i
ISSN : 2087-5142
Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Periode Januari 2015 - April 2015
DAFTAR ISI Analisis Anggaran Penjualan terhadap Realisasi Penjualan pada PT. Anugerah Pharmindo Lestari Cabang Palembang Kusminaini Armin ……………..…………………………………1 - 15 Pengaruh Arus Kas dan Earnings terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia M. Kurniawan DP …………..……………………………………....16 - 35 Analisis Biaya Produksi pada CV. Sekonjing Ogan Ilir Rizal Effendi ………………………………………………..……...36 - 43 Pengaruh Faktor Ekonomi Makro terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah Endah Dewi Purnamasari dan Azra’ie K. Rosni ………………..…......44 - 53 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Alokasi Umum terhadap Belanja Daerah pada Pemerintah Kabupaten Kota di Sumatera Selatan Sahila …………...……………………………………………….54 - 69 Analisis Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Traditional Cost dan Activity Based Costing (Studi Kasus pada PT. Badja Baru Palembang) Rosalina Pebrica Mayasari ………………………………………….70 - 79 Dilema Ekonomi Pengrajin Songket Pedesaan dalam Kekangan Tradisi di Kecamatan Pemulutan Barat Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan Lasmiana ……………………………………………………………...80 - 99 Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham di Bursa Efek Indonesia (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan) Dwirini ………………………………………………………….100 - 117 i
Penerapan Sistem Pengendalian Manajemen terhadap Pelayanan Tamu Hotel The Arista Palembang Dormauli Justina ………………………………………………...118 - 138 Dukungan Organisasi, Dukungan Manajemen, dan Dukungan Kompetensi Individu terhadap Kinerja Karyawan CV. Layo Jaya Palembang Kartawinata …………………………………………………....139 - 147
ii
KATA PENGANTAR Bidang pendidikan merupakan salah satu bidang utama yang harus terus ditingkatkan dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia untuk menjadikan Indonesia lebih mampu bersaing di dunia global. Peranan pendidikan tinggi tidak lagi hanya sekedar mencetak manusia yang cerdas secara akademis tetapi lebih kepada menjadi agen perubahan di dunia nyata. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Amkop (STIM Amkop) Palembang merupakan salah satu Perguruan Tinggi yang diharapkan dapat mendukung terwujudnya visi dan misi; menjadikan manusia Indonesia sebagai agen pembaharu. Salah satu cara nyata untuk mewujudkannya dengan menerbitkan media STIMAmkop untuk memfasilitasi dosen dalam mempublikasikan hasil penelitian atau kajian ilmiah yang pada akhirnya bertujuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Semoga Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan ini memberi kontribusi positif yang berkesinambungan. Redaksi juga tetap mengharapkan adanya masukan dan koreksi, inovasi, dan terlebih menjadi inspirasi bagi orang lain untuk juga memberikan kontribusi yang menjadikan Indonesia menjadi lebih baik ke depannya.
Pimpinan Redaksi,
Dr. Hj. Tien Yustini, S.E., M.Si.
Redaksi menerima tulisan hasil penelitian atau kajian ilmiah yang berhubungan dengan Ekonomi dan Kewirausahan yang belum pernah dimuat pada media lain. Redaksi berhak mengubah naskah tanpa mengurangi makna isinya. Isi tulisan merupakan tanggung jawab penulis.
iii
1
Analisis Anggaran Penjualan terhadap Realisasi Penjualan pada PT. Anugerah Pharmindo Lestari Cabang Palembang Kusminaini Armin Dosen Universitas Tridinanti Palembang
ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis penerapan anggaran penjualan dan realisasi penjualan pada PT. Anugerah Pharmindo Lestari cabang Palembang, dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Alat analisis yang digunakan analisis trend (trend analysis) dan analisis varian (varians analysis). Berdasarkan hasil analisis, analisis tren dimana persamaan tren Y = 21,775 + 2,705 X dari analisa tren tersebut mengalami fluktuasi dengan demikian perkembangan dari anggaran penjualan dan analisa realisasi penjualan obat-obatan pada PT. Anugerah Pharmindo Lestari Palembang selama 3 tahun mengalami perubahan, di mana perubahan dari rencana penjualan obat-obatan tersebut akan mempengaruhi penurunan ataupun peningkatan realisasi penjualan obat-obatan. Berdasarkan analisa varian rencana penjualan Obatobatan PT. Anugerah Pharmindo Lestari Palembang masih tidak terjadi penyimpangan semuanya Unfavorable . disebabkan oleh rencana penjualan obat-obatan selalu tinggi dari realisasi penjualan obat-obatan sehinga tidak terjadi kekosongan barang pada saat konsumen meminta atau mengorder barang yang diinginkan. Kata Kunci : Anggaran Penjualan, Realisasi Penjualan
PENDAHULUAN Anggaran penjualan dapat dijadikan sebagai standar atau tolak ukur bagi perusahaan untuk menilai dan membandingkan apakah pelaksanaan anggaran penjualan tersebut telah sesuai atau menyimpang dari yang telah dianggarkan. Realisasi anggaran penjualan dapat dijadikan sebagai alat penentuan didalam pengambilan keputusan yang menyangkut penjualan ataupun penyusunan anggaran penjualan untuk periode yang akan datang, dan diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih baik terhadap laba perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat tercapai. PT. Anugerah Pharmindo Lestari merupakan perusahaan perdagangan. dimana ruang lingkup usahanya adalah distributor obat-obatan. Mengingat semangkin kompleksnya dunia perdangan obat-obatan, maka PT. Anugerah Pharmindo Lestari telah membuat forecast (taksiran-taksiran) serta melakukan penyusunan anggaran penjualan dalam menunjang penjualan obat-obatannya. Anggaran penjualan tersebut Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
2
terkadang tidak sesuai dengan realisasinya, hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu, sehingga target penjualan setiap bulannya kadang kalah realisasi penjualan tidak tercapai. Bertolak dari permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian, yang dituangkan dalam judul ”Analisis Anggaran Penjualan Terhadap Realisasi Penjualan pada PT. Anugerah Pharmindo Lestari cabang Palembang ”
Rumusan Masalah Apakah anggaran panjualan dan realisasi penjualan pada PT. Anugerah Pharmindo Lestari sudah efisien dan efektif ?
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui dan menganalisis penerapan anggaran penjualan dan realisasi penjualan pada PT. Anugerah Pharmindo Lestari.
Kajian Teoritis 1. Pengertian Anggaran Anggaran (budget) menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri (2006:6) adalah suatu pendekatan yang formal dan sistematis dari pada pelaksanaan tanggung jawab manajemen di dalam perencanaan, koordinasi dan pengawasan. Sedangkan menurut Munandar (2008:1) anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang. Pendapat dari Anthony dan Dearden (2006:489) menyatakan bahwa anggaran adalah rencana manajemen, dengan anggaran bahwa penyusunan anggaran akan mengambil langkahlangkah positif untuk merealisasi rencana yang telah disusun. 2. Jenis-Jenis Anggaran Jenis-jenis anggaran menurut M. Nafarin (2009:117) ada enam (6) jenis anggaran: 1. Menurut dasar penyusunan, anggaran terdiri dari a. Anggaran Variabel, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan interval (kisar) kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada intinya merupakan suatu sari anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat-tingkat aktivitas (kegiatan) yang berbeda. Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
3
b. Anggaran Tetap, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat kapasitas tertentu. Anggaran tetap disebut juga dengan anggaran statis. 2.
Menurut cara penyusunan, anggaran terdiri dari :
a. Anggaran periodek adalah anggaran yang disusun untuk satu periode tertentu, pada umumnya periodenya satu tahun yang disusun setiap akhrir periode anggaran. b. Anggaran kontinyu adalah anggaran yang dibuat untuk mengadakan perbaikan anggaran yang pernah dibuat, misalnya tiap tahun mengalami perubahan. 3.
Menurut jangka waktu, anggaran terdiri dari :
a. Anggaran jangka pendek (anggaran taktis) adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu paling lama sampai satu tahun. Anggaran untuk keperluan modal kerja merupakan anggaran jangka pendek. b. Anggaran jangka panjang (anggaran strategis) adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu lebih dari satu tahun. Anggaran untuk keperluan investasi barang modal merupakan anggaran jangka panjang yang disebut anggaran modal (capital budget). Anggaran jangka panjang tidak mesti berupa anggaran modal. Anggaran jangka panjang diperlukan sebagai dasar penyusunan anggaran jangka pendek. 4. Menurut bidangnya, anggaran terdiri dari anggaran operasional dan anggaran keuangan. Kedua anggaran ini bila dipadukan disebut anggaran induk (master budget). Anggaran induk yang mengkonsolidasikan rencana keseluruhan perusahaan untuk jangka waktu pendek biasanya disusun atas dasar tahunan. Anggaran tahunan dipecahkan lagi menjadi triwulan dan anggaran triwulan dipecahkan lagi menjadi anggaran bulanan. a. Anggaran Operasional adalah anggaran untuk menyusun anggaran laporan laba rugi. Anggaran operasional terdiri dari :
Anggaran penjualan
Anggaran biaya pabrik
Anggaran biaya bahan baku
Anggaran biaya tenaga kerja langsung
Anggaran biaya overhead pabrik
Anggaran beban usaha
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
4
Anggaran laporan laba rugi
b. Anggaran keuangan adalah anggaran untuk menyusun anggaran neraca. Anggaran keuangan antara lain terdiri dari : Anggaran kas Anggaran piutang Anggaran persediaan Anggaran utang Anggaran neraca 5.
Menurut kemampuan menyusun, anggaran terdiri dari :
a. Anggaran komprehensif, merupakan rangkaian dari berbagai macam anggaran yang disusun secara lengkap. Anggaran komprehensif merupakan perpaduan dari anggaran operasional dan anggaran keuangan yang disusun secara lengkap. b. Anggaran partial adalah anggaran yang disusun tidak secara lengkap, anggaran yang hanya menyusun bagian anggaran tertentu saja. 6. Menurut fungsinya, anggaran terdiri dari : a. Anggaran
aproprisasi
(appropriation
budget),
adalah
anggaran
yang
diperuntukan bagi tujuan tertentu dan tidak digunakan untuk manfaat lain, misalnya anggaran untuk penelitian dan pengembangan. b. Anggaran kinerja (performance budget), adalah anggaran yang disusun berdasarkan fungsi aktivitas yang dilakukan dalam perusahaan untuk menilai apakah biaya/beban yang dikeluarkan oleh masing-masing aktivitas tidak melampaui batas. 3. Tujuan dan Manfaat Anggaran Menurut M. Nafarin (2009:15) ada beberapa tujuan disusunnya anggaran, antara lain: a.
Digunakan sebagai landasar yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi dana.
b. Memberikan batasan atas jumlah dana yang dicari dan digunakan. c. Merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana, sehingga dapat memudahkan pengawasan. d. Merasionalkan sumber dana dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
5
e. Menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena dengan anggaran lebih jelas dan nyata terlihat. f. Menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan. Sedangkan Anggaran mempunyai banyak manfaat antara lain: a. Sebagai kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama. b. Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan pegawai. c. Dapat memotivasi pegawai. d. Menimbulkan rasa tanggung jawab pada pegawai. e. Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu. f. Sumber daya, seperti tenaga kerja, peralatan, dan dana dapat dimanfaatkan seefisien mungkin. g. Alat pendidikan bagi para manajer. 4. Pengertian Realisasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia realisasi adalah ”proses menjadikan nyata”. Pendapat Ali Hasan (2008:239) ”Realisasi adalah tindakan yang nyata atau adanya pengerakan atau perubahan dari rencana yang sudah dibuat atau di kerjakan”. Adapun pendapat lain yaitu menurut Diklat BP3IP (2006:13). ”Realisasi adalah kontek pembahasan bongkar/muat berarti hasil yang dicapai dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan sumber daya perusahaan”. Pendapat lain yang dikemukakan oleh M.Dahlan. YB (2003:978) ”realisasi adalah pelaksanaan sesuatu menjadi nyata”. 5. Pengertian Anggaran Penjualan Menurut Munandar (2008:149) ”anggaran penjualan adalah anggaran yang direncanakan secara lebih terperinci tentang penjualan perusahaan selama periode yang akan datang yang didalamnya meliputi rencana tentang jenis/kualitas barang yang akan dijual jumlah/kuantitas barang yang akan dijual, harga barang yang akan dijual waktu penjualan serta tempat (daerah penjualannya)”. Sedangkan menurut Baldric Siregar (2013:119) ”anggaran penjualan (sales budget adalah proyeksi yang menunjukkan perkiraan penjualan setiap produk dalam unit dan rupiah.”
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
6
Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan anggaran penjualan menurut Munandar (2008:50-51) ”faktor penyusunan anggaran penjualan secara garis besar dibagi kedalam dua kelompok yaitu : 1. Faktor intern Yaitu data, informasi dan pengalaman yang terdapat didalam perusahaan sendiri. Faktor tersebut antara lain : a. Penjualan tahun-tahun yang lalu meliputi baik kualitas, kuantitas, harga, waktu, maupun tempat (daerah) penjualan. b. Kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan masalah penjualan, seperti tentang pemilihan saluran distribusi, pemilihan media-media promosi, cara (metode) penetapan harga. c. Kapasitas
produksi
yang
dimiliki
perusahaan,
serta
kemungkinan
peluasannya di waktu yang akan datang. d. Tenaga kerja yang tersedia, baik jumlahmaupun keterampilan dan keahliannya, serta kemungkinan perluasannya diwaktu yang akan datang. e. Modal kerja yang dimiliki perusahaan, serta kemungkinan penambahan di waktu yang akan datang. 2. Faktor ekstern Yaitu data informasi dan pengalaman yang terdapat di luar perusahaan, tetapi disana mempunyai pengaruh terhadap anggaran penjualan. Faktor-faktor tersebut antara lain berupa : a. Keadaan persaingan di pasar b. Posisi perusahaan dalam persaingan c. Tingkat pertumbuhan penduduk. d. Tingkat penghasilan masyarakat. e. Elastisitas permintaan terhadap harga barang yang dihasilkan perusahaan (demand
elasticity),
yang
terutama
akan
mempengaruhi
dalam
merencanakan harga jual dalam anggaran penjualan. f. Agama, adat istiadat, dan kebiasaan masyarakat. g. Berbagai kebijaksanaan pemerintah, baik di bidang politi, ekonomi, sosial, budaya maupun keamanan. h. Keadaan perekonomian nasional maupun internasional.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
7
i.
Kemajuan teknologi, barang-barang substitusi, selera konsumen, dan kemungkinan perubahan dan sebaginya”.
6. Analisis Anggaran Penjualan terhadap Realisasi Penjualan Dua metode analisis yaitu analisis tren (trend analysis) dan analisis varian (varians analysis). Menurut M. Nafarin (2008:24) Analisa trend yang dapat dipergunakan seperti : (1) metode least square (metode kuadrat kecil), (2) metode momen, dan (3) metode kuadrat (trend garis lengkung). Metode kuadrat terkecil dan metode momen disebut metode tren garis lurus. a.
Analisis tren garis lurus
Analisis tren garis lurus terdiri atas metode kuadrat terkecil dan metode momen yang dapat diuraikan sebagai berikut: Metode Kuadrat Terkecil Ramalan penjualan dengan metode kuadrat terkecil (least square) dapat dihitung dengan rumus: Y = a + bX n ∑ XY - ∑ X ∑ Y b= n ∑ X² - (∑ X)² ∑ Y a=
∑ X - b
n
n
Y = variabel terikat X = variabel bebas a = nilai konstan b = koefisien arah regresi n = jumlah data Metode Momen Rumus yang digunakan : Y = a + bX ∑ Y = na +∑X ∑ XY = a ∑ X + b ∑ X
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
8
b. Analisis Varian Analisis varian ini digunakan untuk melihat apakah realisasi anggaran penjualan telah sesuai dengan anggaran penjualan yang telah ditetapkan, dimana perbedaan yang terjadi antara angka budget dengan realisasi disebut dengan penyimpangan atau varian dapat diketahui dengan menggunakan rumus menurut Mulyadi (2000:89) yaitu: Vo = Bo – Ro Vo = Varian Bo = Anggaran Ro = Realisasi Pada penjualan jika realisasi lebih besar dari budgetnya maka menguntungkan, begitu juga sebaliknya. Jadi dapat menentukan favorable atau unfavorable.
METODE PENELITIAN 1. Sumber Data Pada penelitian ini digunakan data yang bersumber dari dua sumber data, yaitu data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan pimpinan cabang guna mendapatkan data anggaran penjualan. Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah anggaran penjualan dan realisasi penjualan tahun 2013. 2. Populasi, Sampel dan Sampling Populasi penelitian yang digunakan adalah anggaran penjualan dan realisasi penjualan pada PT. Anugerah Pharmindo Lestari sejak berdiri sampai tahun 2013. Sedangkan dalam penelitian ini sampelnya anggaran penjualan dan realisasi penjualan pada PT. Anugerah Pharmindo Lestari tahun 2011, 2012 dan 2013. Sampling yang digunakan purposive sampling. 3. Variabel dan Definisi Operasional a. Anggaran adalah rencana tertulis mengenai kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perusahaan selama jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. Indikator variabel yang digunakan yaitu Anggaran Penjualan. b. Realisasi adalah tindakan yang nyata atau adanya pergerakan atau perubahan dari rencana yang sudah dibuat atau dikerjakan. Indikator digunakan realisasi penjualan. Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
9
4. Teknik Analisis Teknik Analisis adalah perangkat statistik baik deskriptif maupun inferensial yang digunakan sebagai alat bantu bagi peneliti untuk mengambil kesimpulan atas sejumlah data penelitian yang telah terkumpul. Metode analisa yang digunakan untuk menganalisa penelitian ini adalah : 1. Analisis Kualitatif Yaitu suatu analisis yang tidak dapat dinyatakan dalam angka-angka dan bisa merupakan suatu jawaban dari sebuah peristiwa. 2. Analisis Kuantitatif a. Analisis trend yaitu menggunakan metode least square, menurut ”M. Nafarin (2008:24) rumus yang digunakan dalam metode ini adalah : Y = a + bX Dimana : Y = Nilai trend untuk periode tertentu. X = Periode waktu a = Konstanta, nilai Y jika X=0 b = Koefisien X, kemiringan garis trend a = ∑Y n b = ∑XY ∑χ² Dimana : Y = Realisasi penjualan
X = Periode waktu
n = Jumlah periode waktu b. Analisis Varians analisa varians dengan menggunakan rumus menurut ”Mulyadi (2008:89) yaitu : Vo = Bo – Ro Vo = Variance Bo = Anggaran Ro = Realisasi
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
10
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Anggaran Penjualan Terhadap Realisasi Penjualan Obat-Obatan PT.Anugerah Prarmindo Lestari Cabang Palembang Data anggaran penjualan dan realisasi penjualan Decolgen, Natur E dan Envon C pada PT. ANUGERAH PHARMINDO LESTARI Palembang mulai tahun 20112013, adalah sebagai berikut : Anggaran Penjualan terhadap Ralisasi Penjualan Decolgen, Natur E dan Envon C PT. ANUGERAH PHARMINDO LESTARI Tahun 2011 – 2013 (dalam unit)
Tahun
Periode
Rencana
Realisasi
2011
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Tiwulan IV
17.618 26.427 13.582 23.125
17.253 21.087 14.980 18.309
2012
Triwulan I Tiwulan II Triwulan III Triwulan IV
19.321 23.615 21.080 31.620
18.781 22.955 21.190 25.899
2013
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Analisa anggaran pada PT. Anugerah
22.615 25.310 38.506 30.934 23.184 20.071 28.336 24.532 Pharmindo Lestari dapat dikatakan
berhasil karena realisasi secarah keseluruhan mencapai rata-rata 90%,sesuai dengan yang diharapkan perusahaan tidak terjadi buffer stock kekosongan barang yang tinggi . 2. Analisa Tren
Tahun
Perhitungan Nilai Tren Triwulan I ─ Triwulan IV Tahun 2011 s.d 2013 Triwulan Y X X²
X.Y
2011
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Tiwulan IV
17.253 21.087 14.980 18.309
-11 -9 -7 -5
121 81 49 25
189.783 189.783 104.860 91.545
2012
Triwulan I Tiwulan II Triwulan III Triwulan IV
18.781 22.955 21.190 25.899
-3 -1 1 3
9 1 1 9
56.343 22.955 21.190 77.697
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
11
2013
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
25.310 30.934
5 7
25 49
126.550 216.538
20.071 24.532
9 11
81 121
180.639 269.852
572
1.547.735
∑ y = 261.302
a = n
a = 261.302 12 a = 21.775 b= 2
b = 1.547.735 = 2.705 572 Y = 21.775 + 2.705 X dapat dijelaskan bahwa nilai sebesar 21.775 adalah nilai konstanta dan nilai b sebesar 2.705. Nilai Tren Triwulan I ─ Triwulan IV tahun 2011 - 2013 Tahun 2011 Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Nilai Tren 21.775 21.775 21.775 21.775
+ + + +
2.705 2.705 2.705 2.705
(-11) (-9) (-7) (-5)
(7.980) (2.570) 2.840 8.250
2012 Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
21.775 21.775 21.775 21.775
+ + + +
2.705 2.705 2.705 2.705
(-3) (-1) (1) (3)
13.660 19.070 24480 29890
2013 Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
21.775 21.775 21.775 21.775
+ + + +
2.705 2.705 2.705 2.705
(5) (7) (9) (11)
35300 40710 46120 51530
2014 Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
21.775 21.775 21.775 21.775
+ + + +
2.705 2.705 2.705 2.705
(13) (15) (17) (19)
56940 62350 67760 73170
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
12
2015 Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
21.775 21.775 21.775 21.775
+ + + +
2.705 2.705 2.705 2.705
(21) (23) (25) (27)
78580 83990 89400 94810
3. Analisa Varian Analisa Varians Anggaran Penjualan dan Realisasi Penjualan Decolgen, Natur E dan Envon C Triwulan I – Triwulan IV Tahun 2011
Periode triwulan I
Jenis Barang Decolgen Natur E Enrvon C
Rencana Unit H/Unit Jumlah Unit 6510 28.188 183.503.880 5.664 7917 11.906 94.259.802 6.888 7567 21.517 162.819.139 6.583
Realisasi Varian F / UF H/Unit Jumlah Unit Total 28.188 159.648.376 (846) (23.855.504) UF 11.906 82.006.028 (1.029) (12.253.774) UF 21.517 141.652.651 (984) (21.166.488) UF
triwulan II Decolgen Natur E Enrvon C
8.679 28.188 244.643.652 5.635 11.906 67.090.310 10.451 21.517 224.874.167
7.551 28.188 212.839.977 (1.128) (31.803.675) UF 4.902 11.906 58.368.570 (733) (8.721.740) UF 9.092 21.517 195.640.525 (1.359) (29.233.642) UF
triwulan III Decolgen Natur E Enrvon C
6.339 28.188 178.683.732 5.768 28.188 162.602.196 (571) (16.081.536) UF 66.575 11.906 792.641.950 60.583 11.906 721.304.175 (5.992) (71.337.776) UF 14.061 21.517 302.550.537 12.796 21.517 275.320.989 (1.265) (27.229.548) UF
triwulan IV Decolgen Natur E Enrvon C
3.872 28.188 109.143.936 3.524 28.188 99.320.982 (348) (9.822.954) UF 42.887 11.906 510.612.622 39.027 11.906 464.657.486 (3.860) (45.955.136) UF 8.998 21.517 193.609.966 8.188 21.517 176.185.069 (810) (17.424.897) UF
Keterangan : F ( Favorable ) UF ( Unfavorable ) Dari Tahun 2011, anggaran penjualan Obat-obatan PT. Anugerah Pharmindo Lestari Palembang tidak terjadi penyimpangan semuanya Unfavorable .
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
13
Analisa Varians Anggaran Penjualan dan Realisasi Decolgen, Natur E dan Envon C Triwulan I – Triwulan IV Tahun 2012 Jenis Rencana Realisasi Varian Periode Barang Unit H/Unit Jumlah Unit H/Unit Jumlah Unit Total triwulan I Decolgen 9398 29.596 278.143.208 8.646 29.596 255.891.751 (752) (22.251.457) Natur E 63824 11.982 764.739.168 58.718 11.982 703.560.035 (5.106) (61.179.133) Enrvon C 12965 22.419 290.662.335 11.928 22.419 267.409.348 (1.037) (23.252.987) triwulan II
F / UF UF UF UF
Decolgen Natur E Enrvon C
15.238 29.596 450.983.848 14.019 29.596 414.905.140 (1.219) (36.078.708) UF 47.500 11.982 569.145.000 43.700 11.982 523.613.400 (3.800) (45.531.600) UF 14.270 22.419 319.919.130 13.128 22.419 294.325.600 (1.142) (25.593.530) UF
triwulan III Decolgen Natur E Enrvon C
5.875 29.596 173.876.500 5.229 29.596 154.750.085 (646) (19.126.415) UF 59.587 11.982 713.971.434 53.032 11.982 635.434.576 (6.555) (78.536.858) UF 17.443 22.419 391.054.617 15.524 22.419 348.038.609 (1.919) (43.016.008) UF
triwulan IV Decolgen Natur E Enrvon C
6.955 29.596 205.840.180 6.190 29.596 183.197.760 (765) (22.642.420) UF 70.293 11.982 842.250.726 62.561 11.982 749.603.146 (7.732) (92.647.580) UF 10.856 22.419 243.380.664 9.662 22.419 216.608.791 (1.194) (26.771.873) UF
Anggaran penjualan Obat-obatan PT. Anugerah Pharmindo Lestari Palembang masih tidak terjadi penyimpangan semuanya Unfavorable . Analisa Varians Anggaran Penjualan dan Realisasi Penjualan Decolgen, Natur E dan Envon C Triwulan I – Triwulan IV Tahun 2013 Jenis Rencana Realisasi Varian Periode Barang Unit H/Unit Jumlah Unit H/Unit Jumlah Unit Total triwulan I Decolgen 17198 29.596 508.992.008 15.822 29.596 468.272.647 (1.376) (40.719.361) Natur E 75062 12.739 956.214.818 69.057 12.739 879.717.633 (6.005) (76.497.185) Enrvon C 13209 22.419 296.132.571 12.152 22.419 272.441.965 (1.057) (23.690.606)
triwulan II
F / UF UF UF UF
Decolgen Natur E Enrvon C
15.656 29.596 463.354.976 14.404 29.596 426.286.578 (1.252) (37.068.398) UF 58.307 12.739 742.772.873 53.642 12.739 683.351.043 (4.665) (59.421.830) UF 16.103 22.419 361.013.157 14.815 22.419 332.132.104 (1.288) (28.881.053) UF
triwulan III Decolgen Natur E Enrvon C
12.417 29.596 367.493.532 11.051 29.596 327.069.243 (1.366) (40.424.289) UF 37.749 12.739 480.884.511 33.597 12.739 427.987.215 (4.152) (52.897.296) UF 16.797 22.419 376.571.943 14.949 22.419 335.149.029 (1.848) (41.422.914) UF
triwulan IV Decolgen Natur E Enrvon C
4.604 29.596 136.259.984 4.098 29.596 121.271.386 (506) (14.988.598) UF 43.982 12.739 560.286.698 39.144 12.739 498.655.161 (4.838) (61.631.537) UF 17.686 22.419 396.502.434 15.741 22.419 352.887.166 (1.945) (43.615.268) UF
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
14
Anggaran penjualan Obat-obatan PT. Anugerah Pharmindo Lestari Palembang masih tidak terjadi penyimpangan semuanya Unfavorable obat-obatan sehinga tidak terjadi kekosongan barang pada saat konsumen meminta atau mengorder barang yang diinginkan.
KESIMPULAN 1. Berdasarkana analisis tren dimana persamaan tren Y = 21.775 + 2.705 X dapat dijelaskan bahwa nilai sebesar 21.775 adalah nilai konstanta yang merupakan hasil pembagian jumlah resume penjualan obat-obatan (Y) dengan jumlah priode waktu (n), dan nilai b sebesar 2.705 X adalah koefisien dari variabel X. Berdasarkan persamaan trend Y = 21.775 + 2.705 X,. Dari analisa trend tersebut mengalami fluktuasi dengan demikian perkembangan dari anggaran penjualan dan analisa realisasi penjualan Decolgen, Natur E dan Envon C pada PT. Anugerah Pharmindo Lestari Palembang selama 3 setiap periodenya mengalami perubahan, dimana perubahan dari rencana penjualan obat-obatan tersebut akan mempengaruhi penurunan ataupun penigkatan realisasi penjualan obat-obatan 2. Berdasarkan analisa varian rencana penjualan Decolgen, Natur E dan Envon C PT. Anugerah Pharmindo Lestari Palembang masih tidak terjadi penyimpangan semuanya Unfavorable .hal ini dapat dilihat pada triwulan I – Triwulan IV tidak mengaalami pinyampangan semua Unfavorable disebabkan oleh rencana penjualan obat-obatan selalu tinggi dari realisasi penjualan obat-obatan sehinga tidak terjadi kekosongan barang pada saat konsumen meminta atau mengorder barang yang diinginkan. 3. Anggaran penjualan baik tahun 2011 dan 2013 semuanya tercapai namun dari analisa terjadi fluktuatuve anatara 87 % sd 93 % terealisasi dari rencana penjualan. stock yang mengendap di gudang.oleh karena itu dari data semua tabel tahun 2011 – 2013 analisa varian nya Unfavorable .
SARAN 1. Kurangnya kebijaksanaan manajemen dalam meningkatkan pemasaran atau promosi, promosi yang dilakukan hanya melalui brosur dan koran hanya dalam bentuk baris dan itupun tidak kontinyu, sebaiknya dilakukan juga lewat radio dan rekanan kepada instansi pemerintah, serta roadshow ke sekolah-sekolah tentang Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
15
keunggulan obat-obatan terbaru, sehingga keberadaan PT. Anugerah Pharmindo Lestari bisa dikenal dan diakui oleh masyarakat juga pemerintah 2. PT. Anugerah Pharmindo Lestari harus bersaing dengan perusahaan lain, dengan cara melakukan manuver-manuver tertentu seperti mencari barang yang lebih murah sehingga harga bisa dibawah harga pesaing, memberikan purna garansi yang cepat dan tepat waktu, memberikan layanan yang memuaskan dan juga memberikan diskon khusus bagi penjualan dalam jumlah besar.
DAFTAR PUSTAKA Agus Ahyari, 2005, Prinsip-Prinsip Anggaran, Penerbit: BPFE Yogyakarta Amin Wijaya Tunggal, 2009, Pokok-Pokok Budgeting, Penerbit: Harvarindo,Jakarta. Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri, 2008, Anggaran Perusahaan, Edisi kedua Penerbit : Salemba Empat, Jakarta. Mas‟ud, 2005, Anggaran Perusahaan, Penerbit : BPFE Yogyakarta. Munandar, 2001, Budgeting, Edisi ketiga, Penerbit BPFE Yogyakarta. Nafarin M, 2008, Penganggaran Perusahaan, Edisi Revisi, Penerbit : Salemba Empat, Jakarta. SofyanS. Harahap, 2006, Budgeting, Penerbit : PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sugiono, 2004, Metode Penelitian Bisnis, Penerbit : Alfabeta, Bandung. Supriyono, 2007, Akuntansi Manajemen: Struktur Pengendalian Manajemen, Penerbit, YKPN : Yogyakarta.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
16
PENGARUH ARUS KAS DAN EARNINGS TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA M. Kurniawan DP Dosen UIGM Palembang e-mail:
[email protected]
ABSTRACT The purpose of this research is to find the influence of financial performance which is measured by financial information to the stock return. Data used are annual financial statements of 33 manufacturing companies listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) in December 2011-December 2012. The analytical method used is a method of multiple linear regressions. Variables as the size of financial performance in this research consist of cash flows and earnings as independent variables. The dependent variable is stock return (the difference between the closing price of the initial price divided by the initial stock price). This research begins with the classic assumption test (normality, multicollinearity, autocorrelation, heteroscedasticity) of all independent variables that determine the regression model. Independent variables tested simultaneously and partial to prove empirically whether these variables have a significant impact on stock returns or not. Tests conducted using SPSS. Results of the research illustrate that the cash flow and earnings simultaneously having an significant impact on stock returns. But partially, the variables that have a dominant influence on stock return is cash flow. In the end, rather than expected results of this study provide useful results for investors and the academics. Keywords: Stock Return, Cash Flow, and Earnings
PENDAHULUAN Pasar modal menurut Scott dalam Sukojo (2001) adalah pasar untuk dana jangka panjang dimana saham biasa, saham preferen, dan obligasi diperdagangkan. Pasar modal sebagai sarana mobilitas dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang membutuhkan, memainkan peranan penting dalam perekonomian. Instrumen pasar modal terbagi atas dua kelompok besar yaitu instrumen kepemilikan (equity) seperti saham dan instrumen utang (obligasi/bond) seperti obligasi perusahaan, obligasi langganan, obligasi yang dapat dikonversikan menjadi saham dan sebagainya. Saham sebagai tanda kepemilikan modal dalam suatu perusahaan memiliki peranan penting bagi jalannya perusahaan yang mengeluarkan saham. Saham suatu perusahaan bisa dinilai dari pengembalian (return) yang diterima oleh pemegang saham Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
17
dari perusahaan yang bersangkutan. Return bagi pemegang saham bisa berupa penerimaan dividen tunai ataupun adanya perubahan harga saham (Ross dalam Pradhono, 2004). Harapan untuk memperoleh return yang maksimal tersebut diusahakan agar terwujud dengan mengadakan analisis dan upaya tindakan-tindakan berkaitan dengan investasi dalam sahamnya. Tingkat pengembalian yang diharapkan investor merupakan jumlah probabilitas keuntungan pada serangkaian yang mungkin terjadi. Untuk keperluan tersebut investor memerlukan informasi yang tepat dan cepat mengenai kinerja perusahaan terutama perusahaan manufaktur. Informasi yang tepat dan cepat sangat diharapkan investor sebagai dasar pengambilan keputusan, investor dapat menggunakan laporan keuangan perusahaan untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan tersebut adalah arus kas dan earnings. Laporan arus kas sebagai komponen penyusun laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang juga dapat menjadi perhatian investor. Investor secara detail akan mengamati prospek perusahaan di masa yang akan datang dengan mengamati kinerja perusahaan saat ini dan membuat keputusan menanamkan modal pada perusahaan tersebut sehingga berdampak pada keuntungan yang diperoleh investor pada masa yang akan datang. Informasi penting lainnya yang dapat digunakan oleh investor untuk menilai kinerja perusahaan adalah earnings. Dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1 dinyatakan dengan jelas bahwa pentingnya informasi earnings selain untuk menilai kinerja manajemen dapat pula digunakan untuk memprediksi kemampuan laba (earnings) serta menaksir risiko dalam investasi dan kredit. Penelitian Pradhono (2004) menghasilkan kesimpulan bahwa arus kas operasi dan earnings berpengaruh positif terhadap return saham, sedangkan economic value added (EVA) dan residual income tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham dikarenakan kerumitan dalam menghitung EVA dan hasil yang kontradiktif antara residual income yang negatif dengan kondisi perusahaan yang dapat membagi dividen. Dari hasil penelitian tersebut, disimpulkan bahwa arus kas operasi mempunyai pengaruh yang paling signifikan terhadap return saham yang diterima oleh pemegang saham. Dari hasil penelitian Pradhono (2004), maka peneliti tertarik untuk menguji apakah hasil penelitian masih relevan untuk periode waktu 2011-2012 untuk perusahaan manufaktur yang relatif stabil pada periode tersebut. Pada penelitian Pradhono (2004), EVA dan residual income tidak berpengaruh terhadap return saham sehingga peneliti Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
18
menyederhanakan penelitian tersebut dengan mengambil dua variabel bebas yang mempengaruhi return saham yaitu total arus kas dan earnings. Untuk mengetahui bagaimana tingkat pengaruh arus kas dan earnings terhadap return saham, maka penelitian ini melakukan analisis tentang ”Pengaruh Arus Kas dan Earnings terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Perumusan Masalah “Bagaimana pengaruh arus kas dan earnings terhadap return saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?” Tujuan Penelitian 1.
Untuk mengetahui pengaruh arus kas terhadap return saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
2.
Untuk mengetahui pengaruh earnings terhadap return saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Hipotesis Penelitian Ho1 : Tidak terdapat pengaruh arus kas terhadap return saham. Ha1 : Terdapat pengaruh arus kas terhadap return saham. Ho2 : Tidak terdapat pengaruh earnings terhadap return saham. Ha2 : Terdapat pengaruh earnings terhadap return saham. Ho3: Terdapat pengaruh arus kas dan earnings terhadap return saham. Ha3: Tidak terdapat pengaruh arus kas dan earnings terhadap return saham.
METODE PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian Obyek penelitian yang diambil adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan periode antara bulan Desember 2011– Desember 2012. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Purposive Sampling. Sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 156 perusahaan. Adapun kriteria sampel yang termasuk dalam kategori penelitian ini adalah: a.
Perusahaan tersebut termasuk dalam kelompok perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
19
b.
Perusahaan tersebut menyajikan laporan keuangan setiap tahun selama tahun pengamatan 2011-2012, dengan dasar periode tahun kalender yang berakhir tanggal 31 Desember.
c.
Perusahaan tersebut mempunyai data yang lengkap tentang arus kas dan earnings periode Desember 2011–Desember 2012.
d.
Perusahaan tersebut mempunyai data harga saham (close price) tahunan yang lengkap untuk periode Desember 2011–Desember 2012. Berdasarkan kriteria-kriteria yang telah disebutkan di atas dan data yang
diperoleh dari http://www.idx.co.id, hanya diperoleh sampel sejumlah 33 perusahaan manufaktur yang melengkapi laporan keuangan dan return saham perusahaanperusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1 Data Sampel Perusahaan Manufaktur No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Kode EKAD UNVR ARNA MLIA ADES RMBA MYOR INAI DVLA BUDI INDF DPNS MLBI AKPI PICO ULTJ AQUA PYFA MYTX DLTA LION LMSH BRNA MAIN
Nama Emiten Ekadharma Intenasional Tbk Unilever Indonesia Tbk Arwana Citramulia Tbk Mulia Industrindo Tbk Akasha Wira Internasional Tbk Bentoel International Investama Tbk Mayora Indah Tbk Indal Aluminium Industry Tbk Daria Varia Laboratoria Tbk Budi Acid Jaya Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk Duta Pertiwi Nusantara Tbk Multi Bintang Indonesia Tbk Argha Karya Prima Industry Tbk Pelangi Indah Canindo Tbk Ultra Jaya Milk Tbk Aqua Golden Mississippi Tbk Pyridam Farma Tbk Apac Citra Centertex Tbk Delta Djayakarta Tbk Lion Metal Works Tbk Lionmesh Prima Tbk Berlina Tbk Malindo Feedmill Tbk
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
20
25 26 27 28 29 30 31 32 33
STTP SQBI TCID HMSP MYOH SUGI IGAR KICI SKLT
Siantar TOP Tbk Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk Mandom Indonesia Tbk Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk Myoh Techonology Tbk Sugi Samapersada Tbk Kageo Igar Jaya Tbk Kedaung Indah Can Tbk Sekar Laut Tbk
Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2011 Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan penelitian ini bersumber dari data sekunder yang berasal dari website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) di http://www.idx.co.id, yaitu data laporan keuangan dan catatan atas laporan arus kas perusahaan sampel untuk periode Desember 2011-2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a.
Indonesian Capital Market Directory (ICMD) selama periode penelitian.
b.
Laporan Keuangan Tahunan dan Catatan Atas Laporan Arus Kas dari tiap-tiap perusahaan.
c.
Jurnal atau publikasi lain yang memuat informasi yang relevan dengan penelitian ini.
Variabel Penelitian 1.
Variabel tidak bebas (dependent variable) dalam penelitian ini adalah return saham, yang dinyatakan dalam notasi Y.
2.
Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah perubahan kinerja keuangan yang dinyatakan dalam: a. Arus kas (X1) b. Earnings (X2)
Metode Analisis Data Metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah Analisis Kuantitatif yaitu dengan menggunakan teknik analisis berupa Analisis Regresi Linear Berganda. Persamaan regresi yang dikembangkan dalam penelitian ini sebagai berikut: Y = a + b X1+ b X2 +e 1
Periode Januari 2015 – April 2015
2
ISSN : 2087-5142
21
Dimana: Y : Return saham a : Konstanta b dan b : Koefisien variabel-variabel independen 1
X1 X2 e
2
: Arus Kas : Earnings : Error
Teknik Analisis Sebelum dilakukan pengujian hipotesis sebelumnya dilakukan asumsi klasik. Pada analisis dengan menggunakan regresi linier berganda, pengujian asumsi klasik penting dilakukan agar diperoleh parameter yang valid dan handal. Pengujian asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. Landasan Teori 1.
Arus Kas Menurut PSAK No. 2 (2009), arus kas adalah arus kas masuk dan arus keluar
kas atau setara kas. Kas terdiri dari saldo (cash on hand) dan rekening giro. Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dengan jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Setara kas dimiliki untuk memenuhi komitmen jangka pendek, bukan untuk investasi atau tujuan lain. Sedangkan Menurut Brigham (2001), arus kas bersih adalah kas aktual yang dihasilkan oleh perusahaan dalam satu tahun tertentu. Namun, kenyataan bahwa perusahaan menghasilkan arus kas yang tinggi tidak berarti jumlah kas yang dilaporkan di neraca juga tinggi. Menurut Dyckman (2000), laporan arus kas (Statement cash flows) adalah laporan yang menguraikan arus kas masuk dan keluar selama satu periode. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa laporan arus kas adalah laporan yang menguraikan tentang arus kas masuk dan arus kas keluar perusahaan selama satu periode tertentu. Informasi arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas, dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai laporan
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
22
keuangan perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kapasitas perolehannya. Laporan arus kas disusun untuk memenuhi kebutuhan perusahaan yang biasanya dituntut untuk mengembalikan kas kepada pemilik dan kreditur yang harus dibayar dengan kas sehingga banyak yang mengambil keputusan menginginkan suatu laporan yang difokuskan pada kas. Laporan arus kas melaporkan penerimaan dan pengeluaran entitas selama periode tertentu. Laporan arus kas dapat mengambarkan secara terperinci perubahan salah satu akun penting dalam neraca yakni akun kas (Horngren, 1998). 2. Earnings Earnings seperti yang dijelaskan dalam Statement of Financial Concept (FASB, 1984 dalam Chariri 2000) adalah pengertian yang sama dengan laba bersih (net income) yang berlaku dalam praktek saat ini, yaitu semua laba bersih (net income) untuk satu periode. Meski demikian, FASB membedakan konsep laba (earnings) dengan laba bersih (net income). Earnings lebih lanjut dijelaskan oleh Pardhono (2004) adalah laba bersih sebelum akun-akun luar biasa (extra ordinary accounts) selama satu tahun buku tercantum dalam laporan laba rugi. Laba (earnings) tidak termasuk pengaruh kumulatif dari penyesuaian akuntansi periode sebelumnya yang diakui pada periode sekarang ini. Menurut Chariri dan Ghozali (2000), laba dari current operating concept disebut dengan laba periode (earnings) dan laba yang penyusunannya mengunakan konsep all-inclusive disebut sebagai laba komprehensif atau hampir sama dengan laba bersih (net income). 3. Return Saham Ang (1997) menjelaskan bahwa setiap investasi baik jangka panjang maupun jangka pendek memiliki tujuan utama untuk mendapatkan keuntungan yang disebut return baik langsung maupun tidak langsung. Menurut Ross dalam Pradhono (2004), saham suatu perusahaan bisa dinilai dari pengembalian (return) yang diterima oleh pemegang saham dari perusahaan yang bersangkutan. Menurut Ang (1997), return merupakan tingkat keuntungan yang dinikmati pemodal atas investasi yang dilakukannya. Return bagi pemegang saham bisa berupa penerimaan dividen tunai ataupun adanya perubahan harga saham. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa datang (Jogiyanto, 2000). Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
23
Return dari suatu investasi tergantung dari instrumen investasi yang dibelinya. Misalnya, investasi dalam saham, saham tidak menjanjikan suatu return yang pasti bagi para pemodal namun beberapa komponen return pada saham yang memungkinkan pemodal meraih keuntungan adalah dividen, saham bonus, dan capital gain. Apabila harga saham sekarang lebih tinggi dari harga sebelumnya maka hal ini berarti terjadi keuntungan modal (capital gain) dan return yang diterima bernilai positif, begitu pula sebaliknya apabila harga saham sekarang lebih rendah dari harga sebelumnya maka hal ini berarti terjadi kerugian (capital loss) dan return yang diterima bernilai negatif. Return saham diturunkan dari perubahan harga saham, return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Pada penelitian ini, return yang dihitung merupakan return tahunan yang diperoleh dari selisih antara harga penutupan dengan harga awal dibagi dengan harga saham awal. Apabila harga saham sekarang lebih tinggi dari harga sebelumnya (Pit-1) ini berarti terjadi keuntungan modal (capital gain). Jika sebaliknya, harga sekarang lebih rendah dari harga sebelumnya, maka ini terjadi kerugian modal (capital loss). Semakin tinggi harga saham, maka semakin menunjukan bahwa saham tersebut semakin diminati investor karena dengan semakin tinggi harga saham akan memberikan keuntungan. Return saham diturunkan dari perubahan harga saham, return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Pada penelitian ini, return yang dihitung merupakan return tahunan yang diperoleh dari selisih antara harga penutupan dengan harga awal dibagi dengan harga saham awal. Menurut Halim (2003) dalam Astutik (2005), return dibedakan menjadi dua: a. Return yang telah terjadi (actual return) dihitung berdasarkan data historis. b. Return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa mendatang (expected return). Expected return adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi (Jogiyanto, 2000). Return yang digunakan dalam penelitian ini adalah return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis dan digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah capital gain atau loss yang juga sering disebut actual return. Menurut Resmi (2002), besarnya actual return dapat dihitung dengan rumus:
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
24
Rit
=
(Pit - (Pit-1)) Pit-1
Keterangan : Rit = Return saham Pit = Harga penutupan saham i pada periode t ( periode penutup akhir tahun) Pit-1 = Harga saham i pada periode awal tahun /sebelumnya
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Variabel Penelitian 1.1.
Arus Kas Arus Kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Perhitungan
arus kas pada penelitian ini dilakukan pada periode perusahaan menerbitkan laporan keuangan. Data arus kas perusahaan manufaktur adalah sebagai berikut: Tabel 2 Data Arus Kas Perusahaan Manufaktur Tahun 2011-2012 (dalam Rupiah) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kode Saham ADES AKPI AQUA ARNA BRNA BUDI DLTA DPNS DVLA EKAD HMSP IGAR INAI INDF KICI
Des-11 29.311.000.000 228.478.702.000 60.938.000.000 -35.917.987.285 44.263.794.531 -10.552.000.000 289.951.365 10.401.851.847 213.488.224.000 4.221.793.046 -487.411.000.000 36.296.169.245 28.059.546.955 4.271.208.000.000 1.697.446.006
Arus Kas ( Rp) Des-12 38.471.000.000 253.907.815.000 230.843.000.000 -79.642.397.586 48.390.657.594 -57.829.000.000 386.104.973 29.858.859.723 183.743.362.000 2.385.466.666 -125.483.000.000 75.231.868.234 3.815.098.817 4.478.830.000.000 3.135.850.096
Naik (Turun) 9.160.000.000 25.429.113.000 169.905.000.000 -43.724.410.301 4.126.863.063 -47.277.000.000 96.153.608 19.457.007.876 -29.744.862.000 -1.836.326.380 361.928.000.000 38.935.698.989 -24.244.448.138 207.622.000.000 1.438.404.090
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
LION LMSH MAIN MLBI MLIA MYOH MYOR MYTX PICO PYFA RMBA SQBI
80.467.053.220 2.948.837.132 19.919.924.000 276.849.000.000 185.398.153.000 2.977.597 316.330.699.463 51.328.827.018 11.910.639.167 1.981.380.425 76.694.242.894 72.079.510.000
127.049.613.035 2.714.439.392 69.765.744.000 337.162.000.000 329.365.274.000 27.668.918 321.582.619.407 16.773.938.502 3.497.419.132 3.129.563.397 84.310.801.719 116.844.449.000
46.582.559.815 -234.397.740 49.845.820.000 60.313.000.000 143.967.121.000 24.691.321 5.251.919.944 -34.554.888.516 -8.413.220.035 1.148.182.972 7.616.558.825 44.764.939.000
No.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
25
28 29 30 31 32 33
STTP SUGI SKLT TCID ULTJ UNVR
5.138.189.074 5.480.848.715 12.851.579.724 99.238.814.953 162.869.889.775 722.347.000.000
7.678.078.340 28.960.532 10.024.556.977 147.152.250.091 214.879.968.502 858.322.000.000
2.539.889.266 -5.451.888.183 -2.827.022.747 47.913.435.138 52.010.078.727 135.975.000.000
Sumber : Data Sekunder
Berdasarkan data arus kas perusahaan manufaktur, dapat diketahui bahwa perusahaan yang memiliki arus kas paling tinggi pada tahun 2011 adalah PT Indofood Tbk yaitu sebesar Rp 4.271.208.000.000. Pada tahun 2012, perusahaan yang memiliki arus kas tertinggi juga PT Indofood Tbk yaitu Rp 4.478.830.000.000. Sedangkan perusahaan yang memiliki arus kas terendah pada tahun 2011 adalah PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk yaitu sebesar Rp -487.411.000.000. Pada tahun 2012, perusahaan yang memiliki arus kas paling rendah juga PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk yaitu sebesar Rp -125.483.000.000. Perusahaan yang mengalami peningkatan arus kas paling tinggi adalah PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk sebesar Rp 361.928.000.000 dan penurunan arus kas yang paling tinggi adalah PT Budi Acid Jaya Tbk sebesar Rp -47.277.000.000. 1.2.
Earnings Earnings adalah pengertian yang sama dengan net income. Dalam pengertian
yang sama, earnings lebih diartikan sebagai laba yang diperoleh perusahaan dari kegiatan perusahaan secara keseluruhan dalam satu periode tertentu. Laba (earnings) diperoleh dari pengurangan pendapatan perusahaan dikurangi biaya-biaya yang terjadi pada suatu periode kegiatan perusahaan. Earnings yang dimaksud dalam penelitian ini adalah laba non tunai dari net income dikurangi laba tunai diasumsikan. Data earnings perusahaan manufaktur sebagai berikut: Tabel 3 Data Earnings Perusahaan Manufaktur Tahun 2011-2012 (Dalam Rupiah) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kode ADES AKPI AQUA ARNA BRNA BUDI DLTA DPNS DVLA
Des-11 33.306.000.000 -87.843.787.000 -73.106.000.000 -36.879.947.610 3.540.713.690 -47.011.000.000 -78.252.155 14.295.432.560 -45.365.994.000
Periode Januari 2015 – April 2015
Earnings (Rp) Des-12 -567.000.000 -112.919.420.000 -248.428.000.000 -24.097.133.760 -6.823.030.854 -93.007.000.000 -42.841.175 -13.157.105.560 66.583.476.000
Naik (Turun) -33.873.000.000 -25.075.633.000 -175.322.000.000 12.782.813.850 -10.363.744.544 -45.996.000.000 35.410.980 -27.452.538.120 111.949.470.000
ISSN : 2087-5142
26
10 EKAD 61.713.638.390 11 HMSP -849.833.000.000 12 IGAR -33.669.997.590 13 INAI 21.971.820.450 14 INDF -1.650.417.000.000 15 KICI -7.565.931.989 16 LION 9.300.806.027 17 LMSH 4.885.381.368 18 MAIN -5.627.358.000 19 MLBI -192.906.000.000 20 MLIA -1.026.641.709 21 MYOH 57.777.062.540 22 MYOR 5.673.460.415 23 MYTX -148.545.781.900 24 PICO 5.573.460.415 25 PYFA 1.572.334.921 26 RMBA 294.235.788.600 27 SQBI -45.593.987.000 28 STTP -267.648.716 29 SUGI 7.088.683.521 30 SKLT -8.490.501.306 31 TCID 13.494.435.650 32 ULTJ 172.872.440.100 33 UNVR -1.159.361.000.000 Sumber : Data Sekunder
22.011.577.670 781.743.000.000 -4.653.673.708 -32.028.164.300 -238.646.000.000 -989.752.746 -1.684.306.156 -1.664.406.922 -14.736.020.000 -186.522.000.000 893.623.704 -74.271.933.380 -14.074.248.570 162.651.463.500 -14.074.248.570 -1.247.263.792 -419.501.850.900 -47.135.461.000 -73.624.713.070 -19.139.753.930 1.112.700.395 -63.609.877.150 45.464.915.650 -1.431.770.000.000
-39.702.060.720 1.631.576.000.000 29.016.323.882 -53.999.984.750 1.411.771.000.000 6.576.179.243 -10.985.112.183 -6.549.788.290 -9.108.662.000 6.384.000.000 1.920.265.413 -132.048.995.920 -19.747.708.985 311.197.245.400 -19.647.708.985 -2.819.598.713 -713.737.639.500 -1.541.474.000 -73.357.064.354 -26.228.437.451 9.603.201.701 -77.104.312.800 -127.407.524.450 -272.409.000.000
Berdasarkan data di atas, dapat kita dilihat bahwa perusahaan yang memiliki earnings paling tinggi pada tahun 2011 adalah PT Bentoel International Investama Tbk yaitu sebesar Rp 294.235.788.600 sedangkan pada tahun 2012, perusahaan yang memiliki earnings paling tinggi adalah PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk yaitu sebesar Rp 781.743.000.000. Perusahaan yang memiliki earnings paling rendah pada tahun 2011 adalah PT Indofood Tbk yaitu sebesar Rp -1.650.417.000.000 dan pada tahun 2012, perusahaan yang memiliki earnings paling rendah adalah PT Unilever Indonesia Tbk yaitu sebesar Rp -1.431.770.000.000.
Perusahaan yang mengalami
peningkatan earnings yang paling tinggi adalah PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk yaitu sebesar Rp 1.631.576.000.000, dan perusahaan yang mengalami penurunan earnings adalah PT Bentoel International Investama Tbk yaitu sebesar Rp 713.737.639.500. 1.3.
Return Saham Return saham diperoleh dari perhitungan harga saham periode saat ini dikurangi
dengan harga saham periode sebelumnya dan dibagi dengan harga saham periode sebelumnya tersebut. Periode yang dimaksud adalah tahunan. Perhitungan return saham dalam penelitian ini dilakukan setelah perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahunan, dengan asumsi bahwa investor telah mengetahui informasi keuangan yang Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
27
diterbitkan oleh perusahaan sehingga dapat diketahui reaksi para investor setelah penerbitan laporan keuangan tersebut. Data return saham perusahaan manufaktur sebagai berikut: Tabel 4 Data Return Saham Perusahaan Manufaktur Tahun 2011-2012 (dalam Rupiah) No.
Kode Saham Des-11 1 ADES -69,18 2 AKPI -7,16 3 AQUA -1,93 4 ARNA 2,63 5 BRNA -67,68 6 BUDI -58,06 7 DLTA 25 8 DPNS 23,08 9 DVLA -40 10 EKAD 17,89 11 HMSP -43,36 12 IGAR -51,26 13 INAI -57,89 14 INDF -63,88 15 KICI -25,93 16 LION 46,43 17 LMSH 71,43 18 MAIN -9,10 19 MLBI -10 20 MLIA -33,82 21 MYOH 0 22 MYOR -34,86 23 MYTX -52,83 24 PICO 14,85 25 PYFA -38,37 26 RMBA -7,69 27 SQBI -2 28 STTP -59,46 29 SUGI 5 30 SKLT 2 31 TCID -34,52 32 ULTJ 23,08 33 UNVR 15,56 Sumber : Data Sekunder
Return Saham (%) Des-12 Naik (Turun) 184,44 253,62 41,18 48,34 92,76 94,69 -61,79 -64,42 87,5 155,18 69,23 127,29 210 185 53,33 30,25 59,38 99,38 -13,79 -31,68 28,39 71,75 58,27 109,53 79,17 137,06 281,72 345,6 -24 1,93 -31,71 -78,14 -33,33 -104,76 12,5 21,6 257,58 267,58 46,67 80,49 0 0 294,74 329,6 4 56,83 -48,84 -63,69 120 158,37 25 32,69 163,07 165,07 66,67 126,13 -4,44 -9,44 66,67 64,67 47,27 81,79 -27,50 -50,58 41,67 26,11
Berdasarkan data return saham, dapat diketahui bahwa perusahaan yang memiliki return paling tinggi pada tahun 2011 adalah PT Lionmesh Prima Tbk yaitu sebesar 0,7143 dan pada tahun 2012, perusahaan yang memiliki return paling tinggi adalah PT Mayora Indah Tbk sebesar 2,9474. Sedangkan perusahaan yang memiliki return paling rendah pada tahun 2011 adalah PT Akasha Wira Internasional Tbk sebesar -0,6918, dan pada tahun 2012 adalah PT Arwana Citramulia Tbk sebesar -0,6179. Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
28
Kenaikan saham yang paling tinggi dialami oleh PT Indofood Tbk sebesar 3,456 dan penurunan saham yang paling tinggi dialami oleh PT Lionmesh Prima Tbk sebesar 1,0476. Hasil Analisis 1. Statistik Deskriptif Hasil pengujian statistik yang menunjukkan nilai minimum, maksimum dan ratarata terhadap variabel penelitian (Return Saham, Arus Kas, Earnings) selama periode Desember 2011–Desember 2012 disajikan pada Tabel 5 berikut ini: Tabel 5 Pengujian Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Return Saham Arus Kas Earnings Valid N (listwise)
66 66 66 66
Minimum -69,18 -5E+011 -2E+012
Maximum 294,74 4E+012 8E+011
Mean 24,6027 2E+011 -9E+010
St d. Dev iation 80,89869 7,619E+011 3,411E+011
Sumber : Pengolahan Data SPSS
Berdasarkan hasil statistik deskriptif pada tabel di atas dapat diketahui bahwa arus kas terendah adalah bernilai Rp - 487.411.000.000 dan yang paling tinggi adalah bernilai Rp 4.478.830.000.000 serta rata-rata arus kas sebesar Rp 215.681.319.228,1. Earnings yang terendah adalah Rp -1.650.420.000.000 dan yang paling tinggi adalah Rp 78.174.300.000 serta rata-rata earnings selama periode penelitian Desember 2011-Desember 2012 adalah Rp -87.034.022.096,24. Return saham selama periode Desember 2011-Desember 2012 yang terendah adalah -69,18 % dan yang paling tinggi adalah 294,74 % serta rata-rata return saham adalah 24,6027 %. Selama periode penelitian (Desember 2011–Desember 2012) arus kas dan earnings memiliki nilai minimum negatif dan nilai maksimum yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum perusahaan manufaktur di BEI telah memiliki kinerja yang cukup bagus, terutama apabila ditinjau dari segi penciptaan nilai (value creation) bagi perusahaan.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
29
2. Hasil Uji Asumsi Klasik 2.1. Hasil Uji Normalitas Pengujian normalitas data dilakukan dengan melihat grafik penyebaran data dari sumbu diagonal pada grafik Hasil pengujian disajikan pada Gambar 1 berikut: Gambar 1 Hasil Uji Normalitas Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Return Saham
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Sumber : Pengolahan Data SPSS
Berdasarkan grafik di atas didapatkan hasil bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2.2. Hasil Uji Multikolinieritas Hasil analisis terhadap nilai Tolerance dan Variance Inflantion Factor (VIF) dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini: Tabel 6 Hasil Uji Multikolinieritas Coeffici entsa
Model 1
(Constant) Arus Kas Earnings
Unstandardized Coef f icients B Std. Error 21,114 10,102 3,73E-011 ,000 5,24E-011 ,000
Standardized Coef f icients Beta ,351 ,221
t 2,090 2,492 1,566
Sig. ,041 ,015 ,122
Collinearity Statistics Tolerance VIF ,726 ,726
1,378 1,378
a. Dependent Variable: Ret urn Saham
Sumber : Pengolahan Data SPSS
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
30
Batas nilai VIF lebih besar dari 5 dan nilai Tolerance lebih kecil dari 0,1 maka akan terjadi multikolinieritas dan harus dikeluarkan dari model. Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 6 di atas, nilai independen untuk Tolarance Value semua variabel independen dalam penelitian bernilai 0,726. Ini berarti terlihat bahwa semua variabel telah memenuhi persyaratan seimbang toleransi. Sedangkan VIF untuk semua variabel independen di dalam penelitian ini bernilai kurang dari 5 yaitu 1,378. Pada umumnya, jika VIF lebih besar dari 5, variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinieritas dengan variabel lainnya. Jika dilihat pada Tabel 6 terlihat bahwa baik arus kas dan earnings mempunyai VIF kurang dari 5 yang berarti tidak terdapat multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi.
2.3. Hasil Uji Autokorelasi Dari hasil pengujian dengan menggunakan Durbin Watson (DW) pada Tabel 7, menunjukkan nilai DW-hitung sebesar 1,780. Nilai ini berada pada selang 1,70 < DW < 2,30. Sehingga menurut pengujian Durbin Watson (DW), dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model regresi. Tabel 7 Uji Autokorelasi Model Summaryb Change Statistics Model 1
R ,302a
R Square ,810
Adjusted R Square ,521
St d. Error of the Estimate ,78346
R Square Change ,610
F Change 3,152
df 1
df 2 2
63
Sig. F Change ,030
DurbinWat son 1,780
a. Predictors: (Const ant), Earnings, Arus Kas b. Dependent Variable: Return Saham
Sumber : Pengolahan Data SPSS
2.4. Hasil Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan hasil ini maka dapat disimpulkan tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model regresi.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
31
Gambar 2 Uji Heteroskedastisitas Scatterplot
Regression Standardized Predicted Value
Dependent Variable: Return Saham
7.5
5.0
2.5
0.0
-2.5
-2
0
2
4
Regression Studentized Residual
Sumber : Pengolahan Data SPSS
3. Hasil Uji Hipotesis Pengujian terhadap hipotesis dilakukan baik secara simultan dan secara parsial terhadap masing-masing variabel penelitian baik penelitian regresi dengan a = 5% terhadap variabel penelitian disajikan pada tabel 8 dan tabel 9 berikut ini: Tabel 8 Uji Hipotesis 1 ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 38696,713 386702,2 425398,9
df 2 63 65
Mean Square 19348,356 6138,130
F 3,152
Sig. ,030a
a. Predictors: (Const ant), Earnings, Arus Kas b. Dependent Variable: Return Saham
Sumber: Pengolahan Data SPSS
Tabel 9 Uji Hipotesis 2 dan 3 Coeffici entsa
Model 1
(Constant) Arus Kas Earnings
Unstandardized Coef f icients B Std. Error 21,114 10,102 3,73E-011 ,000 5,24E-011 ,000
Standardized Coef f icients Beta ,351 ,221
t 2,090 2,492 1,566
Sig. ,041 ,015 ,122
Collinearity Statistics Tolerance VIF ,726 ,726
1,378 1,378
a. Dependent Variable: Ret urn Saham
Sumber: Pengolahan Data SPSS
3.1.
Hasil Uji Hipotesis 1 (Uji F) Pengujian terhadap hipotesis 1 bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh
secara simultan kinerja keuangan (arus kas dan earnings) dengan return saham Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
32
digunakan uji-F. Uji F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara bersama-sama (simultan) variabel bebas terhadap variabel terikat, yaitu dengan membandingkan antara Fhitung dengan Ftabel pada tingkat kepercayaan 5%. Apabila Fhitung > Ftabel maka semua variabel bebas berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Berdasarkan hasil perhitungan SPSS 15.00 diperoleh Fhitung sebesar 3,152 sedangkan Ftabel adalah sebesar 2,751. Maka Fhitung adalah lebih besar daripada Ftabel, berarti dapat diambil kesimpulan bahwa arus kas dan earnings secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap return saham. Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4.9. diatas, pengujian secara simultan menghasilkan Sig F = 0,03 yang berarti bahwa Sig F lebih kecil dari a = 5% maka hipotesis 1 diterima yaitu terdapat simultan kinerja keuangan (arus kas dan earnings) dengan return saham. Artinya, arus kas dan earnings dapat dipergunakan secara bersama-sama sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan investasi. Keberadaan informasi arus kas dan earnings dipandang oleh pemakai informasi sebagai suatu hal yang saling melengkapi guna mengevaluasi kinerja perusahaan secara keseluruhan.
3.2. Hasil Uji Hipotesis 2: Pengujian (thitung ) koefisien regresi arus kas (b1) Berdasarkan perhitungan program SPSS 15.00, nilai t hitung untuk koefisien regresi X1 adalah 2,492 sedangkan nilai t tabel (0,05:63) adalah 1,998. Keputusan diambil berdasarkan perbandingan nilai t hitung untuk X1 dan ttabel pada tingkat kepercayaan yang sama yaitu 0,05 sehingga keputusan yang dapat diambil dari perbandingan antara nilai thitung dan ttabel adalah thitung (2,492) > ttabel (1,998) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara arus kas terhadap return saham. Pengujian terhadap hipotesis 2 bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh secara parsial antara arus kas terhadap return saham digunakan Uji t. Berdasarkan hasil pengujian Tabel 4.10. diatas, probabilitas value juga dapat dilihat bahwa p value sebesar 0,015 lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis 2 diterima yaitu terdapat pengaruh secara parsial antara arus kas terhadap return saham. Arus kas secara parsial ditemukan berpengaruh positif yang signifikan terhadap return saham, hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Triyono (2000). Hasil penelitian yang signifikan menunjukkan arus kas merupakan informasi keuangan yang perlu diperhatikan karena berguna untuk meneliti kecermatan dari taksiran arus
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
33
kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga.
3.3.
Hasil Uji Hipotesis 3: Pengujian (thitung ) koefisien regresi earnings (b2) Berdasarkan perhitungan program SPSS 15.00, nilai thitung untuk koefisien
regresi X2 adalah 1,566 sedangkan nilai t tabel (0,05:63) adalah 1,998. Keputusan diambil berdasarkan perbandingan nilai t hitung untuk X2 dan ttabel pada tingkat kepercayaan yang sama yaitu 0,05 sehingga keputusan yang dapat diambil dari perbandingan antara nilai thitung dan ttabel adalah thitung (1,566) < ttabel (1,998) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara earnings terhadap return saham. Pengujian terhadap Hipotesis 3 bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh secara parsial antara earnings terhadap return saham digunakan uji-t. Berdasarkan hasil pengujian Tabel 4.10. diatas, probabilitas value juga dapat dilihat bahwa p value sebesar 0,122 lebih besar dari 0,05 maka hipotesis 3 ditolak yaitu tidak terdapat pengaruh secara parsial antara earnings terhadap return saham. Earnings secara parsial ditemukan berpengaruh positif yang tidak signifikan terhadap return saham, hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Pradhono (2004). Hal ini dikarenakan adanya beberapa perusahaan yang mengalami kerugian atau ketidakmampuan unutk menghasilkan keuntungan dari dana yang ditanamkan dalam modal perusahaan. 4. Koefisien Determinasi (R2) Berdasarkan hasil uji regresi pada lampiran Tabel 4.8., diperoleh nilai R Square sebesar 0,81. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen (arus kas dan earnings) mampu menjelaskan perubahan variabel dependen (return saham) sebesar 81 %, sedangkan sisanya sebesar 19 % dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan oleh penelitian ini. Dengan menguadratkan koefisien korelasi parsial maka koefisien determinasi parsial variabel arus kas dan earnings dapat diketahui. Berdasarkan perhitungan SPSS 15.00, maka diperoleh r untuk arus kas dan earnings masing-masing sebesar 0,780 dan 0,319 sehingga r2 untuk arus kas dan earnings adalah 0,6084 atau 60,84 % dan 0,1018 atau 10,18 %.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
34
KESIMPULAN 1.
Secara simultan, variabel arus kas dan earnings berpengaruh secara signifikan terhadap return saham, dengan koefisien determinasi sebesar 0,81 atau sebesar 81 % sedangkan sisanya sebesar 19 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
2.
Secara parsial, variabel arus kas berpengaruh secara signifikan terhadap return saham dengan koefisien determinasi parsial sebesar 60,84 % artinya Ho 1 ditolak dan Ha1 diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investor sudah memanfaatkan informasi arus kas untuk pengambilan keputusan investasi. Sedangkan earnings tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham dengan koefisien determinasi parsial sebesar 10,18 % artinya Ho2 diterima dan Ha2 ditolak.
SARAN 1. Sebaiknya investor memperhatikan variabel arus kas dalam melakukan investasi saham pada suatu perusahaan, karena semakin besar arus kas berarti semakin tinggi pula return saham perusahaan tersebut, sedangkan earnings merupakan faktor penting dalam menilai kondisi suatu perusahaan sehingga earnings juga dapat dijadikan pertimbangan investor dalam berinvestasi walaupun dalam penelitian ini tidak terdapat pengaruh yang signifikan earnings terhadap return saham. 2. Dalam memprediksi return saham, investor perlu memperhatikan faktor lain yang berpengaruh terhadap return saham, misalnya Economic Value Added, residual income, Beta, Book Value To Market Equity, EPS, DER, DPR, ROA, ROE, dan ROI maupun kondisi ekonomi, sosial, politik dan keamanan. 3. Dalam penelitian lanjutan dengan tema yang sejenis, diharapakan adanya penambahan periode pengamatan dan menambah variabel lain yang belum diteliti, misalnya Economic Value Added, residual income, Beta, Book Value To Market Equity, DPR, DPS dan lainnya.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
35
DAFTAR PUSTAKA Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Media Soft Indonesia. Astutik, Esti Puji. 2005. Pengaruh EPS, PER, dan DER Terhadap Return Saham pada Perusahaan Properti di BEJ. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial UNNES. Bursa Efek Indonesia (BEI). Indonesia Capital Market Directory. 2011-2012. Jakarta. Brigham, Eugene F. Dan Joel F. Houston. 2000. Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga. Chariri, Anis dan Imam Ghozali. 2000. Teori Akuntansi. Semarang: UNDIP. Dyckman, dkk. 2001. Akuntansi Intermediate. Jakarta: Erlangga. Horne, Van dan Wachowics. 1997. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Buku1. Jakarta: Salemba Empat. Horngren, T. Charles. 1998. Akuntansi di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. BPFE UGM: Yogyakarta. Kumalahadi. 2003. Pengaruh Pemoderasi Aliran Kas terhadap Hubungan Antara Set Peluang Investasi dengan Return Saham. Disertasi Program Doktor Program Studi Ekonomi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Pradhono dan Yulius Jogi Christiawan. 2004. Pengaruh Economic Value Added, Risidual Income, Earnings dan Arus Kas Operasi yang diterima oleh Pemegang Saham. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 6, No. 2. Resmi, Siti. 2002. Keterkaitan Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Return Saham. Kompak No. 6, September 2002. Rusdin. 2006. Pasar Modal (Teori Masalah, Kebijakan dalam Praktik). Bandung: Alfabeta. Simamora, Henry. 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Skousen, Fred dkk. 2001. Akuntansi Keuangan Menegah Intermediate Accounting. Dian Mas Cemerlang, Thomson Learning. Sukojo dan Jogiyanto. 2001. Analisis Kandungan Informasi dan Ketepatan Reaksi Pasar. Jurnal Widya Manajemen dan Akuntansi. Vol.1, No. 2. Widoatmodjo, Sawidji. 2004. Teknik Memetik Keuntungan di Bursa Efek. Jakarta: Rineka Cipta. Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
36
Analisis Biaya Produksi pada CV. Sekonjing Ogan Ilir Rizal Effendi Dosen Tetap FE UTP Palembang
ABSTRAK Harga jual barang secara pesanan ditentukan sebelum produksi dilakukan, perusahaan akan menghitung unsur-unsur biaya yang terkandung di dalam produksi tersebut secara estimasi. Penaksiran ini didasarkan pada biaya standar (standar cost) yang telah ditentukan dimuka oleh perusahaan. Jika keadaan ekonomi diasumsikan stabil dimana harga secara umum relatif konstan maka harga pokok produksi taksiran dapat mendekati harga pokok produksi yang sebenarnya. Selain penentuan harga pokok produksi di atas, penentuan harga pokok produksi dengan cara pesanan ini memerlukan suatu bentuk formulir tersendiri yang dikenal dengan istilah kartu harga pokok (job cost sheet). Dengan terselenggaranya kartu harga pokok tersebut, maka biaya masing-masing pesanan dapat diketahui dengan jelas. Kata Kunci: Biaya produksi, bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead.
PENDAHULUAN Penentuan harga pokok produksi merupakan hal yang sangat penting mengingat manfaat informasi harga pokok produksi adalah untuk menetukan harga jual produk serta penentuan harga pokok persedian produk jadi dan produk dalam proses yang akan disajikan dalam neraca. Perhitungan harga pokok dilakukan dengan menjumlahkan seluruh unsur biaya produksi, sedangkan harga pokok produksi per unit ditentukan dengan membagi seluruh total biaya produksi dengan volume produksi yang dihasilkan atau yang diharapkan akan dihasilkan. Cara seperti ini yang harus digunakan apabila berhubungan dengan prinsip akuntansi, mempengaruhi baik jumlah harga pokok produk maupun cara penyajiannya dalam laporan rugi laba. Dalam memperhitungkan unsurunsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan yaitu full costing dan variable costing. Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel maupun tetap sedangkan variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
37
Menurut Sunarto dan Riki Juniar (2008: 03) biaya produksi adalah: “Biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (factory overhead cost).” Menurut Raiborn dan Michael (2011, h.42) biaya produk (product cost) berhubungan dengan pembuatan atau pemerolehan produk atau menyediakan jasa yang secara langsung menghasilkan pendapatan untuk sebuah perusahaan. Penggolongan biaya pada umumnya ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai penggolongan tersebut. Hal ini didasarkan pada “different cost for different purpose”. 1. 2 3. 4. 5.
Menurut mulyadi (2000:14-17), biaya dapat digolongkan berdasarkan : Objek pengeluaran Fungsi pokok dalam perusahaan Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan Jangka waktu dan pemanfaatannya Sedangkan pengertian harga pokok produksi menurut Raiborn dan Michael
(2011, h. 56) harga pokok produksi (cost of goods manufactured) atau (CGM) adalah total produksi biaya barang-barang yang telah selesai dikerjakan dan ditransfer ke dalam persediaan barang jadi selama sebuah periode. CV. Sekonjing merupakan perusahaan yang bergerak di bidang percetakan. Produksi yang dihasilkan adalah kartu undangan, majalah, buku nota, kartu nama, lembaran brosur dan berbagai barang cetakan lainnya. Proses produksi yang dilakukan CV. Sekonjing adalah berdasarkan proses pesanan (job order). Perusahaan yang memproduksi secara pesanan, harga jual sudah ditentukan dan disepakati oleh kedua belah pihak (pesanan dan perusahaan/penjual) sebelum barang tersebut di produksi. Harga jual barang secara pesanan ditentukan sebelum produksi dilakukan, perusahaan akan menghitung unsur-unsur biaya yang terkandung di dalam produksi tersebut secara estimasi. Penaksiran ini didasarkan pada biaya standar (standar cost) yang telah ditentukan dimuka oleh perusahaan. Jika keadaan ekonomi diasumsikan stabil dimana harga secara umum relatif konstan maka harga pokok produksi taksiran dapat mendekati harga pokok produksi yang sebenarnya.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
38
Dari uraian di atas, CV. Sekonjing perlu melakukan perhitungan harga pokok produksi dan pengalokasian biaya produksi dengan tepat, maka penulis tertarik menulis penelitian ini dengan judul “Analisis Perhitungan Biaya Produksi pada CV. Sekonjing”. Perumusan Masalah Bagaimanakah pengklasifikasian biaya produksi dan perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan pada CV. Sekonjing? Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengklasifikasian biaya dan perhitungan harga pokok produksi pada CV. Sekonjing.
METODE PENELITIAN 1. Rancangan penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan yaitu menggunakan metode deskriptif, suatu metode yang melukiskan sifat objektif yang diteliti dengan cara mengadakan perbandingan antara kondisi yang ada di perusahaan dengan teori yang mendukung permasalahannya. 2. Variabel dan Definisi Operasional Variabel adalah sekumpulan atau satu set data yang dinilai bervariasi (variable). Definisi operasional adalah penjelasan setiap variabel secara konsepsional oleh sejumlah teori ilmiah agar dapat dikatakan sebagai variabel ilmiah. Adapun variabel dan definisi operasional yang digunakan adalah harga pokok produksi berupa biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead. 3. Prosedur Pengumpulan Data a. Observasi Yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian. b. Interview Yaitu dilakukan dengan cara wawancara kepada pihak yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. 4. Teknik Analisis Teknik analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah teknik analisis Kuantitatif dan kualitatif. 1. Tehnik analisis Kuantitatif adalah suatu anlisis data yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka. Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
39
Tehnik analisis kuantitatif dalam penelititian ini yaitu melakukan analisis dengan menggunakan metode matematika untuk menghitung laporan harga pokok produksi. 2. Tehnik analisis Kualitatif adalah suatu analisis data yang terbentuk kata, kalimat, skema, gambar dan dikumpulkan dianalisis agar dapat menjawab permsalahan yang telah diungkapkan sebelumnya dengan mengacu kepada teori-teori yg relevan. Tehnik analisis kualitatif dalam penelitian ini dengan menggunakan teori-teori yang berkaitan dengan harga pokok produksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengklasifikasian biaya atas dasar fungsi pokok dalam perusahaan yaitu biaya produksi, CV. Sekonjing belum dapat mengklasifikasikan biaya-biaya produksinya ke dalam tiga elemen biaya yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Unsur-unsur biaya produksi yang terdapat di dalam laporan harga pokok produksi CV. Sekonjing akan disajikan di bawah ini sekaligus penulis akan mengklasifikasikan biaya tersebut ke dalam kelompok biaya produksi yang benar. Biaya Bahan Baku Proses produksi kartu undangan dan buku nota CV. Sekonjing ini menggunakan bahan baku yang terdiri dari:
Kertas
Tinta Cetak
Film
Plate Marker Berdasarkan data yang yang diperoleh penulis, pengklasifikasiaan biaya bahan
baku yang dilakukan perusahaan ini sudah benar adanya. Biaya bahan langsung ini dapat dibebankan ke produk karena pengamatan fisik dapat digunakan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi setiap produk yang dihasilkan tetapi perusahaan kurang tepat mengklasifikasikan dalam memasukkan biaya transportasi pembelian bahan, yaitu ke dalam biaya overhead pabrik yang semestinya termasuk dalam biaya bahan baku. Jadi, ada tambahan untuk biaya bahan baku sebesar Rp 1.976.000 untuk transportasi pembelian bahan baku kartu undangan, dan Rp 1.200.000 untuk transportasi pembelian bahan baku buku nota. Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
40
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa jumlah biaya bahan baku untuk pesanan kartu undangan tahun 2010 adalah sebesar Rp 31.250.000. Sedangkan jumlah biaya bahan baku untuk pesanan buku nota tahun 2010 adalah sebesar Rp 106.641.000. Jadi, pengklasifikasian biaya bahan baku untuk pesanan kartu undangan dan buku nota pada perusahaan yang tercantum dalam perhitungan harga pokok produksi, sebaiknya memasukkan biaya transportasi pembelian bahan ke dalam biaya bahan baku, sehingga dapat diketahui jumlah biaya bahan baku sesungguhnya untuk setiap pesanan. Biaya Tenaga Kerja Langsung Tenaga kerja merupakan bagian yang penting dalam kegiatan produksi perusahaan manufaktur karena tenaga kerja merupakan sumber daya yang merubah bahan baku menjadi barang jadi. Biaya produksi terdiri dari biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi tidak langsung terdiri dari biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Sedangkan biaya produksi tidak langsung merupakan biaya bahan penolong, biaya reparasi, dan biaya lainnya yang dikelompokkan ke dalam biaya overhead pabrik. CV. Sekonjing sebagai perusahaan yang mengumpulkan biaya produksinya berdasarkan metode harga pokok pesanan, mengelompokkan biaya tenaga kerjanya menjadi satu biaya tenaga kerja tanpa adanya pemisahan antara biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung produk dibebankan sebesar semua gaji dan upah karyawan selama periode tertentu. Dimana biaya tenaga kerja langsung CV. Sekonjing terdiri dari upah karyawan mingguan dan upah lain-lain. Berdasarkan data yang diperoleh biaya tenaga kerja untuk kartu undangan sebesar Rp 6.240.000 terdiri dari upah karyawan mingguan Rp.4.800.000 dan upah lainlain Rp.1.440.000. Biaya tenaga kerja untuk pesanan buku nota sebesar Rp 5.520.000 terdiri dari upah karyawan mingguan Rp.4.800.000 dan upah lain-lain Rp 720.000, sehingga biaya tenaga kerja untuk seluruh produk sebesar Rp 11.760.000 yang terdiri dari: 1. Upah karyawan mingguan
Rp. 9.600.000
2. Upah lain-lain
Rp. 2.160.000+ Rp.11.760.000
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
41
Upah lain-lain di atas terdiri dari upah lembur 60% dan 40% dari upah lain-lain adalah gaji bagian kantor. Berarti yang menjadi bagian dari biaya tenaga kerja langsung adalah upah lembur karena upah lembur ini terjadi pada bagian produksi, maka upah lembur tersebut sebesar : Biaya upah lembur
= Persentase X total upah lain-lain = 60% X Rp. 2.160.000 = Rp. 1.296.000
Jadi yang menjadi upah lembur sebesar Rp. 1.296.000 yang menjadi bagian pada biaya tenaga kerja langsung. Sedangkan sisanya gaji bagian administrasi menjadi beban operasional pada beban administrasi dan umum dalam perhitungan laba Biaya Overhead Pabrik Biaya produksi tidak langsung yang biasanya disebut biaya overhead pabrik merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan menghasilkan produk selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang dikelompokkan perusahaan sebagai biaya overhead pabrik. Dalam pembebanan biaya overhead pabrik pada CV. Sekonjing, biaya pemakaian listrik dihitung secara keseluruhan selama tahun 2010. Hal ini menyebabkan biaya yang dibebankan terlalu tinggi. Sedangkan biaya pemakaian listrik yang sesungguhnya dapat dihitung berdasarkan jam kerja selama proses produksi pada pesanan tertentu dengan membagi total jam kerja yang digunakan tahun 2010. Total jam kerja selama tahun 2010 yang digunakan CV. Sekonjing adalah 2112 jam, sedangkan jam kerja yang digunakan untuk memproduksi kartu undangan dan buku nota adalah 984 jam.
KESIMPULAN 1. Unsur-Unsur Biaya Produksi Unsur-unsur biaya produksi dalam perhitungan harga pokok produksi CV. Sekonjing belum tepat, hal ini terlihat adanya kesalahan pengklasifikasian biaya transportasi pembelian bahan yang dimasukkan ke dalam biaya overhead pabrik serta biaya gaji bagian administrasi yang dimasukkan ke dalam biaya tenaga kerja langsung.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
42
2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Penentuan biaya listrik, biaya pemeliharaan dan biaya penyusutan CV. Sekonjing dalam perhitungan harga pokok produksi per pesanan belum tepat, sehingga mengakibatkan jumlah masing-masing biaya (biaya listrik, biaya pemeliharaan, biaya penyusutan) yang terlihat dari laporan perhitungan harga pokok produksi tersebut relatif tinggi.
SARAN 1. Unsur-Unsur Biaya Produksi Sebaiknya dalam penyajian perhitungan harga pokok produksi CV. Sekonjing, unsur-unsur biaya produksi diklasifikasikan dengan tepat, agar dapat memberikan informasi yang benar dan dapat bermanfaat bagi CV. Sekonjing di dalam pengambilan keputusan sebagai dasar pengendalian biaya produksi. 2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Dalam perhitungan harga pokok produksi yang disusun CV. Sekonjing akan lebih baik, jika sebaiknya CV. Sekonjing menerapkan tarif biaya overhead pabrik yang berbeda untuk tiap proses produksi, sehingga biaya produksi tidak langsung dapat dialokasikan pada tiap produk dengan tepat serta dapat mencerminkan jumlah biaya sesungguhnya untuk memproduksi pesanan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Halim, 2000, Perpajakan, Penerbit UPPAMPYKPN: Yogyakarta. Abdul Halim, 2002, Akuntansi Keuangan Daerah, Salemba Empat: Jakarta. Abdul Halim, 2004, Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat: Jakarta. Ahmad Yani, 2002, Hubungan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, PT Grafindo Persada: Jakarta. Deddy Nordiawan, 2006, Akuntansi Sektor Publik, Jakarta: Salemba Empat. Dinas Pendapatan Daerah, Laporan Realisasi Penerimaan Pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Rejang Lebong Tahun Anggaran 2004 s/d 2008.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
43
Emzul Fajri dan Ratu Aprilia Senja, 2002, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Penerbit Difa Pubhisher: Jakarta. Husein Umar, 2003, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Aksar Pratama: Yogyakarta. Indra Bastian dan Gatot Soepriyanto, 2003, Sistem Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat: Jakata. Mardiasmo, 2005, Perpajakan, Penerbit ANDI: Yogyakarta. Nan Lin ahli bahasa W. Gulo, 2002, Metode Penelitian Bisnis, Yogyakarta. Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002. Metodelogi Penelitian Bisnis, Edisi Pertama, Penerbit BEFE: Yogyakarta. Peraturan Bupati Rejang Lebong Nomor 32 Tahun 2008, Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah. Peraturan Daerah Kabupaten Rejang Lebong Nomor 3 Tahun 2008, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Rejang Lebong Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001, Tentang Retribusi Daerah. Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Bisnis, CV. Alfabeta: Bandung. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintah Daerah. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000, Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
44
Pengaruh Faktor Ekonomi Makro terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah Endah Dewi Purnamasari1, Azra’ie K. Rosni2 Fakultas Ekonomi, Universitas Indo Global Mandiri email:
[email protected] 2 Fakultas Ekonomi Universita Indo Global Mandiri
1
ABSTRACT This study aimed to analyze the effect of macroeconomic factors on the financial performance of the Bank. In particular, this study aims to analyze the influence of economic factors on the financial performance of Conventional Commercial Banks and Islamic Banks. The macro economic factors that currency exchange rates, inflation and interest rates, while the bank's financial performance is measured by financial ratios, among other Loan Deposit Ratio (LDR), Return On Assetr (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Operating Expenses to Operating Income (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR) and the Debt to Equity Ratio (DER). The study was conducted at the Commercial Bank of Conventional and Islamic Banks. Sampling is the Conventional Commercial Banks and Islamic Banks is the purposive sampling method. With the criteria that banks in the period 2008 to 2012 are included in the top 5 rating based on the bank's assets according to Bank Indonesia, Bank Mandiri, BRI, BNI, Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah and BNI Syariah. Data used in this study is secondary data. Secondary data macro economic factors and the data obtained from the Bank's financial statements www.bi.go.id . Analysis of data obtained by using multiple regression analysis. The analysis includes the validity and reliability, the classical assumption, hypothesis testing via t test and F test, and analysis of the coefficient of determination (R2). From the data above obtained regression equation generally is Y = a + b1x1 + b2X2 + b3X3 + e, where Y: the financial performance of banks, X1: currency exchange rate, X2: inflation, X3: interest rates, a: constants and b1, b2, b3: Regression coefficient. Testing hypotheses through the F test showed that the three independent variables studied in general affect the dependent variable. Keywords: Macroeconomics, Financial Performance, Banks.
PENDAHULUAN Gejolak dalam industri perbankan yang diakibatkan oleh kestabilan makro ekonomi, yang dalam hal ini dikhususkan pada perubahan salah satu indikatornya yaitu nilai tukar mata uang, dapat dilihat dari pengalaman krisis ekonomi global tahun 1998 dan 2008. Pada saat krisis tersebut terjadi, nilai tukar mata uang rupiah mengalami depresiasi dan pada saat yang bersamaan bank-bank mulai memperketat kebijakan kreditnya. Selain Nilai tukar mata uang sebagai salah satu factor ekonomi yang dinilai dapat mempengaruhi kinerja bank, terdapat beberapa faktor makro ekonomi lainnya Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
45
yang juga dinilai dapat mempengaruhi kinerja bank. Faktor-faktor tersebut antara lain inflasi, tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar. Menurut Hatta (2008), Secara empirik, pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari krisis tahun 1997 - 1998 yang mengakibatkan terganggunya sektor riil. Krisis ini diawali dari krisis di sektor moneter (depresiasi nilai tukar rupiah dengan dolar) yang kemudian merambat kepada semua sektor tanpa terkecuali.20 Tingkat Inflasi ketika itu sebesar 77,60 % yang diikuti pertumbuhan ekonomi minus 13,20 %. Adapun terganggunya sektor riil tampak pada kontraksi produksi pada hampir seluruh sektor perekonomian. Menurut Mishkin (2004), tingkat suku bunga mempunyai dampak pada kesehatan perekonomian suatu Negara. Peningkatan tingkat suku bunga akan menyebabkan penggunaan dana saat ini menjadi lebih mahal dan menjadi pendorong bagi investor untuk menabung. Sebaliknya,
penurunan tingkat
suku bunga
menyebabkan penggunaan dana saat ini menjadi lebih murah dan menjadi pendorong pinjaman Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melihat seberapa besar Pengaruh Faktor Ekonomi Makro terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Kovensional dan Bank Umum Syariah Periode Tahun 2008 -2012. Perumusan Masalah 1.
Seberapa Besar Pengaruh Faktor Ekonomi Makro Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Konvensional?
2.
Seberapa Besar Pengaruh Faktor Ekonomi Makro Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah?
Tujuan Penelitian 1.
Menganalisis Pengaruh Faktor Ekonomi Makro Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Konvensional
2.
Menganalisis Pengaruh Faktor Ekonomi Makro Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah
Tinjauan Pustaka Nilai Tukar Mata Uang Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
46
atau di kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah. Nilai tukar yang berdasarkan pada kekuatan pasar akan selalu berubah disetiap kali nilai-nilai salah satu dari dua komponen mata uang berubah. Sebuah mata uang akan cenderung menjadi lebih berharga bila permintaan menjadi lebih besar dari pasokan yang tersedia. nilai akan menjadi berkurang bila permintaan kurang dari suplai yang tersedia.
Inflasi Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruhmemengaruhi.
Tingkat Suku Bunga Tingkat suku bunga (interest rate) adalah harga atau biaya kesempatan (opportunity cost) atas penggunaan dana atau uang yang harus dibayar karena daya beli (purchasing power) dana tersebut pada saat sekarang. Bagi pengguna dana atau peminjam, tingkat suku bunga adalah biaya untuk penggunaan dana lebih awal, sedangkan bagi yang meminjamkan dana atau investor, tingkat suku bunga adalah pendapatan karena penundaan kesempatan untuk menggunakan dana tersebut (kedwell,2005). Terdapat berbagai tingkat suku bunga dalam perekonomian antara lain suku bunga kredit komersial, suku bunga kredit konsumsi, suku bunga berbagai jenis obligasi dan lain sebagainya.
Kinerja Keuangan Bank Penilaian kinerja keuangan dapat dinilai dengan perhitungan rasio keuangan. Rasio keuangan yang menghubungkan dua data keuangan (laporan keuangan), yaitu Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
47
neraca dan laporan laba rugi. Nilai rasio keuangan tersebut yang nantinya dibandingkan dengan tolok ukur yang telah ada. Analisis dan interpretasi nilai rasio keuangan yang telah diperoleh dapat memberikan pandangan yang lebih baik dan mendalam tentang kinerja keuangan. Analisis kinerja keuangan bank mempunyai tujuan antara lain (Abdullah, 2005: 120): 1. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank terutama kondisi likuiditas, kecukupan modal dan profitabilitas yang dicapai dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya. 2. Untuk mengetahui kemampuan bank dalam mendayagunakan semua aktiva yang dimiliki dalam menghasilkan profit.
Analisis Rasio Keuangan Bank “Analisis perbandingan (ratio analysis) merupakan suatu teknik atau peralatan untuk mengevaluasi kondisi financial dan kinerja sebuah organisasi perusahaan.” (Darmawi, 2011: 201) Menurut Abdullah (2005: 123, “analisis ratio keuangan merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan di antara pos-pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.” Kesimpulan dari beberapa definisi bahwa analisis rasio keuangan merupakan suatu teknik analisis untuk mengevaluasi kondisi kinerja sebuah perusahaan dengan melakukan analisis pada laporan keuangan perusahaan tersebut. Macam-macam rasio keuangan perbankan yaitu: 1. Rasio Permodalan, yaitu Analisis ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya, atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya jika terjadi liquidasi bank. 2. Rasio Aktiva Produktif, yaitu menunjukkan kualitas penanaman aktiva produktif. 3. Rasio Rentabilitas, yaitu alat untuk menganalisa atau mengukur tingkat efesiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh Bank yang bersangkutan. 4. Rasio Likuiditas, yang mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya atau kewajiban yang telah jatuh tempo.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
48
Kerangka Pikir
Gambar 1 Kerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini ini dirancang untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Faktor Ekonomi Makro (X) sedangkan variabel dependan adalah Kinerja Keuangan Bank Syariah dan Bank Syariah (Y). Variabel Makro meliputi Nilai tukar mata uang (X1), Inflasi (X2) dan Suku Bunga (X3) sedangkan Kinerja Keuangan (Y) meliputi CAR, NPL, ROA, ROE, NIM dan BOPO.
Definisi Operasional 1.
Perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia pada penutupan akhir bulan yang di hitung dengan logaritma natural perbandingan kurs periode t dengan periode t-1(KURS_LN)
2.
Perubahan tingkat inflasi nasional bulanan berdasarkan data dari bank indonesia yang dihitung dengan logaritma natural perbandingan tingkat inflasi periode t dengan periode t-1 (INF_LN)
3.
Perubahan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia bulanan dihitung dengan logaritma natural perbandingan tingkat suku bunga periode t dengan periode t-1 (SBI_LN) Sedangkan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian adalah variabel
yang menggambarkan kinerja keuangan yaitu:
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
49
1. Capital Adequancy Ratio (CAR)
2. Non Performing Loan (NPL)
3. Return On Assets (ROA) 4. Return on Equity (ROE)
5. Net Interest Margin (NIM)
6. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk jadi, dikumpulkan, dan diolah oleh pihak lain, biasanya dalam bentuk publikasi. Data Keuangan Bank yang dipakai adalah data Laporan Keuangan yang terdaftar di BEI dari tahun 2008 sampai tahun 2012 . Data tersebut didapat dari www.idx.co.id, dan www.bi.go.id.
Metode Penarikan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling (Nasir, 2003) yaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria– kriteria tertentu, dengan tujuan agar diperoleh sampel yang representative dengan penelitian yang dilakukan. Adapun kriteria dalam pengambilan sampel adalah Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah yaitu bank yang pada periode tahun 2008 sampai 2012 termasuk dalam 5 besar rating bank berdasarkan aktiva menurut Bank Indonesia, yaitu Bank Negara Indonesia dan Bank BNI Syariah.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
50
Prosedur Pengumpulan Data Data diperoleh dari : a. Data CAR, NPL, ROA, ROE, NIM dan BOPO pada www.idx.co.id dan data Inflasi, Kurs Mata Uang dan Suku Bunga pada www.bi.go.id . b. Metode pengumpulan data dengan metode dokumentasi dan studi pustaka. Metode dokumentasi adalah merupakan pengumpulan data dengan cara mencatat dan memepelajari dokumen–dokumen atau arsip–arsip yang relevan dengan masalah yang diteliti. Studi pustaka adalah metode yang dilakukan dengan cara mencari teori–teori yang relevan dengan pokok bahasan.
Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan analisis regresi linier berganda. Langkah-langkah untuk analisis regresi linier berganda sebagai berikut : 1. Menghitung variabel dependen dan independen untuk sampel. 2. Menganalisis variabel secara deskriptif (analisis deskriptif) yaitu menentukan ratarata, maksimum, minimum, dan standar deviasi dari data. 3. Membuat model yang akan digunakan dalam penelitian ini dan menentukan nilai yang sesuai untuk variabel dependen dan independen serta validasi model penelitian. 4. Menguji hipotesis yang telah dibuat. Untuk
melakukan pengujian
hipotesis dilakukan uji
statistik
dengan
menggunakan uji regresi dan korelasi. Maka perlu dibuat model untuk menjelaskan hubungan antara variabel independen dan dependen dalam model umum sebagai berikut: Y = a + b1X1+ b2X2 + b3X3 + e Dimana: Y : kinerja keuangan bank X1 : nilai tukar mata uanga X2 : inflasi X3 : tingkat suku bunga a : Konstanta b1, b2, b3, : Koofisien Regresi Model umum tersebut kemudian dijabarkan kembali berdasarkan rasio-rasio keuangan sebagai berikut: CAR = a + b1X1+ b2X2 + b3X3 + e NPL = a + b1X1+ b2X2 + b3X3 + e Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
51
ROA = a + b1X1+ b2X2 + b3X3 + e ROE = a + b1X1+ b2X2 + b3X3 + e NIM = a + b1X1+ b2X2 + b3X3 + e BOPO = a + b1X1+ b2X2 + b3X3 + e Pengujian Hipotesis Uji F statistik Uji F biasanya digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari Kurs Mata Uang, Inflasi, dan Suku Bunga secara simultan terhadap kinerja keuangan bank. Adapun hipotesis yang digunakan sebagai berikut : H0 :
tidak terdapat pengaruh Kurs Mata Uang, inflasi dan Suku Bunga secara simultan terhadap kinerja keuangan bank.
Ha :
terdapat pengaruh Kurs Mata Uang, inflasi dan Suku Bunga secara simultan terhadap kinerja keuangan bank. Nilai F hitung dapat dicari dengan menggunakan program SPSS 15 dengan
kriteria pengambilan keputusan, tingkat keyakinan 95% (α=0,05) sebagai berikut: Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima. Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan menerima H a.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada 3 Bank Umum Konvensional yaitu BNI, Bank MANDIRI dan BCA serta pada Bank Umum Syariah yaitu BNI Syariah, Bank Mandiri Syariah dan Bank BRI Syariah. Untuk melihat pengaruh Nilai tukar mata uang (X1), Inflasi (X2) dan Suku Bunga (X3) sedangkan Kinerja Keuangan (Y) meliputi CAR, NPL, ROA, ROE, NIM dan BOPO sebagai berikut 1. Pengaruh antar variabel a. Bank Konvensional
No
Nama Bank Konvensional
(R2) CAR
(R2) ROA
(R2) ROE
(R2) NPL
(R2) NIM
(R2) BOPO
1.
BNI
0,284
0,680
0,558
0,545
0,660
0,128
2.
Mandiri
0,197
0,546
0,358
0,685
0,152
0,683
3.
BRI
0,146
0,343
0,374
0,252
0,750
0,597
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
52
Jika Melihat dari data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh yang paling besar dari beberapa variable adalah sebagai berikut: 1. CAR, adalah Bank BNI Konvensional, sebesar 0,284 atau 28,4 %. 2. ROA, adalah Bank BNI Konvensional, sebesar 0,680 atau 68 %. 3. ROE, adalah Bank BNI Konvensional, sebesar 0,558 atau 55,8 %. 4. NPL, adalah Bank Mandiri Konvensional, sebesar 0,685 atau 68,5%. 5. NIM, adalah Bank BRI Konvensional, sebesar 0,750 atau 75 %. 6. BOPO, adalah Bank Mandiri Konvensional, sebesar 0,683 atau 68,3 %. Dari penjabaran data di atas, Bank BNI Konvensional merupakan Bank yang paling besar pengaruhnya antar variable (CAR, ROE, ROE) yang diteliti. b. Bank Syariah No. 1. 2. 3.
Nama Bank Syariah BNI Mandiri BRI
(R2) CAR
(R2) ROA
(R2) ROE
(R2) NPL
(R2) NIM
(R2) BOPO
0,555 0,616 0,819
0,025 0,376 0,089
0,114 0,863 0,425
0,735 0,750 0,643
0,347 0,122 0,314
0,013 0,668 0,593
Dari data di atas, maka dapat diketahui bahwa pengaruh yang paling besar dari beberapa variable adalah sebagai berikut : 1. CAR, adalah Bank BRI Syariah, sebesar 0,819 atau 81,9 %. 2. ROA, adalah Bank Mandiri Syariah, sebesar 0,376 atau 37,6 %. 3. ROE, adalah Bank Mandiri Syariah, sebesar 0,863 atau 86,3 %. 4. NPL, adalah Bank Mandiri Syariah, sebesar 0,750 atau 75 %. 5. NIM, adalah Bank BNI Syariah, sebesar 0,347 atau 34,7 %. 6. BOPO, adalah Bank Mandiri Syariah, sebesar 0,668 atau 66,8 %. Dari penjabaran data diatas, Bank Mandiri Syariah merupakan Bank yang paling besar perngaruhnya antar variable (ROA, ROE, NPL, BOPO) yang diteliti. 2. Perbandingan antara Bank Konvensional dengan Bank Syariah. No.
Item
(R2) Bank Konvensi onal
1. 2. 3. 4. 5. 6.
CAR ROA ROE NPL NIM BOPO
0,284 0,680 0,558 0,685 0,750 0,683
Periode Januari 2015 – April 2015
(R2) Bank Syariah 0,819 0,376 0,863 0,750 0,347 0,668
(R2) Pengaruh Tertinggi Kon Syaria vens h ional √ √ √ √ √ √
ISSN : 2087-5142
53
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kedua tipe bank (konvensional dan syariah) memiliki pengaruh yang sama dalam menanggapi variabel penelitian.
KESIMPULAN 1. Terdapat pengaruh Kurs Mata Uang, inflasi dan Suku Bunga secara simultan terhadap kinerja keuangan Bank Umum Konvensional 2. Terdapat pengaruh Kurs Mata Uang, inflasi dan Suku Bunga secara simultan terhadap kinerja keuangan Bank Umum Syariah
SARAN 1. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan menambahkan variabel-variabel ekonomi makro lainnya, misalnya pertumbuhan ekonomi dan lainnya. 2. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan memasukkan variabel-variabel industri perbankan seperti pangsa pasar bank dan konsentrasi industri perbankan
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Sait, 2005, Desentralisasi: Konsep, Teori dan Perdebatannya, Jurnal Desentralisasi, Vol. 6 No. 4 Tahun 2005, Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah Lembaga Administrasi Negara, Jakarta Damodar, Gujarati.1997. Ekonometrika Dasar. Erlangga, Jakarta. Darmawi, Herman, Drs. (2000),Manajemen Asuransi. Jakarta : Bumi Aksara Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Hatta, M., “Telaah Singkat Pengendalian Inflasi dalam Perspektif Kebijakan Moneter Islam”, Paper, Jurnal Ekonomi Ideologis, 2008 Mankiw,GregoryN.(2007). Macroeconomic.6th.edision.New York: Work Publisher. Mishkin, Fredec S. (2006). The Economy of Money, Banking and Financial Markets, 7th edition.New York: Pearson Addison Wesley. Nasir. 2003. Metodelogi Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta. Kidwell, David S., Dvid.W.Black Well, David A. Whidbel and Richard L Paterson. (2005) Finansial Institution, Market and Money, 9th edition. Ohio: Thomson South West. Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
54
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Alokasi Umum terhadap Belanja Daerah pada Pemerintah Kabupaten Kota di Sumatera Selatan Sahila Dosen FE UTP Palembang
ABSTRAK Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh PAD secara parsial, pengaruh DAU secara parsial, dan PAD serta DAU secara simultan terhadap belanja daerah. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh dari PAD dan DAU terhadap belanja daerah dengan populasi pemerintah kabupaten/kota di Wilayah Sumatera Selatan. Data yang digunakan adalah data skunder berupa Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dalam Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2012 yang telah diaudit oleh BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Selatan dengan teknik pengumpulan data melalui dokumentasi. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis diskriftif kuantitatif dengan menggunakan teknik analisis berupa analisis korelasi dan regresi. Penelitian secara parsial baik PAD maupun DAU masing-masing berpengaruh secara signifikan terhadap belanja daerah, sedangkan secara simultan PAD dan DAU tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah. Selain itu, hasil analisis hipotesis menunjukkan bahwa pada pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2012 tidak mengalami flypaper effect. Kata kunci: Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Belanja Daerah
PENDAHULUAN Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 23 ayat (1) menyatakan bahwa Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah dikelompokkan atas: a.
Pendapatan Asli Daerah;
b.
Dana Perimbangan; dan
c.
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
55
Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Sedangkan DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Belanja daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 1 ayat (16) didefinisikan sebagai semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Hubungan dalam bidang keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Pasal 15 ayat (1) huruf b adalah tentang pengalokasian dana perimbangan kepada pemerintah daerah. Dana perimbangan tersebut terdiri atas dana bagi hasil, dana alokasi umum (DAU), dan dana alokasi khusus (DAK). Pengeluaran atau belanja pada pemerintah daerah yang memberikan respon lebih besar terhadap dana alokasi umum dibandingkan dengan respon yang diberikan terhadap pendapatan asli daerah akan menimbulkan flypaper effect, sedangkan tujuan pemerintah pusat memberikan transfer khususnya DAU adalah mendorong pemerintah daerah untuk meningkatkan PAD terutama melalui peningkatan upaya pajak, sehingga akan mengurangi ketergantungan daerah terhadap pusat dan untuk mengetahui besarnya flypaper effect pada suatu daerah maka dibutuhkan suatu penelitian. Sumatera Selatan sebagai salah satu provinsi di Indonesia, merupakan hasil pemecahan Provinsi Sumatera di Tahun 1950. Sampai pada 1998, Provinsi Sumatera Selatan memiliki 10 Kabupaten/Kota. Sejak tahun 1999, ada pemekaran daerah dan telah terbentuk 8 kabupaten/kota baru sehingga sampai dengan saat ini jumlah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 11 kabupaten dan 4 kota.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
56
Tabel 1 PAD, DAU, dan Belanja Daerah TA 2012 No
Pemerintah Daerah
1 Kota Palembang
PAD (Rp) 18.858.991.832,36
DAU (Rp)
Belanja Daerah (Rp)
934.084.157.000,00
2.112.638.103.434,82
2 Kota Lubuklinggau
38.255.546.692,28
328.281.811.000,00
632.594.858.595,02
3 Kota Prabumulih
40.674.603.066,67
299.641.875.000,00
618.461.713.074,17
4 Kota Pagaralam
34.791.983.143,86
268.911.890.000,00
551.264.601.738,00
5 Kabupaten Banyuasin
67.767.207.250,69
651.357.692.000,00
1.266.893.795.288,32
6
KabupatenMusi Banyuasin
96.732.351.086,79
327.550.951.000,00
2.457.920.024.109,00
7
Kabupaten Musi Rawas
73.018.397.086,40
537.624.294.000,00
1.214.727.752.512,00
8
Kabupaten Muara Enim
119.455.990.1862
580.314.469.000,00
1.566.202.556.917,35
9
Kabupaten Lahat
70.937.920.402,18
516.937.290.000,00
1.129.074.545.061,20
10 Kabupaten Ogan Ilir
31.742.224.146,37
446.518.667.000,00
832.477.597.011,00
11 Kabupaten OKI
54.618.205.118,49
743.452.601.000,00
1.303.909.255.503,00
12 Kabupaten OKU
41.429.319.509,11
456.823.059.000,00
813.512.895.552,40
13 Kabupaten OKU Timur
34.833.501.650,66
541.448.924.000,00
912.984.895.434,47
14 Kabupaten OKU Selatan
18.948.546.962,12
397.058.100.000,00
696.028.966.785,03
15 Kabupaten Empat Lawang
21.467.167.592,36
274.671.065.000,00
530.245.672.257,55
Sumber: BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Selatan
Dana Alokasi Umum (DAU) menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pada Pasal 1 ayat (21) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU tersebut dialokasikan untuk provinsi dan kabupaten/kota. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan dalam APBN, dengan ketentuan sebagai berikut: (Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004) a. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri Netto; b. Proporsi DAU antara provinsi dan kabupaten/kota dihitung dari perbandingan antara bobot urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi dari kabupaten/kota;
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
57
c. Jika penentuan proporsi tersebut belum dapat dihitung secara kuantitatif, proporsi DAU antara provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan dengan imbangan 10% dan 90%. DAU merupakan sarana untuk mengatasi ketimpangan fiskal antardaerah karena kemampuan dan sumber daya setiap daerah berbeda. Pemberian DAU lebih diprioritaskan pada daerah yang kapasitas fiskalnya rendah. Ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah yang kapasitas fiskalnya tinggi akan mendapat bagian transfer yang lebih kecil daripada pemerintah daerah yang kapasitas fiskalnya rendah. Definisi Belanja Daerah, Belanja menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Pernyataan Nomor 2 adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 23 ayat (2) menyatakan bahwa belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Belanja daerah diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, yaitu: (Permendagri Nomor 13 Tahun 2006) a. Belanja tidak langsung Adalah belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang terdiri dari: 1) Belanja pegawai; 2) Belanja bunga; 3) Belanja subsidi; 4) Belanja hibah; 5) Bantuan sosial; 6) Belanja bagi hasil; 7) Bantuan keuangan; dan 8) Belanja tidak terduga. b. Belanja langsung Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
58
Adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, yang terdiri dari: 1) Belanja pegawai; 2) Belanja barang dan jasa; dan 3) Belanja modal. Sedangkan klasifikasi secara ekonomi atau pengelompokkan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas meliputi: (Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan) a. Belanja operasi Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari pemda yang memberi manfaat jangka pendek, terdiri atas: 1) Belanja pegawai; 2) Belanja barang; 3) Bunga; 4) Subsidi; 5) Hibah; 6) Bantuan sosial. b. Belanja modal; Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang member manfaat lebih dari satu periode akuntansi, terdiri atas: 1) Belanja aset tetap; 2) Belanja aset lainnya; 3) Belanja lain-lain/tak terduga. c. Belanja lain-lain/tak terduga Belanja tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan diharapkan tidak berulang, seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah. d. Transfer keluar Yaitu pengeluaran uang dari entitas pelaporan lain seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat dan dana bagi hasil oleh pemerintah daerah.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
59
Flypaper Effect Flypaper effect merupakan perbedaan respon belanja daerah atas sumber pendapatan daerah (Maimunah, 2006:2). Terjadi flypaper effect apabila pemerintah daerah merespon lebih besar dalam pengalokasian belanja daerah bila penerimaan dana perimbangan meningkat dibanding dengan peningkatan pengeluaran daerah jika terjadi peningkatan pendapatan asli daerah. Karena itu flypaper-effect dipandang sebagai suatu anomali dalam perilaku rasional jika transfer harus dianggap sebagai (tambahan) pendapatan masyarakat (seperti halnya pajak daerah), sehingga semestinya dihabiskan (dibelanjakan) dengan cara yang sama pula.
Rumusan Masalah 1.
Bagaimana pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara parsial terhadap belanja daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Wilayah Sumsel?
2.
Bagaimana pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) secara parsial terhadap belanja daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Wilayah Sumsel?
3.
Bagaimana pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) secara simultan terhadap belanja daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Wilayah Sumsel?
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Daerah pada kabupaten kota di Sumatra selatan. Baik secara parsial maupun secara simultan.
METODE PENELITIAN 1. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah hubungan pengaruh antara variable-variabel , untuk melihat pengaruh variable bebas yang terdiri dari
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
60
Pendapatan Asli daerah (X1), Dana Alokasi Umum (X2) dengan variable terikat yaitu Belanja Daerah (Y) pada kabupaten kota di Sumatra selatan. 2. Populasi, Sampel, Sampling
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tabel 2 Daftar Populasi Pemerintah Daerah Kota Palembang Kota Prabumulih Kota Lubuklinggau Kota Pagaralam Kabupaten Banyuasin Kabupaten Ogan Ilir Kabupaten Ogan Komering Ilir Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Kabupaten Musi Banyuasin Kabupaten Musi Rawas Kabupaten Lahat Kabupaten Muara Enim Kabupaten Ogan Komering Ulu Kabupaten Ogan Komering Uu Selatan Kabupaten Empat Lawang
Sampel dalam penelitian ini adalah laporan Keuangan dari 15 Pemerintah daerah Tahun Anggaran 2012. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonprobability Sampling yaitu Sampling Jenuh. 3. Variabel dan Definisi Operasional Tabel 3 Operasionalisasi Variabel No
Variabel
1
Pendapatan Asli Daerah (PAD) (X1)
2
Dana Alokasi Umum (DAU) (X2)
Definisi
Indikator
Pendapatan yang diperoleh Daerah yang 1. Pajak daerah; dipungut berdasarkan Peraturan Daerah 2. Retribusi daerah; sesuai dengan peraturan perundang- 3. Hasil pengelolaan undangan. kekayaan daerah yang (UU No. 33 Tahun 2004) dipisahkan; 4. Lain-lain PAD yang sah Dana yang bersumber dari pendapatan Pendanaan untuk APBN yang dialokasikan dengan tujuan pelaksanaan desentralisasi pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. (UU No. 33 Tahun 2004)
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
61
3
Belanja Daerah (Y)
Semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. (UU No. 33 Tahun 2004)
1. 2. 3. 4.
Belanja operasi; Belanja modal; Belanja tidak terduga; Belanja transfer.
Hipotesis 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif terhadap belanja daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Wilayah Sumsel; 2. Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh positif terhadap belanja daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Wilayah Sumsel; 3. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap belanja daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Wilayah Sumsel.
Teknik Analisa Data Formula yang digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh Pendapatan Asli daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Daerah yaitu a. Korelasi Sederhana rxy = ∑ xy √( ∑ x2) ( ∑ y2) b. Korelasi Ganda Ryx1 x2 =
√
r2yx1 + r2yx2 - 2 ryx1 ryx2 r x1x2 1 – r2 x1x2
Regresi sederhana dipakai untuk menguji pengaruh masing-masing jumlah DAU tahun berjalan (DAUt), dan PAD tahun berjalan (PADt) terhadap jumlah belanja daerah tahun berjalan (BJD t). Y = a + b Xi + e Keterangan: Y a b Xi e
: : : : :
Variabel dependen (belanja daerah) konstanta atau bila harga X = 0 koefisien regresi Nilai variabel independen (PAD atau DAU) error term
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
62
Pengujian hipotesis atas koefisien korelasi secara parsial dari variabel independennya menggunakan uji hipotesis t-test. Langkah-langkah t-test yaitu: a. Menghitung thitung dengan rumus: thitung = r√n-2 √1-r2 Dimana : r
: koefisien regresi
n
: banyaknya sampel
b. Menentukan t tabel dengan cara: -
Taraf signifikasi ditentukan sebesar 5%
-
Taraf nyata ditentukan dengan derajat kebebasan dk = n-k
c. Perumusan hipotesis -
Ho = 0 :
Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara PAD dan DAU tidak berpengaruh terhadap belanja daerah
-
Ho ≠ 0 : Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara PAD dan DAU terhadap belanja daerah
d. Kriteria pengujian -
Ho diterima apabila t hitung < ttabel
-
Ho ditolak apabila t hitung > ttabel
e. Kesimpulan Menarik kesimpulan apakah H o diterima atau ditolak Sedangkan untuk menganalisis apakah PAD dan DAU secara serentak mempengaruhi Belanja Daerah menggunakan analisis regresi berganda, dengan persamaan regresinya sebagai berikut: Y = a + b1X1+ b2X2 + e Keterangan: Y a b1,b2,b3 X1 X2 e
: : : : : :
Variabel dependen (belanja daerah) konstanta koefisien regresi jumlah PAD jumlah DAU error term
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
63
Adapun langkah-langkah dalam pengujian F-test yaitu: a. Menghitung Fhitung dengan rumus: R2/k
Fhitung =
(1-R2)(n-k-1) Dimana : R2 : koefisien determinasi N : banyaknya sampel K : banyaknya variabel bebas Koefisien determinasi adalah persentase pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun rumus dari koefisien determinasi (R2) adalah: R2 = b1∑YX1 + b2∑ YX2 ∑Y2 Nilai R2 berada di antara 0 sampai dengan 1, semakin mendekati 1 maka variabel bebas hampir memberikan semua informasi untuk memprediksi variabel terikat atau merupakan indikator yang menunjukkan semakin kuatnya kemampuan menjelaskan perubahan variabel bebas terhadap variabel terikat. a. Menentukan Ftabel dengan cara: -Taraf signifikasi ditentukan sebesar 5% - Taraf nyata ditentukan dengan derajat kebebasan dk = n-k b. Kriteria pengujian - Ho diterima apabila fhitung < ftabel - Ho ditolak apabila fhitung > ftabel c. Kesimpulan: Menarik kesimpulan apakah Ho diterima atau ditolak.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.
Pengaruh PAD terhadap Belanja daerah
Untuk menilai pengaruh PAD terhadap belanja daerah. 1. Analisis Korelasi rx1y =
∑xy
√(∑x12) (∑y2)
rx1y =
√(213.432.359.311,70 x 106)(4.596.768.497.223,31 x 106) rx1y =
Periode Januari 2015 – April 2015
630.325.633.371,07 x 1012
= 0,64
ISSN : 2087-5142
64
Terdapat korelasi yang positif sebesar 0,64 antara PAD dengan belanja daerah berdasarkan interprestasi nilai koefisien korelasi tersebut berada pada tingkat hubungan yang “Kuat”. 1. Uji Hipotesis dengan t-Test a. Menghitung t hitung Jika r = 0,64
t = r √ n – 2 = 0,64 √15 – 2 √ 1 – r2
√ 1 – (0,64)2
t = 2,97 b. Menentukan t tabel
ttabel = 2,16
c. Kriteria Pengujian Ho1 diterima dan Ha1 ditolak apabila thitung < ttabel (kriteria 1) Ho1 ditolak dan Ha1 diterima apabila t hitung > ttabel (kriteria 2) d. Kesimpulan
t hitung = 2,97 > ttabel = 2,16 (kriteria 2)
2. Analisis Regresi: Y = a + bX b = ∑ (X1 – Ẍ1) (Y - Ȳ) ∑ (X1 – Ẍ1)2 b = ∑ (x1y) = 630.325.633.371,07 x 1012 ∑ x12
213.432.359.311,70 x 1012
b = 2,95 a = Ȳ - b Ẍ1 a = 1.109.262,48 x 106 – (2,95) (84.235,46 x 106) a = 1.357.757,09 x 106 sehingga persamaan regresinya adalah: Y = 1.357.757,09 x 106 + 2,95 X1 Dengan koefisien regresi PAD sebesar 2,95, ini berarti jika PAD mengalami peningkatan sebesar 1% maka belanja daerah akan meningkat sebesar 2,95% dengan asumsi variabel lain dalam kondisi konstan.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
65
2. Pengaruh DAU terhadap Belanja Daerah a. Analisis Korelasi rxy =
∑xy √(∑x22) (∑y2)
rxy =
638.900.609.076,06 x 1012 √(365.276.079.668,77 x 106)(3.325.109.324.353,71 x 106)
rxy = 0,58 Jadi terdapat korelasi sebesar 0,58 antara DAU dengan belanja daerah dimana nilai koefisien korelasi tersebut berada pada tingkat hubungan yang “Cukup Kuat”. b. Uji Hipotesis dengan t-Test a. Menghitung thitung t = r √ n – 2 = 0,58 √15 – 2 √ 1 – r2 √ 1 – (0,58)2 t = 2,57
Jika r = 0,58
c. Menentukan ttabel
ttabel = 2,16
d. Kriteria Pengujian Ho2 diterima dan Ha2 ditolak apabila thitung < ttabel (kriteria 1) Ho2 ditolak dan Ha2 diterima apabila thitung > ttabel (kriteria 2) e. Kesimpulan
thitung = 2,57 > ttabel = 2,16 (kriteria 2)
d. Analisis Regresi Y = a + bX b = ∑ (X2 – Ẍ2) (Y - Ȳ) ∑ (X2 – Ẍ2)2 b = ∑ (x2 y) = 638.900.609.076,06 x 1012 ∑ x22 365.276.079.668,77 x 1012 b = 1,75 a = Ȳ - b Ẍ2 a = 949.841,12 x 106 – (1,75) (410.951,32 x 106) a = 231.050,42 x 106 sehingga persamaan regresinya adalah: Y = 231.050,42 + 1,75 X2
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
66
Dengan koefisien regresi DAU sebesar 1,75, ini berarti jika DAU mengalami peningkatan sebesar 1% maka belanja daerah akan meningkat sebesar 1,75% dengan asumsi variabel lain dalam kondisi konstan. Pengaruh PAD dan DAU terhadap Belanja Daerah a. Analisis Korelasi Untuk menilai korelasi PAD dan DAU secara serentak terhadap belanja daerah menggunakan korelasi ganda, yaitu: Rx1x2 =
r2x1y + r2x2y - 2 rx1y rx2y r x1x2 √ 1 – r2x1x2
(0,64)2 + (0,54)2 – 2 (0,64)(0,54)(0,71) √ 1 – (0,71)2 = 0,65 =
Rx1x2
Jadi terdapat korelasi yang positif sebesar 0,65 antara PAD dan DAU dengan belanja daerah nilai koefisien korelasi tersebut berada pada tingkat hubungan yang “Kuat”. Uji Hipotesis dengan F-test 1)
Menghitung Fhitung Jika R = 0,65
F=
R2/k = (0,65)2/2 2 (1 – R ) (n-k-1) (1 – (0,65)2) (15-2-1)
F = 0,03 2) Menentukan Ftabel
Ftabel = 3,88
3) Kriteria Pengujian Ho diterima dan Ha ditolak apabila Fhitung < Ftabel (kriteria 1) Ho2 ditolak dan Ha2 diterima apabila Fhitung > Ftabel (kriteria 2) 4) Kesimpulan : Fhitung = 0,03 < Ftabel = 3,88 (kriteria 1) Ho diterima dan Ha ditolak yaitu PAD dan DAU secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah. a. Analisis Regresi
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
67
Y = a + b1X1 + b2X2 b1 = rx1 y Sy Sx1 b1 = 0,64 x 573.010,13 = 2,95 123.471,33 b2 = rx2 y Sy Sx2 b2 = 0,54 x 573.010,13 = 1,64 188.376,60 a = Ȳ - 2,95 Ẍ1 – 1,64 Ẍ2 a = 1.109.262,48 – (2,95) (84.235,46) - (1,64) (486.978,46) a = 59.836,57 sehingga persamaan regresinya adalah: Y = 59.836,57 + 2,95 X1 + 1,64 X2 Dengan koefisien regresi PAD sebesar 2,95 dan DAU sebesar 1,64, ini berarti jika PAD dan DAU mengalami peningkatan sebesar 1% maka belanja daerah akan meningkat sebesar 2,95% dari PAD dan 1,64% dari DAU dengan asumsi variabel lain dalam kondisi konstan.
KESIMPULAN 1.
Secara parsial PAD berpengaruh secara signifikan terhadap belanja daerah. Hasil thitung = 2,97 > ttabel = 2,16 dengan demikian Ho1 ditolak dan Ha1 diterima yaitu PAD berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah.
2. Secara parsial DAU berpengaruh secara signifikan terhadap belanja daerah. Hasil thitung = 2,32 > ttabel = 2,16 dengan demikian Ho2 ditolak dan Ha2 diterima yaitu DAU berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah 3. PAD dan DAU secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah. Hasil dari Fhitung = 0,03 < Ftabel = 3,88 dengan demikin Ho2 diterima dan Ha2 ditolak yaitu PAD dan DAU secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah. Untuk koefisien determinasi R = 0,65, Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
68
maka R2 = 0,42. Dapat disimpulkan kedua nilai R2 berada diantara 0 dan 1, maka variabel bebas tidak memberikan semua informasi untuk memprediksi variabel terikat atau bukan merupakan indikator yang menunjukkan kuatnya kemampuan menjelaskan perubahan variabel bebas terhadap variabel terikat. Berdasarkan hasil analisis hipotes yang telah diuraikan sebelumnya tidak mengalami flypaper effect.
SARAN a. Secara parsial PAD berpengaruh secara signifikan terhadap belanja daerah Pemerintah kabupaten/kota perlu semakin peningkatan PAD maupun pendapatan lain-lain guna memenuhi kebutuhan belanja daerah. b.
Pemerintah
kabupaten/kota
mengoptimalkan
potensi
perlu
daerah,
meningkatkan
sehingga
PAD
dengan
ketergantungan
terhadap
pemerintah pusat dalam bentuk dana transfer secara keseluruhan dapat berkurang dan keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah dapat terwujud sesuai tujuan yang ingin dicapai. c. PAD dan DAU secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah. Terdapat variabel lain yang kemungkinan mempengaruhi belanja daerah Sehingga penganggaran belanja daerah perlu memperhatikan variabel lain diluar PAD dan DAU.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi 3, Salemba Empat: Jakarta. Arfan Ikhsan. 2008. Metode Penelitian Akuntansi Keperilakuan, Jilid 1, Graha Ilmu: Yogyakarta. Deddi Nordiawan, Iswahyudi Sondi Putra, dan Maulidah Rahmawati. 2007. Akuntansi Pemerintahan, Salemba Empat: Jakarta. Deddi Nordiawan. 2006. Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat: Jakarta. Edizal, AE, MS, et.al., 2010, Pedoman Penulisan Skripsi dan Laporan Akhir, Fakultas Ekonomi Universitas Tridinanti: Palembang.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
69
IKAPI. 2011. Standar Akuntansi Pemerintahan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010, Edisi Terbaru Tahun 2011, Fokusmedia: Bandung. IKAPI. 2008. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dan Perubahannya Nomor 59 Tahun 2007, Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Edisi Tahun 2008, Fokusmedia: Bandung. Indra Bastian. 2006. Akuntansi Sektor Publik, Erlangga: Jakarta. Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Andi: Jakarta. Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik, Cetakan Pertama, Andi: Jakarta. Nan Lin, Ahli bahasa W. Gulo. 2000. Metode Penelitian, Buku 2, Edisi Pertama, BPFE: Jakarta. Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. 2002. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi 4, BPFE: Yogyakarta. Soeratno dan Lincolin Arsyad. 2003. Metode Penelitian, Edisi Satu, Jilid Satu: Yogyakarta. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi, Cetakan ke-11, Alfabeta: Bandung. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuatitatif Kualitatif dan R & D, Cetakan ke-18, Alfabeta: Bandung.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
70
Analisis Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Traditional Costing dan Activity Based Costing (Studi Kasus pada PT Badja Baru Palembang) Rosalina Pebrica Mayasari Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Tridinanti Palembang
ABSTRACT The study compares traditional costing method and activity based costing according to overhead establishment accuracy in cost of good manufactured at PT Badja Baru Palembang. It is a company with specialization in manufactures especially crumrubber. The research method used is descriptive analysis and comparative. The first is arranged by collecting and analyzes data of cost and actual management activity; meanwhile the later one had comparison characteristic in assessment traditional method of management with activity based costing from author suggestion. The study aimed to find out overhead cost accuracy resulting in cost of good manufactured calculating result from every paint products. It is result in cost of good manufactured more accurate. Meanwhile a traditional costing system resulting in cost of good manufacturing with distortion as there is mistake in determine of overhead cost with considering only volume. Therefore, it is concluded that calculation with activity based costing system method can yield cost of good manufactured with high accuracy. Keywords: traditional costing, activity based costing, and cost of good manufactured
PENDAHULUAN Fokus utama manajemen adalah pada pengelolaan aktivitas, yaitu merencanakan dan mengendalikan seluruh aktivitas perusahaan untuk menghasilkan produk dengan tingkat biaya produksi yang sama. Oleh karena itu diperlukan strategi-strategi perusahaan yang bisa memenangkan perusahaan pada suatu persaingan. Salah satu strategi yang digunakan untuk bisa memenangkan persaingan adalah penekanan harga pokok produksi. Harga pokok produksi mempunyai peranan yang sangat penting untuk menentukan harga jual produk. Penetapan biaya yang lebih tepat akan menghasilkan harga pokok produksi yang lebih akurat. Dimana bila perusahaan tidak akurat dalam menetapkan harga pokok produksi, maka perusahaan akan mengalami pembebanan biaya yang besar dan bila hal ini terjadi maka profit yang diperoleh perusahaan menjadi kecil serta biaya yang besar membuat produk sulit untuk bersaing dipasar karena harga yang tinggi.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
71
Perhitungan biaya produksi yang selama ini menggunakan metode akuntansi biaya tradisional/konvensional. Menurut Hansen & Mowen yang diterjemahkan oleh Deny Arnos Kwary (2009:162) biaya tradisional adalah perhitungan biaya produk dengan membebankan biaya dari bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung pada produk dan biaya overhead dibebankan dengan menggunakan penggerak aktivitas unit. Penggerak aktivitas unit adalah faktor – faktor yang menyebabkan perubahan dalam biaya seiring dengan perubahan jumlah unit yang diproduksi. Secara tradisional, pembebanan biaya atas biaya tidak langsung dilakukan dengan menggunakan dasar pembebanan secara menyeluruh atau per bagian. Hal ini akan menimbulkan banyak masalah karena produk yang dihasilkan tidak dapat mencerminkan biaya yang sebenarnya diserap untuk menghasilkan produk tersebut. Perhitungan menggunakan traditional costing dapat menimbulkan distorsi biaya produksi, dikarenakan metode tersebut hanya mempergunakan satu macam basis pembebanan biaya untuk pemakaian sumber daya yang berbeda dapat saja dikonsumsi berdasarkan basis yang berbeda pula. Distorsi tersebut dalam bentuk pembebanan biaya yang terlalu tinggi (cost over state atau cost over run) untuk produk bervolume banyak dan pembebanan biaya yang terlalu rendah untuk (cost under state atau cost under run) untuk produk yang bervolume sedikit. Activity Based Costing System merupakan metode perbaikan dari Sistem Tradisional/Konvensional. Menurut Carter dan William (2009:528), “Perhitungan biaya berdasarkan akitivitas didefinisikan sebagai suatu sistem perhitungan biaya dimana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang mencakup satu atau lebih faktor yang berkaitan dengan volume. Dibandingkan dengan akuntansi biaya konvensional, activity based costing systems mencerminkan penerapan penelusuran biaya yang lebih menyeluruh. Activity-Based Costing System ini merupakan metode perhitungan biaya yang dapat memberikan alokasi Biaya Overhead Pabrik yang lebih akurat dan relevan. Pada metode ini, seluruh Biaya Tidak Langsung dikelompokkan sesuai dengan aktivitas masing-masing, kemudian masing-masing kelompok biaya (Cost Pool) tersebut dihubungkan dengan aktivitas dan dialokasikan berdasar aktivitasnya masing-masing. Dasar alokasi yang digunakan adalah jumlah aktivitas dalam setiap Cost Pool tersebut. Metode ini menggunakan jenis pemicu biaya yang lebih banyak sehingga dapat mengukur sumber daya yang digunakan oleh produk secara lebih akurat. Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
72
Penelitian mengenai penerapan metode Activity Based Costing dalam menentukan cost of goods manufactured telah banyak dilakukan. Namun yang menjadi kontribusi penelitian dalam hal ini yaitu tingkat akurasi pembebanan overhead melalui penerapan metode konvensional dibandingkan dengan metode Activity Based Costing, sebagai proxy dalam menentukan perhitungan cost of goods manufactured. Beberapa tahapan penerapan activity based costing systems menurut Bastian dan Nurlela (2009:26), yaitu: a. Mengidentifikasi, mendefinisikan aktivitas, dan pool aktivitas. b. Mebebankan biaya ke pool biaya aktivitas. c. Menghitung tarif per aktifitas. d. Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan menggunakan tarif aktivitas dan ukuran aktivitas. e. Menyiapkan laporan untuk manajemen. PT. Badja Baru Palembang adalah suatu perusahaan industri yang bergerak dibidang pabrik pengolahan karet alam. PT. Badja Baru memproduksi crumrubber terutama dari jenis karet SIR 10 dan SIR 20, produk-produk tersebut telah dipasarkan hingga keluar negeri maupun dalam negeri. Proses produksi perusahaan tersebut menggunakan berbagai macam mesin sehingga menyerap biaya yang banyak. Oleh karena itu,
memerlukan ketepatan dan kecermatan dalam menghitung dan
membebankannya sesuai dengan jumlah yang telah dikonsumsi oleh aktivitas pembuatan produk. Pada penelitian ini, peneliti akan membandingkan perhitungan harga pokok produksi dengan metode traditional costing dengan metode activity based costing systems atas dua jenis produk crumrubber yaitu SIR 10 dan SIR 20 yang diproduksi PT. Badja Baru Palembang.
METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini data yang digunakan berupa data primer dan sekunder berupa biaya produksi dan laporan harga pokok produksi yang diperoleh dari hasil dokumentasi dan wawancara dengan salah satu karyawan bagian Akuntansi pada PT. Badja Baru Palembang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perhitungan Harga Pokok Produksi karet SIR (Standart Indonesian Rubber) 10 dan 20 tahun 2013 yang merupakan produk dari PT. Badja Baru yang berbeda kualitasnya. Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
73
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) tradisional costing yang penggunaan ukurannya berkaitan dengan volume atau ukuran tingkat unit sebagai dasar untuk mengalokasikan overhead ke output, 2) activity based costing system yang perhitungannya menggunakan tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang mencakup satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data adalah deskriptif komparatif. . HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan PT. Badja Baru Palembang saat ini masih menemui kendala yaitu pencatatan beban biaya produksi perusahaan hanya meliputi biaya yang terlihat saja, seperti biaya bahan baku langsung, dan biaya tenaga kerja langsung. Sedangkan faktor biaya produksi sebenarnya mencakup tiga biaya utama yaitu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Adapun data produksi PT. Badja Baru Palembang pada tahun 2013 disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1 Data Produksi PT. Badja Baru Palembang Tahun 2013 No Jenis Produk Volume (Ton) Nilai (Rupiah) 1 Karet SIR 10 8.000 91.384.882.200 2 Karet SIR 20 32.000 1.000.061.508.600 Total 1.091.446.390.800 Sumber: PT. Badja Baru Palembang Tahun 2013 PT. Badja Baru Palembang memiliki biaya produksi yang digunakan selama tahun 2013 untuk memproduksi produk-produk di atas adalah: a. Pemakaian Bahan Baku Jumlah pemakaian bahan baku yang digunakan untuk berproduksi selama tahun 2013 dapat disajikan pada tabel 2. Bahan baku yang diperlukan perusahaan untuk memproduksi karet SIR 10 dan SIR 20.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
74
Tabel 2 Pemakaian bahan baku per produk PT. Badja Baru Palembang Pada tahun 2013 No Jenis Produk Volume (Ton) Nilai (Rupiah) 1 Karet SIR 10 8.000 206.225.962.400 2 Karet SIR 20 32.000 715.135.210.000 Total 921.361.172.400 Sumber: PT.Badja Baru Palembang Tahun 2013 b. Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Tenaga Kerja Langsung meliputi gaji pokok dari pekerja pada setiap tahapan produksi, dan lain-lain. Jumlah pemakaian Biaya Tenaga Kerja Langsung yang digunakan untuk berproduksi selama tahun 2013 dapat dilihat pada table 3. Berdasarkan rincian biaya tenaga kerja langsung yang dibutuhkan untuk memproduksi SIR 10 dan SIR 20 , maka berikut ini adalah total biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi kedua produk tersebut pada tahun 2013. Tabel 3 Biaya Tenaga Kerja Langsung PT. Badja Baru Palembang Pada tahun 2013 No Jenis Produk Volume (Ton) Nilai (Rupiah) 1 Karet SIR 10 8.000 1.525.157.986 2 Karet SIR 20 32.000 6.100.631.944 Total 7.625.789.930 Sumber: PT.Badja Baru Palembang Tahun 2013 c. Biaya Overhead Pabrik Rincian jumlah pemakaian Biaya Overhead Pabrik yang digunakan PT.Badja Baru untuk berproduksi selama tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini akan disajikan rincian Biaya Overhead Pabrik pada PT. Badja Baru tahun 2013: Tabel 4 Biaya Overhead Pabrik PT. Badja Baru Palembang Pada Tahun 2013 No Keterangan Jumlah (Rp) 1 Biaya Bahan Pembantu 2.807.808.025 2 Biaya Listrik Pabrik 8.049.116.800 3 Biaya Tenaga Kerja Langsung 1.902.361.042 4 Biaya Pemeliharaan Bangunan 716.040.300 5 Biaya Pemeliharaan Mesin & Peralatan 22.026.429.849 6 Biaya Penyusutan Bangunan 832.707.228 7 Biaya Penyusutan Mesin 6.803.865.128 8 Biaya Pemasaran 3.822.913.200 Total 46.961.331.572 Sumber: PT. Badja Baru Tahun 2013 Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
75
Daftar cost Driver disajikan dalam Tabel 5 sebagai berikut: Tabel 5 Daftar Cost Driver Tahun 2013 No Cost Driver SIR 10 SIR 20 Produk lainnya 1 Jumlah Unit 8.000 Ton 32.000 Ton 2.000 Ton 2 Jumlah KWH 4.441.576 7.493.092 1.480.526 3 Jenis Inspeksi 3.313,5 jam 152.154,1 jam 370,65 jam 4 Luas area 630 m² 42.280 m² 90 m² Sumber: Data sekunder yang telah diolah tahun 2014
Jumlah 42.000 Ton 13.415.194 155.838,25 jam 43.000 m²
Harga Pokok Produksi dapat dihitung dengan sistem tradisional dan ActivityBased Costing System. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh suatu penjelasan bahwa PT. Badja Baru Palembang belum menerapkan Activity-Based Costing System untuk menghitung harga pokok produksi. Selama ini PT. Badja Baru Palembang masih menggunakan perhitungan harga pokok produksi berdasarkan sistem tradisional. Perhitungan harga pokok produksi dengan Sistem Tradisional pada PT. Badja Baru Palembang tahun 2013. Salah satu cara yang biasa digunakan untuk membebankan Biaya Overhead Pabrik pada produk adalah dengan menghitung tarif tunggal dengan menggunakan Cost Driver berdasar unit. Perhitungan Biaya Overhead Pabrik dengan tarif tunggal terdiri dari dua tahap. Pembebanan biaya tahap pertama yaitu Biaya Overhead Pabrik diakumulasi menjadi satu kesatuan untuk keseluruhan pabrik. Tarif tunggal dihitung dengan menggunakan dasar pembebanan biaya berupa jam mesin, unit produk, jam kerja dan sebagainya. Pembebanan biaya tahap kedua biaya overhead pabrik dibebankan ke produk dengan mengalikan tarif tersebut dengan biaya yang digunakan masing-masing produk. Tarif tunggal berdasarkan unit produk Rp 46.961.331.572 42.000 Ton =Rp 1.118.126,94/ton
Perhitungan harga pokok produksi dengan sistem tradisional disajikan dalam Tabel 6 sebagai berikut:
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
76
Tabel 6 Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Tradisional Karet SIR 10 Elemen Biaya Biaya Total (Rp) Jumlah (Ton) Biaya utama 207.751.120.386 8.000 BOP 1.118.126,94 x 8000 8.945.015.537,52 8.000 Jumlah 216.696.135.923,52 Karet SIR 20 Elemen Biaya Biaya Total (Rp) Jumlah (Ton) Biaya utama 721.235.841.944 32.000 BOP 1.118.126,94 x 32.000 35.780.062.080 32.000 Jumlah 757.015.904.024 Sumber : Data sekunder yang telah diolah tahun 2014
Biaya per unit (Rp) 25.968.890 1.118.126,94 27.087.016,98 Biaya per unit (Rp) 22.538.620 1.118.126,94 23.656.746,94
Hasil perhitungan harga pokok produksi per unit dengan Sistem Tradisional pada PT. Badja Baru Tahun 2013 diperoleh hasil harga pokok produksi untuk jenis karet SIR 10 adalah sebesar Rp 27.087.016,98 dan untuk Jenis karet SIR 20 sebesar Rp 23.656.746,94. Perhitungan harga pokok produksi dengan Activity-Based Costing System pada PT. Badja Baru Palembang. Tahap pertama menentukan harga pokok produksi berdasar Activity-Based Costing System adalah menelusuri biaya dari sumber daya aktivitas yang mengkonsumsinya. Tahap ini terdiri dari: 1) Mengidentifikasi dan menggolongkan aktivitas pada PT. Badja Baru . Aktivitas dapat digolongkan menjadi empat level aktivitas. Rincian penggolongan aktivitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut: Tabel 7 Klasifikasi biaya ke dalam berbagai aktivitas pada PT. Badja Baru Palembang Tahun 2013 Level Aktivitas Komponen BOP Jumlah (Rp) Aktivitas Biaya Bahan Pembantu 2.807.808.025 Level Unit Biaya Listrik Pabrik 8.049.116.800 Biaya Penyusutan Mesin 6.803.865.128 Aktivitas Level Batch Biaya Tenaga Kerja Tidak 1.902.361.042 Langsung Biaya Pemeliharaan Mesin 22.026.429.849 Aktivitas Level Produk Biaya Pemasaran 3.822.913.200 Aktivitas Level Biaya Pemeliharaan Bangunan 716.040.300 Fasilitas Biaya Penyusutan Bangunan 832.797.228 Sumber: Data sekunder yang telah diolah tahun 2014
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
77
Berdasarkan pembebanan Biaya Overhead Pabrik yang telah dilakukan, maka perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan Activiy- Based Costing System pada PT. Badja Baru Palembang tahun 2013 dapat disajikan pada Tabel 8 sebagai berikut: Tabel 8 Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Activity Based Costing System pada PT. Badja Baru Palembang Tahun 2013 Keterangan SIR 10 SIR 20 BBB 206.225.962.400 715.135.210.000 BTKL 1.525.157.986 6.100.631.944 BOP (pembulatan) 5.755.400.000 39.617.730.000 HPP 213.506.520.386 760.853.571.944 Jumlah Produk 8.000 Ton 32.000 Ton HPP per Unit produk 26.688.315 23.776.674 Sumber: Data sekunder yang telah diolah tahun 2014 ` Hasil perhitungan harga pokok produksi per unit pada tahun 2013 menggunakan Activity-Based Costing System diperoleh hasil harga pokok produksi untuk SIR 10 adalah sebesar Rp 26.688.315,00,-- dan untuk SIR 20 sebesar Rp 23.776.674,00,-Perbandingan harga pokok produksi sistem tradisional dengan Activity- Based Costing System dapat disajikan pada Tabel 9 sebagai berikut. Tabel 9 Perbandingan Harga Pokok Produksi Sistem Tradisional dengan Activity Based Costing System pada PT. Badja baru Palembang Tahun 2013 Jenis Produk
Sistem Sistem ABC Tradisional SIR 10 27.087.017 26.688.315 SIR 20 23.656.747 23.776.674 Sumber: Data sekunder yang telah diolah tahun 2014
Selisih (Rp) 398.702 - 119.927
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa hasil perhitungan harga pokok produksi dengan Activity-Based Costing System untuk SIR 10 adalah sebesar Rp 26.688.315,00. dan untuk SIR 20 sebesar Rp 23.776.674,00. Dari hasil tersebut jika dibandingkan dengan sistem tradisional, maka Activity-Based Costing System memberikan hasil yang lebih besar untuk produk SIR 20, sedangkan produk SIR 10 memberikan hasil yang lebih kecil. Selisih untuk SIR 10 sebesar Rp 398.702,00. Sedangkan selisih untuk SIR 20 sebesar Rp 119.927,00. Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
78
Activity-Based Costing System merupakan sistem akuntansi biaya yang menyediakan informasi secara akurat sehingga informasi tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk penetapan harga jual produk . Penentuan harga pokok produksi berdasar Activity-Based Costing System terdiri dari dua tahap yaitu prosedur tahap pertama dan prosedur tahap kedua. Activity-Based Costing System menggunakan Cost Driver yang lebih banyak, oleh karena itu Activity-Based Costing System mampu menentukan hasil yang lebih akurat dan tidak menimbulkan distorsi biaya. Selain itu Activity-Based Costing System dapat meningkatkan mutu pengambilan keputusan sehingga dapat membantu pihak manajemen memperbaiki perencanaan strategisnya. Biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi SIR 10 dengan sistem tradisional memerlukan biaya produksi lebih besar, yaitu sebesar Rp 27.087.017,00, sedangkan menggunakan sistem Activity Based Costing dapat menekan biaya produksi sebesar Rp 26.688.315,00, disisi lain biaya produksi yang dibutuhkan untuk memproduksi IR 20 dengan menggunakan sistem tradisional lebih rendah yaitu sebesar Rp 23.656.747,00, jika dibandingkan dengan sistem Activity Based Costing, yaitu sebesar
Rp
23.776.674,00.
KESIMPULAN a. Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan Activity Based Costing System menunjukkan hasil yang lebih besar dari sistem tradisional untuk produk SIR 20, sedangkan untuk produk SIR 10 menghasilkan hasil yang lebih kecil, sehingga perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan Activity Based Costing System dapat menyediakan informasi yang akurat. b. Perbedaan tersebut terjadi antara harga pokok produksi berdasarkan sistem tradisional dan Activity Based Costing disebabkan karena pembebanan biaya overhead pabrik pada masing-masing produk. Pada sistem tradisional biaya overhead pabrik pada masing-masing produk hanya dibebankan pada satu Cost Driver saja yaitu unit produksi yang menimbulkan terjadi distorsi pada pembebanan biaya overhead pabrik.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
79
SARAN 1. Sebaiknya perusahaan menggunakan Activity Based Costing untuk mendapatkan laba yang lebih maksimum dan untuk mengetahui Cost Driver dalam penyusunan harga pokok produksi 2. Bagi peneliti berikutnya penulis menyarankan untuk lebih memvariasikan variabelvariabel lain yang dapat dihubungkan dengan penerapan metode Activity Based Costing.
DAFTAR PUSTAKA Bustami. Bastian dan Nurlela, 2009, Akuntansi Biaya : Teori & Aplikasi, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta. Carter, William K. 2009. Akuntansi Biaya.Edisi 14. Salemba Empat. Jakarta. Hansen, Don R, Maryanne M Mowen. 2009, Accounting Managerial, 8th. Edisi Delapan. Buku Satu. Diterjemahkan oleh Deny Arnos Kwary dengan judul Akuntansi Manajerial. Salemba Empat. Jakarta.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
80
Dilema Ekonomi Pengrajin Songket Pedesaan dalam Kekangan Tradisi di Kecamatan Pemulutan Barat Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan Lasmiana Ushuluddin Dosen Tetap Yayasan STIM Amkop Palembang ABSTRAK Penelitian ini difokuskan pada moral ekonomi sebagai hasil dari pertimbangan terhadap situasi resiprositas budaya dengan etika bisnis. Penelitian menggunakan langkah riset deskriptif kualitatif terhadap aspek ekonomi-budaya pengrajin songket pedesaan di Kecamatan Pemulutan Barat kabupaten Ogan Ilir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan pedesaan di Kecamatan Pemulutan Barat memiliki tatanan nilai sosial-budaya yang kuat, sehingga berbagai kegiatan termasuk kegiatan yang bersifat ekonomis sangat mempertimbangkan sistem nilai yang berlaku. Pengrajin songket, merasa berkewajiban ikut terlibat baik sekedar hadir menampakkan diri maupun bersikap aktif dalam setiap agenda sosial budaya di pedesaan. Aktivitas ini tentu saja memberikan pengaruh terhadap alokasi waktu untuk kegiatan bisnis mereka sebagai pengrajin baik dalam proses produksi maupun pemasarannya, sehingga mengakibatkan penurunan baik volume produksi, jumlah penjualan, serta hubungan dengan relasi bisnis. Pada umumnya pengrajin songket telah mengetahui, menyadari, dan merelakan penurunan penghasilan, tetapi mereka lebih mengutamakan kebersamaan sebagai warga pedesaan. Pengrajin songket memilih setia dan bertahan dalam nilai dan tradisi daripada mengutamakan bisnis dan menumpuk kapital. Dalam keadaan tersebut, secara moral ekonomi pengrajin songket telah melangkah pada ekonomi kapital dengan kategori pra-kapital, sedangkan sebagian masih menjadi bagian dari ekonomi subsistence (cukup memenuhi kebutuhan minimal). Penghasilan dapat ditingkatkan menjadi ekonomi kapital yang lebih maju justru dengan efisiensi pada aspek transportasi dan aspek penguasaan modal berupa bahan, serta peningkatan aspek manajerial. Kata Kunci: resiprositas, disiplin bisnis, moral ekonomi, subsistensi, kapital
PENDAHULUAN Desa merupakan lingkungan tempat hidup komunitas penduduk yang pada umumnya bekerja sebagai petani, nelayan dan perkebunan. Secara administratif, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten. Kehidupan pedesaan, merupakan tatanan masyarakat dan kebudayaan yang memberikan kepada anggotanya adat-istiadat, tata-hubungan sosial yang konkret, yang kemudian diwujudkan dalam suatu pola resiprositas. Dalam pola hubungan resiprositas, tindakantindakan yang diperbuat mengandung harapan mengenai kesan dan perilaku orang lain Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
81
terhadapnya. Suasana ini tidak dapat dilepaskan dari kondisi masyarakat pedesaan yang pada umumnya bersifat relatif homogen serta selalu menjaga kebersamaan. (Soekandar Wiraatmadja, 1978: 132). Kondisi kebersamaan seperti ini pula yang ikut menjadi latar belakang berbagai kegiatan termasuk aktivitas perekonomian. Secara ekonomi, Boeke menandai masyarakat pedesaan melalui tiga aspek yaitu jiwa sosial (social spirit) yang menggambarkan gaya sosial, bentuk organisasi yang menggambarkan sistem sosial, dan teknik-teknik pendukung yang menunjukkan iklim masyarakat yang bersangkutan. (Boeke, 1982:1). Kondisi ini dapat berpengaruh terhadap aktivitas perekeonomian, khususnya yang diselenggarakan dalam skala mikro seperti yang diselenggarakan sebagai produksi rumah tangga. Aktivitas perekonomian yang bersifat mikro di pedesaan, khususnya di Kecamatan Pemulutan Barat sebagian besar dikelola oleh perempuan (Wawancara Novita Sari, Pegawai Kantor Kecamatan Pemulutan Barat, 2012). Para perempuan berwirausaha dengan gigih dan bersemangat dalam rangka ikut serta meningkatkan perekonomian dan tarap hidup keluarganya, dengan peran yang mereka emban sebagai anggota masyarakat pedesaan tentunya banyak aktivitas lain yang bersifat sosial terkait social spirit dan social system sebagaimana disinggung Boeke terdahulu, juga mau tak mau harus diselesaikan. Salah satu kegiatan wirausaha yang yang diperankan oleh perempuan di Pemulutan Barat yang secara turun temurun dilakukan untuk menopang kehidupan ekonomi, adalah pembuatan songket. Pekerjaan menenun songket dilakukan bersamaan dengan aktivitas lain yang bersifat sosial dan budaya di desa setempat yang memang memerlukan partisipasi aktif seluruh warganya. Dalam konteks social spirit dan social system di lingkungan masyarakat pedesaan, partisipasi aktif dan keterlibatan dalam aktivitas dan agenda sosial-budaya di pedesaan merupakan tindakan yang penting sebab keterlibatan itu dipandang sebagai bagian dari sikap gotong royong (Wawancara Zakaria, Ketua Lembaga Adat Kecamatan Pemulutan Barat, 2012). Di pedesaan Pemulutan Barat, gotong-royong dan kebersamaan kehidupan masyarakat masih cukup kuat. Hal ini terlihat pada berbagai penyelenggaraan kegiatan terutama upacara yang terkait dengan siklus hidup seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian. Ketiga upacara di atas, di samping beberapa kegiatan lainnya, adalah agenda yang menuntut partisipasi warga yang sekaligus dipandang sebagai penanda kebersamaan dalam masyarakat. Kebersamaan dan sikap gotong-royong seperti ini Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
82
terkandung dalam istilah caram. Gejala semacam ini kemudian oleh pihak kabupaten diangkat menjadi identitas kabupaten Ogan Ilir. (Wawancara Drs. Muslim Yaroni, pemangku adat Kabupaten Ogan Ilir, 2012). Semangat sosial (social spirit) dan sistem sosial (social system) di lingkungan masyarakat pedesaan seperti di Pemulutan Barat mengikat warganya dalam pola perilaku resiprositas budaya di mana suatu tindakan merupakan peristiwa timbal balik dari tindakan yang lainnya. Dalam pola ini, tindakan seseorang bukan saja diselenggarakan dalam memenuhi kepentingan dan tujuannya sendiri secara pribadi, tetapi tindakan itu terarah pada kepentingan-kepentingan yang bersifat sosial. Nilai seorang individu dalam masyarakat di pedesaan seperti di Ogan Ilir, masih tergantung pada sejauh mana kepedulian dan partisipasinya terhadap orang lain. Lebih luas lagi, apabila seseorang tidak berpartisipasi dalam suatu kegiatan yang bersifat sosial budaya di lingkungan masyarakat setempat, besar kemungkinan ia juga akan kurang didukung bila membuat penyelenggaraan agenda sosial budaya. Dalam konteks di atas, pengrajin songket berada dalam dua jejaring hubungan sekaligus yaitu dalam konteks perdagangan dengan etika bisnis produksinya dan dalam konteks relasi sosial budaya tempat ia bermukim. Sebagai dua domain yang berbeda, perekonomian dengan kebudayaan memiliki sistem dan tatanan serta tuntutan partisipasi yang berbeda-beda pula. Pengrajin songket, sebagai pelaku ekonomi dituntut untuk mengikuti disiplin yang berlaku di lingkungan bisnis sementara pada sisi lain sebagai warga desa ia terikat dengan adat istiadat setempat. Menghadapi dua tuntutan ini, pengrajin songket memerlukan sikap “bijak” dalam menentukan tindakan mana yang diprioritaskan ketika kedua domain itu sama-sama menuntut jadwal partisipasi. Bagaimana ia mengatasi dilema ini, di sinilah status moral ekonominya sedang dalam ujian. Apakah ia lebih mendahulukan kapitalisasi ekonomi dengan mengabaikan partisipasi terhadap aktivitas sosial budaya ataukah ia lebih mengutamakan aktivitas sosial budaya dengan mengabaikan aktivitas produksinya; ataukah ia memiliki cara lain untuk mengatasi dilemma ini. Pilihan-pilihan ini akan menjadi unsur yang menampilkan status moral keekonomian dari yang bersangkutan. Sehubungan dengan itu, moral ekonomi secara konseptual adalah “akar-akar normatif yang sangat berpengaruh terhadap dorongan, pertimbangan bersikap, serta makna tindakan ekonomis.” (Scott, 1986: 5-6). Nilai moral ini dapat menjadi faktor pertimbangan untuk mempersetujui, menolak, atau menentukan pilihan perilaku dalam berbagai kegiatan, termasuk kegiatan yang bersifat ekonomi dan kebudayaan pada Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
83
umumnya. Penelitian ini akan mengangkat aspek moral ekonomi produktif sebagai hasil pertimbangan dari resiprositas budaya dan disiplin bisnis. Sasaran penelitian ini adalah pengrajin songket pedesaan di Kecamatan Pemulutan Barat Kabupaten Ogan Ilir. Menurut catatan pihak kecamatan, jumlah pengrajin songket adalah 1.160 orang (BPS Kabupaten Ogan Ilir, 2011), melibatkan usia yang secara ekonomi bersifat produktif. Penghasilan yang mereka peroleh dipergunakan untuk menopang perekonomian keluarga. Sementara fokus kajian ialah moral ekonomi dalam konteks resiprositas budaya dan disiplin bisnis. Kajian ini diperlukan dalam rangka menjelaskan tentang norma yang melatar-belakangi perilaku ekonomi khususnya pengrajin songket di pedesaan; yang pada akhirnya secara praktis berguna dalam pengembangan ekonomi sekaligus untuk pengembangan aspek sosial budaya masyarakat setempat. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (a) Bagaimana kondisi ekonomi, relasi sosial-budaya, serta sistem kerja pengrajin songket di pedesaan dalam kecamatan Pemulutan Barat; (b) Bagaimana resiprositas budaya dan disiplin bisnis pengrajin songket (c) Bagaimana kondisi moral ekonomi pengrajin Songket dalam kecamatan Pemulutan Barat dikaitkan dengan nilai keislaman. Penelitian ini bertujuan untuk (a) Mendapatkan gambaran tentang keberadaan, relasi sosial, sistem kerja pengrajin songket di kecamatan Pemulutan Barat; (b) memperoleh pola tentang partisipasi pengrajin terhadap resiprositas budaya di pedesaan dan kapitalisasi dalam bisnis songket; (c) mengungkap kondisi moral ekonomi pengrajin songket pedesaan di Kecamatan Pemulutan Barat Kabupaten Ogan Ilir dalam konteks resiprositas budaya dan disiplin bisnis, dikaitkan dengan nilai keislaman.
METODE PENELITIAN Lokasi penelitian adalah pedesaan di Kecamatan Pemulutan Barat, kecamatan ini dipilih karena di seluruh desa terdapat banyak pengrajin songket yang aktif memproduksi songket dengan bekerja di desa setempat maupun menjadi buruh songket di sentrasentra kerajinan songket kota Palembang. Penelitian bersifat deskriptif kualitatif dengan pendekatan konstruktif-interpretatif. Fokus yang menjadi pokok studi adalah pemahaman tentang proses pembentukan makna dan menerangkan ihwal tentang makna tersebut dalam bahasa dan tindakan sosial; dalam kerangka ini dikemukakan pemahaman peneliti tentang konstruksi makna yang diungkapkan oleh aktor yang Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
84
diteliti (Schwandt, 2009: 146-147), yang dalam hal ini adalah pengrajin songket. Data primer digali dan diperoleh melalui wawancara terhadap pelaku pengrajin songket yang tersebar di pedesaan Kecamatan Pemulutan Barat, maupun narasumber lain yang relevan, serta melalui pengamatan langsung terhadap kondisi pengrajin (termasuk perlengkapan, tempat tinggal, lingkungan hidup, dll.) serta aktivitas perdagangan songket. Data primer dalam penelitian ini adalah data tentang moral ekonomi sebagai pertimbangan, sikap dan perilaku pengrajin mengerjakan produksi songket sebagai kegiatan ekonomi dikaitkan dengan partisipasinya terhadap agenda yang bersifat adatistiadat masyarakat setempat sebagai gejala sosial budaya. Sementara itu, data sekunder adalah data pendukung untuk menjelaskan tentang seluk beluk kerajinan songket sebagai gejala ekonomi pada umumnya serta tentang adat istiadat setempat dalam konteksnya sebagai gejala sosial budaya pedesaan. Data ini diperoleh melalui sumber dokumentasi baik teks maupun grafis seperti terdapat pada dokumen resmi kantor Desa setempat, Sekretariat Kecamatan Pemulutan Barat maupun Kabupaten Ogan Ilir, dan sebagainya. Penelitian ini memanfaatkan pula sumber yang bersifat umum seperti buku teks, Koran, majalah, internet, maupun masmedia pada umumya. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap gejala serta subyek penelitian maupun aspek yang terkait dengan gejala dan subyek penelitian, termasuk pengrajin sendiri, kondisi perlengkapan, bahan, suasana kerja, dan sebagainya Analisis data dilakukan dengan teknik analisis interpretatif deskriptif, yaitu pemahaman dan penafsiran terhadap makna yang terkandung dalam wacana. Analisis ini diperkuat oleh teknik pengecekan ulang terhadap para narasumber yang terlibat (member check). Analisis interpretatif ini secara bersamaan disertai dengan metode analisis isi (content analysis). Dalam penelitian ini, analisis isi ditekankan pada memaknakan (memberi makna) terhadap isi komunikasi, membaca simbol-simbol, memaknakan isi interaksi simbolis yang terjadi dalam komunikasi (Bungin, 2007:164)
Tinjauan Pustaka Kajian terhadap ekonomi dalam kaitannya dengan aspek sosial telah dilakukan oleh Ibnu Khaldun dengan meninjau taraf perkembangan masyarakat dan dinamika ekonominya (Khaldun, 2011:648-657). Dalam kajian Khaldun, perilaku keekonomian sangat dipengaruhi oleh kondisi serta taraf perkembangan masyarakat dan budaya Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
85
lingkungannya. Perbedaan ini sangat nyata ketika ia membandingkan antara masyarakat perkotaan disertai kebutuhannya yang sangat banyak, berbeda dari masyarakat badui (pedesaan) yang kebutuhannya relatif terbatas; sehingga dapat terpenuhi hanya dengan sedikit pekerjaan. Masyarakat pedesaan tidak terdesak oleh kekayaan (tuntutan kapitalisasi) (Khaldun, 2011:651). Hal ini nampaknya berlaku pula dengan pengrajin songket pedesaan di wilayah kecamatan Pemulutan Barat. Bahwa, dalam rangka menjalankan aktivitas perekonomiannya, pengrajin ini tidak dapat dilepaskan dari aspek aspek sosial budaya terutama adat-istiadat setempat. Mereka, dalam kesehariannya hidup dalam lingkungan relatif lebih sederhana dari masyarkat perkotaan. Dalam banyak hal, mereka masih belum banyak mengeluarkan biaya karena dapat dilakukan dengan tolong menolong. Sifat tolong menolong ini, menjadi bagian dari nilai penting, yang melekat dalam kehidupan setempat. Bagaimana nilai ini memberi corak terhadap moral dan tindakan ekonomi para pengrajin songket itu? Secara kebahasaan, “moral” berarti 1. (ajaran) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dsb.; akhlak; budi pekerti; susila; pengertian ini dapat dijelaskan dalam contoh “moral” mereka sudah bejat, mereka hanya minum-minum dan mabuk-mabuk, bermain judi, dan bermain perempuan. 2. kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, dsb.; isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap di perbuatan; pengertian ini dapati dijelaskan dalam contoh tentara kita memiliki “moral” dan daya tempur yang tinggi; 3. kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita. (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ke Tiga). (Departemen Pendidikan Nasional, 2003, hlm. 755). Dalam kajian ini, moral dipahami dalam pengertiannya yang ke dua, yaitu kondisi mental yang membuat orang tetap bersemangat dan berani, sebagaimana dikutip di atas. Secara lebih khusus, dalam konteks perilaku ekonomi, merujuk pada James C. Scott, (Scott, 1986: 5-6) moral ekonomi adalah “pengertian seseorang tentang keadilan serta definisi yang mereka pergunakan tentang eksploitasi”. Moral ekonomi secara konseptual menggambarkan tentang akar-akar normatif yang sangat berpengaruh terhadap dorongan, pertimbangan bersikap, serta makna tindakan ekonomis. Mengembangkan pengertian itu, moral ekonomi dipahami sebagai kondisi mental seseorang tetap berani, bersemangat, bergairah, dan berdisiplin melakukan kegiatan yang bersifat ekonomis. Kegiatan ekonomis, berarti kegiatan yang terkait dengan asas dan proses produksi, Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
86
distribusi, dan pemakaian barang-barang serta kekayaan. Kegiatan ini mencakupi pula pemanfaatan uang, tenaga, waktu dan sebagainya yang berharga. Pendekatan moral ekonomi terhadap kegiatan ekonomis masyarakat di pedesaan telah dilakukan oleh Schumacher (Schumacher, 1982:15) dan Scott (Scott, 1986: 20). Para ahli moral ekonomi melihat bahwa hubungan sosial pada komunitas petani disesuaikan untuk menjamin kebutuhan pokok yang minimum. Tuntutan seperti ini menjadikan masyarakat pedesaan senantiasa “berkejaran” antara kebutuhan dan pemenuhannya. Kondisi seperti ini, mendorong lahirnya etika subsisten (subsistence ethic) di mana seseorang melakukan aktivitas ekonomi sebatas pemenuhan kebutuhan pokok. Suasana yang tidak jauh berbeda, digambarkan pula oleh Boeke (Boeke, 1982: 31) yang menyoroti bahwa secara tradisional, bahwa pada bidang pertanian “kerja” bersifat bebas, banyak ragam, banyak segi, dan tidak teratur. Dengan pemahaman dan pengalaman terhadap “kerja” seperti ini, pada umumnya motif bekerja juga tidak terkait dengan pencarian keuntungan untuk kapital, tetapi dilakukan untuk mengatasi kebutuhan minimal kehidupan (subsistence). Semangat ekonomi terjadi dalam keadaan terdesak oleh kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Selanjutnya, bila tujuan mereka telah tercapai, bila mereka telah berhasil memenuhi kebutuhan uang, mereka mulai berhenti bekerja. (Boeke, 1982: 31). Sementara itu, kajian terhadap kerajinan songket telah dilakukan oleh beberapa pihak secara akademis. Asad Mukti, pada 1985 telah mengajukan penelitiannya terhadap aspek karya dan memfokuskan pada desain motif. Penelitian tersebut dalam rangka penelitian kesenirupaan di Institut Seni Yogyakarta. (Mukti, 1985: 5). Dalam kajiannya didapatkan kesimpulan bahwa desain motif yang diungkapkan melalui berbagai varian motif songket cenderung sangat dipengaruhi oleh konteks lingkungan baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Bahwa motif-motif itu mencerminkan perhatian masyarakat setempat terhadap tumbuh-tumbuhan seperti pucuk rebung, teratai, dan sebagainya. Kajian akademis lainnya adalah Heri Junaidi, melalui riset disertasi yang dipertahankan di UIN Syarif Hidayatullah. Dalam risetnya, Heri Junaidi membahas relasi produktif pada level sesama pelaku ekonomi (Junaidi, 2011: 16). Meski sama-sama melakukan perhatian terhadap aspek keekonomian songket, berbeda degan kajian Heri Juniadi, penelitian ini memfokuskan pada proses produktivitas pengrajin dalam level relasi produksi dan relasi kultural.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
87
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pemulutan Barat adalah salah satu Kecamatan dalam Kabupaten Ogan Ilir. Kabupaten Ogan Ilir terbentuk melalui Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2003 merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Ogan Komering Ilir, secara geografis terletak diantara 20 55' sampai 3015' LS dan diantara 1040 20' sampai 1040 48' BT. Luas wilayahnya 2.666,07 km2 atau 266.607 hektar. Ketika pemekaran, terdapat 6 (enam) kecamatan, yaitu kecamatan Pemulutan, Inderalaya, Tanjung Raja, Tanjung Batu, Muara Kuang, dan Rantau Alai. Dua tahun setelah pemekaran kabupaten menaglami pemekaran menjadi enam belas (16) kecamatan. Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Ilir Nomor 22 Tahun 2005 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi kecamatan dalam Kabupaten Ogan Ilir jumlah kecamatan sebanyak 16 kecamatan. Kecamatan Pemulutan Barat, merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Pemulutan. Jumlah penduduk, pengarajin, dan Luas wilayah digambarkan pada tabel1. Tabel 1 Jumlah Penduduk, Pengrajin, dan Luas Wilayah Menurut Desa Di Kecamatan Pemulutan Barat Tahun 2011 No. (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Desa (2) Suka Merindu Saranglang Kamal Pulau Negara Sri Banding Talang Pangeran Ulu Ulak Kembahang I Ulak Petangisan Talang Pangeran Ilir Ulak Kembahang II Arisan Jaya Jumlah
Luas (KM) (3) 4,00 5,00 6,00 7,00 8.00 8.00 4,75 4,00 6,00 3,85 3,40 60,00
Penduduk (4) 1.105 740 720 1.145 1.200 1.945 894 836 1.668 1.380 802 12.435
Pengrajin (5) 113 116 113 41 137 146 101 59 134 124 76 1160
Sumber: BPS Kabupaten Ogan Ilir, 2011. Katalog BPS 1102001.1610.052: Pemulutan Barat dalam Angka 2010, Inderalaya, Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Ilir
Industri rumah tangga lain yang secara umum dikembangkn masyarakat adalah pengolahan makanan seperti pembuatan kerupuk kemplang yang terdapat di Ulak Kembahang I, Talang Pangeran Ulu, dan Kamal, serta pembuatan ikan asin di Suka Merindu. Usaha ini dikerjakan secara turun temurun sebagai keterampilan tradisional memanfaatkan hasil alam yang ada di lingkungan sekitar. Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
88
Selanjutnya, mata pencaharian penduduk. Mata pencaharian penduduk pada umumnya adalah pada bidang pertanian (termasuk nelayan dan kebun). Aktivitas pertanian, nelayan dan perkebunan, dilakukan secara konvensional, dengan kecakapan dan tradisi yang diwarisi dari generasi ke generasi. Pertanian berupa sawah padi yang menerapkan sistem tadah hujan. Dalam sistem tradisional tadah hujan ini sangat tergantung dengan musim penghujan dan musim kemarau, sehingga masyarakat harus mematuhi jadwal musiman ini kalau tidak mau ladangnya terbengkalai. Kondisi Perekonomian dan Tradisi Pertanian dan kehidupan sebagai nelayan merupakan dua mata pencaharian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat di Pemulutan Barat. Sebagai masyarakat yang mendiami kawasan dataran rendah dan berawa, kegiatan sawah ladang, mencari ikan, dan berkebun masih dijadikan sebagai mata pencaharian utama. Dalam siklus musiman, kegiatan pertanian dilakukan pada bulan April ketika air mulai surut sampai bulan Agustus ketika datang musim panen pada waktu air kering. Setelah panen padi, datang pula musim buah seperti rambutan, duku, dan berbagai jenis mangga. Pada waktu musim buah sudah berlalu datang pula kegiatan nelayan, yaitu ketika air dalam. Sementara itu, kegiatan peternakan berlangsung sepanjang tahun. Peternakan yang sangat umum adalah ternak unggas dan ternak ikan. Aktivitas lain terkait dengan mata pencaharian masyarkat adalah berupa home industry, yaitu suatu industri rumahan seperti pengolahan bahan makanan, konveksi, dan pembuatan songket. Para pengrajin songket di wilayah kecamatan Pemulutan Barat, seluruhnya adalah penganut agama Islam. (BPS Ogan Ilir, 2012). Agama ini telah dianut semenjak lahir, secara turun temurun. Pada umumnya pemahaman terhadap agama diperoleh dari lingkungan keluarga, terutama dari orang tua. Selain dari lingkungan keluarga, juga melalui guru mengaji dan dari ustadz yang memberikan ceramah di masjid. Di samping itu, ada yang mendapatkan melalui pendidikan formal, yaitu pendidikan Agama Islam yang terdapat dalam kurikulum di SD, SLTP, dan SLTA. Mereka lahir dan tumbuh di lingkungan pedesaan. Dalam proses pendewasaannya mereka memperoleh pengetahuan, kecakapan, serta keterampilan yang sesuai dengan modalitas tradisi dan sosial serta sesuai pula dengan tuntutan kebutuhan realistis di sosio-kultur di sekitarnya. Keterampilan umum masyarakat pedesaan adalah pada bidang pertanian dan nelayan. Keterampilan yang paling menonjol yang memiliki sifat tradisi dan yang paling Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
89
diandalkan adalah songket. Kecakapan membuat songket ini diperoleh secara turun temurun sebagai bagian tradisi. Dalam kerajinan songket, dapat dibagi menjadi tiga macam keterampilan pokok yaitu nyukit, nyongket, dan bedandan (Uju Tuk, Sesepuh Pengrajin, Saranglang, 2012) Nyukit adalah pembuatan disain awal membuat pola yang akan menentukan motif sebagai subject matter songket yang akan dibuat. Nyongket adalah proses pembuatan tenun kain dengan menyelipkan benang dengan benang yang diselingi benang khusus untuk menampilkan motif yang telah ditentukan, yang diteruskan sampai selesai sebagai produk final. Bedandan ialah keterampilan memperbaiki perlengkapan songket yang rusak atau tidak berfungsi secara benar. Kemampuan nyukit, ternyata merupakan keterampilan yang paling rumit. Menurut responden, kerumitan ini dialami karena dalam proses nyukit melibatkan kemampuan perhitungan matematis, penalaran logis, dan cita rasa seni yang tinggi. Oleh karena itu orang dengan kapasitas kemampuan nyukit ini adalah langka; Kemampuan nyukit diperoleh dengan belajar khusus kepada ahli nyukit yang sudah ada. Tetapi, menurut beberapa pengrajin, belajar nyukit perlu sabar dan resepan (cerdas). Banyak yang berhenti di tengah jalan karena tidak sabar dalam belajar. (Wawancara Doifa, Pengrajin 2012) Ditemukan dalam penelitian ini, satu sampai tiga orang ahli nyukit di setiap desa. Kecakapan dan keterampilan bedandan. Dalam istilah lain, bedandan dapat pula disebut sebagai reparasi karena yang dilakukan adalah memperbaiki perlengkapan yang rusak atau tidak berfugsi dengan baik. Selain pengetahuan tentang perlengkapan, sifat bahan, serta proses pembuatan songket, kesabaran dan ketelitian merupakan tuntutan utama dalam kecakapan yang satu ini. Keahlian bedandan diperoleh dengan mengenali secara detil perlengkapan serta fungsi-fungsinya dalam proses desain awal nyukit, dan proses penenunan waktu nyongket. Oleh karena itu orang dengan keterampilan dan kecakapan ini juga sangat langka. Salah satu di antaranya adalah Marlin (36 tahun) di Desa Talang Pangeran Ulu. Lantaran sangat dibutuhkan, ia serius menekuni profesi khusus mereparasi perlengkapan yang rusak. Kerusakan, pada umumnya terjadi pada suri. Biaya perbaikan suri atau perlengkapan lainnya berkisar sekitar 100 – 150 ribu rupiah, dengan lama penyelesaian sekitar dua hari kerja. (Wawancara Marlin, 2012). Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
90
Di samping sebagai aktivitas tradisi, kegiatan bertenun songket, sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari aspek lain yang sangat penting yaitu aspek ekonomi. Dalam kaitan ini, songket dipandang sebagai salah satu komoditas yang perlu diperhitungkan dalam proses dan sistem bisnis. Perhitungan ini adalah keharusan, mengingat kenyataan sebagaimana dituturkan para responden bahwa produk songket cukup dapat diandalkan untuk menjadi salah satu penopang perekonomian keluarga. Oleh karena itu, kemampuan lain yang terlibat dalam kerajinan songket adalah kemampuan manajemen dan tata-niaga (khususnya sistem niaga songket). Dalam sistem niaga songket, secara garis besar terlibat beberapa pihak yaitu yang utama adalah pengrajin sebagai tokoh yang memiliki keterampilan pokok untuk produksi, lalu pihak konsumen sebagai pasar hasil produk, dan pemilik modal terutama untuk bahan dasar berupa benang serta untuk perlengkapan pendukung pembuatan songket. Para pengrajin, pada umumnya memiliki keterampilan yang lemah dalam hal manajemen pemasaran dan juga mengalami keadaan yang minim dalam permodalan. Akibatnya, dengan keterampilannya yang sangat terampil itu, dalam sistem tata-naiga songket mereka diperankan dalam posisi sebagai buruh pekerja yang melayani kepentingan pemilik modal (yaitu berupa bahan) yang secara formal dalam tata-niaga ini berperan sebagai konsumen. 3. Produk dan Kontribusi Ekonomis Kerajinan songket sebagai aktivitas produktif merupakan kegiatan ekonomis yang memberikan berbagai keuntungan bukan saja bagi mereka yang terlibat langsung, tetapi juga bagi pihak lain yang tidak terlibat secara langsung. Bahkan secara makro, karena songket merupakan salah satu kecakapan masyarakat setempat, pembuatan dan pengembangan songket merupakan upaya mulia pelestarian kebudayaan lokal. Aspek ekonomis dalam konteks kebudayaan ini, dapat memberikan kontribusi pada industri pariwisata. Wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara, selalu mencari sesuatu yang unik dan menarik perhatian terkait dengan kehidupan masyarakat di tempat yang mereka kunjungi. Praktek Bisnis Pengrajin Proses pembuatan songket, dimulai dari pembuatan pola motif awal melalui nyukit. Nyukit yaitu membuat desain motif dan corak tertentu yang selanjutnya akan diturunkan dalam proses penyusunan benang sampai terjadi sehelai songket. Setelah mendapatkan motif melalui nyukit, dilanjutkan dengan proses penyusunan benang satuPeriode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
91
persatu sampai menjadi sehelai kain ataupun sehelai kemban (selendang). Setelah finishing touch, songket sudah siap untuk dipasarkan. Akan tetapi, masih belum siap untuk dipakai karena untuk siap pakai masih perlu diberi puring. Puring merupakan kain tambahan yang dimaksudkan mempermudah pemakaian dengan cara mengikat menggunakan setagen ataupun alat lain untuk mengikatkan songket pada badan. Tahap-tahap
yang dilalui penyusunan benang sampai menjadi kain
memerlukan waktu sekitar sepuluh hari kerja. Apabila hendak mempergunakan kembali motif yang sama, maka tinggal melakukan penyambungan benang. Selanjutnya diteruskan dengan proses penyusunan benang sampai selesai. Akan tetapi, apabila menghendaki motif yang lain, maka perlu proses nyukit untuk desain dengan motif dan corak yang baru. Tidak semua pengrajin dapat membuat motif dan corak dengan nyukit ini. Diperlukan keterampilan, penalaran logis, kesabaran, serta ketelitian yang akurat dalam membuat desain melalui nyukit. Biasanya, untuk nyukit diserahkan pada pengrajin yang dipandang ahli nyukit. Biaya jasa nyukit, berkisar 400-500 ribu rupiah untuk satu set motif dan corak. Seperti telah disinggung terdahulu, tata-niaga songket yang berlangsung di kalangan pengrajin songket Pemulutan Barat melibatkan pihak yang berperan sebagai pemilik modal, pasar, dan pekerja produksi. Dalam konteks ini, terdapat beberapa mekanisme, (Wawancara Beti, 2012) yaitu: a. Pengrajin berperan sebagai pekerja produksi dan sebagai pemilik modal. Pengrajin dengan kategori ini mencakupi mereka yang mempunyai alat perlengkapan sendiri, memiliki bahan sendiri yang secara bebas dibeli di pasar (tanpa ada ketentuan beli kepada siapa, dan di mana). Mereka yang berada dalam kategori ini juga memiliki kebebasan untuk menjual hasil kerjanya kepada siapa saja, di mana saja, dan dengan harga yang ditetapkannya sendiri yang dianggap membawa keuntungan. Mereka ini cenderung sangat merdeka dalam menentukan jadwal penyelesaian songket. b. Pengrajin yang tidak mempunyai modal bahan, tetapi mempunyai modal dayan (alat produksi songket) dan kecakapan. Pengrajin dalam kategori ini tetap dapat melakukan proses produksi dengan „meminjam‟ benang kepada pemilik modal (kapitalis). Mereka dalam kategori ini, bila telah menyelesaikan kerja berupa menghasilkan produksi songket, tidak memiliki kebebasan karena terikat pada „keharusan‟ untuk menjual kepada kapitalis yang telah meminjamkan benang terdahulu. Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
92
Si pengrajin dalam kategori ini tidak pula memiliki keleluasaan lagi untuk menetapkan harga songket yang dijualnya. Dengan posisi seperti ini secara otomatis pengrajin sangat terikat dan tidak dapat mencari harga yang
lebih menguntungkan. Mau tak mau
menerima adanya. Kategori ini berlaku pula terhadap pengrajin yang terjebak dalam praktek ijon. c. Pengrajin semata-mata dalam posisi memburuh baik dengan modal serta alat produksi pinjaman maupun modal pinjaman dan alat produksi sendiri. Mereka ini sejak awal mengerjakan pembuatan songket dengan konpensasi upah berkisar sebesar 500.000,rupiah untuk penyelesaian satu set (kain dan selendang). Pengrajin dalam kategori ini tentu tidak pernah bersentuhan langsung dengan pasar, baik sebagai pembeli benang maupun sebagai penjual. Kerapian hasil dan disiplin terhadap jadwal merupakan acuan pokok bagi mereka yang bertahan dalam posisi ini. Tiga kategori di atas, secara bervariasi merupakan kegiatan produksi yang membuahkan hasil berbeda-beda pula. Beberapa peluang kelemahan dalam sistem di atas adalah bahwa dalam kategori pertama, yaitu pengrajin dengan modal sendiri dan menjual sendiri adalah pengaturan jadwal produksi. Dalam konteks keekonomian, mereka ini berproduksi bukan untuk tujuan peningkatan capital, tetapi sekedar untuk memenuhi tuntutan kebutuhan ekonomis yang bersifat resistensi. Dalam keadaan ini, apabila ditangannya masih tersedia uang untuk memenuhi keperluan hidup, mereka bersikap santai. Tetapi setelah persediaan dana sudah habis, dan kebutuhan mendesak, mereka dengan bergegas menyelesaikan produksi songket sehingga dengan segera dapat dijual di pasar. Selanjutnya, setelah terjual, dan setelah dana yang ditangan dirasakan masih ada, kembali mereka bekerja dengan tanpa ketentuan jadwal. Dalam kategori ke dua, pengrajin mendapatkan bahan benang tenunannya agar bisa atau tetap bisa menenun peluang kelemahan adalah ketika pengrajin menjual hasil tenunan. Kelemahan bagi pengrajin tanpa modal artinya pinjam benang dengan produsen, pengrajin tidak bisa menjual hasil tenunanya dengan bebas untuk mencari harga yang lebih tinggi, karena kemufakatan hasil tenunannya harus dikembalikan kepada yang memberikan pinjaman benang yang secara otomatis tetap saja terjual. Dan biasanya juga yang biberikan pinjaman benang bagi pengrajin yang jujur, dan tenunannya rapi dan padat. Bagi para pengrajin yang mempunyai modal sendiri dia terbatas dengan kembang dayan (motif) yang dipunyai. Keterbatasan ini karena mereka Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
93
memang tidak dapat nyukit (membuat pola awal disain) sendiri. Lagi pula, terkadang terjadi semacam monopsoni (penguasaan pasar oleh sekelompok orang). Hal ini terjadi mendapatkan hambatan waktu mau menjual hasil tenunannya, yaitu pengrajin sangat sulit disamping bebas mencari pembeli biasanya para pembeli (toke) tidak mudah memutuskan begitu saja untuk membeli dengan alasan tidak ada ikatan, akhirnya kadang-kadang hasil tenunannya dibeli oleh konsumen yang tadinya berperan sebagai pemilik modal (penjual benang). Pasar songket, sebagai jaringan yang dimiliki secara tetap dalam memasarkan hasil tenunannya selama ini hanya ke pasar 16 ilir Palembang dan di kawasan Ramayana kompleks Ilir Barat Permai.
Untuk yang disebutkan terakhir, dapat
dikatakan baru sebatas pengrajin tertentu digolongkan masih sangat terbatas terutama yang bisa dijual dipasar ini bagi yang hasil tenunannya betul-betul rapi dan padat. Selanjutnya, bagi pengrajin yang berperan sebagai buruh upahan, adalah sangat tergantung pada ketepatan waktu, kerapian, dan ketelitian. Apabila beberapa kali „meleset‟, mereka cenderung mendapat nilai negatif. Para pengrajin yang bekerja memproduksi di beberapa perusahaan di sentra songket Tangga Buntung Palembang, banyak yang berasal dari Pemulutan Barat. Bahkan, Zainal Songket, secara khusus pernah mendirikan cabang kegiatannya di desa Kamal kecamatan Pemulutan Barat. Dari sekian banyak pengrajin yang telah menekuni kerajinan songket secara turun temurun, peneliti menemukan hanya beberapa orang yang telah mempunyai krakter bisnis yang berjaringan. Mereka ini mengolah dan memasarkan hasil tenunannya dengan menggunakan jaringan di luar pasar 16 Ilir dan pasar Ilir Barat Permai. Beberapa pengrajin yang masih menetap di Pemulutan Barat, dan satu pengrajin lagi memilih hijrah ke Palembang. Mereka ini menjajagi pasar berupa individu dan relasi yang bersifat pribadi. Selanjutnya, dari sisi ekonomi, songket merupakan hasil karya yang memiliki nilai ekonomis. Secara potensial, dapat dikalkulasikan bahwa rata-rata pendapatan satu stel kain songket bisa mencapai Rp. 600.000,- (wawancara Dian, 2012). Dengan waktu rata-rata lama pembuatan 10 hari kerja. Artinya kalau dalam periode waktu selama satu bulan katakanlah pengrajin itu mampu menyelesaikan dua setel kain songket jadi mereka mendapatkan uang sebesar Rp. 1.200.000,- Penghasilan ini telah mencapai UMR. Apalagi kebanyakan pengrajin dalam satu keluarga rata-rata tidak satu orang, Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
94
bahkan bisa 3 orang. Dengan personil yang lebih dari satu orang tentunya akan lebih besar pula pendapatan dalam satu keluarga. Akan tetapi, karena kekurangan modal produksi, juga kurangnya penataan manajemen, potensi ini belum berhasil maksimal. Keterampilan yang dimiliki pengrajin dapat dijadikan sebagai jatidiri wilayah dan peninggalan secara turun temurun yang patut diangkat dan dilestarikan sebagai budaya tempat pariwisata
sebagai sentra produksi kerajinan pada ahirnya bisa
mengangkat perekonomian daerah. Adanya aktivitas kerajinan songket, jelas memberikan kontribusi secara terhadap perekonomian keluarga dan terhadap perekonomian desa. Dalam perhitungan kasar, seorang pengrajin songket dapat menghasilkan pendapatan minimal 1.800.000,- rupiah selama sebulan, sementara di sembilan desa di kecamatan Pemulutan Barat rata-rata terdapat minimal 600 orang pengrajin songket aktif, maka dalam satu bulan di pedesaan dalam Kecamatan Pemulutan Barat beredar uang sebesar adalah 1.080.000.000,- (Satu Milyar Delapan Puluh Juta) rupiah. Angka minimal ini masih dapat meningkat, dengan menambahkan penghasilan jasa cukit dan jasa reparasi perlengkapan songket. Jumlah ini cukup besar bila diorganisir dalam konteks dinamika perekonomian pedesaan. Pengorganisasian ini, dilakukan dengan mempertimbangkan pula akses dan ketersediaan bahan baku secara lebih terbuka dan lebih bebas.
Analisis Keislaman Aktivitas perekonomian di pedesaan, secara keislaman dapat dipandang sebagai kegiatan umat dalam rangka mencari rezeki Allah yang ditebarkan di muka bumi. Aktivitas ini, dalam konteks syariah dapat dikategorikan sebagai kegiatan mu`amalah. Dikatakan demikian karena peristiwa perdagangan atau bisnis songket merupakan bagian dari pergaulan antar sesama manusia. Dalam pergaulan ini baik penjual maupun pembeli sama-sama bersandar pada akad khusus maupun norma-norma umum perdagangan yang berlaku di kalangan pedagang dan pengrajn songket. Pengrajin songket di Pemulutan Barat pada umumnya adalah muslim, dan memiliki tingkat pengetahuan serta konsistensi terhadap ajaran Islam secara bervariasi. Tetapi ditinjau dari tingkat pendidikan formal baik sekolah khusus keislaman maupun sekolah umum, mereka memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Pengetahuan dan praktek keislaman dipelajari dari orang tua, guru mengaji desa, melalui penceramah yang datang ke masjid maupun yang mereka pantau melalui media penyiaran radio dan Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
95
televisi. Reverensi berupa text-book yang mereka jadikan acuan adalah buku-buku yang bersifat tuntunan praktis peribadatan sehari-hari. Dengan kondisi seperti ini, para pengrajin songket ini dikategorikan sebagai “awam” terhadap kajian tentang ekonomi Islam. Jadi aplikasi keislaman yang mereka selenggarakan dalam kehidupan adalah aplikasi sebatas kemampuan masyarakat awam. Apa yang mereka anggap sebagai benar atau salah, Islami atau tidak berdasarkan kebiasaan yang berlaku dan mereka persepsikan sebagai suatu yang baik. Tuntunan tersebut baik memang bersumber langsung dari khazanah keislaman (seperti pengajian, buku-buku keagamaan, ustaz, dan sebagainya) juga dari adat istiadat setempat. Pembuatan songket itu sendiri pada mulanya merupakan bagian dari kegiatan yang telah tersedia dalam tradisi setempat. Ketika pengrajin ini lahir, mereka telah mendapati masyarakat setempat telah melakukan pembuatan songket. Dalam hal ini, sebagai suatu unsur tradisi (urf), produk kebudayaan seperti songket, dapat dipandang sebagai suatu hal yang mubah (boleh). Pemahaman dan sikap bahwa kebudayaan merupakan suatu yang mubah antara lain diperoleh dari salah satu rumusan Sidang Tanwir Muhammadiyah di Surakarta (PP Muhammadiyah, 1994). Bila ditelusuri lebih jauh, sebenarnya produk jenis songket ini termasuk dalam kategori produk tenun yang telah dikenal dalam lingkungan Islam (Khaldun, 2011: 684, 685). Sebagai produk yang diperlukan, tentu songket memiliki nilai ekonomis dan dijadikan sebagai bagian dari upaya yang bersifat keekonomian sehingga bisnis songket merupakan suatu yang lumrah. Menjadikan songket sebagai obyek bisnis dalam tinjauan syariat Islam adalah suatu yang mubah, bahkan karena dapat meningkatkan kapasitas perekonomian, bisnis songket dapat berpotensi sebagai kegiatan yang mengandung kemaslahatan sehingga secara prinsip aktivitas ini perlu didorong semaksimal mungkin. Pada sisi lain, pengrajin songket sebagai warga masyarakat, adalah individu yang tidak terlepas dari norma “resiprositas” budaya setempat. Keaktifan dalam kegiatan masyarakat, perlu dipandang sebagai bagian dari menjaga kebersamaan dan bentuk pelestarian silatu rahîm sesama umat. Oleh karena itu respons terhadap resiprositas merupakan sesuatu yang sangat diperlukan. Dari paparan di atas, terlihat bahwa dua bidang kegiatan yang dilakukan oleh pengrajin yaitu kegiatan produksi songket dan kegiatan dalam relasi sosial budaya pedesaan, adalah sama-sama mengandung kebaikan yang bersifat kemaslahatan. Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
96
Kemaslahatan pada kegiatan produksi membawa keuntungan pada peningkatan hasil dan kapital yang bersifat material. Sementara kemaslahatan pada bidang relasi sosial budaya membawa keberuntungan, sebagai reward, berupa pengukuhan dan penguatan diri dalam sistem relasional sosial budaya setempat. Sebaliknya, kemaslahatan tersebut, bila ditinggalkan sama-sama mengandung risiko tersendiri. Dalam hal ini, risiko pada bidang produksi songket akan muncul berupa pengurangan jumlah hasil produksi yang kemudian berakibat pada pengurangan keuntungan material.
Sementara itu risiko
meninggalkan pencapaian kemaslahatan pada bidang relasi sosial budaya akan melahirkan risiko berupa gangguan relasi sosial budaya seperti perasaan tidak enak, malu, khawatir tidak mendapat respek, dan sebagainya yang pada umumnya menggambarkan keterkucilan diri. Untuk menyelaraskan dua bidang yang sama-sama membutuhkan alokasi waktu di atas, yaitu antara aktivitas bisnis dengan respon terhadap resiprositas budaya, diperlukan manajemen yang selaras. Penyelarasan ini tentu merupakan suatu yang rumit, tetapi sebagaimana diungkapkan pengrajin, selama ini penyelarasan yang telah telah dilakukan adalah dengan cara: 1. Dalam relasi pengrajin dengan pihak pasar, khususnya dalam akad bisnis songket, dilakukan dengan sistem jual lepas, sehingga tidak ada ikatan waktu. Akan tetapi dalam jual lepas ini mereka sering terikat dengan „monopoli pasar‟ oleh pihak konsumen yang berakibat pada pembatasan harga. Hal ini terjadi karena terkait keterbatasan pengadaan bahan (benang). Sementara terhadap kualitas produk, dilakukan pengecekan bersama penjual dan pembeli. 2. Terhadap resiprositas budaya, terutama dalam konteks menghadiri kegiatan tradisi sosial budaya, para pengrajin selaku warga desa selalu bersikap aktif. Dalam keadaan dilematis, mereka menempatkan tradisi sosial budaya sebagai prioritas baru kemudian produksi songket; tetapi dalam keadaan sangat mendesak, dua kegiatan dilakukan dengan cara “berbagi”. Cara ini sangat efektif bagi pengrajin yang telah mempunyai pasangan hidup, di mana perempuan hadir pada upacara siang, laki-laki hadir pada kegiatan di malam hari. Solusi di atas selama ini dipergunakan dalam manajemen mengatur kesibukan bisnis songket dan relasi sosial budaya di pedesaan, yang menurut pengrajin dirasakan cukup efektif. Bagaimanapun juga, tentu masih diperlukan siasat lain yang lebih sempurna dalam rangka meningkatkan produktivitas bisnis pada satu sisi, sekaligus Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
97
memperkuat ikatan sosial budaya pada sisi lain. Di atas semua itu, pada akhirnya apabila tuntutan dua bidang itu mengharuskan dipilih salah satu, pada umumnya para pengrajin memilih mengutamakan kemaslahatan dalam bidang relasi sosial. Pilihan ini memperlihatkan bahwa para pengrajin ini pada prinsipnya sudah masuk dalam kategori kapital, tetapi masih belum mencari-cari pola manajemen yang tepat sehingga dapat berlangsung sesuai dengan konteks sosial budaya setempat. Kondisi tersebut memperlihatkan gambaran bahwa moral ekonomi pengrajin songket di pedesaan Pemulutan Barat ini dapat dikategorikan pada tahap pra-kapital. Sementara itu, sebagai muslimah, pada umumnya pengrajin itu belum memahami tentang batasan nisab untuk berzakat terhadap penghasilannya memproduksi songket sehingga mereka mengaku belum mengeluarkan zakat penghasilan secara tepat. Yang mereka lakukan selama ini pada umumnya adalah mengeluarkan zakat fitrah pada setiap hari hari raya Idul Fitri. Pengeluaran lain yang mereka kaitkan dengan keagamaan ialah sumbangan dan mengisi kotak amal di masjid, ataupun untuk persatuan amal kematian.
KESIMPULAN 1. Seperti umumnya masyarakat pedesaan di Kecamatan Pemulutan Barat, basis ekonomi Pengrajin songket di pedesaan Kecamatan Pemulutan Barat pada umumnya adalah pertanian, nelayan, serta perkebunan; dan mereka menjadikan produksi songket sebagai pendapatan tambahan; dalam berproduksi mereka menerapkan sistem kerja dalam bentuk produksi rumah tangga. Kendala utama produksi
mereka
adalah
rendahnya
kualitas,
kepemilikan
modal
untuk
pengembangan menjadi industri kapital yang lebih besar. 2. Relasi sosial budaya mereka sangat luas, melampaui batas wilayah di Pemulutan Barat saja; Sebagai warga yang terikat pada sistem nilai, pengrajin songket berperan aktif dalam resiprositas sosial budaya setempat; sehingga aktivitas bisnis dilakukan bersamaan dengan aktivitas sosio-kultur setempat. Dalam melakukan bisnis pada umumnya mereka memiliki pasar yang relatif tetap, dengan sistem jual lepas sehingga membebaskan jadwal dan volume produksi. Tetapi dalam hal tertentu para pengrajin masih terikat, karena bahan produksi pada umumnya berasal dari pihak pembeli.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
98
3. Para pengrajin pada umumnya lebih cenderung pada ciri moral ekonomi kapitalis dengan kategori ekonomi pra-kapital dan ada sebagian kecil subsisten. Usaha kerajinan songket ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan memperkuat kebersamaan sebagai salah satu basis masyarakat di pedesaan pada umumnya. 4. Secara keislaman, fenomena sebagaimana ditemukan pada pengrajin songket di Pemulutan Barat, merupakan gejala positif karena di dalamnya terkandung unsur kemaslahatan.
DAFTAR PUSTAKA Buku Teks Al-Quran al-Karîm Azzam, Prof. Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam, 2010. Fiqh Muamalat: Sistem Transaksi dalam Fiqh Islam (a.b.: Nadirsyah Hawari, Lc., MA.), Jakarta, Pustaka Amzah Berlian, Saudi, 2007. Sejarah Masyarakat dan Pemerintahan Ogan Ilir, Inderalaya, Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir ------------------, 2010 “Gotong Royong dalam Adat Caram Seguguk”, disampaikan pada Diskusi dan Orientasi Pengurus Masyarakat Kerukunan Adat Caram Seguguk Ogan Ilir, Inderalaya, 5 Juli 2010 Bungin, Prof. Dr. HM Burhan, S.Sos., M.Si., 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta, Kencana Prenada Media Goodman, Douglas J, dan George Ritzer, 2011. Teori Sosiologi, Yogyakarta, Kreasi Wacana Haryanto, Drs. Sindung, 2011. Sosiologi Ekonomi, Yogyakarta, Ar-Ruz Media Hayami, Yujio dan Masao Kikuchi, 1978. Dilema Ekonomi Desa, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia Homans, George C., 1950. The Human Group, New York: Harcourt, Brace and Company Khaldun, Ibnu, 2001. Mukaddimah (a.b.: Masturi Irham, Lc., Malik Supar, Lc., dan Abidun Zuhri), Jakarta, Pustaka Al-Kautsar Mauss, Marcel, 1992. Pemberian: Bentuk dan Fungsi Pertukaran dalam Masyarakat Kuno, (a.b.: Parsudi Suparlan), Jakarta, Yayasan Obor Indonesia McClelland, D. C., 1985. Human Motivation, Illinois, Scott, Foresman & Company Muhammad, 2002. Etika Bisnis Islami,Yogyakarta, Unit Penerbitan AMP YKPN Pelly, Usman, 1996 . “Agama dalam Etos Kerja Rakyat di Sumatera”, dalam Ruh Islam dalam Budaya Bangsa, Jakarta, Yayasan Festival Istiqlal Polanyi, Karl, C.M. Arensberg, dan H.W. Pearson, 1988. “Ekonomi sebagai Proses Sosial,” dalam Teori Masyarakat: Proses Peradaban dalam Sistem Dunia Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
99
Modern. Jakarta, Yayasan Obor Indonesia Proyek IDKD Depdikbud Sumatera Selatan, 1994. Pengrajin Tradisional di Daerah Sumatera Selatan, Palembang Rodinson, Maxim, 1982. Islam dan Kapitalisme, (a.b.: Asep Hikmat) Bandung, Iqra Santosa, Ippho dan Adalus – Khalifah, 2010. Muhammad sebagai Pedagang, Jakarta, Elexmedia Computindo Schumacher, F., 1982. Kecil Itu Indah, Jakarta, LP3ES Scott, James C., 1986. Moral Ekonomi Petani: Pergolakan dan Subsistensi di Asia Tenggara (a.b.: Hasan Basari), Jakarta, LP3ES Weber, Max, 2001. Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, (a.b.: Yusup Priasudiarja), Surabaya, Pustaka Promethea Wiraatmadja, Soekandar, M.A., 1978. Pokok-Pokok Sosiologi Pedesaan, Jakarta, Yasaguna Bahan Arsip Bappeda Kabupaten Ogan Ilir, 2012. Profil Kabupaten Ogan Ilir, Inderalaya, Bappeda Kabupaten Ogan Ilir ________, Peta Kabupaten Ogan Ilir, Bappeda Kabupaten Ogan Ilir, 2012 ________, Peta Kecamatan Pemulutan Barat Kabupaten Ogan Ilir, Bappeda Kabupaten Ogan Ilir, 2012. Biro Pusat Statistik Kabupaten Ogan Ilir, Kecamatan Pemulutan Barat Dalam Angka, BPS Ogan Ilir, Inderalaya, 2011. ________, Ogan Ilir dalam Angka, BPS Ogan Ilir, Inderalaya, 2012. Sekretariat Badan Pusat Statistik Ogan Ilir, 2011. Pemulutan Barat dalam Angka 2010, BPS Kabupaten Ogan Ilir Sekretariat Desa Saranglang, 2011. Foto-foto aktivitas Khatam Al-Quran di desa Saranglang, Saranglang. Sekretariat Kecamatan Pemulutan Barat, 2011. Data Umum PKK, Talang Pangeran, Sekretariat Kecamatan Pemulutan Barat ________, 2011. Data Kegiatan TP PKK Kecamatan Pemulutan Barat, Talang Pangeran, Sekretariat Kecamatan Pemulutan Barat
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
100
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan) Dwirini Dosen Unsri FE Akuntansi e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan rasio keuangan terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011–2013. Variabel bebas pada penelitian ini terdiri dari empat rasio keuangan, yang terdiri dari Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), Debt to total Equity Ratio (DER) dan Net Profit Margin (NPM). Variabel terikat adalah harga saham (rata-rata penutupan harian selama setahun). Pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan 13 perusahaan pertambangan sebagai sampel. Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi linear berganda. Hasil penelitian menggunakan model regresi linear berganda, diketahui bahwa variabel tingkat kinerja keuangan (CR, ROE, DER, NPM) berpengaruh signifikan terhadap harga saham enam perusahaan pertambangan yang listing periode 2011. Sedangkan pada periode 2012 diketahui bahwa variabel tingkat kinerja keuangan (CR, ROE, DER, NPM) berpengaruh signifikan terhadap harga saham lima perusahaan pertambangan. Dan pada periode 2013 diketahui bahwa variabel tingkat kinerja keuangan (CR, ROE, DER, NPM) berpengaruh signifikan terhadap harga saham enam perusahaan pertambangan. Kata kunci: kinerja keuangan, rasio keuangan, harga saham, dan model regresi linear berganda
PENDAHULUAN Perkembangan pasar modal di Indonesia khususnya dalam tahun 2013 ini sudah semakin pesat. Perkembangan ini dapat dilihat dari penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah perusahaan go publik yang tercatat di BEI menjadi 397 (Firmansyah, 2008) perusahaan yang semua kegiatannya mencakup hampir semua sektor industri di Indonesia, seperti sektor industri barang konsumsi, industri dasar dan kimia, industri pertambangan, aneka industri dan industriindustri lainnya. Industri pertambangan sebagai salah satu sektor industri di BEI merupakan industri yang dikategorikan menghasilkan bahan baku seperti batu bara, minyak dan gas bumi, logam dan mineral lainnya, dan batu-batuan. Jadi industri pertambangan merupakan sektor yang penting bagi industri lainnya, dan sampai dengan Maret 2013 Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
101
terdapat 13 perusahaan yang bergerak di bidang industri pertambangan yang tercatat di BEI (Lihat Tabel 1), dengan status kepemilikan sebagian adalah milik swasta (Firmansyah, 2008). Tabel 1 Nama Perusahaan Industri Pertambangan Serta Kodenya No. Nama Emiten Pertambangan Batu Bara 1 PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk 2 PT Bumi Resources Tbk 3 PT ATPK Resources Tbk 4 PT Petrosea Tbk 5 PT Resources Alam Indonesia Tbk Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 6 PT Energi Mega Persada Tbk 7 PT Apexindo Pratama Duta Tbk 8 PT Medco Energi International Tbk Pertambangan Logam dan Mineral Lainnya 9 PT Aneka Tambang (Persero) Tbk 10 PT International Nickel Ind. Tbk 11 PT Citra Tubindo Tbk 12 PT Timah Tbk Pertambangan Batu-batuan 13 PT Cita Mineral Investindo Sumber: Info Finansial dan BEI Monthly Statistic
Kode PTBA BUMI ATPK PTRO KKGI ENRG APEX MEDC ANTM INCO CTBN TINS CITA
Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat investor untuk menentukan pilihan dalam membeli saham yang tercermin dalam analisis laporan keuangan. Dengan asumsi investor merupakan pelaku yang rasional, maka aspek fundamental akan menjadi dasar penilaian (basic valuation) yang sangat berharga. Hal ini didasarkan pada argumentasi bahwa nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik pada saat itu juga, akan tetapi juga merupakan harapan terhadap kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai kekayaan di kemudian hari. Harga saham yang diperdagangkan di Pasar Modal cenderung fluktuatif. Hal ini terjadi karena harga saham dipengaruhi oleh beberapa unsur sebagaimana dinyatakan oleh Asril Sitompul (2000:160) yaitu kebijakan dividen perusahaan, nilai buku dari asset dan bisnis perusahaan, cash flow dan tingkat laba yang dicapai perusahaan. Informasi akuntansi dalam bentuk laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
102
antara lain terdiri dari aktiva, modal (equity), pendapatan, biaya, laba dan sebagainya merupakan salah satu bentuk informasi yang digunakan oleh investor sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan investasi. Analisis yang dilakukan investor terhadap informasi laporan akan dapat membantu investor untuk mengetahui kondisi keuangan emiten sehingga tingkat pengembalian investasi yang diharapkan (expected return) akan dapat diperoleh. Penelitian untuk menganalisis pengaruh berbagai faktor fundamental terhadap harga saham telah banyak dilakukan, namun masih menghasilkan berbagai kesimpulan yang beragam. Penelitian tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham diantaranya dilakukan oleh Itan dan Syakhroza (2003) yang meneliti tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham pada perusahaan yang termasuk LQ45 (daftar 45 saham paling likuid) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) selama lima tahun dengan ukuran Debt to total Equity Ratio (DER), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Operating Profit Margin (OPM), Price Earning Ratio (PER), dan Price Book Value(PBV) sebagai variabel bebas dan harga saham sebagai variabel terikat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Return On Assets (ROA) dan Price Book Value(PBV) berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian Itan dan Syakhroza (2003) dengan menggunakan sampel dan periode penelitian yang berbeda. Penelitian ini menggunakan 13 perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode Desember 2011–Desember 2013 sebagai sampel penelitian. Motivasi dari penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui adanya konsistensi hasil pada penggunaan sampel dan periode penelitian yang berbeda. Peneliti tertarik untuk menjadikan perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI sebagai obyek penelitian, dengan mengambil judul “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan)” Perumusan Masalah Apakah variabel Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), Debt to total Equity Ratio (DER),dan NetProfit Margin (NPM) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Tujuan Penelitian Untuk membuktikan pengaruh kinerja keuangan Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), Debt to total Equity Ratio (DER),dan NetProfit Margin (NPM) terhadap Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
103
harga saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode Desember 2011–Desember 2013
Tinjauan Pustaka 1. Kinerja Keuangan Menteri Keuangan dalam juklak yang ditetapkan dalam SK. Menkeu No. 26/ KMK/ 013/ 1992, menyatakan bahwa kinerja keuangan merupakan prestasi yang diperoleh suatu perusahaan (telah listing) di bursa efek, dimana tingkat kesehatannya telah diaudit oleh akuntan yang ditunjuk oleh perusahaan tersebut (Sundjaja dan Barlian, 2001). Menurut Helfert (2000:67) mendefinisikan kinerja keuangan sebagai hasil dari banyak keputusan yang telah dibuat secara terus-menerus oleh manajemen melalui kerjasama dengan pihak lain untuk mencari dan menggunakan dana tersebut secara efisien. Bringham dan Houston (2001:78), kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat investor untuk menentukan pilihan dalam membeli saham, yang tercermin dalam analisis laporan keuangan. Mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan dengan penggunaan rasio keuangan adalah hal yang lazim. Rasio keuangan merupakan angka relatif dari perbandingan angka laporan keuangan yang tersaji di neraca dan laporan laba-rugi perusahaan, perbandingan angka dapat dilakukan antara rekening neraca dengan rekening neraca lainnya, antara rekening laba-rugi dengan rekening laba-rugi lainnya, serta antara rekening neraca dengan rekening laba-rugi. Analisa rasio tidak hanya menggunakan rumus terhadap data keuangan untuk menghitung rasio tertentu, tetapi yang lebih penting adalah interprestasi atas nilai rasio tersebut.Oleh karena itu, sebelum menganalisa lebih lanjut, perlu diketahui gambaran mengenai jenis rasio keuangan. Seperti yang dinyatakan oleh Sundjaja dan Barlian (2001:74), bahwa terdapat dua jenis rasio perbandingan, yaitu: a.
Cross-sectional analysis Cross-sectional analysis merupakan perbandingan rasio-rasio keuangan beberapa
perusahaan pada suatu saat yang sama termasuk membandingkan rasio-rasio perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama atau dapat juga dibandingkan dengan rasio rata-rata industri.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
104
b.
Time-series analysis Time-series analysis merupakan pengevaluasian kinerja keuangan perusahaan
dalam beberapa periode dengan menggunakan analisa rasio keuangan. Analisa deret berkala ini berdasarkan pada teori bahwa perusahaan harus dievaluasi keadaan masa lalunya untuk diketahui arah perkembangannya dan perusahaan harus melakukan tindakan yang sesuai untuk jangka menengah maupun jangka panjang. Menurut Sundjaja dan Barlian (2001:76), rasio keuangan dibagi dalam empat kategori dasar, yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio utang dan rasio profitabilitas. Dari keempat kategori dasar tersebut, maka dapat dilakukan analisa rasio keuangan sebagai berikut: 1.
Analisa Likuiditas, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menyediakan kas dan pos lancar lain yang sifatnya hampir mendekati kas yang berguna untuk memenuhi semua kewajibannya yang akan jatuh tempo.
2.
Analisa Aktivitas, digunakan untuk mengetahui kecepatan beberapa perkiraan menjadi penjualan atau kas.
3.
Analisa Utang, menunjukkan kualitas kewajiban perusahaan serta berapa besar perbandingan antara kewajiban tersebut dengan aktiva perusahaan.
4.
Analisa Profitabilitas, mengukur kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dari setiap penjualan yang dilakukan.
2. Pasar Modal Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek” (Rusdin, 2006:165). Dalam pasar modal dikenal dengan istilah bursa efek. Pengertian Bursa Efek Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
105
adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan Efek di antara mereka (Rusdin, 2006:154). Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan memegang peranan penting dalam memobilisasi dana dari masyarakat investor yang ingin berinvetasi di pasar modal. Keikutsertaan masyarakat dalam pemilikan perusahaan mendorong perusahaan untuk menciptakan suatu kondisi “Good Corporate Governance (GCG)”. Dengan pelaksanaan kondisi “Good Corporate Governance (GCG)” maka setiap perusahaan go public untuk memiliki suatu komite audit.
3. Hubungan antara Kinerja Keuangan dengan Pasar Modal Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat investor untuk menentukan pilihan dalam membeli saham, yang tercermin dalam analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan ini mencakup (1) pertimbangan kinerja perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama, dan (2) evaluasi kecenderungan posisi keuangan perusahaan sepanjang waktu (Bringham dan Houston, 2001: 78). Kinerja
keuangan
perusahaan
dapat
digunakan
sebagai
input
untuk
memprediksikan nilai saham berkaitan dengan pasar modal. Jika pasar modal efisien maka para manajer perusahaan akan bekerja untuk memperbaiki kinerja keuangan perusahaan. Hal ini membuktikan bahwa perusahaan mempunyai prospek bagus yang mampu membayar capital gain dan dividen yang tinggi. Sebaliknya, perusahaan dengan prospek kurang baik hanya mampu membayar capital gain dan dividen dengan nilai rendah atau sama sekali tidak memberikan capital gain dan dividen.
4. Saham Pengertian Saham Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan (Rusdin, 2006). Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
106
Jenis Saham Nilai saham terbagi atas tiga jenis (Rusdin, 2006:68), yaitu: 1. Nilai Nominal (Nilai Pari) Nilai nominal merupakan nilai yang tercantum dalam sertifikat saham yang bersangkutan, di Indonesia saham yang diterbitkan harus memiliki nilai nominal dan untuk satu jenis saham yang sama pada suatu perusahaan harus memiliki satu jenis nilai nominal. 2. Nilai Dasar Pada prinsip harga dasar saham ditentukan dari harga perdana saat saham tersebut diterbitkan, harga dasar ini akan berubah sejalan dengan dilakukannya berbagai tindakan emiten yang berhubungan dengan saham, antara lain: Right Issue, Stock Split, Waran, dan lan-lain. 3. Nilai Pasar Nilai pasar adalah harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung, jika bursa sudah tutup maka harga pasar saham tersebut adalah harga penutupannya. Berdasarkan manfaat yang diperoleh pemegang saham, saham dibedakan menjadi (Rusdin, 2006:70): 1. Saham biasa (Common Stock) Saham biasa (Common Stock) adalah jenis efek yang paling sering dipergunakan oleh emiten untuk memperoleh dana dari masyarakat dan juga merupakan jenis yang paling populer di Pasar Modal. 2. Saham Preferen (Preferen Stock) Saham preferen (Preferen Stock) adalah gabungan antara obligasi dan saham biasa. Jenis saham ini disebut dengan sekuritas campuran. Saham preferen sama dengan saham biasa karena tidak memiliki tanggal jatuh tempo dan juga mewakili kepemilikan dari modal. Di lain pihak saham preferen sama dengan obligasi karena jumlah dividennya tetap selama masa berlaku dari saham, memiliki klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, memiliki hak tebus, dan dapat dipertukarkan dengan saham biasa. Harga Saham Pengertian saham menurut Sawidji Widoatmodjo (2004:45) adalah: 1. Harga nominal (par value), yaitu nilai yang ditetapkan oleh emiten, untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
107
2. Harga perdana, yaitu harga sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa efek. 3. Harga pasar, yaitu harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. 4. Harga pembukaan, yaitu harga yang diminta oleh para penjual atau pembeli pada saat jam bursa dibuka. 5. Harga penutupan, yaitu harga yang diminta oleh penjual atau pembeli pada saat akhir hari bursa. 6. Harga tertinggi, yaitu harga yang paling tinggi yang terjadi pada hari bursa itu, tetapi lazim pula dipakai istilah harga tertinggi untuk menentukan harga tertinggi yang terjadi pada waktu tertentu dalam kurun waktu sebulan atau setahun, tergantung keperluan. 7. Harga terendah, yaitu harga yang paling rendah yang terjadi pada hari bursa itu. Penggunaannya sama dengan harga tertinggi, bisa untuk transaksi harian, bulanan, atau tahunan. 8. Harga rata-rata, yaitu perata-rataan dari harga tertinggi dan terendah. Harga ini juga bisa dicatat untuk transaksi harian, bulanan, dan tahunan. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Latar belakang pergerakan harga saham di bursa efek dipengaruhi oleh banyak faktor, pada umumnya dapat dikategorikan menjadi dua yaitu faktor fundamental dan faktor teknis (M. Fakhruddin dan M. Sopian Hadianto, 2001). 1. Faktor Fundamental Berikut ini merupakan beberapa faktor fundamental yang penting, yaitu: a) Kinerja emiten Investor membeli saham dengan harapan akan meperoleh dividen dan harga sahamnya akan naik sehingga diperoleh capital gain. Dalam kondisi normal yang membuat harga sahamnya naik adalah kemampuan emiten memperoleh laba yang sebagian diantaranya akan dibagikan sebagai dividen. b) Perubahan suku bunga Apabila terjadi kenaikan suku bunga, hal tersebut akan mendorong investor untuk menjual saham yang dimilikinya dan menempatkan dananya di bank. Alasannya sederhana, dana di bank lebih aman dibandingkan di bursa efek. Disamping itu kenaikan suku bunga juga akan mendorong jatuhnya harga saham, hal ini bisa terjadi jika kenaikan suku bunga membuat beban bunga utang emiten lebih besar, sehingga laba bersih akan menurun. Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
108
c) Pergerakan mata uang Apabila nilai mata uang suatu negara dengan negara lain berubah, perubahan tersebut akan ikut menentukan pergerakan saham. Pergerakan nilai mata uang ini antara lain ditentukan oleh suku bunga di suatu negara. 2. Faktor Teknis Beberapa faktor teknis yang dianggap berpengaruh terhadap pergerakan harga saham, yaitu: a) Penawaran dan permintaan Pergerakan harga saham di bursa efek seringkali hanya bisa dipahami dengan hukum permintaan dan penawaran.Ketika terjadi lebih banyak pembeli daripada penjual, harga saham cenderung naik demikian pula sebaliknya. Begitu pula pada saat yang hampir bersamaan terdapat beberapa harga saham akan cenderung melemah. b) Intervensi pemerintah Seringkali intervensi pemerintah dilakukan dengan diam-diam, misalnya menugaskan lembaga tertentu untuk membeli saham. Tetapi, tidak jarang intervensi pemerintah dilakukan secara terbuka, sebagai contoh pemerintah Malaysia melakukan intervensi untuk menjaga agar indeks harga saham tidak terus melemah ketika krisis moneter memincak pada akhir tahun 1997, pemerintah Malaysia melarang transaksi shortsell dan margin tading. c) Politik Kehidupan politik suatu negara mempengaruhi aktivitas ekonomi. Hubungan Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Harga Saham Penelitian terhadap harga saham digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, dengan pertimbangan bahwa harga saham merupakan cerminan dari nilai perusahaan.Pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada waktu tertentu memberikan indikasi terjadinya perubahan kinerja keuangan perusahaan. Jika kinerja keuangan perusahaan baik, maka akan memberikan sentimen yang positif terhadap harga saham. Faktor kinerja keuangan perusahaan dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap risiko maupun return (Chan, Karceski, Lakonishok, 1998). Pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2002–2007 sangat kuat. Lebih dari 50% pergerakan harga
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
109
saham perusahaan di BEI dalam kondisi baik, maka harga saham akan bergerak kearah yang positif dan begitu juga sebaliknya (Purnomo, 1998). Dalam penelitian ini, rasio keuangan sebagai proksi kinerja keuangan perusahaan meliputi: 1) Current Ratio (CR). Menurut Van Horne, James C, John M. Wachowicz, Jr. (2005), current ratio merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar. Current Ratio (CR) suatu perusahaan menunjukkan besarnya aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek untuk menutup kewajiban lancar. Perhitungan Current Ratio (CR) dapat dirumuskan sebagai berikut: Aktiva Lancar CR = Kewajiban jangka pendek
2) Return On Equity (ROE) Menurut Van Horne, James C, John M. Wachowicz, Jr., 2005, Return On Equity (ROE) mengukur daya untuk menghasilkan laba pada investasi nilai buku pemegang saham. Return On Equity (ROE) suatu perusahaan bertujuan untuk mengukur seberapa banyak laba bersih yang dapat dihasilkan dari investasi para pemegang saham dalam perusahaan. Untuk menghitung Return On Equity (ROE) digunakan rumus berikut: Laba Bersih Setelah Pajak ROE = Ekuitas Pemegang Saham
3) Debt to total Equity Ratio (DER) Menurut Van Horne, James C, John M. Wachowicz, Jr. (2005), Debt to total Equity Ratio (DER) menunjukkan sejauh mana pendanaan dari utang jika dibandingkan dengan pendanaan ekuitas. Menurut Machmoedz (Rahma, 2007), DER menunjukkan seberapa efisien perusahaan memanfaatkan ekuitas dalam rangka mengantisipasi hutang jangka pendek dan jangka panjang perusahaan sehingga tidak menganggu operasi perusahaan secara keseluruhan dalam jangka panjang. Rasio hutang terhadap ekuitas adalah salah satu ukuran paling mendasar dalam keuangan perusahaan. Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang dan ekuitas. Rasio ini juga dapat
dikatakan
sebagai
pengujian
Periode Januari 2015 – April 2015
yang
baik
bagi
kekuatan
keuangan
ISSN : 2087-5142
110
perusahaan.Semakin tinggi rasio ini berarti ekuitas semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi perusahaan ukuran hutang sebaiknya tidak melebihi dari ekuitas karena risiko menjadi tinggi apabila terjadi likuidasi dan perusahaan akan kesulitan untuk membayar hutang. Perhitungan Debt to total Equity Ratio (DER) dapat dirumuskan sebagai berikut: Ekuitas Pemegang Saham DER =
Total Hutang
4) Net Profit Margin (NPM). Net Profit Margin (NPM) mengukur seberapa banyak laba bersih setelah pajak dan bunga yang dapat dihasilkan dari penjualan atau pendapatan.Rasio NPM yang rendah bisa disebabkan karena penjualan turun lebih besar dari turunnya ongkos, dan sebaliknya.Setiap perusahaan berkepentingan terhadap profit margin yang tinggi. Untuk menghitung Net Profit Margin (NPM) digunakan rumus sebagai berikut: NPM =
Penjualan Bersih Laba Bersih Setelah Pajak
Kerangka Konseptual Pola pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Pola Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham HARGA SAHAM
CR
ROE
DER
NPM
Hipotesis Hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara atas penelitian ini adalah: “variabel kinerja keuangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan di BEI baik secara simultan maupun secara parsial”.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
111
Pengujian Hipotesis Rancangan hipotesis yang akan diuji dinyatakan sebagai berikut: Ho : bi = 0, Variabel kinerja keuangan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Ho : bi ≠ 0, Variabel kinerja keuangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. 1. Uji Secara Simultan Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Uji simultan ini menggunakan uji-F pada tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan analisa (α) 5%, dengan degree of freedom (df1) = k-1 dan (df2) = n-k-1. Keputusan: Jika F-hitung ≤ F-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
2. Uji Secara Parsial Pengaruh hipotesis terhadap koefisien regresi secara parsial menggunakan uji-T pada tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan dalam analisa (α) 5%, dengan ketentuan degree of freedom (df) = n-k; n = jumlah sampel; k = jumlah variabel. Keputusan: Jika t-tabel ≤ t-hitung ≤ t-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika t-tabel > t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Normalitas Pengujian normalitas data dilakukan dengan melihat grafik penyebaran data dari sumbu diagonal pada grafik Hasil pengujian disajikan pada Gambar 2 berikut :
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
112
Gambar 2 Hasil Uji Normalitas Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Harga Saham 1,0
Expected Cum Prob
,8
,5
,3
0,0 0,0
,3
,5
,8
1,0
Observed Cum Prob
Sumber: Pengolahan Data SPSS Berdasarkan grafik di atas didapatkan hasil bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Hasil Uji Multikolinieritas Pengujian terhadap gejala multikolinieritas ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi yang serius antar variabel-variabel independen yang digunakan dalam model regresi. Hasil analisis terhadap nilai Tolerance dan Variance Inflantion Factor (VIF) dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini: Tabel 2 Hasil Uji Multikolinieritas coefficientsa Collinearity Statistics Tolerance VIF
Model 1 (Constant) CR 0,863 ROE 0,663 DER 0,714 NPM 0,806 a. Dependent Variable: Harga Saham Sumber : Pengolahan Data SPSS
1,159 1,508 1,400 1,241
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 2 di atas, nilai independen untuk semua variabel independen dalam penelitian bernilai lebih besar dari 0,1. Ini berarti terlihat bahwa semua variabel telah memenuhi persyaratan seimbang toleransi. Sedangkan VIF untuk semua variabel independen didalam penelitian ini bernilai kurang dari 5. Pada umumnya, jika VIF lebih besar dari 5, variabel tersebut mempunyai Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
113
persoalan multikolinieritas dengan variabel lainnya. Jika dilihat pada Tabel 4.4 terlihat bahwa baik CR, ROE, DER, maupun NPM mempunyai VIF kurang dari 5 yang berarti tidak dapat multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi.
Hasil Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Pengujian dapat dilakukan dengan melihat angka Durbin-Watson (DW) pada output bagian MODEL SUMMARY. Model regresi dikatakan tidak terjadi autokorelasi apabila angka DW 1,65 < DW < 2,35. Jika pada nilai 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 maka tidak dapat disimpulkan, kemudian jika pada nilai DW < 1,21 atau DW > 2,79 berarti terdapat autokorelasi. Dari hasil pengujian dengan menggunakanDurbin Watson (DW) pada Tabel 4.5., menunjukkan nilai DW-hitung sebesar 1,948. Nilai ini berada pada selang 1,65 < DW < 2,35. Sehingga menurut pengujian Durbin Watson (DW), dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model regresi.
Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji gejala heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ketidaksamaan varians dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Berdasarkan grafik scatterplot pada Gambar 3 terlihat titik-titik dengan pola menyebar secara acak pada posisi di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Berdasarkan hasil ini maka dapat disimpulkan tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model regresi. Gambar 3 Uji Heteroskedastisitas Scatterplot Dependent Variable: Harga Saham 100000
80000
60000
Harga Saham
40000
20000
0 -20000 -4
-3
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Val ue
Sumber : Pengolahan Data SPSS Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
114
Hasil Uji Hipotesis Pengujian terhadap hipotesis penelitian bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh antara kinerja keuangan (CR, ROE, DER, NPM) dengan harga saham. Pengujian dilakukan baik secara simultan dan secara parsial terhadap masing-masing variabel penelitian baik penelitian penelitian regresi dengan a = 5% terhadap variabel penelitian
Hasil Uji Hipotesis 1 Pengujian terhadap hipotesis 1 bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh secara simultan kinerja keuangan (CR, ROE, DER, NPM) dengan harga saham digunakan uji-F. Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4.6. diatas, pengujian secara simultan menghasilkan Sig F - 0,002 yang berarti bahwa Sig F lebih kecil dari a - 5% maka hipotesis 1 diterima yaitu terdapat simultan kinerja keuangan (CR, ROE, DER, NPM) dengan harga saham. Artinya, variabel CR, ROE, DER, dan NPM dapat dipergunakan secara bersama-sama sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan investasi.
Hasil Uji Hipotesis 2 Pengujian terhadap Hipotesis 2 bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh secara parsial antara CR terhadap harga saham digunakan uji-t. Berdasarkan hasil pengujian Tabel 2 di atas, pengujian secara parsial terhadap CR menunjukkan Sig t 0,008 yang berarti bahwa Sig t lebih kecil dari a = 5% maka hipotesis 2 diterima yaitu terdapat pengaruh secara parsial antara CR terhadap harga saham. CR secara parsial ditemukan berpengaruh positif yang signifikan terhadap harga saham.
Hasil Uji Hipotesis 3 Pengujian terhadap Hipotesis 3 bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh secara parsial antara ROE terhadap harga saham digunakan uji-t. Berdasarkan hasil pengujian Tabel 4.7. diatas, pengujian secara parsial terhadap ROE menunjukkan Sig t 0,058 yang berarti bahwa Sig t lebih besar dari a = 5% maka hipotesis 3 ditolak yaitu tidak terdapat pengaruh secara parsial antara ROE terhadap harga saham. ROE secara parsial ditemukan berpengaruh positif yang tidak signifikan terhadap harga saham.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
115
Hasil Uji Hipotesis 4 Pengujian terhadap Hipotesis 2 bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh secara parsial antara DER terhadap harga saham digunakan uji-t. Berdasarkan hasil pengujian Tabel 4.7. diatas, pengujian secara parsial terhadap DER menunjukkan Sig t 0,004 yang berarti bahwa Sig t lebih kecil dari a = 5% maka hipotesis 4 diterima yaitu terdapat pengaruh secara parsial antara DER terhadap harga saham. DER secara parsial ditemukan berpengaruh positif yang signifikan terhadap harga saham.
Hasil Uji Hipotesis 5 Pengujian terhadap Hipotesis 5 bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh secara parsial antara NPM terhadap harga saham digunakan uji-t. Berdasarkan hasil pengujian Tabel 4.7. diatas, pengujian secara parsial terhadap NPM menunjukkan Sig t 0,064 yang berarti bahwa Sig t lebih besar dari a = 5% maka hipotesis 4 ditolak yaitu tidak terdapat pengaruh secara parsial antara NPM terhadap harga saham. NPM secara parsial ditemukan berpengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap harga saham. Koefisien Determinasi (R2) Besarnya koefisien determinasi (R2) menunjukkan seberapa besar proporsi perubahan variabel independen mampu menjelaskan variasi perubahan variabel dependen. Semakin besar nilai koefisien determinasi menunjukkan bahwa variabel independen yang digunakan sebagai prediktor nilai variabel dependen memiliki ketepatan prediksi yang tinggi juga. Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh nilai R Square sebesar 0,866. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen (CR, ROE, DER, dan NPM) mampu menjelaskan perubahan variabel perubahan variabel dependen (harga saham) sebesar 86,6%, sedangkan sisanya sebesar 13,4% dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan oleh penelitian ini.
KESIMPULAN 1.
Secara simultan, penelitian ini membuktikan adanya pengaruh yang signifikan antara kinerja keuangan (CR, ROE, DER, NPM) dengan harga saham. Artinya, variabel CR, ROE, DER, dan NPM dapat dipergunakan secara bersama-sama sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan investasi.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
116
2.
Secara parsial menunjukkan adanya pengaruh positif yang signifikan antara CR dan DER terhadap harga saham. Sedangkan hasil pada pengujian terhadap ROE adalah adanya pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap harga saham. Hasil pengujian terhadap NPM adalah adanya pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap harga saham.
3.
Diantara keempat variabel independen (CR, ROE, DER, dan NPM) ditemukan bahwa DER merupakan variabel yang mempunyai pengaruh dominan terhadap variabel dependen (harga saham).
DAFTAR PUSTAKA A Helfert, Erich. 2000. Techniques and Financial Analysis. Tent Edition. New York: McGraw-Hill. Brigham, E.F dan P.R. Daves. 2001. Intermediate Financial Management 7th Edition. Orlando: The Dryden Press. Darmadji, Tjiptono, Fakhrudin dan Hendy M. 2001. Pasar Modal di Indonesia, Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Fakhruddin, M., dan Hadianti, M. Sopian. 2001. Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal. Buku I. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya. 2008. Pedoman Umum Penulisan Skripsi. Inderalaya. Garrison, Noreen dan Brewer. 2007. Manajerial Accounting. Jakarta: Salemba Empat. Handayani. 2003. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan yang Go Public. Diambil tanggal 11 Juni 2008 dari http://www.google.com. http://www.idx.co.id/tentangBEI/mengenalpasarmodal.htm, diakses pada tanggal 11 Juni 2008. Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi 1. BPFE: Yogyakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuanganper1 Oktober 2004. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
117
Itan dan Syakhroza. 2003. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan yang Termasuk LQ45. Diambil tanggal 11 Juni 2008 dari http://www.google.com. Rusdin. 2006. Pasar Modal (Teori Masalah, Kebijakan dalam Praktik). Bandung: Alfabeta. Santoso, Singgih. 2000. SPSS Mengolah Data Statistik Secara Professional. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sitompul, Asril. 2000. Pasar Modal, Penawaran Umum dan Permasalahannya. Bandung: Penerbit Citra Aditya Bakti. Sundjaja, Ridwan S, dan Inge Barlian. 2001. Manajemen Keuangan Dua. Jakarta: PT Prenhallindo. Van Horne, James C, John M. Wachowicz, Jr., 2005. Financial Management.Jakarta: Salemba Empat. Wahyono, Teguh. 2006. 36 Jam Belajar Komputer Analisis Data Statistik Dengan SPSS 14. Jakarta: PT Elex Media Komputindo (Gramedia). Widoatmodjo, Sawidji. 2004. Teknik Memetik Keuntungan di Bursa Efek. Jakarta: Rineka Cipta.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
118
Penerapan Sistem Pengendalian Manajemen terhadap Pelayanan Tamu Hotel The Arista Palembang Dormauli Justina1, Amelyza2 1 Dosen PNSDpk pada STIM Amkop Palembang, 2Mahasiswa STIM Amkop Palembang
ABSTRACT The aim of this research is to analyze management control system application for guest service in The Arista Hotel Palembang. We used primary data through interview to the hotel staff and management about Procedure Operational Standard (Standar Operasional Prosedur/SOP) application. Based on the analysis, we found that the Procedure Operational Standard (Standar Operasional Prosedur/SOP) application in The Arista Hotel Palembang has been doing good enough in accordance with Procedure Operational Standard (Standar Operasional Prosedur/SOP) and management control system elements, those are: employee skill, job separation, authority system, objection and controlling technique, controlling on wealth and documents using, and physical inspection, off course with small notes in the real application. Key words: Management Control System, Procedure Operational Standard, Guests service
PENDAHULUAN Suatu organisasi yang menjalankan sejumlah aktivitas memulai kegiatannya dengan melakukan proses perencanaan. Perencanaan dilakukan melalui aktivitas yang melibatkan individu-individu. Aktivitas individu ini diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi. Tujuan pribadi seseorang bisa selaras dengan tujuan organisasi bisa juga tidak selaras. Ketidakselarasan tujuan mengakibatkan tujuan organisasi atau tujuan individu tidak tercapai. Untuk itulah diperlukan suatu pengendalian kerja sehingga tujuan individu dapat selaras dengan tujuan organisasi. (Halim, dkk, 2009). Proses pengendalian manajemen adalah sebuah proses dimana semua tingkatan manajer menjamin bahwa orang-orang yang mereka pimpin telah menjalankan strategi yang mereka maksud. Pengendalian manajemen melibatkan berbagai aktivitas, yaitu merencanakan apa yang seharusnya diambil, dan mempengaruhi orang-orang yang ada dalam organisasi untuk mengubah perilaku mereka untuk mencapai tujuan perusahaan. Salah satu alat untuk mencapai tujuan tersebut adalah adanya suatu sistem pengendalian manajemen yang baik. (Hery, 2011). Sistem pengendalian manajemen ialah proses dan struktur yang tertata secara sistematis yang digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan strategi tertentu Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
119
secara efektif dan efisien. Arti penting sistem pengendalian manajemen bagi suatu perusahaan/organisasi yakni untuk memastikan strategi yang telah manajer atau direksi tetapkan dalam mengatur perilaku sumber daya manusia yang terlibat dalam strategi sebuah badan usaha agar tetap sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan dan merupakan suatu pengendali alat kerja dan metode kerja yang digunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan, dimana tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya dan untuk meningkatkan kekayaan bersih para pemegang saham. Tujuan lain adalah untuk menciptakan lingkungan kerja yang baik, aman dan sejahtera bagi semua karyawan perusahaan dengan memberikan gaji yang layak dan kesejahteraan yang terbaik dari yang baik sehingga perusahaan menghasilkan produk (barang dan jasa) yang mengungguli para pesaing dalam pemenuhan keinginan dan kebutuhan konsumen, yang pada akhirnya perusahaan meningkatkan pangsa pasar. Kualitas pelayanan yang baik di dalam suatu hotel akan menciptakan kepuasan bagi para tamunya. Setelah tamu merasa puas dengan produk atau jasa yang diterimanya, tamu akan membandingkan pelayanan yang diberikan. Apabila tamu merasa benar-benar puas, mereka akan menginap kembali serta memberi rekomendasi kepada orang lain untuk menginap di tempat yang sama. Untuk menjamin dapat terwujudnya kualitas pelayanan tamu hotel yang baik maka diperlukan sistem pengendalian manajemen yang baik pula. Hotel The Arista Palembang merupakan salah satu hotel berbintang lima yang ada di Kota Palembang, di mana dalam operasinya sudah mencapai taraf pelayanan kelas atas, untuk itu jalannya organisasi/perusahaan harus disesuaikan dengan standar pelayanan hotel berbintang yang telah ditetapkan dan tentunya diperlukan sistem pengendalian manajemen yang mumpuni sebagai alat untuk mewujudkan pelayanan yang prima (excellent service).
Perumusan Masalah “Apakah Sistem Pengendalian Manajemen terhadap pelayanan tamu yang diterapkan pada Hotel The Arista Palembang telah sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang ada”.
Tujuan Penelitian Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
120
Untuk menganalisis penerapan sistem pengendalian manajemen terhadap pelayanan tamu Hotel The Arista Palembang.
Tinjauan Pustaka 1. Sistem Pengendalian Manajemen Menurut Supriyono (2000), sistem pengendalian manajemen adalah sistem yang digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi anggota organisasinya agar melaksanakan strategi dan kebijakan organisasi secara efisien dan efektif dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Proses Sistem Pengendalian Manajemen Proses Sistem Pengendalian Manajemen terdiri dari enam (6) tahap: a. Perumusan strategi b. Perencanaan Strategik c. Penyusunan Program d. Penyusunan Anggaran e. Implementasi f. Pemantauan Gambar 1 Posisi Lingkungan Organisasi, Lingkungan Pengendalian Manajemen, dan Proses Pengendalian Manajemen
ORGANISASI Lingkungan Pengendalian Manajemen
Lingkungan bisnis
Proses Pengendalian Manajemen
Tujuan dan srategi, Tujuan dan srategi, perilaku perilaku dalamdalam organisasi, organisasi, Struktur pengendalian Struktur manajemen pengendalian manajemen
Sumber: Ismail Hanif, Sistem Pengendalian Manajemen, 2012
Periode Januari 2015 – April 2015
Tujuan dan strategi,perilaku dalam organisasi,struktur pengendalian manajemen
ISSN : 2087-5142
121
Unsur-unsur Sistem Pengendalian Manajemen Menurut Sumarsan (2013) Suatu sistem pengendalian manajemen yang dapat diandalkan harus memenuhi unsur-unsur berikut: 1) Keahlian karyawan (pegawai) sesuai dengan tanggung jawabnya 2) Pemisahan tugas 3 (tiga) jenis tanggung jawab fungsi yang harus dilaksanakan oleh bagian atau yang paling tidak orang yang berlainan, yaitu:
Otorisasi untuk melaksanakan transaksi. Hal ini menunjukkan orang yang memiliki otoritas dan tanggung jawabnya untuk memulai suatu transaksi.
Pencatatan transaksi
Penyimpanan aktiva Pemisahan tugas/fungsi tersebut bertujuan supaya tidak ada seorang karyawan
yang merangkap untuk mengendalikan dua atau tiga tanggung jawab/tugas/fungsi sekaligus yang dapat menimbulkan potensi terjadinya kelemahan pengendalian dan bermuara pada kerugian bagi organisasi. 3) Sistem pemberian wewenang, tujuan dan teknik serta pengawasan yang wajar untuk mengadakan pengendalian atas harta, utang, penerimaan, dan pengeluaran 4) Pengendalian terhadap penggunaan harta dan dokumen serta formulir yang penting. 5) Periksa fisik harta dengan catatan-catatan harta dan utang, atau yang benar-benar ada, dan mengadakan tindakan koreksi jika dijumpai adanya perbedaan. Tujuan Sistem Pengendalian Manajemen Menurut Sumarsan (2013) Tujuan perancangan suatu sistem pengendalian manajemen adalah: a. Diperolehnya keandalan dan integritas informasi. b. Kepatuhan pada kebijakan, rencana, prosedur, peraturan dan ketentuan yang berlaku. c. Melindungi harta perusahaan d. Pencapaian kegiatan yang ekonomis dan efisien
2. Hotel Pengertian
hotel
menurut
Keputusan
Menteri
Pariwisata,
Pos
dan
Telekomunikasi, No. KM.94/HK.103/MPTT-87 tentang Ketentuan Usaha dan Penggolongan Hotel adalah “Hotel adalah salah satu jenis akomodasi yang Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
122
mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan, penginapan, makanan, dan minuman serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial”. Karakteristik Hotel Menurut Sulastiyono (2011) Perbedaan antara hotel dengan industri lainnya: 1) Industri hotel tergolong industri yang padat modal serta padat karya yang artinya dalam pengelolaannya memerlukan modal usaha yang besar dengan tenaga pekerja yang banyak pula. 2) Dipengaruhi oleh keadaan dan perubahan yang terjadi pada sektor ekonomi, politik, sosial, budaya, dan keamanan dimana hotel tersebut berada. 3) Menghasilkan dan memasarkan produknya bersamaan dengan tempat dimana jasa pelayanannya dihasilkan. 4) Beroperasi selama 24 jam sehari, tanpa adanya hari libur dalapelayanan jasa terhadap pelanggan hotel dan masyarakat pada umumnya. 5) Memperlakukan pelanggan seperti raja selain juga memperlakukan pelanggan sebagai patner dalam usaha karena jasa pelayanan hotel sangat tergantung pada banyaknya pelanggan yang menggunakan fasilitas hotel tersebut. Klasifikasi Hotel Menurut Keputusan Direktorat Jenderal Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. 22/U/VI/1978 tanggal 12 Juni 1978 klasifikasi hotel dibedakan dengan menggunakan simbol bintang antara 1-5. Semakin banyak bintang yang dimiliki suatu hotel, semakin berkualitas hotel tersebut. Penilaian dilakukan selama 3 tahun sekali dengan tata cara serta penetapannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pariwisata.
3. Pelayanan Tamu Menurut Kotler (2008) Pelayanan tamu adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun”. Jadi pelayanan tamu dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kinerja yang menciptakan manfaat bagi pelanggan dengan mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam diri atau atas nama penerima. Sehingga pelayanan itu sendiri memiliki nilai tersendiri bagi pelanggan dalam hubungannya dengan menciptakan nilai-nilai pelanggan.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
123
Model Pelayanan Hotel Model pelayanan hotel adalah jasa pelayanan bidang hotel yang berkaitan dengan penyediaan kamar-kamar, makanan dan minuman serta fasilitas-fasilitas penunjang lainnya untuk para tamu yang tidak hanya menghendaki kebersihan kamar atau kelezatan makanannya saja, tetapi juga gaya dan cara pelayanan, kenyamanan dan keamanan, sehingga dapat memberikan atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan phisik dan kebutuhan-kebutuhan sosial psikologis, serta tujuan-tujuan yang dikehendakinya. Menurut Sulastiyono (2011) terdapat 3 elemen yang berkaitan dengan model pelayanan hotel dan saling berkaitan, merupakan suatu proses yakni: a. Elemen pertama disebut dengan provider (PR), ialah orang atau orang-orang yang menyediakan pelayanan (pada bagian hotel dapat diambil contoh roomboy/maid, houseman, supervisor dan sebagainya), yang mana mereka mempunyai hubungan dengan para tamu baik secara langsung ataupun tidak langsung. Situasi kerja mereka dipengaruhi oleh: sistem, prosedur atau instruksi kerja yang sudah ditetapkan, perilaku, sikap dan norma-norma yang melekat pada diri individu masing-masing serta situasi lingkungan. Pada elemen ini mempunyai 3 unsur yakni: P (product/produk), B (behaviour/perilaku), E (environment/suasana lingkungan), ketiga unsur ini merupakan unsur-unsur dalam hospitality Industry. b. Elemen kedua disebut dengan receiver (RE), ialah orang atau orang-orang yang menerima pelayanan, dan dalam kaitan ini para tamu hotel dengan berbagai pengalaman, ide dan kultur yang berbeda-beda, dimana di dalamnya terdapat : N (need) dan O (objective). c. Elemen ketiga disebut dengan transfer (TR), adalah suatu keadaan yang tercipta oleh interaksi antara dua elemen sebelumnya Kualitas Pelayanan dan Harapan-Harapan Tamu Kualitas pelayanan adalah sesuatu yang komplek, dijelaskan bahwa tamu akan menilai kualitas pelayanan melalui lima prinsip dimensi pelayanan sebagai tolak ukurnya, yaitu: 1. Reliabilitas (reliability) adalah kemampuan untuk memberikan secara tepat dan benar jenis pelayanan yang telah dijanjikan kepada tamu. 2. Responsif (responsiveness) yaitu kesadaran atau keinginan untuk cepat bertindak membantu tamu dan memberikan pelayanan yang tepat waktu.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
124
3. Kepastian/jaminan (assurance) adalah pengetahuan dan kesopanan-santunan serta kepercayaan diri para pegawai. Dimensi assurance memiliki ciri-ciri: kompetensi untuk memberikan pelayanan, sopan dan memiliki sifat respek terhadap tamu. 4. Empati (empathy), memberikan perhatian individu tamu secara khusus. 5. Nyata (tangibles) yaitu sesuatu yang nampak atau yang nyata seperti penampilan para pegawai dan lain-lain. Gambar 2 Model Konseptual Kualitas Pelayanan Dari Mulut Ke Mulut
Kebutuhan Individu
HARAPAN TAMU TENTANG PELAYANAN
Pengalaman
DIMENSI KUALITAS PELAYANAN 1. Reliabilitas 2. Responsif 3. Jaminan/Kepastian 4. Empati 5. Nyata
KENYATAAN KUALITAS PELAYANAN 1. Harapan < Kenyataan 2. Harapan = Kenyataan 3. Harapan > Kenyataan (Kualitas Sangat Memuaskan)
(Kualitas Memuaskan)
(Kualitas Tidak Memuaskan)
Sumber: Agus Sulastiyono, Manajemen Penyelenggaraan Hotel, 2011 Kesenjangan dalam Kualitas pelayanan Menurut Sulastiyono (2011) beberapa kesenjangan dalam kualitas pelayanan: 1. Kesenjangan ditimbulkan karena ketidaksesuaian antara cerapan yang dibuat oleh manajemen tentang harapan konsumen dan cerapan tamu terhadap barang atau jasa pelayanan yang akan diterima. 2. Kesenjangan terjadi karena ketidakmampuan manajemen dalam merumuskan tingkat sasaran kualitas pelayanan untuk memenuhi cerapan harapan tamu, dan ketidakmampuannya untuk menterjemahkan ke dalam spesifikasi pekerjaan guna merealisasikan tingkat sasaran kualitas pelayanan tersebut. 3. Kesenjangan disebabkan ketidaksesuaian pelayanan yang diberikan kepada tamu dengan spesifikasi pelayanan yang telah ditentukan oleh manajemen. 4. Kesenjangan yang terjadi karena perbedaan antara pelayanan yang dijanjikan oleh manajemen dengan yang diterima oleh tamu. 5. Kesenjangan yang terjadi karena akumulasi dari kesenjangan-kesenjangan yang lain (poin 1-4) yaitu berakhir pada terjadinya ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan yang diterima oleh tamu. Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
125
Gambar 3 Kesenjangan Kualitas Pelayanan Dari mulut ke mulut
Kebutuhan Individu
Pengalaman yang lalu
Harapan Pelayanan Kesenjangan 5 Kenyataan Pelayanan
Pemasaran
Penyampaian Pelayanan (sebelum dan sesudah hubungan)
Kesenjangan 3 Kesenjangan 1
Menterjemahkan cerapan kedalam spesifikasi kualitas pelayanan
Kesenjangan 2
Cerapan Manajemen tentang harapan-harapan tamu
Komunikasi Eksternal dengan tamu-tamu Kesenjangan 4
Sumber: Agus Sulastiyono, Manajemen Penyelenggaraan Hotel, 2011
METODE PENELITIAN Unit Penelitian Penelitian dilakukan di Hotel The Arista yang beralamat di Jalan kapten A. Rivai Palembang. Metode Analisis Untuk menganalisis apakah sistem pengendalian manajemen yang telah dijalankan berjalan efektif atau tidak maka digunakanlah metode analisis deskriptif kualitatif yaitu metode untuk menyelidiki obyek yang tidak dapat diukur dengan angkaangka ataupun ukuran lain yang bersifat eksak. Definisi Variabel Operasional 1. Sistem Pengendalian Manajemen adalah sistem yang digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi anggota organisasinya agar melaksanakan strategi dan
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
126
kebijakan organisasi secara efisien dan efektif dalam rangka mencapai tujuan organisasi (R.A Supriyono, 2000). 2. Pelayanan Tamu adalah suatu aktivitas ekonomi yang memproduksi / menghasilkan waktu, tempat, bentuk dan kebutuhan atau keperluan customer dalam bentuk kepuasan (satisfaction) (Yoeti, 1995)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN The Arista Hotel Palembang merupakan salah satu hotel berbintang 5 yang ada di Palembang, dimana dalam kegiatan operasionalnya sudah memiliki SOP yang menjadi dasar dalam memberikan pelayanan terhadap tamu hotel. SOP Pelayanan tamu The Arista Hotel Palembang adalah sebagai berikut: 1. Etika Pelayanan 2. Standard Penampilan a. Pakaian b. Rambut c. Penampilan d. Aksesoris 3. Standard Pelayanan 4. Sistem Pengendalian Manajemen terhadap Pelayanan tamu pada The Arista Hotel Palembang
Berdasarkan SOP yang ada, diketahui bahwa The Arista Hotel memiliki 8 departement yang menunjang operasional hotel. Departement yang dimaksud adalah: 1. Departement Front Office 2. Departement Housekeeping 3. Departement Sales and Marketing 4. Departement Food and Beverage Service 5. Departement Food Product 6. Departement Finance and Accounting 7. Departement HRD and Training 8. Departement Maintenance and Energy Adapun Departement yang berhubungan langsung dengan pelayanan tamu terdiri dari 4 Departement yakni: Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
127
1. Departement Front Office 2. Departement Housekeeping 3. Departement Sales and Marketing 4. Departement Food and Beverage Service Di semua departement tersebut terdapat SOP yang berisi: Etika Pelayanan, standard penampilan dan Standard Pelayanan yang menjadi acuan dalam memberikan pelayanan terhadap tamu. Ketiga hal di atas dapat dijabarkan berdasarkan masing-masing departement yang berhubungan langsung dengan pelayanan terhadap tamu yakni: a. Departemen Front Office Pada departement Front Office Etika pelayanan, standard penampilan dan standard pelayanan berlaku pada saat proses check in dan check outnya tamu yang dipengaruhi oleh keahlian karyawan dalam menjalankan tugasnya masingmasing sesuai dengan SOP yang ada, hal ini sudah berjalan baik, terbukti dengan minimnya complain tamu pada saat mereka check in ataupun pada saat check out. Pada umumnya setiap karyawan tidak melakukan pekerjaan yang rangkap akan tetapi ada beberapa divisi yang melakukan pekerjaan rangkap, seperti bellboy yang merangkap sebagai door bell, dan front desk agent (Receptionist) yang merangkap sebagai Cashier Front office, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memaksimalkan tugas dan tanggung jawab karyawan tersebut, dan ini dapat berjalan dengan baik serta tidak mempengaruhi jalannya operasional pelayanan karena setiap karyawan diberikan etika pelayanan, standard penampilan dan standar pelayanan yang baik melalui training sebelumnya. Pada department front office, sistem pemberian wewenang yang ada yakni General manager langsung memberikan wewenang dan tanggung jawab departement kepada Front Office Manager, dan Front Office Manager memberikan komando dan wewenangnya langsung kepada Nite Manager dan FO Senior SPV, hal ini menentukan bagaimana karyawan harus bersikap dan berpenampilan karena sistem pemberian wewenang telah ditentukan sesuai dengan posisi jabatan masing-masing karyawan, dan saat ini telah berjalan dengan baik.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
128
Dalam hal pengendalian terhadap penggunaan harta dan dokumen serta formulir yang penting sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat khususnya pada bagian driver, dimana karyawan akan menjaga sebaik-baiknya harta perusahaan yakni berupa kendaraan (mobil) dengan memeriksa kondisi kendaraan tersebut (fisik dan mesinnya) setiap harinya dan segera melaporkan kepada atasannya jika terjadi kerusakan. b. Departemen Housekeeping Pada departement Housekeeping Etika pelayanan terhadap tamu sedikit kurang baik, hal ini dikarenakan masih adanya complain/keluhan dari tamu hotel perihal karyawan/petugas kamar yang kurang ramah/not friendly, padahal sikap dan perilaku yang professional karyawan sangat diperlukan agar memenuhi harapan-harapan tamu selama tinggal di hotel. Penyebab timbulnya complain karena banyaknya karyawan baru yang langsung turun ke operasioanal tanpa training yang matang (belum professional). Adapun alasan manajemen selalu mencari karyawan yang baru, tujuannya agar lebih fresh dalam melayani tamu. akan tetapi pada pelaksanaannya agak terhambat karena tingkat hunian kamar yang selalu meningkat/ramainya pengunjung pada The Arista Hotel, begitu juga dengan standar penampilan dan pelayanan yang diberikan sedikit kurang baik. Pada Departement Housekeeping, pemisahan tugas agak kurang terkontrol dimana sering diberlakukannya perputaran tugas dan tanggung jawab secara instant antar karyawan, menyebabkan kayawan kurang professional dalam bersikap, berpenampilan maupun melayani tamu. Sistem pemberian wewenang terhadap etika pelayanan pada department Housekeeping sudah berjalan sesuai dengan SOP yang ada, dimana General Manager langsung memberi perintah kepada Executive Housekeeper dan excutive housekeeper memberi komando kepada Assisten HK manager yang membawahi supervisor pada masing-masing bidang kerja. Etika pelayanan terhadap pengendalian penggunaan harta sudah dijalankan dengan baik, sebagai contoh apabila ada tamu yang menginginkan peralatan/perlengkapan hotel untuk dibawa pulang, maka house keeping akan melayaninya dengan sopan dan ramah dengan memberi tahu bahwa barangbarang tersebut boleh dibawa pulang dengan menjelaskan harga masing-masing Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
129
barang tersebut dan menyelesaikan pembayarannya di cashier front office, hal ini juga berlaku terhadap barang tamu yang ketinggalan, akan dibuat laporan oleh supervisor (Lost and found Report). c. Departemen Sales and Marketing Marketing merupakan salah satu fungsi utama di antara fungsi-fungsi penting lainnya yang ada dalam suatu perusahaan, dan sangat berperan dalam promosi dan penjualan produk-produk hotel, pada The Arista Hotel para sales dan marketing sudah baik dalam melayani tamunya, keramahan, dan keterampilan mengola bahasa dan menjelaskan produk-produk yang dijual sudah baik, hal ini dikarenakan karyawan sales dan marketing mempunyai pendidikan dan pengalaman yang baik sesuai dengan standard yang ditentukan perusahaan. Pada Departement Sales Marketing etika pelayanan, standard penampilan dan standard pelayanan berlaku sama pada setiap bagiannya sesuai dengan SOP yang ada. Pada department Sales dan Marketing sistem pemberian wewenang sudah berjalan sesuai dengan SOP yang ada, dimana General manager langsung memberi perintah kepada Sales Marketing Manager yang diteruskan ke Senior sales Executive kemudian diteruskan ke masing-masing bidang kerjanya. d. Departemen Food and Beverage Service (FB) Pada Departemen FB keahlian karyawan sudah cukup baik hal ini ditunjang dengan etika pelayanan, standard penampilan dan standard pelayanan yang memadai, para tamu akan terkesima melihat penampilan waiter dan greeter yang berbeda dengan standar-standard hotel pada umumnya, karena The Arista memiliki konsep penampilan yang tidak formal lebih ke casual dan modern, dan dalam operasionalnya selalu dilakukan breafing departmen sebelum memulai aktifitas pelayanan, mengingat The Arista Hotel merupakan hotel yang terkenal dengan kelezatan makanannya untuk itu pelayanan harus benar-benar baik/full service, Pemisahan tugas telah berjalan baik, tidak ada karyawan yang memilki pekerjaan rangkap, hal ini dikarenakan ramainya pengunjung restaurant sehingga tidak memungkinkan untuk seorang karyawan melakukan dua pekerjaan sekaligus. Sistem pemberian wewenang pun sudah berjalan sesuai dengan SOP yang ada, dimana General manager langsung memberi perintah kepada Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
130
Restaurant dan Bar Manager
yang diteruskan ke Supervisor tiap divisi
kemudian diteruskan ke captain masing-masing divisi dan bidang kerjanya. Departement FB adalah departement yang cost/pengeluarannya paling besar, manajemen tidak tanggung-tanggung dalam memuaskan tamunya terutama kepuasan dalam pelayanan makanan, manajemen selalu memberi produk
terbaik
dan
segar
dan
juga
selalu
melakukan
perubahan
dekorasi/penampilan terbaru untuk setiap acara, yang bertujuan untuk memuaskan tamu sesuai dengan kondisi/keadaan pada saat itu, sehingga selalu melakukan pembelian barang/membuat peralatan yang baru. Akan tetapi kurang baik dalam menyimpan peralatan ataupun dekorasi yang telah digunakan sehingga barang-barang tersebut cepat rusak dan apabila dibutuhkan lagi terpaksa melakukan pembelian baru.
5. Analisis Sistem Pengendalian Manajemen Terhadap Pelayanan Tamu The Arista Hotel Palembang Sistem pengendalian manajemen yang baik harus memenuhi/sesuai dengan unsur-unsur sistem pengendalian manajemen berikut: 1) Keahlian Karyawan Sesuai dengan Tanggung Jawabnya Kualifikasi pendidikan karyawan secara umum yaitu SMK Perhotelan 35%, SMA 9%, D3 2%, dan S1 54%, sedangkan untuk kualifikasi casual (Tenaga Harian) secara umum SMK Perhotelan 68%, SMA 29%, D3 0% dan S1 3%. Secara umum dengan kualifikasi yang dimiliki karyawan The Arista Hotel kegiatan pelayanan tamu hotel dapat dikategorikan berjalan dengan baik. Karyawan mempunyai kemampuan untuk menggabungkan antara sikap dan keahlian yang nantinya akan menciptakan pelayanan pelanggan yang bermutu (quality customer service). Hal ini ditunjang oleh adanya standard operating procedure hotel. The Arista Hotel Palembang dalam rangka meningkatkan keahlian dan kualitas pelayanan selalu diadakan training etika pelayanan, standard penampilan dan standard pelayanan setiap 3 bulan sekali, meski pada pelaksanaan secara nyata masih belum efektif. 2) Pemisahan Tugas Ada 2 (dua) bentuk yang paling umum dari penerapan prinsip pemisahan tugas: a. Pekerjaan yang berbeda, seharusnya dikerjakan oleh karyawan berbeda pula. Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
131
b. Harus adanya pemisahan tugas antara karyawan yang menangani pekerjaan pencatatan aktiva dengan karyawan yang menangani langsung aktiva secara fisik (operasional). Pemisahan tugas akan menimbulkan kerjasama antar karyawan yang saling terintegrasi. Ini merupakan ciri organisasai modern yang diterapkan pada The Arista Hotel dimana penyelesaian pekerjaan tidak mengandalkan individu tetapi kerja tim (team work). Dalam penerapannya dapat dilihat pada struktur organisasi masing-masing departemen yang berhubungan langsung dengan pelayanan kepada tamu The Arista Hotel. Berikut ini adalah struktur organisasi pada 4 departement: a. Departement Front Office Struktur organisasi di Departement FO terdapat pemisahan tugas dan pembagian tugas yang jelas terhadap tugas dan tanggung jawab masing-masing karyawan akan tetapi masih terdapat beberapa bagian yang memiliki tugas rangkap yakni bellboy yang merangkap menjadi door man dan juga front desk agent (Receptionist) yang merangkap menjadi cashier FO. b. Departement Housekeeping Terdapat pemisahan tugas dan pembagian tugas yang jelas terhadap tugas dan tanggung jawab masing-masing karyawan, akan tetapi dalam pelaksanaannya pemisahan tugas yang dilakukan pada departemen ini agak sedikit menyimpang dari SOP yang ada dimana sering diberlakukannya perputaran tugas kepada karyawan yang kurang berkompenten pada bagian/tugas tersebut. c. Departement Sales and Marketing Berdasarkan struktur organisasi di department sales and marketing terlihat bahwa terdapat pemisahan tugas dan pembagian tugas yang jelas antara tugas dan tanggung jawab masing-masing karyawan dan hal ini telah berjalan dengan baik sesuai dengan SOP yang ada. d. Departement Food and Beverage Service Pemisahan tugas dan pembagian tugas yang jelas terhadap tugas dan tanggung jawab masing-masing karyawan sesuai dengan SOP yang ada. 3) Sistem Pemberian Wewenang, Tujuan dan Teknik serta Pengawasan Salah satu implementasi sistem pemberian wewenang yang ada di The Arista Hotel yaitu General manager mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
132
kepada setiap departemen yang diwakili oleh manager departement untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan sesuai dengan bidang kerja. Contoh implementasi pada setiap departement adalah sebagai berikut: a.
Departement Front Office Struktur organisasi departement front office diatas terlihat dengan jelas
bagaimana sistem pemberian wewenang. General manager memberikan wewenang dan tanggung jawab departemen kepada front office manager. FOM memberikan komando dan wewenangnya langsung kepada nite manager dan FO Senior SPV. b.
Departement Housekeeping Struktur organisasi departement housekeeping terlihat dengan jelas
bagaimana sistem pemberian wewenang. General manager memberikan wewenang dan tanggung jawab departement housekeeping kepada Executive Housekeeper kemudian Executive Housekeeper memberikan komando dan wewenangnya langsung kepada Assisten HK Manager yang membawahi supervisor pada masing-masing bidang kerja yang menjadi tanggung jawabnya. c.
Departement Sales and Marketing Struktur organisasi departement sales and marketing dengan jelas terlihat
bagaimana sistem pemberian wewenang. General manager memberikan wewenang dan tanggung jawab departement sales and marketing kepada Sales Manager Marketing kemudian Sales Manager Marketing memberikan komando dan wewenangnya langsung kepada Senior Sales Executive. d. Departement Food and Beverage Service Struktur organisasi departement food and beverage service dengan jelas menunjukkan bagaimana sistem pemberian wewenang. General manager memberikan wewenang dan tanggung jawab departement food and beverage service
kepada
Restaurant & Bar Manager kemudian restaurant & Bar
Manager memberikan komando dan wewenangnya langsung kepada supervisor pada masing-masing bidang kerjanya. Berdasarkan
implementasi
pemberian
wewenang
pada
masing-masing
departemen di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pusat wewenang dan tanggung jawab berada di bawah General Manager. Manager pada masing-masing departemen bertanggung jawab kepada General Manager. Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
133
Untuk mengawasi dan memantau pelaksanaan aktivitas operasional The Arista Hotel pada masing-masing departement
memiliki satuan pengawasan intern
(supervisor) yang melaksanakan fungsi pengawasan pada departemen yang menjadi tanggung jawabnya. Supervisor memiliki kewajiban untuk membantu manager dalam melakukan pengawasan pada bidang kerjanya. Pengawasan intern pada masing-masing departemen dapat dijabarkan berikut ini: a. Departement Front Office Fungsi pengawasan departement front office di bawah pengawasan FO Senior Supervisor yang membawahi langsung bagian yang langsung berhubungan dengan tamu dan pelayanan seperti Front Desk Agent, Pabx Operator, ARO, Duty Officer dan FO Supervisor/ Chief Concierge. FO Supervisor/ Chief Concierge membawahi Belboy dan Driver. Pada Departemen FO kegiatan pengawasan yakni, pada setiap memulai aktivitas operasional, selalu dilakukan breafing terlebih dahulu yang dipimpin oleh manajer FO yang bertujuan mengkoreksi semua kegiatan yang telah terjadi dan mengarahkan apa saja yang akan dilakukan pada hari berikutnya. b. Departement Housekeeping Fungsi pengawasan departement housekeeping terbagi menjadi 3 yaitu Floor SPV, Housemen SPV dan Linen/ Laundry SPV. Floor SPV membawahi Room Leader. Housemen SPV membawahi Housemen Leader. Linen/ Laundry SPV membawahi Laundry ATT dan Linen ATT. Pada departmen Housekeeping kegiatan pengawasan juga dengan dilakukannya brifing yang dipimpin oleh manager HK setiap harinya, sebelum memulai kegiatan operasional. Meskipun hal ini belum efektif dalam mengatasi masalah yang ada pada departemen house keeping. c. Departement Food and Beverage Service Fungsi pengawasan departement food and beverage service terbagi menjadi 3 yaitu BQT Supervisor, Rest SPV 1000rs CS dan Chinese Rest. SPV. BQT membawahi BQT captain. Rest SPV 1000 rasa Coffeeshop
membawahi Rest
Captain MCS dan Bar captain ONYX. Chinese Rest SPV membawahi GDSA Capt. Pada department FB kegiatan pengawasan juga dilakukan breafing sebelum memulai semua aktifitas dan sangat disiplin, apabila ada karyawan yang tidak mengikuti atau terlambat datang maka akan diberikan sanksi. Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
134
Semua pusat pengawasan ada pada General Manager, di mana setiap minggunya selalu dilakukan meeting Head Office Department (HOD) yang dipimpin langsung oleh General Manager, semua HOD akan melaporkan semua kegiatan yang telah terjadi kepada General Manager selama satu minggu, kemudian GM melakukan koreksi dan mengarahkan apa yang harus dilakukan dan rencana kerja apa yang akan dilakukan selanjutnya. 4) Pengendalian terhadap Penggunaan Harta dan Dokumen yang Penting Penerapan pengendalian terhadap penggunaan harta dan dokumen yang ada di hotel The Arista dapat dilihat dari berbagai aspek yaitu: a. Struktur organisasi departement Accounting Kegiatan yang berhubungan dengan keuangan diberikan kepada bidangnya masingmasing sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pencatatan keuangan. b. Pemisahan tugas Pemisahan tugas yang terdapat dalam struktur organisasi departement accounting dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Chief Accountant Tugas chief accounting bertugas mengkoordinir operasional penyusunan laporan keuangan (bulanan maupun tahunan), membuat budget perusahaan dan perencanaan aliran dana perusahaan. Chief accounting juga memimpin jalannya rutinitas di bagian keuangan serta bertanggung jawab akan fungsi total di bagian akunting. 2) Asst. Chief Accountant Asst. Chief Accountant bertugas untuk membantu chief accountant dalam menjalankan rutinitas di bagian keuangan dan bertanggung jawab kepada chief accountant. 3) Income Audit Income Audit bertugas untuk mengawasi dan mengontrol pendapatan selama kegiatan usaha berlangsung dan membuat laporannya dan memastikan bahwa dalam operasionalnya semua berdasarkan peraturan dan prosedur yang hotel. 4) Account Receivable Account Receivable mempunyai tugas dan tanggung jawab membuat tagihan pembayaran hutang Travel Agent maupun perusahaan dan memproses
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
135
pembayaran tersebut ataupun memposting pembayaran yang masuk melalui rekening bank hotel atau pembayaran yang bersifat deposit. 5) Purchasing Purchasing bertugas untuk menyediakan semua barang yang diperlukan hotel sesuai dengan kebutuhan setiap departemen, dan berhak menentukan supplier dengan harga yang bersaing. 6) Payroll Payroll bertugas untuk melakukan perhitungan dan pembayaran untuk pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing karyawan. Mengadakan entry setiap hari atas pemakaian barang bahan baku food sebagai supervisor membuat analisa dari semua biaya dan cost of operation agar sesuai dengan standar/budget. Melaksanakan tugas kontrol ke semua sektor yang berhubungan dengan food, beverage, material dan aset perusahaan. 5) Pemeriksaan Fisik Harta dengan Catatan Harta dan Utang yang Ada Pengendalian internal pada The Arista Hotel Palembang dijalankan oleh Night Audit dan di recheck kembali oleh Income Audit, dimana night audit akan mengecek semua dokumen-dokumen hasil transaksi semua outlet yang ada pada hotel tiap harinya apakah sudah sesuai dengan kelompoknya atau tidak, kemudian night audit akan melakukan running system (Pengambilan data dari sistem hasil transaksi perhari semua kegiatan hotel), running system dilakukan pada saat malam hari, saat semua aktifitas sudah tidak sibuk, yang selanjutnya running system/laporan night audit di cek kembali oleh income audit. Di The Arista Hotel seorang income audit mempunyai tugas yakni: Menyediakan laporan pendapatan (income) setiap hari sampai akhir bulan dari hasil transaksi yang terjadi, memeriksa kembali setiap dokumen-dokumen hasil transaksi untuk memastikan klasifikasi revenue sudah masuk ke pos revenue masing-masing, memeriksa dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pemberian discount, officer (compliment) apakah sesuai dengan prosedur persetujuan atau tidak dan selanjutnya semua laporan tersebut akan dilaporkan kepada General Manager dan Owner setiap harinya, oleh karena itu semua fungsi-fungsi internal audit pada The Arista Hotel telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan SOP yang telah ditentukan oleh perusahaan.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
136
Tabel 1 Rekapitulasi Penerapan SOP Berbasis Pelayanan Tamu The Arista Hotel Palembang Tahun 2014 No.
Departement
Kategori Tugas
SOP TIDAK BAIK BAIK
1.
Department Front Office
Prosedur check in Pelayanan penanganan barang tamu Pelayanan informasi Administrasi Pelayanan Prosedur check out
2.
Department Housekeeping
Standard penampilan karyawan Komunikasi pelayanan Rotasi kerja Kualitas kerja Kecepatan kerja Kredibilitas kerja Standard penampilan karyawan Komunikasi yang baik Pengetahuan produk Promosi Pangsa pasar produk
Standard penampilan karyawan Menangani permintaan tamu Menyiapkan peralatan kerja Persiapan tempat kerja Penyimpanan peralatan yang digunakan
Perencanaan anggaran perusahaan Budgeting perusahaan Laporan bulanan perusahaan Penyediaan dan pembeliaan barangperusahaan Tagihan pembayaran perusahaan, personal, travel agen Mengontrol semua sektor yang berhubungan dengan food, beverage, material dan asset perusahaan Perhitungan pembayaran pekerja Pengecekan kembali semua dokumen-dokumen hasil transaksi semua outlet tiap harinya
3.
Department Sales and Marketing
4.
Department FB Service
5.
Department Accounting
Keterangan Department Front Office telah beroperasi sesuai dengan SOP sebesar 80 % Department Housekeeping telah beroperasi sesuai dengan SOP sebesar 75 %
Department Sales and Marketing telah beroperasi sesuai dengan SOP Departement FB Service telah beroperasi sesuai dengan SOP sebesar 80 % Departement Accounting telah beroperasi sesuai dengan SOP
Sumber: Hasil Pengolahan, 2014
KESIMPULAN 1. Secara umum penerapan sistem pengendalian manajemen terhadap pelayanan tamu The Arista Hotel Palembang telah berjalan dengan baik sesuai dengan ke 5
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
137
(lima) unsur yang terdapat dalam sistem pengendalian manajemen. Namun masih ada kekurangan untuk departemen-departemen berikut: a. Department Housekeeping Etika pelayanan terhadap tamu sedikit kurang baik, hal ini dikarenakan masih adanya complain/keluhan dari tamu hotel perihal karyawan/petugas kamar yang kurang ramah/not friendly dan pemisahan tugas kurang terkontrol di mana sering diberlakukannya perputaran tugas dan tanggung jawab secara instant antar karyawan. b. Department Food and Beverage Service Pengendalian terhadap penggunaan harta kurang baik, hal ini disebabkan ramainya tamu yang datang dan juga departement ini selalu melakukan perubahan dekorasi/penampilan terbaru untuk setiap acara yang bertujuan untuk memuaskan tamu sesuai dengan kondisi/keadaan pada saat itu, sehingga selalu melakukan pembelian barang/membuat peralatan yang baru, akan tetapi kurang baik dalam menyimpan peralatan ataupun dekorasi yang telah digunakan sehingga barang-barang tersebut cepat rusak dan apabila dibutuhkan lagi harus melakukan pembelian baru.
SARAN 1. Departement Housekeeping harus lebih memperhatikan dan memperbaiki etika serta memberikan training yang matang kepada karyawannya agar lebih profesional dalam memberikan pelayanan terhadap tamu, begitu juga dalam hal pemisahan tugas harus lebih jelas dan dipertegas, jika memang harus dilakukan perputaran tugas maka pilihlah karyawan yang memang berkompeten. 2. Departement Food and Beverage Service, dalam hal pengendalian terhadap penggunaan harta atau barang-barang yang telah digunakan sebelumnya, inventory hendaknya disimpan dengan baik sehingga pada saat dibutuhkan kembali, manajemen tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian barang yang sama.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
138
DAFTAR PUSTAKA Halim, Abdul dkk. 2009. Sistem Pengendalian Manajemen, Edisi Revisi, YKPN Yogyakarta. Keputusan Direktorat Jenderal Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. 22/U/VI/1978 tanggal 12 Juni 1978 tentang Klasifikasi Hotel. Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, No. KM.94/HK.103/MPTT-87 tentang Ketentuan Usaha dan Penggolongan Hotel. Sulastiyono, Agus. 2011. Manajemen Penyelengaraan Hotel, Alfabeta, Bandung. Yoeti, Aka A. 1995. Pengantar Ilmu Pariwisata, Angkasa, Bandung. Hery. 2011. Soal-Jawab Sistem Pengendalian Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta. Hanif, Ismail. 2012. Sistem Pengendalian Manajemen, UMB, Yogyakarta. Kotler, Phillip. 2008. Metode Riset Perilaku, UINSKY, Yogyakarta. Supriyono, R.A. 2000. Sistem Pengendalian Manajemen, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta. Sumarsan, Thomas. 2013. Sistem Pengendalian Manajemen, Edisi Kedua, PT. Indeks, Jakarta.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
139
Dukungan Organisasi, Dukungan Manajemen, dan Dukungan Kompetensi Individu terhadap Kinerja Karyawan CV. Layo Jaya Palembang Kartawinata Dosen FE Universitas Tridinanti Palembang
ABSTRACT The research problem is how to support the organization, management support, and individuals competency support on the performance of the employees CV. Layo Jaya Palembang. The population in this study is all employees CV. Layo Jaya Palembang totaling 25 people, given the relatively small population of the entire population sampled or sampled saturated. The analysis of the research is the analysis of cross tables with values of percentage where subjective analysis is performed based on respondents' answers to the three categories, namely strongly support, support, and lack of support. The result of the analysis concluded that : 1. The organizational support for employee performance improvement CV. Jaya Layo Palembang is good which are57% who stated that the support organization is strongly support it, 33% only support, and 10% lack of support 2. The management support is also good which are 18,7% strongly support, 42,7% only support, and 38,7% lack of suppport 3. The individuals competency support is also good which are 24% strongly support, 72% only support, and 14% lack of support. Keywords: organizational support, management support, and individuals competency support emloyees performance
PENDAHULUAN Setiap pimpinan perusahaan mengharapkan perusahaan yang mereka pimpin dapat menunjukkan kinerja yang baik hal ini penting karena menyangkut kredibilitas dan kelangsungan hidup perusahaan
tersebut selanjutnya. Kinerja adalah tingkat
pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan. Manajemen kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi termasuk kinerja masing-masing individu dan kelompok kerja. Kinerja individu dan kinerja kelompok dan kinerja perusahaan dipengaruhi banyak faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal. Kinerja perusahaan sangat tergantung dari kinerja individu-individu karyawan yang bekerja dalam organisasi atau perusahaan tersebut. Sehingga untuk meningkatkan kinerja perusahaan perlu meningkatkan kinerja Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
140
individu atau karyawan. Untuk meningkatkan kinerja karyawan tersebut perlu dukungan organisasi, dukungan manajemen dan dukungan kompetensi karyawan itu sendiri. Tanpa dukungan dari ketiga unsur tersebut kinerja sulit untuk ditingkatkan. Perumusan Masalah 1. Bagaimana dukungan organisasi atau perusahaan terhadap peningkatan kinerja karyawan pada CV. Layo Jaya Palembang ? 2. Bagaimana dukungan manajemen terhadap peningkatan kinerja karyawan CV. Layo Jaya Palembang ? 3. Bagaimana dukungan Kompetensi Individu karyawan terhadap peningkatan kinerja karyawan CV. Layo jaya Palembang ? Tujuan Penelitian 1. Mengetahui dukungan organisasi atau perusahaan dalam meningkatkan kinerja karyawan CV. Layo jaya Palembang. 2. Mengertahui dukungan manajemen dalam meningkatkan kinerja karyawan CV. Layo jaya Palembang 3. Mengetahui dukungan Kompetensi individu Karyawan dalam meningkatkan kinerja karyawan CV. Layo Jaya Palembang. Manfaat Penelitian 1. Sebagai masukan bagi perusahaan dalam mengambil kebijakan di bidang sumber daya manusia 2. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya terutama yang berkaitan dengan kinerja. Tinjauan Pustaka 1. Kinerja Menurut (Payaman, 2011) Kinerja setiap orang dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu : dukungan organisasi, dukungan manajemen dan dukungan Kompetensi individu. Ketiga faktor pendukung tersebut sangat menentukan prestasi kerja atau kinerja karyawan. Menurut Husien Umar (2013) kinerja adalah hasil proses pekerjaan yang dilakukan dalam periode tertentu dan waktu tertentu dibandingkan dengan standar kerja dalam suatu organisasi.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
141
2. Dukungan Organisasi Kinerja setiap karyawan tergantung pada dukungan organisasi dalam bentuk pengorganisasian , penyediaan sarana dan prasarana kerja, kenyamanan lingkungan kerja, kondisi dan syarat kerja. Pengorganisasian dimaksudkan untuk memberi kejelasan bagi setiap unit kerja dan setiap orang tentang sasaran yang harus dicapai dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai sasaran tersebut. Setiap orang perlu memiliki dan memahami uraian jabatan dan uraian tugas yang jelas serta prosedur melakukan pekerjaan tersebut. Penyediaan sarana dan alat kerja langsung mempengaruhi kinerja setiap orang. Penggunanaan peralatan dan teknologi maju sekarang ini bukan saja dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja, akan tetapi juga dipandang untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan kerja. Kondisi kerja mencakup kenyamanan lingkungan kerja, asek keselamatan dan kesehatan kerja termasuk ketersediaan alat-alat pelindung. Syarat-syarat kerja mencakup ketentuan kerja, sistem pengupahan dan jaminan sosial serta keamanan dan keharmonisan hubungan industrial. Hal-hal tersebut mempengaruhi kenyamanan untuk melakukan tugas yang lebih lanjut mempengaruhi kinerja setiap orang. Dukungan organisasi dapat diringkas sebagai berikut: 1. Pengorganisasian a.
Ketegasan uraian tugas
b.
Prosedur kerja
2. Peralatan kerja 3. Kondisi Kerja a.
Ketersediaan Alat-alat pelindung
b.
Pemahaman menggunakan alat pelindung
4. Syarat-syarat kerja a.
Sistem penggajian
b.
Jaminan sosial tenaga kerja
c.
Perlindungan hak-hak pekerja
3. Dukungan Manajemen Kinerja perusahaan dan kinerja karyawan sangat tergantung pada kemampuan manajerial para managemen dalam memimpin
semua pekerja, mengkoordinasikan
semua kegiatan mereka, dan menciptakan iklim kerja yang kondusif. Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
142
Kepemimpinan merupakan inti dari manajemen, setiap pemimpin , termasuk pemimpin unit pada jenjang yang paling rendah dituntut untuk mampu berkomunikasi secara efektif kepada semua bawahan untuk menumbuhkan motivasi mereka, serta berkomunikasi mereka, serta berkomunikasi dengan semua unsur terkait untuk memperoleh dukungan mereka. Dari setiap pemimpin dituntut juga kemampuan untuk mengenali kelemahan bawahan dan membantu mengatasinya. Setiap pemimpin harus mampu mengenali potensi yang dimiliki setiap bawahan serta mengembangkan dan memenfaatkannya untuk pencapaian tujuan perusahaan secara oktimal. Pemimpin perlu mendorong bawahan untuk terus mengembangkan diri dan kariernya. Pemimpin harus dapat menunjukkan keteladanan hidup dan disiplin kerja untuk ditiru bawahan. Dukungan Manajemen diringkas sebagai berikut: 1. Kepemimpinan a. Kemampuan berkomunikasi efektif dan memotivasi bawahan b. Kemampuan memngenali kelemahan bawahan dan membantu mengatasinya. c. Kemampuan mengenali potensi bawahan dan mengembangkannya d. Kesiapan mendorong bawahan untuk terus mengembangkan diri e. Menunjukkan keteladanan 2. Koordinasi a. Penugasan merata dan adil b. Membangun tim kerjasama 3. Menciptakan Iklim kerja a. Menghilangkan diskriminasi b. Hubungan yang akrab antara pimpinan dan bawahan 4. Dukungan Kompetensi Individu Kompetensi individu adalah kemampuan dan keterampilan melakukan kerja. Kompetensi setiap orang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu: 1. Kemampuan dan keterampilan kerja 2. Motivasi dan etos kerja Kemampuan dan keterampilan kerja setiap orang dipengaruhi oleh kebugaran fisik dan kesehatan, pendidikann pelatihan dan pengalaman kerja. Kebugaran fisik membuat orang mampu dan tahan bekerja keras dan lama. Pendidikan dan pelatihan Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
143
merupakan bagian dari investasi sumberdaya manusia. Pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang sama semakin terampil dan semakin cepat dia menyelesaikan pekerjaan tersebut. Motivasi dan etos kerja sangat penting mendorong semangat kerja, motivasi dan etos kerja dipengaruhi oleh latar belakang keluarga , lingkungan masyarakat, budaya dan nilai-nilai agama yang dianutnya.
METODE PENELITIAN 1. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di CV. Layo Jaya Palembang. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan April 2015. Mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan hasil penelitian. 2. Sumber dan Teknik pengumpulan Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer adalah data yang secara langsung diperoleh dari sumber data, dalam hal ini karyawan CV. Layo jaya Palembang. Adapun cara yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah: a. Observasi Yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian pada CV. Layo Jaya Palembang, dengan cara mengamati, mendengar dan mencatat informasi yang dibutuhkan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. b. Wawancara Yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung dengan objek penelitian yang berkaitan dengan masalah penelitian. c. Kuesioner Yaitu dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada anggota sampel penelitian dengan pilihan jawaban tertutup. 2. Data Sekunder Adalah data yang didapat dalam bentuk sudah jadi atau sudah tersedia di CV. Layo Jaya Palembang atau data jadi dari sumber-sumber lainnya.
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
144
3. Populasi dan Sampel 3.1. Populasi Menurut Umar (2008: 77 ) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek-objek yang mempunyai kuantitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian diambil kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan CV. Layo Jayo Palembang yang berjumlah 25 orang. 3.2. Sampel Sampel menurut Sugiyono (2009: 37) adalah bagian jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang ada mengingat jumlah populasinya relatif kecil atau biasa disebut sampel jenuh 3.3. Teknik Analisis Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis tabel silang dengan nilai-nilai persentase. Analisis dilakukan dengan mentabulasi jawaban para responden hasil kuesioner yang disebarkan dan subjektif berdasarkan jawaban responden. Dalam kaitannya dengan analisis yang dilakukan sebelumnya disebar Kuesioner dengan katagori jawaban tertutup dengan pilihan jawaban : Sangat mendukung, mendukung dan kurang mendukung.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berikut ini dianalisis hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan analisis tabel silang yang subjektif berdasarkan jawaban responden. Tabel 1 Dukungan Organisasi Jawaban Responden No
Dukungan
Sangat Mendukung
Mendukung
Kurang Mendukung
Frekuensi
Presentase
Frekuensi
Presentase
Frekuensi
Presentasi
1
Pengorganisasian
15
60%
8
32%
2
8%
2
Peralatan
18
72%
7
28%
0
0%
3
Kondisi Kerja
15
60%
8
32%
2
8%
4
Syarat Kerja
9
36%
10
40%
6
24%
Sumber : Diolah dari data primer, 2015
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
145
Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat diuraikan bahwa dukungan organisasi yang meliputi pengorganisasian yang berisikan kejelasan uraian kerja dan prosedur kerja. Menurut jawaban responden didapatkan rata-rata sangat mendukung, hal ini terlihat dari hasil kuisioner yang menunjukkan 50 % responden menjawab sangat mendukung, 32 % mendukung dan hanya 8 % yang menyatakan bahwa pengorganisasian kurang mendukung. Untuk dukungan peralatan kerja didapat bahwa 72 % responden menyatakan sangat mendukung, 28 % mendukung dan 0 % kurang mendukung. Dukungan kondisi kerja terhadap peningkatan kinerja karyawan, yang meliputi unsur-unsur ketersediaan alat-alat pelindung dan pemahaman menggunakan alat pelindung menurut apa yang dirasakan karyawan adalah sebagai berikut ini : 60 % responden merasakan bahwa kondisi kerja sangat mendukung, 32 % mendukung dan 8 % kurang mendukung. Dukungan syarat-syarat kerja yang meeliputi unsur-unsur sistem penggajian , jaminan sosial tenaga kerja, perlindungan hak-hak kerja dirasakan responden sebagai berikut : 36 % responden menyatakan sangat mendukung, 40 % mendukung dan 24 % kurang mendukung. Tabel 2 Dukungan Manajemen No 1 2 3
Dukungan Kepemimpinan Koordinasi Menciptakan Iklim Kerja
Sangat Mendukung Frekuensi Presentase 7 28% 5 20% 2
8%
Jawaban Responden Mendukung Frekuensi Presentase 15 60% 10 40% 7
28%
Kurang Mendukung Frekuensi Presentasi 3 12% 10 40% 16
Sumber : Diolah dari data primer, 2015 Dari tabel 2 yaitu dukungan manajemen terhadap peningkatan kinerja karyawan dapat diuraikan sebagai berikut : Dukungan kepemimpinan yang meliputi hal-hal yang menyangkut kemampuan
berkomunikasi dan memotivasi bawahan, Kemampuan
mengenali kelemahan bawahan dan membantu mengatasinya, kemampuan mengenali potensi bawahan , kesiapan mendorong bawahan untuk mengembangkan diri serta menunjukkan keteladanan yang dirasakan responden sebagai berikut : 28 % responden menyatakan sangat mendukung, 60 % menyatakan mendukung dan 12 % menyatakan krang mendukung. Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
64%
146
Dukungan koordinasi terhadap peningkatan kinerja karyawan, yang meliputi penugasan yang merata dan adil serta membangun tim kerjasama didapatkan bahwa, 20 % responden menyatakan sangat mendukung, 40 % mendukung dan 40 % menyatakan kurang mendukung. Dukungan manajemen dalam hal menciptakan iklim kerja yang meliputi membangun dan menerapkan budaya organisasi, menghilangkan diskriminasi, dan hubungan akrab antara pimpinan dan bawahan dirasakan responden sebagai berikut: Hanya 8 % responden yang menyatakan sangat mendukung, 28 % mendukung dan sebagian besar atau 64 % menyatakan kurang mendukung. Tabel 3 Dukungan Kompetensi Individu No
1 2
Dukungan Kemampuan & Keterampilan Motivasi & Etos Kerja
Sangat Mendukung Frekuensi Presentase
Jawaban Responden Mendukung Frekuensi Presentase
Kurang Mendukung Frekuensi Presentasi
5
20%
18
72%
2
8%
7
28%
18
72%
0
0%
Sumber : diolah dari data primer, 2015 Dari tabel 3
Dukungan kompetensi individu terhadap peningkatan kinerja
karyawan, yang mencakupi kemampuan dan keterampilan, meliputi kebugaran fisik, kesehatan jiwa, pendidikan, pelatihan dan pengalaman kerja, didapatkan bahwa 20 % responden menyatakan kemampuan dan keterampilan sangat mendukung, 72 % mendukung dan hanya 8 % yang menyatakan kurang mendukung terhadap peningkatan kinerja karyawan. Dukungan dari kompetensi individu yang terdiri dari unsur motivasi dan etos kerja yang mencakup pandangan atas pekerjaan, sikap melakukan pekerjaan dan sikap hidup produktif didapatkan jawaban responden sebagai berikut: 28 % sangat mendukung, 72 % mendukng serta tak satu responden pun yang menyatakan kurang mendukung atau 0 %. Bagian ini dapat dimaklumi karena yang responden nilai adalah diri pribadi mereka sendiri.
KESIMPULAN 1. Dukungan organisasi terhadap peningkatan kinerja karyawan pada CV. Layo Jaya palembang sudah cukup baik. Hal ini bisa dilihat dari mayoritas responden
Periode Januari 2015 – April 2015
ISSN : 2087-5142
147
yang rata-rata 57 % menyatakan bahwa dukungan organisasi sangat mendukung, rata-rata 33 % mendukung, yang kurang mendukung rata-rata hanya 10 % saja. 2. Dukungan manajemen terhadap peningkatan kinerja karyawan pada CV. Layo jaya Palembang sudah baik ini ditunjukkan rata-rata 18,7 % yang menyatakan sangat mendukung, rata-rata 42,7 % menyatakan mendukung dan yang menyatakan kurang mendukung rata-rata 38,6 % 3. Dukungan Kompetensi individu terhadap peningkatan kinerja karyawan CV. Layo jaya Palembang yang mencakup kemampuan dan keterampilan, motivasi dan etos kerja sudah baik, ini dilihat dari pernyataan responden yang rata-rata sangat mendukung 24 %, rata-rata 72 % mendukung dan rata-rata 4 % Kurang mendukung SARAN 1. Disarankan kepada pimpinan CV. Layo jaya Palembang agar meningkatkan perhatian terhadap dukungan manajemen dikarenakan mempunyai rata-rata kurang mendukung sebesar 58 %, terutama dari unsur penciptaan iklim kerja yang lebih kondusif. 2. Perlu meningkatkan pelatihan-pelatihan yang diberikan kepada para karyawan sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja. 3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti pengaruh dukungan organisasi, dukungan manajemen dan dukungan kompetensi individu terhadap kinerja karyawan.
DAFTAR PUSTAKA Hasibuan. 2011. Manajemen Sumberdaya Manusia. Bumi Aksara Jakarta Husien Umar, 2013. Evaluasi kinerja Perusahaan. Gramedia Pustak Utama Jakarta Husien Umar, 2008. Evaluasi Kinerja SDM. Refika Aditama. Bandung Payaman Simanjuntak. 2011. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Lembaga Penerbit UI. Jakarta Sugiyono, 2009. Teknik Pengambilan Sampel. CV. Alfabeta. Bandung Sulaiman Sukmalana. 2007. Manajemen Kinerja. Pt. Intermadia Personalia Utama Jakarta Wibowo.
2013.
Manajemen
Kinerja.
Periode Januari 2015 – April 2015
PT.
Raja
Grafindo
Persada.
Jakarta
ISSN : 2087-5142
Syarat dan Ketentuan Penulisan Jurnal Media STIM Amkop Artikel merupakan kajian bidang manajemen, kewirausahaan, koperasi & UMKM. Artikel yang dikirim ke Jurnal Media STIM Amkop adalah artikel yang tidak sedang dikirimkan ke jurnal/terbitan lain dan belum dipublikasikan dalam jurnal lain. Untuk artikel hasil riset dengan pendekatan survey, penulis harus melampirkan instrumen riset (kuesioner, daftar wawancara dan lain-lain). A. Sistematika Penulisan I. Artikel Hasil Penelitian 1. ABSTRAK dan Kata kunci. Abstrak secara ringkas memuat uraian mengenai masalah dan tujuan penelitian, metode yang digunakan, dan hasil penelitian. Abstrak maksimum 200 kata. Diikuti kata kunci berisi ideide atau konsep dasar yang mewakili bidang yang diteliti. Kata kunci terdiri dari 3-5 kata. 2. PENDAHULUAN. Bagian ini berisi tentang permasalahan penelitian, rencana pemecahan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan rangkuman kajian teoritik yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 3. METODE PENELITIAN. Bagian ini memuat rancangan penelitian atau desain penelitian, sasaran dan target penelitian (populasi dan sampel), teknik pengumpulan data, dan teknik analisis. 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bagian ini memuat hasil analisis data, pengujian hipotesis, menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, temuan-temuan dan menginterpretasikan temuan-temuan. 5. KESIMPULAN dan SARAN. Menyajikan kesimpulan penelitian dan saran-saran yang mengacu pada hasil-hasil penelitian. 6. DAFTAR PUSTAKA. Memuat sumber-sumber yang diacu di dalam penulisan artikel, hanya sumber-sumber yang digunakan yang dimuat dalam daftar pustaka. II. Artikel Konseptual 1. ABSTRAK dan Kata kunci. Abstrak memuat ringkasan yang padat dari isi artikel yang mencerminkan gambaran umum masalah yang dibahas dalam artikel dan hal-hal yang sedang dikritisi. Abstrak diikuti kata kunci. Kata kunci berisi ide-ide atau konsep dasar yang mewakili bidang yang dibahas. Kata kunci terdiri dari 3-5 buah kata. 2. PENDAHULUAN. Menguraikan hal-hal yang menarik perhatian pembaca dan memberikan konteks bagi permasalahan yang dibahas, mengemukakan permasalahan yang dibahas dan tujuan pembahasan 3. PEMBAHASAN. Bagian ini berisi kupasan permasalahan yang meliputi analisis, argumentasi atau komparasi dan pendirian penulis mengenai masalah yang dibahas. 4. KESIMPULAN. Berisi penegasan sikap penulis atas masalah yang dibahas, termasuk saran-saran dan sikap alternatif jika ada. 5. DAFTAR PUSTAKA. Memuat sumber-sumber yang diacu di dalam penulisan artikel, hanya sumber-sumber yang digunakan yang dimuat dalam daftar pustaka.
B. Format Penulisan 1. Artikel diketik rapi pada satu sisi ukuran kertas A4 dengan spasi ganda. 2. Jenis huruf yang digunakan: Times New Roman ukuran 12. 3. Artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris yang baik dan benar. 4. Panjang artikel maksimal 20 halaman (termasuk daftar pustaka). 5. Margin kiri 4 cm, atas 3 cm, bawah dan samping 2,5 cm. 6. Bagian depan memuat judul artikel, nama penulis (tanpa gelar akademik), dan abstrak. 7. Judul ditulis rata tengah. Jenis huruf judul times new roman-bold, ukuran 14. 8. Subjudul ditulis dengan menggunakan jenis huruf times new roman-bold ukuran 12. 9. Setiap tabel atau gambar diberi judul yang sesuai dengan isi tabel dan gambar, dan sumber kutipan jika ada. Judul tabel atau gambar ditulis rata tengah. 10. Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. Jenis huruf yang digunakan: Times New Roman ukuran 11 dengan spasi single. Abstrak dalam Bahasa Inggris menggunakan cetak miring. Panjang abstrak tidak boleh melebihi satu halaman depan. 11. Daftar pustaka ditulis alphabetis sesuai dengan nama akhir (tanpa gelar akademik), baik penulis asing maupun penulis Indonesia. Contoh: Referensi dari Situs Internet Allan R. Paliotta (25 Mei 1999), “A Personal View Of A World Class IT Auditing Function”, The IS Audit and Control Journal, http\\www.isaca.org *) Tanggal yang dicantumkan adalah tanggal melakukan browsing. Swastha, Basu. 1994. Azas-Azas Marketing, Akademi Keuangan dan Bisnis, Yogyakarta.
C. Lain-lain 1. Artikel dikirim sebanyak satu eksemplar dan menyerahkan soft copy (berupa CD atau dikirim via email ke:
[email protected]) 2. Setiap tulisan yang masuk dikenakan biaya kontribusi sebesar Rp 250.000,dan masing-masing penulis akan mendapatkan 2 eksemplar jurnal. 3. Jurnal Media STIM Amkop Palembang sudah dapat diakses melalui web site: www.stim-amkop.ac.id