PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SELF CONFIDENCE (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al Kautsar Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016)
(Skripsi)
Oleh Elok Waspadany
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
ABSTRAK
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SELF CONFIDENCE (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al Kautsar Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016)
Oleh ELOK WASPADANY
Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Desain penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Al Kautsar Bandar Lampung tahun pelajaran 2015/2016 dan sampel penelitian adalah siswa kelas VIII/A dan VIII/B yang ditentukan dengan teknik purposive sampling. Data kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh melalui teknik tes sedangkan data self confidence diperoleh melalui kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, namun tidak dapat meningkatkan self confidence siswa
Kata kunci: berpikir kritis, pembelajaran berbasis masalah, self confidence
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SELF CONFIDENCE (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al Kautsar Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016)
Oleh
ELOK WASPADANY
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN Pada Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Purwosari pada tanggal 24 Desember 1994. Penulis merupakan anak bungsu dari dua bersaudara pasangan Bapak Tenang Sayekti dan Ibu Karmini. Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK PGRI Tulung Balak Lampung Timur pada tahun 2000. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 1 Purwosari Lampung Timur pada tahun 2006, pendidikan menengah pertama di SMPN 2 Kotagajah Lampung Tengah pada tahun 2009, dan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Kotagajah pada tahun 2012. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada tahun 2012 melalui jalur SNMPTN Undangan pada Program Studi Pendidikan Matematika.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) pada tahun 2015 di Pekon Suka Mara, Kecamatan Bulok, Kabupaten Tanggamus dan menjalani Program Pengalaman Lapang (PPL) di SMA Negeri 1 Bulok Kabupaten Tanggamus.
Motto Learn from Yesterday Live for Today Plan for Tomorrow.
Persembahan Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna Sholawat serta Salam Selalu Tercurah Kepada Uswatun Hasanah Muhammad Rasululloh SAW Kupersembahkan karya ini sebagai tanda cinta & kasih sayangku kepada: Mameh (Karmini), Babeh (Tenang Sayekti), dan serta saudariku (Mbak Darling) yang telah memberikan kasih sayang, semangat, dukungan, dan doanya kepadaku. Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran, semoga ilmu yang telah diberikan menjadi jariah yang mengalir deras Semua Sahabat yang begitu tulus menyayangiku dengan segala kekuranganku, dari kalian aku belajar memahami arti ukhuwah. Almamater Universitas Lampung tercinta
SANWACANA
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah atas manusia yang akhlaknya paling mulia, yang telah membawa perubahan luar biasa, menjadi uswatun hasanah di muka bumi ini, yaitu Muhammad Rasulullah SAW.
Skripsi yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Self Confidence (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al Kautsar Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016) adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada: 1. Kedua orang tuaku, Babeh (Bapak Tenang Sayekti) dan Mameh (Ibu Karmini) atas perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan serta doa yang tak hentinya dilantunkan.
2. Mbakku dan mas iparku, Mbak Darling Fathmawati dan Mas Setiawan (Wawan), terima kasih atas waktu-waktu menyenangkan sebagai teman tertawa dan bercanda serta dukungan untuk menyelesaikan skripsi. 3. Ibu Rini Asnawati, M.Pd., selaku dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan perhatian, dan memotivasi selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. 4. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II dan yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran, kritik, dan saran kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini serta memberikan kesempatan bagi penulis untuk membantu beliau sebagai asisten dosen. 5. Ibu Dr. Tina Yunarti, M. Si., selaku pembahas yang telah masukan dan saransaran kepada penulis. 6. Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
iii
10. Ibu Dra. Hj. Sri Purwaningsih selaku Kepala SMP Al Kautsar Bandar Lampung, Bapak Rudiyanto, S.Pd. selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Bapak Kismanto S.Pd. selaku guru mitra, serta para staff dan karyawan yang telah memberikan bantuan selama penelitian. 11. Siswa/siswi kelas VIII SMP Al Kautsar Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016, khususnya siswa kelas VIII/A dan VIII/B yang telah bekerjasama dan memberikan pengalaman berharga selama penelitian. 12. Andika Sofyan Amarullah yang selalu meluangkan waktu untuk membantu, mendengarkan keluh kesah, serta menghiburku dengan lantunan lagu-lagu oleh suaranya yang merdu. 13. Sahabat-sahabat karibku, Emak (Intan Rizky Ramadhani), Mamah (Ayu Lucky Widiasari), Kakak (Citra Ratri Puspita), Eonni (Izu Khoirina Faiszatul Laili), Ewi (Ayu Nirmala Dewi), dan Depong (Depi Puspita Arum) yang selalu sabar memberiku semangat di saat lelah, yang selalu mendoakan kebaikan untukku, yang selalu memotivasi agar tidak putus asa, yang selalu meluangkan waktu mendengar keluh kesahku dan yang menjadi semangatku untuk menyelesaikan skripsi. 14. Teman-teman di English Society (ESo) Unila, Atika, Tati, Pucca (Agata), Efu (Fajar Kurniasih), Papah (Rian Setiawan), Wening, Taufik, Grita, Tanjung, dan Roni yang menjadi tempatku melupakan angka-angka dan berbagi cerita serta semangat untuk menjadi juara. 15. Teman-teman seluruh angkatan 2012 di Pendidikan Matematika: Kak Lel, Pucca (Agata), Tindut (Titi), Fitri, Dewi, Dyana, Eva, Heni, Linda, Mila, Uni Rini, Yana, Della, Devi, Uci, Eja, Lelly, Nana, Utari, Resti, Arum, Erma,
iv
Lusi, Icha, Tika, Zulfit, Emak, Maya, Talitul, Uni Nidya, Nui, Zachra, Eci, Willy, Burhan, Rian, Ruben, Ricky, Catur, Aji, Iip, Mas Ferdi, Iis, Tania, Ressa, Tiur, Opa (Andreas), Ari, dan Handoko atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah. 16. Kakak-kakak tingkatku angkatan 2010, dan 2011 serta adik-adik tingkatku angkatan 2013, 2014, dan 2015 terima kasih atas kebersamaannya dan doanya. 17. Teman-teman KKN di Pekon Suka Mara, Emaks (Rahma), Kakak Adhe, Kakak Anggun, Bibik Annisa, Ody, Mawan (Rahmawan), Abang (Novi), Pita, dan juga Esra. 18. Pak Liyanto, penjaga Gedung G, terima kasih atas bantuannya selama ini. 19. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku. 20. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada penulis mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.
Bandar Lampung, Penulis
Juni 2016
Elok Waspadany
v
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
x
I.
PENDAHULUAN .....................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................
8
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................
9
D. Manfaat Penelitian .................................................................................
9
E. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................
9
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR .............................. 11 A. Tinjauan Pustaka ..................................................... ............................... 11 1. Kemampuan Berpikir Kritis................................................................ 11 2. Self Confidence.................................................................................... 14 3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah .............................................. 16 B. Kerangka Pikir................................................................... ..................... 19 C. Anggapan Dasar ...................................................................................... 23 D. Hipotesis Penelitian................................................................................. 23 III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 24 A. Populasi dan Sampel ............................................................................... 24 B.Desain Penelitian...................................................................................... 25
C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 25 D. Data Penelitian ........................................................................................ 26 E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 27 F. Instrumen Penelitian ................................................................................ 27 G. Teknik Analisis Data............................................................................... 35 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................... 44 A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 44 B. Pembahasan ............................................................................................ 54 V. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 60 A. Simpulan ................................................................................................. 60 B. Saran ....................................................................................................... 60 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 62 LAMPIRAN .............................................................................................. 67
vii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Syntax for Problem Based Learning ................................................ 18 Tabel 3.1 Desain Penelitian.............................................................................. 25 Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis ........................... 28 Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas .......................................................................... 30 Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Daya Pembeda .............................................. 31 Tabel 3.5 Koefisien Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis.................................................................................. 31 Tabel 3.6 Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran ............................................ 32 Tabel 3.7 Indeks Tingkat Kesukaran Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis.................................................................................. 32 Tabel 3.8 Rekapitulasi Hasil Uji Skal Self Confidence .................................... 34 Tabel 3.9 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Berpikir Kritis................................................................................................. 36 Tabel 3.10 Hasil Uji Normalitas Data Skor Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis .................................................................................. 37 Tabel 3.11 Hasil Uji Normalitas Data Self Confidence Awal ............................ 40 Tabel 3.12 Hasil Uji Normalitas Data Skor Peningkatan Self Confidence........................................................................................ 40 Tabel 3.13 Hasil Uji Homogenitas Data Skor Peningkatan Self Confidence................................................................................. 41 Tabel 4.1 Data Kemampuan Awal Berpikir Kritis........................................... 44
viii
Tabel 4.2 Hasil Uji Wilcoxon Rank Sum Data Kemampuan Awal Berpikir Kritis .................................................................................. 45 Tabel 4.3 Data Kemampuan Akhir Berpikir Kritis .......................................... 46 Tabel 4.4 Pencapaian Indikator Kemampuan Berpikir Kritis .......................... 46 Tabel 4.5 Data Skor Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis ....................... 47 Tabel 4.6 Hasil Uji Wilcoxon Rank Sum Data Skor Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis ............................................................. 48 Tabel 4.7 Data Self Confidence Awal .............................................................. 49 Tabel 4.8 Hasil Uji Wilcoxon Rank Sum Data Self Confidence Awal ................................................................................................. 50 Tabel 4.9 Data Self Confidence Akhir.............................................................. 51 Tabel 4.10 Pencapaian Indikator Self Confidence.............................................. 52 Tabel 4.11 Data Skor Peningkatan Self Confidence........................................... 52 Tabel 4.12 Hasil Uji t Data Skor Peningkatan Self Confidence ......................... 53
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran A.1 Lampiran A.2
Silabus Pembelajaran........................................................ Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PBM.............
69 73
Lampiran A.2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional ...................................................................
92
Lampiran A.4
Lembar Kegiatan Kelompok (LKK).................................
111
Lampiran B.1
Kisi-Kisi Instrumen Tes....................................................
148
Lampiran B.2
Tes Kemampuan Berpikir Kritis.......................................
149
Lampiran B.3
Pedoman Pemberian Skor dan Kunci Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Kritis.............................................
150
Lampiran B.4
Form Validasi Instrumen ..................................................
155
Lampiran B.5
Kisi-Kisi Skala Self Confidence........................................
157
Lampiran B.6
Skala Self Confidence .......................................................
160
Lampiran C.1
Hasil Perhitungan Koefisien Reliabilitas Uji Coba Tes ...........................................................................
163
Hasil Perhitungan Indeks Daya Pembeda dan Indeks Tingkat Kesukaran Uji Coba Tes......................................
164
Data Skor Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Kelas PBM .......................................................................
165
Data Skor Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Konvensional ..........................................................
166
Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Berpikir Kritis Kelas Konvensional ..........................................................
167
Lampiran C.6 Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Berpikir Kritis Kelas PBM ........................................................................
170
Lampiran C.2
Lampiran C.3 Lampiran C.4 Lampiran C.5
x
Lampiran C.7
Uji Normalitas Data Skor Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Konvensional ..................................
173
Uji Normalitas Data Skor Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Kelas PBM................................................
176
Pencapaian Indikator Kemampuan Awal Berpikir Kritis Kelas PBM dan Konvensional ..........................................
179
Lampiran C.10 Pencapaian Indikator Kemampuan Akhir Berpikir Kritis Kelas PBM dan Konvensional ..........................................
184
Lampiran C.11 Ranking Skor Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Kelas PBM dan Konvensional ..........................................
189
Lampiran C.12 Uji Wilcoxon Rank Sum Data Kemampuan Awal Berpikir Kritis..................................................................................
190
Lampiran C.8 Lampiran C.9
Lampiran C.13 Uji Wilcoxon Rank Sum Data Skor Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis ................................................................... 192 Lampiran C.14 Hasil Perhitungan Koefisien Reliabilitas dan Validitas Uji Coba Skala Self Confidence ..............................................
194
Lampiran C.15 Data Skor Peningkatan Self Confidence Kelas PBM ........................................................................
195
Lampiran C.16 Data Skor Peningkatan Self Confidence Kelas Konvensional ..........................................................
196
Lampiran C.17 Uji Normalitas Data Self Confidence Awal Kelas Konvensional ..........................................................
197
Lampiran C.18 Uji Normalitas Data Self Confidence Awal Kelas PBM ........................................................................
200
Lampiran C.19 Uji Normalitas Data Skor Peningkatan Self Confidence Kelas Konvensional ..........................................................
203
Lampiran C.20 Uji Normalitas Data Skor Peningkatan Self Confidence Kelas PBM ........................................................................
206
Lampiran C.21 Uji Homogenitas Data Self Confidence Kelas PBM dan Konvensional ..........................................
209
Lampiran C.22 Pencapaian Indikator Self Confidence Awal Kelas PBM dan Konvensional ..........................................
211
Lampiran C.23 Pencapaian Indikator Self Confidence Akhir Kelas PBM dan Kelas Konvensional ................................
216
xi
Lampiran C.24 Uji Wilcoxon Rank Sum Data Self Confidence Awal ..................................................................................
220
Lampiran C.25 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Skor Peningkatan Self Confidence..................................................................
222
xii
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat kebutuhan manusia semakin meningkat. Untuk dapat memenuhi kebutuhannya, setiap orang akan berusaha untuk terus berkembang. Perkembangan tersebut tidak hanya diperlukan pada aspek pengetahuan, tetapi juga pada aspek sikap. Seseorang dengan pengetahuan luas tanpa sikap yang baik tidak akan bertahan di masyarakat, begitu pula sebaliknya. Oleh sebab itu, perlu adanya usaha yang dapat mengembangkan kedua aspek tersebut.
Pendidikan merupakan pilihan yang tepat untuk mengembangkan aspek pengetahuan dan sikap seseorang. Pelaksanaan pendidikan di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada Bab II Pasal 3 disebutkan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangakan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2 Tujuan pendidikan nasional menjadi salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Selain tujuan pendidikan Nasional, indikator keberhasilan pendidikan nasional adalah mutu pendidikan. Untuk mencapai keberhasilan tersebut, perlu adanya upaya peningkatan mutu pendidikan nasional. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melaksankan inovasi pembelajaran.
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik, pendidik, dan lingkungannya. Proses yang terjadi saat pembelajaran menentukan hasil belajar siswa. Jika guru melibatkan siswa dalam pembelajaran maka siswa akan lebih aktif dan tertarik untuk belajar. Sebaliknya, jika guru mendominasi pembelajaran maka siswa akan cenderung pasif dan malas untuk belajar. Seperti yang disebutkan oleh Triyanto (2013: 230) bahwa hasil belajar siswa bergantung pada cara guru memberikan kesempatan bagi mereka untuk aktif dalam setiap kegiatan. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan secara maksimal pada setiap mata pelajaran, salah satunya pada mata pelajaran matematika.
Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah atas (SMA) hingga perguruan tinggi. Hal ini disebabkan matematika merupakan ilmu yang berpengaruh terhadap pola pikir seseorang. Sebagaimana dinyatakan oleh Johnson dan Rising dalam Ningsih (2014: 320) bahwa matematika merupakan pola pikir dan pola mengorganisasikan pembuktian yang logik. Oleh sebab itu, matematika menjadi ilmu yang bermanfaat bagi seseorang dalam kehidupannya.
3 Pembelajaran matematika di sekolah tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan pola pikir seseorang. Somakim (2011: 43) menyatakan bahwa pembelajaran matematika di sekolah bertujuan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, pemecahan masalah, dan generalisasi.
Sedangkan dalam dalam Sumarmo (2014: 5) disebutkan tujuan
pembelajaran matematika berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu (1) mengembangkan pemahaman konsep matematis dan penerapannya, (2) bernalar dengan menggunakan pola dan sifat-sifat matematika, (3) membuat generalisasi, membuktikan, dan menjelaskan ide matematika, (4) berkomunikasi dengan menggunakan simbol-simbol matematika, dan (5) berpikir kritis dan kreatif. Berdasarkan kedua hal di atas dapat diketahui bahwa berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang menjadi tujuan pembelajaran matematika.
Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk membuat keputusan berdasarkan alasan yang logis. Seperti yang dinyatakan oleh Ennis (1991:6) bahwa berpikir kritis berfokus pada pengambilan keputusan berdasarkan pada proses berpikir yang beralasan, logis, dan reflektif. Selanjutnya Lau (2011: 1) mengungkapkan bahwa berpikir kritis adalah berpikir dengan jelas dan rasional meliputi pemikiran yang tepat dan sistematis, mengikuti aturan logik, serta pertimbangan yang ilmiah. Dengan demikian, kemampuan berpikir kritis dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menganalisis informasi-informasi dan memberikan alasan yang logis atas penyelesaian masalah matematis yang dikerjakan.
Mullis, Martin, foy, dan Arora (2012: 150) memaparkan hasil Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2011 yang meliputi tiga
4 domain kognitif yaitu pengetahuan (knowing), penerapan (applying), dan penalaran (reasoning) dengan sampel siswa kelas IV SD dan kelas VIII SMP. Sampelsampel yang mengikuti tes tersebut merupakan siswa-siswa terbaik dari setiap negara peserta. Hasil studi pada domain penalaran dengan sampel siswa kelas VIII menunjukkan bahwa skor yang didapatkan siswa Indonesia meningkat dibandingkan dengan tahun 2007, namun Indonesia masih menempati peringkat ke-38 dari 42 negara peserta. Ini berarti kemampuan penalaran siswa Indonesia meningkat, tetapi tidak lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata-rata seluruh negara peserta.
Apabila siswa memiliki kemampuan penalaran tinggi maka kemampuan berpikir kritis siswa juga dapat dikatakan tinggi. Seperti yang dijelaskan oleh Nugent dan Vitale dalam Susiyati (2014: 173) bahwa penalaran merupakan proses yang menggabungkan pemikiran-pemikiran kritis. Oleh sebab itu, hasil studi TIMSS juga menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang belum optimal. Dengan demikian peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa perlu dilakukan, bik pada siswa dengan kemampuan matematis rendah, sedang, dan tinggi.
Selain kemampuan berpikir kritis, terdapat aspek psikologis yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Aspek tersebut adalah self confidence atau kepercayaan diri. Definisi self confidence menurut Hakim dalam Megawati (2009: 19) adalah keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya. Secara khusus, self confidence yang dimaksudkan dalam penelitian ini merupakan kepercayaan diri siswa terhadap kemampuan matematis yang dimiliknya. Dengan
5 demikian, self confidence dapat diartikan sebagai kepercayaan diri seseorang terhadap kemampuan matematis yang dimilikinya sehingga membuatnya yakin bahwa dia mampu menyelesaikan suatu permasalahan.
Sudah semestinya guru melakukan suatu upaya untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa agar dapat mendukung peningkatan kemampuan berpikir tingkat tingginya. Mullis, Martin, Foy, dan Arora (2012: 338) memaparkan hasil studi Trends in International Mathematics and Sciences Study (TIMSS) tahun 2011 yang menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan diri sampel siswa Indonesia dalam mengerjakan soal-soal matematika berada pada peringkat 40 dari 42 negara peserta. Hal ini menunjukkan bahwa self confidence siswa masih perlu ditingkatkan untuk mendukung peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.
Penerapan model pembelajaran konvensional diduga menjadi salah satu penyebab rendahnya kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa. Dalam pembelajaran konvensional, guru menjadi pusat pembelajaran sedangkan siswa cenderung pasif menerima materi yang guru sampaikan. Hal ini disebabkan siswa tidak membangun sendiri konsepnya tetapi mengingat apa yang telah disampaikan oleh guru. Akibatnya kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa sulit mengalami peningkatan.
Untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta self confidence siswa, perlu adanya upaya penerapan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Selain itu, pembelajaran juga harus dapat membuat siswa lebih aktif terlibat dalam setiap kegiatan dan membantu siswa mebangun sendiri konsepnya. Salah satu model yang menempatkan pusat pembelajaran pada siswa serta memungkinkan siswa
6 untuk terlibat aktif adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Oleh sebab itu, PBM diduga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa. Menurut Herman (2007: 55) pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari pada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa SMP.
Dalam penerapannya, model PBM akan menghadapkan siswa pada masalah nyata saat awal pembelajaran. Siswa akan diarahkan oleh guru untuk memahami masalah dan menganalisisnya sehingga dapat menemukan penyelesaian yang tepat. Ini berarti guru tidak mendominasi proses pembelajaran, namun guru bertindak sebagai fasilitator bagi siswa. Hal tersebut akan membuat siswa terlatih untuk memahami permasalahan dan menyelesaikan masalah dengan strategi yang mereka yakini tepat. Selain itu kepercayaan diri siswa terhadap kemampuannya juga akan meningkat karena guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat saat proses menemukan solusi suatu masalah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VIII SMP Al Kautsar Bandar Lampung T. P. 2015/2016 diketahui bahwa secara umum kemampuan matematis siswa kelas VIII SMP Al Kautsar tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nurwantoro (2015: 6) yang menunjukkan bahwa kemampuan matematis siswa kelas VII SMP Al Kautsar Bandar Lampung T.P. 2014/2015 tinggi. Akan tetapi, guru menambahkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis dan self confidence masih perlu dilakukan. Ini berarti SMP Al Kautsar Bandar Lampung memiliki karakteristik yang sesuai dengan latar belakang penelitian yaitu siswa memiliki kemampuan matematis yang tinggi namun peningkatan
7 kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa masih diperlukan. Guru juga menyatakan bahwa salah satu penyebab hal tersebut adalah siswa belum terbiasa menyelesaiakan masalah yang memerlukan kemampuan berpikir kritis. Berikut ini salah satu contoh soal yang menguji kemampuan berpikir kritis siswa:
Ruang kelas VIII A berbentuk balok dengan ukuran panjang 8 meter, lebar 6 meter, dan tinggi 3 meter. Jika biaya pemasangan plafon sebesar Rp 160.000,-/m2 dan biaya pemasangan ubin sebesar Rp 110.000,-/m2, tentukan biaya pemasangan ubin dan plafon ruang kelas VIII E!
Dari soal tersebut, sebanyak 56,25% siswa tidak menyebutkan apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal kemudian siswa langsung melakukan perhitungan. Selanjutnya, sebanyak 71% siswa akan berhenti pada hasil yang mereka dapatkan tanpa membuat kesimpulan dan menghubungkan kembali dengan soal. Hal ini berarti siswa hanya terbiasa untuk menjalankan strategi dan teknik penyelesaian masalah seperti contoh yang diberikan guru.
Berikut ini adalah contoh jawaban dari siswa yang tidak menyebutkan apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal: Sisi atas
= 2 (p × l) = 2 (8 × 6) = 2 × 48 = 96 × 160.000 = 15.360.000 Sisi bawah = 2 (p × l) = 2 (8 × 6) = 2 × 48 = 96 × 110.000 = 2.250.000
8 Berikut ini adalah contoh jawaban siswa yang tidak dapat menghubungkan jawaban dengan pertanyaan pada soal: Ubin
=p×l =8×6 = 48 Plafon = p × l =8×6 = 48 48 × 110.000 = 5.280.000 48 × 160.000 = 7.680.000 5.280.000 + 7.680.000 = 12.960.000
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, diketahui bahwa siswa juga tidak terbiasa untuk mengungkapkan pendapatnya seperti menyatakan ketidaksetujuan mereka dengan jawaban yang disampaikan oleh teman sekelasnya.. Siswa-siswa yang tidak terbiasa mengerjakan soal atau menyelesaikan masalah di depan kelas juga cenderung takut karena tidak yakin dengan kemampuan yang dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa masih perlu ditingkatkan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, model pembelajaran berbasis masalah perlu diterapkan pada siswa kelas VIII SMP Al Kautsar Bandar Lampung T.P. 2015/2016 untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa?”.
9 C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran konvensional serta hubungannya dengan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa kepada pendidikan matematika. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dan saran untuk setiap pihak yang terlibat dalam pendidikan matematika khususnya dalam memilih model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa dan menjadi sarana mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan matematika.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini antara lain: 1. Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang meng-
hadapkan siswa pada masalah nyata saat awal pembelajaran. Setelah itu, siswa diminta untuk berdiskusi dalam kelompok dan mencari penyelesaian masalah
10 tersebut. Terdapat 5 tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah, yaitu: a. Orientasi siswa pada masalah, b. Mengorganisasi siswa untuk belajar, c. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 2. Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang menjadikan guru
sebagai pusat pembelajaran, siswa cenderung pasif mendengarkan penjelasan guru, latihan soal di kelas dikerjakan secara individu maupun kelompok, kemudian siswa diberikan pekerjaan rumah. 3. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan untuk menganalisis infor-
masi-informasi dan memberikan alasan yang logis atas penyelesaian masalah matematis yang dikerjakan. Dalam penelitian ini, data kemampuan berpikir kritis yang dianalisis didapatkan melalui teknik tes berupa tes uraian. 4. Self confidence merupakan keyakinan diri seseorang akan kemampuan yang
dimilikinya sehingga membuatnya percaya bahwa dia mampu menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam penelitian ini, data self confidence yang dianalisis didapatkan melalui teknik kuesioner berupa skala self confidence.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori
1. Kemampaun Berpikir Kritis
Pengambilan keputusan merupakan akhir dari setiap kegiatan yang akan menentukan berhasil atau tidaknya suatu kegiatan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pengambilan keputusan merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu, kemampuan yang mendukung tepatnya pengambilan keputusan perlu ditingkatkan. Salah satu kemampuan tersebut adalah kemampuan berpikir kritis.
Ennis (1991: 6) mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir yang beralasan dan reflektif serta berfokus pada pengambilan keputusan tentang apa yang dipercaya atau apa yang harus dilakukan. Sejalan dengan hal tersebut, Noer (2009: 39) mengungkapkan bahwa berpikir kritis adalah proses yang bermuara pada penarikan kesimpulan tentang apa yang harus dipercayai dan selanjutnya dilakukan. Menurut Jayadipura (2014: 125) kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan seseorang untuk dapat memilih, mengelola, dan mengambil tindakan berdasarkan informasi yang diperoleh.
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah suatu proses berpikir yang didasarkan pada alasan logis untuk membuat kesimpulan yang menentukan tindakan selanjutnya dalam penyelesaian masalah. Lebih
12 lanjut lagi kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini diartikan sebagai kemampuan untuk menganalisis informasi-informasi dan memberikan alasan yang logis atas penyelesaian masalah matematis yang dikerjakan.
Sudiyasa (2014: 157) berpendapat bahwa kemampuan berpikir kritis matematis akan muncul dan berkembang ketika siswa berada pada proses berpikir untuk menyelesaikan suatu masalah. Terdapat beberapa data yang mendukung pendapat tersebut diantaranya adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Noer dan Indarti. Hasil penelitian Noer (2009: 479) menunjukkan bahwa kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar dengan menyelesaikan masalah sehari-hari lebih baik dibandingkan dengan siswa yang hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Indarti (2014: 124) mengungkapkan bahwa siswa akan menjadi lebih aktif, termotivasi, dan antusis dalam belajar jika guru menggunakan model pembelajaran berbasis masalah sehingga pencapaian dan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa akan lebih baik.
Menurut Jayadipura (2014: 129) salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa adalah pemberian masalah terbuka (open ended). Pemberian masalah tersebut akan mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami masalah, menyusun, menjalankan, serta mengevaluasi suatu penyelesaian masalah. Untuk dapat mengukur kemampuan berpikir kritis siswa diperlukan indikator yang sesuai. Glaser dalam Desi (2011: 8) mengungkapkan indikator berpikir kritis yaitu: 1. Mengenal masalah. 2. Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menyelesaikan masalahmasalah itu. 3. Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan.
13 4. Mengenali asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan. 5. Memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas, dan khas. 6. Menganalisis data. 7. Menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan. 8. Mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah. 9. Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan 10. Menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seseorang ambil. 11. Menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas. 12. Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari.
Ennis (2011: 2) mengelompokkan 12 indikator berpikir kritis menjadi lima poin utama yaitu:
(a) Penjelasan sederhana (basic clarification) dengan indikator
memfokuskan pertanyaan, menganalisis pernyataan, dan menjawab pertanyaan. (b) Keterampilan dasar untuk membuat kesimpulan (bases for decision) dengan indikator mempertimbangkan sumber dan mempertimbangkan hasil pengamatan. (c) Penarikan kesimpulan (inference) dengan indikator membuat dan mempertimbangkan deduksi, induksi, serta menentukan pertimbangan. (d) Penjelasan lebih lanjut (advanced clarification) dengan indikator mengidentifikasi istilah-istilah dan definisi. (e) Strategi dan teknik (supposition and integration) dengan indikator mempertimbangkan alasan dan asumsi yang masih diragukan, membuat keputusan, dan menentukan tindakan.
Berdasarkan pada uraian di atas, indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah memberikan penjelasan sederhana, menyusun strategi dan teknik, menjalankan strategi dan teknik, mengevaluasi strategi dan teknik, dan membuat kesimpulan.
14 2. Self Confidence
Sikap yang dimiliki seseorang merupakan aspek psikologis yang mendukung keberhasilannya. Dalam kehidupan sehari-hari khususnya proses pembelajaran, self confidence atau kepercayaan diri menjadi salah satu aspek psikologis yang sangat penting. Dengan percaya pada kemampuan diri sendiri, seseorang akan lebih berani dalam menghadapi masalah dan mencoba untuk menyelesaikannya.
Manning dan Ray (1993: 180) mendefinisikan self confidence sebagai ketenangan dan ketegasan saat mengemukakan pendapatnya di depan orang lain. Selanjutnya Parsons (2005: 16) mendefinisikan self confidence sebagai kepercayaan diri dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Hakim dalam Megawati (2009: 19) menjelaskan bahwa self confidence adalah keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk dapat mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa self confidence adalah keyakinan diri seseorang akan kemampuan dan kelebihan yang dimilikinya sehingga membuatnya percaya dapat mencapai tujuan hidupnya. Selanjutnya self confidence dalam penelitian ini diartikan sebagai keyakinan diri seseorang akan kemampuan yang dimilikinya sehingga membuatnya percaya bahwa dia mampu menyelesaikan suatu permasalahan.
Self confidence atau kepercayaan diri dapat dibedakan berdasarkan apa yang akan dipercayainya. Margono dalam Martyanti (2005: 48) mengungkapkan bahwa selfconfidence siswa dalam belajar matematika dapat dibagi dalam tiga aspek yaitu:
15 kepercayaan terhadap pemahaman dan kesadaran diri terhadap kemampuan matematikanya, kemampuan untuk menentukan sasaran yang ingin dicapai dan menyusun rencana untuk meraih sasaran, serta kepercayaan terhadap matematika itu sendiri. Dalam penelitian ini, self confidence yang akan diteliti adalah kepercayaan diri siswa terhadap kemampuan matematisnya.
Menurut Preston (2007: 14) terdapat lima elemen pembangun kepercayaan diri seseorang yaitu kesadaran diri (self awareness), menegaskan tujuan (intention), berpikir positif (thinking), menggunakan imajinasi (imagination), dan bertindak (act). Lauster dalam Megawati (2009: 21) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa karakteristik dalam diri individu yang memiliki self confidence yaitu: 1. Percaya kepada kemampuan sendiri Suatu keyakinan atas diri sendiri terhadap segala fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk mengevaluasi serta mengatasi fenomena yang terjadi tersebut. 2. Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan Dapat bertindak dalam mengambil keputusan terhadap apa yang dilakukan secara mandiri tanpa adanya keterlibatan orang lain. Selain itu, mempunyai kemampuan untuk meyakini tindakan yang diambilnya tersebut. 3. Memiliki konsep diri yang positif Adanya penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari pandangan maupun tindakan yang dilakukan yang menimbulkan rasa positif terhadap diri sendiri. 4. Berani mengungkapkan pendapat Adanya suatu sikap untuk mampu mengutarakan sesuatu dalam diri yang ingin diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau hal yang dapat menghambat pengungkapan perasaan tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, indikator self confidence siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah percaya akan kemampuan diri sendiri, mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki konsep diri yang positif, dan berani mengungkapkan pendapat.
16 3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Partisipasi siswa adalah salah satu aspek penting dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam setiap kegiatan. Hal tersebut akan membuat siswa lebih tertarik dan aktif dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan partisipasi siswa adalah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).
Sudiyasa (2014: 159) mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu bentuk pembelajaran yang memusatkan siswa pada masalah kehidupan nyata, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan. Indarti (2014: 124) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan masalah pada kehidupan sehari-hari untuk memudahkan siswa menemukan konsep.
Sedangkan
Arrends (2012: 396) menyatakan bahwa dasar dari pembelajaran berbasis masalah adalah penyajian masalah autentik dan situasi nyata kepada siswa sebagai langkah awal untuk menemukan konsep.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu bentuk pembelajaran yang berpusat pada siswa dan pemberian masalah kehidupan sehari-sehari saat awal pembelajaran sebagai langkah untuk menemukan konsep. Pemberian masalah dalam PBM merupakan hal yang wajib karena konsep yang diharapkan dapat dimiliki siswa berawal dari masalah tersebut.
17 Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam PBM, siswa akan melalui proses berpikir yang membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Salah satunya adalah Herman (2007: 48) yang berpendapat bahwa dalam PBM siswa dituntut untuk menyelesaikan masalah yang kaya akan konsep-konsep matematika dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan. Noer (2009: 336) yang menjelaskan bahwa masalah yang muncul pada PBM dibuat sedemikian hingga siswa perlu memahami masalah, mengumpulkan informasi, mengevaluasi alternatif solusi, dan mempresentasikan solusi. Dengan demikian, PBM diduga dapat meningkatkan kemampaun berpikir kritis siswa.
Selain kemampuan berpikir tingkat tinggi, aspek psikologis siswa dalam pembelajaran perlu diperhatikan. Salah satu aspek psikologis siswa yang berpengaruh dalam pembelajaran matematika adalah self confidence atau kepercayaan diri siswa. Menurut Martyanti (2003: 18), siswa akan lebih termotivasi dan menyukai matematika apabila guru memilih pembelajaran yang dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa. Selanjutnya hasil penelitian Gangga dkk (2015: 72) menunjukkan bahwa PBM lebih baik diterapkan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional apabila ditinjau dari self confidence siswa. Dengan demikian, PBM diduga dapat meningkatkan self confidence siswa.
Terdapat beberapa karakteristik PBM menurut Herman (2007: 49) yaitu: (1) siswa bertindak sebagai self-directed problem solver, (2) siswa didorong untuk mampu menemukan masalah dan merencanakan penyelesaian, (3) siswa difasilitasi untuk menemukan alternatif penyelesaian dan mengumpulkan informasi, (4) siswa dilatih untuk terampil menyajikan hasil temuan, dan (5) siswa dilatih untuk melaku-
18 kan refleksi tentang penyelesaian masalah yang mereka pilih. Sedangkan Arrends (2012: 397) berpendapat bahwa karakteristik PBM adalah (1) mengajukan masalah kehidupan nyata, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan berbagai macam solusi, (2) masalah yang akan diselidiki merupakan masalah yang benar-benar nyata, (3) siswa dituntut untuk menganalisis masalah, mengumpulkan dan menganalisis informasi, serta membuat kesimpulan, (4) menghasilkan produk dan mempresentasikannya, serta (5) siswa bekerja dalam kelompok kecil.
Adapun sintaks pembelajaran berbasis masalah yang dikemukakan oleh Arrends (2012: 411) disajikan dalam Tabel 2.1 yaitu:
Tabel 2.1 Syntax for Problem-Based Learning Phase Phase 1: Orient students to the problem.
Teacher’s Behavior Teacher goes over the objectives of the lesson, describes important logistical requirements, and motivates students to engage in problem-solving activity. Phase 2: Organize students for Teacher helps students define and organize study. study tasks related to the problem. Phase 3: Assist independent and Teacher encourages students to gather group investigation appropriate information, conduct experiments, and search for explanations and solutions. Phase 4: Develop and present Teacher assists students in planning and artifacts and exhibits preparing appropriate artifacts such as reports, videos, and models, and helps them share their work with others. Phase 5: Analyze and evaluate the Teacher helps students to reflect on their problem-solving process. investigations and the processes they used.
Berdasarkan uraian tersebut maka langkah-langkah pembelajaran matematika dengan model pembelajaran berbasis masalah dalam penilitian ini adalah sebagai berikut:
19 1.
Guru menjelaskan jalannya pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan menyampaikan tujuan belajar kepada siswa.
2.
Guru mengorientasi siswa pada masalah.
3.
Guru membagi siswa ke dalam kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 orang siswa.
4.
Guru memberikan lembar kerja kelompok yang berisikan masalah nyata kepada masing-masing kelompok.
5.
Guru meminta siswa untuk mencari informasi dan berdiskusi mengenai penyelesaian masalah dalam lembar kerja.
6.
Guru mengawasi jalannya diskusi dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.
7.
Guru meminta beberapa siswa sebagai perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
8.
Guru meminta siswa lain untuk memberikan tanggapan atas hasil presentasi kelompok lain.
9.
Guru mengklarifikasi hasil kerja siswa.
10. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil diskusi.
B. Kerangka Pikir
Penelitian tentang penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa terdiri dari satu variabel bebas dan dua variabel terikat. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan variabel bebas dalam penelitian ini sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa.
20
Kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini diartikan sebagai kemampuan untuk menganalisis informasi-informasi yang ada dan memberikan alasan yang logis atas penyelesaian masalah matematis yang dikerjakan.
Sedangkan self
confidence diartikan sebagai keyakinan diri seseorang akan kemaampuan yang dimilikinya sehingga membuatnya percaya bahwa dia mampu menyelesaikan suatu permasalahan.
Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa adalah PBM. Dalam PBM, siswa akan dihadapkan pada masalah nyata saat awal pembelajaran. Teradapat beberapa fase pembelajaran dalam PBM yaitu orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Fase pertama adalah orientasi siswa pada masalah. Pada fase ini siswa akan dihadapkan pada masalah nyata kemudian mereka akan menganalisis dan menginterpretasikannya. Melalui masalah tersebut, siswa diharapkan dapat menyadari manfaat dari pembelajaran matematika sehingga akan muncul dorongan dalam dirinya untuk mencari penyelesaian masalah dan terlibat aktif dalam pembelajaran. Selain itu, kepercayaan diri siswa terhadap kemampuan yang dimilikinya akan tumbuh karena siswa dilibatkan dalam penyelesaian masalah yang diberikan oleh guru.
21 Pada fase kedua, siswa akan berada pada kelompok heterogen yang telah ditetapkan guru. Setiap kelompok akan mendapatkan Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang berisi masalah dan kegiatan yang akan menuntun siswa menemukan konsep. Kemudian, siswa akan diberikan waktu untuk menganalisis masalah berdasarkan informasi sehingga memungkinkannya untuk mengatur strategi dan teknik yang dapat digunakan. Sebelum memutuskan strategi yang akan digunakan dalam kelompok, masing-masing siswa akan mengajukan pendapat mereka mengenai strategi yang mereka pilih. Dengan demikian, siswa akan terbiasa untuk berani mengungkapkan pendapatnya.
Pada fase ketiga, siswa akan menjalankan strategi dan teknik penyelesaian yang telah disepakati oleh kelompok. Saat menjalankan strategi, siswa akan diarahkan oleh guru untuk mencari informasi tambahan yang berhubungan dengan penyelesaian masalah. Dalam hal ini, guru hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga keputusan tentang informasi yang diperoleh diserahkan kepada siswa.
Siswa
harus dapat memilih informasi yang tepat dan mendukung strategi penyelesaian masalah yang mereka gunakan.
Pada fase keempat, siswa akan membuat kesimpulan mengenai masalah-masalah yang telah mereka selesaikan. Setelah itu, siswa akan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan memperhatikan presentasi dari kelompok lain. Dengan memperhatikan hasil presentasi kelompok lain, siswa dapat menanggapinya dengan menyatakan setuju atau tidak setuju serta memberikan alasannya. Hal ini membiasakan siswa untuk berani mengungkapkan pendapatnya. Melakukan presentasi dan meberikan tanggapan saat presentasi menunjukkan bahwa siswa
22 memiliki konsep diri yang positif karena mereka percaya dengan kemampuan yang dimilikinya
Fase kelima adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada fase ini siswa akan dibimbing oleh guru untuk melakukan evaluasi hasil diskusi kelas. Kemudian, siswa akan diberikan penguatan oleh guru bahwa kesalahan yang mungkin dibuat selama pembelajaran merupakan proses untuk memahami konsep sehingga siswa tidak akan putus asa dalam belajar. Hal ini dapat membuat siswa memiliki konsep diri yang positif dengan memiliki penilaian yang baik dari dalam dirinya.
Jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional maka PBM lebih baik diterapkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa. Penerapan PBM memberikan kesempatan lebih banyak pada siswa untuk aktif, terlibat, dan menemukan konsepnya sendiri sedangkan hal-hal tersebut tidak ditemukan pada pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran konvensional, menjadi pusat pembelajaran, siswa cenderung pasif mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru, dan mengerjakan soal latihan berdasarkan contoh yang diberikan guru. Selain itu, guru juga memberikan contoh soal yang tidak memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi kemampuannya karena soal yang diberikan merupakan soal-soal rutin. Self confidence siswa juga sulit meningkat minimnya interaksi antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa lainnya, serta sedikitnya kesempatan yang diberikan untuk siswa mengungkapkan pendapatnya.
23 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa sedangkan pembelajaran konvensional cenderung menghasilkan kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa yang lebih rendah.
C. Anggapan Dasar
Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut: 1. Semua siswa kelas VIII semester genap SMP Al Kautsar Bandar Lampung tahun pelajaran 2015/2016 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa selain model pembelajaran tidak diperhatikan.
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah dipaparkan, hipotesis umum dari penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa, sedangkan hipotesis khusus penelitian ini adalah peningkatan kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa yang mengikuti PBM lebih tinggi dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
24
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Al Kautsar Bandar Lampung tahun pelajaran 2015/2016 yang terdistribusi dalam delapan kelas yaitu kelas VIII/A hingga VIII/H. Dalam penelitian ini, dipilih dua kelas sebagai sampel yaitu satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol.
Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan pertimbangan bahwa guru matematika yang mengajar pada kedua kelas sama sehingga pengalaman belajar yang didapatkan oleh siswa relatif sama. Akhirnya terpilihlah kelas VIII/A sebagai kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah dan kelas VIII/B sebagai kelas kontrol yang mendapat pembelajaran konvensional. Jumlah siswa pada kelas VIII/A adalah 32 orang tetapi hanya 28 siswa yang diambil sebagai sampel karena 2 orang siswa tidak mengikuti pretest dan 2 orang siswa tidak mengikuti posttest. Sedangkan jumlah siswa pada kelas VIII/B adalah 32 orang namun yang diambil sebagai sampel hanya 26 orang karena 2 orang tidak mengikuti pretest dan 4 orang tidak mengikuti posttest.
25 B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian ekperimen semu dengan desain pretest-posttest control group design. Pretest dilakukan sebelum diberikannya perlakuan untuk mendapatkan data kemampuan awal berpikir kritis dan self confidence awal siswa. Posttest dilakukan setelah diberikannya perlakuan untuk mendapatkan data kemampuan akhir berpikir kritis dan self confidence akhir siswa. Garis besar pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Desain Penelitian Sampel Eksperimen Kontrol
Pre O O
Perlakuan Pembelajaran Post X O C O Fraenkel dan Wallen (2009: 268)
Keterangan: O : Pengambilan data X : Pembelajaran Berbasis Masalah C : Pembelajaran Konvensional
C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Adapaun prosedur pelaksanaan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu: 1. Tahap Persiapan a. Menentukan populasi dan sampel penelitian. b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan model yang digunakan yaitu Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) untuk kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol. c. Membuat Lembar Kerja Kelompok (LKK) untuk kelas eksperimen
26 d. Membuat instrumen penelitian yang terdiri dari tes kemampuan berpikir kritis dan skala self confidence beserta pedoman pemberian skor. e. Menguji validitas kemudian melakukan uji coba tes kemampuan berpikir kritis dan skala self confidence. 2. Tahap Pelaksanaan a. Mengadakan pretets pada kelas eksperimen dan kelas kontrol b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dengan model PBM pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. c. Mengadakan posttest pada kelas eksprimen dan kelas kontrol 3. Tahap Pengolahan Data a. Mengumpulkan data dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. b. Mengolah dan menganalisis hasil data yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. c. Membuat laporan penelitian.
D. Data Penelitian Penelitian
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa. Data kemampuan berpikir kritis merupakan data kuantitatif yang didapatkan dari hasil pretest dan posttest kemampuan berpikir kritis. Data self confidence siswa meruapakan data kualitatif yang dikuantifikasi dan didapatkan dari hasil pengisian skala self confidence sebelum dan sesudah diberikannya perlakuan.
27 E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan dua teknik pengumpulan data yaitu teknik tes dan kuesioner. Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan berpikir kritis siswa sedangkan teknik kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data self confidence siswa. Tes yang digunakan adalah tes uraian sedangkan kuesioner yang digunakan berupa skala self confidence. Pelaksanaan tes dan pengisian skala self confidence dilakukan sebelum dan sesudah diberikannya perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan dua instrumen penelitian yaitu instrumen tes dan skala self confidence. Instrumen tes yang digunakan adalah tes kemampuan berpikir kritis yang terdiri dari pretest dan posttest sedangkan skala self confidence diberikan kepada siswa sebelum dan setelah diberikannya perlakuan.
1. Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Tes kemampuan berpikir kritis yang digunakan berbentuk uraian. Tes terdiri dari 3 butir soal dengan materi lingkaran. Soal-soal tes yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk pretest dan posttest sama. Sebelum penyususnan tes kemampuan berpikir kritis, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi yang disesuaikan dengan indikator pembelajaran dan indikator kemampuan berpikir kritis. Adapun pedoman pemberian skor dapat dilihat pada Tabel 3.2.
28 Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis No 1.
2.
3.
4.
5.
Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
Respon Siswa Terhadap Soal
Skor
Tidak ada interpretasi masalah 0 Menginterpretasikan masalah Interpretasi masalah salah 1 Interpretasi masalah benar 2 Tidak ada strategi dan teknik 0 penyelesaian masalah Strategi dan teknik penyelesaian Mengatur strategi dan teknik 1 masalah salah Strategi dan teknik penyelesaian 2 masalah benar Tidak ada perhitungan dan 0 penyelesaian masalah Menjalankan strategi dan Perhitungan dan penyelesaian 1 teknik masalah salah Perhitungan dan penyelesaian 2 masalah benar Tidak ada evaluasi 0 Mengevaluasi strategi dan Evaluasi salah 1 teknik Evaluasi benar 2 Tidak ada kesimpulan 0 Membuat kesimpulan Kesimpulan salah 1 Kesimpulan benar 2 Kusumaningsih (2011: 33)
Untuk memperoleh data yang akurat, digunakan tes yang memenuhi kriteria tes yang baik, yaitu valid, reliabel, memiliki daya pembeda minimal baik, dan memiliki tingkat kesukaran minimal sedang.
a. Validitas
Dalam penelitian ini, validitas tes didasarkan pada validitas isi. Validitas isi dapat diketahui dengan cara membandingkan isi yang terkandung dalam tes dengan indikator pembelajaran yang telah ditentukan. Soal tes dikonsultasikan dengan
29 dosen pembimbing dan guru mitra. Tes dikatakan valid jika soal tes telah dinyatakan sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator kemampuan berpikir kritis. Penilaian terhadap kesesuaian isi dengan kisi-kisi tes dan kesesuaian bahasa dalam tes dengan kemampuan bahasa siswa dilakukan dengan menggunakan daftar ceklis (√) oleh guru. Hasil penilaian terhadap tes kemampuan berpikir kritis menunjukkan bahwa tes yang digunakan telah memenuhi validitas isi (Lampiran B.4). Setelah instrumen tes dinyatakan valid, maka dilakukan uji coba pada siswa di luar sampel yaitu kelas IX A. Data yang diperoleh dari uji coba kemudian diolah dengan bantuan Software Microsoft Excel untuk mengetahui koefisien reliabilitas tes, koefisien daya pembeda, dan indeks tingkat kesukaran butir soal.
b. Reliabilitas
Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana hasil penggunaan instrumen dapat dipercaya dalam penelitian. Bentuk soal tes yang digunakan pada penelitian ini adalah soal tes uraian. Menurut Arikunto (2013: 122) untuk mencari koefisien reliabilitas (r11) soal tipe uraian digunakan rumus Alpha yang dirumuskan sebagai berikut:
r11 =
1−
∑
Keterangan: r 11 = Koefisien reliabilitas alat evaluasi = Banyaknya butir soal ∑ = Jumlah varians skor tiap soal = Varians skor total
30 Nilai koefisien reliabilitas yang diperoleh diinterpretasikan melalui kriteria yang berdasar pada pendapat Arikunto (2010: 75). Kriteria interpretasi koefisien reliabilitas disajikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas Koefisien relibilitas (r11) r11≤ 0,20 0,20 < r11 ≤ 0,40 0,40 < r11≤ 0,60 0,60 < r11≤ 0,80 0,80 < r11≤ 1,00
Kriteria Sangat rendah Randah Cukup Tinggi Sangat tinggi
Berdasarkan hasil perhitungan uji coba tes kemampuan berpikir kritis, diperoleh koefisien reliabilitas tes sebesar 0,871. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tes yang digunakan memiliki reliabilitas yang sangat tinggi. Perhitungan reliabilitas tes kemampuan berpikir kritis dapat dilihat pada Lampiran C.1 halaman 163.
c. Daya Pembeda
Daya pembeda dari sebuah soal menunjukkan kemampuan butir soal tersebut dalam membedakan tingkat kemampuan siswa. Langkah pertama untuk menghitung koefisien daya pembeda adalah mengurutkan nilai siswa dari yang tertinggi hingga yang terendah. Kemudian diambil 50% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (kelompok atas) dan 50% siswa yang memperoleh nilai terendah (kelompok bawah). Menurut Sudijono (2008: 389) rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda adalah sebagai berikut.
=
−
31 Keterangan: DP : indeks daya pembeda butir soal tertentu : rata-rata skor kelompok atas pada butir soal yang diolah : rata-rata skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah : skor maksimum butir soal yang diolah
Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi menurut Sudijono (2008: 388) yang tertera dalam Tabel 3.4.
Tabel 3. 4 Interpretasi Koefisien Daya Pembeda Koefisien Daya Pembeda DP < 0,10 0,10 ≤ DP ≤ 0,19 0,20 ≤ DP ≤ 0,29 0,30 ≤ DP ≤ 0,49 DP ≥ 0,50
Interpretasi Sangat Buruk Buruk Agak baik, perlu revisi Baik Sangat Baik
Setelah dilakukan perhitungan didapatkan koefisien daya pembeda butir soal yang telah disajikan pada Tabel 3.5. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2 halaman 164.
Tabel 3. 5 Koefisien Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis No Soal 1 2 3
Daya Pembeda 0,352 0,310 0,317
Interpretasi Baik Baik Baik
d. Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir soal. Menurut Sudijono (2008: 372), rumus yang digunakan untuk menghitung indeks tingkat kesukaran suatu butir soal adalah sebagai berikut. =
32 Keterangan : TK : indeks tingkat kesukaran suatu butir soal JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir yang diolah IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada soal yang diolah Hasil perhitungan indeks tingkat kesukaran suatu butir soal diinterpretasi berdasarkan kriteria indeks tingkat kesukaran yang dijelaskan Sudijono (2008: 372). Interpretasi kriteria indeks tingkat kesukaran disajikan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran Indeks Tingkat Kesukaran 0.00 ≤ ≤ 0.15 0.16 < ≤ 0.30 0.31 < ≤ 0.70 0.71 < ≤ 0.85 0.86 < ≤ 1.00
Interpretasi Sangat Sukar Sukar Sedang Mudah Sangat Mudah
Setelah dilakukan perhitungan didapatkan indeks tingkat kesukaran butir soal yang disajikan pada Tabel 3.7. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2 halaman 164.
Tabel 3.7 Indeks Tingkat Kesukaran Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis No Soal 1 2 3
Tingkat Kesukaran 0,557 0,293 0,569
Interpretsi Sedang Sukar Sedang
Karena instrumen dikatakan valid dan reliabel serta daya pembeda dan tingkat kesukaran telah ditentukan maka instrumen tes kemampuan berpikir kritis yang disusun layak digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan berpikir kritis.
33 2. Skala Self Confidence
Skala self confidence diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol saat awal dan akhir kegiatan penelitian. Skala tersebut berisi pernyataan-pernyataan positif dan negatif berkaitan dengan indikator self confidence. Penyataan yang akan diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol bertujuan untuk mengetahui self confidence siswa pada saat pembelajaran matematika.
Skala self confidence pada penelitian ini menggunakan skala Likert yang terdiri dari empat pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Skala tersebut terdiri dari 40 pernyataan tentang indikator self confidence siswa yaitu percaya akan kemampuan diri sendiri, memiliki konsep diri yang positif, mandiri dalam mengambil keputusan, dan berani mengemukakan pendapat. Penyusunan skala diawali dengan membuat kisi-kisi yang sesuai dengan indikator self confidence kemudian skala dikonsultasikan kepada ahli (dosen bimbingan konseling) sedangkan pengolahan data self confidence siswa menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan SPSS 17.0. Menurut Sugiyono (2013: 135) jawaban pada skala Likert dapat diberi skor namun skor terse-but berbeda-beda untuk setiap pilihan jawaban pernyataan positif dan negatif.
Validitas skala self confidence didasarkan pada validitas isi dan validitas butir. Validitas
isi dari skala self confidence siswa dapat diketahui dengan cara menilai kesesuaian isi yang terkandung dalam skala dengan indikator self confidence yang telah ditentukan. Ahli akan menggunakan daftar cek (check list) untuk menilai kesesuaian pernyataan dengan kisi-kisi skala. Hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa
34 skala yang digunakan untuk mengambil data telah memenuhi validitas isi. Setelah skala self confidence dinyatakan valid, maka dilakukan uji coba di luar sampel yaitu kelas IX A. Data yang diperoleh dari uji coba kemudian diolah dengan bantuan Software SPSS 17.0 untuk mengetahui validitas butir dan reliabilitas skala. Setelah dilakukan perhitungan didapatkan reliabilitas instrumen sebesar 0,899 yang dikategorikan sangat tinggi sedangkan validitas isi dapat dilihat pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8. Rekapitulasi Hasil Uji Skala Self Confidence No Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
r hitung 0,838 0,742 0,16 0,579 0,733 0,56 0,407 0,603 0,478 0,464 0,769 0,579 0,629 -0,7 -0,46 -0,7 0,733 0,381 0,46 -0,69
r tabel
Keterangan
0,463 0,463 0,361 0,463 0,463 0,463 0,361 0,463 0,463 0,463 0,463 0,463 0,463 0,361 0,361 0,361 0,463 0,463 0,361 0,361
Valid Valid tidak valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid tidak valid tidak valid tidak valid Valid tidak valid Valid tidak valid
No Item 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
r hitung 0,17 0,613 0,629 -0,001 0,445 0,832 0,13 0,66 0,686 0,692 0,49 -0,129 0,442 0,645 -0,029 0,45 0,631 0,458 0,658 0,591
r tabel 0,361 0,463 0,463 0,361 0,361 0,463 0,361 0,463 0,463 0,463 0,361 0,361 0,361 0,463 0,361 0,361 0,463 0,361 0,463 0,463
Keterangan tidak valid Valid Valid tidak valid Valid Valid tidak valid Valid Valid Valid Valid tidak valid Valid Valid tidak valid Valid Valid Valid Valid Valid
Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa pernyataan nomor 3, 14, 15, 16, 18, 20, 21, 24, 27, 32, dan 35 dinyatakan tidak valid sehingga pernyataan tersebut
35 dihapuskan. Skala yang layak untuk digunakan untuk pengambilan data self confidence siswa terdiri dari 29 pernyatan yang dinyatakan valid.
G. Teknik Analisis Data
Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data kemampuan awal dan kemampuan akhir berpikir kritis serta self confidence awal dan self confidence akhir siswa dianalisis untuk mendapatkan skor peningkatan (gain). Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa yang mengikuti PBM dan pembelajaran konvensional. Menurut Meltzer (2002: 3) besarnya skor peningkatan (g) dihitung dengan rumus sebagai berikut:
= Pengolahan dan analisis data kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap data skor peningkatan kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan Software Microsoft Excel 2007.
1. Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Berikut ini adalah langkah-langkah pengolahan data kemampuan berpikir kritis. a. Uji Normalitas Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dalam penelitian data kemampuan awal berpikir kritis
36 dan data skor peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa diuji dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat berdasarkan pada Sudjana (2005: 273). Hipotesis: Ho : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. H1 : data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Statistik uji chi-kuadrat:
= ∑
(
)
Keterangan: = frekuensi harapan = frekuensi yang diharapkan = banyaknya pengamatan Kriteria uji, H0 diterima jika x2hitung < x2tabel dengan dk = k–3 maka data berdistribusi normal. H0 ditolak jika x2hitung ≥ x2tabel, maka data tidak berdistribusi normal. Hasil uji normalitas data kemampuan awal berpikir kritis disajikan pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Berpikir Kritis Kelas Eksperimen Kontrol
11,5 5,52
Pada Tabel 3.9 dapat diketahui bahwa sedangkan
7,81 7,81
Keputusan Uji ditolak diterima
untuk kelas PBM lebih dari
untuk kelas konvensional kurang dari dari
.
. Ini berarti,
data kemampuan awal berpikir kritis kelas PBM berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal sedangkan data kemampuan awal berpikir kritis kelas konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.5 halaman 167 dan Lampiran C.6 halaman 170
37 Hasil uji normalitas data skor peningkatan kemampuan berpikir kritis disajikan pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Hasil Uji Normalitas Data Skor Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen Kontrol
21,38 5,29
7,81 7,81
Berdasarkan Tabel 3.10 dapat diketahui bahwa dari
. sedangkan
Keputusan Uji ditolak diterima
untuk kelas PBM lebih
untuk kelas konvensional kurang dari dari
.
Ini berarti, data skor peningkatan kelas PBM berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal sedangkan data skor peningkatan kelas konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.7 halaman 173 dan Lampiran C.8 halaman 176.
b. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas pada data kemampuan awal dan data skor peningkatan kemampuan berpikir kritis diketahui bahwa salah satu data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Menurut Russefendi (1998: 401), jika data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal maka uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji non parametrik. Dalam penelitian ini, uji non parametrik yang digunakan adalah uji Wilcoxon Rank Sum dengan hipotesis sebagai berikut:
38 1) Data Kemampuan Awal Berpikir Kritis Ho : tidak ada perbedaan median data kemampuan awal berpikir kritis siswa yang mengikuti PBM dengan median data kemampuan awal berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. H1 : median data kemampuan awal berpikir kritis siswa yang mengikuti PBM lebih tinggi daripada median data kemampuan awal berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. 2) Data Skor Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Ho : tidak ada perbedaan median data skor peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti PBM dengan median data skor peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. H1 : median data skor peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti PBM lebih tinggi daripada median data skor peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
Langkah pertama untuk melakukan uji Wilcoxon Rank Sum adalah mengurutkan skor siswa pada kedua kelompok data kemudian menghitung ranking dari masingmasing skor. Menurut Walpole (2012: 665) statistik yang digunakan untuk uji Wilcoxon Rank-Sum adalah sebagai berikut: U untuk sampel pertama: U untuk sampel kedua : Dengan
=
=
adalah jumlah rank
−
−
, dan
(
(
)
=
(
)
)(
)
−
39 Keterangan:
n1 n2
= banyaknya anggota sampel pada PBM = banyaknya anggota sampel pada pembelajaran konvensional
Nilai U yang digunakan adalah nilai U yang paling kecil. Karena n1 dan n2 lebih besar dari 20 maka digunakan uji z dengan statistik uji sebagai berikut.
z=
dengan
1
=
.
, dan
=
1 . 2 ( 1 + 2 +1)
12
Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika nilai jika terjadi sebaliknya dengan nilai
≥
dan terima Ho
= 0,05. Jika hipotesis nol ditolak maka
perlu dilakukan analisis lanjutan dengan melihat rata-rata dari kedua sampel.
2. Data Self Confidence Siswa
Berikut ini adalah langkah-langkah pengolahan data self confidence. a. Uji Normalitas Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dalam penelitian ini data self confidence awal dan data skor peningkatan self confidence diuji dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat berdasarkan pada Sudjana (2005: 273) seperti yang telah dikemukakan pada analisis data kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil uji normalitas data self confidence awal disajikan pada Tabel 3.11.
40 Tabel 3.11. Uji Normalitas Data Self Confidence Awal Kelas Eksperimen Kontrol
9,34 3,61
7,81 7,81
Pada Tabel 3.11 dapat diketahui bahwa sedangkan
Keputusan Uji ditolak diterima
untuk kelas PBM lebih dari
untuk kelas konvensional kurang dari dari
.
. Ini berarti,
data self confidence awal kelas PBM berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal sedangkan data self confidence awal kelas konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.17 halaman 197 dan C.18 halaman 200.
Hasil uji normalitas data skor peningkatan self confidence disajikan pada Tabel 3.12.
Tabel 3.12 Hasil Uji Normalitas Data Skor peningkatan Self Confidence Kelas Eksperimen Kontrol
3,69 3,69
Pada Tabel 3.10 diketahui bahwa sional kurang dari
7,81 7,81
Keputusan Uji diterima diterima
untuk kelas PBM dan kelas konven-
. Ini berarti, data skor peningkatan kelas PBM dan kelas
konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.19 halaman 203 dan C.20 halaman 206.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah varians kedua kelompok data homogen. Syarat dilakukannya uji homogenitas adalah dua kelom-
41 pok data yang diuji berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Oleh sebab itu, uji homogenitas hanya dilakukan pada data skor peningkatan self confidence. Dalam penelitian ini, uji homogenitas menggunakan uji-F berdasarkan pada Sudjana (2005: 249) Hipotesis: Ho : kedua kelompok data skor peningkatan memiliki varians yang homogen. H1 : kedua kelompok data skor peningkatan memiliki varians yang tidak homogen.
Statistik uji-F: =
Keterangan: = varians terbesar = varians terkecil
Tolak H0 jika
≥
busi F dengan peluang
(
,
)
dengan
(
,
)
diperoleh dari daftar distri-
, sedangkan derajat kebebasan
dan
masing-
masing sesuai dengan dk pembilang dan dk penyebut. Dalam hal lainnya H0 diterima. Berdasarkan hasil uji homogenitas pada data skor peningkatan self confidence didapatkan hasil yang disajikan pada Tabel 3.11.
Tabel 3.13 Hasil Uji Homogenitas Data Skor Peningkatan Self Confidence Kelas Eksperimen Kontrol
Varians 0,029329 0,161314
Keputusan Uji 2,090567
2,4916
diterima
42 Pada Tabel 3.13 diketahui bahwa
kurang dari
. Ini berarti kedua ke-
lompok data skor peningkatan self confidence siswa memiliki varians yang homogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.21 halaman 209.
c. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas data kemampuan awal self confidence, diketahui bahwa salah satu data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Seperti yang telah dikemukakan pada analisis data kemampuan berpikir kritis maka akan dilakukan uji Wilcoxon Rank Sum. Langkah uji, statistik uji, serta kriteria uji Wilcoxon Rank Sum data self confidence awal sama dengan yang telah dikemukakan pada analisis data kemampuan berpikir kritis sedangkan hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut: Ho : tidak ada perbedaan median data self confidence awal siswa yang mengikuti PBM dengan median data self confidence awal siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. H1 : median data self confidence awal siswa yang mengikuti PBM lebih tinggi daripada median data self confidence awal siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
Berdasarkan uji normalitas dan homogenitas data skor peningkatan self confidence siswa diketahui bahwa kedua sampel berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Menurut Sudjana (2005: 243) apabila data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen maka analisis data dilakukan dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata yaitu uji t dengan hipotesis sebagai berikut:
43 H0: tidak ada perbedaan rata-rata skor peningkatan self confidence siswa yang mengikuti PBM dengan rata-rata skor peningkatan kemampuan self confidnce siswa yang mengkuti pembelajaran konvensional. H1: ada perbedaan rata-rata skor peningkatan self confidence siswa yang mengikuti PBM dengan rata-rata skor peningkatan self confidence siswa yang mengkuti pembelajaran konvensional. Menurut Sudjana (2005: 239) pengujian hipotesis menggunakan rumus:
=
̅
̅
dengan
s
2
2 2 n1 1s1 n2 1s 2
n1 n2 2
Keterangan: ̅ = rata-rata indeks skor peningkatan kelas eksperimen x = rata-rata indeks skor peningkatan kelas kontrol n1 = banyaknya siswa pada kelas eksperimen n2 = banyaknya siswa pada kelas kontrol s = varians pada kelas eksperimen s = varians pada kelas kontrol s = varians gabungan Kriteria pengujian untuk uji t adalah terima H0 jika = 0,05 dimana
peluang (1 − ).
(
) didapat
<
(
∝) ,
dengan
dari distribusi t dengan dk = (n1 + n2 - 2) dan
60
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa namun tidak dapat meningkatkan self confidence siswa SMP Al Kautsar Bandar Lampung.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi guru, model PBM hendaknya digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa namun guru harus lebih memperhatikan suasana belajar agar hasil penerapan model PBM lebih optimal. 2. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan variabel terikat kemampuan berpikir kritis dan self confidence, peneliti dapat membuat kategori siswa lebih lanjut berdasarkan kemampuan berpikir kritis atau self confidence seperti kategori tinggi, sedang, dan rendah. Selanjutnya peneliti dapat memperhatikan hubungan antara kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa berdasarkan pada kategori yang telah dibuat.
61 3. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian mengenai aspek psikologis atau afektif siswa agar memperhatikan teknik pengumpulan data yang dipilih. Selain menggunakan angket, peneliti dapat menambahkan teknik wawancara atau observasi untuk mendapatkan data yang lebih akurat.
62
DAFTAR PUSTAKA
Arrends, Richard I. 2012. Learning to Teach 9th Ed. New York: Mc Graw Hill Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Azwar, Saifuddin. 2007. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Desi, Ajeng. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IPA 2 Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Yogyakarta Pada Pembelajaran Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI). [Online]. Diakses di http://core.ac.uk/download/pdf/11060670.pdf pada tanggal 31 Oktober 2015. Dinandar. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Terhadap Kemampuan Berpikir Matematis Siswa. [Online]. Diakses di http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24810/1/Dinandar.pd f pada tanggal 16 April 2016. Ennis, Robert H. 1991. Critical Thinking: Astreamlined Conception. Illinois: University of Illinois. [Online]. Diakses di http://faculty.education.illinois.edu/rhennis/documents/EnnisStreamlinedConce ption_000.pdf pada tanggal 15 Oktober 2015. . 2011. The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical Thinking Dispositions and Abilities. Illinois: University of Illinois. [Online]. Diakses di http://faculty.education.illinois.edu/rhennis/documents/TheNatureofCriticalThi nking_51711_001.pdf pada tanggal 15 Oktober 2015. Fraenkel, Jack R dan Norman E Wallen. 2009. How to Design and Evaluate Research in Education 7th Edition. New York: McGraw-Hill. Hake, Richard. 1999. Analizing Change/Gain Scores. [Online]: Diakses di http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf pada tanggal 1 November 2015. Hakim, Sovian. 2014. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Disposisi Matematsi. [Online].
63 Diakses di http://download.portalgaruda.org/article.php?article=288141&val=7232&title= PENERAPAN%20PEMBELAJARAN%20BERBASIS%20MASALAH%20U NTUK%20MENINGKATKAN%20KEMAMPUAN%20BERPIKIR%20KRIT IS%20%20DAN%20DISPOSISI%20MATEMATIS pada tanggal 16 April 2016. Herman, Tatang. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama. Educationist Vol. I No. 1 Hlm. 47-56. [Online]. Diakses di http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/EDUCATIONIST/Vol._I_No._1Januari_2007/6._Tatang_Herman.pdf pada tanggal 31 Oktober 2015. Indarti, Sri Mari. 2014. Peran Kemampuan Komunikasi dan Berpikir Kritis Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Menggunakan Pensekatan Pembelajaran Berbasis Masalah. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung Vol. I Hlm. 119-124. [Online]. Dikses di http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2014/01/Prosiding-15-Januari2014.pdf pada tanggal 15 Oktober 2015 Jayadipura, Yadi. 2014. Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis Matematik. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung Vol. I Hlm. 125-130. [Online]. Dikses di http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2014/01/Prosiding-15-Januari2014.pdf pada tanggal 15 Oktober 2015 Jumaisyaroh, T., E.E. Napitupulu, dan Hasratuddin. 2014. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Kreano Vol. 5 No. 2 Hlm. 157-169. [Online]. Diakses di http://download.portalgaruda.org/article.php?article=350713&val=5678&title= Peningkatan%20Kemampuan%20Berpikir%20Kritis%20%20Matematis%20D an%20Kemandirian%20Belajar%20Siswa%20Smp%20Melalui%20Pembelajar an%20Berbasis%20Masalah pada tanggal 16 April 2016. Karwati, Euis. Membangun Daya Saing Bangsa Melalui Pendidikan: Refleksi Profesionalisme Guru di Era Globalisasi. Proceeding 2nd International Seminar 2010 PRACTICE PEDAGOGIC IN GLOBAL EDUCATION PERSPECTIVE. [Online]. Diakses i http://www.uninus.ac.id/data/data_ilmiah/MEMBANGUN%20DAYA%20SAI NG%20BANGSA%20MELAUI%20PENDIDIKAN.pdf pada tanggal 10 Oktober 2015 Kusumaningsih, Diah. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X-C SMAN 11 Yogyakarta Melalui Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Materi Perbandingan Trigonometri. [Online]. Diakses di
64 http://core.ac.uk/download/files/335/11059973.pdf pada tanggal 3 Januari 2016. Lau, Joe Y. F. 2011. AN INTRODUCTION TO CRITICAL THINKING AND CREATIVITY: Think More, Think Better. Canada: WILEY Manning, Philip dan George Ray. 1993. Shyness, Self-Confidence, and Social Interaction. Social Psychology Quartely Vol. 56 No. 3 Hlm 178-192. [Online]. Dikases di http://www.fatih.edu.tr/~hugur/self-confident/Shyness,SelfConfidence%20and%20social%20interaction.pdf pada tanggal 15 Oktober 2015. Martyanti, Adhetia. 2013. Mengembangkan Self-Confidence Siswa Dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem Solving. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. [Online]. Diakses di http://eprints.uny.ac.id/10726/1/P%20_%203.pdf pada tanggal 19 November 2015. Megawati. 2009. Perbedaan Self Confidence Siswa SMP yang Aktif dan Tidak Aktif dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di SMPN 1 Perbaungan. [Online]. Diakses di http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18153/3/Chapter%20II.pdf pada tanggal 3 Januari 2016. Meltzer, David E., 2002. Addendum to :The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostics Pretest Scores. [On Line]. Diakses di http://www.physics.iastate.edu/per/docs/Addendum_on_normalized_gain pada tanggal 3 Januari 2016. Mullis, I.V.S., Martin, M.O., Foy, P., dan Arora, A. (2012). TIMSS 2011 International Results in Mathematics. Boston: TIMSS & PIRLS International Study Center. Ningsih, Rita. 2014. Efektivitas Pendekatan Kontekstual untuk Peningkatan Kemampuan Komunikasi, Pemecahan Masalah dan Kemandirian Belajar Siswa SMP. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung Vol. I Hlm. 320. [Online]. Diakses di http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2014/01/Prosiding-15-Januari2014.pdf pada tanggal 15 Oktober 2015. Noer, Sri Hastuti. 2009. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. [Online]. Diakses di http://core.ac.uk/download/pdf/11064629.pdf pada tanggal 10 Oktober 2015.
65 . 2009. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Prosiding Seminar Nasional Pembelajaran Matematika Sekolah Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. [Online]. Diakses di http://eprints.unsri.ac.id/1532/1/Prosiding-SemnasPembelajaran-Mat-6-Des-09.pdf pada tanggal 19 November 2015. Nurwantoro, Iwan. 2015. Efektivitas Pembelajaran Socrates Kontekstual Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. [Online]. Diakses di http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/MTK/article/download/9756/6374 pada tanggal 19 Februari 2016. Parsons, Sarah. 2005. Building Confidence in Mathematics and Statistics. Loughborough: Loughborough University. Preston, D.L. (2007). 365 Steps to Self-Confidence. UK: How To Books Ltd. Ristontowi. 2011. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Creative Problem Solving. Prosiding: Seminar Nasional Pendidikan MIPA Hlm. 1-15. [Online]. Diakses di http://semnas.fmipa.unila.ac.id/files/Prosiding.pdf pada tanggal 15 Oktober 2015. Ruseffendi. 1998. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press. Sisdiknas. 2003. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika. Somakim. 2011. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama dengan Penggunaan Pendidikan Matematika Realistik. [Online]. Diakses di http://eprints.unsri.ac.id/1526/1/08somakim_Matematika-(42-48).pdf pada tanggal 10 Oktober 2015. Sudiyasa, I Wayan. 2014. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dengan Pembelajaran Berbasis Masalah. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung Vol. I Hlm. 157-160. [Online]. Diakses di http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2014/01/Prosiding-15-Januari2014.pdf pada tanggal 15 Oktober 2015. Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2014. METODE PENELITIAN KUANTITATIF, KUALITATIF, DAN R & D. Bandung: Alfabeta.
66 Sumarmo, Utari. 2014. Pengembangan Hard Skill dan Soft Skill Matematik bagi Guru dan Siswa untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung Vol. I Hlm. 5. [Online]. Diakses di http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2014/01/Prosiding-15-Januari2014.pdf pada tanggal 15 Oktober 2015. Susiyati. 2014. Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik dalam Pemecahan Masalah. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung Vol. I Hlm. 173. [Online]. Diakses di http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2014/01/Prosiding-15Januari-2014.pdf pada tanggal 15 Oktober 2015. Triyanto, Eko. 2013. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pemanfaatan Media Pembelajaran Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Pross Pembelajaran. Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 1 No. 2 Hlm. 226-238. [Online]. Diakses di http://core.ac.uk/download/pdf/12346538.pdf pada tanggal 10 Oktober 2015 Walpole, Ronald E. 2012. Probability & Statistics for Engineeers And Scientists. United States of America: Pearson Education.