Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
9 Pages
ISSN 2302-0199 pp. 89- 97
PENGARUH DIKLAT KEPEMIMPINAN TERHADAP KECAKAPAN DALAM PENINGKATAN PERFORMA PEJABAT STRUKTURAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH ACEH Hanif Mirna1, A. Rahman Lubis2, Amri3 1)
Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3) Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
Abstract: This study dealt with the influence of leadership training echelon IV public officials to enhance their competences and performances in Aceh’s government agencies. Generally, training program was a gate to strengthen staff’s competences. Promoted public officials were absolutely demanding training to disseminate of job design. This research’s data collection used questionnaire sheets and has been analyzed by structural equition model (SEM) through AMOS model. It has 162 respondents of echelon IV and 38 from echelon III that was determined by using purposive random sampling. As the result, the officer’s competences had influenced their job performance significantly. Nevertheless, the leadership training (facility, trainer and curriculum) showed that there was only trainer that had higher credit on its path analysis. The impact was about 20 percent. Meanwhile, facility and curriculum only had less than 10 percent. This study also verified that competence had about 90 percent of impact to job performance. Therefore, this research did to describe the influence among facility, trainer, and curriculum through competence for upgrading echelon officer’s job performance. Thus, the leadership training will be conducted optimally in the future. Keywords : leadership training, competence, performance, public officials, strengthen Abstrak: Penelitian ini berhubungan dengan pengaruh diklat kepemimpinan tingkat IV terhadap peningkatan kecakapan dan performa pejabat struktural dalam Pemerintah Aceh. Fungsi diklat adalah gerbang untuk menguatkan peran pegawai. Bagi calon pejabat yang ditempatkan pada posisi tertentu, diklat diperlukan untuk mengenal desain pekerjaan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan di analisa menggunakan structural equition model (SEM) melalui AMOS. Dari 162 responden eselon IV dan 38 eselon III yang diambil secara purposive random sampling diperoleh gambaran bahwa diklat kepemimpinan memiliki pengaruh signifikan terhadap meningkatnya kecakapan serta performa. Namun melalui hasil persentase koefisien jalur yang didapat pengaruh variabel kualitas diklat yang terdiri fasilitas, widyaiswara dan kurikulum, hanya widyaiswara yang memiliki pengaruh cukup besar yaitu 20 persen. Sedangkan fasilitas dan kurikulum hanya mencapai kurang dari 10 persen. Penelitian juga membuktikan besarnya pengaruh tingkat kecakapan terhadap performa pejabat struktural yang mencapai 90 persen. Oleh karena itu, jurnal ini hendak mengungkapkan besaran pengaruh antara variabel fasilitas, wisyaiswara dan kurikulum terhadap variabel kecakapan dan variabel performa pejabat struktural agar fungsi diklat menjadi optimal di masa depan. Kata kunci : Diklat kepemimpinan, kecakapan, performa, pejabat struktural, penguatan peran
sekalipun. Agar sustanibility tercapai diperlukan
PENDAHULUAN Keunggulan
(competitive
sumber daya yang memiliki keunggulan bersaing,
advantage) diperlukan oleh organisasi manapun di
sehingga dibutuhkan performa individual yang
dunia untuk bertahan dan terus menciptakan nilai,
tinggi. Performa atau kinerja menurut Griffin
tak
(2012) dalam Kasemsap (2014) disebut tindakan
terkecuali
89 -
bagi
bersaing
organisasi
pemerintahan
Volume 4, No. 2, Mei 2015
Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala untuk mencapai atau melaksanakan tugas yang
Rosyada (2004) dalam Fuad dan Ahmad (2009:27)
diberikan. Produktivitas dan efektivitas merupakan
menguraikan level kecakapan berdasarkan model
bentuk konstruk performa .
taksonomi Bloom yang terdiri dari tiga ranah yaitu:
Untuk mencapai produktivitas, diklat salah
1. Kognitif terdiri dari pengetahuan, pemahaman,
satu bentuknya. Diklat dibutuhkan untuk mengatasi
penerapan
rendahnya efektivitas pemerintahan Indonesia.
unifikasi dan menilai.
Indeks
Efektivitas
Pemerintahan
ide,
kemampuan
menguraikan,
Indonesia
2. Afektif terdiri dari Penerimaan, Tanggapan,
menunjukkan angka dari 37,0 pada Tahun 2005,
Penanaman Nilai, Pengorganisasian Nilai-Nilai
dan 38,9 pada Tahun 2006, dan 41,7 pada Tahun
dan Karakteristik Kehidupan.
2007. Masalah lain adalah pelayanan publik semakin tertinggal oleh keperluan publik dimana kinerja Indonesia dalam pencapaian 8 (delapan) sasaran Pembangunan Milenium menunjukkan kurang mampunyai birokrasi aparatur negara yang kuat. Diklat Kepemimpinan merupakan pelatihan dan pendidikan awal bagi pejabat eselon IV. Implementasi manajemen sumber daya manusia (MSDM) berupa pelaksanaan diklat tidak hanya berpengaruh pada kecakapan sehingga dapat berpengaruh pada performa pejabat eselon IV, tetapi juga dapat berdampak pada performa instansi.
3. Psikomotorik
terdiri
dari
memperhatikan,
peniruan, pembiasaan dan penyesuaian. Selain pengetahuan manajerial, pejabat struktural harus memiliki pengetahuan tentang manajemen publik. (Doig dan Hargrove 1987 dalam O’Toole dan Meier 2011:5). Dalam kumpulan jurnal yang dibukukan, Bastaki dan Shajera
(2014)
mendeskripsikan
kesiapan
penerapan pengetahuan managemen pada pegawai negeri dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik di Bahrain. Jurnal
lain
oleh
Dixon
(1996)
mendeskripsikan metamorfosis birokrasi selama 20
KAJIAN KEPUSTAKAAN
tahun di Australian Public Service (APS) yang
Kecakapan Terhadap Performa Pejabat Struktural
semula tradisional, pasif dan non-direktif, menjadi pengembangan
pendekatan
manajemen
yang
pejabat
proaktif, direktif dan sistematis diwujudkan salah
struktural mutlak diperlukan untuk peningkatan
satunya dengan cara pendidikan manajemen publik..
Kecakapan kinerja
organisasi
dan
kompetensi
(Tangkilisan,
2005:170).
Competence (kecakapan) merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu (Mills, et. al, 2002 dalam Fleury, 2011:47). Kecakapan tersebut diartikan
sebagai
keahlian
individual
yang
ditunjukkan oleh seseorang dalam menghasilkan sebuah produk atau jasa yang sesuai dengan standar
Kualitas Diklat Kepemimpinan (DIKLATPIM) Lyons
(2009)
menunjukkan
bahwa
organisasi yang melakukan upaya terus-menerus terhadap pelatihan dan pengembangan karyawan cenderung memiliki nilai yang lebih baik. (Ellingeref al., 2002 dalam Lyons 2009).
yang diharuskan Secara rinci Moore dalam Volume 4, No. 2, Mei 2015
- 90
Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Diklat kepemimpinan terdiri dari tiga bagian
Schmidt (2010) mengungkapkan bahwa
yaitu:
konsep pelatihan kerja dan kepuasan kerja memiliki
1. Fasilitas (Muhroji 2004 dalam Djaali. 2011:49).
hubungan yang erat. Sehingga dapat dibuat
2. Widyaiswara/pelatih/mentor
hipotesis untuk penelitian ini adalah:
3. Kurikulum (Wiles, 2009:2).
Ha1 : Kualitas fasilitas berpengaruh terhadap
Menurut Perera (2009), penilaian kebutuhan
kecakapan pejabat struktural
pelatihan merupakan kegiatan penting untuk
Ha2 : Kualitas widyaiswara berpengaruh terhadap
pelatihan
kecakapan pejabat struktural
dan
pengembangan.
widyaiswara/pelatih/trainer,
Sementara
menurut
Furnham
Ha3 : Kualitas kurikulum berpengaruh terhadap
(2009) kecakapan nya sangat berpengaruh pada
kecakapan pejabat struktural
hasil ketrampilan dan pengetahuan peserta selama
Ha4 : Kecakapan berpengaruh terhadap performa
dan setelah pelatihan berlansung. Widyaiswara
pejabat struktural
memegang peran yang lebih penting dibandingkan fasilitas karena harapan bahwa peserta mengenai pelatih mempengaruhi evaluasi, motivasi belajar, dan pengetahuan deklaratif. Secara langsung, efek pelatih dalam mengembangkan kecakapan peserta didik berbanding lurus. Sehingga dalam Peraturan Menteri PAN Nomor PER/66/M.PAN/6/2005 diaturlah kompetensi untuk Widyaiswara adalah seperangkat
pengetahuan,
keerampilan
kerja,
karakteristik, sikap dan perilaku yang mutlak dimiliki widyaiswara untuk mampu melakukan tugas tanggungjawabnya secara profesional. Sedangkan kurikulum harus juga dapat memuat
materi
yang
sesuai
dengan
tiap
keterampilan yang hendak ditekankan pada peserta. Dalam perkembangannya, materi training haruslah juga didukung oleh teknologi baru sebagai gerbang untuk merevolusi pendidikan dan pelatihan (Brewer et. al, 2012:139). Oleh karena itu, Lembaga Administrasi Negara telah menerapkan standar fasilitas, widyaiswara dan kurikulum yang tertuang dalam dokumen Pedoman Penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan Tahun 2013. 91 -
Volume 4, No. 2, Mei 2015
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada 38 (tiga puluh delapan) SKPA (satuan kerja pemerintah Aceh). Objek penelitian ini adalah para pejabat eselon IV dan eselon III dari 38 (tiga puluh delapan) SKPA tersebut dimana objek penelitian merupakan pejabat yang telah mengikuti diklat kepemimpinan. Jumlah keseluruhan indikator dari seluruh variabel adalah 27 indikator. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 200 orang yang terdiri dari 162 orang pejabat eselon IV dan 38 Pejabat eselon III. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan selanjutnya dianalisis dengan structural equition model (SEM) Amos. Dengan menggunakan AMOS dibangunlah sebuah model konstruk variabel dalam sebuah diagram berikut:
Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala pengaruhnya
yang
signifikan
terhadap
meningkatnya kecakapan pejabat struktural. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa kualitas prasarana, pengelolaan
diklat
dan
pelayanan
dianggap
responden sudah sangat memadai. Sedangkan yang memerlukan
perbaikan
adalah
frekuensi
digunakannya sarana diklat. Meski frekuensi penggunaan fasilitas sudah baik namun masih memerlukan peningkatan pemanfaatannya di masa
Gambar 1. Model Persamaan Struktural
Selain menggunakan SEM Amos, hasil frekuensi jawaban responden juga dicari rata-rata skor dan diberi label keterangan untuk tiap rata-rata kategori
yang akan datang. Menurut Brewer et al. (2010) tentang penggunaan teknologi sebagai bagian dari fasilitas pelatihan yang penting untuk dipenuhi agar peserta dapat menstimulasi langsung kemampuannya
HASIL PEMBAHASAN
sambil dimonitori oleg pelatih. Hal ini selain
Pengaruh Fasilitas Diklat Kepemimpinan Terhadap Peningkatan Kecakapan Pejabat Struktural
mampu meningkatkan kemampuan peserta juga
Keberadaan akan fasilitas belajar sebagai penunjang berpengaruh
kegiatan terhadap
belajar
tentulah
sangat
hasil
belajar
karena
keberadaan serta kondisi dari fasilitas belajar dapat mempengaruhi kelancaran serta keberlangsungan proses belajar (Djaali, 2011:64). Hasil penelitian menunjukkan secara umum penjabat struktural yang telah mengikuti diklat memandang baik fasilitas yang diberikan serta berpengaruh
pada
kenaikan
kecakapan.
Ditunjukkan dengan rata-rata skor indikator adalah sebesar 5,52. Kategori untuk rata-rata ini adalah baik yang berarti responden menganggap kualitas fasilitas sudah seperti yang diharapkan. Pada koefisien jalur dari fasilitas terhadap kecakapan menujukkan angka positif yaitu 0.180 yang berarti fasilitas memberi 3,24 persen
membiasakan mereka pada penggunaan sistem informasi dan teknologi dalam meningkatkan layanan. Pengaruh Widyaiswara Diklat Kepemimpinan Terhadap Peningkatan Kecakapan Pejabat Struktural Sesuai Peraturan Menteri PAN Nomor PER/66/M.PAN/6/2005,
widyaiswara
harus
memiliki potensi dan kemampuan baik dalam mentransfer ilmunya kepada para peserta diklat, maka
diharapkan
peserta
dapat
memiliki
pengetahuan, keterampilan, kecakapan, sikap, dan kepribadian yang sesuai dengan persyaratan dalam jabatan yang akan atau sedang dipikulnya. Responden merasa bahwa karakter, sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh widyaiswara adalah sesuai dengan pendekatan belajar orang dewasa. Responden juga memandang bahwa metode yang diajarkan widyaiswara efektif terhadap masalah Volume 4, No. 2, Mei 2015
- 92
Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala pekerjaan serta kompetensi widyaiswara yang
pengaruh yang lebih besar terhadap peningkatan
dianggap responden memahami materi diklat
kecakapan pejabat struktural.
dengan
baik.
Sedangkan
yang
memerlukan
perbaikan dalam diklat adalah usaha widyaiswara dalam meningkatkan motivasi dan self efficacy (kepercayaan diri) peserta. Rata-rata skor pada variabel widyaiswara yaitu sebesar 5,54. Pada koefisien jalur dari widyaiswara terhadap kecakapan menujukkan angka positif yaitu 0.45 yang berarti terdapat 20,2 persen pengaruh yang
signifikan
widyaiswara
terhadap
meningkatnya kecakapan pejabat struktural yang mengikuti diklat. Pada sebuah pelatihan, widyaiswara atau pelatih adalah unsur terpenting. Menurut Snell dan Bohlander (2013:304) pelatihan yang sukses dipengaruhi oleh kualitas personal dan karakter pelatih atau mentor.
Kemampuan mentransfer
pengetahuan
karakter
hingga
ramah
sangat
diharapkan oleh peserta pelatihan didapatkan dari widyaiswara nya. Peranan penting widyaiswara atau pelatih diungkapkan oleh Lyons (2009) dengan memberi gambaran
karakter
pelatih
yang
mampu
mempengaruhi peserta. Output yang dihasilkan pun akan lebih maksimal jika umpan balik yang diberikan peserta positif terhadap karakter pelatih nya. Sementara Towler dan Dipboye (2006) menuliskan
reputasi
dan
kualitas
pelatih
berpengaruh pada hasil peserta pelatihan. Secara umum, kualitas pelatih menentukan kualitas pelatihan sehingga berpengaruh pada hasil yg diinginkan.
Namun
demikian,
meski
peran
widyaiswara dalam penelitian ini lebih besar, diklat kepemimpinan 93 -
sesungguhnya
membutuhkan
Volume 4, No. 2, Mei 2015
Pengaruh Kurikulum Diklat Kepemimpinan Terhadap Peningkatan Kecakapan Pejabat Struktural Kurikulum harus memuat materi yang sesuai dengan tiap keterampilan yang hendak ditekankan pada peserta. Menurut Greenan (1983) dalam Barker (2002), kurikulum training harus dapat menghasilkan peserta yang memiliki kemampuan yang diinginkan oleh organisasi.Dalam penelitian ini, rata-rata skor yang didapat oleh variabel kurikulum adalah sebesar 5,51 yang menujukkan bahwa responden merasa bahwa kurikulum diklat kepemimpinan
memberi
pengaruh
pada
peningkatan kecakapan nya sebagai pejabat struktural. Dalam
pendapat
mengenai
kurikulum,
responden merasa bahwa diklat kepemimpinan dapat melatih komunikasi peserta diklat dengan baik. Demikian pula dengan materi dalam kurikulum diklat memiliki kesesuaian dengan tugas dan jabatan yang diemban. Responden juga penting dimuatnya materi teknologi informasi dalam kurikulum.
Sedangkan
koefisien
jalur
dari
kurikulum terhadap kecakapan menujukkan angka positif yaitu 0,30 yang berarti terdapat 9 persen pengaruh yang signifikan kualitas kurikulum terhadap
meningkatnya
kecakapan
pejabat
struktural yang mengikuti diklat. Design pelatihan mutlak diperlukan oleh penyelengara pelatihan. Salah satu bentuk design pelatihan adalah kurikulum. Penyelengara pelatihan harus memiliki gambaran jelas tentang apa yang
Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala dibutuhkan
pelatihan.
meningkatnya performa organisasi pada akhirnya
Berdasarkan informasi tersebut, dapat disusun
juga diungkapkan oleh Al Bastaki dan Shajeera
instruksi
mengenai
(2014) yang menunjukkan bahwa pengetahuan dan
kemampuan atau pengetahuan yang diinginkan
kemampuan managemen pegawai negeri akan
diperoleh dari pelatihan (Snell dan Bohlander,
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan
2013:300).
publik.
Pengaruh Kecakapan Terhadap Peningkatan Performa Pejabat Struktural
Hasil Statistik Penelitian dalam Model Full Struktural SEM
Dalam penelitian ini, rata-rata skor jawaban
Dari seluruh hasil analisa pervariabel,
responden yang diberikan adalah 5,67 yang berarti
maka terbentuklah sebuah model persamaan
sebagaian besar responden setuju bahwa tingkat
struktural untuk penelitian ini seperti terlihat
kecakapan berpengaruh pada performa pejabat
pada gambar 2 berikut ini:
struktural.
oleh
organisasi
objektif
Hasil
secara
dari tertulis
penelitian
mengungkapkan,
penguasaan pejabat struktural dalam peningkatan pelayanan instansi tempat ia bekerja masih rendah dibandingkan dengan bentuk kecakapan lainnya. Dari penelitian ini juga dapat dilihat bahwa hubungan kecakapan dan performa amatlah kuat. Dari hasil statistk SEM diperoleh bahwa pengaruh kecakapan mencapai 0,95 atau sekitar 90,2 persen terhadap performa pejabat struktural Hal ini
Gambar 2. Hasil Model Persamaan Struktural
menunjukkan signifikansi dan pengaruh besar antara meningkatnya kecakapan terhadap performa pejabat struktural. Dalam
hasil
penelitian,
penggunaan
teknologi merupakan yang terendah dari seluruh performa. Penelitian yang dilakukan oleh Dixon (1996) yang menggambarkan pengaruh yang signifikan antara training Australian Public Service (APS) yang terus menerus terhadap modernisasi pelayanan publik oleh pegawai negeri. Penelitian ini menyebutkan bahwa training untuk pegawai negeri mampu mengubah sistem birokrasi dan kinerja. Kecakapan
memiliki
peran
besar
dalam
Model persamaan struktural ini telah memenuhi kriteria model fit yatu ditunjukkan dengan
nilai
chi-square=168.605
dengan
probabilitas p=0.088. Begitu pula juga dengan nilai
kriteria
lainnya
seperti
GFI=0.903;
AGFI=0.873; TLI=0.977 yang dinilainya sama dengan
atau
diatas
0.90
serta
nilai
RMSEA=0.032 jauh dibawah kriteria yang disyaratkan yaitu kurang dari 0.08. Koefisien jalur pada model diatas juga menunjukkan bahwa semua hipotesis penelitian diterima.
Untuk hipotesis pertama (Ha1),
bahwa fasilitas berpengaruh langsung dan Volume 4, No. 2, Mei 2015
- 94
Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala signifikan terhadap kecakapan dengan nilai
ketersediaan dan frekuensi penggunaan sarana
0.180 yang menunjukkan angka positif. Pada
mempengaruhi penilaian sarana tidak dirasakan
hipotesis
(Ha2), widyaiswara juga
oleh responden dalam diklat ini. Dapat dilihat dari
memiliki pengaruh langsung dan signifikan
estimasi indikator x4 (ketersediaan) yang lebih
terhadap kecakapan yaitu dengan menujukkan
rendah pendapat. Apabila output diklat diinginkan
angka positif 0,45. Sementara untuk hipotesis
lebih efektif maka, pemanfaatan sarana diklat harus
ketiga (Ha3) kurikulum memiliki pengaruh
lebih optimal dilakukan penyelengara diklat
langsung dan signifikan terhadap kecakapan
sehingga dapat sejalan dengan pendapat Perera
yaitu nilai positif sebesar 0,30. Dan untuk
(2009) mengenai pentingnya design pelatihan yang
hipotesis
baik dengan
kedua
keempat
menunjukkan
(Ha4),
hubungan
keofisien
jalur
langsung
dan
pemanfaatan fasilitas
sehingga
berdampak pada hasil pelatihan.
signifikan antara kecakapan terhadap performa
Estimasi
juga
menunjukkan
bahwa
yaitu sebesar 0,95. Seluruh estimasi indikator
pendekatan belajar (x10) yang digunakan oleh
ditunjukkan pada tabel berikut:
widyaiswara harus lebih ditingkatkan sehingga
Tabel 1 . Standardized Regression Weight Indikator Estimasi
x5 x4 x1 x9 x7 x6 x15 x12 x11 x21 x19 x18 x17 x16 x23 x24 x25 x27
<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<---
.566 .525 .818 .656 .712 .675 .672 .662 .801 .558 .648 .717 .640 .728 .670 .729 .843 .707
x10
<---
.559
Sumber: Data Primer (Diolah), 2014
peran pelatih sebagai penentu hasil latihan dapat tercapai maksimal. Secara umum pengaruh yang diberikan widyaiswara adalah yang terbesar dari seluruh variabel exogen, namun peningkatan juga dibutuhkan. Apabila seluruh indikator berjalan baik maka pengaruh yang diberikan pada kecakapan dapat
menjadi
lebih
besar.
Penelitian
ini
membuktikan bahwa peran widyaswara lebih besar dari pada variabel diklat lainnya seperti fasilitas dan kurikulum. Namun bukan berarti widyasiwara hanya semata-mata faktor yang menentukan keberhasilan diklat. Selain diklat design pelatihan seperti kurikulum penting untuk dirancang dengan baik. Secara umum, estimasi kurikulum (x11, x12, x15) sudah menunjukkan validitas pada nilai
Dari estimasi diatas, frekuensi penggunana
loading factornya, namun peningkatan pada
dan pelayanan sarana prasarana diklat harus
penguatan pedoman pelayanan publik harus lebih
ditingkatkan. Fasilitas memberi pengaruh yang
ditingkatkan (x12). Dalam penelitian ini, kurikulum
paling kecil dalam diklat ini, hal ini justru tidak
diklat pememimpinan yang digunakan adalah
sejalan dengan pendapat Perera (2009) bahwa
kurikulum
95 -
Volume 4, No. 2, Mei 2015
yang
disusun
oleh
Lembaga
Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Administrassi Negara (LAN) dalam Peraturan
SKPA menginginkan performa kepemimpinan
Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 13
(x23) pejabat struktural lebih tinggi, maka diklat
Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
harus dirancang agar mampu melatih pejabat
Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat
struktural dengan kecakapan menyusun rencana
IV. Apabila terdapat kekurangan, maka kurikulum
kerja, mengarahkan program hingga mampu
harus terus dilakukan assessment dan penilaian.
memotivasi rekan dan bawahan. Akan tetapi secara
Yang lebih penting adalah seluruh unsur diklat
umum, dapat dilihat besarnya pengaruh kecakapan
harus nya mampu menerapkan kurikulum dengan
terhadap performa. Semakin kompleks kecakapan
baik dan sempurna. Peningkatan pelayanan publik
yang mampu dikuasai oleh pejabat struktural maka
merupakan kewajiban utama pejabat struktural
semakin tinggi pula performa nya
sebagai pegawai negeri, maka penting menguatkan pemahaman mereka mengenai pedoman nya yang terdapat dalam kurikulum diklat. Selanjutnya estimasi kecakapan memotivasi bawahan (x21) dapat ditingkatkan lagi melalui pembelajaran selama diklat. Pada dasarnya, pejabat struktural memiliki staf yang tidak hanya harus diarahkan namun juga dimotivasi. Motivasi berguna agar pelayanan publik semakin baik. Dalam penelitian diklat ini terdapat perbedaan dengan pendapat Smith (1994) yang menyoroti tentang pelatihan kepemimpinan. Ia menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara training terhadap penguatan dan pengembangan SDM, manajemen yang efektif dan efisien serta kepemimpinan. Untuk mencapai itu, peserta harus dapat melatih motivasi bawahannya agar bekerja lebih baik. Namun dalam penelitian ini, pejabat struktural berpendapat diklat kurang melatih cara memotivasi bawahan. Secara umum, kecakapan yang ingin
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Secara umum setiap variabel memiliki pengaruh
langsung
terhadap
peningkatan
kecakapan, namun widyaiswara dan kurikulum memegang
peranan
lebih
besar
daripada
ketersediaan fasilitas. Ini sesuai dengan teori Snell dan Bohlander (2013:304) yang menempatkan trainer/pelatih sebagai bagian yang memegang peranan paling besar dalam pelatihan. Selain itu, kurikulum juga memegang peran penting efektif atau tidak nya pelatihan. Kurikulum yang kurang mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas peserta haruslah menjadi perhatian. Karena pejabat eselon yang ingin dihasilkan adalah pejabat yang optimal dan memiliki komitmen pelananan publik yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa organisasi besar
dan sukses menempatkan pelatihan sebagai
dibentuk melalui pelatihan akan membuahkan hasil
investasi masa depan. Apabila organisasi
yang mempengaruhi performa pegawai. Hal ini
pemerintah ingin berhasil dan sukses maka
yang
pelatihan dan pendidikan harus menjadi
harus
diperhatikan
dalam
merancang
pendidikan dan pelatihan mengenai kualitas
perhatian utama pemerintah.
kecakapan seperti apa yang ingin dibentuk. Jika Volume 4, No. 2, Mei 2015
- 96
Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Saran Pemerintah
harus
mampu
melakukan
penilaian terhadap kebutuhan SDM melalui pelatihan di masa depan dengan tiga langkah yaitu: a. Analisa organisasi yaitu penilaian terhadap lingkungan kerja, strategi dan sumber daya dari organisasi untuk menentukan pelatihan. b. Analisa tugas melibatkan proses review deskripsi pekerjaan dan spesifikasi terhadap aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan dalam pelatihan nantinya. c. Analisa peserta yaitu menentukan SDM mana
yang
akan
mengikuti
program
pelatihan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN Al-Bastaki, Yousif, Shajera, Amani. 2014. Building a Competitive Public Sector with Knowledge Management Strategy. Bahrain: University of Bahrain. Barker, Shirl A 2002. Utilizing Cross-Cultural Curricula to Improve Interpersonal Job Skills Training. Journal of European Industrial Training. Vol. 26, No. 1, pg. 38. Brewer, Ernest W. et.al. 2010. Using Technology in Providing Effective Training. International Journal of Adult Vocational Education and Technology (IJAVET). Volume 1, Issue 2. 2010. Dixon, John 1996. Reinventing Civil Servants: Public Management Development and Education to Meet the Managerialist Challenge In Australia. The Journal of Management Development vol 15 pp. l 7. Djaali. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Fleury, Afonso, Fleury, Maria Tereza Leme. 2011. Brazilian Multinationals: Competences for Internationalization. New York: Cambridge University Press. Furnham, Adrian. 2009. Prepare to Meet Your Trainer”. The Times Higher Education Supplement: THE 1911. Vol 38. Aug 27, 2009. Hessel Nogi S. Tangkilisan. 2007. Manajemen Publik. Jakarta: PT. Grasindo. Kasemsap, Kijpokin 2014. Unifying a Framework of Organizational Culture. Suan Sunandha
97 -
Volume 4, No. 2, Mei 2015
Rajabhat University, Thailand: IGI Global. Laurence J. O’Toole, Jr., Kenneth J. Meier. 2011. Public Management: Organizations, Governance, and Performance. New York: Cambridge University Press. Lyons, Paul. 2009. Trainer Influence on the Regulation of Learning and Performance. Training & Management Development Methods. Vol. 23, No. 3. pg. 349. Noor Fuad, Ghofur Ahmad. 2009. Intergrated HRD: Human Resources Develoupment Berdasarkan Pendekatan CB-HRM, TB-HRM, CBT dan CPD. Jakarta: PT. Grasindo. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 10 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Calon Widyaiswara. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 13 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV. Peraturan Meteri Dalam Negeri Nomor 31 tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah. Perera, Joseph. 2009. Assessment of Training Needs and its Impact on Employee Performance. The Canadian Manager. Vol. 34. No. 3 pg. 18. Smith, Roger B. 1994. Talent and Training for Leadership. Executive Speeches. Vol. 8 No 4 pg. 6. Snell, Scott, Bohlander, George. 2013. Managing Human Resources. Mason (USA): Cengage Learning Towler, Annette. Dipboye, Robert L. 2006. “Effects of Trainer Reputation and Trainees' Need for Cognition on Training Outcomes”. The Journal of Psychology. Vol 6 No 140, pg. 549. Wiles, Jon. 2009. Leading Curriculum Development. USA: Corwin Press.