1
PENGARUH ARUS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN BETUTU Oxyeleotris marmorata
MUHAMMAD AGUNG NUGROHO
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
2
3
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengaruh Arus terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata” adalah benar karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016
Muhammad Agung Nugroho NIM C14120001
4
ABSTRAK MUHAMMAD AGUNG NUGROHO. Pengaruh Arus terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata. Dibimbing oleh DANIEL DJOKOSETIYANTO dan IDIL ARDI. Ikan betutu Oxyeleotris marmorata (Blkr.) adalah salah satu spesies ikan air tawar yang tersebar di Asia Tenggara dengan nilai ekonomis tinggi. Arus yang tepat dapat mempengaruhi kualitas lingkungan perairan menjadi lebih baik, dengan demikian pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan juga akan ikut dipengaruhi akibat dari pergerakan air sebagai tempat hidup ikan. Pergerakan air membuat penyebaran pakan dan zat yang terdapat di perairan lebih merata. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan arus yang sesuai untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan betutu. Arus yang digunakan yaitu 0 m/s (A), 0,06 m/s (B), 0,09 m/s (C), dan 0,12 m/s (D) serta masing-masing tiga kali ulangan. Benih ikan betutu dengan panjang 1,28 ± 0,14 cm dipelihara sebanyak 100 ekor/akuarium pada wadah berukuran 60x40x40 cm dengan ketinggian air 15 cm dan diberikan pakan berupa naupli artemia secara ad libitum. Pertumbuhan, kelangsungan hidup (SR), dan fisika-kimia perairan diamati setiap minggu. Setelah 56 hari pemeliharaan, SR terbaik pada perlakuan 0 m/s (A), sedangkan pertumbuhan terbaik pada perlakuan 0,12 m/s (D). Arus mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan dan arus terbaik yaitu arus 0,06 m/s. Kata kunci: Arus, Ikan Betutu, Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan, ABSTRACT MUHAMMAD AGUNG NUGROHO. Effect of Flow on the Growth and Survival Rate of Marble Goby Fry Oxyeleotris marmorata. Survised by DANIEL DJOKOSETIYANTO and IDIL ARDI. Marble goby Oxyeleotris marmorata (Blkr.) one of freshwater fish species are spread in Southeast Asia with high economic value. The right currents can affect the quality of water environment for the better, it can make the growth and survival of fish will also be affected as a result of the movement of water as a living fish. The movement of the water makes spread of feed and substances contained in the water more evently. The purpose of this study is to determine the appropriate current for the survival and growth of Marble goby fry. The current used 0 m / s (A), 0.06 m / s (B), 0.09 m / s (C), and 0.12 m / s (D). the long of Marble goby fry 1,28 ± 0,14 cm maintained as many as 100 fish / aquarium on a aquarium size 60x40x40 cm with a height of 15 cm of water and given artemia feed in ad libitum. Growth, survival (SR), and physico-chemical water observed every week. After 56 days of maintenance, the best SR is 0 m / s (A), while the best growth in the treatment of 0.12 m / s (D). Current affected the growth and survival of the fish and the best current is the of 0.06 m/s. Keywords: flow, growth, Marble goby, survival
5
PENGARUH ARUS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN BETUTU Oxyeleotris marmorata
MUHAMMAD AGUNG NUGROHO C14120001
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan Pada Departemen Budidaya Perairan
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
6
7
Judul
: Pengaruh Arus Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata. Nama Mahasiswa : Muhammad Agung Nugroho Nomor Pokok : C14120001 Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya Departemen : Budidaya Perairan
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. D. Djokosetiyanto, DEA Pembimbing I
Diketahui Oleh,
Dr. Ir. Sukenda, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Pengesahan :
Dr. Idil Ardi, S.Pi, M.Si Pembimbing II
8
9
PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pengaruh Arus Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata” ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak terlepas dari beberapa kesalahan dan kekurangan serta mendapatkan dukungan dan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung dari beberapa pihak. Terimakasih penulis ucapkan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. D. Djokosetiyanto, DEA selaku pembimbing I dan Dr. Idil Ardi, S.Pi, M.Si selaku pembimbing II skripsi yang telah menyediakan sarana dan prasarana dalam melakukan penelitian juga memberikan bimbingan, saran, pelajaran serta pengalaman dalam penyelesaian Skripsi ini. 2. Ibu Dr. Ir. Iis Diatin, MM selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan banyak nasihat, motifasi, dan bimbingan. Dr. Ir Yani Hadiroseyani M.M selaku dosen penguji tamu yang banyak memberikan masukan dan bantuannya. Serta Dr Mia Setiawati M.Si selaku komisi pendidikan departemen yang banyak memberikan arahan dan masukan. 3. Bapak Untung Sihono seorang ayah yang selalu memberikan semangat, motifasi, dan seluruh tenaganya untuk kehidupan penulis serta didikan dan doa yang selalu mengiringi penulis. 4. Ibu Siti Aras yang telah membesarkan dan merawat saya hingga saat ini. Sosok yang selalu mendukung, menguatkan, mendoakan dan mengarahkan hidup penulis sehingga mampu menyelesaikan tulisan ini. 5. Seluruh dosen dan pihak administratif Departemen Budidaya Perairan yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis. 6. Seluruh pegawai di Instalasi Penelitian dan Pengembangan Teknologi, Lingkungan, dan Toksikologi Perikanan Budidaya Air Tawar Cibalagung, serta seluruh pegawai Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor yang memberikan fasilitan dalam menunjang penelitian penulis. 7. Keempat saudara saya dan keluarga yang selalu memberikan semangat dan motifasi kepada penulis. Alief, Iksan, dan Uphi sebagai sahabat yang terus mendukung, membantu, dan memberi masukan selama penelitian penulis. 8. Dianty Nur Asni yang selalu menguatkan, membantu, mendoakan dan menemani penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. 9. Gilang, Faisal, Mubdi, Sadli, Riski, Sayadi dan Gustav serta teman-teman sedaerah dari Sulbar dan Sulsel yang banyak membantu dalam pengerjaan tulisan ini. 10. Pada Ajay, Salman, dan Billy sebagai teman seperjuangan serta seluruh mahasiswa Departemen Budidaya Perairan yang membantu penulis dalam semua hal. Serta seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu menyelesaikan tulisan ini. Bogor, September 2016
Muhammad Agung Nugroho
10
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan METODE Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Penelitian Metode Penelitian Persiapan Media Budidaya Persiapan Ikan Uji Pemeliharaan dan Pengamatan Penelitian Kultur Artemia sp dan Pemberian Artemia sp Parameter Uji Kelangsungan Hidup Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS Pertumbuhan Bobot Mutlak Pertumbuhan Panjang Mutlak Pengolahan dan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
ix x x 1 2 2 2 2 3 3 4 4 4 5 5 5 5 5 6 6 6 10 14 14 14 14 17 19
11
DAFTAR GAMBAR 1 Rancangan akuarium untuk menciptakan arus yang berputar dengan sistem resirkulasi. 2 Kelangsungan ikan betutu pada akhir pemeliharaan 3 Pertumbuhan bobot mutlak ikan betutu 4 Pertumbuhan panjang mutlak ikan betutu 5 Laju pertumbuhan spesifik rata-rata ikan betutu 6 Nilai suhu media ikan betutu setiap 7 hari hari yang dipelihara selama 56 hari pada perlakuan A (0 m/s), perlakuan B (0,06 m/s), perlakuan C (0,09 m/s), dan perlakuan D (0,12 m/s) 7 Nilai pH media ikan betutu setiap 7 hari hari yang dipelihara selama 56 hari pada perlakuan A (0 m/s), perlakuan B (0,06 m/s), perlakuan C (0,09 m/s), dan perlakuan D (0,12 m/s) 8 Nilai DO media ikan betutu setiap 7 hari hari yang dipelihara selama 56 hari pada perlakuan A (0 m/s), perlakuan B (0,06 m/s), perlakuan C (0,09 m/s), dan perlakuan D (0,12 m/s) 9 Nilai TDS media ikan betutu setiap 7 hari hari yang dipelihara selama 56 hari pada perlakuan A (0 m/s), perlakuan B (0,06 m/s), perlakuan C (0,09 m/s), dan perlakuan D (0,12 m/s)
3 6 7 7 8
9
9
10
10
DAFTAR LAMPIRAN 1 Ikan betutu Oxyeleotris marmorata (Blkr.) 2 Hasil uji anova dan analisis stasistik uji ducan
17 17
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan betutu atau nama latin Oxyeleotris marmorata (Blkr.)(Lampiran 1) adalah salah satu spesies ikan air tawar yang tersebar di Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Kamboja, dan Vietnam (Purnamasari 2009). Menurut Astuty et al. (2000), ikan betutu biasanya di temukan di sungai, waduk, atau danau yang memiliki dasar lumpur dan dangkal. Ikan ini menyukai tumbuhan sebagai tempat berlindung. Iriansyah (2012) menyatakan bahwa benih ikan betutu menyukai tempat yang memiliki kedalaman hingga 2 meter, benih betutu juga menyukai daerah dengan banyak tumbuhan air maupun patahan pohon yang berada di dasar perairan. Menurut Lubis (2002), ikan betutu dikenal sebagai ikan bodoh atau ikan malas karena sifatnya yang malas, sedangkan Rahmadhani (2000) menyatakan bahwa ikan ini dinamakan ikan bodoh karena ikan ini jarang bergerak dan hanya akan makan bila ada mangsa didekatnya saat ikan ini lapar. Ikan betutu adalah pemangsa yang sangat rakus, ikan ini mampu memakan mangsanya hingga seberat bobot tubuhnya dalam sehari. Ikan betutu lebih menyukai makanan yang masih hidup, Ikan betutu pada stadia juvenil atau benih memakan jentik, kutu air, dan rotifera. Ikan betutu menyukai kondisi lingkungan yang gelap dan aktif bergerak pada malam hari (nokturnal), hal ini sesuai dengan hasil penelitian Fathonah (2014) yang menyatakan bahwa benih ikan yang dipelihara pada wadah berwarna hitam bergerak lebih aktif daripada wadah berwarna putih maupun transparan. Lubis (2002) menyatakan bahwa pertumbuhan ikan betutu tergolong lambat, butuh waktu 2,5 tahun dari telur menetas hingga ke ukuran konsumsi. Menurut Effendi dan Hadiroseyani (2002), pembenihan ikan betutu belum memberikan hasil yang memuaskan. Tingkat kematian larva ikan betutu yang dibudidayakan lebih dari 90%, walaupun derajat penetasan telur mencapai 80-90%. Kematian total larva terjadi pada hari pertama hinga hari ke-6. Menurut Effendi dan Sumawidjaja (2002), larva yang diberi pakan rotifera memiliki SR 4,2%-11,4%, sedangkan yang diberi pakan rotifera yang diperkaya umumnya mati pada hari ke 6 dan 9. Dengan demikian perlu dilakukan rekayasa agar dapat memberikan pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang baik. Salah satu yang dapat direkayasa yaitu lingkungan perairan. Banyak hal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan maupun sintasan hidup dari larva, faktor yang dapat mempengaruhi yaitu pakan dan lingkungan. Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Menurut Boyd dan Tucker (1998), kualitas air merupakan hal utama yang perlu diperhatikan dalam budidaya karena air merupakan lingkungan hidup ikan. Junaidi dan Hamzah (2014), menyatakan bahwa kualitas air akan mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Berdasarkan hasil penelitian Junaidi dan Hamzah (2014), buruknya kualitas air mampu menurunkan sintasan hidup dan pertumbuhan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pengelolaan air yang baik agar dapat mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan kualitas hidup ikan. Salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan yaitu arus. Pergerakan air menyebabkan adanya distribusi oksigen yang merata, selain itu arus mampu menyuplai pakan alami
2
secara merata sehingga penyebaran pakan alami menjadi lebih merata dan tidak berkumpul di satu titik sehingga tidak terjadi persaingan antara ikan. Selain itu, dengan adanya arus air maka zat sisa metabolisme akan terbawa sehingga akan memperbaiki kualitas perairan (Kelabora dan Sabariah 2010). Tajerin et al. (2000), menyatakan bahwa aliran air akan memberikan rangsangan pada ikan untuk terus bergerak. Ikan yang aktif bergerak akan mengalami perkembangan otot yang lebih cepat dibandingkan ikan yang lebih banyak diam, sehingga dengan pergerakan ikan yang aktif mampu memacu perkembangan bobot ikan yang semakin cepat. Namun, ikan yang berenang juga membutuhkan energi yang lebih banyak dibandingkan ikan yang hanya diam sehingga akan sangat membutuhkan asupan nutrisi yang cukup dan oksigen yang selalu terpenuhi. Menurut Kelabora dan Sabariah (2010), bila debit air terlalu rendah akan menurunkan produksi ikan karena kandungan oksigen dalam air berkurang serta sisa metabolisme dan kotoran dalam air tidak segera terbuang. Debit air yang terlalu deras akan menghambat pertumbuhan karena sebagian energi akan digunakan untuk mempertahankan posisi ikan sehingga tidak terbawa oleh arus. Selain itu berdasarkan penelitian Indrayana et al. (2014), arus air mempengaruhi sebaran dari parameter-parameter kualitas air. Oleh sebab itu, maka perlu dilakukan rekayasa lingkungan untuk mempercepat pertumbuhan ikan betutu dengan pemberian arus pada media budidaya. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menentukan arus yang sesuai untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan betutu.
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2015 hingga bulan Desember 2015, di Instalasi Penelitian dan Pengembangan Teknologi, Lingkungan, dan Toksikologi Perikanan Budidaya Air Tawar Cibalagung, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor. Rancangan Penelitian Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan tanpa arus dan pemberian arus dengan kecepatan berbeda dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Perlakuan terdiri atas: Perlakuan A : ikan dipelihara pada media dengan tanpa arus Perlakuan B : ikan dipelihara pada media dengan kecepatan arus 0,06 m/s Perlakuan C : ikan dipelihara pada media dengan kecepatan arus 0,09 m/s Perlakuan D : ikan dipelihara pada media dengan kecepatan arus 0,12 m/s
3
Metode Penelitian Persiapan Wadah Budiddaya Akuarium dirancang agar mampu menghasilkan arus yang berputar konstan. Akuarium menggunakan bahan berupa kaca dan setiap sudutnya direkatkan dengan pipa paralon 4 inci yang telah dipotong menjadi 4 bagian. Hal ini dilakukan untuk memperlancar perputaran air. Air dialirkan dengan sistem resirkulasi menggunakan pompa yang terdiri dari input, output, dan keran. Input berada di dasar air sedangkan output berada pada bagian kolom air. Keran digunakan untuk menghasilkan besaran kecepatan arus yang dihasilkan, sehingga kecepatan arus dapat disesuaikan.
Gambar 1 Rancangan akuarium untuk menciptakan arus yang berputar dengan sistem resirkulasi. Akuarium menggunakan heater untuk mempertahankan suhu. Heater yang digunakan memiliki daya 75 watt dan diletakkan di bagian bawah (pada gambar). Selain itu, digunakan pula areasi yang berada di dekat heater. Aerasi diatur dengan keluaran yang kecil sehingga tidak akan mengganggu arus. Media yang digunakan yaitu air tawar sebanyak 36 liter dengan ketinggian 15 cm setiap akuarium. Akuarium yang digunakan berukuran 60x40x40 cm sebanyak 12 buah. Akuarium perlakuan diberikan pompa untuk menghasilkan arus serta pembatas di tengah akuarium untuk membuat arus berputar. Pengukuran arus dilakukan dengan pendekatan Lagrangian (Atmodjo 2011). Pendekatan Lagrangian menggunakan alat bantu pelampung untuk melakukan pengamatan pergerakan massa air permukaan. Pengamatan dilakukan dengan menghitung waktu perpindahan pelampung dari satu titik ke titik lainnya. Metode ini juga digunakan oleh Sudarto et al. (2013) untuk mengukur arus permukaan di pantai Desa Tateli Weru. Metode ini juga digunakan oleh Atmodjo (2011), untuk mengamati arus di Muara Sungai Porong Kabupaten Pasuruan. Pengukuran arus pada akuarium menggunakan metode Lagrangian karena ketinggian air yang hanya 15 cm sehingga diduga tidak akan ada perbedaan besar antara arus permukaan dan arus kolom maupun dasar. Pelampung yang digunakan pada pengukuran arus saat penelitian yaitu styrofoam. Persiapan Ikan Uji Ikan yang digunakan sebagai ikan uji yaitu ikan betutu dengan jumlah 100 ekor/akuarium dengan ukuran panjang 1,28 ± 0,14 cm dan bobot 0,037 ± 0,007
4
gram. Ikan betutu yang digunakan berasal dari hasil tangkapan di alam. Ikan tersebut diletakkan pada wadah penampungan yang berukuran 2x1x0,5 meter tanpa adanya arus. Ikan diadaptasi dengan kondisi air tempat penelitian sebelum dilakukan perlakuan. Pemeliharaan dan Pengamatan Penelitian Benih ikan betutu diberikan pakan berupa campuran naupli artemia dengan air sebanyak 100 mL dengan kepadatan sekitar 750 ekor/mL dan diberikan dengan frekuensi sebanyak dua kali dalam satu hari pada pukul 08.00 dan 16.00 WIB. Penyifonan dilakukan setiap tiga kali seminggu sebanyak 10% untuk membuang kotoran yang mengendap di dasar. Untuk pengukuran suhu, pH, TDS, dan DO, diukur setiap 7 hari sekali pada jam 09.00-11.00 WIB dengan alat cek kualitas air, sedangkan pengukuran TAN dan nitrit diukur di Laboratorium. Sampling dilakukan setiap tujuh hari sekali dengan menimbang bobot dan mengukur panjang ikan sebanyak 10 ekor/ulangan. Kultur Artemia sp dan Pemberian Artemia sp Kultur artemia dilakukan pada skala intermediet dengan menggunakan galon. Galon diisi dengan air tawar sebanyak 10 liter, kemudian dicampurkan dengan garam ikan sebanyak 10 gram dan diberi aerasi kuat. Kista artemia kemudian ditimbang seberat 10 gram lalu dimasukkan kedalam air yang telah disiapkan. Proses penetasan selama kurang lebih 36 jam. Setelah 36 jam, naupli artemia kemudian dipanen dengan cara disifon. Aerasi terlebih dahulu dikeluarkan dari air lalu ditunggu selama kurang lebih 30 menit hingga cangkang dari kista artemia yang telah menetas akan mengendap dan kista yang tidak menetas akan mengapung di permukaan. Naupli artemia kemudian dipindahkan ke wadah berupa baskom dengan disifon. Pemberian pakan ikan betutu dilakukan dengan cara naupli artemia disaring sebanyak 6 liter. Setelah disaring hingga hanya tersisa naupli artemia, maka naupli artemia dicampurkan ke dalam wadah yang telah diisi air sebanyak 600 mL. Setelah dicampurkan, larutan naupli artemia diberian ke ikan betutu sebanyak 100 mL setiap akuarium. Jumlah rata-rata naupli artemia yang diberikan sekitar 750 ekor/mL. Penghitungan artemia dilakukan dengan pengenceran dari 1 mL menjadi 10 mL kemudian digunakan 1 mL untuk menghitung artemia. Alat bantu senter digunakan agar lebih memudahkan pada saat panen dan penghitungan artemia. Parameter Uji Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup ikan betutu ditentukan dengan perbandingan jumlah dari ikan yang mati dengan jumlah yang ditebar dan dimasukan dalam rumus (Effendie 1997). KH = x 100 Keterangan : KH : Kelangsungan hidup (%) N0 : Jumlah populasi ikan awal perlakuan (ekor) Nt : Jumlah populasi ikan akhir perlakuan (ekor)
5
Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) Laju pertumbuhan spesifik atau persen laju pertumbuhan harian diukur dengan mengambil sampel sebanyak 10 ekor/akuarium lalu bobotnya ditimbang menggunakan timbangan digital. Hasil dari pengukuran kemudian dimasukkan dalam rumus (Huisman 1987). LPS = [√
–
] x 100
Keterangan : LPS : Laju pertumbuhan spesifik (%/hari) t : Periode pemeliharaan (hari) Wt : Bobot rata-rata pada akhir perlakuan (gram) W0 : Bobot rata-rata pada awal perlakuan (gram) Pertumbuhan Bobot Mutlak Pertumbuhan bobot mutlak yaitu selisih dari bobot awal dengan bobot akhir. Pertumbuhan bobot dilakukan dengan metode sampling dengan mengambil sampel sebanyak 10 ekor/akuarium dan hasilnya dimasukkan dalam rumus (Zonneveld et al. 1991). W = Wt – Wo Keterangan: W : Pertumbuhan bobot mutlak (gram) Wt : Bobot rata-rata ikan pada akhir perlakuan (gram) Wo : Bobot rata-rata ikan pada awal perlakuan (gram) Pertumbuhan Panjang Mutlak Pertumbuhan panjang mutlak yaitu selisih dari panjang awal dengan panjang akhir. Pertumbuhan panjang dilakukan dengan metode sampling dengan mengambil sampel sebanyak 10 ekor/akuarium dan hasilnya dimasukkan dalam rumus (Zonneveld et al. 1991). L = Lt – Lo Keterangan: L : Pertumbuhan panjang mutlak (cm) Lt : Panjang rata-rata ikan pada akhir perlakuan (cm) Lo : Panjang rata-rata ikan pada awal perlakuan (cm) Pengolahan dan Analisis Data Data kelangsungan hidup, pertumbuhan panjang mutlak, pertumbuhan bobot mutlak, dan laju pertumbuhan spesifik ditabulasi dan dianalisis sidik ragam (ANNOVA) pada selang kepercayaan 95% dengan bantuan perangkat lunak Microsoft Excel 2007. Apabila terdapat perbedaan nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan dengan selang kepercayaan 95% dengan bantuan perangkat lunak SPSS 16.0. Data parameter fisika dan kimia air dianalisis secara deskriptif. Data yang telah diperoleh kemudian dimasukkan dalam bentuk diagram, grafik, ataupun gambar.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Benih ikan betutu dipelihara dengan memberikan perlakuan arus dan tanpa arus selama 56 hari. Tingkat kelangsungan hidup ikan yang dipelihara berkisar 79%-96% dengan pertumbuhan panjang mutlak berkisar 0,533-0,657 cm dan pertumbuhan bobot mutlak berkisar 0,066-0,080 gram. Laju pertumbuhan spesifik selama pemeliharaan 56 hari yaitu berkisar 0,18%-2,11%. Pemeliharaan selama 56 hari pada media berbeda menunjukkan tingkat kelangsungan hidup benih ikan betutu selama pemeliharaan (Gambar 2), yaitu berkisar 96%-79%. Tingkat kelangsungan hidup ikan betutu menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) (Lampiran 2), yaitu SR terendah pada perlakuan D (Gambar 2).
Tingkat Kelangsungan Hidup (%)
120 100
96 b
94 b
91 b 79 a
80 60 40 20 0 A (0 m/s)
B (0,06 m/s)
C (0,09 m/s)
D (0,12 m/s)
Keterangan : huruf kecil disamping nilai TKH menunjukkan berbeda nyata.
Gambar 2 Kelangsungan ikan betutu pada akhir pemeliharaan. Pertumbuhan bobot mutlak ikan betutu yang dipelihara dalam media yang berbeda arus menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) (Lampiran 2), pertumbuhan bobot mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan D (0,12 m/s) dengan bobot 0,080±0,030 gram, kemudian perlakuan C 0,073±0,010 gram, perlakuan B 0,072±0,020 gram, dan perlakuan A 0,066±0,020 gram (Gambar 3). Pertumbuhan panjang mutlak ikan betutu yang dipelihara pada arus berbeda menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) (Lampiran 2). Pertumbuhan panjang mutlak terbesar terdapat pada perlakuan D dengan nilai 0,658±0,030cm kemudian perlakuan B 0,620±0,010cm, perlakuan C 0,543±0,010cm, dan perlakuan A 0,533±0,010cm (Gambar 4). Laju pertumbuhan spesifik ikan betutu menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) (Lampiran 2) dengan nilai perlakuan A 1,82%, perlakuan B 1,97%, perlakuan C 1,90%, dan perlakuan D 2,11% (Gambar 5).
0 .
7
0,09
0,080 c
Pertumbuhan Bobot Mutlak (gram)
0,08 0,07
0,072 b
0,072 b
B (0,06 m/s)
C (0,09 m/s)
0,066 a
0,06 0,05 0,04 0,03 0,02 0,01 0 A (0 m/s)
D (0,12 m/s)
Keterangan : huruf kecil disamping nilai PBM menunjukkan berbeda nyata.
Gambar 3 Pertumbuhan bobot mutlak ikan selama pemeliharaan.
Pertumbuhan Panjang Mutlak (cm)
0,7 0,6
0,66 c
0,62 b 0,54 a
0,53 a
0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 A (0 m/s)
B (0,06 m/s)
C (0,09 m/s)
D (0,12 m/s)
Keterangan : huruf kecil disamping nilai PPM menunjukkan berbeda nyata.
Gambar 4 Pertumbuhan panjang mutlak ikan betutu selama pemeliharaan.
8
Laju Pertumbuhan Spesifik (%)
2,5
2
2,12 d
1,97 c
1,9 b
1,82 a
1,5
1
0,5
0
A (0 m/s)
B (0,06 m/s)
C (0,09 m/s)
D (0,12 m/s)
Keterangan : huruf kecil disamping nilai LPS menunjukkan berbeda nyata.
Gambar 5 Laju pertumbuhan spesifik rata-rata ikan betutu selama pemeliharaan. Berdasarkan hasil data pengukuran fisika dan kimia air (Tabel 1), kisaran suhu yaitu 29,57-32,27°C, pH 7,24-7,90, Dissolved Oxygen (DO) 2,85-4,91 mg/L, dan Total Dissolved Solid (TDS) 126-263 mg/L. Tabel 1 Fisika dan kimia air media pemeliharaan ikan betutu pada perlakuan A (0 m/s), perlakuan B (0,06 m/s), perlakuan C (0,09 m/s), dan perlakuan D (0,12 m/s). Parameter
Media A
B
C
D
Suhu (°C)
29,8-31,9
30,6-32,3
29,6-31,8
30,0-32,1
pH
7,247,88
7,28-7,87
7,26-7,85
7,32-7,90
DO (mg/L)
2,85-3,64
3,07-4.23
3,29-4,78
3,10-4,91
TDS (mg/L) Amonia (mg/L) Nitrit (mg/L)
130-263 0.00430.0119
132-260 0.00490.0132
128-259 0.00780.0097
126-231 0.00800.0177
0.06-0.17
0.07-0.16
0.05-0.16
0.05-0.17
pustaka 29-32 Taufik et al. (2009) 6-9 Chapman (1996) >4,5 mg/L Tavarutmaneegul dan Lin (1988) <1000 [PRI] (2001) 0.02 [PRI] (2001) 0,14 Boyd dan Tucker (1998)
Nilai suhu pada media pemeliharaan cenderung stabil pada kisaran 29,5732,27°C (Gambar 6), begitu pula untuk pH yang memiliki kisaran yang hampir sama untuk semua perlakuan yaitu berkisar 7,24-7,90 (Gambar 7). Nilai DO setiap minggunya lebih fluktuatif namun dengan selisih yang tidak terlalu besar, berkisar antara 2,85-4,91 mg/L(Gambar 8). Nilai TDS semakin besar setiap minggunya, nilai TDS berkisar antara 126-263 mg/L (Gambar 9). Kandungan amonia didalam air masih berada pada kisaran yang wajar, sedangkan kandungan nitrit sedikit lebih tinggi dari yang seharusnya.
0 .
9
35,0 30,0
Suhu °C
25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 0
7
14
21
A
B
28
35
C
42
49
56
D
hari keGambar 6 Nilai suhu media ikan betutu setiap 7 hari hari yang dipelihara selama 56 hari pada perlakuan A (0 m/s), perlakuan B (0,06 m/s), perlakuan C (0,09 m/s), dan perlakuan D (0,12 m/s). 9,00 8,00 7,00
pH
6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 0
7
14 A
21 B
28 C
35
42
49
56
D
hari ke-
Gambar 7 Nilai pH media ikan betutu setiap 7 hari hari yang dipelihara selama 56 hari pada perlakuan A (0 m/s), perlakuan B (0,06 m/s), perlakuan C (0,09 m/s), dan perlakuan D (0,12 m/s).
10
6,00 5,00
DO mg/L
4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 0
7
14
21
28
A
B
35 C
42
49
56
D
hari keGambar 8 Nilai Dissolved Oxygen (DO) media ikan betutu setiap 7 hari hari yang dipelihara selama 56 hari pada perlakuan A (0 m/s), perlakuan B (0,06 m/s), perlakuan C (0,09 m/s), dan perlakuan D (0,12 m/s). 300,0 250,0
TDS mg/L
200,0 150,0 100,0 50,0 0,0 0
7
14
21 a
B
28 C
35
42
49
56
D
hari ke-
Gambar 9 Nilai Total Dissolved Solid (TDS) media ikan betutu setiap 7 hari hari yang dipelihara selama 56 hari pada perlakuan A (0 m/s), perlakuan B (0,06 m/s), perlakuan C (0,09 m/s), dan perlakuan D (0,12 m/s). Pembahasan Pergerakan air dapat menjadi salah satu faktor yang menentukan keberlangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Pergerakan air mampu memberikan perubahan lingkungan yang dialami oleh ikan. Adanya pergerakan air akan mengakibatkan distribusi dari faktor lingkungan berupa suhu, oksigen, karbondioksida maupun yang lainnya menjadi lebih merata, bahkan penyerbaran makanan pun juga merata. Selain itu kotoran dan sisa metabolisme dari ikan akan terbawa oleh pergerakan air, akan tetapi bila pergerakan air terlalu besar maka
11
dapat menghambat pertumbuhan dan menyebabkan ikan terbawa oleh air. Sedangkan debit yang kurang akan menurunkan performa ikan akibat dari kandungan oksigen yang rendah dan kotoran yang tidak cepat terbuang (Kelabora dan Sabariah 2010). Pada penelitian yang dilakukan, terdapat perubahan tingkah laku dari ikan betutu yang diberi arus. Menurut Rahmadhani (2000), ikan ini dinamakan ikan ini jarang bergerak dan hanya akan makan bila ada mangsa didekatnya saat ikan ini lapar. Namun pada perlakuan yang diberikan arus air, ikan ini lebih aktif berenang dan lebih banyak berada di kolom air daripada di dasar. Selain itu ikan yang diberi arus dapat menangkap makanan lebih cepat daripada ikan yang tidak diberi arus. Hal ini terlihat dari warna perut ikan yang tampak lebih cepat berwarna orange tua dibanding ikan yang tidak diberi arus. Berbeda dengan perlakuan dengan pemberian arus, ikan yang dipelihara tanpa pemberian arus tidak mengalami perubahan tingkahlaku dengan lebih banyak diam di dasar akuarium. Hal ini memberikan indikasi bahwa dengan adanya pergerakan air maka memberikan rangsangan pada ikan untuk aktif bergerak. Sisa artemia yang tidak termakan banyak ditemukan pada perlakuan kontrol daripada perlakuan yang diberikan arus, selain itu semakin besar arus yang diberikan maka sisa artemia yang tidak termakan juga semakin sedikit. Pemeliharaan yang dilakukan selama 56 hari menunjukkan adanya kematian yang dialami oleh ikan disetiap minggunya, kematian terbanyak terjadi pada minggu pertama pemeliharaan pada arus 0,12 m/s. Hal ini diduga akibat dari energi yang digunakan ikan untuk mempertahankan posisi sangat besar sehingga beberapa ikan tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Hal ini sesuai yang dinyatakan oleh Djariah (2001), suplai air yang terlalu besar akan mengakibatkan larva terbawa oleh arus akibat belum terlalu baik dalam berenang. Sedangkan ikan yang diberikan arus 0,09 m/s, 0,06 m/s, dan tanpa arus tidak mengalami perbedaan kematian yang besar. Hasil uji statistik menujukkan (p<0,05) (Lampiran 2). Pertumbuhan bobot akhir dari hasil penelitian menunjukkan bahwa arus 0,12 m/s mengalami peningkatan yang paling besar, kemudian secara berturutturut perlakuan dengan arus 0,09 m/s, 0,06 m/s, dan tanpa arus. Hal ini mengindikasikan adanya rangsangan untuk capat tumbuh dengan semakin besarnya kecepatan arus air yang diberikan. Arus yang diberikan akan merangsang ikan untuk bergerak dan menyebabkan semakin cepat tumbuh. Hal tersebut diperkuat dengan peryataan Tajerin et al. (2000), ikan yang aktif bergerak akan mengalami perkembangan otot yang lebih cepat dibandingkan dengan ikan yang lebih banyak diam sehingga pergerakan aktif akan memacu perkembangan otot menjadi lebih cepat. Pertumbuhan panjang akhir dari hasil penelitian menunjukaan bahwa pemberian arus 0,12 m/s mengalami pertumbuhan panjang yang tercepat dibanding yang lainnya. Pertumbuhan panjang terbesar kemudian secara berurutan yaitu pemberian arus 0,06 m/s, 0,09 m/s, dan tanpa arus, hal ini mengindikasikan adanya rangsangan pertumbuhan dengan pemberian arus yang diberikan. Pertumbuhan panjang yang terjadi tidak sejalan dengan besarnya kekuatan arus, hal ini dapat dilihat pada perlakuan C dan B, perlakuan C memiliki pertumbuhan panjang yang lebih rendah dari perlakuan B namun memiliki arus yang lebih besar daripada perlakuan B. Sehingga penambahan kekuatan arus
12
belum tentu akan menambah pertumbuhan panjang ikan betutu. Dari hasil uji statistik didapatkan (P<0,05) (Lampiran 2). Laju pertumbuhan spesifik ikan betutu yang dipelihara selama 56 hari menunjukkan nilai tertinggi pada perlakuan D dengan nilai 2,11%, kemudian secara berurutan yaitu perlakuan B (1,97%), perlakuan C (1,90%), dan perlakuan A (1,82%). Peningkatan pertumbuhan ikan dapat dilihat dari laju pertumbuhan spesifik. Laju pertumbuhan spesifik akan bertambah bila diberikan arus, namun penambahan arus tidak berbanding positif dengan pertambahan LPS. Pada perlakuan B dan C arus yang diberikan tidak berbanding positif dengan LPS bobot ikan betutu. Perlakuan C memiliki arus yang lebih besar dibanding perlakuan B namun perlakuan B memiliki LPS yang lebih besar dibanding perlakuan C. dari hasil uji sasistik didapatkan hasil (P<0,05) (Lampiran 2). Hasil uji fisika dan kimia air yang dilakukan setiap minggunya menunjukkan tidak ada perbedaan suhu yang begitu besar dari setiap perlakuan. Nilai suhu selama pemeliharaan berkisar antara 29,57-32,27 °C, berdasarkan nilai tersebut, terlihat bahwa suhu dari hasil uji menunjukkan nilai yang optimum untuk budidaya perikanan. Taufik et al. (2009), menyatakan bahwa nilai suhu optimal untuk budidaya ikan betutu berkisar 29-32 °C. Berdasarkan penelitian tersebut, suhu dibawah 29°C memiliki sintasan hidup dibawah 55%. Suhu mempengaruhi kelangsungan hidup hewan budidaya dan secara langsung mempengaruhi hasil produksi. Suhu yang tinggi akan meningkatkan proses metabolisme sehingga akan meningkatkan hasil dari sisa metabolisme di perairan. Selain itu Khasanudin (2013) menyatakan bahwa peningkatan suhu juga akan menurunkan DO karena penggunaan oksigen meningkat seiring peningkatan metabolisme. Menurut Taufik et al. (2009), rendahnya suhu akan menyebabkan ikan mudah terserang penyakit. Pada awal masa adaptasi, terjadi kematian massal ikan yang diduga akibat suhu yang terlalu rendah dan mengakibatkan kematian mencapai lebih dari 60%. Arus air pada akuarium menyebabkan tidak terjadinya stratifikasi suhu. Arus air membuat suhu menyebar di seluruh bagian kolam dan menyebabkan pemerataan suhu. Menurut Kelabora dan Sabariah (2010), adanya aliran air menyebabkan distribusi dalam air merata. Berdasarkan hasil uji fisika dan kimia air yang dilakukan setiap minggunya menunjukkan tidak ada perbedaan pH yang begitu besar dari setiap perlakuan. Menurut Mustafa dan Ratnawati (2013), setiap organisme memiliki batas toleransi pH yang berbeda-beda. Nilai pH dapat dipengaruhi oleh suhu, DO, serta alkalinitas. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pH dapat mempengaruhi produksi ikan bandeng. Nilai pH selama pemeliharaan berkisar antara 7,24-7,90. Nilai pH tersebut masih berada pada batas yang dianjurkan untuk budidaya namun tidak berada pada kisaran optimum. Menurut Chapman (1996), kisaran pH yang diperbolehkan untuk kegiatan budidaya yaitu 6-9. pH merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi dan menentukan kecepatan reaksi dalam mengonsumsi makanan. pH yang rendah akan menyebabkan terjadinya penggumpalan lendir di insang dan dapat menyebabkan kematian. pH sangat penting karena berpengaruh besar terhadap reaksi biologi dan kimia di perairan terutama pada saat melakukan penanganan air. Berdasarkan hasil penelitian Indrayana et al. (2014), arus air mempengaruhi sebaran dari parameter-parameter kualitas air, dengan demikian penyebaran pH juga dipengaruhi oleh arus air.
13
Berdasarkan hasil uji fisika dan kimia air yang dilakukan setiap minggunya menunjukkan tidak ada perbedaan Dissolved Oxygen (DO) yang begitu besar dari setiap perlakuan namun terlihat bahwa DO pada perlakuan A sebagian besar memiliki nilai terkecil. Nilai DO selama pemeliharaan berkisar antara 2,85-4,91 mg/L. Nilai tersebut berada di bawah ambang batas yang diperbolehkan untuk budidaya ikan. Menurut Chapman (1996), kisaran DO yang diperbolehkan untuk kegiatan budidaya di eropa yaitu 5-9 ppm, sedangkan menurut Tavarutmaneegul dan Lin (1988), oksigen terlarut yang baik untuk budidaya betutu yaitu diatas 4,5 mg/L. Rendahnya DO diduga karena suhu yang tinggi, hal ini sesuai dengan pernyataan Khasanudin (2013) bahwa peningkatan suhu juga akan menurunkan DO karena penggunaan oksigen meningkat seiring peningkatan metabolisme. DO yang rendah dapat membahayakan kehidupan ikan karena oksigen merupakan kebutuhan fital bagi setiap mahluk hidup. Namun dalam pemeliharaan selama 56 hari, tidak terdapat tanda ikan mengalami kekurangan oksigen. Hal ini diduga karena suplai oksigen di perairan tetap kostan karena adanya aerasi secara terus menerus. Selain itu, dengan adanya arus air, suplai oksigen akan merata ke semua bagian perairan serta terjadi difusi oksigen. Kelabora dan Sabariah (2010), menyatakan bahwa dengan adanya arus maka suplai oksigen akan merata serta terjadi pertukaran oksigen di udara dengan kandungan racun di dalam air. Berdasarkan gambar 8 terlihat bahwa DO tiap minggu menunjukkan hasil yang cenderung rendah, namun perlakuan yang diberi arus akan memiliki DO yang cenderung lebih tinggi daripada perlakuan tanpa diberi arus. Dengan demikian, penambahan arus membuat kualitas air menjadi lebih baik. Selain itu, menurut Rahmadhani (2000), ikan betutu sering menyembulkan kepala ke permukaan air, hal ini karena ikan ini memiliki alat bantu pernafasan berupa labirin. Berdasarkan hasil uji fisika dan kimia air yang dilakukan setiap minggunya didapatkan nilai Total Dissolved Solid (TDS) selama pemeliharaan berkisar antara 126-263 mg/L. Terdapat peningkatan nilai TDS setiap minggunya, hal ini mengindikasikan bahwa kotoran di perairan budidaya terus meningkat setiap minggunya, baik dari sisa pakan yang tidak termakan, sisa metabolisme, maupun adanya masukan kotoran dari luar. Namun, hasil ini masih di bawah ambang batas budidaya yang ditentukan dalam [PRI] (2001), yaitu 1.000mg/L. Pada Gambar 9 juga terlihat bahwa besarnya arus berbanding terbalik dengan jumlah sisa artemia tidak termakan yang terdapat pada akuarium, semakin besar arus yang diberikan maka semakin sedikit sisa artemia yang terdapat di perairan. Nilai TDS pada perlakuan yang tidak diberikan arus terlihat (Gambar 9) lebih tinggi dari yang diberikan arus. Pada perairan air tawar, kandungan TDS biasanya di bawah 1000 mg/L. Perairan tawar yang memiliki nilai TDS yang tinggi dapat diindikasikan bahwa perairan tersebut tercemar oleh limbah buangan. Berdasarkan hasil penelitian Rudiyanti (2009), peningkatan nilai TDS diduga akibat masukan limbah. Menurut Rahmadhani (2000), ikan betutu termasuk ikan yang kuat karena masih dapat hidup dan berkembangbiak di perairan yang tercemar, sedangkan ikan lainnya telah mati. Amonia merupakan hasil perombakan bahan organik terutama protein dari sisa pakan maupun metabolisme (Sulistyowati et al. 2007). Menurut Taufik el al. (2009), amonia akan dioksidasi oleh bakteri Nitrosomonas sp dan merubahnya menjadi nitrit. Bila terjadi kelebihan nitrit maka akan mengakibatkan
14
berkurangnya kemampuan ikan untuk mengikat oksigen akibat bereaksinya nitrit dengan hemoglobin sehingga menyebabkan anemia (Boyd dan Tucker 1998). Nitrit kemudian akan dirombak oleh Nitrobacter sp menjadi nitrat. Berdasarkan hasil penelitian, kandungan amonia di perairan budidaya masih berada pada kisaran optimum. [PRI] (2001) menyatakan bahwa kadar amonia untuk budidaya sebaiknya berada di bawah 0,02 mg/L. Pada pemeliharaan, semua perlakuan tidak melebihi kisaran tersebut. Berbeda halnya dengan amonia, konsentrasi nitrit di perairan berada pada kisaran 0.05-0.17 mg/L. Kisaran tersebut melebihi kisaran yang baik untuk budidaya menurut Boyd dan Tucker (1998) yaitu tidak melebihi 0,14 mg/L. Namun pada pemeliharaan, tidak terdapat tanda-tanda ikan mengalami masalah karena kelebihan nitrit seperti yang dinyatakan oleh Boyd dan Tucker (1998). Menurut Chrismadha (2013), kondisi lingkungan yang buruk bukan menjadi masalah karena ikan ini memiliki toleransi yang tinggi. Pemberian pakan yang dilakukan menggunakan artemia merek “Makay”. Menurut Panggabean (1984), artemia merupakan udang yang berukuran renik dan merupakan udang primitif. Artemia hidup baik pa da perairan dengan salinitas 10 ppt. Zooplankton ini merupakan makanan yang baik untuk ikan maupun udang karena artemia memiliki lapisan kulit yang sangat tipis sehingga sangat mudah untuk dicerna. Selain itu, kandungan nutrisi dari artemia juga sangat baik karena mengandung protein sebanyak 44-60%, lemak 15-20%, karbohidrat 15-20%, sedangkan kalori dalam berat kering sebanyak 5000-5500 kalori/gram.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa adanya arus akan mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan betutu. Hasil Terbaik terdapat pada perlakuan B dengan arus 0,06 m/s. Saran Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk menggunakan arus dengan kecepaan 0,06 m/s. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan kecepatan arus yang berbeda serta lebih banyak lagi kecepatan arus yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA Astuty S, Diana S, Iskandar. (2000). Studi Biologi Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata di Perairan Waduk Cirata. Jurnal Bionatura. 2(1): 21-22. Atmodjo W. 2011. Studi penyebaran sedimen tersuspensi di Muara Sungai Porong Kabupaten Pasuruan. Buletin Oseanografi Marina. 1. 60-81. Boyd CE dan Tucker CS. 1998. Pond Aquaculture Water Quality Management. USA : Kluwer Academic. Busacker GP, Adelman IR, Goolish EM. 1990. Growth. In: Schreck CB, Moyle PB. (eds). Methods for Fish Biology. American Fisheries Society.
15
Chapman D. 1996. Water Quality Assessments - A Guide to Use of Biota, Sediments and Water in Environmental Monitoring - Second Edition. Printed in Great Britain at the University Press, Cambridge. Published by E&FN Spon. 651p. Chrismadha T. 2013. Laju konsumsi dan pertumbuhan ikan betutu Oxyeleotris marmorata (Bleeker) yang diberi pakan ikan guppy Poecilia reticulata (Peters). Limnotek. 20(1): 111-116. Djariah AS. 2001. Budidaya Ikan Bawal. Yogyakarta(ID): Kanisius. Effendie MI. 1997. Biologi perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusatama. Effendi I dan Sumawidjaja K. 2002. Pemberian pakan bagi larva ikan betutu, Oxyeleotris marmorata (Blkr.), pada dua minggu diawal hidupnya. Jurnal Akuakultur Indonesia. 1(3): 101–107. Effendi I dan Hadiroseyani Y. 2002. Peningkatan kelangsungan hidup larva ikan betutu, Oxyeleotris marmorata (Blkr.) dengan antibiotik. Jurnal Akuakultur Indonesia. 1(1) : 19–13. Fathonah IW. 2014. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan betutu Oxyeleotris marmorata dalam wadah transpara, hitam dan putih [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Huisman EA. 1987. The Principles of fish culture production. Department of Aquaculture. Wageningen University, Netherland. Indrayana R, Yusuf M, Rifai A. 2014. Pengaruh arus permukaan terhadap sebaran kualitas air di perairan Gunuk Semarang. Jurnal Oseanografi. 4(3): 651659. Iriansyah. 2012. Penangkapan benih betutu Oxyeleotris marmorata (Bleeker) dengan pangilar (Fish Trap) menggunakan umpan hidup. Fish Scientiae. 2(3) : 42-50. Junaidi M, dan Hamzah MS. 2014. Kualitas perairan dan dampaknya terhadap pertumbuhan dan sintasan udang karang yang dipelihara dalam keramba jaring apung di Teluk Ekas, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 6(2): 345-354 Kelabora DM dan Sabariah. 2010. Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bawal air tawar Collosoma sp dengan laju debit air berbeda pada sistem resirkulasi. Jurnal Akuakultur Indonesia. 9(1): 56–60. Khasanudin MN. 2013. Hubungan suhu, oksigen terlarut dan pH perairan terhadap konsentrasi nitrat dan fosfat di muara Sungai Wonorejo, Gunung Anyar Surabaya. [Sripsi]. Madura (ID): Universitas Trunojoyo Madura. Lubis S. 2002. Studi ekologi ikan betutu Oxyeleotris marmorata (Blkr) di Sungai Seruai Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.[Tesisi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. Mustafa A dan Ratnawati E. 2013. Karakteristik dan pengaruh faktor lingkungan terhadap produksi ikan bandeng Chanos chanos di tambak tanah sulfat masam Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. J. Ris. Akuakultur. 8(2):325-338. Rahmadhani D. 2000. Kelangsungan hidup ikan betutu, Oxyeleotris marmorata (Blkr), yang dipelihara di Kabupaten Serang dan Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
16
Sudarto,Patty W, Tarumingkeng AA. 2013. Kondisi arus permukaan di perairan pantai: pengamatan dengan metode Lagrangian. Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(3): 98-102. Sulistyowati EB, Widiyani T, Soni AFN. 2007. Peningkatan kuantitas dan kualitas kista Artemia franciscana setelah pemberian silase ikan. Jurnal Bioteknologi. 8(2): 46-52 Panggabean MGL. 1984. Teknik penetasan dan pemanenan Artemia salina. Jurnal Oseana. 9(2): 57-65. Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta (ID) : Pemerintah Republik Indonesia. Purnamasari E. 2009. Prospek usaha budidaya ikan betutu Oxyeleotris marmorata (Blkr) dalam karamba di Kecamatan Muara Bengkal. Enhanced Paralel Port. 6(2). 34-40 Rudiyanti S. 2009. Kualitas perairan Sungai Banger Pekalongan berdasarkan indikator biologis. Jurnal Sainstek Perikanan. 4(2) : 46-52. Sudaro, Patty W, Tarumingkeng AA. 2013. Kondisi arus permukaan di perairan pantai : pengamatan dengan metode Lagrangian. Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap. 1(3). 98-102 Tajerin, Rebegnator, dan Muharram B. 2000. Pengaruh kecepatan arus air dalam kolam terhadap tekstur daging ikan mas. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 2: 65-73. Taufik I, Azwar ZI, Sutrisno. 2009. Pengaruh perbedaan suhu air pada pemeliharaan benih ikan betutu Oxyeleotris marmorata (Blkr) dengan sistem resirkulasi. Jurnal Akuakultur. 4(3): 391-325. Tavarutmaneegul P. dan Lin CK. 1988. Breeding and rearing of sand goby Oxyeleotris marmorata (Blkr.) fry. Aquaculture, 69:299-305. Zonneveld NEA, Huisman dan Boon JH, 1991. Prinsip-prinsip budidaya ikan. Terjemahan. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.
17
LAMPIRAN Lampiran 1 Benih ikan betutu Oxyeleotris marmorata (Blkr.)
www.olx.biz.id Lampiran 2 Hasil uji anova dan analisis stasistik uji Ducan beberapa parameter pada pemeliharaan benih ikan betutu yang dipelihara dengan arus berbeda.
SR
Bobot
Panjang
Sumber keragaman Antara Grup Dalam Grup
Jumlah kuadran 530,25 178,6666667
df
Kuadran tengah 176,75 22,33333333
F
Nilai P
F kritis
7,91418
0,00887
4,06618
Jumlah
708,9166667
11
Antara Grup
0,0003
3
1E-04
26,6667
0,00016
4,06618
Dalam Grup Jumlah
0,000029999 0,00033
8 11
3,75E-06
Antara Grup Dalam Grup
0,032166667 0,001533333
3 8
0,010722222 0,000191667
55,942
0,000010
4,06618
0,0337
11
Antara Grup
0,142773975
3
0,047591325
48,101
0,000018
4,06618
Dalam Grup Jumlah
0,007915226 0,1506892
8 11
0,000989403
Jumlah LPS
3 8
Duncan : kelangsungan hidup Perlakuan
α = 0,05
N 1
2
D
3
C
3
91.0000
B
3
94.3333
A
3
96.0000
Sig.
79.0000
1.000
.249
18
Duncan : Pertumbuhan bobot mutlak Perlakuan
α = 0,05
N 1
2
3
A
3
.066333
B
3
.071667
C
3
.072310
D
3
.080333
Sig.
1.000
.694
1.000
Duncan : Pertumbuhan panjang mutlak Perlakuan
α = 0,05
N 1
2
A
3
.533000
C
3
.543000
B
3
D
3
3
.619667 .656667
Sig.
.402
1.000
1.000
Duncan : Laju pertumbuhan bobot spesifik Perlakuan
α = 0,05
N 1
A
3
C
3
B
3
D
3
Sig.
2
3
4
1.8200 1.9000 1.9767 2.1167 1.000
1.000
1.000
1.000
19
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Limboro, Kabupaten Polewali Mandar pada hari Jumat, 25 November 1994, sebagai anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan bapak Untung Sihono dan Ibu Siti Aras. Penulis menamatkan pendidikan di TK Marendeng pada tahun 2000. Kemudian melanjutkan di SDN 039 Madatte hingga tahun 2002 dan pindah ke SDN 035 Limboro hingga tahun 2005 kemudian pindah ke SDN 066 Pekkabata dan lulus tahun 2006. Setelah kelulusan melanjutkan pendidikan di SMPN 3 Polewali dan lulus pada tahun 2009, kemudian melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Polewali dan lulus tahun 2012. Penulis melanjutkan pendidikan S1 di IPB melalui jalur undangan SNMPTN di Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti organisasi di dalam dan di luar kampus seperti himpunan mahasiswa akuakultur (Himakua) pada divisi pengabdian masyarakat pada tahun 2013/2014-2014/2015 dan anggota dari Organisasi Mahasiswa Daerah Sulawesi Selatan (IKAMI). Kegiatan kepanitiaan yang pernah diikuti yaitu panitia pada Olimpiade Mahasiswa IPB tahun 2013, kerjasama IPB UI untuk pengabdian masyarakat 2013/2014-2014/2015, serta kegiatan-kegiatan Himakua.