PENGARUH ECENG GONDOK TERHADAP PENURUNAN KADAR BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND (BOD) DI LIMBAH HASIL PRODUKSI PTP.NUSANTARAII KECAMATAN PAGAR MERBAU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015 Reni Aprinawaty Sirait PSIKM STIKes DELIHUSADA DELITUA ABSTRACT The Water is waste produced by industrial activities that have an impact on the environment parameters, one of which was the Biological Oxygen Demand. The control efforts was to reduce the number of BOD it self up to the permitted industrial quality standards, which was one of the plants utilize water as one of the types eceng gondok biological waste treatment was by way of biofilter. This study was an experiment that was the treatment of the waste water eceng gondok on Palm Oil Processing with each dose of 1.5 kg /15 liter. Observations were made after five days of culturing eceng gondok with each dose of the above into wastewater. Where the results of observations show that the rate of BOD Wastewater MCC Merbau Fence PTPN II, still does not meet the quality standards specified for the type of industryespecially oil palm. The statistical test used was thepairedT test with a significance level of 5%, where there was a significant difference in the presence of treatment to reduce BOD eceng gondok ALPKS, in other words that the p-value (0.028) <ά (0.05) then Ho was the rejected. From the research it can be concluded that the presence eceng gondok effective dose to reduce BOD ALPKS. This was seen after treatment eceng gondok and then examined in the laboratory of Engineering Center for Environmental Health , with the results of measurements at a dose of 1.5 kg / 15 liter and BOD before treatment eceng gondok is 278 mg / l,Thus the effective dose to reduce wastewater BOD was a dose of 1.5 kg /15 liter. For that was expected to want to take advantage of eceng gondok as a biofilter in ponds wastewater treatment process, one of the last in the pool before being discharged into water bodies that can reduce BOD and other parameters. Keywords
Reference
: Eceng Gondok (Eichornia Crassipes),BOD = Biological Oxygen Demand (needs oxygen to decompose organic substances biologically). : 9 books (1992-2011) 11 journal (2005-2015)
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Perkembangan industri kelapa sawit yang pesat telah menimbulkan berbagai masalah, terutama masalah limbah cair yang dhasilkan oleh pabrik kelapa sawit (PKS) dan dibuang ke lingkungan akuatik. Jumlah limbah cair yang dihasilkan olek PKS menurut Said (1996) bahwa setiap satu ton minyak kelapa sawit yang dihasilkan oleh pabrik akan menghasilkan 2,5 ton limbah cair pabrik terutama yang berasal dari perebusan dan klarifikasi (Syafriadiman,2007). Dengan pesatnya pembangunan industri selain dampak positip, kemajuan industri juga menimbulkan dampak negatip bagi lingkungan. Merupakan suatu kenyataan yang harus dihadapi bahwa dalam proses produksi suatu industri selain produk yang bernilai juga dihasilkan limbah. Limbah tersebut apabila tidak dikelola secara benar dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Apabila dilihat dari bentuknya, pencemaran yang disebabkan oleh limbah industri dapat berbentuk padat, cair, gas maupun kebisingan.Sedang dilihat dari komponen - komponen pencemar yang terkan-dung dalam limbah tersebut maka pencemaran yang terjadi dapat dalam bentuk pencemaran fisika, kimia, biologis dan radioaktif. Salah satu jenis air limbah industri yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan adalah air limbah dengan kandungan organik tinggi, kandungan BOD yang
tinggi dalam air limbah industri dapat menyebabkan turunnya oksigenperairan, keadaan anaerob (tanpa oksigen), sehingga dapat mematikan ikan dan menimbulkan bau busuk(Sri Moertinah, 2010). Dalam mengelola limbah cair, umumnya PKS yang berada di Indonesia menggunakan cara ekstensifikasi, yaitu setelah pemisahan lemak dalam unit Fatpit, kemudian air limbah dialirkan ke kolam-kolam anaerobik dengan ukuran luas yang sangat besar. Dari kolam anaerobik lalu dilanjutkan dalam kolam-kolam aerobi. Namun masalah yang timbul adalah pada pengoperasian proses pengolahan limbah cair dan perawatan unit-unit prosesnya yang ternyata tidak dijalankan dengan benar, sehingga hasil pengolahannya pun menjadi tidak optimal (Petrus Nugro Rahardjo, 2008). Terdapat banyak metode dalam pengolahan limbah yaitu secara fisika, kimia, dan biologi.Pengolahan secara biologi bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan kandungan organik dalam limbah oleh mikroorganisme menjadi zat-zat lain yang lebih stabil. Tipe proses pengolahan secara biologi secara aerob yang sering digunakan antara lain: Activated Slude Process (proses lumpur aktif), StabilizationPonds (kolam stabilitas), Trickling Filter, dan Rotating Biological Contactors (muljadi.dkk, 2005). crassipes) merupakan salah satutumbuhan air yang sering
digunakandi dalam pengolahan limbah cairsecara fitoremediasi. Limbah cair industri kelapa sawit memiliki kadar air 95%, padatan dalam bentuk terlarut/tersuspensi 4,5%, sisa minyak dan lemak emulsi 0,5 – 1%. Selama proses, asam lemak bebas akan dilepaskan. Limbah cair industri kelapa sawit juga memiliki temperature yang tinggi yaitu 60 – 80 o C karena limbah tersebut berasal dari proses kondensasi serta mengandung bahan organic yang tinggi sehingga limbah tersebut berpotensi untuk mencemari air tanah dan badan air. pH limbah adalah ≤ 4,3 yang menunjukkan bahwa limbah tersebut mengandung asam mineral atau asam organic. Selain itu, gas CO2 yang dihasilkan dari penggunaan zat organic oleh mikroorganisme, dapat berdifusi dengan air membentuk asam karbonat yang bersifat umum (Kasnawati,2011). Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) pada kolam anaerobik primer dengan WPH 75 hari, menghasilkan LCPKS dengan kisaran biochemical oxygen demand (BOD) 3.500- 5.000 mg L-1 (Pamin et al, 1996). Raharjo (2009) menjelaskan bahwa hasil kolam anaerobik LCPKS dengan WPH 40 hari yang dilanjutnya ke kolam aerobik WPH 60 hari dapat menurunkan biochemical oxygen demand (BOD) dengan kisaran 200230 mg L-1. BOD akan menurun dari 27.000 menjadi 2.500 mg L-1dan diikuti dengan penurunan kandungan unsur hara N P dan K pada LCPKS sampai 40% setelah dilakukan pengolahan standar pabrik pada kolam anaerob sekunder jika dibandingkan dengan sebelum dilakukan pengolahan
(Budianta, 2005). Penurunan BOD setelah dilakukan pengolahan akan diikuti dengan penurunan kandungan unsur hara N, P dan K dari limbah cair pabrik kelapa sawit (Simanjuntak, 2009). Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) tidak dapat secara langsung dimanfaatkan sebagai pupuk organik karena dapat menurunkan kualitas lingkungan. Standar kualitas limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2003 dengan kadar BOD sekitar 3000 – 5000 mg L-1 dan pH 6,5 – 7,5 (Ida Nursanti.dkk,2015). Eceng gondok merupakan gulma di air karena pertumbuhannya yang begitu cepat.Karena pertumbuhan yang cepat, maka eceng gondok dapat menutupi permukaan air dan menimbulkan masalah pada lingkungan. Selain merugikan karena cepat menutupi permukaan air, eceng gondok ternyata juga bermanfaat karena mampu menyerap zat organik, anorganik serta logam berat lain yang merupakan bahan pencemar (R.D.Ratnani,2011). Eceng gondok mempunyai kemampuan berkembang biak dengan cepat (Wolverton et al, dalam Anonim, 1986) dan eceng gondok mempunyai kemampuan menyerap unsur hara, senyawa organik dan unsur kimia lain dari air limbah dalam jumlah yang besar (Badrus Zaman,2006). Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan tanaman air untuk menyaring bahan-bahan yang larut di dalam limbah cair potensial untuk dijadikan bagian dari usaha pengolahan
limbah cair (Vidali.M, 2001). Proses pengolahan limbah cair dalam kolam yang menggunakan tanaman airterjadi proses penyaringan dan penyerapan oleh akar dan batang tanaman air, proses pertukaran dan penyerapan ion, dan tanaman air juga berperan dalam menstabilkan pengaruh iklim, angin, cahaya matahari dan suhu (Petanidesa, 2005). Dengan demikian untuk menurunkan BOD menjadi <100 mg/l ini salah satunya dapat dilakukan secara biologis yaitu dengan cara biofilter, misalnya dengan menmanfaatkan eceng gondok, yaitu sejenis tanman air sekitar terdapat sekelompok mikroba rhizofer yang dapat dimanfaatkan untuk mengolah air buangan terutama dalam penguraian benda-benda organik dan anorganik (Suriawiria,2008). Dari hasil survei awal pemeriksaan keadaan BOD yang peneliti lakukan pada daerah air limbah pabrik kelapa sawit (PKS), di kolam anaerobik dengan melakukan uji coba sekitar 278 mg/l, dan standard baku mutu BOD 100 mg/l. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mencoba mencari suatu alternatif pengolahan air limbah dengan menggunakan bahan yang mudah didapat ekonomis dan pertimbangan pemanfaatannya masih efisienmaka penulis tergugah untuk membuat penelitian yang berjudul pengaruh eceng gondok terhadap kadar biological oxygen demand (BOD) di limbah hasil produksi PTP.Nusantara II kecamatan pagar merbau kabupaten deli serdang tahun 2015.
1.2
Identifikasi Masalah Maka dengan adanya penelitian ini peneliti dapat berharap bahwa eceng gondok mampu menurunkan konsentrasi biological oxygen demand (BOD) air limbah pada pengolahan kelapa sawit. 1.3 Batasan Masalah Pada kadar berapa eceng gondok yang efektif untuk menurunkan biological oxygen demand (BOD) pada air limbah pengolahan sawit. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh eceng gondok terhadap kadar biological oxygen demand (BOD) di limbah hasil produksi PTP.Nusantara II kecamatan pagar merbau kabupaten deli serdang tahun 2015. 1.5 Tujuan Penelitian a Tujuan Umum Untuk Mengetahui Pengaruh Eceng Gondok Terhadap Penurunan Kadar Biological Oxygen Demand (BOD) di Limbah Hasil Produksi PTP.Nusantara II Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015. b Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui kadar BOD air limbah pada pengolahan pabrik kelapa sawit sebelum pemberian eceng gondok. 2. Untuk mengetahui kadar BOD air limbah pada pengolahan pabrik kelapa sawit sesudah pemberian eceng gondok.
1.6
Manfaat Penelitian 1. Bagi pabrik kelapa sawit Sebagai modifikasi teknologi pengolahan limbah industri kelapa sawit. 2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan tambahan bacaan di perpustakaan Delihusada Delitua dalam menunutun kegiatan proses pembelajaran, serta sebagai bahan masukan untuk pengembangan penelitian dan ilmu pengetahuan yang baru buat kedepannya. 3. Bagi Penulis Menambah pengetahuan dan pengalaman baru dalam melakukan penelitian serta dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dengan keadaan di masyarakat khususnya pada pengaruh ecenk gondok terhadap kadar biological oxygen demand (BOD) di limbah hasil produksi PTP.Nusantara II kecamatan pagar merbau kabupaten deli serdang tahun 2015.
Postest, dimana tidak ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi sudah dilakukan observasi pertama (pretest).
Adapun jenis dan rancangan penelitianya adalah : 01
02
X Keterangan : 01 : Air limbah pabrik kelapa sawit sebelum perlakuan eceng gondok 1,5 kg/15 liter air limbah. 02 : Air limbah pabrik kelapa sawit sesudah dengan perlakuan eceng gondok 1,5kg/15 liter air limbah. X : Eceng gondok dengan dosis 1,5 kg/15 liter. Dimana untuk masing-masing perlakuan dilakukan ulangan sebanyak tiga kali, dengan cara membuat satu wadah dalam setiap perlakuan, kemudian dari setiap perlakuan diambil masing-masing sampel satu sampel dan dicatat hasil hari kelima perubahan masing-masing perlakuan.
METODE PENELITIAN 2.2 2.1
Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat Eksperimental, yaitu suatu kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang di timbulkan sebagai akibat adanya perlakuan eceng gondok. Rancangan penelitian yang dilakukan adalah One Group Pretest-
Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di PKS PTP.Nusantara II, pagar merbau tahun 2015. Alasan peneliti untuk memilih lokasi penelitian ini adalah 1. Sesuai data yang peneliti peroleh dari sampel air limbah yang
b.
diperiksakan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Medan menunjukkan kandungan BOD pada air limbah memiliki nilai ambang batas yang tidak diperolehkan. 2. Belum pernah ada penelitian air limbah yang mengandung BOD tinggi yang dilakukan di PKS PTP. Nusantara II Pagar Merbau. Waktu Penelitian Waktu penelitian akan dilaksanakan dari bulan Juli 2015.
2.3
Jadwal Penelitian Adapun pelaksanan kegiatan penelitian dilaksanakan dari bulan Juli–September 2015 2.4
Objek Penelitian Air limbah pengolahan kelapa sawit yang diambil pada kolam pengolahan air limbah yaitu kolam anaerobik sekunder dari PKSPTP.Nusantara II Pagar Merbau dengan volume 45 liter dimana masing–masing wadah berisi 15 liter yang terdiri dari 3 wadah dengan perlakuan eceng gondok 1,5 kg/15 liter air limbah pabrik kelapa sawit. 2.5 Metode Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan dua cara antara lain : 1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini di dapat dari hasil pemeriksaan sampel air limbah pengolahan kelapa sawit di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL).Sampel air limbah tersebut di ambil dari kolam air limbah di pabrik pengolahan kelapa sawit tepatnya di kolam anaerobik. Diambil dengan menggunakan botol aqua 600ml, pengambilan sampelnya dilakukan dengan cara memasukkan botol aqua kedalam kolam air limbah anaerobik tersebut dengan posisi botol berdiri lalu botol ditutup di dalam air tersebut, sehingga oksigen yang berada di udara tidak ikut masuk juga kedalam botol yang sudah tersisi air limbah tersebut. Kemudian air limbah tersebut di bawa ke Laboratorium BTKL untuk di lihat jumlah BOD pada air limbah tersebut dengan waktu ± 12 hari. 2. Data Sekunder Adapun data sekunder penelitian ini didapat dari air limbah pengolahan kelapa sawit di PKS PT.Perkebunan Nusantara II, Pagar Merbau. 2.6 Variabel dan Defenisi Operasional 1. Variabel Menurut hubungan anatara satu variabel dengan variabel yang lain maka macam-macam variabel dan penelitian dapat di bedakan menjadi.
a. Variabel Independent : Dalam bahasa indonesia variabel ini sering disebut disebut variabel terikat. sebagai variabel stimulus. Variabel terikat Dalam bahasa indonesia merupakan variabel yang sering disebut variabel dipengaruhi atau yang bebas. Variabel bebas menjadi akibat karena adalah variabel yang adanya variabel bebas. mempengaruhi atau yang 2. Definisi Operasional menjadi sebab Definisi Operasional perubahannya atau merupakan uraian tentang batasan timbulnya variabel variabel yang dimaksud atau tentang dependent (terikat). apa yang diukur oleh variabel yang b. Variabel dependent : bersangkutan. variabel ini sering disebut sebagai variabel output. N Variabel Definisi Satuan Alat Ukur Skala Baku o Operasional Mutu 1 Eceng Tumbuhan air - Kg -Observasi Gondok yang hidupnya Timbangan mengapung atau mengambang yang biasanya dapat ditemui dirawa-rawa, sungai, kolam atau didaerah yang tidak ada aliran air.
2
2.7
BOD Air Limbah Pengolah an Kelapa Sawit (ALPKS)
Banyaknya -mg/l Diukur di Rasio 1.Mem oksigen LAB enuhi dalam ppm dengan syarat atau metode ≤ miligram/liter titrasi 100mg (mg/l) yang Iodometris /l diperlukan untuk menguraikan benda organik oleh bakteri,dibaw ah kondisi suhu tertentu sehingga limbah tersebut menjadi jernih. Untuk itu semua diperlukan waktu Tabel :3.2 Definisi Operasional d. Ambil sampel untuk diperiksa Aspek Pengukuran sebelum perlakuan eceng 1. Cara Perlakuan Sampel a. Letakkan wadah pada gondok sebanyak 600 ml. tempat yang terlindung e. Masukan Eceng gondok ke dari hujan dan gangguan dalam wadah dengan 1,5 kg/15 lainya. liter sebanyak tiga wadah. b. Masukan air limbah f. Setelah lima hari baru diambil pengolahan kelapa sawit sampel untuk pengukuran kedalam tiga wadah BOD, dengan volume tiap masing-masing 15 liter sampel sebanyak 600 ml. dalam setiap wadah, g. Sampel dibawa ke terdiri dari tiga wadah Laboratarium BTKL untuk dengan masing-masing periksa selanjutnya perlakuan eceng gondok dengan 1,5 kg/15 liter. 2. Cara Pemeriksaan Sampel c. Ukur suhu air limbah Sampel yang akan diperiksa yang sudah dituangkan dimasukkan kedalam botol yang kedalam wadah. berwarna sampel, dimana setiap wadah dilakukan pengambilan sebanyak 600
ml air limbah, setalah itu sampel dibawa ke laboratarium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL PP) Kelas 1 Medan. 2.8 Alat dan Bahan yang digunakan 1. Alat yang digunakan a. Statif b. Burret c. Becker Glass d. Labu Erlemeyer e. Pipet 5 ml f. Pipet tetes 2. Bahan yang digunakan a. Eceng Gondok b. Air Limbah 3. Pengolahan Data Setelah data dikumpulkan langkah selanjutnya yang perlu dilakukan ialah mengolah data sedemikian rupa sehingga jelas sifatsifat yang dimiliki data tersebut.Untuk dapat melakukan pengolahan data dengan baik, data tersbut perlulah diperiksa terlebih dahulu, apakah telah sesuai seprti yang diharapkan atau tidak. Tahap pemeriksaan data tersebut adalah sebagai berikut : a. Editing Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan kelengkapan data apakah data tersebut tidak lengkap atau belum, kemudian memeriksa kesinambungan data dan memeriksa keseragaman data. b. Coding Setelah editing selesai dilakukan, langkah selanjutnya yang ditempuh ialah melakukan pengetahuan kodean data (koding).Koding ini di pandang perlu karena data yang terkumpul banyak macamnya.
c.
Tabulasi Setelah editing dan koding selesai dilakukan langkah selanjutnya yang ditempuh ialah mengelompokkan data tersebut kedalam suatu label tertentu menurut sifat-sifat yang dimilikinya, sesuai dengan tujuan penelitian pekerjaan pengelompokkan data dalam bentuk table menurut sifat-sifat tersebut, dalam penelitian tersebut disebut dengan nama tabulasi. 2.9 Analisa Data Data yang diperoleh lalu dikumpulkan di edit untuk memeriksa kelengkapan data dan diberi kode untuk memudahkan proses entri data selanjutnya dilakukan analisa data yang meliputi. 1. Analisa Univariat Analisa data dengan mendistribusikan variabel – variabel penelitian yang sedangkan nilai BOD yang telah diperiksa di laboratarium dan dibandingkan dengan Men Lingkungan Hidup No 51/MenLH/10/1995 tentang Nilai Baku Mutu Air Limbah Bagi kegiatan industri. 2. Analisa Bivariat Untuk mengetahui keefektifan media eceng gondok sebagai penurunan kadar BOD air limbah kelapa sawit digunakan uji berpasangan (paired t test) dan diolah mengunakan komputer, kemudian dianalisa. Analisa ini menggunakan tingkat kepercayaan 95% (p≤0,05), jika hasil p lebih kecil 0,05, maka Ha diterima.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 3.1.1
Hasil Penelitian Gambaran UmumPabrik Kelapa Sawit (PKS) Pagar Merbau PTP Nusantara II merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sebelumnya Perusahaan ini dikuasai oleh Verenigde Dely My (VDM) yang merupakan salah satu Maskapai milik Belanda yang terbatas pada sektor Perkebunan Tembakau Deli dan setelah terjadi peralihan keuasaan Belanda kepada Indonesia perusahaan ini dikenal dengan nama NV. Deli Maskapai (MODTCVHAPPY) yang berkantor pusat di kota medan. Kemudian dengan peraturan pemerintah perusahaan ini diberi nama perusahaan Negara Tembakau Deli (PTPND–I). Pada awal berdirinya Perkebunan Nasional Pagar Marbau adalah dibawah naungan PTP IX. Awalnya PTP IX hanya menanam tembakau sebagai hasil Utama.Namun sesuai dengan izin disifikasi usaha dari Menteri Pertanian dengan surat keputusan No.393/KPTS/UM/1970 tanggal 6 Agustus 1970 untuk Kebun Pagar Marbau dan Kebun Kuala Namu maka Kebun Tembakau dikonversikan menjadi kebun Kelapa Sawit. Kebun Tembakau yang dikonversikan adalah kebun dengan jenis tanah yang digolongkan kelas tiga untuk tembakau yang produksinya rendah disebabkan penyakit layu yang tinggi. Dengan perkataan lain jika perkebunan tersebut dipertahankan
untuk penanaman Tembakau akan menimbulkan kerugian terus menerus. PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Pagar Marbau direncanakan pada tahun 1974 oleh Direksi PTP IX. Pada tahun 1975 pembangunan pabrik dimulai dengan kapasitas produksi awal 30 ton TBS (Tandan Buah Segar) per jam dari yang direncanakan 60 Ton per jam. Sebagai supplier adalah USINE DE WECKER, Luxemburg (UDW), dan dalam hal ini menunjuk PT. Atmindo Medan sebagai sub Kontraktor yang melakukan sebagian besar Pabrikasi. Sedang pekerjaan lain diluar supplier UDW seperti Water Treatmen Plant,Laboratorium, Work Shop, Incenerator, Kantor,Drainase dan lain lain dipekerjakan oleh pemborong lokal. Untuk menjamin Suplply berkualitas baik, PT Nrada Konsultan Bandung ditunjuk sebagai Konsultan PT Perkebunan IX. Penyelesaian pembangunan pabrik pada akhir November 1976 dan kemudian dilakukan Individu test, pemanasan perlahan lahan , pembersihan dan trial run. Pada awal Januari 1977 pabrik mulai beroperasi secara berangsur angsur untuk kemudian mencapai kapasitas penuh (30 ton/jam) pada awal Pebruari 1977 dan dilanjutkan dengan commissioning pada akhir Februari 1977. Pabrik Kelapa Sawit Pagar Marbau diresmikan secara simbolis oleh Bapak Suharto pada tanggal 4 April 1977 dengan penandatanganan prasasti di Perkebunan Adolina PT Perkebunan IV. Dalam usaha peningkatan Kapasitas pabrik dari 30 ton TBS/jam menjadi 60 ton TBS/jam telah dibangun secara bertahap
Instalasi kedua (second Line) mulai tahun 1983 dan selasai tahun 1985. 3.2 Hasil Penelitian Pengukuran terhadap sampel air limbah pengolahan kelapa sawit yang akan diperiksa meliputi BOD sebelum dan sesudah perlakuan eceng gondok. a BOD Air Limbah Sebelum Perlakuan Eceng Gondok Dengan Dosis Eceng Gondok. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di PKS PTPN II Pagar Merbau terhadap BOD air
3.2.1
Analisa Univariat Hasil kegiatan pengukuran BOD air limbah kelapa sawit PTPN II Pagar Merbau, dimana sampel ini diambil dari kolam anaerobik sekunder.
limbah sebelum dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan Eceng Gondok dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.1 Nilai BOD Air Limbah Sebelum Perlakuan Eceng Gondok di PKS PTP. Nusantara II Pagar Merbau Tahun 2014 No Ulangan
BOD Sebelum Perlakuan Eceng Gondok
I II III Jumlah Rata-rata
278 mg/l 278 mg/l 278 mg/l 834 mg/l 278 mg/l
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata BOD air limbah di PKS PTPN II Pagar Merbau sebesar 278 mg/l (miligram/liter) b BOD Air Limbah Sesudah Perlakuan Eceng Gondok Dengan Dosis Eceng Gondok Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di PKS PTPN II
Pagar Merbau terhadap BOD air limbah sesudah dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan eceng gondok dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.2 Nilai BOD Air Limbah Sesudah Perlakuan Eceng Gondok di PKS PTP. Nusantara II Pagar Merbau Tahun 2015 No Ulangan
I II III Jumlah Rata-rata
Sesudah Perlakuan Eceng Gondok Selama 5 Hari Dosis 1,5 kg/ 15 liter 122.4 mg/l 0.4 mg/l 0.4 mg/l 123.2 mg/l 41.0 mg/l
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa hasil pengukuran BOD pada dosis eceng gondok 1,5 kg/15 liter rata-rata 41.0 mg/l (miligram/liter).
c
BOD Air Limbah Sesudah Perlakuan Eceng Gondok Dengan Dosis Eceng Gondok
Adapun hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.3 Nilai BOD Air Limbah Sebelum dan Sesudah Perlakuan Eceng Gondok di PKS PTP. Nusantara II Pagar Merbau Tahun 2015 No Ulangan
Sebelum Perlakuan Eceng Gondok
I II III Jumlah Rata-rata
278 mg/l 278 mg/l 278 mg/l 834 mg/l 278 mg/l
Sesudah Perlakuan Eceng Gondok Eceng Gondok Penurunan BOD Dengan Dosis 1,5 Eceng Gondok kg/15 liter Dengan Dosis 1,5 kg/15 liter 122.4 mg/l 155,6 mg/l 0.4 mg/l 277,6 mg/l 0.4 mg/l 277,6 mg/l 123.2 mg/l 710,8 mg/l 41.0 mg/l 237mg/l
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa hasil pengukuran BOD sebelum perlakuan Eceng Gondok yaitu rata-rata 278 mg/l (miligram/liter), sedangkan sesudah perlakuan eceng gondok dengan dosis 1,5 kg/15 liter air limbah rata-rata kadar BOD yaitu 41,0 mg/l (miligram/liter) dengan penurunan
kadar BOD 237 mg/l (miligram/liter). Maka dapat disimpulkan terjadi penurunan sesudah dilakukan perlakuan eceng gondok daripada sebelum perlakuan eceng gondok. 1. Analisa Bivariat Teknik yang dipergunakan untuk menganalisis data yang didapat dari hasil penelitian adalah teknik uji t
berpasangan ( pairedt test )dengan terhadap penurunan kadar BOD air taraf signifikan 5% untuk mengetahui limbah pada pengolahan kelapa sawit apakah ada pengaruh eceng gondok di PKS PTPN II Pagar Merbau. Tabel 3.4 Penurunan BOD Sebelum dan Sesudah Perlakuan Eceng Gondok Pada Air Limbah PKS PTPN II Selama Lima Hari. No Ulangan
Sebelum Perlakuan
I II III Total
278 mg/l 278 mg/l 278mg/l 834 mg/l
Sesudah Perlakuan Eceng Gondok 1,5 kg/15 liter 122,4 mg/l 0,4 mg/l 0,4 mg/l 123,2 mg/l
P Value
0,028
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat disimpulkan bahwa BOD mengalami penurunan sesudah perlakuan eceng gondok 1,5 kg/15 liter air limbah PTPN II. Berdasarkan uji t berpasangan (paired t test) diperoleh nilai p (0,028) < α (0,05) dengan demikian Ho ditolak artinya ada pengaruh pemberian eceng gondok terhadap penurunan BOD air limbah pada pabrik Kelapa Sawit.
PEMBAHASAN 3.3 Analisa Univariat Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap perlakuan dosis eceng gondok untuk menurunkan BOD air limbah, maka dengan ini peneliti menguraikannya sebagai berikut : BOD adalah jumlah oksigen yang digunakan untuk menguraikan zat-zat organik secara biologis. Hasil pengukuran BOD pada air limbah PKS PTPN II Pagar Merbau sebelum perlakuan eceng gondok yang di ambil dari kolam anaerobik sekunder adalah 278 mg/l, sehingga untuk dibuang ke badan air belum memenuhi syarat karena dapat menyebabkan pencemaran terhadap biota air, tanah dan sumber air yang semestinya masih bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan juga angka
sebesar 278 mg/l masih melebihi NAB atau bertentangan dengan surat keputusan Men.LH No.51/Men.LH/10/1995, dimana batas maksimum BOD air pengolahan limbah kelapa sawit adalah 100 mg/l, dilihat bahwa hasil pengukuran BOD sebelum perlakuan Eceng Gondok yaitu rata-rata 278 mg/l (miligram/liter), sedangkan sesudah perlakuan eceng gondok dengan dosis 1,5 kg/15 liter air limbah rata-rata kadar BOD yaitu 41,0 mg/l (miligram/liter) dengan penurunan kadar BOD 237 mg/l (miligram/liter). Maka dapat disimpulkan terjadi penurunan sesudah dilakukan perlakuan eceng gondok daripada sebelum perlakuan eceng gondok.
3.3.1
Analisa Bivariat Setelah perlakuan eceng gondok terjadi penurunan BOD ratarata dengan dosis 1,5 kg/15 liter 237 dari 278 mg/l. Maka dari hasil perlakuan dengan dosis, BOD air limbah tersebut masih diatas baku mutu yang diizinkan untuk dibuang ke badan air. Dalam penelitian ini titik pengambilan sampel air limbah adalah pada kolam anaerobik sekunder, karena pada kolam ini nilai BOD nya masih rendah dibanding dengan kolam yang lain dan juga sebagai proses pengolahan terakhir yang akan dibuang ke areal tanaman kelapa sawit. Eceng gondok sangat peka terhadap keadaan yang unsur haranya di dalam air kurang mencukupi tetapi mempunyai respon terhadap konsentrasi unsur hara yang tinggi. eceng gondok mempunyai kemampuan menyerap unsur hara, senyawa organik dan unsur kimialain dari air limbah dalam jumlah yang besar. Akar eceng gondok berupa serabut yang penuh dengan bulu akar, tudung akarnya berwarna merah. Bulu-bulu akar berfungsi sebagai pegangan atau jangkar, dan sebagian besar berguna untuk mengabsorbsi zat-zat makanan dalam air (Eames dan Daniel, 1947 dalam Nurhayati,1989). Pendapat saya sebagai peneliti dengan perlakuan eceng gondok dilakukan dalam waktu 5 hari, yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan eceng gondok itu sendiri dalam menurunkan kadar BOD air limbah. Dalam pelaksanaan percobaan ini angka BOD sebelum perlakuan eceng gondok yaitu sebesar 278 mg/l,
sedangkan angka BOD turun dengan rata-rata sampai 237 mg/l . Hal ini terjadi karena adanya proses pengendapan selama 5 hari, dan kemampuan udara mensuplai oksigen terhadap air limbah serta dalam pelaksanaan penelitian ini, wadah ditempatkan pada ruangan yang terlindung oleh pancaran langsung sinar matahari, juga terhindar dari gangguan-gangguan lain seperti hujan, binatang-binatang pengganggu selama peelitian berlangsung. Maka berdasarkan uji berpasangan (paired t test) diperoleh nilai p (0,028) < α (0,05) dengan demikian Ho ditolak artinya ada pengaruh pemberian eceng gondok terhadap penurunan BOD air limbah pada pengolahan kelapa sawit. Setelah dilakukan pemeriksaan selama 5 hari, dapat dilihat dari hasil penurunan BOD air limbah PKS, disebabkan oleh kemampuan akar eceng gondok tersebut yang mampu menyerap zat-zat organik yang terdapat dalam air limbah tersebut. Adapun ini sesuai dengan teori yang terdapat dalam buku “ Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan Buangan Secara Biologis”, (Suriiawira, 2008). KESIMPULAN DAN SARAN 4.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebelum perlakuan eceng gondok, BOD air limbah pada pengolahan pabrik kelapa
2.
4.2 1.
2.
3.
sawit sangat tinggi yaitu ratarata 278 mg/l. Ada pengaruh sesudah pemberian eceng gondok untuk menurunkan kadar BOD dari air limbah kelapa sawit.. Saran Bagi pabrik kelapa sawit Sebagai modifikasi teknologi pengolahan limbah industri kelapa sawit. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan tambahan bacaan di perpustakaan Delihusada Delitua dalam menunutun kegiatan proses pembelajaran, serta sebagai bahan masukan untuk pengembangan penelitian dan ilmu pengetahuan yang baru buat kedepannya. Bagi Penulis Menambah pengetahuan dan pengalaman baru dalam melakukan penelitian serta dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dengan keadaan di masyarakat khususnya pada pengaruh ecenk gondok terhadap kadar biological oxygen demand (BOD) di limbah hasil produksi PTP.Nusantara II kecamatan pagar merbau kabupaten deli serdang tahun 2015.
DAFTAR PUSTAKA Depkes R.I. 1999. Indonesia Sehat 2010 Visi Baru, Misi Kebijakan dan Strategi Kesehatan. Jakarta. Effeni, Farid. Diktat Kuliah Pengolahan Limbah Industri.Surabaya: Teknik Kimia ITS Ferdiaz, Srikandi. 2011. Polusi Air dan Udara.Kanisius.Yogyakarta. Hakim Nur Izam. 2012. Pemanfaatan Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) Sebagai Media Bioremediasi Terhadap Penurunan Kadar Total Suspended Solid (TSS). Diakses Tanggal 15 Februari 2015. journal.unnes.ac.id/sju/index.php/uj ph/article/download/177/185 Henze,Mogenz.1995. Waste Water Treatment Biological and Chemical Process. Germany: Springer-verlagheidelberg Kasnawati. 2011.Penggunaan Limbah Sabut Kelapa Sawit Sebagai Bahan Untuk Mengolah Limbah C air. Diakses Tanggal 8 Februari 2 015. http://www.iltekuim.org/jurn al/fileku/11.%20 Kasnawati.pdf Moertinah,Sri. 2010. Kajian proses anaerobik sebagai alternatif teknologi pengolahan air limbah industri organik tinggi. Diakses Tanggal 10 April 2015. email :
[email protected] Muljadi.dkk. 2005.Penurunan Kadar BOD Limbah Cair Secara Proses Biologi dengan Tipe Rotating Biological Contactors (RBCs).Diakses Tanggal 8
Februari 2015.http://core.ac.uk/download/p df/12345583.pdf Nainggoan, Hamonangan. 2011. Pengolahan Limbah Cair Industri Perkebunan dan Air Gambut Menjadi Air Bersih.USU Press. Medan Nano smart Filter.2015. Dampak Pencemaran Air Terhadap Lingkungan.Diakses Tanggal 15 Februari 2015.http:///nanosmartfilter.com Nursanti, Ida. Budianta Dedik, Napoleon. A dan Parto Yakup. 2015. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Kolam Anaerob Sekunder I Menjadi Pupuk Organik Melalui Pemberian Zeolit. Diakses Tanggal 15 Februari 2015.http://satek.unila.ac.id/wpcontent/uploads/2014/03/6-30.pdf Profil PTP. Nusantara II Pagar Merbau Tahun 2014.
Ratnani,D. Rita 2011. Biologi GulmaGulma Eceng Gondok.Diakses Tanggal 10 Januari 2015.http://eprints.undip.ac.id/519 /1/hal_49-54.pdf Suriawiria, Unus, 2008. Mikrobiologi Air dan Dasar- dasar Pengolahan Buangan Secara Biologis.Bandung. Sugiharto, 2008.Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah. Universitas Indonesia, Jakarta. Sumantri, Arif . 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Kencana. Jakarta. Syafriadiman, 2007.Toksisitasi Limbah Industri Kelapa Sawit Terhadap Kelimpahan Algae Hijau (Ulothrix Implexa). D iakses Tanggal 10 April 2015. http ://download.portalgaruda.org/artic le.php?article=106569&val=2275 Tjitrisoepomo, Gembong. 1992. Morfologi Tumbuhan.Gadjahmada University press.Jogyakarta.
Rahardjo, Nugro Petrus. 2008. Widya, Pranata. 2012. BOD dan COD Pengolahan Limbah Cair Pabrik Sebagai Parameter Pencemaran Kelapa Sawit dengan Bioreaktor Air dan Baku Mutu Air Limbah. Anaerobik Biakan Melekat dalam Diakses Tanggal 10 Juni Skala Laboratorium Pengamatan 2015.http:///widyapranata. Pengurangan BOD, COD dan TSS Wordpres.com dengan Variabel Waktu Tinggal.Diakses Tanggal 8 Zaman, Badrus. 2006. Biologi Gulma – Gulma Februari Eceng Gondok. Diakses Tanggal 4 2015.http://kelair.bppt.go.id/Jtl/20 Februari 2015. http://www. 08/khusus/08anaerob.pdf uny.ac.id.net