PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILITAS, DAN CAPITAL INTENSITY TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Fatimatus Zahra NIM: 1113082000067
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Pribadi 1. Nama
: Fatimatus Zahra
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Situbondo, 06 Oktober 1995
3. Alamat
: Jl. Wirobroto Pecinan, RT/RW 001/002, Besuki, Situbondo, Jawa Timur
4. Telepon Seluler
: 083852162706
5. Email
:
[email protected]
B. Pendidikan 1. TK Al-Ishlah
Tahun 1999-2001
2. SDN IV Besuki
Tahun 2001-2007
3. MI Darul Hikmah Al-Fatimiyah
Tahun 2002-2006
4. SMPN 1 Banyuglugur
Tahun 2007-2010
5. SMK Al-Ishlah
Tahun 2010-2013
6. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2013-2017
C. Latar Belakang Keluarga 1. Ayah
: Drs. Mohammad Ali Alkaff
2. Ibu
: Fitriyah Alkaff
3. Anak ke
: Satu dari Dua Bersaudara
4. Adik
: Reza Fikran Madani
vi
INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILITY, AND CAPITAL INTENSITY ON TAX AVOIDANCE ABSTRACT This study aims to examine the influence of corporate governance, profitability, and capital intensity on tax avoidance. Corporate governance is proxied by the audit quality and audit committee. The population in this study are manufacturing companies listed on Indonesia Stock Exchange periode 2014 to 2016. The sample was selected using purposive sampling method. Total samples used in this study were 56 manufacturing companies with 3-year study periode. The analytical method used in this study is multiple regression were processed using SPSS version 22. The results of this study indicate that corporate governance is proxied by the audit quality has a significantly influence on tax avoidance while the audit committee has not been able to prove the influence on tax avoidance. Profitability has a significantly influence on tax avoidance while capital intensity has not been able to prove the influence on tax avoidance. Keywords: Corporate governance, audit quality, audit committee, profitability, capital intensity, tax avoidance.
vii
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILITAS, DAN CAPITAL INTENSITY TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance, profitabilitas, dan capital intensity terhadap penghindaran pajak. Corporate governance diproksikan dengan kualitas audit dan komite audit. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Total sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 56 perusahaan manufaktur dengan periode penelitian 3 tahun. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda yang diolah menggunakan SPSS versi 22. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa corporate governance diproksikan dengan kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak, sedangkan komite audit belum mampu membuktikan adanya pengaruh terhadap penghindaran pajak. Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak, sedangkan capital intensity belum mampu membuktikan adanya pengaruh terhadap penghindaran pajak. Kata kunci: Corporate governance, kualitas audit, komite audit, profitabilitas, capital intensity, penghindaran pajak.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh. Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang telah menjadi suri teladan bagi umat manusia. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas, Capital Intensity terhadap Penghindaran Pajak” ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai salah satu syarat guna meraih gelar sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah memberikan do’a, bimbingan, bantuan, dan dukungan secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penyelasaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Kedua orang tua penulis, yaitu Mohammad Ali Alkaff dan Fitriyah Alkaff yang senantiasa memberikan kasih sayang, doa, nasihat, perhatian, dan dukungan kepada penulis. 2. Paman Halid dan keluarga yang selalu memberikan kasih sayang, doa, nasihat, dan dukungan kepada penulis. Terima kasih juga kepada adik penulis, Reza, serta seluruh keluarga besar yang senantiasa memberikan dukungan dan doa kepada penulis. 3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
6. Ibu Reskino, SE., M.Si., Ak., CA, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan memberikan pengarahan, bimbingan serta saran selama proses penulisan skripsi ini. 7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah yang telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama menempuh masa studi. 8. Seluruh staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan bantuan kepada penulis. 9. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis, yaitu Aldina, Sinta, Reni, Evi, Mbak Sisil, Mbak Anik. 10. Sahabat-sahabat seperjuangan Hani, Nurul, Dewi, Anis, Tatil, Tuti, Weni, Lia, Ai Teti, Cahya, yang selalu memberikan semangat, nasihat serta doanya kepada penulis. 11. Rekan-rekan seperjuangan Akuntansi 2013, terima kasih atas segala informasi, bantuan, dan doanya selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 12. Semua pihak yang telah mendukung serta membantu dalam proses penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Pleh karena itum penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan. Wassalamu’alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh.
Jakarta, Agustus 2017
Fatimatus Zahra
x
DAFTAR ISI
COVER COVER DALAM .............................................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................... iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................ iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................ v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... vi ABSTRACT ........................................................................................................ vii ABSTRAK ......................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian............................................................ 1 B. Perumusan Masalah ..................................................................... 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 8 1. Tujuan Penelitian .................................................................. 8 2. Manfaat Penelitian ................................................................ 8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur ........................................................................ 10 1. Teori Agensi (Agency Theory) .............................................. 10 2. Penghindaran Pajak ............................................................... 12 3. Corporate Governance.......................................................... 15 a. Komite Audit................................................................... 18 b. Kualitas Audit ................................................................. 19 4. Profitabilitas .......................................................................... 20
xi
5. Capital Intensity .................................................................... 22 B. Hasil Penelitian Terdahulu .......................................................... 24 C. Kerangka Pemikiran .................................................................... 30 D. Perumusan Hipotesis ................................................................... 31 BAB III
METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 36 B. Metode Penentuan Sampel .......................................................... 37 C. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 38 D. Metode Analisis Data .................................................................. 38 E. Operasionalisasi Variabel............................................................ 44 1. Penghindaran Pajak ............................................................... 44 2. Corporate Governance.......................................................... 45 c. Kualitas Audit ................................................................. 45 d. Komite Audit................................................................... 46 3. Profitabilitas .......................................................................... 47 4. Capital Intensity .................................................................... 48
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................ 50 B. Analisis Data Penelitian .............................................................. 53 C. Pembahasan ................................................................................. 66
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. 75 B. Saran ............................................................................................ 75
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 77
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Skandal Penghindaran Pajak .......................................................... 3
Tabel 2.1
Hasil Penelitian-Penelitian Terdahulu ........................................... 24
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................................. 49
Tabel 4.1
Tahapan Seleksi Sampel Penelitian ............................................... 50
Tabel 4.2
Daftar Nama Perusahaan Sampel .................................................. 52
Tabel 4.3
Hasil Uji Statistik Deskriptif.......................................................... 54
Tabel 4.4
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ..................................................... 58
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinieritas ............................................................. 59
Tabel 4.6
Hasil Uji Park................................................................................. 61
Tabel 4.7
Hasil Uji Autokorelasi ................................................................... 62
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi .................................................... 63
Tabel 4.9
Hasil Uji Statistik F........................................................................ 64
Tabel 4.10
Hasil Uji Statistik t......................................................................... 65
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran........................................................... 30 Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram ................. 56 Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-P Plot..................... 57 Gambar 4.3 Scatterplot ...................................................................................... 60
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Nama Perusahaan Sampel .................................................. 83 Lampiran 2 Data Kualitas Audit ....................................................................... 85 Lampiran 3 Data Komite Audit ......................................................................... 87 Lampiran 4 Data Profitabilitas .......................................................................... 89 Lampiran 5 Data Capital Intensity .................................................................... 91 Lampiran 6 Data Penghindaran Pajak ............................................................... 93 Lampiran 7 Output Hasil Pengujian Data ......................................................... 95
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Pada tahun 2016, terdapat kebocoran dokumen yang mana dokumen tersebut mengungkap rahasia keuangan yang mengindikasikan perilaku tidak terbuka, tidak etis, dan tidak patut dari pejabat publik dunia, politisi, dan kalangan superkaya. Informasi yang selama ini sangat rahasia tiba-tiba bocor dan menjadi konsumsi publik. Lebih dari 214.000 informasi perusahaan cangkang yang terdaftar di 21 negara suaka atau surga pajak (tax havens countries) diungkap dalam bocoran dokumen tersebut. Laporan bernama Panama Papers dari International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) menjelaskan bagaimana para pejabat, politisi, dan kalangan superkaya melindungi (menyembunyikan) kekayaaannya melalui pendirian perusahaan cangkang (shell company) di negara-negara surga pajak. Bagi kalangan superkaya, pendirian perusahaan di luar negeri atau penempatan dana di luar negeri merupakan bagian dari pengelolaan keuangan pribadi. Namun demikian, pendirian perusahaan di negara-negara surga pajak seringkali dipersepsikan negatif. Hal ini tidak terlepas dari kerahasiaan yang ditawarkan disamping tidak ada pajak atau minimnya pajak yang dikenakan (Sudiarta, 2016). Wajib pajak diharapkan untuk patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Akan tetapi, tidak semua wajib pajak mau membayar pajak sesuai dengan yang seharusnya dibayarkan, terutama wajib pajak yang
1
memiliki kewajiban pajak yang besar nilainya. Ketidakpatuhan ini akan menyebabkan berkurangnya penerimaan negara dari sektor perpajakan dan dapat mengganggu keuangan negara. Dalam penelitiannya, Hoque et al. (2011) menemukan alasan-alasan wajib pajak tidak melakukan kewajiban membayar pajaknya, antara lain moral pajak yang rendah, kualitas balas jasa pajak yang rendah, adanya perbedaan persepsi keadilan dan sistem pajak, transparansi dan akuntabilitas institusi publik yang rendah, tingginya tingkat korupsi, kurangnya penegakan hukum dan lemahnya yurisdiksi fiskal, tingginya biaya kepatuhan, lemahnya penegakan hukum pajak, pemungutan pajak yang tidak mencukupi, lemahnya kapasitas dalam mendeteksi dan menuntut praktik pajak yang tidak benar, tidak adanya kepercayaan terhadap pemerintah, tingginya biaya pajak, dan lemahnya administrasi perpajakan. Pajak yang harus dibayarkan kepada negara tentu saja akan mengurangi keuntungan usaha yang diperoleh oleh wajib pajak, sehingga wajib pajak cenderung mencari cara untuk mengurangkan beban pajak yang harus dibayarnya. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi beban pajak yang harus dibayarnya disebut sebagai penghindaran pajak. Penghindaran pajak adalah melakukan tindakan meminimalkan kewajiban pajak dalam koridor hukum (Aumeerun et al., 2016). Oleh sebab itu, pada umumnya penghindaran pajak dianggap sebagai pengeksploitasian kompleksitas, teknikalitas, dan celah dalam hukum perpajakan (Dowling, 2013). Terdapat banyak kasus terkait penghindaran pajak yang umumnya dilakukan oleh perusahaan besar. Tak hanya di Indonesia, melainkan secara
2
global. Belakangan ini banyak ditemukannya praktik penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan besar dunia. Berikut merupakan perusahaanperusahaan yang memiliki skandal penghindaran pajak (Chew, 2016). Tabel 1.1 Skandal Penghindaran Pajak No. 1.
Nama Perusahaan Google
Tuduhan Kasus Kecurangan
Pada tahun 2014, Google memindahkan pendapatan senilai $12 miliar ke sebuah perusahaan penampung di Bermuda, afiliasi terdaftar Irish yang dikenal dengan Google Ireland Holdings. Google menggunakan strategi yang dikenal dengan istilah “Double Irish With a Dutch Sandwich”, yang membantu perusahaan induknya, Alphabet, menikmati tarif pajak efektif hanya 6% dari keuntungan di luar AS. 2. Apple Dituduh sebagai salah satu yang pertama menggunakan metode yang rumit untuk menghindari membayar pajak yang lebih. 3. Starbucks Starbucks telah diduga memotong beban pajak hingga €30 juta sejak 2008, membayar Belanda €2,6 juta di pajak perusahaan pada laba sebelum pajak dari €407 juta, tarif pajak kurang dari 1%. 4. Ikea Dituduh tidak membayar pajak lebih dari €1 miliar selama enam tahun terakhir. Menurut Greens/European Free Alliance, pada tahun 2014, Ikea tidak membayar €35 juta pajak di Jerman, €24 juta di Perancis, dan €11,6 juta di Inggris. 5. Amazon Ditemukan bahwa Amazon membayar $5,86 juta dari total penjualan $6 triliun. Di Inggris, Amazon dilaporkan bisa lolos dengan pembayaran pajak yang rendah. 6. Gap Hampir tidak membayar pajak di Eropa sejak tahun 2011, meskipun penjualannya sekitar $1,4 triliun. 7. Microsoft Pada tahun 2011, dilaporkan membayarkan pajak 19 juta pound, yang mana hanya 2,8% dari pendapatan. Menghindari membayar pajak di Inggris dengan penjualan sebesar $2,4 triliun pada tahun 2012. Sumber: fortune.com/2016/03/11/apple-google-taxes-eu
3
Dengan adanya tata kelola perusahaan yang baik, akan berdampak terhadap aktivitas perusahaan dan memungkinkannya mengurangi tindakan penghindaran pajak. Beberapa penelitian terkait bagaimana pengaruh corporate governance terhadap penghindaran pajak telah dilakukan oleh Richardson et al. (2016), Wibawa et al. (2016), dan Kanagaretnam et al. (2016). Begitu pula Damayanti & Susanto (2015) yang meneliti pengaruh komite audit dan kualitas audit terhadap tax avoidance. Damayanti & Susanto (2015) meneliti pengaruh komite audit, kualitas audit, kepemilikan institusional, risiko perusahaan dan retun on assets terhadap penghindaran pajak. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa risiko perusahaan dan return on assets berpengaruh terhadap penghindaran pajak, sedangkan komite audit, kualitas audit, dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Struktur kepemilikan yang merupakan bagian mekanisme corporate governance memiliki hubungan dengan penghindaran pajak, didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Richardson et al. (2016). Begitu pula dengan penelitian Kerr et al. (2016) yang menunjukkan bahwa reformasi tata kelola akan menurunkan tindakan penghindaran pajak. Wibawa et al. (2016) yang meneliti pengaruh good corporate governance terhadap penghindaran pajak, memperoleh hasil bahwa dewan komisaris independen dan komite audit berpengaruh, sedangkan kualitas auditor
eksternal
tidak
berpengaruh
terhadap
penghindaran
pajak.
Kanagaretnam et al. (2016) meneliti tentang hubungan antara kualitas auditor dan agresivitas pajak. Hasil penelitiannya menemukan bahwa terdapat
4
hubungan negatif antara kualitas auditor dengan agresivitas pajak. Kualitas auditor merupakan fungsi mekanisme corporate governance (Sunarsih & Oktaviani, 2016; Lin & Liu, 2009) dan auditor the Big Four menyediakan kualitas audit yang lebih tinggi daripada auditor non the Big Four (DeFond et al., 2014). Secara umum, diasumsikan bahwa perusahaan memilih level kualitas audit mereka sendiri melalui pilihan auditor mereka (Beisland et al., 2012). Hal ini menunjukkan bahwa bagaimana perusahaan memilih auditor independen, pemilihan apakah termasuk auditor KAP the Big Four atau bukan, merupakan bagian dari mekanisme corporate governance. Selain corporate governance, profitabilitas perusahaan juga dapat mempengaruhi
tax avoidance.
Beberapa penelitian terkait
pengaruh
profitabilitas terhadap ETR telah dilakukan oleh Zarai (2013), Kraft (2014), dan Delgado et al. (2014). Berbeda dengan hasil penelitian Kraft (2014) dan Delgado et al. (2014) yang menemukan bahwa semakin tinggi profitabilitas perusahaan akan berdampak terhadap semakin rendahnya ETR (Effective Taxe Rate), yang berarti semakin tinggi penghindaran pajak yang dilakukan, penelitian Zarai (2013) menemukan bahwa semakin tinggi profitabilitas perusahaan akan berdampak terhadap semakin tingginya ETR, yang berarti semakin rendah penghindaran pajak yang dilakukan. Faktor lain yang dapat mempengaruhi penghindaran pajak ialah capital intensity yang salah satunya dapat diukur dengan proporsi aset tetap yang dimiliki suatu perusahaan. Beberapa penelitian terkait pengaruh capital intensity terhadap penghindaran pajak telah dilakukan oleh Noor et al. (2010)
5
dan Kraft (2014). Hasil penelitian Noor et al. (2010) ditemukan bahwa semakin tinggi capital intensity, maka semakin rendah ETR. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi capital intensity menyebabkan semakin tinggi pula penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan. Sedangkan Kraft (2014) menemukan bahwa capital intensity tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena pertama, untuk mengetahui apakah capital intensity yang merupakan proporsi aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan dan profitabilitas yang diukur dengan ROA berpengaruh terhadap penghindaran pajak, yang mana keduanya terkait dengan aset, sehingga penting untuk diketahui apakah terdapat dampak atas harta atau aset yang dimiliki perusahaan terhadap tindakan penghindaran pajak. Begitu pula dengan corporate governance sebagai faktor penting keberhasilan suatu perusahaan apakah terdapat dampak terhadap penghindaran pajak. Penelitian ini menggunakan kualitas audit dan komite audit sebagai proksi corporate governance karena komite audit berkaitan erat dengan fungsi pengawasan dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan dan memiliki peran dalam memberikan rekomendasi terkait pemilihan auditor eksternal, serta komite audit dan auditor eksternal memiliki tingkat independensi yang tinggi. Kedua, berbagai penelitian terdahulu terkait pengaruh corporate governace, profitabilitas, dan capital intensity terhadap penghindaran pajak masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Berdasarkan hal tersebut,
6
peneliti
melakukan
penelitian
yang
berjudul
“Pengaruh
Corporate
Governance, Profitabilitas, dan Capital Intensity terhadap Penghindaran Pajak”. Penelitian ini dilakukan mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Damayanti & Susanto (2015) dan Richardson et al. (2016). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut: 1. Damayanti & Susanto (2015) meneliti kepemilikan institusional dan risiko perusahaan terhadap tax avoidance. Selain itu, komite audit, kualitas audit, dan return on assets sebagai variabel. Penelitian Richardson et al. (2016) menggunakan ROA dan capital intensity sebagai variabel kontrol dan menggunakan ETR (Effective Tax Rate) dan BTG (Book-Tax Gap) sebagai proksi penghindaran pajak. Sedangkan dalam penelitian ini, ROA digunakan sebagai proksi profitabilitas dan capital intensity sebagai variabel independen. Selain itu, penelitian ini menggunakan CETR (Cash Effective Rate) agar dapat diketahui berapa besaran pajak yang dibayarkan perusahaan atas labanya dan dapat membandingkannya dengan tarif pajak badan dalam peraturan undang-undang perpajakan. 2. Populasi yang digunakan dalam penelitian terdahulu ialah perusahaan di sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2013 dan Perusahaan Swasta yang terdaftar di China pada periode 2005-2010, sedangkan penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2014-2016.
7
B. Perumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
penelitian
yang
telah
dijelaskan
sebelumnya, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah corporate governance (yang diproksikan dengan kualitas audit dan komite audit), profitabilitas, dan capital intensity secara parsial berpengaruh terhadap penghindaran pajak? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris atas pengaruh corporate governance (yang diproksikan dengan kualitas audit dan komite audit), profitabilitas, dan capital intensity secara parsial terhadap penghindaran pajak. 2. Manfaat Penelitian a. Kontribusi Teoritis 1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan. 2) Mayarakat, sebagai sarana menambah pengetahuan akuntansi, khususnya perpajakan dengan memberikan bukti empiris tentang pengaruh corporate governance, profitabilitas, dan capital intensity terhadap penghindaran pajak.
8
3) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini. 4) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah referensi mengenai perpajakan, terutama tentang pengaruh pengaruh corporate governance (yang diproksikan dengan kualitas audit dan komite audit), profitabilitas, dan capital intensity secara terhadap penghindaran pajak. b. Kontribusi Praktis 1) Perusahaan, diharapkan dapat menjadi masukan dan dorongan terkait faktor-faktor yang menpengaruhi tindakan penghindaran pajak, sehingga dapat menghindarkan diri dari penyimpangan hukum pajak dalam menentukan besaran pajak yang harus dibayarkan pada negara. 2) Bagi investor, dapat membantu dalam mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tindakan penghindaran pajak yang dapat dilakukan oleh perusahaan yang diinvestasikannya.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur 1. Teori Agensi (Agency Theory) Hubungan agensi merupakan kontrak yang mana pemilik melibatkan orang lain sebagai agen untuk melakukan tindakan pelayanan atas nama mereka melalui pendelegasian wewenang dalam pengambilan keputusan (Jensen & Meckling, 1976), sehingga manager memiliki peran yang penting dalam pengambilan keputusan perusahaan (Desai & Dharmapala,
2006).
Jika
kedua
belah
pihak
bertindak
untuk
memaksimalkan kepentingannya masing-masing, ada alasan untuk percaya bahwa agen tidak akan selalu bertindak demi kepentingan pemilik (Jensen & Meckling, 1976). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat konflik kepentingan antara manajer dan pemilik. Manajer memiliki lebih banyak informasi dibandingkan pemegang saham, sehingga dapat menimbulkan masalah agensi. Masalah agensi akan menimbulkan biaya agensi, yaitu penurunan kesejahteraan yang dinilai secara nominal yang dialami oleh pemilik karena adanya perbedaan dari kepentingan pemegang saham dan agen (Godfrey et al., 2010). Jensen & Meckling (1976) membagi biya agensi menjadi tiga, yaitu Biaya pemantauan (Monitoring Costs), Bonding Cost, dan Residual Loss. Monitoring cost merupakan biaya pemantauan perilaku
10
agen. Bonding cost merupakan biaya ikatan kepentingan agen untuk para pemilik yang mana biaya ikatan juga ditanggung oleh agen. Residual Loss (kerugian residual) merupakan efek kekayaan dari kenyataan bahwa, bahkan dengan pengeluaran pemantauan dan ikatan, tindakan yang diambil oleh agen kadang-kadang akan berbeda dari perilaku yang akan memaksimalkan kepentingan pemilik. Manajer menggunakan teknik penghindaran untuk mengelola pendapatan (Yorke et al., 2016). Dampak dari melakukan tindakan penghindaran pajak ialah berkurangnya beban pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Hal ini menimbulkan meningkatnya laba perusahaan, sehingga manajer dapat memperoleh insentif yang lebih tinggi. Masalah keagenan timbul sehubungan dengan penghindaran pajak jika pemegang saham dan manajer mengevaluasi biaya dan manfaat penghindaran pajak secara berbeda (Desai & Dharmapala, 2006). Contoh dari biaya pemantauan adalah biaya audit. Peran audit adalah untuk mengurangi asimetri informasi pada angka akuntansi dan untuk meminimalkan kerugian residual yang dihasilkan dari kesempatan manajer dalam pelaporan keuangan (Adeyemi & Fagbemi, 2010). Hal ini menujukkan bahwa asimetri informasi yang dapat menimbulkan masalah agensi dapat dikurangkan dengan adanya biaya monitoring, misalnya dengan mengeluarkan biaya untuk melakukan audit. Potensi konflik kepentingan dapat diminimalisir oleh kesejajaran mekanisme pemangku kepentingan eksternal dan internal yang dikenal
11
sebagai corporate governance, yaitu mekanisme yang mengontrol sebuah perusahaan sehingga dapat berjalan secara efektif dalam memenuhi kedua kepentingan pemangku kepentingan eksternal dan internal (Mulyadi & Anwar, 2015). Fungsional struktur tata kelola adalah untuk melindungi kepentingan pemegang saham, transparansi, dan mengurangi konflik keagenan (Okiro et al., 2015). 2. Penghindaran Pajak Dalam suatu negara, pajak merupakan salah satu sumber terbesar yang menjadi penerimaan negara. Akan tetapi, tidak semua wajib pajak mau melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan yang seharusnya. Aumeerun et al. (2016) menyebutkan bahwa ketidakpatuhan pajak adalah sebuah tindakan yang tidak mematuhi hukum dan peraturan perpajakan sebuah negara dengan tidak membayar pajak atau tidak melaporkan jumlah pendapatan yang sesungguhnya, yang mana dapat mencakup menghindari pajak dalam cara yang legal, yaitu penghindaran pajak dan ilegal, yaitu penggelapan pajak. Penghindaran pajak adalah istilah
yang digunakan untuk
menggambarkan pengaturan hukum atas urusan wajib pajak, sehingga dapat mengurangi kewajiban pajaknya. Misalnya digunakan untuk menggambarkan penghindaran pajak yang dicapai oleh kepentingan pribadi atau bisnis untuk mengambil keuntungan dari celah, ambiguitas, anomali atau kekurangan lain dari hukum pajak (Suandy, 2006:7). Lim (2011) medefinisikan penghindaran pajak sebagai penghematan pajak
12
yang timbul dari metode pengurangan pajak umum yang mana terkadang legalitas untuk meminimalkan kewajiban pajak masih dipertanyakan. Penghindaran pajak adalah melakukan tindakan meminimalkan kewajiban pajak dalam koridor hukum, sedangkan penggelapan pajak adalah melakukan tindakan ilegal untuk menghindari dari membayar pajak (Aumeerun et al., 2016). Dapat disimpulkan bahwa aktivitas penghindaran pajak merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mengurangi kewajiban pajak yang harus dibayarnya dengan memanfaatkan celah-celah yang terdapat dalam hukum perpajakan, sehingga tetap dalam koridor hukum. Perencanaan pajak merupakan langkah awal dari manajemen pajak yang digunakan untuk mengestimasi jumlah pajak yang akan dibayar dan hal-hal yang dapat dilakukan untuk menghindari pajak dengan cara mengumpulkan dan meneliti peraturan perpajakan, dengan maksud dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan (Astutik, 2016). Sebuah perusahaan menggunakan berbagai strategi untuk menurunkan pajak yang harus dibayarnya, salah satunya dengan melibatkan jasa konsultan (Huseynov & Klamm, 2012). Perusahaan dapat melakukan manajemen pajak yang tujuannya untuk menekan serendah mungkin kewajiban pajaknya. Manajemen pajak harus dilakukan dengan sebaik mungkin agar tidak menjurus kepada pelanggaran peraturan perpajakan (tax evasion). Perusahaan juga dapat melakukan tindakan agresif perpajakan yaitu dengan memanfaatkan celah-celah sekecil
13
mungkin yang ada dalam peraturan perpajakan untuk menekan beban pajaknya (Putra & Merkusiwati, 2016). Annuar et al. (2014) menyebutkan bahwa manfaat yang paling jelas dari tindakan penghindaran pajak ialah penghematan kas dari pajak yang dihindarkan. Penghematan kas mengarah pada peningkatan arus kas perusahaan
yang
mana
perusahaan
dapat
melakukan
investasi
menggunakan kas yang dapat dihematnya, sehingga meningkatkan nilai perusahaan dan kekayaan pemegang saham dengan bertambahnya dividen. Begitu pula dengan manajer merasakan pula manfaatnya dengan diberikannya kompensasi atas manajemen pajak efektif. Akan tetapi, terdapat dampak buruk yang menyertai aktivitas penghindaran pajak. Dalu et al. (2012) menyebutkan bahwa sebuah negara yang
menghadapi
peningkatan
jumlah
penggelapan
pajak
dan
penghindaran pajak cenderung menunjukkan investasi campuran yang berproduktif rendah, yang mana hal ini berarti pertumbuhan ekonomi rendah dan perusahaan publik akan terkena dampak negatif. Penghindaran pajak yang merupakan strategi pajak agresif yang dilakukan untuk meminimalkan beban pajak akan dapat menyebabkan meningkatnya risiko untuk perusahaan seperti denda dan reputasi perusahaan yang buruk di mata publik (Rizal, 2016).
14
3. Corporate Governance Tata kelola (governance) adalah seperangkat ketentuan yang memungkinkan para pemegang saham menggunakan hak suara untuk memaksa mereka yang mengendalikan operasi perusahaan untuk menghormati kepentingan mereka (Wallace & Zinkin, 2005:2). Gajevszky (2014) menyebutkan bahwa corporate governance telah dianggap sebagai alat yang penting dalam menilai kesehatan perusahaan, terutama kondisi kesulitan finansial, seperti krisis keuangan. Tata kelola perusahaan (corporate governance) sebagai sebuah konsep merupakan faktor kunci dalam meningkatkan nilai perusahaan, yang mana pada dasarnya menunjukkan bagaimana perusahaan dikelola, dipandu, dan dikendalikan; dan berkaitan dengan pengawasan, akuntabilitas, bimbingan, dan kontrol manajemen (Uwuigbe, 2014). Dapat disimpulkan bahwa corporate governance merupakan faktor yang penting dalam pengendalian perusahaan, sehingga aktivitas di dalam perusahaan dapat berjalan secara efektif sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku. Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas good corporate governance (GCG) diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Terdapat lima asas GCG, yaitu transparansi, akuntanbilitas,
responsibilitas,
independensi
serta
kewajaran
dan
kesetaraan (KNKG, 2006). Berikut penjelasannya.
15
a. Transparansi (Transparancy) Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. b. Akuntabilitas (Accountability) Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu, perusahaan harus dikelola secara benar, terukur, dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. c. Responsibilitas (Responsibility) Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan, sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. d. Independensi (Independency) Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen, sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
16
e. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness) Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan
kepentingan
pemegang
saham
dan
pemangku
kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Potensi konflik kepentingan dapat diminimalisir oleh kesejajaran mekanisme pemangku kepentingan eksternal dan internal yang dikenal sebagai corporate governance, yaitu mekanisme yang mengontrol sebuah perusahaan sehingga dapat berjalan secara efektif dalam memenuhi kedua kepentingan pemangku kepentingan eksternal dan internal, seperti pemerintah dan manajemen (Mulyadi & Anwar, 2015). Hal ini tentu saja akan lebih memudahkan perusahaan untuk mendapatkan investasi demi pengembangan perusahaan, seperti yang dikatakan oleh Okiro et al. (2015) bahwa dengan struktur tata kelola, akan lebih mudah bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman dari investor sebagai cara meningkatkan fungsional struktur tata kelola untuk melindungi kepentingan pemegang saham, transparansi, dan mengurangi konflik keagenan. Terdapat mekanisme corporate governance yang dapat dilakukan oleh perusahaan, beberapa di antaranya ialah dengan dibentuknya komite audit dan pemilihan auditor eksternal yang mana pemilihan auditor eksternal berkaitan dengan kualitas audit, serta komite audit dan auditor eksternal memiliki tingkat independensi yang tinggi.
17
a. Komite Audit Dalam Keputusan Ketua BAPEPAM nomor Kep-29/PM/2004 peraturan no. IX.1.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, disebutkan bahwa komite audit adalah komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. Nilai utama dari komite audit yaitu independensi dan objektivitas yang berhubungan dengan manajemen. Komite
tidak
seharusnya
mengasumsikan
fungsi
manajemen.
Sebaliknya, tidak seharusnya manajemen memberikan pengaruh yang tidak semestinya atas kinerja komite (Wallace & Zinkin, 2005:222). Tugas utama komite ialah untuk mengembangkan kerangka corporate governance kelas global terutama untuk perusahaanperusahaan yang terdaftar. Komite berpendapat bahwa perusahaan membutuhkan bimbingan dalam meningkatkan standar corporate governance mereka, yang mana harus setara dengan tingkat internasional (Ramly, 2012). Komite audit memiliki peran penting, yaitu mengawasi proses pelaporan keuangan di bawah tugas utamanya untuk menjamin integritas dan kredibilitas laporan keuangan (Gajevszky, 2014). Agar dapat memenuhi fungsi pengawasan, komite audit harus terbiasa dengan tanggungjawab manajemen dan auditor internal serta eksternal (Wallace & Zinkin, 2005:222). Hal ini menunjukkan bahwa komite audit merupakan bagian dari mekanisme corporate governance yang sangat penting, yang mana tugas utamanya
18
ialah
menjamin
integritas
dan
kredibilitas
laporan
keuangan
perusahaan. Jumlah anggota komite audit harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan keputusan. Bagi perusahaan yang memiliki komite audit, dalam menetapkan auditor eksternal harus mempertimbangkan pendapat komite tersebut yang disampaikan kepada Dewan Komisaris (KNKG, 2006). b. Kualitas Audit Tugas utama auditor eksternal adalah untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Selain itu, dari analisis dan pengujian lainnya yang dilakukan, auditor harus melaporkan kepada manajemen atas setiap risiko yang teridentifikasi baik internal maupun eksternal, dan memberikan saran untuk mengelola risiko-risiko tersebut (Wallace & Zinkin, 2005:223). Peran audit adalah untuk mengurangi asimetri informasi pada angka akuntansi dan untuk meminimalkan kerugian residual yang dihasilkan dari kesempatan manajer dalam pelaporan keuangan. Agar menghasilkan dampak yang bermanfaat sebagai alat pengawasan, kualitas yang efektif dan dapat dirasakan sangat diperlukan. Kualitas audit yang dirasakan oleh pengguna laporan keuangan setidaknya sama pentingnya dengan kualitas audit yang efektif (Adeyemi & Fagbemi, 2010). Kualitas audit berhubungan dengan pemilihan auditor (Kasim et al., 2016), yang mana secara
19
umum diasumsikan bahwa perusahaan memilih level kualitas audit mereka sendiri melalui pilihan auditor mereka (Beisland et al., 2012), sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas audit merupakan fungsi dari mekanisme corporate governance (Lin & Liu, 2009; Sunarsih & Oktaviani, 2016). Kasim et al. (2016) menyebutkan bahwa indikator-indikator yang umumnya digunakan peneliti-peneliti untuk menilai kualitas audit seperti ukuran auditor, biaya audit, dan reputasi auditor merupakan indikator yang relevan dengan auditor the Big Four karena mereka dikenal dengan reputasi terbaik dan harga tertinggi mereka selain merupakan KAP terbesar di dunia. Auditor the Big Four telah membangun jaringan global kemitraan nasional untuk memungkinkan kantor lokal mereka untuk mengakses informasi global, pengetahuan, dan pengalaman. Mereka berusaha untuk mengembangkan dan mempertahankan reputasi global dan mempromosikan diri mereka sebagai perusahaan internasional tunggal yang mempertahankan tingkat kualitas audit di seluruh dunia (Kanagaretnam et al., 2016). 4. Profitabilitas Salah satu tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan profit ialah keuntungan, yang mana keuntungan ini dapat diperoleh dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Pada umumnya, rasio keuangan digunakan sebagai tolak ukur bagaimana kondisi kesehatan perusahaan, terutama kondisi finansial. Kabajeh et al.
20
(2012) menyebutkan bahwa rasio keuangan dapat didefinisikan sebagai hubungan antara dua informasi keuangan kuantitatif individual yang terhubung satu sama lain dalam beberapa cara yang logis dan hubungan ini dianggap sebagai indikator keuangan yang memiliki makna yang dapat digunakan oleh pengguna informasi keuangan yang berbeda. Salah satu rasio yang sering digunakan dalam mengukur profitabilitas ialah return on assets (ROA), yang mana pengukuran ini digunakan untuk mengetahui bagaimana kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan asetnya untuk memperoleh keuntungan. Kabajeh et al. (2012) menyebutkan bahwa rasio profitabilitas merupakan indikator untuk efisiensi keseluruhan perusahaan. Ini biasanya digunakan sebagai ukuran untuk laba yang dihasilkan oleh perusahaan selama periode waktu berdasarkan tingkat penjualan, aset, modal yang digunakan, kekayaan bersih dan laba per saham. Rasio profitabilitas mengukur kapasitas pendapatan perusahaan dan dianggap sebagai indikator untuk pertumbuhan, keberhasilan, dan kontrol. Rasio ini juga menunjukkan kemajuan dan tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan oleh investor. Tak hanya pemegang saham yang mendapatkan manfaat dari rasio profitabilitas, melainkan pemangku kepentingan yang lainnya. Hal ini dikarenakan pemangku kepentingan dapat mengetahui sejauh mana efisiensi pemanfaatan aset yang dimiliki perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. Kreditur sebagai salah satu pemangku kepentingan juga tertarik dengan rasio profitabilitas, sebagaimana yang dikatakan oleh
21
Kabajeh et al. (2012) bahwa kreditur dapat mengetahui bagaimana kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban bunganya. Keuntungan yang tinggi tentu saja merupakan hal bagus bagi suatu perusahaan. Akan tetapi, keuntungan yang tinggi berarti beban pajak yang harus dibayarkan tinggi pula. Dengan melakukan penghindaran pajak, perusahaan dapat memperoleh manfaat berupa penghematan kas, seperti yang dikatakan oleh Annuar et al. (2014) bahwa manfaat yang paling jelas dari tindakan penghindaran pajak ialah penghematan kas dari pajak yang dihindarkan. Penghematan kas mengarah pada peningkatan arus kas perusahaan
yang
mana
perusahaan
dapat
melakukan
investasi
menggunakan kas yang dapat dihematnya, sehingga meningkatkan nilai perusahaan dan kekayaan pemegang saham dengan bertambahnya dividen. Oleh sebab itu, perusahaan yang memiliki keuntungan yang tinggi cenderung akan melakukan penghindaran pajak, yang didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kraft (2014) dan Delgado et al. (2014) yang menemukan bahwa semakin tinggi profitabilitas perusahaan akan berdampak terhadap semakin rendahnya ETR, yang berarti semakin tinggi penghindaran pajak yang dilakukan. 5. Capital Intensity Intensitas modal merupakan salah satu bentuk keputusan keuangan yang ditetapkan oleh manajemen perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan. Intensitas modal mencerminkan seberapa besar
22
modal yang dibutuhkan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan (Mulyani et al., 2014). Capital intensity adalah sejumlah uang yang diinvestasikan untuk mendapatkan output satu dolar. Semakin besar modal digunakan untuk menghasilkan unit yang sama, dapat dikatakan bahwa semakin intens modal perusahaan (Shaheen & Malik, 2012). Pada umunya, capital intensity dikaitkan dengan jumlah modal yang dimiliki perusahaan yang berupa aset tetap, sehingga capital intensity ratio diukur dengan berapa proporsi aset tetap dari total aset yang dimiliki perusahaan. Zarai (2013) menyebutkan bahwa rasio ini menggambarkan intensitas modal dari aktivitas yang dijalankan perusahaan. Kraft (2014) menyebutkan bahwa perusahaan dengan modal yang intensif memiliki kesempatan yang lebih besar untuk perencanaan perpajakan atau strategi penghindaran pajak daripada perusahaan lain, misalnya mereka dapat memutuskan apakah akan membeli atau leasing dalam memperoleh aset. Delgado et al. (2014) menyebutkan bahwa komposisi aset dapat memiliki efek yang jelas pada Effective Tax Rate, khususnya aset tetap yang memungkinkan perusahaan untuk memotong beban pajak yang berasal dari biaya penyusutan dari aset tetap setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki aset tetap yang banyak, cenderung memiliki tarif efektif pajak yang rendah.
23
B. Hasil Penelitian Terdahulu Di bawah ini merupakan hasil penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini. Tabel 2.1 Hasil Penelitian-Penelitian Terdahulu No. 1.
24
Metode Penelitian
Peneliti (Tahun) Armstrong al. (2015)
Judul
Hasil Persamaan
et
Corporate Corporate Governance, governance, Incentives, and Tax avoidance. Avoidance
Perbedaan tax
Incentives, variabel kontrol, proksi corporate governance, proksi tax avoidance. Uji regresi Quantile.
Tidak ditemukannya hubungan antara berbagai mekanisme corporate governance dan tax avoidance pada kondisi rata-rata dan median dari distribusi tax avoidance. Menggunakan regresi quantile, ditemukannya hubungan positif antara dewan independen dan kondisi keuangan untuk tingkat tax avoidance yang rendah, tetapi hubungan negatif untuk tingkat tax avoidance yang tinggi.
Tabel 2.1 (lanjutan) Hasil Penelitian-Penelitian Terdahulu No. 2.
3.
25
Peneliti (Tahun)
Metode Penelitian Judul
Hasil Persamaan
Perbedaan
& Pengaruh Komite Return on assets, tax Kepemilikan Risiko perusahaan dan Audit, Kualitas on assets avoidance, Komite institusional, risiko return Audit, Kepemilikan berpengaruh terhadap tax audit dan kualitas perusahaan. Institusional, Risiko avoidance. Sedangkan audit. Perusahaan dan Analisis komite audit, kualitas audit regresi Return on Asssets dan kepemilikan linier berganda. Terhadap Tax institusional tidak Avoidance berpengaruh terhadap tax avoidance. Wibawa et al. Pengaruh Good Good corporate Proksi tax Secara simultan persentase (2016) Corporate komisaris governance, komite avoidance, salah dewan Governance audit, kualitas satu proksi independen, komite audit Terhadap perusahaan, dan kualitas auditor eksternal, corporate Penghindaran Pajak eksernal dan penghindaran governance, yaitu auditor secara pajak. persentase Dewan berpengaruh signifikan terhadap Komisaris Analisis regresi liner pernghindaran pajak, Independen. berganda. sedangkan secara parsial didapatkan persentase dewan komisaris independen dan komite Damayanti Susanto (2015)
Tabel 2.1 (lanjutan) Hasil Penelitian-Penelitian Terdahulu No.
4.
26
Peneliti (Tahun)
Kanagaretnam et al. (2016)
Metode Penelitian Judul
Hasil Persamaan
Relation between Auditor Quality, tax Auditor Quality and aggressiveness, Tax Aggressiveness: proksi auditor Implication of quality. Cross-Country Institutional Differences
Perbedaan audit perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak, dan kualitas auditor eksternal berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penghindaran pajak. auditor Proksi tax Kualitas berhubungan negatif aggressiveness, dengan kemungkinan Analisis regresi logistic cross- agresivitas pajak, bahkan setelah pengendalian sectional. faktor penentu institusi lainnya seperti karakteristik sistem pajak negara. Juga ditemukan bahwa hubungan negatif antara kualitas auditor dan kemungkinan agresivitas pajak akan lebih nyata di negara-negara di mana
Tabel 2.1 (lanjutan) Hasil Penelitian-Penelitian Terdahulu No.
5.
27
Peneliti (Tahun)
Metode Penelitian Judul
Hasil Persamaan
Richardson et Ownership structure Penghindaran pajak, al. and corporate tax capital intensity, (2016) avoidance: Evidence profitabilitas. from publicly listed Analisis regresi. private firms in China
Perbedaan
Ownership structure, capital intensity dan profitabilitas sebagai variabel kontrol, proksi tax avoidance.
perlindungan investor lebih kuat, risiko litigasi auditor lebih tinggi, lingkungan audit yang lebih baik, dan tekanan pasar modal lebih tinggi. Ditemukan hubungan nonlinear yang signifikan antara konsentrasi kepemilikan dan penghindaran pajak. Juga ditemukan hubungan positif signifikan antara struktur kepemilikan piramida dan penghindaran pajak karena efek kubu. Ditemukan hubungan yang signifikan antara penghindaran pajak dengan capital intensity dan return on assets.
Tabel 2.1 (lanjutan) Hasil Penelitian-Penelitian Terdahulu No.
28
Peneliti (Tahun)
Metode Penelitian Judul
Hasil Persamaan
Perbedaan
6.
Rizal (2016)
Why Company Does Penghindaran pajak, Tax Avoidance? profitabilitas. Evidence from a Analisis regresi Manufacturing linier berganda Company in Indonesia Stock Exchange
Corporate social responsibility, independent commissioners, ratio of Tobin Q, proksi penghindaran pajak.
7.
Kerr et al. (2016)
Does Corporate Corporate Governance Reform governance, Influence Corporate penghindaran pajak, Tax Avoidance capital intensity, within Familyreturn on assets. Controlled Firms?
Salah satu proksi tax avoidance, capital intensity dan return on assets sebagai variabel kontrol.
CSR, profitabilitas, Komisaris independen, dan rasio Tobin Q memiliki dampak yang signifikan terhadap penghindaran pajak. Sementara sebagian, direktur independen, dan rasio Tobin Q tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Penghindaran pajak menurun secara signifikan setelah pelaksanaan reformasi tata kelola. Hal ini menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara kekuatan sistem tata kelola dan penggelapan pajak. Perusahaan dengan tata
Tabel 2.1 (lanjutan) Hasil Penelitian-Penelitian Terdahulu Metode Penelitian No.
Peneliti (Tahun)
Judul
Hasil Persamaan
Perbedaan kelola yang dilaporkan lebih tinggi kurang terlibat dalam penghindaran pajak.
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
29
C. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan dalam Gambar 2.1 di bawah ini. Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Fenomena Penghindaran Pajak
Faktor-Faktor Penyebab Penghindaran Pajak
Skandal Penghindaran Pajak
Basis Teori: Teori Agensi
Corporate Governance
Komite Audit Kualitas Audit
Penghindaran Pajak
Profitabilitas Capital Intensity
Metode Analisis: Regresi Linier Berganda
Hasil Analisis dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
30
D. Perumusan Hipotesis 1. Keterkaitan Corporate Governance dengan Penghindaran Pajak Dalam
penelitian
ini,
corporate
governance
diproksikan
menggunakan kualitas audit dan komite audit. a. Keterkaitan Kualitas Audit dengan Penghindaran Pajak Penelitian yang dilakukan oleh Kerr et al. (2016) menunjukkan bahwa reformasi tata kelola akan menurunkan tindakan penghindaran pajak. Kualitas auditor merupakan fungsi mekanisme corporate governance (Lin & Liu, 2009; Sunarsih & Oktaviani, 2016) dan auditor KAP the Big Four menyediakan kualitas audit yang lebih tinggi daripada auditor KAP non the Big Four (DeFond et al., 2014). Secara umum, diasumsikan bahwa perusahaan memilih level kualitas audit mereka sendiri melalui pilihan auditor mereka (Beisland et al., 2012). Hal ini menunjukkan bahwa bagaimana perusahaan memilih auditor independen, pemilihan apakah termasuk auditor KAP the Big Four atau bukan, merupakan bagian dari mekanisme corporate governance. Penelitian yang dilakukan oleh Annisa & Kurniasih (2012) dan Sunarsih & Oktaviani (2016) menunjukkan bahwa kualitas audit berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Kanagaretnam et al. (2016) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara kualitas auditor dengan agresivitas pajak.
31
Sedangkan hasil penelitian Wibawa et al. (2016) menunjukkan bahwa kualitas auditor eksternal tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Begitupun dengan penelitian Damayanti & Susanto (2015) yang menunjukkan bahwa kuailitas audit tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Berdasarkan penelitian terdahulu, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. H1a: Kualitas
audit
berpengaruh
signifikan
terhadap
penghindaran pajak. 2. Keterkaitan Komite Audit dengan Penghindaran Pajak Dalam Keputusan Ketua BAPEPAM nomor Kep-29/PM/2004 peraturan no. IX.1.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, disebutkan bahwa komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang Komisaris Indepeden dan sekurangkurangnya 2 (dua) orang anggota lainnya berasal dari luar Emiten atau Perusahaan Publik. Komite audit merupakan komponen corporate governance. Komite audit memiliki peran penting, yaitu mengawasi proses pelaporan keuangan di bawah tugas utamanya untuk menjamin integritas dan kredibiltas laporan keuangan (Gajevszky, 2014). Hasil penelitian Annisa & Kurniasih (2012) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari jumlah komite audit terhadap penghindaran pajak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunarsih & Oktaviani (2016) menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak, yang mana
32
mengindikasikan bahwa komite audit mampu memperbaiki kesalahan manajemen yang melakukan tax evasion. Hasil penelitian Wibawa et al. (2016) juga menyatakan bahwa komite audit berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Sedangkan
penelitian
Damayanti
&
Susanto
(2015)
menunjukkan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Komite audit yang beranggotakan sedikit, cenderung dapat bertindak lebih efisien, namun juga memiliki kelemahan, yakni minimnya pengalaman anggota Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyono et al. (2016) yang manyatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan penelitian terdahulu, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. H1b: Komite audit berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. 3. Keterkaitan Profitabilitas dengan Penghindaran Pajak Salah satu tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan profit ialah keuntungan, yang mana keuntungan ini dapat diperoleh dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Keuntungan yang tinggi tentu saja merupakan hal bagus bagi suatu perusahaan. Akan tetapi, keuntungan yang tinggi berarti beban pajak yang harus dibayarkan tinggi pula. Dengan melakukan penghindaran pajak, perusahaan dapat memperoleh manfaat berupa penghematan kas, seperti yang dikatakan oleh
33
Annuar et al. (2014) bahwa manfaat yang paling jelas dari tindakan penghindaran pajak ialah penghematan kas dari pajak yang dihindarkan. Penghematan kas mengarah pada peningkatan arus kas perusahaan yang mana perusahaan dapat melakukan investasi menggunakan kas yang dapat dihematnya, sehingga meningkatkan nilai perusahaan. Hasil penelitian Richardson et al. (2016) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penghindaran pajak dengan profitabilitas. Begitu pula dengan penelitian Kraft (2014), Delgado et al. (2014), dan Rizal (2016) yang menunjukkan hasil yang sama. Sedangkan penelitian Zarai (2013) menemukan bahwa semakin tinggi profitabilitas perusahaan akan berdampak terhadap semakin tingginya effective tax rate, yang berarti semakin rendah penghindaran pajak yang dilakukan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyono et al. (2016) yang menunjukkan
bahwa
profitabilitas
tidak
berpengaruh
terhadap
penghindaran pajak. Berdasarkan penelitian terdahulu, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. H2: Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. 4. Keterkaitan Capital Intensity dengan Penghindaran Pajak Kraft (2014) menyebutkan bahwa perusahaan dengan modal yang intensif memiliki kesempatan yang lebih besar untuk perencanaan perpajakan atau strategi penghindaran pajak daripada perusahaan lain. Sebagai contoh, mereka dapat memutuskan apakah akan membeli atau
34
leasing dalam memperoleh aset. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki aset tetap yang banyak (proporsi aset tetap yang dimiliki perusahaan tinggi), cenderung memiliki tarif efektif pajak yang rendah (Delgado et al., 2014). Penelitian Richardson et al. (2016) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penghindaran pajak dengan capital intensity. Begitu pula dengan penelitian Noor et al. (2010) ditemukan bahwa semakin tinggi capital intensity, maka semakin rendah effective tax rate yang menunjukkan semakin tinggi penghindaran pajak yang dilakukan. Berbeda dengan penelitian Kraft (2014) dan Chiou et al. (2012) yang menemukan bahwa capital intensity tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan penelitian terdahulu, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. H3: Capital Intensity berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak.
35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen, yaitu corporate governance, profitabilitas, dan capital intensity terhadap variabel dependen, yaitu penghindaran pajak. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2014 sampai dengan 2016. Hal ini dengan pertimbangan bahwa jumlah perusahaan yang termasuk dalam industri manufaktur paling banyak dibandingkan dengan industri lain, sehingga mampu mewakili perusahaan-perusahaan dari industri lain yang terdaftar di BEI. Selain itu, penelitian ini meneliti variabel Capital Intensity untuk mengetahui pengaruh proporsi aset tetap atas total aset yang dimiliki perusahaan yang berada pada sektor manufaktur terhadap penghindaran pajak, yang mana perusahaan manufaktur memiliki nilai aset tetap yang tinggi. Periode penelitian yang digunakan adalah 3 tahun, yaitu dari tahun 2014 sampai dengan 2016. Hal ini dikarenakan di akhir 2014, terungkap kasus penghindaran pajak yang menyangkut banyak perusahaan multinasional yang melibatkan negara Luxembourg sebagai negara yang memberikan fasilitas pajak dengan skema pajak yang rumit dengan dibantu oleh kantor akuntan handal internasional (Santosa, 2015). Selain itu, penggunaan data yang up to
36
date juga diharapkan mampu mengggambarkan kondisi saat ini, sehingga lebih relevan dengan tahun penelitian. B. Metode Penentuan Sampel Sampel pada penelitian ini diambil dari perusahaan sektor industri manufaktur. Peneliti menggunakan metode purposive sampling dalam memilih sampel, yaitu proses pemilihan sampel berdasarkan kriteria atau penilaian tertentu. Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: a. Perusahaan di industri manufaktur yang terdaftar selama 3 tahun berturutturut di BEI selama tahun 2014 hingga 2016; b. Menyajikan laporan keuangannya menggunakan tahun buku yang berakhir 31 Desember; c. Menyajikan laporan keuangannya dalam satuan mata uang rupiah selama periode penelitian dan tidak memiliki laba yang negatif (mengalami kerugian). d. Menyajikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini secara lengkap selama periode penelitian. e. Memiliki CETR kurang dari 1 selama periode penelitian. C. Metode Pengumpulan Data Dalam memperoleh data-data yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua cara, yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
37
1. Penelitian Pustaka Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, internet, berita, dan perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian. 2. Penelitian Lapangan Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data sekunder. Seluruh data bersumber dari laporan tahunan perusahaan manufaktur tahun 2014 sampai 2016 yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan dapat diakses melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia pada alamat website www.idx.co.id. D. Metode Analisis Data 1. Uji Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kutosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2016:19). 2. Uji Asumsi Klasik Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, peneliti melakukan uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
38
(Ghozali, 2016:154). Penelitian ini menggunakan analisis grafik dan uji non-parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S) untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak. Analisis grafik dapat dilakukan dengan melihat grafik histogram dan grafik normal P-Plot. Grafik histogram yang memberikan pola distribusi yang tidak menceng ke kiri ataupun ke kanan dapat dikatakan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Pada grafik normal P-Plot, jika data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2016:156). Pada uji nonparametik Kolmogorov-Smirnov, jika nilai Sig. (2-tailed) > α, nilai residual terstandarisasi dinyatakan menyebar secara normal (Suliyanto, 2011:78). b. Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi, dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan nilai Tolerance. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF (Variance Inflation Factor) > 10 (Ghozali, 2016:103-104). Hal ini berarti jika nilai Tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10, tidak terjadi multikolinieritas pada model regresi.
39
c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan
ke
pengamatan
lain
tetap,
maka
disebut
Homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas (Ghozali, 2016:134). Penelitian ini menggunakan analisis grafik scatterplot dan uji Park untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas pada model regresi. Jika pada grafik scetterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Regression Studentized Residual, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi (Ghozali, 2016:136). Pada uji Park, gejala heteroskedastisitas ditunjukkan oleh koefisien regresi
dari
masing-masing
variabel
independen.
Jika
nilai
probabilitasnya lebih besar dari nilai alpha (Sig. > α), maka dapat dipastikan model tidak mengandung gejala heteroskedastisitas (Suliyanto, 2011:107). d. Uji Autokorelasi Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik/tidak layak dipakai prediksi. Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi dengan
40
uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut (Sunyoto, 2011:134): 1) Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW di bawah -2 (DW < -2). 2) Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada di antara -2 dan +2 (-2 < DW < +2). 3) Terjadi autokorelasi negatif, jika nilai DW di atas +2 (DW > +2). 3. Uji Hipotesis Penelitian ini menggunakan Software SPSS (Statistical Product and Services Solutions) versi 22 untuk memprediksi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. a. Pengujian dengan Analisis Regresi Berganda Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi berganda (multiple regression) untuk menguji pengaruh antara variabel independen dengan dependen. Pada analisis regresi berganda, jumlah variabel bebas (independen) yang digunakan untuk memprediksi variabel tergantung (dependen) lebih dari satu (Suliyanto, 2011:53). Persamaan regresi berganda dirumuskan sebagai berikut: CETR = α + β1ADT + β2KMT + β3ROA + β4CINT + ε Keterangan: CETR = Penghindaran pajak α
= Konstanta
β
= Koefisien regresi
ADT = Kualitas audit
41
KMT = Komite audit ROA = Profitabilitas CINT = Capital intensity ε
= Error
b. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2) Koefisien Determinasi (R2) mengukur seberapa jauh keampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah anatara nol dan satu. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2016:95). c. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen
yang
dimasukkan
dalam
model
regresi
mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Jika variabel independen memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen, maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit (Suliyanto, 2011:55). Hipotesis alternatif yang ingin diuji adalah sebagai berikut: Ha: Corporate Governance, profitabilitas, dan capital intensity secara simultan berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
42
Dasar
pengambilan
keputusan
dalam
penelitian
ini
menggunakan taraf signifikansi 5% adalah sebagai berikut (Ghozali, 2016:99): 1) Apabila nilai signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak atau Ha diterima, yang
berarti
semua
variabel
independen
secara
simultan
berpengaruh terhadap variabel dependen. 2) Apabila nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima atau Ha ditolak, yang berarti semua variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. d. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh
satu
variabel
independen
secara
individual
dalam
menerangkan variasi variabel independen (Ghozali, 2016:97). Dasar
pengambilan
keputusan
dalam
penelitian
ini
menggunakan taraf signifikansi 5% adalah sebagai berikut (Ghozali, 2016:97): 1) Apabila nilai signifikansi t < 0,05, berarti variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. 2) Apabila nilai signifikansi t > 0,05, berarti variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
43
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian Berikut merupakan definisi dari variabel dan cara pengukurannya. 1. Penghindaran Pajak Lim
(2011)
medefinisikan
penghindaran
pajak
sebagai
penghematan pajak yang timbul dari metode pengurangan pajak umum dan
perlindungan
pajak
yang
mana
terkadang
legalitas
untuk
meminimalkan kewajiban pajak dipertanyakan. Penghindaran pajak adalah melakukan tindakan meminimalkan kewajiban pajak dalam koridor hukum, sedangkan penggelapan pajak adalah melakukan tindakan ilegal untuk menghindari dari membayar pajak (Aumeerun et al., 2016). Variabel ini dihitung mengunakan CETR (Cash Effective Tax Rate), yaitu kas yang dikeluarkan untuk membayar beban pajak dibagi dengan laba sebelum pajak. Semakin rendah kas yang dibayarkan perusahaan untuk beban pajak mengindikasikan bahwa semakin tinggi perusahaan cenderung melakukan penghindaran pajak. Penelitian ini menggunakan CETR (Cash Effective Tax Rate) sebagai pengukuran agar dapat mengetahui perbandingan kas yang perusahaan keluarkan untuk membayar pajak dengan laba sebelum pajaknya, sehingga akan diketahui berapa pastinya tarif pajak perusahaan sesuai besarnya pajak yang dibayarkan dan dapat membandingkannya dengan tarif pajak badan dalam peraturan undang-undang perpajakan, yang mana semakin tinggi CETR mengindikasikan semakin rendah aktivitas penghindaran pajak. Penghindaran pajak dalam penelitian ini
44
diukur dengan membandingkan kas yang dikuluarkan untuk beban pajak dengan laba sebelum pajak (Huseynov & Klamm, 2012; Damayanti & Susanto, 2015; Dewinta & Setiawan, 2016) yang dapat dirumuskan sebahai berikut:
2. Corporate Governance Potensi konflik kepentingan, bagaimanapun, dapat diminimalisir oleh kesejajaran mekanisme pemangku kepentingan eksternal dan internal. Mekanisme ini lebih dikenal sebagai tata kelola perusahaan. Ini adalah mekanisme yang mengontrol sebuah perusahaan sehingga dapat berjalan secara efektif dalam memenuhi kedua kepentingan pemangku kepentingan eksternal dan internal, seperti pemerintah dan manajemen (Mulyadi & Anwar, 2015). a. Kualitas Audit Peran audit adalah untuk mengurangi asimetri informasi pada angka akuntansi, dan untuk meminimalkan kerugian residual yang dihasilkan dari kesempatan manajer dalam pelaporan keuangan (Adeyemi & Fagbemi, 2010). Kasim et al. (2016) menyebutkan bahwa indikator-indikator yang umumnya digunakan peneliti-peneliti untuk menilai kualitas audit seperti ukuran auditor, biaya audit, dan reputasi auditor merupakan indikator yang relevan dengan auditor KAP the Big Four karena mereka dikenal dengan reputasi terbaik dan harga tertinggi mereka disamping merupakan KAP terbesar di dunia.
45
Penelitian ini menggunakan auditor KAP the Big Four atau non the Big Four sebagai proksi untuk mengukur kualitas audit karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa auditor KAP the Big Four berhubungan dengan kualitas audit yang lebih tinggi (Beisland et al., 2012; Damayanti & Susanto, 2015; Kanagaretnam et al., 2016). Sehingga, variabel dummy digunakan, yang mana bernilai 1 jika menggunakan jasa auditor KAP the Big Four dan bernilai 0 jika tidak menggunakan jasa auditor KAP the Big Four. KAP the Big Four antara lain: Price Water Housecooper (PWC), Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte), Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), dan Ernst & Young (E&Y). b. Komite Audit Dalam Keputusan Ketua BAPEPAM nomor Kep-29/PM/2004 peraturan no. IX.1.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, disebutkan bahwa komite audit adalah komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. Selain itu, dinyatakan juga bahwa komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang Komisaris Indepeden dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota lainnya berasal dari luar Emiten atau Perusahaan Publik. Jumlah anggota komite audit harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan keputusan (KNKG, 2006). Gajevszky (2014)
46
menyatakan bahwa komite audit memiliki peran penting yaitu mengawasi proses pelaporan keuangan di bawah tugas utamanya untuk menjamin integritas dan kredibiltas laporan keuangan. Komite audit diproksikan dengan jumlah personil komite audit yang terdapat di perusahaan (Annisa & Kurniasih, 2012; Wibawa et al., 2016). Komite Audit = Jumlah personil komite audit 3. Profitabilitas Salah satu rasio yang sering digunakan dalam mengukur profitabilitas ialah return on assets (ROA), yang mana pengukuran ini digunakan untuk mengetahui bagaimana kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan asetnya untuk memperoleh keuntungan. Kabajeh et al. (2012) menyebutkan bahwa rasio profitabilitas merupakan indikator untuk efisiensi keseluruhan perusahaan, yang mana biasanya digunakan sebagai ukuran untuk laba yang dihasilkan oleh perusahaan selama periode waktu berdasarkan tingkat penjualan, aset, modal yang digunakan, kekayaan bersih dan laba per saham. Rasio profitabilitas mengukur kapasitas pendapatan
perusahaan,
dan
dianggap
sebagai
indikator
untuk
pertumbuhan, keberhasilan dan kontrol. Rasio ini juga menunjukkan kemajuan dan tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan oleh investor. Rerturn on assets (ROA) dalam penelitian ini dihitung dengan membandingkan laba bersih dengan total aset yang dimiliki perusahaan
47
(Kabajeh et al., 2012; Zarai, 2013; Damayanti & Susanto, 2015; Rizal, 2016), yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
4. Capital Intensity Capital intensity adalah sejumlah uang yang diinvestasikan untuk mendapatkan output satu dolar. Semakin besar modal digunakan untuk menghasilkan unit yang sama, dapat dikatakan bahwa semakin intens modal perusahaan (Shaheen & Malik, 2012). Pada umunya, capital intensity dikaitkan dengan jumlah modal yang dimiliki perusahaan yang berupa aset tetap, sehingga rasio intensitas aset tetap diukur dengan berapa proporsi aset tetap dari total aset yang dimiliki perusahaan (Kraft, 2014; Richardson et al., 2016), yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
48
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel Penghindaran Pajak Ref: Huseynov & Klamm (2012); Damayanti & Susanto (2015); Dewinta & Setiawan (2016) Kualitas Audit Ref: Beisland et al. (2012); Damayanti & Susanto (2015); Kanagaretnam et al. (2016) Komite Audit
Indikator
Skala Pengukuran
Diproksikan dengan CETR, yaitu pembayaran kas untuk beban pajak dibagi laba sebelum pajak Rasio
Menggunakan variabel dummy yang mana bernilai 1 jika menggunakan jasa auditor KAP the Big Four dan bernilai 0 jika tidak menggunakan jasa auditor KAP non the Big Four.
Nominal
Diproksikan dengan jumlah personil komite audit yang terdapat di perusahaan. Ref: Annisa & Kurniasih (2012); Wibawa et al. (2016) Profitabilitas Ref: Kabajeh et al. (2012); Zarai (2013); Damayanti & Susanto (2015); Rizal (2016) Capital Intensity
Nominal Komite Audit = Jumlah personil komite audit Diproksikan dengan ROA, yaitu laba bersih dibagi dengan total aset yang dimiliki perusahaan. Rasio
Diproksikan dengan rasio intensitas aset tetap, yaitu aset tetap dibagi total aset yang dimiliki perusahaan.
Ref: Kraft (2014); Richardson et al. (2016) Sumber: Diolah dari berbagai referensi
Rasio
49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Deskripsi Objek Penelitian Perusahaan yang bergerak di industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2014 sampai dengan 2016 merupakan populasi dalam penelitian ini. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Perusahan-perusahaan yang dijadikan sampel telah sesuai dengan kriteria yang tekah ditetapkan. Tahapan seleksi sampel penelitian berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tampak dalam Tabel 4.1 sebagai berikut. Tabel 4.1 Tahapan Seleksi Sampel Penelitian No. Kriteria Jumlah perusahaan di industri manufaktur yang 1. terdaftar selama 3 tahun berturut-turut di BEI selama tahun 2014 hingga 2016 Perusahaan yang tidak menyajikan laporan 2. keuangannya menggunakan tahun buku yang berakhir 31 Desember Perusahan yang tidak menyajikan laporan keuangannya dalam satuan mata uang rupiah selama 3. periode penelitian dan memiliki laba yang negatif (mengalami kerugian) Perusahaan yang tidak menyajikan data yang 4. dibutuhkan dalam penelitian secara lengkap 5. Perusahaan yang memiliki CETR lebih dari 1 Jumlah sampel penelitian terpilih Tahun penelitian Jumlah sampel total dalam periode penelitian Sumber: Data sekunder yang diolah
50
Jumlah 139
(3)
(69)
(3) (8) 56 3 168
Namun, setelah data mengalami pengolahan pada software SPSS, terdapat data outlier, sehingga data tersebut dikeluarkan dari sampel penelitian. Tabel 4.1 (lanjutan) Tahapan Seleksi Sampel Penelitian Keterangan Jumlah sampel total dalam periode penelitian Data outlier Jumlah data yang dapat diolah Sumber: Data sekunder yang diolah
Jumlah 168 (5) 163
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel sebanyak 56 peusahaan. Periode penelitian yang digunakan adalah 3 (tiga) tahun, yaitu tahun 2014, 2015, dan 2016. Sehingga, total sampel yang diteliti sebanyak 168 data laporan tahunan perusahaan manufaktur. Tetapi, dengan adanya data outlier yang dikeluarkan dari sampel penelitian, menyebabkan data yang dapat diolah berjumlah 163 data. 2. Deskripsi Sampel Penelitian Pada penelitian ini, sampel dipilih menggunakan metode purposive sampling, yaitu berdasarkan kriteri-kriteria yang telah ditentukan. Berikut nama-nama perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini, yang disajikan dalam Tabel 4.2 di bawah ini.
51
Tabel 4.2 Daftar Nama Perusahaan Sampel No. Nama Perusahaan 1. PT Akasha Wira International Tbk 2. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 3. PT Argha Karya Prima Industry Tbk 4. PT Alkindo Naratama Tbk 5. PT Asahimas Flat Glass Tbk 6. PT Arwana Citramulia Tbk 7. PT Astra International Tbk 8. PT Astra Otoparts Tbk 9. PT Sepatu Bata Tbk 10. PT Budi Starch & Sweetener Tbk 11. PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 12. PT Chitose International Tbk 13. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk 14. PT Delta Djakarta Tbk 15. PT Darya-Varia Laboratoria Tbk 16. PT Ekadharma International Tbk 17. PT Gudang Garam Tbk 18. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 19. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 20. PT Champion Pacific Indonesia Tbk 21. PT Impack Pratama Industri Tbk 22. PT Indal Aluminium Industry Tbk 23. PT Intanwijaya Internasional Tbk 24. PT Indofood Sukses Makmur Tbk 25. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 26. PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk 27. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk 28. PT Kimia Farma (Persero) Tbk 29. PT KMI Wire and Cable Tbk 30. PT Kabelindo Murni Tbk 31. PT Kalbe Farma Tbk 32. PT Lion Metal Works Tbk 33. PT Lionmesh Prima Tbk 34. PT Merck Tbk 35. PT Nipress Tbk 36. PT Pelangi Indah Canindo Tbk 37. PT Pyridam Farma Tbk 38. PT Ricky Putra Globalindo Tbk 39. PT Nippon Indosari Corpindo Tbk 40. PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk 41. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk 42. PT Sekar Bumi Tbk
Kode ADES AISA AKPI ALDO AMFG ARNA ASII AUTO BATA BUDI CEKA CINT CPIN DLTA DVLA EKAD GGRM HMSP ICBP IGAR IMPC INAI INCI INDF INTP ISSP JPFA KAEF KBLI KBLM KLBF LION LMSH MERK NIPS PICO PYFA RICY ROTI SCCO SIDO SKBM 52
Tabel 4.2 (lanjutan) Daftar Nama Perusahaan Sampel No. Nama Perusahaan 43. PT Semen Baturaja (Persero) Tbk 44. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk 45. PT Selamat Sempurna Tbk 46. PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk 47. PT Siantar Top Tbk 48. PT Tunas Alfin Tbk 49. PT Mandom Indonesia Tbk 50. PT Surya Toto Indonesia Tbk 51. PT Trisula International Tbk 52. PT Trias Sentosa Tbk 53. PT Tempo Scan Pacisic Tbk 54. PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk 55. PT Unilever Indonesia Tbk 56. PT Wismilak Inti Makmur Tbk Sumber: Data sekunder yang diolah
Kode SMBR SMGR SMSM SQBB STTP TALF TCID TOTO TRIS TRST TSPC ULTJ UNVR WIIM
B. Analisis Data Penelitian Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Tujuannya untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen, yaitu corporate governance (ADT dan KMT), profitabilitas (ROA), capital intensity (CINT) terhadap variabel dependen, yaitu penghindaran pajak (CETR). 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Statistik Deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi yang dihasilkan dari variabel penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini diuji secara statistik dengan menggunakan program SPSS seperti yang terlihat dalam Tabel 4.3 berikut.
53
Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics Variabel
N
Minimum Maximum
ADT 163 0 KMT 163 2 ROA 163 ,00645 CINT 163 ,07797 CETR 163 ,03390 Valid N 163 (listwise) Sumber: Data sekunder yang diolah
Mean
1 ,47 5 3,15 ,41502 ,1021585 ,79656 ,3341322 ,67107 ,2854293
Std. Deviation ,500 ,439 ,08354797 ,15322661 ,11406691
Pada Tabel 4.3, dengan jumlah 163 data penelitian (N), analisis statistik deskriptif terhadap variabel corporate governance (yang diproksikan dengan kualitas audit) menunjukkan nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 1 dengan standar deviasi sebesar 0,500. Nilai mean atau rata-rata ADT sebesar 0,47. Hal ini menunjukkan bahwa perbandingan perusahaan manufaktur di Indonesia yang menggunakan dengan yang tidak menggunakan jasa auditor KAP the Big Four hampir berbanding sama. Pada variabel corporate governance (yang diproksikan dengan komite audit), hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan nilai minimum sebesar 2 dan nilai maksimum sebesar 5 dengan standar deviasi sebesar 0,439. Nilai mean atau rata-rata KMT sebesar 3,15. Hal ini menunjukkan perusahaan manufaktur di Indonesia cenderung patuh melaksanakan peraturan Keputusan Ketua BAPEPAM nomor Kep29/PM/2004 peraturan no. IX.1.5 tentang Pembentukan dan Pedoman
54
Pelaksanaan Kerja Komite Audit, yang menyatakan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang Komisaris Indepeden dan sekurangkurangnya 2 (dua) orang anggota lainnya atau dengan kata lain minimal berjumlah 3 orang. Pada variabel profitabilitas (ROA), hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan nilai minimum sebesar 0,00645 dan nilai maksimum sebesar 0,41502 dengan standar deviasi sebesar 0,08354797. Nilai mean atau ratarata ROA sebesar 0,1021585 atau 10,2%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan manufaktur di Indonesia dalam memanfaatkan aset yang dimilikinya, laba bersih yang diperoleh sebesar 10,2%. Pada variabel capital intensity (CINT), hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan nilai minimum sebesar 0,07797 dan nilai maksimum sebesar 0,79656 dengan standar deviasi sebesar 0,15322661. Nilai mean atau rata-rata CINT sebesar 0,3341322 atau 33,4%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan manufaktur di Indonesia memiliki aset tetap sebesar 33,4% dari total aset yang dimiliki. Pada variabel penghindaran pajak (CETR), hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan nilai minimum sebesar 0,03390 dan nilai maksimum sebesar 0,67107 dengan standar deviasi sebesar 0,11406691. Nilai mean atau rata-rata CETR sebesar 0,2854293. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan manufaktur di Indonesia cenderung patuh dalam membayar beban pajaknya.
55
2. Hasil Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan dengan menggunakan analisis regresi terhadap variabel independen dan viariabel dependen. a. Hasil Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Penelitian ini menggunakan analisis grafik dan uji non-parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S). 1) Analisis Grafik Histogram Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
Sumber: Data sekunder yang diolah Berdasarkan Gambar 4.1 di atas, grafik histogram membentuk kurva seperti lonceng dan tidak menceng ke kiri
56
ataupun ke kanan. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal atau model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2) Analisis Grafik dengan Normal Probability Plot (Normal P-P Plot) Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-P Plot
Sumber: Data sekunder yang diolah Berdasarkan Gambar 4.2 di atas, terlihat bahwa penyebaran data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Hal ini menujukkan bahwa data berdistribusi normal atau model regresi memenuhi asumsi normalitas.
57
3) Uji Kolmogoorov-Smirnov Tabel 4.4 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardize d Residual N Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed)
163 ,0000000 ,10742374 ,057 ,057 -,031 ,057 ,200c,d
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Data sekunder yang diolah Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, terlihat bahwa nilai Sig. (2tailed) sebesar 0,200 > 0,05 (Sig. > α). Hal ini menunjukkan bahwa data residual terdistirbusi normal. b. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel bebas (independen).
58
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa Collinearity Statistics Model Tolerance VIF 1 (Constant) ADT ,737 1,357 KMT ,893 1,120 ROA CINT
,759 ,902
1,317 1,109
a. Dependent Variable: CETR Sumber: Data sekunder yang diolah Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, hasil perhitungan nilai Tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10, yaitu 0,737 dan 0,893 untuk corporate governance (ADT dan KMT), 0,759 untuk profitabilitas (ROA), dan 0,902 untuk capital intensity (CINT). Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan hal yang sama, yaitu tidak ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10, yaitu 1,357 dan 1,120 untuk corporate governance (ADT dan KMT), 1,317 untuk profitabilitas (ROA), dan 1,109 untuk capital intensity (CINT). Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel independen dalam model persamaan regresi tidak terdapat gejala multikolinieritas. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
59
pengamatan
ke
pengamatan
lain
tetap,
maka
disebut
Homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Penelitian ini menggunakan analisis grafik dengan scatterplot dan uji park untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas. 1) Analisis Grafik dengan Scatterplot Gambar 4.3 Scatterplot
Sumber: Data sekunder yang diolah Berdasarkan tampilan Scetterplot dalam Gambar 4.3 di atas, terlihat bahwa plot menyebar secara acak di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Regression Studentized Residual. Hal ini menunjukkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat gejala heterostedastisitas. 2) Uji Park Gejala heteroskedastisitas ditunjukkan oleh koefisien regresi dari masing-masing variabel independen. Jika nilai
60
probabilitasnya lebih besar dari nilai alpha (Sig. > α), model regresi tidak mengandung gejala heteroskedastisitas. Tabel 4.6 Hasil Uji Park Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. Model B Error Beta 1 (Constant) -5,596 1,661 ADT -,086 ,504 -,016 KMT ROA CINT
-,105 -5,128 1,155
,522 2,972 1,487
-,017 -,155 ,064
t -3,369 -,171
Sig. ,001 ,864
-,201 -1,726 ,777
,841 ,086 ,438
a. Dependent Variable: LnRES2
Sumber: Data sekunder yang diolah Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, nilai sig. kualitas audit (ADT) sebesar 0,864, yang mana di atas 0,05. Nilai sig. komite audit (KMT) sebesar 0,841, yang mana di atas 0,05. Nilai sig. profitabilitas (ROA) sebesar 0,086, yang mana di atas 0,05. Nilai sig. capital intensity (CINT) sebesar 0,438, yang mana di atas 0,05. Dapat disimpulkan bahwa semua nilai sig. > 0,05, sehingga menunjukkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat gejala heterostedastisitas. d. Uji Autokorelasi Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik/tidak layak dipakai prediksi. Salah satu
61
ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut (Sunyoto, 2011:134): 4) Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW di bawah -2 (DW < -2). 5) Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada di antara -2 dan +2 (-2 < DW < +2). 6) Terjadi autokorelasi negatif, jika nilai DW di atas +2 (DW > +2). Berikut adalah hasil uji autokorelasi. Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi
Model 1
R ,336a
Model Summaryb Adjusted R Std. Error of R Square Square the Estimate ,113
,091
,10877504
DurbinWatson 1,416
a. Predictors: (Constant), CINT, ADT, KMT, ROA b. Dependent Variable: CETR
Sumber: Data sekunder yang diolah Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 1,416. Berdasarkan ketentuan untuk mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi karena nilai DW berada di antara -2 dan + 2 (-2 < 1,416 < +2). 3. Hasil Uji Hipotesis a. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2) Koefisien Determinasi (R2) mengukur seberapa jauh keampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
62
determinasi adalah anatara nol dan satu. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2016:95). Berikut adalah hasil uji koefisien determinasi.
Model 1
R ,336a
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb Adjusted R Std. Error of R Square Square the Estimate ,113 ,091 ,10877504
DurbinWatson 1,416
a. Predictors: (Constant), CINT, ADT, KMT, ROA b. Dependent Variable: CETR
Sumber: Data sekunder yang diolah Berdasarkan Tabel 4.11 di atas, terlihat bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 0,091. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel corporate governance, profitabilitas, dan capital intensity terhadap penghindaran pajak adalah 9,1%, sedangkan sisanya sebesar 81,9% (100% - 9,1%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini, seperti karakter eksekutif, ukuran perusahaan, struktur kepemilikan, leverage, inventory intensity. b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen
yang
dimasukkan
dalam
model
regresi
mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen.
63
Jika variabel independen memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen, maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit (Suliyanto, 2011:55). Berikut adalah hasil uji statistik F.
Model 1 Regression Residual Total
Tabel 4.9 Hasil Uji Statistik F ANOVAa Sum of Mean Squares df Square ,238 4 ,060 1,869 158 ,012 2,108 162
F 5,036
Sig. ,001b
a. Dependent Variable: CETR b. Predictors: (Constant), CINT, ADT, KMT, ROA
Sumber: Data sekunder yang diolah Berdasarkan Tabel 4.9 di atas, nilai F hitung sebesar 5,036 dengan Sig. 0,001. Nilai signifikansi < 0,05 (0,001 < 0,05), sehingga menunjukkan bahwa corporate governance (ADT dan KMT), profitabilitas (ROA), dan capital intensity (CINT) secara simultan berpengaruh terhadap penghindaran pajak (CETR). Dikarenakan variabel independen memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen, maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. c. Uji Statistik Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh
satu
variabel
independen
secara
individual
dalam
64
menerangkan variasi variabel independen (Ghozali, 2016:97). Berikut adalah hasil uji statistik t.
Model 1 (Constant) ADT KMT ROA CINT
Tabel 4.10 Hasil Uji Statistik t Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. B Error Beta ,421 ,066 ,051 ,020 ,225 -,038 -,477 ,029
,021 ,117 ,059
-,147 -,349 ,039
t 6,420 2,576
Sig. ,000 ,011
-1,856 -4,063 ,496
,065 ,000 ,621
a. Dependent Variable: CETR
Sumber: Data sekunder yang diolah Berdasarkan Tabel 4.10 di atas, kualitas audit (ADT) secara statistik menunjukkan nilai sig. lebih kecil dari α (0,011 < 0,05). Oleh karena itu, H1a diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas audit (ADT) berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak (CETR). Komite audit (KMT) secara statistik menunjukkan nilai sig. lebih besar dari α (0,065 > 0,05). Oleh karena itu, H1b ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa komite audit (KMT) belum mampu membuktikan adanya pengaruh terhadap penghindaran pajak (CETR). Profitabilitas (ROA) secara statistik menunjukkan nilai sig. lebih kecil dari α (0,000 < 0,05). Oleh karena itu, H2 diterima, sehingga
65
dapat disimpulkan bahwa profitabilitas (ROA) berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak (CETR). Capital intensity (CINT) secara statistik menunjukkan nilai sig. lebih besar dari α (0,621 > 0,05). Oleh karena itu, H3 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa capital intensity (CINT) belum mampu membuktikan adanya pengaruh terhadap penghindaran pajak (CETR). C. Pembahasan 1. Pengaruh Corporate Governance terhadap Pengindaran Pajak a. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Penghindaran Pajak Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Jadi, H1a dalam penelitian ini, yaitu kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak, diterima. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Annisa & Kurniasih (2012), Sunarsih & Oktaviani (2016), dan Kanagaretnam et al. (2016). Berdasarkan Tabel 4.10, kualitas audit (ADT) memiliki koefisien sebesar 0,051. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas audit berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak yang berarti bahwa perusahaan
yang
menggunakan
jasa
Auditor
the
Big
Four
mengindikasikan kecenderungan perusahaan melakukan penghindaran pajak semakin kecil yang diukur dari semakin besarnya CETR. Apabila suatu perusahaan diaudit oleh auditor KAP the Big Four, kecenderungan perusahaan dalam melakukan penghindaran
66
pajak semakin kecil. Mengingat bahwa penghindaran pajak tidak menguntungkan negara dan rakyat pada umumnya, menyebabkan tindakan penghindaran pajak tidak dapat diterima oleh mayoritas orang. Sehingga menyebabkan auditor the Big Four memiliki keinginan yang kuat untuk mempertahankan reputasi bagus yang dimilikinya, seperti yang disebutkan oleh Kanagaretnam et al. (2016) bahwa auditor the Big Four berusaha untuk mengembangkan dan mempertahankan reputasi global yang dimilikinya. Selain itu, manajer menggunakan teknik penghindaran untuk mengelola pendapatan (Yorke et al., 2016). Akan tetapi, karena pemilik tidak memiliki pengetahuan lengkap tentang tindakan yang dilakukan oleh para manajer, hal ini menyebabkan adanya asimetri informasi yang akan menimbulkan manajemen laba. Hasil penelitian Lestari & Wirawati (2016) menunjukkan bahwa asimetri informasi berpengaruh positif terhadap manajemen laba dan good corporate governance sebagai variabel pemoderasinya mampu memperlemah terjadinya asimetri informasi pada manajemen laba yang terjadi di perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, pemilihan auditor independen sebagai
bagian dari
mekanisme
corporate
governance
dapat
memperlemah manajer dalam menggunakan teknik penghindaran untuk mengelola pendapatan. Penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Damayanti & Susanto (2015) yang menunjukkan bahwa kualitas audit
67
tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2015). Perbedaan hasil penelitian dengan penelitian terdahulu diindikasikan karena perbedaan penggunaan sampel penelitian dan periode penelitian. Penelitian Damayanti & Susanto (2015) menggunakan perusahaan dalam sektor property dan real estate, sedangkan penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur. Penelitian Wahyudi (2015) menggunakan tahun penelitian 2012, sedangkan penelitian ini menggunakan tahun penelitian 2014-2016. b. Pengaruh Komite Audit terhadap Penghindaran Pajak Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa komite audit belum mampu
membuktikan
adanya
pengaruh
terhadap
tindakan
penghindaran pajak. Jadi, H1b dalam penelitian ini, yaitu komite audit berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak, ditolak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Damayanti & Susanto (2015), Handayani et al. (2015), dan Cahyono et al. (2016). Hasil penelitian Damayanti & Susanto (2015), Handayani et al. (2015), dan Cahyono et al. (2016) menunjukkan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Dalam penelitian ini, mayoritas perusahaan memiliki 3 anggota komite audit, paling banyak 5 anggota. Tampaknya komite audit menjadi bagian yang umum dalam sebuah perusahaan. Hal ini dikarenakan Keputusan Ketua BAPEPAM nomor Kep-29/PM/2004 peraturan no. IX.1.5 tentang Pembentukan
68
dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, yang menyatakan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang Komisaris Indepeden dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota lainnya berasal dari luar Emiten atau Perusahaan Publik. Dalam penelitian ini, semakin banyak jumlah komite audit belum
mempu
membuktikan
pengaruhnya
terhadap
tindakan
penghindaran pajak. Sedikit banyaknya jumlah komite audit, keberadaan komite audit kurang memiliki peran aktif dalam penentuan kebijakan tarif pajak perusahaan dan cenderung melakukan tugasnya secara netral dengan aturan yang telah ditetapkan (Hanum & Zulaikha, 2013). Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Annisa & Kurniasih (2012), Sunarsih & Oktaviani (2016), Wibawa et al. (2016). Hasil penelitian Annisa & Kurniasih (2012) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari jumlah komite audit terhadap tax avoidance. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunarsih & Oktaviani (2016) menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa komite audit mampu memperbaiki kesalahan manajemen yang melakukan tax evasion. Hasil penelitian Wibawa et al. (2016) juga menyatakan bahwa komite audit berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Akan tetapi, hal ini
69
kontradiktif dengan justifikasi umum yang seharusnya bertambahnya jumlah komite audit akan semakin mengurangi penghindaran pajak. Perbedaan hasil penelitian dengan penelitian terdahulu diindikasikan karena perbedaan penggunaan sampel dan periode penelitian, serta proksi yang digunakan. Penelitian Annisa & Kurniasih (2012) menggunakan perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2008, sehingga jumlah komite audit yang dimiliki perusahaan lebih bervariasi. Penelitian Sunarsih & Oktaviani (2016) menggunakan Book-Tax Gap (BTG) sebagai proksi penghindaran pajak. Penelitian Wibawa et al. (2016) menggunakan proksi Book Tax Difference (BTD) sebagai proksi penghindaran pajak, juga perusahaan yang terdaftar pada indeks bursa SRI KEHATI tahun 2010-2014, sedangkan penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2014-2016. 2. Pengaruh Profitabilitas terhadap Penghindaran Pajak Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Jadi, H2 dalam penelitian ini, yaitu profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak, diterima. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Richardson et al. (2016), Kraft (2014), Delgado et al. (2014), dan Rizal (2016). Richardson et al. (2016) menggunakan ROA sebagai variabel kontrol dalam penelitiannya yang menunjukkan bahwa ROA memiliki
70
hubungan yang signifikan dengan penghindaran pajak. Berdasarkan Tabel 4.10, profitabilitas (ROA) memiliki koefisien sebesar -0,477. Hal ini menunjukkan
bahwa
profitabilitas
berpengaruh
positif
terhadap
penghindaran pajak yang berarti bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas
tinggi
mengindikasikan
kecenderungan
perusahaan
melakukan penghindaran pajak semakin tinggi yang diukur dari semakin kecilnya CETR. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi berarti semakin tinggi pula pajak yang harus dibayarkan. Beban pajak yang tinggi akan menurunkan laba perusahaan, sehingga perusahaan akan berusaha melakukan penghindaran pajak untuk menurunkan tarif pajak yang harus dibayarnya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kraft (2014) yang menunjukkan bahwa semakin tinggi ROA (proksi profitabilitas), semakin rendah tarif pajak efektif, yang berarti bahwa semakin tinggi profitabilitas, semakin tinggi pula penghindaran pajak yang dilakukan. Hasil penelitian Delgado et al. (2014) menunjukkan bahwa perusahaan dengan ETR yang rendah, profitabilitas merupakan salah satu variabel yang paling berpengaruh. Hubungan arah yang positif ini sangat wajar karena perusahaan dengan laba yang lebih memiliki lebih banyak kesempatan dan insentif untuk mengurangi biaya pajak dengan melakukan penghindaran pajak, misalnya metode penentuan harga transfer (Herbert, 2015).
71
Berbeda dengan hasil penelitian yang menunjukkan arah positif, penelitian Rizal (2016) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Hal itu menunjukkan semakin tinggi ROA, semakin rendah praktik penghindaran pajak, bahkan penghindaran pajak pun tidak terjadi. Karena perusahaan membuat keuntungan lebih tinggi, maka akan semakin baik kinerja perusahaan, sehingga perusahaan mampu mengatur pendapatan dan pembayaran pajak. Begitu pula dengan penelitian Zarai (2013) yang menemukan bahwa semakin tinggi profitabilitas perusahaan akan berdampak terhadap semakin tingginya effective tax rate, yang berarti semakin rendah penghindaran pajak yang dilakukan. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Cahyono et al. (2016) yang menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Hal ini diindikasikan karena penelitian Cahyono et al. (2016) menggunakan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI, sedangkan penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur. 3. Pengaruh Capital Intensity terhadap Penghindaran Pajak Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa capital intensity belum mampu membuktikan adanya pengaruh terhadap tindakan penghindaran pajak. Jadi, H3 dalam penelitian ini, yaitu capital intensity berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak, ditolak. Hasil penelitian ini
72
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Chiou et al. (2012), Delgado et al. (2014), dan Kraft (2014). Hasil penelitian ini menujukkan bahwa perusahaan menggunakan aset tetapnya untuk operasional perusahaan, bukan semata-mata untuk memanfaatkan beban penyusutan aset tetap, yang mana beban penyusutan aset tetap secara fiskal merupakan beban yang dapat menjadi pengurang penghasilan kena pajak, sehingga dapat mengurangi pajak penghasilan perusahaan. Hal ini diindikasikan karena perusahaan manufaktur digunakan sebagai sampel penelitian, yang mana aset tetap merupakan salah satu aset yang memiliki nilai tinggi. Hal senada juga dinyatakan oleh Dharma & Ardiana (2016). Chiou et al. (2012) yang meneliti tentang faktor-faktor yang menentukan tarif pajak efektif pada perusahaan yang terdaftar di China’s (Shanghai and Shenzen) Stock Markets menunjukkan bahwa capital intensity tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Dalam penelitiannya, Delgado et al. (2014) menyatakan bahwa pada perusahaan dengan pajak efektif terendah dan tertinggi, capital intensity tidak telihat relevan sebagai faktor yang menentukan. Begitupula dengan penelitian Kraft (2014) yang menunjukkan bahwa capital intensity tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Noor et al. (2010) dan Richardson et al. (2016). Penelitian Noor et al. (2010) ditemukan bahwa semakin tinggi capital intensity, maka semakin
73
rendah effective tax rate. Hal ini berarti tindakan penghindaran pajak semakin tinggi. Penelitian Richardson et al. (2016) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penghindaran pajak dengan capital intensity. Perbedaan hasil penelitian dengan penelitian terdahulu diindikasikan karena penelitian Noor et al. (2010) menggunakan perusahaan dari sembilan sektor yang terdaftar di Bursa Malaysia dan penelitian Richardson et al. (2016) menggunakan Perusahaan Swasta yang terdaftar di China pada periode 2005-2010, sedangkan penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh corporate governance (yang diproksikan dengan kualitas audit dan komite audit),
profitabilitas,
dan
capital
intensity
secara
parsial
terhadap
penghindaran pajak pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016. Corporate governance diproksikan dengan kualitas audit dan komite audit. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan dilakukan pengujian dengan menggunakan model regresi berganda, dapat disimpulkan bahwa kualitas audit dan profitabilitas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak, sedangkan komite audit dan capital intensity belum mampu membuktikan adanya pengaruh terhadap penghindaran pajak. B. Saran Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pengaruh corporate governance, profitabilitas, dan capital intensity terhadap penghindaran pajak. Meskipun demikian, penelitian ini memiliki keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan tersebut diharapkan dapat memberi gambaran dan peluang bagi peneliti yang akan datang untuk melakukan penelitian yang lebih baik. Berikut ini adalah keterbatasan dan saran yang dapat dipertimbangkan bagi peneliti yang akan datang.
75
1. Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk itu, peneliti yang akan datang dapat menggunakan perusahaan-perusahaan di sektor lain, sehingga memberikan tingkat generalisasi yang lebih tinggi dalam menganalisis pengaruh corporate governance, profitabilitas, dan capital intensity terhadap penghindaran pajak. 2. Periode yang digunakan dalam penelitian ini hanya 3 tahun. Untuk itu, peneliti yang akan datang diharapkan dapat menggunakan periode penelitian menjadi lebih dari tiga tahun, sehingga dapat memberikan tingkat generalisasi yang lebih tinggi. 3. Penelitian ini hanya menggunakan corporate governance, profitabilitas, dan
capital
intensity
untuk
menilai
faktor-faktor
yang
dapat
mempengaruhi penghindaran pajak. Untuk itu, peneliti yang akan datang dapat menggunakan variabel lain, seperti seperti karakter eksekutif, ukuran perusahaan, struktur kepemilikan, leverage, inventory intensity. Selain itu, dapat menambah proksi yang digunakan untuk corporate governance, seperti komisaris independen, sekretaris perusahaan, dewan direksi, dan sebagainya. Begitu juga dengan komite audit menggunakan frekuensi rapat komite audit. Proksi untuk penghindaran pajak dapat menggunakan proksi lain, seperti Book-Tax Gap, dan sebagainya.
76
DAFTAR PUSTAKA
Adeyemi, Semiu B. dan Temitope O. Fagbemi. 2010. Audit Quality, Corporate Governance and Firm Characteristics in Nigeria. International Journal of Business and Management, 5(5). Annisa, Nuralifmida A. dan Lulus Kurniasih. 2012. Pengaruh Corporate Governance terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi & Auditing, 8(2). Annuar, Hairul A., Ibrahim A. Salihu, dan Siti N.S. Obid. 2014. Corporate Ownership, Governance and Tax Avoidance: An Interactive Effects. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 164. Armstrong, Christopher S., Jennifer L. Blouin, Alan D. Jagolinzer, dan David F. Larcker. 2015. Corporate Governance, Incentives, and Tax Avoidance. Journal of Accounting and Economics, 60. Astutik, Ratna Eka Puji. 2016. Pengaruh Perencanaan Pajak dan Beban Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, 5(3). Aumeerun, B., B. Jugurnath, dan H. Soondrum. 2016. Tax Evasion: Empirical Evidence from sub-Saharan Africa. Journal of Accounting and Taxation, 8(7). Beisland, Leif A., Roy Mersland, dan R. Øystein Strøm. 2012. Audit Quality and Corporate Governance: Evidence from the Microfinance Industry. CEB Working Paper, 13/035. Cahyono, Deddy D., Rita Andini, dan Kharis Raharjo. 2016. Pengaruh Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris, Ukuran Perusahaan (Size), Leverage (DER) dan Profitabilitas (ROA) terhadap Tindakan Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) pada Perusahaan Perbankan yang Listing BEI Periode Tahun 2011 – 2013. Journal of Accounting, 2(2). Chew, Jonathan. 2016. 7 Corporate Giants Accused of Evading Billions in Taxes. Diakses pada 25 Januari 2017 dari http://fortune.com/2016/03/11/applegoogle-taxes-eu/. Chiou, Yong-Ching, Yao-Chih Hsieh, dan Wenyi Lin. 2012. Determinants of Effect Tax Rates for Firm Listed on China's Stock Markets: Panel Models with Two-Sided Censors. International Trade & Academic Research Conference (ITARC), 3(1). Dalu, Tatenda, Vincent G. Maposa, Stanford Pabwaungana, dan Tapiwa Dalu. 2012. The Impact of Tax Evasion and Avoidance on the Economy: A Case
77
of Harare, Zimbabwe. African J. of Economic and Sustainable Development, 1(3). Damayanti, Fitri dan Tridahus Susanto. 2015. Pengaruh Komite Audit, Kualitas Audit, Kepemilikan Institusional, Risiko Perusahaan dan Return on Assets terhadap Tax Avoidance. ESENSI Jurnal Bisnis dan Manajemen, 5(2). DeFond, Mark, David H. Erkens, dan Jieying Zhang. 2014. Do Client Characteristics Really Drive Big N Differentiation?. University of Southern California Working Paper. Delgado, Francisco J., Elena Fernandez-Rodriguez, dan Antonio Martinez-Arias. 2014. Effective Tax Rates in Corporate Taxation: A Quantile Regression for the EU. Engineering Economics, 25(5). Desai, Mihir A. dan Dhammika Dharmapala. 2006. Earnings Management and Corporate Tax Shelters. Harvard University and University of Connecticut Working Paper. Dewinta, Ida A.R. dan Putu E. Setiawan. 2016. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 14(3). Dharma, I Made Surya dan Putu A. Ardiana. 2016. Pengaruh Leverage, Intensitas Aset Tetap, Ukuran Perusahaan, dan Koneksi Politik terhadap Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 15(1). Dowling, Grahame R. 2013. The Curious Case of Corporate Tax Avoidance: Is it Socially Irresponsible?. Journal of Business Ethics. Gajevszky, Andra. 2014. Audit Quality and Corporate Governance: Evidence from the Bucharest Stock Exchange. Journal of Economic and Social Development, 1(2). Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 23. Edisi 8. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, dan Scott Holmes. 2010. Acoounting Theory. Edisi 7. Australia: John Wiley & Sons, Inc. Handayani, Cahyaning D., Muhammad A. Aris, dan Mujiyati. 2015. Pengaruh Return on Asset, Karakter Eksekutif, dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan yang Baik terhadap Tax Avoidance. Syariah Paper Accounting. Hanum, Hashemi R. dan Zulaikha. 2013. Pengaruh Karakteristik Corporate Governance terhadap Effective Tax Rate (Studi Empiris pada BUMN yang Terdaftar di BEI 2009-2011). Diponegoro Journal of Accounting, 2(2). Herbert, Tanja. 2015. Determinants of Aggressive Tax Avoidance. Universität zu Köln Working Paper. 78
Hoque, Md. Jahirul, Mohammad Z.H. Bhuiyan, dan Afzal Ahmad. 2011. Tax Evasion and Avoidance Crimes – A Study on Some Corporate Firms of Bangladesh. Eastern University and International Islamic University Chittagong Working Paper. Huseynov, Faris dan Bonnie K. Klamm. 2012. Tax Avoidance, Tax Management and Corporate Social Responsibility. Journal of Corporate Finance, 18(4). Jensen, Michael C. dan William H. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3. Kabajeh, Majed A.M, Said M.A. AL Nu’aimat, dan Firas N. Dahmash. 2012. The Relationship between the ROA, ROE and ROI Ratios with Jordanian Insurance Public Companies Market Share Prices. International Journal of Humanities and Social Science, 2(11). Kanagaretnam, Kiridaran, Kiat B.J. Lee, Chee Y. Lim, dan Gerald J. Lobo. 2016. Relation between Auditor Quality and Tax Aggressiveness: Implications of Cross-Country Institutional Differences. Auditing: A Journal of Practice and Theory, 35(4). Kasim, Nawal, Nur Ain Binti Hashim, dan Syed A. Salman. 2016. Conceptual Relationship between Corporate Governance and Audit Quality in Shari’ah Compliant Companies Listed on Bursa Malaysia. Modern Applied Science, 10(7). Kerr, Jon N., Richard Price, dan Francisco J. Roman. 2016. Does Corporate Governance Reform Influence Corporate Tax Avoidance within FamilyControlled Firms?. University of New York, Utah State University, and George Mason University Working Paper. Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Jakarta. Kraft, Anastasia. 2014. What Really Affects German Firms’ Effective Tax Rate?. International Journal of Financial Research, 5(3). Lestari, Sri Dewi dan Ni Gusti P. Wirawati. 2016. Good Corporate Governance sebagai Pemoderasi Pengaruh Asimetri Informasi pada Manajemen Laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 16(1). Lim, Youngdeok. 2011. Tax Avoidance, Cost of Debt and Shareholder Activism: Evidence from Korea. Journal of Banking and Finance, 35(2). Lin, Z. Jun dan Ming Liu. 2009. The Determinants of Auditor Switching from the Perspective of Corporate Governance in China. Corporate Governance: An International Review, 17(4).
79
Mulyadi, Martin Surya dan Yunita Anwar. 2015. Corporate Governance, Earnings Management and Tax Management. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 177. Mulyani, Sri, Darminto, dan M.G.W. Endang N.P. 2014. Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Koneksi Politik dan Reformasi Perpajakan terhadap Penghindaran Pajak (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Tahun 2008-2012). Jurnal Mahasiswa Perpajakan Universitas Brawijaya, 2(1). Noor, Rohaya Md, Nur S.M. Fadzillah, dan Nor A. Mastuki. 2010. Tax Planning and Corporate Effective Tax Rates. 2010 International Conference on Science and Social Research (CSSR 2010). Okiro, Kennedy, Josiah Aduda, dan Nixon Omoro. 2015. The Effect of Corporate Governance and Capital Structure on Performance of Firms Listed At the East African Community Securities Exchange. European Scientific Journal, 11(7). Putra, I Gusti L.N.D. Cahyadi dan Ni Ketut L.A. Merkusiwati. 2016. Pengaruh Komisaris Independen, Leverage, Size dan Capital Intensity Ratio pada Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 17(1). Ramly, Zulkufly. 2012. Impact of Corporate Governance Quality on the Cost of Equity Capital in an Emerging Market: Evidence from Malaysian Listed Firms. African Journal of Business Management, 6(4). Richardson, Grant, Bei Wang, dan Xinmin Zhang. 2016. Ownership Structure and Corporate Tax Avoidance: Evidence from Publicly Listed Private Firms in China. Journal of Contemporary Accounting & Economics, 12(2). Rizal, Muhammad. 2016. Why Company Does Tax Avoidance? Evidence from a Manufacturing Company in Indonesia Stock Exchange. International Journal of Business and Management Invention, 5(5). Santosa, Anggoro Budi. 2015. Pemagaran Pelarian Pajak Penghasilan. Diakses pada 31 Juli 2017 dari http://www.pajak.go.id/content/article/pemagaranpelarian-pajak-penghasilan. Shaheen, Sadia dan Qaisar Ali Malik. 2012. The Impact of Capital Intensity, Size of Firm and Profitability on Debt Financing in Textile Industry of Pakistan. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, 3(10). Suandy, Erly. 2006. Perencanaan Pajak. Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat. Sudiarta, I Wayan. 2016. Panama Papers dan Praktik Penghindaran Pajak. Diakses pada 08 Agustus 2017 dari https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20160412112445-79-
80
123307/panama-papers-dan-praktik-penghindaran-pajak/. Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Edisi Pertama. Yogyakarta: Andi. Sunarsih, Uun dan Kartika Oktaviani. 2016. Good Corporate Governance in Manufacturing Companies Tax Avoidance. Etikonomi, 15(2). Sunyoto, Danang. 2011. Praktik SPSS untuk Kasus. Yogyakarta: Nuha Medika. Uwuigbe, Uwalomwa. 2014. Corporate Governance and Capital Structure: Evidence from Listed Firms in Nigeria Stock Exchange. Journal of Accounting and Management, 4(1). Wahyudi, Dudi. 2015. Analisis Empiris Pengaruh Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Penghindaran Pajak di Indonesia. Jurnal Lingkar Widyaiswara, 2(4). Wallace, Peter dan John Zinkin. 2005. Mastering Business in Asia: Corporate Governance. Singapura: John Wiley & Sons (Aisa) Pte Ltd. Wibawa, Agung, Wilopo, dan Yusri Abdillah. 2016. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Penghindaran Pajak (Studi pada Perusahaan Terdaftar di Indeks Bursa SRI KEHATI Tahun 2010-2014). Jurnal Perpajakan (JEJAK), 11(1). Yorke, Sally M., Mohammed Amidu, dan Cletus Agyemin-Boateng. 2016. The Effects of Earnings Management and Corporate Tax Avoidance on Firm Value. International Journal of Management Practice, 9(2). Zarai, Mohamed Ali. 2013. Corporate Tax Planning and Debt Endogeneity: Case of American Firms. International Journal of Business and Commerce, 3(3).
81
LAMPIRAN-LAMPIRAN
82
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42.
Lampiran 1 Daftar Nama Perusahaan Sampel Nama Perusahaan PT Akasha Wira International Tbk PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk PT Argha Karya Prima Industry Tbk PT Alkindo Naratama Tbk PT Asahimas Flat Glass Tbk PT Arwana Citramulia Tbk PT Astra International Tbk PT Astra Otoparts Tbk PT Sepatu Bata Tbk PT Budi Starch & Sweetener Tbk PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk PT Chitose International Tbk PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk PT Delta Djakarta Tbk PT Darya-Varia Laboratoria Tbk PT Ekadharma International Tbk PT Gudang Garam Tbk PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk PT Champion Pacific Indonesia Tbk PT Impack Pratama Industri Tbk PT Indal Aluminium Industry Tbk PT Intanwijaya Internasional Tbk PT Indofood Sukses Makmur Tbk PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk PT Kimia Farma (Persero) Tbk PT KMI Wire and Cable Tbk PT Kabelindo Murni Tbk PT Kalbe Farma Tbk PT Lion Metal Works Tbk PT Lionmesh Prima Tbk PT Merck Tbk PT Nipress Tbk PT Pelangi Indah Canindo Tbk PT Pyridam Farma Tbk PT Ricky Putra Globalindo Tbk PT Nippon Indosari Corpindo Tbk PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk PT Sekar Bumi Tbk
Kode ADES AISA AKPI ALDO AMFG ARNA ASII AUTO BATA BUDI CEKA CINT CPIN DLTA DVLA EKAD GGRM HMSP ICBP IGAR IMPC INAI INCI INDF INTP ISSP JPFA KAEF KBLI KBLM KLBF LION LMSH MERK NIPS PICO PYFA RICY ROTI SCCO SIDO SKBM 83
No. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56.
Lampiran 1 Daftar Nama Perusahaan Sampel (lanjutan) Nama Perusahaan PT Semen Baturaja (Persero) Tbk PT Semen Indonesia (Persero) Tbk PT Selamat Sempurna Tbk PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk PT Siantar Top Tbk PT Tunas Alfin Tbk PT Mandom Indonesia Tbk PT Surya Toto Indonesia Tbk PT Trisula International Tbk PT Trias Sentosa Tbk PT Tempo Scan Pacisic Tbk PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk PT Unilever Indonesia Tbk PT Wismilak Inti Makmur Tbk
Kode SMBR SMGR SMSM SQBB STTP TALF TCID TOTO TRIS TRST TSPC ULTJ UNVR WIIM
84
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
Lampiran 2 Data Kualitas Audit Kualitas Audit Kode 2014 2015 2016 ADES 0 0 0 AISA 0 0 0 AKPI 1 1 1 ALDO 0 0 0 AMFG 1 1 1 ARNA 1 1 1 ASII 1 1 1 AUTO 1 1 1 BATA 1 1 1 BUDI 0 0 0 CEKA 1 1 1 CINT 0 0 0 CPIN 1 1 1 DLTA 1 1 1 DVLA 1 1 1 EKAD 0 0 0 GGRM 1 1 1 HMSP 1 1 1 ICBP 1 1 1 IGAR 0 0 0 IMPC 0 0 0 INAI 0 0 0 INCI 0 0 0 INDF 1 1 1 INTP 1 1 1 ISSP 0 0 0 JPFA 0 0 0 KAEF 0 0 0 KBLI 1 1 1 KBLM 0 0 0 KLBF 1 1 1 LION 0 0 0 LMSH 0 0 0 MERK 1 1 1 NIPS 0 0 0
85
No. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56.
Lampiran 2 (lanjutan) Data Kualitas Audit Kualitas Audit Kode 2014 2015 2016 PICO 0 0 0 PYFA 0 0 0 RICY 0 0 0 ROTI 1 1 1 SCCO 0 0 0 SIDO 0 0 0 SKBM 0 0 0 SMBR 0 0 0 SMGR 1 1 1 SMSM 1 1 1 SQBB 1 1 1 STTP 0 0 0 TALF 0 0 0 TCID 1 1 1 TOTO 1 1 1 TRIS 0 0 0 TRST 1 1 1 TSPC 0 0 0 ULTJ 0 0 0 UNVR 1 1 1 WIIM 0 0 0
86
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
Lampiran 3 Data Komite Audit Komite Audit Kode 2014 2015 2016 ADES 3 3 3 AISA 4 4 4 AKPI 3 3 3 ALDO 3 3 3 AMFG 4 4 3 ARNA 4 4 4 ASII 4 4 4 AUTO 3 3 3 BATA 3 3 3 BUDI 3 3 3 CEKA 3 3 3 CINT 3 3 3 CPIN 5 5 5 DLTA 3 3 3 DVLA 4 3 3 EKAD 3 3 2 GGRM 3 3 3 HMSP 3 3 3 ICBP 3 3 3 IGAR 3 3 3 IMPC 3 3 3 INAI 3 3 3 INCI 3 3 3 INDF 3 3 3 INTP 3 3 3 ISSP 3 3 3 JPFA 3 3 3 KAEF 3 3 4 KBLI 3 3 3 KBLM 3 3 3 KLBF 3 3 3 LION 3 3 3 LMSH 3 3 3 MERK 3 3 3 NIPS 3 3 3
87
No. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56.
Lampiran 3 (lanjutan) Data Komite Audit Komite Audit Kode 2014 2015 2016 PICO 3 3 3 PYFA 3 4 4 RICY 3 3 3 ROTI 3 3 3 SCCO 3 3 3 SIDO 3 3 3 SKBM 3 3 3 SMBR 3 3 3 SMGR 5 4 4 SMSM 3 3 3 SQBB 3 3 3 STTP 3 3 3 TALF 3 3 3 TCID 4 4 3 TOTO 3 3 3 TRIS 3 3 3 TRST 3 3 3 TSPC 3 3 3 ULTJ 3 3 3 UNVR 3 3 3 WIIM 3 3 3
88
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
Lampiran 4 Data Profitabilitas Profitabilitas Kode 2014 2015 2016 ADES 0,06177 0,05027 0,07290 AISA 0,05125 0,04125 0,07772 AKPI 0,01556 0,00959 0,02003 ALDO 0,06078 0,06579 0,06149 AMFG 0,11762 0,07994 0,04731 ARNA 0,20785 0,04977 0,05921 ASII 0,09376 0,06361 0,06989 AUTO 0,06631 0,02250 0,03308 BATA 0,09194 0,16286 0,05248 BUDI 0,01152 0,00645 0,01317 CEKA 0,03193 0,07171 0,17511 CINT 0,07041 0,07700 0,05163 CPIN 0,08280 0,07355 0,09194 DLTA 0,28924 0,18496 0,21248 DVLA 0,06574 0,07840 0,09931 EKAD 0,09955 0,12071 0,12909 GGRM 0,09329 0,10161 0,10600 HMSP 0,35873 0,27264 0,30023 ICBP 0,10285 0,11006 0,12564 IGAR 0,15731 0,13392 0,15770 IMPC 0,16664 0,07746 0,05528 INAI 0,02508 0,02151 0,02655 INCI 0,07483 0,10004 0,03708 INDF 0,06075 0,04039 0,06409 INTP 0,18326 0,15763 0,12837 ISSP 0,03948 0,02919 0,01704 JPFA 0,02487 0,03057 0,11280 KAEF 0,08071 0,07731 0,05888 KBLI 0,05372 0,07435 0,17865 KBLM 0,03167 0,01950 0,03324 KLBF 0,17064 0,15024 0,15440 LION 0,08050 0,07198 0,06174 LMSH 0,05392 0,01453 0,03840 MERK 0,25616 0,22216 0,20680 NIPS 0,04122 0,01982 0,03694
89
No. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56.
Lampiran 4 (lanjutan) Data Profitabilitas Profitabilitas Kode 2014 2015 2016 PICO 0,02589 0,02472 0,02154 PYFA 0,01542 0,01930 0,03080 RICY 0,01290 0,01124 0,01089 ROTI 0,08803 0,09997 0,09583 SCCO 0,08310 0,08974 0,13902 SIDO 0,14804 0,15646 0,16084 SKBM 0,13797 0,05252 0,02251 SMBR 0,11472 0,10836 0,05930 SMGR 0,16217 0,11861 0,10254 SMSM 0,23958 0,20779 0,22273 SQBB 0,35878 0,32370 0,34471 STTP 0,07272 0,09674 0,07455 TALF 0,13339 0,07765 0,03418 TCID 0,09434 0,26150 0,07417 TOTO 0,14346 0,11692 0,06530 TRIS 0,06959 0,07647 0,03941 TRST 0,00928 0,00754 0,01027 TSPC 0,10443 0,08421 0,08283 ULTJ 0,09700 0,14777 0,16744 UNVR 0,41502 0,37202 0,38163 WIIM 0,08443 0,09763 0,07852
90
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
Lampiran 5 Data Capital Intensity Capital Intensity Kode 2014 2015 2016 ADES 0,34053 0,43535 0,48754 AISA 0,24216 0,25878 0,27956 AKPI 0,47630 0,58701 0,62020 ALDO 0,30361 0,32134 0,27081 AMFG 0,38793 0,42688 0,63947 ARNA 0,58432 0,61840 0,55643 ASII 0,17477 0,16991 0,16512 AUTO 0,22978 0,24459 0,24636 BATA 0,31647 0,29518 0,27283 BUDI 0,59788 0,52430 0,60433 CEKA 0,17253 0,14874 0,15146 CINT 0,41377 0,41549 0,45529 CPIN 0,43906 0,45390 0,46411 DLTA 0,11389 0,10143 0,08038 DVLA 0,21514 0,18765 0,26421 EKAD 0,25586 0,24788 0,07797 GGRM 0,32581 0,31661 0,32563 HMSP 0,20858 0,16525 0,16222 ICBP 0,23210 0,24682 0,24615 IGAR 0,13143 0,17318 0,16063 IMPC 0,22878 0,27812 0,30754 INAI 0,11563 0,17440 0,17928 INCI 0,34104 0,28596 0,47722 INDF 0,25538 0,27329 0,31277 INTP 0,42042 0,49981 0,48569 ISSP 0,28681 0,34389 0,32844 JPFA 0,40368 0,39681 0,39022 KAEF 0,17580 0,19636 0,21826 KBLI 0,30693 0,35579 0,29952 KBLM 0,44767 0,44501 0,38201 KLBF 0,27369 0,28756 0,29921 LION 0,16790 0,17668 0,17555 LMSH 0,20933 0,20780 0,38013 MERK 0,11446 0,17266 0,17474 NIPS 0,37299 0,38321 0,38328
91
No. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56.
Lampiran 5 (lanjutan) Data Capital Intensity Capital Intensity Kode 2014 2015 2016 PICO 0,22208 0,21845 0,20211 PYFA 0,53151 0,52611 0,47859 RICY 0,27187 0,28215 0,25802 ROTI 0,78398 0,67301 0,63115 SCCO 0,17838 0,17934 0,13164 SIDO 0,28050 0,34400 0,35186 SKBM 0,38396 0,51451 0,43833 SMBR 0,19051 0,24078 0,79656 SMGR 0,58899 0,65965 0,69747 SMSM 0,28043 0,32203 0,29194 SQBB 0,18978 0,19463 0,17950 STTP 0,50719 0,52420 0,48524 TALF 0,26871 0,27286 0,61960 TCID 0,49577 0,43355 0,42806 TOTO 0,39135 0,35873 0,34157 TRIS 0,23089 0,21981 0,20784 TRST 0,60713 0,62584 0,61553 TSPC 0,27710 0,25722 0,27434 ULTJ 0,34379 0,32789 0,24582 UNVR 0,51454 0,52899 0,56907 WIIM 0,23216 0,24708 0,24412
92
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
Lampiran 6 Data Cash Effective Tax Rate Cash Effective Tax Rate Kode 2014 2015 2016 ADES 0,24060 0,28722 0,11153 AISA 0,07469 0,13388 0,06692 AKPI 0,12086 0,67107 0,35248 ALDO 0,37283 0,29658 0,30717 AMFG 0,26721 0,32949 0,33748 ARNA 0,28566 0,69649 0,24535 ASII 0,20652 0,35614 0,24383 AUTO 0,26338 0,47566 0,27821 BATA 0,34760 0,26931 0,42215 BUDI 0,18675 0,42653 0,31763 CEKA 0,34317 0,19632 0,25099 CINT 0,30263 0,31003 0,34445 CPIN 0,47891 0,28749 0,14173 DLTA 0,26575 0,27672 0,26121 DVLA 0,45980 0,24416 0,19011 EKAD 0,31372 0,25630 0,12688 GGRM 0,22760 0,21194 0,26938 HMSP 0,29179 0,27448 0,22491 ICBP 0,32121 0,29677 0,30679 IGAR 0,21453 0,32781 0,21217 IMPC 0,21739 0,42021 0,23828 INAI 0,32145 0,30007 0,25237 INCI 0,03390 0,10022 0,22594 INDF 0,37832 0,47029 0,36266 INTP 0,21918 0,21613 0,18194 ISSP 0,29304 0,39803 0,36723 JPFA 0,70577 0,19041 0,15159 KAEF 0,14587 0,19214 0,18989 KBLI 0,46060 0,30048 0,15722 KBLM 0,37104 0,44365 0,09863 KLBF 0,23506 0,25745 0,24349 LION 0,25707 0,19054 0,32739 LMSH 0,42299 0,38975 0,10212 MERK 0,34943 0,28943 0,31808 NIPS 0,35080 0,43621 0,24860
93
No. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56.
Lampiran 6 (lanjutan) Data Cash Effective Tax Rate Cash Effective Tax Rate Kode 2014 2015 2016 PICO 0,19643 0,13385 0,03547 PYFA 0,44061 0,35257 0,32248 RICY 0,58335 0,43618 0,44700 ROTI 0,19024 0,20170 0,27346 SCCO 0,24448 0,20957 0,35636 SIDO 0,43848 0,24031 0,21569 SKBM 0,30521 0,45558 0,56224 SMBR 0,17036 0,14174 0,23220 SMGR 0,21768 0,22964 0,30376 SMSM 0,25097 0,25785 0,20513 SQBB 0,26708 0,30150 0,23182 STTP 0,31755 0,22078 0,20825 TALF 0,24709 0,29052 0,23898 TCID 0,27696 0,09018 0,15142 TOTO 0,25798 0,30808 0,37687 TRIS 0,43815 0,27752 0,41820 TRST 0,61405 0,65519 0,92080 TSPC 0,57935 0,64698 0,64871 ULTJ 0,33522 0,15945 0,27135 UNVR 0,23451 0,24403 0,24112 WIIM 0,41586 0,23258 0,33166
94
Lampiran 7 Output Hasil Pengujian Data
A. Hasil Uji Statistik Deskripif Descriptive Statistics Variabel ADT KMT ROA CINT CETR Valid N (listwise)
N 163 163 163 163 163
Minimum 0 2 ,00645 ,07797 ,03390
Maximum 1 5 ,41502 ,79656 ,67107
Mean ,47 3,15 ,1021585 ,3341322 ,2854293
Std. Deviation ,500 ,439 ,08354797 ,15322661 ,11406691
163
B. Hasil Uji Asumsi Klasik 1. Hasil Uji Normalitas
95
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
163
Normal Parameters
a,b
Mean
,0000000
Std. Deviation Absolute
Most Extreme Differences
,10742374 ,057
Positive Negative
,057 -,031
Test Statistic
,057 ,200c,d
Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
2. Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa Unstandardized Coefficients Std. Error
Model
B
1 (Constant)
,421
,066
ADT
,051
,020
KMT
-,038
ROA CINT
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
6,420
,000
2,576
,011
,737 1,357
,021
-,147 -1,856
,065
,893 1,120
-,477
,117
-,349 -4,063
,000
,759 1,317
,029
,059
,621
,902 1,109
,225
,039
,496
a. Dependent Variable: CETR
96
3. Uji Heteroskedastisitas
Hasil Uji Park Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
Std. Error
B
(Constant)
Standardized Coefficients
-5,596
1,661
ADT
-,086
,504
KMT
-,105
ROA CINT
Beta
t
Sig.
-3,369
,001
-,016
-,171
,864
,522
-,017
-,201
,841
-5,128
2,972
-,155
-1,726
,086
1,155
1,487
,064
,777
,438
a. Dependent Variable: LnRES2
4. Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model 1
R ,336a
R Square
Adjusted R Square
,113
,091
Std. Error of the Estimate ,10877504
DurbinWatson 1,416
a. Predictors: (Constant), CINT, ADT, KMT, ROA b. Dependent Variable: CETR
97
C. Hasil Uji Hipotesis Variables Entered/Removeda Variables Entered
Model 1
Variables Removed
Method
CINT, ADT, KMT, ROAb
. Enter
a. Dependent Variable: CETR b. All requested variables entered. Model Summaryb Model 1
R ,336
R Square
Adjusted R Square
,113
,091
a
Std. Error of the Estimate
DurbinWatson
,10877504
1,416
a. Predictors: (Constant), CINT, ADT, KMT, ROA b. Dependent Variable: CETR ANOVAa Model 1
Sum of Squares
Regression
Mean Square
df
,238
4
,060
Residual
1,869
158
,012
Total
2,108
162
F 5,036
Sig. ,001b
a. Dependent Variable: CETR b. Predictors: (Constant), CINT, ADT, KMT, ROA Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
,421
,066
ADT
,051
,020
KMT
-,038
ROA CINT
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
6,420
,000
,225
2,576
,011
,021
-,147
-1,856
,065
-,477
,117
-,349
-4,063
,000
,029
,059
,039
,496
,621
a. Dependent Variable: CETR
98