PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SELF CONFIDENCE
Elok Waspadany, Rini Asnawati, Sri Hastuti Noer
[email protected] Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unila
ABSTRAK
This quasi experimental research aimed to find out the increasing of critical thinking skills and self confidence of students was taught by problem based learning compared to conventional learning. The design which was used was pretest-posttest control group design. The population of this research was all students of grade VIII of SMP Al Kautsar Bandar Lampung in the academic year of 2015/ 2016 and the samples of this research were students of VIII-A and VIII-B class that were determined by purposive sampling technique. The data of critical thinking were obtained by test technique and data of self confidence were obtained by questionare. Based on the research results, it was concluded that the implementation of problem based learning could increase critical thinking skills, but it could not increase self confidence of the students. Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Desain penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Al Kautsar Bandar Lampung tahun pelajaran 2015/ 2016 dan sampel penelitian adalah siswa kelas VIII/A dan VIII/B yang ditentukan dengan teknik purposive sampling. Data kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh melalui teknik tes sedangkan data self confidence diperoleh melalui kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, namun tidak dapat meningkatkan self confidence siswa. Kata kunci: berpikir kritis, pembelajaran berbasis masalah, self confidence
kritis dan kreatif.
PENDAHULUAN
Menurut Ennis
Pesatnya perkembangan ilmu
(1991:6)
berpikir
pengetahuan dan teknologi menuntut
berpikir
yang
setiap orang untuk berkembang, ti-
pengambilan keputusan berdasarkan
dak hanya dari aspek pengetahuan
pada proses berpikir yang beralasan
tetapi juga sikap. Pendidikan me-
dan reflektif. Selanjutnya Lau (2011:
rupakan upaya yang tepat untuk me-
1) mengungkapkan bahwa berpikir
ngembangkan kedua aspek tersebut.
kritis adalah berpikir dengan jelas
Oleh sebab itu, pelaksanaan pendi-
dan rasional meliputi pemikiran yang
dikan perlu dilakukan secara optimal.
tepat
Salah satu upaya untuk meng-
dan
kritis
adalah
berfokus
sistematis,
pada
mengikuti
aturan logik, serta pertimbangan
optimalkan pelaksanaan pendidikan
yang
nasional adalah dengan melakukan
tersebut, kemampuan berpikir kritis
inovasi pembelajaran. Pembelajaran
diartikan sebagai kemampuan untuk
yang baik merupakan pembelajaran
menganalisis
yang memberikan lebih banyak ke-
yang ada dan memberikan alasan
sempatan bagi siswa untuk aktif.
yang logis atas penyelesaian masalah
Sejalan dengan hal tersebut, Triyanto
matematis yang dikerjakan.
ilmiah.
Berdasarkan
hal
informasi-informasi
(2013: 230) menyatakan bahwa hasil
Mullis, Martin, Foy,
belajar siswa bergantung pada cara
Arora (2012: 150) memaparkan hasil
guru memberikan kesempatan bagi
Trends in International Mathematics
mereka untuk aktif dalam setiap
and Science Study (TIMSS) tahun
kegiatan. Dengan demikian, proses
2011 yang menunjukkan bahwa skor
pembelajaran
dilaksanakan
yang didapatkan sampel siswa kelas
secara maksimal pada setiap mata
VIII Indonesia meningkat dibanding-
pelajaran, salah satunya adalah mate-
kan dengan tahun 2007, namun Indo-
matika.
nesia menempati peringkat ke-38
harus
Salah satu aspek dalam tujuan
dari 42 negara peserta.
dan
Ini berarti
pembelajaran matematika berdasar-
kemampuan berpikir kritis siswa
kan
Indonesia rendah. Dengan demikian,
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan yang dijelaskan oleh
peningkatan
Sumarmo (2014: 5) adalah berpikir
kritis perlu dilakukan baik pada
kemampuan
berpikir
siswa dengan kemampuan matematis
lah satu penyebab rendahnya ke-
rendah, sedang, dan tinggi.
mampuan berpikir kritis dan self
Selain kemampuan berpikir
confidence siswa. Dalam pembelajar-
kritis, terdapat aspek psikologis yang
an konvensional, guru menjadi pusat
mempengaruhi hasil belajar siswa
pembelajaran sedangkan siswa cen-
yaitu self confidence. Menurut Ha-
derung pasif. Untuk dapat mening-
kim dalam Megawati (2009: 19), self
katkan kemampuan berpikir kritis
confidence merupakan keyakinan se-
serta self confidence siswa, perlu
seorang terhadap segala aspek ke-
adanya upaya penerapan model pem-
lebihan yang dimilikinya dan keya-
belajaran yang berpusat pada siswa
kinan tersebut membuatnya merasa
dan memberikan siswa kesempatan
mampu untuk dapat mencapai ber-
untuk aktif. Salah satu model dengan
bagai tujuan dalam hidupnya. Sudah
karakteristik tersebut adalah model
semestinya guru melakukan suatu
pembelajaran berbasis masalah atau
upaya untuk meningkatkan keperca-
PBM. Herman (2007: 55) mengung-
yaan diri siswa agar dapat mendu-
kapkan bahwa pembelajaran berbasis
kung peningkatan kemampuan berpi-
masalah
kirnya.
pembelajaran konvensional dalam Mullis, Martin, Foy, dan
Arora (2012: 338) memaparkan hasil
lebih
baik
dari
pada
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa SMP.
studi TIMSS tahun 2011 yang me-
Sudiyasa (2014: 159) meng-
nunjukkan bahwa tingkat kepercaya-
ungkapkan bahwa pembelajaran ber-
an diri sampel siswa Indonesia dalam
basis masalah adalah suatu bentuk
mengerjakan soal-soal matematika
pembelajaran yang memusatkan sis-
berada pada peringkat 40 dari 42
wa pada masalah kehidupan nyata.
negara peserta. Hal ini menunjukkan
Lebih lanjut, Arrends (2012: 396)
bahwa self confidence siswa masih
menyatakan bahwa dasar dari pem-
perlu ditingkatkan untuk mendukung
belajaran berbasis masalah adalah
peningkatan
penyajian masalah autentik kepada
kemampuan
berpikir
kritis siswa. Penerapan model pembelajaran konvensional diduga menjadi sa-
siswa sebagai langkah awal untuk menemukan konsep.
SMP
Al
Kautsar
Bandar
VIII untuk mengetahui peningkatan
Lampung merupakan salah satu se-
kemampuan berpikir kritis dan self
kolah yang memiliki siswa dengan
confidence siswa yang mengikuti
kemampuan matematis tinggi namun
PBM dibandingkan dengan pembela-
peningkatan
jaran konvensional.
kemampuan
berpikir
kritis dan self confidence siswa masih diperlukan. Hal tersebut berdasar-
METODE PENELITIAN Populasi penelitian ini adalah
kan pada hasil wawancara dengan guru matematika kelas VIII SMP Al Kautsar
Bandar
Lampung
T.P.
2015/2016 yang menyatakan bahwa kemampuan
matematis
dan
kepercayaan diri siswa secara umum baik.
Akan tetapi upaya untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa masih diperlukan. babkan
oleh
Hal ini dise-
terbiasanya
guru
menerapkan pembelajaran konvensional saat pembelajaran matematika. Akibatnya siswa tidak terbiasa mengerjakan soal yang membutuhkan kemampuan berpikir kritis, menyata-
semua siswa kelas VIII SMP Al Kautsar Bandar
pelajaran 2015/2016 yang terdistribusi dalam delapan kelas yaitu kelas VIII/A
an, penerapan PBM diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan self confidence siswa. Berdasarkan hal tersebut, peneliti akan melakukan penelitian dengan menerapkan PBM pada SMP Al Kautsar Bandar Lampung kelas
hingga
VIII/H.
Teknik
purposive sampling digunakan dalam pemilihan sampel dan terpilihlah kelas VIII/A sebagai kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah dan kelas VIII/B sebagai kelas kontrol yang mendapat pembelajaran konvensional. Jumlah siswa pada kelas VIII/A adalah 28 orang sedangkan jumlah siswa pada kelas VIII/B adalah 26 orang. Penelitian ini merupakan pe-
kan pendapat, dan takut melakukan sesuatu yang salah. Dengan demiki-
Lampung tahun
nelitian ekperimen semu dengan pretest-posttest control group design. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data kemampuan berpikir kritis yang diperoleh melalui teknik tes dan data self confidence siswa yang
diperoleh
kuesioner.
melalui
teknik
Sebelum pengambilan
data, instrumen tes divalidasi oleh
guru mitra (guru matematika kelas
Oleh sebab itu, uji homogenitas
VIII SMP Al Kautsar).
Setelah
hanya perlu dilakukan terhadap data
instrumen
gain self confidence. Uji homogeni-
dinyatakan
valid,
diujicobakan untuk mengetahui koe-
tas dilakukan dengan uji-F.
fisien reliabilitas, koefisien daya pembeda, dan indeks tingkat kesukaran.
Rekapitulasi hasil uji coba
instrumen tes disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes No Soal
Reliabilitas
1 2
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas
0,871 (Sangat Tinggi)
3
Daya Pembeda 0,352 (Baik) 0,310 (Baik) 0,317 (Baik)
Tingkat Kesukaran 0,557 (Sedang) 0,293 (Sukar) 0,569 (Sedang)
Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji
Data Kemampuan Awal Berpikir Kritis Gain Kemampuan Berpikir Kritis Self Confidence Awal Gain Self Confidence
normalitas terhadap data kemampuan berpikir kritis dan self confidence. Uji Normalitas dilakukan dengan uji
Kelompok Penelitian Eksperimen Kontrol
� 2 ℎ�
11,5
�
�2
�
7,81
5,53
7,81
Eksperimen Kontrol
48,36
7,81
4,97
7,81
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
9,34
7,81
3,61 3,69
7,81 7,81
3,69
7,81
Rekapitulasi hasil uji homogenitas disajikan dalam Tabel 3.
Chi Kuadrat. Rekapitulasi hasil uji normalitas data disajikan dalam Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, data
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas
kemampuan awal berpikir kritis, data gain kemampuan berpikir kritis, dan
Data
data self confidence awal kelas
Gain Self Confidence
eksperimen berasal dari populasi yang
tidak
berdistribusi
normal
sedangkan kedua kelompok data gain self confidence berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Kelompok Penelitian Eksperimen
�
�
2,0905
�
��
2,4916
Kontrol
Berdasarkan Tabel 3, kedua kelompok data gain self confidence memiliki varians yang sama. Karena
kedua kelompok data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Tabel 4. Rekapitulasi Data Kemampuan Berpikir Kritis
dan memiliki varians yang sama
Data
maka uji hipotesis terhadap data gain
Awal
self confidence akan dilakukan dengan uji parametrik yaitu uji-t. Berbeda dengan data awal dan gain
Kelas PBM
awal
yang
berasal
dari
�
�
s
20
10,3
3,69
3
16
8,81
3,75
Ak-
PBM
27
40
36,9
3,48
hir
PK
15
39
27,1
7,64
PBM
0,56
1
0,88
0,09
PK
0,29
0,96
0,59
0,20
Gain
6
�̅
PK
berpikir kritis serta data self confidence
�
Skor maksimum awal dan akhir = 40 Skor maksimum gain = 1,00
populasi berdistribusi tidak normal, Selanjutnya, dilakukan anali-
uji hipotesis akan dilakukan dengan uji
non-parametrik
yaitu
uji
Wilcoxon Rank Sum.
sis data dengan uji Wilcoxon Rank Sum pada data kemampuan awal berpikir kritis. Berdasarkan hasil uji,
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis data berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (PK) dan PBM, diperoleh hasil yang disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa pada ketiga data tersebut, rata-rata siswa pada kelas PBM lebih tinggi daripada kelas konvensional. Jika ditinjau dari simpangan baku maka simpangan baku kelas PBM lebih kecil daripada kelas konvensional.
diketahui nilai �ℎ�
lebih kecil dari �
�
�=
̶ 1,38495
= 1,96. Ini ber-
arti tidak ada perbedaan median data kemampuan
awal
berpikir
kritis
siswa yang mengikuti PBM dengan median
data
kemampuan
awal
berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Kemudian dilakukan uji Wilcoxon Rank Sum pada data gain kemampuan berpikir kritis. Berdasarkan hasil uji, diketahui bahwa ̶ 4,985 lebih kecil
konvensional lebih luas daripada
nilai �ℎ�
kelas PBM. Dengan demikian, ke-
dari −�
jukkan median data gain kemampuan
mampuan berpikir kritis siswa pada
berpikir kritis siswa yang mengikuti
kelas PBM diduga lebih tinggi dari-
PBM lebih tinggi daripada median
pada kelas konvensional.
data gain kemampuan berpikir kritis
Artinya sebaran data pada kelas
�
�=
= ̶ 1,96. Hal ini menun-
siswa yang mengikuti pembelajaran
PBM lebih tinggi daripada siswa
konvensional.
pada kelas konvensional. Selanjut-
Berdasarkan hasil uji hipote-
nya, hasil penelitian Dinandar (2014:
sis tersebut, diketahui bahwa pening-
77) menunjukkan bahwa penerapan
katan kemampuan berpikir kritis
model PBM dapat meningkatkan ke-
siswa yang mengikuti PBM lebih
mampuan berpikir kritis siswa. De-
tinggi daripada siswa yang mengikuti
ngan demikian, hasil penelitian-pe-
pembelajaran konvensional. Hal ini
nelitian yang telah dilakukan menun-
juga dapat dilihat pada pencapaian
jukkan bahwa PBM dapat mening-
indikator kemampuan berpikir kritis.
katkan kemampuan berpikir kritis
Persentase peningkatan kemampuan
siswa.
berpikir kritis siswa kelas PBM lebih
Kemampuan berpikir kritis
tinggi daripada kelas konvensional
siswa yang mengikuti PBM lebih
pada lima indikator yang diteliti.
tinggi dibandingkan dengan siswa
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan
yang mengikuti pembelajaran kon-
bahwa model pembelajaran berbasis
vensional. Ditinjau dari pencapaian
masalah dapat meningkatkan ke-
indikator, maka pencapaian tertinggi
mampuan berpikir kritis siswa.
sebelum penerapan PBM adalah in-
Hal ini sesuai dengan bebe-
dikator menjalankan strategi dan tek-
rapa hasil penelitian yang berhubu-
nik. Akan tetapi, hal tersebut tidak
ngan dengan kemampuan berpikir
diimbangi dengan kemampuan siswa
kritis dan PBM. Hasil penelitian Ha-
untuk membuat kesimpulan.
kim (2014: 6) menunjukkan bahwa
tersebut mengakibatkan pencapaian
peningkatan
indikator
kemampuan
berpikir
membuat
Hal
kesimpulan
kritis siswa yang mengikuti PBM
sangat rendah yaitu 9%. Dalam pe-
lebih tinggi daripada siswa pada
nerapan PBM, siswa dibiasakan un-
kelas dengan pembelajaran konven-
tuk membuat kesimpulan melalui
sional. Jumaisyaroh, Napitupulu, dan
fase menganalisis dan mengevaluasi
Hasratuddin
dalam
hasil karya. Pada fase ini, siswa di-
penelitiannya menyimpulkan bahwa
tuntun untuk membuat kesimpulan
peningkatan
berdasarkan pada hasil presentasi
(2014:
166)
kemampuan
berpikir
kritis matematis siswa pada kelas
kelompoknya dan kelompok lain.
Berbeda dengan PBM, pada pembelajaran
konvensional
siswa
siswa tetapi juga menarik dan menumbuhkan keingintahuan.
Akibat
mendapatkan lebih sedikit kesem-
rasa ingin tahu tersebut, siswa akan
patan untuk membuat kesimpulan.
mulai berpikir tentang cara menyele-
Siswa hanya dapat berlatih membuat
saikan masalah dengan mengguna-
kesimpulan ketika guru memberikan
kan informasi-informasi yang ada.
soal latihan atau tugas sedangkan
Hal ini memberikan kesempatan
kesimpulan tentang materi
yang
pada siswa untuk menggunakan ke-
dipelajari diberikan oleh guru. Hal
mampuan matematis yang dimiliki-
tersebut mengakibatkan peningkatan
nya.
pencapaian indikator membuat ke-
Selain
penyajian
masalah
simpulan pada kelas PBM lebih
nyata saat awal pembelajaran, karak-
tinggi daripada kelas konvensional.
teristik lain dari PBM adalah siswa
Peningkatan indikator membuat ke-
belajar secara berkelompok. Arrends
simpulan pada kelas PBM sebesar
(2012: 397) menyatakan bahwa salah
87% sedangkan pada kelas konven-
satu karakteristik PBM adalah siswa
sional sebesar 28%.
bekerja
dalam
kelompok
kecil.
PBM memiliki karakteristik
Dalam penelitian ini, siswa belajar
yang dapat memberikan lebih banyak
dalam kelompok yang terdiri dari 5-6
kesempatan kepada siswa untuk me-
orang siswa. Kelompok tersebut me-
ningkatkan kemampuan berpikir kri-
rupakan kelompok heterogen yang
tisnya. Salah satunya adalah penya-
dipilih guru berdasarkan kemampuan
jian masalah nyata pada awal pem-
siswa. Artinya, akan terdapat siswa
belajaran. Arrends (2012: 396) me-
dengan berbagai tingkat kemampuan
nyatakan bahwa dasar dari pem-
(tinggi, sedang, dan rendah) dalam
belajaran berbasis masalah adalah
satu kelompok. Bekerja dalam ke-
penyajian
dan
lompok akan memunculkan beragam
situasi nyata kepada siswa sebagai
ide penyelesaian masalah. Hal terse-
langkah awal untuk menemukan
but akan membuat siswa berpikir
konsep. Masalah yang disajikan ti-
tentang penyelesaian yang paling
dak hanya merupakan masalah yang
tepat dan alasan mengapa alasan
dekat dengan kehidupan sehari-hari
tersebut yang dipilih.
masalah
autentik
Ini membe-
rikan kesempatan bagi siswa pada
kelas PBM lebih luas daripada kelas
kelas PBM untuk meningkatkan
konvensional. Hal ini berbeda de-
kemampuan berpikir kritisnya.
ngan data akhir dan data gain self
Berbeda dengan PBM, pada
confidence yang menunjukkkan bah-
pembelajaran konvensional siswa ti-
wa rata-rata siswa pada kelas PBM
dak memiliki banyak kesempatan
lebih tinggi daripada kelas konvens-
untuk berdiskusi dengan teman-
ional. Kemudian simpangan baku
temannya maupun menemukan kon-
kelas PBM lebih kecil daripada kelas
sep sendiri. Guru menjadi pusat pem-
konvensional yang artinya sebaran
belajaran dan memberikan keselu-
data pada kelas PBM lebih sempit
ruhan materi kepada siswa. Siswa
daripada kelas konvensional. Dengan
tidak dibiasakan menemukan konsep
demikian, self confidence siswa pada
tetapi mengingat penjelasan guru un-
kelas PBM diduga lebih tinggi dari-
tuk menyelesaikan soal-soal latihan
pada kelas konvensional.
maupun tugas. Hal inilah yang membuat siswa kesulitan saat di-
Tabel 5. Rekapitulasi Data Self Confidence
hadapkan dengan masalah tidak rutin Data
sehingga membuat kemampuan ber-
Awal
pikir kritis siswa sulit meningkat. Berdasarkan analisis data self confidence siswa yang mengikuti
PBM, diperoleh hasil yang disajikan dalam Tabel 5.
siswa yang mengikuti PBM lebih kecil daripada kelas konvensional. Jika ditinjau dari simpangan baku, maka simpangan baku kelas PBM lebih besar daripada kelas konvensional. Artinya, sebaran data pada
�
66
�
95
�̅
79,25
7,74
S
7
99
81,84
7,52
Ak-
PBM
82
110
92,21
6,66
hir
PK
69
98
87,34
7,55
PBM
0,08
0,84
0,34
0,17
PK
-0,58
0,52
0,14
0,24
Skor maksimum awal & akhir = 116 Skor maksimum gain = 1,00
Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata data self confidence awal
PBM
�
PK
Gain
pembelajaran konvensional (PK) dan
Kelas
Selanjutnya dilakukan analisis data dengan uji Wilcoxon Rank Sum pada data self confidence awal. Berdasarkan hasil uji, diketahui nilai �ℎ� �
�
�=
̶ 1,03 lebih kecil dari
= 1,96. Ini berarti tidak ada
perbedaan median data self confidence awal siswa yang mengikuti
self
satu kegiatan siswa yang menun-
confidence awal siswa yang meng-
jukkan kemandirian siswa adalah
ikuti pembelajaran konvensional.
saat mencari solusi suatu masalah.
PBM
dengan
median
data
Kemudian dilakukan uji-t ter-
Siswa yang mengikuti PBM tidak ha-
hadap data gain self confidence.
nya mengingat dan meniru contoh
Berdasarkan
diketahui
yang guru berikan saat belajar, tetapi
̶ 3,41 lebih
mereka menemukan sendiri penyele-
= 1,67. Hal ini me-
saiaan masalah melalui diskusi ke-
nunjukkan tidak ada perbedaan rata-
lompok sehingga siswa tidak ber-
rata skor peningkatan self confidence
gantung pada guru.
hasil
bahwa nilai �ℎ� kecil dari �
�
uji,
�=
siswa yang mengikuti PBM dengan
Keadaan tersebut sangat ber-
self
beda dengan siswa yang mengikuti
confidence siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional. Mandiri
pembelajaran konvensional.
dalam membuat keputusan menjadi
rata-rata
skor
peningkatan
Berdasarkan hasil uji hipo-
indikator dengan peningkatan paling
tesis, diperoleh kesimpulan bahwa
rendah karena ketergantungan siswa
tidak terdapat perbedaan peningkatan
pada guru. Siswa terbiasa mendapat-
self confidence antara siswa yang
kan
mengikuti PBM dan siswa yang
membuat diri mereka sendiri takut
mengikuti pembelajaran konvensio-
untuk mencoba. Walaupun terdapat
nal.
Hal ini menunjukkan bahwa
siswa yang berusaha menemukan
PBM tidak dapat meningkatkan self
penyelesaian, pada akhirnya mereka
confidence siswa. Meski demikian,
akan
self confidence siswa yang mengikuti
kesulitan dan kembali menunggu
PBM
guru memberikan jawaban.
lebih
tinggi
dibandingkan
siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
materi
dari
menyerah
guru
saat
sehingga
mengalami
Penyebab tidak adanya perbedaan self confidence yang signifikan
Hal tersebut dapat dilihat dari
antara siswa yang mengikuti PBM
pencapaian indikator self confidence.
dan siswa yang mengikuti pembela-
Pada kelas PBM, peningkatan ter-
jaran konvensional adalah ketidak-
tinggi terjadi pada indikator mandiri
seriusan responden dalam mengisi
dalam mengambil keputusaan. Salah
skala self confidence. Sejalan dengan
hal tersebut, Arikunto (2002: 129)
biasa memperoleh penjelasan dari
mengungkapkan beberapa kelemah-
guru yang diawali dengan materi,
an angket, diantaranya adalah res-
contoh soal, dan latihan sehingga
ponden tidak teliti dan sengaja
siswa merasa sangat terbebani untuk
mengisi dengan tidak jujur. Seperti
menyelesaikan masalah pada LKK.
halnya penelitian ini, pada saat
Kendala lain yang ditemukan
mengisi skala self confidence seba-
pada
gian siswa hanya memperhatikan
mempresentasikan hasil diskusi di
pernyataan-pernyataan
dan
depan kelas. Siswa yang mempre-
merasa jenuh untuk membaca per-
sentasikan hasil kelompoknya ter-
nyataan-pernyataan selanjutnya. Bagi
lihat ragu-ragu dan takut melakukan
siswa yang benar-benar membaca
kesalahan sehingga guru harus mem-
setiap
teliti,
berikan penjelasan tambahan saat
mereka akan memberikan jawaban
akhir presentasi agar tidak terjadi
yang cenderung tidak jujur karena
kebingungan bagi siswa lain dan
takut bahwa hasil tersebut akan
materi tersampaikan dengan tepat.
mempengaruhi nilai.
Pada pertemuan kedua siswa suasana
pernyataan
Pada
proses
awal
dengan
saat
perwakilan
kelompok
pelaksanaan
kelas lebih kondusif yang menun-
PBM, terdapat beberapa kendala
jukkan bahwa siswa mulai beradap-
yang ditemukan. Pada pertemuan
tasi dengan PBM. Pada pertemuan
pertama, siswa belum memahami ta-
selanjutnya proses pembelajaran le-
hapan-tahapan dalam PBM sehingga
bih baik dari pertemuan pertama,
suasana kelas menjadi kurang kon-
diskusi kelompok berjalan dengan
dusif. Siswa mengalami kesulitan un-
lebih terarah meskipun suasana pada
tuk memahami masalah yang ada
beberapa kelompok masih canggung
pada LKK. Selain itu, siswa dengan
dan kaku. Selain itu, pada saat
kemampuan tinggi memilih untuk
presentasi hasil diskusi siswa yang
mengerjakan secara individu sehing-
mempresentasiakan
hasil
diskusi
ga kerja sama di dalam kelompok ti-
sudah lebih percaya diri.
Hal ini
dak maksimal. Siswa juga tidak ter-
terus membaik sampai pertemuan
biasa mendapatkan materi tanpa pen-
terakhir.
jelasan guru. Selama ini siswa ter-
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dapat
meningkatkan
kemampuan
Herman, Tatang. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama. Educationist Vol. I No. 1 Hlm. 47-56. [Online]. Diakses di http://file.upi.edu pada 31 Oktober 2015.
berpikir kritis siswa namun tidak dapat meningkatkan self confidence siswa SMP Al Kautsar Bandar Lampung. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arrends, Richard I. 2012. Learning to Teach 9th Ed. New York: Mc Graw Hill Dinandar. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Terhadap Kemampuan Berpikir Matematis Siswa. [Online]. Diakses di http://repository.uinjkt.ac.id pada 16 April 2016. Ennis, Robert H. 1991. Critical Thinking: Astreamlined Conception. Illinois: University of Illinois. [Online]. Diakses di httpi://faculty.education.illinois.edu pada 15 Oktober 2015. Hakim, Sovian. 2014. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Disposisi Matematis. [Online]. Diakses di http://download.portalgaruda.org pada 16 April 2016.
Jumaisyaroh,iT.,iE.iE. Napitupulu, dan Hasratuddin. 2014. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Kreano Vol. 5 No. 2 Hlm. 157169. [Online]. Diakses di http://download.portalgaruda.org pada 16 April 2016. Lau,iJoeiY.iF.i2011.iAn Introduction toiCriticaliThinkingiand Creativity:iThinkiMore,iThinkiBettter,iCanada: WILEY. Megawati. 2009. Perbedaan Self Confidence Siswa SMP yang Aktif dan Tidak Aktif dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di SMPN 1 Perbaungan. [Online]. Diakses di http://repository.usu.ac.id pada 3 Januari 2016. Mullis, I.V.S., Martin, M.O., Foy, P., dan Arora, A. (2012). TIMSS 2011 International Results in Mathematics. Boston: TIMSS & PIRLS International Study Center. Sudiyasa, I Wayan. 2014. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dengan Pembelajaran Berbasis Masalah. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung Vol. I Hlm. 157-160. [Online]. Diakses di
http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id 15 Oktober 2015. Sumarmo, Utari. 2014. Pengembangan Hard Skill dan Soft Skill Matematik bagi Guru dan Siswa untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung Vol. I Hlm. 5. [Online]. Diakses di http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.ida pada 15 Oktober 2015. Triyanto, Eko. 2013. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pemanfaatan Media Pembelajaran Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Pross Pembelajaran. Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 1 No. 2 Hlm. 226-238. [Online]. Diakses di http://core.ac.uk pada 10 Oktober 2015