Hasil Penelitian
P2PLR Tahun 2002
PENGARUH BERMACAM LINGKUr'-JGAN AIR TERHADAP KEMArv1PUAN PENAHANAN RADIONUKLIDA DALAM BLOK HASIL PE:MADATAN Zainus Salimin Pusat Pengembangan
Pengelolaan Limbah Radioaktif
ABSTRAK PENGARUH BERMACAM LINGKUNGAN AIR TERHADAP KEMAMPUAN PENAHANAN RADIONUKLIDA DALAM BLOK HASIL PEMADATAN. Pad a penyimpanan akhir limbah radioaktif, blok hasil pemadatan dapat berada dalam lingkungan oii tanah, payau, atau air laut tergantung dari lokasi penyimpanan akhir. Kemampuan penahanan radionuklida pad a hasil pemadatan yang terendam air dinyatakan dalam nilai standar laJu pelindihan (g/cm2.hari), untuk Cs-137 berharga 10-1s/d 10.4 pada matrik beton, 10-4 sId 10. pada matrik aspal dan 10-5 sId 10-7 pad a matrik plastik polimer. Telah dipelajari pengaruh air bersalinitas (permil berat) 18,S; 14, 12; 9,S; 2,7S, dan O,S terhadap kemampuan penahanan Cs-137 dalam matrik beton, aspal, dan plastik epoksi. Limbah simulasi Cs-137 yang berekivalen aktivitas 1 Ci/m3 dipadatkan dalam bahan matrik tersebut dan diuji lindih dalam lingkungan air d! atas selama 1, 2, 3,4, S, 6, 7 hari, 2, 3,4, S, 6, dan 7 minggu, Cs-137 yang terlindih air dianalisis dengan alat MS. Hasil percobaan menunjukkan bahwa air yang bersalinitas lebih tinggi memberikan nilai laju pelindihan yang lebih besar dibanding pada air bersalinitas lebih rendah untuk semua bahan matrik. Untuk matrik bahan aspal, pen2hanan Cs-137 dalam lingkungan air bersalinitas tidak baik, laju pelindihan melebihi nilai batas arnbang yang diizinkan. Hasil pemadatan tersebut harus diwadahkan lagi dalam suatu penampung sebelum ditempatkan pada penyimpanan akhir. Untuk bahan matrik beton dan plastik epoksi, penahanan Cs-137 dalam air bersalinitas masih memenuhi standar yang ditentukan.
ABSTRACT INFLUENCE OF AQUEOUS ENVIRONMENT ON RETENTION CAPABILITY OF RADioNUCLIDE IN EMBEDDED WASTE. At the ultimate waste disposal, the embedded waste can be on the environmental milieu of ground water, brackish water, or sea water depending on the location of ultimate waste disposal site. Retentioncapability of radionuclide in embedded waste submerging on water is expressed by standard value of leaching rate in unit of g/cm2.day, that's value of Cs-137 are (10.1-10-4) for concrete matrix, (10-5-10-7)for polymer plastic matrix, and (10-4-10-7) for asphalt matrix. Influence of aqueous environment on various salinities of 18.5; 14; 12; 9.5; 2.75, and 0.5 toward restraint capability of Cs on the matrix of concrete, polymer plastic of epoxy, and asphalt has been carried out. Simulation liquid wastes of Cs-137 having the equivalent activity of Cs 1 Ci/m3 are solidified on that various matrices, than subjected to leaching test on the milieu of that saline solution during leaching periods of 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 days, 2, 3, 4, 5, 6, and 7 weeks. Leached radionuclide of Cs is analyzed by AAS. The results of this experiment indicates that the increasing of water salinity gives the increasing of leaching rate of Cs-137 for all utilized matrices. For asphalt matrix, the quality of restraint capability of Cs-137 on the milieu of saline water is bad, the present value of leaching rate is superior than the standard value. The embedded waste of asphalt matrix must be prepared in standard container before disposing it on the ultimate disposal. For concrete and polymer plastic of epoxy matrix, the quality of restraint capability of Cs-137 on the milieu of saline water are conforming with the standard value.
Hasil
Penelitian
P2PLR
Tahun
2002
PENDAHULUAN Limbah merupakan bagian dari kehidupan manusia di sepanjang :1lasa dan tempat. Dengan meningkatnya- kualitas kehidup3n manusia, meningkat pula jenis dan jumlah limbah yang ditimbulkan. Pabrik-pabrik, kegiatan penambangan, pengelolaan hasil tambang, pembangkitan energi dan kegiatankegiatan lain menimbulkan limbah. Limbah radioaktif adalah zat radioaktif dan bahan serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi nuklir, yang tidak dapat digunakan lagi. Limbah radioaktif ditimbulkan dari kegiatan industri nuklir antara lain seperti fabrikasi bahan bakar nuklir, pembangkitan energi, produksi radioisotop, daur ulang bahan bakar bekas, kegiatan riset dan aplikasi teknik nuklir. Limbah merupakan bagian dari kehidupan manusia di sepanjang masa dan tempat. Dengan meningkatn~'~ kualitas kehidupan manusia, meningkat pula jenis dan jumlah limbah yang ditimbulkan. Pabrik-pabrik, kegiatan penambangan, pengelolaan hasil tambang, pembangkitan energi dan kegiatankegiatan lain menimbulkan limbah. Limbah radioaktif adalah zat radioaktif dan bahan serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi nuklir, yang tidak dapat digunakan lagi. Limbah radioaktif ditimbulkan dari kegiatan industri nuklir antara lain seperti fabrikasi bahan bakar nuklir, pembangkitan energi, produksi radioisotop, daur ulang bahan bakar bekas, kegiatan riset dan aplikasi teknik nuklir. Pemadatan (immobilisai) limbah radioaktif bertujuan agar radionuklida terfiksasi, terkungkung dan tertahan dalam rongga di antara kristal matriks bahan pemadat sehingga radionuklida tersebut tidak mudah lepas oleh rembesan air yang menembus kedalam hasil pemadatan dan radiasinya tertahan. Limbah radioaktif aktivitas sedang yang mengandung unsur radioaktif waktu parch 30,17 tahun dan aktivitas 1 Ci/m3 biasanya diimobilisasi dengan matriks semen. Matriks semen yang merupakan .campuran dari material semen, pasir, aditif dan air bereaksi secara kimia dan mengeras, memberikan pemadatan berupa beton yang merupakan material komposit. Penggunaan pasir di dalam matriks semen tersebut untuk meningkatkan kekuatan dan kerapatan beton, karena pasir mempunyai kekerasan dan kerapatan yang lebih besar dari komponen lain dari komposit beton tersebut. Dalam pengelolaan hasil pemadatran, blok beton akan mengalami resiko antara lain: terjatuh, terlempar, terbanting dan/atau terbakar selama operasional sebelum penyimpanan. Agar blok beton hasil pemadatan tidak rusak bila mengal6mi resiko tersebut, kualitas blok beron yang baik harus memenuhi standar IAEA (International Atomic Energy Agency) sebagai berikut : -Kerapatan: 1,70-2,50 glcm3 -Kuat tekan beton yang telah berumur 28 hari : 20 -50 -Laju lindih radionuklida terimmobilisasi dalam beton:
N/mm2. 1,7 x 10-1 -2,5
x 10-4
g/cm2.hari.
Seperti halnya matriks semen, bahan matriks plastik dipakai juga untuk pemadatan limbah radioaktif berumur pendek yang beraktivitas awal rendah
85
Hasil Penelitian P2PLR Tahun 2002
dan sedang dengan radionuklida yang berwaktu paruh kurang atau sarna dengan 30,17 tahun, yang aktivitasnya dapat diabaikan setelah 300 tahun. Kandungan radionuklidanya adalah Sr-90, Cs-137, Co-50, dan Fe-55. Bahan matriks plastik dapat pula dipakai unvJk pe:naciatan !imbah radioaktif bel umur panjang dengan radionuklida berwaktu paruh kurang dari 30,17 tahun yang aktivitas awalnya rendah atau sedang, aktivitas tersebut dapat diabaikan setelah 300 tahun. Pad a pemadatan tersebut termasuk di dalamnya radionuklida berwaktu paruh ratusan atau ribuan tahun yang beraktivitas awal rendah atau sedang, radionuklidanya antara lain Np-237, Pu-239, dan Am-243. Bahan matriks aspal dipakai untuk pemadatan limbah pemal~car alpha berumur panjang akktivitas rendah atau sedang yang aktivitasnya dapat diabaikan setelah 300 tahun, dengan radionuklida Np-237, Pt.:~239,Am-241 dan Am-243. Pengggunaan bahan matriks dalam aplikasi proses pemadatan limbah radioaktif sesuai dengan jenis limbahnya dapat dilihat pad a Tabel1.
Tabel1.
Klasifikasi limbah Penq~'2..1aannva
Kar..kteri$tik
No
yang
dit.Jnjau
Aktivi1as
awal
kure,"g
t.ah..n. 2
3
yang
perQh derj
30
Ltmbah
berumur
Lt- b ah C""
Rendah. aktivilasnya dapat '. diabakan. setelah
Rendah
Y"
BuFUmur
Alp ha
dan
Pan
an
Llmbah TtnggtAkUvtta.
ataU$eda~g.
aktiVitasnya dapat diabajkan semf~h tahun
300tahun
300
Sangat tinggi, aktJvitas dapat diabaikan setol.ah
bebe,.apa "8t"'$ ~hun.
Aktivil.as awa. radjonukljd~ y~ng berw~ktu parch ratusan atau r.buan tahun.. Radiasl
Umur Paroh Radionuklidanya ~ta;$1frk;a~ !
Llmbah
pe"dek
.ad1onukUda
berwaktu
Berdasar
yang
Nol
atau
sangat
Rendah
yang
Rendah
d.itetapkan
Yang t~..utamaajpha
Yang lerutama beta-gamma selama bebe..apa ..at~~ tah~n.
kemudian itu yang alpha R~di<>nuklida
y~ng
pokok.
$,.-90 (30 th)... Cs137 (3() th). Co-60 (5 th}. Fe-55 (2.5 th)
5
Bahan untuk
pemadatan matri
6
Tipe penylmp.-na" akhlr
alau
$~d~ng
Yang tel'Ulama beta-gamma
dipanca.-kan.
stau """dang
renQah. lebih kedl dart batas ambang
Np-237
(2)(.10&th).
Pu-239 (2,4 x1r:J4th) Arn-241(4x107th). Am-243 (8X103 th)
_telan terutama
co-eo. SI"..90. Np237, Pu-239, Am241.
Am-2443
Semen (Sernentasi) PlasUk (polimerisaS1)
P1setlik (poIJm Jssei.) Aspal (bitumi.nasi)
Get- (vltritikasi>
Penyimpan~n. tanst! usngkat
Peny'lmpana:~ ~anah dalamuntvk !solas. Umbah sel;!lma ju~an
Penylmpanantanah dalsm untuk lsalasi limbah setama jutaan tahun
untuk
limbat! tshun.
tso1asj
se1",ma
300
tah,un.
Blok hasil solidifikasi limbah radioaktif perlu dievaluasi kemampuan penahanan dan pengungkungan terhadap unsur radioaktifnya. Daya tahan unsur radioaktif dalam blok pemadatan terhadap pelindihan (perembesan air) dipakai sebagai penilaian kekuatan penahanan unsur radioaktif tersebut (TabeI2).
86
Hasil Penelitian P2PLR Tahun 2002
Tabel2.
Faktor Pelindihan dari Beberapa Radionuklida Untuk Bermacam Imobilisasi Standar Test IAEA Dalam Air Pada 20°C Faktor pelindihan beberapabahan solidifikasi (g/cm2..han)
10-3-10,4
Teknologi penyuimpanan akhir digolongkan sebagai berikut : Pembuangan/penyimpanan akhir dalam tanah dangkal atau shallow land burial, yang digunakan untuk penyimpanan limbah aktivitas rendah dan sedang. Pembuangan/penyimpanan pada tanah dalam atau deep ground burial yang digunakan untuk penyimpanan limbah aktivitas tinggi atau elemen bakar bekas. Pembuangan/penyimpanan akhir tanah dangkal atau tanah dalam di daerah tepi laut. Dengan kemungkinan pemakaian tiga macam teknologi penyimpanan akhir tersebut rriaka terdapat beberapa macam kemungkinan lingkungan air terhadap hasil pemadatan limbah radioaktif. Apabila digunakan penyimpanan akhir tanah dangkal dan tanah dalam, maka di dalam penyimpanan akhir blok hasil pemadatan akan berada dalam lingkungan air tanah. Apabila digunakan penyimpanan akhir tanah dangkal atau tanah dalam di daerah tepi laut, maka blok hasil pemadatan berada dalam lingkungan air laut atau air payau. Kualitas air laut dan air payau biasa dinyatakan dalam salinitas. Salinitas didefinisikan sebagai jumlah gram garam terlarut dalam 1 kg air laut, dengan satuan ppt (part per thousand). Komposisi keseluruhan ion-ion dalam air laut yang merupakan salinitas air laut berharga antara 32-37 ppt Harga komposisi ion-ion dalam air laut yang dinyatakan dalam ppt berat adalah CI18,980; ,<:)0..22,649; HC03- 0,14; Br- 0,065; H2B03- 0,026; F- 0,001; Na+ 10,556; Mg2+ 1,272; (;a2+ 0,400; K+ 0,380; dan S~+ 0,013. Dalam contoh komposisi tersebut total ion negatif 21,861 ppt dan total ion positip 12,6211 ppt, atau total salinitas 34,482 ppt. Air payau mempun)lai harga salinitas kurang dari 25 ppt. Untuk menetapkan kualitas hasil pemadatan yang memenuhi syarat pada penyimpanan akhir limbah radioaktif dalam beberapa kemungkinan lingkungan air tersebut, akan dilakukan penelitian pengaruh bermacam lingkungan air terhadap kemampuan penahanan radionuklida dalam blok hasil 87
Hasil Penelitian P2PLR Tahun 2002
pemadatan. Dalam penelitian ini akan dilakukan pemadatan limbah radioaktif simulasi yang mengandung Cs-137 setara dengan aktivitas 1 Ci/m3 dengan bahan matriks semen, pGlirr.er plastik dan aspal, kemudian dilakukan uji lindih dalam lingkungan air pad a bermacam harga salinitas. Hasii pemadatan yang memberikan konsentrasi radionuklida dalam air lindih yang rendah atau pada nilai batas yang diijinkan merupakan pilihan kualitas pemadatan yang terbaik.
TATA KERJA
Bahan Bahan-bahan yang digunakan melij:'uti semen Portland tipe I, pasir yang berdic.meter < 2 mm, sesium klorida tidak aktif, aspal dan resin epoksi. Resin epoksi terdiri dari dua macam cairan yaitu bahan resin epiklorohidrin (1 kloro 2,3 epoksi propan 2,3 epoksi propil klorida) dan bahan pengeras bis fenol A (4,4 dihidoksi difenil 2-2 propanon) Metode Adonan semen yang dibuat dengan pencampuran dan pengadukan 300 9 pasir, 400 9 semen, dan 140 ml larutan cesium konsentrasi 0,01 mg/l atau ekivalen ektivitasnya 1 Ci/m3 dimasukk3n dalam cetakan tabung polyetilen 4 x 4 cm. Setelah 28 hari beton dilepas dari cetakannya, kemudian diuji lindih. Sampel air pelindih diambil pada hari pertama sampai hari ke tujuh, hari 14, 21, 28, 35, dan 42 kemudian dianalisis kadar cesiumnya dengan alat MS. Air pelindih yang digunakan ada 7 macam yang masing-masing mempunyai harga salinitas (ppt berat): 18,5; 14; 12,1; 9,5; b; 2,75 dan 0,5. Nilai salinitas dianalisis dengan alat pengukur salinitas, konduktivitas, dan temperatur (SCT Meter). Adonan polimer epoksi yang dibuat derlgan pencampuran dan pengadukan 400 g, epiklorohidrin, 400 9 big fenol A, dan 240 mllarutan cesium konsentrasi 0,01 mg/l dimasukkan dalam cetakan tabung poliietilen 4x4 cm. Setelah 24 jam plastik epoksi dilepas dari cetakannya, kemudian diuji lindih sesuai cara pelindihan sampel beton tersebut di atas. Adonan aspal yang dibuat dengan pencampuran dan pengadukan cairan aspal 120°C dan 240 ml larutan Cesium konsentrasi 0,01 mg/l dituangkan keda:am tabung polyetilen 4x4 cm. Setelah 24 jam padatan aspal dilepas dari cetakannya, kemudian diuji lindih sesuai cara pelindihan tersebut di atas. Hasil uji lindih dinyatakan dalam laju pelindihan (Rn) yang dihitung dari persamaan : Rn=
A
n'
x.G (1)
AO.x.L.x.Tn dimana : An = aktivitas terlindih; Ao = aktivitas awal ; l-n = waktu lindih G = berat sampel ; L = luas permukaan sam pel
88
Hasil Penelitian P2PLR Tahun 2002
HASIL DAN PEMBAHASAN bahwa
Pada laju
T abel 3 hasil percobaan uji lindih untuk pelindihan semakin menu run terhadap-
matriks beton bertambahnya
terlihat 'Jvaktu
pelindihc.n sampai akhirnya cenderung konstan. Hal ini disebabkan radionuklida yang terfiksasi elementer akan terlepas saat-saat awal, setelah itu b.qru kemudian radionuklida yang terfiksasi permanen yang lepas. Untuk melihat pengaruh salinitas air terhadap laju pelindihan dapat ditinjau perbedaan laju pelindihannya antara masing-masing nilai salinitas. Laju pelindihan hari ke 6 untuk salinitas 18,5 ppt adalah 0,0049 dan untuk salinitas 0,5 ppt adalah 0,0032, jadi perbedaannya s~besar 0,0017. Komfonen salinitas yang dap.a~ merusak beton adalah H2B03 (0,026 ppt) dan 804 (2,649 ppt), komponen Inl akan bereaksi dengan komponen Ca(OH)2 pad a beton sehingga menyebabkan terganggunya pengikatan Cs-137 dalam beton. Nilai pp;rbedaan laju pelindihan ailtara masing-masing salinitas air tidak begitu besar karena kadar komponen pengganggu Ca(OH)2 tersebut relatif rendah. Namun demikian semakin besar nilai salinitas air pelindih semakin .naik nilai laju pelindihannya. Dari percobaan terlihat bahwa untuk matriks beton, penahanan Cs-137 dalam air bersalinitas masih memenuhi nilai standar yang ditentukan.
Tabel 3. Has~~ngamatan
aktivitas terlindih
pada bahan matrik beton
~,~.
Pada Tabel 4 hasil percobaan uji lindih untuk matriks polimer epoksi terlihat bahwa laju pelindihan semak!n menurun dengan bertambahnya waktu pelindihan sampai akhirnya cenderung konstan. Hal ini terjadi karena pada awalnya radionuklida yang terfiksasi elementer saja yang lepas, setelah waktu bertambah radionuklida yang terfiksasi permanen yang akan lepas. Pada Tabel 4 terlihat bahwa semakin besar harga salinitas air semakin besar pula nilai laju pelindihannya. Hal ini dikarenakan di dalam komponen salinitas terdapat 8042(2,649 ppt) yang merupakan komponen asam kuat, dan H2B03- yang merupakan komponen asam lemah. Komponen asam kuat tersebut merusak resin epoksi, sedangkan komponen asam lemah itu sedikit merusak resin epoksi. Kerusakan resin epoksi tersebut menyebabkan pengikatan Cs-137 dalam resin menurun sehingga laju pelindiharlnya naik. 89
.
~ 0". 1( G,.1
Hasif Penelitian
Tabel 4.
~
~
-
~
12,t~
~
'4~
~ ~
~ ~ ~6~ -.0
P2PLR Tahun 2002
Hasil pengamatan epoksi
f
2
~~
~~
..!... ~
""""'" O.':t:Al ~~ ",""'"'"
~,.. " , ..,"""9,00(1
~,~
.
...L
QC,~
~I
t "h~~
pad a bahan matrik polimer
-oml' :1
- 14.. ..t.-
-- -c, ~t
$;~1
~
D
~
--~
""""'" ,""",
4,0(':1'4
C!,=$
@-r021 Q~$
o.mi.
1J~
Q,OOI1I4
()c(l~
~~
~
G~$
~
.."""'. Vi-
{t,~
~,
{Q~ ,.. i"","",
~
..-
,"'
3;- '\'t.~
0'-'$
o~
...
0"
"~4 ",
a;i!t'J~
~~t.
~
J ~r
terlindih
-L
,,v:_.
,,-- "I "--' _.,,~.
-2jS~ T- ,,-y-",_~;5~
aktivitas
I>~
fJ,~tf
n;~
0.'1... ~Qf
q~
¥,-
cr;;~$
O:r)(l;1¥
~,~
o~
$0001
~
I:t,~
()~
Namun karena kadar 8042- dan H2B03- relatif kecil, maka kenaikan laju pelindihannya relatif rendah pada kenaikan harga salinitas. Laju pelindihan hari ke 6 untuk salinitas 18,5 ppt adalah 0,0019 dan untuk salinitas 0,5 ppt adalah 0,0016, jadi perbedaannya sebesar 0,0003. Dari percobaan terlihat bahwa untuk matriks plastik epoksi penahanan Cs-137 dalam air bersalinitas masih memenuhi nilai standar yang ditentukan.
Tabel 5. Hasil pengamatan
aktivitas terlindih Ji.:tI!...:.-
r""'."'"
Dada bahan matrik aspal
f"i"~l
!-
"."
~!"c
I
"
1
Si1jnltl.
~,"""""",,, "-".~.~
Iim ..,
~~ ~8!Sppt
~
12' :I!1t ~$
-14~
~
~ ~
5~ ~m~$ 2.15ppt
T_h O~~
Q"t~
2 0,05$3
3 0;G4/J2
4
!\~)16
O.,1t2G G,O5fo5 0,0013
1
5
OJ.~
0,0191 """"'"~
O,m$
0:,0111 O,i)t'$iI
1!,~ "tY't""
~,it}19t
t1..1t~
fJ,Q514 Qi~m
~~
Q,.Q-
O,fJ1~
O"t~
0,0563 Q,OOlJ
1!',a.
IJ,~
o,Otm
0,1051
Q,QS43
0..1(13& O.ns37 O..i!!r193
0,0511
O..~l tI,b
2t
0,"""'" """"
""".,. 11,""9;1 o:ct~
o~
0,0272 v,ti2:2& OJ182 0,015$
O,n350
0,0268
O,r12D!1
W1.
O,OI~
G~
~ o.m
P,Oti:i$
O;OOi4e
O,fI!)49
Ct,M3$
0;0032
3$
$,. ,,"".. "",M.. 0,.
41
\1,- 1),.$
f);j~
G,8
G,OO~
G"oor8 Ij,~
~
"~L'" "'~~
~t
Q,00$1 \),00213
Q,OO7.B
1),~7
O!J(J39
0,0073
n,~
0..003& CfM129
0;0024
Pada Tabel 5 hasil percobaan uji lindih untuk m~triks aspal terlihat bahwa laju pelindihan semakin menurun dengan bertambahnya waktu pelindihan. Pada Tabel 4 terlihat pula bahwa :semakin besar harga salinitas air semakin besar juga nilai laju pelindihannya. Hal ini dikarenakan di dalam salinitas terdapat komponen CI- (18,980 ppt), saat air bersalinitas mengintrusi
90
Hasil Pene/itian P2PLR Tahun 2002
matriks aspal akan menimbulkan efek polaritas yang meningkatkan pelepasan Cs sehingga meningkatkan laju pelindihan. Karena kadar komponen CI- cukup tinggi di dalam salinitas rnaka kenaikan lajl.~ pelindihannya cukup besar pada kenaikan harga salir:itas. Laju pelindihan hari ke 6 untuk salinitas 18,5 ppt adalah 0,0232 dan salinitas 0,5 ppt adalah 0,0174, jadi perbedaannya sebesar 0,0058.
Oari percobaan terlihat bahwa untuk matriks aspal, penahanan Cs-137 dalam lingkkungan air bersalinitas tidak memenuhi syarat, laju pelindihan melebihi nilai batas am bang yang diijinkan. Hasil pemadatan tersebut harus diwadahi lagi dalam wadah standar yang memenuhi syarat.
KESIMPULAN Oari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa bahan matriks polimer plastik epoksi dan beton merupakan bahan yang baik untuk penahanan Cs-137 dalam air bersalinitas, yang memberikan laju pelindihan yang kecil sekitar 10-5 g/cm£.hari untuk plastik epoksi dan 10-4g/cm2.hari untuk beton. Bahan matiks aspal tidak baik untuk penahanan Cs-137 dalam air yang bersalinitas, laju pelindihan yang diberikan melebihi nilai batas ambang yang diizinkan. Perbedaan nilai laju pelindihan pada air tanah terhadap air payau bersalinitas 18,5 ppt untuk bahan matriks aspal mempunyai nilai tertinggi sebesar 0,0058 pad a hari ke 6, sedangkan untuk bahan matriks plastik nilainya 0,0017 dan untuk bahan matriks beton berharga 0,0003. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas aspal sangat dipengaruhi oleh salinitas air
DAFT AR PUST AKA 1. IAEA, "Characterization of Radioactive Waste Forms and Packages", Technical Report Series No. 383, International Atomic Energy Agency, Vienna, 1997. 2. ATKINS, M, and GASSER, F.P., "Application of Portland Cement-Based Materials to Radioactive Waste Immobilization", Waste Management, Vol. 12, Pergamon Press Ltd, New York, 1992. 3. Norme Internationals ISO 40. 4. LEA, F.M., "The Chemistry of Cement and Concrete", Edward Arnold, London, 1982. 5. SALI!\~!N, Z., "Imobilisasi Limbah Radioaktif Pemailcar Alpha dengan Matriks Plastik Polimer Epoksi", Prosiding Seminar Nasional II Plastik dan. Lingkungan, Yogyakarta, 30 Juni 1998 6. SALIMIN, Z., dkk, "Pengaruh Desali~asi Terhadap Pola Adaptasi Bruguira Gymnorrhiza Lamk", Makalah Kimia Sumberdaya, Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, ProgramPasca Sarjana, IPB, 2001. 7. TAT A SURDIA dan SHINROKU SAITO, "Pengetahuan Bahan Teknik", PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 2000.
91