PENGALAMAN IBU DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT K. Dewi Budiarti 1, Sri Yekti Widadi 2, Gina Fitri Herdianti 3 Abstrak Pengalaman ibu yang melahirkan bayi berat lahir rendah berbeda dari pengalaman ibu yang melahirkan bayi pada umumnya. Ibu harus menghadapi sejumlah tugas psikologis yang dapat mempengaruhi ikatan antara ibu dengan bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman ibu dengan bayi berat lahir rendah. Enam partisipan diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian ini mengidentifikasi lima tema, yaitu : (1) Persepsi Ibu tentang Bayi Berat Lahir Rendah, (2) Respon Ibu terhadap Kelahiran Bayi Berat Lahir Rendah, (3) Penyebab Stres pada Ibu Saat Memiliki Bayi dengan Berat Lahir Rendah, (4) Harapan Ibu terhadap Petugas Kesehatan tentang Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah di Rumah Sakit, dan (5) Sumber Dukungan yang Diperoleh Ibu. Kesimpulan dukungan sangat dibutuhkan, baik dukungan dari keluarga maupun petugas kesehatan. Kata kunci : Pengalaman ibu, bayi berat lahir rendah, Rumah sakit Abstract The experience of mothers who have low birth weight infants is different from the experiences of mothers with infants in general. Mothers of low birth weight infants faced with a number of psychological tasks that may interfere with the relationship between mother and baby. This research aims to know how the mothers experiences with low birth weight infants were being treated in the hospital. There are 6 participants were taken with a purposive sampling. The result of this research identified five themes, that is : (1) Mother’s Perception of Low Birth Weight Infants, (2) Mother’s Response of Low Birth Weight Infants, (3) Causes of Stress at The Time of The Mother Has a Low Birth Weight Infants, (4) Mother Expectations of Caring a Low Birth Weight Infants in the hospital, and (5) Source of Support Obtained Mother. Conclusions support are needed, the support of family or health workers. Keywords : Mother’s experiences, low birth weight infants, hospital peningkatan sebesar 0,2% pada tahun 2014
PENDAHULUAN Rencana
strategis
Kementerian
(Profil
Kesehatan
Berdasarkan
menunjukkan dalam 5 tahun terakhir
Kabupaten Garut tahun 2014, kasus BBLR
Angka Kematian Neonatal (AKN) tetap
mencapai 36.87%. Data dari Rekam Medik
sama yakni 19/1000 kelahiran hidup dan
RSUD dr. Slamet Garut didapatkan angka
11,2 % penyebab kematian ialah Bayi
kejadian BBLR pada tahun 2015 mencapai
Berat Lahir Rendah (BBLR). Di Provinsi
386 kasus per semester terakhir, meningkat
Jawa Barat persentase BBLR mencapai
130 kasus dari semester sebelumnya yang
10,8%.
mencapai 256 kasus.
tersebut
mengalami 67
Profil
2013).
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015,
Angka
data
Indonesia,
Kesehatan
Bayi berat lahir rendah merupakan
memiliki bayi berat lahir rendah, diambil
bayi dengan resiko tinggi yang mempunyai
dengan tehnik purposive sampling.
kemungkinan lebih besar untuk mengalami
Terdapat
5
partisipan
yang
sakit dan kematian dibanding bayi lain.
berpartisipasi dalam penelitian ini. Kriteria
Angka morbiditas dan mortalitas lebih
inklusi partisipan adalah ibu yang memiliki
tinggi tiga sampai empat kali daripada bayi
bayi berat lahir rendah yang dirawat di
dengan
(Bobak,
rumah sakit, ibu yang pertama kali
2005)Perawatan BBLR di rumah sakit
melahirkan bayi berat lahir rendah yang
mempunyai dampak yang bermakna pada
dirawat minimal 3 hari, ibu tidak cemas
ibu. Kelahiran bayi berat lahir rendah dan
berat,
ketakutan pada kelahiran bayi dengan berat
penelitian, dan ibu dapat berkomunikasi
lahir rendah, diperberat oleh perpisahan
secara
diakibatkan perawatan di rumah sakit.
partisipan
berat
Tingkat
badan
normal
kooperatif. adalah
dalam
Kriteria
ekslusi
tidak
bersedia
ibu
berpartisipasi dalam penelitian, ibu sedang
mempengaruhi proses perawatan bayi.
sakit, ibu tidak dapat berkomunikasi
Respon
dengan
negatif krisis
ibu
berpartisipasi
dapat
mengalami
psikologis
bersedia
menyebabkan emosinal
ibu
sehingga
baik,
dan
ibu
tidak
dapat
melanjutkan penelitian.
kesulitan dalam memberikan perawatan
Pengambilan data menggunakan
dan membentuk ikatan dengan bayinya.
wawancara mendalam (in-depth interview)
Ada keterkaitan pengalaman dan kondisi
dibantu
psikologis ibu dengan kelangsungan hidup
semistruktur. Wawancara dilakukan sekitar
bayi. Pengalaman ibu merawat bayi berat
30-45 menit sesuai dengan tempat dan
lahir rendah dapat menggambarkan kondisi
waktu yang telah disepakati bersama
psikologis ibu sehingga perawat mampu
partisipan
merencanakan asuhan keperawatan untuk
menandatangani lembar persetujuan untuk
meningkatkan interaksi ibu dan bayi dalam
berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil
upaya melewati periode kritis.
wawancara direkam menggunakan hand
dengan
pedoman
wawancara
sebelumnya.
Partisipan
phone dan pengambilan data dihentikan bila telah mencapai saturasi data.
METODE PENELITIAN Penelitian dengan desain kualitatif menggunakan pendekatan fenomenologi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Fenomena yang diteliti adalah pengalaman
Partisipan penelitian
yang ini
berpartisispasi
ibu dengan BBLR yang dirawat di rumah
dalam
berjumlah
6
sakit. Subjek penelitian adalah ibu yang
partisipan. Peneliti telah mengidentifikasi lima tema yang muncul dalam penelitian 68
ini. Tema-tema tersebut tercantum dalam
Tabel di atas menunjukkan tema-
tabel berikut ini :
tema yang dibentuk dari beberapa kategori
Tabel 1 Kategori, Sub Tema dan Tema No 1.
2.
3.
4.
5.
Kategori a. Bayinya kecil b. Berat badan bayi <2,5 kg c. Berat badan bayi < 2 kg d. Berat bayi tidak normal a. Kelahiran 7 bulan b. Kelahiran < 9 bulan Kesedihan
Sub Tema Berat badan bayi
a. Rasa tidak percaya b. Menolak a. Rasa bersyukur b. Menerima keadaan bayi c. Bersabar d. Pasrah Peristiwa yang tidak diperkirakan terpisah dari bayi Prosedur perawatan bayi
Menyangkal
a. Penyuluhan b. Perhatian c. Cepat dan tanggap
a. Suami b. Keluarga a. Tetangga b. Petugas kesehatan
dan sub tema. Tema-tema tersebut antara
Tema Persepsi ibu tentang bayi berat lahir rendah
lain, yaitu : (1) persepsi ibu tentang bayi berat lahir rendah (2) respon ibu terhadap kelahiran bayi berat lahir rendah (3) penyebab stres ibu saat memiliki bayi berat lahir rendah (4) harapan ibu terhadap
Usia kelahiran bayi Respon negatif : Respon depresi
petugas kesehatan tentang perawatan bayi berat lahir rendah di rumah sakit (5) Respon ibu terhadap kelahiran bayi berat lahir rendah
sumber dukungan yang diperoleh ibu.
Tema 1: Persepsi Ibu tentang Bayi Berat Lahir Rendah Empat
Respon positif : Respon menerima kenyataan
partisipan
menyatakan
bahwa bayi berat lahir rendah adalah bayi
yang beratnya kurang dari berat
badan normal, seperti pernyataan dua Peristiwa yang dialami ibu Perawatan bayi di rumah sakit Harapan mendapat pelayanan
Dukungan internal Dukungan eksternal
partisipan dibawah ini :
Penyebab stres pada ibu saat memiliki bayi berat lahir rendah Harapan ibu terhadap petugas kesehatan tentang perawatan bayi berat lahir rendah di rumah sakit Sumber dukungan yang ibu terima
“Bayinya kecil neng.. beratna ge kirang ti 2 kilo.. (Beratnya kurang dari 2 kg).. (sambil mengerutkan kening).. (P1)”. “Bayinya gak normal beratnya... (P4)”. Dua
dari
enam
partisipan
menyatakan bahwa bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir kurang dari usia kelahiran normal, seperti pernyataan salah satu partisipan di bawah ini : “Lahirna ge 7 sasih neng... (Lahirnya juga 7 bulan).. (P1)”.
Tema 2: Respon Ibu terhadap Kelahiran Bayi Berat Lahir Rendah Salah satu partisipan menyatakan respon kesedihan saat memiliki bayi berat 69
lahir rendah, seperti ungkapan di bawah
“Ya.. terima saja neng.. syukuri.. anak kan
ini:
anugerah.. sabar we neng.. (sabar saja
“Sedih
lah
neng…pas
lihat
pengen
neng).. (sambil menundukkan kepala dan
nangis…cireumbayan ibu mah kadieu..
tampak pasrah).. (P4)”.
(Ibu sampai bercucuran air mata).. (Sambil
Empat dari enam partisipan tetap
memegang pipi).. (P1)”. Empat
dari
bersabar dan pasrah kepada Allah SWT, enam
partisipan
seperti pernyataaan dua partisipan berikut
menunjukkan rasa tidak percaya saat
ini :
memiliki bayi berat lahir rendah, seperti
…sabar we neng.. (sabar saja neng)..
pernyataan dua partisipan di bawah ini :
(sambil menundukkan kepala dan tampak
… sugan teh cekap we berat na ari pek teh
pasrah).. (P4)”.
kirang.. (kirain cukup beratnya ternyata
“Pasrah we ibu mah neng.. (pasrah saja
kurang).. karunya ninggalna ge asa alim..
neng).. (P6)”.
(kasihan gak mau lihat).. (P3)”. “Naha nya bet alit.. (Kenapa ya kecil)..
Tema 3: Penyebab Stres pada Ibu saat
(P4)”.
Memiliki Bayi Berat Lahir Rendah Salah satu partisipan menunjukkan
Partisipan
menyatakan
berbagai
respon menolak, seperti ungkapan di
macam penyebab stres saat memiliki bayi
bawah ini :
dengan berat lahir rendah yang harus
“Reuwas neng.. (kaget neng), kenapa gitu
dirawat di rumah sakit. Tiga partisipan
bisa kecil.. kan anak saya yang pertama
menyatakan
lahirnya cukup bulan, berat badannya juga
bahwa anaknya akan lahir dengan keadaan
normal neng.. (P5)”.
kurang dari berat badan normal, seperti
Dua partisipan menunjukkan rasa
dirinya
tidak
menyangka
pernyataan partisipan di bawah ini :
bersyukur meskipun bayinya lahir dengan
“Gak nyangka neng.. reuwas ibu ge..
berat
(kaget ibu juga).. (P5)”.
badan
lahir
rendah,
seperti
pernyataan salah satu partisipan di bawah
Salah satu partisipan menyatakan
ini :
bahwa prosedur perawatan bayi merupakan
“Alhamdulillah
we
tos
lahir
ge..
hal yang memicu timbulnya stres, seperti
(Alhamdulillah sudah lahir juga).. selamat..
pernyataan partisipan di bawah ini :
(sambil senyum).. (P3)”.
“Alah naon eta teh neng.. (aduh apa itu
Salah menerima
satu keadaan
partisipan bayinya,
tetap
ya).. dipasangan naon (dipasang apa gitu)..
seperti
ni karunya.. (kasihan).. (P1)”.
pernyataan di bawah ini : 70
Enam
partisipan
mengatakan
“Pelayanannya bisa lebih baik lg we neng..
bahwa mereka ingin dekat dengan bayinya,
cepat gitu kalau ada apa-apa teh..(P4)”.
seperti ungkapan di bawah ini : “Gak bisa megang sendiri.. gak bisa
Tema
ngegendong.. gak bisa lihat tiap waktu..
Diperoleh Ibu
(P1)”.
5:
Sumber
Dukungan
yang
Kebutuhan akan dukungan yang memungkinkan ibu berpartisipasi dalam
Tema 4: Harapan Ibu terhadap Petugas
perawatan bayinya adalah sangat penting.
Kesehatan
Dari enam partisipan, pada umumnya
tentang
Perawatan
Bayi
mendapat sumber dukungan dari suami dan
Berat Lahir Rendah di Rumah Sakit Pada umumnya semua partisipan
keluarga, seperti ungkapan tiga partisispan
sudah dapat menilai pelayanan kesehatan
berikut ini :
seperti
mereka
“Anu merhatoskeun mah seueur, utamina
terima. Dua partisipan mengungkapkan
mah caroge neng.. kaluarga.. tatanggi oge
harapan-harapannya akan penyuluhan dari
aya.. (Banyak yang memberi perhatian,
petugas kesehatan tentang perawatan bayi
terutama suami.. keluarga, tetangga juga
berat lahir rendah di rumah sakit, seperti
ada).. (P1)”.
ungkapan salah satu partisipan di bawah
“Dukungan
ini :
keluarga.. (P2)”.
... mudah-mudahan we kapayuna langkung
“Caroge we utamina mah neng.. (terutama
tiasa deui masihan terang, naon atuh
suami).. (P6)”.
apa
yang seharusnya
selalu
ada
dari
suami,
neng.. tah penyuluhan we kitu neng nya..
Salah satu partisipan mengatakan
(mudah-mudahan ke depannya bisa lebih
mendapat dukungan juga dari tetangganya,
memberi penyuluhan lagi).. (P1)”.
seperti ungkapan di bawah ini :
Dua partisipan berharap mendapat
… tatanggi oge aya.. (tetangga juga ada)..
perhatian dari para petugas kesehatan,
(P1)”.
seperti ungkapan di bawah ini : “Perawatnya
mudah-mudahan
Dua lebih
petugas
partisipan
kesehatan
yang
mendapat
dukungan dari petugas kesehatan. Berikut
perhatian we ya.. (P3)”. Dua
partisipan
cuplikannya : berharap
dapat
para
“Alhamdulillah neng.. suami aya wae..
memberikan
(ada terus).. ti perawat oge neng.. (dari
pelayanan yang cepat dan tanggap, seperti
perawat juga neng).. (P4)”.
ungkapan salah satu partisipan di bawah
“Dukungan terutama dari suami ya neng..
ini :
perawat juga.. iya petugas kesehatan we kitu nya neng.. (begitu).. (P5)”. 71
Semua
memberikan
pasrah menerima kenyataan. Partisipan ini
persepsi yang berbeda tentang bayi berat
dengan cepat bisa berada dalam fase
lahir
partisipan
penerimaan. Hal tersebut sesuai dengan
mengungkapkan bahwa bayi berat lahir
pendapat Bobak, Lowdermilk & Jensen
rendah yaitu bayinya kecil, berat badan
(2005) dimana orangtua harus menerima
bayi kurang dari 2 kg, berat badan bayi
keadaan anak yang sebenarnya dan tidak
kurang dari 2,5 kg, dan beratnya tidak
terus terbawa dengan khayalan dan impian
normal. Hal tersebut tidak sesuai dengan
yang
definisi konsep Bayi Berat Lahir Rendah
idealnya.
rendah.
partisipan
Beberapa
dimilikinya
(BBLR) menurut Bobak (2005) yang
Partisipan
tentang
figur
dalam
penelitian
menguraikan bahwa bayi berat lahir rendah
menyatakan
adalah bayi yang lahir dengan berat kurang
tentang penyebab stress saat memiliki bayi
dari 2.500 gram.
berat lahir rendah. Melahirkan bayi dengan
Beberapa
yang
beragam
juga
kondisi berat lahir rendah merupakan
mengungkapkan bahwa bayi berat lahir
peristiwa yang tidak disangka. Hal tersebut
rendah, yaitu usia kelahiran 7 bulan dan
sesuai dengan penelitian Lee (2008) yang
kelahiran kurang dari 9 bulan. Hal ini
menyatakan bahwa menjadi ibu dari
sesuai
penyebab
BBLSR merupakan pengalaman krisis
kelahiran bayi berat lahir rendah menurut
yang tidak terduga. Peristiwa yang tidak
Maryunani (2013), yaitu prematur, dimana
terduga ini merupakan sebuah ancaman
bayi lahir dengan usia kehamilan kurang
yang dapat menyebabkan stress.
dengan
partisipan
jawaban
anak
salah
satu
dari 37 minggu.
Perawatan bayi berat lahir rendah
Respon ibu terhadap kelahiran bayi
sangat
penting
dilakukan.
Partisipan
berat lahir rendah terdapat respon negatif
mengatakan bahwa pemasangan peralatan
dan respon positif. Respon negatif ibu
medis dan perawatan khusus membuat
tergambar dari adanya sikap menyangkal
partisipan tidak bisa langsung bersentuhan
dan tidak percaya. Konsep Erikson (1959,
dengan bayinya sehingga hal ini memicu
1964) tentang dasar
Ia
timbulnya stres. Sesuai dengan konsep
mengatakan bahwa perkembangan rasa
perawatan pada bayi berat lahir rendah
percaya ini akan menentukan respon bayi
menurut
seumur hidupnya. Respon pertama ibu
menyatakan bahwa bayi prematur/BBLR
melihat bayinya akan menentukan respon
dengan cepat akan kehilangan panas badan
interaksi ibu selanjutnya.
dan
kepercayaan,
Maryunani
menjadi
hipotermi
(2013)
karena
yang
pusat
Sedangkan respon positif muncul
pengaturan panas belum berfungsi dengan
dengan adanya rasa syukur, sabar, dan
baik, metabolisme rendah, dan permukaan 72
badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi
Semua
prematur/BBLR
dukungan yang mereka terima dari orang-
harus
dirawat
dalam
inkubator rumah sakit. Harapan
ibu
partisipan
mengakui
bahwa
orang terdekat membuat mereka ingin untuk
mendapat
merawat
pengetahuan dan keterampilan merupakan
bayinya
dan
mampu
mempertahankan ikatan dengan bayinya.
sesuatu yang dianggap sangat penting. Ibu
Hal ini sesuai dengan pendapat
yang memiliki bayi prematur mengatakan
Mercer (1982, dalam Bobak, Lowdermilk
bahwa
&
kemampuan
perawat
dalam
Jensen,
2005),
Ia
menulis
lima
merawat bayi membuat mereka merasa
prakondisi yang mempengaruhi ikatan
tidak mampu memberi perawatan yang
dimana
adekuat (Bobak, Lowdermilk & Jensen,
dukungan sosial, meliputi pasangan hidup,
2005). Seluruh partisipan dapat menilai
teman, dan keluarga. Dukungan juga
bagaimana pelayanan yang mereka terima.
mereka dapatkan dari petugas kesehatan
Sebagian ibu merasa pelayanan yang sudah
dengan memberikan pengetahuan tentang
diberikan cukup baik. Selain itu, ada pula
perawatan bayi berat lahir rendah di rumah
sebagian partisipan yang masih berharap
sakit.
salah
satunya
yaitu
sistem
agar para petugas kesehatan mampu meningkatkan pelayanannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Ibu perlu dukungan serta pedoman
Persepsi ibu tentang bayi berat lahir
untuk memperkirakan apa yang akan
rendah meliputi berat lahir bayi dan usia
terjadi di masa yang akan datang. Sikap
kelahiran bayi berat lahir rendah. Semua
percaya individu menentukan dukungan
informan umumnya sudah mengetahui
yang individu dapatkan. Konsep Erikson
tentang bayi berat lahir rendah, tetapi
(1959, 1964) tentang dasar kepercayaan
belum mengetahui tentang karakteristik
mengatakan bahwa perkembangan rasa
dan resiko pada bayi berat lahir rendah.
percaya ini akan menentukan respon bayi
Pengalaman ibu dengan bayi berat
seumur hidupnya. Semua dukungan
lahir rendah yang dirawat di rumah sakit,
partisipan
terutama
dari
mendapatkan suami
mengungkapkan respon perasaan yang
dan
positif maupun negatif. Respon positif ibu
keluarga. U. S. Bureau of the Census
menerima kenyataan dan tetap bersyukur
(1994) mendefinisikan keluarga sebagai
anaknya lahir dengan selamat, bersabar
sebuah kumpulan dari dua orang atau lebih
dan pasrah. Sedangkan respon negatif ibu
yang dihubungkan oleh darah, pernikahan,
yaitu adanya rasa tidak percaya, menolak
atau adopsi dan orang yang tinggal
terhadap kenyataan saat bayinya lahir
bersama (Reeder, Martin & Griffin, 2011).
dengan berat kurang dari normal. 73
Terdapat pengalaman ibu yang
Ibu
sebaiknya
mengetahui
memang tidak mudah mereka alami, yaitu
informasi sebanyak mungkin tentang bayi
perasaan cemas terpisah dari anaknya dan
berat lahir rendah dan kebutuhan dari bayi
takut kehilangan. Selain itu, ibu juga harus
berat lahir rendah agar dapat berpartisipasi
membagi waktu antara berkunjung ke
aktif dalam perawatan bayi berat lahir
rumah
semua
rendah di rumah sakit. Informasi dapat
kepentingan keluarganya di rumah. Ibu
diperoleh dengan cara aktif bertanya
dituntut untuk mampu melewati masa
kepada petugas kesehatan maupun melalui
krisis yang dialaminya ini.
media, baik cetak maupun elektronik.
sakit
dan
mengurusi
Ibu yang memiliki bayi berat lahir
Perlu penelitian lebih lanjut tentang
rendah yang dirawat di rumah sakit sangat
perawatan bayi berat lahir rendah yang
rentan terhadap peristiwa yang memicu
dirawat di rumah sakit berfokus penelitian
stres. Perasaan tidak menyangka bahwa
pada budaya yang dapat mempengaruhi
anaknya akan lahir dengan keadaan kurang
perilaku ibu dan tenaga kesehatan dalam
dari
merawat bayi berat lahir rendah.
berat
badan
normal,
prosedur
perawatan bayi, dan keadaan terpisah dari
1. STIKes Karsa Husada Garut 2. STIKes Karsa Husada Garut 3. STIKes Karsa Husada Garut
bayinya membuat ibu merasa stres. Salah satu cara yang dilakukan ibu agar mampu melewati masa krisis dan
DAFTAR PUSTAKA Andriani, R. (2011). Studi Fenomenologi Pengalaman Ibu dalam Merawat Bayi Prematur di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi. Tesis. Magister Ilmu Keperawatan, Pascasarjana UI. Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta. Bobak, I. M., Lowdermilk, D. L., Jensen, M. D., & Perry, S. E. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Alih Bahasa: Maria, A. W., & Peter, I. A. EGC, Jakarta. Creswell, J. W. (2013). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Edisi Ketiga. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Data Rekam Medik RSUD dr. Slamet Garut. (2015). Angka Kejadian BBLR. Dinkes Kab. Garut. (2015). Profil Kesehatan Kabupaten Garut 2014. Dinkes Kab. Garut, Garut.
penyebab stres yang dialaminya ialah dengan memanfaatkan dukungan yang diberikan suami, keluarga, orang-orang terdekat, dan petugas kesehatan. Ibu yang memiliki bayi berat lahir rendah yang dirawat di rumah sakit, memiliki
harapan
terhadap
tenaga
kesehatan tentang perawatan bayinya di rumah sakit. Ibu berharap para tenaga kesehatan bisa memberikan pelayanan yang baik, memberi kesempatan untuk bersama-sama kepada
memberikan
bayinya,
serta
perawatan pengetahuan-
pengetahuan tentang perawatan bayi berat lahir rendah di rumah sakit. 74
Hendri, J. (2009). Riset Kualitatif. Artikel, Riset Pemasaran, Universitas Gunadarma. Indriyani, D., Asmuji. (2014). Buku Ajar Keperawatan Maternitas: Upaya Promotif dan Preventif dalam Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi. Ar-Ruzz Media, Jakarta. Kemenkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia 2013. Kemenkes RI. ISBN 978-602x, Jakarta. (2015). Profil Kesehatan Indonesia 2014. Kemenkes RI. ISBN 978602x, Jakarta. (2015). Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Kemenkes RI, Jakarta. Lissauer, T., Fanaroff, A. A. (2009). At a Glance Neonatologi. Erlangga, Jakarta. Lowdermilk, D. L., Perry, S. E., Cashion. (2013). Keperawatan Maternitas. Edisi 8. Elsevier: Mosby. Mahayana, S. A. S., Eva, C., Yulistini. (2015). Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Melalui http://jurnal.fk.unand.ac.id [7/1/16]. Manuaba., Manuaba, C., Manuaba, F. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. EGC, Jakarta. Maryunani, A., Puspita, E. (2013). Asuhan Kegawatdaruratan: Maternal dan Neonatal. Trans Info Media, Jakarta. Moleong, L. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya, Bandung. Ramadhan, N. (2012). Hubungan ibu hamil perokok pasif dengan kejadian bayi berat lahir rendah di badan layanan umum daerah RSU Meuraxa Banda Aceh. Jurnal Ilmiah STIKes U’Budiyah, 1-8. Reeder, S. J., Marti, L. L., Griffin, D. K. (2011). Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi, & Keluarga. Edisi 18. alih bahasa: Yati, A., Imami, N. R., & Sri, D. EGC, Jakarta.
Riset Kesehatan Dasar. (2013). Laporan Nasional Riskesdas 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes RI, Jakarta. Sofiyani, F., Fatikhu, Y. A. (2015). Pengalaman Ibu dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Mengenai Pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru (PMK) di Rumah. Jurnal Keperawatan. Universitas Diponegoro, Semarang. STIKes Karsa Husada. (2015). Panduan Penulisan Karya Ilmiah. STIKes Karsa Husada, Garut. Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta, Bandung. Trihardiani, I. (2011). Faktor Risiko Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Wilayah Kerja Puskesmas Singkawang Timur dan Utara Kota Singkawang. Universitas Diponegoro, Semarang. Wong, D. L et al. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. EGC, Jakarta
75