PGM 2003.26(2): 1-9
P e n g a ~ pemberian h tablet besi dan vitamin E
M. Saidin; dkk
PENGARUH PEMBERIAN TABLET BESl DAN VITAMIN E PADA KADAR HEMOGLOBIN DAN STATUS BESl WANITA USlA SUBUR YANG DIDUGA MENDERITA THALASEMIA KARIER M. Saidin; Sukati; Muherdiyantiningsih dan Effendi R u s t a n
ABSTRACT THE EFFECT OF IRON PILL SUPPLEMENTATION ADDED WITH VITAMIN E (ALPHA-TOCOPHEROL) TO HEMOGLOBIN AND IRON STATUS OF CHILDBEARING AGE WOMEN SUSPECTED SUFFERING FROM CARRIER THALASSEMIA Background: Anemia control programme among pregnant women nad been conduang for about three decades. but prevalence of anemia still considerea hiqh. It was reported bv Nubtion and Food Research Centre 120001 , , ha1 37.4% of childbearing women indicated fragility of red bl& cell kmbrane wich assumed related to anemia. One of the vitamins which have positive effect to the wall of red blood cells is vitamin E through its rolle as antioxidant. It was recommended lo conduct a study to determine the effect of supplementation of iron pill, "Ferro sulfate' mq- a-toco~herollto hemoplobin level and (60 NQ elemental iron with 25 mg folic acid) added with vitamin E (20 . iron status of chiobeanng age of women. Methods. The shdy design was 'lntervenbon witn q&cy exper ment bial'. The study sites covered 10 v llages in C an..r distncl of West "ava A total of 210 ch dbeanng age women (19-45 yean old) wth indication of fragility of lea blood cell membrane whicn was oetermned bv Droced~reof NESTROF ( ~ a k e dEye Single Test TUG ded Cell Osmotic Fragility), divided into two groups (105 &entgroup). Group I received one imn pill daily and vitamin E twice a week for 10 weeks. While group II received iron pill only, without vitamin E. Data collection was conducted before and afler intervention. Results: After 10 weeks intervention, the average of Hb increament of group 1 (0.4 gldl) was slightly higher than that of group 11 (0.3 gldl). There was improvement of serum femtin of both groups with increament 4.3 pgldl for group I and 7.2 pg/dl for group II. Vitamin E status of both groups still considered low: 3.1 mgR for group I and 3.1 mgA. for group iI. Normal value of seNm vitamin E is 5.0 m a . Conclusions: Vitamin E (20 mg of a-tocopherol) which was given twice a week bisides daily supplementation of iron pill (60 mg elemental iron of sulfas ferrosus + 25 NQ folic acid) for 10 weeks increased the effectiveness of Hb synthesis 1.5 E m s than that of supplementation of iron only wilhoutvitamin E. [Penel Gizi Makan 2003,26(2): 1-41,
Key Words: im supplementation, Hb level, inm status, intervenfim, vitamin E status, synthesis, NESTROF, fraglify of cells membrane.
PENDAHULUAN nemia gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Program upiementasi zat besi kepada ibu hamii sudah berlangsung selama tiga dasawarsa, tetapi prevalensi anemia masih tetap tinggi. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, mengungkapkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 51% dan wanita usia subur (WUS) sekitar 40% (1). Hasil penelitian intervensi pi1 besi selama 3 bulan yang pemah dilakukan di Kabupaten Kuningan (2) dan Kabupaten Bogor (3). hanya dapat menu~nkananemia sebesar 10%. Suliblya menurunkan prevaiensi anemia diduga karena ada faktor-faktw yang ikut berperan terhadap kejadian anemia, antara lain lhalasemia karier dengan indikasi kerapuhan dinding sel darah
A,
merah, di samping faktor lain yang pemah diungkapkan deh peneliti terdahulu. Penelitian Sukati tahun 2000, (4) dengan metode NESTROF (Naked Eye Single Test Tube Red Cell Osmotic Fragility), membuMikan bahwa dari 41.5% WUS tersangka penderita lhalasemia karier, dengan indikasi kerapuhan dinding sel darah merah, setelah dikonfirmasi dengan metode Elektroporesis, hanya ditemukan 4,1% yang betul-betul menderita lhalasemia karier. Dan lemuan tersebut, diperkirakan 37,4% WUS menderita kerapuhan dinding sel darah merah. Salah satu vitamin yang mempunyai petan memperkuat dinding sel adalah vitamin E. Peran vitamin E dalam sel adaiah sebagai antioksidasi asam lemak, yang sangat berguna untuk
PGM 2003,26(2): 1-9
Pengaruh pemberian tablet besi dan vitamin E
pembentukan membran sel sehingga dinding sel tidak mudah pecah. Diperkirakan keadaan dinding sel darah merah yang rapuh (mudah pecah) menyebabkan suplementasi zat besi menjadi kurang efektif (5). Daiam rangka mencari altematif upaya pencegahan anemia gizi, telah dilakukan penelitian untuk mempelajari p e n g a ~ hpenambahan vitamin E pada suplemen zat besi terhadap perbaikan status Hb, status besi dan status vitamin E WUS tersangka penderita malasemia karier. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan bagi pengelola program untuk menyempumakan upaya pencegahan dan penanggulanganmasaiah anemia.
BAHANDANCARA Penelitian dilakukan di 10 desa di Kabupaten Cianjur dengan desain penelitian 'quacy experimental trial'. Subyek penelitian adalah WUS dengan indikasi kerapuhan dinding sel darah merah, yang ditetapkan berdasarkan metode NESTROF. Subyek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok I diberikan tablet besi + asam folat (seperti program) + vitamin E dan kelompok Ii diberikan tablet besi + asam folat, tanpa vitamin E. Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Lameshow sebagai berikut (6):
n
ZE)2u2uSd
9 b + 10% = 105
-
(312
Keteranaan: (Zo+ZD)2 uii eka arah d w a n ketelitian . . = 8,6 95% dan power 90%. SD =simpang baku kadar Hb penelitian terdahulu (1,l gldl). (A12 zperkiraan perbdaan kenaikan kadar Hb 0,5 gldl. Dengan memperhitungkan W sebesar 101, maka 1 kelompok memerlukan 105 orang, dan untuk 2 kelompok memerlukan 210 orang dengan nilai NESTROF < 85%. Dengan asumsi yang didasarkan pada penelitian terdahulu prevalensi thalasemia sebesar 40%, maka untuk mempemlah WUS dengan nilai NESTROF < 85%. sebanyak 210 orang, diperlukan skrining terhadap 100140 x 210 org = 525 WUS. Bila dalam 1 desa ditemukan WUS sebanyak 50 orang, maka diperiukan sekitar 10 desa sebagai wilayah penelitian.
M. Saidin; dkk
Data yano Dikumpulkan Data identitas dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan daffar kuesioner vana telah diuiimbakan sebelumnva. , . dilakukan oleh k c g a s tetiaih. Data pemeriksaan dilakukan dengan metode NESTROF, untuk skrining WUS tersangka penderita halasemia karier. Analisis kadar Hb, feritin dan vitamin E sewm dilakukan pada awai dan akhir penelitian di Laboratorium Biokimia dan Fisiologi Gizi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan. Data konsumsi energi dan zat gizi, khususnva zat besi dan vitamin E dari makanan. dianalisib dengan menggunakan softwam 'Nubisor. Adapun asupan zat besi dan vitamin E dari suplemen dihitung berdasarkan 'complience" (jumiah pii besi dan vitamin E) yang dikonsumsi selama 10 minggu. Dari lokasi penelitian, yaitu Kabupaten Cianjur dipilih Kecamatan Cugenang dan Kecamatan Mande. Dan masing-masing kecamatan dipilih 5 desa. S e l u ~ hWUS di desa terpilih diambil dan dilakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan NESTROF. Dan hasil pemeriksaan NESTROF dipilih sampel dengan nilai NESTROF < 85%. Sebagai data awal. t&adap s e l u ~ h sampel dengan nilai NESTROF < 85% dilakukan analisis kadar Hb, feritin, dan vitamin E serum dan konsumsi makanan dengan metode recall 2 x 24 jam. Sam~el sebanvak 210 WUS dibagi menjadi 2 kelompok. ~elompokI adalah kelompik WUS dengan nila~NESTROF < 85% (diduga posltf thalasemia karier) dan mendapatkan suplementasi pi1 besi seperti program ditambah vitamin E. Kelompok II adalah kelompok WUS dengan nilai NESTROF < 85% dan mendapatkan suplementasi pi1 besi seperti dalam pmgram tanpa vitamin E (kelompok kontroi). Suplementasi diberikan selama 10 minggu. Pengumpuian data dilakukan pada akhir suplementasi yang meiiputi kadar Hb, feritin, vitamin E serum dan konsumsi makanan. Untuk mengetahui efek vitamin E pada perbaikan dinding sei darah merah, dilakukan pemeriksaan Hb iagi satu bulan setelah suplementasi dihentikan. Dosis Suplemen Intervenal Kelompok I mendapat suplemen tablet besi (sulfas femus), mengandung 60 mg besi elemental + 0,25 mg asam folat dan diberikan setiap hari
PGM 2003,26(2): 1-9
P e n g a ~ pemberian h tablet besi dan vifamin E
selama 10 minggu. Dl samping itu kelompok I mendapat tambahan suplemen vitamin E (a tompheml) dengan dosis 18 mg yang diberikan dua kali per minggu selama 10 minggu. Penetapan dosis vitamin E didasarkan atas penelitian terdahulu, sekitar 20 mg. Kelompok II hanya meidapat suplemen tablet besi dan asam folat dengan dosis seperti pada kelompok I tanpa tambahan vitamin E, diberikan setiap hari selama 10 minggu. Pelaksanaan lntewensl
M. Saidin; dkk
Penentuan vitamin E dilakukan dengan metode HPLC. Penentuan kadar feritin dilakukan dengan metode ELlSA (Enzyme Linked lmmuno Sorbent Assay), menggunakan 'KIT" prcduksi Bouchringer. Analisis Data Analisis data ditujukan untuk mengetahui adanya pe~bahankadar Hb, feritin, kadar vitamin E serum dan nilai NESTROF sesudah intervensi. Untuk menghitung besamya peranan vitamin E terhada~ perbaikan - dinding- sel darah merah dengin membandinakan kenaikan lnilai A) kadar Hb antara kelompok i (intervensi) ' deng& kelompok II (kontrol). Kenalkan kadar Hb dihitung pada dua titik pengamatan, yaitu pertama setelah 10 minggu intervensi dan kedua, satu bulan setelah intervensi dihentikan. Uji statistik yang digunakan adalah uji-t (1-test). ~
Tablet besi dan vitamin E didistribusikan setiap 2 minggu sekali oleh bidan desa dibantu kader desa (4 orang). Sisa tablet yang tidak dikonsumsi dihitung untuk mengetahui rata-rata banyaknya tablet besi yang dikonsumsi, yang menggambarkan tingkat kepatuhan. Monfioring lntewensi Monitoring pi1 besi dilakukan 2 minggu sekali oleh peneliti bersama-sama dengan petugas dari Puskesmas. Analisis Laboratorium Pemeriksaan kadar hemoglobin dilakukan dengan metcde cyanmethernoglobin (WHO, 1990). Pemeriksaan thalasemia karier dan kerapuhan dinding sel darah merah dengan metcde NESTROF.
~~
HASlL DAN BAHASAN Dan 450 WUS yang tersebar di 10 desa dilemukan 210 WUS dengan nilai NESTROF < 85%. Beralti, ada 467% WUS dengan indikasi kerapuhan dinding sel darah merah, yang seterusnya digunakan sebagai sampel penelitian. Identitas Sampel Umur Sampel Penyebaran jumlah ibu menurut kelompok umur disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Distribusi Jumlah Ibu Menurut Kelompok Umur Kelompok Umur < 20 tahun
20-29 tahun 3C-39 tahun 2 40 tahun Jumlah
Kelompok I n YO
8 45 44 8 105
Dan Tabel 1 terlihat bahwa sebaaian besar (41.9%) WUS termasuk pada kelompok imur 30-39 tahu" dan 38,6% (20-29 tahun), sedangkan kdompok WUS c 20 tahun dan 2 40 tahun, masingmasing sekitar 10%.
7,6 42.9 41,9 7.6 100,O
Kelompok II n % 12,4 13 343 36 44 41,9 12 11,4 105 100,O
Total 10.0 38,6 41.9 9.5 100,O
Pendidikan Ibu Pendidikan ibu me~pakansalah satu faktor penting dalam keluarga, dalam menerima informasi dan berbagai upaya inovatif, disajikan dalam Tabel 2.
PGM 2003,26(2):1-9
M. Saidin; dkk
Penga~hpemberian tablet besi dan vitamin E
Tabel 2 Distribusi Ibu Menutut Pendldikan Kelompok I n %
Pendldikan SD SLTP SLTA PTlAkademi Jumlah
Kelompok II n %
60 26 18 1
57,l 24.8 17.1 1.0
72 20 11 2
68,6 19,l 109 1.9
105
100,O
105
100,O
tidak ada perbedaan pendidikan ibu pada kelompok Idan II dengan nilai X2 = 4,216; P = 0,239.
Dan Tabel 2 nampak bahwa pendidiken ibu sebagian besar adalah lulusan SD, kelompok I sebesar 57.1% dan kelompok II sebesar 666%. Umtan kedua ~endidikanibu adalah lulusan SLTP iebesar 24,896 dan 19.1% masing-masing untuk kelompok I dan II. Selebihnya, luiusan SLTA dan Perguruan TinggilAkademi. Dengan uji Khi-Kuadrat
Status Kesehatan Hasil pemeriksaan klinis disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Status Kesehatan Ibu Berdasarkan Pemeriksaan Klinis Kelompok I n %
Ststus Kesehatan Sehat Hipertensi Anemia Jumlah
Kelompok II n X
102 1 2
97,l 1,o 1,9
96 8 1
91,4 7,6 1,o
105
100,O
I05
100,O
Dan hasil pemeriksaan klinis ditemukan bahwa sebagian besar sampel (> 90,0%) dalam kondisi sehat. Pada kelompok II ditemukan 8 orang (7,6%) dan pada kelompok I ditemukan 1 orang (1,0%) menderita hipertensi. Pada kelompok I ditemukan 2 orana- (1.9%) . . . dan ~ a d akelomwk II 1 orang- (1,0%) . . menderita anemia.
Gambaran Sampel pada Awal Peneliiian Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin, feritin, vitamin E dan nilai NESTROF pada awal penelitian untuk kedua kelompok penelitian disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Rata.rata Kadar Hb, Feritln, Vhmin E Serum dan Nllai NESTROF M e n u ~Kelompok t pada Awal Peneliiian n
Kelompok I
Kelompok II
t
P
Kadar Hb (gldl)
105
11,4r 1.103
1 1 3 1,112
0,654
>0,05
Ferilin (pgR)
46
462 f 18,083
42.8 f 16.970
0,930
> 0,05
Vitamin E (mgk)
46
3,1 f 0,959
3,O f 1,148
0,453
> 0,05
105
60.7 f 18.733
60.6 f 19,538
0.038
> 0,05
Peubah
NESTROF (%)
PGM 2003,26(2): 1 - 9
P e n g a ~ pemberian h tablet besi dan vifamin E
Dan Tabel 4, terlihat bahwa rata-rata kadar Hb untuk kedua kelompok penelitian hampir sama, masingmasing 11.4 i 1,103 gldl dan 11,3 i 1.112 gldl. Dengan t-test, tidak ditemukan perbedaan yang bermakna (P > 0,05). Nilai rata-rata kadar feritin untuk kelornpok I terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok 11, masing-masing 46,2 i 18,083 p g L dan 42.8 i 16,970 pgR. Dengan uji t-test, tidak diternukan perbedaan yang nyata (P > 0,05). Nilai rata-rata kadar vitamin E untuk kedua kelompok penelitian hampir sama, masingmasing 3.1 i 0.960 mglL dan 3.0 i 1.150 mgR.
M. Saidin; dkk
Status vitamin E untuk kedua kelompok penelitian masih sangat rendah. Batas normal untuk vitamin E dalam darah sebesar 5,O mgR (9). Nilai rata-rata kadar NESTROF untuk kedua kelompok pada awal penelitian hampir sama, masing-masing sebesar 60.7 i 18,733 dan 60,6 i 19,538. Nilai NESTROF menunjukkan adanya kerapuhan dinding sel. Melihat nilaildata biokimia antara kelompok I dan II harnpir sama sehingga kedua kelompok penelitian layak untuk dibandingkan dengan setelah diberi inte~ensi. Pada awal penelitian gambaran konsumsi zatgizi dan vitamin disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Nilai Median Konsumsi Energl dan Zat-zal Glzl pada Awal Penelitian Energl & Zat Glzi
Median Energi (Kcal) 1266 Protein (g) 36.7 Zat besi (mg) 92 Vitamin C (mg) 37,O Vitamin E (mg) 2,4 Lemak total (g) 45.6 Keleranoan: 'P25 = 25 pnenal P75 = 75 penenBl
Kelompok I P25' P75 1091 -1545 23.251 6.914 58,2 27.6 1,3 - 2,7 58.1 35.9
Pada Tabel 5 terlihat bahwa asupan energi pada awal penelitian untuk kelompok I sebesar 1266 Kcal hampir sama dengan kelompok II sebesar 1264 Kcal. Dibandingkan dengan Angka Kecukupan (7) masih rendah, masingmasing sekitar 60,0%. Asupan protein untuk kedua kelompok penelitian dapat dikatakan rendah (< 75,0%), masing-masing 73,4% dan 62,3% dari AKG 1998 untuk kelompok Idan II. Asupan zat besi yang berasal dari makanan untuk kelompok I sebesar 9,2 mghari dan kelompdc II sebesar 8,3 mghari, setara dengan 42,0% dan 83,0% dari AKG 1998. Asupan vitamin C, yang dikenal sebagai zat pemaar penyerapan zat besi, untuk kedua kelompok penelitian sebesar 37 mg dan 37,7 mg. Mengacu . .pada AKG 1998, maka asupan vitamin C termasuk rendah (< 50 mglhari), &ra dengan 74.0% dan 75.5% dari AKG. Asuban vitamin E dari makanan untuk kedua kelompok penelitian sangat rendah, masingmasing sebesar 2,4 mghari dan 2,O myban, atau sekitar 20% dari AKG 1998. AKG untuk vitamin E adalah 10 mghari (8).
-
Median 1261 31,3 8,3 37,7 2,O 45,4
Kelompok II P25' P75 1037 -1518 22.3 - 46,6 6,6- 13,E 20.652 1.32.6 28.3- 60,7
Gambann Hasll Kadar Hb. Feritin, Vtamin E dan Nllal NESTROF Setelah lntewensl Perneriksaan Hb dan nilai NESTROF dilakukan 3 kali, yaitu pada awal penelitian (sebelum intervensi), setelah 10 minggu intewensi dan satu bulan setelah inte~ensi dihentikan. Adapun pemeriksaan kadar feritin dan vitamin E serum dilakukan dua kali, yaitu pada awal penelitian dan setelah 10 minggu intewensi. Rata-rata kadar Hb, feritin, vitamin E serum dan nilai NESTROF sebelum dan sesudah inte~ensi untuk kelompok I dan kelompok II, masing-masing disajikan pada Tabel 6 dan Tab4 7. Tampak, baik pada kelompok I (Tab4 6) maupun kelompok I1 (Tabel 7), rnenunjukkan kecenderungan kenaikan rata-rata kadar Hb dari pemeriksaan pertarna, kedua sampai ketiga. Pada kelompok I rata-rata kadar Hb pada pemeriksaan kedua lebih tinggi secara bermakna dibandingkan denqan cemeriksaan certama. Demikian iuaa pe6erikGan ketiga lebih tinggi secara bermakia daripada pemeriksaan kedua. Pada kelompok II rata-rata kadar Hb pada pemeriksaan kedua lebih tinggi secara bermakna
PGM 2003,26(2):1-9
Pengaruh pemberian tablet besi den vitamin E
M. Saidin; dkk
suplemenlasi rat besi + asam folat + vitamin E maupun kelompok II yang hanya mendapat suplementasi zat besi + asam folat setelah satu bulan intervensimasih bertahan di atas nilai awl.
dibandingkan dengan pemeriksaan pertama. sedangkan pemeriksaan ketiga, meskipun lebih tinggi daripada pemeriksaan kedua, tetapi Bdak berrnakna. Dan fakta yang dikemukakan di atas kadar Hb, baik pada kelompok I yang mendapat
Tabel 6 Rata-rata Kadar Hb, Feritin dan Vltamin E Serum dm Nil# NESTROF Kelompok I Kelompok I(Fe + FA. + Vit. E )
Peubah
2
1'
I
Hb (gldl)
Feritin (pgk) Vit. E (mgk) NESTROF (%)
1 1 , 4 i 1,103 11,7* 1,045 12,Oi 1.090
462 i 18,083 50,5 i 21,166 3,l
+
0,959
3,5 i 1,253
*
60.7 i 18,733 76.7 16,566 77,9 i 17.880
Keteranaan: ' 1 = Pemeriksaan awa' penelitian, setelurn iwrvensi 2 = Pemeriksaan setelah 10 m i m u lnterwtnsi 3 = Pemwiksaan sat" bulan setelah intsrvensidihenskan s = Signiflkan Rata-rata kenaikan atau nilai delta (A) kadar Hb antara pemeriksaan peltama dan pemeriksaan ketiga pada kelompok I adalah sebesar 0,6 gldl, sedangkan pada kelompok II = 0,4 gMI. Dari temuan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa suplementasi pi1 besi dengan dosis 60 mg besi elemental + 0,25 mg asam folat + 18 mg vitamin E per orang per hari selama 10 minggu lebih efeklif 1.5 kali dalam meningkatkan kadar Hb dibandingkan dengan hanya dengan suplementasi pi1 besi + asam folat. Kenaikan kadar Hb dari pemeriksaan kedua ke perneriksaan ketiga pada kelompok I sebesar 0,3 gfdl lebih tinggi daripada yang tejadi pada kelompok II (0,l gldl). Ini dapat diartikan bahwa penambahan vitamin E pada kelornpok I berdampak 3 kali lebih kuat dalam
t
3 I
P I
lvs2 4,600 2,3 4,624
0,W
1,612
0,115
2,554 1 v52 10 383
0,019 0 , w
0.705
0,384
;s
O.W
rnempertahankan nilai Hb di atas nilai awal dibandingkan dengan kelompok I! yang ldak mendapat tambahan vitamin E, meskipun intewensi sudah dihentikan satu bulan yang lalu. Setelah 10 minggu inte~ensiternyata kenaikan feritin senrm pada kelompok I lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan pada kelompok 11. Diduga ha1 ini disebabkan karena I relatif lebih mndah status besi awal kelompdc 1 dibandingkan dengan kelompok I. Seperli dapat dilihat pada Tabel 7, pada awal penditian kadar Hb dan feritin serum kelompok II, masing-masing addah 11,3 gldl dan 42.8 mk, lebih rendah daripada kelompok I (Tabel 6) (Hb = 11,4 gldl dan feritin = 46.2 ~ g l l ) .Status besi awal yang lebih rendah lebih responsif terhadap intervensi besi.
P e n g a ~ pemberian h tablet besi dan vifamin E
PGM 2003,26(2): 1-9
Rata-rata Kadar Hb, Feritin dan Vitamin E Serum dan Nilai NESTROF Kelompok II Kelompok II(Fe + F.A.) Peubah t P 1' 2 3
I
Hb (gldl)
1 1 . 3 i 1,112
11,6f 1,007
vS2 2.582
0,012
2vs3 0,400
0,690
11,7* 0,882
Feritin (pgh)
42.8 i16.970
49.0 2 18,196
2,978
0,0509
Vit. E (mgh)
3,O i 1,148
2.8 i 1,033
1,887
0,067
1 vs 2 9,535
0.m'
2vs 0,597
0,452
NESTROF (%)
60,6 i 19,538
74.8
* 18.068
75,2 i18,020
-Keteranaan:'I = Pemeriksaanawal penditian, sebelurn interdensi 2 = Pemeriksaansetelah 10 minaau intervensi 3 = Pemenksaan satu bulan seteih interdensidihentikan
s = Signifikan
Tampak pada kelompok I (Tabel 6) tejadi kenaikan kadar vitamin E secara bermakna dari 3,l i0,959 mgh pada pemeriksaan pertama menjadi 3,s 1,253 m g h pada pemeriksaan kedua atau naik sekitar 0,4 mgh. Sebaliknya pada kelompok II (Tabel 7) tejadi penurunan kadar vitamin E dari 3,O i 1,148 mglL pada pemeriksaan pertama menjadi 2,8 i 1,033 mglL pada pemeriksaan kedua atau turun sekitar 0.2 mglL. meskipun secara statistik penurunan itu tidak bermakna. Nilai NESTROF yang makin meningkat merefleksikan perbaikan kekuatan (integritas) dinding sel darah merah, menjadi semakin tidak rapuh. Pada Tabel 6 dan Tabel 7 dapat diamati, baik pada kelompok I maupun kelompok II tejadi kenaikan nilai NESTROF yang bermakna dari pemeriksaan pectama ke pemeriksaan kedua (setelah 10 minggu intervensi), dengan kecenderungan kenaikan (A) pada kelompok I (16,0%) lebih besar daripada kelompok 11 (14,2%). Demikian juga dari pemeriksaan pertama ke pemeriksaan ketiga (satu buian setelah intervensi
*
dihentikan) tejadi kenaikan (A) nilai NESTROF kelompok 1 (17,2%), relaCf lebih tinggi daripada kenaikan yang tejadi pada kelompok 11 (14.6%). Namun, yang lebih menarik, bila memperhatikan perubahan nilai NESTROF yang terjadi dari pemeriksaan kedua (setelah 10 minggu intelvensi) ke pemeriksaan ketiga (satu bulan setelah intervensi dihentikan). Pada kelompok I (Tabel 6) terjadi kenaikan (A) sekitar 1,296, sedangkan kenaikan pada kebmpok II (Tabel7), hanya sekitar 0.4%. Dari temuan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa penambahan vitamin E pada suplementasi ferro sulfat dan asam foiat yang telah dilakukan pada penelitian ini dapat meningkatkan kekuatan dinding sel darah merah 3 kali lipat biia dibandingkan dengan suplementasi ferro suifat tanpa vitamin E. Temuan ini sejalan dengan kenaikan A kadar Hb yang terjadi antara pemeriksaan kedua dan pemeriksaan ketiga, seperti telah dibahas pada bagian terdahulu. Setelah 10 minggu intervensi, gambaran konsumsi zat-zat gizi dan vitamin disajikan pada T a m 8.
P e n g a ~pemberian h tablet besi dan vifamin E
PGM 2003,26(2): 1-9
M. Saidin: dkk
Tabel 8 Nllai M d l a n Konsumsi Energi dan Zat-rst Obi Setelah Intenrenal Kelompok I P25' P75 1090 -1546 1266 Energi (Kcai) 20- 57,9 37 Protein (g) 7,2- 14,5 11,3 besi (mg) Zat 2 7 , 6 58.2 37 Vitamin C (mg) 1 , s 2.7 Vitamin E (mg) 24 Keteranuan: ' P25 = 25 penentil P75 = 75 persentil Energi BZat Girl
. Median
Pada Tabel 8 terlihat bahwa hampir semua asupan zat gizi setelah 10 minggu intervensi tidak menunjukkan perubahan yang berarti.
Kelompok II P25' P75 Median 1120 -1601 1310 35,9 2 4 , s 48,8 11,6 8,O- 15.2 259-- 57,l 45,2 1,4-- 2.7 2.1
2. Status besi yang tercermin pada kadar feritin 3.
Kepatuhan (Compflance) Mengonsumsi Suplemen
cukup baik, masing-masing 46 pglL dan 43 pgL, unluk kelompok i dan II. Status vitamin E pada WUS, dengan indikasi kerapuhan dinding sel untuk kedua kelmpok penelitian, sangat rendah; masing-masing 3,l mglL dan 3,O mgR. Konsumsi vitamin E dari makanan untuk kedua kelompok penelitian sangat rendah sekitar 2,O mgihari. Penambahan vitamin E pada suplementasi tablet besi dapat meningkatkan efesiensi peningkatan kadar Hb sebesar 1,5 kali lebih besar daripada tanpa penambahan vitamin E. Satu bulan setelah intewensi (penambahan vitamin E pada suplementasi tablet besi + asam folat) dihentikan masih berdampak; meningkatkan kekuatan dinding sel darah merah 3 kaii iebih kuat daripada tanpa vitamin E. Penambahan vitamin E dengan dosis 18 mghari seiama 10 minggu b a ~mampv meningkatkan kadar vitamin E dalam serum sebesar 0,4 mgR.
Jumlah pi1 besi yang diminum selama intervensi untuk kelompok i sebesar 55 butir (78,5%) dari jumlah yang diberikan dan kelompok II sebesar 60 butir (85,7%). Bila kandungan zat besi 60 mglbutir, maka asupan zat besi yang berasal dari suplemen untuk kelompok I sebesar 47,l mglorghari, sedangkan untuk kelompok II sebesar 51,4 rngl orghari. Dengan memperhitungkan penyerapan zal besi dari suplemen sebesar 20%, maka asupan zat besi suplemen yang dapat digunakan oleh tubuh sebesar 9,4 mglorghari dan 10,3 mglorghari masing-masing untuk kelompok I dan II.
4.
Konsumsi Vitsmin E dan Suplemen
7.
Hasil analisis laboratorium kadar vitamin E dalam kapsul yang diberikan selama intewensi rata-rata sebesar 18 mglkapsul. Berdasarkan analisis ini, jumlahlasupan vitamin E yang berasal dari suplemen untuk kelompk II adalah sebesar 6Ox18i70 = 15,4 mglorghari. Mengacu pada kecukupan yang dianjurkan, maka asupan vitamin E yang berasal dari suplemen dianggap cukup; asupan yang dianjurkan untuk wanita sebesar 10 mghari (8).
SARAN
5.
6.
Perlu p e n e l i h lebih lanjut tentang jenis dan dosis vitamin E yang tepat untuk meningkatkan s m s vitamin E serum sehingga dapat meningkatkan keberhasilan prcgram penanggulangan anemia.
RUJUKAN Dari analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kadar Hb Wanita Usia Subur oada kelomook i dan II masih pada taraf iargina~misingmasing 11.3 gldl dan 11,4 gldl.
1.
~~~
2.
Badan Lilbang Kesehatan. Laporan Survei Kesehatan Rumah Jangga, 1995. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan, 1995. Muhilal dkk. Iron Suplementasi Pilot Program. Gizi Indonesia 1985.8(1): 3 0 4 .
Penga~h pemberiantablet besi dan vitamin E
PGM 2003,26(2): 1-9
3.
4.
5.
Saidin M. Efektivitas Pemberian Pil Besi SahJ Kali Seminggu Penanggulangan Masalah Anemia pada Kelompoh Wanita Remaja. Bagor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, 1997. Laporan Penelitian.
m:
Sukad Saidin; dkk. Prevalensi Thalasemia Karier pada Kelompok Wanita Usia Subur (WUS). Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, 2000. Laporan Penelitian. Whitney EN; Cataldo CD; Roifes SR Understanding Normal and Clinical Nuirition. Second Edition. New York: West Publishing Company, 1987.
M. Saidin; dkk
6.
Lameshow S et al. Besar sampel dalam penelitian kesehatan (Tejemahan Adequacy of Simple Size in Health Studies). Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 1997.
7.
Muhilal, Jalal F dan Hardinsyah. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Pmsiding Wdyaharya Nasional Pangan dan Gizi VI. Jakarta: Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia. 1998. p. M3--879.
8.
Ziegler EE and Filler LJ. Jr (eds.). Present Knowledge in Nutrition. Seventh Edition. Washington, DC: lLSl Press, 1996.