Seminar Nasional Peternakan clan Veteriner 1999
PENGARUH CARA DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP
PENURUNAN KANDUNGAN SIANIDA PADA DAUN SINGKONG YUNINGSIH
Balai Penelitian Veteriner, Jalan R.E. Martadinata 30, P.O . Box 151, Bogor 16114 ABSTRAK Asam sianida (HCN) adalah salah satu jenis racun yang paling toksik diantara jenis racun lainnya. Daun singkong sebagai hijauan pakan ternak dalam kondisi segar mengandung HCN cukup tinggi, yang dapat menyebabkan tympani akut sehingga terjadi kematian pada hewan. Perlu dilakukan penelitian untuk menunlnkan kadar sianida sehingga aman dikonsumsi olelt hewan. Dilakukan penelitian penganlh 3 macant perlakuan daun singkong dengan proses A.pengeringan pada suhu kamar (tidak dipotong-potong) B.pengeringan pada suhu kamar dengan pemotongan, C. pengeringan dalam oven (37°C), dan lama penyimpanan terhadap kandungan sianida pada daun singkong, kemudian analisis sianida dua ulangan dengan cara kertas pikrat . Hasilnya menunjukkan pada perlakuan proses A: 111,1 ; 66,7 ; 8,9 ; dan 1,8 mg/kg HCN, nlasing-masing setelah penyimpanan selama 1, 2, 3, dan 4 hari dan HCN tidak terdeteksi lagi setelah penyimpanan hari ke-5 . Kemudian perlakuan dengan proses B: 111,1 ; 44,4 ; 4,4; dan 0,7 mg/kg HCN, masingmasing setelah penyimpanan selama 1, 2, 3, dan 4 hari dan HCN tidak terdeteksi lagi setelah penyimpanan hari ke-5 . C: 111,1 ; 100,0; 66,7 ; dan 22,2 mg/kg HCN, masing-Inasing setelah lama pemanasan selama 2, 4, 6 dan 8 jam dan HCN tidak terdeteksi lagi setelah 10 jam pemanasan Ternyata perlakuan dengan proses pengeringan pada suhu kamar dan proses pemotongan kandungan HCN tidak terdeteksi lagi dengan lama penyimpanan sama waktunya yaitu selama 5 hari, tetapi penurunan HCN lebili besar pada proses pemotongan . Pada perlakuan proses pengeringan dengan pemanasan menierlukan waktu 10 jam unluk nteniperoleh HCN tidak terdeteksi lagi . Kata kunci : Singkong, pengeringan, pemotongan, penyimpanan, sianida PENDAHULUAN Asam sianida atau hydrocyanic acid (HCN) atau dikenal juga dengan nania pnssic acid adalah salah satu racun yang paling toksik dan paling cepat reaksinya dalain tubuli hewan maupun manusia dibandingkan dengan racun lainnya dengan rata-rata lethal dosisnya antara 2,0 - 2,3 mg/kg HCN liampir untuk sennia spesies (CLARKE dan CLARKE, 1975). Unntmnya racun HCN ini terdapat dalam tanantan yang mengandung cyanogenic glycosides yang ntana enzint glycosidase membebaskan sianida ketika terjadi maserasi dalam ntnten . Kemudian ion sianida masuk dalam darah dan bereaksi dengan ion ferric dari cytochrome oxidase dan membentuk sianida cytochrome oxidase complex yang cukup stabil . Apabila besi (Fe) dipertahankan dalam bentuk ferric, maka perpindaltan elektron akan berlienti dan ikatan cellular respirasi juga akan berlienti dan akan menyebabkan hypoxia cellular atau cytotoxic anoxia dan liaemoglobine tidak dapat membebaskan oksigen pada sistim perpindaltan elektron . Terjadi perubaltan warna daralt yaitu dari warna merah menjadi warna merah terang (bright cherrv red) sebagai gejala klinis yang spesifik dari ternak yang menderita keracunan sianida (OSWEILER et al ., 1976)
367
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1999
Disamping dalam tanaman, HCN sering diketemukan dalam pupuk, seperti Calcium cyanamide (CaCN2), kemudian bahan yang sering dipergunakan untuk racun ikan yaitu potasium sianida (KCN) dan sodium sianida (NaCN) yang biasa dipergunakan dalam pertambangan emas (CLARKE dan CLARKE, 1975) . Salah satu contoh tanaman yang mengandung HCN yaitu tanaman singkong (cassava) . Kandungan HCN dalam daun singkong bervariasi tergantung jenis singkongnya. Jenis singkong yang mengandung HCN cukup tinggi biasanya diketemukan pada jenis singkong pahit, yaitu jenis singkong yang biasa dipergunakan untuk penibuatan tepting tapioka (HEYNE, 1987). Kandungan HCN dalam masing-masing bagian tanaman singkong berlainan, dan bagian kulit umbi mengandung HCN lebih tinggi dibandingkan dengan bagian daunnya . Biasanya kandungan sianida pada daun muda lebih tinggi dibandingkan dengan daun tua (HEYNE, 1987) Kasus keracunan sianida akibat mengkonsumsi singkong tidak hanya terjadi pada ternak, tetapi juga dilaporkan oleh EsPINOZA et al., (l992), terjadi pada 8 orang anak. Terjadi perubahan warna darah menjadi warna merah terang dan kondisinya tetap lentah walaupun sudah diberikan terapi dengan pengobatan sodium nitrit dan thiosulfat. Umumnya kasus keracunan sianida terjadi pada ternak kambing atau domba karena daun singkong biasa diberikan . Peternak masih banyak yang belurn mengetahui sejauh mana keadaan atau jenis singkong yang tidak menimbulkan keracunan . Para peternak yang sudah mengetahui pengaruh pemberian daun singkong, memberikan dalam jumlah terbatas disamping dilayukan dahulu sebelum diberikan pada ternak (CLARKE dan CLARKE, 1975). Untuk menghindari terjadinya keracunan perlu perlakuan penyimpanan dan proses daun singkong yang dapat mengurangi kandungan sianida sehingga cukup aman untttk dikonsumsi ternak . Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perubahan (penuninan) kandungan sianida dalam daun singkong yang disimpan pada suhu kamar dengan keadaan daun utuh dan dipotong, dan penyimpanan daun utuh dalam oven (37°C). MATERI DAN METODE Sebagai bahan pemeriksaan adalah berupa daun singkong yang berasal dari jenis singkong yang biasa dikonsumsi oleh ternak mauptin manusia (Manihot esculenta) . Sebanyak 100 gram daun singkong segar dibagi 3 bagian untuk 3 macam proses perlakuan sebagai berikut : A. Penyimpanan daun singkong keadaan utuh pada suhu kamar B. Penyimpanan daun singkong keadaan dipotong-potong pada suhu kamar C. Penyimpanan daun singkong dalam oven (37°C). Lama penyimpanan dihentikan apabila kandungan sianida tidak terdeteksi lagi . Untuk analisis sianida ditimbang 0,25 gram dari masing-masing perlakuan dan analisis dilakukan menurut metoda kertas pikrat (HYDE et al., 1977) . Kertas pikrat (kertas saring yang telalt direndam dalam campuran 5 gram Na2CO3 dan 0,5 gram asam pikrat yang dilanitkan dalam 100 ml. air) dicelupkan pada tutup erlenmeyer yang berisi sampel daun singkong yang sudah dikocok dengan enzim B glukosidase dan air . Untuk mempercepat pelepasan sianida, maka ditambahkan beberapa tetes chloroform dalam sampel tersebut. Hasil analisis positif sianida ditunjukkan oleh perubahan warna pada kertas pikrat dari kuning menjadi merah bata (orange). Tinggi rendahnya 368
SeminarNosional Peternakan clan Meteriner 1999
kandungan sianida dalam sampel ditentukan o1eh penibahan warna pada kertas pikrat . Pembahan pada kertas pikrat mulai dari kuning, agak tnerah, merah tua atau merah bata (orange) . Dibandingkan dengan reaksi warna kertas pikrat dengan lanitan beberapa standar sianida yang diketahui konsentrasinya dengan sodium cyanide (NaCN) . Larutan standar slatllda mencakup 1, 2, 3, 4, dan 5 ing NaCN dalam 10 nil air (100, 200, 300, 400, dan 500 mg/kg. NaCN) sebagai lanitan baku dan dibuat konsentrasi deret standar dengan pengenceran dengan konsentrasi sebagai berikut: 1 . 10, 20, 30, 40, 50, dan 100 nig/kg . 2. 1, 2, 3, 4, dan 5 mg/kg. 3. 0,1, 0,2; 0,3; 0,4 ; 0,5, 0,6 ; 0,7 ; dan 0,8 mg/kg . Untuk memperoleh konsentrasi HCN maka konsentrasi NaCN dibagi 1,8 yang sebanding dengan konsentrasi lppm HCN (ANDERSON, 1960), dibagi berat sampel dikalikan dengan pengenceran sampel . Reaksi warna kertas pikrat yang diketahmi konsentrasinya sesuai dengan cara BRADBURY et al. (1998), yang membuat Cassava Cyanogen Kit Colour Chart dengan deret warna kertas pikrat hasil reaksi analisis sianida berdasarkan deret konsentrasi HCN. Untuk perlakuan penyimpanan gnip A dan B dilakukan pemeriksaan sianida tiap hari sampai kandungan sianida tidak terdeteksi lagi (negatil), sedangkan untuk perlakuan gnip C dilakukan pemeriksaan sianida tiap 2 jam sampai kandungan sianida tidak terdeteksi lagi (negatif) . HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pemeriksaan sianida dalam daan singkong dari ketiga proses penyimpanan daun singkong (Tabel 1) menunjukkan kandungan sianida pada daun singkong sebelum perlakuan penyimpanan adalah 166,6 ing/kg dalam berat basah atau sekitar 499,8 tng/kg berat kering sesuai laporan menunit HEYNE (1987) . Tabel 1.
Knadungan sianida (HCN) dalam daun singkong keadaan utuh yang disimpan pada sidw kamar
Laina penyimpanan (hari) 0
Konsentrasi NaCN (mg/kg)
Konsen t ra s i HCN (mg/kg)
75,0
166,E
1
50,0
111 ' 1
2
30,0
66,7
3
4,0
8,9
4
0,8
1,8
5
-
-
Kadar sianida dalarn daun singkong keadaan utuh dan dipotong-potong pada sulm kamar, padan hari kelinia tidak terdeteksi lagi (Tabel 1, 2), tetapi penuninan kadar sianida pada daun yang dipotong-potong lebih besar dibandingkan dengan daun utuh. Dengan perlakuan pemotongan terjadi pentecahan pertnukaan daun mempercepat proses penguapan dan mempercepat pula penurunan kandungan sianida dalam daun singkong tersebut (OSWEILER, et al, 1976) . Kadar sianida dalain daun singkong keadaan utuh, setelah 3 hari penyimpanan pada sulm kamar menurunkan sekitar 95% (8,9 nig/kg vs 166,6 nig/kg) . Hasil penelitian RAVINDRAN et al. (1987),
369
SeminarNasional Peternakan don Veteriner 1999
juga menunjukkan bahwa kadar sianida dalam daun singkong segar berkurang 90%, setelah disimpan 3 hari . Tabel2.
Kandwigan sianida (HCN) dalam daun singkong yang dipotong-potong dan disimpan pada suhu kadar
Lama penyimpanan (hari)
Konse ntrasi NaCN (mg/kg)
0
75,0
166,6
1 2
50,0 20,0
111,1
3
2,0 0,3 -
4,4
4 5
Tabel 3.
Konsentrasi HCN (mg/kg)
44,4 0,7
Kandungan sianida (HCN) dalam daun singkong yang disimpan dalam oven (37' C)
Lama penyimpanan (jam) 0 2
Konsentrasi NaCN (mg/kg) 75,0 50,0
4
40,0
8
10,0
6
10
30,0
-
Konsentras i HCN (mg/kg) 166,6 I11'1
100,0 66,7
22,2 _
Kandungan sianida dengan pemanasan dalam oven lebih cepat menunin, karena panas mempercepat penguapan sehingga mempercepat pula penurunan kandungan sianida dalam daun. Pengamatan kadar sianida dilakukan tiap 2 jam, yaitu setelah penyimpanan 2, 4, 6, dan 8 jam, dan kandungan sianidanya bertunit-tunit adalah 111,1 mg/kg, 100,0 mg/kg, 66,7mg/kg dan 22,2mg/kg Tabel 3), dan setelah penyimpanan 10 jam kadar sianida tidak terdeteksi lagi. Pemanasan oven (37°C) yang terns menerus menggambarkan pemanasan dengan slllar matallari. Yang dilakukan oleh sebagian peternak yang menjemur daun singkong di pagi hari dan diberikan pada ternak pada sore hari. KESIMPULAN DAN SARAN Sianida dalam daun singkong dengan berbagai perlakuan, menyimpulkan baltwa 1. 2. 3.
Sianida tidak terdeteksi setelah daun singkong baik utuh maupun dipotong-potong disimpan 5 hari pada suhu kamar . Penurunan kadar sianida lebili cepat dengan perlakuan pemotongan daun singkong . Setelah 10 jam pemanasan dalam oven 37°C, kadar sianida tidak terdeteksi lagi. Disarankan agar pemberian daun singkong disimpan daluilu sebelum diberikan pada ternak.
370
Seminar Nasional Peternakan dam Veteriner 1999 DAFTAR PUSTAKA ANDERSON, L. 1960 . Precise estimation of hydrocyanic acid
Biochememistry Univ . of Wisconsin. t-4 .
in Sudan grass and sorghum. Dept .
BRADBURY, M .G ., S .V. EGAN, and J.H. BRADBURY . 1998 . Determinatio n of all forms of cyanogen in cassava
roots and cassava products using picrate paper kits. J. Sci. Food Agric., in press, (manuscript available on request)
y Toxicology. Bailere Tindall . 1 . ed . 250-254 . CLARKE, E.G .C and M.L . CLARKE . 1975 . Cyanides . Veterinar ESPINOZA, O .B . , M. PEREZ, and M.S . RAMmEZ . 1992 . Bitter Cassava Poisoning in eight children : A case
report. Vet. Hunt . Toxicol. 34(1)65 .
HYDE, W ., J. KIESEY, P .F . Ross, and H.M . STAHR . 1977 . Cyanid e (alternate method). Analytical Toxicology
Methods Manual . 63-64 .
HEYNE, K. 1987 . Tumbuhan Betguna di Indonesia. Diterjetnahkan oleh Badan Litbang Kehutanan. Jakarta.
1203 .
OSwEILER, G .D ., T.L . Carson, W .B . Buck, dam G.A . vAN GELDER . 1976 . Cyanide and cyanogenic plants .
Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology . Kendall/Hunt. Pub. Co . 455-459.
RAviNDRAN, V., E.T. KOMGAY, and A.S .B. RAJAGURU. 1987 . Influence of processing methods and storage
time on the cyanide potential of cassava leaf meal . Anim . Feed &i. Technol. 17(4)2