Widya Cipta,Vol. VII, No.2 September 2015
PENGARUH BRAND LOYALTY DAN PERCEIVED QUALITY TERHADAP MINAT BELI PELANGGAN KFC BEKASI Dian Indah Sari Program Studi Manajemen Informatika AMIK BSI Bekasi
[email protected]
ABSTRACT In the era of globalization is promising a new business opportunities and challenges for companies operating in Indonesia, where the presence of the era of globalization will be able to expand the market of products from Indonesian companies and the other side of the state will bring increasingly fierce competition. Therefore, the company must be good to face competition, business development and to make a profit so that the company can develop products and distribute products effectively. Intense competition will position the company to always develop and seize market share. One to achieve market share is merek.citra strong brand and produkdapat factors make the customer makes a purchase repeatedly. Data collection techniques used are literature research and field research. The research literature is used to collect secondary data through books, literature, magazines, newspapers, clippings, sources of literature was obtained from libraries and reference companies. Field research is used to obtain primary data with a visit to KFC Bekasi as the object to obtain company data. Variabel of Brand Loyalty has significant influence on customer buying interest KFC in Bekasi. Variabel of Perceived Quality has a significant influence on customer buying interest KFC in Bekasi. Keywords: Brand Loyalty, Buying Interest, Perceived Quality I. PENDAHULUAN Di era globalisasi ini menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia, dimana dengan adanya era globalisasi akan dapat memperluas pasar produk dari perusahaan Indonesia dan disisi lain keadaan tersebut akan memunculkan persaingan yang semakin ketat. Oleh karena itu, perusahaan harus pandai menghadapi persaingan, pengembangan usaha dan untuk mendapatkan laba sehingga perusahaan dapat mengembangkan produknya, dan mendistribusikan produk dengan efektif. Ketatnya persaingan akan memposisikan perusahaan untuk selalu mengembangkan dan merebut market share. Salah satu untuk mencapai market share adalah merek.Masyarakat kini mulai berpikir selektif dan smart dalam memilih suatu produk, sehingga mereka akan mendapatkan kegunaan atau manfaat yang mereka cari dari sebuah produk. Bahkan, terkadang mereka tidak ragu untuk mengeluarkan biaya lebih untuk mendapatkan produk yang berkualitas. Ketatnya persaingan akan memposisikan perusahaan untuk selalu mengembangkan dan merebut market share. Salah satu untuk mencapai market share adalah merek. Merek atau brand merupakan nama, istilah, symbol, desain, atau kombinasinya
yang mengidentifikasikan suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Salah satu peranan adanya merk adalah menjembatani harapan konsumen pada saat produsen menjanjikan sesuatu pada konsumen, dengan demikian dapat diketahui adanya emosional yang dapat tercipta antara konsumsi dengan perusahaan melalui merek. Dengan banyaknya merek makanan ayam goreng yang cepat saji yang ada di pasaran akan mendorong perusahaan bersaing mendapatkan calon konsumen melalui berbagai strategi yang tepat, misalnya mengubah kemasan, warna, aroma, promosi, harga, dan distribusi. Menurut majalah Marketing Indonesia (2011), Top Brand Index award merupakan penghargaan yang ditujukan untuk merek dianggap sebagai “top”. KFC (Kentucky Fried Chicken) mempunyai Top Brand Index (TBI) 56,8%, Mc.Donald’s 20,3%, Hoka-hoka Bento 5,9%, A & W 3,9%, CFC 3,3%, Solaria 2,1% serta Texas Fried Chicken 1,3%. Dengan demikian KFC (Kentucky Fried Chicken) adalah yang mempunyai Top Brand Index yang tertinggi yaitu sebesar 56,8%. KFC menyediakan makanan dan minuman yang cepat saji, yang dapat langsung dinikmati oleh para konsumennya. Restoran KFC ini mempunyai icon tersendiri yaitu “jagonya ayam”, ini dikarenakan oleh menu utama yang ditawarkan oleh KFC adalah ayam 155
Widya Cipta,Vol. VII, No.2 September 2015
goreng empuk dan renyah. Disamping itu KFC juga menyediakan menu lainnya selain ayam goring seperti burger, twister, spagheti, kentang dan lainnya. Selain itu KFC juga menawarkan ragam menu 5000-an seperti sup, es krim, float dan lain-lain. Perilaku konsumen dalam melakukan pembelian ulang dipengaruhi oleh brand loyalty dan faktor produk. Faktor produk adalah atribut-atribut yang terkait langsung pada produk, yang terkait produk adalah: merek, tahan lama, desain yang menarik, produk yang bergengsi, pilihan produk yang sesuai dengan kebutuhan. Penelitian yang dilakukan oleh Fitria (2013) tentang pengaruh brand image dan harga terhadap keputusan pembelian ulang produk KFC. Penelitian ini menunjukkan bahwa brand image dan harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian ulang. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa brand loyalty dan faktor produk merupakan salah satu faktor seorang konsumen dalam melakukan pembelian ulang, karena dengan produk yang berkualitas dan loyalitas pada merek yang positif tersebut dapat membuat konsumen melakukan pembelian secara berulang-ulang. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minat Beli Mowen dalam Oliver (2006), minat beli adalah sesuatu diperoleh dari proses belajar dan proses pemikiran yang yang membentuk suatu persepsi. Minat beli ini menciptakan suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya dan menjadi suatu keinginan yang sangat kuat yang pada akhirnya ketika seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya akan mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya itu. Menurut Kotler dan Kevi Keller (2007:87), minat beli konsumen adalah seberapa besar kemungkinan konsumen membeli suatu merek atau seberapa besar kemungkinan konsumen untuk berpindah dari satu merek ke merek lainnya. Minat beli menurut Schiffman dan Kanuk (2007:228) adalah suatu model sikap seseorang terhadap objek barang yang sangat cocok dalam mengukur sikap terhadap golongan produk, jasa, atau merek tertentu. Indikator-indikator dari minat beli dijelaskan oleh komponen dari Schiffman dan Kanuk (2007:470). Komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut: (1) tertarik untuk mencari informasi mengenai produk; (2) mempertimbangkan untuk membeli; (3) tertarik
156
untuk mencoba; (4) ingin mengetahui produk; (5) ingin memiliki produk 2.2. Brand Loyalty (Loyalitas Merek) Menurut Aarker dalam Kotler (2008) berpendapat bahwa loyalitas merek menujukan pola pembelian yang konsisten terhadap merek tertentu sepanjang waktu dan juga sikap menyenangkan terhadap sebuah merek. Loyalitas merek berkembang ketika merek sesuai dengan personalitas atau image diri konsumen atau ketika merek menawarkan kepuasan dan keuntungan unik yang dicari konsumen. Seorang pelanggan yang sangat loyal kepada suatu merek tidak akan dengan mudah memindahkan suatu pembeliannya ke merek lain, apa pun yang terjadi dengan merek tersebut. Bila loyalitas pelanggan terhadap merek meningkat, kerentanan kelompok pelanggan tersebut dari ancaman dan serangan merek produk pesaing dapat dikurangi. Widjaja, et al. (2007:97) mengatakan brand loyalty adalah keadaan dimana para pelanggan memiliki perasaan positif terhadap suatu merek dan mereka menggunakan produk merek tersebut secara teratur Indikator yang digunakan adalah sebagai berikut: (1) rekomendasi pembeli; (2) pembelian ulang; (3) komitmen pembeli 2.3. Perceived Quality Perceived quality didefinisikan oleh Schiffman dan Kanuk (2007: 163) sebagai pandangan dari konsumen akan kualitas dari suatu produk atau jasa baik dilihat dari dalam maupun luar produk, misalnya dilihat dari harga produk tersebut, negara asal yang memproduksi produk tersebut. David Aaker dalam Handayani (2010:73), mendefinisikan perceived quality sebagai persepsi pelanggan terhadap kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa sehubungan dengan tujuan yang diinginkannya, dibandingkan dengan alternatif lain. Persepsi terhadap kualitas keseluruhan dari suatu produk atau jasa dapat menentukan nilai dari produk atau jasa dan berpengaruh secara langsung kepada keputusan pembelian konsumen dan loyalitas terhadap merek. Widjaja (2007) mengatakan perceived quality merupakan persepsi konsumen terhadap kualitas suatu merek produk, Indikator yang digunakan adalah sebagai berikut : (1) keunggulan; (2) kesesuaian dengan spesifikasi; (3) keandalan; (4) pelayanan; (5) cocok digunakan 2.4. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Terkait dengan judul dan tema pada penulisan ini maka dapatlah dibuat kerangka
Widya Cipta,Vol. VII, No.2 September 2015
pemikiran penelitian yaitu gambaran mengenai hubungan antar variabel yang digunakan dalam
sebuah gambar, seperti pada gambar 1.
Brand Loyalty (X1) Minat Beli (Y) Perceived Quality (X2) Sumber: Hasil Penelitian (2015) Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis didefinisikan sebagai a logically conjectured relationship between two or more variables expressed in the form of testable statement (Sekaran : 2006). Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan hipotesis yang nanti akan diuji kebenarannya, sehingga akan diketahui apakah hasil penelitian akan menerima atau menolak hipotesis tersebut. Hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (1) Brand loyalty berpengaruh terhadap minat beli KFC di Bekasi; (2) Perceived Quality berpengaruh terhadap minat beli KFC di Bekasi. III. METODOLOGI PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yaitu melalui buku-buku, literatur, majalahmajalah, surat kabar, kliping, sumber-sumber literatur diperoleh dari perpustakaan dan referensi perusahaan. Penelitian lapangan digunakan untuk memperoleh data primer dengan melakukan kunjungan ke KFC Bekasi sebagai obyek penelitian untuk memperoleh data perusahaan. Penelitian lapangan ini dilakukan kepada pelanggan KFC Bekasi. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, maka perlu dilakukan serangkaian pengujian pada instrumen yang akan digunakan maupun pada data yang akan diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan. Adapun pengujian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: Uji Kualitas Instrumen yaitu Uji Reliabilitas dan Uji Validitas. Uji Asumsi Klasik yaitu Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Linieritas dan Uji Heteroskedastisitas. Pengukuran populasi diambil dari pelanggan KFC Bekasi yang berjumlah 30
orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling non probabilitas yaitu teknik ”purposive sampling”, dimana pengambilan jumlah sampel dilakukan secara acak dengan kriteria tertentu sehingga relevan dengan rencana penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda yang dapat mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, yaitu pengaruh brand image brand loyalty dan perceived quality terhadap minat beli. Model pengaruh tersebut dapat digambarkan dalam fungsi sebagai berikut: Y =α+b X +b X 1
1
2
2
Dimana: Y = Minat Beli ; α = Konstanta; b -b 1
2
= Koefisien Regresi Variabel X ; X = Brand 1
Loyalty ; X = Perceived Quality 2
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu instrument atau variabel. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dari variabel yang diteliti secara tepat. Pada tabel , hasil uji validitas instrumen kuesioner variabel Brand Loyalty (X1), Perceived Quality (X2), dan Minat Beli (Y) semua terlihat valid, nilai r-hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item Total Correlation > dari r-tabel dengan r-tabel = 0,361. Butir pertanyaan dikatakan valid jika nilai r-hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item Total Correlation > dari r-tabel dengan r-tabel = 0,361. Hasil analisis tersebut menunjukkan semua butir pertanyaan dapat digunakan karena r-hitung semuanya lebih besar dari r-tabel sehingga dikatakan memenuhi syarat validitas. Selanjutnya 157
Widya Cipta,Vol. VII, No.2 September 2015
dilakukan uji reliabilitas untuk menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data primer karena instrumen tersebut sudah baik
dan layak untuk didistibusikan kepada responden. Realibilitas suatu kontruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,500.
Tabel 1. Hasil Uji validitas Scale Mean Scale Corrected if Item Variance if Item-Total Deleted Item Deleted Correlation
Squared Cronbach's Multiple Alpha if Correlation Item Deleted
Brand_Loyalty (X1)
7.2633
.749
.622
.387
.709
Perceived_Quality (X2)
6.8900
1.304
.605
.376
.716
Minat_Beli_KFC (Y)
7.2800
1.029
.654
.435
.619
Sumber: Hasil Penelitian (2015) Dari hasil olah data terhadap kuesioner penelitian ini, didapat hasil uji reliabilitas (R) sebesar 0,763 lebih besar dari 0,500 pada tabel
Product Moment dengan N = 30 dan instrumen tersebut dapat dinyatakan reliabel, hal ini terlihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
N of Items
.763
.789
3
Sumber: Hasil Penelitian (2015) 4.2. Uji Asumsi Klasik A. Uji Normalitas Hasil Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui data terdistribusi dengan normal
atau tidak. Pada tabel 3, dapat diketahui nilai Asymptotic Significance adalah berada diatas nilai 0,05 yang berarti data terdistribusi dengan normal.
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Brand Loyalty Perceived Quality Minat Beli (X1) (X2) (Y) N
30
30
30
Normal Parametersa,,b
Mean
3.4533
3.8267
3.4367
Std. Deviation
.72954
.42258
.55241
Most Extreme Differences
Absolute
.168
.208
.164
Positive
.168
.208
.164
Negative
-.117
-.163
-.071
Kolmogorov-Smirnov Z
.918
1.137
.900
Asymp. Sig. (2-tailed)
.368
.151
.392
Sumber: Hasil Penelitian (2015) B. Uji Multikolinearitas Hasil Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar variabel independent dan apabila terjadi
158
hubungan antar variabel independent maka hal ini yang dihindari pada suatu model regresi (tabel 4).
Widya Cipta,Vol. VII, No.2 September 2015
Tabel 4. Hasil Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics Model
Tolerance
1 Brand_Loyalty (X1) Perceived_Quality (X2)
VIF
.733
1.364
.733
1.364
Sumber: Hasil Penelitian (2015) Dari tabel 4 didapat nilai VIF (Variance Inflation Factor) untuk setiap variabel berada dibawah angka 10 atau nilai Tolerance diatas nilai 0,1. Hal ini berarti bahwa tidak ada Multikolinearitas antar variabel independent. C. Uji Liniearitas Hasil uji ini untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara variabel independent dan variabel dependent, dengan melihat nilai Significance-nya.
Jika nilai tersebut < 0,05; maka terdapat hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent. Dari hasil olah data diperoleh hasil seperti pada tabel 5. Hasil analisis menunjukkan bahwa harga F sebesar 1,918 dengan signifikansi 0,110 (di atas 0,05), berarti model dapat dikatakan berbentuk regresi linear.
Tabel 5. Hasil Uji Linieritas
Sum of Squares Minat_Beli_K Between (Combined) FC (Y) * Groups Linearity Brand_Loyalt Deviation from y (X1) Linearity
Mean Square
df
F
Sig.
6.227
12
.519 3.363
.011
2.971
1
2.971 19.253
.000
3.256
11
.296 1.918
.110
Within Groups
2.623
17
.154
Total
8.850
29
Sumber: Hasil Penelitian (2015)
D. Uji Heteroskesdastisitas Hasil Uji Heteroskesdastisitas digunakan untuk mengetahui model regresi apakah terjadi ketidaksamaan variasi atau tidak, dari kesalahan residual melalui satu pengamatan ke pengamatan yang lain melalui metode Scatterplot. Jika grafik membentuk
satu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka diduga telah terjadi Heteroskedastisitas, dan jika tidak ada pola yang jelas maka tidak terjadi Heteroskedastisitas. Dari gambar dibawah ini, dapat dilihat suatu kemungkinan tidak terjadinya Heteroskedastisitas (tabel 6).
159
Widya Cipta,Vol. VII, No.2 September 2015
Sumber: Hasil Penelitian (2015) Gambar 2. Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Grafik Scatterplot 4.3. Pengaruh Brand Loyalty dan Perceived Quality terhadap Minat Beli Pelanggan KFC Untuk mengetahui pengaruh faktorfaktor brand loyalty dan perceived quality terhadap minat beli pelanggan KFC maka dapat dilihat dari ada atau tidaknya pengaruh secara simultan variabel-variabel independent terhadap variabel dependent. Hal ini melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
A. Regresi Berganda Untuk mengetahui hubungan dan pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent yang lain, maka digunakan uji regresi. Hubungan antara variabel dependent dengan lebih dari satu variabel independent disebut regresi berganda sebesar 5%. Tabel 6 menunjukkan hasil yang berhubungan dengan perhitungan regresi berganda.
Tabel 6. Hasil Regresi Berganda Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
(Constant)
.579
.728
.795
.433
Brand_Loyalty (X1)
.295
.128
.390 2.305
.029
Perceived_Quality (X2)
.481
.221
.368 2.176
.038
Sumber: Hasil Penelitian (2015) Berdasarkan tabel 6, dapatlah dibentuk persamaan regresi berganda berdasarkan tabel diatas dapat dijabarkan melalui rumus regresi berganda sebagai berikut: Y = 0,579 + 0,295X1 + 0,481X2
B. Uji F Pengujian ini bertujuan untuk menunjukkan ada atau tidaknya pengaruh secara simultan variabel independent terhadap variabel dependent. Hasil dari olah data tersaji pada tabel 7.
Tabel 7. Hasil Uji F Sum of Squares
Model 1
Regression
3.848
2
1.924
Residual
5.002
27
.185
Total
8.850
29
Sumber: Hasil Penelitian (2015)
160
Mean Square
df
F 10.385
Sig. .000a
Widya Cipta,Vol. VII, No.2 September 2015
Dari tabel 7 diketahui nilai significance sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa variabel independent secara simultan berpengaruh pada variabel dependent (minat beli). Uji Goodness of Fit Pengujian ini dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu model regresi dengan memperhatikan sejauh mana kecocokan antara data dengan garis estimasi regresi. Hal ini dapat dilihat melalui gambar 3. Kelayakan dari model regresi akan
ditunjukkan pula melalui nilai Adjusted RSquare. seperti yang dapat dilihat pada tabel 8. Jika melihat grafik pada gambar 3 dan hasil uji goodness of fit pada tabel 18, maka dapat disimpulkan model regresi layak untuk digunakan karena data hasil penelitian tersebar disekitar garis estimasi regresi. Pada tabel 8 pula diketahui nilai Adjusted R Square (R2) bernilai 0,393 atau 39,3%; berarti bahwa 39,3% minat beli pelanggan KFC dipengaruhi variabel independent, sedangkan 60,7% dipengaruhi faktor lain diluar model regresi.
Sumber: Hasil Penelitian (2015) Gambar 3. Grafik Goodness of Fit Model Regresi Tabel 8. Hasil Uji Goodness of Fit – Adjusted R-Square Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
.659a
.435
.393
.43041
Change Statistics R Square F df1 Change Change .435
10.385
2
df2
Sig. F Change
27
.000
Sumber: Hasil Penelitian (2015) Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh secara parsial pada Minat Beli Pelanggan KFC maka hal ini dapat ditempuh dengan melakukan uji t statistik. Tabel 9 menunjukkan hasil dari uji t. Nilainilai tersebut akan menggambarkan pengaruh diantara variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Dari tabel 9 tersebut dapat dikatakan variabel dengan nilai significance di bawah 0,05 atau 5% adalah variabel variabel Brand Loyalty (X1) sebesar 0,029 dan variabel Perceived Quality (X2) sebesar 0,038 yang berarti berpengaruh secara signifikan terhadap variabel minat beli.
161
Widya Cipta,Vol. VII, No.2 September 2015
Tabel 9. Hasil Uji t
Model
1
Unstandardized Coefficients B
Std. Error
(Constant)
.579
.728
Brand_Loya lty (X1)
.295
.128
Perceived_ Quality (X2)
.481
.221
Standardized Coefficients
t
Sig.
.795
.433
.390
2.305
.029
.368
2.176
.038
Beta
Sumber: Hasil Penelitian (2015) V. PENUTUP Setelah melalui penelitian, analisis dan pembahasan pada bagian sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan dan saran sebagai berikut: (1) variabel brand loyalty mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap minat beli pelanggan KFC di Bekasi dan berarti hipotesis yang menyatakan bahwa brand loyalty berpengaruh terhadap minat beli pelanggan KFC di Bekasi terbukti. Tinggi atau rendahnya loyalitas pelanggan terhadap KFC, berpengaruh terhadap minat beli pelanggan KFC; (2) variabel perceived quality mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap minat beli pelanggan KFC di Bekasi dan berarti hipotesis yang menyatakan bahwa perceived quality berpengaruh terhadap minat beli pelanggan KFC di Bekasi terbukti. Semakin baik persepsi kualitas yang dirasakan pelanggan maka semakin tinggi minat beli pelanggan terhadap KFC. Saran-saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini: (1) sebaiknya manajemen KFC lebih fokus untuk membuat konsumen loyal dengan cara memberikan berbagai makanan yang bervariasi dan lezat bagi pelanggan lama atau baru, karena berdasarkan hasil penelitian ini pelanggan yang sudah memakai sebuah merek tertentu dan merasa puas maka kemungkinan kecil konsumen tersebut akan berpindah ke produk merek lain; (2) sebaiknya
162
manajemen KFC terus meningkatkan kualitas baik dalam produk maupun layanan-layanan yang diberikan karena dalam beberapa kasus, konsumen sering mengeluh mengenai produk maupun layanan-layanan. DAFTAR PUSTAKA Fandy Tjiptono. 2005. Brand Management dan strategy. Yogyakarta: Andi Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2007.Manajemen Pemasaran. Edisi 12 Jilid 1dan 2. Terjemahan: Benyamin Molan. Jakarta: PT. Indeks Kotler, Philip dan Amstrong, Geri. 2008.Prisinp-prinsip Pemasaran. Alih bahasa:Bob sabran, MM. Edisi 12 jilid 1 dan 2. Jakarta: Erlangga Oliver, Richard L. 2006. Satisfaction: A. Behavioral Perspective on The Consumer. McGraw‐ Hill. New York. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta. Schiffman, Leon G, and Leslie Lazar Kanuk. 2007. Consumer Behaviour 7e”, Int Edition. New Jersey: Prenhallindo. Widjaja, M., Wijaya, S., dan Jokom, R., 2007. Analisis Penilaian Konsumen Terhadap Ekuitas Merek Coffee Shops di Surabaya. Jurnal Manajemen Perhotelan, Vol. 3 No. 2, 89 - 101.