PENGARUH AKTIVITAS SEISMIK DAN IKLIM TERHADAP P PERTUMBUHAN KARANG PORITES DI SIMEULUE
SAYYID AFDHAL EL RAHIMI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Aktivitas Seismik dan De Iklim terhadap Pertumbuhan Karang Porites di Simeulue adalah karya saya m ter dengan deng gan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kep kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dikuttip dari d karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah diseb butk disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir iin ni.i. tesiss ini. Bogor, Oktober 2011
Sayyid Afdhal El Rahimi NRP C551080051
ABSTRACT SAYYID AFDHAL EL RAHIMI. Seismic Activity and Climate Effects on Coral SA Growth of Porites on Simeulue. Under direction of NEVIATY P. ZAMANI and Gr EKO YULIANTO. EK Se Seismic event in 2004 and 2005 caused damage in some areas of coral reefs in Sim Si Simeulue. Seismic or earthquake has also caused land level changes that iinfluence in inf nffll growth of coral. In addition seismic activity, climate or sea surface ttemperature te em changes also affects the growth of coral in Simeulue. Our research ai a im to investigate the effects of seismic activity and climate on the coral seasonal aim gr g ro growth rate in Simeulue. Coral growth rate is determined by the process of ph p h photosynthesis, and influenced by environmental factors such as temperature, de d e depth or light intensity. Coral growth is divided to skeletal extension and density on o n this research. Observations was conducted from May 2010 until July 2011 on tth he seasonal growth bands from four colonies of coral reefs in Simeulue. Data the sse ea seasonal growth bands was obtained from year 2000 to 2009. Data were an a n analyzed descriptively. The result shown significant effect in the land level cch ha changes on the growth of coral Porites. Luminance index shown coral density iincreased in nc significantly after earthquake year 2004 and 2005. Skeletal extension de d e decreased significantly on 2004 when Indian Ocean Dipole Mode phenomenon oc o cc occurred, mainly on Ina Island. Ke K e Keywords : coral, growth, temperature, seismic, climate
RINGKASAN SAYYID SAY YYID AFDHAL EL RAHIMI. Pengaruh Aktivitas Seismik dan Iklim terhadap Pertumbuhan Karang Porites di Simeulue. Dibimbing oleh NEVIATY P. ZAMANI Pertu umb dan E EKO KO YULIANTO. Pe Peristiwa gempa yang terjadi pada tahun 2004 dan 2005 telah meny yeba menyebabkan kerusakan pada sebagian kawasan terumbu karang. Gempa juga meng gak aki mengakibatkan terjadinya perubahan tinggi muka tanah yang dapat dilihat deng ga an n jjelas di bagian paling utara dan paling selatan Pulau Simeulue. Peristiwa dengan terse ebut eb ut telah menyebabkan sebagian besar terumbu karang terpapar ke udara tersebut terbu uka dan mengalami kematian seluas 2,640 ha. Perubahan iklim global yang uk terbuka terjad di b terjadi beberapa dasawarsa terakhir atau yang dikenal dengan pemanasan globa al, jjuga merupakan salah satu tantangan perubahan lingkungan yang al global, dihad dapi oleh hewan karang. Tekanan alamiah perubahan suhu permukaan laut da dihadapi dan kko om komponen iklim lainnya yang disebabkan oleh perubahan iklim gobal berdam am mp pada tumbuh dan berkembangnya karang. berdampak P Pe e Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aktivitas seismik yang meny yeb eba menyebabkan perubahan tinggi muka tanah dan pengaruh suhu permukaan laut atau fenomena fe en n iklim global terhadap pertumbuhan karang Porites di Simeulue Prov vin nsi si Aceh. Provinsi Lo L o Lokasi sampling ditentukan berdasarkan pertimbangan keterwakilan lokasilokas si yyang si a lokasi dipengaruhi perubahan tinggi muka tanah yang diakibatkan oleh aktiv vita ta as seismik. Perbedaan penaikan muka tanah antara utara dan selatan aktivitas akiba at adanya at ad akibat saddle pada bagian tengah pulau Simeulue. Pengambilan sampel dilakku kukka a di utara Simeulue dan selatan Simeulue, yaitu dua lokasi di selatan dilakukan Sime eu ullue dan dua lokasi di utara Simeulue. Simeulue Sa S a Sampel berupa batangan core yang diproses menjadi Slab menggunakan gergaj ajji khusus dengan mata gergaji ketebalan 2mm. Ketebalan sampel gergaji dihar rapk diharapkan ukurannya kurang dari 5 mm. Slab yang diperoleh difoto untuk direk kam kondisinya setelah pemotongan, sebelum dilakukan pengambilan direkam gamb bar luminescence dan pengambilan gambar x-ray. Pengambilan gambar gambar lumin nesc luminescence menggunakan kamera NIKON D90 yang telah disiapkan di ruang gelap p de dengan instrumen standar luminescence colour FUJI yang akan digunakan seba agai standar warna pembanding. Pengambilan gambar x-ray dilakukan di sebagai JAMS STE JAMSTEC, Tokyo. Pengambilan gambar x-ray dilakukan pada panjang gelom mba 29.6kV, 2.02mA dengan instrumen x-ray yang digunakan adalah Xgelombang radio ogra TATSCan-X1. radiograph Ha a Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang nyata yang diseb babk ba bk perubahan tinggi muka tanah terhadap pertumbuhan karang Porites disebabkan di Simeulue. Siim me Rata-rata indeks luminansi menunjukkan peningkatan densitas karang ng setelah ng s terjadinya gempa tahun 2004 dan tahun 2005 di empat lokasi peng gam ama pengamatan. Peningkatan ini ditunjukkan oleh menurunnya nilai indeks luminansi yang g d ip ip diperoleh dari sampel core karang. Ekstensi skeletal tidak memunjukkan seca ara ra signifikan s secara perubahan setelah gempa 2004 dan 2005. Ekstensi skeletal menu unj nju menunjukkan adanya hubungan antara iklim atau suhu permukaan laut terhadap pertu umb um pertumbuhan karang ditunjukkan oleh sampel core yang diperoleh di Pulau Ina Pe P e Pengankatan atau penaikan muka tanah berdampak langsung terhadap inten nsitta cahaya matahari yang diterima karang. Efektifitas penerimaan cahaya ns intensitas mata ah ha ar matahari secara langsung akan berpengaruh terhadap kemampuan zoox xa an nth t zooxanthellae dalam berfotosintesis. Peningkatan fotosintesis inilah yang diduga
sec secara langsung meningkatkan kemampuan karang dalam mendepositkan kapur me menjadi lebih tinggi densitasnya. Suhu permukaan laut diketahui berpengaruh terhadap metabolisme org organisme. Perubahan suhu permukaan laut pada peristiwa Indian Ocean Dipole Mo Mode tahun 2004 ditunjukkan perubahan pertumbuhan karang Porites pada tah tahun 2004 di Pulau Ina. Secara geografis, lokasi pengamatan Pulau Ina me merupakan satu-satunya lokasi yang tidak mendapatkan pengaruh daratan yang kua kuat. Keberadaan Pulau Ina yang jauh dari Pulau Simeulue menjadikan lokasi ini be bebas dari run off daratan.
Ke K e Keywords : karang, pertumbuhan, suhu, gempa, iklim
© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilar rang ra ng mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan Dilarang atau menyebutkan men sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, pene eliittiia Penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, Penulisan kritik, atau penelitian, tinjau ua an n suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan tinjauan yang gw aj wajar. Dilar ran ra ng g mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis Dilarang ini da ala am bentuk apa pun tanpa izin penulis. dalam
PENGARUH AKTIVITAS SEISMIK DAN IKLIM TERHADAP P PERTUMBUHAN KARANG PORITES DI SIMEULUE
SAYYID AFDHAL EL RAHIMI
Tesis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Kelautan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Penguji Peng guj uji L Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Etty Riani, MS
Judul Tesis Jud
:
Na Nama NRP NR
: :
Pengaruh Aktivitas Seismik dan Iklim terhadap Pertumbuhan Karang Porites di Simeulue Sayyid Afdhal El Rahimi C551080051
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Neviaty P. Zamani, M.Sc Anggota
Eko Yulianto, Ph.D Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Kelautan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Neviaty P. Zamani, M.Sc
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr
Tanggal Ujian: 2 Agustus 2011
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Pu Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala karunia dan b aro barokahNYA sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema penelitian yang g dila dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 ini adalah Pengaruh Aktivitas Seismik dan Iklim terhadap Pertumbuhan Karang Porites di Simeulue. Te Terima kasih Penulis ucapkan kepada: bu b u Dr. Ir. Neviaty P. Zamani, M.Sc dan Bapak Eko Yulianto, P.hD selaku 1 IIbu pe em pembimbing, yang telah banyak memberikan masukan dan saran hingga d di ise se diselesaikannya tesis ini. bu Dr. Ir. Etty Riani, MS atas masukan dan saran selama proses ujian bu 2 IIbu be erl rla berlangsung dan selesainya penulisan tesis ini dengan baik. 3 S en e n Sensei Tsuyoshi Watanabe beserta Tim dari Hokkaido University atas ke ese kesediaannya mengikutsertakan saya dalam ekspedisi ke Simeulue pada Me ei 2011 dan menerima saya kunjungan dan riset di Kampus Hokkaido Mei d de eng segala bantuannya. dengan 4 B ap a p Bapak-bapak Geotek LIPI Bandung dan Bapak Sam atas bantuan selama pe ene penelitian di Simeulue. 5 T em e m Teman-teman di Departemen Ilmu Kelautan yang telah banyak memberikan ba ant bantuan dan dorongan moril. 6 D irje DIKTI atas Beasiswa BPPS yang telah penulis terima selama 2 tahun ir Dirjen be errtt berturut-turut. em em 7 P Pemerintah Aceh atas bantuan BBNAD yang sangat membantu penulis dalla da a melaksanakan studi S2. dalam Core Co r 8 Coremap-LIPI atas bantuan penulisan tesis yang diberikan. T em 9 Te Teman-teman di Universitas Syiah Kuala yang telah banyak memberikan dorro do o dorongan semangat. em 10 T Teman-teman Aceh di IKAMAPA Bogor yang telah banyak membantu. ng 11 U Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada Buya, Mama, Istri dan A na tercinta, serta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan dan Anak kkasih asi sayangnya. Ak Akhirnya penulis berharap karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2011
Sayyid Afdhal El Rahimi
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Solok pada tanggal 28 September 1980 sebagai anak kedua dari ayah Risman Muchtar, S.Sos I dan Ibu Jusmaniar. Penulis merupakan Putra kedua dari 5 bersaudara. Tahun 1998 Penulis lulus dari SMU Islamic Center Muhammadiyah Cipanas Cianjur dan pada tahun yang sama lulus seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) di Universitas Diponegoro Jurusan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti pendidikan sarjana, Penulis aktif dalam kke e eg kegiatan kemahasiswaan di bidang keahlian penyelaman. Penulis juga aktif da da dalam kegiatan-kegiatan survei dan penelitian ikan karang dan terumbu karang. Pe P e Pendidikan sarjana yang ditempuh di Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Pe P e Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip Penulis selesaikan pada tahun 2004. Tahun 20 2 0 2005 Penulis terlibat dalam berbagai kegiatan sosial di Provinsi Aceh pasca dila di dilanda bencana gempa dan tsunami. Tahun 2006 Penulis diterima sebagai tte e en tenaga pengajar di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh di Program Studi Ilmu Ke Ke Kelautan. Kegiatan-kegiatan penelitian dan survei terumbu karang aktif Penulis lak la lakukan di Provinsi Aceh sejak 2004 sampai 2008. Berbagai penyelaman telah Pe P e Penulis lakukan di Perairan Kota Sabang, Aceh Besar, Pidie, dan Aceh Jaya. Kesempatan melanjutkan ke program magister Penulis peroleh pada tahun 20 2 0 2008 dengan Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPS) dari Dirjen DIKTI, Ke Ke Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Bantuan Biaya juga diib d diberikan oleh BBNAD Pemerintah Aceh untuk mendukung dan mendampingi Be B e Beasiswa utama yang diberikan oleh BBPS Dirjen DIKTI.
DAFTAR ISI
Halaman DA DAFTAR ISI .....................................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii DA D A DA D A DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv 1 PENDAHULUAN........................................................................................... P
1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah .............................................................................
2
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................
4
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 2T
5
2.1 Terumbu Karang ...................................................................................
5
2.2 Sclerochronologi ...................................................................................
7
2.3 Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Terumbu Karang ..........................
9
2.4 Aktivitas Seismik dan Terumbu Karang ................................................. 11 BAHAN DAN METODE................................................................................. 15 3B 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................. 15 3.2 Metode Pengambilan Data .................................................................... 15 3.3 Analisis Data ......................................................................................... 17 HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 19 4H 4.1 Pertumbuhan Karang Porites ............................................................... 19 4.2 Aktivitas Seismik dan Pertumbuhan Karang Porites ............................. 27 4.3 Iklim dan Pertumbuhan karang Porites................................................. 34 DAN SARAN.............................................................................. 43 5 SIMPULAN S 5.1 Simpulan ............................................................................................... 43 5.2 Saran .................................................................................................... 43 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 45 D DA A LAMPIRAN ...................................................................................................... 51 LA L A DAFTAR ISTILAH ............................................................................................ 65 D DA A xi
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1 Skema kerangka pikir penelitian ..............................................................
3
2 Karang masiv Porites lutea yang terpapar ke udara terbuka (Yamazaki 2010) .......................................................................................................
6
3 Ilustrasi Indian Ocean Dipole Positive dan Indian Ocean Dipole Negative (sumber: http://indianocean.free.fr/links.htm) ............................ 10 4 Ilustrasi daerah pertemuan lempeng benua. ............................................ 12 5 Kontur nilai penaikan muka tanah Simeulue (Briggs et al. 2006).............. 12 6 Peta lokasi penelitian ............................................................................... 15 7 Digital foto x-ray karang Porites Pulau Ina, Langi, Labuan Bajau, dan Teluk Busong........................................................................................... 20 8 Laju ekstensi musiman karang Porites di Simeulue ................................. 21 9 Rata-rata ekstensi musiman karang Porites Simeulue ............................. 21 10 Nilai indeks luminansi karang Porites Simeulue ....................................... 24 10 11 Rata-rata nilai indeks luminansi karang Porites Simeulue ........................ 25 11 12 Ekstensi karang Porites dan aktivitas gempa di Langi.............................. 28 12 13 Indeks luminansi dan aktivitas gempa di Langi. ...................................... 29 13 14 Ekstensi dan aktivitas gempa di Pulau Ina ............................................... 30 14 15 Indeks luminansi dan aktivitas gempa di Pulau Ina .................................. 30 16 Ekstensi dan aktivitas gempa di Labuan Bajau ........................................ 31 17 Indeks luminansi dan aktivitas gempa di Labuan Bajau ........................... 31 18 Ekstensi dan aktivitas gempa di Teluk Busong ........................................ 32 19 Indeks luminansi dan aktivitas gempa di Labuan Bajau ........................... 32 20 Rata-rata ekstensi karang Porites dan aktivitas gempa di Simeulue. ....... 33 21 Rata-rata indeks luminansi karang Porites dan aktivitas gempa di 21 Simeulue.................................................................................................. 34 22 Suhu permukaan laut dan ekstensi karang Porites di Langi. .................... 35 22 2 Suhu permukaan laut dan indeks luminansi karang Porites di Langi. ....... 35 23 24 Suhu permukaan laut dan pertumbuhan linier karang Porites di Pulau 24 Ina. .......................................................................................................... 36 25 Suhu permukaan laut dan indeks luminansi karang Porites di Pulau 25 Ina. .......................................................................................................... 36 26 Suhu permukaan laut dan pertumbuhan linier karang Porites di Labuan 26 Bajau ....................................................................................................... 37
xiii
xiiv xxiv
uh permukaan laut dan indeks luminansi karang Porites di Labuan 27 S Suhu Baja ...................................................................................................... 37 Bajau. uh permukaan laut dan pertumbuhan linier karang Porites di Teluk 28 S Suhu Buso .................................................................................................... 38 Busong uh permukaan laut dan indeks luminansi karang Porites di Teluk 29 S Suhu Buso Busong..................................................................................................... 39 ata 30 R Rata-rata ekstensi karang Porites dan suhu permukaan laut di Sime Si m Simeulue.................................................................................................. 39 Ra ata ta 31 R Rata-rata indeks luminansi karang Porites dan suhu permukaan laut di Sime Si Simeulue.................................................................................................. 40
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Proses coring menggunakan peralatan SCUBA dan peralatan coring berupa bor pipa berukuran 2 inchi............................................................
52
2 Contoh batang core yang diperoleh dari hasil pengeboran atau coring. ...
53
3 Penyemenan karang pada alumunium bar dan pengeringan ...................
54
4 Proses pemotongan core karang .............................................................
55
5 Slab karang yang dipotong empat bagian. ...............................................
56
6 Foto luminansi .........................................................................................
56
7 Hasil digital foto x-ray core karang Simeulue ...........................................
57
0
8 Data suhu permukaan laut ( C) bulanan Simeulue 2000-2009................. 0
58
9 Rata-rata suhu permukaan laut tahunan Simeulue ( C) ...........................
61
10 1 0 Profil transek core Pulau Ina ....................................................................
62
11 1 1 Profil transek core Langi ..........................................................................
62
12 1 2 Profil transek core Labuan Bajau .............................................................
63
13 1 3 Profil transek core Teluk Busong .............................................................
63
14 Hasil pengukuran pertumbuhan karang Porites Simeulue (cm/tahun) ...... 14
64
xv
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Karang merupakan hewan laut yang tumbuh dan berkembang dengan baik di perairan tropis. Perairan tropis yang hangat sangat ideal untuk pertumbuhan kka ar karang secara optimal. Perubahan-perubahan lingkungan perairan yang terjadi di pe p e perairan tropis fluktuasinya tidak sebesar di perairan subtropis, akan tetapi pe p e perubahan-perubahan lingkungan perairan tempat tumbuh dan berkembangnya kka a ar karang tetap ada. Perubahan-perubahan lingkungan tersebut adalah gambaran ny n ya nyata, bahwa di lautan terjadi dinamika yang dipengaruhi banyak faktor-faktor al a la alamiah ataupun manusia. Perubahan iklim global yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir dikenal de d e dengan pemanasan global, adalah salah satu tantangan perubahan lingkungan yya a dihadapi oleh hewan karang. Pemanasan global telah memberikan tekanan an yang tte er terhadap keseimbangan iklim, sehingga laut sebagai bagian dari sistem iklim m me e mengalami gangguan. Disamping perubahan iklim tersebut yang bersifat global, tte erj terjadi juga perubahan-perubahan lingkungan dalam skala yang lebih sempit. S e Sebagian perubahan-perubahan itu secara langsung ataupun tidak langsung ad d adalah akibat dampak perubahan iklim secara global, seperti bencana alam ba banjir, pencemaran, gempa, dan tsunami. Sejak diketahui adanya pita pertumbuhan tahunan (annual growth band) pa pada karang oleh Knutson tahun 1972, pita pertumbuhan tahunan tersebut telah me memberikan banyak informasi mengenai pertumbuhan karang selama kurun wa waktu pertumbuhannya. Pengaruh perubahan lingkungan, seperti perubahan suh suhu permukaan laut terhadap pertumbuhan karang telah banyak diteliti di w wi iill wilayah sub-tropis dengan karakteristik fluktuasi suhunya yang tinggi di wilayah tte er tersebut. Penelitian mengenai pita pertumbuhan kaitannya dengan faktor-faktor lillin ing lingkungan masih jarang dan jumlahnya masih sedikit dilakukan di wilayah tropis, kkh hu khususnya di Indonesia. Pulau Simeulue secara geografis berada di timur Samudera Hindia atau pe p e perairan laut bagian barat Provinsi Aceh. Kawasan ini merupakan salah satu kka aw kawasan tumbuh dan berkembangnya karang dengan baik, dapat ditemukan kkawasan ka aw terumbu karang dengan luas yang cukup signifikan sebelum terjadinya
2
gemp pa dan d gempa tsunami 2004 ataupun gempa Nias 2005, yaitu seluas 23,776 ha yang g ters tersebar dari utara samapai selatan Pulau Simeulue. Pu Pulau Simeulue secara geologis diketahui adalah bagian dari jalur perte emu lempeng benua yang menjadikan daerah ini sebagai daerah titik aktif pertemuan terjad diny aktivitas seismik atau gempa (Briggs et al. 2006). Peristiwa gempa terjadinya g terj yang terjadi pada 2004 dan 2005 telah menyebabkan terjadinya perubahan tinggi a tanah ta muka pada beberapa kawasan terumbu karang, terutama dapat dilihat deng ga an n jjelas di bagian paling utara dan paling selatan Pulau Simeulue. Peristiwa dengan gemp pa 2004 2 gempa dan 2005 telah menyebabkan sebagian terumbu karang terpapar ke udarra terbuka te te udara dan mengalami kematian pada sebagian besar kawasan Simeulue selua as 2,640 as 2 seluas ha (Briggs et al. 2006; Suyarso 2007). Selain kematian karang yang diseb babk pengangkatan, diduga ada pengaruh yang timbul dikarenakan telah ba disebabkan beruba ba ah berubahnya bentang kawasan terumbu terhadap karang yang masih hidup. Peng ga an ng Pengangkatan
telah
merubah
posisi
kedalaman
tempat
hidup
dan
berke emb em berkembangnya karang. Peristiwa gempa lainnya yang cukup besar juga terjadi a N o pada November 2002 dan Februari 2008, namun tidak ada laporan yang menyya atta menyatakan bahwa pada dua gempa terakhir ada perubahan tinggi muka tanah. Ko K o Kondisi alamiah Simeulue dipengaruhi oleh dinamika lautan yang terjadi di Sam mud de e Hindia dan kondisi lokal dari Simeulue itu sendiri, dikarenakan secara Samudera geog gra rafis Simeulue adalah gugusan pulau yang terletak cukup jauh dari mainland geografis atau daratan da utama Sumatera. Pengaruh mainland terhadap kondisi alam Sime eulue dapat dikatakan tidak berpengaruh secara langsung, terutama Simeulue terha adap kawasan terumbu karang. terhadap Ke Keberadaan terumbu karang Simeulue merupakan kekayaan hayati yang perlu u dij dijaga dan dilestarikan. Penelitian yang masih sedikit di Simeulue juga menj jadi salah satu dorongan penulis untuk melakukan penelitian di wilayah ini. menjadi 1.2 P Pe e eru ru ru Perumusan Masalah K Karang tumbuh dan berkembang selama hidupnya bersimbiosis dengan alga zo zzooxanthellae. oo Fotosisntesis zooxanthellae diketahui berhubungan dengan kema am mp p kemampuan karang tumbuh dan berkembang. Hasil samping dari fotosintesis zoox xan anth th zooxanthellae berupa oksigen dan bahan organik dimanfaatkan hewan karang untukk melakukan m me proses pembentukan terumbu. Pe P e Perubahan kondisi iklim global khususnya kondisi oseanografi (perubahan suhu up er er permukaan laut) di Samudera Hindia diduga menjadi salah satu faktor yang
3
me mempengaruhi proses fotosintesis zooxanthelae dan pertumbuhan karang sec secara temporal di kawasan barat Pulau Sumatera. Aktivitas seismik yang be berdampak pada perubahan tinggi muka tanah juga diduga mempengaruhi kem kemampuan hewan karang dalam menerima intensitas cahaya matahari untuk me membantu tumbuh dan berkembang. Cahaya sangat penting dan diperlukan da dalam proses fotosintesis. Suhu permukaan laut adalah komponen utama yang mempengaruhi pe p e perubahan iklim lautan, sedangkan perubahan muka tanah atau kedalaman tte e em tempat hidup karang adalah dampak langsung yang ditimbulkan oleh aktivitas sse ei seismik atau gempa di Simeulue pada tahun 2004 dan tahun 2005. Kedua kko o om komponen ini mempengaruhi lingkungan tempat hidup dan berkembang karang, un u nt untuk lebih jelasnya mengenai kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada ssk ke skema kerangka pikir penelitian (Gambar 1).
Iklim (Elnino dan IOD)
Perubahan suhu permukaan laut
Aktivitas Seismik (2004 dan 2005)
Perubahan tinggi muka tanah
Proses fotosintesis
Penentuan lokasi sampling
Pertumbuhan karang
Core sampling karang
Analisis pita pertumbuhan tahunan karang
Hasil dan Kesimpulan
Gambar 1 Skema kerangka pikir penelitian Pertumbuhan linier karang secara temporal dapat dilihat dari panjang pe p e pertumbuhan pita pertumbuhan atau ekstensi skeletal yang dimiliki karang P Po o Porites. Linear extension atau penambahan panjang dari pita pertumbuhan akan me m e menunjukkan besaran perubahan dari pertumbuhan linier karang dari waktu ke w wa a waktu. Parameter lainnya yang digunakan dalam mengetahui pertumbuhan kka ar karang adalah densitas karang, yang salah satunya dapat diketahui dari m e mengetahui indeks luminansinya. Kalsifikasi karang juga merupakan representasi
4
dari pert pertumbuhan karang. Kalsifikasi adalah produk dari ekstensi dan densitas karan ng (Khutson ( karang et al. 1972; Carricart-Ganivet dan Barnes 2007; Correge 2006) Pe Perubahan iklim dan aktivitas seismik diduga mempengaruhi tumbuh dan berke emb berkembangnya karang Porites. Perubahan iklim, dalam hal ini diwakili suhu perm muka permukaan laut sebagai komponen utama iklim di lautan adalah parameter pemb bata pertumbuhan karang dan fotosintesis zooxanthellae. Perubahan iklim pembatas juga ditandai ditita dengan adanya peristiwa iklim ekstrim di Samudera hindia, seperti India an Ocean an O Indian Dipole Mode (IOD). Perubahan-perubahan iklim ini diduga mem mpe mp en n mempengaruhi tempat hidup tumbuh dan berkembangnya karang. Pe P e Perubahan muka tanah pada tahun 2004 dan tanun 2005 secara langsung akan n mempengaruhi me dampak penerimaan cahaya matahari oleh zooxanthellae. Pene eriim Penerimaan cahaya matahari akan berpengaruh positif, jika terjadi penaikan muka a tanah. ta Efektifitas penerimaan cahaya oleh karang akan mempengaruhi pertu umb um pertumbuhan karang. 1.3 Tujuan Tujju Tu u Penelitian Pe P e Penelitian ini bertujuan untuk: 1.
M e Mengkaji pertumbuhan karang kaitannya dengan perubahan iklim (suhu pe p e permukaan laut dan fenomena iklim).
2.
M e Mengkaji pertumbuhan karang di Perairan Simeulue Provinsi Aceh ka kaitannya
dengan
aktivitas
seismik
yang
menyebabkan
terjadinya
pe perubahan muka tanah pada beberapa kawasan terumbu karang. 1.4 M anf Manfaat Penelitian Pe Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat dalam m m memahami pertumbuhan karang pada daerah yang memiliki kondisi tekto onik on ik aktif dan perubahan iklim. tektonik
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Terumbu Karang Terumbu karang (coral reef) merupakan endapan masiv dari kalsium kar karbonat (CaCO3) yang dihasilkan sekumpulan organisme karang yang hidup diid d didasar perairan yang cukup kuat menahan gaya gelombang laut. Organismeorganisme yang dominan hidup di ekosistem terumbu karang adalah binatangorrrg o binatang karang yang mempunyai kerangka kapur, dan alga yang banyak biin b diia d diantaranya juga mengandung kapur, serta organisme lainnya seperti ikan kka ar karang dan avertebrata lainnya. Berkaitan dengan terumbu karang di atas diib d dibedakan antara binatang karang sebagai individu organisme atau komponen da masyarakat dan terumbu karang sebagai suatu ekosistem. da dari Karang merupakan hewan laut yang hidup bersimbiosis dengan organisme lain yaitu mikroalga zooxanthellae (Nybakken 1993; Barnes 1980; Nontji 1984). la lai lain, Ke Ke Keberadaan zooxanthellae sangat menentukan proses metabolisme pada kka ar karang. Zooxanthellae melakukan fotosintesis layaknya tumbuhan hijau di da d a daratan, fotosintesis yang dilakukan oleh zooxanthellae menyediakan materi yan dibutuhkan oleh karang dalam metabolismenya. Sebagian besar spesies ya yang kka ar karang melakukan simbiosis dengan alga simbiotik tersebut. Zooxanthellae me menghasilkan oksigen dan senyawa organik melalui fotosintesis yang akan dim dimanfaatkan oleh karang, sedangkan karang menghasilkan komponen inorganik be berupa nitrat, fosfat dan karbon dioksida untuk keperluan hidup zooxanthellae. Hewan karang dari kelompok karang pembentuk terumbu atau karang he hermatipik menghasilkan senyawa kalsium karbonat yang membentuk endapan ma masiv atau dikenal sebagai terumbu (Nybakken 1993). Kelompok karang masiv (cco o (coral massive) jenis Porites yang tumbuh dan berkembang di ekosistem tte er terumbu karang Pulau Simeulue merupakan salah satu jenis dari karang he h e hermatipik yang banyak mengisi ekosistem terumbu karang di wilayah tropis. Sp S p Spesies karang tropis seperti Porites memiliki penyebaran yang luas dan dapat jjuga ju ug tumbuh dan berkembang di wilayah subtropis (Veron 1986). Proses fotosintesa oleh alga menyebabkan bertambahnya produksi kka al kalsium karbonat. Fotosintesa oleh algae yang bersimbiosis membuat karang pe p e pembentuk terumbu menghasilkan deposit cangkang yang terbuat dari kalsium kkarbonat, ka ar kira-kira 10 kali lebih cepat dari pada karang yang tidak membentuk
6
terum mbu terumbu
(ahermatipic)
yang
tidak
bersimbiosis
dengan
zooxanthellae.
Peny yinar Penyinaran matahari menjadi penting dalam proses pembentukan terumbu seba agai sumber energi dalam proses fotosintesis. Laju ekstensi, densitas, dan sebagai kal laju kalsifikasi dapat diartikan sebagai pertumbuhan pada karang. Studi meng gena hubungan beberapa variabel ini telah dilakukan oleh Dodge dan Brass mengenai 1984 4, dan da Scoffin et al. 1992 (Carricart-Ganivet dan Merino 2001). 1984, Ka Ka Karang
masiv
menyediakan
informasi
palaeoclimate
dan
palae eoen eo e palaeoenvironment. Distribusinya yang luas di wilayah tropis dan sebagian wilayya yah sub tropis menjadikan karang sebagai salah satu arsip di alam yang wilayah menyyim imp menyimpan informasi-informasi penting perubahan-perubahan yang terjadi di lingkku k un ng g lingkungan perairan (Barnes dan Lough 1989; McGregor dan Abram 2008; Dodg ge d Dodge dan Vaisnys 1975; Weber et al. 1975).
Ga amb 2 Karang masiv Porites lutea yang terpapar ke udara terbuka (Foto: Gambar Yamazaki 2010) Pe Pertumbuhan karang dibatasi oleh banyak faktor fisika kimia perairan, yaitu suhu u, ca suhu, cahaya matahari, salinitas, kejernihan air, arus, substrat (Barnes 1980; Nyba akke 1993; Castro dan Huber 2000). Salah satu faktor utama yang Nybakken mem mbat mb ata pertumbuhan karang adalah suhu perairan. Umumnya, terumbu membatasi kara ang ng dapat d karang hidup dan berkembang baik pada suhu 18-30oC dan biasanya ditem muka pada perairan dangkal yang penerimaan sinar matahari cukup untuk mu ditemukan prose es pertumbuhannya. es p proses Suhu ideal ini umumnya berada pada wilayah tropis, sepe errtti Indonesia. Walaupun demikian, beberapa jenis karang juga dapat seperti berke em e mb berkembang baik di wilayah sub tropis dengan kondisi suhu yang cukup ekstrim. Ekos sisstte e terumbu karang umumnya hanya terdapat di perairan tropis, sangat Ekosistem sens siti si tif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sensitif
7
sed sedimentasi, eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami atau pristine (Ve (Veron 1995). Suhu permukaan laut dapat mempengaruhi kalsifikasi yang terjadi selama pe pertumbuhan karang. Kenaikan suhu permukaan laut meningkatkan kalsifikasi pa pada karang (Carricart-Ganivet 2004). Perubahan suhu permukaan laut juga me menyebabkan terjadinya fenomena bleaching (kehilangan zooxanthella) pada kkar ka ar karang (Celliers et al. 2002). Peristiwa bleaching diketahui dengan mengamati h ha a hasil kalsifikasi karang tersebut, yang dapat ditunjukkan dengan adanya pe p e perubahan-perubahan pada nilai luminansi (Bak dan Laane 1987; CarricartGa G a Ganivet et al. 2007). 2. 2 .2 Sclerochronologi 2.2 Istilah sclerochronologi ini pertama kali muncul di awal 1970-an, dan di d ic diciptakan pada tahun 1974 (Buddemeier et al. 1974) penelitian mengenai pita pe p e pertumbuhan pertama kali dilakukan oleh Knutson dan Buddemeier terhadap da d a daerah atol yang dijadikan sebagai daerah uji coba nuklir (Knutson et al. 1972). Sc S c Sclerochronologi adalah studi perubahan fisik dan kimia dalam jaringan keras da d a invertebrata dan alga berkapur merah, dalam konteks waktu mereka dari t er te terbentuk. Istilah ini berasal dari tiga kata Yunani scleros-keras, chronos-waktu da d a logo-ilmu pengetahuan, dan mengacu pada ilmu yang berhubungan dan pe peristiwa dan waktu. Sclerochronologi berfokus pada pola pertumbuhan yang me mencerminkan pertumuhan tahunan, bulanan, dua minggu, pasang surut, hari, da sub-harian (ultradian). dan Kalsifikasi rata-rata tahunan adalah produk rata-rata ekstensi tahunan dan de densitas dari deposit skeletal selama kurun waktu setahun (Carricart-Ganivet dan Ba Barnes 2007). Laju ekstensi tahunan karang dapat dijadikan sebagai salah satu vva ar variabel yang digunakan dalam mengkaji pertumbuhan karang. Perubahan laju ekks e ekstensi tahunan karang dapat dinyatakan juga sebagai perubahan pertumbuhan pa p a pada karang. Variasi pada pertumbuhan karang merefleksikan kondisi liling ng lingkungan yang mempengaruhi perubahan pada nilai peubah ini (CarricartGa G a Ganivet dan Barnes 2007). Variasi pertumbuhan pada karang dapat dilihat dari piita p t pertumbuhannya. Teknologi x-ray dimanfaatkan untuk mengetahui densitas pita da a kalsifikasi karang, sebagai refleksi dari pertumbuhan karang (Correge 2006). dan Pita pertumbuhan tahunan pada kerangka karang menggambarkan kondisi tta ah tahunannya
(Barnes
1972;
Hudson
et
al.
1976;
Highsmith
1979).
8
Scler roch Sclerochronologi dianalogikan dengan dendrochronologi, studi tentang cincin tahun nan di pohon, dan sama-sama ditujukan untuk menyimpulkan ciri-ciri sejarah tahunan kehid dupa organisme serta untuk merekonstruksi catatan perubahan lingkungan kehidupan dan iklim melalui ruang dan waktu. Ilmu sclerochronologi seperti yang diterapkan ke berbagai berb kelompok organisme sekarang digunakan untuk merekonstruksi paleo ocea paleoceanographic dan paleoclimate (Schone et al. 2003; Wanamaker et al. 2008 8; C 2008; Correge et al. 2004; Halfar et al. 2008; Black et al. 2009). Teknik penccittra raa sekarang memungkinkan untuk melihat pita pertumbuhan tahunan pencitraan hingg ga ke ga k resolusi harian (Gill et al. 2006), meskipun efek penting aktivitas biologi hingga dapa at m e dapat mengaburkan sinyal iklim di resolusi tinggi ini (Juillet-Leclerc et al. 2009). Ka K a Karang sebagai indikator lingkungan di perairan dapat memberikan inform ma as s paleoclimate, seperti kondisi fisika dan kimia lingkungan selama masa informasi pertu umb um pertumbuhannya. Perubahan lingkungan diketahui dengan perubahan densitas pada ap iitt pertumbuhan tahunan yang terbentuk pada terumbu, yang umumnya pita dapa at dengan de d e dapat mudah dilihat pada karang tipe masiv (Knutson et al. 1972; Barnes dan Ta T ay Taylor 2003; Carricart-Ganivet et al. 2007; Davalos-Dehullu et al. 2008). Peru uba ah suhu, salinitas, sedimentasi, nutrien, pencahayaan/penutupan awan, Perubahan dan ke eda kedalaman memberikan respon terhadap kecepatan pertumbuhan (ekstensi linierr a tta a linear extension) dari karang. atau Pe P e Pemanfaatan karang masiv sebagai environmental recorder telah banyak mem mban dalam memahami perubahan lingkungan dalam waktu yang lama, membantu dikar rena dikarenakan kelebihan karang masiv yang dapat menetap atau hidup dalam wakt tu yang ya waktu cukup panjang. Kemampuan karang masiv dalam mengakumulasi polut tan yyang relatif cukup tinggi membantu dalam membelajari perubahan fisika polutan kimia a lingkungan. ling Ke Kelebihan karang sebagai arsip paleoclimate dikarenakan distribusinya yang g lluas, ua dapat ditentukan waktu penanggalannya dengan akurat, dan berisikan ua inform rm mas as jejak geokimia yang tersimpan didalam skeletalnya (Gagan et al. 2000). informasi Kara an ng g memberikan kontribusi terhadap paleoclimate tropis dalam dua hal. Karang Perta ama karang secara terus menerus menunjukkan batasan-batasan alamiah am Pertama, dan perilaku pe p eril dari atmosfir laut tropis. Kedua, Karang memberikan kontribusi yang dapa at m dapat memberikan pemahaman terhadap rekonstruksi iklim dan perubahanperuba ba b ah perubahannya sepanjang waktu. Karang menyediakan informasi temporal seperti suhu up er perairan (McCulloch et al. 1994), salinitas (Tudhope et al. 1995), turbiditas (Alibe errtt et al. 2003), run-off daratan (McCulloch et al. 2003) dan intensitas (Alibert
9
upw upwelling (Lea et al. 1989). Karang hermatipik telah didokumentasikan di daerah tro tropis dan subtropis sejak awal 1970an (Bak 1974; Hart dan Cohen 1996; Alibert da dan McCulloch 1997) dan penelitian mengenai karang laut dalam juga telah be berkembang (Druffel et al. 1990; Adkins et al. 2004). 2.3 Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Terumbu Karang Peristiwa El Nino diikuti oleh menghangatnya daerah yang luas di kawasan T Tr ro Tropis Samudera Hindia (Yang et al. 2007, Saji et al. 1999, Yamagata et al. 20 2 0 2002). Peningkatan suhu atau bertambah hangatnya sebagian besar wilayah Sa S a Samudera Hindia memicu anomali yang dikenal dengan Indian Ocean Dipole ((I IO (IOD). Parameter-parameter lingkungan seperti suhu permukaan laut, salinitas, an a n angin, sinar matahari, dan curah hujan memiliki keterkaitan satu dengan yang la ain i lainnya (Guzman dan Tudhope 1998). Perubahan suhu lingkungan akibat pe p e pemanasan global pernah melanda perairan tropis di tahun 1998 dan telah me m e menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang diikuti dengan kematian ma m a massal karang mencapai 90-95%. Tercatat selama peristiwa pemutihan tersebut, rra at rata-rata suhu permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-30C di atas suhu normal. no n o Suhu permukaan laut diduga berperan penting untuk menentukan kec kecepatan kalsifikasi pada karang. Kecepatan kalsifikasi mempunyai hubungan yan yang linier dengan suhu permukaan laut (Barnes dan Lough 2000). Kecepatan kal kalsifikasi karang biasanya meningkat bersama dengan meningkatnya suhu. Ba Banyak contoh, pertumbuhan maksimal pada karang terjadi pada rentang suhu 25 25-28oC (Howe dan Marshall 2002; Clausen 1971; Jokiel dan Coles 1977; Coles da Jokiel 1978; Kajiwara et al. 1995). Suhu permukaan laut lebih dari 28oC dan biasanya akan memicu terjadi penurunan tingkat kalsifikasi. Suhu optimum untuk bi b ia kka al kalsifikasi biasanya bersesuaian dengan aktivitas fotosintesis. Perubahan suhu pe p e perairan diketahui akan mempengaruhi kalsifikasi yang terjadi pada karang h he e hermatipik. Kalsifikasi meningkat seiring dengan meningkatnya suhu di perairan. Ka K a Kalsifikasi atau proses pembentukan senyawa kalsium karbonat (CaCO3) pada karang hermatipik adalah bagian dari hasil samping metabolisme karang. kka a ar Perubahan iklim akan meningkatkan kalsifikasi terumbu karang secara signifikan P e pada pa p a tahun 2100 (McNeil et al. 2000).
1 0 10
Pe Perubahan iklim diartikan sebagai perubahan cuaca dalam waktu yang panja ang. Peran lautan terhadap perubahan iklim sangat signifikan. Gambar 3 di panjang. bawa ah m bawah menggambarkan IOD Positif dan IOD negatif serta hubungannya dengan penin ngka peningkatan konsentrasi awan di bagian barat Indonesia atau bagian timur Sam mude Hindia. Peningkatan awan yang cukup signifikan ini diperkirakan akan Samudera mem mpen mempengaruhi intensitas cahaya matahari yang diterima karang sepanjang tahun n yya a dipengaruhi oleh IOD negatif. IOD negatif pernah terjadi pada tahun yang 2004 4 yyang a diperkirakan akan mempengaruhi pertumbuhan karang di Simeulue. an
IO Positif IO IOD
IOD Negatif
Gambar 3 Ilustrasi Indian Ocean Dipole Positive dan Indian Ocean Dipole G Ga Gam am Negative (sumber: http://indianocean.free.fr/links.htm)
11
Pengaruh suhu pada karang pertama sekali diketahui pada karang masiv yan yang mengalami bleaching di banyak tempat yang biasanya diikuti oleh sesuatu yan yang tidak biasa dari peningkatan suhu permukaan laut. Saat zooxanthellae atau pig pigmentasi hilang, menjadikan karang berwarna putih dan terkadang diikuti oleh kem kematian karang (Al-Horani 2005). Lautan sebagai komponen iklim yang mengisi sebagian permukaan bumi, me m e merupakan komponen hidrosfer yang akan mempengaruhi komponen iklim lla aiin n lainnya seperti atmosfer. Peningkatan suhu di permukaan Laut Pasifik akan be b e berdampak pada perubahan pola pembentukan awan dan kuantitas awan di at a tm atmosfer. Peristiwa El Nino adalah salah satu contoh, perubahan suhu di Lautan Pa P a Pasifik berdampak pada kekeringan di Indonesia dan curah hujan yang tinggi di Pa P a Pasifik
Timur.
Variabilitas
yang
terjadi
di
lautan
akan
menyebabkan
kke es keseimbangan energi antar komponen iklim berlangsung. Suhu permukaan laut me m e merupakan satu komponen penting yang diamati dalam mengkaji fenomena pe p e perubahan iklim global.
2. 2 .4 Aktivitas Seismik dan Terumbu Karang 2.4 Simeulue yang berada di jalur pertemuan lempeng indo-australia dengan llempeng le em eurasia menjadikan Simeulue sebagai daerah tektonik aktif, yang sse ec secara terus-menerus mengalami perubahan muka tanah pada saat interseismic ata ataupun postseismic. Peristiwa gempa 2004 memperlihatkan perubahan yang sig signifikan, dan bagian utara Simeulue mengalami pengangkatan (uplift) sampai de dengan 150cm (Briggs et al. 2006). Perubahan tinggi muka tanah ini me menyebabkan terumbu karang di beberapa tempat muncul ke permukaan, seh sehingga terjadi perubahan terhadap distribusi karang yang hidup di kawasan ini. Pe Perubahan muka tanah di Simeulue juga berakibat pada berubahnya kedalaman. Ke K e Kematian karang banyak dilaporkan setelah proses pengangkatan terjadi di Si S im Simeulue. Perubahan kedalaman menyebabkan perubahan kondisi dan dinamika yya an terjadi di lingkungan karang, bahkan pengangkatan berakibat pada yang tterpaparnya te er karang ke udara, sehingga menyebabkan terjadinya kematian pada rribuan rib ri ib hektar terumbu karang di Aceh (Suyarso 2007). Selain kematian pada kka a ar karang, pertumbuhan karang yang hidup akan dipengaruhi karena telah be e berubahnya kedalaman. Ekstensi, densitas dan kalsifikasi karang akan berubah di d ip dipengaruhi berubahnya kondisi lingkungan perairan. Untuk lebih jelasnya pe e pertemuan lempeng benua ini dapat dilihat pada Gambar 4.
1 2 12
G Gambar 4 Ilustrasi daerah pertemuan lempeng benua (Dean 2010). Penurunan muka tanah akan mempengaruhi sinar matahari yang masuk ke P Pe e perair irra an n Perubahan pada pola erosi di sekitar pantai dan daerah tubir. perairan. Peru uba ah muka tanah yang terjadi di Simeulue lebih jelasnya dapat dilihat pada Perubahan Gam mba mb arr Gambar.
G Ga am Gambar 5 Kontur nilai penaikan muka tanah Simeulue (Briggs et al. 2006). P Pe e Perubahan kondisi fisika-kimia perairan akan berdampak pada kehidupan karang ng, seperti penerimaan cahaya matahari yang menurun disebakan ng karang, keke erru uha yang tinggi. Pertumbuhan optimal karang ditentukan oleh kondisi kekeruhan lingk k un ku ng g lingkungan seperti kecerahan perairan (Birkeland 1997). Penerimaan matahari yang g llebih eb optimal akan mendorong pertumbuhan optimal pada karang. Peristiwa eb gemp pa tahun t gempa 2004 dan 2004 menyebabkan terjadi perubahan muka tanah yang nyata a terlihat t er te di utara dan selatan Simeulue (Gambar 5). Perubahan muka tanah
13
sam sampai dengan 1,50 meter telah menyebabkan sebagian kawasan terumbu kar karang di daerah ini mati dan rusak, untuk lebih jelasnya kontur penaikan muka tan tanah di Pulau Simeulue dapat dilihat pada Gambar 5. Perubahan muka tanah sec secara langsung atau tidak langsung akan berdampak pada perubahan dinamika ling lingkungan tempat karang hidup.
3 BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 12-23 Mei 2010. Pe Pemotongan sampel dilakukan pada tanggal 21-30 Juli 2010. Pengambilan foto x--r dilakukan pada 1-15 Agustus 2010 di JAMSTEC (Japan Agency of Marinexx-ray Ea E a Earth Science and Technology), Tokyo. Lokasi penelitian di perairan Simeulue diib d dibagi menjadi empat lokasi penelitian yang berada di Pulau Ina, Langi, Labuan Ba B a Bajau, dan Teluk Busong. Penentuan lokasi-lokasi penelitian didasarkan kondisi pe p e perubahan muka tanah. Pulau Ina yang berada di bagian utara Simeulue adalah lok lo lokasi penelitian yang secara geografis berbeda dengan lokasi-lokasi penelitian lain la lainnya yang merupakan bagian langsung daerah pesisir dari Simeulue, untuk leb jelasnya lokasi-lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah. le lebih
Gambar 6 Peta lokasi penelitian (sumber peta: google maps) 3.2 Metode Pengambilan Data 3. 3.2 Lokasi sampling ditentukan berdasarkan pertimbangan keterwakilan lokasi ya yyang an dipengaruhi perubahan muka tanah akibat adanya aktifitas seismik. Pe P e Pengambilan sampel dilakukan pada lokasi utara Simeulue dan selatan Sim Si Simeulue, dua lokasi di selatan Pulau Simeulue dan dua lokasi di utara Pulau
1 6 16
Sime eulue Simeulue.
Pertimbangan
penentuan
lokasi
dalam
pengambilan
sampel
didas sark pada karakteristik Simeulue yang diketahui berbeda penaikan muka didasarkan tanah hnya antara utara dan selatan akibat adanya saddle pada bagian tengah tanahnya pulau u Si Simeulue (Briggs et al. 2006). Perubahan muka tanah biasanya terjadi ketik ka tgempa tg ketika pada fase interseismic dan postseismic. Pro Proses
perlakuan
sampel
mulai
dari
pengeboran
karang
untuk
mend dap apa mendapatkan core karang sampai dengan diperolehnya foto x-ray dapat dilihat pada a La L am Lampiran 9 sampai dengan Lampiran 14. P Pe e Pengambilan sampel karang dilakukan dengan mengunakan peralatan selam m SCUBA, S dilakukan dengan peralatan bor yang diperuntukkan untuk peke erj rja aa a a bawah air (Lampiran 1) terhadap objek Karang Porites yang memiliki pekerjaan diam metter yang memenuhi kriteria ukurannya, yang telah dipilih untuk dijadikan diameter samp pe ell. Pengeboran menggunakan mata bor yang berbentuk pipa dengan sampel. diam metter 2 inchi. Sampel yang telah diperoleh dari pengeboran Porites terlebih diameter dahu ulu u dikeringkan sebelum dilakukan pengepakan agar tidak mengalami dahulu penja amu am penjamuran dan perubahan warna selama perjalanan atau sebelum pemotongan dilak kukka ku a di laboratorium. dilakukan Sa S a Sampel yang diperoleh dari lapangan difoto terlebih dahulu (Lampiran 2), sebe elu um disemen dan dipotong, untuk kepentingan dokumentasi awal pada sebelum semu ua ssisi (360 derajat) bertujuan untuk mengetahui rekaman visual dari kondisi semua awal sampel. sam Penyemenan sampel pada alumunium bar berukuran (50x5x5) cm dan sete setelahnya dilakukan pengeringan selama 24 jam pada oven dengan suhu kuran ng lebih 600C (Lampiran 3). Sampel berupa batangan core yang telah kurang diker ringk dikeringkan kemudian diproses menjadi slab menggunakan gergaji khusus deng dengan gan mata gergaji ketebalan 2 mm (Lampiran 4). Ketebalan sampel dihar rapk kurang dari 5 mm. diharapkan Sla Sl S la yang diperoleh difoto kembali untuk merekam kondisi setelah Slab pemo mo oto ton pemotongan (Lampiran 5), sebelum dilakukan pengambilan Gambar luminansi dan pe p en pengambilan Gambar x-ray. Pengambilan foto luminescense menggunakan kame erra a NIKON D90 yang telah dipersiapkan di ruang gelap. Instrumen standar kamera warn na pembanding pe warna colour FUJI digunakan untuk pengambilan foto luminescense ini (L Lam am mp (Lampiran 6). P Pe e Pengambilan foto x-ray dilakukan di JAMSTEC, Tokyo. Pengambilan foto x-rayy dilakukan diila d l pada panjang gelombang 29.6kV, 2.02mA dengan instrumen xray yang yya ang an ng digunakan adalah X-radiograph (TATSCan-X1). Core keseluruhan
17
dia diambil dari sampel yang diperoleh dapat dilihat pada Lampiran 7. Penelitian me menggunakan instrumen x-ray telah digunakan untuk melihat pita pertumbuhan kar karang dari waktu ke waktu (Burgess et al. 2009). Variasi pertumbuhan pada kar karang dapat dilihat dari pita pertumbuhannya. Teknologi x-ray dimanfaatkan unt untuk mengetahui densitas dan kalsifikasi karang, sebagai refleksi dari pe pertumbuhan karang (Correge 2006). Data suhu permukaan laut diperoleh berupa data time series bulanan yang be b e bersumber dari The Integrated Global Ocean Services System (IGOSS) ht h tttt http://iridl.ldeo.columbia.edu/ (Lampiran 8). Data suhu permukaan laut ini di d ig digunakan sebagai informasi iklim yang diduga merupakan salah satu parameter iikl ik kli yang berpengaruh terhadap perubahan-perubahan pertumbuhan karang. iklim Data dan informasi gempa diperoleh dari tulisan-tulisan ilmiah. Peristiwa ge g e gempa yang dipilih adalah gempa desember 2004 dan maret 2005 yang di d ik diketahui menyebabkan terjadi perubahan muka tanah. Momentum gempa ini di d ig digunakan untuk mengetahui kemugkinan pengaruh pengangkatan yang terjadi tte er terhadap pertumbuhan pada karang.
3. 3 .3 Analisis Data 3.3 Gambar x-ray yang diperoleh akan diolah dengan CoralXDS menggunakan me m e metode 2nd derivative untuk mendapatkan nilai pertumbuhan linier dan indeks luminansi karang Porites. Hasil pengolahan foto x-ray dianalisis deskriptif lum ked kedalam grafik dan menganalisis perubahan-perubahan yang diduga dipengaruhi akt aktifitas seismik dan iklim perubahan iklim. Komponen iklim yang dipilih adalah suh suhu permukaan laut Simeulue mulai 2000-2009. Aktivitas seismik atau gempa yan yang dipilih adalah gempa-gempa besar, yang mengakibatkan perubahan tinggi mu muka tanah atau yang tidak mengakibatkan perubahan tinggi muka tanah. Gempa 2004 dan 2005 menyebabkan perubahan muka tinggi tanah di Si S im Simeulue (Briggs et al. 2006). Gempa besar lain yang dipilih yaitu gempa tahun 20 2 0 dan 2008 tidak menyebabkan perubahan tinggi muka tanah yang signifikan. 2002
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pertumbuhan Karang Porites Pertumbuhan karang dapat merupakan laju ekstensi skeletal (skeletal ext extension rate), densitas (density), dan laju kalsifikasi (calcification rate) (Knutson et al, 1972; Carricart-Ganivet et al. 2000; Dodge dan Brass 1984). Karang et me m e memiliki kelebihan sebagai arsip paleoclimate dikarenakan distribusinya yang llu ua dapat ditentukan waktu penanggalannya dengan akurat, dan berisikan luas, info in informasi jejak geokimia yang tersimpan didalam skeletalnya (Gagan et al. 2000). Ka K a Karang memberikan kontribusi terhadap paleoclimate tropis dalam dua hal. Pe Pe Pertama, karang secara terus menerus menunjukkan batasan-batasan alamiah da perilaku dari atmosfir laut tropis. Kedua, Karang memberikan kontribusi yang da dan da da dapat memberikan pemahaman terhadap rekonstruksi iklim dan perubahanpe p e perubahannya sepanjang waktu. Berdasarkan
kesediaan
data
dan
keterbatasan
peralatan,
maka
pe p e pengamatan hanya dilakukan terhadap pertumbuhan atau skeletal ekstensi (ssk k (skeletal extension) dan indeks luminansi (luminance index). Indeks luminansi me m e merupakan representasi dari densitas karang. Ekstensi linier dan indeks llu um um luminansi diduga dipengaruhi oleh perubahan iklim dan aktivitas seismik/gempa. Fo Foto x-ray dari pengambilan gambar pada panjang gelombang 29.6kV, 2.02mA X-r X-radiograph (TATSCan-X1) pada Gambar 7 merupakan sampel yang diperoleh da dari beberapa lokasi di Simeulue, dua lokasi di utara (Langi dan Pulau Ina) dan du dua lokasi di selatan Simeulue (Labuan Bajau dan Teluk Busong). Foto digital ha hasil x-ray tersebut merupakan perlakuan awal dari beberapa tahap yang dila dilakukan untuk menentukan ekstensi dan indeks luminansi. Transek
dengan
metode
2nd
derivative
menggunakan
program
De D e Densitometry Analysis CoralXDS versi 3.0 menghasilkan gambaran pita pe p e pertumbuhan karang Porites yang mewakili pertumbuhan karang Porites selama kku u urr kurang lebih 10 tahun, yaitu tahun 2000 sampai dengan tahun 2009. Pe P e Pertumbuhan karang Porites hasil pengolahan data menggunakan Coral XDS b be e berisi informasi ekstensi atau pertambahan panjang pertumbuhan dan indeks lluminansi um u m yang menggambarkan nilai densitas dari karang Porites. Ekstensi dan in nd indeks luminansi inilah yang digunakan sebagai parameter pertumbuhan h hu u hubungannya dengan aktivitas seismik dan iklim.
2 0 20
Pulau Ina
Langi
Labuan Bajau
Teluk Busong
Gambar Gam mba 7 Digital foto x-ray karang Porites Pulau Ina, Langi, Labuan Bajau, dan Teluk Busong. Laju Laj ekstensi tahunan karang Porites diturunkan menjadi ekstensi musiman karang (seasonal extension rate). Untuk lebih jelasnya pertumbuhan linier karan ng Porites P musiman musiiman karang Porites di Simeulue dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9 berikut ini. Sedangkan, profil core lengkap hasil transek menggunakan berikkut dibawah d software softw warre wa e CoralXDS ini dapat dilihat pada Lampiran 9, Lampiran 10, Lampiran 11, dan L Lampiran 12. La am Rata-rata laju ekstensi karang Porites pada Gambar 9 menunjukkan R kondisi kond dissi yyang relatif sama tiap tahunnya. Pertumbuhan linier atau ekstensi skeletal karang bervariasi pada setiap musim. Rata-rata ekstensi karang Porites kara ang ng Porites P im meu e di Sim Simeulue berkisar antara 0,4-0,8 cm/musim. Nilai ekstensi tertinggi dapat ditem muka muk mu ka pada tahun 2003 dan 2006, pada tahun 2006 ditemukan nilai yang ditemukan tingg gi b gi a pada musim pertama ataupun kedua di tahun tersebut. tinggi baik
1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 2009
2009
2008
2008
2007
2007
2006
2006
2005
2005
2004
2004
2003
2003
2002
2002
2001
2001
2000
0 2000
Laju ekstensi linier karang Porites (cm)
21
Musim Langi
Pulau Ina
Labuan bajau
Teluk Busong
0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3
0,2 0,1 2009
2009
2008
2008
2007
2007
2006
2006
2005
2005
2004
2004
2003
2003
2002
2002
2001
2001
2000
0 2000
Laju ekstensi linier karang Porites (cm)
Gambar 8 Laju ekstensi musiman karang Porites di Simeulue
Musim
Gambar 9 Rata-rata ekstensi musiman karang Porites Simeulue Ekstensi karang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8 dan Gambar 9 diatas tidak menggambarkan secara jelas perubahan musim secara teratur. Nilai di d ia ekstensi tidak memperlihatkan bahwa setiap musim memiliki kecenderungan ek e ks besaran nilai pertumbuhan pada posisi yang sama. Musim penghujan yang b be e biasanya dimulai di akhir tahun seharusnya menggambarkan terjadi penurunan bi b ia nilai ni n ila la pertumbuhan dari karang. Penurunan suhu, salinitas, dan intensitas cahaya
2 2 22
di m usi musim penghujan yang biasanya terjadi, biasanya memicu penurunan kece epata pertumbuhan. Nilai ekstensi tidak dapat menggambarkan perubahan kecepatan musi im. Untuk lebih mengetahui secara mendalam dan jelas mengenai musim. pertu umb pertumbuhan karang Porites di Simeulue kaitannya dengan perubahan iklim dan gemp pa, maka pembahasan berikutnya akan membahas juga perubahan indeks gempa, lumin nans atau gambaran densitas musiman. Perubahan suhu permukaan laut luminansi dan in nte te intensitas cahaya matahari secara keseluruhan tidak memiliki hubungan yang ge ra dengan laju ekstensi. ra erat K Keseluruhan nilai ekstensi karang Porites di Simeulue dapat dilihat pada niila ekstensi pada tabel 1 dibawah ini. Nilai ekstensi atau pertumbuhan n tabell nilai e ert r linierr tte tertinggi pada tahun 2003 dan 2008 dengan nilai 1,3 cm tahun 2003 dan cm tahun 2008 dalam satu musim. 1,16 cm
Tabel 1 Nilai ekstensi (cm) karang Porites di Simeulue. Tahun/Musim TTa ah 2000 2000 2001 2001 2002 2002 2003 2003 2004 2004 2005 2005 2006 2006 2007 2007 2008 2008 2009 2009
Langi 0,56 0,59 0,31 0,46 0,47 0,44 0,37 0,36 0,25 0,53 0,89 0,57 0,77 0,71 0,45 0,31 0,55 0,36 0,59 0,94
Pulau Ina 0,57 0,86 0,87 0,88 0,52 0,75 0,72 0,59 0,44 0,69 0,47 0,09 0,6 0,7 0,42 0,49 0,54 1,16 0,79 0,4
Labuan Bajau 0,28 0,59 0,69 0,85 0,59 0,51 0,35 0,56 0,63 0,74 0,6 0,61 0,7 0,73 0,6 0,71 0,6 0,62 0,51 0,59
Teluk Busong 0,58 0,56 0,83 0,53 0,53 0,45 0,5 1,3 0,43 0,16 0,34 0,67 0,66 0,79 0,69 0,22 0,79 0,69 0,22 0,79
Rata-rata 0,4975 0,65 0,675 0,68 0,5275 0,5375 0,485 0,7025 0,4375 0,53 0,575 0,485 0,6825 0,7325 0,54 0,4325 0,62 0,7075 0,5275 0,68
Selain S laju ekstensi karang seperti yang telah disebutkan diatas, densitas merupakan parameter pertumbuhan yang biasa diamati dalam memahami meru up pa ak
23
pe pertumbuhan karang hermatipik. Indeks luminansi pada Gambar 10 dan Gambar 11 dibawah, secara jelas memperlihatkan representasi perubahan musim yang terj terjadi dari tahun ke tahun. Nilai ini muncul sebagai hasil nilai luminansi yang me menggambarkan densitas pita pertumbuhan karang Porites. Ekstensi atau pe pertumbuhan linier yang didefinisikan sebagai pertambahan panjang dan indeks lum luminansi yang merepresentasikan densitas karang adalah parameter yang ssal sa al saling punya keterkaitan dengan faktor fisika kimia perairan. Sekilas dapat dilihat pada Gambar 10 dibawah, adanya pola indeks llum lu um luminansi yang kurang lebih mirip. Terlihat bahwa adanya kemiripan pola lokasi La L a Langi dan Labuan Bajau, walaupun pada kenyataannya nilainya berbeda. Tahun 20 2 0 dan tahun 2005 memperlihatkan adanya penurunan indeks luminansi, yang 2004 da d a dapat diartikan sebagai peningkatan densitas karang Porites selama awal m u musim. Peningkatan densitas setelah memasuki awal musim kedua kenyataanya me m e merupakan titik awal menurunnya densitas karang Porites. Peningkatan densitas juga ditemukan di lokasi Langi dan Labuan Bajau be b e bersamaan pada tahun 2008, diduga setelah aktivitas seismik atau
gempa
Fe F e Februari 2008. Penurunan densitas yang disebabkan oleh abrasi dan turbiditas di d id diduga terjadi di lokasi Langi. Pegangkatan yang terjadi di Langi memperlihatkan ad a d pengikisan garis pantai yang tidak jauh dari lokasi pengambilan sampel core. ada Lo L o Lokasi pengambilan sampel Labuan Bajau sangat berbeda dengan kondisi lokasi pe pengambilan sampel yang ada di Langi. Peristiwa penaikan muka tanah di Sim Simeulue menciptakan kondisi atau karakteristik yang berbeda antara selatan da dan utara Simeulue pada saat terjadinya gempa. Ketika peristiwa gempa dan tsu tsunami 2004, terjadi penaikan muka tanah di utara Simeulue, sedangkan pe peristiwa gempa Nias 2005 menyebabkan penaikan muka tanah di selatan Sim Simeulue (Briggs et al. 2006). Peristiwa gempa tahun 2004 dan tahun 2005 diduga akan memberikan pe p e perubahan signifikan terhadap tempat hidup atau habitat karang Porites. Pe P e Perubahan lingkungan yang terjadi berdampak positif terhadap karang untuk ttumbuh tu um dan berkembang atau merespon kondisi lingkungan yang berbeda. Em E m Empat peristiwa gempa besar yang disebutkan pada tulisan ini, yaitu gempa N No November 2002 (7,7 SR), Desember 2004 (9,3 SR), Maret 2005 (8,7 SR), dan Fe F e Februari 2008 (7,3 SR) tidak seluruhnya menyebabkan perubahan tinggi muka tta an tanah yang signifikan. Simeulue yang berada di jalur pertemuan lempeng indoa au u australia dengan lempeng eurasia menjadikan Simeulue sebagai daerah tektonik
2 4 24
aktif,, yang yan secara terus-menerus mengalami perubahan muka tanah pada saat inters rseis rs interseismic ataupun postseismic. Peristiwa gempa 2004 memperlihatkan perubah yang signifikan, dan bagian utara Simeulue mengalami pengangkatan perubahan (uplifft) sampai sa (uplift) dengan 1,5 meter (Briggs et al. 2006). Laj ekstensi tahunan karang dapat dijadikan sebagai salah satu variabel Laju yang g dig digunakan dalam mengkaji pertumbuhan karang (Lampiran 13). Perubahan laju e ks ks ekstensi tahunan karang dapat dinyatakan juga sebagai perubahan pertu umb um pertumbuhan pada karang. Variasi pada pertumbuhan karang merefleksikan kond dissi lingkungan yang mempengaruhi perubahan pada nilai peubah ini kondisi (Carrrica cca ar (Carricart-Ganivet dan Barnes 2007). 200 20 2 00 195 1 19 95
Indeks Inde In deks ks llum luminansi umin inan ansi si
190 19 1 90 185 185 18 180 18 1 80 175 175 17 170 17 1 70 165 16 1 65 160 16 1 60 155 15 1 55 2009
2009
2008
2008
2007
2007
2006
2006
2005
2005
2004
2004
2003
2003
2002
2002
2001
2001
2000
2000
150 15 1 50
Musim Langi
Pulau Ina
Labuan Bajau
Teluk Busong
Gambar 10 Nilai indeks luminansi karang Porites Simeulue Ra Rata-rata nilai indeks luminansi pada Gambar 11 berikut ini, menunjukkan rrata-rata atta a ada ra penurunan nilai luminansi karang Porites mulai akhir tahun 2004 atau u musim mu kedua pada tahun 2004 sampai dengan musim-musim di tahun selan njutn nj utt u selanjutnya. Keterkaitan dengan aktivitas gempa dan perubahan muka tanah h jja a boleh jadi merupakan dugaan yang kuat menyebabkan perubahan atau penu uru run luminjansi yang cukup signifikan ini. penurunan Pe P e Perubahan tinggi muka tanah signifikan terjadi hanya pada gempa 2004 dan 2 20 00 05 5 Perubahan kedalaman menyebabkan perubahan kondisi dan dinamika 2005. yang g tterjadi e di lingkungan karang, bahkan pengangkatan berakibat pada
25
ter terpaparnya karang ke udara, sehingga menyebabkan terjadinya kematian pada rib ribuan hektar terumbu karang di Aceh (Suyarso 2007).
200 195 Indeks luminansi
190 185 180 175
170 165 160 155 2000 2000 2001 2001 2002 2002 2003 2003 2004 2004 2005 2005 2006 2006 2007 2007 2008 2008 2009 2009
150
Musim
Gambar 11 Rata-rata nilai indeks luminansi karang Porites Simeulue Nilai luminansi adalah nilai spektral dari gelap terangnya slab karang yang diila d dilakukan pemotretan dengan x-ray. Untuk lebih detailnya, perubahan nilai indeks llu um luminansi tersebut, dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah. Harus diperhatikan juga ba bahwa semakin tinggi nilai luminansi adalah, maka semakin rendah nilai de densitas. Keterbatasan pada ketersediaan data dan alat menjadikan nilai lum luminansi tidak dapat menjelaskan nilai densitas sesungguhnya, sehingga indeks lum luminansi diharapkan dapat menjadi representasi nilai densitas. Perlu diketahui sek sekali lagi, bahwa gempa tahun 2004 dan tahun 2005 menyebabkan terjadi pe pengangkatan muka tanah. Pengangkatan ini akan menyebabkan karang berada leb dekat ke permukaan, sehingga penerimaan cahaya matahari akan lebih le lebih eff e efe efektif.
Adanya
kecenderungan
penurunan
nilai
indeks
luminansi
atau
me m e meningkatnya densitas diduga dapat dijelaskan dengan semakin efektifnya kka ar karang Porites menerima pencahayaan dari matahari dan faktor-faktor lainnya yan mendiukung tumbuh dan berkembangnya. ya yang Penyinaran matahari menjadi penting dalam proses pembentukan t er te terumbu sebagai sumber energi dalam proses fotosintesa. Laju pertambahan, de de densitas, dan laju kalsifikasi dapat diartikan sebagai pertumbuhan pada karang. Sttu mengenai hubungan beberapa variabel ini telah dilakukan oleh Dodge dan S Studi
2 6 26
Bras ss 1 Brass 1984, dan Scoffin et al. 1992 (Carricart-Ganivet dan Merino 2001). Kalsiifika biasanya lebih cepat terjadi pada musim kemarau, dan lebih lambat Kalsifikasi a saa pada saat musim penghujan (Barnes dan Lough 1993; Taylor et al. 1993) Tabel 2 Nilai Indeks luminansi karang Porites di Simeulue Musim/tahun Mu 2000 2000 2001 2001 2002 2002 2003 2003 2004 2004 2005 2005 2006 2006 2007 2007 2008 2008 2009 2009
Langi 172,41 180,35 180,65 185,12 180,34 184,1 176,27 175,69 171,26 171,15 161,32 170,81 163,82 174,95 168,61 178,09 169,85 171,87 168,83 178,08
Pulau Ina 186,13 189,14 176,67 189,57 181,98 186,54 182,86 193,47 187,55 194,3 181,82 182,79 178,21 182,83 176,45 178,79 176,77 183,07 171,41 177,56
Labuan Bajau 180,02 182,8 175,57 182,77 175,9 189,33 181,76 188,59 179,94 186,8 170,72 183,87 178,07 184,21 180,97 191,21 177,03 179,33 173,98 176,59
Teluk Busong 185,37 189,27 188,09 191,89 188,87 191,14 181,41 190,07 187,45 190,04 181,85 186,28 177,88 179,49 177,27 178,75 171,61 174,55 165,08 168,88
Rata-rata 180,9825 185,39 180,245 187,3375 181,7725 187,7775 180,575 186,955 181,55 185,5725 173,9275 180,9375 174,495 180,37 175,825 181,71 173,815 177,205 169,825 175,2775
Penyinaran matahari menjadi penting dalam proses ini sebagai sumber Pe ener rgi da energi dalam proses fotosintesa. Laju pertambahan, densitas, dan laju kalsifikasi dapa at d di i dapat diartikan sebagai pertumbuhan pada karang. Studi mengenai hubungan bebe era rap variabel ini telah dilakukan oleh Dodge dan Brass 1984, dan Scoffin et beberapa al. 199 992 (Carricart-Ganivet dan Merino 2001). Apabila dilihat sebagai rata-rata 99 1992 pertu umb um pertumbuhan linier tahunan karang Porites di empat lokasi pengambilan data men nunj nju menunjukkan nilai yang tidak berbeda dengan yang ditemukan pada daerah lla a tropiss lainnya, dan menggambarkan pertumbuhan karang masiv Porites pada umum mny ny (Lampiran 14). Penelitian yang dilakukan pada tahun 1979–1986 di umumnya Grea at Barrier Ba Great Reef menemukan bahwa rata-rata laju ekstensi karang Porites a2 9 lokasi terumbu adalah 12.9±3.4 mm/tahun (Barnes dan Lough 2000). pada 29
27
Selanjutnya pada bab pembahasan ini, akan dibahas juga pertumbuhan lini linier dan indeks luminansi pada setiap lokasi pengambilan data, kaitannya de dengan perubahan iklim (iklim ekstrim dan suhu permukaan laut) dan aktivitas ge gempa
(yang
menyebabkan
perubahan
muka
tanah
atau
yang
tidak
me menyebabkan perubahan tinggi muka tanah). Kalsifikasi rata-rata tahunan adalah pro produk rata-rata ekstensi tahunan dan densitas dari deposit skeletal selama kkur ku ur kurun waktu setahun (Carricart-Ganivet dan Barnes 2007). Kondisi lingkungan pe p e perairan seperti suhu permukaan laut dapat mempengaruhi kalsifikasi yang tte e erj terjadi
selama
m e meningkatkan
pertumbuhan kalsifikasi
pada
karang. karang
Kenaikan
suhu
(Carricart-Ganivet
permukaan 2004).
laut Suhu
p pe e permukaan laut mempengaruhi ekstensi dan densitas karang. 4. 4 .2 Aktivitas Seismik dan Pertumbuhan Karang Porites 4.2 Peristiwa gempa 2004 diikuti dengan tsunami yang tingginya sampai 30 me m meter di Aceh dan gempa 2005 menjadi pemicu terjadinya perubahan tinggi mu m muka tanah di Simeulue. Gempa 2004 diikuti dengan kenaikan muka tanah 1,45 m e meter di Simeulue bagian barat-utara, sedangkan gempa 2005 diikuti dengan kke e kenaikan muka tanah sampai dengan 1,65 meter di bagian timur-selatan. Gempa ttahun ta ah 2005 menghasilkan deformasi tektonik sekitar 400km sepanjang paparan ssu un sunda, lepas pantai Sumatera bagian utara (Briggs et al. 2006). Peristiwa gempa lain lainnya yang tercatat cukup besar terjadi pada November 2002 dan Februari 20 2008. Namun, kedua peristiwa gempa ini tidak mmenyebabkan adanya pe perubahan tinggi muka tanah yang mempengaruhi kawasan terumbu karang di Sim Simeulue. Sampel karang Langi diperoleh dari koloni karang yang sebagiannya telah ter terpapar ke udara dan posisinya berdekatan dengan garis pantai. Adanya pe p e pengadukan tingkat pengadukan dan abrasi yang cukup tinggi. Turbiditas di da d a daerah tinggi dengan jarak pandang didalam air yang rendah kurang dari 2 m e meter. Pengaruh muara sungai kecil yang ada disekitar lokasi menambah tingkat tturbiditas, tu ur dan tekanan lingkungan yang disebabkan oleh pengaruh fluktuasi ssa al salinitas. Langi mengalami pengangkatan yang cukup signifikan pada gempa 20 2 0 2004. Lokasinya yang berada di utara Simeulue, pada 2004 mengalami pe p e pengangkatan sampai dengan kurang lebih setinggi 1,6 meter. Sebagian kka aw kawasan karang di lokasi ini mengalami kematian karena terpapar ke udara, di d ia diatas batas pasang surut.
2 8 28
E Ekstensi karang Porites menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap gemp pa 2004 2 gempa dan 2005 di Langi. Adanya penurunan nilai ekstensi linier terlihat jelass dengan de penurunan pertumbuhan yang tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat diliha at pa dilihat pada Gambar 12 dibawah. Perubahan nilai indeks luminansi pada Gambar 13 m enu menunjukkan adanya pengaruh gempa 2004 dan 2005 yang berdampak pada menu urun menurunnya nilai densitas karang pada awal tahun 2005. Karang Porites di lokasssii p e lokasi pengamatan Langi terpengaruh cukup signifikan. P Penurunan nilai ekstensi dan meningkatnya indeks luminansi di Langi didug ga a ga diduga ada kaitannya dengan peristiwa abrasi yang disebabkan oleh penaikan a tanah. ta muka Menurunnya transparansi perairan biasanya diikuti dengan menu urru u un menurunnya pertumbuhan dan memberikan tekanan terhadap karang (Yentsch 00 et al.. 2 2002).
G Gambar 12 Ekstensi karang Porites dan aktivitas gempa di Langi. Ja Ja Jarak pandang di lokasi ini pada saat pengambilan sampel kurang lebih 2 mete err.. Peranan P meter. sungai-sungai kecil memberikan kontribusi run off dari daratan sang gat at b sangat besar. Run off daratan dari sungai-sungai kecil di hulu tidak saja terjadi a m u pada musim penghujan, akan tetapi juga pada musim kemarau. Karakteristik llokal ok dengan adanya hujan lokal sepanjang tahun akan memberikan iklim lo kontrri ribu bu terhadap material tersuspensi ke dalam perairan. bus kontribusi
29
Gambar 13 Indeks luminansi dan aktivitas gempa di Langi. Pulau Ina yang masih berada di utara Simeulue juga mengalami pengangkatan yang cukup signifikan, yang mengubah tinggi muka tanahnya pe p e sampai dengan kurang lebiih sebesar 1,65 meter. Nilai ekstensi musiman atau ssa am tahunan pada tahun 2004 cukup rendah, akan tetapi tidak terlihat hubungannya tta ah secara langsung dipengaruhi oleh aktivitas gempa 2004. Gambar 16 dibawah sse ec memperlihatkan bahwa nilai terendah dari ekstensi linier terjadi pada awal tahun m me e 2004. 20 Indeks luminansi memperlihatkan adanya peningkatan densitas karang di Pu Pulau Ina. Hal ini terus terjadi sampai tahun 2009 dan rata-rata berada pada nilai yan yang lebih rendah dari rata-rata indeks luminansi sebelum tahun 2004 atau tahun 20 2005. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 17 dibawah ini. Jelas terlihat ad adanya peningkatan densitas atau lebih rendahnya nilai indeks luminansi setelah pe peristiwa gempa 2004 dan 2005. Perubahan pertumbuhan karang setelah mo m o momentum 2004 dan 2005 diduga merupakan dampak perubahan tinggi muka ttanah ta an yang cukup signifikan. Tidak seperti peristiwa gempa tahun 2002 dan 2008 yyang ya an tidak mengakibatkan adanya perubahan tinggi muka tanah yang signifikan. Pe P e Penaikan muka tanah akan meningkatkan penetrasi cahaya matahari dari pe p e permukaan ke karang lebih efisien, sehingga dimungkinkan metabolisme zzo oo zooxanthellae simbiosis meningkat pada kondisi optimalnya. Pengangkatan kka ar ar karang Porites menjadikan karang lebih dekat ke permukaan dan meningkatan ef e fe efektifitas penerimaan cahaya matahari. Pengaruh penerimaan cahaya akan
3 0 30
mem micu peningkatan metabolisme zooxanthellae. Pertumbuhan maksimal pada memicu karan ng terjadi te karang pada rentang suhu 25-280C (Howe dan Marshall 2002).
Gambar 14 Ekstensi dan aktivitas gempa di Pulau Ina
Gambar 15 Indeks luminansi dan aktivitas gempa di Pulau Ina Labuan Bajau yang berada di selatan Simeulue memperlihatkan adanya L La a perubahan ekstensi setelah terjadinya gempa tahun 2004 dan 2005. Nilai peruba ba b ah pertumbuhan linier ini bergerak sangat fluktuatif ditunjukkan dengan turunnya pertu umb um ekstensi cukup signifikan. Tahun 2006 dan 2008 menunjukkan adanya nilai nilai e ek ks pertumbuhan optimal atau tertinggi selama 10 tahun terakhir, ini diduga bukan pertu umb um
31
dis disebabkan oleh adanya aktifitas gempa. Adanya penyebab lainnya yang diduga da dapat berpengaruh, faktor-faktor pembatas lingkungan perairan, seperti salinitas da dan turbiditas.
Gambar 16 Ekstensi dan aktivitas gempa di Labuan Bajau
Gambar 17 Indeks luminansi dan aktivitas gempa di Labuan Bajau Nilai ekstensi mengalami gangguan pada tahun 2004 dan 2005, namun mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada 2006. Hubungan antara me m e aktivitas gempa tidak signifikan, jika dilihat peningkatan nilai ekstensi pada tahun ak a kt 2006. Perubahan tinggi muka tanah di Teluk Busong tidak berdampak pada 2 20 0
3 2 32
penu urun penurunan nilai ekstensi untuk waktu yang lama. Peningkatan nilai yang signi ifikan pada tahun 2006, dan turun kembali pada tahun 2007 disebabkan signifikan fakto or-fa faktor-faktor selain gempa. Hal ini dapat lebih jelas dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18 Ekstensi dan aktivitas gempa di Teluk Busong
Gambar 19 Indeks luminansi dan aktivitas gempa di Labuan Bajau G Indeks luminansi memperlihat kondisi yang lebih jelas, bahwa aktivitas IInd In n gempa gemp pa yyang menyebabkan perubahan tinggi muka tanah pada tahun 2004 da mendorong terjadi peningkatan densitas karang yang terus-menerus terjadi 2005 5m e sampai samp pai ai dengan tahun 2009. Efektifitas penerimaan sinar matahari yang diakibatkan oleh penaikan muka tanah diduga berdampak terhdap proses diaki ibat atk
33
me metabolisme zooxanthellae dalam mensuplai bahan organik dan oksigen bagi kar karang, sehingga terjadi peningkatan kecepatan pembentukan deposit kkapur pa pada karang. Perubahan pertumbuhan linier karang Porites musiman tidak menunjukkan ad adanya pengaruh yang signifikan yang disebabkan oleh gempa secara kes keseluruhan. Penurunan nilai pertumbuhan linier hanya terjadi pada gempa yang me m e menyebabkan perubahan tinggi muka tanah. Rata-rata pertumbuhan linier pada Ga G a Gambar 20 menunjukkan adanya penurunan pertumbuhan linier pada gempa 20 2 0 dan 2005. 2004
G Gambar 20 Rata-rata ekstensi karang Porites dan aktivitas gempa di Simeulue. Rata-rata indeks luminansi menunjukkan adanya perubahan yang sig signifikan setelah terjadinya gempa 2004 dan 2005. Penurunan nilai luminansi me menunjukkan semakin tingginya densitas karang Porites. Gambar 13 dibawah me m e menunjukkan dengan jelas adanya pengaruh peningkatan densitas yang di d is disebabkan oleh gempa 2004 dan 2005, pada kedua peristiwa gempa tersebut tterjadi te erj perubahan tinggi muka tanah. Nilai indeks luminansi menunjukkan pe p e perubahan positif terhadap peningkatan densitas karang. Peningkatan densitas di d is disebabkan perubahan muka tanah yang terjadi adalah proses pengangkatan ssa am sampai dengan 1,6 meter. Kecepatan kalsifikasi karang biasanya meningkat be b e bersama dengan meningkatnya suhu. Kecepatan kalsifikasi ditunjukkan dari nilai lluminansi u um yang muncul, dan bukan dari pertumbuhan panjang atau ekstensi linier da d a karang Porites. dari
3 4 34
Pe Perubahan kondisi fisika-kimia perairan akan berdampak pada kehidupan karan ng, seperti penerimaan cahaya matahari yang meningkat akan membantu karang, meni ingk meningkatkan metabolisme karang. Pertumbuhan optimal karang ditentukan oleh kond disi lilingkungan, seperti kecerahan perairan (Birkeland 1997). kondisi
Ga amb m Gambar 21 Rata-rata indeks luminansi karang Porites dan aktivitas gempa di Simeulue.
Iklim dan Pertumbuhan karang Porites 4.3 Iklim Su Suhu permukaan laut rata-rata bulanan tertinggi di Simeulue berdasarkan sate IGOSS adalah 30,400C dan suhu permukaan laut rata-rata bulanan data satelit terendah teren ndah adalah 28,190C. Data suhu permukaan laut bulanan adalah hasil ratarata suhu suh permukaan laut mingguan yang diperoleh dari unduhan data satelit IGOSS. IGOS SS. Data Da a suhu permukaan laut bulanan ini secara lengkap dapat dilihat pada Lamp pir iran 8. Adanya kecenderungan kenaikan suhu terlihat sejak tahun 2000Lampiran 2009 9. Su S 2009. Suhu terendah yang direkam terjadi pada tahun 2002. Suhu permukaan ias ia laut b biasanya berkaitan dengan metabolisme organisme untuk tumbuh dan berke emb em berkembang. Karang memiliki suhu pertumbuhan ideal untuk tumbuh dan berke em e mb berkembang. Suhu permukaan laut dan penerimaan cahaya tahunan paling didug ga g am diduga menjadi faktor yang berpengaruh dalam mempengaruhi pita bertumbuhan d ens dan de densitas pada karang (Barnes dan Lough 1993).
35
Kecenderungan kenaikan suhu biasanya diikuti oleh kecenderungan ke kenaikan laju pertumbuhan tahunan karang pada kisaran suhu pertumbuhan opt optimum pada hewan karang (McNeil et al. 2000).
Gambar 22 Suhu permukaan laut dan ekstensi karang Porites di Langi.
Gambar 23 Suhu permukaan laut dan indeks luminansi karang Porites di Langi. G Pulau Ina terletak terpisah dari Pulau Simeulue, merupakan satu-satunya lokasi yang karakteristiknya berbeda dengan lokasi-lokasi pengamatan yang lok lo lainnya di Simeulue. Profil pertumbuhan linier atau laju ekstensi karang Porites lain la i menunjukkan adanya tekanan yang terjadi pada 2004. Pulau Ina yang secara me e
3 6 36
geog grafis berada jauh dari daratan utama Simeulue memperlihatkan adanya geografis hubu unga cukup kuat yang mengindikasikan adanya pengaruh iklim, walaupun hubungan nilai ters tersebut belum nenyatakan bahwa suhu atau iklim yang memberikan peng garu terhadap pertumbuhan karang di Pulau Ina khususnya. Pertumbuhan pengaruh linierr kar karang Porites di Pulau Ina kaitannya dengan perubahan suhu permukaan laut ssecara eca temporal dapat dilihat pada Gambar 24.
Gam mbar mb ar 24 Suhu permukaan laut dan pertumbuhan linier karang Porites di Pulau Gambar Ina.
Gambar Gam mba 25 Suhu permukaan laut dan indeks luminansi karang Porites di Pulau mb Ina.
37
Lokasi transek Labuan Bajau merupakan selat sempit yang memisahkan Pu Pulau Simeulue dengan gugusan pulau Simeulue yang berada di selatan Sim Simeulue atau tepatnya sebelah tenggara dari pusat saddle Simeulue. Pita pe pertumbuhan karang Labuan Bajau dapat dibedakan dengan mudah antara pita de dengan densitas tinggi dan rendah. Profil pertumbuhannya relatif menunjukkan ko kondisi yang variasi tidak jauh berbeda dari musim ke musim atau tahun ke ttah ta ah tahun.
Gambar 26 Suhu permukaan laut dan pertumbuhan linier karang Porites di Labuan Bajau
Gambar 27 Suhu permukaan laut dan indeks luminansi karang Porites di Labuan Ga G a Bajau.
3 8 38
K Kondisi perairan dengan arus yang kuat, transparansi perairan yang mem mung memungkinkan masuknya cahaya dengan baik diduga berpengaruh terhadap pertu umb pertumbuhannya. Pengaruh IOD (Indian Ocean Dipole Mode) tidak ditunjukkan oleh pert pertumbuhan karang di Labuan Bajau. P Pertumbuhan karang Porites Teluk Busong menunjukkan adanya gejala penin ngka peningkatan densitasnya (nilai luminansi makin rendah) mulai tahun 2004 sampai deng gan an 2009. Gejala IOD negatif yang diduga memicu peningkatan curah hujan dengan te errlili juga terlihat pada pertumbuhan linier atau laju ekstensi tahun 2004-2005. Untuk h je ela la lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 28 dan Gambar 29.
Gam mbar 28 Suhu permukaan laut dan pertumbuhan linier karang Porites di Teluk Gambar Busong Ind Indeks luminansi core karang Porites Teluk Busong menunjukkan penu uru run penurunan nilai yang sangat nyata sampai tahun 2009. Penurunan nilai indeks lumin nans terus menerus terjadi, yang berarti adanya peningkatan densitas na luminansi karang ng. Peningkatan densitas karang Porites dipicu oleh efektifitas penerimaan ng karang. caha aya m ay cahaya matahari oleh zooxanthellae. Kematian pada sebagian besar karang di Telu uk Busong Bu Teluk menjadikan tingkat kompetisi juga semakin rendah.
39
Gambar 29 Suhu permukaan laut dan indeks luminansi karang Porites di Teluk G Busong. Suhu permukaan laut kaitannya dengan ekstensi dapat dilihat pada Gambar 30 dibawah. Gambar 30 memperlihatkan bahwa pola perubahan suhu Ga G a pe pe permukaan laut tidak diikuti oleh pola yang terbentuk dari pertumbuhan linier kka ar karang Porites. Perubahan musiman dapat dilihat dari grafik perubahan suhu pe p e permukaan laut, akan tetapi perubahan musim tidak dapat kita lihat pada nilai pe pe pertumbuhan linier atau ekstensi dari karang Porites.
Gambar 30 Rata-rata ekstensi karang Porites dan suhu permukaan laut di Simeulue.
4 0 40
P Perubahan suhu yang menggambarkan perubahan musim diperlihatkan oleh pola yang terbentuk dari indeks luminansi dan suhu permukaan laut. Indeks lumin nans atau densitas lebih rendah pada saat suhu permukaan laut lebih luminansi rendah, dan indeks luminansi atau densitas lebih tinggi pada suhu permukaan laut lebih tinggi (Leder et al. 1996; Boto dan Isdale 1985; Barnes dan Taylor 2001 1; Ba 2001; Barnes dan Taylor 2005). Pola perubahan musim atau suhu permukaan m men en laut me mengikuti pola perubahan pada indeks luminansi pada Gambar 24.
Gam mbar 31 Rata-rata indeks luminansi karang Porites dan suhu permukaan laut Gambar di Simeulue. Ra Rata-rata indeks luminansi setelah 2004 menujukkan nilai yang berbeda diban ndin dibandingkan sebelum tahun 2004. Terjadi penurunan indeks luminansi yang berarti a adanya peningkatan densitas karang Porites. Rata-rata pertambahan panja ang atau pertumbuhan linier karang Porites di Simeulue, apabila dikaitkan panjang deng gan an p dengan perubahan iklim global diketahui tidak berkaitan langsung. T Tahun 2004 Samudera Hindia atau Indian Ocean diketahui mengalami be b e er IOD bernilai negatif (-0,19) (NOAA). Indeks negatif biasanya diikuti dengan meniing ngk meningkatnya curah hujan di Samudera Hindia (Hermawan 2008), yang terjadi a M e pada Mei-Juni-Juli 2004 bagian timur, dikarenakan tekanan Samudera Hindia bagia an ttimur lebih rendah dibandingkan Samudera Hindia bagian barat atau di an bagian pesissi sir b pesisir barat Afrika. Peningkatan konsentrasi awan dan curah hujan diduga mem micu mi cu penurunan tingkat penetrasi cahaya, salinitas, dan suhu di Samudera memicu
41
Hin Hindia bagian timur. Indeks negatif IOD ini juga masih terjadi pada periode Jan Januari-Februari-Maret 2005. Perubahan iklim yang direpresentasikan dengan adanya perubahan suhu sec secara temporal dan perubahan lingkungan yang bersifat ekstrim memiliki ket keterkaitan dengan pertumbuhan karang Porites. Laju pertumbuhan ini ditu ditunjukkan dengan perubahan-perubahan yang signifikan pada pertumbuhan pa p a panjang atau ekstensi karang di Pulau Ina. Hal ini ditunjukkan dengan ada pe p e penurunan pertumbuhan karang Porites pada tahun 2004 di Pulau Ina. Anomali iikl ik kli yang dikenal dengan IOD (Indian Ocean Dipole Mode) diduga menjadi iklim pe p e penyebab menurunnya pertumbuhan karang pada tahun 2004. Anomali suhu p pe e permukaan laut sebesar -0,19 telah memicu pembentukan awan di Samudera Hi H in Hindia timur atau sebelah barat Pulau Sumatera. Penumpukan awan ini berperan da d a dalam mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk ke perairan karang di Si S im Simeulue. Kombinasi antara El Nino dan Indian Ocean Dipole Mode (IOD) yang tte er terindikasi menunjukkan adanya anomali, telah terjadi di perairan Indonesia dan me m e memiliki korelasi dalam mempengaruhi iklim Indonesia pada umumnya (D’Arrigo da d a Wilson 2008). Namun, anomali iklim yang terjadi nampaknya tidak serta dan me m e memiliki hubungan nyata dalam mempengaruhi pertumbuhan karang pada merta um u m umumnya di kawasan Simeulue. Secara keseluruhan pengaruh
suhu
permukaan
laut (iklim) tidak
me memberikan pengaruh terhadap laju pertumbuhan karang di empat lokasi yang dia diamati. Hubungan yang cukup kuat terjadi di lokasi Pulau Ina, dan dibuktikan de dengan adanya pengaruh IOD pada tahun 2004 yang memperlihatkan tekanan ter terhadap laju pertumbuhan karang Porites di Pulau Ina. Hubungan antara suhu pe permukaan laut dengan laju pertumbuhan karang di Pulau Ina diduga di d ik dikarenakan lokasi Pulau Ina yang terletak terpisah dari Pulau Simeulue, sse eh sehingga pengaruh perubahan iklim global diduga lebih berpengaruh pada di d in dinamika dan pertumbuhan karang di lokasi ini. Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya di daerah tropis terhadap Po P o Porites lutea menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata dari pe p e pertumbuhan (ekstensi) tahunan karang terhadap perubahan kedalaman ((S Su (Supriharyono 2004). Perbedaan pertumbuhan dapat dilihat dengan nyata di d is disebabkan oleh perubahan kedalaman di atas 20 meter (Carricart-Ganivet et al. 20 2 0 2007). Ada dugaan bahwa proses fotosintesis berubah yang dipengaruhi adanya
4 2 42
perubah perubahan penerimaan cahaya yang disebabkan oleh perubahan kedalaman terjad di pada pa Porites yang hidup lebih dalam atau tidak terjadi pada karang Porites terjadi yang g dia diamati pada penelitian ini (kedalaman <7m). Pe Perbedaan yang jelas nyata terjadi pada daerah dekat permukaan, apabila karan ng yang y karang mengalami uplift terpapar ke udara. Kematian karang terjadi pada daer rah sseluas 6407,2 ha diakibatkan terjadi penaikan muka tanah atau gempa daerah 2004 4-2 - 20 2004-2005 (Suyarso 2007), sehingga kematian karang terjadi bukan karena peruba bah kedalaman, akan tetapi disebabkan terpaparnya karang ke udara. ba perubahan
5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Penelitian pengaruh aktivitas seismik dan iklim terhadap pertumbuhan kar karang Porites di Simeulue yang telah dilakukan di empat lokasi pengamatan, yya ai Langi, Pulau Ina, Labuan Bajau, dan Teluk Busong telah menghasilkan yaitu be b e beberapa simpulan sebagai berikut: 1.. Aktivitas seismik yang berdampak terhadap perubahan tinggi muka tanah 1 pada tahun 2004 dan tahun 2005 mempunyai
kaitan dengan penurunan
indeks luminansi karang Porites di Simeulue. Penurunan indeks luminansi menunjukkan adanya peningkatan densitas karang Porites. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak hubungan yang ditunjukkan oleh aktivitas seismik terhadap ekstensi skeletal karang Porites di Simeulue. 2. Fenomena iklim Indian Ocean Dipole dan perubahan suhu permukaan laut 2. berpengaruh terhadap pertambahan panjang (ekstensi) hanya terlihat terjadi pada tahun 2004 dan paling mudah dilihat pengaruhnya terjadi terhadap pertumbuhan karang Porites di Pulau Ina dibandingkan lokasi pengamatan lainnya di Simeulue. Secara keseluruhan pengaruh Iklim dan suhu tidak memperlihatkan hubungan yang kuat dengan ekstensi skeletal atau indeks luminansi karang Porites. 3. Ekstensi dan indeks luminansi karang Porites tidak memperlihatkan nilai dan pola yang saling berhubungan satu sama lain. Pola indeks luminansi mengikuti pola perubahan musim, sedangkan ekstensi tidak mengikuti pola perubahan musim yang ada. 5..2 Saran 5 5.2 Peralatan yang lebih lengkap dapat memberikan informasi yang lebih len le len lengkap mengenai densitas dan kalsifikasi karang. Analisis geokimia juga akan me m e membantu mengetahui secara detail perubahan-perubahan lingkungan yang tte erjj terjadi yang direkam oleh karang selama hidupnya. Pengaruh iklim dan gempa diketahui berhubungan dengan perubahan pe p e pertumbuhan linier dan densitas karang Porites, akan tetapi seberapa besar pe p e pengaruhnya dibandingkan faktor-faktor lingkungan lainnya belum diketahui be be besaran nilainya.
DAFTAR PUSTAKA
Adkins JF, Henderson GM, Wang S-L, O’Shea S, Mokadem F. 2004. Growth Ad rates of deep-sea scleractinia Desmophyllum cristagallib and Enallopsammia rostrata. Earth Planet Sci Lett 227: 481-490. AlA Al l Al-Horani FA. 2005. Effects of changing seawater suhue on photosynthesis and calcification in the scleractinian coral Galaxea fascicularis, measured with O2, Ca2+ dan pH microsensors. Sci Mar 69 (3): 347-354. Al A li Alibert CA, McCulloch MT. 1997. Strontium/calcium ratios in modern Porites corals from the Great Barrier Reef as a proxy for sea surface temperature: calibration of the thermometer and monitoring of ENSO. Paleoceanography 12: 345-363. Ali A Al l Alibert CA, Kinsley L, Fallon SJ, McCulloch MT, Berkelmans R, McAllister F. 2003. Source of trace element variability in Great Barrier Reef corals affected by the Burdekin flood plumes. Geochim Cosmochim Acta 67: 231246. B Ba a RPM. 1974. Available light and other factors influencing growth of stony Bak corals through the year ang Curacao. Proc 2nd Int Coral Reef Symp: 229233. B Ba a RPM, Laane RWPM. 1987. Annual black bands in skeletons of reef corals Bak (Scleractinia). Mar Ecol 38: 169-175. Ba Barnes DJ. 1972. The structure and formation of growth ridges in scleractinian coral skeletons. Proc R Soc Lond B Biol Sci 182: 331-350. Ba Barnes DR. 1980. Invertebrate zoology (4th ed.). Tokyo. Holt-Saunders International Editions. Barnes DJ, Lough JM. 1989. The nature of skeletal density banding in Ba scleractinian corals: fine banding and seasonal patterns. J Exp Mar Biol Ecol 126: 119-134. Ba B a Barnes DJ, Lough JM. 1993. On the Nature and causes of density banding in massive coral skeletons. J Exp Mar Biol Ecol 167: 91-108. Ba B a Barnes DJ, Lough JM. 2000. Environmental controls on growth of the massive coral Porites. J Exp Mar Biol Ecol 245: 225–243. Ba Ba Barnes DJ, Taylor RB. 2001. On the nature and causes of luminescent lines and bands in coral skeletons. Coral Reefs 19: 221-230. Ba Ba Barnes DJ, Taylor RB, Lough JM. 2003. Measurement of luminance in coral skeletons. J Exp Mar Biol Ecol 295: 91-106
4 6 46
Barn nes D Barnes DJ, Taylor RB. 2005. On the nature and causes of luminescent lines and ba bands in coral skeletons: I. Contribution of skeletal crystal. J Exp Mar Biol Ec Ecol 322: 135-142. Blackk BA BA, Copenheaver CA, Frank DC, Stuckey MJ, Kormanyos RE. 2009. Multipro proxy reconstructions of northeastern Pacific sea surface suhue data from tre trees and Pacific geoduck. Palaeogeo Palaeoclim Palaeoecol 278: 40–47 Birke eland C. 1997. Life and death of coral reefs. Chapman and Hall. New York. Birkeland o K Boto K,, Isdale PJ. 1985. Fluorescent bands in massive corals result from tte e er terrestrial fulvic acid inputs to nearshore zone. Nature 315: 396-397. Brigg gs R gs Briggs RW, Sieh K, Meltzner AJ, Natawidjaja D, Galetzka J, Suwargadi B, Hsu YJJ,, Simons S M, Hananto N, Suprihanto I, Prayudi D, Avouac J-P, Prawirodirjo L,, Bock Y. 2006. Deformation and slip along the Sunda megathrust in the L gr g re 2005 Nias-Simeulue earthquake. Science 311: 1897-1901. great Budd de em m Buddemeier RW, Maragos JE, Knutson DW. 1974. Radiographic studies of reef cco o or exoskeletons: Rates and patterns of coral growth. J Exp Mar Biol Ecol coral 1 14 4 179-199. 14: Burg gesss SN, McCulloch MT, Mortimer GE, Ward TM. 2009. Structure and growth Burgess rrates ra at of the high-latitude coral: Plesiastrea versipora. Coral Reefs 28:10051 10 0 1015. Carric icca arrt Carricart-Ganivet JP. 2004. Sea surface suhue and the growth of the West At A tl Atlantic reef-building coral Montastrea annularis. J Exp Mar Biol Ecol 302: 24 2 4 249-260. Carri icart Carricart-Ganivet JP, Lough JM, Barnes JD. 2007. Growth and luminance cha characteristic in skeletons of massive Porites from a depth gradient in the cen central Great Barrier Reef. J Exp Mar Biol Ecol 351: 27-36. Carri icart Carricart-Ganivet JP, Merino M. 2001. Growth responses of reef-building coral Mo Montastrea Annularis a long of gradient of continental influence in the sou southern Gulf of Mexico. Bull Mar Sci 68 (10): 133-146. Carri icart Carricart-Ganivet JP, Barnes DJ. 2007. Densitometry from digitized images of Xrra ad radiographs: methodology for measurement of coral skeletal density. J Exp Ma M a Biol Ecol 365: 142–147. Mar Cast tro ro P Castro P, Huber M. 2000. Marine Biology – 3rd ed. Mc Graw Hill Co. Cellie errs s L, Schleyer MH. 2002. Coral bleaching on high-latitude marginal reefs at Celliers So S o Sodwana Bay, South Africa. Mar Pollut Bull 44: 1380-1387. Clause sse en CD. 1971. Effects of temperature on the rate 45Ca uptake Pocillopora Clausen damicornis. Lenhoff HM, Muscatine L, Davis LV (editor). Experimental d da a C Co Coelenterate Biology. University Hawaii Press. Honolulu. Cole es SL S L Jokiel PL. 1978. Synergistic effectof temperature, salinity, and light on Coles SL, he h e hermatypic coral Montipore veruccosa. Mar Biol 49: 187-195.
47
Co Correge T, Gagan MK, Beck JW, Burr GS, Cabioch G dan Le Cornec F. 2004. Interdecadal variation in the extent of South Pacific tropical waters during the Younger Dryas event. Nature 428: 927-929. Co Correge T. 2006. Sea surface suhue and salinity reconstruction from coral geochemical tracers. Palaeogeogr Palaeoclimatol Palaeoecol 232: 408428. J Exp Mar Biol Ecol 344: 67–72. D Arrigo R. Wilson R. 2008. El Nino and Indian Ocean influences on Indonesia D’ drought: implications for forecasting raifall and crop productivity. Int J Climatol 28: 611-616. Da D a Davalos-Dehullu, H Hernadez-Arana, JP Carricart-Ganivet. 2008. On The Causes of Density banding in Skeletons of Corals of the Genus Montastrea. J Exp Mar Biol Ecol 365: 142-147. De D e Dean SM, McNeill LC, Henstock TJ, Bull JM, Gulick SPS, Austin Jr JA, Bangs NLB, Djajadihardja YS, Permana H. 2010. Contrasting Décollement and Prism Properties over the Sumatra 2004–2005 Earthquake Rupture Boundary. Science 329: 207-210. Do D o Dodge RE, Brass GW. 1984. Skeletal extension, density, and calcification of the reef coral , Montastrea annularis: St. Croix , U.S. Virgin Islands. Bull Mar Sci 34: 288-307. Do D o Dodge RE, Vaisnys JR. 1975. Hermatypic coral growth banding as environmental recorder. Nature 258: 706-708. Dr D u Druffel ERM, King LL, Belastock RA, Buesseler KO. 1990. Growth rate og deepsea coral using 210Pb and others isotopes. Geochim Cosmochim Acta 54: 1493-1500. Ga Gagan MK, LK Ayliffe, JW Beck, JE Beck, JE Cole, ERM Druffel, RB Dunbar, DP Schrag. 2000. New views of tropical paleoclimates from corals. Quart Sci Rev 19: 45-46. Gil IP, Dickson JAD, Hubbard DK. 2006. Daily banding in corals: Implications for Gill paleoclimatic reconstruction and skeletonization. J Sedimen Res 76: 683688. G Gu Guzman HM, Tudhope AW. 1998. Seasonal variation in skeletal rate and stable isotopic (13C/12C and 18O/16O) composition in response to several environmental variables in Carribean reef coral Siderastrea siderea. Mar Ecol Prog Ser 166: 109-118. Ha H a Halfar J, Steneck RS, Joachimski M, Kronz A, Wanamaker AD Jr. 2008. Coralline red algae as high-resolution climate recorders. Geology 36: 463-466. H Ha Hart SR, Cohen AL. 1996. An ion probe study of annual cycles of Sr/Ca and others trace elements in corals. Geochim Cosmochim Acta 60: 3075-3084.
4 8 48
Herm maw E, Komalaningsih K. 2008. Karakteristik Indian Ocean Dipole Mode di Hermawan Sa Samudera Hindia hubungannya dengan perilaku curah hujan di kawasan Su Sumatera Barat berbasis analisis mother wavelet. J Sains Dirgant 5: 10912 129. High hsmit RC. 1979. Coral growth rates and environmental control of density Highsmith ba banding. J Exp Mar Biol Ecol 37: 105-125. How we SA Howe SA, Marshall AT. 2002. Suhue effects on calcification rate and skeletal d de e deposition in temperate coral, Plesiastrea versipora (Lamarck). J Exp Mar B Bi io Ecol 275: 63-81. Biol Huds so on n JH, Shinn EA, Halley RB, Lidz B. 1976.Schlerochronology: a tool for Hudson iin nte interpreting past environments. Geology 4: 361-364. Jokie el P el Jokiel PL, Coles SL. 1977. Effects of temperature on the mortality and growth Ha H a Hawaiin reef corals. Mar Biol 43: 201-208. Juille et--Le Juillet-Leclerc A, Reynaud S, Rollion-Bard C, Cuif JP, Dauphin Y, Blamart D, F Fe e Ferrier-Pages C, Allemand D. 2009. Oxygen isotopic signature of the ssk kke skeletal microstructures in cultured corals: Identification of vital effects. G Ge e Geochim et Cosmoch Act 73: 5320-5332. Kajiw warra wa a K, Nagai A, Ueno S, Yokochi H. 1995. Examination of the effect of Kajiwara tte em temperature, light intensity, and zooxanthellae concentration on cca a al calcification and photosynthesis of Scleractinian coral Acropora pulchra. Fa F a Faculty of Marine Science. Tokai University. Tokyo. Knut tso on DW, Buddemeier RW, Smith SV. 1972. Coral chronometers: seasonal Knutson gro growth bands in reef corals. Science 177: 270-272. Lea D W Shen GT, Boyle EA. 1989. Corraliine barium records temporal variability DW, in e equatorial Pasific upwelling. Nature 340: 373-376. Lede er JJ, JJ Swart PK, Szmant AM, Dodge RE. 1996. The origins of variations in Leder the isotopic record of scleractinian corals: I. Oxygen. Geochim Cosmochim Ac Acta 60: 2857-2870. McC Culloc MT, Gagan MK, Mortimer GE, Chivas AR, Isdale PJ. 1994. A high McCulloch rre es resolution Sr/Ca and 18O coral record from the Great Barrier Reef, Australia, and the 1982-1983 El Nino. Geochim Cosmochim Acta 58:2747Au A u 27 2 7 2754. McC Cullo llloc MT, Fallon SJ, Wyndham T, Hendy EJ, Lough JM, Barnes DJ. 2003. McCulloch Co C o Coral record of increased sediment flux to the inner Great Barrier Reef sin European settlement. Nature 421: 727-730. si since McG Greg Gr ego HV, Abram NJ. 2008. Image of diagenetic textures in Porites corals McGregor ffrro fro from Papua New Guinea and Indonesia. Geochemi Geophysics G Ge Geosystems 9 (10): 1-17. McNe eilil, il, M McNeil, Matear RJ, Barnes DJ. 2004. Coral reef calcification and climate Change. the he effect of ocean warming. Geophys Res Lett 31: 1-4. the
49
No Nontji A. 1984. Peranan zooxanthellae dalam ekosistem terumbu karang. Oceana IX (3): 74-87 Ny Nybakken JW. 1993. Marine biology: An ecological approach. Third Edition. USA. Harpen Collins Publishers. Sa Saji NH, Goswami BN, Vinayachandran PN, Yamagata T. 1999. A dipole mode in the tropical Indian ocean. Nature. 401: 360-363. Sc S c Schone BR, Oschmann W, Kroncke I, Dreyer W, Janssen R, Rumohr H, Houk SD, Freyre Castro AD, Dunca E, Rössler J. 2003. North Atlantic Oscillation dynamics recorded in shells of a long-lived bivalve mollusk. Geology 31: 1237–1240. Su S u Suyarso. 2007. Pengangkatan Daratan Akibat Gempa Aceh (2004) dan Nias (2005) dan Dampaknya terhadap Ekosistem Pesisir. Osean dan Limno di Indones 33: 413-426. Su Su Supriharyono. 2004. Growth rates of the massive coral Porites Lutea Edward and Haime, on the coast of Bontang, East Kalimantan, Indonesia. J Coast Develop 7: 143-155. Ta T a Taylor RB, Barnes DJ, Lough JM. 1993. Simple models of density band formation in masive corals. J Exp MaR Bil Ecol 167: 109-125. Tu T u Tudhope AW, Shimmield GB, Chicott CP, Jepp M, Fallick AE, Dalgleish AN. 1995. Recent changes in climate in the far western equatorial Pasific and their relationshipto the Southern Oscillation; oxygen isotope records from massive corals, Papua New Guinea. Earth Planet Sci Lett 136: 575-590. Ve Veron JEN. 1986. Corals of Australia and Indo-Pacific. Angas and Robertson, UNSW Press. Ve Veron JEN. 1995. Coral in Space and Time: The biogeography and evaluation of The scleractinia. London. UNSW Press. Ya Yamagata T, Behera SH, Rao SA, Guang Z, Ashok K, Saji HN. 2002. The Indian Ocean Dipole: a Physical Entity. CLIVAR Exchanges: selected research papers 24: 1-6. Ya J, Liu Q, Xie S, Liu Z, Wu L. 2007. Impact of the Indian Ocean SST basin Ya Yang mode on the Asian summer monsoon. Geophys Res Lett 34: 1-5. Ye Y e Yentsch CS, Yentsch CM, Cullen JJ, Lapointe B, Phinney DA, Yentsch SW. 2002. Sunlight and water transparency: cornerstones in coral research. J Exp Mar Biol Ecol 268: 171-183. Wa Wa Wanamaker AD Jr, Kreutz KJ, Schöne BR, Pettigrew N, Borns HW, Introne DS, Belknap D, Maasch KA, Feindel S. 2008. Coupled North Atlantic slopewater forcing on Gulf of Maine suhues over the past millennium. Clim Dyn 31: 183-194.
5 0 50
Web ber JN, J White EW, Weber PH. 1975. Correlation of density banding in reef Weber cor skeletons with environmental parameters: the basic for interpretation coral of chronological records preserved in the coralla of corals. Paleobiology 1: 13 137-149.
LAMPIRAN
52
53
La Lampiran 1
Proses coring menggunakan peralatan SCUBA dan peralatan coring berupa bor pipa berukuran 2 inchi.
Pengambilan sampel core karang Porites di bawah air dengan peralatan SCUBA. Pe P e Pe P e Pengeboran dan pengumpulan sampel dilakukan oleh dua orang didalam air.
La L a Lampiran 2
Contoh batang core yang diperoleh dari hasil pengeboran atau coring.
Contoh core yang diperoleh setelah proses coring, disimpan didalam pipa 2 inchi Co Co nyang sudah dibelah untuk melindungi dampak yang timbul dalam proses n ny ya pengiriman sampel ke laboratorium. pe p e
5 4 54
Lamp piran 3 Lampiran
Penyemenan karang pada alumunium bar dan pengeringan
Penyemenan batang core di atas alumunium bar menggunakan semen putih Peny yem eme yang kering. Penyemenan diperuntukkan untuk memudahkan dalam g ccepat e proses pemotongan. Semen diharapkan dapat menjadi media pegangan dan prose es p es penstabil penssta abi dalam proses pemotongan menjadi slab.
Pengeringan pada oven pada suhu 600C selama 42 jam. Pengovenan sampel Peng ge erriin n dilakukan dilak kku ukka a untuk pengawaetan sampel, mencegah kerusakan sampel karena kand du un ng kandungan air yang ada didalam sampel, serta pengeringan semen sebelum prose es p es proses pemotongan dilakukan.
55
La Lampiran 4
Proses pemotongan core karang
Proses pemotongan core menggunakan gerinda ukuran ketebalan 2 mm. Pr P ro kecepatan proses pemotongan diatur agar core yang dipotong menjadi slab tidak kke ec rusak. rru us
Peralatan pemotong yang digunakan telah didesain untuk membantu Pe P e pemotongan slab. Alat pemotong telah dimodifikas sehingga dapat p pe e menempatkan alumunium bar yang digunakan untuk meletakkan core karang m e Porites. Po P o
5 6 56
Lamp piran 5 Lampiran
Slab karang yang dipotong empat bagian.
Cont toh h slab karang yang dihasilkan dari pemotongan core. Slab yang dipakai Contoh adala ah ssalah satu dari 2 slab yang dihasilkan. Slab sisanya akan disimpan dan ah adalah akan n dipergunakan diip p untuk keperluan lainnya. Lamp pirran 6 Lampiran
Foto luminescence
Peng ga am m Pengambilan foto dengan menggunakan cahaya lampu (kiri) dan pengambilan foto tanpa tanp ta np cahaya/foto luminansi (kanan).
57
La Lampiran 7
Hasil digital foto x-ray core karang Simeulue
5 8 58
Lamp piran 8 Lampiran
Data suhu permukaan laut (0C) bulanan Simeulue 2000-2009
lattitude longitude 200 2000 00 January-00 February-00 March-00 April-00 May-00 June-00 July-00 August-00 September-00 October-00 November-00 December-00 2001 200 01 01 January-01 February-01 March-01 April-01 May-01 June-01 July-01 August-01 September-01 October-01 November-01 December-01 2002 200 02 January-02 February-02 March-02 April-02 May-02 June-02 July-02 August-02 September-02 October-02 November-02 December-02
2,50 96,50 29,19 29,21 29,31 29,34 29,79 29,80 29,55 29,53 29,28 28,94 29,16 28,64 28,86 29,25 29,59 29,39 29,97 29,68 29,74 29,41 28,97 28,89 28,14 29,16 29,73 29,64 30,02 30,22 29,95 29,69 29,81 29,50 29,35 29,49 29,42 29,27
3,50 Rata-rata 95,50 28,99 29,09 29,13 29,17 29,37 29,34 29,29 29,31 29,80 29,80 29,79 29,79 29,49 29,52 29,27 29,40 29,14 29,21 28,71 28,82 29,06 29,11 28,71 28,68 28,77 28,82 29,27 29,26 29,84 29,71 29,42 29,40 29,99 29,98 29,60 29,64 29,47 29,61 29,08 29,25 28,74 28,86 28,73 28,81 28,25 28,19 29,37 29,26 29,65 29,69 29,69 29,67 30,00 30,01 30,58 30,40 30,12 30,04 29,96 29,82 29,96 29,88 29,48 29,49 29,46 29,40 29,43 29,46 29,28 29,35 29,22 29,24
59
lattitude longitude 2 2003 January-03 February-03 March-03 April-03 May-03 June-03 July-03 August-03 September-03 October-03 November-03 December-03 2004 2 January-04 February-04 March-04 April-04 May-04 June-04 July-04 August-04 September-04 October-04 November-04 December-04 2005 2 January-05 February-05 March-05 April-05 May-05 June-05 July-05 August-05 September-05 October-05 November-05 December-05
2,50 96,50 29,45 29,75 30,17 30,03 30,02 29,86 29,62 29,42 29,20 28,93 28,63 28,77 29,64 29,67 29,71 30,19 30,27 30,11 29,35 29,82 29,40 29,28 29,26 29,22 29,53 30,13 30,32 30,36 30,33 30,10 29,75 29,71 29,56 29,17 28,74 28,74
3,50 Rata-rata 95,50 29,39 29,42 29,77 29,76 30,15 30,16 30,15 30,09 30,29 30,15 30,02 29,94 29,60 29,61 29,23 29,32 29,08 29,14 28,84 28,88 28,73 28,68 28,83 28,80 29,59 29,62 29,64 29,65 29,44 29,58 30,10 30,14 30,29 30,28 30,12 30,12 29,31 29,33 29,73 29,78 29,32 29,36 29,20 29,24 29,25 29,25 29,41 29,32 29,43 29,48 29,93 30,03 30,22 30,27 30,39 30,38 30,29 30,31 30,01 30,06 29,57 29,66 29,53 29,62 29,37 29,46 28,96 29,06 28,80 28,77 28,84 28,79
6 0 60
lattitude longitude 200 2006 06 January-06 February-06 March-06 April-06 May-06 June-06 July-06 August-06 September-06 October-06 November-06 December-06 2007 200 07 07 January-07 February-07 March-07 April-07 May-07 June-07 July-07 August-07 September-07 October-07 November-07 December-07 2008 200 08 January-08 February-08 March-08 April-08 May-08 June-08 July-08 August-08 September-08 October-08 November-08 December-08
2,50 96,50 29,08 29,60 29,57 29,55 29,95 30,45 29,95 29,91 29,07 28,54 28,78 29,07 29,20 29,89 29,84 29,99 30,03 29,73 29,60 29,53 29,25 28,99 28,80 29,08 29,29 29,88 29,26 29,36 30,07 29,96 29,38 29,30 29,02 29,04 29,22 28,86
3,50 Rata-rata 95,50 29,16 29,12 29,55 29,58 29,51 29,54 29,59 29,57 30,06 30,00 30,18 30,32 29,65 29,80 29,80 29,86 29,19 29,13 28,69 28,62 28,90 28,84 29,13 29,10 29,22 29,21 29,76 29,83 29,67 29,76 29,97 29,98 30,04 30,03 29,81 29,77 29,35 29,48 29,33 29,43 29,10 29,18 29,02 29,00 28,79 28,79 29,04 29,06 29,19 29,24 29,63 29,76 29,24 29,25 29,45 29,41 30,06 30,07 29,95 29,96 29,45 29,41 29,18 29,24 28,94 28,98 28,95 29,00 29,27 29,24 28,74 28,80
61
lattitude longitude 2 2009 January-09 February-09 March-09 April-09 May-09 June-09 July-09 August-09 September-09 October-09 November-09 December-09 2010 2 January-10 February-10 March-10 April-10
Lampiran La L a 9
2,50 96,50 29,16 29,54 29,43 29,76 30,02 30,19 29,94 29,72 29,50 29,67 29,22 29,13 29,38 30,12 30,28 30,11
3,50 Rata-rata 95,50 29,16 29,16 29,68 29,61 29,57 29,50 29,91 29,83 30,00 30,01 30,12 30,16 29,89 29,91 29,67 29,70 29,29 29,40 29,40 29,53 29,16 29,19 29,20 29,16 29,42 29,40 30,01 30,07 30,30 30,29 30,31 30,21
Rata-rata suhu permukaan laut tahunan Simeulue (0C)
Tahun
utara
selatan
2009
29,23
29,32
2008
29,21
29,25
2007
29,74
29,67
2006
29,51
29,49
2005
29,62
29,66
2004
29,61
29,70
2003
29,45
29,46
2002
29,43
29,49
2001
29,34
29,39
2000
29,59
29,61
6 2 62
Lamp piran 10 Profil transek core Pulau Ina Lampiran
200 20 00
Luminanc e Index
190 19 90
180 18 80 80
170 17 70
160 16 60
cm
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Lamp pirran 11 Profil transek core Langi Lampiran
200 20 00
Lu m in an c e Ind ex
19 90 190
18 80 180
17 70 170
160 16 60
cm
2000
2001 2002
2003
2004
2005 2006 2007 2008 Tahun
2009
63
La Lampiran 12 Profil transek core Labuan Bajau 200
Lu L umin na an nc c e IIn n de x
190
180
170
160
cm
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
La L a Lampiran 13 Profil transek core Teluk Busong 200
L um ina nc e In d ex
190
180
170
160
cm
2000
2001
2002
2003
2004 2005
2006 Tahun
2007
2008
2009
6 4 64
Lamp piran 14 Hasil pengukuran pertumbuhan karang Porites Simeulue Lampiran (cm/tahun)
Labuan
Tahun Tahu
Pulau Ina
Langi
Teluk Busong
2009 2 009
1,44
1,16
1,14
0,87
2008 2 20 008 0
1,76
0,77
1,36
1,54
2007 2 20 007 07
1,27
0,91
0,98
1,10
2006 2 20 006 06
1,31
0,74
1,80
0,92
2005 2 20 00 05 5
1,12
0,78
0,58
1,37
2004 2 20 00 04 4
0,56
1,47
1,01
1,21
2003 2 20 003 03
1,30
1,48
1,45
1,43
2002 2 20 00 02 2
0,91
0,76
0,91
1,31
2001 20 001
1,70
0,92
0,87
1,23
2000 2 20 00 00 0
1,19
1,53
1,49
1,10
Bajau
65
DAFTAR ISTILAH
1. Annual growth band: Pita pertumbuhan tahunan yang ditunjukkan dengan corak gelap dan terang. 2. Annual growth rate: Laju pertumbuhan tahunan yang diartikan sebagai kecepatan pertumbuhan tahunan. 3 3.. Ahermatipik: Karang yang tidak membentuk terumbu atau tidak menghasilkan kapur sebagai hasil samping metabolismenya. 4 4.. Bleaching: Kehilangan zooxanthellae atau mikroalga simbionnya dikarenakan adanya tekanan dari lingkungan, sehingga terjadi perubahan fisik dari karang yang menjadikan warna karang putih. 5. Climate: Iklim diartikan sebagai kondisi cuaca dalam kurun waktu yang lama. 5. 6. Coral: Hewan karang yang merupakan invertebrata yang mengisi ekosistem 6. terumbu karang. Hewan karang ini ada yang menghasilkan deposit kapur (hermatipik) dan ada yang tidak menghasilkan deposit kapur (ahermatipik). 7. Coral extension: Penambahan panjang pertumbuhan pada karang 7. 8. Coral Growth: Pertumbuhan yang dapat diartikan sebagai penambahan 8. panjang (extension), penambahan kalsit (calcification), atau penambahan volume. 9. El Nino: Peristiwa anomali suhu permukaan laut yang terjadi di Laut Pasifik yang mengakibatkan terjadi perubahan pola cuaca, seperti curah hujan yang tinggi di Laut Pasifik timur dan kemarau di Indonesia. 10 Intersesimic: Waktu antara terjadinya gempa satu dengan gempa yang 10. lainnya. 11 Indian Ocean Dipole: Anomali suhu permukaan laut yang terjadi di Samudera 11. Hindia, biasanya terjadi mengikuti peristiwa El Nino. 12 Hermatipik: Karang yang menghasilkan deposit kapur atau terumbu selama 12 12. proses hidupnya. 13 1 3 Postseismic: Periode setelah terjadinya gempa 13. 14 1 4 Pristine: Kondisi alamiah yang belum terpengaruh aktifitas antropogennik 14. atau belum terjadi tekanan non-alamiah lainnya. 15 Saddle: Suatu bentuk unik dari daerah Simeulue yang menjadikan dampak 15 15. gempa berbeda antara selatan dan utara Simeulu. Saddle adalah gambaran terjadi turun naik yang bergantian antara dua titik yang berbeda.
6 6 66
16. S eism Seismic: Peristiwa gempa, didalam penelitian ini disebabkan oleh adanya p erge pergerakan lempeng benua. 17. S eas Seasonal growth band: Pita pertumbuhan musiman yang ditunjukkan dengan ccorak orak gelap atau terang. 18. S eas Seasonal growth rate: Laju pertumbuhan musiman yang diartikan sebagai kkecepatan ece pertumbuhan musiman. 19. S uhu permukaan laut: suhu yang berada pada daerah permukaan laut atau uh uhu Suhu da d ae erra yang masih dipengaruhi pencampuran karena angin (mixing layer). daerah 20. Zo Z oo ox x Zooxanthellae: mikoalga simbion pada hewan karang.