FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) 68-73
68
Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Tingkat Harga Emas Dunia Christian Young dan Mariana Ing Malelak Program Manajemen Keuangan, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail:
[email protected],
[email protected] Abstrak-Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi pengaruh faktor fundamental terhadap tingkat harga emas dunia. Faktor fundamental yang akan diuji signifikansinya pada penelitian ini adalah: inflasi, interest rate, stock market index, & harga minyak, dimana faktor-faktor fundamental tersebut berasal dari negara Amerika dan Inggris. Sedangkan tingkat harga emas dunia menggunakan harga emas spot dari London Bullion Market. Kesimpulan dari penelitian ini faktor-faktor fundamental dari negara Amerika dan Inggris secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia, kecuali variabel inflasi di Amerika. Sedangkan secara serempak, faktor-faktor fundamental dari Amerika dan Inggris terbukti berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. Kata kunci- Emas, fundamental, London Bullion Market, makroekonomi
Abstract- This research seeking for the significance of fundamental factor impact to world gold price level. The fundamental factor that will be tested on this paper is: inflation, interest rates, stock market index, & oil price, which originated from United States and United Kingdom. The world gold price on this paper use the gold spot price from London Bullion Market. The conclusion of this research states that the fundamental factors from United States and United Kingdom have significant impact to world gold price level when tested separately, except for the inflation in U.S. When tested collectively, fundamental factors on this research prove to be a significant factor for affecting world gold price level. Keywords- Fundamental, macroeconomy
gold,
London
Bullion
Market,
1. PENDAHULUAN Di era modern kesadaran masyarakat akan pentingnya investasi semakin bertumbuh. Investasi dapat dilakukan pada beberapa jenis aset. Salah satu aset riil yang paling umum dikenal masyarakat di dunia dan dibutuhkan daerah Asia adalah emas (World Gold Council, 2014). Dimana emas sebagai sebuah kelas aset, harganya dipengaruhi beberapa faktor fundamental seperti inflasi (Erb & Harvey, 2013), interest rate (Baur, 2013), stock market index (Baur, 2013), dan harga minyak (Le & Chang, 2011). Faktor-faktor fundamental tersebut, pada penelitian ini menggunakan data dari negara Amerika dan Inggris yang kemudian akan diteliti pengaruhnya terhadap tingkat harga emas dunia, baik secara parsial maupun serempak. Harga emas pada penelitian ini mengacu pada tingkat harga emas dunia yaitu tingkat harga emas fisik di London Bullion Market. Harga emas di pasar ini dipakai dalam penelitian karena: London Bullion Market adalah pasar logam mulia yang memiliki volume transaksi terbesar di
dunia (London Bullion Market, 2014), tingkat harga emas di London Bullion Market sendiri biasanya berkaitan erat dengan tingkat harga emas di pasar domestik (Mishra & Mohan, 2012). Penelitian ini menarik untuk diteliti karena emas merupakan aset yang diakui secara global sehingga ada kemungkinan faktor fundamental yang mempengaruhi harga emas berasal dari beberapa negara yang berbeda, hal inilah yang melatar belakangi penelitian ini untuk mencoba menghubungkan faktor fundamental dari negara Amerika dan Inggris terhadap tingkat harga emas dunia dari London Bullion Market. Karena lokasi London Bullion Market yang berada di negara Inggris dan tingkat harga emas yang dinyatakan dalam U.S. Dollar membuat perlunya dilakukan penghubungan antara data makroekonomi fundamental dari negara Amerika maupun Inggris terhadap tingkat harga emas dunia. Selain itu, Inggris & Amerika adalah dua negara maju yang telah memiliki sistem finansial yang matang, dan memiliki cadangan emas yang cukup signifikan atau termasuk 20 besar di dunia (World Gold Council, 2014). Periode observasi pada penelitian ini adalah tahun 1997-2013 (17 tahun), dengan data bulanan. Jangka waktu periode observasi ini dipilih karena keterbatasan salah satu variabel yaitu harmonized indices of consumer prices, yang mulai dihitung di Inggris pada tahun 1997 (Reuters, 2014). 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Emas Emas merupakan logam mulia yang telah digunakan sebagai mata uang komoditas sejak sebelum masehi, dan berfungsi sebagai instrumen penyimpan kekayaan (wealth saving) (National Mining Association, n.d). Sejak abad ke19 emas mulai diperdagangkan secara OTC (over the counter) sebagai salah satu komoditas berharga di London Bullion Market oleh anggotanya (London Bullion Market, 2014). London Bullion Market adalah asosiasi perdagangan internasional yang didirikan pada abad ke-17 oleh East India Company, dan mewakili perdagangan emas dan perak batangan, dan memiliki klien di manca negara. Klien dari London Bullion Market, yang juga merupakan anggotanya, terdiri dari bank-bank sentral pemegang emas, investment bank, hedge fund, investor swasta, perusahaan pertambangan, dan perusahaan pengolah emas (refinery). Tugas utama dari London Bullion Market adalah mengatur dan meregulasi perdagangan emas dan memastikan bahwa emas dan perak yang diperdagangkan telah memenuhi aturan good delivery list atau aturan spesifikasi standar perdagangan emas dan perak (London Bullion Market).
FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) 68-73 2.2. Inflasi Inflasi adalah persentase tingkat kenaikan harga pada indeks harga konsumen di suatu negara (Slavin, 2009, p.229). Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan tingkat real return yang didapatkan oleh investor mengecil, dan karena di semua negara penghitungan pajak menggunakan nilai nominal (dalam satuan mata uang negara tersebut), maka inflasi yang tinggi sangat tidak menguntungkan bagi real after-tax return yang didapatkan investor (Mcmillan, Pinto, Pirie, & Venter, 2011). Pendapat lain tentang inflasi dikemukakan oleh Haberler (1960) bahwa selain dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga secara umum, inflasi juga dapat diartikan sebagai ekspansi dari sirkulasi moneter, atau lebih tepatnya sebagai kenaikan jumlah uang dikalikan dengan kecepatan sirkulasi uang. Artinya jika inflasi sedang meningkat hal itu menandakan bahwa perekonomian negara mengalami periode ekspansi, sedangkan jika inflasi menurun, hal itu menandakan bahwa ekonomi mengalami periode kontraksi. Di dalam penelitian ini variabel inflasi akan secara spesifik mengacu pada tingkat inflasi tahunan di Amerika Serikat, dan tingkat inflasi tahunan di Inggris, yang menggunakan data bulanan. 2.3. Interest rate Interest rates adalah persentase pembayaran bunga berdasarkan pokok hutang, yang harus dibayar oleh peminjam (debtor) kepada orang yang memberi pinjaman (creditor) (Malkiel, 2008). Dalam kaitannya dalam valuasi aset, interest rate sangatlah signifikan pengaruhnya terhadap nilai aset, karena sebagian besar nilai aset keuangan dihitung berdasarkan metode discounted cashflow model (DCF). Dalam metode DCF ini interest rate biasa digunakan sebagai discount rate, atau dalam posisi denominator. Sehingga interest rate yang tinggi akan menurunkan nilai sebuah aset, begitu pula sebaliknya. Teori umum inilah yang membuat peneliti memasukkan interest rate sebagai salah satu variabel dalam penelitian ini. Karena yield obligasi pemerintah merupakan yang pertama kali berubah apabila pemerintah mengubah interest rate, maka peneliti akan menggunakan yield 10-tahunan dari obligasi pemerintah di Amerika dan Inggris sebagai acuan interest rate, dalam penelitian ini. Selain itu alas an lainnya adalah, karena pada beberapa literatur keuangan obligasi pemerintah dengan maturity 10-tahun sering digunakan sebagai discount rate dalam menilai aset (Damodaran, 2002, p.214; Damodaran, 2008, p.9). 2.4. Stock Market Index Indeks harga saham adalah indeks harga yang menggambarkan pergerakan dari beberapa saham di suatu pasar saham secara bersama-sama (Salemi, 2012, p.151). Selain menggambarkan pergerakan dari beberapa saham, stock market index juga menggambarkan kondisi perekonomian suatu negara ataupun sektor. Stock market index yang sedang meningkat menggambarkan perekonomian negara yang sedang bertumbuh atau dalam periode ekspansi, begitu pula sebaliknya (Salemi, 2012, p.151). Secara spesifik, stock market index yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dow jones index average (DJIA), standard’s & poor 500 (S&P500), dan financial times stock exchange 100 (FTSE100).
69 2.5. Harga minyak Harga minyak mentah dunia secara global berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi setiap negara. Acuan harga minyak mentah dunia ada berbagai macam, antara lain: WTI (West Texas Intermediate), Brent Crude, Dubai, Tapis, Oman Crude dan juga OPEC basket yang merupakan gabungan dari berbagai indeks harga minyak, yang dikumpulkan oleh OPEC. Dari berbagai acuan harga minyak mentah tersebut, penelitian ini akan menggunakan WTI sebagai harga minyak yang diasosiasikan dari Amerika, dan brent sebagai harga minyak yang diasosiasikan dari Inggris. Inflasi: Tingkat inflasi di Amerika Tingkat inflasi di Inggris Interest Rate: Yield 10-year Treasury Notes Yield 10-year Treasury Gilt Stock Market Index: S&P500 DJIA FTSE
Tingkat Harga Emas di London Bullion Market
Harga minyak: WTI brent Gambar 1. Kerangka berpikir
Hipotesa Penelitian: 1.1. Inflasi di negara Amerika secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. 1.2. Interest rate di negara Amerika secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. 1.3. Stock market index di negara Amerika secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. 1.4. Harga minyak di negara Amerika secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. 2.1. Inflasi di negara Inggris secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. 2.2. Interest rate di negara Inggris secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. 2.3. Stock market index di negara Inggris secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. 2.4. Harga minyak di negara Inggris secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. 3. Inflasi, interest rate, stock market index, & harga minyak di negara Amerika atau Inggris secara serempak berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia.
FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) 68-73 3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini berjenis penelitian kuantitatif. Populasi dari penelitian ini adalah tingkat harga emas spot bulanan dari London Bullion Market sejak tahun 1969-2013. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat harga emas spot bulanan dari London Bullion Market pada tahun 1997-2013. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-random quota sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini semuanya bersifat data sekunder dan bersifat kuantitatif, dengan sumber data yang sebagian besar berasal dari media elektronik (internet). Teknik Analisa Data 1. Melakukan uji statistika deskriptif untuk mengetahui karakteristik dari masing-masing variabel. Dimana uji statistika deskriptif yang dilakukan terdiri dari penghitungan: mean, median, maximum, minimum, standard deviation, skewness, & kurtosis. (Winarno, 2011). 2. Melakukan uji hipotesa dengan persamaan: dimana: Gold=tingkat harga emas dunia, α=konstanta, βINF_US= Beta/slope dari variabel, var = variabel yang akan diuji. Hipotesis statistik untuk hipotesa 1.1.: H0 : β1 = 0, Inflasi di Amerika secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. H1 : β1 ≠ 0, Inflasi di Amerika secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. Hipotesis statistik untuk hipotesa 1.2.: H0 : β1 = 0, Interest rate di Amerika secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. H1 : β1 ≠ 0, Interest rate di Amerika secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. Hipotesis statistik untuk hipotesa 1.3.: H0 : β1 = 0, Stock market index di Amerika secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. H1 : β1 ≠ 0, Stock market index di Amerika secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. Hipotesis statistik untuk hipotesa 1.4.: H0 : β1 = 0, Harga minyak di Amerika secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. H1 : β1 ≠ 0, Harga minyak di Amerika secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. Hipotesis statistik untuk hipotesa 2.1.: H0 : β1 = 0, Inflasi di Inggris secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. H1 : β1 ≠ 0, Inflasi di Inggris secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia.
70 Hipotesis statistik untuk hipotesa 2.2.: H0 : β1 = 0, Interest rate di Inggris secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. H1 : β1 ≠ 0, Interest rate di Inggris secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. Hipotesis statistik untuk hipotesa 2.3.: H0 : β1 = 0, Stock market index di Inggris secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. H1 : β1 ≠ 0, Stock market index di Inggris secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. Hipotesis statistik untuk hipotesa 2.4.: H0 : β1 = 0, Harga minyak di Inggris secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. H1 : β1 ≠ 0, Harga minyak di Inggris secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. Kriteria keputusan α = 0.05: p-value < α: Tolak H0, Terima H1 p-value > α: Terima H0 Tolak H1 3. Melakukan uji regresi berganda awal yang nantinya akan dijadikan landasan dalam uji asumsi klasik. Uji regresi berganda awal menggunakan persamaan:
Dimana: Gold=Tingkat harga emas dunia, α=konstanta, = Koefisien variabel, =Tingkat inflasi, = Interest Rate, =Stock Market Index, =Harga minyak, =error/residual 4. Uji Asumsi Klasik a. Melakukan uji normalitas dengan histogram-normality test. b. Melakukan uji autokorelasi dengan breusch-godfrey serial correlation lm test. c. Melakukan uji heteroskedastisitas dengan white heteroskedasticity test d. Melakukan uji multikolinearitas dengan melihat koefisien korelasi dari masing-masing variabel independen 5. Membuktikan uji hipotesa 3. menggunakan persamaan:
Dimana: Gold=Tingkat harga emas dunia, α=konstanta, = Koefisien variabel, =Tingkat inflasi, = Interest Rate, =Stock Market Index, =Harga minyak, =error/residual Hipotesis statistik: H0 : µ1 = µ0, inflasi, interest rate, stock market index, & harga minyak di negara Amerika atau Inggris secara serempak tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia H1 : µ1 ≠ µ0, inflasi, interest rate, stock market index, & harga minyak di negara Amerika atau Inggris secara serempak berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia Kriteria keputusan α = 0.05: p-value < α: Tolak H0, Terima H1 p-value > α: Terima H0 Tolak H1
FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) 68-73
71
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Hasil uji regresi secara parsial
Inflasi INF_US INF_UK Interest rate TSRY GILT Stock Market Index SP DJIA FTSE Harga Minyak Dunia WTI BRENT
p-value p-value 0.093 9.30E-02 0.000 1.65E-39
Nama uji Histogram normality test
Probability 0.0072
Probability chi-square Breusch-Godfrey serial correlation test 0.0000 White's heteroscedasticity test
0.000 3.89E-60 0.000 1.59E-54 0.000 6.34E-08 0.000 3.76E-22 0.001 7.88E-04 0.000 2.24E-58 0.000 2.43E-77
Dimana: INF_US = Tingkat inflasi di Amerika INF_UK = Tingkat inflasi di Inggris TSRY = Yield dari 10-year Treasury Notes GILT = Yield dari 10-year Treasury Gilt SP = Standard’s & Poor 500 DJIA = Dow Jones Index Average FTSE = Financial Times Stock Exchange 100 WTI = West Texas Intermediate BRENT = Brent Hasil dari p-value setiap variabel menunjukkan bahwa setiap variabel berpengaruh signifikan secara parsial pada tingkat harga emas dunia, kecuali tingkat inflasi di Amerika dengan p-value 0.093, yang berarti hipotesis 1.2, 1.3, 1.4, 2.1, 2.2, 2.3, dan 2.4 terbukti benar atau tolak H 0, yang berarti interest rate, stock market index, dan harga minyak di Amerika secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia, serta inflasi, interest rate, stock market index, dan harga minyak di Inggris secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. Sementara hipotesis 1.1. terbukti tidak benar, atau terima H0, yang berarti Inflasi di Amerika secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. Berdasarkan hasil p-value dari T-statistic untuk tiap kelas variabel dipilihlah variabel-variabel yang akan diregresi secara serempak (regresi berganda) yaitu: inflasi Inggris, yield 10-year Treasury Notes, DJIA, brent. Hasil dari uji multikolinearitas menggunakan tabel korelasi adalah sebagai berikut: Tabel 2. Tabel korelasi antar variabel
INF_UK TSRY DJIA BRENT
Tabel 3. Hasil uji histogram normality test, Breusch-Godfrey serial correlation test, & White’s heteroscedasticity test
INF_UK TSRY DJIA BRENT 1 -0.600 0.369 0.767 -0.600 1 -0.496 -0.768 0.369 -0.496 1 0.745 0.767 -0.768 0.745 1
Berdasarkan tabel korelasi antar variabel, tidak ditemukan adanya variabel yang memiliki korelasi diatas 80%, yang artinya tidak ada multikolinearitas pada data regresi ini. Lalu hasil uji normalitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:
0.0000
Berdasarkan histogram normality test, nilai probability dibawah nilai α=0.05, yang artinya data residual pada variabel penelitian ini mengalami masalah normalitas. Meski demikian, Hal ini wajar terjadi karena ada 3 variabel data yang berasal dari harga aset, dimana harga aset secara jangka panjang biasanya menunjukkan kenaikan yang bersifat compounding/exponential sehingga akhirnya grafik harga apabila menggunakan skala linear menunjukkan harga yang cenderung datar dan pergerakannya tidak terlihat (tidak signifikan) pada periode-periode awal dan meningkat secara drastis pada periode akhir, dimana data dengan sifat seperti ini menunjukkan masalah normalitas (data tidak terdistribusi secara normal). Sebagai contohnya lihat gambar 2. GOLD 2,000
1,600
1,200
800
400
0 1998
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2008
2010
2012
GOLD 2,000 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600
400
200 1998
2000
2002
2004
2006
Gambar 2. Perbandingan skala linear dan skala logaritma
Langkah penanganan yang dapat dilakukan adalah menggunakan transformasi logaritma untuk mengatasi masalah normalitas (Gujarati, 2004, p.109). Dari hasil uji heteroskedastisitas (tabel 3.), nilai prob. chisquare dibawah nilai α (α = 0.05), jadi data regresi mengalami masalah heteroskedastisitas. Hal ini juga sangatlah wajar karena data yang dipakai merupakan data cross-sectional makroekonomi, yang berarti bahwa antara data memiliki hubungan satu sama lain, sehingga sangatlah mungkin untuk mengalami masalah heteroskedastisitas (Gujarati, 2004, p.387). Cara mengatasi heteroskedastisitas adalah dengan cara transformasi logaritma, dan white’s heteroscedasticity-consistent variances and standard error (Gujarati, 2004, p.415) Terlihat pada tabel 3. bahwa nilai prob. chi-square dibawah nilai α (α=0.05) yang artinya data regresi mengalami masalah autokorelasi. Mengingat penelitian ini
FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) 68-73 menggunakan data time series makroekonomi. Dimana data time series biasanya memiliki hubungan antar waktu atau memiliki trend atau inertia (Gujarati, 2004, p.442), atau data saat ini dipengaruhi data masa lalu sehingga sangatlah wajar apabila data mengalami masalah autokorelasi. Masalah autokorelasi dapat diatasi dengan tidak melakukan penanganan (do nothing) (Gujarati, 2004, p.475). Setelah dilakukan uji asumsi klasik data akan diregresi berganda dengan transformasi logaritma dan white’s heteroscedasticity-consistent variances and standard error. Hasil dari regresi berganda adalah:
Gambar 3. Hasil regresi berganda
Berdasarkan hasil regresi secara parsial dan serempak maka hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Inflasi Inflasi di negara Amerika secara parsial terbukti tidak berpengaruh signifikan. Hal ini berarti meskipun Amerika adalah pemegang cadangan emas terbesar di dunia (World Gold Council, 2014), namun tingkat inflasi di Amerika tidak dapat mempengaruhi tingkat harga emas dunia. Hal ini juga membuktikan bahwa meskipun harga emas di London Bullion Market dinominasikan dalam U.S. Dollar namun tingkat inflasi di Amerika tidak akan berpengaruh terhadap tingkat harga emas dunia. Sementara inflasi di Inggris secara parsial terbukti berpengaruh signifikan. Artinya, adalah bahwa kenaikan ataupun penurunan tingkat inflasi di Inggris secara langsung akan berdampak pada perubahan tingkat harga emas di London Bullion Market. Fenomena perbedaan signifikansi pengaruh inflasi di Amerika dan Inggris terhadap tingkat harga emas dunia ini sangatlah wajar terjadi karena inflasi di Amerika cenderung lebih volatile ketimbang tingkat inflasi di Inggris. Dimana standar deviasi inflasi di Amerika selama periode 1997-2013 adalah 1,2% sedangkan standar deviasi inflasi di Inggris selama periode 1997-2013 adalah 1%. Apabila diregresi secara serempak, variabel inflasi di Inggris (INF_UK) terbukti berpengaruh signifikan positif dengan koefisien 15,02 (gambar 3.). Hal ini berarti, setiap kenaikan tingkat inflasi di Inggris sebesar 1 (dimana inflasi dinyatakan dalam angka desimal) maka akan menyebabkan tingkat harga emas dunia sebesar $15,02/troy ounces, Begitu pula sebaliknya. Koefisien yang positif dari inflasi di Inggris ini juga membuktikan kebenaran teori inflation hedge. Artinya, masyarakat di Inggris cenderung memanfaatkan emas yang diperdagangkan di London Bullion Market menjaga nilai kekayaannya terhadap inflasi.
72 Interest rate Secara parsial, interest rate di Amerika (yield dari 10year Treasury Notes) dan interest rate di Inggris (yield dari 10-year Treasury Gilt) terbukti berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. Hal ini berarti bahwa perubahan tingkat suku bunga acuan di Amerika dan Inggris akan secara langsung berdampak pada perubahan yield dari obligasi negara yang bersangkutan, lalu secara tidak langsung akan berdampak pada cost of carry (biaya penyimpanan emas fisik) dan berdampak pada tingkat harga emas dunia. Berdasarkan hasil model regresi (gambar 3.) secara serempak, yield dari 10-year Treasury Notes (TSRY) memiliki pengaruh signifikan negatif dengan koefisien 18,03. Yang berarti setiap kenaikan yield sebesar 1 (dimana interest rate dinyatakan dalam angka desimal) akan mengurangi harga emas sebesar $18,03/troy ounces. Koefisien dari interest rate yang negatif ini membuktikan kebenaran teori cost of carry, dimana interest rate seharusnya berpengaruh negatif terhadap tingkat harga emas dunia. 3. Stock market index Stock market index pada penelitian ini yaitu DJIA, S&P500, dan FTSE100 terbukti secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. Yang artinya, kalangan investor dalam melakukan investasi emas pasti akan melihat situasi pasar saham baik di Amerika maupun di Inggris. Perubahan stock market index di pasar finansial Amerika dan Inggris akan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. Meskipun secara parsial stock market index terbukti berpengaruh signifikan, namun apabila diregresi secara serempak (gambar 3.) stock market index di Amerika (DJIA) terbukti berpengaruh tidak signifikan negatif dengan koefisien -0,02. Pengaruh dari stock market index terhadap tingkat harga emas dunia secara serempak sangatlah mungkin terhalangi oleh pengaruh dari variabel independen yang lain terhadap emas seperti harga minyak. 4. Harga minyak Secara parsial baik WTI maupun brent terbukti berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. Hal ini sangatlah rasional mengingat emas dan minyak sama-sama merupakan komoditas alam yang langka dan tidak dapat diperbaharui. Oleh karena itu perubahan harga minyak baik di Amerika maupun di Inggris akan secara langsung berpengaruh terhadap tingkat harga emas dunia. Apabila di regresi secara serempak (gambar 3.), harga minyak di Inggris (brent) terbukti berpengaruh signifikan positif dengan koefisien sebesar 0,43. Artinya kenaikan harga minyak sebesar $1/barrel akan menyebabkan kenaikan harga emas sebesar $0,43/troy ounces. Hubungan yang positif dari harga minyak dan harga emas ini juga membuktikan teori yang mengatakan bahwa, karena minyak dan emas adalah sama-sama komoditas alam yang tidak dapat diperbaharui, maka harga minyak akan cenderung bergerak bersama-sama dengan harga emas (korelasi positif). 2.
FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) 68-73 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah inflasi di Amerika secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. interest rate, stock market index, dan harga minyak di Amerika secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. inflasi, interest rate, stock market index, dan harga minyak di Inggris secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. Inflasi, dan harga minyak di Inggris, serta interest rate, dan stock market index di Amerika secara serempak berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga emas dunia. Secara keseluruhan kekurangan dari penelitian ini adalah tidak memperhitungkan hubungan antar variabel independen Sangat disarankan bagi penelitian berikutnya untuk menggunakan model yang lebih kompleks seperti SEM, dan menggunakan data tahunan agar beberapa variabel yang tidak dihitung secara bulanan dapat diikutkan dalam penelitian (seperti cadangan emas bank sentral, tingkat konsumsi emas di tiap negara).
DAFTAR PUSTAKA
Baur, D. G. (2013). Gold - Fundamental Drivers and Asset Allocation. 1-50. Damodaran, A. (2002). Investment Valuation Tools and Techniques for Determining the Value of Any Asset. New York: John Wiley & Sons. Damodaran, A. (2008). What is the riskfree rate? A Search for the Basic Building Block. NYU Stern Business School, 1-33. Erb, B. C., & Harvey, C. R. (2013). The Golden Dilemma. 1-48. GoldFacts. (2014). the world's biggest gold mining countries. Dipetik 11 26, 2014, dari GoldFacts: http://www.goldfacts.org/en/economic_impact/countries/ Gujarati, D. N. (2004). Basic Econometrics, 4th ed. New York: Mcgraw-Hill. Hammoudeh, S., Sari, R., & Ewing, B. T. (2008). Relationshipe Among Strategic Commodities And With Financial Variables : A New Look. Western Economic Association International, 1-14. Hull, J. C. (2013). Options, Futures, and Other Derivatives. New York: Prentice Hall. Le, T. H., & Chang, Y. (2011). Oil and Gold : Correlation and Causation. 1-36. London Bullion Market. (2014). Home Page. Dipetik 2014, dari LBMA: http://www.lbma.org.uk Lu, T., & Fang, S. (2013). Sovereign Debt, Real Interest Rate, and Gold Pricing. University of Electronic Science and Technology of China, 1-11. Malkiel, B. G. (2008). Interest Rates. Dipetik September 4, 2014, dari The Concise Encyclopedia of Economics: http://www.econlib.org/library/Enc/InterestRates.html
73 Mcmillan, M. G., Pinto, J. E., Pirie, W. L., & Venter, G. V. (2011). Investments Principles of Portfolio and Equity Analysis. New Jersey: John Wiley & Son's. Mishra, R. N., & Mohan, G. J. (2012). Gold Prices and Financial Stability in India. RBI Working paper series, 1-26. National Mining Association. (t.thn.). History of Gold. Dipetik August 30, 2014, dari National Mining Association: www.nma.org/pdf/gold/gold_history.pdf Reuters. (2014). Maastricht Criteria. Dipetik September 4, 2014, dari glossary.reuters:http://glossary.reuters.com/?title=Maastricht_Crite ria Salemi, M. K. (2012). Money and Banking: What Everyone Should Know. Virginia: The Great Courses. Slavin, S. L. (2009). Macroeconomics, 9th Ed. New York: Mcgraw-Hill. World Gold Council. (2014). Gold Demand Trend Q4 2013. Thomson Reuters.