PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK PENDERITA AUTIS DI SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1)
Diajukan oleh : PITTARI MASHITA PURNOMO F. 100 110 102
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK PENDERITA AUTIS DI SURAKARATA
NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh : Pittari Mashita Purnomo F. 100 110 102
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
ABSTRAKSI PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK PENDERITA AUTIS DI SURAKARTA Pittari Mashita Purnomo Moordiningsih Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Penelitian ini membahas mengenai penerimaan orang tua terhadap anak penderita autis di Surakarta, bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan penerimaan orang tua terhadap anak autis di Surakarta. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan kualitatif dengan jumlah responden sebanyak enam orang. Pemilihan informan dilakukan dengan purposive sampling. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan wawancara dengan orang tua sebagai informan. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan proses editing data, koding, prokoding, mencari kata kunci, mencari tema utama, kategorisasi, mendeskripsikan hasil kategori, dan pembahasan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) permasalahan awal yang dihadapi orang tua ialah orang tua merasa sedih saat mengetahui anaknya mengalami autis, bingung apa yang harus dilakukan oleh orang tua, biaya terapi serta kebutuhan anak, tipe suami yang kurang perhatian, membutuhkan waktu yang ekstra untuk memperhatikan anak. 2) proses penerimaan orang tua pada anak autis diawali dengan proses penolakan ditunjukkan dengan ketidak percayaan serta kebingungan orang tua atas kondisi anak, selain itu orang tua merasa sedih, shock. Kemudian proses kemarahan terhadap diri sendiri, anak, maupun orang lain. Selanjutnya proses tawarmenawar, diwujudkan dengan cara berbicara dengan diri sendiri dan melakukan pembenaran serta pembelaan sebagai wujud untuk bisa menenteramkan hati orang tua. Kemudian proses depresi, yang ditunjukkan orang tua dengan perasaan bersalah, kecewa atas kondisi yang terjadi pada anak. kemudian proses terakhir yaitu penerimaan, ditunjukkan dengan sikap pasrah orang tua atas kondisi anaknya serta memperhatikan perkembangan anak selama proses terapi dan belajar dirumah serta memasrahkan kesembuhan anak pada Allah SWT. Temuan lain dari penelitian ini adalah faktor keyakinan orang tua kepada Allah SWT, sehingga membuat orang tua semangat dalam merawat dan mendidik anaknya. Kata kunci : penerimaan, orang tua, autis.
Latar Belakang Masalah
terhitung cukup tinggi mengingat
Autis gangguan
merupakan
suatu
pada tahun 1989, hanya 2 orang yang
perkembangan
yang
diketahui mengidap autisme.
kompleks yang menyangkut masalah
Autisme
masih
menjadi
komunikasi, interaksi sosial, dan
mimpi buruk bagi sebagian besar
aktivitas
imajinasi.
orangtua.
hingga
kini
Istilah
masih
autis
Ketika
mendapatkan
banyak
diagnosa anak menyandang autisme,
masyarakat yang belum mengenal
orangtua perlu menerima dengan
secara baik apa yang dimaksud autis,
tulus, dan yang paling penting adalah
sehingga
menyiapkan diri dengan empati.
seringkali
permasalahan
autisme ini dianggap sebagai suatu
Merawat
hal
penyandang
yang
negatif.
Menurut
dan
mengasuh
anak
autisme
memerlukan
Penerimaan
merupakan
Rachmawati (dalam Setiafitri, 2014),
empati.
autis merupakan kelainan perilaku
sikap
seseorang
dimana penderita hanya tertarik pada
orang
lain
aktivitas mentalnya sendiri, seperti
keseluruhan,
melamun atau berkhayal. Gangguan
persyaratan atau penilaian. Apabila
perilakunya dapat berupa kurangnya
dalam keluarga terutama pada ibu
interaksi sosial, penghindaran kontak
ada
mata,
membantu dalam pengasuhan dan
kesulitan
mengembangkan
dalam
bahasa,
dan
akan
pengulangan tingkah laku.
yang
apa
menerima
adanya tanpa
penerimaan,
mendukung
secara disertai
maka
dapat
perkembangan
pada anak. Namun tidak mudah bagi
Menurut data dari Unesco
seorang ibu untuk dapat menerima
pada tahun 2011, terdapat 35 juta
begitu saja kondisi anak yang autis.
orang penyandang autisme di seluruh
Ibu merupakan tokoh yang
dunia. Rata-rata, 6 dari 1000 orang di
lebih
dunia telah mengidap autisme. Di
penyesuaian. Hal ini dikarenakan ibu
Amerika Serikat, autisme dimiliki
berperan langsung dalam kelahiran
oleh 11 dari 1000 orang. Sedangkan
anak.
di Indonesia, perbandingannya 8 dari
mengalami perasaan bersalah dan
setiap
depresi yang berhubungan dengan
1000
orang.
Angka
ini
1
rentan
terhadap
Biasanya
ibu
masalah
cenderung
ketidakmampuan anaknya dan ibu
adalah
lebih
kondisinya. Dengan begitu, orangtua
mudah
terganggu
secara
mensyukuri
pun
emosional. Ibu juga merasa stress
bisa
karena perilaku yang ditampilkan
dengan autisme. Sikap menerima dan
oleh
tantrum,
memahami inilah yang kemudian
hiperaktif, kesulitan bicara, perilaku
menumbuhkan empati pada orangtua
yang tidak lazim, ketidakmampuan
dan keluarga. Sebab kesabaran tanpa
bersosialisasi
berteman
empati, mendorong pada perlakukan
Hadis,
keliru pada anak autis (Hartanto,
anaknya
seperti
dan
(Cohen&Volkmar,
dalam
2006).
memahami
apa
keunikan
anak
2012). Beberapa orangtua langsung
merasa
stress
saat
Penerimaan orang tua sangat
mendengar
mempengaruhi perkembangan anak
anaknya telah diagnosis autisme. Di
autis dikemudian hari. Sikap orang
kalangan masyarakat juga masih ada
tua yang tidak dapat menerima
pemahaman bahwa anak-anak autis
kenyataan bahwa anaknya memiliki
bisa menularkan penyakitnya. Maka,
gangguan autis akan sangat buruk
beberapa
dampaknya.
orangtua
menyembunyikan
justru
juga
yang
anak dengan gangguan autis tetaplah
mengidap autis. Salah satu faktor
seorang anak yang membutuhkan
yang
kasih sayang, perhatian dan cinta
paling
keberhasilan
anaknya
Bagaimanapun
penting
dalam
penanganan
autisme
dari
orang
tua,
saudara
dan
adalah keterlibatan dan komunikasi
keluarganya. Berdasarkan paparan
orang tua. Perlu diingat, setiap anak
diatas makan peneliti mengambil
yang lahir tidak bisa memilih kondisi
judul
PENERIMAAN
ORANG
lahir seperti apa. Bersama dengan
TUA
TERHADAP
ANAK
orangtualah, anak autis bisa maju
PENDERITA
dan berkembang.
SURAKARTA.
Mulyadi
mengatakan,
AUTIS
DI
saat
menerima diagnosa bahwa anak
Penerimaan Orang Tua
menyandang autisme, yang perlu
Menurut
dilakukan pertama kali oleh orangtua
penerimaan
2
Hurlock
keluarga
(2002), diartikan
sebagai penerimaan orang tua yaitu
Kemudian
Allport
(dalam
suatu efek psikologis dan perilaku
Paramitha,dkk,. 2009), penerimaan
dari orang tua pada anaknya seperti
keluarga adalah toleransi keluarga
rasa sayang, kelekatan, kepedulian,
atas
dukungan dan pengasuhan, orang tua
membuat frustasi atau menyakitkan
bisa merasakan dan mengekspresikan
sejalan dengan menyadari kekuatan-
rasa
anaknya.
kekuatan
merupakan
keluarga.
sayang
Penerimaan
pada
keluarga
indeks keberhasilan yang digunakan
peristiwa-peristiwa
yang
dimiliki
Berdasarkan
yang
anggota
beberapa
seseorang untuk berperan dalam
pengertian penerimaan orang tua
kelompok sosial dan menunjukkan
diatas
derajat rasa suka anggota kelompok
penerimaan
yang lain untuk bekerja sama atau
toleransi individu atas peristiwa-
bermain dengannya.
peristiwa yang dialami baik yang
Yusuf mengungkapkan,
dapat
disimpulkan bahwa orang
(2002)
menyenangkan
penerimaan
menyenangkan
tua
maupun yang
adalah
tidak
ditunjukkan
keluarga adalah salah satu tingkat
dalam bentuk rasa sayang, kelekatan,
kemampuan dan keinginan keluarga
kepedulian,
dukungan
untuk
pengasuhan
sehingga
hidup
dengan
segala
dan dapat
karakteristik yang ada didalamnya.
meningkatkan harga diri, dukungan
Menerima keluarga diartikan sebagai
sosial, dan status kesehatan umum.
keluarga yang tidak bermasalah, tidak
memiliki
beban
Menurut
Hurlock
(2001),
perasaan
bahwa penerimaan orang tua ditandai
terhadap keluarga sehingga keluarga
dengan perhatian besar dan kasih
lebih banyak memiliki kesempatan
sayang
untuk
anggota
beradaptasi
dengan
yang
ditujukan
yang
kepada
mengalami
lingkungan. Kemampuan penerimaan
psikopatologis. Antara lain: respon
keluarga meliputi kemampuan untuk
orang tua, persepsi orang tua, cara
menerima
merawat dan mengasuh anggota
kurangnya
orang sabar
lain
sekurang-
menghadapi,
keluarga
bersikap tenang, ramah tamah, dsb.
yang
mengalami
psikopatologi, kemampuan orang tua
3
mengatasi masalah, harapan orang
merupakan gangguan perkembangan
tua. Kemudian aspek penerimaan
yang
antara
keterlibatan,
Gangguan perkembangan ini terjadi
memperhatikan rencana dan cita-cita,
secara jelas pada masa bayi, anak,
menunjukkan
dan masa remaja. Autis adalah suatu
lain:
kasih
sayang,
berentan
atau
pervasif.
berdialog secara baik, menerima
gangguan
sebagai seorang individu (person)
kompleks menyangkut komunikasi,
yang utuh, memberikan bimbingan
interaksi
sosial,
dan semangat motivasi, member
imajinasi,
sedangkan
tauladan, tidak menuntut berlebihan.
adalah
Kubler
Ross
(2008)
perkembangan
anak
aktivitas
anak
yang
autis
mempunyai
atau
gangguan
dalam
menyebutkan tahap peneriman orang
berkomunikasi,
interaksi
sosial,
tua, antara lain: penolakan (denial),
gangguan sensoris, pola bermain,
Tahap Anger (Marah), tahap tawar-
perilaku, dan emosi (Depdiknas,
menawar
2002).
(bargaining),
masalah
dan
yang
tahap
depresi, tahap penerimaan.
Menurut Depdiknas (2002) lahirnya anak autis juga diduga dapat
Autis
disebabkan oleh virus seperti rubella,
Autisma adalah salah satu
toxo, herpes, jamur, nutrisi yang
(yang
paling
diantara
buruk, perdarahan, dan keracunan
beberapa gangguan perkembangan
makanan pada masa kehamilan yang
pervasif
dengan
dapat menghambat pertumbuhan sel
keterlambatan dan gangguan yang
otak yang menyebabkan fungsi otak
parah
bayi
yang
pada
dikenal)
ditandai
beberapa
area
yang
dikandung
perkembangan, seperti pada interaksi
terutama
sosial, komunikasi dengan orang
komunikasi, dan interaksi.
lain, sosial,
perilaku dan
bermain, minat
pemahaman,
aktivitas
Ciri-ciri dari anak autis antara
sehari-hari
lain: tidak mau bermain dengan
(Nuryanti, 2008).
teman
Matson (dalam Hadis, 2006) mengemukakan
fungsi
terganggu
bahwa
sebaya,
enggan
berbagi
minatnya dengan orang lain, kurang
autis
mampu melakukan interaksi sosial,
4
terlambat berbicara, kurang bisa
Adapun
mempertahankan
melakukan analisis data menurut
percakapan/pembicaraan,
Muslimin (2002) adalah sebagai
menggunakan bahasa yang kurang
berikut
dimengerti oleh orang normal, kaku,
prokoding,
bergerak
mencari tema-tema utama, mencari
(gerakan
secara jari,
berulang-ulang
bertepuk
tangan,
menyentuh benda-benda).
langkah-langkah
:
editing
data,
mencari
dalam
koding,
kata
kunci,
kategori,
mendeskripsikan
hasil
kategori,
pembahasan
hasil
penelitian. Metode Penelitian Informan dalam penelitian ini
Hasil
adalah orang tua, yang dimaksud orang
tua
difokuskan
dalam oleh
penelitian ibu,
Pelaksanaan
ini
dilakukan
mengingat
pada
tanggal
Februari
paling memahami dan berada paling
informan
dekat dengan anak serta memiliki
Pembentukan
ikatan batin yang kuat. Pemilihan
dengan tujuan agar mempermudah
informan
peneliti dalam melakukan penggalian
dilakukan
secara
data
purposive sampling.
adalah menggunakan wawancara. Muslimin
No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
urutan data, mengorganisasikannya ke dalam satu pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat tema
dan
6
orang. dilakukan
mendalam
Adapun
pada
pelaksanaan
Tabel Jadwal Pelaksanaan Wawancara
(2002)
data merupakan proses mengatur
ditentukan
rapport
jumlah
pengumpulan data sebagai berikut:
yang digunakan dalam penelitian ini
Menurut
sebanyak
secara
informan.
Metode pengumpulan data
dengan
23-25
sebagian besar ibu adalah orang yang
ini
2015,
penelitian
dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti apa yang disampaikan oleh data.
5
Nama I.R N N.A I.S.P A.A A.I
Tanggal 23-2-015 24-2-015 24-2-015 25-2-015 25-2-015 25-2-015
Waktu 09.30-10.45WIB 08.45-09.30WIB 09.45-11.05WIB 09.00-09.45WIB 10.00-10.55WIB 11.00-12.00WIB
Data dalam penelitian ini
mereka akibat dari kelainan selama
diperoleh dari 6 informan. Informan
hamil atau akibat dosa dimasa lalu.
yang menjadi sumber adalah ibu
Perasaan
yang memiliki anak penyandang
sebagian dari depresi yang muncul
autis.
saat orang tua mulai membayangkan
hasil wawancara terhadap informan
Pendidikan D3 SMA D3 SMA D3 D3
didapatkan hasil bahwa sebagian besar informan merasa sedih karena anaknya tidak seperti anak yang lainnya, bingung apa yang harus dilakukan, namun informan berusaha pasrah
saat
mudah
bagi
anak, sering hilang dari rumah,
orang
informan butuh teman saat keluar
tua
dengan anaknya dan juga terkait
manapun untuk dapat menerima apa
masalah ekonomi. Namun terdapat
yang sebenarnya terjadi. Kadang kala
satu informan yang menolak apa
terselip perasaan malu pada diri
yang terjadi pada anak, menyalahkan
orang tua untuk mengakui bahwa hal tersebut
dapat
terjadi
diri sendiri dan orang lain, namun
didalam
informan berusaha untuk berdamai
keluarga mereka (Sarasvati, 2004). Setelah
mengetahui
menyandang
autis,
dengan dirinya sendiri dan pasrah
anaknya orang
menerima kondisi anak.
tua
Saat pertama kali informan
biasanya merasa shock. Hal tersebut dapat
menimbulkan
kondisi
tidak tahu apa yang diminta oleh
mendengar
anaknya telah diagnosis autisme. Tidak
menerima
sulit berkomunikasi dengan anak,
Beberapa orangtua langsung stress
dan
anaknya. Selain itu informan merasa
Pembahasan
merasa
merupakan
anak (Sarasvati, 2004). Berdasarkan
Data Informan Usia 37 th 32 th 38 th 35 th 34 th 37 th
asa
masa depan yang akan dihadapi sang
Tabel
Nama I.R N N.A I.S.P A.A A.I
putus
mengetahui
perasaan
anaknya
mengalami
autis, yang difikirkan oleh informan
bersalah terutama pada pihak ibu,
adalah memikirkan bagaimana masa
yang khawatir apakah keadaan anak 6
depan anak, kasihan melihat kondisi
tua terhadap anggota keluarga yang
anak, selain itu juga informan tidak
mengalami
percaya atas apa yang terjadi pada
mempengaruhi
anak,
terhadap
bertanya-tanya
pada
diri
psikopatologis sikap
anggota
akan
orang
keluarga
tua yang
sendiri, memikirkan bahwa autis
mengalami psikopatologis, selain itu
dapat cepat sembuh tetapi ternyata
persepsi orang tua mengenai konsep
butuh
“keluarga idaman” yang terbentuk
proses
menyembuhkannya,
untuk memikirkan
secara
turun
temurun
akan
biaya yang dibutuhkan. Kemudian
didasarkan pada gambaran keluarga
informan berusaha untuk menerima
ideal, dalam hal ini adalah kondisi
kondisi anak dan mengobati anak
anak sebagai “anak sempurna” yang
dengan
satu
normal dan berkembang dengan
informan yang menyalahkan diri
baik. Kemudian hal tersebut juga
sendiri dan orang lain, berusaha
didukung oleh Kubler Ross (2008)
mengelak
bahwa
terapi.
Terdapat
kondisi
anak,
tidak
sebelum
mencapai
tahap
percaya atas apa yang terjadi pada
penerimaan individu akan melalui
anak saat pertama kali mengetahui
beberapa tahap, salah satunya adalah
anaknya mengalami autis, kemudian
denial (penolakan) tahap ini dimulai
informan juga sering menangis saat
dari
teringat
kondisi
anak.
Rogers,
menerima diagnose dari seorang ahli.
Dawson,
dan
Vismara
(2012)
Perasaan keluarga selanjutnya akan
rasa
tidak
percaya
menjelaskan bahwa banyak keluarga
timbul
yang merasa sedih karena harapan
Manifestasi
dan impian mereka akan masa depan
tersebut dapat berupa bingung atas
anak
setelah
arti diganosa, bingung akan apa yang
terdiagnosa
harus dilakukan, serta bingung atas
harus
mengetahui
tertunda anaknya
rasa
saat
dari
autisme. Beberapa orang melihat hal
peristiwa
ini sebagai ‘tekanan‘ yang membuat
keluarganya.
orang tua menjadi depresi. Hal
akan
tersebut sesuai dengan teori menurut
menyiksa
Hurlock (2001), bahwa respon orang
keluarga.
7
kebingungan.
yang
kebingungan
terjadi
Tindakan
menimbulkan pada
seluruh
pada
penolakan perasaan anggota
Ibu merupakan tokoh yang
adanya reaksi emosi atau marah pada
rentan
masalah
keluarga yang memiliki anggota
penyesuaian. Hal ini dikarenakan ibu
keluarga penderita autis. Selain itu
berperan langsung dalam kelahiran
orang
anak.
terhadap masalah-masalah kecil yang
lebih
terhadap
Biasanya
ibu
cenderung
tua
akan
pada
depresi yang berhubungan dengan
memunculkan
ketidakmampuan anaknya dan ibu
tersebut dapat dilakukan pada dokter,
lebih
saudara, anggota keluarga yang lain,
terganggu
secara
akan
sensitive
mengalami perasaan bersalah dan
mudah
akhirnya
lebih
berpotensi
kemarahan.
emosional. Ibu juga merasa stress
atau
karena perilaku yang ditampilkan
muncul keputusasaan dan kehilangan
oleh
tantrum,
harapan. Selain itu dalam kondisi
hiperaktif, kesulitan bicara, perilaku
depresi dapat menimbulkan rasa
yang tidak lazim, ketidakmampuan
bersalah,
bersosialisasi
berteman
sikap menarik diri, tidak mau bicara,
Hadis,
hal ini biasa dialami oleh ibu, dengan
anaknya
seperti
dan
(Cohen&Volkmar,
dalam
teman-teman.
Hal
kecewa,
menunjukkan
2006). Saat mengetahui anaknya
kekhawatiran
mengalami autis informan merasa
keadaan
sedih,
sendiri,
merupakan kelalaian selama masa
kecewa, kasihan melihat kondisi
kehamilan atau bahkan akibat dari
anak, sakit hati saat ada orang yang
dosa masa lalu. Selanjutnya keluarga
memandang anaknya berbeda dari
memilih untuk pasrah dan mencoba
anak yang lain, tidak percaya tentang
menerima keadaan anggota keluarga
kondisi
informan
yang menderita autis dengan tenang.
berusaha untuk menerima kondisi
Saat mengetahui anaknya mengalami
anak dengan ikhlas. Selain itu juga
autis, yang dilakukan oleh informan
terdapat 1 informan yang merasa
adalah langsung membawa anak ke
bersalah pada anak karena sibuk
dokter, psikolog, atau terapi. Selain
bekerja sehingga kurang memiliki
itu informan juga mencari informasi
waktu dengan anak. Hal tersebut
ke dokter, internet, buku mengenai
didukung oleh Kubler Ross (2008)
autis, cara merawat, sekolah, apa
menyalahkan diri
anak,
namun
8
yang
yang
Kemudian
muncul
sedang
atas
dihadapi
yang boleh dan tidak boleh untuk
dengan
harapan
anak autis, kemudian mencari tempat
menentramkan
terapi dan membawa anak untuk
Selanjutnya proses depresi yang
terapi.
ditunjukkan
orang
perasaan
bersalah,
hati
kekhawatiran
Kesimpulan dan Saran Proses penerimaan orang tua
keadaan
untuk
yang
yang
bisa
orang
tua
tua.
dengan kecewa,
muncul
sedang
atas
dihadapi
yang memiliki anak penyandang
merupakan kesalahan saat kehamilan
autis
proses
atau akibat dosa masa lalu, selain itu
penolakan yang ditunjukkan orang
orang tua merasa khawatir akan masa
tua berupa kebingungan atas apa
depan anak. Kemudian sampai pada
yang telah menimpa anaknya dan
proses
bingung
penerimaan, dimana orang tua dapat
diawali
akan
dengan
apa
yang
harus
yang
terakhir
dilakukan, selain itu orang tua
pasrah
menerima
merasa shock dan sedih melihat
dialami
anak
kondisi yang dialami anak, dan tidak
memperhatikan perkembangan anak
mempercayai kenyataan mengenai
selama proses terapi dan belajar
kondisi anak yang mengalami autis.
dirumah
Kemudian
kesembuhan anak pada Allah SWT.
proses
kemarahan
terhadap diri sendiri, anak, maupun
kondisi
yaitu
dengan
serta
cara
memasrahkan
Informan
penelitian
terhadap orang lain atas apa yang
diharapkan
telah terjadi dan merasa sakit hati
kondisi
saat
meremehkan
senantiasa selalu memberi kasih
tawar-menawar
sayang serta perhatian yang lebih
yang diwujudkan orang tua dengan
dalam merawat anak penyandang
cara berbicara dengan diri sendiri
autis. Selain itu diharapkan agar
sebagai wujud dari pembelaan diri
orang
atas keadaan yang dialami anak,
secara
selain
kesembuhan anak baik ditempat
orang
anaknya.
lain
Proses
itu
juga
melakukan
pembenaran mengenai upaya yang
agar
yang
anak
tua
bisa
seutuhnya
mampu
penuh
9
dan
berpartisipasi
dalam
terapi maupun dirumah.
telah dilakukan oleh orang tua
menerima
proses
Masyarakat diharapkan
dapat
umum
DAFTAR PUSTAKA
memahami
mengenai autis, sehingga masyarakat
Hadis, A. (2006). Pendidikan Anak
mampu ikut serta dalam proses
Berkebutuhan
kesembuhan anak autis, dengan cara
Khusus
Autistik. Bandung: Alfabeta.
tidak mengucilkan, memperlakukan
Hurlock,
anak autis seperti anak normal, dan
E.
(2002).
Psikologi
Perkembangan:
berkomunikasi dengan anak autis.
Suatu
Pendekatan
Diharapkan dengan penelitian
Sepanjang
ini mampu memberikan informasi
Rentang Kehidupan Edisi 5
dan pemahaman mengenai autis.
(Terjemahan
Kemudian bagi peneliti selanjutnya
Istiwidayanti).
diharapkan
Erlangga.
penelitian
agar dengan
melakukan menambahkan
oleh Jakarta:
Kubler Ross, E. (2008). On Life
jumlah informan untuk memperoleh
After Death Revised. In A.
hasil yang lebih mendalam.
Kusumawardani,
Persepsi
Keluarga
Merawat
Klien
dalam Gangguan
Jiwa:
Skizofrenia yang Mengalami Kekambuhan
di
Banyumas.
RSUD Cilacap:
Keperawatan, STIKES AlIrsyad Al-Islamiyyah. Muslimin.
(2002).
Metodologi
Penelitian
Bidang
Sosial
Edisi
Malang:
Bayu
1.
Media. Pos, S. (2012, April 4). Terapi Autis 24 Jam oleh Orang Tua.
10
Retrieved Juli 1, 2014, from Solopos: http://www.solopos.com/201 2/04/04/autis-terapi-24-jamoleh-orangtua-175882 Pramitha, D., Mufattahah, S., & Zulkaida,
A.
(2009).
Penerimaan Diri Istri Pertama dalam
Keluarga
Poligami
yang Tinggal dalam Satu Rumah. Jurnal Psikologi . Sarasvati. (2004). Meniti Pelangi: Perjalanan kenal
ibu
yang
menyerah
tak
dalam
membimbing putranya keluar dari belenggu ADHD dan autisme. Jakarta: PT. Elek Media Komputindo. Setiafitri, P. (2014). Karena Kamu Spesial. Jakarta: PT Elex Media
Konoutindo
Kelompok Gramedia. Yusuf, S. (2002). Psikologi Anak dan Remaja.
Bandung:
Rosda
Karya.
11