PENGARUH BERBAGAI ALTERNATIF PEMUPUKAN DAN WAKTU PENYIANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)
Nurlaila Lasumbu(1) , Fauzan Zakaria (2) , Fitriah Suryani Jamin (2)
(1) (2)
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
Dosen Pengajar Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Jln. Jend. Sudirman No. 6 Kota Gorontalo 96128
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau (Vigna radiata L) terhadap berbagai alternative pemupukan dan waktu penyiangan serta interaksi antara keduanya. Penelitian ini dilaksanakan di desa Talaga Tomoagu Kecamatan Bolang Itang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari factor pertama pemupukan dengan 5 taraf perlakuan yaitu tanpa pupuk, 200 kg phonska/ha, 100 kg phonska/ha + 5 ton kotoran ayam/ha, 50 kg phonska/ha + 10 ton kotoran ayam/ha, dan 15 ton kotoran ayam/ha. Factor kedua dengan 2 taraf perlakuan yaitu penyiangan 10 hst dan penyiangan 20 hst. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sebagai kelompok sehingga terdapat 30 unit satuan percobaan dengan ukuran petak 2x2 meter. Dari hasil penelitian menunjukkan Perlakuan berbagai alternative pemupukan berpengaruh nyata pada tinggi tanaman 6 MST dan tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2 & 4 MST, persentasi pembungaan, jumlah polong, bobot 100 butir kering, dan hasil biji kering. Perlakuan konsentrasi pemupukan dengan dosis 100 kg phonska/ha + 5 ton pupuk kandang kotoran ayam mempengaruhi tinggi tanaman pada umur 6 MST. Perlakuan waktu penyiangan tidak berpengaruh pada keseluruhan parameter pengamatan. Interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh pada keseluruhan parameter pengamatan. Kata kunci : kacang hijau (Vigna radiata L.), alternative pemupukan, penyiangan, pertumbuhan dan hasil kacang hijau.
Nurlaila Lasumbu 613410034, Fauzan Zakaria, Fitriah Suryani Jamin, Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Univeritas Negeri Gorontalo
PENDAHULUAN Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang kacangan yang banyak dimakan rakyat Indonesia, seperti: bubur kacang hijau dan isi onde-onde, dan lain-lain. Kecambahnya dikenal sebagai tauge. Tanaman ini mengandung zat-zat gizi, antara lain: amylum, protein, besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan, magnesium, niasin, vitamin (B1, A, dan E). Penggunaan kacang hijau sangat beragam, dari olahan sederhana hingga produk olahan teknologi industri. Kacang hijau termasuk tanaman yang toleran terhadap kekurangan air, yang penting tanah cukup kelembabannya. Namun, bila tanah penanaman kacang hijau kekeringan sebaiknya segera diairi terutama pada periode kritis, yaitu: saat tanam, saat berbunga (umur 25 hst), dan saat pengisian polong (umur 45-50 hst) (Rosaliadewi, 2011). Untuk kacang hijau yang ditanam di tanah yang bertekstur ringan (berpasir), umumnya pengairan dilakukan dua kali yaitu umur 21 dan 38 hst, sedangkan pertanaman di tanah bertekstur berat (lempung), biasanya diperlukan pengairan hanya satu kali (Balitkabi, 2005). Berdasarkan rekomendasi dari Deptan (2014) tentang pemberian pupuk pada tanaman kacang hijau yaitu berupa pupuk lengkap N (Urea), P (TSP atau SP36), K (ZK/KC1), dengan dosis 50 kg Urea + 50 kg TSP + 50 kg/KC1 perhektar. Selanjutnya dalam penelitian Rahman (2013), pupuk phonska dengan dosis 250 kg/ha memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan tanaman kacang hijau. Hasil penelitian dari Wiwie (2011) menunjukkan hasil dari tanaman markisa ungu terhadap penggunaan pupuk kandang kotoran ayam yang dikombinasikan dengan pupuk majemuk pada takaran tertentu. Penggunaan secara kombinasi pupuk kandang ayam dengan pupuk NPK mampu melarutkan pupuk anorganik secara optimal, meningkatkan produktivitas lahan marginal, dan dapat mengatasi kelangkaan pupuk anorganik, menghemat biaya pemupukan, memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, meningkatkan efisiensi pemupukan dan selanjutnya meningkatkan produktivitas tanaman. Pupuk yang merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis diserap oleh tanaman. Berdasarkan sumber asalnya pupuk dibedakan atas dua jenis yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Bahan organik merupakan salah satu pembenah tanah yang telah dirasakan manfaatnya dalam perbaikan sifat-sifat tanah baik fisik, kimia, dan biologi. Penggunaan pupuk anorganik memegang peranan penting untuk menambah kebutuhan unsur hara tanaman, keunggulan lainnya dari pupuk anorganik yaitu memiliki unsur hara dalam bentuk tersedia sehingga dapat langsung dimanfaatkan tanaman sesaat setelah diaplikasikan. Dalam kalangan petani, pupuk majemuk merupakan yang paling populer diantara penggunaan pupuk anorganik (Wiwie, 2011). Pupuk majemuk sebagai pupuk buatan pabrik mengandung sejumlah ikutan yang tertinggal di tanah setelah unsur haranya diserap oleh tanaman. Oleh kerena itu, dibutuhkan bahan organik untuk menetralisir pengaruh negatif dari penggunaan pupuk majemuk ini. Salah satu pupuk alam yang mengandung bahan organik adalah pupuk kandang kotoran ayam.
Nurlaila Lasumbu 613410034, Fauzan Zakaria, Fitriah Suryani Jamin, Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Univeritas Negeri Gorontalo
Selain pemupukan, faktor penting lainnya yang dapat meningkatkan produksi tanaman kacang hijau adalah penyiangan. Pembudidayaan kacang hijau yang tepat dikalangan petani masih tergolong rendah. Menurut Nurjen dkk, (2002) dalam Ahadiyat dkk, (2012) mengatakan bahwa waktu penyiangan adalah salah satu faktor dari rendahnya hasil tanaman kacang hijau. Selanjutnya Ahadiyat (2012) dalam penelitiannya mengatakan bahwa penyiangan pada intensitas waktu 2 dan 4 minggu setelah tanam memberikan dampak yang tinggi terhadap peningkatan hasil dan komponen hasil pada tanaman kacang hijau. Berdasarkan berbagai penelitian tersebut di atas, penelitian ini diambil bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari berbagai alternatif pemupukan dan waktu penyiangan terhadap hasil dan pertumbuhan tanaman kacang hijau. METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Desa Talaga Tomoagu Kecamatan Bolang Itang Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Provinsi Sulawesi Utara, dimulai pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2014. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu meteran, mistar, traktor, cangkul, alat tulis menulis, timbangan, dan kamera untuk dokumentasi. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih kacang hijau, pupuk phonska dan pupuk kandang kotoran ayam. Metode Penelitian Penelitian ini berdasarkan rancangan acak kelompok (RAK) Faktorial dari dua faktor yakni faktor pertama berbagai alternative pemupukan dengan 5 taraf dan faktor kedua waktu penyiangan dengan 2 taraf. Factor pertama berbagai alternative pemupukan yaitu P0 : tanpa pupuk, P1 : 200 kg phonska/ha, P2 : 100 kg phonska/ha + 5 ton kotoran ayam/ha, P3 : 50 kg phonska/ha + 10 ton kotoran ayam/ha, P4 : 15 ton kotoran ayam/ha. Factor kedua waktu penyiangan yaitu W1 : 10 hst, W2 : 20 hst. Parameter Pengamatan a. Tinggi tanaman (cm) : Diukur mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh (ujung batang), diamati pada umur 2, 4, 6 minggu setelah tanam pada tanaman sampel setiap petak perlakuan, dalam satuan sentimeter (cm). b. Persentasi pembungaan Dihitung jumlah tanaman yang berbunga pada tanaman sampel. Diamati pada saat keluar bunga dan dinyatakan dalam satuan persen (%). c. Jumlah polong per tanaman Dihitung jumlah polong per tanaman pada tanaman sampel, diamati saat panen dan dinyatakan dalam satuan buah. d. Bobot 100 biji kering Dihitung dari 100 biji kering serta dinyatakan dalam satuan gram (g). e. Hasil biji kering per petak Kg/petak dan dikonversikan kedalam satuan ton per hektar (t/ha).
Nurlaila Lasumbu 613410034, Fauzan Zakaria, Fitriah Suryani Jamin, Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Univeritas Negeri Gorontalo
Prosedur penelitian Lahan yang akan ditanami kacang hijau diolah untuk mengembalikan kesuburan tanah. Pengolahan dilakukan dengan menggunakan traktor. Sebelumnya juga lahan sudah dibersihkan agar bebas dari gulma. Setelah itu dilakukan pembuatan petak dengan ukuran 2x2 m. Kacang hijau ditanam dengan sistem tugal pada lubang yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Kedalaman lubang tanam untuk kacang hijau yaitu 3-4 cm dari permukaan tanah. Pada setiap lubang diisi dua butir kemudian lubang ditutup kembali. Pemupukan dilakukan sesuai dengan perlakuan. Pemupukan pertama dilakukan pada satu minggu sebelum tanam dengan menggunakan pupuk kandang kotoran ayam dengan dosis 5 ton/ha, 10 ton/ha, dan 15 ton/ha. Selanjutnya pada saat tanam diberikan pupuk susulan berupa pupuk phonska dengan dosis 100 kg/ha, 50 kg/ha, dan 25 kg/ha. Pada 2 MST, pupuk phonska kembali diberikan dengan dosis yang sama yaitu 100 kg/ha, 50 kg/ha, dan 25 kg/ha. Penyiangan adalah usaha untuk menghindarkan perebutan unsur hara antara tanaman dan gulma yang tumbuh di lahan. Pada kacang hijau penyiangan pertama dilakukan pada umur 10 hst dan penyiangan kedua pada umur 20 hst. Saat penelitian berlangsung iklim tak menentu. Terjadi iklim kering ketika pembentukan bunga dan periode pengisian polong. Hujan hanya turun sehari setelah bunga tanaman kacang hijau keluar. Sehingga pengairan dilakukan pada periode pengisian polong (45-50 hari) dengan cara melakukan penyiraman. Pemberantasan hama pada tanaman kacang hijau, digunakan pestisida berupa danke dan klenset. Panen kacang hijau pada umur 52 hari setelah tanam. Pemungutan hasil atau panen dapat dilakukan ketika sebagian besar polong telah kering dan mudah pecah. Warna polongnya ada yang hitam, ada yang cokelat. Panen jangan sampai terlambat sebab polong akan pecah dan bijinya terlempar keluar. Umumnya pemetikan polong menggunakan tangan. Analisis data Data dari hasil penelitian menggunakan Analisis Of Variance (ANOVA). Kemudian untuk menguji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F, jika F hitung berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut BNT 5 %. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman (cm) Hasil pengamatan tinggi tanaman pada umur 2, 4, & 6 MST dan sidik ragamnnya disajikan pada tabel lampiran 4a, 4b, dan 4c. sidik ragam menunjukkan bahwa berbagai alternative pemupukan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 6 MST dan tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2 & 4 MST. Sedangkan waktu penyiangan dan interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata.
Nurlaila Lasumbu 613410034, Fauzan Zakaria, Fitriah Suryani Jamin, Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Univeritas Negeri Gorontalo
Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman kacang hijau pada 2, 4, 6 MST pada pelbagai perlakuan berbagai alternative pemupukan dan waktu penyiangan. Perlakuan Pupuk dan Waktu Penyiangan Pemupukan Kontrol 200 kg phonska/ha 100 kg phonska/ha + 5 ton kotoran ayam/ha 50 kg phonska/ha + 10 ton kotoran ayam/ha 15 ton kotoran ayam/ha BNT 5% Waktu Penyiangan 10 HST 20 HST BNT 5%
Tinggi Tanaman (cm) 2 MST 4 MST 6 MST 17,77 17,00 18,90 17,57 19,08 -
37,30 36,65 41,53 44,90 37,83 -
66,43ab 66,33a 73,83c 71,23abc 73,30bc 6,91
17,81 18,32 -
39,45 38,03 -
71,66 69,25 -
Ket : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji BNT 5 %.
Rata-rata tinggi tanaman kacang hijau pada umur 2, 4, & 6 MST dan hassil uji BNT 0,05 disajikan pada tabel1. Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata tinggi tanaman pada umur 6 MST tertinggi diperoleh pada perlakuan 100 kg phonska/ha + 5 ton kotoran ayam/ha (P2) dan berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (P0) dan 200 kg phonska/ha (P1). Perlakuan 100 kg phonska/ha + 5 ton kotoran ayam/ha (P2) tidak berbeda nyata dengan perlakuan 50 kg phonska/ha + 10 ton kotoran ayam/ha (P3) dan perlakuan 15 ton kotoran ayam/ha (P4). Pada umur 2 MST dan 4 MST, tinggi tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan yang diberikan. Kemungkinan hal tersebut disebabkan oleh belum optimalnya serapan unsure hara dalam pupuk oleh tanaman. Pupuk kandang dianggap sebagai pupuk lengkap karena selain menimbulkan tersedianya unsur-unsur hara bagi tanaman, juga mengembangkan kehidupan mikroorganisme (jasad renik) di dalam tanah. Namun, meskipun unsure hara dalam pupuk kandang ayam lengkap, namun dalam waktu cepat tidak dapat langsung menyediakan unsur hara untuk tanaman karena harus mengalami dekomposisi terlebih dahulu. Sehingga penggunaan pupuk kandang ayam sebaiknya disertai dengan penggunaan pupuk anorganik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berbagai alternative pemupukan khususnya untuk dosis 100 kg phonska/ha + 5 ton kotoran ayam/ha (P2) memberikan pengaruh terbaik pada komponen pertumbuhan, yakni pada pengamatan tinggi tanaman umur 6 MST. Hal ini karena pemberian pupuk dengan dosis 100 kg phonska/ha + 5 ton kotoran ayam/ha mampu mencukupi kebutuhan unsure hara pada tanaman kacang hijau pada umur 6 MST. Pupuk itu sendiri sebagai tambahan unsure hara yang diberikan untuk memenuhi pertumbuhan dan produksi dari suatu tanaman secara optimal. Pada fase vegetative tanaman, terjadi proses penting, yakni pembelahan sel, perpanjangan sel, dan tahap pertama fase diferensiasi sel yang berhubungan dengan pembentukan akar, batang, dan daun.
Nurlaila Lasumbu 613410034, Fauzan Zakaria, Fitriah Suryani Jamin, Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Univeritas Negeri Gorontalo
Sehingganya tanaman membutuhkan unsur nitrogen, posfor, dan kalium dalam pertumbuhan vegetative. Ketiga unsur tersebut merupakan unsur hara esensial yang dibutuhkan dalam jumlah besar, sehingga sering ditambahkan dalam jumlah besar sebagai pupuk. Menurut Sutedjo (2010) dalam Biki (2013), tanaman memerlukan unsure hara yang cukup untuk kegiatan kepentingan berbagai proses fisiologis. Secara teoritis juga, menurut Jumin (2008) dalam Rahman (2013) mengatakan bahwa nitrogen berfungsi menambah tinggi tanaman, merangsang pertunasan, dan mempertinggi kandungan protein. Posfor berfungsi memperbaiki perkembangan perakaran khususnya akar lateral dan sekunder. Kalium berfungsi lebih tahan terhadap penyakit, dan penting bagi pembentukan karbohidrat dan proses translokasi gula dalam tanaman. Dengan demikian, pemberian pupuk dengan waktu yang tepat akan memberi asupan unsure hara yang dibutuhkan tanaman. Persentasi Pembungaan (%) Hasil pengamatan persentasi pembungaan tanaman kacang hijau sidik ragamnya disajikan pada tabel lampiran 5. Sidik ragam menunjukkan bahwa berbagai alternative pemupukan, waktu penyiangan dan interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap persentasi pembungaan tanaman kacang hijau. Tabel 2. Rata-rata persentasi pembungaan tanaman kacang hijau berdasarkan pada pelbagai perlakuan berbagai alternative pemupukan dan waktu penyiangan. Perlakuan Pupuk dan Waktu Penyiangan Pemupukan Kontrol 200 kg phonska/ha 100 kg phonska/ha + 5 ton kotoran ayam/ha 50 kg phonska/ha + 10 ton kotoran ayam/ha 15 ton kotoran ayam/ha BNT 5% Waktu Penyiangan 10 HST 20 HST BNT 5%
Persentasi Pembungaan (%)
56,67 43,33 86,67 66,67 70,00 68,00 61,33 -
Rata-rata persentasi pembungaan tanaman kacang hijau disajikan pada tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata persentasi pembungaan tertinggi diperoleh pada perlakuan 100 kg phonska/ha + 5 ton kotoran ayam/ha (P2) dan persentasi terendah diperoleh perlakuan 200 kg phonska/ha (P1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berbagai alternative pemupukan dan waktu penyiangan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentasi pembungaan. Hal ini karena periode kritis kacang hijau
Nurlaila Lasumbu 613410034, Fauzan Zakaria, Fitriah Suryani Jamin, Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Univeritas Negeri Gorontalo
terhadap ketersediaan air yaitu pada saat menjelang berbunga dan pengisian polong. Dalam hal ini terdapat kaitan antara air dan unsur hara yang didapat dari pemberian pupuk phonska dan pupuk kandang kotoran ayam pada dosis berbeda. Saat penelitian tanaman kacang hijau mulai mengalami kekeringan saat berumur 27 HST. Hal tersebut terus berlangsung sampai pada umur berbunga tanaman yaitu pada 33 HST. Iklim pada saat itu tak menentu, kadang turun hujan kadang juga tidak. Tidak tersedianya air dalam tanah untuk mendukung penyerapan unsur hara oleh tanaman menyebabkan jumlah bunga yang terbentuk tidak berpengaruh nyata terhadap setiap perlakuan. Dalam suasana lembab perakaran tanaman lebat. Keadaan ini sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk menyerap unsur hara. Saat tanaman melakukan respirasi, akan terjadi aliran massa air ke dalam tubuh tanaman. Pada saat itu terangkut pula unsur hara nitrat (N), sulfat (S), kalium (K) dan magnesium (Mg) kepermukaan akar. Jadi kekurangan air, dapat menyebabkan tanaman tidak dapat memperoleh unsur hara, khususnya kalsium, magnesium, nitrat, sulfat dan lain lain. Karena itu, pemupukan dapat memberikan hasil apabila cukup tersedia air dalam tanah. Jumlah Polong (Buah) Hasil pengamatan jumlah polong tanaman kacang hijau sidik ragamnya disajikan pada tabel lampiran 6. Sisik ragam menunjukkan bahwa berbagai alternative pemupukan dan waktu penyiangan serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong. Tabel 3. Rata-rata jumlah polong tanaman kacang hijau pada pelbagai perlakuan berbagai alternative pemupukan dan waktu penyiangan. Perlakuan Pupuk dan Waktu Penyiangan Pemupukan Kontrol 200 kg phonska/ha 100 kg phonska/ha + 5 ton kotoran ayam/ha 50 kg phonska/ha + 10 ton kotoran ayam/ha 15 ton kotoran ayam/ha BNT 5% Waktu Penyiangan 10 HST 20 HST BNT 5%
Jumlah Polong/Tanaman (buah)
18,17 18,16 23,00 22,00 23,00 21,33 20.40 -
Rata-rata jumlah polong tanaman kacang hijau disajikan dalam tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah polong tertinggi terdapat pada perlakuan 100 kg phonska/ha + 5 ton kotoran ayam/ha (P2) dan perlakuan 15 ton
Nurlaila Lasumbu 613410034, Fauzan Zakaria, Fitriah Suryani Jamin, Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Univeritas Negeri Gorontalo
kotoran ayam/ha (P4). Rata-rata jumlah polong terendah diperoleh perlakuan 200 kg phonska/ha (P1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berbagai alternative pemupukan dan waktu penyiangan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong tanaman kacang hijau. Hal ini disebabkan pensuplaian unsure hara pada setiap petak perlakuan berbeda. Pada umumnya tanaman kacang hijau membutuhkan tanah yang cukup lembab untuk perkecambahannya, sedangkan untuk masa pertumbuhan pertama (masa vegetative), hujan yang merata sangat diperlukan. Mulai saat masa pergantian dari masa vegetative ke masa generative hingga masaknya buah diperlukan iklim kering. Saat penelitian, hujan lebat turun pada hari ke 34 umur tanaman kacang hijau. Yaitu sehari setelah tanaman mulai berbunga. Hujan turun sejak pagi hari dan mereda ketika hari menjelang siang. Keadaan lembab yang terus-menerus tidak menguntungkan karena mengurangi pembuahan (bunga rontok), mengakibatkan berkecambahnya biji dalam polong, dan mengundang serangan penyakit (Rosaliadewi, 2011). Selain kelembaban tanah, berkurangnya jumlah polong dari jumlah persentasi pembungaan juga disebabkan karena curah hujan yang tinggi saat pembungaan. Tetes hujan yang jatuh mengenai tanaman menyebabkan jatuhnya bunga yang terbentuk. Bunga kacang hijau berwarna kuning, tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang, dan dapat menyerbuk sendiri. Kelopak bunga kacang hijau akan jatuh secara alami ke tanah ketika polong sudah terbentuk dengan baik. Bobot 100 Butir Kering (gram) Hasil pengamatan bobot 100 butir kering tanaman kacang hijau disajikan pada tabel lampiran 7. Sidik ragam menunjukkan bahwa berbagai alternative pemupukan dan waktu penyiangan serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata pada bobot 100 butir kering tanaman kacang hijau. Tabel 4. Rata-rata bobot 100 butir kering tanaman kacang hijau pada pelbagai perlakuan berbagai alternative pemupukan dan waktu penyiangan. Perlakuan Pupuk dan Waktu Penyiangan Pemupukan Kontrol 200 kg phonska/ha 100 kg phonska/ha + 5 ton kotoran ayam/ha 50 kg phonska/ha + 10 ton kotoran ayam/ha 15 ton kotoran ayam/ha BNT 5% Waktu Penyiangan 10 HST 20 HST BNT 5%
Bobot 100 Biji Kering (gram)
6,11 6,09 6,10 6,14 6,09 6,09 6,12 -
Nurlaila Lasumbu 613410034, Fauzan Zakaria, Fitriah Suryani Jamin, Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Univeritas Negeri Gorontalo
Rata-rata bobot 100 butir kering tanaman kacang hijau disajikan pada tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah polong tanaman kacang hijau tertinggi diperoleh pada perlakuan 50 kg phonska + 10 ton kotoran ayam/ha (P3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berbagai alternative pemupukan dan waktu penyiangan memperoleh jumlah rata-rata yang hampir sama disetiap perlakuan yang ada. Selisih rata-rata bobot 100 butir kering hanya berbeda sedikit. Unsur hara yang diserap oleh tanaman akan berpengaruh terhadap pembentukan polong dan berat biji. Jika penyerapan unsur hara saat pembentukan polong berlangsung secara optimal maka bobot setiap butir juga akan meningkat. Hal ini didukung oleh pernyataan Biki (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa sepanjang pertumbuhannya tanaman akan memerlukan pertukaran zat secara intensif agar pertumbuhannya berlangsung dengan baik. Biji yang baik adalah biji yang berbentuk bulat, tidak keriput. Biji kacang hijau lebih kecil dibandingkan dengan biji kacang tanah atau biji kedelai. Sementara bobot dari setiap butirnya sekitar 0,5 – 0,8 mg. Hasil Biji Kering/Petak (kg) Hasil pengamatan hasil biji kering sidik ragamnya disajikan pada tabel lampiran 8. Sidik ragam menunjukkan bahwa berbagai alternative pemupukan dan waktu penyiangan serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap hasil biji kering tanaman kacang hijau. Tabel 5. Rata-rata hasil biji kering tanaman kacang hijau pada pelbagai perlakuan berbagai alternative pemupukan dan waktu penyiangan. Perlakuan Pupuk dan Waktu Penyiangan Pemupukan Kontrol 200 kg phonska/ha 100 kg phonska/ha + 5 ton kotoran ayam/ha 50 kg phonska/ha + 10 ton kotoran ayam/ha 15 ton kotoran ayam/ha BNT 5% Waktu Penyiangan 10 HST 20 HST BNT 5%
Hasil Biji Kering/Petak (kg)
0,64 0,64 0,64 0,65 0,65 0,67 0,62 -
Rata-rata hasil biji kering tanaman kacang hijau disajikan pada tabel 5. Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata hasil biji kering tanaman kacang hijau tertinggi diperoleh perlakuan 50 kg phonska/ha + 10 ton kotoran ayam/ha (P 3) dan perlakuan 15 ton kotoran ayam/ha (P4). Sementara rata-rata terendah terdapat pada perlakuan kontrol (P0), perlakuan 200 kg phonska/ha (P1), dan perlakuan 100 kg phonska/ha + 5 ton kotoran ayam/ha (P2).
Nurlaila Lasumbu 613410034, Fauzan Zakaria, Fitriah Suryani Jamin, Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Univeritas Negeri Gorontalo
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berbagai alternative pemupukan dan waktu penyiangan tidak berpengaruh nyata terhadap hasil biji kering tanaman kacang hijau. Hal ini dikarenakan belum keseluruhan dari unsure hara yang diberikan kepada tanaman lewat pemupukan dapat diserap oleh tanaman untuk mengoptimalkan jumlah hasil yang diperoleh. Analisa tanah tempat penelitian menunjukkan bahwa kandungan Ntotalnya hanya sebesar 0,10 %. Kandungan P2O5 7 %, K2O 45 % dengan kadar air 6,38 %. Hal ini menunjukkan bahwa serapan unsur hara oleh tanaman yang belum optimal pada tanaman kacang hijau disertai rendahnya kandungan unsure hara dalam tanah menyebabkan jumlah dari hasil produksi tergolong rendah. Selain itu pemupukan bukan menjadi satu-satunya factor penentu jumlah produksi tanaman kacang hijau. Iklim dan curah hujan juga merupakan peran yang harus diperhatikan sebagai sebab dari peningkatan atau penurunan jumlah produksi. Kacang hijau merupakan tanaman golongan C3 yang tidak terlalu menghendaki radiasi dan suhu yang terlalu tinggi. Ketika musim penghujan, tanaman kacang hijau akan rentan terhadap serangan hama dan penyakit serta pembusukan polong dan berkecambahnya biji dalam polong. Intensitas waktu penyiangan juga mempengaruhi hasil produksi tanaman kacang hijau. Perebutan unsur hara antara tanaman pokok dan gulma dengan rendahnya kandungan unsur hara dalam tanah merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan peningkatan produksi kacang hijau. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) perlakuan konsentrasi pemupukan dengan dosis 100 kg phonska/ha + 5 ton pupuk kandang kotoran ayam memberikan hasil yang baik pada tanaman kacang hijau, (2) Perlakuan waktu penyiangan tidak berpengaruh pada keseluruhan parameter pengamatan, (3) Interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh pada keseluruhan parameter pengamatan. Saran Diharapkan agar ada penelitian lebih lanjut dengan pengkombinasian antara pupuk organic dan anorganik dalam hal ini kombinasi antara pupuk phonska dan pupuk kandang kotaran ayam serta dilakukan taraf penyiangan dengan intensitas berbeda untuk memperoleh kombinasi terbaik dari perlakuanperlakuan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Ahadiyat, Y.R. dan Tri Harjoso. 2012. Karakter Hasil Biji Kacang hijau (Vigna radiata L) pada Kondisi Pemupukan P dan Intensitas Penyiangan Berbeda. Jurnal Agrivigor 11(2). Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Jenderal Soedirman. Jawa Tengah. Biki, P. 2014. Efektifitas Konsentrasi dan Waktu Aplikasi Pupuk daun Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeal L.). Skripsi. Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
Nurlaila Lasumbu 613410034, Fauzan Zakaria, Fitriah Suryani Jamin, Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Univeritas Negeri Gorontalo
Rahman, M. 2013. Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Melalui Pemberian Phonska. Skripsi. Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo. Rosaliadewi, M. 2011. Mengenal Tanaman Kacang Hijau.. Artikel http://mayarosaliadewi.blogspot.com/2011/10/mengenal-tanamankacang-hijau.html . diakses tgl 10 Februari 2014. Wiwie. 2011. Pengaruh Beberapa Kombinasi Pupuk Kandang Ayam Dengan Npk (15 : 15 : 15) Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Markisa Ungu (Passiflora Edulis Var. Edulis Sims.). Jurnal. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Padang.
Nurlaila Lasumbu 613410034, Fauzan Zakaria, Fitriah Suryani Jamin, Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Univeritas Negeri Gorontalo