Pengaruh Fraud Triangle untuk Mendeteksi Tindak Kecurangan Laporan Keuangan pada Perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012
ABSTRAK Rahmad Pulukadang1, Sahmin Noholo2, Yayu Isyana D. Pongoliu 3
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh fraud triangle dengan menggunakan variabel financial stability yang diproksikan dengan ACHANGE, financial target yang diproksikan dengan ROA, personal financial need yang diproksikan dengan OSHIP, external pressure yang diproksikan dengan FREEC, dan ineffective monitoring yang diproksikan dengan IND untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan dengan menggunakan variabel manajemen laba pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik yang tidak hanya digunakan untuk melihat pengaruh tetapi juga digunakan untuk membuat model prediksi dari variabel-variabel yang diamati. Hasil penelitian menunjukan financial stability yang diproksikan dengan ACHANGE, financial target yang diproksikan dengan ROA, personal financial need yang diproksikan dengan OSHIP, dan external pressure yang diproksikan dengan FREEC secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Sementara ineffective monitoring yang diproksikan dengan IND tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Kata kunci:
Fraud Triangle, Financial Stability, Financial Target, Personal Financial Need, External Pressure, Ineffective Monitoring, Kecurangan Laporan Keuangan, Manajemen Laba.
1
Rahmad Pulukadang, Mahasiswa Program Studi Sarjana Akuntansi, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo. 2 Sahmin Noholo, SE., MM, Dosen Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo. 3 Yayu Isyana D. Pongoliu, SE., M.Sc, Dosen Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo.
1
Secara umum tujuan laporan keuangan dibuat untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan kepada para pemakai laporan keuangan untuk mengambil suatu keputusan. Proses pengambilan keputusan harus didasarkan pada informasi keuangan yang dihasilkan dari laporan dan proses yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan (PSAK). Laporan dan proses akuntansi yang tidak sesuai ketentuan dapat memicu untuk melakukan suatu tindakan kecurangan atau fraud. Kasus kecurangan pelaporan keuangan (fraud) yang terjadi di Indonesia baik itu terjadi di pemerintahan maupun perusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT. Kimia Farma pada tahun 2001 terindikasi adanya penggelembungan
keuntungan
(overstated)
dalam
laporan
keuangan
(Sulistiawan., dkk, 2011). Selanjutnya, yang terjadi pada PT. Waskita Karya yang merekayasa laporan keuangan sejak tahun buku 2004-2008, yakni ditemukannya pencatatan yang tidak sesuai, dimana terdapat kelebihan pencatatan Rp 400 miliar (Boediono, 2005) Dari kasus-kasus skandal akuntansi, memberikan bukti yang kuat adanya tindak kecurangan laporan keuangan memungkinkan manajemen untuk memodifikasi
laporan keuangan
dengan memilih kebijakan atau metode
akuntansi yang dapat menghasilkan angka sehingga mendorong timbulnya perilaku menyimpang, yang salah satu bentuknya adalah manajemen laba. Cressey (1953) dalam Skousen et al., (2008) menyimpulkan bahwa kecurangan secara umum mempunyai tiga sifat umum. Faktor resiko kecurangan tersebut adalah tekanan (pressure), peluang (opportunity), dan rasionalisasi (rationalization) yang disebut juga sebagai “fraud triangle”.
Komponen fraud
triangle tidak dapat diteliti secara langsung sehingga diperlukan pengembangan variabel dan proksi untuk mengukurnya. Konsep fraud triangle kemudian diadopsi dalam Statement of Auditing Standards No. 99 (SAS No. 99). Penggunaan
komponen
fraudtriangle
untuk
menguji
adanya
tindak
kecurangan laporan keuangan yang diproksikan dengan teori Cressey dalam SAS No.99 untuk tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi, pernah dilakukan Skousen et al. (2008). Ditemukan bahwa pertumbuhan aset yang cepat, peningkatan kebutuhan uang tunai dan pembiayaan eksternal secara positif berkaitan dengan kemungkinan terjadinya fraud.
2
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini dimaksudkan untuk menguji variabel-variabel yang terdapat dalam konsep fraud triangle dengan indikasi terjadinya kecurangan pada laporan keuangan, Namun dalam penelitian ini, hanya menggunakan dua konsep yaitu tekanan dan peluang sedangkan rasionalisasi sulit untuk dideteksi. Tekanan memiliki empat jenis kondisi yaitu financial stability, fianancial target, personal fianancial need, dan external pressure. Sedangkan untuk konsep peluang menggunakan ineffective monitoring sementara nature of industry dan organizational structure tidak dijadikan indikator dikarenakan adanya penyesuaian dengan data laporan keuangan yang tersedia. Menurut the Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), fraud adalah perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru terhadap pihak lain) dilakukan orang-orang dari dalam atau luar organisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok yang secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain. BPK RI, 2007 Fraud adalah sebagai salah satu tindakan melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh sesuatu dengan cara menipu. Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) menggambarkan occupational fraud dalam bentuk fraud tree. Occupational tree ini mempunyai tiga cabang utama, yaitu Corruption, Asset Misappropriation, dan Fraudulent Statements. 1. Korupsi (Corruption) Istilah “corruption” disini tidak sama dengan istilah korupsi dalam ketentuan perundang-undangan. Jenis fraud ini merupakan yang paling sulit dideteksi karena menyangkut adanya kerja sama atau kesepakatan dengan pihak lain seperti suap (BPK, 2007). 2. Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau harta perusahaan atau pihak lain. 3. Fraud financial statements meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan dalam penyajian laporan keuangan untuk memperoleh keuntungan. Definisi kecurangan laporan keuangan menurut American Institute Certified Public Accountant (1998) dalam Norbarani (2012) adalah tindakan yang
3
disengaja atau kelalaian yang berakibat pada salah saji material yang menyesatkan laporan keuangan. Sedangkan Kecurangan laporan keuangan menurut SAS No.99, financial statement fraud dapat dilakukan dengan: 1. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi, dokumen pendukung dari laporan keuangan yang disusun. 2. Kekeliruan atau kelalaian yang disengaja dalam informasi yang signifikan terhadap laporan keuangan. 3. Melakukan secara sengaja penyalahgunaan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan. Ditinjau dari sudut pandang teoritis ataupun praktis, manajemen laba sangat baragam. Mulai dari teknik legal yang dibolehkan dalm SAK sampai tenik illegal yang bertentangan dan tidak diperbolehkan dalam SAK. Scott (2000) dalam Wahyuningsih (2009) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer
untuk
kompensasi,
memaksimumkan
kontrak
utang
dan
utilitasnya political
dalam costs
menghadapi (oportunistic
kontrak earnings
management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (efficient earnings management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Perilaku manipulasi yang dilakukan manajemen ini termasuk dalam financial statement fraud. Financial statement fraud sering kali diawali dengan salah saji atau manajemen laba dari laporan keuangan kuartal yang dianggap tidak material tetapi akhirnya tumbuh menjadi fraud secara besar-besaran dan menghasilkan laporan keuangan tahunan yang menyesatkan secara material Rezaee (2002) dalam Molida (2011). Teori yang mendasar penelitian ini mengenai penyebab terjadinya kecurangan adalah fraud triangle theory yang dicetuskan oleh D. R. Cressey pada tahun 1953 dalam Lou and Wang (2009), Fraud triangle terdiri dari tiga kondisi yang umumnya hadir pada saat fraud terjadi yaitu incentive/pressure, opportunity, dan attitude/rationalization (Turner et al., 2003).
4
1. Pressure (Tekanan/Motif) Pressure adalah dorongan orang untuk melakukan fraud. Tekanan dapat mencakup hampir semua hal termasuk gaya hidup, tuntutan ekonomi, dan lainlain. Termasuk hal keuangan dan non keuangan. Menurut SAS No.99, terdapat empat jenis kondisi yang umum terjadi pada tekanan yang dapat mengakibatkan kecurangan, yaitu financial stability, external pressure, personal financial need, dan financial targets. 2. Opportunity (Peluang) Opportunity adalah peluang yang memungkinkan terjadinya fraud. Para pelaku kecurangan percaya bahwa aktivitas mereka tidak akan terdeteksi. Peluang dapat terjadi karena pengendalian internal yang lemah, pengawasan manajemen yang kurang baik atau melalui penggunaan posisi. Kesempatan untuk melakukan fraud berdasarkan pada kedudukan pada umumnya, manajemen suatu perusahaan memiliki potensi yang lebih besar untuk melakukan fraud dibandingkan dengan karyawan.SAS No.99 menyebutkan bahwa peluang pada financial statement fraud dapat terjadi pada tiga kategori kondisi, yaitu nature of industry, ineffective monitoring, dan organizational structure. 3. Rasionalization (Rasionalisasi) Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya fraud, di mana pelaku mencari pembenaran atas perbuatannya. Rasionalisasi merupakan bagian fraud triangle yang paling sulit untuk diukur (Skousen et al., 2008). Sikap atau karakter adalah apa yang menyebabkan satu atau lebih individu untuk secara rasional melakukan fraud. Bagi mereka yang umumnya tidak jujur maka akan lebih mudah merasionalisasi kecurangan. Pelaku fraud selalu mencari pembenaran rasional untuk membenarkan perbuatannya. Financial stability adalah keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dalam kondisi stabil. Ketika kondisi keuangan perusahaan berada dalam kondisi yang terancam, manajemen akan menyajikan kondisi keuangan yang bukan sebenarnya sehingga nilai perusahaan akan naik dalam pandangan investor, kreditur dan publik. Maka dapat diasumsikan manajer akan melakukan berbagai cara agar financial stability perusahaan terlihat baik. Total aset menggambarkan kekayaan yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi total aset yang dimiliki perusahaan menunjukkan kekayaan yang dimiliki
5
semakin banyak, perusahaan berusaha meningkatkan prospek yang baik salah satunya dengan merekayasa informasi kekayaan aset yang berkaitan dengan pertumbuhan aset yang dimiliki (Skousen et al., 2008). Oleh karena itu, rasio perubahan total asset (ACHANGE) dijadikan proksi pada variabel financial stability pressure H1 = Financial stability pressure berpengaruh mendeteksi kecurangan laporan keuangan Financial targets adalah tekanan berlebihan pada manajemen untuk mencapai target keuangan yang dipatok oleh direksi atau manajemen. Dalam menjalankan kinerjanya, manajer perusahaan dituntut untuk melakukan performa terbaik dalam pencapaian target yang telah direncanakan. ROA sering digunakan dalam menilai kinerja manajer dan menentukan bonus, kenaikan upah, dan lain-lain. Oleh karena itu, ROA dijadikan peluang oleh manajer untuk menampilkan performa sebaik mungkin dengan melakukan manipulasi agar dianggap mampu untuk mencapai target keuangan yang ditetapkan sebelumnya. Penelitian Norbarani (2012) menyimpulkan semakin tinggi ROA yang ditargetkan perusahaan maka perusahaan akan semakin rentan melakukan manajemen laba yang merupakan salah satu bentuk kecurangan laporan keuangan, sehingga financial targets yang diproksikan dengan ROA berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. H2 = Financial
Targets
berpengaruh
mendeteksi
kecurangan
laporan
keuangan Personal financial need adalah kondisi ketika keuangan perusahaan turut dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif perusahaan. Jensen Meckling (1976) juga mengatakan bahwa peningkatan kepemilikan saham oleh orang dalam perusahaan mendorong untuk menciptakan kinerja perusahaan secara optimal dan memotivasi manajer bertindak hati-hati karena mereka ikut menanggung konsekuensi atas tindakannya. Oleh sebab itu, personal financial need diproksi dengan persentase kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP). H3 = Personal financial need berpengaruh mendeteksi kecurangan laporan keuangan Eksternal pressure adalah tekanan yang berlebihan bagi manajemen untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga. Eksternal pressure atau tekanan eksternal diproksi dengan rasio arus kas bebas (FREEC), yaitu rasio
6
antara total hutang dan total aset. Martantya dan Daljono (2013) menyatakan bahwa untuk mendapatkan pinjaman dari pihak eksternal, perusahaan harus diyakini mampu untuk mengembalikan pinjaman yang telah diperolehnya, apabila perusahaan memiliki arus kas bebas yang tinggi, berarti perusahaan itu memiliki hutang yang besar dan risiko kredit yang dimiliki juga tinggi. Karena memiliki risiko kredit yang tinggi, maka terdapat kekhawatiran bahwa pada nantinya perusahaan tidak mampu untuk mengembalikan pinjaman modal yang diberikan. Oleh karena itu, perusahaan rentan melakukan kecurangan pada laporan keuangan dengan cara menyelamatkan diri dari kondisi yang demikian agar tetap dianggap mampu untuk mengembalikan pinjaman. H4 = Eksternal pressure berpengaruh mendeteksi kecurangan laporan keuangan Effective monitoring merupakaan keadaan dimana perusahaan tidak memiliki unit pengawas yang efektif memantau kinerja perusahaan. Sesuai ketentuan Bappepam-LK
Kep-29/PM/2004
yang
mewajibkan
perusahaan
memiliki komite audit dengan sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang. Bila dalam perusahaan tidak terdapat atau kurang dari 3 orang komite audit, maka perusahaan tersebut cenderung melakukan kecurangan laporan keuangan. oleh sebab itu Effective monitoring diproksikan dengan proporsi anggota komite audit (IND). H5 = Ineffective
Monitoring
berpengaruh mendeteksi
kecurangan laporan
keuangan
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 54 perusahaan Properti dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode 2010 sampai 2012. Sampel data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan perusahaan Properti dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 3 periode dari tahun 2010 sampai dengan 2012. Maka, jumlah laporan keuangan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian adalah 45 laporan keuangan. Definisi Operasional Variabel Penelitian Tabel 1 : Definisi Operasional Variabel
7
Variabel
Dimensi
Indikator
Skala
financial stability
ACHANGE = (Total Aset t – Total Aset t-1) Total Aset t
Rasio
Financial target
ROA= Net Income before extraordinary items t-1 Total Asset t
Rasio
Independen Personal financial need
OSHIP = ada tidaknya kepemilikan saham orang dalam
External pressure
FREEC = (total kas bersih dari hasil aktivitas operasi - kas dividen - capital expenditure) / Total Asset
Effective monitoring Dependen
Manajemen Laba
Nominal Rasio
IND = Proporsi jumlah anggota komite audit CFOit/Aseti,t-1= Kit 1/Aseti,t-1 + K2 Penjualanit/Aseti,t-1 + K3 ΔPenjualanit/Aseti,t-1 + εit
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji statistik deskriptif. Dalam penelitian ini variabel Y mengandung variabel dummy dimana 1 bila perusahaan melakukan kecurangan laporan keuangan dan 0 bila sebaliknya, data yang dikumpulkan dianalisis dengan analisis regresi logistik. Lou dan Wang (2009) menguji faktor risiko dari fraud triangle dengan menggunakan sebuah model logistik sederhana berdasarkan contoh faktor risiko kecurangan ISA 240 dan SAS 99. Model regresi yang dikembangkan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini adalah: FRAUD = α + β1 . ACHANGE + β2 . ROA + β3 . OSHIP + β4 . FREEC + β5 . IND + €
Keterangan: FRAUD = variabel dummy, kode 1 (satu) untuk perusahaan yang melakukan kecurangan laporan keuangan, kode 0 (nol) untuk yang tidak terdapat α = konstanta β = koefisien variabel ACHANGE = tingkat pertumbuhan asset ROA = return on asset (ROA) OSHIP = variabel dummy, kode 1 (satu) untuk perusahaan yang terdapat kepemilikan saham oleh orang dalam, kode 0 (nol) untuk yang tidak terdapat FREEC = rasio arus kas bebas IND = proporsi jumlah anggota komite audit € = error
8
Nominal Rasio
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan dan memberikan gambaran tentang distribusi frekuensi variabel-variabel dalam penelitian ini, nilai maksimum, minimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi dari setiap variabel. Tabel 2 : Statistik Deskriptif Min
Max -.04 -.03 -.04
ACHANGE ROA FREEC
Mean 1.45 .13 .04
Std. Dev .2229 .0345 -.0213
.24958 .03389 .01811
Variabel financial stability (ACHANGE) memiliki rata-rata 22,29% dengan deviasi standar 24,95%, nilai terendah -4%, dan nilai tertinggi 145%. Variabel financial target (ROA) memiliki rata-rata 3,45% dengan deviasi standar 3,4%, nilai terendah -3%, dan nilai tertinggi 13%. Variabel eksternal pressure (FREEC) memiliki rata-rata -2,13% dengan deviasi standar 1,81%, nilai terendah -4%, dan nilai tertinggi 4%. Variabel ineffective monitoring (IND), variabel personal financial need (OSHIP), dan variabel kecurangan laporan keuangan (FRAUD) tidak diikutsertakan dalam perhitungan statistik deskriptif karena ketiga variabel tersebut memiliki skala nominal. Angka ini hanya berfungsi sebagai label kategori semata tanpa nilai intrinsik. Hasil Analisis Regresi Analisis regresi selain digunakan untuk melihat pengaruh
juga
digunakan untuk membuat model prediksi dari variabel-variabel yang diamati. Hasil pengujian model regresi dengan menggunakan bantuan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 3 : Hasil Pengujian Model Regresi (Uji Log Likelihood) Omnibus Tests of Model Coefficients St ep 1
St ep Block Model
Chi-square 10.289 10.289 10.289
df 5 5 5
Sig. .067 .067 .067
Dari hasil diatas, terlihat nilai Chi-Square hitung sebesar 10,289. Adapun nilai chi-square tabel dengan tingkat kepercayaan 95% dan derajat bebas sebesar 1 (jumlah variabel bebas) adalah sebesar 3,841. Karena nilai chi square hitung yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan chi-square tabel
9
maka Ho ditolak. Atau dengan kata lain model yang diperoleh telah cocok dengan data. Dengan demikian dapat disimpulkan variabel bebas secara keseluruhan berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian Hipotesis Pengujian
dilakukan
dengan
menggunakan
statistik
wald
yang
berdistribusi chi-square. Kriteria pengujiaannya adalah tolak Ho jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari nilai alpha yang digunakan (0,05). Tabel 4 : Hasil Pengujian Hipotesis (Uji Wald) Variables in the Equation Sta ep 1
ACHANGE ROA OSHIP FREEC IND Constant
B 5.430 -20.741 .421 -38.148 .986 -2.179
S. E. 2.754 12.548 .814 22.542 1.639 1.849
Wald 3.889 2.732 .268 2.864 .362 1.388
df 1 1 1 1 1 1
Sig. .049 .040 .046 .006 .547 .239
Exp(B) 228.200 .000 1.523 .000 2.681 .113
a. Variable(s) entered on step 1: ACHANGE, ROA, OSHIP, FREEC, IND.
Interpretasi Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai count RSquare ini diperoleh dengan cara membandingkan jumlah hasil prediksi yang benar dengan seluruh observasi. Dalam SPSS, nilai ini ditunjukkan dengan nilai Percent Correct Prediction (PCP). Berdasarkan hasl analisis bahwa nilai PCP untuk model regresi logistik dalam mengestimasi kemungkinan terjadinya praktek manajemen laba adalah sebesar 75,00%. Nilai PCP ini sudah cukup tinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel bebas dalam model memiliki kemampuan yang baik dalam memprediksi terjadinya praktek manajemen laba dalam perusahaan.
PEMBAHASAN Pengaruh Financial Stability Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan SAS No. 99, menyatakan bahwa manajer menghadapi tekanan untuk melakukan kecurangan laporan keuangan ketika stabilitas keuangan (Financial stability) dan profitabilitas yang terancam oleh keadaaan ekonomi, industri, atau situasi entitas yang beroperasi.
10
Hasil penelitian variabel financial stability yang diproksikan dengan rasio perubahan total aset (ACHANGE) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan terhadap kemungkinan kecurangan pelaporan keuangan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Skousen et al., (2008),
dan Kusumawardhani (2013). Hal ini didasarkan pada hasil
pengujian statistik yang menunjukkan angka signifikan, di mana nilai signifikansi sebesar 0,049. Jika dibandingkan dengan nilai alpha yang digunakan sebesar 5% (0,05) maka nilai signifikansi ini masih lebih kecil dari alpha. Pengaruh Financial Target Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Hasil penelitian variabel financial targets yang diproksikan dengan (ROA) menunjukan terdapat pengaruh untuk mendeteksi adanya tindak kecurangan laporan keuangan, didasarkan pada hasil pengujan statistik
dengan nilai
signifikansi sebesar 0,040. Jika dibandingkan dengan nilai alpha yang digunakan sebesar 5% (0,05) maka nilai signifikansi ini masih lebih kecil dari alpha sehingga Ho ditolak. Menurut Beasley (1996) manajer melakukan manipulasi terhadap rasio profitabilitas adalah untuk menciptakan pertumbuhan sekaligus proksi stabilitas keuangan. Temuan Penelitian ini konsisten dengan Penelitian Carlson dan Bathala (1997) dalam Widyastuti (2009) yang membuktikan bahwa perusahaan yang memiliki laba besar (diukur dengan profitabilitas atau ROA) lebih mungkin dilakukannya manajemen laba daripada perusahaan yang memiliki laba yang kecil. Pengaruh
Personal
Financial
Need
Terhadap
Kecurangan
Laporan
Keuangan Kepemilikan sebagian saham oleh orang dalam ini dapat dijadikan sebagai kontrol dalam pelaporan keuangan (Skousen et al., 2008). Apabila manajer memiliki saham yang nilainya tidak signifikan, terdapat kemungkinan bahwa manajer tersebut akan lebih memaksimalkan keuntungannya melalui bonus yang diterima, yaitu dengan berusaha menampilkan kondisi perusahaan yang paling baik, misalnya dengan cara salah saji (Martantya dan Daljono, 2013) Hasil pengujian menunjukan variabel personal financial need yang diproksikan dengan skala nominal yakni ada tidaknya kepemilikan saham orang dalam berpengaruh untuk mendeteksi perusahaan yang cenderung melakukan kecurangan laporan keuangan.. Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya
11
yang dilakukan oleh Skousen et al., (2008) dan Molida (2011). Hal ini didasarkan pada hasil pengujian statistik yang menunjukan nilai signifikansi untuk variabel personal financial need (OSHIP) sebesar 0,046. Pengaruh Eksternal Pressure Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Eksternal pressure yaitu tekanan yang berlebihan bagi manajemen untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga Manajer Perusahaan mengalami tekanan dalam kebutuhan untuk memperoleh tambahan utang atau pembiayaan ekuitas agar kompetitif, termasuk pembiayaan riset dan pengeluaran pengembangan atau modal Kebutuhan pembiayaan eksternal terkait dengan kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi dan investasi (Skousen et al., 2008). Hasil penelitian terhadap variabel external pressure yang diproksikan dengan FREEC berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan, dilihat dari hasil pengujian statistik yang menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,006. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nabila (2013) Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nabila (2013) dimana semakin besar arus kas bebas maka semakin besar adanya kecurangan pada laporan keuangan. Pengaruh Ineffective Monitoring Terhadap Kecurangan Laporan Ineffective monitoring merupakaan keadaan dimana perusahaan tidak memiliki unit pengawas yang efektif memantau kinerja perusahaan. hasil penelitian menunjukan variabel ineffective monitoring yang diproksikan dengan proporsi komite audit independen (IND) tidak berpengaruh untuk mendeteksi kecendrungan kecurangan laporan keuangan. dilihat dari hasil pengujian statistik yang menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,547 atau lebih besar dari 0,05. Hasil penelitian
ini
berbeda
dengan
penelitian
sebelumnya
yang
dilakukan
Kusumawardhani (2013) dan sejalan dengan hasil penelitian Nabila (2013), dan Martantya dan Daljono (2013) Pengaruh financial stability, eksternal pressure, personal financial need, financial targets dan ineffective monitoring terhadap kecurangan laporan keuangan Hasil penelitian menunjukan secara keseluruhan variabel bebas dalam model (financial stability, financial target , personal financial need, external pressure dan ineffective monitoring) berpengaruh mendeteksi kecendrungan kecurangan laporan keuangan (yang diukur dengan manajemen laba arus kas abnormal). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Nabila (2013) dan
12
Skousen et al., (2008). Hal ini didasarkan pada hasil pengujian statistik yang menunukan nilai chi-square likelohood hitung sebesar 10,289, yang menunjukan hubungan signifikansi secara keseluruhan terhadap kecendrungan kecurangan laporan keuangan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat diambil simpulan bahwa: 1. financial stability, financial target, personal financial need, dan eksternal pressure berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan (yang diukur dengan manajemen laba) pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2010-2013. 2. Ineffective monitoring secara parsial tidak menunjukkan pengaruh sehingga tidak mampu mendeteksi perusahaan yang mempunyai kemungkinan melakukan kecurangan laporan keuangan (yang diukur dengan manajemen laba) pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2010-2013. 3. financial stability, financial target, personal financial need, eksternal pressure, dan ineffective monitoring secara simultan atau keseluruhan berpengaruh
terhadap kecenderungan kecurangan laporan keuangan
(yang diukur dengan manajemen laba) pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2010-2013. Keterbatasan Setelah dilakukan analisis dan interpretasi hasil penelitian ini tentunya tidak lepas dari beberapa keterbatasan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya, yaitu sebagai berikut: 1. Penelitian ini dibatasi periode pengamatan selama 3 tahun (2010, 2011, dan 2012). 2. Indikator
yang
diambil
dalam
penelitian
ini
hanya
berdasarkan
pengembangan dan proksi dari SAS no.99 tidak secara langsung menggunakan
ketiga
komponen
perspektif
fraudtriangle
yang
dikemukakan oleh Cressey (1953) yakni pressure, opportunity, dan rasionalisasi.
13
3. Alat ukur atau proksi fraudtriangle dalam penelitian hanya menggunakan faktor pressure dan opportunity sementara rasionalisasi tidak dijadikan alat ukur. Rasionalisasi merupakan bagian ketiga dari fraud triangle yang sulit untuk diukur. Saran Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk memperpanjang periode penelitian sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat. 2. Mendeteksi
tindak
kecendrungan
kecurangan
laporan
keuangan
sebaiknya menggunakan ketiga komponen secara langsung dari perspektif fraudtriangle secara kualitatif. Pengembangan penelitian ini hanya berdasarkan faktor kuantitatif. 3. Penelitian mendatang diharapkan dapat menggunakan semua faktor dalam fraud triangle seperti pada faktor presseure, opprtunity, dan rasionalisasi. Pada faktor pressure dengan menggunakan financial stability, eksternal pressure, personal financial need, dan financial targets dan untuk faktor opportunity dengan menggunakan Nature of Industry, Ineffective Monitoring, Organizational Structure. DAFTAR PUSTAKA ACFE. 2012. Report to the Nations on Occupational Fraud and Abuse. USA. ACFE, AICPA. 2010. Deterring and Detecting Financial Reporting Fraud. Washington. AICPA, SAS No. 99. 2002. Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit, AICPA. New York. Ansar, Muhammad. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan pada Perusahaan Publik di Indonesia. Semarang. Universitas Diponegoro. Beasley, Mark S. 1996. An Empirical Analysis of the Relation between the Board of Director Composition and Financial Statement Fraud. American. The Accounting Review, Vol. 71, No. 4 (Oct., 1996), pp. 443-465. Boediono, Gideon S. B. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur. Solo. Simposium Nasional Akuntansi 08 Eisenhardt, Kathleem. M. (1989). Agency Theory: An Assesment and Review. Academy of management Review, 14, hal 57-74. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Undip.
14
Hartomo, Oct. Digdo. 2003. Kasus Laporan Keuangan Ganda Bank Lippo Tbk: Cermin Retak Penerapan Good Corporate Governance di Indonesia. Semarang. Jurnal Akuntansi Bisnis Vol. 2 No.3. Jensen, M. C., dan W. H. Meckling., Oktober 1976. “Theory of the Firm: manajerial behavior, agency cost, and ownership structure,” Journal of Financial and Economics 3, 305-360. Koroy, Tri Ramaraya. 2008. Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan oleh Auditor Eksternal. Banjarmasin. STIE Nasional Banjarmasin, h. 22-31. Kusumawardhani, Prisca. 2013. Deteksi Financial Statement Fraud dengan Analisis Fraud Triangle pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya. Lees, Gillian. 2012. Fraud Risk Management. New York. American Institute of CPA’s. Lou, Y. I., and M. L. Wang. 2009. Fraud Risk Factor Of The Fraud Triangle Assessing The Likelihood Of Fraudulent Financial Reporting. Journal of Business and Economic Research, Vol. 7, No. 2, h. 62-66. Manurung, Daniel T. H. and Niki Hadian. 2013. Detection Fraud of Financial Statement with Fraud Triangle. Australia. Proceedings of 23rd International Business Research Conference. Martantya dan Daljono. 2013. Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Melalui Faktor Risiko Tekanan dan Peluang (Studi Kasus pada Perusahaan yang Mendapat Sanksi dari Bapepam Periode 2002-2006). Semarang. Diponegoro Journal of Accounting. Molida, Resti. 2011. Pengaruh Financial Stability, Personal Financial Need, dan Ineffective Monitoring pada Financial Statement Fraud dalam Perspektif Fraud Triangle. Semarang. Universitas Diponegoro. Nabila, Atia Rahma. 2013. Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan dalam Perspektif Fraud Triangle. Semarang. Universitas Diponegoro. Nguyen, Khanh. 2008. Financial Statement Fraud: Motives, Metthodes, Cases and Detection. Florida. Dissertation.com Boca Raton. Norbarani, Listiana. 2012. Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan Analisis Fraud Triangle yang Diadopsi dalam SAS no.99. Semarang. Universitas Diponegoro. Putra, Yuniarti Hidayah Suyoso. 2010. Praktik Kecurangan Akuntansi dalam Perusahaan. Malang. Akuntansi Fakultas Ekonomi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Ratmono, Dwi. 2010. Manajemen Laba Riil dan Berbasis Akrual: Dapatkah Auditor yang Berkualitas Mendeteksinya?. Purwokerto. Simposium Nasional Akuntansi 13. Roychowdhury, Sugata. 2006. Earning Management through real activities manipulation. Cambridge. Journal of Accounting and Economics 42 (2006) 335-370. Shleifer, Andrei, and Robert W. Vishny. 1989. Management Entrenchment the Case of Manager-Specific Investments. Chicago. Journal of Financial Economics 25 (1989) 123-139. Skousen, C., Kevin R, and Charlotte J. 2008. Detecting and Predicting Financial Statement Fraud: The Effectiveness Of The Fraud Triangle and SAS No. 99.
15
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Alfabeta CV. Sulistiawan, Dedhy, Yeni Januarsi, dan Liza Alvia. 2011. Creative Accounting. Jakarta. Salemba Empat. Turner, J.L..,T.J. Mock, R.P. Sripastava. 2003. An Analysis of the Fraud Triangle. The University of Memphis, University of Southern California, University of Kansas. Wahyuningsih, Panca. 2009. Pengaruh Struktur Kepemilikan Institusional dan Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba. Semarang. Fokus Ekonomi Vol. 4 No. 2 Desember 2009 : 78 – 93. Watts, Ross L. and Jerold L. Zimmerman. 1990. Positive Accounting Theory: a Ten Year Perspective. The Accounting Review, Vol.65. No.1. January, p.131-156. Widyastuti, Tri. 2009. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kinerja Keuangan Terhadap Manajemen Laba: Studi pada Perusahaan Manufaktur di BEI. Jakarta. Jurnal Maksi Vol. 9 No. 1 Januari 2009.
16