I Gede Auditta, Sutrisno, M. Achsin
Pengaruh Agency Cost terhadap Kebijakan Dividen I Gede Auditta Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Sutrisno M. Achsin Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Abstract: This study aimed to examine the effect of insider ownership, Ownership Dispersion, Free Cash Flow, Asset Collateralizable and Institutional Ownership on tigkat agency costs paid by the company, which is measured by the amount of the Dividend Payout Ratio companies listed in Indonesia Stock Exchange in the period between the years in 2008 until 2011 this type of research is to use secondary data with the model of explanation of science that aims to hypotesis testing. The data used in this study in the form of annual financial statements derived from the annual financial statements of a public company in 2008, 2009, 2010 and 2011 data collection technique used is the technique of data pooling or merging data. The results of this study indicate that the variables Insider Ownership does not have a significant effect on the Dividend Payout Ratio Asset Collateralizable while variable, instutional Ownership negative effect on Dividend Payout Ratio and Free Cash Flow positive effect on Dividend Payout Ratio. Keywords: insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow, collateralizable asset, instutional ownership, agency cost and dividen payout ratio Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Kepemilikan insider, Kepemilikan Dispersi, Arus Kas Bebas, Collateralizable Asset dan Kepemilikan Institusi terhadap tingkat biaya agensi yang dibayarkan perusahaan, yang diukur melalui besarnya Dividen Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu antara tahun tahun 2008 sampai 2011. Jenis penelitian ini adalah menggunakan data sekunder dengan model eksplanasi ilmu yang bertujuan untuk menguji hipotesis (Hypotesis testing). Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan tahunan yang diperoleh dari Laporan keuangan tahunan perusahaan publik tahun 2008, 2009, 2010 dan 2011. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pooling data atau penggabungan data. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Insider Ownership tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividen Payout Ratio sedangkan variabel Collateralizable Asset, Instutional Ownership berpengaruh negatif terhadap Dividen Payout Ratio dan Free Cash Flow berpengaruh positif terhadap Dividen Payout Ratio. Kata Kunci: insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow, collateralizable asset, instutional ownership, biaya agensi and dividen payout ratio
Pada era globalisasi seperti saat ini, persaingan dalam dunia bisnis menjadi semakin ketat. Bagi perusahaan
Alamat Korespondensi: I Gede Auditta, Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
284
publik, persaingan tidak hanya terjadi dalam satu sektor industri saja tetapi juga terjadi antar sektor industri. Gejala ini menunjukkan bahwasanya perusahaan yang tidak bergerak di bidang manufaktur juga sudah mulai mempunyai daya saing yang baik. Dalam kondisi demikian, setiap perusahaan dituntut untuk dapat beroperasi dengan tingkat efisiensi yang cukup tinggi agar tetap mempunyai keunggulan dan daya saing.
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME284 12 | NOMOR 2 | JUNI 2014
Pengaruh Agency Cost terhadap Kebijakan Dividen
Dengan begitu perusahaan dapat menghasilkan laba bersih seoptimal mungkin. Terkait perolehan laba tersebut perusahaan menetapkan kebijakan yang dapat dialokasikan pada dua komponen yaitu dividen dan laba ditahan. Dividen merupakan bagian dari laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa dalam bentuk tunai. Saldo laba (retained earning) adalah bagian dari laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa yang ditahan oleh perusahaan untuk diinvestasikan kembali (reinvestment) untuk mengejar pertumbuhan perusahaan. Kebijakan dividen merupakan keputusan yang ditetapkan oleh perusahaan terutama untuk menentukan besarnya laba yang dapat dialokasikan pada dua komponen yaitu dividen dan saldo laba. Kebijakan dividen mempunyai arti penting bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan kebijakan keuangan ini berpengaruh terhadap sikap atau reaksi investor yang berarti pemotongan dividen dapat dipandang negatif oleh para investor, karena pemotongan seperti itu sering kali dikaitkan dengan kesulitan keuangan yang dihadapi perusahaan. Selain itu, kebijakan keuangan ini berdampak pada program pendanaan dan anggaran modal perusahaan yang berkaitan dengan sumber pembiayaan (financing) perusahaan. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen maka akan mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya, jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pemenuhan kebutuhan dana dari sumber dana intern akan semakin besar dan hal ini akan menjadikan posisi financial dari perusahaan yang bersangkutan semakin kuat karena ketergantungan kepada sumber dana ekstern menjadi semakin kecil. Pembahasan ini erat kaitannya dengan munculnya masalah agensi antara manajemen perusahaan yang menginginkan laba untuk diinvestasikan dengan pihak investor yang menginginkan pembayaran dividen yang tinggi. Pada prinsipnya pengelolaan perusahaan memiliki tujuan untuk memberikan kemakmuran pada pemilik perusahaan. Secara professional, peran pengelolaan perusahaan ini dijalankan oleh para manajer yang memiliki porsi kepemilikan perusahaan dalam persentase yang sedikit atau bahkan tidak sama sekali. Pendelegasian wewenang pengelolaan perusahaan kepada para manajer ini berimplikasi terhadap adanya
pemisahan tugas antara manajemen (agent) perusahaan dengan pemegang saham selaku pemilik perusahaan. Pendelegasian tugas pengelolaan perusahaan ini sudah menjadi perbincangan sejak lama, terutama terkait adanya biaya yang harus dikeluarkan oleh pemilik perusahaan untuk melakukan kontrol terhadap kebijakan yang dikeluarkan pihak manajemen. Hubungan antara manajer dan pemilik perusahaan ini dijelaskan dalam agensi teori. Pada agensi teori dijabarkan, pihak manajemen adalah agen, sedangkan pemegang saham adalah prinsipal. Jensen dan Meckling (1976), yang memperlihatkan bahwa pemegang saham dapat meyakinkan diri mereka bahwa agen akan membuat keputusan yang optimal bila terdapat insentif yang memadai dan mendapatkan pengawasan (control) dari pemegang saham. Oleh karena adanya pemisahan antara pembuat keputusan dan pemilik perusahaan, timbul kemungkinan bahwa manajer sebagai pembuat keputusan akan cenderung lebih mengutamakan kepentingan pribadinya daripada membuat keputusan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. Pemegang saham berusaha menjaga agar pihak manajemen tidak terlalu banyak memegang kas, karena kas yang banyak akan mendorong pihak manajemen untuk menggunakan kas tersebut bagi kepentingan sendiri. Tindakan manajer yang tidak sesuai dengan kepentingan pemegang saham ini akan memicu munculnya masalah agensi (agensi problem), sehingga mengakibatkan timbulnya biaya agensi (agency cost). Timbulnya masalah agensi ini dapat dikurangi jika pihak manajemen dapat melaksanaan tanggung jawabnya dengan pengawasan yang memadai dari pemilik modal. Manajemen dalam hal ini, bertanggung jawab dalam meningkatkan nilai perusahan untuk memberikan hasil yang positif bagi pemegang saham, investor dan manajemen itu sendiri. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham, sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Pengeluaran investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan (signaling theory). Selain itu, peningkatan dividen juga dilakukan sebagai sinyal positif untuk memperkuat posisi perusahaaan dalam mencari tambahan dana dari pasar modal dan perbankan. Hal ini dikarenakan dividen mengandung informasi
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
285
I Gede Auditta, Sutrisno, M. Achsin
atau sebagai isyarat (signal) akan prospek perusahaan (Rozeff, 1982). Keputusan pembayaran dividen ini dianggap oleh beberapa pihak dapat mengurangi biaya agensi, karena merupakan salah satu komponen fundamental dari kebijakan korporasi. Easterbrook (1984) menyatakan bahwa dividen berperan penting mengontrol problem agensi, karena dapat mengurangi dana idle yang tersedia bagi manajer. Keputusan pembayaran sejumlah kas atau distribusi laba kepada pemegang saham merupakan keputusan yang diambil oleh perusahaan untuk mengurangi penggunaan kas yang tidak menguntungkan oleh manajer. Melalui pengalokasian dana pada pihak pemegang saham tersebut dapat menjadi sarana pengontrolan bagi pemegang saham, dengan tingginya kontrol yang dimiliki pemegang saham terhadap kinerja manajemen, maka akan berdampak pada menurunnya masalah agensi. Bagi para pemegang saham atau investor, dividen merupakan tingkat pengembalian investasi mereka berupa kepemilikan saham. Bagi pihak manajemen, dividen merupakan arus kas keluar yang mengurangi kas perusahaan, sehingga kesempatan untuk melakukan investasi menjadi berkurang. Bagi kreditor, dividen dapat menjadi sinyal mengenai kecukupan kas perusahaan untuk membayar bunga atau bahkan melunasi pinjaman. Kebijakan dividen yang cenderung membayarkan dividen dalam jumlah relatif besar akan mampu memotivasi investor untuk membeli saham perusahaan, karena perusahaan yang memiliki kemampuan membayar dividen diasumsikan masyarakat sebagai perusahaan yang menguntungkan. Penelitian mengenai teori agensi diawali oleh Jensen dan Meckling (1976) yang membahas beberapa hal yang menyangkut masalah agensi. Menurut Jensen dan Meckling (1976), manajer yang diangkat oleh pemegang saham seharusnya bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Faktanya, seringkali terjadi perbedaan keputusan antara manajer dan pemegang saham. Penelitian tentang pengaruhbiaya agensi terhadap dividend payout ratio yang dilakukan oleh Rozeff (1982) yang menunjukkan adanya hubungan antara agency cost dan dividend payout ratio. Rozeff (1982) menggunakan dividend payout ratio sebagai variabel dependen dan menggunakan dua variabel independen
286
yaitu insider ownership serta jumlah saham yang beredar sebagai proksi dari agency cost. Insider ownership adalah jumlah saham yang dimiliki oleh direksi dan komisaris. Rozeff menyimpulkan bahwa pembayaran dividen yang optimal bias meminimalkan jumlah dari agency cost dan transaction cost (biaya transaksi) dari pendanaan eksternal. Alli, et al. (1993) menjelaskan bahwa semakin meningkat jumlah pemegang saham, maka agensi konflik dan kebutuhan untuk memonitor tindakan manajemen meningkat. Apabila dividen dapat mengurangi konflik ini, maka hubungan yang positif diharapkan bisa terjadi antara jumlah pemegang saham biasa dengan dividend payout ratio. Penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa insider ownership yang tinggi akan menyebabkan rendahnya agensi konflik dan kemudian akan berpengaruh terhadap rendahnya pembayaran dividen. Dalam penelitian ini Alli, et al. (1993) menemukan adanya hubungan yang positif antara jumlah pemegang saham biasa dengan dividend payout ratio dan hubungan yang negatif antara insider ownership dengan dividend payout ratio. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Mollah (2000) yang meneliti tentang pengaruh agency cost terhadap kebijakan dividen pada emerging market. Pada penelitiannya ini, Mollah menggunakan insider ownership, dispersion of ownership, free cash flow, dan collateralizable asset sebagai proksi dari agency cost. Hasil penelitian Mollah menunjukkan adanya hubungan yang positif antara variabel dispersion of ownership, free cash flow, dan collateralizable asset terhadap dividend payout ratio. Adanya hubungan yang positif antara free cash flow dan dividend payout ratio mengindikasikan bahwa jika perusahaan mempunyai free cash flow, maka perusahaan cenderung membayar dividen untuk mengurangi agency cost. Sedangkan satu variabel lainnya yaitu insider ownership berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio. Dari hasil penelitian tersebut, Mollah menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh agency cost terhadap kebijakan dividen pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Dhaka Stock Exchange. Hasil penelitian ini konsisten dengan temuan studi empiris sebelumnya dan mendukung teori mengenai adanya pengaruh agency cost terhadap kebijakan dividen.
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 2 | JUNI 2014
Pengaruh Agency Cost terhadap Kebijakan Dividen
Besarnya dividen tergantung kebijakan dividen masing-masing perusahaan. Dalam penelitian ini, kebijakan dividen diukur dengan dividend payout ratio yang merupakan perbandingan antara jumlah dividen kas yang dibayarkan dengan pendapatan per lembar saham dengan laba per lembar saham perusahaan. Ang (1997) menyatakan bahwa dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan saldo laba ditahan (retained earning) yang ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan. Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Apabila perusahaan penerbit saham mampu menghasilkan laba yang besar maka ada kemungkinan pemegang sahamnya akan menikmati keuntungan dalam bentuk dividen yang besar pula.
besar dan kompleks. Tujuan utama yang harus dicapai adalah memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Dengan demikian manajemen dipandang sebagai agen dari pemilik perusahaan yang memperkerjakan mereka, memberikan hak dan wewenang untuk mengambil keputusan terbaik yang menguntungkan pemilik perusahaan. Teori agensi yang disampaikan oleh Jensen dan Meckling menunjukkan bahwa terdapat konflik alami tentang kepentingan pemegang saham dan manajer perusahaan, yang membawa pada kemungkinan bahwa manajer akan membuat keputusan yang kurang optimal dengan mengorbankan kepentingan pemegang saham. Dengan mengakui dampak konflik antara kepemelikan manajer, maka pasar membuat estimasi tidak bias tentang biaya yang ditimbulkan dan pengurangan nilai pemegang saham perusahaan (Mahmoud, et al., 1998).
Teori Agensi (Agency Theory)
Agency Cost
Pendapat mengenai teori agensi diawali oleh Jensen dan Meckling (1976) yang mendefinisikan hubungan agensi sebagai sebuah perjanjian di mana satu orang atau lebih (principal) manugaskan orang lain (agen) untuk melakukan beberapa pekerjaan demi kepentingan mereka yang melibatkan pendelegasian beberapa otoritas pengambilan keputusan agen. Berdasarkan pernyataan diatas, sudah seharusnya manajer sebagai agen bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham (principal), yaitu memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Namun pada kenyataannya, dalam menjalankan tugas manajerialnya, manajemen memiliki tujuan pribadi yang bertentangan dengan tujuan pemegang saham. Perbedaan kepentingan antara manajer (agen) dan principal ini akan memicu timbulnya masalah agensi yang disebabkan adanya pemisahan fungsi antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Masalah ini timbul karena adanya kecenderungan dari manajemen untuk melakukan moral hazard dalam memaksimalkan kepentingannya sendiri dengan mengorbankan kepentingan pihak principal. Pengendalian perusahaan dewasa ini sering diserahkan kepada manajer profesional yang bukan pemilik perusahaan. Pemilik tidak mampu lagi karena keterbatasan untuk mengendalikan perusahaan yang semakin
Sartono (2000:13) menyatakan bahwa biayabiaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperkecil masalah agensi disebut dengan biaya agensi, mencakup biaya untuk membuat sistem informasi keuangan yang baik, biaya akuntan publik untuk mengaudit laporan keuangan agar tidak terjadi penyelewengan, pemberian insentif kepada manajemen termasuk karyawan, pengangkatan anggota komisaris dari luar perusahaan agar netral, biaya pengawasan manajemen, pengeluaran untuk menata organisasi agar tidak terjadi penyimpangan dan opportunities cost yang harus ditanggung karena adanya batasan baik dari pemegang saham maupun kreditur. Untuk meyakinkan bahwa manajer bekerja sungguh-sungguh untuk kepentingan pemegang saham, maka harus mengeluarkan biaya yang disebut agency cost yang meliputi pengeluaran untuk memonitor kegiatan manajer, pengeluaran untuk membuat struktur organisasi yang meminimalkan tindakantindakan manajer yang tidak diinginkan serta opportunity cost yang timbul akibat dari kondisi di mana manajer tidak dapat segera mengambil keputusan tanpa persetujuan pemegang saham (Jensen dan Meckling, 1976). Skema kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagaimana gambar 1.
Kebijakan Dividen
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
287
I Gede Auditta, Sutrisno, M. Achsin
Insider Ownership (IO) = X1
Institutional ownership (INST) = X2 DividendPayou t Ratio (DPR) = (Y)
Dispersion of Ownership (DO) = X3
Free cash flow (FCF) = X4
Collaterizable Asset (CA) = X5 Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
Hipotesis Penelitian
METODE
Hipotesis penelitian ini menunjukan pengkaitan teori serta penelitian terdahulu yang mendasari penyusunan hipotesis penelitian itu sendiri. Dimulai dengan pengaruh Insider ownership, institutional ownership, dispersion of ownership, free cash flow, serta pengaruh collateralizable asset terhadap biaya agensi yang diproksi dengan dividend payout ratio. H1 : insider ownership (IO) berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio (DPR). H2 : institutional ownership (INST) berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio (DPR). H3 : dispersion of ownership (DO) berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio (DPR). H4 : free cash flow (FCF) berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio (DPR). H5 : collateralizable asset (CA) berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio (DPR).
Jenis Penelitian
288
Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan eksplanasi ilmu yang bertujuan untuk menguji hipotesis (hypothesis testing). Penelitian ini bersifat replikasi ekstensi, yaitu penelitian yang mengekstensi hipotesishipotesis yang telah dikembangkan oleh peneliti yang lain untuk menghasilkan sebuah model baru yang lebih lengkap atau lebih menyeluruh atau lebih fokus degan beberapa hipotesis. Penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan mengenai pengaruh agency cost yang terdiri dari proksi insider ownership (IO), institutional ownership (INST), dispersion of ownership (DO), free cash flow (FCF), dan collateralizable asset (CA) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu antara tahun 2008 sampai dengan 2011.
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 2 | JUNI 2014
Pengaruh Agency Cost terhadap Kebijakan Dividen
Populasi Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu antara tahun 2008 sampai dengan 2011, selama periode tersebut terdapat 154 perusahaan, sehingga total populasi selama empat tahun periode penelitian menjadi sebanyak 616 perusahaan.
Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel dari target yang akan mampu menyediakan informasi yang diinginkan karena mereka adalah satu-satunya yang bisa memberikan informasi yang dibutuhkan atau karena sesuai dengan kriteria tertentu yang ditetapkan peneliti (Sekaran, 2003:235). Penggunaan teknik ini karena pemilihan sampel penelitian didasarkan pada pertimbangan agar sampel penelitian memenuhi kriteria untuk diuji. Dengan kata lain, sampel yang diperoleh nantinya dapat benar-benar memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitiannya, maka setiap sampel harus sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Pada penelitian ini diperoleh 104 perusahaan yang memenuhi kriteria, sehingga jumlah sampel keseluruhan menjadi 416 perusahaan sampel. Adapun kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah: (1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menurut kriteria Indonesian Capital Market Directory (ICMD) selama periode 2008 sampai dengan tahun 2011 dan memiliki laporan keuangan yang
lengkap sesuai dengan informasi yang diperlukan. (2) Perusahaan tersebut telah mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit secara teratur sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. (3) Perusahaan tersebut membagikan dividen selama periode penelitian.
Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan dari berbagai pusat data yang ada. Data sekunder penelitian ini berupa data laporan keuangan tahunan yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2008, 2009, 2010 dan 2011. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pooling data atau penggabungan data.
Metode Analisis Data Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi berganda dengan menggunakan program SPSS 17.Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (X) dalam hal ini adalah insider ownership (X1), institutional ownership (X2), dispersion of ownership (X3), free cash flow (X4 ), serta collateralizable asset (X5 ) terhadap variabel dependen (Y) yang dalam penelitian ini adalah dividend payout ratio dan untuk pengujian hipotesis.
HASIL Penelitian ini mencoba menguji sebuah model regresi mengenai pengaruh biaya agensi terhadap kebijakan dividen perusahaan. Untuk memberikan gambaran karakteristik data penelitian maka dilakukan
Tabel 1. Perusahaan Manufaktur 2011
Keterangan Tahun Jumlah perusahaan publik terdaftar di BEI tahun 2011 Perusahaan dengan laporan keuangan tidak bermata uang Rupiah
154 (2)
Perusahaan dengan laporan keuangan tidak bertanggal 31 Desember Perusahaan dengan laporan keuangan tidak lengkap dan atau laporan keuangan tidak diperoleh
(2) (31)
Jumlah sampel penelitian
104
Sumber: data diolah dari laporan tahunan
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
289
I Gede Auditta, Sutrisno, M. Achsin
analisis deskriptif data. Statistika deskriptif berupa nilai rata-rata, nilai maksimum, minimum serta standar deviasi. Tabel 2 berikut ini menyajikan statistik deskriptif variabel insider ownership, institutional ownership, dispersion ownership free cash flow, Collateralizable asset, dan DPR.
dan rasio utang tertinggi adalah 17,00. Standar deviasi dari variabel Leverage adalah 7.9712. Variabel Collateralizable menunjukkan nilai minimum adalah 3,00 nilai maksimum adalah 96,00 dengan rata-rata Collateralizable adalah 44.5986. Hal ini berarti nilai Collateralizable terendah dalam
Tabel 2. Hasil Analisis Deskriptif Variabel N DPR InsiderOwnership
Minimum Maximum 416 .00 .27 416 1.50 15.00
Mean Std. Deviation .1574 .07959 7.8245 4.01359
Institutional ownership Dispersion Ownership
416 416
15.00 2.00
95.00 83.00
67.9428 24.2327
17.63102 17.68912
FreeCashFlow Collaterizable
416 416
-16.00 3.00
17.00 96.00
7.9712 44.5986
8.94557 19.34668
Sumber: Lampiran(data diolah)
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan nilai minimum dari variabel Insider Ownership adalah 1,5 dan nilai maksimum adalah 15,00 dengan rata-rata Insider Ownership adalah 7.8245, sedangkan standar deviasi dari variabel Insider Ownership adalah 4.01359. Hal ini berarti jumlah Insider Ownership terendah adalah sebesar 1,5 dan jumlah Insider Ownership terbesar adalah 15,00 dan nilai rata-rata Insider Ownership dari seluruh sampel penelitian adalah 7.8245. Variabel Institutional ownership perusahaan menunjukkan nilai minimum adalah 15.00 nilai maksimum adalah 95.00 dengan rata-rata Institutional ownership adalah 67.9428, sedangkan standar deviasi dari variabel Institutional ownership adalah 17.63102. Hal ini berarti Institutional ownership terendah dalam penelitian ini adalah 15.00, dan Institutional ownership tertinggi dalam penelitian ini adalah 95.00. Variabel Dispersion Ownership menunjukkan nilai minimum adalah 2.00 nilai maksimum adalah 83.00 dengan rata-rata 24.2327. Hal ini berarti perusahaan memiliki Dispersion Ownership terendah adalah sebesar 2,00 dan nilai Dispersion Ownership tertinggi adalah 83,00. Standar deviasi dari variabel Dispersion Ownership adalah 24.2327. Variabel Free Cash Flow menunjukkan nilai minimum adalah -16,00 nilai maksimum adalah 17,00 dengan rata-rata 7.9712. Hal ini berarti perusahaan mempunyai Free Cash Flow terendah adalah -16,00 290
penelitian ini adalah 3,00 dan nilai Collateralizable tertinggi dalam penelitian ini adalah 96,00. Standar deviasi dari variabel Collateralizable adalah 44.5986. Tabel 2 juga menunjukkan nilai minimum dari variabel DPR adalah 0,00 dan nilai maksimum adalah 0,27 dengan rata-rata DPR adalah .1574, sedangkan standar deviasi dari variabel DPR adalah 0,07959. Hal ini berarti jumlah DPR terendah adalah sebesar 0,00 dan jumlah DPR terbesar adalah 0,27 dan nilai rata-rata DPR dari seluruh sampel penelitian adalah 0,07959.
PEMBAHASAN Pengaruh Insider Ownership terhadap Dividend Payout Ratio Hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa variabel Insider ownership tidak berpengaruh terhadap DPR. Hasil ini menunjukan bahwa peningkatan maupun penurunan Insider ownership tidak mempengaruhi penurunan maupun peningkatan biaya modal perusahaan atau DPR. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Rozeff (1982), Jensen, et al. (1992), Alli, et al. (1993). Tetapi temuan ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Handoko (2002), yang menyatakan bahwa insider ownership tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap divi-
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 2 | JUNI 2014
Pengaruh Agency Cost terhadap Kebijakan Dividen
dend payout ratio. Demikian juga Sudarma (2004), hasil pengujian pengaruh kepemilikan manajerial terhadap struktur modal mempunyai hubungan negatif tetapi tidak signifikan. Hasil ini juga mendukung temuan Claessen, et al. (2000) dalam Sudarma (2004) yang menyatakan bahwa belum terdapat pemisahan yang jelas antara kepemilikan dan pengelolaan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dapat disebabkan karena sebagian besar perusahaan publik di Indonesia masih dimiliki oleh keluarga pendiri (founders) dan posisi penting di perusahaan (direktur dan komisaris) masih dipegang oleh anggota keluarga pendiri. Selain itu kebanyakan perusahaan publik masih dikendalikan melalui institusi, dan pemegang saham mayoritas dikendalikan oleh holding company. Manajemen masih di bawah kendali atau merupakan kepanjangan tangan pemegang saham mayoritas yang dikendalikan oleh keluarga pendiri melalui kepemilikan institusi. Dengan kata lain, dalam kondisi seperti ini apa yang menjadi pendapat pemegang saham terbesar atau pendapat founders juga menjadi pendapat manajer. Hasil ini juga sesuai dengan hasil penelitian Temuan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suwaldiman dan Aziz (2006) serta Wahyudi dan Baidori (2008) yang menyatakan bahwa variabel insider ownership tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Perbedaan temuan ini dengan agency theory dimungkinkan karena adanya perbedaan struktur budaya antara Indonesia dengan negara tempat teori tersebut dikembangkan awalnya, baik dari segi historis maupun sosial masyarakat tempat teori tersebut dikembangkan awalnya. Selain itu keadaan pasar modal di Indonesia yang relatif masih belum mencerminkan tujuan dibentuknya pasar modal itu sendiri yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui dua fungsi yaitu fungsi ekonomi dan keuangan. Tetapi manfaat yang diperoleh dari keberadaan pasar modal kita hanya menguntungkan sebagian kecil rakyat Indonesia, karena hanya sebagian kecil masyarakat kita yang menggunakan pasar modal sebagai alternatif pendanaan selain perbankan.
Pengaruh Institutional Ownership terhadap Dividend Payout Ratio
yang dilakukan perusahaan dengan DPR perusahaan. Sehingga dengan kata lain, peningkatan Institutional ownership yang dilakukan perusahaan memberikan dampak pada penurunan DPR perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Easterbook (1984), Mahmoud, et al. (1998) yang menyatakan bahwa institusional ownership akan dapat mempengaruhi manajemen sehingga dapat mengurangi agency cost, sehingga manajemen tidak perlu lagi membayarkan dividen yang besar. Penelitian ini juga sesuai dengan temuan Sudarma (2004) tentang peranan institusional ownership dalam mengurangi agency cost sehingga berpengaruh terhadap DPR dengan arah negatif. Konflik-konflik keagenan dapat dikurangi dengan suatu mekanisme pengawasan, pengontrolan dan mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait. Namun mekanisme tersebut menimbulkan biaya-biaya yang disebut sebagai biaya keagenan (agency cost). Hasil penelitian ini jelas menunjukan bahwa dengan adanya pemilikan institusional, maka dapat meningkatkan mekanisme pengawasan, sehingga biaya agensi tersebut dapat dikurangi. Hasil ini juga menunjukan bahwa kepemilikan institusional yang besar pada suatu perusahan dapat menekan tindakan opportunistic manajer. Tindakan opportunistic manajer sering dilakukan oleh manajer untuk memanfaatkan segala kesempatan demi mencapai tujuan pribadi. Ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bathala, et al., dalam Putra (2006) yang menyatakan bahwa penguasaan saham institusi dapat berfungsi sebagai monitoring dalam mengurangi agency cost.
Pengaruh Dispersion of Ownership terhadap Dividend Payout Ratio Pengaruh Dispersion of ownership terhadap Dividend payout ratio dalam penelitian ini tidak dapat disimpulkan karena Dispersion of ownership merupakan exclude variable. Hal ini terjadi karena ditemukan adanya multikoleniaritas antara variabel independen sehingga variabel Dispersion of ownership ini harus dikeluarkan. Oleh karena itu peneliti tidak melanjutkan untuk melakukan pembahasan terhadap variabel Dispersion of ownership tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukan adanya pengaruh negatif yang signifikan antara Institutional ownership TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
291
I Gede Auditta, Sutrisno, M. Achsin
Pengaruh Free Cash Flow terhadap Dividend Payout Ratio Pada inti dari theory free cash flow oleh Jensen (1986) terdapat masalah keagenan (agency problem) antara para manajer dengan pemegang-saham atas distribusi free cash flow yang dilakukan perusahaan. Dengan kata lain free cash flow menuntut adanya biaya agensi yang tinggi karena diperlukan pengawasan terhadap free cash flow yang dikelola oleh perusahaan. Hal ini tidak akan terjadi jika free cash flow tersebut dibayarkan kepada pihak pemegang saham dalam bentuk dividen sehingga dapat menurunkan biaya agensi. Hal inilah yang dibuktikan oleh penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukan adanya pengaruh free cash flow terhadap DPR dengan arah pengaruh yang positif. Dengan kata lain hasil ini menunjukan bahwa semakin tinggi free cash flow dapat berdampak pada semakin meningkatnya biaya agensi. Biaya agensi ini dapat dikurangi dengan membayarkan dividen pada pemegang saham, sehingga biaya monitoring terhadap free cash flow dapat dikurangi. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Jensen (1986) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara dividen dan free cash flow karena akan mengurangi dana leluasa yang tersedia bagi manajer sehingga akan menurunkan agency cost. Namun hasil penelitian ini sesuai dengan Mollah (2000) bahwa arah hubungan dividen dengan free cash flow adalah positif namun tidak signifikan.
Pengaruh Collateralizable Assets terhadap Dividend Payout Ratio Penelitian ini menemukan bahwa collateralizable assets berpengaruh negatif terhadap dividen payout ratio (DPR). Dengan demikian, hasil penelitian ini sesuai dengan temuan Titman dan Wassels (1988), Alli, et al. (1993), bahwa collateralizable assets dapat mempengaruhi agency cost dan pada akhirnya berpengaruh terhadap dividen payout ratio. Collateralizable assets yang besar akan menurunkan konflik yang terjadi antara pemegang saham dengan pemberi utang (bondholder), sehingga mempengaruhi kebijakan dividen. Hasil pengujian ini juga menunjukkan arah hubungan yang sama, yang mana collateralizable 292
assets berhubungan negatif terhadap dividend payout ratio. Hal ini memberi makna bahwa semakin besar collateralizable assets semakin kecil dividend payout ratio. Temuan ini juga memberi makna bahwa perusahaan di Indonesia yang mempunyai collateralizable assets yang besar akan menggunakan utang yang besar pula sehingga laba bersih akan kecil karena adanya kewajiban untuk membayarkan beban bunga yang semakin besar, dan pada akhirnya laba yang akan dibagikan dalam bentuk dividen menjadi kecil. Hasil penelitian ini tidak sesuai atau bertolak belakang dengan temuan Mollah (2000) yang menyatakan bahwa collateralizable assets yang tinggi membuat kreditor lebih terjamin dan kreditor tidak perlu melakukan pembatasan yang ketat terhadap kebijakan dividen perusahaan sehingga bisa membayarkan dividen lebih besar. Sebaliknya semakin rendah collateralizable assets yang dimiliki perusahaaan akan meningkatkan konflik antara pemegang saham dengan kreditor sehingga dengan menurunya agency problem dapat menurunkan agency cost. Collateralizable assets yang rendah membuat kreditor menghalangi perusahaan untuk membayar dividen dalam jumlah besar kepada pemegang saham karena takut piutang mereka tidak dibayar.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Variabel insider ownership tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio. Hasil ini dimungkinkan karena belum adanya pemisahan yang jelas antara kepemilikan dan pengelolaan pada perusahaan publik di Indonesia, yang mana kebanyakan perusahaan publik mayoritas kepemilikannya masih berada pada keluarga pendiri, sehingga posisi penting di perusahaan masih dipegang oleh anggota keluarga pendiri. Kondisi ini tentu menyebabkan manajemen perusahaan di Indonesia masih di bawah kendali atau merupakan kepanjangan tangan pemegang saham mayoritas yang dikendalikan oleh keluarga pendiri. Kondisi ini tidak menimbulkan adanya konflik antara pemegang saham dengan manajer, sehingga agency cost tidak mempengaruhi kebijakan dividen. Variabel institusional ownership berhubungan negatif terhadap dividend payout ratio dan
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 2 | JUNI 2014
Pengaruh Agency Cost terhadap Kebijakan Dividen
mempunyai pengaruh yang signifikan, yang menunjukan bahwa kegiatan monitoring yang dilakukan pemegang saham menjadi semakin efektif terhadap manajemen sehingga berdampak pada menurunnya biaya keagenan. Selain itu variabel free cash flow juga berpengaruh terhadap dividend payout ratio dengan arah hubungan positif, yang berarti bahwa manajemen perusahaan cenderung untuk membayarkan dividen mereka kepada pemegang saham untuk memenuhi harapan pemegang saham. Variabel collateralizabel assets dalam penelitian ini juga berpengaruh terhadap dividend payout ratio, dengan arah hubungan negatif yang bermakna bahwa perusahaan di Indonesia yang mempunyai collateralizable assets yang besar akan memperbesar pembiayaan melalui utang sehingga memperbesar beban bunga yang harus dibayarkan. Selain itu dengan adanya collateralizable assets yang besar, perusahaan memerlukan biaya operasional yang besar atas aset tersebut (termasuk beban penyusutan) dan pada akhirnya akan mengurangi laba yang mengakibatkan dividen kas yang dibayarkan menurun. Collaterlizable assets yang besar juga akan menurunkan konflik yang terjadi antara pemegang saham dengan pemberi utang (bondholder) sehingga mampu mempengaruhi kebijakan dividen. R-square yang tinggi mengandung makna bahwa penelitian ini daya memiliki daya prediksi tinggi, hal ini tidak terlepas dari kondisi pasar modal dan perusahaan publik yang ada di Indonesia yang relatif semakin stabil. Selain itu hasil uji asumsi klasik menunjukkan bahwa tidak terjadi mulikolinearitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi dari model regresi, dan data berdistribusi normal.
Saran Saran-saran yang dapat disampaikan pada penelitian ini untuk dapat dikembangkan pada penelitian selanjutnya adalah: (1) Perluasan sampel sangat dimungkinkan untuk penelitian yang akan datang, untuk memperoleh hasil yang dapat menguatkan kesimpulan dari penelitian ini serta penelitian sebelumnya. (2) Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan alat analisis yang lain (mengembangkan metode penelitian yang digunakan), misalnya untuk variabel institutional ownership dapat dibedakan antara investor yang memiliki kepemilikan institusional yang bersifat
sementara dan jangka panjang, sehingga hasil yang diperoleh lebih menguatkan hasil penelitian ini.
DAFTAR RUJUKAN Alli, K.L., A.Q. Khan, and G.G. Ramirez. 1993. Determinant of Corporate Dividend Policy: A Factorial Analysis, The Financial Review (November), pp. 523–547. Ang, R. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft. Easterbook, F.H. 1984. Two Agensi-Cost Explanations of Dividends, The American Economic Review, Vol. 74, pp. 650–659. Handoko, J. 2002. Pengaruh Agency costs terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan-Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Widya Manajemen dan Akuntansi, Vol 2 No 3 Desember. Jensen, M., and W. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behaviour, Agency costs and Ownership Structure, Journal of Financial Economics,October, Vol. 3, No. 4, pp. 305–360. Jensen, M.C. 1986. Agency cost of Free cash flow, Corporate Finance and Takeovers, American Economic Review, Vol. 76, No. 2, pp. 323–329. Jensen, G.R., D.P. Solberg, dan T.S. Zorn. 1992. Sumultaneous Determination of Insider ownership, Debt and Dividend Policies, Journal of Financial and Quantitative Analysis, (June), pp. 247–263. Mahmoud, M.A., Perry, L.G., and Rimby, J.N. 1998. The Impact of Ownership Structure on Corporate Debt Policy: A Time Series Cross-Sectional Analysis, The Financial Review, 33, pp. 85–89. Mollah, S., K. Keasey, dan H. Short. 2000. The Influence of Agency costs on Dividend Policy in an Emerging Market: Evidence from the Dhaka Stock Exchange, Leeds University Business School. Putra, A. 2006. Analisis Biaya Keagenan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Vol. 5. Hal. 37–47. Rozeff, M.S. 1982. Growth, Beta and Agency Cost as Determinants of Dividend Payout Ratios, The Journal of Financial Research,Vol. 5, No. 3. Sartono, A. 2001. Kepemilikan Orang Dalam (Insider ownership), Utang dan Kebijakan Dividen: Pengujian Empirik Teori Keagenan (Agency Theory). JSB. Vol. 6, No. 2. Hal. 107–119. Sekaran, U. 2003. Research Methods for Business: A Skill Building Approach. Edisi Keempat. New York: John Willey and Sons Inc. Sudarma, M. 2004. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Faktor Intern dan Faktor Esktern terhadap Struktur
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
293
I Gede Auditta, Sutrisno, M. Achsin
Modal dan Nilai Perusahaan (Studi pada Industri yang Go Public di Bursa Efek Indonesia), Disertasi, Program Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang. Suwaldiman, dan A. Aziz. 2006. ”Pengaruh Insider ownership dan Resiko Saham terhadap Kebijakan Deviden”. Jurnal Bisnis dan Manajemen. Vol. 8. Hal. 53–64. Titman, S., and R. Wessel. 1988. The Determinant of Capital Structure Choice, Journal of Finance, Vol. 43, pp. 1–19.
294
Wahyudi, E., dan Baidori. 2008. Pengaruh lnsider Onwership, Collateralizable assets, Growth in Net Assets, dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2002–2006. Jurnal Aplikasi Manajemen. Vol. 6. Hal. 474–482. Weston, F., dan Copeland, E. 1995. Manajemen Keuangan. Edisi 9. Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara.
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 2 | JUNI 2014