PENERAPAN WATERMARKING PADA FILE MP3 UNTUK MENDAPATKAN PROTEKSI HAK CIPTA DIJITAL Benny Hardjono11, Aditya Rama Mitra2', dan Henry Wijaya Purwa31 Abstract This paper describes digital audio watermarking technique for digital-to-digital environment. Theoretically, information can be inserted into different media without damaging or changing the host media integrity. Nowadays, digital watermark is used to confirm digital copyright protection as well as to append other information concerning the intellectual property. This is not only applicable for digital image but also for digital audio. Following the basic theory of digital audio watermarking, this report also describes in a more detailed fashion the description of the digital audio watermarking using algorithm called least significant bit modification for digital to digital environment technology, its implementation and testing. To simulate digital audio watermarking using least significant bit modification, a customized program was developed, which can perform audio watermarking, encoding process as well as decoding process. As a case study, from the three MP3 Tile formats (Constant Bit Rate, Average Bit Rate and Variable Bit Rate), the Constant Bit Rate is chosen. Six MP3 files with different bit rates are then fed through the customized program, to be watermarked. The quality of watermarked audio data and the integrity of the watermark information after decoding, are then observed. Also, a brief summary of digital audio watermark using least significant bit, its process and implementation of the program, are presented. Finally, watermarking with least significant bit modification method on MP3 files, has been proven to work for 80, 160 and 320 kbps bitrates, without significant change in sound quality. These experimental results can be used for further research. 1.PENDAHULUAN 1.1.LATARBELAKANG Dengan bertambahnya pemakaian internet broadband dan program Tile sharing seperti Napster atau Kazza atau WinMX, data akan lebih mudah dipertukarkan. Salah satu data yang sering dipertukarkan adalah lagu dalam bentuk MPEG 1 Layer III (MP3), salah satu format Tile lagu dalam bentuk dijital yang umum saat ini. Setiap orang dengan mudah dapat memperoleh MPEG 1 Layer III dan mendistribusikannya demi keuntungannya sendiri, tanpa harus membayar royalty kepada pemilik lagu yang sah. Hal tersebut menimbulkan masalah pelanggaran hak cipta. Masalah pelanggaran hak cipta memang tidak mudah untuk diatasi, tetapi dapat diminimalisasi misalnya dengan menggunakan teknik Digital Watermarking. Fungsi utama teknik ini adalah memasukkan atau menyisipkan informasi ke dalam media dijital. Informasi yang dimaksud memuat informasi hak cipta juga dapat berupa metadata lain yang memuat informasi pembuat, pembeli dan sebagainya. Sehingga bila ada pihak yang meng-copy data yang telah di-watermark, maka pihak tersebut dapat diperiksa, apakah dialah yang telah membeli data tersebut. Digital
Benny Hardjono, Dosen Tetap pada Fakultas llmu Komputer, UPH Aditra Rama Mitra, Dosen Tetap pada Fakultas llmu Komputer, UPH 3) Henry Wijaya Purwa, Alumni Jurusan Teknik Informatika Fakultas llmu Komputer, UPH
2)
Penerapan Watermarking...(Benny Hardjono, Aditya R. Mitra, Henry Wijaya Purwa )
77
watermarking itu sendiri dapat diterapkan pada media yang berbeda-beda, untuk suara dan lagu dikenal teknik Digital Audio Watermarking. 1.2 PERUMUSAN MASALAH Teknik digital audio watermarking mampu menyisipkan informasi secara transparan dan karena perubahan data tidak pada setiap frame maka perubahannya tidak akan terdengar, serta tidak mengubah kualitas suara atau lagu. Transparan di sini dimaksudkan bahwa pendengar tetap dapat mendengarkan lagu tanpa menyadari keberadaan informasi watermark yang disisipkan tersebut dalam sinyal suara lagu. Dengan teknik audio watermarking orang dapat memasukkan dan menampilkan kembali metadata informasi watermark, berupa teks (misalnya kode untuk informasi hak cipta), atau gambar (misalnya logo perusahaan) atau dokumen (misalnya dokumen perjanjian pengguna) dan sebagainya. Penambahan informasi watermark dilakukan dengan mengubah bit-bit sinyal suara suara dengan maksud agar informasi watermark tidak dengan mudah dihilangkan meskipun dapat dilihat oleh siapa saja. Watermark dapat dianalogikan dengan noda yang menempel pada media dijital. Watermarking dapat dianalogikan sebagai noda pada kain, yang dapat saja dihilangkan, tetapi memerlukan cara yang khusus dan bila tidak dilakukan hati-hati dapat disertai pengurangan warna aslinya. Dalam hal sinyal musik, pengurangan yang terjadi adalah berkurangnya kualitas suara musik yang asli. 1.3 PEMBATASAN MASALAH Dengan pertimbangan luasnya ruang lingkup konsep Digital Audio Watermarking ini, maka pembahasan dibatasi dalam ruang lingkup sebagai berikut: 1. Teknik Digital Audio Watermarking yang digunakan adalah teknik Audio Watermarking Least Significant Bit Modification, dengan teknik enkripsi RSA serta teknik redundansi data Hamming Code 8/4. 2. Bentuk file yang digunakan adalah Constant Bitrate MPEG 1 Layer III. 3. Bahasa pemrograman yang dipakai adalah Visual Basic versi 6 1.4 METODOLOGI PENELITIAN Setelah teknik Least Significant Bit (LSB) Modification Watermarking digali dari beberapa daftar pustaka, maka algoritma akan dicobakan ke dalam bahasa pemrograman (bersifat eksperimental). Hasil yang diharapkan adalah sumber lagu dijital setelah 6\-watermarking tidak mengubah kualitas suaranya. 2. PENELITIAN YANG BERHUBUNGAN 2.1 DIGITAL WATERMARKING Digital watermarking [PD01] merupakan teknik penyembunyian data yang sudah diaplikasikan ke dalam beberapa bentuk dijital. Teknik digital watermarking berasal dari ilmu stenografi yang sudah ada sejak beratus-ratus tahun yang lalu. Kata stenografi diturunkan dari bahasa Yunani Stegano yang berarti tersembunyi dan graphein yang berarti menulis. Awalnya, watermark identik dengan tulisan yang tidak terlihat pada kertas surat. Tulisan watermark tersebut hanya dapat dibaca dengan metode tertentu, misalnya dengan cara mencelupkan kertas surat hex-watermark ke dalam cairan tertentu. Kemudian pada era dijital, watermark tetap mempunyai pengertian yang sama, perbedaannya hanya pada media digunakan dan tujuannya. Watermarking 78 Jurnal llmiah Ilmu Komputer, Vol. 2 No. 2 April 2004: 77 - 86
sekarang ini diterapkan pada file, untuk membantu mengidentifikasi siapa pemilik suatu data serta apakah apakah informasi di dalam file tersebut telah diubah. Digital watermarking itu sendiri mempunyai arti sebagai proses memasukkan suatu informasi metadata watermark, seperti tanda tangan dijital ke dalam hasil karya dijital secara transparan. Sering kali Digital watermarking dianggap sama dengan enkripsi, tetapi sebenarnya terdapat perbedaan besar di antara keduanya. Perbedaannya adalah file yang dienkripsi tidak dapat dibaca (bila media tersebut berupa file dokumen, gambar atau gambar bergerak) atau dapat didengar tetapi tidak dapat dimengerti (bila media tersebut berupa file lagu), sedangkan file yang diberi watermark tetap dapat didengar atau dibaca seperti biasanya. Digital Audio watermarking mempunyai fitur-fitur sebagai berikut: 1. Seoptimal mungkin tidak mengubah sinyal host dan semaksimal mungkin keberadaan informasi watermark tidak disadari pendengar. 2.
Data yang ditambahkan harus ditempatkan di dalam isi yang signifikan dari file, bukan ke dalam header, sehingga data watermark tidak akan hilang meskipun format hasil karya tersebut berubah.
3.
Informasi atau data watermark yang disisipkan harus kebal terhadap serangan/modifikasi baik modifikasi umum, misalnya channel noise, filtering, resampling, cropping, encoding, lossy compressing, konversi dan sebagainya; maupun modifikasi khusus yang berupaya untuk menghilangkan informasi watermark.
4.
Data watermark berupa tanda tangan dijital sebaiknya dienkripsi menggunakan teknik asymmetric codingl.
5.
Untuk menjamin integritas data, digunakan teknik pengkoreksian kesalahan (misalnya : CRC - Cyclic Redundancy Code, dan Hamming)
6. Informasi watermark yang ditambahkan sebaiknya dapat membantu merekonstruksi ulang seluruh data meskipun hanya menggunakan sepotong kecil data aslinya. 3. POKOK BAHASAN 3.1 LATAR BELAKANG Teknik penyisipan data akan berbeda sesuai dengan bentuk file yang diterapkan, misalnya untuk penyembunyian data dalam gambar akan berbeda dengan di dalam suara. Yang dimaksud dengan bentuk file di sini adalah format dijital file untuk menyimpan hasil karya tersebut (misalnya untuk format dijital sinyal suara dikenal bentuk wav, AIFF2, MP3 dan sebagainya). Secara umum semua teknik penyembunyian data memanfaatkan keterbatasan kemampuan daya tangkap manusia. Misalnya, data disembunyikan pada frekuensi tertentu atau disisipkan pada waktu jeda antara dua sinyal. Dalam penyembunyian data pada suara, sinyal suara akan selalu melewati proses encoding dan decoding, untuk itu perlu dipastikan data yang disembunyikan tidak hilang selah mengalami kedua proses tersebut. 1 Asymmetric coding mengandung arti: kunci untuk mengenkripsi data akan berbeda dengan kunci untuk mendekripsi data. 2 Singkatan dari Audio Interchange File Format yaitu salah satu bentuk file dijital untuk menyimpan data suara. Penerapan Watermarking...(Benny Hardjono, Aditya R. Mitra, Henry Wijaya Purwa )
79
3.2 TOPIK BAHASAN Pembahasan difokuskan pada digital audio watermarking dengan menggunakan teknik least significant bit modification. Teknik ini diambil karena : • file yang disisipkan hanya berlaku pada lingkungan dijital-ke-dijital, sehingga watermarking mudah disisipkan pada file lagu MP3. 3.3 PERUMUSAN MASALAH 3.3.1 PROSES WATERMARKING SECARA UMUM Secara umum proses digital watermarking hanya terdiri dari dua (2) proses, yaitu watermark encoding yang dilakukan oleh watermark encoder dan watermark decoding yang dilakukan oleh watermark decoder. Proses watermark encoding berfungsi untuk memasukkan watermark ke dalam sinyal suara yang belum memiliki watermark. Setelah proses watermark encoding selesai, lagu siap untuk didistribusikan. Proses decoding watermark berfungsi untuk menampilkan kembali watermark yang ada dalam sinyal suara [WDM* 1996]. Watermark code berupa file dijital, teks ASCII3 atau tanda tangan dijital. Watermark dapat juga dienkripsi dan diperkuat dengan teknik redundansi data sehingga keamanan dan integritas watermark akan lebih terjamin Watermark Code Raw Extracted Watermark Code
Encryption Input
Encrypted Data
Watermark Decoder
L utput
Adding Redundancy
Subtracting Redundancy Decoded Data
Decrypted
Decryption
Encoded Data Audio Watermark Encoder Siqnal
Data -.Audio Standard Audio Player
Music Distribution Internet, CD
Watermarked Audio
\Sianal
Watermarked Audio
Gambar 1. Proses digital audio watermarking secara umum Adding redundancy maksudnya adalah melipat-gandakan data sedemikian sehingga bila ada yang hilang maka data yang asli tetap dapat dibaca, contohnya CRC dan Hamming code. Teknik yang dipilih adalah Hamming code. Sedangkan encryption disini maksudnya adalah mengenkripsi pesan sehingga hanya bisa dilihat oleh orang yang tahu password-nya. Teknik enkripsi sangat beragam, misalnya : El Gamal, 3 ASCII (American Standard Code for Information Exchange) merupakan kumpulan set karakter atau karakter yang umum digunakan oleh komputer atau peralatan komunikasi lainnya yang berhubungan dengan teks. 80 Jurnal llmiah llmu Komputer, Vol. 2 No. 2 April 2004: 77 - 86
Diffie-Hellman, serta RSA (Rivest, Shamir, Adleman); teknik enkripsi yang dipilih adalah RSA. 3.3.2 LEAST SIGNIFICANT BIT MODIFICATION TECHNIQUE Least Significant Bit (untuk selanjutnya disebut LSB) modification [WDM* 1996] merupakan teknik yang umum dan relatif mudah untuk menyisipkan watermark ke dalam berbagai struktur data. LSB adalah bit dengan derajat nol. Keuntungan teknik ini ialah mudah untuk diterapkan dalam berbagai media. Kerugian teknik ini adalah watermark mudah hilang bila data MP3 dimanipulasi / diserang [WDM* 1996]. Dengan menggunakan teknik ini setiap LSB dari setiap frame diubah menjadi bit yang merepresentasikan data watermark. Sehingga bit yang dapat diubah adalah LSB pada setiap frame yang ada dalam lagu MP3 tersebut (teknik pengulangan watermarking tidak diterapkan dalam penelitian ini). 3.4 RANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PROGRAM Digital watermarking terdiri dua komponen yaitu watermark encoder, yang melakukan proses encoding data watermark dan watermark decoder, yang melakukan proses decoding data watermark. Kedua proses yang dilakukan dua komponen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: 3.4.1 PROSES ENCODING DATA WATERMARK Proses yang dilakukan oleh watermark encoder ini memasukkan kode watermark ke dalam file dijital lagu atau suara berupa file MP3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut ini:
I
Selesai
j<
—
Gambar 2. Bagan alur proses enoding data watermark Proses ini dimulai dengan mengambil informasi dari frame header pertama MP3. Informasi tersebut adalah besamya bitrate, frekuensi, ukuran frame dan sebagainya. Informasi yang diperoleh ini digunakan untuk pemeriksaan keberadaan data watermark, perhitungan jumlah bit maksimum atau ukuran maksimum data Penerapan Watermarking...(Benny Hardjono, Aditya R. Mitra, Henry Wijaya Purwa )
81
watermark, dan sebagainya. Setelah informasi diperoleh, akan dilanjutkan dengan mencari keberadaan data watermark dalam file MP3. Jika MP3 sudah mengandung watermark, maka proses penyisipan watermark tidak akan dilakukan. Jika MP3 belum mengandung kode watermark, maka proses penyisipan data watermark akan dilakukan. 3.4.2 PROSES DECODING DATA WATERMARK Proses yang dilakukan oleh watermark decoder ini adalah membaca atau mengambil kembali kode watermark yang sudah ada di dalam suatu lagu MP3.
Mulai
J File MP3 yang dipilih
Ambil informasi MP3
Tampilkan data Watermaik-nya
Gambar 3. Bagan alur proses decoding data watermark Proses ini dimulai dengan mengambil informasi yang terdapat dalam frame pertama lagu MP3. Proses dilanjutkan dengan mencari watermark header. Jika ditemukan maka diperiksa dahulu apakah data watermark tersebut dapat dibaca atau tidak. Jika ditemukan watermark header dan data watermark tidak mengalami kerusakan, maka data watermark ditampilkan. Struktur watermark header yang dipakai adalah mirip dengan struktur data header frame MP3 (untuk perinciannya dapat dilihat di [Pur 2004]). 3.5 PENGUJIAN Pengujian meliputi integritas data watermark, perubahan kualitas suara dan perubahan isi file. Pengujian integritas data watermark dilakukan dengan cara menyisipkan 3 jenis data, dengan menggunakan program yang dibuat sendiri, sebagai bagian dari penelitian di UPH. Ada enam buah file MP3 dengan format CBR (Constant Bit Rate) yang dipakai (6 yang berbeda b/frate-nya). Semua file data watermark melalui proses penguatan Hamming Code. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 3.1.
82 Jurnal llmiah llmu Komputer, Vol. 2 No. 2 April 2004: 77 - 86
Tabel 1. Ringkasan hasil pengujian integritas data watermark Tanda tangan dijital Tersisipkan Terbaca Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Teks Tersisipkan Terbaca Ya Ya Ya Ya Ya Ya
File gambar Tersisipkan Terbaca Ya Ya Ya Ya Ya Ya
CO CO CO CD CO CO
CD CO CO CO CO CO
Bitrate (kbps) 80 128 160 192 256 320
Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Dapat disimpulkan dari tabel 1, bahwa teks, tanda tangan dijital (teks yang dienkripsi dengan RSA) dan segala bentuk file gambar dapat disisipkan data watermark-nya dan diambil kembali tanpa menimbulkan kerusakan pada data sisipan. Semua file di atas, dibaca kembali dengan bitrate yang sama. Kualitas lagu setelah penyisipan data watermark, diperoleh dengan menggunakan piranti lunak spectrascope dan di-p/ay-back dengan menggunakan Microsoft Media Player 9. Play-back dilakukan pada bitrate aslinya. Tabel 2. Ringkasan hasil pengujian kualitas lagu Bitrate (kbps) 80
Pengujian sampel kosong Amplitudo Amplitudo maksimum rata-rata berubah berubah Ya Tidak
Pengujian sampel lagu Amplitudo Amplitudo maksimum rata-rata berubah berubah Tidak Ya
128 160
Ya Ya
Tidak Tidak
Ya Ya
Tidak Tidak
192
Ya
Tidak
Ya
Tidak
256
Ya
Tidak
Ya
Ya
320
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Pengujian dengan MP3 Player Tidak bisa dibedakan dengan aslinya. Terdengar loncatan. Tidak bisa dibedakan dengan aslinya Terdengar loncatan secara konstan. Terdengar loncatan secara konstan (Paling parah). Lagu menjadi tidak enak didengar. Tidak bisa dibedakan dengan aslinya.
Dapat dilihat di tabel 2, bahwa pada dasarnya memang semua penyisipan data dengan bitrate berapapun akan menyebabkan perubahan puncak amplitudo tetapi tidak akan mengubah kualitas lagu secara drastis (kecuali pada kasus 256kbps), bahkan untuk beberapa kasus file yang telah disisipkan tidak bisa dibedakan dengan Penerapan Watermarking...(Benny Hardjono, Aditya R. Mitra, Henry Wijaya Purwa )
83
aslinya, terutama pada bitrate kelipatan 80kbps (tulisan di-bold, seperti : 160, dan 320kbps). Perubahan isi file MP3 antara sebelum dan sesudah penyisipan data dapat dilihat dengan bantuan aplikasi Wordpad (untuk menampilkannya dalam bentuk ASCII). Sebelum penyisipan data dilakukan, salah satu frame akan bemilai ASCII seperti yang dapat dilihat berikut (yang dicetak tebal dan digaris-bawahi adalah byte terakhir dari frame-lihat gambar 4): yoan
in
A QJd 4f€ LAME 3 . 93UUUUiraUUUUUUUUUITOUUUUUUUUinnJlHJUU^^ UUUUTOUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU^
uuuuuuirajuuuuinjuuuuuuuuinjuuuui^ UUUUUUUUUUUUIKJUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU^
uuuuuuuuuuuuuuumKmuuuuuuuumjuuuuinrouuuuuuinrauuuuuuuuuuuuuuuuuuirou uuuuuuuuuuuuuuuuuuuinjuuuuuuuuuuuu^ uuuuuuuuuuumjuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu^^ UUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUIKJ^
uutnrajuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu^^ uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuirouuuirauuuin^ uuuuuuuuuuuuuuuirainjuuuuuuuuuuuuuu^^ UUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUWJ^^
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu Gambar 4. contoh satu frame MP3 sebelum penyisipan data watermark
Sesudah penyisipan data dilakukan salah satu frame yang berubah akan mempunyai nilai ASCII sebagai berikut (gambar 5): yuai
i
A :nn 4f€ LAME 3.93uuuuuuuuuuuuuuuinrauwuuuuuuuuum UUUUUUUUUUUUUUUUUUIKJUUUUUUUUUUUU^
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu^^ uuuumjvvvuuuuxjuuvvvuuijuuvvvuvvumjuvvui^ UUUUUUUUUUUUUUUUUUtHJUUUUUUUUU^ UUUXKJUUUXJUUUUUUUUUUUUUUIWUUUUUUUUUUUUUUUUXJUUUUUOT UUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU^^
uuuumjuuuuuuuuuuuuuuuuumnjuuumnjuu^ uuuuuuuuuuinjuuuuuuuuuuumnjuuu^^ UUUUUUUUUUUUUlKJUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUinJUUUUUUUU
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuroinjuui^^ UUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUTO^ UUUUUUUUUUUUUUUUUUUUT
Gambar 5. frame MP3 yang sama dengan Gambar 4, tetapi setelah penyisipan data watermark Tampak nilai frame berubah hanya pada LSBnya saja. Dalam contoh tadi ASCII 'IT menjadi ASCII T , dimana 'U' mempunyai nilai desimal 85 dan T mempunyai nilai 84, sehingga dapat dipastikan bahwa LSB dari frame ini adalah T dan diubah menjadi '0' untuk menyimpan bit data watermark. Dari hasil pengujian ini, dapat disimpulkan bahwa perubahan frame hanya terjadi pada byte terakhir. Hal ini sesuai dengan prinsip teknik least significant bit modification, yaitu mengubah LSB tiap frame sebanyak panjangnya bit data watermark yang akan disisipkan.
84 Jumal llmiah llmu Komputer, Vol. 2 No. 2 April 2004: 77 - 86
Selanjutnya, kekebalan files MP3 yang telah 6\-watermark dan diperkuat dengan teknik Hamming Code 8/4, diuji dengan beberapa serangan antara lain normalisasi, pengubahan volume suara, resampling dan konversi format file (menggunakan piranti lunak GoldWave). Dari hasil pengujian ini, terlihat jelas bahwa semua serangan berhasil menyebabkan hilangnya data watermark, meskipun watermark sudah diperkuat menggunakan teknik Hamming Code 8/4. Hal ini sependapat dengan referensi yang dipakai [WDM* 1996]. Tabel 3. Hasil pengujian kekebalan data watermark terhadap 4 tipe serangan No.
Nama Modifikasi
1.
Normalisasi
2.
Pengubahan volume suara
3.
Resampling bitrate
Diskripsi Percobaan Sampel suara dilakukan operasi normalisasi Sampel suara diubah besar volumenya menjadi 175% Sampel suara dikonversi ke dalam bitrate yang berbeda
Watermark hilang ? Ya
Ya
Ya
dengan aslinya (yang diujikan adalah bitrate 128kbps sampai 320kbps). Sampel suara dikonversi ke 4.
Resampling frekuensi
dalam frekuensi yang
Ya
berbeda dengan aslinya Sampel suara dengan format 5.
Konversi format file
MP3 dikonversi menjadi
Ya
format AIFF dan WAV, lalu dikonversi kembali ke dalam bentuk MP3 Sampel suara dilakukan 6.
Konversi dan resampling ke dalam bentuk aslinya
proses 3 dan 4 di atas di-
Ya
resampling kembali dengan bitrate dan frekuensi yang sama seperti sebelum dilakukan modifikasi suara file MP3.
Untuk percobaan 2, 3 dan 4 dari tabel 3, MP3 yang telah hilang watermarknya, tetap dapat didengar isinya (kualitas suara tidak berubah).
Penerapan Watermarking...(Benny Hardjono, Aditya R. Mitra, Henry Wijaya Purwa )
85
4. KESIMPULAN Teknik Audio Watermarking Least Significant Bit Modification pada intinya hanya mengubah least significant bit titik acuan, yaitu mengubah LSB dari tiap frame sebanyak data watermark yang hendak disisipkan. Teknik ini dapat diterapkan pada semua MP3 dengan format Constant Bit Rate dan d\-play-back pada bitrate kelipatan 80kbps (perubahan kualitas suara tidak dapat dibedakan dengan aslinya). Teknik ini tidak kebal terhadap serangan yang bertujuan untuk menghilangkan data watermark, namun pernyataan ini sesuai dengan teori dasar yang menyatakan bahwa teknik ini memang tidak kebal terhadap modifikasi / serangan. 5. SARAN Untuk mendapatkan cara watermarking yang kebal terhadap serangan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, misalnya menggunakan teknik Spread spectrum [CLS 1996], Echo hiding, dan Phase coding,.. Untuk watermarking yang dilakukan saat WAV file dikonversi ke MP3 dapat dilihat pada website MP3Stego atau lebih rinci http://www.cl.cam.ac.uk/~fapp2/steganography/mp3stego/ DAFTAR PUSTAKA [WDM* 1996]
W. Bender, D. Gruhl, M. Morimoto, A. Lu, Techniques for Data Hiding, IBM System Journal., vol. 35, nos. 3-4, hal. 313-336, 1996.
[CLS 1996]
Co I.J., Leighton T., Shamoonf T., SECURE SPREAD SPECTRUM WATERMARKING FOR IMAGES, AUDIO, AND VIDEO, Mathematics Department and Laboratory for Computer Science MIT, Cambridge, MA 02139., Juni 1996.
[AIC 2000]
Alpha Internet Consulting LLC, Inside The MP3 Codec, http://www.multiweb.cz/twoinches/MP3inside.htm, 2000.
[Rob 2001]
Robin O'Leary, PDC Live - Hamming Code, http://pdc.ro.nu/PDC Live - Hamming Code.htm, 2001
[CE2001]
Christine I. Podilchuk, and Edward J. Delp, Digital Watermarking : Algorithms and Applications, IEEE SIGNAL PROCESSING MAGAZINE, Juli 2001.
[Pau 2003]
Paul Johnston, Paj's Home, BSD License http://pajhome.org.uk/index.html, 2003.
[Pur 2004]
Purwa H.W., Penerapan Watermarking pada frekuensi1-22KHz untuk mendapatkan proteksi hak cipta dijital, hal.36-43 , 2004, Penelitian di FIK-UPH, dengan pembimbing Benny Hardjono, dan Aditya Rama Mitra.
86 Jurnal llmiah llmu Komputer, Vol. 2 No. 2 April 2004: 77 - 86