TESIS
PENGARUH DIVERSITAS PENGURUS PADA LUAS PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
NI MADE RAHINDAYATI
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
TESIS
PENGARUH DIVERSITAS PENGURUS PADA LUAS PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
NI MADE RAHINDAYATI NIM 1291662001
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 i
PENGARUH DIVERSITAS PENGURUS PADA LUAS PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana
NI MADE RAHINDAYATI NIM 1291662001
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 ii
LEMBAR PENGESAHAN TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 16 MARET 2015
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE, MM, Ak., CPA NIP 19590510 199003 1 001
Dr. Ni Ketut Rasmini, SE, MSi., Ak NIP 19661008 199303 2 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA.,Ak NIP 19641224 199103 1 002
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP. 19590215 198510 2 001
iii
Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 30 Januari 2015
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No: 0284/UN14.4/HK/2014, Tanggal 28 Januari 2015
Ketua
: Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE, MM, Ak., CPA
Anggota : Dr. Ni Ketut Rasmini, SE, MSi., Ak Dr. I Ketut Budiartha, SE, Msi., Ak Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, SE, Msi Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE, Msi., Ak
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama
: Ni Made Rahindayati
NIM
: 1291662001
Program Studi : Magister Akuntansi Judul Tesis
: Pengaruh Diversitas Pengurus pada Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas dari plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah Tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 16 Maret 2015
Ni Made Rahindayati
v
UCAPAN TERIMA KASIH Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah melimpahkan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Diversitas Pengurus pada Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penulis menyadari sepenuhnya tesis ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan tesis ini. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Udayana Bapak Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Universitas Udayana. 2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Ibu Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. 3. Bapak Prof. Dr. I.G.B. Wiksuana, SE, MS. selaku Dekan Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 4. Bapak Dr. I Gst. Wayan Murjana Yasa, SE., M.Si. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 5. Bapak Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak., dan Bapak Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 6. Bapak Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA., Ak selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi (MAKSI) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bapak dan Ibu Dosen, serta seluruh staf yang telah mendidik dan membantu proses penyelesaian tesis ini. 7. Bapak Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE, MM, Ak., CPA. sebagai Dosen Pembimbing Akademis sekaligus Pembimbing I beserta Ibu Dr. Ni Ketut Rasmini, SE, MSi., Ak. sebagai Pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktunya dan dengan sabar telah memberikan bimbingan dan masukan serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. 8. Bapak Dr. I Ketut Budiartha, SE, Msi., Ak., Ibu Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, SE, Msi. beserta Bapak Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE, Msi., Ak. sebagai Penguji yang dengan penuh perhatian memberi kritik dan saran untuk perbaikan tesis ini kepada penulis. 9. Bapak Daniel Andreas Madre, MSc. sebagai atasan di tempat kerja yang telah berkenan memberikan kesempatan, dukungan moral dan material serta motivasi kepada penulis. 10. Orang tua dan mertua tercinta, Ayah I Made Weda (Alm), Ibu Ni Ketut Lalisadi, I Ketut Miasa, Ni Ketut Murni, suami tercinta I Wayan Setiasa MT., anak tersayang I Putu Wiguna Mahardika, kakak tersayang I Putu Sindhuyasa AP, Msi. yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dukungan moral, dan material kepada penulis. 11. Rekan-rekan seperjuangan khususnya Agung Pradnya Dewi, Novia Hapsari, dan Laksmi Cintya serta seluruh rekan-rekan MAKSI Angkatan XI, sahabat dan teman Yuniasih, Krisna Devi dan semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, kritik dan saran dalam penulisan tesis ini. Denpasar, Maret 2015 Penulis vi
ABSTRAK PENGARUH DIVERSITAS PENGURUS PADA LUAS PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh diversitas pengurus yang terdiri dari diversitas gender, diversitas kebangsaan, diversitas pendidikan dan proporsi komisaris independen pada luas pengungkapan Corporate Sosial Responsibility (CSR). Sektor keuangan merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam perekonomian di Indonesia. Guna menjaga stabilitas usaha, perusahaan diharapkan dapat menunjukkan kepeduliannya pada lingkungannya, salah satunya dalam bentuk CSR. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa diversitas gender, diversitas kebangsaan, diversitas pendidikan dan proporsi komisaris independen berhubungan dengan luas pengungkapan (Permatasari, 2009; Nalikha, 2009; Rovers, 2010; Yuniasih dkk, 2011) Data yang digunakan adalah data sekunder eksternal berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 - 2012. Pemilihan sample dengan metode purposive sampling dan diperoleh 52 perusahaan dengan jumlah pengamatan sebanyak 204. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil pengujian menunjukkan bahwa diversitas gender, diversitas kebangsaan, diversitas pendidikan dan proporsi komisaris independen berpengaruh positif pada luas pengungkapan CSR. Kata kunci : diversitas pengurus, pengungkapan, CSR, perusahaan sektor keuangan.
vii
ABSTRACT THE EFFECT OF BOARD DIVERSITY ON CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE OF FINANCIAL SECTOR COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
This study aimed to determine the effect of board diversity consisting of gender diversity, nationality diversity, educational diversity and proportion of outsider directors in broad disclosure of Corporate Social Responsibility (CSR). The financial sector is one sector which has an important role in the economy in Indonesia. In order to maintain its business stability, company needs to show its environment care in the form of CSR. Results of previous studies show that the gender diversity, nationality diversity, educational diversity and proportion of outsider directors related to disclosure (Permatasari, 2009; Nalikha 2009; Rovers, 2010; Yuniasih et al, 2011). The data used is an external secondary data in the form of financial statements and annual reports financial sector companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2008 -2012. The selection of the sample was based on the purposive sampling method and acquired 52 companies as samples with the number of observations as much as 204. The data analysis technique used is multiple linear regression analysis. The results are variable gender diversity, diversity of nationality, educational diversity and proportion of outsider directors have a positive effect on the CSR disclosure. Key words : board diversity, disclosure, CSR, financial companies
viii
DAFTAR ISI JUDUL PERSYARATAN GELAR LEMBAR PENGESAHAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
Halaman ……………………………………………. i ……………………………………………. ii ……………………………………………. iii …………………………………………….
iv
……………………………………………. ……………………………………………. ……………………………………………. ……………………………………………. ……………………………………………. ……………………………………...…….. ………………………………………...….. ………………………………………...…..
v vi vii viii ix xi xii xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 10 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 10 1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................. 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan.................................................................................... 12 2.2 Teori Ketergantungan terhadap Sumber Daya (Resources Dependence Theory)......................................................... 12 2.3 Diversitas Pengurus............................................................................. 15 2.3.1 Diversitas gender dalam pengurus .......................................... 17 2.3.2 Diversitas kebangsaan anggota pengurus................................ 19 2.3.3 Diversitas latar belakang pendidikan formal anggota pengurus .................................................................................. 20 2.3.4 Proporsi komisaris independen (outside directors) ................ 21 2.4 Pengungkapan Corporate Social Responsibility ................................. 23 2.5 Penelitian Sebelumnya ........................................................................ 24 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Rerangka Berpikir................................................................................. 27 3.2 Konsep …. ............................................................................................ 30 3.3 Hipotesis Penelitian .............................................................................. 30 3.3.1 Diversitas gender dan pengungkapan CSR ............................. 30 3.3.2 Diversitas kebangsaan dan pengungkapan CSR ..................... 31 3.3.3 Diversitas pendidikan dan pengungkapan CSR ...................... 32 3.3.4 Proporsi komisaris independen dan pengungkapan CSR ....... 33 ix
BAB IV 4.1 4.2 4.3
METODA PENELITIAN Rancangan Penelitian ........................................................................... 35 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 37 Data Penelitian ...................................................................................... 37 4.3.1 Jenis data ................................................................................... 37 4.3.2 Sumber data .............................................................................. 38 4.3.3 Metoda penentuan sampel ........................................................ 39 4.4 Variabel Penelitian ............................................................................... 39 4.4.1 Identifikasi variabel .................................................................. 39 4.4.2 Definisi operasional variabel .................................................... 40 4.5 Analisis Data......................................................................................... 43 4.5.1 Uji asumsi klasik....................................................................... 43 4.5.2 Pengujian hipotesis penelitian .................................................. 45
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Statistik Deskriptif ................................................................................ 48 5.2 Hasil Uji Asumsi Klasik ....................................................................... 50 5.2.1 Uji normalitas ........................................................................... 50 5.2.2 Uji multikolinearitas ................................................................. 51 5.2.3 Uji autokorelasi ......................................................................... 52 5.2.4 Uji heteroskedastisitas .............................................................. 53 5.3 Goodness of Fit Model ......................................................................... 54 5.3.1 Koefisien determinasi (R2) ....................................................... 55 5.3.2 Uji kelayakan model (uji statistik F) ........................................ 55 5.4 Model Regresi Berganda yang Terbentuk dan Hasil Pengujian .......... 55 BAB VI 6.1 6.2 6.3 6.4
PEMBAHASAN Pengaruh Diversitas Gender pada Luas Pengungkapan CSR............... 59 Pengaruh Diversitas Kebangsaan pada Luas Pengungkapan CSR.......61 Pengaruh Diversitas Pendidikan pada Luas Pengungkapan CSR……. 62 Pengaruh Proporsi Komisaris Independen pada Luas Pengungkapan CSR .............................................................................. 64 6.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Luas Pengungkapan CSR ............ 65
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan .............................................................................................. 67 7.2 Saran........... .......................................................................................... 69 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN x
DAFTAR TABEL No. Tabel 4.1 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 5.8
Halaman
Proses Pemilihan Sampel............................................................................ 39 Statistik Deskriptif ...................................................................................... 48 Uji Normalitas ............................................................................................ 51 Uji Multikolinearitas................................................................................... 52 Uji Autokorelasi ......................................................................................... 52 Uji Heteroskedastisitas ............................................................................... 53 Koefisien Determinasi ................................................................................ 54 Uji Statistik F .............................................................................................. 55 Hasil Analisis Regresi ................................................................................ 56
xi
DAFTAR GAMBAR No. Gambar 3.2 4.1
Halaman
Konsep Penelitian ........................................................................................ 30 Rancangan Penelitian .................................................................................. 36
xii
DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran 1. 2. 3. 4.
Halaman
Item Pengungkapan CSR Berdasarkan GRI ..................................................... 1 Form Isi Tabulasi .............................................................................................. 6 Statistik Deskriptif .......................................................................................... 12 Hasil Uji Normalitas ....................................................................................... 13 Hasil Uji Multikolinearitas.............................................................................. 13 Hasil Uji Autokorelasi .................................................................................... 14 Hasil Uji Heteroskedastisitas .......................................................................... 15 Koefisien Determinasi..................................................................................... 15 Hasil Uji Statistik F ........................................................................................ 16 Hasil Analisis Regresi ..................................................................................... 16
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Sektor keuangan merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting
dalam perekonomian di Indonesia dan berhubungan langsung dengan masyarakat. Guna menjaga stabilitas usaha, perusahaan diharapkan dapat menunjukkan kepeduliannya pada lingkungannya. Salah satu bentuk kepedulian tersebut adalah program Corporate Social Responsibility (CSR). Isu mengenai variasi pengungkapan CSR sudah mulai didiskusikan di Amerika Serikat sejak tahun 1960 (Janah, 2013). Pelaksanaan CSR di Indonesia sebelumnya hanya bersifat sukarela, namun sejak dikeluarkannya UU No. 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas maka setiap perseroan diwajibkan untuk melaksanakan dan melaporkan aktivitas CSR yang dilakukan dalam laporan tahunan. Pada pasal 66 ayat 2 huruf (c) disebutkan bahwa laporan tahunan harus memuat laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, pasal 15(b) menyatakan bahwa setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Pelaksanaan CSR perusahaan swasta di Indonesia diatur lebih rinci dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas (PT). Pasal 2 menyebutkan bahwa Setiap Perseroan selaku subjek hukum mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan. Pelaksanaan CSR oleh BUMN diatur lebih rinci dalam Peraturan
1
Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL). Peraturan ini mengatur lebih detail mengenai pelaksanaan program CSR yang dilakukan oleh BUMN termasuk besaran persentase yang harus disisihkan dari laba perusahaan untuk kegiatan CSR tersebut. PKBL BUMN dibentuk secara khusus untuk menjalankan salah satu tujuan negara yaitu mengelola sumber daya alam dan aset negara yang diperuntukkan demi kepentingan dan kesejahteraan hidup rakyat Indonesia. Kasus CSR PT Freeport Indonesia merupakan salah satu kasus yang menunjukkan kurangnya tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat yang telah terkena dampak akibat eksploitasi pertambangan yang dilakukan. Sebagai salah satu perusahaan tambang
terbesar di Indonesia, PT. Freeport Indonesia yang
beroperasi sejak tahun 1969 di Papua, sampai dengan saat ini tidak lepas dari konflik berkepanjangan dengan masyarakat lokal, baik terkait dengan masalah adat, sosial
dan kesenjangan ekonomi yang terjadi (Wibisono,2007).
PT. Newmont Minahasa Raya (PTNMR) yang melakukan pembuangan tailing di perairan Teluk Buyat diduga telah mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan perairan teluk tersebut (Zulkarnain,2007). Menurut Herawati (2007) ditemukan adanya aliran zat berbahaya ke Sungai Porong dan Sungai Aloo pada kasus PT. Lapindo Brantas mengingatkan betapa para pengambil keputusan di perusahaanperusahaan belum memahami benar arti penting tanggung jawab perusahaannya terhadap lingkungan luar perusahaan.
2
Wibisono (2007) menyatakan bahwa CSR tidak hanya dilihat sebagai tanggung jawab, namun memiliki manfaat yang besar bagi kelangsungan organisasi itu sendiri. CSR dapat memberikan image sosial yang positif pada masyarakat yang penting bagi perusahaan dengan visibilitas publik yang tinggi seperti bank (Branco dan Rodrigues, 2006). Hal ini dikarenakan pengungkapan keterlibatan masyarakat dan perusahaan berhubungan dengan masyarakat akan menarik untuk diketahui publik, yang ditujukan untuk mendapatkan perhatian masyarakat melalui kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan. Adanya kegiatankegiatan tersebut diharapkan masyarakat tertarik untuk bergabung menjadi bagian dari perusahaan, baik sebagai konsumen maupun investor (Yuniarti, 2007). Brown dan Deegan (1998) menyatakan environmental disclosure penting untuk dilakukan karena melalui pengungkapan lingkungan pada laporan tahunan perusahaan, masyarakat dapat memantau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka memenuhi tanggung jawab sosialnya. Akhirnya pada tahun 2000, Global Reporting Initiative (GRI) yang merupakan program dari Perserikatan Bangsa-Bangsa membuat pedoman tentang Sustainability Reporting yang dapat digunakan perusahaan dalam pengungkapan kegiatan CSR-nya. Program GRI ini dibentuk untuk memberikan pedoman dalam pelaksanaan dan pengungkapan CSR, sehingga dapat diperbandingkan, serta dapat dievaluasi. Pelaksanan dan pengungkapan kegiatan CSR dituangkan dalam bentuk laporan yaitu Sustainability Reporting yang mengikuti guideline GRI. Menurut penelitian Dye dan Sridhar (2008), kecenderungan perbedaan pengungkapan informasi CSR perusahaan dipengaruhi kekhasan industri dan
3
major shareholders.
Perbedaan
shareholders dari
sebuah
entitas akan
mempengaruhi ekspektasi dan kompensasi yang ingin didapatkan dari perusahaan. Perbedaan major shareholders berdampak pada timbulnya perbedaan dalam hal pengambilan keputusan dan kepentingan jangka panjang perusahaan, termasuk keputusan pengungkapan dan pelaksanaan CSR (Yamak dan Suer, 2010 dalam Janah, 2013). Diversitas dewan komisaris dan direksi menggambarkan distribusi perbedaan antara anggota dewan komisaris dan direksi yang berkaitan dengan karakteristikkarakteristik mengenai perbedaan dalam sikap dan opini (Ararat et al., 2010). Walt dan Ingley (2003) dalam Rovers (2010) mendefinisikan diversitas dalam konteks corporate governance sebagai komposisi dewan komisaris dan direksi dan kombinasi dari kualitas, karakteristik, serta keahlian yang berbeda antara individu anggota dewan komisaris dan direksi dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan dan proses lainnya dalam dewan komisaris dan direksi. Salah satu pengambilan keputusan penting dalam perusahaan adalah menentukan bentuk dan besaran CSR yang akan dilakukan serta pengungkapannya sebagai bagian dari informasi keuangan perusahaan. Bentuk dan luas pengungkapan informasi sangat ditentukan oleh tata kelola perusahaan. Salah satu mekanisme dari corporate governance adalah struktur atau komposisi dewan komisaris dan direksi sebagai organ perusahaan yang menjamin penerapan prinsip-prinsip corporate governance dan meningkatkan perlindungan bagi kreditur (Surya dan Yustiavandana, 2006:131). Struktur dewan dalam perusahaan di Indonesia menganut sistem two tier, yakni terdiri dari direksi
4
sebagai pengelola dan komisaris sebagai pihak yang melakukan pengawasan (Wardhani, 2008). Ada dua pandangan yang menjelaskan mengenai peranan dewan komisaris dan direksi dalam perusahaan berdasarkan teori ketergantungan terhadap sumber daya (Pfeffer dan Salancik, 1978). Pandangan yang pertama disebut dengan perspektif hubungan lingkungan (environmental linkage perspective). Perspektif ini menjelaskan bahwa dewan komisaris dan direksi yang merupakan bagian dari perusahaan dan lingkungannya dapat membantu melindungi perusahaan dengan menyediakan informasi dan sumber daya bagi perusahaan. Berdasarkan pandangan ini, secara individual anggota dewan komisaris dan direksi dengan latar belakang yang mungkin berbeda-beda akan menyediakan sumber daya penting bagi perusahaan (Siciliano, 1996). Pandangan ini terkait dengan peranan atau fungsi dewan komisaris dan direksi sebagai pemberi nasehat atau penyedia informasi (advisory/service role) bagi manajemen dalam penyelenggaran perusahaan. Pandangan yang kedua menjelaskan bahwa dewan komisaris dan direksi juga melakukan suatu fungsi pengendalian internal (control role), dan melalui upaya administrasi bisa memengaruhi efisiensi perusahaan. Keberadaan dewan komisaris dan direksi dipandang sebagai mekanisme internal yang mengontrol
tindakan
mementingkan
diri
sendiri
(self-serving
behavior)
manajemen sehingga dapat memaksimalkan nilai pemegang saham. Salah satu isu penting yang berkaitan dengan struktur beserta fungsi dewan komisaris dan direksi adalah adanya diversitas anggota dewan komisaris dan direksi. Menurut Milliken dan Martin (1996) diversitas dewan komisaris dan
5
direksi dibedakan antara diversitas demografi (bisa diamati) seperti: gender, umur, ras, dan kebangsaan, serta diversitas kognitif (tidak bisa diamati) seperti: keahlian (skill) dan pengalaman. Diversitas anggota dewan komisaris dan direksi dianggap memberikan perspektif yang luas dan beragam dalam proses pembuatan keputusan termasuk yang berkaitan dengan CSR (Rao dan Tilt, 2012). Carter et al. (2002) menyatakan bahwa masalah penting dalam tata kelola yang dihadapi oleh manajer, direksi, dan pemegang saham pada perusahaan modern adalah mengenai komposisi gender, ras dan budaya dari dewan komisaris dan direksi. National Association of Corporate Directors Blue Ribbon Commission juga merekomendasikan bahwa diversitas gender, ras, umur, dan kebangsaan harus dipertimbangkan dalam pemilihan dewan komisaris dan direksi. Isu mengenai diversitas dewan komisaris dan direksi serta kode etik perusahaan juga dipertimbangkan ketika menilai efektivitas pengambilan keputusan perusahaan.
Keduanya
dipandang
sebagai
indikator
independensi
dan
akuntabilitas pembuatan keputusan (Maier, 2005). Williams dan O’Reilly (1998) menyebutkan bahwa diversitas dewan komisaris dan direksi yang semakin tinggi akan menimbulkan gaya kognitif yang semakin bervariasi, sehingga semakin memperkaya pengetahuan, kebijaksanaan, ide dan pendekatan yang tersedia bagi dewan komisaris dan direksi, dan pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pengambilan keputusan. Semakin besar diversitas dalam anggota dewan komisaris dan direksi, akan memberikan opini dan alternatif penyelesaian masalah yang semakin beragam, karena adanya perspektif yang heterogen dari individu anggota dewan komisaris dan direksi.
6
Selain itu, diversitas anggota dewan komisaris dan direksi juga memberikan karakteristik unik bagi perusahaan yang dapat menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham dan meningkatkan nilai perusahaan (Carter et al., 2007). Rovers (2010) menjelaskan dua alasan mengapa komposisi dewan komisaris dan direksi yang berkaitan dengan diversitas anggota dewan komisaris dan direksi bisa memengaruhi nilai perusahaan. Alasan pertama adalah karena dewan komisaris dan direksi memiliki pengaruh paling besar dalam pengambilan keputusan strategis perusahaan. Alasan kedua adalah bahwa dewan komisaris dan direksi juga memiliki peranan sebagai pengawas (supervisory role) yakni mewakili kepentingan pemegang saham, harus merespon secara tepat tantangan atau kemungkinan takeover, dan memonitor nilai total perusahaan. Untuk meningkatkan
nilai
perusahaan
salah
satunya
dapat
dilakukan
dengan
pengungkapan informasi CSR. Diversitas dewan komisaris dan direksi dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan kriteria-kriteria yang berkaitan dengan karakteristik demografi anggota dewan komisaris dan direksi berupa gender, dan kebangsaan, serta kriteria-kriteria yang berkaitan dengan karakteristik kognitif anggota dewan komisaris dan direksi berupa latar belakang pendidikan formal dan proporsi komisaris independen. Keberadaan wanita dalam jajaran dewan komisaris dan direksi menandakan bahwa perusahaan memberikan kesempatan yang sama bagi setiap orang (tidak diskriminasi), memiliki pemahaman yang luas mengenai pasar dan konsumen perusahaan, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan reputasi (legitimasi) dan
7
nilai perusahaan (Brammer et al., 2007 dalam Rovers, 2010). Feijoo et al., (2012) menemukan bahwa keterlibatan perempuan dalam dewan komisaris dan direksi berpengaruh pada pola pelaporan CSR. Nalikha (2009) menemukan bahwa keberadaan perempuan dalam dewan komisaris dan direksi tidak berpengaruh signifikan pada luas pengungkapan sukarela perusahaan. Keberadaan anggota dewan direksi asing mampu meyakinkan investor asing bahwa perusahaan dikelola secara profesional (Randoy et al., 2006). Latar belakang pendidikan formal anggota dewan komisaris dan direksi merupakan karakteristik kognitif yang dapat memengaruhi kemampuan dewan komisaris dan direksi dalam pengambilan keputusan bisnis serta mengelola bisnis (Kusumastuti dkk., 2006). Penelitian yang menghubungkan diversitas dewan komisaris dan direksi dengan pengungkapan CSR perusahaan belum banyak dilakukan terutama di Indonesia. Beberapa pelitian yang menghubungkan CSR dan diversitas dewan komisaris dan direksi (Bear et al., 2010; Wang dan Coffey, 1992; Williams, 2003) mengindikasikan bahwa diversitas dapat berpengaruh positif pada beberapa aspek CSR, dan sebagian besar dari penelitian tersebut menguji hubungan variasi diversitas pengurus dengan CSR dan pengungkapan CSR. Permatasari (2009) dengan hasil proporsi dewan komisaris independen, latar belakang budaya presiden komisaris, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap environmental disclosure, sedangkan latar belakang pendidikan, jumlah rapat dewan komisaris, proporsi komite audit independen, jumlah rapat komite audit dan tipe industri tidak berpengaruh terhadap environmental disclosure.
8
Yuniasih dkk. (2011) menemukan bahwa diversitas gender dan diversitas kebangsaan berpengaruh pada pengungkapan informasi modal intelektual, sedangkan diversitas pendidikan dan proporsi komisaris independen tidak menunjukkan adanya pengaruh. Hasil penelitian tentang pengaruh diversitas pengurus pada pengungkapan CSR masih beragam. Selain itu, luas pengungkapan CSR yang wajib dilakukan perusahaan ditentukan secara eksplisit, memotivasi untuk dilakukannya penelitian ini. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan sektor keuangan tahun 2008-2012 yang terdiri dari perusahaan perbankan, asuransi, perusahaan efek, lembaga pembiayaan dan lainnya. Sektor keuangan dipilih karena peranan perusahaan keuangan sangat penting dalam perekonomian negara, yakni mengelola dana publik atau masyarakat. Penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan dalam sektor ini bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada dana masyarakat (Surya dan Yustiavandana, 2006: 116). Selain itu, penerapan tata kelola perusahaan pada sektor keuangan khususnya perusahaan perbankan memiliki aturan yang lebih ketat dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Perioda pengamatan tersebut digunakan karena kewajiban CSR yang ditetapkan pada UU perseroan terbatas baru diterbitkan tahun 2007 dan efektif dilaksanakan pada tahun 2008. Penelitian ini juga menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Ukuran perusahaan merupakan faktor fundamental perusahaan yang mungkin menyebabkan perbedaan luas pengungkapan CSR antara perusahaan besar dan
9
kecil. Oleh karena itu, untuk meminimalkan gangguan faktor tersebut maka ukuran perusahaan digunakan sebagai variabel kontrol. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh diversitas pengurus pada luas pengungkapan CSR perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioda 2008-2012? 1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di
atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh diversitas pengurus pada luas pengungkapan CSR perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioda 2008-2012. 1.4
Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, penelitian ini diharapkan memberikan
manfaat sebagai berikut: (1) Kegunaan teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan referensi penelitian pasar modal mengenai pengaruh keberadaan wanita dalam jajaran dewan komisaris dan direksi, keberadaan anggota dewan komisaris dan direksi dengan kebangsaan asing, variasi latar belakang pendidikan formal anggota dewan komisaris dan direksi, dan proporsi komisaris independen pada luas pengungkapan CSR perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
10
(2) Kegunaan praktis a) Bagi para investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dalam pengambilan keputusan investasi yang akan mereka lakukan, terutama berkaitan dengan keberadaan wanita dalam jajaran dewan komisaris dan direksi, keberadaan dewan komisaris dan direksi asing, variasi umur anggota dewan komisaris dan direksi, variasi latar belakang pendidikan formal anggota dewan komisaris dan direksi, dan proporsi komisaris independen dalam memengaruhi pengungkapan informasi CSR yang dilakukan perusahaan guna meningkatkan
nilai
mempertimbangkan
perusahaan. diversitas
Investor
pengurus
mungkin
perusahaan
dapat sebelum
melakukan investasi. b) Bagi regulator, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan referensi dalam penerapan dan mekanisme tata kelola perusahaan yang baik, terutama mengenai diversitas anggota dewan komisaris dan direksi sebagai salah satu mekanismenya serta tingkat pengungkapan CSR yang dilakukan sesuai dengan diversitas pengurus masing-masing perusahaan. Regulator dapat mempertimbangkan penetapan regulasi mengenai komposisi pengurus sebuah perusahaan sebagai bentuk perlindungan bagi investor.
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Teori Keagenan Jensen dan Meckling (1976) mengemukakan teori keagenan yang
menjelaskan hubungan antara manajemen perusahaan (agen) dan pemegang saham (prinsipal). Dalam hubungan keagenan (agency relationship) terdapat suatu kontrak satu orang atau lebih (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal dan memberi wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Namun, sebaliknya teori keagenan juga dapat mengimplikasikan adanya asimetri informasi. Konflik antarkelompok atau agency conflict merupakan konflik yang timbul antara pemilik dan manajer perusahaan dengan mana ada kecenderungan manajer lebih mementingkan tujuan individu daripada tujuan perusahaan. Adanya tata kelola yang baik diharapkan dapat mengurangi konflik dengan memperkecil asimetri informasi. Salah satu cara menurunkan asimetri informasi yaitu dengan melakukan pengungkapan yang lebih luas. Komposisi dan pola pengungkapan tentunya tidak terlepas dari karakteristik pembuat keputusan. 2.2
Teori Ketergantungan terhadap Sumber Daya (Resources Dependence Theory) Menurut teori ketergantungan terhadap sumber daya (Pfeffer dan Salancik,
1978), terdapat dua pandangan yang menjelaskan mengenai peranan dewan komisaris dan direksi dan kaitannya dengan diversitas pengurus dalam perusahaan. Pandangan yang pertama disebut dengan perspektif hubungan
12
lingkungan (environmental linkage perspective). Perspektif ini menjelaskan bahwa dewan komisaris dan direksi merupakan bagian dari perusahaan dan lingkungannya, dan dengan menyediakan informasi dan sumber daya bagi perusahaan, dewan komisaris dan direksi membantu perusahaan dengan melindunginya dari ketidakpastian lingkungan. Teori ini menjelaskan bahwa organisasi dilihat melekat pada suatu jejaring (network) interdependensi dan hubungan sosial antara perusahaan dengan lingkungan eksternalnya (Pfeffer dan Salancik, 1978). Kebutuhan perusahaan akan sumber daya, termasuk sumber daya finansial dan fisik, serta informasi, diperoleh dari lingkungan, sehingga suatu organisasi secara potensial akan bergantung pada sumber eksternal (lingkungan) untuk dapat sukses dan bertahan hidup (survive). Organisasi perlu berinteraksi dengan pihak-pihak lain yang menguasai dan
mengendalikan
sumber
daya. Tujuannya adalah untuk
memperoleh dan menjaga pasokan sumber daya yang mereka butuhkan. Suatu organisasi akan mencoba mengendalikan sumber daya yang mereka perlukan atau pihak-pihak yang memiliki kontrol atas sumber daya tersebut, terutama jika sumber daya tersebut langka. Hal ini berarti, beberapa organisasi memiliki kekuatan atau kekuasaan lebih dibandingkan dengan organisasi lainnya dikarenakan kontrol yang dimiliki atas sumber daya. Metoda yang digunakan untuk mengontrol ketergantungan ini adalah dengan mengontrol sumber dari ketergantungan tersebut. Salah satu cara organisasi untuk bisa mengelola atau mengontrol ketergantungan mereka terhadap lingkungan adalah dengan menciptakan suatu
13
hubungan antar-perusahaan (inter-firm linkages). Hubungan ini membantu menstabilkan proses pertukaran organisasi dengan lingkungannya dan juga mengurangi ketidakpastian lingkungan. Menurut Randoy et al. (2006) teori ketergantungan terhadap sumber daya membahas mengenai bagaimana keberadaan suatu dewan komisaris dan direksi akan memfasilitasi akses terhadap sumber daya yang berharga. Penekanannya adalah pada kemampuan perusahaan untuk membangun hubungan yang menjamin akses terhadap sumber daya penting, seperti modal, konsumen, pemasok, atau partner kerjasama. Jadi, teori ketergantungan terhadap sumber daya membahas sinergi antara manajer dan pemilik. Berdasarkan perspektif teori ketergantungan terhadap sumber daya ini, dapat disimpulkan bahwa dewan komisaris dan direksi adalah mekanisme penghubung utama untuk menghubungkan suatu perusahaan dengan sumber daya eksternal (Hillman et al., 2007). Pandangan yang kedua menjelaskan bahwa dewan komisaris dan direksi juga melakukan suatu fungsi pengendalian internal (control role), dan melalui upaya administrasi bisa memengaruhi efisiensi perusahaan. Keberadaan dewan komisaris dan direksi dipandang sebagai mekanisme internal yang mengontrol perilaku menguntungkan diri sendiri (self-serving behavior) manajemen. Kedua pandangan ini mengusulkan bahwa struktur dewan komisaris dan direksi yang baik berpotensi untuk memengaruhi outcomes perusahaan yang pada akhirnya memengaruhi nilai perusahaan secara keseluruhan (Siciliano, 1996). Berdasarkan teori ketergantungan terhadap sumber daya, menggunakan dewan komisaris dan direksi sebagai suatu mekanisme hubungan terhadap
14
stakeholders memberikan empat keuntungan bagi perusahaan yakni (1) hubungan ini menyediakan informasi yang bermanfaat bagi perusahaan, (2) hubungan ini menciptakan suatu saluran komunikasi antara pihak-pihak berkepentingan dengan perusahaan, (3) hubungan ini merupakan langkah penting dalam memperoleh komitmen dukungan dari elemen-elemen penting lingkungan, dan (4) hubungan ini memiliki nilai dalam melegitimasi perusahaan dalam lingkungan eksternal (Pfeffer dan Salancik, 1978). 2.3
Diversitas Pengurus Teori ketergantungan terhadap sumber daya mengusulkan ketika perusahaan
menunjuk seseorang sebagai anggota dewan komisaris dan direksi, perusahaan berharap anggota dewan tersebut bisa membantu perusahaan dengan keahlian, skill, dan pengalaman yang dimilikinya. National Association of Corporate Directors Blue Ribbon Commission merekomendasikan bahwa diversitas gender, ras, umur, dan kebangsaan harus dipertimbangkan dalam pemilihan anggota dewan. Dewan komisaris dan direksi seharusnya terdiri dari individu-individu yang memiliki kualifikasi dan mencerminkan diversitas pengalaman, gender, ras, dan umur (TIAA-CREF, 1997). Diversitas pengurus
didefinisikan sebagai distribusi perbedaan antara
anggota dewan komisaris dan direksi yang berkaitan dengan karakteristikkarakteristik mengenai perbedaan dalam sikap dan opini (Ararat, et al., 2010). Walt dan Ingley (2003) dalam Rovers (2010) mendefinisikan diversitas dewan komisaris dan direksi dalam konteks corporate governance sebagai komposisi dewan komisaris dan direksi dan kombinasi dari kualitas, karakteristik, dan
15
keahlian yang berbeda antara individu anggota dewan komisaris dan direksi dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan dan proses lainnya dalam dewan komisaris dan direksi. Kusumastuti dkk. (2006) menyatakan bahwa diversitas anggota dewan komisaris dan direksi yang semakin besar dapat memberikan alternatif penyelesaian masalah yang semakin beragam daripada anggota dewan komisaris dan direksi yang homogen. Selain itu, diversitas dewan direksi memberikan karakteristik yang unik bagi perusahaan dan dapat menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham. Diversitas juga dapat meningkatkan independensi ketika orang-orang dengan gender, etnis, atau latar belakang kultur berbeda mungkin akan mengajukan pertanyaan yang tidak diajukan oleh dewan komisaris dan direksi dengan latar belakang lebih tradisional (Carter et al., 2002). Williams dan O’Reilly (1998) menyebutkan bahwa diversitas pengurus yang semakin tinggi akan menimbulkan gaya kognitif yang semakin bervariasi, sehingga semakin memperkaya pengetahuan, kebijaksanaan, ide dan pendekatan yang tersedia bagi dewan komisaris dan direksi, dan pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pengambilan keputusan kompleks. Carter et al. (2007) memaparkan bahwa diversitas dewan komisaris dan direksi memberikan manfaat berikut ini: (1) diversitas memperbaiki kemampuan dewan komisaris dan direksi dalam memonitor manajer yang disebabkan karena meningkatnya independensi, (2) diversitas memperbaiki proses pengambilan keputusan dewan komisaris dan direksi yang disebabkan karena perspektif baru
16
yang unik, kreativitas yang meningkat, dan pendekatan inovatif non-tradisional, (3) diversitas memperbaiki informasi yang disediakan oleh dewan komisaris dan direksi pada manajer yang disebabkan karena informasi unik yang diberikan oleh dewan yang tersebar, (4) dewan komisaris dan direksi dengan struktur yang tersebar memberikan akses terhadap pihak-pihak berkepentingan dan sumber daya penting dalam lingkungan eksternal, (5) diversitas dewan komisaris dan direksi memberikan sinyal positif penting pada pasar tenaga kerja, pasar produk, dan pasar uang, dan (6) diversitas dewan komisaris dan direksi memberikan legitimasi pada perusahaan dengan pihak-pihak eksternal dan internal. 2.3.1
Diversitas gender dalam pengurus
Keberadaan anggota wanita dalam jajaran dewan komisaris dan direksi perusahaan merupakan salah satu komponen diversitas pengurus yang paling sering diteliti. Beberapa penelitian menemukan pengaruh keberadaan wanita sebagai anggota dewan komisaris dan direksi pada kinerja perusahaan yang semakin meningkat. Carter et al. (2002) menemukan pengaruh positif antara fraksi wanita dalam jajaran dewan komisaris dan direksi dengan nilai perusahaan. Rovers (2010) dan Ararat et al. (2010) juga menemukan hasil bahwa perusahaan yang memiliki wanita dalam dewan komisaris dan direksi memiliki kinerja yang lebih baik daripada perusahaan tanpa keterwakilan wanita dalam dewan komisaris dan direksi. Brammer et al. (2007) dalam Rovers (2010) mengungkapkan bahwa ada dua perspektif yang menjelaskan mengenai keberadaan wanita dalam dewan komisaris dan direksi, yakni argumen dari perspektif bisnis dan argumen dari perspektif
17
moral. Kedua argumen ini terbagi menjadi dua yakni argumen untuk kesamaan atau kesetaraan kesempatan dan argumen kesamaan atau kesetaraan keterwakilan. Perspektif bisnis mengenai argumen kesetaraan kesempatan bagi wanita fokus pada fakta bahwa keberadaan wanita dalam dewan komisaris dan direksi adalah suboptimal bagi perusahaan. Keberadaan wanita dalam dewan komisaris dan direksi memberikan sinyal positif bagi pihak internal (karyawan) dan eksternal (calon karyawan) perusahaan. Diversitas yang tinggi (adanya wanita dalam dewan komisaris dan direksi) menandakan bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk masuk dalam jajaran dewan komisaris dan direksi dengan mengabaikan karakteristik demografi mereka. Perspektif bisnis mengenai argumen kesetaraan keterwakilan menjelaskan kepentingan langsung dan tidak langsung dewan komisaris dan direksi untuk mencerminkan karakteristik demografi dari stakeholders seperti konsumen, karyawan, dan investor. Diversitas tinggi memberikan pemahaman yang lebih baik bagi perusahaan mengenai pasar dan konsumen, serta meningkatkan reputasi perusahaan. Perspektif moral mengenai argumen kesetaraan kesempatan maupun keterwakilan berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan dan manajemen untuk menjadi perusahaan yang baik, tidak bersikap diskriminasi, dan mematuhi norma dan nilai sosial. Kusumastuti dkk. (2006) mengungkapkan bahwa wanita memiliki sikap kehati-hatian yang sangat tinggi, cenderung menghindari risiko, dan lebih teliti dibandingkan pria. Sisi inilah yang membuat wanita tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan, sehingga dengan adanya wanita dalam jajaran dewan
18
komisaris dan direksi dikatakan dapat membantu mengambil keputusan yang lebih tepat dan berisiko lebih rendah. Robbins dan Judge (2008:206) menyatakan bahwa wanita pada umumnya lebih memiliki pemikiran yang mendetail terkait dalam analisis pengambilan keputusan. Mereka cenderung menganalisis masalahmasalah sebelum membuat suatu keputusan dan mengolah keputusan yang telah dibuat, sehingga menghasilkan pertimbangan masalah serta alternatif penyelesaian yang lebih cermat. Booth dan Nolen (2009) menjelaskan mengenai perbedaan sikap antara pria dan wanita dalam menghadapi preferensi risiko. Perbedaan sikap antara wanita yang cenderung menghindari risiko (risk averse) dengan pria yang cenderung mengambil risiko (risk taker) disebabkan karena pembawaan alami (innate) dan pembawaan karena pola asuh (nurture) orang tua. Pembawaan karena pola asuh orang tua timbul karena adanya tekanan untuk menyesuaikan diri dengan stereotype gender yang menekankan bahwa seorang pria harus berani mengambil risiko untuk memenangkan kompetisi, sedangkan wanita harus tetap berhati-hati dalam bertindak. 2.3.2 Diversitas kebangsaan anggota pengurus Anggota dewan komisaris dan direksi dengan kebangsaan asing membawa opini dan perspektif yang beragam, bahasa, keyakinan, latar belakang keluarga, dan pengalaman profesional yang berbeda antar satu negara dengan negara lain. Selanjutnya keberadaan dewan komisaris dan direksi asing mencerminkan gagasan yang berbeda mengenai peranan dewan komisaris dan direksi berkaitan dengan peranan pengendalian terutama jika mereka berasal dari negara-negara
19
dengan hak pemegang saham yang lebih kuat (Ararat et al., 2010). Oxelheim dan Randoy (2001) mengemukakan bahwa keberadaan anggota dewan komisaris dan direksi dengan kebangsaan asing menunjukkan bahwa perusahaan telah melakukan proses globalisasi dan pertukaran informasi dalam jejaring (network) internasional. Randoy et al. (2006) menjelaskan keuntungan dari keberadaan direksi asing, diantaranya: (1) tersedia kandidat anggota dewan direksi yang berkualifikasi secara lebih luas (dengan pengalaman industri yang lebih luas), (2) dengan latar belakang yang berbeda, dewan direksi asing bisa menambah pengalaman yang lebih beragam dan berharga, yang tidak dimiliki oleh dewan direksi domestik, dan (3) anggota dewan direksi asing bisa membantu meyakinkan investor asing bahwa perusahaan dikelola secara profesional. 2.3.3
Diversitas latar belakang pendidikan formal anggota pengurus
Pemilihan anggota dewan komisaris dan direksi harus berpedoman pada persyaratan mengenai pencapaian pendidikan, kecukupan kompetensi dan pemahaman mengenai bisnis, persyaratan umur, integritas/kejujuran, dan ketekunan seseorang. Ponnu (2008) menyebutkan bahwa seorang anggota dewan komisaris dan direksi harus memiliki kredibilitas dan skill serta pengalaman yang diperlukan, sehingga mampu memberikan judgment independen dalam isu yang berkaitan dengan strategi, kinerja, dan sumber daya perusahaan. Dewan komisaris dan direksi harus terdiri dari anggota profesional, dengan keahlian dalam bidang hukum, pajak, atau akuntansi. Keberadaan anggota dewan komisaris dan direksi yang memiliki pengalaman dalam industri dan bisnis
20
relevan sangat bermanfaat bagi dewan komisaris dan direksi secara keseluruhan. Keberadaan mereka memberikan perspektif mengenai risiko signifikan dan keuntungan kompetitif, serta lebih memahami mengenai tantangan yang akan dihadapi dalam bisnis perusahaan (Ponnu, 2008). Kusumastuti dkk. (2006) mengungkapkan bahwa latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh anggota dewan komisaris dan direksi berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki. Meskipun bukan menjadi suatu keharusan bagi seseorang yang akan masuk dunia bisnis untuk berpendidikan bisnis, akan lebih baik jika anggota dewan komisaris dan direksi memiliki latar belakang pendidikan bisnis dan ekonomi. Dengan memiliki pengetahuan bisnis dan ekonomi yang ada, setidaknya anggota dewan komisaris dan direksi memiliki kemampuan lebih baik untuk mengelola bisnis dan mengambil keputusan bisnis daripada tidak memiliki pengetahuan bisnis dan ekonomi. Pada akhirnya hal ini akan memengaruhi nilai perusahaan. 2.3.4
Proporsi komisaris independen (outside directors)
Proporsi anggota independen dalam dewan komisaris dapat dikatakan sebagai indikator independensi dewan dari manajemen. Kehadiran komisaris independen dalam dewan komisaris dan direksi dapat meningkatkan kualitas aktivitas pengawasan dalam perusahaan, karena mereka tidak terafiliasi dengan perusahaan sebagai karyawan, dan hal ini merupakan keterwakilan independen dari kepentingan shareholders (Pincus et al., 1989 dan Firth dan Rui, 2006 dalam Andarini dan Januarti, 2010).
21
Menurut Wardhani dan Joseph (2010) pihak independen merupakan pihak di luar perusahaan yang tidak memiliki hubungan usaha, hubungan keluarga, dan hubungan afiliasi dengan perusahaan, komisaris, direksi, dan pemegang saham utama perusahaan, dan mampu memberikan pendapat profesional secara bebas sesuai dengan etika profesionalnya, tanpa memihak kepada siapapun karena tidak adanya benturan kepentingan. Secara lebih rinci komisaris independen didefinisikan sebagai anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat memengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertidak semata-mata demi kepentingan perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, 2006). Haniffa dan Cooke (2000) menjelaskan bahwa selain meningkatkan independensi dewan komisaris dan direksi secara keseluruhan, keberadaan outside director dalam dewan memberikan “jendela tambahan terhadap dunia (additional windows on the world)”. Artinya keberadaan outside directors menyediakan hubungan antara perusahaan dengan lingkungan eksternal yang disebabkan karena keahlian, prestise, dan kontak-kontak yang mereka miliki. Brickley dan James (1987) dalam Agrawal dan Knoeber (2000) menyatakan bahwa selain berperan dalam aktivitas pengawasan, keberadaan outside directors akan membantu manajemen menyusun strategi bisnis dengan keahlian dan pengetahuan mengenai teknologi dan pasar yang dimiliki oleh mereka.
22
Mace (1971) dan Spencer (1983) dalam Haniffa dan Cooke (2000) menjelaskan bahwa outside directors sering memandang diri mereka dalam fungsi sebagai penasihat (advisor) dibandingkan dalam peranan sebagai pengambil keputusan. Namun karena kebijaksanaan dan sikap independen yang mereka miliki, mereka memiliki pengaruh dan pendapat mereka didengarkan, meskipun sebenarnya fungsi mereka bukan untuk membuat kebijakan. Di Indonesia peraturan mengenai keberadaan komisaris independen telah diatur dalam Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-315/BEJ/062000. Selanjutnya peraturan ini diperbaharui menurut Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-305/BEJ/07-2004. Berdasarkan peraturan ini jumlah minimal komisaris independen dari suatu perusahaan adalah 30 persen dari seluruh anggota dewan komisaris. 2.4
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Secara konseptual, pengungkapan (disclosure) merupakan bagian integral
dari pelaporan keuangan. Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statemen keuangan (Suwardjono, 2005). Bentuk pengungkapan pada dasarnya ada yang bersifat wajib (mandatory) dan sukarela (voluntary). Perusahaan
melakukan
pengungkapan
sukarela
dengan
harapan
dapat
meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan melakukan pengungkapan informasi tentang CSR dengan berbagai alasan. Penelitian sebelumnya diketahui bahwa tujuan perusahaan mengungkapkan informasi CSR antara lain karena untuk menaati peraturan yang
23
ada, untuk memperoleh keunggulan kompetitif melalui penerapan CSR, untuk memenuhi ketentuan kontrak pinjaman dan memenuhi ekspektasi masyarakat, untuk melegitimasi tindakan perusahaan, dan untuk menarik investor (Deegan dan Blomquist, 2001; Hanas, 1998; Ullman, 1985; Pattern, 1992 dalam Basamalah dan Jeremias, 2005). Corporate Social adalah komitmen bisnis untuk berperilaku etis dan memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerjasama dengan semua pemangku kepentingan guna memperbaiki kehidupan mereka dengan cara yang bermanfaat bagi bisnis, agenda pembangunan berkelanjutan maupun masyarakat umumnya (Kiroyan, 2006). Menurut Darwin (2004), Corporate Social Responsibility adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasi dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran sesuai pasal 74 ayat 2 UU No. 40 Tahun 2007. 2.5
Penelitian Sebelumnya Permatasari (2009) memperoleh hasil bahwa proporsi dewan komisaris
independen, latar belakang budaya presiden komisaris, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap environmental disclosure, sedangkan latar belakang pendidikan, jumlah rapat dewan komisaris, proporsi komite audit independen,
24
jumlah rapat komite audit dan tipe industri tidak berpengaruh terhadap environmental disclosure. Nalikha (2009)
menguji tentang pengaruh diversitas gender pada
pengungkapan sukarela perusahaan. Penelitian dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Helsinki selama perioda 2005-2007. Diversitas gender difokuskan pada CEO, CFO, dan BOD masing-masing perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan perempuan dalam dewan komisaris dan direksi tidak berpengaruh signifikan pada luas pengungkapan sukarela perusahaan. Rovers (2010) membahas mengenai keberadaan wanita dalam dewan komisaris dan direksi dikaitkan dengan ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris dan direksi, intensitas tenaga kerja, dan jenis industri. Hasil penelitian ini menemukan bahwa ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris dan direksi, dan jenis industri berpengaruh signifikan pada keterwakilan wanita dalam dewan komisaris dan direksi. Penelitian ini mendukung resource dependence theory yang menyatakan bahwa dewan komisaris dan direksi bertindak sebagai mekanisme yang menghubungkan antara perusahaan dengan stakeholders, dan keberadaan dewan komisaris dan direksi memberikan legitimasi bagi stakeholders atau kelompok lain dalam masyarakat. Yuniasih dkk. (2011) menemukan bahwa diversitas gender dan diversitas kebangsaan berpengaruh pada pengungkapan informasi modal intelektual, sedangkan diversitas pendidikan dan proporsi komisaris independen tidak menunjukkan adanya pengaruh. Penelitian dilakukan pada perusahaan sektor
25
keuangan di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009. Pengujian dilakukan menggunakan analisis regresi berganda. Feijoo et al., (2012) meneliti tentang pengaruh komposisi dewan komisaris dan direksi pada pola pelaporan CSR. Penelitian tersebut menggunakan data hasil survey yang dilakukan oleh KPMG dan Woman on Boards Report dari Governance
Metric
International,
yang
bertujuan
menguji
perbedaan
pengungkapan CSR berdasarkan komposisi gender anggota dewan komisaris dan direksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dewan komisaris dan direksi yang terdiri dari tiga atau lebih wanita berpengaruh pada pengungkapan CSR dengan lebih banyak melakukan pengungkapan strategi CSR.
26
BAB III RERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1
Rerangka Berpikir Perseroan terbatas (PT) diwajibkan melaksanakan dan melaporkan aktivitas
CSR dalam laporan tahunan sejak berlakunya UU No. 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas. Sebelum berlakunya undang-undang tersebut, pengungkapan CSR masih bersifat sukarela. Pelaksanaan CSR perusahaan swasta di Indonesia diatur lebih rinci dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas (PT). Brown dan Deegan (1998) menyatakan melalui pengungkapan lingkungan hidup (environmental disclosure) pada laporan tahunan, perusahaan dapat memenuhi tanggung jawab sosialnya sehingga masyarakat dapat memantau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tujuan perusahaan mengungkapkan informasi CSR antara lain untuk menaati peraturan yang ada, untuk memperoleh keunggulan kompetitif melalui penerapan CSR, memenuhi ketentuan kontrak pinjaman dan memenuhi ekspektasi masyarakat, untuk melegitimasi tindakan perusahaan, dan menarik investor (Deegan dan Blomquist, 2001; Hanas, 1998; Ullman, 1985; Pattern, 1992 dalam Basamalah dan Jeremias, 2005). Tata kelola sebuah perusahaan akan menentukan bentuk dan luas pengungkapan informasi yang dilakukan termasuk pengungkapan informasi yang berkaitan dengan aktivitas CSR. Salah satu mekanisme dari corporate governance
27
adalah struktur atau komposisi dewan komisaris dan direksi sebagai organ perusahaan yang menjamin penerapan prinsip-prinsip corporate governance dan meningkatkan perlindungan bagi kreditur (Surya dan Yustiavandana, 2006:131). Struktur dewan dalam perusahaan di Indonesia menganut sistem two tier, yang terdiri dari direksi sebagai pengelola dan komisaris sebagai pihak yang melakukan pengawasan (Wardhani, 2008). Komposisi dan pola pengungkapan tentunya tidak terlepas dari karakteristik pembuat keputusan. Carter et al. (2002) menyatakan bahwa masalah penting dalam tata kelola yang dihadapi oleh manajer, direksi, dan pemegang saham pada perusahaan modern adalah mengenai komposisi gender, ras dan budaya dari dewan komisaris dan direksi. Adanya tata kelola yang baik diharapkan dapat mengurangi konflik dengan memperkecil asimetri informasi. Salah satu cara menurunkan asimetri informasi yaitu dengan melakukan pengungkapan yang lebih luas. Ada dua pandangan yang menjelaskan mengenai peranan dewan komisaris dan direksi dalam perusahaan berdasarkan teori ketergantungan terhadap sumber daya (Pfeffer dan Salancik, 1978). Pandangan yang pertama disebut dengan perspektif hubungan lingkungan (environmental linkage perspective). Perspektif ini menjelaskan bahwa dewan komisaris dan direksi yang merupakan bagian dari perusahaan dan lingkungannya dapat membantu melindungi perusahaan dengan menyediakan informasi dan sumber daya bagi perusahaan. Pandangan yang kedua menjelaskan bahwa dewan komisaris dan direksi juga melakukan suatu fungsi pengendalian internal (control role), dan melalui upaya administrasi bisa
28
memengaruhi efisiensi perusahaan. Keberadaan dewan komisaris dan direksi dipandang sebagai mekanisme internal yang mengontrol tindakan mementingkan diri sendiri (self-serving behavior) manajemen sehingga dapat memaksimalkan nilai pemegang saham. Penelitian tentang diversitas dewan komisaris dan direksi telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Permatasari (2009) menemukan bahwa proporsi dewan komisaris independen, latar belakang budaya presiden komisaris, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap environmental disclosure, sedangkan latar belakang pendidikan, jumlah rapat dewan komisaris, proporsi komite audit independen, jumlah rapat komite audit dan tipe industri tidak berpengaruh terhadap environmental disclosure. Feijoo et al., (2012) menemukan bahwa keterlibatan perempuan dalam dewan komisaris dan direksi berpengaruh pada pola pelaporan CSR. Nalikha (2009) menemukan bahwa keberadaan perempuan dalam dewan komisaris dan direksi tidak berpengaruh signifikan pada luas pengungkapan sukarela perusahaan. Yuniasih dkk. (2011) menemukan bahwa diversitas gender dan diversitas kebangsaan berpengaruh pada pengungkapan informasi modal intelektual, sedangkan diversitas pendidikan dan proporsi komisaris independen tidak menunjukkan adanya pengaruh. Penelitian yang menghubungkan diversitas anggota dewan komisaris dan direksi dengan luas pengungkapan CSR belum banyak dilakukan di Indonesia. Hasil penelitian sebelumnya juga masih menunjukkan hasil yang beragam. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali pengaruh diversitas
29
pengurus pada pengungkapan CSR dengan menggunakan data perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3.2
Konsep Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dijelaskan sebelumnya, kemudian
disusun konsep yang menjelaskan hubungan antar variabel dalam penelitian ini. Konsep penelitian ini menunjukkan hubungan logis dari landasan teori dan kajian empiris yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Konsep penelitian tersebut dapat disajikan seperti dalam Gambar 3.2 berikut ini:
Kajian Empiris Permatasari (2009) Nalikha (2009) Rovers (2010) Bernardi dan Threadgill (2010) (5) Yuniasih dkk. (2011) (6) Feijoo et al., (2012)
Kajian Teoritis Teori Keagenan Teori Ketergantungan terhadap Sumber Daya
(1) (2) (3) (4)
Diversitas gender
H1
Diversitas kebangsaan
H2
Diversitas pendidikan
H3
Independensi dewan komisaris
H4
Gambar 3.2 Konsep Penelitian
30
Pengungkapan CSR
3.3
Hipotesis Penelitian
3.3.1
Diversitas gender dan pengungkapan CSR
Keberadaan wanita dalam jajaran dewan komisaris dan direksi perusahaan merupakan salah satu ukuran diversitas pengurus yang paling sering diteliti. Keberadaan wanita dalam jajaran dewan komisaris dan direksi menandakan bahwa perusahaan memberikan kesempatan yang sama bagi setiap orang (tidak diskriminasi), memiliki pemahaman yang luas mengenai pasar dan konsumen perusahaan, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan reputasi (legitimasi) dan nilai perusahaan (Brammer et al., 2007 dalam Rovers, 2010). Robbins dan Judge (2008:206) menyatakan bahwa wanita pada umumnya lebih memiliki pemikiran yang mendetail terkait dalam analisis pengambilan keputusan. Mereka cenderung menganalisis masalah-masalah sebelum membuat suatu keputusan dan mengolah keputusan yang telah dibuat, sehingga menghasilkan pertimbangan masalah serta alternatif penyelesaian yang lebih cermat. Beberapa peneliti (Carter et al., 2002, 2007; Ararat et al., 2010; Rovers, 2010) menemukan pengaruh positif dari keberadaan wanita dalam dewan komisaris dan direksi pada nilai perusahaan. Carter (2003) dan Siciliano (1996) menemukan bahwa diversitas gender berpengaruh positif pada kinerja perusahaan. Kinerja yang baik akan memicu perusahaan untuk melakukan aktivitas CSR dan pengungkapan yang lebih luas. Nalikka (2009) menemukan bahwa diversitas gender berpengaruh positif pada pengungkapan sukarela. Bernardi dan Threadgill (2010) menemukan bahwa jumlah anggota dewan komisaris dan direksi wanita berpengaruh pada perilaku sosial perusahaan. Oleh karena itu, diduga:
31
H1 : diversitas gender berpengaruh positif pada luas pengungkapan CSR. 3.3.2
Diversitas kebangsaan dan pengungkapan CSR
Adanya anggota dewan komisaris dan direksi dengan kebangsaan asing juga merupakan salah satu ukuran diversitas pengurus yang sering digunakan dalam penelitian. Oxelheim dan Randoy (2001); Carter et al. (2002; 2007); Marimuthu (2008); Ararat et al. (2010) menemukan pengaruh positif keberadaan dewan direksi asing atau etnis minoritas pada nilai perusahaan. Keberadaan mereka dinilai membawa opini, perspektif, bahasa, keyakinan, latar belakang keluarga, dan pengalaman profesional yang beragam, sehingga memperkaya pengetahuan bisnis dan alternatif penyelesaian masalah kompleks. Selain itu, keberadaan anggota dewan direksi asing mampu meyakinkan investor asing bahwa perusahaan dikelola secara profesional (Randoy et al., 2006). Oxelheim dan Randoy (2001) mengemukakan bahwa keberadaan anggota dewan komisaris dan direksi dengan kebangsaan asing menunjukkan bahwa perusahaan telah melakukan proses globalisasi dan pertukaran informasi dalam jejaring (network) internasional. Williams (2000) serta Swartz dan Firer 2005 menemukan diversitas etnis dalam dewan komisaris dan direksi berpengaruh positif pada kinerja Intelectual Capital. Kinerja yang baik cenderung memicu perusahaan melakukan pengungkapan yang lebih luas. Keberadaan direksi asing dalam dewan komisaris dan direksi juga dapat memicu keterbukaan informasi dengan harapan kredibilitas perusahaan akan meningkat. Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan: H 2:
diversitas kebangsaan berpengaruh positif pada luas pengungkapan CSR.
32
3.3.3
Diversitas pendidikan dan pengungkapan CSR
Latar belakang pendidikan formal anggota dewan komisaris dan direksi merupakan karakteristik kognitif yang dapat memengaruhi kemampuan dewan komisaris dan direksi dalam pengambilan keputusan bisnis serta mengelola bisnis (Kusumastuti dkk., 2006). Siciliano (1996) menemukan bahwa diversitas latar belakang pendidikan anggota dewan direksi perusahaan berpengaruh positif pada kinerja organisasi terutama pada kinerja sosial. Namun sebaliknya, Goodstein et al. (1994) menemukan pengaruh negatif diversitas latar belakang pendidikan formal pada kemampuan dewan direksi perusahaan untuk melakukan perubahan terhadap strategi perusahaan. Wallace dan Cooke (1990) anggota direksi yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi dan bisnis mungkin melakukan tingkat pengungkapan yang lebih luas untuk meningkatkan citra perusahaan maupun kredibilitas manajemen. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang diajukan: H 3:
diversitas pendidikan berpengaruh positif pada luas pengungkapan CSR.
3.3.4
Proporsi komisaris independen dan pengungkapan CSR
Diversitas pengurus
juga bisa diukur dari tingkat independensi anggota
dewan komisaris. Dewan dengan komposisi komisaris independen yang cukup kuat akan memiliki perilaku pengawasan manajerial yang lebih ketat untuk melindungi kepentingan pemegang saham (Fama, 1980) dan untuk menambah nilai pemegang saham (Kusumastuti dkk., 2006). Fama dan Jensen (1983) mengemukakan bahwa dewan komisaris dan direksi yang didominasi oleh pihak
33
luar perusahaan akan menghasilkan tata kelola perusahaan yang lebih kuat karena mereka bersifat lebih independen dalam mengawasi perilaku manajemen. Brickley dan James (1987) dalam Agrawal dan Knoeber (2000) menyatakan bahwa selain berperan dalam aktivitas pengawasan, keberadaan outside directors akan membantu manajemen menyusun strategi bisnis dengan keahlian dan pengetahuan mengenai teknologi dan pasar yang dimiliki oleh mereka. Salah satu bentuk perlindungan yang dapat dilakukan komisaris independen adalah dengan melakukan pengungkapan yang lebih luas. Hasil penelitian yang dilakukan Cerbioni dan Parbonetti (2007) menemukan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh positif pada pengungkapan Intelectual Capital. Cheng dan Courteney’s (2006) menggunakan 104 perusahaan di Singapura menemukan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh positif pada pengungkapan sukarela. Li et al., (2007) menemukan bahwa komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh pada pengungkapan Intelectual Capital. Hasil yang berbeda ditemukan oleh Haniffa dan Cooke (2000) yaitu keberadaan komisaris noneksekutif berpengaruh negatif pada luas pengungkapan sukarela. Berdasarkan hal tersebut hipotesis yang diajukan: H 4:
proporsi komisaris independen berpengaruh positif pada luas pengungkapan CSR.
34
BAB IV METODA PENELITIAN
4.1
Rancangan Penelitian Rancangan penelitian menjelaskan rencana dari struktur riset yang
mengarahkan proses dan hasil penelitian sedapat mungkin menjadi valid, objektif, efisien, dan efektif. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan latar belakang, masalah, tujuan, manfaat, kajian pustaka, dan hipotesis penelitian. Tahapan selanjutnya yang harus dilakukan dalam penelitian ini adalah mempersiapkan data penelitian dan menguji hipotesis sehingga dapat ditarik kesimpulan sesuai dengan hasil yang diperoleh, masalah, dan hipotesis penelitian. Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif berupa data sekunder yang diperoleh dengan mengakses website www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory. Berdasarkan hipotesis yang diajukan, diidentifikasi tiga jenis variabel dalam penelitian ini yaitu variabel independen yaitu diversitas pengurus, variabel dependen yaitu pengungkapan CSR, dan variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan. Pengujian mengenai pengaruh diversitas pengurus pada luas pengungkapan CSR dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Sebelum dilakukan analisis regresi terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Hasil pengujian regresi kemudian dijadikan dasar dalam membuat kesimpulan. Kesimpulan juga disusun sesuai dengan masalah penelitian dan hipotesis yang
35
diajukan. Tahapan-tahapan tersebut dapat disajikan dalam bentuk rancangan penelitian seperti pada Gambar 4.1 berikut ini.
Latar Belakang
Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Kajian Pustaka
Hipotesis Penelitian
Data Penelitian
Data Sekunder BEI dan ICMD Purposive Sampling
Metode Penelitian
Variabel Penelitian
Independen - Diversitas gender - Diversitas kebangsaan - Diversitas pendidikan - Independensi dewan komisaris
Dependen Pengungkapan CSR Kontrol Ukuran Perusahaaan Kesimpulan Penelitian
Saran dan Implikasi
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Regresi Berganda
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian
36
Asumsi Klasik
4.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Denpasar. Data diperoleh dengan mengakses
website www.idx.co.id dan dari Indonesian Capital Market Directory. Objek penelitian adalah perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2012. Perioda tahun 2008-2012 dipilih sebagai waktu penelitian karena berkaitan dengan pengungkapan CSR. UU No. 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas mewajibkan bagi setiap perseroan untuk melaksanakan CSR dan melakukan pengungkapan dalam laporan tahunannya. Oleh karenanya, penelitian tentang CSR relevan dilakukan setelah dikeluarkannya undang-undang tersebut. 4.3
Data Penelitian
4.3.1
Jenis data
Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka-angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2007:13). Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2008-2012 dan jumlah pengungkapan CSR. (2) Data kualitatif, merupakan data yang berbentuk kata, kalimat, skema atau gambar (Sugiyono, 2007:13). Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang berkaitan dengan diversitas pengurus, daftar perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2008-2012 dan catatan atas laporan keuangan perusahaan tersebut.
37
4.3.2
Sumber data
Menurut sumbernya, penelitian ini menggunakan data sekunder eksternal, yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui perantara, seperti orang lain atau dokumen (Sugiyono, 2007:129). Data sekunder eksternal dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dan laporan tahunan (annual report) perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 20082012 yang diperoleh melalui website BEI dan Indonesian Capital Market Directory. 4.3.3
Metoda penentuan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan dalam kelompok sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2012. Perusahaan sektor keuangan terdiri dari perusahaan perbankan, asuransi, perusahaan efek, lembaga pembiayaan dan lainnya. Sektor keuangan dipilih karena peranan perusahaan keuangan sangat penting dalam perekonomian negara, yakni mengelola dana publik atau masyarakat. Penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan dalam sektor ini bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada dana masyarakat (Surya dan Yustiavandana, 2006: 116). Selain itu, penerapan tata kelola perusahaan pada sektor keuangan khususnya perusahaan perbankan memiliki aturan yang lebih ketat dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada metode purposive sampling yakni teknik pengambilan sampel dengan menggunakan pertimbangan atau
38
kriteria yang ditentukan oleh peneliti (Sugiyono, 2007:78). Sampel dikumpulkan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: (1) Perusahaan yang melakukan pengungkapan CSR dalam annual report (laporan tahunan) selama perioda 2008-2012. (2) Terdapat informasi mengenai gender, kebangsaan, latar belakang pendidikan formal anggota dewan komisaris dan direksi, dan proporsi komisaris independen dalam annual report. Proses pemilihan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tampak dalam Tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Proses Pemilihan Sampel Keterangan
Jumlah
Perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama perioda 2008-2012 Perusahaan yang tidak mengungkapkan CSR dalam laporan tahunan Perusahaan yang data diversitasnya tidak tersedia Jumlah Sampel Akhir Sumber: BEI, data diolah (2014)
335
4.4
(12) (119) 204
Variabel Penelitian
4.4.1 Identifikasi variabel (1) Variabel bebas atau independen adalah variabel yang memengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat atau dependen (Sugiyono, 2007:33). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah diversitas dewan komisaris dan direksi yang diukur menggunakan empat kriteria yaitu diversitas gender, diversitas kebangsaan, variasi latar belakang
39
pendidikan anggota dewan komisaris dan direksi, dan proporsi komisaris independen. (2) Variabel terikat atau dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2007:33). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengungkapan CSR yang diukur dengan CSR Indeks. (3) Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti (Sugiyono, 2007:33). Penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. 4.4.2 Definisi operasional variabel Diversitas pengurus yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah gabungan anggota dewan komisaris dan dewan direksi sesuai dengan sistem two-tier (Maier, 2005 dan Wardhani, 2008). Diversitas dewan komisaris dan direksi diukur berdasarkan empat kriteria yaitu keberadaan wanita dalam jajaran dewan komisaris dan direksi, keberadaan anggota pengurus perusahaan dengan kebangsaan asing, variasi latar belakang pendidikan formal anggota pengurus perusahaan, dan proporsi komisaris independen. Variabel dependen yakni pengungkapan CSR diukur dengan CSR Indeks serta variabel kontrol yakni ukuran perusahaan diukur dengan log total aktiva. Kriteria pengukurannya dijelaskan sebagai berikut: (1)
Keberadaan wanita dalam jajaran dewan komisaris dan direksi dinilai dengan menggunakan persentase anggota dewan komisaris dan direksi
40
perempuan dibandingkan jumlah seluruh anggota dewan komisaris dan direksi. Pengukuran ini mengacu pada penelitian Ararat et al. (2010); Kusumastuti dkk. (2006); Wicaksana (2010); Yuniasih dkk. (2011), dan Darmadi (2011). (2)
Keberadaan anggota dewan komisaris dan direksi dengan kebangsaan asing dinilai dengan dummy, dimana apabila terdapat warga negara asing dalam dewan komisaris dan direksi akan diberi nilai 1, jika tidak akan diberi nilai 0. Pengukuran ini mengacu pada penelitian Ararat et al. (2010); Kusumastuti dkk. (2006); Wicaksana (2010); Yuniasih dkk. (2011), dan Darmadi (2011).
(3)
Variasi latar belakang pendidikan dewan komisaris dan direksi diukur dengan terlebih dahulu mengelompokan latar belakang pendidikan menjadi akuntansi dan keuangan, manajemen pemasaran dan manajemen strategis, hukum, teknik (engineering), dan sosial ekonomi. Pembagian kriteria latar belakang pendidikan ini mengacu pada penelitian Ponnu (2008) yang dilakukan di Malaysia. Untuk menyesuaikan dengan kondisi Indonesia, peneliti menambahkan kriteria lain-lain untuk mengklasifikasikan latar belakang pendidikan pengurus perusahaan selain kelima kriteria yang telah disebutkan di atas. Kemudian struktur pengurus perusahaan dibagi menjadi dua berdasarkan struktur pengurus dengan variasi latar belakang pendidikan formal tersebar (diverse) dan tidak tersebar (non diverse). Suatu struktur pengurus perusahaan dikatakan tersebar ketika kurang dari 40 persen anggota pengurus memiliki latar belakang pendidikan sama. Untuk
41
kelompok tersebar diberikan nilai 1, untuk kelompok tidak tersebar diberikan nilai 0. Pengukuran ini mengacu pada penelitian Ponnu (2008) dan Wicaksana (2010). (4)
Proporsi komisaris independen dihitung dengan membandingkan jumlah komisaris independen dengan jumlah seluruh anggota dewan komisaris. Pengukuran ini mengacu pada penelitian Kusumastuti dkk. (2006) dan sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia. Berikut ini rumus untuk menghitung proporsi komisaris independen: KI Proporsi KI =
x 100% ……………………….………………..(4.1) DK
Keterangan: KI DK (5)
= jumlah komisaris independen = total jumlah dewan komisaris
Pengungkapan CSR Pengungkapan informasi sosial dikelompokkan menjadi 6 kelompok sesuai dengan kategori informasi sosial menurut GRI (2000-2006) diantaranya adalah lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tentang tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan umum. Penggunaan pedoman GRI 2000-2006 dikarenakan perioda pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 2008-2012 sehingga indikator pengungkapan yang relevan digunakan adalah GRI 2000-2006. Pada setiap kategori tersebut terdiri dari beberapa item sehingga totalnya menjadi 79 item. Masing-masing item pada tiap kategori pengungkapan diberi skor 1 sehingga jika perusahaan mengungkapkan 1 item saja maka skor yang
42
diperoleh adalah 1. Jadi jumlah skor maksimal jika perusahaan mengungkapkan semua item kategori pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah 79. (6)
Ukuran perusahaan Ukuran perusahaan diasumsikan memiliki efek langsung terhadap nilai perusahaan, karena perusahaan besar akan diuntungkan dari segi skala ekonomis, market power, dan akses terhadap sumber daya dibandingkan perusahaan kecil (Pfeffer dan Salancik, 1978 dalam Roberson dan Park, 2007). Perusahaan yang berukuran besar dianggap mempunyai risiko lebih rendah dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan besar memiliki akses ke pasar modal, sehingga perusahaan lebih mudah mendapatkan tambahan dana yang
pada
akhirnya
akan
memengaruhi
kemampuan
perusahaan
menghasilkan laba. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur menggunakan logaritma dari total aktiva perusahaan. Digunakan natural logaritma dalam mengukur ukuran perusahaan adalah untuk mengontrol ketidaklinieran data yang sangat tinggi (Lindrianasari dan Hartono, 2010). 4.5
Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi linier
berganda. Sebelum model regresi digunakan untuk menguji hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik. 4.5.1 Uji asumsi klasik Tujuan pengujian ini untuk mengetahui keberartian hubungan antara variabel independen
dengan
variabel
dependen
43
sehingga
hasil
analisis
dapat
diinterpretasikan dengan lebih akurat, efisien, dan terbebas dari kesalahankesalahan yang terjadi karena adanya gejala-gejala asumsi klasik. Dalam penelitian ini teknik analisis data dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 21 for Windows. Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Uji normalitas Uji normalitas yaitu suatu pengujian untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2006:110). Pengujian normalitas distribusi data populasi dilakukan dengan menggunakan statistik KolmogorovSmirnov. Data populasi dikatakan berdistribusi normal jika koefisien Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari α = 0,05. (2) Uji multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2006:91). Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance atau Variance Inflation Factor (VIF). Jika ada tolerance lebih dari 10 persen atau VIF kurang dari 10 maka dikatakan tidak ada gejala multikolinearitas. (3) Uji autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2006:95). Untuk mengatahui ada tidaknya autokorelasi, digunakan metoda Durbin-Watson
44
(Dw Test). Jika nilai Dw test sudah ada, maka nilai tersebut dibandingkan dengan nilai tabel dengan tingkat keyakinan sebesar 95 persen. 1) Bila dU < dw < (4-dU), maka tidak terjadi autokorelasi. 2) Bila dw < dl, maka terjadi autokorelasi positif. 3) Bila dw > (4-dt), maka terjadi autokorelasi negatif. 4) Bila dl < dw < dU atau (4-dU) < dw < (4-dt), maka tidak dapat ditarik kesimpulan mengenai ada tidaknya autokorelasi. (4) Uji heteroskedastisitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2006:105). Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut hoeteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji Glejser. Metoda ini dilakukan dengan meregresi nilai absolut residual (AbUt) terhadap variabel bebas. Jika tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh signifikan pada absolut residual, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 4.5.2 Pengujian hipotesis penelitian Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kuantitatif yaitu analisis yang bersifat objektif dengan berdasarkan angka-angka dalam melakukan penilaian pengaruh diversitas pengurus pada pengungkapan CSR. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda
45
digunakan untuk mengetahui atau memperoleh gambaran mengenai pengaruh variabel independen pada variabel dependen dan bertujuan untuk mengestimasi dan atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Ghozali, 2006:81). Model regresi berganda ditunjukan dalam persamaan sebagai berikut: CSRI = α + β1WOM+ β2NAT + β3 EDU+ β4 OUT + β5 SIZE + e Keterangan: CSRI α β1, β2, , β3, β4 , β5, β6 WOM
= = = =
NAT
=
EDU
=
OUT SIZE e
= = =
pengungkapan CSR konstant koefisien regresi keberadaan wanita dalam jajaran dewan komisaris dan direksi keberadaan dewan komisaris dan direksi dengan kebangsaan asing variasi latar belakang pendidikan anggota dewan komisaris dan direksi proporsi komisaris independen ukuran perusahaan error
Ketepatan dari fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit-nya. Secara statistik diukur dari nilai koefisien determinasi (R2), uji F (uji kelayakan model), dan uji t (uji secara parsial) (Ghozali, 2006:83). (1)
Koefisien determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2006:83). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati
46
satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan dari koefisien determinasi (R2) adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan nilai Adjusted R2. Nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. (2)
Uji kelayakan model (uji statistik F) Pengujian model fit (kelayakan model) dilakukan dengan uji F. Apabila PValue < 0,05 maka dapat dikatakan model yang dihipotesiskan fit dengan data.
(3)
Uji secara parsial (uji statistik t) Pengujian dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara individu terhadap variabel terikat. Apabila PValue < 0,05 maka maka hipotesis diterima.
47
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Statistik Deskriptif Penelitian ini menggunakan perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel penelitian. Berdasarkan kriteria sampel dan prosedur penyampelan yang telah dilakukan, diperoleh 52 perusahaan sebagai sampel penelitian dengan jumlah pengamatan sebanyak 204 pengamatan. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan. Hasil tabulasi data untuk variabel dependen dan independen disajikan pada Lampiran 2. Statistik deskriptif masing-masing variabel disajikan dalam Tabel 5.1. Tabel 5.1 Statistik Deskriptif Variabel
Minimum
Maksimum
Pengungkapan 0,10 0,59 CSR Diversitas 0,06 0,60 Gender Diversitas 0,00 1,00 Kebangsaan Diversitas 0,00 1,00 Pendidikan Komisaris 0,00 1,00 Independen 36.775,00 635.618.70 Ukuran 8,00 Perusahaan (jutaan Rupiah) Sumber: Lampiran 3 (data diolah), 2014
Rata-Rata 0,3319
Standar Deviasi 0,09733
0,2032
0,12204
0,3039
0,46108
0,3578
0,48054
0,4498
0,18167
49.012.507,8627 113.181.422, 04821
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dijelaskan hasil sebagai berikut ini.
48
(1) Rasio pengungkapan CSR (CSRI) digunakan untuk mengukur luas pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan. Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif pada Tabel 5.1 diketahui bahwa rata-rata rasio CSRI 0,3319 dengan nilai minimum sebesar 0,10 dan nilai maksimum sebesar 0,59. Perusahaan sampel lebih banyak melakukan pengungkapan CSR pada kategori tenaga kerja. Hal ini dikarenakan sumber daya utama perusahaan sektor keuangan berkaitan dengan sumber daya manusia (SDM), sehingga CSR lebih banyak dilakukan melalui pengembangan SDM. (2) Nilai rata-rata diversitas gender (WOM) adalah sebesar 0,2032. Angka ini menunjukkan bahwa perusahaan sampel memiliki anggota wanita dalam jajaran dewan komisaris dan direksi perusahaan sebesar 20%. Minimum persentase wanita dalam jajaran pengurus perusahaan adalah 0,06 dan maksimum sebesar 0,60. (3) Nilai rata-rata diversitas kebangsaan (NAT) adalah sebesar 0,3039 lebih kecil dari 0,5. Angka ini menunjukkan bahwa masih sedikit perusahaan sampel yang memiliki anggota dewan komisaris dan direksi dengan kebangsaan asing. Hanya 62 perusahaan sampel yang memiliki anggota dewan komisaris dan direksi dengan kebangsaan asing, sedangkan sisanya sebanyak 142 perusahaan memiliki anggota dewan komisaris dan direksi yang keseluruhan berkebangsaan Indonesia. (4) Nilai rata-rata diversitas pendidikan (EDU) adalah sebesar 0,3578 lebih kecil dari 0,5. Angka ini menunjukkan bahwa masih sedikit perusahaan sampel yang memiliki anggota dewan komisaris dan direksi dengan latar belakang
49
pendidikan yang tersebar. Sebagian besar anggota dewan komisaris dan direksi sampel memiliki latar belakang pendidikan formal yang sama yakni sebanyak 131 perusahaan. Sedangkan sisanya yakni sebanyak 73 perusahaan memiliki anggota dewan komisaris dan direksi dengan latar belakang pendidikan formal yang tersebar. (5) Nilai rata-rata proporsi komisaris independen (OUT) adalah sebesar 0,4498 dengan nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum 1. Angka rata-rata proporsi komisaris independen sebesar 0,4498 menunjukkan bahwa perusahaan sampel memiliki jumlah komisaris independen yang telah memenuhi syarat atau peraturan yang ditetapkan Bursa Efek Indonesia yakni minimal 30 persen dari jumlah total komisaris perusahaan. (6) Nilai rata-rata ukuran perusahaan (SIZE) yang berfungsi sebagai variabel kontrol adalah sebesar Rp.49.012.507.862.700 dengan nilai minimum sebesar Rp36.775.000.000 dan nilai maksimum sebesar Rp.635.618.708.000.000.
5.2
Hasil Uji Asumsi Klasik
5.2.1
Uji normalitas
Uji normalitas merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas distribusi data populasi dilakukan dengan menggunakan
statistik
Kolmogorov-Smirnov.
Data
populasi
dikatakan
berdistribusi normal jika koefisien Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari α = 0,05. Hasil uji normalitas ditunjukkan dalam Tabel 5.2 menunjukkan nilai residual
50
dengan tingkat signifikansi 0,097. Angka ini lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal atau memenuhi asumsi normalitas. Tabel 5.2 Uji Normalitas
N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Sumber: Lampiran 4 (data diolah), 2014 5.2.2
Unstandardized Residual 203 0,0000 0,08115 0,086 0,086 -0,086 1,230 0,097
Uji multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance atau Variance Inflation Factor (VIF). Jika ada tolerance lebih dari 10 persen atau VIF kurang dari 10 maka dikatakan tidak ada gejala multikolinearitas. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel-variabel dalam penelitian ini memiliki nilai tolerance lebih dari 10 persen atau nilai VIF kurang dari 10 yang berarti tidak ada multikolinearitas antarvariabel independen. Berikut ini nilai tolerance dan VIF masing-masing variabel disajikan dalam Tabel 5.3.
51
Tabel 5.3 Uji Multikolinearitas Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF
(Constant) Diversitas Gender Diversitas Kebangsaan Diversitas Pendidikan Komisaris Independen LogAktiva Sumber: Lampiran 4 (data diolah), 2014 5.2.3
0,706 0,823 0,906 0,868 0,563
1,416 1,215 1,104 1,152 1,777
Uji autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi, digunakan metoda Durbin-Watson (Dw Test) seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 5.4. Tabel 5.4 Uji Autokorelasi Model 1
Model Summaryb R R Square Adjusted R Std. Error of Square the Estimate 0,535a 0,286 0,268 0,08326
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Std. Error of Square the Estimate a 1 0,553 0,305 0,284 0,08238 Sumber: Lampiran 4 (data diolah), 2014
DurbinWatson 1,680
DurbinWatson 1,970
Hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai Durbin-Watson yang diperoleh adalah sebesar 1,970. Nilai tersebut terletak diantara dU dan 4-dU yaitu diantara
52
1,8199 dan 2,1801 sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat gejala autokorelasi dalam penelitian ini. 5.2.4
Uji heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Untuk mengetahui apakah ada heteroskedastisitas digunakan uji Glejser seperti yang ditunjukkan Tabel 5.5.
Model
Tabel 5.5 Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 0,067 0,065 0,005 0,071 0,005 0,032 0,018 0,145
1,029 0,065 1,807
0,305 0,949 0,072
0,117
1,580
0,116
0,060
0,779
0,437
-0,048 -0,012
-0,513 -0,152
0,609 0,880
(Constant) Diversitas Gender Diversitas Kebangsaan Diversitas 0,025 0,016 Pendidikan Komisaris 0,033 0,043 Independen LogAktiva -0,005 0,009 LagY -0,012 0,081 Sumber: Lampiran 4 (data diolah), 2014
t
Sig.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa seluruh variabel independen tidak berpengaruh pada nilai absolut residual (AbUt). Nilai signifikansi masing-masing variabel independen di atas 0,05, sehingga data bebas dari heteroskedastisitas.
53
5.3 Goodness of Fit Model 5.3.1
Koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Untuk menghindari bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model, maka penelitian ini menggunakan nilai Adjusted R2 seperti Tabel 5.6. Tabel 5.6 Koefisien Determinasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-Watson Square the Estimate a 1 0,553 0,305 0,284 0,08238 1,970 Sumber: Lampiran 4 (data diolah), 2014 Hasil pengujian pada Tabel 5.6 menunjukkan nilai Adjusted R2 adalah sebesar 0,284 atau 28,4 persen. Angka ini menunjukkan bahwa sebesar 28,4 persen variabilitas luas pengungkapan CSR dipengaruhi oleh diversitas gender, diversitas kebangsaan, diversitas pendidikan, dan proporsi komisaris independen serta ukuran perusahaan. Sisanya sebesar 71,6 persen variabilitas luas pengungkapan CSR dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian, variabel diversitas pengurus lain yang mungkin dapat memengaruhi luas pengungkapan CSR adalah diversitas kognitif seperti pengalaman, skill dan kompetensi (Coffey dan Wang, 1998) dan diversitas demografi seperti status perkawinan (Slocum dan Hellriegel, 2007 dalam Marimuthu, 2008).
54
5.3.2
Uji kelayakan model (uji statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat. Nilai Fhitung dan signifikansi ditunjukkan dalam Tabel 5.7. Tabel 5.7 Uji Statistik F Model
Sum of df Mean Squares Square Regression 0,585 6 0,097 Residual 1,330 196 0,007 Total 1,915 202 Sumber: Lampiran 4 (data diolah), 2014
F 14,362
Sig. 0,000b
Hasil pengujian pada Tabel 5.7 menunjukkan Fhitung sebesar 14,362 dengan signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel bebas secara simultan merupakan penjelas yang signifikan pada variabel terikat, sehingga model yang digunakan untuk penelitian layak (fit). 5.4 Model Regresi Berganda yang Terbentuk dan Hasil Pengujian Hipotesis Analisis regresi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel independen pada variabel dependennya. Model regresi linear dapat dibentuk dengan melihat nilai koefisien regresi (β) masing-masing variabel independen. Tabel 5.8 berikut ini menunjukkan koefisien regresi dan tingkat signifikansi masing-masing variabel.
55
Tabel 5.8 Hasil Analisis Regresi Model Koefisien regresi (β) t-statistik Signifikansi (sig.) (Constant) 0,031 0,579 0,563 Diversitas Gender 0,127 2,204 0,029 Diversitas Kebangsaan 0,048 3,320 0,001 Diversitas Pendidikan 0,040 3,158 0,002 Komisaris Independen 0,118 3,409 0,001 Ukuran Perusahaan 0,021 2,958 0,003 Sumber: Lampiran 4 (data diolah), 2014 Berdasarkan Tabel 5.8, persamaan regresi yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut. CSRI= 0,031+0,127WOM+0,048NAT+0,040 EDU + 0,118OUT + 0,021SIZE + e Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara tingkat signifikansi (sig) dengan tingkat kesalahan (α) = 5%. Berdasarkan Tabel 5.8 dapat diinterpretasikan hasil sebagai berikut. (1) Pengujian hipotesis pertama (H1) Hipotesis pertama menyatakan bahwa diversitas gender berpengaruh positif pada luas pengungkapan CSR. Hasil pengujian menunjukkan variabel diversitas gender yang diukur dengan persentase wanita dalam dewan komisaris dan direksi perusahaan memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,127 dengan tingkat signifikansi 0,029 lebih kecil dari α (5%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa diversitas gender berpengaruh positif pada luas pengungkapan CSR atau dengan kata lain H1 diterima. Hal ini berarti bahwa semakin bertambah keberadaan anggota dewan wanita dalam jajaran dewan komisaris dan direksi maka semakin luas pengungkapan informasi CSR yang dilakukan perusahaan.
56
(2) Pengujian hipotesis kedua (H2) Hipotesis kedua menyatakan bahwa diversitas kebangsaan berpengaruh positif pada luas pengungkapan CSR. Hasil pengujian menunjukkan variabel diversitas kebangsaan yang diukur dengan keberadaan orang berkebangsaan asing dalam jajaran dewan komisaris dan direksi perusahaan memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,048 dengan tingkat signifikansi 0,001 lebih kecil dari α (5%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa keberadaan anggota dewan komisaris dan direksi dengan kebangsaan asing berpengaruh positif pada luas pengungkapan CSR atau dengan kata lain H2 diterima. Hal ini berarti bahwa semakin banyak dewan komisaris dan direksi dengan kebangsaan asing maka semakin luas pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan. (3) Pengujian hipotesis ketiga (H3) Hipotesis ketiga menyatakan bahwa diversitas pendidikan berpengaruh positif pada luas pengungkapan CSR. Hasil pengujian menunjukkan variabel diversitas pendidikan yang diukur dari persebaran latar belakang pendidikan formal anggota dewan komisaris dan direksi memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,040 dengan tingkat signifikasi 0,002 lebih kecil dari α (5%). Hasil ini menunjukkan bahwa diversitas pendidikan berpengaruh positif pada luas pengungkapan CSR atau dengan kata lain H3 diterima. Hal ini berarti bahwa semakin tersebar latar belakang pendidikan formal anggota dewan komisaris dan direksi maka semakin luas pengungkapan CSR yang dilakukan.
57
(4) Pengujian hipotesis keempat (H4) Hipotesis keempat menyatakan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh positif pada luas pengungkapan CSR. Hasil pengujian menunjukkan variabel tingkat independensi dewan komisaris yang diukur dari proporsi komisaris independen memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,118 dengan tingkat signifikansi 0,001 lebih kecil dari α (5%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh positif pada luas pengungkapan CSR atau dengan kata lain H4 diterima. Penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Ukuran perusahaan diukur dengan Ln total aktiva. Hasil pengujian menunjukkan variabel ukuran perusahaan memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,021 dan tingkat signifikansi 0,003 lebih kecil dari α (5%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif pada luas pengungkapan CSR.
58
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Pengaruh Diversitas Gender pada Luas Pengungkapan CSR Diversitas gender merupakan salah satu variabel yang paling sering diteliti. Diversitas gender dalam penelitian ini diukur dengan persentase keberadaan atau keterwakilan wanita dalam jajaran pengurus perusahaan. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan
bahwa
diversitas
gender
berpengaruh
positif
pada
luas
pengungkapan CSR. Hasil tersebut mendukung hipotesis pertama penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nalikka (2009) menemukan bahwa diversitas gender berpengaruh positif pada pengungkapan sukarela. Bernardi dan Threadgill (2010) menemukan bahwa jumlah anggota dewan wanita berpengaruh pada perilaku sosial perusahaan. Hasil temuan empiris ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki keterwakilan wanita dalam jajaran dewan komisaris dan direksi dengan persentase tertentu melakukan pengungkapan informasi CSR yang lebih luas. Keberadaan atau keterwakilan wanita dalam perusahaan menandakan bahwa perusahaan memberikan kesempatan yang sama bagi setiap orang (tidak diskriminasi), memiliki pemahaman yang luas mengenai pasar dan konsumen, sehingga dapat meningkatkan reputasi (legitimasi) perusahaan. Selain itu, keberadaan wanita dalam jajaran dewan komisaris dan direksi berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan dan manajemen untuk menjadi perusahaan yang baik dan
59
mematuhi norma serta nilai sosial (Brammer et al., 2007 dalam Luckerath-Rovers, 2010). Kusumastuti dkk. (2006) mengaitkan keberadaan wanita dalam jajaran dewan komisaris dan direksi dengan pengambilan keputusan yang lebih tepat dan risiko yang lebih rendah. Robbins dan Judge (2008:206) menyatakan bahwa wanita pada umumnya lebih memiliki pemikiran yang mendetail terkait dalam analisis pengambilan keputusan. Mereka cenderung menganalisis masalah-masalah sebelum membuat suatu keputusan dan mengolah keputusan yang telah dibuat, sehingga menghasilkan pertimbangan masalah serta alternatif penyelesaian yang lebih seksama. Menurut Booth dan Nolen (2009) perbedaan sikap antara wanita yang cenderung menghindari risiko (risk averse) dengan pria yang cenderung mengambil risiko (risk taker) disebabkan karena pembawaan alami (innate) dan pembawaan karena pola asuh (nurture) orang tua. Pola asuh orang tua dipengaruhi adanya tekanan untuk menyesuaikan diri dengan stereotype gender yang menekankan bahwa seorang pria harus berani mengambil risiko untuk memenangkan kompetisi, sedangkan wanita harus tetap berhati-hati dalam bertindak. Towoliu (2013) menyatakan bahwa perusahaan sektor keuangan khususnya perusahaan perbankan harus dikelola dengan lebih hati-hati karena merupakan suatu lembaga yang kelangsungan usahanya tergantung dari simpanan dana masyarakat. Salah satu upaya untuk melaksakan prinsip kehati-hatian pada perusahaan sektor keuangan adalah penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Costumer Prinsiple).
60
Luckerath-Rovers (2010) menyatakan bahwa keberadaan anggota wanita dalam jajaran dewan komisaris dan direksi akan meningkatkan kinerja tim, karena semakin tersebar (diverse) anggota tim akan memberikan perspektif yang lebih beragam sehingga menghasilkan keputusan yang lebih baik. Keputusan yang lebih baik pada akhirnya mengarah pada kinerja dan nilai perusahaan yang lebih tinggi. Informasi mengenai keberadaan atau keterwakilan wanita dalam jajaran dewan komisaris dan direksi dianggap sebagai berita baik (good news) dan memiliki kandungan informasi bagi pasar modal. 6.2 Pengaruh Diversitas Kebangsaan pada Luas Pengungkapan CSR Diversitas kebangsaan dalam penelitian ini diukur dengan melihat keberadaan anggota dewan komisaris dan direksi yang berkebangsaan asing. Keberadaan anggota dewan komisaris dan direksi dengan kebangsaan asing umumnya berkaitan dengan capital inflow dari luar negeri, dimana perusahaan dengan kepemilikan asing yang semakin besar memiliki tingkat heterogenitas kebangsaan yang semakin tinggi dalam dewan komisaris dan direksi. Dengan kata lain, keberadaan anggota dewan komisaris dan direksi dengan kebangsaan asing disebabkan karena besarnya kepemilikan asing dalam suatu perusahaan. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa diversitas kebangsaan berpengaruh positif pada luas pengungkapan CSR. Hasil tersebut mendukung hipotesis kedua penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan hasil penelitian Oxelheim dan Randoy (2001), Carter et al. (2002; 2007), Marimuthu (2008), dan Ararat et al. (2010) yang menemukan pengaruh positif keberadaan dewan komisaris dan direksi dengan kebangsaan asing pada nilai dan kinerja perusahaan.
61
Keberadaan mereka dinilai membawa opini, perspektif, bahasa, keyakinan, latar belakang keluarga, dan pengalaman profesional yang beragam, sehingga memperkaya pengetahuan mengenai bisnis perusahaan dan memberikan alternatif penyelesaian masalah yang lebih kompleks. Randoy et al. (2006) menegaskan bahwa keberadaan dewan komisaris dan direksi dengan kebangsaan asing dinilai mampu meyakinkan investor asing bahwa perusahaan dikelola secara profesional. Selain itu, keberadaan anggota dewan komisaris dan direksi dengan kebangsaan asing menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah melakukan proses globalisasi dan pertukaran informasi dalam network internasional (Oxelheim dan Randoy, 2001). Istilah CSR pertama kali diperkenalkan dalam discourse resmi akademik Howard R. Bowen di Amerika pada tahun 1953 dengan bukunya yang berjudul Social Responsibility of the Businessman (Susiloadi, 2008). Perkembangan CSR di mancanegara sudah demikian sangat populer. Di beberapa negara bahkan, CSR digunakan sebagai salah satu indikator penilaian kinerja sebuah perusahaan. Dengan demikian, perusahaan yang memiliki anggota dewan berkebangsaan asing cenderung akan melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas. Termasuk pengungkapan informasi yang berkaitan dengan kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan. 6.3 Pengaruh Diversitas Pendidikan pada Luas Pengungkapan CSR Diversitas pendidikan dalam penelitian ini diukur dengan menghitung persentase anggota dewan komisaris dan direksi yang memiliki latar belakang pendidikan formal yang sama. Selanjutnya jika persentase tersebut lebih kecil dari 40 persen, maka latar belakang pendidikan formal anggota dewan komisaris dan
62
direksi dikatakan tersebar (Ponnu, 2008). Latar belakang pendidikan formal anggota dewan komisaris dan direksi merupakan karakteristik kognitif yang dapat memengaruhi kemampuan dewan komisaris dan direksi dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan bisnis (Kusumastuti dkk., 2006). Artinya, pemilihan anggota dewan komisaris dan direksi harus berpedoman pada persyaratan mengenai pencapaian pendidikan, kecukupan kompetensi dan pemahaman mengenai bisnis, integritas atau kejujuran, serta ketekunan seseorang. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa diversitas pendidikan berpengaruh positif pada luas pengungkapan CSR. Hasil tersebut mendukung hipotesis ketiga penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Siciliano (1996) yang menemukan bahwa diversitas latar belakang pendidikan yang berasosiasi dengan latar belakang pekerjaan anggota dewan komisaris dan direksi berpengaruh positif pada kinerja organisasi terutama pada kinerja sosial. Hasil penelitian ini juga mendukung temuan Wallace dan Cooke (1990) yang menemukan bahwa anggota direksi yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi dan bisnis mungkin melakukan tingkat pengungkapan yang lebih luas untuk meningkatkan citra perusahaan maupun kredibilitas manajemen. Menurut Murali (2006) dalam Ponnu (2008), anggota dewan komisaris dan direksi dengan latar belakang pendidikan formal non-bisnis cenderung membuat keputusan yang berbeda, memberikan penilaian objektif dalam diskusi, memiliki pandangan yang independen, serta berani dalam bertindak. Ponnu (2008) berpendapat bahwa perpaduan antara anggota dewan komisaris dan direksi dengan latar belakang pendidikan bisnis dengan non-bisnis akan mampu membentuk
63
dewan komisaris dan direksi yang berbasis kompetensi, sehingga pasar akan menganggap hal ini sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan telah dikelola dengan baik. 6.4 Pengaruh Proporsi Komisaris Independen pada Luas Pengungkapan CSR Sikap independen anggota dewan komisaris dan direksi merupakan salah satu ukuran diversitas kognitif yang akan memengaruhi kinerja dewan komisaris dan direksi terutama berkaitan dengan peranan dewan komisaris dan direksi sebagai pengawas tindakan manajemen. Tingkat independensi dewan komisaris dan direksi diukur dengan proporsi komisaris independen. Kehadiran komisaris independen dalam dewan komisaris dan direksi diharapkan dapat meningkatkan kualitas aktivitas pengawasan dalam perusahaan, karena mereka tidak terafiliasi dengan perusahaan sebagai karyawan, dan merupakan keterwakilan independen dari kepentingan shareholders. Selain meningkatkan independensi, keberadaan komisaris independen akan membentuk hubungan antara perusahaan dengan lingkungan eksternal yang disebabkan karena keahlian, prestise (reputasi), dan kontak-kontak yang mereka miliki. Dewan komisaris akan lebih memiliki kekuatan untuk menekan manajemen dalam meningkatkan kualitas pengungkapan perusahaan apabila jumlah komisaris independen lebih banyak. Sustainbility Report merupakan salah satu upaya perusahaan untuk meningkatkan kualitas pengungkapan untuk meningkatkan image perusahaan. Jika image perusahaan meningkat, maka hal tersebut
64
menandakan pengawasan yang baik dari dewan komisaris independen dan kerja manajemen yang efektif (Haniffa dan Cooke, 2005). Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh positif pada luas pengungkapan CSR. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kehadiran komisaris independen dianggap sebagai suatu mekanisme yang akan meningkatkan perlindungan bagi investor melalui pengungkapan informasi CSR. Hasil ini mendukung hipotesis keempat penelitian ini. Temuan ini sejalan dengan penelitian Cerbioni dan Parbonetti (2007) menemukan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh positif pada pengungkapan Intelectual Capital (IC). Cheng dan Courteney’s (2006) menemukan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh positif pada pengungkapan sukarela.
6.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Luas Pengungkapan CSR Penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Ukuran perusahaan diasumsikan memiliki efek langsung terhadap luas pengungkapan CSR, karena perusahaan besar akan diuntungkan dari skala ekonomis, market power, dan akses terhadap sumber daya dibandingkan dengan perusahaan kecil. Selain itu, perusahaan besar dianggap memiliki risiko lebih rendah dibandingkan perusahaan kecil. Hasil pengujian terhadap ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif pada luas pengungkapan CSR. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Cooke (1992), Wallace et al. (1994), dan Karin dan Ahmed (2005) yang menemukan
65
karakteristik perusahaan yang diproksikan dengan ukuran perusahaan (aset) berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan tahunan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan besar cenderung melakukan pengungkapan CSR yang lebih luas. Hal ini dikarenakan sorotan pelaksanaan CSR pada perusahaan besar cenderung lebih kuat dan penggunaan sumber daya seperti sumber dana masyarakat yang relatif besar menyebabkan tanggung jawab sosial perusahaan semakin besar. Pengungkapan CSR yang lebih luas pada perusahaan besar diharapkan mampu memberikan sinyal positif sehingga reputasi perusahaan akan semakin meningkat.
66
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh diversitas pengurus pada luas pengungkapan CSR. Diversitas pengurus diproksikan dalam empat kriteria yaitu diversitas gender, kebangsaan, pendidikan, dan proporsi komisaris independen. Pada penelitian ini, hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Adjusted R2 sebesar 0,284 serta diperoleh hasil analisis uji F sebesar 14,362 dengan signifikansi sebesar 0,000. Hasil pengujian hipotesis terhadap diversitas pengurus dijabarkan sebagai berikut. (1) Diversitas gender berpengaruh positif pada luas pengungkapan CSR. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nalikka (2009) menemukan bahwa diversitas gender berpengaruh positif pada pengungkapan sukarela. Bernardi dan Threadgill (2010) menemukan bahwa jumlah anggota dewan wanita berpengaruh pada perilaku sosial perusahaan. (2) Diversitas kebangsaan berpengaruh positif pada luas pengungkapan CSR. Hasil tersebut mendukung hipotesis kedua penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan hasil penelitian Oxelheim dan Randoy (2001), Carter et al. (2002; 2007), Marimuthu (2008), dan Ararat et al. (2010) yang menemukan pengaruh positif keberadaan dewan komisaris dan direksi dengan kebangsaan asing pada nilai dan kinerja perusahaan.
67
(3) Diversitas pendidikan berpengaruh positif pada luas pengungkapan CSR. Hasil tersebut mendukung hipotesis ketiga penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Siciliano (1996) yang menemukan bahwa diversitas latar belakang pendidikan yang berasosiasi dengan latar belakang pekerjaan anggota dewan komisaris dan direksi berpengaruh positif pada kinerja organisasi terutama pada kinerja sosial. Hasil penelitian ini juga mendukung temuan Wallace dan Cooke (1990) yang menemukan bahwa anggota direksi yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi dan bisnis mungkin melakukan tingkat pengungkapan yang lebih luas untuk meningkatkan citra perusahaan maupun kredibilitas manajemen. (4) Proporsi komisaris independen berpengaruh positif pada luas pengungkapan CSR. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kehadiran komisaris independen dianggap sebagai suatu mekanisme yang akan meningkatkan perlindungan bagi investor melalui pengungkapan informasi CSR. Hasil ini mendukung hipotesis keempat penelitian ini. Temuan ini sejalan dengan penelitian Cerbioni dan Parbonetti (2007) serta Cheng dan Courteney’s (2006). (5) Hasil pengujian terhadap ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif pada luas pengungkapan CSR. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan besar cenderung melakukan pengungkapan CSR yang lebih luas.
68
7.2 Saran Beberapa keterbatasan memengaruhi hasil penelitian dan perlu menjadi bahan pengembangan pada penelitian berikutnya. Saran-saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Penelitian ini hanya dilakukan pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, penelitian berikutnya dapat melakukan penelitian dengan objek yang berbeda misalnya perusahaan manufaktur untuk memperoleh konsistensi hasil penelitian. (2) Koefisien determinasi (Adjusted R2) adalah sebesar 0,284 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 28,4 persen, sedangkan sisanya sebesar 71,6 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian. Hal ini berarti masih ada variabel lain yang perlu diidentifikasi untuk menjelaskan pengaruh diversitas dewan komisaris dan direksi pada luas pengungkapan CSR. Berdasarkan hasil penelitian, variabel diversitas komisaris dan direksi lain yang mungkin dapat memengaruhi luas pengungkapan CSR adalah diversitas kognitif seperti pengalaman, skill dan kompetensi (Coffey dan Wang, 1998) dan diversitas demografi seperti status perkawinan (Slocum dan Hellriegel, 2007 dalam Marimuthu, 2008). Penelitian ini menggabungkan proksi-proksi yang diperoleh dari penelitian sebelumnya (Carter et al., 2002; 2007, Kusumastuti dkk., 2006, Wicaksana, 2010) dalam mengukur diversitas dewan komisaris dan direksi. Untuk memperoleh
konsistensi
hasil,
69
penelitian
berikutnya
disarankan
menggunakan proksi yang berbeda dalam mengukur diversitas dewan komisaris dan direksi. Salah satu proksi untuk mengukur diversitas dewan komisaris dan direksi adalah dengan menggunakan indeks Blau. Indeks Blau merupakan ukuran yang lebih baik dalam mengukur heterogenitas pada karakteristik kategorikal (variety ) (Ararat et al., 2010). (3) Pengungkapan
informasi
CSR
akan
mempengaruhi
investor
dalam
pengambilan keputusan investasi yang akan mereka lakukan, perusahaan diharapkan
melaksanakan
dan
melaporkan
program
CSR
secara
berkesinambungan dan berkala mengacu pada Sustainability Reporting Guidelines yang dikeluarkan oleh GRI sebagai standar pelaporan.
70
DAFTAR PUSTAKA Adams, Renee.B., and Daniel Ferreira. 2008. Women in The Boardroom and Their Impact on Governance and Performance. Journal of Financial Economics. Available at: http://ssrn.com/abstract=1107721. Diakses pada 27 Oktober 2013. Agrawal, A. and Charles R. Knoeber. 2000. Do Some Outside Directors Play a Political Role?. Available at: http://ssrn.com/abstract_id=224133. Diakses pada 4 November 2013. Andarini, Putri dan Indira Januarti. 2010. Hubungan Karakteristik Dewan Komisaris dan Perusahaan terhadap Pengungkapan Risk Management Committee (RMC) pada Perusahaan Go Public Indonesia. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto: 13-15 Oktober. Ararat, Melsa., Mine Aksu, and Ayse T. Cetin. 2010. Impact of Board Diversity on Boards’ Monitoring Intensity and Firm Performance: Evidence from the Istambul Stock Exchange. Available at: http://ssrn.com/abstract=1572283. Diakses pada 25 Oktober 2013. Bear, S., Rahman, N. & Post, C. 2010. The Impact of Board Diversity and Gender Composition on Corporate Social Responsibility and Firm Reputation. Journal of Business Ethics, 97, 207-221. Bernardi, R.; Threadgill, V. (2010) Women Directors and Corporate Social Responsibility. Electronic Journal of Business Ethics and Organization Studies, 15(2), pp. 15-21. Booth, Alison L. and Patrick J. Nolen. 2009. Gender Differences in Risk Behaviour: Does Nurture Matter?. Institute for the Study of Labor (IZA) Discussion Paper No.4026. Carter, D.A., Betty J. Simkims, and W.G. Simpson. 2002. Corporate Governance, Board Diversity, and Firm Value. The Financial Review. No.38: 33-53. _________, Frank D’Souza, Betty J. Simkims, and W.G. Simpson. 2007. The Diversity of Corporate Board Committees and Financial Performance. Available at: http://ssrn.com/abstract=1106698. Diakses pada 7 November 2013. Cerbioni, F. and A. Parbonetti. 2007. Exploring the Effect of Corporate Governance on Intellectual Capital Disclosure: An Analysis of European Biotechnology Companies. European Accounting Review. Vol.16, No.4: 791 – 826.
Cooke, T. E. 1992. The Impact of Size, Stock Market Listing and Industry Type on Disclosure In The Annual Report of Japanese Listed Corporasions. Accounting and Bussiness Research 22 (summer): 229-237. Darmadi, Salim. 2011. Board Diversity and Firm Performance: the Indonesian Evidence. Journal Corporate Ownership and Control. Vol.8. Available at: http://ssrn.com/abstract=1727195. Diakses pada 27 Oktober 2013. Fama, E. F. (1980) Agency problems and the theory of the firm, Journal of Political Economy. 88(2): 288–307. _________ and Michael C. Jansen. 1983. Separation of Ownership and Control. Journal of Law and Economics. Vol. XXVI. Available at: http://ssrn.com/abstract=94034. Diakses pada 16 November 2013. FCGI. 2000. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan). Forum for Corporate Governance in Indonesia. Feijoo, B. F., S. Romero, dan S. Luiz. 2012. Does Board Gender Composition Affect Corporate Social Responsibility Reporting?. International Journal of Business and Social Science. Vol. 3 No. 1, January 2012. Firer, S., and S. M. Williams .2005. Association between the Ownership Structure of Singapore Publicly Traded Firms and Intellectual Capital Disclosures, Corporate Governance and Intellectual Capital Research Paper 7. URL:http://www.research.smu.edu.sg/faculty/cgic/Research/Research_Papers/CG ICResearchPaper7.pdf Ghozali, Imam. 2006. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Goodstein, J., Kanak Gautam and Warren Boeker. 1994. The Effects of Board Size and Diversity on Strategic Change. Strategic Management Journal. Vol.15: 241-250 Haniffa, R., and Terry Cooke. 2000. Culture, Corporate Governance and Disclosure in Malaysian Corporation. Presented at the Asian AAA World Conference. Singapore: 28-30 August. ________________________ 2005. “ The Impact of Culture and Governance on Coporate Social Reporting”. Journal of Accounting and Public Policy, pp.391430.
Herawati, Niniek. 2007. “Analisis Risiko Lingkungan Aliran Air Lumpur Lapindo Ke Badan Air (Studi Kasus Sungai Porong dan Sungai Aloo - Kabupaten Sidoarjo)” (tesis). Semarang: Universitas Diponegoro. Hillman, A.J., C. Shropshire, and A. A. Canella. 2007. Organizational Predictors of Women on Corporate Boards. Academy of Management Journal. No.50(4): 4152. Janah, Asmaul dan Erwin Saraswati. Analisis Pelaksanaan dan Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan Perbankan di Indonesia (Studi Komparatif Bank Pemerintah dan Bank Swasta). Jurnal Ilmiah Mahasiswa. Feb, 2013, 1.2. KNKCG. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance Jakarta. Kusumastuti, Sari, Supatmi, dan Perdana Sastra. 2006. Pengaruh Board Diversity terhadap Nilai Perusahaan dalam Perspektif Corporate Governance. Jurnal Ekonomi Akuntansi-Universitas Kristen Petra. Available at: http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting. Diakses pada 3 November 2013. Lindrianasari dan Jogiyanto Hartono. 2010. Kinerja Akuntansi dan Kinerja Pasar sebagai Anteseden dan Konsekuensi atas Pergantian Chief Executive Officer (CEO): Kasus dari Indonesia. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto: 13-15 Oktober. Marimuthu, Maran. 2008. Ethnic Diversity on Boards of Directors and Its Implications on Firm Financial Performance. The Journal of International Social Research. Vol. 1(4): 431-445. Nalikka, A. 2009. Impact of Gender Diversity on Voluntary Disclosure in Annual Reports. Accounting & Taxation. Vol. 1, No. 1. Oxelheim, Lars and Trond Randoy. 2001. The Impact of Foreign Board Membership on Firm Value. Journal of Banking and Finance. Working Papers No. 567. Pfeffer, J. and Salancik, G. 1978. The External Control of Organizations: A Resources Depedence Perspective. New York: Harper & Row. Ponnu, C.H. 2008. Academic Qualifications of Board of Directors and Company Performance. The Business Review Cambridge. Vol. 10. No.1: 177-181. Randoy, T., Steen Thomsen, and Lars Oxelheim. 2006. A Nordic Perspective on Corporate Board Diversity. Available at: http://www.nordicinovation.net/img/a_nordic_perspective_on_board_diversity_fi nal_web.pdf. Diakses pada 7 November 2013.
Roberson, Q.M., and Park, H.J. 2007. Examining the Link Between Diversity and Firm Performance: The Effect of Diversity Reputation and Leader Racial Diversity. Group & Organization Management. Vol. 32. No.5: 548-568. Robbins, Stephen.P and Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Keorganisasian. (Diana Angelica, Pentj). Ed. 12. Jakarta: Salemba Empat. Rovers, Mijntje L. 2010. Female Directors on Corporate Boards Provide Legitimacy to A Company. Available at: http://ssrn.com/abstract=1411693. Diakses pada 12 November 2013. Siciliano, J.I. 1996. The Relationship of Board Member Diversity to Organizational Performance. Journal of Business Ethics. Vol.15: 1313-1320. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ke-10. Bandung: Alfabeta. Suranta, Eddy dan Pratana P. Merdistuti. 2004. Income Smoothing, Tobin’s Q, Agency Problem, dan Kinerja Perusahaan. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar. 2-3 Desember. Surya, Indra dan Ivan Yustiavandana. 2006. Penerapan Good Corporate Governance: Mengesampingkan Hak-hak Istimewaa demi Kelangsungan Usaha. Lembaga Kajian Pasar Modal dan Keuangan Fakultas Hukum UI. Ed.1. Cet.1. Jakarta: Kecana. Susiloadi P. 2008. Implementasi Corporate Social Responsibility Untuk mendukung Pembangunan Berkelanjutan. Spirit Publik. 4 (2), 123-130. TIAA-CREF. 1997. Policy Statement on Corporate Governance. New York. Towoliu, Wolly P. 2013 Fungsi Lembaga Perbankan Dalam Melindungi Nasabah Melalui Aspek Kerahasiaan Bank. Jurnal Hukum Unsrat , I (2). pp. 11-24. ISSN 1410-2358 Wahyudi, Untung dan Hartini P. Pawestri. 2006. Implikasi Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan: dengan Keputusan Keuangan sebagai Variabel Intervening. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang: 23-26 Agustus. Wallace, R.S. Olusegun dan Kamal Naser. 1995. Firm-Specific Determinants of the Comprehensiveness of Mandatory Disclousure in the Corporate Annual Reports of Firms Listed on the Stock Exchange of Hongkong. Journal of Accounting and Public Policy 11 (2):311-368.
Wardhani, Ratna. 2008. Tingkat Konservatisma Akuntansi di Indonesia dan Hubungannya dengan Karakteristik Dewan sebagai Salah Satu Mekanisme Corporate Governance. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak: 23-24 Juli. ______________ dan Herunata Joseph. 2010. Karakteristik Pribadi Komite Audit dan Praktik Manajemen Laba. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto: 13-15 Oktober. WANG, J. & COFFEY, B. S. 1992. Board composition and corporate philanthropy. Journal of Business Ethics, 11, 771-778. Warsono, Sony, Fitri Amalia, dan Dian K. Rahajeng. 2009. Corporate Governance Concept and Model: Preserving True Organization Welfare. Center for Good Corporate Governance Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Cet.1 Yogyakarta: CGCG UGM. Wicaksana, Arya B. 2010. “Pengaruh Diversitas Dewan pada Kinerja Pasar: Kajian Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008” (tesis). Denpasar: Universitas Udayana. Williams, R. (2003). Women on Corporate Boards of Directors and their Influence on Corporate Philanthropy. Journal of Business Ethics, No 42, pp. 1-10. Williams, K.Y., and C.A. O’Reilly. 1998. Demography and Diversity in Organizations: A Review of 40 Years of Research. Research in Organizational Behavior. No. 20: 77-140. Wolk, Harry I., Michael G. Tearney, and James L. Dodd. 2000. Accounting Theory: A Conceptual and Institutional Approach. Fifth Edition. Ohio: SouthWestern College Publishing Yuniasih, N. W., N. K. Rasmini, dan M. G. Wirakusuma. 2011. Pengaruh Diversitas Dewan pada Luas Pengungkapan Modal Intelektual. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XIV. Aceh: 21-23 Juli. Zulkarnain, Achmad. 2007. “Pengaruh Pembuangan Tailing Bawah Laut PT. Newmont Minahasa Raya: Studi Kasus Perairan Teluk Buyat” (tesis). Jakarta: Universitas Indonesia.
Lampiran 1
1
Kode GRI EC1
2
EC2
3 4 5
EC3 EC4 EC5
6
EC6
7
EC7
8
EC8
9
EC9
10 11 12 13 14
EN1 EN2 EN3 EN4 EN5
15
EN6
16
EN7
17 18
EN8 EN9
19
EN10
No
Item Pengungkapan CSR Berdasarkan GRI Perolehan dan distribusi nilai ekonomi langsung, meliputi pendapatan, biaya operasi, imbal jasa karyawan, donasi, dan investasi komunitas lainnya, laba ditahan, dan pembayaran kepada penyandang dana serta pemerintah Implikasi finansial dan risiko lainnya akibat perubahan iklim serta peluangnya bagi aktivitas organisasi Jaminan kewajiban organisasi terhadap program imbalan pasti Bantuan finansial yang signifikan dari pemerintah Rentang rasio standar upah terendah dibandingkan dengan upah minimum setempat pada lokasi operasi yang signifikan Kebijakan, praktek, dan proporsi pengeluaran untuk pemasok lokal pada lokasi operasi yang signifikan Prosedur penerimaan pegawai lokal dan proporsi manajemen senior lokal yang dipekerjakan pada lokasi operasi yang signifikan Pembangunan dan dampak dari investasi infrastruktur serta jasa yang diberikan untuk kepentingan publik secara komersial, natura, atau pro bono Pemahaman dan penjelasan dampak ekonomi tidak langsung yang signifikan, termasuk seberapa luas dampaknya Penggunaan bahan; diperinci berdasarkan berat atau volume Persentase penggunaan bahan daur ulang Penggunaan energi langsung dari sumber daya energi primer Pemakaian energi tidak langsung berdasarkan sumber primer Penghematan energi melalui konservasi dan peningkatan efisiensi Inisiatif untuk mendapatkan produk dan jasa berbasis energi efisien atau energi yang dapat diperbarui, serta pengurangan persyaratan kebutuhan energi sebagai akibat dari inisiatif tersebut Inisiatif untuk mengurangi konsumsi energi tidak langsung dan pengurangan yang dicapai Total pengambilan air per sumber Sumber air yang terpengaruh secara signifikan akibat pengambilan air Persentase dan total volume air yang digunakan kembali dan didaur ulang
Lampiran 1 (Lanjutan)
20
EN11
21
EN12
22 23
EN13 EN14
24
EN15
25
EN16
26
EN17
27
EN18
28
EN19
29
EN20
30 31 32 33
EN21 EN22 EN23 EN24
34
EN25
35
EN26
36
EN27
Lokasi dan ukuran tanah yang dimiliki, disewa, dikelola oleh organisasi pelapor yang berlokasi di dalam, atau yang berdekatan dengan daerah yang diproteksi (dilindungi) atau daerah-daerah yang memiliki nilai keanekaragaman hayati yang tinggi di luar daerah yang diproteksi Uraian atas berbagai dampak signifikan yang diakibatkan oleh aktivitas, produk, dan jasa organisasi pelapor terhadap keanekaragaman hayati di daerah yang diproteksi (dilindungi) dan di daerah yang memiliki keanekaragaman hayati bernilai tinggi di luar daerah yang diproteksi (dilindungi) Perlindungan dan pemulihan habitat Strategi, tindakan, dan rencana mendatang untuk mengelola dampak terhadap keanekaragaman hayati Jumlah spesies berdasarkan tingkat risiko kepunahan yang masuk dalam daftar merah IUCN (IUCN Red List Species) dan yang masuk dalam daftar konservasi nasional dengan habitat di daerah-daerah yang terkena dampak operasi Jumlah emisi gas rumah kaca yang sifatnya langsung maupun tidak langsung dirinci berdasarkan berat Emisi gas rumah kaca tidak langsung lainnya diperinci berdasarkan berat Inisiatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan pencapaiannya Emisi bahan kimia yang merusak lapisan ozon (ozonedepleting substances/ODS) diperinci berdasarkan berat NOx, SOx dan emisi udara signifikan lainnya yang diperinci berdasarkan jenis dan berat Jumlah buangan air menurut kualitas dan tujuan Jumlah berat limbah menurut jenis dan metode pembuangan Jumlah dan volume tumpahan yang signifikan Berat limbah yang diangkut, diimpor, diekspor, atau diolah yang dianggap berbahaya menurut Lampiran Konvensi Basel I, II, III dan VIII, dan persentase limbah yang diangkut secara internasional Identitas, ukuran, status proteksi dan nilai keanekaragaman hayati badan air serta habitat terkait yang secara signifikan dipengaruhi oleh pembuangan dan limpasan air organisasi pelapor Inisiatif untuk mengurangi dampak lingkungan produk dan jasa dan sejauh mana dampak pengurangan tersebut Persentase produk terjual dan bahan kemasannya yang ditarik menurut kategori
Lampiran 1 (Lanjutan)
37
EN28
38
EN29
39
EN30
40
LA1
41
LA2
42
LA3
43
LA4
44
LA5
45
LA6
46
LA7
47
LA8
48
LA9
49
LA10
50
LA11
51
LA12
Nilai moneter denda yang signifikan dan jumlah sanksi nonmoneter atas pelanggaran terhadap hukum dan regulasi lingkungan Dampak lingkungan yang signifikan akibat pemindahan produk dan barang-barang lain serta material yang digunakan untuk operasi perusahaan, dan tenaga kerja yang memindahkan Jumlah pengeluaran untuk proteksi dan investasi lingkungan menurut jenis Jumlah angkatan kerja menurut jenis pekerjaan, kontrak pekerjaan, dan wilayah. Jumlah dan tingkat perputaran karyawan menurut kelompok usia, jenis kelamin, dan wilayah Manfaat yang disediakan bagi karyawan tetap (purna waktu) yang tidak disediakan bagi karyawan tidak tetap (paruh waktu) menurut kegiatan pokoknya Persentase karyawan yang dilindungi perjanjian tawarmenawar kolektif tersebut Masa pemberitahuan minimal tentang perubahan kegiatan penting, termasuk apakah hal itu dijelaskan dalam perjanjian kolektif tersebut Persentase jumlah angkatan kerja yang resmi diwakili dalam panitia Kesehatan dan Keselamatan antara manajemen dan pekerja yang membantu memantau dan memberi nasihat untuk program keselamatan dan kesehatan jabatan Tingkat kecelakaan fisik, penyakit karena jabatan, hari-hari yang hilang, dan ketidakhadiran, dan jumlah kematian karena pekerjaan menurut wilayah Program pendidikan, pelatihan, penyuluhan/ bimbingan, pencegahan, pengendalian risiko setempat untuk membantu para karyawan, anggota keluarga dan anggota masyarakat, mengenai penyakit berat/berbahaya Masalah kesehatan dan keselamatan yang tercakup dalam perjanjian resmi dengan serikat karyawan Rata-rata jam pelatihan tiap tahun tiap karyawan menurut kategori/kelompok karyawan Program untuk pengaturan keterampilan dan pembelajaran sepanjang hayat yang menujang kelangsungan pekerjaan karyawan dan membantu mereka dalam mengatur akhir karier Persentase karyawan yang menerima peninjauan kinerja dan pengembangan karier secara teratur
Lampiran 1 (Lanjutan)
52
LA13
53
LA14
54
HR1
55
HR2
56
HR3
57
HR4
58
HR5
59
HR6
60
HR7
61
HR8
62
HR9
63
SO1
64
SO2
65
SO3
66
SO4
Komposisi badan pengelola/penguasa dan perincian karya¬wan tiap kategori/kelompok menurut jenis kelamin, kelompok usia, keanggotaan kelompok minoritas, dan keanekaragaman indikator lain Perbandingan/rasio gaji dasar pria terhadap wanita menurut kelompok/kategori karyawan Persentase dan jumlah perjanjian investasi signifikan yang memuat klausul HAM atau telah menjalani proses skrining/ filtrasi terkait dengan aspek hak asasi manusia Persentase pemasok dan kontraktor signifikan yang telah menjalani proses skrining/ filtrasi atas aspek HAM Jumlah waktu pelatihan bagi karyawan dalam hal mengenai kebijakan dan serta prosedur terkait dengan aspek HAM yang relevan dengan kegiatan organisasi, termasuk persentase karyawan yang telah menjalani pelatihan Jumlah kasus diskriminasi yang terjadi dan tindakan yang diambil/dilakukan Segala kegiatan berserikat dan berkumpul yang diteridentifikasi dapat menimbulkan risiko yang signifikan serta tindakan yang diambil untuk mendukung hak-hak tersebut Kegiatan yang identifikasi mengandung risiko yang signifikan dapat menimbulkan terjadinya kasus pekerja anak, dan langkah-langkah yang diambil untuk mendukung upaya penghapusan pekerja anak Kegiatan yang teridentifikasi mengandung risiko yang signifikan dapat menimbulkan kasus kerja paksa atau kerja wajib, dan langkah-langkah yang telah diambil untuk mendukung upaya penghapusan kerja paksa atau kerja wajib Persentase personel penjaga keamanan yang terlatih dalam hal kebijakan dan prosedur organisasi terkait dengan aspek HAM yang relevan dengan kegiatan organisasi Jumlah kasus pelanggaran yang terkait dengan hak penduduk asli dan langkah-langkah yang diambil Sifat dasar, ruang lingkup, dan keefektifan setiap program dan praktek yang dilakukan untuk menilai dan mengelola dampak operasi terhadap masyarakat, baik pada saat memulai, pada saat beroperasi, dan pada saat mengakhiri Persentase dan jumlah unit usaha yang memiliki risiko terhadap korupsi Persentase pegawai yang dilatih dalam kebijakan dan prosedur antikorupsi Tindakan yang diambil dalam menanggapi kejadian korupsi
Lampiran 1 (Lanjutan)
67
SO5
68
SO6
69
SO7
70
SO8
71
PR1
72
PR2
73
PR3
74
PR4
75
PR5
76
PR6
77
PR7
78
PR8
79
PR9
Kedudukan kebijakan publik dan partisipasi dalam proses melobi dan pembuatan kebijakan publik Nilai kontribusi finansial dan natura kepada partai politik, politisi, dan institusi terkait berdasarkan negara di mana perusahaan beroperasi Jumlah tindakan hukum terhadap pelanggaran ketentuan antipersaingan, anti-trust, dan praktek monopoli serta sanksinya Nilai uang dari denda signifikan dan jumlah sanksi nonmoneter untuk pelanggaran hukum dan peraturan yang dilakukan Tahapan daur hidup di mana dampak produk dan jasa yang menyangkut kesehatan dan keamanan dinilai untuk penyempurnaan, dan persentase dari kategori produk dan jasa yang penting yang harus mengikuti prosedur tersebut Jumlah pelanggaran terhadap peraturan dan etika mengenai dampak kesehatan dan keselamatan suatu produk dan jasa selama daur hidup, per produk Jenis informasi produk dan jasa yang dipersyaratkan oleh prosedur dan persentase produk dan jasa yang signifikan yang terkait dengan informasi yang dipersyaratkan tersebut Jumlah pelanggaran peraturan dan voluntary codes mengenai penyediaan informasi produk dan jasa serta pemberian label, per produk Praktek yang berkaitan dengan kepuasan pelanggan termasuk hasil survei yang mengukur kepuasaan pelanggan Program-program untuk ketaatan pada hukum, standar dan voluntary codes yang terkait dengan komunikasi pemasaran, termasuk periklanan, promosi, dan sponsorship Jumlah pelanggaran peraturan dan voluntary codes sukarela mengenai komunikasi pemasaran termasuk periklanan, promosi, dan sponsorship, menurut produknya Jumlah keseluruhan dari pengaduan yang berdasar mengenai pelanggaran keleluasaan pribadi (privacy) pelanggan dan hilangnya data pelanggan Nilai moneter dari denda pelanggaran hukum dan peraturan mengenai pengadaan dan penggunaan produk dan jasa
Lampiran 2
No
Nama
CSRI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
ABDA ABDA ABDA ABDA ABDA ADMF ADMF ADMF ADMF ADMF AGRO AGRO AGRO AGRO AGRO AHAP AKSI AKSI AKSI AKSI AMAG AMAG AMAG AMAG AMAG APIC ARTA ARTA ARTA ASBI ASBI ASBI ASBI ASBI ASDM
0.2200 0.2300 0.2400 0.2100 0.2500 0.2200 0.4200 0.4200 0.3400 0.3800 0.3700 0.4700 0.2900 0.2900 0.2900 0.2400 0.5300 0.2400 0.2500 0.2800 0.2300 0.2500 0.4900 0.3000 0.3200 0.2400 0.5800 0.2900 0.3300 0.3200 0.1600 0.3300 0.3400 0.3500 0.2300
Gender Bangsa 0.1400 0.3300 0.3800 0.3800 0.3800 0.1000 0.1000 0.1500 0.0800 0.0800 0.1400 0.3300 0.4000 0.3800 0.2200 0.1300 0.1400 0.3300 0.4000 0.4000 0.2000 0.2000 0.2000 0.2000 0.2000 0.5000 0.2500 0.2500 0.2500 0.2500 0.2500 0.2500 0.2200 0.2500 0.1100
0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pendidikan 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
Komisaris IndepenSize den 0.3300 421304 0.3300 518267 0.3300 845778 0.2500 1106154 0.3300 1796429 0.4000 3592024 0.4000 4329549 0.2900 7599615 0.2900 16889452 0.4300 25460457 0.6700 2578439 0.6700 2981696 0.5000 3054092 1.0000 3481155 1.0000 4040140 0.5000 144971 0.3300 86165 0.3300 100071 0.3300 82556 0.3300 72005 0.3300 437340 0.3300 506324 0.3300 654356 0.3300 1080639 0.3300 1349457 0.5000 159597 1.0000 189495 0.5000 382694 0.5000 369987 0.5000 200327 0.2500 186853 0.2000 243601 0.3300 245566 0.6000 369709 0.0000 262884
Lampiran 2 (Lanjutan) 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
ASDM ASDM ASDM BABP BABP BABP BABP BABP BACA BACA BACA BACA BAEK BAEK BAEK BAEK BBCA BBCA BBCA BBCA BBCA BBKP BBKP BBKP BBKP BBKP BBNI BBNI BBNI BBNI BBNP BBRI BBRI BBRI BBRI
0.2300 0.2700 0.2500 0.1000 0.5000 0.5200 0.4300 0.2900 0.2900 0.3000 0.3200 0.3000 0.3400 0.5400 0.5700 0.2800 0.3800 0.3800 0.3900 0.3900 0.1100 0.3800 0.3800 0.3900 0.3900 0.1100 0.1100 0.4200 0.4200 0.4300 0.3700 0.3900 0.4300 0.4300 0.4400
0.1100 0.1100 0.1300 0.1700 0.2500 0.2500 0.2200 0.2000 0.1400 0.1400 0.1400 0.1400 0.1100 0.1100 0.2000 0.2200 0.0800 0.0700 0.0700 0.0700 0.0700 0.0800 0.0800 0.0900 0.1700 0.1700 0.0600 0.0600 0.0600 0.0600 0.0700 0.1200 0.1300 0.1200 0.1200
0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1
0.5000 0.5000 0.5000 0.6000 0.8000 0.6700 1.0000 0.2000 0.6700 0.3300 0.3300 0.3300 0.5000 0.5000 0.5000 0.6700 0.6000 0.6000 0.6000 0.6000 0.6000 0.3300 0.5000 0.5000 0.4000 0.4000 0.5700 0.5700 0.6700 0.6700 0.5000 0.5700 0.6700 0.5700 0.6700
549173 954710 996178 6287877 7007769 8667938 7281534 7433803 1703769 3459181 4399404 4694939 21591830 21522321 24099084 25365299 245569856 282392294 324419069 381908353 442994197 32633063 37173318 47489366 57183463 65689830 201741069 227496967 248580529 299058161 3694814 246076896 316947029 404285602 469899284
Lampiran 2 (Lanjutan) 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105
BBRI BDMN BDMN BDMN BDMN BEKS BKSW BKSW BMRI BMRI BMRI BMRI BMRI BNBA BNBA BNBA BNII BNII BNII BNII BNII BNLI BNLI BNLI BNLI BPFI BPFI BPFI BPFI BSIM BSIM BSIM BSWD BSWD BSWD
0.4400 0.3300 0.3500 0.3700 0.3800 0.2800 0.1800 0.3800 0.3800 0.3800 0.3900 0.4100 0.4300 0.3800 0.3800 0.3900 0.3000 0.3200 0.5300 0.3300 0.5400 0.3700 0.3800 0.3900 0.4100 0.3700 0.3800 0.3800 0.3900 0.3200 0.3400 0.3500 0.3000 0.3300 0.3500
0.1100 0.2500 0.1700 0.1500 0.1600 0.1100 0.1400 0.1100 0.0600 0.0600 0.1100 0.1400 0.1400 0.1700 0.1700 0.2000 0.1700 0.2000 0.3100 0.3800 0.4100 0.0600 0.1300 0.3300 0.2100 0.2000 0.4000 0.5000 0.5000 0.1100 0.1100 0.1000 0.2700 0.1700 0.2000
0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.5000 0.4000 0.4300 0.3800 0.3800 0.6700 0.6700 1.0000 0.4000 0.4000 0.5700 0.5700 0.5700 0.6700 0.6700 0.5000 0.5000 0.5000 0.5700 0.5700 0.5700 0.5000 0.6300 0.5600 0.5600 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.6700 0.6700 0.6700 0.3300 0.3300 0.6000
551336790 98597953 99862649 116582650 127057997 5993039 2589916 3593817 358438678 394616604 449774551 551891704 635618708 2044367 2403186 2661051 56868290 60965774 75130433 94919111 115772908 54059522 56009953 73844642 131798595 230152 286682 368493 529226 11232179 16658656 15151892 1359880 1537377 1570331
Lampiran 2 (Lanjutan) 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140
BSWD BSWD BTPN BTPN BTPN BTPN BTPN BVIC BVIC BVIC BVIC BVIC CFIN CFIN CFIN CFIN CFIN DEFI DEFI DEFI DEFI DEFI GSMF GSMF GSMF GSMF GSMF HDFA HDFA INPC INPC INPC INPC INPC KREN
0.5700 0.3900 0.3300 0.3700 0.5800 0.3900 0.4100 0.3000 0.3200 0.3400 0.3400 0.3500 0.3000 0.3200 0.3300 0.4300 0.3400 0.3200 0.3300 0.3700 0.3700 0.3800 0.2900 0.2900 0.3000 0.3200 0.3300 0.3300 0.3500 0.3400 0.3400 0.1500 0.1500 0.1700 0.2900
0.2500 0.2500 0.0800 0.0700 0.0700 0.0700 0.0600 0.2900 0.2900 0.2900 0.1400 0.1100 0.4300 0.4300 0.3800 0.3800 0.4300 0.6000 0.6000 0.5000 0.2500 0.2500 0.1100 0.1100 0.1100 0.1100 0.1100 0.1700 0.1300 0.2500 0.1700 0.0800 0.0800 0.0900 0.1700
1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.7500 0.6000 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.4000 0.4000 0.6700 0.6700 0.7500 0.4000 0.4000 0.4000 0.4000 0.4000 0.3300 0.3300 0.5000 0.5000 0.5000 0.4000 0.4000 0.4000 0.4000 0.4000 0.3300 0.3300 0.5000 0.3300 0.5000 0.5000 0.4000 0.5000
2080427 2540740 13697461 22272246 34522573 46651141 59090132 5625107 7359018 10304852 11802562 14352840 1607442 1771266 2693909 4785503 4853634 42514 39791 41478 43231 45045 1444601 1632358 2137820 2286025 2586025 1241206 1441206 12845448 15432373 17063094 19185436 20558770 377545
Lampiran 2 (Lanjutan) 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175
KREN KREN KREN LPGI LPGI LPGI LPGI LPGI LPPS MAYA MAYA MCOR MCOR MCOR MCOR MCOR MFIN MFIN MFIN MFIN MFIN MREI NISP NISP NISP NISP NISP OCAP OCAP OCAP PANS PANS PANS PANS PANS
0.2900 0.3200 0.3300 0.2500 0.2800 0.5900 0.3200 0.3300 0.3200 0.3300 0.1400 0.3400 0.3500 0.3700 0.3800 0.3800 0.2700 0.2800 0.3000 0.3200 0.3200 0.2700 0.3300 0.4200 0.3700 0.5800 0.5800 0.2400 0.2500 0.2500 0.3300 0.3500 0.3700 0.1800 0.1800
0.1400 0.2500 0.3300 0.1400 0.1400 0.1300 0.1400 0.1300 0.1700 0.1000 0.1100 0.1100 0.2200 0.2200 0.2200 0.2200 0.2500 0.2500 0.2500 0.2500 0.2500 0.1400 0.1200 0.1200 0.1300 0.2100 0.2100 0.2500 0.2500 0.2500 0.2200 0.2000 0.2000 0.2200 0.2000
0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1
0.3300 0.3300 0.5000 0.6700 0.6700 0.6700 0.3300 0.2500 0.6700 0.0000 0.0000 0.3300 0.3300 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.3300 0.3300 0.3300 0.4300 0.3300 0.4000 0.0000 0.0000 0.5000 0.2000 0.3300 0.3300 0.3300 0.3300
478226 722558 566977 724796 616236 947492 956657 1447602 586579 10102287 12951201 2094665 2798874 4354460 6452794 6495246 2211603 2057703 3128916 3782414 4062766 258600 34245838 37052596 50141559 59834397 79141737 36775 48368 56673 933563 1030849 1411330 1562530 1661870
Lampiran 2 (Lanjutan) 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204
PEGE PEGE PEGE PEGE PEGE PNBN PNBN PNBN PNBN PNBN PNLF PNLF PNLF TIFA TIFA VRNA VRNA VRNA VRNA WOMF WOMF WOMF WOMF WOMF YULE YULE YULE YULE YULE
0.1300 0.1800 0.1000 0.1600 0.2900 0.3300 0.3400 0.3500 0.3800 0.2800 0.2800 0.3200 0.3300 0.5400 0.5300 0.2900 0.3200 0.3400 0.3500 0.2300 0.2400 0.2500 0.2500 0.2700 0.3400 0.1800 0.2200 0.2000 0.2400
0.1700 0.2000 0.1700 0.1700 0.1700 0.0700 0.0700 0.0700 0.0700 0.0700 0.3300 0.3300 0.3300 0.3800 0.3300 0.1700 0.1700 0.1700 0.1700 0.2700 0.0900 0.0900 0.1000 0.1100 0.4000 0.4000 0.6000 0.6000 0.6000
0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.0000 193984 0.0000 204714 0.0000 367468 0.0000 241132 0.0000 178227 0.2500 64391915 0.5000 77857418 0.5000 108947955 0.5000 124755428 0.2500 148792615 0.3300 8313827 0.3300 10526123 0.3300 11753772 0.3300 1014126 0.5000 1086141 0.3300 643464 0.3300 961243 0.3300 1512173 0.3300 1955436 0.3300 3616188 0.2900 2525599 0.3300 3348221 0.4000 3906526 0.4000 3348221 0.6700 56357 0.3300 59499 0.3300 53043 0.3300 50358 0.3300 54002
Lampiran 3 Statistik Deskriptif N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Pengungkapan CSR
204
0,10
0,59
0,3319
0,09733
Diversitas Gender
204
0,06
0,60
0,2032
0,12204
Diversitas Kebangsaan
204
0,00
1,00
0,3039
0,46108
Diversitas Pendidikan
204
0,00
1,00
0,3578
0,48054
Komisaris Independen
204
0,00
1,00
0,4498
0,18167
Ukuran Perusahaan
204
36775,00
635618708,00 49012507,862 7
113181422,04821
Valid N (listwise)
204
Lampiran 4 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
203
Normal Parameters(a,b)
Mean
Most Extreme Differences
Std. Deviation Absolute
,0000 ,08115 ,086
Positive
,086
Negative
-,086
Kolmogorov-Smirnov Z
1,230
Asymp. Sig. (2-tailed)
,097
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
(Constant) Diversitas Gender
0,706
1,416
Diversitas Kebangsaan
0,823
1,215
Diversitas Pendidikan
0,906
1,104
Komisaris Independen
0,868
1,152
LogAktiva
0,563
1,777
1
a. Dependent Variable: Pengungkapan CSR
Lampiran 4 (Lanjutan) Uji Autokorelasi Model
R
1
0,535a
R Square
0,286
Model Summaryb Adjusted R Std. Error of the Square Estimate 0,268
Durbin-Watson
0,08326
1,680
a. Predictors: (Constant), LogAktiva, Diversitas Pendidikan, Komisaris Independen, Diversitas Kebangsaan, Diversitas Gender b. Dependent Variable: Pengungkapan CSR
Model Summaryb Model
R
1
0,553a
R Square
0,305
Adjusted R Square 0,284
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
0,08238
a. Predictors: (Constant), LagY, Diversitas Pendidikan, Diversitas Gender, Komisaris Independen, Diversitas Kebangsaan, LogAktiva b. Dependent Variable: Pengungkapan CSR
1,970
Lampiran 4 (Lanjutan) Uji heterokedastisitas Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients B (Constant) Diversitas Gender Diversitas Kebangsaan
1
Diversitas Pendidikan Komisaris Independen LogAktiva LagY
Standardized Coefficients
Std. Error
0,067
0,065
0,005
0,071
0,032
t
Sig.
Beta 1,029
0,305
0,005
0,065
0,949
0,018
0,145
1,807
0,072
0,025
0,016
0,117
1,580
0,116
0,033
0,043
0,060
0,779
0,437
-0,005
0,009
-0,048
-0,513
0,609
-0,012
0,081
-0,012
-0,152
0,880
a. Dependent Variable: Pengungkapan CSR
Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model
R
1
0,553a
R Square
0,305
Adjusted R Square 0,284
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
0,08238
a. Predictors: (Constant), LagY, Diversitas Pendidikan, Diversitas Gender, Komisaris Independen, Diversitas Kebangsaan, LogAktiva b. Dependent Variable: Pengungkapan CSR
1,970
Lampiran 4 (Lanjutan) Uji Statistik F
ANOVAa Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
0,585
6
0,097
Residual
1,330
196
0,007
Total
1,915
202
F
Sig. 0,000b
14,362
a. Dependent Variable: Pengungkapan CSR b. Predictors: (Constant), LagY, Diversitas Pendidikan, Diversitas Gender, Komisaris Independen, Diversitas Kebangsaan, LogAktiva
Hasil Analisis Regresi Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients B (Constant) Diversitas Gender Diversitas Kebangsaan
1
Diversitas Pendidikan Komisaris Independen LogAktiva LagY
Std. Error
0,031
0,053
0,127
0,058
0,048
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta 0,579
0,563
0,155
2,204
0,029
0,014
0,226
3,320
0,001
0,040
0,013
0,198
3,158
0,002
0,118
0,035
0,221
3,409
0,001
0,021
0,007
0,235
2,958
0,003
0,160
0,066
0,160
2,425
0,016