PENERAPAN SISTEM PROTEKSI BAHAYA DI KANTIN SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA PT. DENSO INDONESIA SUNTER PLANT
LAPORAN TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya
Hanifah Agda Nursitasari R.0013057
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2016
PENERAPAN SISTEM PROTEKSI BAHAYA DI KANTIN SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA PT. DENSO INDONESIA SUNTER PLANT
LAPORAN TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya
Hanifah Agda Nursitasari R.0013057
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2016 i
ii
iii
ABSTRAK PENERAPAN SISTEM PROTEKSI BAHAYA DI KANTIN SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA PT. DENSO INDONESIA SUNTER PLANT Hanifah Agda Nursitasari1, Seviana Rinawati2 Latar belakang : Penggunaan peralatan yang besar dan canggih di kantin perusahaan menyebabkan berbagai potensi bahaya yang dapat mengancam pekerja di kantin maupun pekerja di perusahaan. Upaya pengendalian yang dilakukan yaitu dengan penerapan sistem proteksi di kantin. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tentang gambaran penerapan sistem proteksi bahaya sehingga dapat mencegah terjadinya bahaya dalam bekerja. Metode : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang memberikan gambaran penerapan sistem proteksi bahaya melalui observasi langsung ke lapangan, wawancara dengan kepala koki, koki, para pekerja di kantin, departemen SHE, serta studi kepustakaan. Hasil : Sistem proteksi bahaya di kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant dilakukan secara menyeluruh dari proses pengorderan, penerimaan barang, penyimpanan barang, pengolahan, pembersihan, pengolahan limbah, dan lain-lain. Potensi bahaya yang ada di kantin berupa kebakaran/ledakan, dingin, jatuh dari ketinggian, kontak dengan listrik, kontak dengan Bahan Berbahaya dan Beracun, dan lain-lain. Sistem proteksi diawali dengan mengidentifikasi bahaya dengan lembar IBPR. Selanjutnya dilakukan pengendalian bahaya dengan hirarki pengendalian pada masing-masing potensi bahaya dan disesuaikan dengan efektifitasnya. Langkah yang terakhir yaitu dilakukan evaluasi melalui audit internal oleh SHE departemen yang menunjukan bahwa potensi bahaya yang dilakukan di kantin telah terpenuhi dan perlu ditingkatkan lagi agar potensi bahaya benar-benar bisa dicegah. Simpulan : Kantin di PT. Denso Indonesia Sunter Plant telah memiliki sistem proteksi bahaya yang berjalan dengan baik dan teratur. Sistem proteksi dilakukan mulai dari proses kerja awal hingga akhir untuk mengetahui potensi bahaya keseluruhan dan melakukan pengendalian potensi bahaya secara maksimal. Sistem proteksi bahaya sebagian besar telah memenuhi peraturan perundangan serta literatur terkait penelitian yang masih berlaku. Kata Kunci : Sistem Proteksi Bahaya di Kantin 1. 2.
Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dosen Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta. iv
ABSTRACT THE APPLICATION OF HAZARD PROTECTION SYSTEM IN CANTEEN AS POTENTIAL HAZARD PT. DENSO INDONESIA SUNTER PLANT Hanifah Agda Nursitasari1, Seviana Rinawati2 Background : The use of large and sophisticated equipment in the company canteen cause a variety of potential hazards that can threaten workers in canteen and workers in the company. Control measures that can be done by the application of hazard protection system in canteen. The purpose of this study is to know about the description of the application of hazard protection system in so that it can prevent the occurrence of hazards in the work. Methods : This research uses descriptive method which provides an implementation of hazards protection system in through direct observation to the field, interviews with the head chef, chef, canteen workers, SHE department and the study of literature. Results : Hazard protection system in the canteen of PT. Denso Indonesia Sunter Plant conducted thoroughly from ordering, receipt of the goods, storage of goods, processing, cleaning, waste treatment, and others. The potential hazard in the canteen are fires/explosions, cold, falls from height, an electrical contact, contact with hazardous and toxic materials, and others. Protection system begins by identifying hazard by using IBPR sheet. From the results of hazard identification, hazard potential that most potentially is fire/explosion. Then carried out control of hazardsl by hierarchy of control of each potential hazard and adapted with effectiveness. The last step is evaluated by internal audit by the SHE department show that the potential hazards conducted in the canteen has been fulfilled and need to be improved so that the potential hazard completely preventable. Conclusion : Canteen of PT. Denso Indonesia Sunter Plant has had The Hazard protection system that running properly and regularly. protection system carried out from beginning to end work processes to identify potential The Hazard and to control whole The Hazard potential optimally. Hazard protection systems have largely been fulfilling laws and related literature research that still valid. Keyword : Hazard Protection System in Canteen 1. 2.
Industrial Hygiene, Occupational Health and Safety Program, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University. Lecturer of Industrial Hygiene, Occupational Health and Safety Program, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University.
v
PRAKATA
Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puja dan puji syukur selalu penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan tugas akhir: “Penerapan Sistem Proteksi Bahaya Di Kantin Sebagai Upaya Pengendalian Potensi Bahaya PT. Denso Indonesia Sunter Plant”. Dimana laporan ini sebagai salah satu persyaratan kelulusan di Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selama penelitian dan penyusunan laporan ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Hartono, dr., M.Si selaku Dekan Fakultas Kedokteran, Univertsitas Sebelas Maret. 2. Ibu Yeremia Rante Ada’, S.Sos., M.Kes selaku Kepala Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Seviana Rinawati, S.KM, M.Si. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan. 4. Ibu Reni Wijayanti, dr., M.Sc selaku penguji yang telah memberikan pengarahan. 5. Bapak Heru Sudaryanto, Ibu Ferawati Candra Dewi dan Bapak Agus Triyanto, selaku SHE Departemen yang telah memberikan bimbingan dalam pelaksanaan kegiatan magang di PT. Denso Indonesia Sunter Plant. 6. Bapak, ibu, dan adikku terima kasih atas segala doa dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar. 7. Seluruh teman-temanku terima kasih untuk semangat yang telah diberikan kepada penulis. Besar harapan penulis agar laporan ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penyusun senantiasa mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan laporan ini. Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Surakarta,.......................... Penulis
Hanifah Agda Nursitasari vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN .............................................. ABSTRAK ....................................................................................................... ABSTRACT ....................................................................................................... PRAKATA ....................................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................... DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................ DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. A. Latar Belakang Masalah................................................................ B. Rumusan Masalah ......................................................................... C. Tujuan Penelitian........................................................................... D. Manfaat Penelitian ........................................................................ BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... B. Kerangka Pemikiran ...................................................................... BAB III METODE PENELITIAN................................................................... A. Jenis Penelitian.............................................................................. B. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................... C. Subyek Penelitian .......................................................................... D. Sumber Data .................................................................................. E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ F. Analisis Data .................................................................................. BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ BAB VI SIMPULAN DAN SARAN............................................................... A. Simpulan ....................................................................................... B. Saran .............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... LAMPIRAN
vii
i ii iii iv v vi vii viii ix x xi 1 1 3 3 4 5 5 27 28 28 28 28 29 30 31 32 80 98 98 98 100
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Lembar IBPR PT. Denso Indonesia Sunter Plant ........................ Gambar 2. Contoh Safety Map ....................................................................... Gambar 3. Kerangka Pemikiran ..................................................................... Gambar 4. Struktur Organisasi Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant .... Gambar 5. Proses Kerja Kantin ...................................................................... Gambar 6. Grafik Prioritas Bahaya Kantin .................................................... Gambar 7. Safety Map Canteen ..................................................................... Gambar 8. Steker A (kiri) dan Steker F (kanan)............................................. Gambar 9. SOP (Kwali Range Low) .............................................................. Gambar 10. Pelatihan Pemadaman Kebakaran .............................................. Gambar 11. Safety Sign “Segitiga Api” ......................................................... Gambar 12. Safety Sign di Storage Gas ......................................................... Gambar 13. LOTO di Area Storage Gas ....................................................... Gambar 14. APAR CO2 ................................................................................. Gambar 15. Valve dan Detektor Gas .............................................................. Gambar 16. Exhaust Hood ............................................................................. Gambar 17. Chiller and Freezer .................................................................... Gambar 18. Mesin Chopper ........................................................................... Gambar 19. Jerigen Berisi Minyak Jelantah .................................................. Gambar 20. APD Pencuci Peralatan Masak dan Makan ................................ Gambar 21. APD Koki Kantin .......................................................................
viii
14 21 29 32 33 59 61 64 65 66 67 67 68 69 70 71 72 74 75 76 77
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Bentuk Luka ....................................................................................... Tabel 2. Frekuensi Pekerjaan ........................................................................... Tabel 3. Potensi Kecelakaan ............................................................................ Tabel 4. Level Risiko ....................................................................................... Tabel 5. Klasifikasi Ranking Bahaya ............................................................... Tabel 6. Peralatan Dapur di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant ........... Tabel 7. IBPR Penerimaan dan Pengangkutan Bahan Makanan ..................... Tabel 8. IBPR Penyimpanan Wet Food (Dicuci) ............................................. Tabel 9. IBPR Penyimpanan Dry Food (Langsung Disimpan) ....................... Tabel 10. IBPR Pengupasan dan Pemotongan Bahan Makanan ...................... Tabel 11. IBPR Pemotongan Bahan Makanan ................................................. Tabel 12. IBPR Penggilingan/Penghalusan Bahan Makanan ......................... Tabel 13. IBPR Perebusan Makanan (Kompor) .............................................. Tabel 14. IBPR Perebusan Makanan (Listrik) ................................................. Tabel 15. IBPR Pemanggangan Makanan ....................................................... Tabel 16. IBPR Penggorengan Makanan ......................................................... Tabel 17. IBPR Pemanasan Makanan dengan Bain Marie .............................. Tabel 18. IBPR Pemanasan makanan dengan Sterno ...................................... Tabel 19. IBPR Penyajian Makanan ................................................................ Tabel 20. IBPR Penyajian Minuman ............................................................... Tabel 21. IBPR Pembersihan Peralatan Makanan ........................................... Tabel 22. IBPR Pembersihan Area Kantin ...................................................... Tabel 23. IBPR Pengolahan Limbah Padat ...................................................... Tabel 24. IBPR Pengolahan Limbah Cair ........................................................ Tabel 25. IBPR Membersihkan Insect Trap .................................................... Tabel 26. IBPR Pembersihkan Kaca Luar Lantai 2 ......................................... Tabel 27. IBPR Pembersihkan Lift Makanan ................................................... Tabel 28. IBPR Pengecekan Pipa Gas ............................................................. Tabel 29. IBPR Pemasangan Tabung Gas ....................................................... Tabel 30. Hasil dari IBPR (Prioritas dan Level) .............................................. Tabel 31. Daftar Keterangan Kotak Penilaian di Safety Map ..........................
ix
14 14 15 15 20 34 38 39 39 40 41 42 43 44 44 45 46 47 48 48 50 50 52 52 54 54 55 56 56 58 61
DAFTAR SINGKATAN
APAR APD B3 BOD FIFO GO IBPR ILO ISS ISO K3 K3L KY LBP LDKB LPG NAB OHSAS P2K3 P3K PAK PIC PKL SDS SHE SOP STP STOP 6 STP TKTD TPS WWT
: Alat Pemadam Api Ringan : Alat Pelindung Diri : Bahan Berbahaya dan Beracun : Board of Directors : Fist In First Out : General Office : Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko : International Labour Organization : Integrated Servis Solution : International Organization for Standardization : Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan : Kiken Yochi (Prediksi Bahaya) : Low Back Pain : Lembar Data Keselamatan Kerja : Liquid Petrolium Gas : Nilai Ambang Batas : Occupational Health and Safety Assesment Series : Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan : Penyakit Akibat Kerja : Personal In Charger : Praktik Kerja Lapangan : Safety Data Sheet : Safety Health Environment : Standart Operational Prosedure : Sewage Treatment Plant : Safety Toyota O “0” Accident Project 6 type of Accident : Sewage Treatment Plant : Tim Kesiapsiagaan Tanggap Darurat : Tempat Penyimpanan Sementara : Waste Water Treatment
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Lokasi PT. Denso Indonesia Sunter Plant Lampiran 2. Sertifikat Magang Lampiran 3. Struktur Organisasi Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant Lampiran 4. Proses Kerja Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant Lampiran 5. Skill Matrix Pekerja Kantin Lampiran 6. IBPR Penerimaan dan Pengangkutan Bahan Makanan Lampiran 7. IBPR Penyimpanan Wet Food (Dicuci) Lampiran 8. IBPR Penyimpanan Dry Food (Langsung Disimpan) Lampiran 9. IBPR Pengupasan dan Pemotongan Bahan Makanan Lampiran 10. IBPR Pemotongan Bahan Makanan Lampiran 11. IBPR Penggilingan/Penghalusan Bahan Makanan Lampiran 12. IBPR Perebusan Makanan (Kompor) Lampiran 13. IBPR Perebusan Makanan (Listrik) Lampiran 14. IBPR Pemanggangan Makanan Lampiran 15. IBPR Penggorengan Makanan Lampiran 16. IBPR Pemanasan Makanan dengan Bain Marie Lampiran 17. IBPR Pemanasan makanan dengan Sterno Lampiran 18. IBPR Penyajian Makanan Lampiran 19. IBPR Penyajian Minuman Lampiran 20. IBPR Pembersihan Peralatan Makanan Lampiran 21. IBPR Pembersihan Area Kantin Lampiran 22. IBPR Pengolahan Limbah Padat Lampiran 23. IBPR Pengolahan Limbah Cair Lampiran 24. IBPR Membersihkan Insect Trap Lampiran 25. IBPR Pembersihkan Kaca Luar Lantai 2 Lampiran 26. IBPR Pembersihkan Lift Makanan Lampiran 27. IBPR Pengecekan Pipa Gas Lampiran 28. IBPR Pemasangan Tabung Gas Lampiran 29. Safety Map Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman penggunaan akan teknologi maju semakin tinggi. Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhui kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan terutama pada era industrialisasi yang ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi globalisasi. Dalam keadaan demikian penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi, dan bahan yang berbahaya akan terus meningkat sesuai kebutuhan industrialisasi (Tarwaka, 2008). Setiap ada proses kerja yang berhubungan dengan penggunaan mesin-mesin,
pesawat,
instalasi,
dan
bahan
yang
berbahaya
akan
menimbulkan potensi bahaya yang berdampak pada terjadinya kecelakaan kerja dan timbulnya penyakit akibat kerja. Menurut International Labour Organization (ILO) pada tahun 2011 terjadi lebih dari 336 juta kecelakaan kerja. Pada tahun 2012, tercatat angka kematian karena kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK) sebanyak 2 juta kasus pada setiap tahunnya. Pada tahun 2013, kejadian kecelakaan kerja menyebabkan 1 pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik dan sebanyak 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja (Aditya, 2015). 1
2
Potensi bahaya dapat terjadi kapan saja dan dimana saja yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja. Dalam Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang menyatakan
“Pengurus
perusahaan
mempunyai
kewajiban
untuk
menyediakan tempat kerja yang memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan”. Proses kerja tidak dapat dihentikan akan tetapi potensi bahaya yang mungkin timbul dapat dicegah dan ditangani dengan adanya sistem proteksi bahaya. Sistem
proteksi
bahaya
dibuat
oleh
perusahaan
dengan
mempertimbangkan aspek keselamatan dan kesehatan kerja lingkungan yang tidak hanya bermanfaat bagi perusahaan tetapi juga pekerja dan produktifitasnya. Melalui hazard management process, risiko yang mungkin timbul dapat diidentifikasi, dinilai, dan dikendalikan sedini mungkin melalui pendekatan preventif, inovatif, dan partisipatif (Tarwaka, 2008). Proses kerja Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant yang dibahas dilaporan khusus ini memiliki banyak potensi bahaya seperti kebakaran, kontaminasi dengan bahan B3, tersengat listrik, keluhan musculoskeletal, dan lain-lain. Banyaknya potensi bahaya dikarenakan penggunaan alat-alat kerja dalam skala besar dan menggunakan sumber energi yang besar pula. Potensi bahaya paling besar ditemukan di dapur kantin karena banyaknya peralatan memasak di dapur untuk mengolah masakan. Proses kerja di kantin sudah dilengkapi dengan sistem proteksi bahaya untuk mencegah segala bentuk kemungkinan kecelakaan yang terjadi,
3
maka dari itu penulis ingin menganalisa tentang “Penerapan Sistem Proteksi Bahaya Di Kantin Sebagai Upaya Pengendalian Potensi Bahaya PT. Denso Indonesia Sunter Plant”.
B. Rumusan Masalah Berikut ini rumusan masalah dalam pembuatan laporan : 1.
Bagaimana keadaan kantin di PT. Denso Indonesia Sunter Plant ?
2.
Apa saja sumber bahaya yang ada di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant ?
3.
Apa saja potensi bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant ?
4.
Bagaimana penerapan sistem proteksi bahaya di kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant ?
C. Tujuan Penelitian Berikut ini tujuan dari penelitian yang dilakukan : 1.
Mengetahui keadaan kantin di PT. Denso Indonesia Sunter Plant.
2.
Mengetahui sumber bahaya yang ada di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant.
3.
Mengetahui potensi bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant.
4.
Mengetahui penerapan sistem proteksi bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant.
4
D. Manfaat Penelitian 1.
Perusahaan a.
Mendapatkan gambaran penerapan sistem proteksi bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant.
b.
Memperoleh hasil penelitian yang diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan masukan dalam penerapan sistem proteksi bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant.
2.
Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja a.
Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan praktek kerja lapangan.
b.
Dapat menjadi referensi untuk menambah kepustakaan Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja.
3.
Penulis a.
Meningkatkan wawasan
dalam
melakukan
identifikasi
dan
penilaian potensi bahaya serta sistem proteksi bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant. b.
Mengetahui tentang bentuk pengendalian potensi bahaya yang ada di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1.
Tempat Kerja a.
Definisi Tempat Kerja Menurut Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, tempat kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan sesuatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya.
b.
Ruang Lingkup Tempat Kerja Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan lapangan, halaman
dan
sekelilingnya
yang
merupakan
bagian
atau
berhubungan dengan tempat kerja. 2.
Sumber Bahaya Bahaya
pekerjaan
adalah faktor-faktor dalam hubungan
pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut dikatakan potensial jika faktor-faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan, sedangkan jika kecelakaan tersebut terjadi maka bahaya tersebut disebut sebagai bahaya nyata (Suma’mur, 1996). Sebab utama dari kejadian kecelakaan kerja adalah faktor dan pelaksanaan K3 yang
5
6
belum diimplementasikan dengan benar. Sebab utama terjadinya kecelakaan kerja meliputi beberapa faktor yang meliputi : a.
Manusia Kesalahan utama sebagian besar kecelakaan, kerugian atau kerusakan terletak pada karyawan yang kurang terampil, kurang pengetahuan, kurang bergairah, kurang tepat, dan terganggunya emosi yang pada umumnya menyebabkan kecelakaan dan kerugian. Semua kecelakaan disebabkan oleh kelalaian manusia. Kesalahan
tersebut
mungkin
saja
disebabkan
oleh
perencanaan pabrik, kontraktor yang membangunnya, pembuatan mesin-mesin, pengusaha, ahli
kimia, ahli listrik, pimpinan
kelompok, pelaksana atau petugas yang melakukan pemeliharaan mesin atau peralatan (Suma’mur, 1996). Faktor-faktor
yang
melatar belakangi kesalahan dan tindakan berbahaya yang dilakukan oleh manusia antara lain: 1) Kurang pengetahuan dan keterampilan 2) Tidak mampu untuk bekerja secara normal 3) Kelelahan dan kejenuhan 4) Penurunan konsentrasi 5) Stress 6) Kurang adanya motivasi dan kepuasan kerja 7) Sikap kurang perhatian terhadap lingkungan sekitar dan masa bodoh
7
8) Belum adanya adaptasi antara pekerja dengan mesin-mesin atau peralatan kerja b.
Lingkungan Ruang lingkup lingkungan tidak hanya pada lingkungan fisik, tetapi juga faktor-faktor yang berkaitan dengan penyediaan fasilitas, pengalaman manusia sebelum dan saat bekerja, pengaturan organisasi kerja, hubungan sesama pekerja, kondisi ekonomi dan politik yang dapat mengganggu konsentrasi (Tarwaka, 2008).
c.
Bangunan, Peralatan, dan Instalasi Dalam
pelaksanaan
kegiatan
produksi,
bahaya
dari
bangunan, peralatan, dan instalasi perlu mendapat perhatian. Konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan kerja. Begitu juga dengan desain ruangan, pencahayaan dan ventilasi harus baik, tersedianya penerangan darurat, makna dan rambu-rambu yang jelas, dan tersedianya jalan penyelamatan diri (Syukri, 1997). Instalasi harus memenuhi syarat keselamatan kerja baik dalam desain maupun konstruksi. Sebelum dipergunakan maka harus diuji dan diperiksa oleh suatu tim ahli. Kalau diperlukan modifikasi harus disesuaikan dengan persyaratan bahan dan konstruksi yang ditentukan.
Harus
ada
pengecekan
dan
pengujian sebelum
pengoperasiannya berjalan. Hal ini bertujuan untuk menjamin
8
keselamatan operator yang juga sudah memenuhi persyaratan (Syukri, 1997). d.
Bahan Tingkat dan pengaruh yang ditimbulkan dari bahan dan material berbeda-beda. Dapat berupa tingkat bahaya tinggi dapat juga rendah, pengaruhnya juga ada yang dapat segera dilihat tetapi ada juga yang bertahun-tahun baru dapat diketahui. Oleh karena itu maka pihak perusahaan harus tahu sifat dari bahan yang digunakan dalam produksi sehingga dapat mengambil langkah-langkah pencegahan terhadap terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang ditimbulkan oleh bahan tersebut yang dapat merugikan perusahaan. Seperti untuk bahan kimia berbahaya harus dilengkapi dengan Safety Data Sheet (SDS) yang dapat diminta pada pemasok atau produsen dengan memasukannya pada kontrak pembelian bahan (Syukri, 1997). Bahaya yang ditimbulkan dari bahan atau material tersebut mencakup berbagai risiko bahaya yang sesuai dengan sifatnya, antara lain : 1) Mudah terbakar 2) Mudah meledak 3) Menimbulkan alergi 4) Menyebabkan kanker 5) Bersifat racun
9
6) Menimbulkan kerusakan pada kulit atau jaringan 7) Radioaktif e.
Proses Pengaruh teknologi yang diterapkan pada alat maupun bahan terhadap bahaya yang timbul dalam proses produksi sangat besar. Industri manufacture menggunakan proses yang berbahaya dimana di dalam prosesnya menggunakan suhu dan tekanan tinggi yang dapat memperbesar risiko bahaya seperti pada
proses
pengelasan part-part. Seringnya proses ini menimbulkan asap, debu, panas, dan bahaya mekanis yang mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. f.
Cara Kerja Cara kerja yang salah dapat membahayakan orang itu sendiri dan orang lain sekitarnya. Dalam bekerja perlu dan harus memperhatikan dan menerapkan cara
kerja yang benar. Dalam
rangka menghindari terjadinya kecelakaan kerja maupun insiden di tempat kerja, maka perlu memperhatikan hal-hal seperti berikut (Syukri, 1997) : 1) Cara mengangkat dan mengangkut, apabila dilakukan dengan cara yang salah dapat mengakibatkan kecelakaan dan cidera pada daerah tulang punggung.
10
2) Cara kerja yang salah mengakibatkan kecelakaan dan cidera terutama yang sering terjadi adalah cidera pada tulang punggung. 3) Pemakaian APD yang semestinya dan dengan cara pemakaian yang benar. 3.
Potensi Bahaya Potensi bahaya merupakan sumber resiko yang potensial mengakibatkan kerugian baik pada material, lingkungan maupun manusia. Tidak terduga karena tidak adanya unsur kesengajaan, terutama dalam perencanaan. Tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai dengan kerugian material maupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat (Suma’mur, 1996). Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang tidak diharapkan yang mengakibatkan sakit pada manusia, kerusakan, hilangnya harta benda, atau gangguan proses produksi. Biasanya kecelakaan merupakan hasil kontak dengan bahan atau sumber energi (kimia, panas, mekanik, listrik, dan lain lain) yang melebihi nilai ambang batas yang dapat diterima oleh tubuh atau struktur (Frank dkk, 1990). Penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat dibagi menjadi 2 kelompok dan dapat juga merupakan gabungan atau kombinasi dari kedua kelompok tersebut. Potensi bahaya dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman, sebagai berikut :
11
a.
Kondisi Tidak Aman Kondisi yang tidak aman adalah kondisi yang mengandung bahaya potensial yang dapat mengakibatkan kecelakaan, misalnya penempatan barang/alat pekerjaan yang tidak pada tempatnya, pakaian kerja yang tidak sesuai atau tempat kerja yang tidak bersih dan tidak teratur.
b.
Tindakan Tidak Aman Tindakan tidak aman adalah setiap tindakan yang tidak sesuai dengan aturan yang dibuat, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan di tempat kerja. Perlu perhatian dan pemantauan pada pelaksanaan hal-hal yang tidak sesuai peraturan, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti tidak memakai APD saat bekerja, menjalankan peralatan tanpa ijin, melepas safety device, menggunakan peralatan yang rusak, bersenda gurau berlebihan saat bekerja, berlari dengan tergesa-gesa di tempat kerja, melakukan pekerjaan tidak sesuai dengan tugasnya, tanpa SOP, dan lain-lain.
4.
Sistem Proteksi Bahaya a.
Identifikasi Bahaya Identifikasi
dilakukan
sebagai
langkah
awal
untuk
mengenali potensi bahaya apa yang ada di suatu area kerja. Dalam mengenali potensi bahaya, dapat dilakukan pengelompokan atau
12
klasifikasi
potensi
bahaya
agar
memudahkan
dalam
penanggulangannya kemudian (Tarwaka, 2008). Menurut Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia tahun 1996, identifikasi bahaya merupakan proses pencarian semua kegiatan dan situasi, produksi dan jasa yang dapat menimbulkan potensi cidera atau sakit. Ini biasanya mempertimbangkan : 1) Jenis cidera atau sakit yang dapat timbul 2) Situasi atau kejadian yang dapat menimbulkan potensi cidera atau sakit Sedangkan menurut Astra International tahun 2006, identifikasi
merupakan
prosedur
pada
saat
sekarang
yang
menentukan dampak dari kegiatan organisasi di masa lalu, sekarang, dan yang berpotensi terjadi di masa mendatang. Pada ilmu K3 disebut dengan identifikasi bahaya dan penilaian risiko. Identifikasi bahaya dilakukan untuk setiap tempat kerja, mesin, peralatan, lay out, proses, dan setiap modifikasi yang dilakukan identifikasi bahaya lingkungan kerja dan penilaian risiko serta dampak lingkungan untuk mengetahui potensi bahaya dan dampak sejak awal dan dilakukan penanggulangan sehingga kemungkinan terjadi kecelakaan, penyakit akibat kerja, atau pencemaran lingkungan dapat dikurangi. Pelaksanaan identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan dampak lingkungan harus dilakukan secara menyeluruh. Berikut pelaksanaan identifikasi bahaya,
13
penilaian risiko, dan dampak lingkungan (PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2008) : 1) Setiap
departemen/seksi
melakukan
identifikasi
bahaya
lingkungan kerja dan penilaian risiko. Identifikasi dilakukan oleh petugas yang berkompeten dan melibatkan pengawas (Leader, Foreman, Section Manajer). 2) Identifikasi pada lembar Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko (IBPR). 3) Setelah itu formulir diserahkan pada officer untuk diperiksa 4) Apabila ada hasil identifkasi yang tidak sesuai maka officer akan menginformasikan kepada departemen/seksi tersebut untuk dilakukan perbaikan. 5) Setelah hasil identifikasi bahaya sesuai maka dimintai tanda tangan manajer area sebagai penanggungjawab, kemudian komite SHE merekap serta membuat resume. 10 % dari hasil resume tertinggi digunakan sebagai masukan kepada pihak manajemen untuk menyusun Management Policy. 6) Management Policy yang dibuat kemudian diturunkan ke setiap departemen/seksi untuk menyusun Activity Plan. 7) Penyusunan Management Policy dan Acticity Plan mengacu ke Bussines Planning dan dalam menyusun activity plan harus mengacu pada urutan tindakan pengendalian yaitu eliminasi, rekayasa, administrasi, dan Alat Pelindung Diri.
14
Identifikasi bahaya diisikan pada Lembar Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko (IBPR) dengan format terbaru 2014.
Gambar 1. Lembar IBPR PT. Denso Indonesia Sunter Plant Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016 Penilaian IBPR dengan format baru ini terdiri dari 4 (empat) penilaian yang terdiri dari penilaian bentuk luka yang mungkin timbul, frekuensi pekerajaan yang menyatakan tingkat keseringan pekerjaan, potensi kecelakaan, dan level risiko sebagai berikut : Tabel 1. Bentuk Luka Bentuk Luka Nilai Kematian, cacat serius, (kehilangan pengelihatan, amputasi 15 tangan dan kaki) Cacat, luka yang menimbulkan hari kerja hilang 10 Luka yang tidak menimbulkan hari kerja hilang 5 Luka minor (kecelakaan minor seperti memar, tergores, 1 dan lain-lain) Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016 Tabel 2. Frekuensi Pekerjaan Frekuensi Setiap hari atau lebih dari 1 kali/hari (sering) Setiap bulan atau lebih dari 1 kali/bulan (agak sering) Setiap tahun atau lebih dari 1 kali/tahun Kurang dari setahun (jarang) Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016
Nilai 5 4 2 1
15
Tabel 3. Potensi Kecelakaan Klasifikasi Nilai Kemungkinan Perbaikan safety tidak dilakukan 15 tinggi (walaupun berhati-hati tidak dapat dihindari) Kemungkinan Ada kekurangan didalam perbaikan 10 sedang (kecuali berhati-hati tidak dapat dihindari) Kemungkinan Ada beberapa bagian yang kurang dalam 5 rendah perbaikan safety Kemungkinan Perbaikan safety dilakukan dan tidak perlu 1 kecil berhati-hati Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016 Tabel 4. Level Risiko Level Isi dari Penilaian IV Sangat tinggi, risiko sangat tinggi dan perlu mengurangi risiko bahaya sebagai prioritas utama dengan melakukan perbaikan dalam segi hardware seperti perbaikan pada dasar safety, proteksi, dan lain-lain III Tinggi, risiko tinggi dan perlu mengurangi risiko dengan melakukan perbaikan dari segi hardware seperti perbaikan pada dasar safety, proteksi, dan lain-lain II Sedang, perlu mengurangi risiko dengan melakukan perbaikan dalam aspek hardware (perlengkapan), dan lain-lain I Rendah, level risiko yang dapat diterima Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016 Rumus penilaian risiko : [R] = [S] + [F] + [P] R = Level Risiko S = Bentuk Luka F = Frekuensi Pekerjaan P = Potensi Kecelakaan
Nilai 27-35
22-26
14-21
3-13
16
b.
Pengenendalian Bahaya 1) Mapping Risk Hazard Potential Mapping Risk untuk mengetahui daerah mana yang berpotensi bahaya kecil, sedang, dan bahaya yang besar yang dapat menimbulkan kecelakaan maupun menimbulkan penyakit akibat kerja. Berikut Materi Penyusunan Mapping Risk Map Potential (PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, 2008) : a) Pengenalan STOP 6 Klasifikasi STOP 6 adalah sebagai berikut: S : Safety T : Toyota O : “0” (Zero) Accident P : Project 6 : 6 Penyebab Kecelakaan STOP 6 adalah aktivitas atau usaha untuk mencegah
kecelakaan
kerja
yang
berakibat
luka
serius/cacat/meninggal yang digolongkan menjadi “6 Tipe Kecelakaan”. Jenis-jenis potensi bahaya (STOP 6) sebagai berikut : (1) STOP 6 Tipe A (Apparatus) Apparatus (mesin), yaitu potensi bahaya yang berasal dari mesin. Seperti terjepit mesin, tergores mesin, tersayat mesin, dan lain sebagainya.
17
Key Point : (a) Pastikan seluruh tekanan angin/udara di mesin tidak ada yang tersisa (b) Adanya penahan/stopper (rantai block atau pins) untuk mencegah benda jatuh (c) Perhatikan benda yang bergerak dan berputar jarak yang cukup antara operator dengan mesin (d) Perhatikan posisi dan lokasi benda kerja di mesin (e) Perhatikan posisi dan lokasi benda kerja mesin (f) Komunikasi dan informasi (2) STOP 6 Tipe B (Big Heavy) Big Heavy (tertimpa beban berat), yaitu potensi bahaya tertimpa benda kerja atau material yang dapat menyebabkan sakit atau cedera. Key Point : (1) Check fungsi hoist, crane, kawat, garpu, dan sebagainya. Perhatikan posisi limit switch agar tidak terlalu tinggi/naik (2) Perhatikan juga peralatan untuk mencegah jatuh dari hanger (3) Pembatas yang jelas antara lokasi yang aman dengan lokasi kerja
18
(4) Posisi dan lokasi operator (crane, hoist dan lain lain) dengan beban kerja (3) STOP 6 Tipe C (Car) Car
(kendaraan),
yaitu
potensi
bahaya
tertabrak kendaraan kerja atau kecelakaan transportasi dalam proses kerja. Key Point : (a) Perhatikan
ujung
garpu
forklift
pada
saat
mengangkut palet (b) Perhatikan kapasitas maksimum muatan/beban yang akan dibawa agar tidak terlempar dan jatuh (c) Koordinasi dan konfirmasi dengan pekerja yang memberi aba-aba pada saat bekerja bersama-sama (d) Jangan mengemudikan forklift dengan kecepatan tinggi (4) STOP 6 Tipe D (Drop) Drop (jatuh), yaitu potensi bahaya jatuh dari tempat yang berbeda ketinggian. Key Point : (a) Check fungsi perlengkapan pengaman untuk lokasi kerja yang tinggi dan naik/turun (b) Penempatan tanda bahaya/peringatan ditempat kerja yang strategis
19
(c) Posisi kaki-kaki tangga atau kursi jalan dalam keadaan kokoh dan terdapat prosedur kerjanya (5) STOP 6 Tipe E (Electric) Electric
(listrik),
yaitu
potensi
bahaya
tersengat listrik. Key Point : (a) Pastikan alat dan mesin las dalam keadaan aman untuk digunakan (tidak rusak) (b) Pastikan ada tidaknya alat pengaman pada saat terjadi hubungan singkat dari peralatan mesin (c) Perhatikan bagus/jeleknya arde, isolator untuk arc welding (d) Pastikan
lokasi
kerja
tidak
dalam
kondisi
lembab/basah (6) STOP 6 Tipe F (Fire) Fire (api), yaitu potensi bahaya kontak dengan api atau benda panas. Key Point : (a) Pastikan jangka waktu penyimpanan tabung gas (b) Pastikan
alat-alat
deteksi/pengaman
sudah
diperiksa secara teratur (c) Harus ada prosedur kerja untuk menangani penyimpanan tabung gas dan lain-lain
20
(d) Pastikan tanda/rambu-rambu larangan masuk atau mendekati area kerja berbahaya lalu lintas forklift (e) Pastikan
kondisi
jalan/jalur
lalu
lintas
forklift/towing yang rata atau tidak rusak b) Klasifikasi Ranking Bahaya Klasifikasi rangking bahaya merupakan penjabaran dari masing-masing tipe STOP 6 yang terdiri dari Apparatus, Big Heavy, Car, Drop, Electric, dan Fire yang digunakan sebagai acuan penilaian. Berikut tabel klasifikasi rangking bahaya : Tabel 5. Klasifikasi Ranking Bahaya Ranking
A Meninggal dunia Cacat permanen
A Alat/ Mesin Seluruh anggota tubuh Lengan
B Luka Bagian Stop tubuh produksi Lengan Kehilangan Kaki hari kerja C Luka ringan tidak absen Produksi tidak stop Tidak ada
Bagian tubuh Lengan Kaki Jari
STOP 6 B C D Benda Menyentuh Jatuh/ Besar/ Kendaraan Kejatuhan Berat Tinggi Forklift Tinggi dan Berat Trailer > 3m ≥2m dan 20 kg < 2 m Tinggi Towing Tinggi Berat : (Kereta 2-3m ≥2m Pengantar 15-20kg Barang) <2m 50-100kg Tinggi Dolly Tinggi Berat : (Kereta < 2m ≥2 m Dorong 15kg Pengangkat <2m Barang) 50kg
E Meninggal Tersengat Listrik Tegangan > 220 V
F Api/ Benda Panas Seluruh anggota tubuh Lengan
Tegangan Bagian 110-220 V tubuh Lengan Kaki
Tegangan Bagian <110V tubuh Lengan Kaki Jari
Sumber : Standard of Risk Rank PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, 2008
21
c) Contoh Safety Mapping Safety
mapping
digunakan
sebagai
sarana
informasi keselamatan dalam bentuk gambar. Peta hanya dibuat pada satu seksi pekerjaan saja dengan tujuan agar informasi keselamatan berupa tingkat bahaya dalam suatu proses kerja dibahas lebih detail dan tentunya bisa dengan mudah dipahami para pekerja yang melihat safety map. Berikut salah satu contoh safety map :
Gambar 2. Contoh Safety Map Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016 Key point : (1) Gambarkan layout proses area kerja yang menjadi scope identifikasi (2) Utamakan risiko bahaya tinggi (Rank A/B) yang tervisualisasi dalam safety map (3) Informasi dan visualisasikan posisi/lokasi, kategori STOP 6, dan potensi bahaya yang terdapat di area tersebut
22
(4) Progress dan follow up semua temuan tersebut (before and after) dan beri tanda pada temuan yang sudah di tanggulangi 2) Pengendalian Risiko dengan Hirarki Pengendalian Pengendalian risiko dapat mengikuti pendekatan hirarki pengendalian (hirarchy of control). Hirarki pengendalian risiko adalah suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan pengendalian risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan secara berurutan. Hirarki pengendalian risiko (Tarwaka, 2008) antara lain : a) Eliminasi (Elimination) Eliminasi adalah menghilangkan suatu bahan atau tahapan proses yang berbahaya. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan obyek kerja atau sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang kehadirannya pada batas yang tidak dapat diterima oleh ketentuan, peraturan atau standar baku K3 atau kadarnya melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) diperkenankan. Eliminasi adalah cara pengendalian risiko yang baik karena risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja ditiadakan. b) Subtitusi (Subtitution) Pengendalian
ini
dimaksudkan
untuk
menggantikan bahan-bahan dan peralatan yang lebih
23
berbahaya dengan yang kurang berbahaya atau yang lebih aman, sehingga pemaparannya selalu dalam batas yang masih diterima. Misalnya: (1) Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta (2) Proses menyapu diganti dengan proses vakum (3) Bahan solvent diganti dengan bahan detergent (4) Proses pengecatan spray diganti dengan pencelupan c) Rekayasa Teknik (Engineering Control) Rekayasa teknik termasuk merubah struktur objek kerja untuk mencegah seseorang terpapar kepada potensi bahaya, seperti pemberian pengaman mesin, penutup ban berjalan, pembuatan struktur pondasi mesin dengan cor beton, pemberian alat bantu mekanik, pemberian absorben suara pada dinding ruang mesin yang menghasilkan kebisingan tinggi. d) Isolasi (Isolation) Isolasi merupakan pengendalian risiko dengan cara memisahkan
seseorang
dari
objek
kerja,
seperti
menjalankan mesin-mesin produksi dari tempat tertutup (Control Room). e) Pengendalian Administrasi (Administration Control) Pengendalian
administrasi
dilakukan
dengan
menyediakan suatu sistem kerja yang dapat mengurangi
24
kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya. Metode pengendalian ini sangat tergantung dari perilaku pekerjanya dan
memerlukan
pengawasan
yang
teratur
untuk
dipatuhinya pengendalian administrasi ini. Metode ini meliputi rekruitmen tenaga kerja baru sesuai jenis pekerjaan yang akan ditangani, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi kebosanan dan kejenuhan, penerapan prosedur kerja, pengaturan kembali jadwal kerja, training keahlian, dan training K3. f)
Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment) Alat Pelindung Diri (APD) merupakan pilihan terakhir yang dapat kita lakukan untuk mencegah bahaya dengan pekerja. Akan tetapi penggunaan APD bukanlah pengendalian dari sumber bahaya itu. Alat pelindung diri sebaiknya tidak digunakan sebagai pengganti dari sarana pengendalian risiko lainnya. Alat pelindung diri ini disarankan hanya digunakan bersamaan dengan penggunaan alat pengendali lainnya. Dengan demikian perlindungan keamanan dan kesehatan akan lebih efektif. Keberhasilan penggunaan APD tergantung jika peralatan pelindungnya tepat pemilihannya, digunakan secara benar, sesuai dengan situasi dan kondisi bahaya serta senantiasa dipelihara.
25
3) Evaluasi Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilaksanakan di perusahaan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 50 tahun 2012 tentang SMK3, meliputi : a) Pemeriksaan, Pengujian, dan Pengukuran Pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran harus ditetapkan dan dipelihara prosedurnya sesuai dengan tujuan dan sasaran K3 serta frekuensinya disesuaikan dengan obyek mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku. Prosedur pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran secara umum meliputi: (1) personil yang terlibat harus mempunyai pengalaman dan keahlian yang cukup (2) catatan pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran yang sedang berlangsung harus dipelihara dan tersedia bagi manajemen, tenaga kerja, dan kontraktor kerja yang terkait (3) peralatan dan metode pengujian yang memadai harus digunakan untuk menjamin telah dipenuhinya standar K3 (4) tindakan perbaikan harus dilakukan segera pada saat ditemukan ketidaksesuaian terhadap persyaratan K3 dari hasil pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran
26
(5) penyelidikan yang memadai harus dilaksanakan untuk menemukan penyebab permasalahan dari suatu insiden (6) hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang b) Hal-hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut : (1) Pengusaha wajib melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3 (2) Pemantauan
dan
evaluasi
kinerja
K3
melalui
pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit internal SMK3 dilakukan oleh sumber daya manusia yang kompeten (3) Dalam hal perusahaan tidak memiliki sumber daya untuk melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dapat menggunakan jasa pihak lain (4) Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilaporkan kepada pengusahan (5) Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 digunakan untuk melakukan tindakan perbaikan (6) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilakukan
sesuai
dengan
ketentuan
perundang-undangan dan/atau standar.
peraturan
27
B. Kerangka Pemikiran
Tempat Kerja
Sumber Bahaya: 1. Manusia 2. Lingkungan 3. Peralatan 4. Bahan 5. Poses 6. Cara kerja
Potensi Bahaya: 1. Unsafe Condition 2. Unsafe Action
Sistem Proteksi Bahaya Kantin 1. Identifikasi 2. Pengendalian 3. Evaluasi
Tercapai Gambar 3. Kerangka Pemikiran
Belum Tercapai
e v a l u a s i
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan laporan menggunakan metode deskriptif yaitu suatu jenis penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat, serta hubungan antar fenoma yang diselidiki.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1.
Lokasi penelitian yang diambil oleh penulis adalah : Nama
: PT. Denso Indonesia Sunter Plant (Peta dapat dilihat pada lampiran 1)
Alamat : Jalan Gaya Motor I nomor 6 Sunter II, Kelurahan Sungai Bambu, Tanjung Priok, Jakarta Utara 14330, DKI Jakarta 2.
Waktu penelitian : dari tanggal 2 Februari-31 Maret 2016
C. Subyek Penelitian Objek penelitian ini adalah inspeksi untuk mengetahui tentang keselamatan dan kesehatan kerja di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant. 28
29
Berikut ini subyek penelitiannya : 1.
Keadaan Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant
2.
Sumber bahaya
3.
Potensi bahaya
4.
Sistem proteksi bahaya (identifikasi bahaya, pengendalian potensi bahaya, dan evaluasi)
D. Sumber Data Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, antara lain: 1.
Data Primer Data primer diperoleh dengan melakukan observasi, survei ke lapangan/tempat kerja, wawancara, serta diskusi dengan tenaga kerja. a.
Observasi Data diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung terhadap potensi dan faktor bahaya yang ada dilingkungan kerja.
b.
Wawancara Data diperoleh dengan melakukan wawancara dengan objek peneliti baik tenaga kerja maupun seksi K3.
2.
Data Sekunder Data sekunder yang diperlukan untuk melengkapi laporan, yaitu : a.
Dokumen Perusahaan Data yang diperoleh diambil dari dokumentasi perusahaan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari dokumen serta catatan
30
perusahaan yang berhubungan dengan prosedur pengisian IBPR, prosedur tanggap darurat dan kebakaran, serta pencegahan kecelakaan (stop six) yang telah diterapkan. b.
Studi Kepustakaan Data diperoleh dari mempelajari manual pelaksanaan, referensi dan buku-buku yang berhubungan dengan inspeksi dan pencegahan kecelakaan kerja.
E. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1.
Observasi, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung di area Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant.
2.
Wawancara/interview, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab dengan narasumber yang terkait dan berwenang, serta berkompeten terhadap pelaksanaan
identifikasi
penilaian dan risiko bahaya. 3.
Studi pustaka, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen-dokumen perusahaan, buku-buku kepustakaan, laporan penelitian yang sudah ada serta sumber literatur lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
31
F. Analisis Data Data yang diperoleh akan dibahas secara deskriptif, yaitu Sistem Proteksi Bahaya Kebakaran pada Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant, yang kemudian dari hasil pengamatan tersebut akan dibandingkan dengan Undang-undang
Republik
Indonesia nomor
1 tahun 1970
tentang
Keselamatan Kerja, OSHAS 18001:2007, Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2012 tentang SMK3, dan literatur terkait penelitian yang masih berlaku.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant Kantin di PT. Denso Indonesia Sunter Plant ada sejak tahun 1978. Kantin terdiri dari 2 lantai. Pada lantai satu terdapat dapur, tempat saji, dan tempat makan karyawan, sedangkan pada lantai dua khusus untuk tempat saji dan makan. Area makan kantin dapat menampung para pekerja yang berjumlah 2.939 orang dengan sistem 2 shift, yaitu shift pertama untuk pekerja pabrik dan shift kedua untuk pekerja kantor. PT. Denso Indonesia Sunter Plant juga memiliki struktur organisasi (terdapat pada lampiran 3) sebagai berikut :
Gambar 4. Struktur Organisasi Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016 Menu yang disajikan setiap hari berbeda dan ditentukan oleh manajer kantin yaitu Bapak Wawan yang bertanggung jawab atas kantin PT. 32
33
Denso Indonesia Group. Untuk plant 1 yaitu PT. Denso Indonesia Sunter Plant, penanggung jawab operasional kantin yaitu Bapak Ivan Satya Yuli selaku Head Chef. Head Chef bertanggung jawab untuk semua proses kerja kantin (terdapat pada lampiran 4), berikut urutannya :
Gambar 5. Proses Kerja Kantin Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016 Banyak makanan yang harus diolah dan disajikan untuk para pekerja, oleh karena itu peralatan yang digunakan untuk memasak harus efektif dan dapat digunakan untuk memasak dalam sekali waktu dengan porsi yang besar. Sehingga banyak alat yang tergolong besar dan canggih yang digunakan Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant. Setiap alat tersebut menjadi tanggung jawab staff kantin terdapat pula skill matrix pekerja kantin (Skill Matrix pada lampiran 5). Berikut daftar peralatan yang digunakan :
34
Tabel 6. Peralatan Dapur di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant No Proses Peralatan 1 Mengupas dan Memotong Pisau 2 Memotong Meat Slicer and Fruit Slicer 3 Menggiling Chopper, Grinder, dan Hand Blender 4 Merebus Kwali Range (High) dan (Low), Boiling Pan, Stock Pot, dan Rice Coocker 5 Memanggang Oven and 6 Burner dan Griddle 6 Menggoreng Fryer dan Telting Pan 7 Memanaskan Makanan Bain Marie dan Sterno 8 Mendinginkan Makanan Undercounter Chiller (VIP and Small) dan Chiller and Freezer 9 Mencuci Peralatan Masak Dishwasher machine Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016
B. Sumber Bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant Dari hasil penelitian ditemukan sumber-sumber bahaya yang dapat memicu munculnya bahaya di kantin. Berikut keterangan masing-masing sumber bahaya : g.
Manusia Sumber bahaya dari manusia berupa rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya skill/kemampuan yang dimiliki, serta kepribadian yang belum sepenuhnya taat aturan.
h.
Lingkungan Sumber bahaya dari lingkungan berasal dari bahaya faktor lingkungan fisik berupa tekanan panas di dapur, lingkungan yang lembab di tempat pencucian peralatan masak dan peralatan makan, dan lain-lain.
i.
Peralatan Sumber bahaya dari peralatan berupa peralatan masak skala besar dan canggih yang digunakan selama proses memasak di dapur.
35
Peralatan dapat menyebabkan bahaya seperti jari terpotong, kontak dengan peralatan panas, kaki tertimpa peralatan, dan lain-lain. j.
Bahan Sumber bahaya dari bahan berupa sabun cuci piring yang dapat menimbulkan iritasi pada kulit dan beberapa bahan makanan yang juga menimbulkan
bahaya
seperti
minyak
yang
bisa
menyebabkan
slip/terpeleset, buah yang berukuran besar menimpa kaki, dan lain-lain. k.
Proses Sumber bahaya dari proses berupa proses memasak yang menyebabkan terkena tekanan panas serta proses kerja lainnya yang berada di kantin.
l.
Cara Kerja Sumber bahaya dari cara kerja berupa handling yang salah, tidak menggunakan APD dengan benar, tidak mematuhi SOP, dan lain-lain.
C. Potensi Bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant 1.
Kondisi Tidak Aman Potensi bahaya dapat terjadi dikarenakan kondisi tidak aman seperti kondisi yang mengandung bahaya potensial dan mengakibatkan kecelakaan, misalnya penempatan barang/alat pekerjaan yang tidak pada tempatnya, menumpuk termos nasi yang dapat menimpa pekerja, tekanan panas di kantin yang tinggi, penggunaan bahan bakar gas skala besar yang dapat menimbulkan kebakaran/ledakan, dan lain-lain.
36
2.
Tindakan Tidak Aman Potensi bahaya dapat terjadi dikarenakan tindakan tidak aman di kantin seperti tindakan yang tidak sesuai dengan aturan yang dibuat, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan di tempat kerja. Bentuk tindakan tidak aman di kantin dapat berupa tidak menutup valve saat akan memasang tabung gas LPG, manual handling yang salah dapat mengakibatkan keluhan musculoskeletal, tidak menggunakan alat bantu (sendok) saat memasukkan bahan ke alat pemotong dapat menyebabkan jari terpotong, mencuci tangan di tampungan air pada kwali dapat menyebabkan tangan tersiram air panas, tidak menggunakan APD yang dianjurkan seperti tidak memakai sarung tangan karet dan safety shoes saat mencuci yang dapat menyebabkan iritasi kulit dan terpeleset, dan lain-lain.
D. Sistem Proteksi Bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant 1.
Identifikasi Potensi Bahaya Kantin adalah salah satu bagian dari PT. Denso Indonesia Sunter Plant yang juga berpengaruh besar keberadaannya untuk perusahaan. Keberadaan kantin juga harus diperhatikan pula karena banyaknya potensi bahaya yang terjadi dan dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi PT. Denso Sunter Plant bila tidak dilakukan sesuai prosedur. Salah satu cara untuk mengatasi potensi bahaya yaitu dengan cara melakukan identifikasi bahaya.
37
Potensi bahaya di kantin paling banyak dapat ditemukan di dapur. Dimana di dapur banyak sekali alat-alat besar yang digunakan untuk memasak skala besar, dengan demikian kantin perlu dilakukan identifikasi potensi bahaya. Identifikasi potensi bahaya dilakukan oleh orang yang berkompeten di kantin yaitu Head Chef Bapak Ivan Satya Yuli. Identifikasi bahaya tersebut diisikan pada Lembar Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko (IBPR) dengan format terbaru 2014. Keterangan warna : = sebelum dilakukan tindakan perbaikan = setelah dilakukan tindakan perbaikan Berikut ini IBPR di kantin dari proses awal (pengorderan) sampai proses akhir (penyajian) serta kegiatan lainnya di kantin : a.
Proses Pengorderan Pada proses pengorderan tidak dilakukan identifikasi bahaya karena pengorderan dilakukan melalui via e-mail ke distributor dan tidak ada potensi bahaya yang mungkin timbul.
b.
Penerimaan dan Pengangkutan Barang yang diorder dari distributor biasanya diantar menggunakan mobil box. Urutan proses dari kegiatan penerimaan dan pengangkutan yaitu mulai dari barang diturunkan dari mobil, dilakukan pengecekan barang, pengangkutan barang menggunakan alat angkut berupa trolley dan gerobak. Berikut IBPR proses
38
peneriman dan pengangkutan bahan makanan (IBPR pada lampiran 6) : Tabel 7. IBPR Penerimaan dan Pengangkutan Bahan Makanan No
Pekerjaan
Jenis Bahaya
1 Penurunan Cidera otot lengan, Low Back bahan makanan Pain karena mengangkat bahan dari truk makanan yang berat, dan posisi mengangkat yang salah dalam jumlah banyak 2 Checklist bahan Tidak ada makanan 3 Membuka Tergores pisau saat membuka bungkus bahan bungkus/kaleng dan tergores makanan bagian bungkus yang tajam 4 Pengecekan Nyeri otot lengan karena bahan makanan kontraksi otot berlebihan dan dan sortir bahan kaki terluka karena kejatuhan makanan keranjang/terlindas roda trolley/gerobak 5 Menutup Tergores bagian bungkus yang kembali tajam bungkus/ merapikan kembali 6 Mempersiapkan Nyeri otot lengan karena trolley dan kontraksi otot berlebihan dan keranjang kaki terluka karena kejatuhan keranjang/terlindas roda trolley/gerobak 7 Memasukkan Cidera otot lengan, Low Back bahan makanan Pain karena mengangkat bahan ke keranjang makanan yang berat, dan posisi mengangkat yang salah dalam jumlah banyak 8 Membawa Nyeri otot lengan karena bahan makanan kontraksi otot berlebihan, kaki ke tempat terluka karena kejatuhan pencucian/ keranjang/terlindas roda penyimpanan trolley/gerobak, dan terpeleset karena lantai licin
Penilaian Risiko F P R 5 1 5 5 10 5 20 11 S
-
-
5 5 1 1 6 6
1 1 5 5 1 1 7 7
5 1 5 5 5 1 15 7
1 1 5 5 1 1 7 7
5 1 5 5 5 1 15 7
5 1 5 5 10 5 20 11
5 1 5 5 5 1 15 7
Sumber : Hasil Pendataan, 2016 c.
Penyimpanan Barang Setelah menerima barang/bahan makanan maka langkah selanjutnya dilakukan penyimpanan. Sebelum dimasukkan ke tempat penyimpanan, barang dipisahkan berdasarkan 2 jenis, yaitu : dry
39
food dan wet food. Bahan dry food biasanya akan langsung disimpan di rak penyimpanan dan bahan wet food akan dibawa ke tempat pencucian terlebih dahulu baru setelah bersih akan disimpan. Berikut IBPR proses penyimpanan makanan (IBPR pada lampiran 7 dan 8) : Tabel 8. IBPR Penyimpanan Wet Food (Dicuci) No
Pekerjaan
Jenis Bahaya
Penilaian Risiko F P R 5 1 5 5 10 1 20 11 S
1 Pengangkatan Cidera otot lengan, Low Back keranjang ke Pain karena mengangkat bahan tempat pencucian makanan yang berat, dan posisi mengangkat yang salah dalam jumlah yang banyak 2 Melepaskan Tergores pisau/bagian 1 bungkus/tali pembungkus yang tajam 3 Memilih jenis Terpeleset karena ceceran air di 5 sayur dan lantai, iritasi kulit karena getah, diletakkan di darah, tepung, dan lain-lain wadah masingmasing 4 Membersihkan Terpeleset karena ceceran air di 5 kotoran yang lantai menempel dan mencuci di air/kran air yang mengalir 5 Tiriskan bahan Terpeleset karena ceceran air di 5 makanan yang lantai sudah dicuci 6 Menempeli wadah Tergores bungkus yang tajam 1 dengan label kedatangan 7 Menyimpan di Kedinginan di chiller/freezer 15 freezer/chiller karena terjebak di dalamnya
1 5 5 1 1 7 7 1 5 5 5 1 15 7
1 5 5 5 1 15 7
1 5 5 5 1 15 7
1 5 5 1 1 7 7
5 5 5 5 5 25 15
Sumber : Hasil Pendataan, 2016 Tabel 9. IBPR Penyimpanan Dry Food (Langsung Disimpan) Penilaian Risiko F P R 1 Pengangkatan Cidera otot lengan, Low Back 5 1 5 5 10 5 20 11 langsung/ Pain karena mengangkat menggunakan bahan makanan yang berat, grobak/trolley dari posisi mengangkat yang salah penerimaan barang dan terlalu berat ke gudang penyimpanan 2 Melepas Tergores pisau/bagian 1 1 5 5 1 1 7 7 pembungkus dan pembungkus yang tajam memberi label kedatangan Bersambung
No
Pekerjaan
Jenis Bahaya
S
40
Sambungan 3 Mengelompokkan bahan sesuai jenis
Cidera otot lengan, Low Back 5 1 5 5 10 5 20 11 Pain karena mengangkat bahan makanan yang berat, posisi mengangkat yang salah dan terlalu berat, dan tergores pembungkus yang tajam 4 Penempatan Cidera otot lengan, Low Back 5 1 5 5 10 5 20 11 barang sesuai Pain karena mengangkat FIFO (Fist In First bahan makanan yang berat, Out) dan posisi mengangkat yang salah dalam jumlah banyak
Sumber : Hasil Pendataan, 2016 d.
Pengolahan Pengolahan dalam kantin terdapat pada dapur yang berada di lantai 1. Proses memasak di dapur yang berupa proses pengupasan,
pemotongan,
penggilingan
atau
penghalusan,
perebusan, pemanggangan, penggorengan, dan pemanasan makanan. Proses awal pada proses memasak yaitu mengupas dan memotong. Proses ini dilakukan menggunakan pisau secara manual. Berikut IBPR pengupasan dan pemotongan bahan makanan (IBPR pada lampiran 9) : Tabel 10. IBPR Pengupasan dan Pemotongan Bahan Makanan No
Pekerjaan
1 Menyiapkan bahan yang akan dikupas dan dipotong 2 Mencuci dan membersihkan pisau 3 Mengasah pisau
Jenis Bahaya Tangan tergores pisau dan kaki tertimpa bahan makanan
Penilaian Risiko F P R 1 1 5 5 1 1 7 7 S
Tangan tergores atau tertusuk 1 1 5 5 5 1 11 7 pisau
Tangan tersayat atau tertusuk 5 1 5 5 5 1 15 7 pisau dan kejatuhan pisau 4 Memegang bahan Kaki tertimpa bahan yang 1 1 5 5 1 1 7 7 yang akan dikupas dikupas karena ukurannya lebih besar dari genggaman Bersambung
41
Sambungan 5 Proses mengupas dan memotong 6 Meletakkan ke wadah untuk bahan yang telah dikupas dan dipotong 7 Membersihkan peralatan potong
Tangan tersayat atau tertusuk 5 1 5 5 5 1 15 7 pisau Kaki tertimpa bahan 1 1 5 5 1 1 7 7 makanan/wadah
Tangan tersayat atau tertusuk 5 1 5 5 5 1 15 7 pisau dan kejatuhan pisau
Sumber : Hasil Pendataan, 2016 Selain pemotongan menggunakan pisau terdapat pula pemotongan bahan makanan menggunakan alat Meat slicer and Fruit/Fegetable Slicer. Berikut IBPR pemotongan bahan makanan (IBPR pada lampiran 10) : Tabel 11. IBPR Pemotongan Bahan Makanan No
Pekerjaan
1 Mempersiapkan bahan dan alat yang akan dipotong dan digunakan 2 Memasukkan bahan ke wadah pemotongan 3 Menghidupkan alat dengan menancapkan steker ke stopkontak 4 Mulai proses pemotongan menggunakan mesin pemotong 5 Setelah selesai memotong, mencabut steker dari stopkontak 6 Mengambil bahan yang telah dipotong dan diletakkan ke wadah 7 Membersihkan alat setelah pemotongan selesai
Jenis Bahaya Kaki terluka karena tertimpa alat/bahan
Penilaian Risiko F P R 1 1 5 5 1 1 7 7 S
Kaki terluka karena tertimpa alat/bahan
1 1 5 5 1 1 7 7
Tersengat listrik karena kontak dengan listrik/kabel listrik yang terkelupas
10 5 5 5 1 1 16 11
Jari terpotong alat pemotong 10 5 5 5 5 1 20 11 saat memasukkan bahan ke alat Tersengat listrik karena kontak dengan listrik/kabel listrik yang terkelupas
10 5 5 5 1 1 16 11
Kaki terluka karena tertimpa alat/bahan
1 1 5 5 1 1 7 7
Jari tergores/terpotong karena 10 1 5 5 5 1 20 7 kontak dengan alat yang masih beroprasi
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
42
Proses penggilingan dan penghalusan biasanya digunakan untuk penggilingan atau penghalusan daging, bumbu, dan buah. Proses
penggilingan/penghalusan
tersebut
menggunakan
alat
Chopper, Grinder, dan Hand Blender. Berikut IBPR penggilingan atau penghalusan bahan makanan (IBPR pada lampiran 11) : Tabel 12. IBPR Penggilingan/Penghalusan Bahan Makanan No
Pekerjaan
1 Mempersiapkan bahan yang akan digiling/haluskan dan alat yang akan digunakan 2 Memasukkan bahan ke wadah penggilingan 3 Menghidupkan alat dengan menancapkan steker ke stopkontak 4 Mulai proses penggilingan/ penghalusan menggunakan mesin 5 Setelah proses selesai mencabut steker dari stopkontak 6 Memindahkan hasil gilingan ke wadah 7 Membersihkan alat setelah pemotongan selesai
Jenis Bahaya Kaki terluka karena tertimpa alat/bahan
Kaki terluka karena tertimpa alat/bahan
Penilaian Risiko F P R 1 1 5 5 1 1 7 7 S
1 1 5 5 1 1 7 7
Tersengat listrik saat 10 5 5 5 1 1 16 11 memasang steker/kontak dengan kabel yang terkelupas
Jari tergiling alat pemotong 10 5 5 5 5 1 20 11 saat memasukkan bahan ke alat (khusus untuk hand blender ada getaran pada tangan) Tersengat listrik saat 10 5 5 5 1 1 16 11 mencabut steker/kontak dengan kabel yang terkelupas Kaki terluka karena tertimpa alat/bahan
1 1 5 5 1 1 7 7
Jari tergores/terpotong karena 5 1 5 5 5 1 15 7 kontak dengan alat
Sumber : Hasil Pendataan, 2016 Proses perebusan makanan menggunakan 2 jenis sumber panas yaitu dari kompor (api) dan listrik. Perebusan makanan dengan kompor (api) menggunakan alat Kwali Range (High), Kwali Range (Low), Boiling Pan, dan Stock Pot. Sedangkan untuk perebusan
43
makanan dengan sumber lisrik yaitu Rice Cooker. Berikut IBPR perebusan makanan menggunakan kompor (IBPR pada lampiran 12) dan listrik (IBPR pada lampiran 13) : Tabel 13. IBPR Perebusan Makanan (Kompor) No
Pekerjaan
1 Mempersiapkan bahan dan bumbu di meja 2 Mempersiapkan alat dan kemudian membuka penutup alat 3 Menghidupkan kompor
4 Setelah air mendidih memasukkan bahan dan bumbu 5 Mengaduk menggunakan pengaduk sayur 6 Menutup kembali penutup alat
7 Proses merebus, tunggu beberapa menit 8 Setelah masak mematikan kompor dan membuka penutup Alat 9 Memindahkan masakan menggunakan Sendok sayur ke wadah penyajian
Jenis Bahaya Kaki tertimpa bahan yang dibawa
Penilaian Risiko F P R 1 1 5 1 1 1 7 7 S
Cidera otot tangan karena mengangkat/mempersiapkan alat-alat yang berat
5 1 5 5 5 1 15 7
Terbakar/ledakan karena menyulut benda mudah terbakar (sarung tangan, baju lengan panjang, dan lain-lain) dan kebocoran gas, serta tekanan panas karena berdekatan dengan sumber panas Luka bagian kulit karena kontak dengan air panas
15 5 5 5 5 5 25 15
Luka bagian kulit karena kontak dengan air panas
5 1 5 5 5 1 15 7
Luka bakar pada kulit karena kontak dengan panas dan tekanan panas karena berdekatan dengan alat Tekanan panas karena berdekatan dengan alat
5 1 5 5 5 1 15 7
Luka bakar pada kulit karena kontak dengan panas
5 1 5 5 5 1 15 7
5 1 5 5 5 1 15 7
1 1 5 5 1 1 7 7
Luka bagian kulit karena 5 1 5 5 5 1 15 7 kontak dengan air panas dan kaki tersiram air panas/tertimpa wadah
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
44
Tabel 14. IBPR Perebusan Makanan (Listrik) No
Pekerjaan
Jenis Bahaya
1 Mempersiapkan bahan dan alat 2 Membuka penutup alat dan menuangkan seluruh bahan
3
4
5
6
7 8
Penilaian Risiko F P R 1 1 5 5 1 1 7 7 S
Tertimpa wadah/bahan yang sedang diangkat Cidera lengan otot karena 5 1 mengangkat benda berat (handling air untuk merebus dan beras), dan tertimpa penutup/bahan yang sedang dibawa karena berat Menhidupkan alat Tersengat listrik karena kontak 10 1 dengan dengan listrik/kabel yang menancapkan terkelupas steker ke stopkontak Mengatur pilihan Tidak ada 0 0 proses merebus dan lama merebus Proses merebus Kebakaran karna percikan api 10 5 dari kabel kontak dengan pipa gas yang bocor, luka bakar pada kulit karena kontak dengan panas, dan tekanan panas Setelah matang Tersengat listrik karena kontak 10 1 mematikan alat dengan listrik/kabel yang sengan mencabut terkelupas kabel dari sumber listrik Membuka Luka bakar pada kulit karena 5 1 penutup alat kontak dengan panas Memindahkan ke Luka pada kulit karena tersiram 5 1 wadah saji air/benda panas
5 5 5 5 15 11
5 5 1 1 16 7
5 5 1 1 6 6
5 5 5 1 20 11
5 5 1 1 16 7
5 5 5 1 15 7 5 5 5 1 15 7
Sumber : Hasil Pendataan, 2016 Proses pemanggangan makanan menggunakan sumber panas dari api dengan menggunakan alat Oven and Six Burner dan Griddle. Berikut ini IBPR pemanggangan makanan (IBPR pada lampiran 14) : Tabel 15. IBPR Pemanggangan Makanan No
Pekerjaan
1 Mempersiapkan bahan yang akan dipanggang dan dituangkan ke wadah oven
Jenis Bahaya Kaki tertimpa wadah oven karena terjatuh
Penilaian Risiko F P R 1 1 5 5 1 1 7 7 S
Bersambung
45
Sambungan 2 Menghidupkan oven dengan pematik dan api akan menyala 3 Membuka oven lalu masukkan makanan yang akan dipanggang 4 Proses memanggang dan menunggu beberapa saat 5 Setelah matang membuka pintu oven dan mengambil makanan menggunakan lampin 6 Matikan oven dan tutup kembali pintu oven
Kebakaran/ledakan karena api 15 5 5 5 5 5 25 15 menyulut benda mudah terbakar dan gas LPG yang bocor, dan luka bakar karena kontak dengan api Luka bakar karena kontak 5 1 5 5 5 1 15 7 dengan api dan kaki tertimpa wadah oven Terpapar panas dari oven
1 1 5 5 1 1 7 7
Luka bakar karena kontak dengan wadah oven dan pintu oven yang panas dan kaki tertimpa wadah oven
5 1 5 5 5 5 15 11
Luka bakar karena kontak dengan api
5 1 5 5 5 1 15 7
Sumber : Hasil Pendataan, 2016 Proses penggorengan makanan menggunakan sumber panas dari api dengan menggunakan alat Friyer dan Telting Pan. Berikut ini IBPR penggorengan makanan (IBPR pada lampiran 15) : Tabel 16. IBPR Penggorengan Makanan No
Pekerjaan
1 Mempersiapkan bahan makanan yang digoreng 2 Memasukkan minyak ke penggorengan 3 Menghidupkan kompor dan menunggu beberapa saat agar minyak panas 4 Memasukkan bahan makanan ke dalam penggorengan dan tunggu beberapa saat hingga matang
Jenis Bahaya Kaki tertimpa bahan makanan Terpeleset karena minyak yang tercecer di lantai
Penilaian Risiko F P R 1 1 5 5 1 1 7 7 S
1 1 5 5 5 1 11 7
Terbakar/ledakan karena 15 5 5 5 5 5 25 15 kontak dengan benda mudah terbakar dan kebocoran gas, dan luka bakar karena kontak dengan api Kulit terluka karena terkena 5 1 5 5 5 1 15 7 percikan minyak
Bersambung
46
Sambungan 5 Mengangkat makanan menggunakan serok 6 Mematikan penggorengan 7 Setelah minyak tidak lagi menetes, makanan
8 Memindahkan minyak yang sudah tidak terpakai ke wadah khusus dan diperlakukan sebagai bahan B3
Kulit terluka karena terkena percikan minyak
5 1 5 5 5 1 15 7
Luka bakar karena kontak dengan wajan penggorengan Kulit terluka karena tetesan minyak panas, terpeleset karena ceceran minyak, dan kaki tertimpa makanan yang panas Terpeleset ceceran minyak
5 1 5 5 5 1 15 7 5 1 5 5 5 1 15 7
5 1 5 5 5 1 15 7
Sumber : Hasil Pendataan, 2016 Proses pemanggangan makanan menggunakan sumber panas dari listrik dan api. Alat pemanggang dengan sumber panas dari listrik yaitu Bain Marie dan sumber panas dari api yaitu Sterno. Berikut ini IBPR pemanggangan makanan dengan Bain Marie (IBPR pada lampiran 16) dan pemanggangan makanan dengan
Sterno
(IBPR pada lampiran 17) : Tabel 17. IBPR Pemanasan Makanan dengan Bain Marie No
Pekerjaan
1 Makanan yang telah siap diletakkan di serving disk 2 Mengisi air pada bain marie terlebih dahulu dengan membuka kran 3 Menghidupkan alat dengan menghubungkan steker ke stopkontak 4 Meletakkan serving disk di tempat pemanas
Jenis Bahaya Kaki tertimpa serving disk/makanan
Penilaian Risiko F P R 1 1 5 5 1 1 7 7 S
Cidera otot karena 5 1 5 5 5 5 15 11 mengangkat sember penuh air, kaki tertimpa ember, dan terpleset karena ceceran air Tersengat listrik karena 10 1 5 5 1 5 16 11 kontak dengan listrik/kabel listrik yang terkelupas
Luka pada bagian kulit karena 5 1 5 5 5 1 15 7 kontak dengan pemanas dan kaki tertimpa serving disk Bersambung
47
Sambungan 5 Proses pemanasan makanan 6 Setelah selesai menghangatkan makanan mematikan bain marie dengan mencabut steker dari stopkontak 7 Membersihkan bain marie dan membuang sisa air
Luka pada bagian kulit karena 5 1 5 5 5 1 15 7 kontak dengan bain marie Tersengat listrik karena 10 1 5 5 1 5 16 11 kontak dengan listrik/kabel listrik yang terkelupas
Terpeleset karena ceceran air 1 1 5 5 1 1 7 7
Sumber : Hasil Pendataan, 2016 Tabel 18. IBPR Pemanasan makanan dengan Sterno No
Pekerjaan
1 Makanan yang telah siap diletakkan di serving disk 2 Membersihkan terlebih dahulu bagian wadah kaleng sterno 3 Mengisi wadah dengan kaleng sterno 4 Menyalakan sterno dengan pematik api 5 Meletakkan sterno ke serving disk yang akan di hangatkan 6 Setelah selesai menghangatkan makanan matikan sterno dengan menutup sterno
Jenis Bahaya Kaki tertimpa serving disk/ makanan
Penilaian Risiko F P R 1 1 5 5 1 1 7 7 S
Kaki tertimpa wadah sterno
1 1 5 5 1 1 7 7
Kaki tertimpa kaleng sterno
1 1 5 5 1 1 7 7
Luka pada bagian kulit karena 5 1 5 5 5 1 15 7 kontak dengan api Luka pada bagian kulit karena 5 1 5 5 5 1 15 7 kontak dengan api dan kaki tertimpa sterno Luka pada bagian kulit karena 5 1 5 5 5 1 15 7 kontak dengan bagian sterno yang panas
Sumber : Hasil Pendataan, 2016 e.
Penyajian Proses penyajian di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant dibagi menjadi 2 yaitu penyajian makanan dan penyajian minuman. Berikut ini IBPR penyajian makanan (IBPR pada lampiran 18) dan penyajian minuman (IBPR pada lampiran 19) :
48
Tabel 29. IBPR Penyajian Makanan No
Pekerjaan
Jenis Bahaya
1 Memasukkan Cidera otot lengan karena peralatan makanan barang terlalu berat dan kaki (tray, sendok, dan terluka karena terlindas roda garpu) ke trolley/tertimpa keranjang yang keranjang dan berisi peralatan makanan dibawa ke lantai 1 dan 2 dengan trolley 2 Mempersiapkan Kaki tertimpa peralatan makan peralatan makan di meja saji (tray dan wadah saji makanan) dan meja makan (sendok, garpu, krupuk) 3 Memindahkan Kaki/badan terguyur/tertimpa sayur, lauk, dan masakan yang panas lain-lain ke wadah saji dan memindahkan nasi ke termos nasi 4 Mengangkat dan Cidera otot lengan karena membawa wadah barang terlalu berat, kulit berisi sayur, lauk, terluka karena kontak dengan dan buah (isi benda panas, dan kaki terluka ulang) termos nasi karena terlindas roda ke meja saji trolley/tertimpa wadah saji dan dengan trolley dan termos nasi ada yang manual handling 5 Memeriksa selalu Cidera otot lengan karena persediaan barang terlalu berat, kulit makanan, dan bila terluka karena kontak dengan habis diisi ulang benda panas, dan kaki terluka kembali karena tertimpa wadah saji dan termos nasi 6 Untuk suplay Bagian tubuh terguyur/kontak makanan ke lantai dengan makanan panas dua menggunakan lift makanan
Penilaian Risiko F P R 5 1 5 5 5 1 15 7 S
5 1 5 5 5 1 15 7
5 1 5 5 5 1 15 7
5 1 5 5 5 1 15 7
5 1 5 5 5 1 15 7
5 1 5 5 1 1 11 7
Sumber : Hasil Pendataan, 2016 Tabel 20. IBPR Penyajian Minuman No
Pekerjaan
1 Manual handling galon dari penyimpanan ke pengisian teko
Jenis Bahaya LBP dan cidera otot lengan karena manual handling yang salah, dan kaki tertimpa galon
Penilaian Risiko S F P R 10 1 5 5 5 5 20 11
Bersambung
49
Sambungan 2 Menata teko minuman di atas meja dan membuka penutup teko 3 Manual handling galon dan menuangkan air ke teko 4 Menutup kembali teko dan membawa ke meja makan menggunakan trolley untuk lantai 2 menggunakan lift makanan 5 Mempersipakan gelas dan diletakkan di keranjang gelas dan memindahkan ke atas trolley 6 Gelas di angkut menggunakan trolley dan lift untuk lantai 2 kemudian ditata di meja makan
Kaki tertimpa teko
1 1 5 5 1 1 7 7
LBP dan cidera otot lengan 10 1 5 5 5 5 20 11 karena manual handling yang salah dan kaki tertimpa galon Kaki tertimpa teko, kaki terlindas teko dan tangan terjepit lift makanan
10 1 5 5 5 1 20 7
LBP dan cidera otot lengan 10 1 5 5 5 5 20 11 karena manual handling yang salah, dan kaki tertimpa keranjang berisi gelas
Nyeri pada lengan karena 10 1 5 5 5 5 20 11 mendorong trolley yang berat, badan/kaki tertimpa keranjang yang berisi gelas, dan tangan/sarung tangan terjepit lift makanan
Sumber : Hasil Pendataan, 2016 f.
Pembersihan Kegiatan bersih-bersih di PT. Denso Indonesia Sunter Plant secara umum dibagi menjadi dua yaitu membersihkan peralatan makanan dan membersihkan area kantin sebelum dan setelah makan. Peralatan yang digunakan untuk membersihkan peralatan makanan adalah kanebo, rak, dan dishwasher. Sedangkan peralatan yang digunakan untuk membersihkan area kantin yaitu sapu lantai, pel, dan kanebo/kain lap. Berikut ini IBPR membersihkan peralatan makanan (IBPR pada lampiran 20) dan membersihkan area kantin (IBPR pada lampiran 21) :
50
Tabel 21. IBPR Pembersihan Peralatan Makanan No
Pekerjaan
1 Mengumpulkan peralatan yang kotor dibawa dengan trolley ke tempat pencucian, diletakkan di keranjang berdasarkan jenis 2 Mengambil peralatan yang kotor dan membuang sisa air atau makanan yang masih menempel 3 Peralatan dicuci di bak 1 menggunakan sabun kemudian dilakukan bembilasan pertama 4 Peralatan dipindah ke bak 2 untuk dibilas lagi hingga bersih 5 Diletakkan ke keranjang yang bersih dan dibawa ke tempat yang kering 6 Kemudian dilakukan pengeringan dengan pengelapan peralatan makan menggunakan kanebo dan diletakkan di keranjang yang bersih
Jenis Bahaya Kaki terluka karena terlindas roda trolley/tertimpa keranjang yang berisi peralatan
Penilaian Risiko F P R 1 1 5 5 1 1 7 7 S
Kaki tertimpa peralatan makan
1 1 5 5 1 1 7 7
Iritasi kulit karena kontak dengan sabun cuci piring (bahan B3), tertimpa peralatan makan yang dipindahkan, dan terpeleset air yang tercecer
5 1 5 5 5 1 15 7
Kaki tertimpa peralatan 1 1 5 5 1 1 7 7 makan dan terpeleset ceceran air LBP karena posisi 10 1 5 5 5 5 20 11 menggangkat yang salah dan beban berat, kaki tertimpa keranjang yang berisi peralatan, dan terpeleset ceceran air Kaki tertimpa peralatan 1 1 5 5 1 1 7 7 makan, terpeleset ceceran air
Sumber : Hasil Pendataan, 2016 Tabel 22. IBPR Pembersihan Area Kantin No
Pekerjaan
1 Mempersiapkan peralatan kebesihan yang akan digunakan
Jenis Bahaya Kaki tersandung peralatan kebersihan
Penilaian Risiko F P R 1 1 5 5 5 1 11 7 S
Bersambung
51
Sambungan 2 Menyapu lantai terlebih dahulu seluruh area kerja 3 Membuang sampah ke tempat sampah 4 Mengambil peralatan pel dan air di ember 5 Mengepel lantai agar debu hilang 6 Mengelap meja saji, meja makan dan kaca bagian dalam 7 Merapikan meja dan kursi 8 Setelah selesai makan, membersihkan meja dengan lap dan menyapu lantai 9 Membawa peralatan makan yang kotor ke tempat pencucian dengan trolley
Tersandung sapu dan gangguan pernapasan karena
5 1 5 5 1 1 11 7
Tertimpa tempat sampah dan bersin-bersin karena debu
1 1 5 5 1 1 7 7
Cidera lotot lengan karena membawa ember berisi air, kaki tertimpa ember, dan terpeleset air pel Kaki tertimpa ember dan terpeleset air pel Tergores ujung meja yang runcing
5 1 5 5 5 5 15 11
Kaki tertimpa kursi
1 1 5 5 1 1 7 7
Tergores ujung meja yang runcing dan terpeleset
1 1 5 5 1 1 7 7
Cidera otot lengan dan kaki terlindas roda trolley
5 1 5 5 5 5 15 11
1 1 5 5 1 1 7 7 1 1 5 5 1 1 7 7
Sumber : Hasil Pendataan, 2016 g.
Pengolahan limbah Kegiatan pengolahan limbah di PT. Denso Indonesia Sunter Plant secara umum dibagi menjadi dua yaitu pengolahan limbah padat dan cair. Peralatan atau perlengkapan yang digunakan untuk pengolahan limbah padat, yaitu plastik sampah, tempat sampah, dan truk sampah. Untuk pengolahan limbah cair dibagi menjadi 2 yaitu limbah cair non B3 dan B3. Limbah cair non B3 langsung dialirkan ke tempat pengolahan limbah STP dan untuk limbah cair B3 (minyak jelantah) ditampung di tempat khusus. Berikut ini IBPR
52
pengolahan limbah padat (IBPR pada lampiran 22) dan pengolahan limbah cair (IBPR pada lampiran 23) : Tabel 23. IBPR Pengolahan Limbah Padat No
Pekerjaan
1 Menempatkan sampah di setiap ruangan kantin dan memberi label sampah organik dan anorganik 2 Meletakkan plastik ke dalam sampah 3
4
5
6
Jenis Bahaya Kaki tersandung tempat sampah
Penilaian Risiko F P R 1 1 5 5 1 1 7 7 S
Terjatuh/ terpeleset saat 1 1 meletakkan plastik ke tempat sampah ukuran besar Setelah makan Cidera otot lengan dan LBP 10 1 selesai, petugas karena mengankat sampah membuang sampah yang berat dan terjatuh saat untuk sampah mengangkat sampah yang berukuran besar berat dengan cara naik ke bak sampah untuk mengambil plastik Plastik berisi Cidera otot lengan dan LBP 10 1 sampah diserahkan karena mengankat sampah ke petugas yang yang berat dan terjatuh saat ada di bawah, mengangkat sampah yang untuk tempat berat sampah berukuran kecil cukup diangkat satu petugas Kemudian di Cidera otot karena 5 1 angkat ke trolley mengangkut sampah yang dan dibawa ke berat dan kaki terlindas tempat trolley penampungan sampah sementara Sampah akan di Mengganggu pernapasan 1 1 angkut oleh truk karena bau sampah yang sampah menyengat
5 5 1 1 7 7
5 5 5 5 20 11
5 5 5 5 20 11
5 5 5 5 15 11
5 5 1 1 7 7
Sumber : Hasil Pendataan, 2016 Tabel 24. Pengolahan Limbah Cair No
Pekerjaan
1 Memisahkan antara limbah cair non B3 dan B3
Jenis Bahaya Iritasi kulit karena kontak dengan B3 dan terpeleset karena air limbah atau minyak jelantah (Limbah B3)
Penilaian Risiko F P R 5 1 5 5 5 1 15 7 S
Bersambung
53
Sambungan 2 Limbah cair non B3 langsung masuk ke tempat pengolahan limbah cair domestik 3 Untuk limbah B3 (minyak jelantah) diletakkan ke wadah khusus untuk menampung 4 Pemindahan dalam bungkus plastik dan diletakkan di wadah khusus
Terpeleset air limbah
1 1 5 5 1 1 7 7
Iritasi kulit karena kontak 5 1 5 5 5 1 15 7 dengan B3, dan terpeleset karena air limbah atau minyak jelantah (Limbah B3)
Cidera lengan otot karena memindahkan barang berat dalam jumlah banyak, iritasi kulit karena kontaminasi dengan limbah B3, terguyur limbah B3, dan terpeleset cairan limbah B3 (minyak jelantah) 5 Membawa ke truk Cidera lengan otot karena pengangkutan memindahkan barang berat limbah cair B3 dalam jumlah banyak, iritasi (Penampung dan kulit karena kontaminasi Pemanfaat Limbah dengan limbah B3, terguyur B3) limbah B3, dan terpeleset cairan limbah B3 (minyak jelantah)
10 1 5 5 5 5 20 11
10 1 5 5 5 5 20 11
Sumber : Hasil Pendataan, 2016 h.
Proses Kerja Lainnya Proses kerja berikut merupakan proses kerja yang khusus (potensi bahaya khusus) dan tidak termasuk alur proses kerja kantin di atas. Berikut proses kerjanya terdapat membersihkan Insect trap, membersihkan kaca luar lantai 2, membersihkan lift makanan, pengecekan pipa gas, dan pemasangan tabung gas. Berikut ini IBPR membersihkan Insect trap (IBPR pada lampiran 24), membersihkan kaca luar lantai 2 (IBPR pada lampiran 25), membersihkan lift makanan (IBPR pada lampiran 26), pengecekan pipa gas (IBPR pada lampiran 27), dan pemasangan tabung gas (IBPR pada lampiran 28) :
54
Tabel 25. IBPR Membersihkan Insect Trap No
Pekerjaan
1 Mempersiapkan peralatan/alat yang akan digunakan 2 Memasang tangga yang akan dipakai tepat di tempat yang akan dibersihkan (insect trap) 3 Menaiki tangga untuk mengambil insect trap 4 Mematikan alat dengan mencabut steker dari stopkontak 5 Membuka cover insect trap terlebih dahulu 6 Menbersihkan insect trap dilantai 7 Setelah bersih tutup kembali cover, memasang kembali insect trap ke tempat semula 8 Menghidupkan kembali alat dengan menancapkan steker ke stopkontak 9 Turun dari tangga dan mengembalikan alat
Jenis Bahaya Badan/kaki tertimpa tangga/peralatan kebersihan
Penilaian Risiko F P R 1 1 4 4 1 1 6 6 S
Badan/kaki tertimpa tangga/peralatan kebersihan
1 1 4 4 1 1 6 6
Terjatuh dari ketinggian karena membawa barang berat dan badan tertimpa tangga Tersengat listrik karena kontak dengan lisrik dan terjatuh dari ketinggian
5 1 4 4 5 1 14 6
15 5 4 4 5 5 24 14
Tangan tergores bagian cover 1 1 4 4 5 1 10 6 yang tajam Tangan tergores bagian alat yang tajam dan bersin-bersin karena menghirup debu Terjatuh dari ketinggian dan anggota tubuh tertimpa peralatan kebersihan
5 1 4 4 5 1 14 6
Tersengat listrik karena kontak dengan lisrik dan terjatuh dari ketinggian
15 5 4 4 5 5 24 14
Terjatuh dari ketinggian dan anggota tubuh tertimpa peralatan kebersihan
5 1 4
5 1 4 4 5 1 14 6
5 1 14 6
Sumber : Hasil Pendataan, 2016 Tabel 26. IBPR Pembersihkan Kaca Luar Lantai 2 No
Pekerjaan
1 Mempersiapkan peralatan kerja 2 Membasahi window washer dengan air yang sudah dicampuri chemical
Jenis Bahaya Kaki tertimpa window cleaning tools Iritasi pada kulit karena terkena cairan chemical
Penilaian Risiko F P R 1 1 5 5 1 1 7 7 S
5 1 5 5 5 1 15 7
Bersambung
55
Sambungan 3 Proses membersihkan kaca dengan window washer 4 Kemudian membersihkan sisa chemical yang menempel menggunakan window squegee 5 Mengeringkan kaca menggunakan kanebo 6 Untuk membersihkan lift lantai 2 menggunakan hook pada life line menuju area kerja 7 Melakukan proses pembersihan kaca seperti lantai 1
8 Setelah bersih turun dengan hatihati dan melepaskan pada life line
Kaku pada otot lengan karena 5 1 5 5 5 5 15 11 terlalu lama mengangkat lengan Iritasi pada kulit karena 5 1 5 5 5 5 15 11 terkena cairan chemical, dan kaku pada otot lengan dan leher karena terlau lama mengangkat lengan dan menghadap ke atas Kaku pada otot lengan karena 5 1 5 5 5 5 15 11 terlalu lama mengangkat lengan Terjatuh dari ketinggian 15 5 4 4 5 5 24 14 karena hook terlepas dari life line
Iritasi pada kulit karena 15 5 4 4 5 5 24 14 terkena cairan chemical, terjatuh dari ketinggian karena hook tidak terpasang sempurna, dan kaku pada otot leher karena terlau lama menghadap ke atas Terjatuh dari ketinggian 15 5 4 4 5 5 24 14 karena hook terlepas dari life line
Sumber : Hasil Pendataan, 2016 Tabel 27. IBPR Pembersihkan Lift Makanan No
Pekerjaan
1 Pengecekan keadaan lift makanan 2 Mematikan sistem operational lift 3 Menarik keluar alas lift makanan lalu dilap dengan lap yang lembab 4 Membersihkan bagian dalam lift 5 Kemudian membersihkan bagian luar pintu lift dengan lap lembab hingga bersih
Tidak ada bahaya
Penilaian Risiko F P R 0 0 5 5 1 1 6 6
Tidak ada bahaya
0 0 5 5 1 1 6 6
Kejatuhan alas lift makanan
5 1 5 5 1 1 11 7
Kepala terhantuk lift
1 1 5 5 1 1 7 7
Terpeleset cairan pembersih/air
1 1 5 5 1 1 7 7
Jenis Bahaya
S
Bersambung
56
Sambungan 6 Setelah Tidak ada bahaya dibersihkan hidupkan kembali lift 7 Mengisi cheksheet Tidak ada bahaya lift barang setelah selesai membersihkan
0 0 5 5 1 1 6 6
0 0 5 5 1 1 6 6
Sumber : Hasil Pendataan, 2016 Tabel 28. IBPR Pengecekan Pipa Gas No
Pekerjaan
1 Mempersiapkan peralatan kerja: ember, spon busa, kain lap dan air sabun 2 Melakukan pengecekan dengan membasahi pipa gas dan bagian sambungan pipa dengan spon dan busa sabun 3 Memperhatikan setiap gelembung udara, bila ada segera tutup valve gas 4 Setelah selesai dicek, mengelap pipa gas dengan kain lap hingga bersih dan kering agar tidak korosif
Penilaian Risiko F P R Kaki tertimpa peralatan kerja 1 1 5 5 1 1 7 7 dan terpeleset karena air busa Jenis Bahaya
S
Tangan tergores bagian yang 5 1 5 5 5 1 15 7 runcing, terkena tetanus karena tergores pipa korosif, dan terpeleset karena ceceran air busa
Pingsan karena menghirup 15 5 5 5 5 5 25 15 gas, meledak kareka kontak dengan api, terjepit alat saat memperbaiki sambungan, dan terpeleset karena ceceran air busa Tangan tergores bagian yang 5 1 5 5 5 1 15 7 runcing, terkena tetanus karena tergores pipa korosif, dan terpeleset karena ceceran air busa
Sumber : Hasil Pendataan, 2016 Tabel 29. IBPR Pemasangan Tabung Gas No
Pekerjaan
1 Mempersiapkan alat 2 Mengecek pressure gauge, bila kosong segara dipasang tabung gas yang baru
Jenis Bahaya
Penilaian Risiko F P R 5 1 5 5 1 1 11 7 S
Kaki tertimpa peralatan, terlindas trolley Bahaya kebakaran/ledakan gas 15 5 5 5 1 1 25 11 karena gas yang merembes dan kontak dengan panas/api
Bersambung
57
Sambungan 3 Menutup aliran gas pada main valve dan valve selang tabung 4 Putar regulator ke arah kiri dan lepaskan konektor selang penghubung tabung dan pipa 5 Lepaskan rantai pengikat tabung 6 Bawa tabung gas kosong ke gudang dengan trolley dan pasang tag "kosong" pada tabung 7 Ambil gas baru dengan trolley ke pemasangan tabung gas 8 Letakkan di tempat gas, ikat dengan rantai 9 Pasang konektor selang dan putar penutup regulator ke kiri setelah itu puka penutup valve
Bahaya kebakaran/ledakan gas karena gas yang merembes dan kontak dengan panas/api Bahaya kebakaran/ledakan gas karena gas yang merembes dan kontak dengan panas/api
15 5 5 5 5 1 25 11
Tangan terjepit rantai, badan tertimpa tabung Kaki terlindas trolley dan badan/kaki tertimpa tabung gas
1 1 5 5 5 1 11 7
Kaki terlindas trolley dan badan/kaki tertimpa tabung gas
1 1 5 5 5 1 11 7
Badan tertimpa gas dan tangan terjepit rantai
1 1 5 5 5 1 11 7
Bahaya kebakaran/ledakan gas karena gas yang merembes saat tabung hampir habis, terjepit penutup valve
15 5 5 5 15 5 35 15
15 5 5 5 15 5 35 15
1 1 5 5 5 1 11 7
Sumber : Hasil Pendataan, 2016 Dari IBPR diatas dilakukan penilaian dengan keempat penilaian (bentuk luka, frekuensi pekerjaan, potensi kecelakaan, dan level risiko) dan hasil dari identifikasi bahaya akan didapat level dan prioritas potensi bahaya yang harus dilakukan penanganan. Berikut hasil dari form IBPR yang ada di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant beserta prioritas bahaya dan level bahayanya :
58
Tabel 30. Hasil dari IBPR (Prioritas dan Level) No
Proses
1 Peneriman dan Pengangkutan 2 Penyimpanan Barang
3 Pengolahan
IBLK Penerimaan dan Pengangkutan Bahan Makanan Penyimpanan Wet Food (Dicuci) Penyimpanan Dry Food (Langsung Disimpan) Pengupasan dan Pemotongan Bahan Makanan Pemotongan Bahan Makanan
Prioritas Risiko LBP
20 (II) 11(I)
Dingin
25 (III) 11 (I)
LBP
20 (II) 11 (I)
Tersayat
15 (II) 7 (I)
Jari Tepotong Penggilingan/Penghalusan Jari Bahan Makanan tergiling Perebusan Makanan Terbakar/ (Kompor) Ledakan Perebusan Makanan (Listrik) Kebakaran Pemanggangan Makanan Terbakar/ Ledakan Penggorengan Makanan Terbakar/ Ledakan Pemanasan Makanan dengan Tersengat Bain Marie listrik Pemanasan makanan dengan Luka bakar Sterno 4 Penyajian Penyajian Makanan LBP Penyajian Minuman LBP 5 Pembersihan Pembersihan Peralatan LBP Makan Pembersihan Area Kantin LBP Sebelum Dan Setelah Makan 6 Pengelolaan Pengelolaan Limbah Padat LBP Limbah Pengelolaan Limbah Cair B3 7 Lain-lain Pembersihan Insect Trap Tersengat listrik Pembersihan Kaca Lantai 2 Jatuh dari ketinggian Pembersihan Lift Makanan Kejatuhan alas lift Pengecekan Pipa Gas Kebakaran/ Ledakan Pemasangan Tabung Gas Kebakaran/ Ledakan Sumber : Hasil Pendataan, 2016
Level
20 (II) 11 (I) 20 (II) 11 (I) 25 (III) 15 (II) 20 (II) 11 (I) 25 (III) 15 (II) 25 (III) 15 (II) 16 (II) 11(I) 15 (II) 7 (I) 15 (II) 7 (I) 20 (II) 11 (I) 20 (II) 11 (I) 15 (II) 11 (I) 20 (II) 11 (I) 20 (II) 11 (I) 24 (III) 14 (II) 24 (III) 14 (II) 11 (I)
7 (I)
25 (III) 15 (II) 35 (III) 15 (II)
59
Dari tabel prioritas bahaya diatas dapat dilihat dengan jelas pada grafik berikut ini : 40 35 30 25 20 15
Sebelum Perbaikan
10
Setelah Perbaikan
5 0
Gambar 6. Grafik Prioritas Bahaya Kantin Sumber : Hasil Pendataan, 2016 Dari grafik di atas dapat diketahui potensi bahaya yang paling mungkin terjadi adalah kebakaran atau ledakan. Hal tersebut dikarenakan sumber energi terbesar yang digunakan untuk proses di kantin menggunakan gas LPG dan menghasilkan api. 2.
Pengendalian Bahaya a.
Mapping Risk Hazard Potential Pengendalian bahaya yang paling umum mencangkup seluruh potensi bahaya di kantin yaitu dengan menggunakan safety map. Safety map digunakan sebagai sarana mengkomunikasikan bahaya yang akan dihadapi di area yang akan dituju dengan melihat safety map pekerja akan tahu apa saja yang mungkin dapat
60
menimpanya dan dapat lebih berhati-hati dalam melakukan pekerjaan di area tersebut. Safety Map di PT. Denso Indonesia Sunter Plant menggunakan pedoman dari PT. Toyota Manufacturing Indonesia yaitu Safety Toyota O “0” Accident Project 6 type of Accident (STOP 6). STOP 6 adalah aktivitas atau usaha untuk mencegah kecelakaan kerja yang berakibat pada luka serius atau cacat atau meninggal yang digolongkan menjadi 6 tipe kecelakaan. Kriteria yang harus dipahami dalam pembuatan safety map yaitu harus mengetahui potensi bahaya dan dapat menganalisa tergolong potensi bahaya A, B, C, D, E, dan F dan menentukan rangking bahayanya. Kantin di PT. Denso Indonesia Sunter Plant juga tidak luput dalam pembuatan safety map. Pembuatan safety map di kantin sendiri hanya pada bagian dapur karena dapur adalah tempat yang paling berpotensi terjadi banyak kecelakaan. Banyaknya peralatan yang besar dan sumber panas yang dihasilkan membuat dapur perlu lebih perhatian dan penanganan dalam bidang keselamatan terutama dalam hal kebakaran karena kebanyakan proses kerja di kantin menggunakan tenaga panas. Tidak hanya sumber panas, potensi bahaya yang dapat terjadi yaitu dingin, jari terpotong, tertimpa peralatan masak dan lain-lain. Safety map kantin yang telah dibuat masih berisikan tentang potensi bahaya yang telah dilakukan
61
perbaikan. Perbaikan dilakukan untuk potensi bahaya yang menjadi prioritas. Berikut ini safety map (pada lampiran 29) di kantin :
Gambar 7. Safety Map Canteen Sumber : Hasil Pendataan, 2016 Pada safety map tersebut terdapat kotak-kotak penilaian yang berisikan tentang proses pekerjaan, STOP 6, Potensi Bahaya dan kaizen/perbaikan. Untuk lebih jelasnya lagi penilaian stop six pada Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant adalah sebagai berikut : Tabel 31. Daftar Keterangan Kotak Penilaian di Safety Map No 1
Proses Pekerjaan Pipa gas LPG untuk mengalirkan gas ke kompor
R C
Kaizen (Perbaikan) F Terjadi kebocoran gas dan Jarak antar detektor bila kontak dengan api gas diperpendek dapat menimbulkan dengan kebakaran, serta jarak menambahkan 2 pemasangan detektor gas detektor lagi, terlalu jauh sehingga ada sekarang detektor gas bagian yang tidak bisa ada 6 dan setiap alat terdeteksi (hanya terdapat dilengkapi valve 4 detektor gas) dan hanya on/off terdapat 1 (satu) valve on/off yang berada di pipa sentral Bersambung
S6
Potensi Bahaya
62
Sambungan 2
Mengambil/ meletakkan makanan dalam freezer
C
O Pekerja dapat terjebak di freezer saat gagang pintu membeku dan pintu tidak bisa terbuka
3
Berlalulalang di dapur
C
4
Penggunaan lampu dapur
C
5
Lalu-lalang C di sekitar rak peralatan dapur
F Lantai dapur di area alatalat masak licin dan dapat menyebabkan terpeleset dan kontak dengan benda panas O Intensitas penerangan kurang dan tidak terdapat penutup safety pada lampu yang dapat menyebabkan pekerjaan kurang nyaman dalam bekerja D Tertimpa/kejatuhan peralatan yang berada di rak
6
Penempatan C masakan saji
D Tertimpa makanan saji
7
Penempatan beras dan tepung
C
O Terpeleset karena ceceran beras dan tepung
8
Penempatan C bumbu dapur
9
Penggunaan mesin chopper
D Penempatan bumbu tidak beraturan mudah terkontaminasi satu dengan yang lain. A Jari terpotong saat menggunakkan mesin chopper
10 Memasak
C
B
Memasang alarm otomatis pada freezer sehingga bila ada yang terkunci di freezer alarm akan menyala Lantai sudah dilapisi dengan rubber safety dan dibersihkan setiap harinya Lampu sudah diberi penutup safety
Rak sudah diberi pengaman pagar pembatas hanya saja masih terdapat potensi tertimpa peralatan masak dari rak paling atas Sudah disiapkan trolley susun untuk penempatan makanan siap saji Sudah dibuatkan tempat khusus untuk penyimpanan beras dan tepung yang akan dipakai Di tempatkan di box khusus sesuai jenis bumbu
Mesin chopper telah dimodifikasi dan dilengkapi dengan alat emergency stop F Potensi terkena uap panas, Menggunakan tersiram air panas, kulit pakaian berwarna kontak dengan benda terang dan mudah panas, dan terkena menyerap keringat, percikan minyak panas apron, APD (safety shoes, masker, sarung tangan)
Sumber : Hasil Pendataan, 2016
63
Keterangan tabel : a.
R : Rangking Bahaya A = Meninggal dunia dan cacat permanen B = Luka, produksi terhenti dan kehilangan hari kerja C = Luka ringan tidak absen dan produksi tidak terhenti
b.
b.
S 6 : STOP 6 A = Apparatus
D= Drop
B = Big Heavy
E = Electric
C = Car
F = Fire
Pengendalian Risiko dengan Hirarki Pengendalian Pengendalian potensi bahaya selanjutnya yang akan dibahas yaitu potensi bahaya yang menjadi prioritas dalam setiap IBPR proses kerja kantin dimana telah didapatkan hasil yaitu : kebakaran/ledakan, dingin, jatuh dari ketinggian, kontak dengan listrik, keluhan musculoskeletal, jari terpotong, jari tergiling, kontak B3, dan luka bakar. Pengendalian potensi bahaya menggunakan hirarki pengendalian dan disesuaikan dengan bentuk pengendalian yang dibutuhkan. Berikut pengendalian potensi bahayanya : 1) Kebakaran/Ledakan Potensi bahaya kebakaran/ledakan adalah potensi bahaya yang paling mungkin terjadi di kantin akibat penggunaan sumber energi panas yang digunakan dalam proses kerjanya. Dampak atau bahaya yang timbul dapat mempengaruhi proses
64
kerja kantin maupun proses produksi PT. Denso Indonesia Sunter
Plant
untuk
kebakaran/ledakan
pencegahan
dengan
hirarki
potensi
bahaya
pengendalian
berupa
substitusi dan administratif. Berikut penjelasannya : a) Substitusi Metode
pengendalian
ini
bertujuan
untuk
mengganti bahan, proses, operasi ataupun peralatan dari yang
berbahaya
menjadi
lebih
tidak
berbahaya.
Pengendalian ini dapat menurunkan bahaya dan risiko minimal
melalui
desain
sistem
ataupun
desain
ulang. Pengendalian potensi bahaya kebakaran dengan substitusi yang dilakukan oleh Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant adalah: (1) Mengganti standar penggunaan stopkontak dan staker dari yang sebelumnya boleh menggunakan jenis A harus beralih ke jenis F. Hal ini bertujuan menghindari percikan api menyebar jika terjadi bunga api.
Gambar 8. Steker A (kiri) dan Steker F (kanan) Sumber : Dunia listrik, 2010
65
b) Administratif Kontrol administratif ditujukan pengandalian dari sisi orang yang akan melakukan pekerjaan, dengan dikendalikan
metode
kerja
diharapkan
orang
akan
mematuhi, memiliki kemampuan, dan keahlian cukup untuk menyelesaikan
pekerjaan
secara
aman.
Pengendalian
potensi bahaya kebakaran dengan administrasi yang dilakukan oleh PT. Denso Indonesia Sunter Plant adalah : (1) Standart Operating Prosedur (SOP)
Gambar 9. SOP (Kwali Range Low) Sumber : PT Denso Indonesia Sunter Plant, 2016 Setiap proses kerja serta penggunaan peralatan disediakan SOP. SOP tersebut ditempelkan pada peralatan atau dekat dengan pekerjaan yang dilakukan. Peletakannyapun stategis sehingga dapat dilihat dengan jelas.
66
(2) Pelatihan (Training) Pelatihan penanganan kebakaran diberikan kepada pekerja di kantin yang terpilih untuk mengikuti pelatihan agar para pekerja tahu cara menangani kebakaran sehingga kebakaran dapat ditangani secepat mungkin.
Pelatihan
kebakaran
diadakan
oleh
departemen SHE. Berikut training pemadaman api dengan kain Goni basah dan APAR yang diberikan kepada para pekerja kantin :
Gambar 10. Pelatihan Pemadaman Kebakaran Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2011 Pelatihan penggunaan APAR bagi karyawan Kantin diberikan oleh anggota TKTD bagian satgas pemadaman kebakaran. Seluruh pekerja kantin diberi materi tentang kebakaran terlebih dahulu dan kemudian dilanjutkan dengan praktik pemadaman kebakaran menggunakan karung basah dan APAR. Pelatihan ini bertujuan untuk membekali para karyawan kantin agar bisa menjaga diri dan lingkungan kerjanya.
67
(3) Penyediaan Safety Sign
Gambar 11. Safety Sign “Segitiga Api” Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016 Safety sign yang tertempel di dapur PT. Denso Indonesia Sunter Plant berkaitan dengan keselamatan bidang kebakaran yaitu : segitiga api, listrik, letak detektor,
dresscode
yang
diperbolehkan
untuk
memasuki kantin, dan larangan untuk memasuki dapur kecuali yang berkepentingan karena dapur termasuk area terbatas karena banyaknya sumber panas yang dihasilkan.
Gambar 12. Safety Sign di Storage Gas Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016
68
Safety sign juga di tempel di storage gas yaitu tempat sumber energi berada. Safety sign yang ditempel yaitu peringatan untuk menjauhi area tersebut bagi yang tidak berkepentingan. (4) Pemasangan Lock Out Tag Out (LOTO)
Gambar 13. LOTO di Area Storage Gas Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016 Sistem
lock out
(penguncian) dilakukan
dengan memasang valve on/off. Setiap gas yang tersambung pada pipa dilengkapi dengan
valve
sehingga bila ada kebocoran valve dapat ditutup. Pemasangan tanda dilakukan untuk menginformasikan status tabung gas. Penanda yang disediakan berupa tanda yang bertuliskan, “Gas Isi”, “Gas Kosong”, Gas Bocor”,
dan
Digunakan”.
“Sedang
Dalam
Perbaikan
Jangan
69
(5) Pemasangan Safety Device (a) APAR Safety devive untuk penanganan terhadap kebakaran
yang
dipasang
di
kantin
untuk
menghindari potensi bahaya kebakaran yaitu APAR. APAR yang terpasang pada kantin berjumlah 6 yaitu 3 buah di lantai 1 dan 3 buah di lantai 2. Jenis APAR yang digunakan adalah dry chemical karena bahan tersebut cocok untuk memadamkan api yang dapat membakar peralatan kantin.
Gambar 14. APAR CO2 Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016 Tinggi pemasangan tanda pemasangan APAR adalah 170 cm dari dasar lantai dan untuk jarak pemasangan APAR lebih dari 15 m. APAR
70
yang terpasang juga dilakukan pemeriksaan rutin dan disediakan pula check sheet keadaan APAR. (b) Pemasangan Valve On/Off dan Detektor Gas
Valve
Detector Gas
Gambar 15. Valve dan Detektor Gas Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016 Pemasangan
valve
tersebut
bertujuan
untuk menghentikan aliran gas pada alat masak yang tidak dipakai. Untuk berjaga jaga bila ada kebocoran gas tidak akan menyulut ke kompor yang ada di dekatnya. Pemasangan detektor gas bertujuan untuk mencegah kebocoran gas pada pipa yang dapat menyebabkan kebakaran. Detektor gas
yang
terpasang pada pipa di dapur yaitu berjumlah 6 buah.
71
(c) Exhausted Hood
Gambar 16. Exhaust Hood Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016 Exhaust Hood adalah alat penghisap udara atau alat penghisap asap pada dapur. Biasa juga disebut cooker hood. Pemasangannya tepat berada di atas peralatan masak karena asap yang dihasilkan naik dan dapat dihisap, sehingga kegiatan masak-memasak di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant terbebas dari asap atau uap yang menyebabkan suhu di dapur panas. (6) Pemasangan Jalur Evakuasi Menuju Titik Kumpul Pemasangan jalur evakuasi juga dilakukan di kantin. Karena di kantin adalah tempat dimana orang dalam jumlah banyak berkumpul di dalamnya saat jam istirahat dan karena ada potensi bahaya pula di dalamnya. Pemasangan tanda evakuasi tersebut dapat
72
mempermudah korban mengetahui jalur yang aman dan cepat untuk bisa ke arah assembly point dimana assembly point berada di depan gedung utama PT. Denso Indonesia Sunter Plant. 2) Dingin Potensi bahaya dingin bahkan sampai membeku dapat terjadi pada pekerja yang memasuki chiller dan freezer yang berukuran besar. Saat memasuki chiller/freezer pintu harus ditutup kembali untuk menjaga suhu di dalamnya. Bahaya terjadi bila ada yang terjebak di dalamnya. Gagang pintu di dalam chiller/freezer dapat membeku sehingga tidak bisa dibuka. Ruangan yang kedap suara juga mengakibatkan orang diluar tidak mengetahui bila ada orang di dalam.
Gambar 17. Chiller and Frezzer Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016
73
Pengendalian potensi bahaya dilakukan dengan cara administratif yaitu dengan memasang safety device berupa alarm pada alat pendingin tersebut. Alarm tersebut akan berbunyi bila lampu di chiller/freezer menyala dan tidak dimatikan dalam waktu 3 menit. Lampu yang menyala di pendingin tersebut sebagai tanda bahwa ada orang di dalamnya dan bila lampu dimatikan maka alarm akan berhenti. 3) Jatuh dari ketinggian Pekerjaan yang terdapat potensi bahaya jatuh dari ketinggian adalah memasang insect trap dan membersihkan jendela luar lantai 2. Penanganan potensi bahaya jatuh dari ketinggian menggunakan cara administratif, yaitu pemasangan insect trap dan pembersihan jendela luar lantai 2 dilakukan oleh sub kontraktor yang dilakukan dua minggu sekali. Pekerjaan tersebut menggunakan jasa sub kontraktor karena pekerjanya lebih kompeten dan memiliki peralatan keselamatan yang lengkap. Dalam pelaksanaannya diawasi pula oleh pihak SHE Departemen. 4) Kontak dengan listrik Potensi bahaya kontak dengan listrik dapat dialami oleh pekerja kantin terutama koki yang memasak menggunakan sumber energi listrik. Pencegahan yang dilakukan dengan cara administratif yaitu memberi training cara memasak dan
74
penggunaan alat memasak dan memberi safety sign pada sumber listrik. 5) Keluhan Musculoskeletal Keluhan musculoskeletal yang dialami para pekerja kantin berupa LBP dan nyeri pada lengan dan leher yang disebabkan
oleh
manual
handling
galon,
termos
nasi,
pengangkatan keranjang berisi peralatan makan, dan lain-lain. Penanganan untuk keluhan musculoskeletal telah dilakukan dengan cara administratif yaitu menyediakan trolley dan lift makanan, hanya saja para pekerja masih sering melakukan manual handling. 6) Jari terpotong, tergiling, tersayat benda tajam Potensi bahaya ini terjadi pada penggunaan alat-alat pemotong dan penggiling seperti : meat slicer, fruit/vegetable slicer, chopper, dan hand blender dari alat-alat tersebut yang paling berbahaya dan pernah memakan korban adalah mesin chopper (pencacah).
Gambar 18. Mesin Chopper Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016
75
Pengendalian potensi bahaya dilakukan dengan cara rekayasa teknik yaitu merubah tombol dan melengkapinya dengan emergency stop. 7) Kontak dengan Bahan Berbahaya dan Beracun
Gambar 19. Jerigen Berisi Minyak Jelantah Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016 Bahan yang tergolong B3 di kantin adalah sabun untuk mencuci piring dan minyak jelantah. Penanganan potensi bahaya bahan B3 ini dilakukan dengan cara substitusi dan administrasi a) Substitusi Menghilangkan potensi bahaya dilakukan dengan cara mengganti sabun yang tingkat iritannya rendah. Iritasi bada kulit wajar terjadi pada pekerja yang mencuci peralatan makan karena banyaknya peralatan makan yang di cuci dan kontak dengan sabun pencuci piring dalam jumlah yang banyak.
76
b) Administratif Pengendalian
potensi
bahaya
dengan
cara
administratif yaitu dengan menampung limbah B3 berupa minyak jelantah ke wadah-wadah jurigen yang nantinya akan diangkut oleh pengangkut limbah B3. c) Alat Pelindung Diri
Gambar 20. APD Pencuci Peralatan Masak dan Makan Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016 APD yang diberikan yaitu perupa sarung tangan tebal, sepatu boot, apron dari bahan kain untuk melindungi tubuh dari kontak dengan B3. 8) Luka bakar Luka bakar ini sering dialami oleh koki sebagai ahli memasak yang pekerjaannya berhubungan dengan panas. Luka bakar yang dialami koki yaitu berasal dari kontak dengan peralatan memasak yang panas dan tersiram air panas. Untuk
77
menangani potensi bahaya tersebut yaitu menggunakan cara pemakaian APD berupa sarung tangan karet dan safety shoes untuk menghindari kontak panas. Seragam yang dikenakan oleh koki disesuaikan pula dengan potensi bahaya luka bakar.
Gambar 21. APD Koki Kantin Sumber : PT. Denso Indonesia Sunter Plant, 2016 Seragam yang digunakan oleh Koki di PT. Denso Indonesia Sunter Plant didesain dengan lengan panjang dan celana panjang untuk menghindari kontak kulit dari benda panas. 3.
Evaluasi Evaluasi atau penilaian kinerja dilakukan untuk menilai kinerja petugas kantin dalam pemenuhan sistem proteksi bahaya. Evaluasi kinerja dilakukan melalui beberapa kegiatan berikut : a.
Briefing pagi dengan General Office (GO), yang mengikuti briefing adalah penanggung jawab kantin Bapak Ivan Satya Yuli selaku Head
78
Chef. Kegiatan briefing digunakan sebagai sarana sharing dengan menyampaikan
hasil
kinerja
pada
hari
sebelumnya
dan
menyampaikan permasalahan yang dihadapi (jika ada) di hadapan anggota lain dan manajer. Manajer akan memberikan koreksi hasil kinerja secara langsung, jalan keluar dan saran perbaikan kinerja. b.
Safety Patrol, safety patrol merupakan kegiatan patrol terhadap pelaksanaan K3L di semua area oleh kelas manager up dan wakil serikat pekerja. Safety patrol dilakukan untuk meninjau langsung pelaksanaan K3L termasuk penerapan sistem protesi bahaya di kantin apakah sudah terpenuhi atau belum. Setelah itu hasil akan dirapatkan dan hasil rapat diinformasikan kepada pihak kantin tentang tindakan perbaikan yang perlu dilakukan. hasil audit internal diserahkan kepada manajer.
c.
Internal audit, internal audit dilakukan oleh auditor internal perusahaan (berpengalaman dan telah mendapat pelatihan) dengan pihak SHE departemen sebagai penanggung jawab berlangsungnya audit internal. Dalam internal audit akan dicek hasil kinerja kantin dalam pemenuhan sistem proteksi kantin mulai dari kelengkapan dokumen hingga aksi nyata yang telah dilakukan kantin. Temuantemuan dalam audit akan ditulis dilembar audit internal. Auditor akan memberikan saran berbaikan dengan batas waktu yang ditentukan. Setelah melakukan perbaikan pihak auditee (penanggung jawab kantin) harus menulis dilembar audit internal tentang
79
perbaikan yang telah dilakukan. Kemudian hasil audit akan diserahkan kepada pihak departemen SHE yang menampung hasil audit. Setelah diinput hasilnya oleh pihak SHE departemen selanjutnya hasil audit internal diserahkan kepada manajer.
BAB V PEMBAHASAN
E. Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant PT. Denso Indonesia Sunter Plant menyediakan kantin sebagai pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan para pekerja yang berjumlah 2.939 orang telah memenuhi Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 3 tahun 1982 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja, pasal 2 butir i yang menyatakan “Tugas pokok pelayanan kesehatan kerja meliputi memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan di tempat kerja” dan telah memenuhi pula Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 1 tahun 1979 tentang Pengadaan Kantin dan Ruang Tempat Makan yang menyatakan “Semua perusahaan yang mempekerjakan buruh lebih dari 200 orang, supaya menyediakan kantin di perusahaan yang bersangkutan”. Terdapat struktur organisasi di kantin serta tugas masing-masing anggota dalam pengelolaan kantin. Penanggung jawab kelangsungan proses kerja kantin di PT. Denso Indonesia Sunter Plant adalah Head Chef kantin Bapak Ivan Satya Yuli telah memenuhi Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 9 ayat (2) yang menyatakan “Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuanketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya”. 80
81
F. Sumber Bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant Sumber bahaya di kantin berasal dari faktor manusia, lingkungan, peralatan, bahan, proses, dan cara kerja sesuai dengan teori Suma’mur yaitu Bahaya tersebut dikatakan potensial jika faktor-faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan, sedangkan jika kecelakaan tersebut terjadi maka bahaya tersebut disebut sebagai bahaya nyata” (Suma’mur, 1996).
G. Potensi Bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant 1.
Kondisi Tidak Aman Potensi bahaya dapat terjadi dikarenakan kondisi tidak aman di kantin seperti kondisi yang mengandung bahaya potensial yang dapat mengakibatkan kecelakaan, misalnya penempatan barang/alat pekerjaan yang tidak pada tempatnya, menumpuk termos nasi yang dapat menimpa pekerja, tekanan panas di kantin yang tinggi, penggunaan bahan bakar gas skala besar yang dapat menimbulkan kebakaran/ledakan, lantai yang licin karena ceceran air dan lain-lain. Gambaran potensi bahaya berikut sesuai dengan Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tetang Keselamatan Kerja pasal 2 ayat (2) butir a yang menyatakan “Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja di mana dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan”
82
2.
Tindakan Tidak Aman Potensi bahaya akibat tindakan tidak aman di kantin dapat berupa tidak menutup valve saat akan memasang tabung gas LPG, manual
handling
musculoskeletal,
yang
tidak
salah
dapat
menggunakan
alat
mengakibatkan bantu
keluhan
(sendok)
saat
memasukkan bahan ke alat pemotong dapat menyebabkan jari terpotong, mencuci tangan di tampungan air pada kwali dapat menyebabkan tangan tersiram air panas, tidak menggunakan APD yang dianjurkan seperti tidak memakaian sarung tangan plastik dan safety shoes saat mencuci yang dapat menyebabkan iritasi kulit dan terpeleset, dan lain-lain. Gambaran potensi bahaya berikut sesuai dengan Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tetang Keselamatan Kerja pasal 2 ayat (2) butir a yang menyatakan “Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja di mana dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan”.
H. Sistem Proteksi Bahaya Kantin Berikut pembahasan dari sistem proteksi bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant : 1.
Identifikais Potensi Bahaya Dalam pencegahan potensi bahaya PT. Denso Indonesia Sunter Plant membuat prosedur identifikasi bahaya dan penilaian risiko.
83
Identifikasi bahaya dilakukan untuk seluruh proses kegiatan di kantin. Hal ini telah memenuhi Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja terdapat pada pasal 9 ayat (3) yang menyatakan “Dalam menyusun rencana K3 sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pengusaha harus mempertimbangkan : (a) hasil penelaahan awal; (b) identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko; (c) peraturan perundangundangan dan persyaratan lainnya; dan (d) sumber yang dimiliki”. Identifikasi bahaya Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant dilakukan oleh Head Chef yang merupakan seorang yang berpengalaman dan tahu betul seluk beluk kantin. Hal tersebut telah memenuhi Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2012 tentang Sistem Manajemen K3 pasal 3 ayat (2) yang berisi “Kebijakan nasional tentang SMK3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertuang dalam Lampiran I, Lampiran II, dan Lampiran III sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini pada Lampiran II Kriteria Audit SMK3 elemen 6 keamanan bekerja berdasarkan SMK3 kriteria 6.1.1 yang menyatakan “Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi bahaya, menilai, mengendalikan risiko yang mungkin timbul dari suatu proses kerja”. 2.
Pengendalian Potensi Bahaya a.
Mapping Risk Hazard Potential Safety map di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant sudah sesuai dengan area tempat kerja serta penilaian potensi
84
bahayanya.
Tujuan
pembuatan
safety
map
sebagai
sarana
komunikasi dengan gambar kepada para pekerja/visitor yang berkepentingan untuk masuk sehingga mengetahui terlebih dahulu bahaya apa saja yang mungkin terjadi. Safety map merupakan gambar peta bidang keselamatan dan telah memenuhi UndangUndang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14 butir b yang menyatakan “Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat kerja yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja”. b.
Pengendalian Potensi Bahaya dengan Hirarki Pengendalian Pengendalian potensi bahaya di PT. Denso Indonesia Sunter Plant dilakukan menggunakan hirarki pengendalian. Hal tersebut telah memenuhi OSHAS 18001:2007 yaitu saat menetapkan pengendalian yang ada saat ini, pertimbangan harus diberikan untuk menurunkan risiko berdasarkan hirarki berikut : a) eliminasi; b) substitusi; c) pengendalian teknik; d) pengendalian administratif; e) Alat Pelindung Diri. 1) Kebakaran/Ledakan Hirarki pengendalian potensi bahaya kebakaran/ledakan yang dilakukan di PT. Denso Indonesia Sunter Plant berupa substitusi dan pengendalian administratif :
85
a) Substitusi Penggantian steker dan stopkontak yang tadinya boleh menggunakan jenis A semua harus beralih ke jenis F. Hal tersebut telah memenuhi Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (1) butir o yang menyatakan “Mengamankan dan memelihara segala jenis
bangunan”
dan
huruf
r
yang
menyatakan
“Menyesuaikan dan menyempurnakan pengaman pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi lebih tinggi”. b) Pengendalian Administrasi (1) Pembuatan SOP Setiap proses kerja serta penggunaan peralatan disediakan
SOP.
Hal
tersebut
telah
memenuhi
Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2012 tentang SMK3 pada elemen 6 Keamanan bekerja berdasarkan SMK3 kriteria 6.3.1 yang menyatakan “Terdapat prosedur atau petunjuk kerja yang terdokumentasi untuk mengendalikan risiko yang teridentifikasi dan dibuat atas dasar masukan dari personil yang kompeten serta tenaga kerja yang terkait dan disahkan oleh orang yang berwenang di perusahaan”.
86
(2) Pelatihan (Taining) Pelatihan yang dilakukan untuk pekerja kantin adalah pelatihan pemadaman kebakaran. Pelatihan tersebut dilakukan pada pekerja yang dalam proses kerjanya
berkaitan
pada
potensi
bahaya
yang
bersangkutan. Hal ini telah memenuhi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
lampiran 1 point C tentang
pelaksanaan rencana kerja K3 yang menyatakan “Pengidentifikasian kompetensi kerja yang diperlukan pada setiap tingkatan manajemen perusahaan dan penyelenggaraan setiap pelatihan yang dibutuhkan”. Lampiran II point A tentang kriteria Audit SMK3 yang menyatakan “Petugas yang bertanggung jawab untuk penanganan keadaan darurat telah ditetapkan dan mendapatkan pelatihan”. Training
pemadaman
kebakaran
belum
dilakukan secara berkala sehingga belum memenuhi Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia nomor 186 tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja pasal 2 ayat (2) yang menyatakan “Kewajiban mencegah, mengurangi dan
87
memadamkan kebakaran sebagaiman dimaksud pada ayat (1) meliputi: huruf e penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala”. (3) Penyediaan safety sign Penempelan safety sign di kantin dan storage gas sudah tertempel sesuai kegunaannya. Akan tetapi pemasangan safety sign tersebut masih kurang atau belum lengkap karena belum memasang safety sign pada bagian-bagian penting seperti pemasangan pada peralatan-peralatan masak yang menimbulkan panas dan safety sign untuk memperingatkan lokasi pencucian peralatan licin, dan lain-lain. Belum memenuhi Undang-Undang Keselamatan
nomor
Kerja
1
pasal
tahun 14
1970
yang
tentang
menyatakan
“Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat kerja yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja”. (4) Pemasangan Lock Out Tag Out (LOTO) Pemasangan LOTO sudah diterapkan di area gas storage
untuk penguncian menggunakan valve
on/off dan penandaan tentang status gas telah
88
memenuhi Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 huruf r yang menyatakan “Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan
pada
pekerjaan
yang
bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.” (5) Penyediaan safety device (a) APAR APAR telah terpasang di kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant dan jenis yang digunakan yaitu dry chemical yang sesuai pada perabotan kantin yang tergolong dalam kelas A (kayu, kertas, kain, karet, plastik,dan lain-lain), kelas B (bensin, gas, oil, cat, solvents, dan lainlain) dan kelas C (komputer, panel listrik, dan lainlain). Hal tersebut telah memenuhi Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia nomor 186 tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja pasal 2 ayat (2) yang menyatakan “Kewajiban mencegah, mengurangi dan
memadamkan
kebakaran
sebagaiman
dimaksud pada ayat (1) meliputi: huruf b Penyediaan sarana deteksi, alarm, memadamkan kebakaran dan sarana evakuasi”. Akan tetapi
89
pemasangannya terlalu tinggi sehingga belum memenuhi Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 4 tahun 1980 tentang Syaratsyarat pemasangan dan pemeliharaan APAR pasal 4 ayat (3) yang menyatakan “Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut ayat (1) adalah 125 cm dari dasar lantai tepat diatas satu atau kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan”. APAR yang terpasang juga dilakukan pemeliharaan rutin dan disediakan pula check sheet APAR. Hal tersebut telah memenuhi Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 4 tahun 1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan pasal 11 ayat (1) yang menyatakan “Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu: (a) pemeriksaan dalam rangka 6 (enam) bulan; (b) pemeriksaan dalam 12 (dua belas) bulan”. (b) Pemasangan Valve On/Off dan Detector Gas Pemasangan valve on/off dan detector gas telah memenuhi Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (1)
90
butir o yang menyatakan “Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan” dan huruf r yang
menyatakan
“Menyesuaikan
dan
menyempurnakan pengaman pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi lebih tinggi”. (c) Pemasangan exhaust hood Pemasangan
exhaust
hood
telah
memenuhi Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (1) butir o yang menyatakan “Mengamankan dan memelihara segala
jenis
bangunan”
dan
huruf
r
yang
menyatakan “Menyesuaikan dan menyempurnakan pengaman
pada
pekerjaan
yang
bahaya
kecelakaannya menjadi lebih tinggi”. (6) Pemasangan Jalur Evakuasi Pemasangan jalur evakuasi juga dipasang di kantin. Karena di kantin adalah tempat dimana orang dalam jumlah banyak berkumpul dan terdapat potensi bahaya pula di dalamnya. Pemasangan tanda evakuasi tersebut dapat memperudah korban mengetahui jalur yang aman dan cepat untuk bisa ke arah assembly point dimana assembly point berada di depan gedung utama PT. Denso Indonesia Sunter Plant. Hal tersebut telah
91
memenuhi Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia nomor 186 tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja pasal 2 ayat (2) yang menyatakan “Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran sebagaiman dimaksud pada ayat (1) meliputi: huruf b Penyediaan sarana deteksi, alarm, memadamkan kebakaran dan sarana evakuasi”. 2) Kedinginan Pengendalian potensi bahaya dingin dilakukan dengan cara administratif yaitu dengan memasang safety device berupa alarm pada alat pendingin tersebut. Hal tersebut telah memenuhi Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 huruf r yang menyatakan “Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.” 3) Jatuh dari ketinggian Penanganan potensi bahaya jatuh dari ketinggian menggunakan cara administratif
melalui kerjasama dengan sub
kontraktor dan diawasi oleh bagian SHE Departemen. Hal ini telah memenuhi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja elemen 6 klausa 6.2 pengawasan kriteria 6.2.1 yang menyatakan “Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap
92
pekerjaan dilaksanakan dengan aman dan mengikuti prosedur dan petunjuk kerja yang telah ditentukan”. Terpenuhi pula klausa 6 .3 seleksi dan penempatan personil kriteria 6.3.2 yang menyatakan “Penugasan
pekerjaan
harus
berdasarkan
kemampuan
dan
keterampilan serta kewenangan yang dimiliki”.
4) Kontak dengan listrik Pencegahan yang dilakukan dengan cara substitusi
yaitu memberi training cara memasak dan penggunaan alat memasak dan memberi safety sign pada sumber listrik. Hal ini sudah memenuhi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja lampiran II point A tentang kriteria Audit SMK3 yang menyatakan “Petugas yang bertanggung jawab untuk penanganan keadaan darurat
telah
ditetapkan dan mendapatkan pelatihan” dan Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14 yang menyatakan “Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat kerja yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja”.
93
5) Keluhan Musculoskeletal Penanganan keluhan musculoskeletal telah dilakukan hanya saja pekerja masih melakukan manual handling sehingga hal tersebut belum memenuhi Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 huruf (m) yang menyatakan “Salah satu syarat keselamatan kerja adalah memeperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan kerja, dan prosesnya”. 6) Jari terpotong, tergiling, tersayat benda tajam Pengendalian potensi bahaya dilakukan dengan cara rekayasa teknik yaitu merubah tombol dan melengkapinya dengan emergency stop. Hal tersebut telah memenuhi UndangUndang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 butir r yang menyatakan “Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.” 7) Kontak Bahan Berbahaya dan Beracun a) Substitusi Menghilangkan potensi bahaya dilakukan dengan cara mengganti sabun yang tingkat iritannya rendah. Iritasi bada kulit wajar terjadi pada pekerja yang mencuci peralatan makan. Karena banyaknya peralatan makan yang dicuci dan kontak dengan sabun pencuci piring dalam
94
jumlah yang banyak. Hal tersebut telah memenuhi UndangUndang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 huruf r yang menyatakan “Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.” b) Administratif Pengendalian
potensi
bahaya
dengan
cara
administratif dengan menampung limbah B3 berupa minyak jelantah ke wadah-wadah jerigen belum sesuai karena tempat penyimpanannya belum mampu melindungi B3 dari paparan sinar matahari dan belum memiliki saluran drainase untuk mengalirkan tumpahan dengan demikian belum memenuhi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun pasal 16 ayat (1) yang menyatakan “Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 berupa bangunan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) huruf a paling sedikit memenuhi persyaratan: (a) desain dan konstruksi yang mampu melindungi Limbah B3 dari hujan dan sinar matahari; (b) memiliki penerangan dan ventilasi; dan (c) memiliki saluran drainase dan bak penampung. Wadah limbah B3 tidak dilengkapi dengan label dan simbol sehingga belum sesuai dengan Peraturan Pemerintah
95
Republik Indonesia nomor 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun pasal 19 ayat (2) yang menyatakan “Kemasan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilekati Label Limbah B3 dan Simbol”. c) Alat Pelindung Diri APD yang diberikan berupa sarung tangan dari bahan karet, sepatu boot, apron dari bahan kain untuk melindungi tubuh dari kontak dengan B3. Hal tersebut telah memenuhi Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (1) butir f yang menyatakan “Syarat keselamatan kerja dengan memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja”. 8) Luka Bakar Cara menangani potensi bahaya tersebut dengan menggunakan pemberian APD berupa sarung tangan karet dan safety shoes untuk menghindari kontak panas serta seragam yang didesain panjang menutup tubuh agar terhindar dari kontak dengan benda panas. Hal tersebut telah memenuhi UndangUndag nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (1) butir f yang menyatakan “Syarat keselamatan kerja dengan memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja”. Terpenuhi pula Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2012
96
tentang SMK3 kriteria 6.1.6 yang menyatakan “Alat pelindung diri disediakan sesuai kebutuhan dan digunakan secara benar serta selalu dipelihara dalam kondisi layak pakai”. 3.
Evaluasi Evaluasi atau penilaian kinerja dilakukan untuk menilai kinerja petugas kantin dalam pemenuhan sistem proteksi bahaya. Evaluasi kinerja dilakukan melalui kegiatan briefing, safety patrol, dan audit internal. Evaluasi dilakukan dalam pemenuhan sistem proteksi bahaya di kantin. Hal tersebut telah memenuhi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal 14 ayat (1) yang menyatakan “Pengusaha wajib melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3”. Evaluasi yang dilakukan dengan audit internal dilakukan oleh internal audit dilakukan oleh auditor internal perusahaan (berpengalaman dan telah mendapat pelatihan). Hal tersebut telah memenuhi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal 14 ayat (2) “Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit internal SMK3 dilakukan oleh sumber daya manusia yang kompeten”. Hasil evaluasi diserahkan kepada manajer telah memenuhi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal
97
14 ayat (4) yang menyatakan “Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaporkan kepada pengusaha”. Dalam kegiatan evaluasi diberikan saran perbaikan untuk melakukan tindakan perbaikan pada hasil evaluasi yang belum sesuai telah memenuhi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal 14 ayat (5) yang menyatakan “Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk melakukan tindakan perbaikan”.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Dari hasil laporan Sistem Proteksi Bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
Kantin yang meliputi pengadaan kantin dan struktur organisasi kantin telah memenuhi peraturan yang berlaku.
2.
Sumber bahaya di kantin meliputi faktor manusia, lingkungan, peralatan, bahan, proses, dan cara kerja.
3.
Potensi bahaya di kantin yang meliputi kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman sesuai dengan jenis bahaya dalam peraturan perundangan yang berlaku dan memerlukan penanganan keselamatan kerja.
4.
Sistem proteksi bahaya kantin yang meliputi identifikasi bahaya, pengendalian potensi bahaya, dan evaluasi telah memenuhi peraturan yang berlaku namun ada beberapa yang belum memenuhi yaitu pada pengendalian potensi bahaya pada potensi bahaya kebakaran/ledakan, kontak dengan B3, dan keluhan musculoskeletal.
B. Saran Sistem proteksi bahaya di Kantin PT. Denso Indonesia Sunter Plant sudah berjalan sesuai prosedur hanya saja perlu perbaikan pada pengendalian potensi bahaya dalam hal-hal berikut : 98
99
1.
Pada potensi bahaya kebakaran/ledakan sebaiknya dilakukan perbaikan dalam pelatihan pemadaman kebakaran yang perlu dilakukan secara berkala, pemasangan safety sign dilengkapi lagi terutama untuk peralatan yang menimbulkan panas, dan pemasangan APAR diperbaiki dengan menurunkan letak pemberian tanda pemasangan menjadi 125 cm.
2.
Pada potensi bahaya kontak dengan B3 sebaiknya dilakukan perbaikan dengan memberi simbol dan tabel pada wadah jerigen yang berisi limbah cair B3 serta penyusunan limbah harus diperbaiki dengan meletakkan jerigen yang berisi limbah B3 pada rak-rak sehingga tersusun rapi.
3.
Pada potensi bahaya keluhan musculoskeletal sebaiknya dilakukan perbaikan dengan memberi pelatihan angkat-angkut yang benar dan mengharuskan handling menggunakan trolley saat mengangkat atau membawa barang yang berat.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya Dwi Saputra, 2015. Gambaran Potensi Bahaya Dan Penilaian Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Bagian Spinning IV Production PT. Asia Pacific Fibers, Tbk. Kabupaten Kendal. Semarang : Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Beta Sayektyaningsari, 2015. Implementasi Hiperkes dan Keselamatan Kerja serta Lingkungan di PT. Denso Indonesia Sunter Plant. Laporan Umum. Surakarta : Program Diploma 3 Hiperkes dan Keselamtan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Depnaker RI, 1997. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Bandung : Iqra Media. Notoatmodjo, S, 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
PT. Denso Indonesia, 2008. Prosedur Identifikasi Bahaya Lingkungan Kerja dan Penilaian Resiko. Jakarta : PT. Denso Indonesia PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, 2008. Prosedur Mapping Risk Hazard Potential. Jakarta : PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia. Soedirman, 2014. Tindakan Tanggap Darurat Dan P3K. Yogyakarta : Danadyaksa Publisher. Soehatman Ramli, 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta : Dian Rakyat. Suma’mur, 1996. Higene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung. Syukri Sahab, 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta : Bina Sumber Daya Manusia. Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta : Harapan Press.
Tarwaka, 2012. Dasar-Dasar Keselamatan KerjaSerta Pencegahan Kecelakaan Di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press.