan tunjangan karyawan b. Structural Capital Efficiency (SCE) Modal struktural (structural capital) meliputi seluruh simpanan pengetahuan bersifat non-manusia yang dimiliki perusahaan. SC dapat beru-pa database, struktur organisasi, strategi, dan hal lain
162
yang membuat nilai perusahaan lebih besar daripada nilai materialnya (Bontis et al., 2000). SCE merupakan indikator efisiensi nilai tambah structural capital. Rumus untuk menghitung SCE (Pulic, 1999): SCE = SC/VA Keterangan: SC = VA – HC c. Capital Employed Efficiency (CEE) CEE menggambarkan berapa banyak nilai tambah perusahaan yang dihasilkan dengan meng-gunakan physical capital (Ulum, 2009). CEE merupakan indikator efisiensi nilai tambah capital employed. Rumus untuk menghitung CEE (Pulic, 1999): CEE = VA/CE Keterangan: CE = nilai buku aktiva bersih Nilai buku aktiva bersih diperoleh dari selisih nilai buku aset perusahaan dengan kewajiban-kewajiban perusahaan. d. Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) VAIC merupakan penjumlahan dari tiga komponen sebelumnya, yaitu, HCE, SCE dan CEE. Rumus untuk menghitung VAIC (Pulic, 1999): VAIC = HCE + SCE + CEE 2. Variabel Dependen Net Interest Margin (NIM) ialah rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan aset produktif dalam menghasilkan pendapatan bunga bersih. Net Interets Margin dirumuskan sebagai berikut (Surat Edaran BI
KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014
Nomor 13/24/ DPNP tanggal 25 Oktober 2011): =
−
Keterangan: a. Pendapatan bunga bersih = Pendapatan Bunga – Beban bunga (disetahunkan) b. Rata-Rata Aset Produktif. Contoh: Untuk posisi bulan Juni dihitung dengan cara penjumlahan total aset produktif posisi Januari sampai dengan Juni dibagi dengan c. Aset Produktif yang diperhitungkan adalah aset yang menghasilkan bunga, baik di neraca maupun pada TRA. Teknik Pengumpulan Data Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder (Herliansyah, 2008). Penelusuran data sekunder dapat dilakukan melalui penelusuran secara manual dan penelusuran dengan komputer. Teknik Analisis Data Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul secara statistik. Deskripsi suatu data dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum. Sementara itu, pengujian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model regresi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Asumsi Klasik Menurut Yamin, dkk (2011), regresi linier sederhana harus memenuhi asumsi, yaitu (1) normalitas error, (2) varians error yang konstan,
163
dan (3) tidak adanya korelasi serial di antara error pengamatan. Pemenuhan asumsi klasik tersebut dapat diuji dengan menggunakan uji normalitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Hasil Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas residual pada penelitian ini ialah Uji statistik nonparametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S), yang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Unstandardized Residual-Ln Kolmogorov-Smirnov Z 1,043 Asymp. Sig. (2-tailed) ,227
Sumber: output SPSS Hasil pengujian menunjukkan nilai K-S sebesar 1,043 dengan probabilitas 0,227. Nilai probabilitas 0,227 lebih besar dari 0,05. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa data telah berdistribusi normal. Hasil Uji Autokorelasi Penelitian ini menggunakan data time series, sehingga perlu dilakukan pengujian autokorelasi. Pengujian autokorelasi ini menggunakan Run test. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis). (Ghozali, 2009). Tabel 2. Hasil Uji Autokorelasi dengan Run Test Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Sumber: output SPSS
Unstandardized Residual-Ln -1,386 ,166
KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014
Hasil output SPSS pada Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai test adalah -0,01366 dengan probabilitas 0,166. Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat dilihat bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi pada data pengamatan karena nilai probabilitas 0,166 lebih besar dari 0,05. Hasil Uji Heteroskedastisitas Deteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya yang telah distudendized). (Ghozali, 2009). Hasil pengujian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
164
nilai statistik F dan nilai statistik t. (Ghozali, 2009) Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. (Ghozali, 2009) Tabel 3. Koefisien Determinasi MoR Adjusted Std. Error of R del Square R Square the Estimate a 1 ,029 ,001 -,013 ,37332
Sumber: Output SPSS
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 0,001. Hal ini berarti hanya 0,1% variasi net interest margin (NIM) yang dapat dijelaskan oleh variabel independen value added intellectual coefficient (VAICTM). Dapat disimpulkan bahwa variasi net interest margin (NIM) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Uji Statistik F Yamin, dkk (2011) menyebutkan bahwa Uji statistik F sebagai pengujian keseluruhan model. Lebih lanjut dijelaskan bahwa jika nilai probabilitas statistik F lebih besar dari 5% maka dapat dikatakan bahwa model tidak fit.
Gambar 3: Scatterplot Sumber: Output SPSS
Tabel 4. Hasil Uji Statistik F Sum of Mean df F Sig. Squares Square a 1 Regression ,009 1 ,009 ,063 ,803 Model
Berdasarkan Gambar 3 terlihat bahwa sampel telah terdistribusi secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi. Analisis Regresi Linier Sederhana Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari nilai koefisien determinasi,
Residual Total
10,313 10,322
74 ,139 75
Sumber: Output SPSS
Hasil uji ANOVA atau F test menunjukkan nilai F hitung sebesar 0,063 dengan probabilitas 0,803. Probabilitas 0,803 lebih besar dari 0,05 sehingga disimpulkan bahwa model regresi yang terbentuk tidak mampu menerangkan data empiris secara ke-
KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014
seluruhan. Oleh karena itu, hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisir. Uji Statistik t Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen. Hasil uji statistik t dapat di lihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Uji Statistik t Unstd Coef Std Coef t Sig. Std. B Beta Error (Const) 1,780 ,180 9,873 ,000 Model
1 VAIC-Ln ,038
,150 -,029
-,250 ,803
Sumber: Output SPSS Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas adalah 0,803 lebih besar dari 0,05. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa VAICTM tidak signifikan berpengaruh terhadap NIM. Peningkatan VAICTM ternyata secara signifikan tidak mengakibatkan semakin besarnya NIM. Tabel yang sama dapat dibuat persamaan : NIM = 1,780 – 0,029 VAIC Pembahasan Hipotesis alternatif (H1) yang diajukan dalam penelitian ini adalah intellectual capital berpengaruh terhadap Net Interest Margin. Intellectual capital diukur dengan VAICTM. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dengan analisis regresi linier sederhana dapat diketahui bahwa intellectual capital (VAICTM) memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap NIM. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2) yang menunjukkan angka 0,001. Hal ini berarti hanya 0,1% variasi NIM yang dapat dijelaskan oleh variabel VAICTM. Berdasarakan pengujian model dalam uji statistik F didapati bahwa model penelitian ini tidak mampu menjelaskan bukti empiris secara kese-
165
luruhan (model tidak fit). Hasil pengujian terhadap hipotesis menunjukkan bahwa pada uji statistik t terdapat nilai probabilitas 0,803 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Hasil analisis statistik deskriptif pada Tabel 4.22. menunjukkan bahwa ratarata VAIC berada pada angka 3,3372. Berdasarkan penelitian Ulum (2008), angka 3,3372 lebih besar dari 3 sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja intellectual capital perusahaan perbankan tergolong pada top performers, artinya pemanfaatan intellectual capital sudah maksimal. Kinerja intellectual capital berada pada kondisi yang maksimal, namun tidak signifikan mempengaruhi peningkatan kinerja perusahaan, khususnya NIM. Berdasarkan bukti empiris yang ada dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif (H1) dalam penelitian ini ditolak. Penolakan terhadap hipotesis (H1) diduga karena adanya keterbatasan penelitian dalam menyajikan nilai VAIC. Nilai VAIC dihitung berdasarkan akun-akun yang terdapat pada laporan keuangan setiap perusahaan. Terdapat unsur subjektifitas dalam penilaian intellectual capital yang dihitung dengan VAIC, terutama dalam penghitungan VA (Value Added). VA dibentuk oleh akun laba operasi, be-ban karyawan, depresiasi dan amortisasi. Unsur beban karyawan yang dimasukkan dalam penghitungan VA diduga tidak konsisten karena penelitian ini tidak melakukan standardisasi komponen yang termasuk dalam beban karyawan. Penelitian ini hanya menggunakan nilai beban karyawan yang tertera pada laporan keuangan. Ketidakseragaman perusahaan dalam menyajikan nilai depresiasi dan amortisasi juga diduga mempengaruhi penghitungan nilai VA tersebut. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang mendukung intellectual capital. Knowledge based
KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014
theory menyatakan bahwa pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki perusahaan menjadi penentu kinerja perusahaan dan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (Tullio, 2006). Begitu pula dengan Resource Based Theory dan Human Capital Theory yang menyatakan bahwa pengelolaan terhadap sumber daya yang dimiliki perusahaan, termasuk sumber daya manusia yang dikelola dengan baik, akan menciptakan keunggulan kompetitif. Namun ternyata pengetahuan dan sumber daya yang dimiliki perusahaan, termasuk sumber daya manusia yang dikelola dengan baik tidak secara signifikan mempengaruhi peningkatan kinerja, khususnya NIM. Hal ini diduga karena penggunaan NIM sebagai indikator kurang tepat. NIM merupakan salah satu indikator penilai kinerja bank dalam menghasilkan laba. Komponen utama pembentuk NIM adalah pendapatan bunga dari kegiatan utama bank, yaitu kredit. Pendapatan bunga pada perusahaan perbankan dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Meskipun belum ada peraturan yang mengatur NIM perusahaan, Bank Indonesia menetapkan BI Rate sebagai acuan bank dalam menentukan tingkat suku bunga mereka. Oleh karena itu, kinerja perusahaan perbankan, khususnya NIM tidak bisa dipengaruhi oleh investasi perusahaan pada intellectual capital. Kinerja perusahaan perbankan sangat bergantung pada kondisi keuangan serta peraturan dan kebijakan yang berlaku. Suku bunga kredit sebagai faktor penentu pendapatan bunga dari jasa kredit juga dipengaruhi oleh mekanisme pasar dan tingkat risiko kredit di Indonesia Meskipun dalam Stakeholder Theory, kelompok stakeholder inilah yang menjadi pertimbangan utama bagi perusahaan untuk mengungkapkan atau tidak suatu informasi dalam
166
laporan keuangan. Namun pengungkapan intellectual capital ternyata belum dapat membantu stakeholder dalam mengambil keputusan mengingat investasi intellectual capital tersebut tidak signifikan meningkatkan kinerja perusahaan perbankan, khususnya NIM. Selain itu, investor yang ingin menanamkan modal di sebuah perusahaan seringkali hanya melihat perkembangan harga saham dan sangat jarang menganalisis kemampuan tiaptiap sumber daya yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan nilai. Oleh karena itu, perusahaan perbankan yang ingin meningkatkan kinerja perusahaan sebaiknya mempertimbangkan banyak hal sebelum melakukan investasi pada intellectual capital. Bukti empiris dalam penelitian ini didukung oleh beberapa peneliti sebelumnya. Sianipar (2009) dan Puntilo (2009) menyebutkan bahwa hanya salah satu komponen VAIC, yakni capital employed efficiency (CEE) yang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hal ini menunjukkan modal fisik yang dimiliki perusahaan masih dominan pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini menggunakan alat analisis yang berbeda dengan yang digunakan Sianipar (2009), sehingga tidak diketahui apakah komponen VAIC, CEE memiliki pengaruh terhadap NIM. Implikasi Penelitian Berdasarkan bukti empiris diketahui bahwa hipotesis alternatif (H1) tidak diterima. Intellectual capital memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap NIM. Dapat dijelaskan bahwa peningkatan intellectual capital tidak mendukung teori yang mengatakan bahwa kinerja perusahaan juga akan meningkat. Hal ini diduga karena net interest margin dipengaruhi oleh faktor lain di luar intellectual capital, seperti kebijakan yang berlaku, mekanisme
KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014
pasar, suku bunga dan tingkat resiko kredit di Indonesia. Selain itu, NIM hanya salah satu dari indikator rentabilitas perusahaan perbankan, sehingga perlu untuk penelitian selanjutnya melihat kinerja perbankan dari sisi lain, misalnya dari sisi likuiditas maupun permodalan untuk melihat kinerja peusahaan perbankan keseluruhan. Keputusan untuk menolak hipotesis diduga karena adanya keterbatasan penelitian dalam penyajian nilai intellectual capital. Adanya unsur subjektifitas dalam penghitungan nilai VAIC diduga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang berkembang. VAICTM diduga tidak mampu menyajikan informasi intellectual capital secara keseluruhan karena metode ini juga memiliki keterbatasan. Pulic (1999) mengatakan bahwa VAICTM hanya salah satu alat yang digunakan untuk mengukur intellectual capital dan akan lebih baik jika dikombinasikan dengan alat pengukuran intellectual capital yang lain. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya dapat menggunakan pengukuran lain agar nilai intellectual capital dapat disajikan dengan lebih baik. Investasi pada intelletual capital hanya salah satu cara untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Intellectual capital merupakan sumber daya yang langka, sukar ditiru dan sulit didapat, kecuali perusahaan mengeluarkan biaya yang cukup besar, sehingga investasi pada intellectual capital perlu dicermati terlebih dahulu sebelum perusahaan memutuskan untuk mengeluarkan biaya tersebut. Perusahaan perbankan yang tetap ingin berinvestasi dalam intellectual capital harus bisa melakukannya seefektif mungkin. Misalnya investasi pada human capital, perusahaan dapat merekrut karyawan yang sudah memiliki potensi, pengetahuan dan keterampilan yang
167
sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Hal ini mempermudah perusahaan dalam pengembangan potensi karyawan di masa yang akan datang. Namun investasi pada intellectual capital memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap NIM dan mungkin akan berpengaruh pada kinerja perbankan dari faktor lain. PENUTUP Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh intellectual capital terhadap NIM. Objek penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 sampai 2010. Berdasarkan karakteristik yang telah ditetapkan, terpilih 19 perusahaan sampel. Hipotesis (H1) yang diajukan dalam penelitian ini adalah intellectual capital berpengaruh terhadap NIM. Intellectual capital diukur dengan VAICTM. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi linier sederhana menggunakan IBM SPSS 19. Hasil pengujian analisis regresi linier sederhana menunjukkan bahwa intellectual capital (VAICTM) memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap NIM. Dengan kata lain, peningkatan intellectual capital (VAICTM) ternyata secara signifikan tidak mengakibatkan semakin besarnya net interest margin. Hal ini diduga karena NIM dipengaruhi oleh faktor lain di luar intellectual capital. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hipotesis (H1) ditolak. Saran Saran-saran yang diberikan untuk perbaikan penelitian serupa di masa yang akan dating adalah sebagai berikut.
KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014
Penelitian selanjutnya dapat meneliti pada sektor lain untuk memperbanyak acuan dalam penulisan ilmiah. 1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menilai kinerja perusahaan perbankan tidak hanya dari segi rentabilitas. Namun juga dari sisi lain, misalnya likuiditas dan permodalan, agar kinerja perusahaan perbankan dapat terlihat secara keseluruhan. 2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan model penelitian yang lebih baik dan mampu menggambarkan data empiris secara keseluruhan agar hasil penelitian dapat digeneralisir. Misalnya menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan AMOS dalam pembuatan model penelitian. 3. Mengingat tidak adanya pengaruh antara intellectual capital (VAICTM) terhadap NIM maka disarankan untuk penelitian selanjutnya menggunakan pengukuran lain. Pulic (1999) mengatakan bahwa VAICTM hanya salah satu alat yang digunakan untuk mengukur intellectual capital dan akan lebih baik jika dikombinasikan dengan alat pengukuran intellectual capital yang lain, misalnya The Balance Scorecard, The IC-Index, The EVA and MVA model, Tobin’s q method, dan lain-lain. DAFTAR PUSTAKA Ariyanto, Taufik. 2011. “Faktor Penentu Net Interest Margin Perbankan Indonesia”. Finance and Banking Journal, Vol. 13 No. 1 Juni 2011 Artinah, Budi dan Ahmad Muslih. 2011. “Pengaruh Intellectual Capital terhadap Capital Gain. (Studi Empiris terhadap Perus-
168
ahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. Jurnal Spread-April 2011, Volume 1 Nomor 1. Banjarmasin: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIE) Indonesia. Backhuijs et al. 1999. “Reporting on Intangible Assets: Final Report for the Benefit of the Dutch Ministry of Economic Affairs and the Intangible Assets Pilot Project Sounding Board Group”. International Symposium Measuring and Reporting Intellectual Capital: Experience, Issues, and Prospects. Amsterdam. Technical Meeting 9-10 June 1999. Bank Indonesia. 2011. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/ DPNP tanggal 25 Oktober 2011. Tersedia di www.bi.go.id (diakses November 2011) Bontis, Nick, William Chua Chong Keow and Stanley Richardson. 2000. “Intellectual Capital and Business Performance in Malaysian Industries”. Journal of Intellectual Capital. Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan ke IV. Semarang: Badan Penerbit UNDIP. Herliansyah, Yudhi. 2008. Metode Pengumpulan Data. Materi Mata Kuliah Metodologi Penelitian. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Mercubuana. Ongkorahardjo, Martina Dwi Puji Astri, Antonius Susanto, dan Dyna Rachmawati. 2008. “Analisis Pengaruh Human Capital Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Indonesia)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 1, Mei 2008: 11-21 Pardede, Fernando. 2010. Relationship Analysis of Financial Performance Intellectual Capital In-
KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014
surance Company In Indonesia Stock Exchange. Undergraduate Program, Economy Faculty. Gunadarma University Pulic, A. 1999. Basic information on VAIC™. Tersedia di http://ihyaul. staff.umm.ac.id/tag/jurnal/ (diakses Oktober 2011). Puntillo, Pina. 2009. “Intellectual Capital and Business Performance. Evidence from Italian Banking Industry. Magazine ‘Corporate Finance’”. Electronic Journal of Corporate Finance. Research Division, Indonesian Stock Exhchage. IDX Fact Book 2011. Tersedia di www.idx.co.id (diakses Oktober 2011) Seleim, Ahmed. Ahmed Ashour and Nick Bontis. 2006. “Human capital and organizational performance: a study of Egyptian software companies”. Management Decision Vol. 45 No. 4, 2007. Emerald Group Publishing Limited. Tersedia di http://www. nickbontis.com/Research.htm (diakses November 2011) Sianipar, Mutiara. 2009. The Impact of Intellectual Capital towards Financial Profitability and Investors’ Capital Gain on Shares: An Empirical Investigation of Indonesian Banking and Insurance Sector for Year 2005-2007. Surabaya: Universitas Airlangga. Sucipto. 2003. Penilaian Kinerja Keuangan. USU Digital Library Suharyadi dan Purwanto S.K. 2009. Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern Buku 2. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat. Tullio, Dany Di. 2006. Knowledge Based Theory of the Firm. Tersedia di http://www.istheory. yorku.ca/knowledgebasedtheory .htm (diakses Oktober 2011) Ulum, Ihyaul. 2009. Intellectual Capital: Konsep dan Kajian Empiris.
169
Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. Ulum Md, Ihyaul. 2008. “Intellectual Capital Performance Sektor Perbankan di Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 2, November 2008. Ulum, Ihyaul, Imam Ghozali, dan Anis Chariri. 2008. “Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan; Suatu Analisis dengan Pendekatan Partial Least Squares. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak. Yamin, Sofyan, Lien A. Rachmah, dan Heri Kurniawan. 2011. Regresi dan Korelasi dalam Genggaman Anda. Jakarta: Salemba Empat.