UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN
SKRIPSI
PENERAPAN PSAK No. 16 DAN 17 TENTANG AKTIVA TETAP PADA PT. ASKES (Persero) CABANG UTAMA MEDAN D I S U S U N OLEH : NAMA
: NAFIR ROBIHAN POHAN
NIM
: 060522019
DEPARTEMEN
: AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Medan
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan limpahan dan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ PENERAPAN PSAK No.16 DAN No.17 TENTANG AKTIVA TETAP PADA PT. ASKES (Persero) CABANG UTAMA MEDAN “ yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.Dan shalawat beriring salam penulis persembahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita ke jalan yang diridhoi Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,baik dalam hal penyajian maupun tata bahasa yang digunakan, yang disebabkan keterbatasan penulis miliki.Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini nantinya untuk masa yang akan dating. Rasa bahagia yang teristimewa dan terima kasih yang sedalam – dalamnya penulis persembahkan kepada kedua orang tua ku Alm.H.Zulkarnaen Pohan dan Hj.Sorayya Najmah Lubis yang telah mendidik, membimbing dan mendoakan serta memberikan bantuan moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini, juga kepada kakak,abang dan adik yang telah memberikan banyak masukan serta ketiga keponakanku viona,nafisa dan azri. Dalam penyusunan hingga selesainya skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, serta dukungan serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
pada kesempatan ini dengan setulus hati penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc selaku
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara 2. Bapak Drs.Arifin Akhmad M.Si, AK selaku Ketua Departemen Akuntansi serta Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs.Ramly Nasution, Ak selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 4. Ibu Dra.Nurzaimah, MM,Ak dan Bapak Drs.Chairul Nazwar, MM, Ak selaku dosen pembanding I dan pembanding II 5. Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan selama saya menjadi mahasiswa. 6. Seluruh staf dan pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara . 7. Semua pihak di PT.ASKES (Persero) Cabang Utama Medan yang telah banyak membantu dalam memberikan data dan informasi yang diperlukan selama penulis melakukan penelitian, khusus nya untuk Bapak Idris Halomoan. 8. Buat Indra Aulia dan Opie, Hamdan, Faisal, Robby, terima kasih untuk persahabatan nya,tetap semangat ,semoga semua dapat mencapai cita – cita yang ingin di wujudkan,semoga persahabatan kita terjalin selamany dan sukses beserta kita semua,terima kasih sahabat.
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
9. Buat Zulma, Riqke, Fitri, b’indra dan semua teman – teman di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Ekstensi 06 yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. 10. Teman –teman ku di diploma tiga Ekonomi Universitas Sumatera Utara stambuk 99 terima kasih atas dukungan nya and My Sweety heart thanks for you attention I L U. Akhirul Kalam penulis menyadari bahwa sebagai hasil karya anak manusia,skripsi ini tidak lepas dari kesalahan, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kira nya skripsi ini bukan sekedar menjadi akhir dari sebuah proses pendidikan, tetapi justru menjadi awal untuk masa depan. Dan semoga skipsi ini dapat bermanfaat untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan. Amin Ya Robbal Alamin.
Medan,16 Juni 2009 Penulis
Nafir Robihan Pohan NIM.060522019
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan PSAK No. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan. Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian historis, dan jenis data yang digunakan adalah data primer dan data skunder, prosedur pengumpulan data melalui wawancara dan studi dokumentasi, serta metode analisis data yang digunakan adalah metode deskripsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan telah menerapkan PSAK No. 16 dan 17 tentang aktiva tetap, dalam penerapannya perusahaan sudah mengartikan dan membedakan jenis aktiva tetap serta cara perolehan aktiva tetap yaitu dengan cara pembelian tunai atau dengan cara membangun sendiri, untuk menghitung nilai penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method), untuk penghentian aktiva tetap atau penghapusan aktiva tetap harus mendapat persetujuan oleh dewan direksi serta pengungkapan dan pelaporannya dibulan dalam laporan bulanan, triwulan dan tahunan. Kata Kunci
: Aktiva Tetap
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
ABSTRACT
The research aims to know how to do the PSAK No. 16 and 17 about fixed assets in the PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan. Research method which is writer use in this research is use historical research type, and used by data type is primary data and secondary data, data collecting procedure in this research through documentation interview, and also method analyse used by data is deskripsi method. The result of research show that the company had to do the PSAK No. 16 and 17 about fixed assets, in its activity the company had translated and devided kind of fixed assets and method of geting the fixed assets, that are methode of cash purchases or by develope alone, for the value of accumulation with straight line methode , for stoped or eliminated the fixed assets, the all direction must be know about it and all of about the report for monthly, thirdhly, annually.
Key Word
: Fixed assets
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ………………………………………………………….......
i
KATA PENGANTAR …………………………………………………….....
ii
ABSTRAK …………………………………………………………………...
v
ABSTRACT ………………………………………………………………….
vi
DAFTAR ISI …………………………………………………………………
vii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………...
ix
DAFTAR TABEL …………………………………………………………...
x
BAB I
PENDAHULUAN ………………………………………...
1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………..
1
B. Batasan Masalah …………………………….................
2
C. Perumusan Masalah …………………………………….
2
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………
3
E. Kerangka Konseptual …………………………………...
4
TINJAUAN PUSTAKA ………………………………….
5
A. Pengertian dan Jenis Aktiva Tetap ……………………..
5
B. Perolehan dan Penilaian Aktiva Tetap ………………….
8
C. Penyusutan Aktiva Tetap …………….............................
11
D. Penghentian Aktiva Tetap ……………………………...
29
E. Penyajian dan Pengungkapan Aktiva Tetap…………….
29
METODE PENELITIAN ………………………………..
32
A. Jenis Penelitian …………………………………………
32
A. Jenis dan Sumber Data …………………………………
32
B. Prosedur Pengumpulan Data …………………………...
32
C. Analisis Data ……………………………………………
33
D. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………….
33
ANALISIS HASIL PENELITIAN ………………………
34
A. Data Penelitian
34
BAB II
BAB III
BAB IV
:
:
:
:
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
1. Sejarah Singkat Perusahaan ………………………...
34
2. Struktur Organisasi ………………………………….
37
3. Kebijakan Direksi Mengenai Aktiva Tetap ………...
44
B . Analisis Hasil Penelitian ……………………………...
47
1. Pengertian dan Jenis Aktiva Tetap ………………….
48
2. Perolehan dan Penilaian Aktiva Tetap ……………...
48
3. Penyusutan Aktiva Tetap ……………………………
49
4. Penghentian Aktiva Tetap …………………………...
57
5. Penyajian dan pengungkapan Aktiva Tetap …………
62
KESIMPULAN DAN SARAN …………………………..
64
A. Kesimpulan ……………………………………………..
64
B. Saran ……………………………………………………
65
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..
66
LAMPIRAN ………………………………………………………………….
67
BAB V
:
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ………………………………….
4
Gambar 1.2 Struktur Organisasi PT. Askes (Persero) ………………
38
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
DAFTAR TABEL Nomor
Judul
Halaman
Tabel 1.1 Tabel 1.2
Aktiva Tetap No. 1234 ………………………………….. Skedul Depresiasi Aktiva Tetap No. 1234 (Metode Garis Lurus) ……………………………………….................... Kalkulasi Jumlah Penyusutan ……………………............ Skedul Depresiasi Aktiva Tetap …………………............ Skedul Depresiasi Aktiva Tetap No. 1234 (Metode Saldo Menurun) ………………………………………………... Kalkulasi Jumlah Penyusutan ……………………... Skedul Depresiasi Aktiva Tetap No. 1234 (Metode Saldo Menurun Ganda) ………………………………………... Kalkulasi Jumlah Penyusutan ……………………............ Skedul Depresiasi Aktiva Tetap …………………............ Kalkulasi Jumlah Penyusutan ……………………............ Skedul Depresiasi Aktiva Tetap …………………............ Skedul Depresiasi Aktiva Tetap …………………............ Aktiva Tetap No. 1234 ……………………………. Ikhtisar Rekening Alat – Alat Kerja Bukan Mesin Tahun 2002 ………………………………………....................... Beban Depresiasi Alat Kerja Bukan Mesin ………........... Ayat Jurnal Alat Kerja Bukan Mesin ……………............ Penggolongan, taksiran umur dan persentasi penyusutan aktiva tetap PT. Askes (Persero) ....................................... Skedul Depresiasi Aktiva Tetap Gedung Kantor Regional Skedul Depresiasi Aktiva Tetap Kendaraan Bermotor Roda 2 …………………………………………………... Skedul Depresiasi Aktiva Tetap Mesin Genset …………. Skedul Depresiasi Aktiva Tetap Brankas ……………….. Skedul Depresiasi Aktiva Tetap Laptop …………………
16
Tabel 1.3 Tabel 1.4 Tabel 1.5 Tabel 1.6 Tabel 1.7 Tabel 1.8 Tabel 1.9 Tabel 2.0 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 2.9 Tabel 3.0 Tabel 3.1 Tabel 3.2
17 18 18 20
21 22 22 23 24 25 26 27 28 28 45 50 52 53 55 56
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya perusahaan memerlukan dana yang cukup besar untuk dipergunakan dalam investasi yang bersifat permanen yaitu investasi yang lazimnya disebut sebagai aktiva tetap. Mengingat aktiva tetap merupakan sarana bagi perusahaan dalam menjalankan aktivitas dalam rangka mencapai tujuannya yaitu mencapai laba maksimum dan pertumbuhan perusahaan yang terus menerus serta kesan positif dimata publik. Dalam pengelolaan aktiva tetap, pihak manajemen memerlukan suatu catatan atau laporan yang dapat digunakan sebagai dasar dalam memutuskan suatu kebijakan atas aktiva tersebut, baik dalam menentukan cara perolehan dan harga perolehan, metode penyusutan, penghentian dan pelepasan aktiva tetap yang sudah tidak dapat lagi dipakai serta penyajian dalam pengungkapan aktiva tetap dalam laporan keuangan harus jelas agar informasi yang disajikan tidak menyesatkan bagi pemakai laporan keuangan. Standar Akuntansi Keuangan merupakan pedoman yang harus menjadi acuan dalam penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pemberian informasi kepada pemakai intern maupun ekstern perusahaan. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan akan menjadi informasi yang mudah dimengerti dan dapat dipercaya sehingga tidak menyesatkan dan tidak disalah tafsirkan berbagai pihak yang tidak memiliki kepentingan. PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan merupakan salah satu perusahaan BUMN yang bergerak dibidang usaha program asuransi kesehatan Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
bagi pegawai negeri, penerima dana pensiun serta peserta lainnya. Dalam kegiatan pengolahan aktiva tetap dilakukan oleh kebijakan direksi yang dalam hal ini tentu dengan menggunakan standar akuntansi keuangan yang merupakan pedoman bagi perusahaan dalam menjalankan aktivitas perusahaan. Menyadari betapa pentingnya penerapan akuntansi aktiva tetap disebuah perusahaan, maka penulis merasa perlu untuk mengetahui lebih jauh lagi mengenai penerapan PSAK No. 16 dan 17 tentang aktiva tetap, oleh karena itu penulis mengangkat judul “Penerapan PSAK No. 16 dan 17 Tentang Aktiva Tetap Pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan“.
B. Batasan Masalah Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi ruang lingkup yang diteliti hanya pada inventaris barang kantor aktiva tetap tahun 2006.
C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan penulis, maka perumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Apakah akuntansi aktiva tetap PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan telah sesuai dengan PSAK No. 16 dan 17 ? “. D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan telah menerapkan PSAK No. 16 dan 17 dengan baik dan benar. Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
2. Manfaat Penelitian a. Bagi peneliti, menambah wawasan dan memperluas pola pikir dalam menganalisis aktiva tetap di perusahaan tersebut. b. Bagi perusahaan, sebagai bahan masukan dalam mengambil keputusan dimasa yang akan datang. c. Bagi penelitian selanjutnya, sebagai bahan informasi dan referensi untuk kegiatan penelitian yang akan datang.
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
E. Kerangka Konseptual GAMBAR 1.1
PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan
Akuntansi Aktiva Tetap
Ikatan Akuntan Indonesia
PSAK No. 16 dan 17 Tentang Aktiva Tetap
Keterangan : PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan adalah merupakan salah satu perusahaan milik negara yang bergerak dibidang asuransi kesehatan. Dalam hal untuk aktiva tetap, perusahaan membuat sebuah laporan akuntansi aktiva tetap untuk dapat menjelaskan posisi aktiva tetap tersebut serta nilai sisa aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk akuntansi aktiva tetap tersebut dibandingkan dengan PSAK No. 16 dan 17 agar akuntansi aktiva tetap tersebut apakah telah sesuai dengan Standar Akuntansi yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Jenis Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan salah satu dari komponen aktiva (harta) milik perusahaan yang dominan di dalam struktur neraca, Sedangkan dari segi penggunaannya, aktiva tetap merupakan aktiva yang paling lama digunakan dalam perusahaan, karena aktiva tetap memiliki umur pemakaian yang paling panjang. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan aktiva tetap penulis mengutip beberapa definisi aktiva tetap yang dikeluarkan oleh para ahli dibidang akuntansi dan lembaga profesi akuntansi seperti yang diuraikan berikut ini. Definisi aktiva tetap menurut Sofyan Safri Harahap (1999 : 20) “ Aktiva tetap adalah aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa perusahaan”. Definisi yang tidak jauh berbeda dikemukakan Judisseno (2002 : 134) “ Yang masuk dalam kategori harta tetap adalah aktiva yang secara relatif tetap atau bersifat permanen yang dibeli oleh perusahaan dan bukan untuk dijual kembali dalam operasional perusahaan”. Walaupun banyak definisi mengenai aktiva tetap yang dikemukakan oleh para ahli pada dasarnya memiliki kesamaan pendapat tentang aktiva tetap yaitu merupakan salah satu dari komponen aktiva (harta) milik perusahaan yang umur manfaatnya lebih dari satu tahun dan dipergunakan untuk kegiatan menghasilkan barang dan jasa perusahaan.
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
Mulyadi (2001 : 592) mengartikan “aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali.” Sedangkan dari penggunaannya aktiva tetap merupakan aktiva yang paling lama digunakan dalam perusahaan. Hal ini dipertegas dengan adanya definisi menurut Ikatan Akuntan Indonesia yang selanjutnya disebut IAI dalam PSAK No. 16 par 5 menyatakan bahwa :. Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau akan dibangun lebih dahulu. Yang digunakan dalam perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan formal perusahaan, dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Sesuai dengan definisi menurut Ikatan Akuntan Indonesia, aktiva tetap harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Berwujud. b. Dipergunakan dalam operasi normal perusahaan c. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan. d. Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. e. Pengeluaran untuk aktiva tetap merupakan pengeluaran dalam jumlah yang besar.
2. Jenis Aktiva Tetap Didalam akuntansi, aktiva tetap berwujud sering kali dibedakan berdasarkan umur atau masa kegunaannya menjadi 3 kelompok atau golongan sebagai berikut : a. Aktiva tetap berwujud yang umur atau masa kegunaannya tidak terbatas. Termasuk dalam kelompok aktiva ini adalah tanah yang dipakai sebagai tempat kedudukan bangunan pabrik, bangunan gudang, dan bangunan kantor. Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
b. Aktiva tetap berwujud yang umur atau masa kegunaannya terbatas, dan dapat diganti dengan sejenis apabila masa kegunaannya telah berakhir . termasuk dalam kelompok aktiva ini antara lain bangunan, mesin dan alat transport. c. Aktiva tetap yang berwujud yang umur atau masa kegunannya terbatas, dan tidak dapat diganti dengan aktiva tetap sejenis apabila masa kegunaannya habis. Termasuk dalam kelompok ini misalnya: sumber alam, seperti tambang, hutan atau biasa disebut Aktiva Sumber Alam. Secara umum Sofyan Safri Harahap (1999 : 23) jenis – jenis aktiva tetap yang terdapat di perusahaan dapat dikelompokkan menjadi : a. Lahan b. Bangunan Gedung c. Mesin d. Kendaraan e. Perabot / Perlengkapan f. Inventaris / Peralatan g. Prasarana Dari beberapa cara perolehan aktiva tetap yang dikemukakan oleh Sofyan Safri Harahap dapat dijelaskan bahwa : a. Lahan Adalah bidang tanah terhampar baik yang merupakan tempat bangunan maupun yang masih kosong. Dalam hal akuntansi apabila ada lahan yang didirikan bangunan yang dianggap sebagai bagian dari lahan tersebut atau yang dapat meningkatkan nilai gunanya seperti riol, jalan, dan lain – lain maka dapat digolongkan dalam nilai lahan b. Bangunan Gedung Gedung adalah bangunan yang berdiri di atas bumi ini, baik di atas lahan atau air. Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
c. Mesin Mesin termasuk peralatan – peralatan yang menjadi bagian dari mesin yang bersangkutan. d. Kendaraan Semua jenis kendaraan seperti alat pengangkut, truk, grader,traktor, forklift, mobil, kendaraan roda dua dan lain – lain. e. Perabot / Perlengkapan Dalam jenis ini termasuk perabot kantor, perabot laboratorium, perabot yang merupakan isi dari suatu bangunan. f. Inventaris / Peralatan Peralatan yang merupakan alat – alat besar yang digunakan dalam perusahaan seperti inventaris kantor, inventaris pabrik, inventaris laboratorium, inventaris gedung dan lain – lain. g. Prasarana Di Indonesia adalah merupakan kebiasaan bahwa perusahaan membuat klasifikasi khusus prasarana seperti jalan, jembatan, riol, pagar, dan lain – lain.
B. Perolehan dan Penilaian Aktiva Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan dapat diperoleh perusahaan dengan berbagai cara, sehingga harga aktiva tetap yang diakui perusahaan juga dipengaruhi oleh berbagai cara yang digunakan untuk memperoleh aktiva tersebut, dimana masing – masing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan. Menurut Niswonger (2000 : 283) : “ Harga perolehan aktiva tetap mencakup segala pengeluaran yang diperlukan sampai aktiva tersebut Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
ditempatkan dan siap pakai, pengeluaran tersebut termasuk pajak pertambahan nilai, ongkos angkut, asuransi selama aktiva dalam perjalanan, fondasi khusus biaya pemasangan”. Jadi jelas bahwa dalam menentukan besarnya harga perolehan suatu aktiva tetap maka berlaku prinsip yang mengatakan bahwa semua pengeluaran yang terjadi sejak pembelian sampai aktiva tersebut siap pakai dapat dikapitalisir. Maka biaya yang timbul bukan hanya harga perolehan untuk mendapatkan aktiva tetap, tetapi biaya – biaya yang timbul untuk memperoleh aktiva tetap tersebut. Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : par 6) menyatakan bahwa : “Mengenai harga perolehan ini adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva tetap pada saat perolehan atau konstruksi sampai aktiva tersebut dalam kondisi ditempatkan dan sudah siap untuk dipergunakan”. Dari definisi di atas dapat dilihat bahwa segala pengeluaran yang timbul dari pembelian harus ditambahkan pada harga beli aktiva tetap tersebut sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi siap untuk dipergunakan. Dalam hal untuk memperoleh aktiva tetap yang digunakan untuk operasi perusahaan dapat diperoleh dengan beberapa cara, menurut Smith Skousen (1997 : 407) antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pembelian dengan kas Pembelian dengan kontrak Penukaran Penerbitan surat – surat berharga Membuat sendiri Hadiah, hibah
Dari beberapa cara perolehan aktiva tetap yang dikemukakan oleh Smith Skousen dapat dijelaskan bahwa :
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
1. Pembelian dengan kas Pembelian harta yang diperoleh dengan kas dicatat sebesar jumlah yang dibayarkan termasuk pengeluaran incidental yang berkaitan dengan pembelian atau penyiapan penggunaannya. 2. Pembelian dengan kontrak Saat ini kebanyakan transaksi pembelian aktiva tetap dilakukan dengan kredit jangka panjang, sisa hutang ini biasanya dibuktikan melalui notes, surat berharga, bukti hutang hipotik dan lain – lain. Hutang ini biasanya dibayarkan dengan beberapa kali angsuran ditambah dengan bunga dari pembayaran pokok harga. 3. Penukaran Dengan cara menukar aktiva yang kita miliki saat ini dengan yang lainnya yang dimiliki pihak lain, transaksi pertukaran bisa bersih tanpa tambahan lain atau dapat juga dengan transaksi tambahan lainnya. 4. Penerbitan surat – surat berharga Suatu perusahaan dapat memperoleh harta tak bergerak (aktiva tetap) dengan menerbitkan obligasi atau saham sendiri, bila nilai surat berharga dapat ditetapkan, nilai tersebut dapat dilekatkan pada harta. 5. Membuat Sendiri Harga perolehan aktiva tetap yang dibangun sendiri meliputi seluruh biaya yang terjadi berkenaan dengan pengembangan aktiva tetap tersebut hingga dapat digunakan sebagai mana mestinya.
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
6. Hadiah, hibah Jika aktiva yang diperoleh dengan cara dihadiahkan atau ditemukan sendiri, maka transaksi ini disebut Resiprocal Transfer atau tidak memerlukan umpan balik, aktiva ini harus dicatat sebesar harga perolehan pasar yang wajar atau berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh pihak atau perusahaan penilaian yang independen, aktiva ini harus disusutkan sebagaimana mestinya.
C. Penyusutan Aktiva Tetap 1. Pengertian Penyusutan Aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan secara periodik akan disusutkan. Untuk itu diadakan kebijakan mengalokasikan aktiva tetap selama masa manfaat dari aktiva tersebut masih dipergunakan oleh perusahaan, maka pengalokasian ini disebut penyusutan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 17 : 02) menyatakan bahwa : “ Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung”. Penyusutan berarti alokasi yang sistematis dan rasional dalam membebankan biaya dan bukan merupakan penilaian aktiva atau pengumpulan dana untuk menggantikan aktiva tersebut. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan dan pembebanan secara sistematis dan rasional diatas untuk aktiva tetap kecuali tanah. Dan dalam Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No :17 :1) Mengatakan bahwa : Aktiva yang dapat disusutkan adalah aktiva yang : 1. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
2. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas 3. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang – barang dan jasa untuk disewakan atau untuk tujuan administrasi. Pernyataan tersebut memberikan gambaran bahwa seluruh aktiva tetap yang digunakan perusahaan akan mengalami penyusutan. Tanah biasanya memiliki masa manfaat yang tidak terbatas dan biasanya tidak dianggap sebagai auatu aktiva tetap yang disusutkan. Namun tanah yang memiliki masa manfaat terbatas bagi perusahaan diperlakukan sebagai aktiva tetap yang dapat disusutkan. Ikatan Akuntan Indonesia (PSAK No. 16 : 09) menyatakan “ Tanah dan bangunan harus diperlakukan sebagai aktiva yang terpisah untuk tujuan akuntansi walaupun diperoleh secara sekaligus. Tanah biasanya memiliki usia tak terbatas, oleh karena itu tidak disusutkan. Bangunan memiliki usia terbatas oleh karena itu disusutkan.
Peningkatan
nilai
tanah
tempat
bangunan
didirikan
tidak
mempengaruhi masa manfaat bangunan. Sedangkan jumlah yang dapat disusutkan adalah biaya perolehan suatu aktiva atau jumlah lain yang disubsitusikan untuk biaya dalam laporan keuangan dikurangi dengan nilai sisanya. Para ahli menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang memerlukan beban penyusutan antara lain : a. Harga Perolehan Harga perolehan merupakan semua jenis pengeluaran ataupun pengorbanan yang terjadi untuk memperoleh aktiva tetap sampai pada kondisi di tempat dan siap untuk digunakan. Harga perolehan juga merupakan hal yang sangat penting dalam menghitung biaya penyusutan suatu aktiva tetap.
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
b. Nilai Residu Jumlah yang diharapkan dapat direalisasikan bila aktiva tersebut tidak dapat digunakan lagi, nilai residu ini tidak mesti ada, bisa saja harga pada saat menjadi besi tua atau dengan kata lain tidak terpakai yaitu nihil. Dalam menghitung beban penyusutan nilai ini dikurangi dengan harga perolehan. Nilai residu ini merupakan taksiran. Sedangkan yang dimaksud dengan nilai taksiran realisasi (penjualan melalui kas). Aktiva tersebut setelah akhir penggunaannya atau pada saat mana aktiva tersebut harus ditarik dari kegiatan produksi. c. Umur Teknis Yang dimaksud umur teknis disini adalah umur fisik berarti berapa lama aktiva tetap itu secara fisik mampu memberikan sumbangan terhadap kegiatan produksi. Sehingga umur teknis atau masa manfaat ini didasarkan atas taksiran, dan taksiran tersebut dipengarui oleh pemeliharaan, perbaikan dan juga harus memperhitungkan sebab keausan fisik dan fungsional. Dan umur fungsional berarti berapa lama aktiva itu mampu memproduksi barang yang dapat ditawarkan dan dapat diterima masyarakat. Sedangkan yang dimaksud dengan umur taksiran adalah taksiran jangka waktu penggunaan aktiva itu dalam kegiatan produksi. d. Pola Pemakaian Pola
pemakaian
aktiva
tetap
itu
dalam
kegiatan
produksi
harus
dipertimbangkan dalam hubungannya dengan pembebanan penyusutan terhadap produksi. Jadi yang mempengaruhi besar kecilnya penyusutan setiap tahunnya adalah umur ekonomi yaitu umur dari aktiva tetap sejak Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
dipergunakan
sampai
aktiva
tetap
tersebut
secara
ekonomis
tidak
menguntungkan lagi jika dipergunakan. Pola pemakaian ini berhubungan erat dengan umur pemakaian. Apabila penyusutan ditaksir menurut umum, maka digunakan metode garis lurus atau metode saldo menurun. Bila ditaksir menurut hasil produksi dan jam jasa maka digunakan metode jam kerja atau jumlah produk.
2.
Metode Penyusutan Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan secara priodik akan disusutkan.
Untuk itu diadakan kebijaksanaan pembebanan (alokasi) secara sistematis dan rasional dalam membebankan biaya aktiva tetap selama masa manfaat yang diberikan, pengalokasian ini sering disebut penyusutan. Ikatan Akuntan Indonesia (PSAK No. 17 : par 2) mengartikan “penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung”. Besar kecilnya jumlah penyusutan untuk setiap periode tergantung pada metode alokasi yang digunakan.
Banyak metode yang dapat dipakai untuk menghitung nilai
penyusutan suatu aktiva. Nilai buku suatu aktiva tetap yang tertera didalam neraca bukan menyatakan nilai pasarnya, tetapi merupakan bagian dari biaya yang belum dialokasian sebagai beban. Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : par 2) menerangkan bahwa : Aktiva yang disusutkan adalah aktiva yang : a. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi b. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
c. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang dan jasa untuk disewakan atau untuk tujuan administrasi. Masa manfaatnya adalah : a. Periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan. b. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan. Besar kecilnya jumlah penyusutan untuk setiap periode tergantung pada metode alokasi yang digunakan. Banyak metode penyusutan yang dapat dipakai untuk menghitung penyusutan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (PSAK 17 : par 09) penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokkan menurut kriteria berikut ini : a. Berdasarkan waktu 1) Metode Garis Lurus (Straight line method) 2) Metode pembebanan yang menurun a) Metode jumlah angka tahun ( Sum of the years digit method) b) Metode saldo menurun / saldo menurun ganda (Declining / Double declining balance method). b. Berdasarkan penggunaan 1) Metode jam jasa ( Service hour method) 2) Metode jumlah unit produksi (Productive out put method) c. Berdasarkan kriteria lainnya 1) Metode berdasarkan jenis atau kelompok (group and composite method) 2) Metode anuitas (annuity method) 3) Sistem persediaan (inventory system) Berikut ini penjelasan dari metode penyusutan di atas : a. Berdasarkan waktu 1) Metode Garis Lurus (Straight line method) Penyusutan aktiva tetap menggunakan metode garis lurus adalah pengalokasian harga perolehan aktiva tetap yang didasarkan atas jangka waktu pemanfaatan aktiva tetap yang bersangkutan. Metode ini adalah metode yang paling sederhana dan mudah dalam pelaksanaannya.
D = psak ( K no. – R) N 17 (DALAM TAHUN) Nafir Robihan Pohan : penerapan 16 /dan tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
Keterangan : D K R N Contoh :
= = = =
Beban Depresiasi Periodik Kos atau Nilai Perolehan Taksiran Nilai Residu Taksiran Masa Manfaat
Berikut adalah informasi yang berhubungan dengan salah satu aktiva tetap PT.ABC yang ditempatkan dan mulai dipakai secara aktif pada awal tahun 2001.
Tabel 1.1 Aktiva Tetap No. 1234 AKTIVA TETAP NO 1234 1
Kos atau Nilai Perolehan (K)
Rp. 6.000.000
2
Taksiran Nilai Residu (R)
Rp 1.000.000
3
Taksiran Masa Manfaat (N)
3.1
Dalam Tahun
3.2
Dalam Unit Output
25.000 Unit
3.3
Dalam Jam Kerja
60.000 Jam
5 Tahun
Sumber : Hemanto (2002) Sesuai dengan formula perhitungan tersebut, depresiasi tahun pertama (D1) untuk Aktiva Tetap No.1234, dihitung sebagai berikut : D1 = (Rp 6.000.000,00 – Rp 1.000.000,00) / 5 D1 = Rp 1.000.000,00 Secara konseptual metode garis lurus dipandang tepat untuk digunakan apabila penurunan mnfaat potensial akiva tetap terutama berlalunya faktor waktu, dan dalam jumlah yang sama untuk setiap satuan waktunya. Metode ini juga dipandang tepat untuk digunakan apabila penurunan manfaat potensial aktiva tetap tergantung pada tingkat produktivitasnya, dengan penggunaan aktiva tetap yang relatif sama dari waktu ke waktu.
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
Tabel 1.2 Skedul Depresiasi Aktiva Tetap No.1234 ( Methode Garis Lurus ) Akhir Tahun 0
Beban Depresiasi ( Debit ) -
Akumulasi Depresiasi ( Kredit ) -
Nilai Buku ( Debit ) Rp. 6.000.000,00
1
Rp 1.000.000,00
Rp 1.000.000,00
Rp. 5.000.000,00
2
Rp 1.000.000,00
Rp 2.000.000.00
Rp. 4.000.000,00
3
Rp 1.000.000,00
Rp 3.000.000,00
Rp. 3.000.000,00
4
Rp 1.000.000,00
Rp 4.000.000,00
Rp. 2.000.000,00
5
Rp 1.000.000,00
Rp 5.000.000,00
Rp. 1.000.000,00
Sumber : Harnanto ( 2002) Setiap kali penyusutan dijurnal sebagai berikut : Tahun 1 Sampai ke 5 : Biaya penyusutan Aktiva Tetap No. 1234 Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap No.1234
Rp 1.000.000 Rp 1.000.000
Nilai buku adalah harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan. Akumulasi penyusutan adalah kumpulan penyusutan – penyusutan yang telah dilakukan. Pada metode ini, besarnya biaya penyusutan tidak semata – mata dihubungkan dengan manfaat yang diberikan oleh aktiva tetap yang bersangkutan, metode ini mempunyai anggapan sebagai berikut : 1. Berkurangnya manfaat aktiva tetap setiap tahunnya proporsional 2. Biaya pemeliharaan yang berkaitan dengan aktiva tetap tiap periodenya sama 3. Penggunaan aktiva tetap tiap periodenya sama 4. Penyusutan fungsional karena berjalannya waktu 2) Metode Pembebanan Menurun a) Jumlah Angka Tahun ( Sum of The Years Digits Method ) Metode pembebanan menurun berdasarkan jumlah angka tahun adalah metode penyusutan yang besarnya menurun, sesuai dengan jumlah umur penggunaan aktiva tetap. Bobot perkalian didasarkan atas umur penggunaan aktiva tetap. Menurut metode ini depresiasi pada tahun tertentu dihitung berdasarkan formula sebagai berikut : D = (ANGKA TAHUN BERJALAN) / (JUMLAH ANGKA TAHUN) x (K-R) Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
Depresiasi untuk setiap tahun dihitung berdasarkan proporsi atau rasio untuk tahun terkait sebagai berikut : Tabel 1.3 Kalkulasi Jumlah Penysusutan Thn
Proporsi
Kalkulasi
Jumlah
1
5/15
5/15 x (Rp 6.000.000 – Rp 1.000.000)
Rp 1.666.667
2
4/15
4/15 x (Rp 6.000.000 – Rp 1.000.000)
Rp 1.333.333
3
3/15
3/15 x (Rp 6.000.000 – Rp 1.000.000)
Rp 1.000.000
4
2/15
2/15 x (Rp 6.000.000 – Rp 1.000.000)
Rp
666.667
5
1/15
1/15 x (Rp 6.000.000 – Rp 1.000.000)
Rp
333.333
Rp 5.000.000
Total Sumber : Harnanto (2002)
Tabel 1.4 Skedul Depresiasi Aktiva Tetap Akhir Tahun 0
Beban Depresiasi (Debit)
Akumulasi Depresiasi (Kredit)
Nilai Buku (Debit) Rp 6.000.000
1
Rp 1.666.667
Rp 1.666.667
Rp 4.333.333
2
Rp 1.333.333
Rp 3.000.000
Rp 3.000.000
3
Rp 1.000.000
Rp 4.000.000
Rp 2.000.000
4
Rp
666.667
Rp 4.666.667
Rp 1.333.333
5
Rp
333.333
Rp 5.000.000
Rp 1.000.000
Sumber : Harnanto (2002) Selanjutnya tiap tahun penyusutan tersebut dijurnal dengan mendebet perkiraan biaya penyusutan aktiva tetap No. 1234 dan mengkredit perkiraan akumulasi penyusutan aktiva tetap No 1234 masing – masing sebesar penyusutan tahun yang bersangkutan. Metode ini hanya dapat digunakan bila mempunyai nilai sisa minimal Rp 1,Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
Penentuan jumlah angka tahun sebagai denominator dalam rasio atau proporsi depresiasi dapat ditentukan berdasarkan formula berikut ini :
JAT = N ( N + 1 ) / 2 Keterangan : N = Jumlah angka tahun masa manfaat aktiva JAT = Jumlah Angka Tahun Sebagai contoh untuk suatu aktiva dengan taksiran umur 20 tahun, jumlah angka tahun sebagai denominator rasio atau proporsi dpresiasinya adalah : JAT = 20 ( 20 + 1 ) / 2 JAT = 210 b) Metode saldo menurun / saldo menurun ganda (Desclining / Double declining balance method). Metode pembebanan menurun berdasarkan saldo menurun adalah metode penyusutan yang didadarkan atas saldo nilai buku. Turunnya jumlah penyusutan adalah akibat turunnya harga tiap – tiap periode. Sebelum perhitungan penyusutan dilakukan terlebih dahulu harus ditetapkan tarif penyusutan. Tarif penyusutan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : T = 1- n
NR / HP
Keterangan : T = Tarif NR = Nilai Residu HP = Harga Perolehan N = Masa Manfaat Aktiva Contoh : PT. ABC memiliki aktiva tetap No. 1234 dengan harga perolehan RP 55.000.000,- Taksiran nilai residu Rp 5.000.000,- Masa manfaat selama 5 tahun. Tarif = 1- 5 5.000.000 / 55.000.000 = 1-0,61.904.392 = 0,38095608 = 38 % Setelah tarif diketahui dapat dibuat tabel penyusutan sebagai berikut :
Tabel 1.5 Skedul Depresiasi Aktiva Tetap No. 1234 ( Metode Saldo Menurun ) Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
Akhir Tahun
Beban Depresiasi (Debit)
Akumulasi Depresiasi (Kredit)
0
Nilai Buku (Debit) Rp 55.000.000
1
38% x Rp 55.000.000= Rp 20.900.000
Rp 20.900.000
Rp 34.100.000
2
38% x Rp 34.100.000= Rp 12.958.000
Rp 33.858.000
Rp 21.142.000
3
38% x Rp 21.142.000= Rp 8.033.960
Rp 41.891.960
Rp 13.108.040
4
38% x Rp 13.108.040= Rp 4.981.055
Rp 46.873.015
Rp 8.126.985
5
38% x Rp 8.123.985= Rp 3.088.255
Rp 49.961.270
Rp 5.038.730
Sumber : Harnanto (2002 ) Selanjutunya setiap tahun penyusutan tersebut dijurnal dengan mendebit perkiraan “biaya penyusutan aktiva tetap No 1234 masing-masing sebesar penyusutan tahun yang bersangkutan. Metode ini hanya dapat digunakan kalau mempunyai nilai sisa minimal Rp. 1,-
Metode Saldo Menurun Ganda ( Double Declining Balance Method ) Yaitu yang besarnya ditetapkan dengan persentase tertentu yang besarnya dua kali persentase bila menggunakan metode garis lurus, dan penyusutannya berdasarkan atas nilai buku. SMG ( % ) = 2 x ( 100 % / N )
Diaplikasikan dari soal diatas maka, tarif depresiasinya, tampak pada perhitungan berikut : SMG ( % ) = 2 x ( 100 % / 5 ) = 40 %
Tabel 1.6 Kalkulasi Jumlah Penyusutan – Metode Saldo Menurun Ganda
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
Kalkulasi
Jumlah
D1= 0,40 X ( Rp 6.000.000,00 )
Rp 2.400.000,00
D2= 0,40 X ( Rp 6.000.000,00 – Rp 2.400.000,00 )
Rp 1.440.000,00
D3= 0,40 X ( Rp 6.000.000,00 – Rp 3.840.000,00 )
Rp
864.000,00
D4 = 0.40 X ( Rp 6.000.000,00 – Rp 4.704.000,00 )
Rp
518.400,00
D5 = 0,40 X ( Rp 6.000.000,00 – Rp 5.222.400,00 )
Rp
311.040,00
Sumber : Harnanto ( 2002 ) Tabel 1.7 Skedul Depresiasi Aktiva Tetap No 1234 ( Metode Saldo Menurun Ganda ) Akhir Tahun
Beban Depresiasi ( Debit )
0 1 Rp 2.400.000,00 2 Rp 1.440.000,00 3 Rp 864.000,00 4 Rp 296.000,00 5 Rp 0,00 Sumber : Harnanto ( 2002 )
Akumulasi Depresiasi ( Kredit ) Rp 2.400.000,00 Rp 3.840.000,00 Rp 4.704.000,00 Rp 5.000.000,00 Rp 5.000.000,00
Nilai Buku ( Debit ) Rp 6.000.000,00 Rp 3.600.000,00 Rp 2.160.000,00 Rp 1.296.000,00 Rp 1.000.000,00 Rp 1.000.000,00
b. Berdasarkan Penggunaan 1. Metode Jam Jasa (Service Hours Method) Metode penyusutan berdasarkan jam jasa adalah metode penyusutan yang besarnya ditentukan atas berapa jam aktiva tetap digunakan dalam tahun yang bersangkutan dan didasarkan pada berapa jam aktiva dapat digunakan. D = [(K-R) / (N) x ( ∑ INPUT PRODUKTIF DIKONSUMSIKAN)] 1 Taksiran umur aktiva adalah 60.000 jam kerja, sehingga tarif depresiasi per jam kerja adalah sebesar Rp 83,33 dari hasil perhitungan berikut ini : Tarif Depresiasi = [( Rp 60.000 – Rp 1.000.000) / (60.000 jam)] = Rp 83,33 per jam Apabila dalam masa manfaatnya selama 5 tahun aktiva digunakan masing – masing selama 6.000 jam dalam tahun I dan 9.000 jam dalam tahun II serta 18.000 jam dalam tahun ke III dan 12.000 jam untuk tahun ke IV sedangkan 15.000 jam Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
untuk tahun ke V, maka beban depresiasi masing – masing untuk tahun I sampai tahun V adalah :
Tabel 1.8 Kalkulasi Jumlah Penyusutan Tahun
Kalkulasi
Jumlah
1
D1=Rp83,33 x 6.000
Rp
500.000
2
D1=Rp83,33 x 9.000
Rp
750.000
3
D1=Rp83,33 x 12.000
Rp 1.000.000
4
D1=Rp83,33 x 18.000
Rp 1.500.000
5
D1=Rp83,33 x 15.000
Rp 1.250.000
Sumber : Harnanto (2002)
Beban deprasiasi seperti tampak pada tabel di atas bervariasi setiap tahun, tergantung pada kapasitas yang digunakan dalam tahun berjalan.
Tabel 1.9 Skedul Depresiasi Aktiva Tetap No. 1234 Akhir Tahun 0
Beban Depresiasi (Debit)
Akumulasi Depresiasi (Kredit)
Nilai Buku (Debit) Rp 6.000.000
Rp
500.000
Rp 5.500.000
1
Rp
500.000
2
Rp
50.000
Rp 1.250.000
Rp 4.750.000
3
Rp 1.000.000
Rp 2.250.000
Rp 3.750.000
4
Rp 1.500.000
Rp 3.750.000
Rp 2.250.000
5
Rp 1.250.000
Rp 5.000.000
Rp 1.000.000
Sumber : Harnanto (2002) 2. Metode Jumlah Unit Produksi (Productive Output Method)
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
Metode jumlah produksi adalah suatu metode penyusutan aktiva tetap yang didasarkan atas jumlah produksi yang dihasilkan tiap tahunnya, dan besarnya taksiran seluruh produksi yang dapat dihasilkan pada masa manfaatnya. Tarif depresiasi periodik dapat ditentukan berdasarkan formula berikut : D = [( K – R )] / ( N ) x ( ∑ OUTPUT) Tarif Depresiasi
= ( Rp 6.000.000 – Rp 1.000.000) / 25.000 = Rp 200,- per unit
Dengan asumsi dalam tahun masa manfaat aktiva tetap dapat dihasilkan output masing – masing sebanyak 4.000 unit dalam tahun I dan 9.000 unit untuk tahun II sedangkan 8.000 tahun ke-III dan 2.000 unit tahun IV sedangkan untuk tahun ke V, maka beban depresiasi untuk aktiva tetap No. 1234 pada setiap tahun akan terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.0 Kalkulasi Jumlah Penyusutan Tahun
Kalkulasi
Jumlah
1
Rp 200,- x 4.000
Rp
800.000
2
Rp 200,- x 9.000
Rp 1.800.000
3
Rp 200,- x 8.000
Rp 1.600.000
4
Rp 200,- x 2.000
Rp
400.000
5
Rp 200,- x 2.000
Rp
400.000
JUMLAH
Rp 5.000.000
Sumber : Harnanto (2002)
Metode ini juga menghasilkan nilai buku aktiva pada akhir masa manfaatnya sebesar nilai residu yang diharapkan sebesar Rp 1.000.000,- karena total depresiasi berjumlah Rp 5.000.000,-
Tabel 2.1 Skedul Depresiasi Aktiva Tetap No. 1234 Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
Akhir Tahun 0
Beban Depresiasi (Debit)
Akumulasi Depresiasi (Kredit)
Nilai Buku (Debit) Rp 6.000.000
Rp
800.000
Rp 5.200.000
1
Rp
800.000
2
Rp 1.800.000
Rp 2.600.000
Rp 3.400.000
3
Rp 1.600.000
Rp 4.200.000
Rp 1.800.000
4
Rp
400.000
Rp 4.600.000
Rp 1.400.000
5
Rp
400.000
Rp 5.000.000
Rp 1.000.000
Sumber : Harnanto (2002)
Metode unit produksi hanya sesuai diterapkan untuk aktiva tetap yang menghasilkan unit – unit output yang dapat diidentifikasi secara terpisah, seperti mesin produksi yang digunakan untuk memproduksi jenis – jenis barang tertentu. Jika dalam suatu periode kapasitas aktiva yang digunakan hanya kecil, maka beban depresiasi dalam peiode terkait akan kecil pula jumlahnya, namun apabila kapasitas aktiva yang digunakan besar maka akan beban depresiasinya menjadi besar pula. c. Berdasarkan Kriteria Lainnya 1. Metode Berdasarkan Jenis Kelompok ( Group and Composite Method) Dalam kondisi tertentu dan untuk kepraktisan, beberapa unit aktiva digabungkan ke dalam suatu kelompok dan depresiasi berdasarkan tarif rata – rata untuk seluruh aktiva yang tergabung ke dalam suatu kelompok tersebut. Metode ini berbeda dari metode depresiasi yang lain karena rekening akumulasi depresiasi diselenggarakan untuk suatu kelompok aktiva. Contoh : PT. TMC memproduksi dan menjual beberapa jenis produksi. Proses produksi berlangsung dalam beberapa tahap simultan, berikut adalah informasi yang berhubungan dengan lima macam mesin produksi dan ekuitmen yang digunakan dalam proses produksi kompor gas.
Tabel 2.2 Skedul Depresiasi Aktiva Tetap No. 1234
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
Mesin Produksi : Kompor Gas Tipe Mesin K–1
Nilai Perolehan Rp 13.500.000
Nilai Residu Rp 1.500.000
Beban Depresiasi Rp12.000.000
Umur ( Taks) 8
L–2
Depresiasi (Per tahun) Rp 1.500.000
Rp 9.500.000
Rp 2.000.000
Rp 7.500.000
10
Rp
750.000
X–1
Rp 2.500.000
0
Rp 2.500.000
5
Rp
500.000
X–7
Rp 31.000.000
Rp 1.000.000
Rp30.000.000
12
Rp 2.500.000
W–3
Rp 6.000.000
Rp 1.000.000
Rp 5.000.000
8
Rp
Jumlah
Rp 62.500.000
Rp 5.500.000
Rp57.000.000
625.000
Rp 5.875.000
Sumber : Harnanto (2002) Kelima tipe mesin produksi sudah digabungkan atau dicatat ke dalam satu rekening mesin produksi kompor gas. Tarif depresiasi rata – rata untuk kelompok mesin produksi kompor gas adalah 9,4% yaitu rasio dari jumlah depresiasi per tahun (Rp 5.875.000) dari total nilai perolehan untuk seluruh unit mesin yang tergabung dalam kelompok mesin produksi kompor gas (Rp 62.500.000). Sedang umur komposit kelompok mesin produksi kompor gas adalah 9,7 tahun (Rp57.000.000 / Rp 5.875.000). Ini berarti kelompok mesin produksi kompor gas akan habis disusutkan atau didepresiasi selama kurang lebih 10 tahun. Ayat jurnal yang diperlukanuntuk mengakui bebban depresiasi per tahun adalah : Beban Depresiasi Rp 5.875.000 Akumulasi Depresiasi Rp 5.875.000
2. Metode Anuitas (Annuity Method) Depresiasi menurut metode anuitas didasarkan pada konsep aktiva tetap, suatu perusahaan melakukan investasi yang menyerupai suatu anuitas (investasi dengan tingkat keuntungan return yang tetap dalam jangka waktu tertentu). Dengan metode ini, depresiasi priodik dihitung dengan rumus : D = [K – (R x PV)] / (PVOA) Dalam hal ini PV adalah faktor nilai tunai dari Rp 1,- berdasar asumsi suku bunga atau tingkat keuntungan tertentu yang berlaku selama masa manfaat aktiva tetap. PVOA adalah faktor nilai tunai anuitas sebesar Rp 1,- berdasarkan asumsi suku bunga atau tingkat keuntungan yang berlaku selama masa manfaat aktiva tetap, seperti tampak pada hasil perhitungan ini : D = [Rp 6.000.000 – (Rp 1.000.000 x 0.62092)] / (3.79079) D = Rp 1.418.897 Pendapatan bunga diakui sebesar nilai buku aktiva tetap pada awal tahun berjalan dikalikan dengan suku bunga yang dianggap tetap, dan akumulasi depresiasi sebesar selisih lebih beban depresiasi di atas pendapatan bunga yang Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
diakui dalam tahun berjalan. Oleh karena pendapatan bunga akan semakin berkurang dari tahun ke tahun, maka jumlah yang dikredit ke dalam rekening akumulasi depresiasi akan semakin bertambah dari tahun ke tahun. Aplikasi konsep anuitas ini untuk aktiva tetap No. 1234 adalah sebagai berikut : Tabel 2.3 Skedul Depresiasi Aktiva Tetap No. 1234 Akhir Tahun
Beban Depresiasi
Pendapatan Bunga
Akumulasi Depresiasi
Saldo Akumulasi Depresiasi
0
-
-
-
1
Rp 1.418.987
Rp 6.000.000
Rp
818.987
Rp
2
Rp 1.418.987
Rp
518.101
Rp
3
Rp 1.418.987
Rp
428.013
Rp
4
Rp 1.418.987
Rp
5
Rp 1.418.987
Rp
Nilai Buku
-
Rp 6.000.000
818.987
Rp 5.181.013
900.886
Rp 1.719.873
Rp 4.280.127
990.974
Rp 2.710.847
Rp 3.289.153
328.915
Rp 1.090.072
Rp 3.800.919
Rp 2.199.081
219.908
Rp 1.199.081
Rp 5.000.000
Rp 1.000.000
Sumber : Harnanto (2002) Perhitungan : 1. Pendapatan Bunga Adalah nilai buku aktiva pada awal tahun berjalan dikalikan dengan suku bunga sebesar 10 %. Sebagai contoh, untuk tahun -1 = 0,01 X Rp 6.000.000,00 = Rp 600.000,00 untuk tahun -2 = 0,01 X Rp 5.181.013,00 = Rp 518.101,00. 2. Kredit rekening akumulasi depresiasi sebesar selisih lebih beban depresiasi minus pendapatan bungan dalam tahun berjalan. Sebagai contoh untuk tahun -1 = Rp 1.418.987 – Rp 600.000 = Rp 818.987,- Untuk tahun ke -2 = Rp 1.418.987 – Rp 518.101 = Rp 900.886. Kelemahan terpenting metode anuitas terletak pada total beban depresiasi yang lebih besar dari depreciable cost dari aktiva tetap, disamping asumsi suku bunga yang berlaku selama masa manfaat aktiva tetap. Dengan metode ini, total beban depresiasi akan lebih besar dalam jumlah yang sama dengan pendapatan bunga yang diakui dalam masa manfaat aktiva tetap dibanding depreciable cost.
3. Sistem Persediaan (Inventory System) Penentuan beban depresiasi periodik berdasarkan sistem persediaan dapat dikatakan sebagai identik atau pararel dengan penentuan beban yang berhubungan dengan pemakaian atau konsumsi suku cadang atau suplay sebagai suatu aktiva. Aktiva berupa persediaan suku cadang atau persediaan suplay didebet pada saat terjadinya transaksi pembelian suku cadang. Pada setiap akhir tahun buku dilakukan perhitungan fisik untuk menentukan jumlah suku cadang yang masih dalam persediaan. Selisih antara saldo rekening persediaan suku cadang dengan Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
hasil perhitungan fisik suku cadang yang masih dalam persediaan pada akhir tahun buku yang telah disesuaikan dengan nilai sebagai akibat dari kerusakan atau penurunan kondisi fisik diakui sebagai beban depresiasi atau pemakaian suku cadang atau suplays dalam tahun buku berjalan. Contoh. PT. NEC menggunakan banyak macam dan jumlah alat – alat kerja bukan mesin di dalam proses produksinya. Perusahaan tidak menghitung depresiasi alat – alat kerja bukan mesin yang relatif murah harganya secara individual, tetapi menghitung depresiasinya berdasarkan sistem atau metode persediaan. Berikut adalah ikhtisar rekening alat – alat kerja bukan mesin dalam tahun 2002.
Tabel 2.4 Ikhtisar Rekening Alat – Alat Kerja Bukan Mesin Tahun 2002 Alat – Alat Kerja Bukan Mesin Tanggal
Deskripsi
Debet
Kredit
Saldo
01/01/02
Saldo
Rp
-
Rp
-
Rp 63.750.000
05/03/02
Pembelian alat kerja baru
Rp 6.500.000
Rp
-
Rp 70.250.000
30/08/02
Pembelian alat kerja baru
Rp 27.100.000
Rp
-
Rp 97.350.000
10/10/02
Pembelian alat kerja baru
Rp 17.500.000
Rp
-
Rp114.850.000
Sumber : Harnanto (2002) Dari hasil perhitungan fisik yang dilakukan pada akhir tahun 2002 masih terdapat berbagai macam alat kerja bukan mesin sebesar Rp 84.187.500 rata – rata masih dalam kondisi 80% baru. Sesuai dengan kondisi fisik alat – alat kerja tersebut, beban depresiasi kerja dapat ditentukan sebagai berikut :
Tabel 2.5 Beban Depresiasi Alat Kerja Bukan Mesin Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
Depresiasi
Jumlah
Total cost alat kerja bukan mesin dipakai dalam tahun 2002
Rp 114.850.000
Dik : Nilai alat kerja bukan mesin pada akhir tahun (= 0,80 x Rp 84.187.500)
Rp 67.350.000
Depresiasi Alat Kerja Bukan Mesin Tahun 2002
Rp 47.500.000
Sumber : Harnanto (2002) Berdasarkan keterangan di atas, maka ayat jurnal yang diperlukan : Tabel 2.6 Ayat Jurnal Alat Kerja Bukan Mesin Tanggal 1 Jan s/d 31 Des 31 Des
Rekening dan Deskripsi Alat Kerja Bukan Mesin
Debet Rp 51.100.000
Kas (Hutang Dagang) Depresiasi Alat Kerja Bukan Mesin
Kredit
Rp 51.100.000 Rp 47.500.000
Alat Kerja Bukan Mesin
Rp 47. 500.000
Sumber : Harnanto (2002) Secara sistematis dapat dinyatakan sebagai berikut :
Depresiasi Periodik = (Saldo Awal +Cost Aktiva Ditempatkan) – Saldo Akhir
Diaplikasikan pada contoh di atas, beban alat kerja bukan mesin dalam tahun 2002 adalah Rp 47.500.000,- dari hasil perhitungan sebagai berikut : Depresiasi tahun 2002 =(Rp 63.750.000 +Rp 51.100.000) - (0.80x Rp 84.187.500) =(Rp 114.850.000 – Rp 67.350.900) =Rp 47. 000.000 Beban depresiasi dalam tahun 2002 sebesar Rp 47.500.000,- tersebut berjumlah Rp 3.600.000,- lebih kecil dibanding total cost alat kerja bukan mesin yang dibeli dan ditempatkan dalam tahun berjalan ( Rp 51.100.000). Sebagaimana halnya cost barang dijual, beban depresiasi periodik dapat juga ditentukan berdasar saling hubungannya dengan total cost alat – alat kerja bukan mesin yang dibeli dan ditempatkan dalam tahun berjalan dan perubahan persediaan pada awal dan akhir periode dengan formula sebagai berikut :
∑
Depresiasi = no. 16 Cost Ditempatkan ± PT. Perubahan Saldo Nafir Robihan Pohan : Periodik penerapan psak dan Aktiva 17 tentang aktiva tetap pada Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
Pada contoh di atas, rekening alat kerja bukan mesin mengalami kenaikan sebesar Rp 3.600.000 (Rp 67.350.000 – 63.750.000) sehingga beban depresiasi dalam tahun buku 2002 juga berjumlah Rp 3.600.000,- kurang dari total cost alat kerja bukan mesin yang dibeli dan ditempatkan dalam tahun tersebut, seperti pada hasil perhitungan berikut ini : Depresiasi tahun 2002 = (Rp 51.000.000) – (Rp 67.350.000 – Rp 63.750.000) = (Rp 51.000.000 – Rp 3.600.000) = Rp 47. 500.000
D. Penghentian Aktiva Tetap Aktiva dapat dihentikan penggunaannya dengan cara menjual, menukarkan atau membuatnya. Pada umumnya, pada waktu aktiva dilepaskan, penyusutan yang belum dicatat untuk periode bersengkutan dicatat sampai tanggal pelepasan. Dengan demikian nilai buku pada tanggal pelepasan dapat dihitung sebagai selisih antara harga perolehan aktiva itu dan akumulasi penyusutannnya. Jika harga pelepasan lebih besar daripada nilai buku, diakui sebagai keuntungan. Sebaliknya , jika harga pelepasan lebih kecil daripada nilai buku diakui sebagai kerugian. Keuntungan atau kerugian dilaporkan pada pelaporan laba rugi sebagai pendapatan dan keuntungan lain-lain atau beban dan kerugian lain-lain pada tahun pelepasan aktiva. Sebagai bagian dari ayat pelepasan, saldo dalam perkiraan aktiva dan akumulasi penyusutan untuk aktiva tersebut dihapuskan. 1. Penghentian Penggunaan Aktiva Melalui Penjualan. 2. Penghentian Penggunaan Aktiva Melalaui Pertukaran Dengan Aktiva Non Moneter Lainnya. 3. Penghentian Penggunaan Aktiva Karena Konversi Terpaksa. E. Penyajian dan Pengungkapan Aktiva Tetap
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
Aktiva tetap, sumber daya alam dan aktiva tak berwujud biasanya dilaporkan secara terpisah di neraca. Baik nilai perolehan kotor maupun akumulasi penyusutan aktiva tetap harus diungkapkan. Pengungkapan demikian tidak diperlukan untuk aktiva tak berwujud dan aktiva habis pakai, dan banyak perusahaan melaporkan hanya nilai bersih aktiva ini. Karena ada beberapa metode alternatif untuk menghitung beban alokasi harga perolehan aktiva tersebut, maka metode yang digunakan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Tanpa informasi ini, pemakai laporan keuangan dapat keliru dalam usahanya untuk membandingkan hasil keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Metode alokasi harga perolehan biasanya dilaporkan dalam penjelasan pertama laporan keuangan. Dengan kata lain penyusutan aktiva tetap dapat dilakukan dengan mengakumulasi nilai perolehan yang terpakai dalam suatu periode akuntansi. Aktiva tetap yang dicantumkan dalam neraca merupakan nilai perolehan aktiva tetap setelah dikurangkan dengan penyusutan. Hal ini dilakukan agar para pembaca informasi tidak mengalami salah penafsiran. Menurut Smith Skousen (1997 : 455) “FASB mengharuskan pengungkapan baik nilai perolehan maupun akumulasi penyusutan untuk harta tetap neraca atau penjelasan laporan keuangan”. Penyusutan dapat dihitung tiap bulan atau ditunda sampai pada akhir tahun fiskal. Apabila laporan keuangan intern di buat secara bulanan maka penyusutan yang dilakukan secara bulanan akan lebih dapat mencerminkan posisi keuangan dan hasil usaha dalam bulan yang bersangkutan. Ayat jurnal yang digunakan untuk mencatat perkiraan adalah sebagai berikut : Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
Biaya penyusutan
xxx
Akumulasi penyusutan
xxx
Atau dapat pula digunakan jurnal sebagai beriut : Biaya penyusutan
xxx
Cadangan penyusutan
xxx
Namun pada penggunaan perkiraan cadangan penyusutan ini jarang digunakan oleh perusahaan, karena penggunaan kalimat cadangan sering kali menimbulkan kesalahpahaman, seolah olah kata cadangan disama artikan dengan laba yang dicadangkan untuk tujuan tertentu. Biaya penyusutan merupakan perkiraan sementara yang pada akhir tahun akan ditutup ke perkiraan sisa laba bersama – sama dengan perkiraan sementara yang lain. Perkiraan akumulasi penyusutan akan digunakan untuk mencatat jumlah penyusutan yang telah dilakukan, sehingga selisih antara harga perolehan dengan akumulasi penyusutan merupakan nilai bersih aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Selisih ini biasanya disebut dengan nilai buku (book value) aktiva tersebut.
BAB III METODE PENELITIAN
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam hal pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan yang dihadapi, dan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini maka metode penelitian yang digunakan adalah :
A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian historis yaitu kegiatan penyelidikan, pemahaman, dan penjelasan keadaan yang telah lalu. (Kuncoro:2003:8)
B. Jenis Dan Sumber Data 1. Data Primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari perusahaan seperti wawancara. 2. Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh dari objek penelitian yang tidak perlu diolah lagi, seperti laporan keuangan, sejarah perusahaan, struktur organisasi serta uraian pekerjaan untuk masing – masing bagian.
C. Prosedur Pengumpulan Data 1. Wawancara Penulis melakukan wawancara dengan pihak - pihak yang berkompeten di dalam perusahaan.
2. Studi Dokumentasi
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
Penulis mengumpulkan semua data yang diperlukan dalam penelitian ini, baik itu diperoleh dari perusahaan atau dari sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
D. Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi yaitu suatu metode dimana data yang dikumpulkan, disusun, diinterprestasikan, dianalisis sehingga memberikan keterangan yang lengkap bagi pemecahan masalah yang dihadapi.
E. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan yang beralamat di Jl. Prof. H.M. Yamin, SH No. 176 D – E Medan. Penelitian ini dimulai dari Bulan Januari 2008 sampai dengan selesai
BAB IV Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. DATA PENELITIAN 1. Sejarah singkat Perusahaan Program asuransi kesehatan bagi pegawai negeri dan penerima pensiun sudah dimulai sejak zaman kolonial Belanda tahun 1934, berdasarkan Staatregeling nomor 1 yang ditetapkan tanggal 19 Desember 1934 dan saat itu baru diberlakukan bagi pegawai negeri dan penerima pensiun yang statusnya disamakan dengan orang Eropa. Baru pada tahun 1938, program ini didasarkan pada Staatregeling nomor 110 yang ditetapkan pada tanggal 19 Februari 1938 yang diberlakukan bagi seluruh pegawai negeri dan penerima pensiun. Pada tahun 1968, pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang secara jelas mengatur dana pemeliharaan kesehatan bagi pegawai negeri dan penerima pensiun beserta keluarganya berdasarkan Keputusan nomor 230 tahun 1968 tentang Pemeliharaan Kesehatan Pegawai Negeri, Penerima Pensiun beserta anggota keluarganya, yang menerapkan beberapa konsep dasar, yaitu : a. Sumber dana dari potongan wajib 5 % dari gaji pokok setiap bulan. b. Program dikelola oleh badan khusus, semi otonom di lingkungan Departemen Kesehatan yaitu “ Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan atau BPDPK. c. Cakupan pesertanya adalah Pegawai Negeri Sipil dan keluarganya, penerima pensiun Pegawai Negeri Sipil dan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau disingkat ABRI beserta keluarganya Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
Setelah berjalan 16 tahun, banyak hal yang perlu diperbaiki dan tidak mungkin untuk tetap dipertahankan sebagai BPDPK, dan melalui PP No 22 dan 23 tahun 1984 dimulai periode Perum Husada Bhakti atau PHB pada tanggal 23 1986 dengan dilantiknya Direktur PHB. PP 22/1984 berkaitan dengan penyelenggaraan program pemeliharaan kesehatan Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun beserta keluarganya berdasarkan managed care, sementara PP 23/1984 berkaitan dengan pengelolaan program. Profesionalisme dan efisiensi dalam rangka peningkatan mutu pelayanan peserta, merupakan landasan dalam berbagai upaya dan program yang dilakukan pada masa Perum Husada Bhakti, antara lain : a. Penerapan sistem rujukan, konsep wilayah dan konsep dokter keluarga, dimulai sejak tahun 1986. b. Pemberlakuan Daftar dan Platform Harga Obat (DPHO), dimulai sejak tahun 1967 dan dievaluasi atau direvisi setiap tahun, disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran. c. Penerapan sistem kapitasi bagi pelayanan kesehatan tingkat pertama secara nasional, dimulai sejak tahun 1988. d. Penerapan tarif paket pelayanan rawat jalan dan rawat inap tingkat lanjutan di rumah sakit dimlai sejak 1987/1988. Direksi Perum Husada Bhakti mendapat penarahan untuk mengembangkan kepesertaannya di luar Pegawai Negeri Sipil, yaitu kepada pegawai badan usaha dan badan lainnya.
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
Perum Husada Bhakti memerlukan fleksibilitas usaha untuk melakukan pengembangan terhadap sistem pelayanan kesehatan dan pembiayaannya. Hal ini harus dilakukam dengan pertimbangan sebagai berikut : a. Makin berkembangnya teknologi kedokteran dan pengobatan. b. Makin luasnya penyebaran fasilitas pelayanan kesehatan, dan c. Makin tingginya tingkat kesadaran peserta akan mutu pelayanan, dimana secara keseluruhan hal tersebut tidak sejalan dengan jumlah pendanaan yang relatif terbatas. Kemudian dilakukan penyempurnaan PP 22/1984 menjadi PP 69/1991 dimana dalam PP 69/1991 terdapat perkembangan kepesertaan, yaitu : a. Peserta wajib terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, penerima dana pensiun, veteran dan perintis kemerdekaan beserta keluarganya, peserta sukarela terdiri dari pegawai badan usaha dan badan lainnya. b. Untuk menyelenggarakan program kerja yang mencakup peserta wajib dan sukarela, diperlukan perubahan status perusahaan,sehingga melalui PP No.6/1992 dimulailah periode PT. ( Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia atau PT.ASKES. Aktivitas-akivitas yang berlangsung di PT. Askes (Persero) Kantor Cabang Utama Medan adalah sebagai berikut : a. Menyusun rencana kerja dan anggaran biaya kantor regional dan kantor cabang. b. Menyusun marketing plan Askes Comersial. c. Menyusun setting premium produk regional dan lokal.
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
d. Menyusun petunjuk teknis pelaksanaan program Askes Komersial dan Askes Sosial. e. Melalui bimbingan dan pengendalian pelaksanaan program pemeliharaan kesehatan dan kepesertaan. f. Melaksanakan kegiatan underwriting. g. Melakukan pengelolaan keuangan dan akuntansi. h. Melakukan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia dan administrasi kepegawaian. i.
Melakukan pengelolaan sarana dan prasarana operasional.
j.
Melakukan pemeliharaan sistem informasi perusahaan.
k. Membuat laporan pelaksanaan program dan kegiatan operasional lainnya. l.
Melaksanakan Program Kemitraaan dan Bina Lingkungan (PKBL).
m. Melaksanakan tugas kehumasan dan telaah hukum. n. Menyusun rencana dan laporan Pengawasan, Pengendalian dan Pembinaan (P3) waskat. o. Melaksanakan Sistem Manajemen Mutu International Standard Organization atau SMM ISO 9001-2000.
2. Struktur Organisasi Perusahaan. Setiap perusahaan baik perusahaan milik negara maupun milik swasta mempunyai struktur organisasi. Dengan adanya strktur organisasi maka setiap aparat akan mempunyai kesatuan tindakan dalam melaksanakan kegiatan operasional secara efisiensi dan efektif dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Oleh karena itu semakin
baik struktur organisasi suatu perusahaan akan
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
menjadikan perangkat dari organisasi lebih terintegrasi dan terkoordinir dengan baik. PT. Asuransi Kesehatan Indonesia berkedudukan dan berkantor Pusat di Jakarta, PT. ASKES ( Persero) Regional, PT.ASKES (Persero) Cabang serta PT. ASKES (Persero) Kabupaten/ Kotamadya di wilayah Republik Indonesia. Dalam menjalankan operasinya , perusahaan menyusun bentuk organisasi sedemikian rupa, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Prinsip kerjasama yang dilandasi etos kerja perusahaan merupakan meode kerja dalam setiap gerak dan aktifitas bagi setiap karyawan PT. Askes, guna saling melengkapi Sumber Daya Manusia yang ada sehingga berdaya guna secara optimal dalam mencipkatan pelayanan prima dan produk yang unggul. Struktur organisasi PT.Askes dipimpin oleh Direksi. Untuk lebih jelasnya gambaran skema strktur organisasi organisasi PT. (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia dapat terlihat pada gambar struktur organisasi pada halaman berikut.
GAMBAR 1.2 STRUKTUR ORGANISASI PT. ASKES (Persero) Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
DIREKTUR UTAMA
SPI
DIREKTUR KEUANGAN
DIREKTUR PERENCANAAN & PENGEMBANGAN
DIREKTUR SDM & UMUM
DIVISI KEPESERTAAN ASKES SOSIAL
DIVISI KEUANGAN
DIVISI REN, EVALUASI & LAP. KORPORAT
DIVISI ORGANISASI & SDM
DIVISI PELKES ASKES SOSIAL
DIVISI AKUNTANSI
DIVISI PENGEMBANGAN
DIVISI SDM & UMUM
DIVISI PEMASARAN
DIVISI INVESTASI
DIVISI INFORMASI
CORPORATE SECRETARY
DIVISI PENGEMBANGAN & PEMELIHARAAN MANAJEMEN MUTU
DIVISI PELKES ASKES KOMERSIAL
Sumber : PT. Askes (Persero) Kantor Cabang Utama Medan
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
Adapun uraian tugas dari masing-masing bagian dalam satu regional adalah sebagai berikut : a. Kepala Kantor Regional Memimpin,
merencanakan,
melaksanakan dan mengendalikan Kantor
Regional serta membina kantor cabang sesuai dengan kebijakan Direksi. b. Bidang Sumber Daya Manusia dan Umum Uraian Tugas : 1) Menyelenggarakan ketatausahaan dan tata naskah kearsipan Kantor Cabang. 2) Menyelenggarakan pengelolaan Sumber Daya Manusia. 3) Menyelenggarakan pengadaan sarana dan prasarana termasuk obat. 4) Melaksanakan kegiatan penunjang. 5) Menyelenggarakan kegiatan umum yang tidak termasuk kegiatan bidang lainnya. 6) Berperan dalam menyiapkan kegiatan ikatan kerja sama dengan Pemberi Pelayanan Kesehatan yang disingkat PPk dan badan usaha lainnya. 7) Melakukan pemeliharaan sarana perlengkapan dan gedung kantor. c. Bidang Askes Sosial. Uraian tugas : 1) Pembinaan dan peningkatan kerjasama serta pengendalian terhadap PPk yang ditunjuk. 2) Menyusun analisa dan merencanakan kebutuhan obat dan alat kesehatan. 3) Menyelenggarakan administrasi dan pengolahan abat-obatan.
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
4) Memberikan
jaminan
keperawatan
dan
pelayanan
canggih
serta
persetujuan pemakaian obat-obatan. 5) Menyusun Jaringan Pelayanan Kesehatan (JPK) bagi peserta. 6) Melakukan penelitian
seberapa besar ganti rugi atas klaim pelayanan
kesehatan. 7) Memantapkan pelaksanaan pelayanan dan pengendalian pelaksanaan pelayanan kesehatan. d. Bidang Keuangan Uraian tugas : 1) Mengatur Cash Flow kantor cabang. 2) Melakukan pengumpulan dan pengolahan data realisasi anggaran kantor cabang. 3) Menyelenggarakan penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran keuangan perusahaan. 4) Menyelenggarakan pengawasan anggaran serta mengadakan bimbingan teknis pengolahan keuangan terhadap kantor perwakilan cabang. 5) Menyelenggarakan keuangan kantor perwakilan cabang. 6) Menyelenggarakan tata arsip aktif keuangan prusahaan. 7) Menyelenggarakan verifikasi atau pertanggungjawaban keuangan kantor perwakilan cabang. e. Bidang Askes Komersial Uraian tugas : 1) Menyusun rencana program penyelenggaraan pengembangan kepesertaan dan perluasan pangsa pasar. Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
2) Melakukan survey, analisa dan menginventariskan pangsa pasar serta mengadakan pemasaran. 3) Mengadakan pengumpulan dan pengolahan data kepesertaan dan hasil pemasaran. 4) Melakukan registrasi peserta dan pengurus penerbitan kartu peserta. 5) Melakukan hubungan kerjasama dengan perusahaan dan masyarakat lain. 6) Menyiapkan ikatan kerjasama dengan badan usaha dan badan usaha perusahaan. 7) Melakukan promosi dan penjualan paket satuan kepada perusahaan maupun masyarakat. 8) Menyelenggarakan penyuluhan bimbingan teknis dan bimbingan terhadap peserta dan pelaksana pelayanan kesehatan. 9) Menampung, menanggapi dan mengupayakan penyelesaian keluhan pesrta. f. Bidang Informasi dan Perencanaan. Uraian tugas : 1) Mengkoordinir, menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Kantor Cabang (RKAKC). 2) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program dan kegiatan rutin. 3) Mengkoordinir
rencana
melaksanakan
program
panduan
serta
pengembangan. 4) Melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kantor Cabang (RKAKC). 5) Melakukan pengumpulan dan pengolahan data. Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
6) Menyusun sistem informasi serta melaksanakan pemeliharaan sistem perangkat lunak dan perangkat keras. 7) Mengkoordinir penyusunan petunjuk teknis program dan anggaran. 8) Membuat Laporan Anggaran Kantor Cabang. g. PJKMM (Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin). Uraian tugas : 1) Pembinaan dan peningkatan kerjasama serta pengendalian terhadap Pemberi Pelayanan Kesehatan yang ditunjuk. 2) Menyusun analisa dan merencanakan kebutuhan obat-obatan dan alat kesehatan. 3) Menyelenggarakan administrasi dan pengolahan obat-obatan. Untuk lebih jelasnya berikut akan digambarkan struktur organisasi pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan.
Nafir Robihan Pohan : penerapan psak no. 16 dan 17 tentang aktiva tetap pada PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan, 2010.
3. Kebijakan Direksi Mengenai Aktiva Tetap Perusahaan mengalokasikan harga perolehan dari aktiva tetap pada setiap akhir periode sebagai beban penyusutan. Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan seperti bangunan, alat angkutan , peralatan gedung, inventaris kantor, computer pada akhirnya akan habis masa manfaatnya secara perlahan-lahan kecuali tanah, karena tanah dianggap memiliki usia yang tidak terbatas sehingga mampu memberikan manfaat yang tidak terbatas. Berikut ini akan dijelaskan mengapa perusahaan membuat penyusutan untuk akiva tetap yang dimiliki: 1) Penuaan aktiva tetap secara fisik. Penyusutan fisik karena keausan dalam proses pemakaian maupun akibat pengaruh lingkungan. 2) Aktiva
tetap
seperti
komputer
mengalami
penyusutan
fungsional
karena
ketidaksesuaian dengan keadaan dan teknologi yang digunakan tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Penerapan metode penyusutan yang dilakukan PT. Askes (Persero) Kantor Cabang Utama Medan didasarkan atas pertimbangan yang layak serta penetapannya secara konsisiten atas aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Untuk menghitubg penyusutan aktiva tetapnya, perusahaan menggunakan metode penyusutan garis lurus atau straight line method. Demikian juga untuk tujuan perpajakan, perusahaan menggunakan metode garis lurus untuk aktiva berwujud bangunan maupun aktiva berwujud bukan bangunan. Dengan metode ini diasumsikan besarnya biaya penyusutan tiap periode akan tetap sama sepanjang aktiva tetap masih digunakan dalam operasi perusahaan. Nilai buku aktiva
ii
tetap akan semakin menurun dari tahun ke tahun akibat adanya alokasi penyusutan, akan tetapi apabila terhadap aktiva tetap diadakan perbaikan yang dapat memperpanjang umur teknis maka jumlah penyusutan akan berubah. Biaya pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap dibebankan dalam perhitungan laba rugi pada saat terjadinya, dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Pembebanan biaya pemeliharaan dan perbaikan senilai diatas Rp. 2.500.000 akan menambah harga perolehan aktiva tetap, diasumsikan perbaikan tersebut akan menambah masa manfaat aktiva tetap tetap yang bersangkutan. 2. Biaya pemeliharaan dan perbaikan bernilai di bawah Rp 2.500.000 digolongan ke dalam akun biaya pemeliharaan. Besarnya beban penyusutan komersial dan fiskal ditentukan sebagai berikut : a. Beban Penyusutan Komersial Untuk menentukan besarnya beban penyusutan per tahun, perusahaan menerapkan tarif (rate) penyusutan untuk tiap-tiap aktiva tetap sesuai dengan taksiran masa manfaat yang diterapan berdasarkan kebijakan Direksi PT. Asuransi Kesehatan Indonesia, dengan ketentuan bahwa setiap aktiva tetap mempunyai nilai 100 % yang dibagi dengan taksiran umur aktiva, seperti terlihat pada tabel berikut :
iii
Tabel 2.7 Penggolongan, Taksiran Umur dan Persentase Penyusutan Aktiva Tetap PT. Askes (Persero)
-
Persentase Penyusutan (Dalam % Tahun) -
Bangunan
20
5
3
Alat Angkutan
5
20
4
Peralatan Gedung
3
33 1/3
5
Inventaris Kantor
5
20
6
Komputer
3
33 1/3
No
Golongan Aktiva Tetap
1
Tanah
2
Taksiran Umur (Dalam Tahun )
Sumber : PT. ( Persero ) Askes (Persero) Cabang Utama Medan
b. Beban Penyusutan Fiskal Perusahaan menghitung beban penyusutan fiskal dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus untuk aktiva tetap bukan bangunan maupun Perhitungan penyusutan aktiva tetap dilakukan
bangunan.
dengan taksiran umur atau tarif
penyusutan yang telah ditentukan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 520/KMK.04/2002 tanggal 14 Desember 2002 diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 138/KMK.03/2002 tanggal 8 April 2002. Untuk aktiva tetap yang diperoleh dalam tahun 2006, perusahaan menghitung penyusutan mulai dari bulan diperolehnya aktiva yang bersangkutan dan penyusutannya disajikan dalam laporan bulanan, triwulan maupun tahunan.
iv
B. ANALISIS HASIL PENELITIAN 1. Pengertian Dan Jenis Aktiva Tetap PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan mendefinisikan aktiva tetap adalah sebagai berikut : “ Aktiva tetap aktiva tetap merupakan kekayaan milik PT. Askes (Persero) Kantor Cabang Utama Medan yang tidak terlepas dari kekayaan perusahaan secara keseluruhan serta digunakan sebagai sarana penunjang kelancaran operasional perusahaan yang masa manfaatnya lebih dari 1 tahun “ Aktiva tetap yang ada pada PT. Askes (Persero) Kantor Cabang Utama Medan dibagi menjadi beberapa jenis, mengingat banyaknya jenis aktiva serta tahun perolehannya yang berbeda. Bentuk penggolongan aktiva tetap yang merupakan bagian dari kekayaan perusahaan baik yang berupa aktiva tetap bergerak maupun tidak bergerak dalam perusahaan maupun pengelolaan perusahan baik langsung maupun tidak langsung yang jangka waktu pemakaian lebih dari 1 tahun, aktiva tetap inventaris ini terdiri dari 2 bagian yaitu : a. Aktiva tetap comptable Yaitu aktiva tetap bergerak dan tidak bergerak yang masih tercatat dalam neraca perusahaan, terdiri dari : 1. Tanah 2. Bangunan 3. Alat Angkutan 4. Peralatan Gedung 5. Inventaris Kantor
v
6. Komputer b. Aktiva tetap extra comptable Yaitu aktiva tetap bergerak maupun tidak bergerak milik perusahaan yang tidak tercatat dalam neraca perusahaan terdiri dari : 1. Buku-buku perusahaan. 2. Aktiva tetap-aktiva tetap hadiah misalnya piala. 3. Aktiva tetap yang berdasarkan kebijakan akuntansi digolongkan sebagai biaya misalnya aktiva tetap dibawah Rp. 1.000.000 per satuan. 4. Aktiva tetap yang telah dihapuskan secara administrasi dari neraca perusahaan tetapi belum dihapus secara fisik.
2. Perolehan dan Penilaian Aktiva Tetap Adapun cara yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh aktiva tetap yaitu dengan pembelian secara tunai dan dengan dibangun sendiri dengan ketentuan sebagai berikut : a. Pembelian secara tunai Sebelum diputuskan untuk membeli suatu aktiva tetap terlebih dahulu dibuat perencanaan pembelian aktiva tetap yang dikoordinir oleh bidang operasional yang membutuhkan aktiva tetap tersebut. Dalam penyusunan perencanaan harus jelas dan sesuai dengan kebutuhan artinya yang dibelanjakan harus berdasarkan dengan perencanaan yang disetujui, apabila diharuskan maminta persetujuan ulang. Anggaran biaya yang tercantum pada perencanaan pembelian aktiva tetap disesuaikan dengan Pedoman Akuntansi, yaitu :
vi
1. Belanja biaya yaitu untuk setiap satuan per unit aktiva tetap dan jasa dengan nilai kurang dari Rp. 1.000.000. 2. Belanja aktiva tetap modal yaitu untuk setiap satuan per unit aktiva tetap dan jasa dengan nilai lebih dari Rp. 1.000.000, penerapan ketentuan pedoman akuntansi ini tetap memperhatikam umur teknis aktiva tetap. Pengadaan aktiva tetap yang dilakukan dengan berbagai cara seperti : 1) Pelelangan 2) Pemilihan Langsung 3) Penunjukan Langsung 4) Pengadaan Langsung 5) Pembelian Langsung 6) Swakelola
b. Dibangun sendiri Harga perolehan aktiva tetap yang diperoleh dengan cara dibangun sendiri meliputi seluruh biaya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aktiva tersebut hingga siap untuk dipergunakan.
2. Penyusutan Aktiva Tetap Perusahaan mencatat aktiva tetapnya berdasarkan harga perolehan dan tidak membuat estimasi nilai residu untuk semua jenis aktiva tetapnya. Biaya pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap dibebankan dalam perhitungan laba rugi saat terjadinya. Beban penyusutan aktiva tetap untuk tahun 2006 adalah sebagai berikut :
vii
a. Bangunan ditaksir mempunyai umur produktif selama 20 tahun sehingga tarif penyusutan dengan metode garis lurus ditentukan 5 % per tahun. Total harga perolehan berupa bangunan Januari 2006 adalah Rp 1.104.015.543. Selama 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2006, bangunan perusahaan mengalami perbaikan senilai Rp 635.844.000 (D) yang diasumsikan menambah masa manfaat bangunan dan menambah nilai perolehan bangunan menjadi Rp 1.739.859.543. Maka beban penyusutan bangunan tahun 2006 adalah 5 % X Rp 1.739.859.543 = Rp 86.992.977,2. Contoh : PT. Askes (Persero) akan membangun sebuah gedung seluas 500 m2. Dengan harga perolehan gedung kantor regional sebesar Rp 301.912.000,- Maka sebelum dilakukan pembangunan gedung dibuatlah usulan pembangunan gedung kantor regional yang harus sesuai dengan Pedoman Pengelolaan Barang dan Jasa PT. Askes (Persero) yaitu usulan pembangunan yang telah dilengkapi dengan spesifikasi teknis, analisa kebutuhan, pengecekan anggaran, perkiraan biaya dan penelitian harga pasar untuk barang tertentu, unit kerja yang bertanggung jawab dibidang pengadaan mengajukan permohonan persetujuan yang meliputi perkiraan nilai pengadaan dan cara pengadaannya kepada pejabat yang berwenang yaitu Divisi Sumber Daya Manusia dan Umum kantor pusat. Dan dalam buku Pedoman Pengelolaan Barang dan Jasa PT. Askes (Persero) taksiran umur ekonomis untuk Gedung adalah selama 20 tahun, maka dapat dihitung beban penyusutan gedung kantor regional sebesar Rp 301.912.000,- : 20 tahun = Rp 15. 095.600,- per tahun, yang dapat digambarkan dalam tabel berikut ini :
viii
Tabel 2.8 Skedul Depresiasi Aktiva Tetap Gedung Kantor Regional Akhir tahun
Beban Depresiasi (Debit)
Akumulasi Depresiasi (Kredit)
Nilai Buku (Debit)
0
-
-
Rp 301.912.000
1
Rp 15.095.600
Rp
15.095.600
Rp 286.816.400
2
Rp 15.095.600
Rp
30.191.200
Rp 271.720.800
3
Rp 15.095.600
Rp
45.286.800
Rp 256.625.200
4
Rp 15.095.600
Rp
60.382.400
Rp 241.529.600
5
Rp 15.095.600
Rp
75.478.000
Rp 226.434.000
6
Rp 15.095.600
Rp
90.573.600
Rp 211.338.400
7
Rp 15.095.600
Rp 105.669.200
Rp 196.242.800
8
Rp 15.095.600
Rp 120.764.800
Rp 181.147.200
9
Rp 15.095.600
Rp 135.860.400
Rp 166.051.600
10
Rp 15.095.600
Rp 150.956.000
Rp 150.956.000
11
Rp 15.095.600
Rp 166.051.600
Rp 135.860.400
12
Rp 15.095.600
Rp 181.147.200
Rp 120.764.800
13
Rp 15.095.600
Rp 196.242.800
Rp 105.669.200
14
Rp 15.095.600
Rp 211.338.400
Rp
90.573.600
15
Rp 15.095.600
Rp 226.434.000
Rp
75.478.000
16
Rp 15.095.600
Rp 241.529.600
Rp
60.382.400
17
Rp 15.095.600
Rp 256.625.200
Rp
45.286.800
18
Rp 15.095.600
Rp 271.720.800
Rp
30.191.200
19
Rp 15.095.600
Rp 286.816.400
Rp
15.095.600
20
Rp 15.095.600
Rp 301.912.000
ix
-
b. Alat angkutan ditaksir mempunyai umur produktif selama 5 tahun, sehingga tarif penyusutan dengan metode garis lurus ditentukan 20 % / tahun. Total harga perolehan berupa alat angkutan pada Januari 2006 adalah Rp 360.099.000. Selama bulan Januari s/d Desember 2006, alat angkutan perusahaan mengalami mutasi sebesar Rp 198.360.000, yakni penambah sebesar Rp 1.811.550.000 (D) dan pengurangan sebesar Rp 1.613.190.000 ( K). Mutasi tersebut menambah nilai perolehan menjadi Rp 558.459.000 dialokasikan selama 5 tahun, maka biaya perolehan per tahun adalah Rp 111.691.800. Maka beban penyusutan alat angkutan darat tahun 2006 adalah : 20 % X Rp 111.691.800 = Rp 22.386.367. Contoh : PT. Askes (Persero) membeli sebuah kendaraan roda dua. Dengan harga perolehan kendaraan roda dua Rp 28.649.229,- Maka sebelum dilakukan pembelian kendaraan maka dibuatlah usulan pembelian kendaraan roda dua yang harus sesuai dengan Pedoman Pengelolaan Barang dan Jasa PT. Askes (Persero) yaitu usulan pembangunan yang telah dilengkapi dengan spesifikasi teknis, analisa kebutuhan, pengecekan anggaran, perkiraan biaya dan penelitian harga pasar untuk barang tertentu, unit kerja yang bertanggung jawab dibidang pengadaan mengajukan permohonan persetujuan yang meliputi perkiraan nilai pengadaan dan cara pengadaannya kepada pejabat yang berwenang yaitu Divisi Sumber Daya Manusia dan Umum cabang utama Dan dalam buku Pedoman Pengelolaan Barang dan Jasa PT. Askes (Persero) taksiran umur ekonomis untuk kendaraan roda dua adalah selama 5 tahun, maka dapat dihitung beban penyusutan gedung kantor regional sebesar Rp 28.649.229,- : 5 tahun = Rp 5.729.846,- per tahun, yang dapat digambarkan dalam tabel berikut ini:
x
Tabel 2.9 Skedul Depresiasi Aktiva Tetap Kendaraan Bermotor Roda 2 Akhir tahun 0
Beban Depresiasi (Debit) -
Akumulasi Depresiasi (Kredit) -
Nilai Buku (Debit) Rp 28.649.229
1
Rp 5.729.846
Rp
5.729.846
Rp
22.919.383
2
Rp 5.729.846
Rp
11.459.692
Rp
17.189.537
3
Rp 5.729.846
Rp
17.189.538
Rp
11.459.691
4
Rp 5.729.846
Rp
22.919.384
Rp
5.729.845
5
Rp 5.729.846
Rp
28.649.230
Rp
1
c. Peralatan bangunan ditaksir mempunyai umur produktif selama 3 tahun, sehingga tarif penyusutan dengan metode garis lurus ditentukan 33 1/3% per tahun. Total harga perolehan aktiva tetap berupa peralatan bangunan pada bulan Januari 2006 adalah Rp 18.997.000. Selama Januari sampai dengan 31 Desember 2006, peralatan bangunan mengalami mutasi sebesar Rp 181.773.900 (D) yang menambah masa manfaat peralatan bangunan serta menambah nilai perolehan menjadi Rp 200.770.900 yang dialokasikan selama 3 tahun sebesar maka biaya perolehan per tahun adalah Rp 66.923.633,33. Maka beban penyusutan peralatan bangunan tahun 2006 adalah 33 1/3 % X Rp 66.923.633,33 = Rp 5.149.565. Contoh : PT. Askes (Persero) akan membeli mesin genset. Dengan harga perolehan pembelian mesin genset Rp 5.200.866,- Maka sebelum dilakukan pembelian dibuatlah usulan pembelian mesin genset yang harus sesuai dengan Pedoman Pengelolaan Barang dan Jasa PT. Askes (Persero) yaitu usulan pembelian yang telah dilengkapi dengan spesifikasi xi
teknis, analisa kebutuhan, pengecekan anggaran, perkiraan biaya dan penelitian harga pasar untuk barang tertentu, unit kerja yang bertanggung jawab dibidang pengadaan mengajukan permohonan persetujuan yang meliputi perkiraan nilai pengadaan dan cara pengadaannya kepada pejabat yang berwenang yaitu Divisi Sumber Daya Manusia dan Umum cabang utama. Dan dalam buku Pedoman Pengelolaan Barang dan Jasa PT. Askes (Persero) taksiran umur ekonomis untuk mesin genset adalah selama 3 tahun, maka dapat dihitung beban penyusutan mesin genset sebesar Rp 5.200.866,- : 3 tahun = Rp 1.733.622,- per tahun, yang dapat digambarkan dalam tabel berikut ini Tabel 3.0 Skedul Depresiasi Aktiva Tetap Mesin Genset Akhir tahun
Beban Depresiasi (Debit)
Akumulasi Akumulasi (Kredit)
Nilai Buku (Debit)
0
-
-
Rp 5.200.866
1
Rp 1.733.622
Rp 1.733.622
Rp 3.467.244
2
Rp 1.733.622
Rp 3.467.244
Rp 1.733.622
3
Rp 1.733.622
Rp 5.200.866
-
d. Inventaris kantor ditaksir mempunyai umur produktif selama 5 tahun, sehingga tarif penyusutan dengan metode garis lurus ditentukan 20 % / tahun. Total harga perolehan aktiva tetap berupa inventarisn kantor pada bulan Januari 2006 adalah Rp 427.101.267. Selama Januari sampai dengan Desember 2006, inventaris kantor perusahaan, mengalami mutasi sebesar Rp 18.104.000 (K) yakni penambahan sebesar Rp 162.587.500 (D) dan pengurangan sebesar Rp 180.691.500 (K). Mutasi tersebut menambah masa manfaat inventaris kantot namun karena pengurangan (K) mengakibatkan berkurangnya nilai perolehan inventaris kantor menjadi Rp xii
408.997.267 yang dialokasikan selama 5 tahun. Maka biaya perolehan per tahun adalah Rp 81.799.453. Maka beban penyusutan inventaris kantor tahun 2006 adalah 20% X Rp 81.799.453 = Rp 44.287.420. Contoh : PT. Askes (Persero) akan membeli sebuah brankas. Dengan harga perolehan brankas Rp sebesar 412.500,- Maka sebelum dilakukan pembelian brankas dibuatlah usulan pembelian brankas yang harus sesuai dengan Pedoman Pengelolaan Barang dan Jasa PT. Askes (Persero) yaitu usulan pembelia yang telah dilengkapi dengan spesifikasi teknis, analisa kebutuhan, pengecekan anggaran, perkiraan biaya dan penelitian harga pasar untuk barang tertentu, unit kerja yang bertanggung jawab dibidang pengadaan mengajukan permohonan persetujuan yang meliputi perkiraan nilai pengadaan dan cara pengadaannya kepada pejabat yang berwenang yaitu Divisi Sumber Daya Manusia dan Umum cabang utama Dan dalam buku Pedoman Pengelolaan Barang dan Jasa PT. Askes (Persero) taksiran umur ekonomis untuk brankas yang termasuk golongan inventaris kantor adalah selama 5 tahun, maka dapat dihitung beban penyusutan brankas sebesar Rp 412.500,- : 5 tahun = Rp 82.500,- per tahun, yang dapat digambarkan dalam tabel berikut ini :
xiii
Tabel 3.1 Skedul Depresiasi Aktiva Tetap Brankas Akhir Tahun 0
Beban Depresiasi (Debit) -
Akumulasi Depresiasi (Kredit) -
Nilai Buku (Debit) Rp 412.500
1
Rp 82.500
Rp
82.500
Rp
330.000
2
Rp 82.500
Rp 165.000
Rp
247.500
3
Rp 82.500
Rp 247.500
Rp
165.000
4
Rp 82.500
Rp 330.000
Rp
82.500
5
Rp 82.500
Rp 412.500
-
e. Aktiva tetap komputer ditaksir mempunyai umur produktif selama 3 tahun, sehingga tarif penyusutan dengan metode garis lurus ditentukan 33 1/3% tahun. Total harga perolehan Januari 2006 adalah Rp 645.328.620. Selama bulan Januari sampai dengan Desember 2006, komputer mengalami mutasi sebesar Rp 24.537.102, yakni penambahan sebesar Rp 540.947.340 (K). Mutasi tersebut menambah masa manfaat komputer dan mengurangi nilai perolehan sebesar Rp 620.791.518, karena mutasi pengurangan lebih besar dari penambahan. Maka beban penyusutan komputer tahun 2006 adalah
33 1/3% X Rp 206.930.506 = Rp 67.930.480.
Total seluruh nilai buku aktiva tetap sampai dengan tahun ini adalah Rp 2.354.725.079,- dengan beban penyusutan yang diperhitungkan adalah Rp 1.450.907.244,Contoh : PT. Askes (Persero) membeli sebuah laptop. Dengan harga perolehan laptop adalah sebesar Rp 17.292.000,- Maka sebelum dilakukan pembelian laptop dibuatlah usulan xiv
pembelian laptop yang termasuk dalam golongan komputer yang harus sesuai dengan Pedoman Pengelolaan Barang dan Jasa PT. Askes (Persero) yaitu usulan pembelian yang telah dilengkapi dengan spesifikasi teknis, analisa kebutuhan, pengecekan anggaran, perkiraan biaya dan penelitian harga pasar untuk barang tertentu, unit kerja yang bertanggung jawab dibidang pengadaan mengajukan permohonan persetujuan yang meliputi perkiraan nilai pengadaan dan cara pengadaannya kepada pejabat yang berwenang yaitu Divisi Sumber Daya Manusia dan Umum cabang utama. Dan dalam buku Pedoman Pengelolaan Barang dan Jasa PT. Askes (Persero) taksiran umur ekonomis untuk laptop adalah selama 3 tahun, maka dapat dihitung beban penyusutan laptop sebesar Rp 17.292.000,- : 3 tahun = Rp 5.764.000,- per tahun, yang dapat digambarkan dalam tabel berikut ini Tabel 3.2 Skedul Depresiasi Aktiva Tetap Laptop Akhir tahun 0
Beban Depresiasi (Debit)
Akumulasi Depresiasi (Kredit) -
-
Nilai Buku (Debit) Rp 17.292.000
5.764.000
Rp 11.528.000
1
Rp 5.764.000
Rp
2
Rp 5.764.000
Rp 11.528.000
3
Rp 5.764.000
Rp 17.292.000
Rp
5.764.000 -
3. Penghentian Aktiva Tetap Adalah penghapusan aktiva tetap dari daftar kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan, hal ini disebabkan karena secara teknis dan atau ekonomis aktiva tetap tersebut sudah tidak menguntungkan lagi bagi perusahaan. Pertimbangan teknis dan ekonomis tidak dapat dimanfaatkan lagi karena : xv
a. Keadaan rusak tidak dapat diperbaiki lagi, atau terlalu mahal biaya perbaikannya. b. Tidak dapat dipergunakan lagi sebagai akibat perkembangan Ilmu Pengetahuhan dan Teknologi (IPTEK). c. Telah melampaui batas waktu penggunaannya menurut ketentuan. d. Karena kebijakan pemerintah atau pemegang saham. Adapun tujuan dilakukannya penghapusan aktiva tetap dari perusahaan yaitu a. Meningkatkan efeisiensi dan produktivitas perusahaan. b. Membebaskan pertanggung jawaban pengelola aktiva tetap. c. Menghindarkan beban biaya lebih lanjut. d. Memberi kewajaran nilai aktiva tetap. Penghapusan aktiva tetap tidak bergerak seperti tanah dan bangunan memiliki proses penghapusan yang berbeda dengan penghapusan aktiva tetap bergerak yaitu alat angkutan, peralatan gedung, inventaris kantor dan komputer. Perbedaannya terletak pada penghapusan administrasi dimana untuk aktiva bergerak sebelum dilakukan penghapusan fisik harus dilakukan penghapusan administrasinya yaitu dikeluarkandari Daftar Aktiva Tetap Intra Comtable, proses penghapusan administrasi dilakukan oleh Divisi Akuntansi PT. Askes (Persero). Sedang penghapusan aktiva tetap tidak bergerak setelah aktiva tetap tersebut telah selesai proses penghapusan fisiknya. Penghapusan secara fisik adalah tindakan menghapus aktiva tetap dengan cara pemindahtanganan, pemusnahan dan penghapusan lainnya. Ketentuan pelaksanaan penghapusan aktiva tetap mengacu pada Pedoman Kebijakan Pelepasan Aktiva Tetap Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditetapkan oleh Menteri Negara BUMN dalam
xvi
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 89/KMK/013/1991 Tahun 1991. Adapun jenis penghapusan aktiva tetap adalah sebagai berikut : a. Penjualan terbuka Penjualan terbuka dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 1. Penjualan terbuka dengan lelang dapat bekerja sama dengan instansi lelang melalui Kantor Penyelesaian Piutang dan Lelang Negara (KP2LN) yaitu untuk penjualan tanah dan bangunan kecuali ditentukan lain oleh pemerintah. 2. Penjualan terbuka dengan lelang tidak bekerja sama dengan instansi lelang yaitu penjualan yang dilakukan didasarkan atas Keputusan Direksi Kantor Pusat dan Kepala PT. Askes (Persero) Regional yang diberitahukan kepada halayak ramai melalui media elektronik atau media cetak yang berskala nasional selambat – lambatnya tujuh hari sebelum pelaksanaan penjualan terbuka. b. Penjualan intern Penjualan intern dilakukan hanya untuk pegawai intern perusahaan. Adapun syarat – syarat peserta lelang intern yaitu : a. Pegawai PT. Askes ( Persero ) kantor yang bersangkutan. b. Masa kerja minimal 10 (sepuluh) tahun dan belum pernah menjadi pemenang lelang alat angkutan di PT. Askes, khusus untuk peserta lelang alat angkutan. c. Pemusnahan Adapun tahap – tahap pemusnahan aktiva tetap dilakukan dengan beberapa cara yaitu : a. Mengumpulkan
aktiva
tetap
inventaris
didokumentasikan.
xvii
yang
akan
dimusnahkan
dan
b. Menetapkan cara pemusnahan secara teknis (dikubur, dibakar, dihancurkan, dan lain sebagainya ). c. Mengundang saksi – saksi dalam tindakan pemusnahan. d. Membuat Berita Acara Pemusnahan. e. Melaporkan pelaksanaan pemusnahan secara berjenjang.
d. Tukar menukar Tukar menukar aktiva tetap dalam pelaksanaannya diatur dengan beberapa tata cara sebagai berikut : 1. Unit kerja terkait mengusulkan tukar menukar antara perusahaan dengan pihak lain kepada Direksi secara hirarki dengan dilengkapi data konkrit dan alasan – alasan yang kuat. 2. Direksi mengusulkan rencana tukar-menukar tersebut kepada Menteri Negara BUMN melalui Dewan Komisaris disertai alasan – alasannya. 3. Atas dasar persetujuan Menteri Negara BUMN selanjutnya Direksi membentuk Panitia Penaksir Harga yang dipertukarkan sesuai petunjuk dalam surat persetujuan Menteri Negara BUMN. 4. Panitia Penaksir Harga bertugas untuk melaksanakan penaksiran harga terhadap aktiva tetap inventaris yang akan dipertukarkan dan dituangkan dalam Berita Acara Penaksiran sebagai bahan pertimbangan Direksi untuk menyetujui nilai pertukaran tersebut. Nilai taksiran pada prinsipnya harus seimbang atau meningkatkan daya guna untuk kepentingan perusahaan. 5. Pelaksanaan tukar – menukar dituangkan dalam Berita Acara Tukar – Menukar sebagai dasar untuk pembuatan Akta Notaris. xviii
6. Berita Acara serah terima aktiva tetap yang dipertukarkan harus sesuai dengan Berita Acara penaksiran harga, sehingga keputusan – keputusan penghapusannya dapat diterbitkan oleh Direksi dan tembusannya disampaikan kepada Menteri Negara BUMN, Dewan Komisaris dan instansi yang terkait. 7. Keputusan penghapusan aktiva tetap yang dipertukarkan yang diterbitkan oleh Direksi dengan tembusan Menteri Negara BUMN, Dewan Komisaris, dan instansi yang terkait setelah serah terima aktiva tetap yang dipertukarkan dilaksanakan.
e. Hibah Tahapan pelaksanaan hibah atas aktiva tetap adalah sebagai berikut : 1. Aktiva tetap tidak bergerak (tanah dan bangunan) Penghapusan aktiva tetap tidak bergerak dengan tindak lanjut dihibahkan atau disumbangkan dapat diproses setelah terlebih dahulu memperoleh izin Menteri Negara BUMN melalui rekomendasi Dewan Komisaris. 2. Aktiva tetap bergerak (alat angkutan, peralatan gedung, inventaris kantor dan komputer). Penghapusan aktiva tetap bergerak dengan cara hibah dapat diproses setelah mendapat persetujuan Direktur Utama PT. Askes (Persero) 3. Setelah diterbitkan keputusan penghapusan oleh Direksi maka pelaksanaannya dituangkan dalam Berita Acara Penyerahan atau Penghibahan Aktiva Tetap. 4. Untuk pelaksanaannya Direksi dapat menunjuk pejabat yang mewakilinya.
xix
f. Penghapusan lainnya Penghapusan lainnya terdiri dari : 1. Penghapusan aktiva tetap karena bencana alam (force majeure), seperti gempa bumi, banjir dan topan. 2. Penghapusan aktiva tetap karena hilang, dicuri, dirampok dan terbakar. Pelaporan penghapusan aktiva tetap dilaksanakan oleh Kepala Divisi Umum atau Kepala Regional kepada Direktur Utama paling lama 5 (lima) hari kerja setelah pelaksanaan atau Berita Acara Penghapusan.
4. Penyajian dan Pengungkapan Aktiva Tetap Penyajian dan pengungkapan laporan aktiva tetap dalam laporan keuangan dilakukan oleh bidang pembukuan kantor pusat pada divisi akuntansi, kantor regional hanya menyiapkan laporan – laporan pendukung yang nantinya akan dikirim ke pusat sebagai dasar penyajian laporan keuangan. Tanggung jawab kantor cabang utama terletak pada penyajian pembukuan konsolidasi daerah yang dibagi menjadi bulanan, triwulan dan tahunan. Daftar aktiva tetap PT. Askes (Persero) Kantor Cabang Utama Medan akan penulis buat dalam lampiran skripsi. Penyajian laporan aktiva tetap ditujukan untuk keperluan perencanaan dan pengendalian serta penyusunan neraca kekayaan tahunan. Penyajian laporan aktiva tetap terdiri dari laporan rutin dan laporan kasuistik atau insidentil. a. Laporan rutin Laporan rutin terdiri dari : 1. Laporan Realisasi Belanja Barang Modal (BBM) 2. Laporan mutasi aktiva tetap xx
3. Daftar aktiva tetap PT. Askes (Persero) b. Laporan Kasuistik Laporan kasuistik disampaikan karena adanya peristiwa bencana alam maka laporan tersebut dilaporkan kepada direktur umum dengan tembusan divisi umum, sedangkan apabila laporan kasuistik dibuat karena kehilangan maka laporan disampaikan kepada direktur umum dengan tembusan divisi umum dan diteruskan ke Satuan Pengawas Intern (SPI).
.
xxi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pada hasil analisis pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Metode penyusutan aktiva tetap yang digunakan oleh PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan adalah metode garis lurus (straight line Method) yaitu metode penyusutan aktiva tetap dengan cara pengalokasian harga perolehan aktiva tetap yang didasarkan atas jangka waktu pemanfaatan aktiva tetap yang bersangkutan, metode ini adalah metode yang paling sederhana dalam pelaksanaannya. 2. Total seluruh nilai buku aktiva tetap sampai dengan 2006 adalah Rp 2.354.725.079,dengan beban penyusutan yang diperhitungkan adalah Rp 1.450.907.244,3. Penghentian aktiva tetap dari daftar kekayaan disebabkan tidak dapat dimanfaatkan lagi dalam kegiatan perusahaan. Keuntungan atau kerugian yang
timbul dari
penghentian aktiva tetap diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi perusahaan. 4. Penyajian dan pengungkapan laporan aktiva tetap dalam laporan keuangan dilakukan oleh bidang pembukuan kantor pusat pada divisi akuntansi, kantor cabang utama hanya menyiapkan laporan – laporan pendukung yang nantinya akan dikirim ke pusat sebagai dasar penyajian laporan keuangan. Tanggung jawab kantor cabang utama terletak pada penyajian pembukuan konsolidasi daerah yang dibagi menjadi bulanan, triwulan dan tahunan.
xxii
B. Saran 1. PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan hendaknya mencantumkan lokasi keberadaan, nama pemakai atau nomor polisi khusus untuk kendaraan di daftar rekapitulasi aktiva tetap dan akumulasi penyusutan, hal ini dapat memudahkan perusahaan untuk melihat keberadaan aktiva tetap mengingat banyaknya jenis aktiva tetap yang sama seperti laptop, CPU, kendaraan, dan lain sebagainya. 2. PT. Askes (Persero) Cabang Utama Medan sebaiknya memberikan nomor kode untuk setiap aktiva tetap yang dimiliki untuk menginventaris aktiva tersebut, hal ini juga memudahkan pihak perusahaan karena dengan melihat kode aktiva tetap kita dapat mengetahui tahun berapa diperoleh aktiva itu tanpa membuka daftar rekapitulasi aktiva tetap. P.T Askes (Persero) Cabang Utama Medan sebaiknya menunjuk salah satu pegawai untuk bertanggung jawab atas setiap jenis aktiva tetap, sehingga penggunaan terhadap jenis aktiva tetap dapat lebih terkendali
xxiii
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, Sofyan Safri. 1999, Akuntansi Aktiva Tetap, Edisi Pertama, Cetakan Keempat, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Harnanto. 2002, Akuntansi Keuangan Menengah, Buku Satu, BPFE – Yogyakarta, Yogyakarta. Judisseno, Rimsky K. 2002, Pajak dan Strategi Bisnis, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Untuk Bisnis dan Ekonomi, Erlangga, Jakarta. Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Salemba Empat, Jakarta. Niswonger, C. Rollin, Warren, Carl. Warrant, Fess, Philip E., 2000, Prinsip – Prinsip Akuntansi, Edisi Kesembilan Belas, Jilid Satu, Terjemahan Alfonsus Sirait, Erlangga, Jakarta. Smith Jay M. Jr, Skousen, F. Fred, 1997, Akuntansi Intermediate, Edisi Kesembilan, Jilid Satu, Erlangga, Jakarta. Stice, Earl K., James D. Stice dan K.Fred Skousen, 2004. Intermediate Accounting, Edisi Lima Belas, Terjemahan Safrida Rumondang Parulian, Ahmad Maulana, Salemba Empat, Buku Satu, Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia, 2002, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi USU, Medan.
xxiv