PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING (PENGAJARAN TERBALIK) UNTUK MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR Tyas Fajar Afandini dan Mahmudah Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya SMA Negeri 2 Mojokerto
ABSTRACT
The research was done at X-8 class of SMAN 2 Mojokerto. The purpose of this study is to find out the application of the Reciprocal Teaching learning model on Micro and Macro economics to achieve the students’ comprehensiveness of X-8 class SMA Negeri 2 Mojokerto. The data analysis showed that the learning model of Reciprocal Teaching on the subject of Micro and Macro economics class X-8 SMA Negeri 2 Mojokerto to achieve the students’ learning comprehension in the second round is 96.97%. It can be seen from the teacher management in managing the learning model of Reciprocal Teaching is increased in every meeting and get better. While the activities of students included in the category of active students. Student opinion on the implementation of teaching Reciprocal Teaching (Teaching reversed) is very positive. Key words: reciprocal teaching learning models, students comprehensiveness
centered). Salah satu pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa aktif adalah pembelajaran yang bersifat konstruktivis.
Perubahan paradigma kurikulum dari KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) ke kurikulum Pendidikan Berkarakter secara otomatis merubah gaya guru dalam mengajar. Pentingnya karakter positif dalam pendidikan, ada dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-undang Nomor : 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yaitu : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, sehat, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Guru dituntut untuk berperan ganda yakni sebagai pengajar dan pembimbing di sekolah. Orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih pusat pada murid (student
Siswa sebagai subjek belajar harus berperan aktif dalam pembelajaran. Keaktifan siswa dimulai dari peranannya dalam pembelajaran yang menimbulkan kemampuan berfikir kritis dan lebih aktif. Keaktifan siswa merupakan suatu bentuk belajar mandiri untuk membangun pemahamannya dan mengembangkan kemampuannya sendiri sehingga dalam hal ini guru berperan sebagai pembimbing, motivator dan menyediakan suasana atau kondisi belajar yang mendukung proses pembentukan pengetahuan pada diri siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi ekonomi SMA Negeri 2 Mojokerto pada tanggal 21 Nopember 2011. Peneliti menemukan kendala yang dihadapi dalam proses belajar mengajar di kelas yang menunjukkan 161
kurangnya keaktifan siswa. Meskipun setiap kali pertemuan diadakan diskusi namun tidak semua siswa aktif dalam diskusi tersebut. Faktor yang menyebabkan siswa kurang aktif diantaranya ; siswa kurang memahami bacaan yang ada dalam buku, siswa malas untuk mengajukan pertanyaan, kurangnya kemandirian siswa dalam belajar yaitu, siswa lebih banyak mendengarkan informasi dari guru dan tidak berusaha mencari sendiri informasi yang ada didalam buku atau dengan kata lain siswa cenderung pasif. Hasil pengamatan dari data nilai yang diperoleh pada tanggal 21 Nopember 2011 menunujukkan rata-rata nilai UTS (Ujian Tengah Semester) ekonomi kelas X-8 dari 33 siswa terdapat 10 siswa yang tuntas dengan persentase sebesar 30,30%. Sedangkan sisanya atau sekitar 60,70% persentase siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dengan ketentuan nilai 76. Sedangkan prosentase nilai ketuntasan klasikalnya adalah ≥ 80%, dengan demikian masih banyak siswa kelas X-8 yang belum tuntas belajarnya. Pada silabus mata pelajaran ekonomi kelas X semester II dijelaskan pada standar kompetensinya yaitu memahami kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi, sedangkan kompetensi dasarnya adalah mendeskripsikan perbedaan antara ekonomi mikro dan ekonomi makro, sehingga untuk materi ini memungkinkan banyak pemahaman bacaan dimana siswa dituntut untuk membaca dan pada proses pembelajaran terdapat masalah siswa kurang memahami apa yang mereka baca untuk itu perlu adanya suatu model pembelajaran yang dapat menyelesaikan masalah tersebut dan sesuai dengan materi. Masalah tersebut dapat diatasi dengan cara meningkatkan ketertiban siswa dalam pembelajaran, agar kemampuan belajar mandiri siswa dapat ditingkatkan, sehingga pemahaman terhadap ekonomi akan meningkat. Untuk itu, peneliti mencoba menerapkan pembelajaran 162
terbalik (reciprocal teaching). Pembelajaran ini merupakan salah satu pendekatan pembalajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran terbalik dapat diterapkan kepada siswa melalui empat strategi pemahanan mandiri yang spesifik, yaitu merangkum atau meringkas, membuat pertanyaan, mampu menjelaskan dan dapat memprediksi. Dalam hal ini guru memberikan dukungan, umpan balik dan rangsangan ketika siswa menerapkan strategi-strategi tersebut. Pembelajaran terbalik merupakan pembelajaran dengan memilih seorang siswa agar berperan seperti guru untuk menjelaskan materi yang belum disampaikan guru kepada teman siswa lain. Sehingga guru dapat memantau pemahaman bacaan yang dipelajari siswa. Dengan demikian siswa dapat belajar mandiri yang nantinya dapat meningkatkan pemahaman mata pelajaran ekonomi dan mencapai ketuntasan belajar. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengambil judul yaitu “Penerapan model pembelajaran reciprocal teaching (pengajaran terbalik) pada pokok bahasan ekonomi mikro dan makro untuk mencapai ketuntasan belajar siswa kelas X-8 di Sma Negeri 2 Mojokerto”. Berdasarkan latar belakang masalah diatas tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1) untuk mengetahui penerapan pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching (Pengajaran Terbalik),2)untuk mengetahui aktifitas siswa dengan penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching (Pengajaran Terbalik),3) untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa kelas X-8 SMAN 2 Mojokerto melalui model pembelajaran Reciprocal Teaching (Pengajaran Terbalik),4) untuk mengetahui pendapat siswa terhadap model pembelajaran Reciprocal Teaching (Pengajaran Terbalik). Belajar Menurut Hamalik (2007: 58) belajar adalah suatu proses berbuat, bereaksi, memahami
berkat adanya pengalaman, sedangkan pengalaman pada dasarnya ialah interaksi antara individu dengan lingkungan. Dengan demikian belajar adalah merupakan suatu proses aktivitas yang dilakukan dengan kegiatan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya sehingga menghasilkan suatu perubahan nilai, kecakapan dan perilaku melalui pengalaman edukatif atau yang bersifat mendidik untuk mencapai suatu tujuan. Mengajar Menurut Mustaqim (2006:92) mengajar adalah guru sebagai pengelola, pengatur, peracik lingkungan berupa tujuan materi,metode dan alat dengar siswa, siswa harus aktif. Mengajar dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan guru didalam kegiatan belajar mengajar yaitu proses mengatur, mengorganisasi untuk membantu siswa mengkoordinasikan pengetahuan tersebut kedalam skema pikiran siswa sehingga menumbuhkan dan mendorong siswa untuk belajar Model Reciprocal Teaching (Pengajaran Terbalik) Model Reciprocal Teaching (Pengajaran Terbalik) dalam (Nur dan Prima 2004) merupakan model pengajaran yang diciptakan oleh Ann Brown dan Anne Marie Pallinscar. Ada beberapa definisi mengenai pengajaran terbalik dan semua definisi tersebut pada dasarnya memiliki pengertian yang sama. Reciprocal Teaching adalah pendekatan konstruktivis didasarkan pada prinsip pengajuan pertanyaan, mengajar ketrampilan metakognitif melalui pengajaran dan pemodelan guru untuk memperbaiki kinerja siswa yang memiliki pemahaman rendah. Dari pengertian diatas peneliti dapat menjelaskan Reciprocal Teaching (Pengajaran Terbalik) adalah model pembelajaran melalui kegiatan mengajarkan teman. Pada model ini siswa berperan sebagai guru yang disebut sebagai ’siswa guru’ menggantikan peran guru untuk
mengajarkan teman-temannya. Sementara itu guru lebih berperan sebagai model yang menjadi contoh, fasilitator yang memberi kemudahan, dan pembimbing yang melakukan scaffolding. Scaffolding adalah bimbingan yang diberikan oleh orang yang lebih tahu kepada orang yang kurang tahu. Pada awal penerapan model Reciprocal Teaching guru memperkenalkan Reciprocal Teaching (Pengajaran Terbalik), dengan menjelaskan prosedurnya. Kemudian guru memodelkan Reciprocal Teaching tahap demi tahap, Tahap awal dalam pembelajaran ini siswa terbagi menjadi kelompok kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 anak setelah itu guru membagikan bacaan kemudian dengan menggunakan paragraf pertama dalam suatu bacaan siswa diminta untuk membaca. Kemudian menjelaskan dan mengajarkan bahwa pada saat selesai membaca terdapat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan yaitu (Nur dan Prima, 2004); 1) M e m i k i r k a n pertanyaan-pertanyaan penting yang mungkin ditanyakan oleh siswa dari apa yang dibacanya dan pastikan dapat menjawabnya.2) Merangkum informasi-informasi penting yang telah dibaca. 3) Mengidentifikasi dan mencatat apabila dalam bacaan ada yang kurang jelas atau membingungkan dan mencoba apakah dapat membuat menjadi bermakna. 4) Memprediksi apa yang akan dibahas oleh penulis pada bacaan berikutnya. Setelah proses pengajaran selesai, siswa diajak untuk memberikan tanggapan terhadap pengajaran dan bacaan, kegiatan ini akan membantu siswa untuk tetap memusatkan perhatian dan meyakinkan diri siswa bahwa siswa memahami isi bacaan tersebut. Pada tahap berikutnya siswa diminta untuk membaca bacaan selanjutnya. Guru meminta salah satu siswa untuk berperan sebagai siswa guru dimana siswa guru membimbing temannya dalam melakukan keempat strategi tersebut. 163
Belajar Tuntas Menurut Mulyasa (2006:53) belajar tuntas merupakan strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan didalam kelas,dengan asumsi bahwa dalam kondisi yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar secara maksimal terhadap seluruh bahan yang dipelajari. Ketuntasan belajar merupakan hasil penilaian yang digunakan guru dan sekolah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan siswa dalam satu kelas dan sekolah dalam semua mata pelajaran. Hasil penilaian tersebut didapatkan dari evaluasi yang dilaksanakan siswa setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran tertentu, sebagai dasar untuk memperoleh umpan balik dari siswa terhadap materi pelajaran. Penelitian Terdahulu Adapun penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai acuan adalah sebagai berikut: 1) Fauziyah (2009), dari fakultas Ekonomi, UNS. Dengan judul ”Implementasi Metode Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching) pada mata pelajaran Akuntansi siswa kelas XII IPS SMA N 1 Tegal”. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi metode pembelajaran (resiprocal teaching) dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi pokok bahasan pencatatan transaksi akuntansi koperasi pada siswa kelas XII IPS 1 SMAN 1 Tegal dengan ketuntasan belajar 95,56% 2) Abdul Aziz (2008) dari Lentera Pendidikan. Dengan judul penelitian ”keefektifan Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Resiprocal Teaching pada siswa kelas XI MA Darul Ulum Amessangeng Kabupaten Maros”. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan resiprocal teaching dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas XI MA Darul Ulum Amessangeng Kabupaten Maros dapat tercapai secara maksimal sesuai dengan indikator pembelajaran yang diinginkan. Hasil yang 164
dicapai 35 orang siswa mendapat nilai 65 ke atas dan 1 orang siswa mendapat nilai di bawah 65. 3) Aulia dkk (2008), dari jurusan Biologi FPMIPA UPI Bandung. Dengan judul penelitian ”pengaruh Resiprocal teaching terhadap kemampuan berfikir kritis siswa pada konsep pencemaran lingkungan”. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa reciprocal teaching berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berfikir kritis dengan rata-rata indeks gain sebesar 0.54% yang termasuk kategori cukup. Sebagian besar 92,6% siswa memberikan respon positif dan 7,4% memberikan respon negatif terhadap model pembelajaran reciprocal teaching. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menggunakan data pengamatan langsung terhadap siswa mengenai jalannya proses pembelajaran dikelas. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Mojokerto yang beralamat di Jalan Raya Ijen No 09 Wates Mojokerto. Penelitian dirancang dalam 4 tahapan, yaitu: 1) perencanaan ; 2) Pelaksanaan tindakan; 3) Pengamatan; 4) Refleksi. Penelitian dimulai pada pertengahan Januari sampai dengan Pebruari tahun ajaran 2011/2012. Subjek penelitian adalah siswa kelas X-8 SMA Negeri 2 Mojokerto yang berjumlah 33 siswa. Objek penelitiannya adalah penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching (Pengajaran Terbalik) yang diterapkan pada kelas X-8 SMA Negeri 2 Mojokerto. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar pengamatan pengelolaan guru dan lembar pengamatan aktivitas siswa. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi wawancara, metode dokumentasi, metode observasi, metode angket, dan metode tes
Analisis Data Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Berdasarkan nilai hasil belajar pada setiap akhir siklus tindakan dapat diketahui jumlah siswa yang telah tuntas dalam belajarnya. Pada SMA N 2 Mojokerto dikatakan tuntas belajar jika telah memperoleh nilai ≥ 80% atau nilai 76. Sedangkan kelas dikatakan tuntas belajar apabila satu kelas tersebut mencapai nilai 100% atau nilai ≥ 80%. Perhitungan presentase untuk ketuntasan secara individual di SMA N 2 Mojokerto digunakan rumus: Ketuntasan individual =
Nilai yang diperoleh siswa x100% Nilai max imum
Perhitungan prosentase untuk ketuntasan secara klasikal di SMA N I Manyar Gresik digunakan rumus: Ketuntasan klasikal =
jumlah siswa yang tuntas x100% jumlah seluruh siswa
Analisis Data Respon Siswa Untuk menganalisa data respon siswa, peneliti menggunakan angket dengan skala likert (Sugiyono, 2006) yang dapat berupa katakata antara lain: STS (Sangat Tidak Setuju), TS ( Tidak Setuju), S (Setuju), SS (Sangat Setuju). Data respon siswa ini dapat dianalisis dengan menggunakan persentase dengan rumus: P=
F x100% N
Keterangan: P = Persentase jumlah jawaban responden F = Jumlah jawaban responden N = Jumlah responden HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Putaran Pertama: 1) Rancangan, Sebelum proses belajar mengajar guru mempersiapkan rancangan pembelajaran dengan materi ekonomi mikro dan makro yaitu pengertian ekonomi mikro dan makro. Serta menyusun
instrument penelitian, yaitu : Lembar kerja siswa, soal tes siswa, lembar pengamatan guru dan lembar pengamatan aktivitas siswa. 2) Kegiatan dan pengamatan (observasi): a) Tahap Pendahuluan, pada tahap ini pertama Guru memberikan Pretes I yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Kedua guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuannya mempelajari ekonomi mikro dan makro, ketiga guru memotivasi siswa berupa contoh tentang materi yang akan diajarkan dalam kehidupan sehari-hari, kemudian Guru memperkenalkan pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching) kepada siswa. b) Tahap Kegiatan Inti, pada tahap ini guru membagi kelompok belajar dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang bersifat heterogen. Artinya tiap kelompok terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Pembentukan kelompok dilaksanakan sehari sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Sehingga dalam pertemuan ini tinggal mengatur dan membagi siswa dalam kelompok belajar masing-masing. Setelah membagi kelompok guru membagikan bacaan dan lembar kerja siswa serta meminta siswa untuk mengisi LKS pada saat pembelajaran Reciprocal Teaching berlangsung. Kemudian guru meminta siswa membaca bahan ajar siswa tentang pengertian ekonomi mikro dan guru membimbing siswa untuk membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan serta meminta siswa untuk merangkum informasi yang penting, setelah itu guru membimbing siswa untuk mengemukakan kata-kata sulit yang ada dalam bacaan dan mengartikannya serta membimbing siswa untuk memprediksi paragraf selanjutnya, kemudian guru menyuruh siswa untuk mengomentari tentang pengajaran dan bacaan tersebut sebagai misalnya “ Apakah ada informasi penting yang lain? Dan Apakah kalian sudah memahami bacaan tersebut?’, kemudian guru meminta siswa membaca bahan ajar siswa 165
tentang pengertian ekonomi makro setelah itu guru meminta salah satu siswa untuk menjadi siswa guru melakukan proses pembelajaran yang dilakukan guru yaitu dengan memilih siswa guru yang memiliki pemahaman lebih tinggi dan terampil berbicara, untuk memilih siswa yang memiliki pemahan lebih didapat dari informasi guru pamong dan dilihat dari nilai-nilai siswa sebelumnya, dan siswa guru membimbing siswa untuk membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan serta meminta siswa untuk merangkum informasi yang penting, setelah itu siswa guru membimbing siswa untuk mengemukakan kata-kata sulit yang ada dalam bacaan dan mengartikannya serta membimbing siswa untuk memprediksi paragraph selanjutnya. 3) Tahap Penutup, pada tahap penutup guru memberikan evaluasi (postes) tentang materi yang telah dibahas secara individu: 4) Refleksi, Guru dalam melaksanakan pembelajaran Reciprocal Teaching pada putaran pertama sudah sesuai dengan Rencana pembelajaran I, hal ini dapat dilihat pada rata-rata hasil pengamatan dengan kategori baik. Tetapi masih ada beberapa aspek yang masih perlu diperhatikan dan diperbaiki meliputi: a.) Memotivasi siswa untuk lebih aktiv membuat pertanyaan dan menjawab. b.) Pengaturan siswa kedalam kelompokkelompok belajar masih kurang efektif, banyak siswa yang ingin memilih anggota kelompoknya sendiri. c.) Dalam menjelaskan materi suaranya kurang keras sehingga banyak siswa yang belum jelas. d.) Guru kurang tegas dalam membimbing siswa untuk mengerjakan LKS dan menunjuk siswa menjadi siswa guru .Revisi, Berdasarkan ulasan refleksi di atas maka pada putaran kedua pelaksanaan kegiatan pembelajaran tetap dilakukan seperti pada putaran pertama tetapi perlu ditingkatkan pada hal-hal sebagai berikut : a.) Guru lebih memotivasi siswa agar siswa lebih aktif dengan memberikan penghargaan (reward) terhadap siswa yang lebih aktif. b.) Guru harus 166
lebih tegas dalam mengatur kelompok sehingga siswa tidak berebut kelompok. c.) Guru harus lebih mengeraskan suara dalam menjelaskan pelajaran. d.) Guru harus lebih tegas dalam membimbing siswa untuk mengerjakan LKS dan menunjuk siswa menjadi siswa guru sehingga siswa mau mengerjakan LKS dan mau untuk maju kedepan menjadi siswa guru. Putaran Kedua: 1) Rancangan, Sebelum proses belajar mengajar guru mempersiapkan rancangan pembelajaran dengan materi ekonomi mikro dan makro yaitu perbedaan ekonomi mikro dan makro. Serta menyusun instrument penelitian, yaitu: lembar kerja siswa, soal tes siswa, lembar pengamatan guru dan lembar pengamatan aktivitas siswa. 2) Kegiatan dan pengamatan (observasi). a) Tahap Pendahuluan, Pada tahap ini pertama guru memberikan pretes yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Kedua guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuannya mempelajari ekonomi mikro dan makro, ketiga guru memotivasi siswa berupa contoh tentang materi yang akan diajarkan dalam kehidupan sehari-hari, kemudian Guru memperkenalkan pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching) kepada siswa. b.) Tahap Kegiatan Inti. Pada tahap ini guru membagi kelompok belajar. Pembentukan kelompok sama seperti pada putaran I. Setelah membagi kelompok guru membagikan bacaan dan lembar kerja siswa serta meminta siswa untuk mengisi LKS pada saat pembelajaran Reciprocal Teaching berlangsung. Kemudian guru meminta siswa membaca bahan ajar siswa tentang aspekaspek yang dibahas dalam ekonomi mikro dan guru membimbing siswa untuk membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan serta meminta siswa untuk merangkum informasi yang penting, setelah itu guru membimbing siswa untuk mengemukakan kata-kata sulit yang ada dalam bacaan dan mengartikannya serta membimbing siswa untuk memprediksi
paragraph selanjutnya. Pada tahap ini guru lebih memotivasi siswa dengan memberikan nilai tambahan bagi siswa yang aktif karena menurut Gerson (2004) motivasi merupakan salah satu unsur penting dalam belajar dan pembelajaran siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan sangat membantu untuk dapat serius mempelajari sesuatu. Siswa yang motivasi belajarnya rendah mungkin saja belajar sesuatu karena terpaksa dan tidak menganggap belajar sebagai kebutuhan untuk itu guru memberikan motivasi ekstrinsik yaitu merupakan motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar seperti bentuk pujian, hadiah, hukuman, dan sebagainya, kemudian guru menyuruh siswa untuk mengomentari tentang pengajaran dan bacaan tersebut sebagai misalnya “ Apakah ada informasi penting yang lain? Dan Apakah kalian sudah memahami bacaan tersebut?’, kemudian Guru meminta siswa membaca bahan ajar siswa tentang aspek-aspek yang dibahas dalam ekonomi makro, setelah itu guru meminta salah satu siswa untuk menjadi siswa guru melakukan proses pembelajaran seperti yang dilakukan guru yaitu dengan memilih siswa guru yang memiliki pemahaman lebih tinggi dan terampil berbicara, untuk memilih siswa yang memiliki pemahan lebih didapat dari informasi guru pamong dan dilihat dari nilai-nilai siswa sebelumnya, dan siswa guru membimbing siswa untuk membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan serta meminta siswa untuk merangkum informasi yang penting, setelah itu siswa guru membimbing siswa untuk mengemukakan kata-kata sulit yang ada dalam bacaan dan mengartikannya serta membimbing siswa untuk memprediksi paragraph selanjutnya. c.) Tahap Penutup. Pada tahap penutup guru memberikan evaluasi (postes) tentang materi yang telah dibahas secara individu. 1) Refleksi, Guru dalam melaksanakan pembelajaran Reciprocal Teaching pada putaran kedua sudah sesuai dengan Rencana
pembelajaran II, hal ini dapat dilihat pada ratarata hasil pengamatan dengan kategori baik. Tetapi masih ada beberapa aspek yang masih perlu diperhatikan dan diperbaiki meliputi: a) memotivasi siswa mendorong dan melatih siswa untuk lebih aktif, b) dalam pengelolaan kelas guru masih kurang sehingga suasana kelas menjadi gaduh. 2) Revisi. Berdasarkan refleksi diatas kegiatan belajar mengajar pada putaran 2 masih terdapat kekurangan. oleh karena itu perlu dilakukan revisi pada kegiatan belajar mengajar pada putaran selanjutnya, yaitu: Guru harus lebih dapat memotivasi siswa untuk mendorong dan melatih siswa untuk lebih aktiv sehingga siswa terlatih untuk membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan dan siswa lebih semangat dalam mengikuti pelajaran.Pengelolaan kelas perlu diperbaiki lagi, guru harus meningkatkan kemampuan dalam mengkondisikan kelas. Revisi yang harus dilakukan adalah guru harus tetap memperhatikan pencapian hasil siswa secara individual terhadap ketiga siswa yang belum mencapai ketuntasan. Serta guru lebih memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar Pembahasan Analisis Pengelolaan Pembelajaran Tabel 1. Pengelolaan Pembelajaran No.
Aspek yang diamati
Penilaian
Penilaian
Rata-
Rata-rata
Rata-rata
Rata
Putaran
Putaran
I
II
I
PENDAHULUAN
3
3
3
II
KEGIATAN INTI
2.71
3.00
2.86
II
PENUTUP
3
3
3
IV
PENGELOLAAN 2.5 WAKTU
3
3
V
SUASANA KELAS 3
3
3
3.00
2.90
Rata-Rata
2.80
Berdasarkan hasil rekapitulasi pengamatan pengelolaan pembelajaran dapat dilihat pada table diatas. Berdasarkan tabel tersebut dapat diperoleh bahwa skor rata-rata pada putaran 167
pertama memperoleh skor 2.80, kemudian pada putaran kedua mengalami peningkatan yaitu memperoleh skor rata-rata 3.00. Pada putaran I kategori membimbing siswa membuat pertanyaan dan menjawab mendapat skor 2 dengan kriteria cukup hal ini guru sedikit kurang maksimal karena siswa cenderung pasif. Pada aspek membimbing siswa untuk memprediksi paragraph selanjutnya mendapatkan rata-rata 2.5 dengan kategori cukup baik hal ini dikarenakan guru sedikit kurang maksimal karena siswa sedikit bingung dalam mencari kata-kata sulit membedakan mana istilah ekonomi dan mana yang bukan sedangkan pada aspek kegiatan inti guru meminta wakil dari salah satu kelompok untuk berperan sebagai ”siswa Guru” mendapat skor 2 dengan kategori cukup pada aspek ini guru mengalami kesulitan dikarenakan siswa enggan untuk maju menjadi siswa guru, untuk itu guru harus terlebih dahulu memberikan motivasi kepada siswa sehingga siswa termotivasi untuk maju kedepan menjadi siswa guru. Pada aspek ”siswa guru” membimbing siswa untuk merangkum informasi dari bacaan, kemudian siswa guru membimbing siswa untuk mencari kata-kata sulit dalam bacaan dan mengartikannya dan pada aspek ”siswa guru” membimbing siswa untuk memprediksi paragraph selanjutnya mendapatkan skor rata-rata 2 dengan kategori cukup baik hal ini dikarenakan siswa guru belum berpengalaman untuk menjadi siswa guru dalam membimbing temannya pada saat proses belajar mengajar dan ”siswa guru sedikit malu untuk berada didepan kelas sebagai guru untuk itu sedikit kurang maksimal dalam membimbing temannya. Pada aspek pengelolaan waktu mendapatkan skor rata-rata 2,5 dengan kriteria cukup baik, hal ini dikarenakan waktu terpotong untuk kegiatan pengaturan kelompok sehingga waktu untuk melakukan proses belajar mengajar kurang. Sedangkan aspek lainnya mendapat nilai 3 dengan kategori baik bahwa nilai 3 diberikan 168
oleh pengamat kepada guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung sesuai dengan bagaimana guru mengelola proses belajar mengajar dikelas guru menyampaikan materi dan membimbing siswa sehingga siswa tertarik dan antusias terhadap materi yang diberikan. Sedangkan pada putaran II tentang pengelolaan pembelajaran penerapan model Reciprocal Teaching diperoleh rata-rata 3,00 dengan kategori baik. Rata-rata aspek pada setiap kategori mendapat kriteria baik, dimulai dari pendahuluan sampai dengan bagaimana suasana kelas setelah adanya pembelajaran reciprocal teaching mendapat skor rata-rata 3 dengan kriteria baik. Dalam pengelolaan pembelajaran putaran pertama guru maupun siswa sudah dapat merencanakan proses pembelajaran dengan matang. Hal tersebut tidak terlepas dari peran guru yakni selain sebagai pembimbing guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru harus siap sebagai fasilitator dan mediator dalam segala situasi proses belajar mengajar. Karena guru merupakan tokoh yang dilihat dan ditiru tingkah lakunya oleh siswa (Sardiman, 2001). Berdasarkan hal tersebut pengamatan pengelolaan pembelajaran pada putaran II guru lebih matang dalam mempersiapkan materi, pengelolaan proses belajar mengajar yang mengacu pada putaran I yang masih ada kekurangan. Hal tersebut wajar dikarenakan siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang sudah disiapkan oleh guru. Tugas guru disini adalah dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa (Sudjana, 2010:19). Dapat disimpulkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran pada putaran I sampai II dikategorikan baik dengan skor rata-rata 2.90. Hal tersebut tidak terlepas dari kerjasama antara guru dengan siswa dimana ada umpan balik antara keduanya, sebab tidak ada gunanya
melakukan kegiatan belajar kalau siswa hanya pasif. Karena siswalah yang belajar maka merekalah yang harus melakukannya. Disini guru harus memberikan kesempatan kepada muridnya dengan menemukan arti bagi diri mereka sendiri dan mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa yang dimengerti oleh mereka (Trianto:2007). Analisis Pengamatan aktivitas siswa Berdasarkan data hasil pengamatan aktivitas siswa pada diketahui yang dilakukan oleh pengamat dapat kita lihat bahwa ratarata aktivitas siswa pada putaran I sebesar 2.8, dan rata- rata aktivitas siwa pada putaran II sebesar 3.3 dengan Kriteria baik lebih meningkat dibandingkan pada putaran-putaran sebelumnya. Karena pada putaran I siswa lebih cenderung pasif dan malas seperti berdiskusi dengan kelompok, mengisi lembar kerja siswa, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan. Hal ini sesuai dengan latar belakang peneliti bahwa adanya masalah didalam kelas yaitu kurangnya keaktifan siswa, siswa kurang memahami bacaan dan siswa malas untuk mengajukan suatu pertanyaan. Sedangkan pada putaran II perkembangan aktivitas siswa dalam pembelajaran Reciprocal Teaching pada putaran II siswa sudah aktif dalam mengerjakan LKS dan menunjukkan nilai rata-rata aktivitas siswa mengalami peningkatan, sedangkan untuk rata-rata dari keseluruhan hasil aktivitas siswa pada putaran pertama sampai ketiga adalah 3.02. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam melakukan ketrampilan model pembelajaran Reciprocal Teaching berada dalam kriteria baik. Dengan penerapan model reciprocal teaching dapat menyelesaikan masalah tersebut dan meningkatkan aktivitas siswa, yang sesuai dengan teorinya Nur dan Prima (2004) Reciprocal Teaching adalah pendekatan konstruktivis didasarkan pada prinsip pengajuan pertanyaan, mengajar ketrampilan metakognitif
melalui pengajaran dan pemodelan guru untuk memperbaiki kinerja siswa yang memiliki pemahaman rendah. Berdasarkan metode analisis ketuntasan hasil belajar mengenai hasil tes akhir bahwa siswa dapat dikatakan tuntas jika mendapat nilai sama atau lebih dari 76 dan mencapai ketuntasan klasikal apabila mendapatkan nilai rata-rata persentasenya 80%, hal tersebut dapat dilihat pada hasil tes siswa pada tabel dengan hasil postes pada setiap putaran. Pada pertemuan pertama siswa yang tuntas sebanyak 24 siswa dari 33 siswa atau 73.72% . Sedangkan pada pertemuan kedua lebih meningkat lagi siswa yang tuntas sebanyak 32 siswa atau 96.97%. Siswa dapat dikatakan tuntas apabila mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar secara maksimal terhadap seluruh bahan yang dipelajari (Mulyasa, 2006:53). Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Reciprocal Teaching dapat membantu untuk mencapai ketuntasan hasil belajar siswa. RESPON SISWA 100
96.9
87.5
80 PERSENTASE
93.8
87.5
90.6
60
STS
40
TS S
20 0
3.1
6.2 6.2
1
2
6.2
9.4
3
4
3.1
9.4
SS
5
ASPEK
Gambar 1. Respon Siswa
Berdasarkan Gambar 1 tesebut siswa menyatakan senang selama mengikuti pembelajaran Reciprocal Teaching sebesar 96.9 % , siswa berminat mengikuti pembelajaran tersebut sebesar 87.5% serta lebih memahami materi sebesar 93.8 % dan siswa lebih terbantu dalam mempelajari ekonomi mikro dan makro sebesar 87.5% serta siswa lebih termotivasi sebesar 90.6%. Dilihat dari tabel bahwa Pendapat siswa yang paling menonjol adalah siswa senang 169
selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Reciprocal Teaching. Hal ini berarti model Reciprocal Teaching dapat diterima siswa sebagai model pembelajaran dalam belajar siswa karena Menurut Hamalik (2009) Pendapat Siswa sangat penting dimana pendapat siswa atau tanggapan siswa adalah suatu pendapat yang diberikan oleh siswa terhadap suatu perangsang dengan berbagai tingkat kekuatan dan tujuan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Pada pengelolaan pembelajaran oleh guru dalam menerapkan model pembelajaran Reciprocal Teaching (pengajaran terbalik) pada materi ekonomi mikro dan makro dikelas X-8 SMA N 2 Mojokerto selama dua siklus mengalami kendala dimana guru masih mengalami kesulitan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar namun pada siklus kedua guru sudah dapat mengelola pembelajaran dengan baik dan pada tiap siklusnya terjadi peningkatan dengan skor rata-rata siklus pertama 2.63 dan siklus kedua 3.10. 2). Aktivitas siswa X-8 SMA N 2 Mojokerto dalam pembelajaran Reciprocal Teaching (pengajaran Terbalik) pada materi ekonomi mikro dan makro pada siklus pertama siswa cenderung kurang aktif namun pada siklus kedua siswa sudah dapat berkembang aktif dalam pelaksanaan pembelajaran dan menunjukkan hasil yang baik dengan skor ratarata siklus pertama 2.8 dan siklus kedua 3.3. 3) Hasil ketuntasan belajar siswa kelas X-8 SMA N 2 Mojokerto yang dicapai setelah pembelajaran Reciprocal Teaching (pengajaran terbalik) pada materi ekonomi mikro dan makro mengalami peningkatan mulai dari siklus I sebesar 73.72% dan mencapai ketuntasan klasikal pada siklus II yaitu 96.97% . 4) Pendapat siswa kelas X-8 SMA N 2 Mojokerto setelah penerapan 170
Reciprocal Teaching (Pengajaran Terbalik) pada materi ekonomi mikro dan makro mendapat respon positif. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil angket pendapat siswa menyatakan senang dan termotivasi dalam mengikuti proses belajar mengajar serta siswa lebih memahami bacaan materi ekonomi makro dan mikro. Saran Dalam penggunaan model pembelajaran Reciprocal Teaching (Pengajaran Terbalik) ini hendaknya disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Tidak semua materi yang ada dalam penyampaiannya dapat menggunakan model ini. Pada pembelajaran Reciprocal Teaching guru hendaknya memberikan apersepsi dan motivasi yang kreatif untuk mendorong semangat siswa dalam mengikuti pelajaran. DAFTAR RUJUKAN Aulia, Lidjin dkk 2008, dari Jurusan Biologi, FPMIPA, UPI Bandung. Dengan judul penelitian “Pengaruh Resiprocal Teaching Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Pada Konsep Pencemaran Lingkugan”. Jurnal Pendidikan, (online), Vol. 2, No. 2, (http:// aulia.wordpress.com, diakses 20 Nopember 2011/) Aziz, Abdul (2008), dari Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS, Universitas Negeri Makasar. Dengan judul penelitian “Keefektifan Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Reciprocal Teaching Pada Siswa Kelas XI MA Darul Ulum Amessangeng Kabupaten Maros”. Jurnal Pendidikan. (online), Vol. 1, No. 1, (http:// abdulaziz. wordpress.com, diakses 19 Nopember 2011/) Hamalik, Oemar. 2007. Psikologi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Sinar Baru Agensindo J. Titik Haryati, Fauziyah (2009), dari Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang. Dengan judul penelitian “Implementasi Metode Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching) Pada Mata Pelajaran Akuntansi siswa kelas XII IPS SMA Negeri 1 Tegal”. Jurnal Pendidikan,(online), Vol. 2, No. 2,
(http:// J. Titik Haryati, Fauziyah.wordpress. com, diakses 20 Nopember 2011/) Maksum, Ali 2007. Metodologi Penelitian. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya. Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda. Mustaqim. 2003. Psikologi Pendididkan. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Sudjana, Nana 2010. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo Sugiyono 2006 Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Nur, Muhammad. 2008. Pembelajaran kooperatif. Surabaya: Pusat Sain dan matematika Sekolah UNESA. Nur, Muhammad. 2004. Teori-teori Perkembangan Kognitif. Surabaya: Pusat Sain dan Matematika Sekolah UNESA. Nur, Muhammad & Wikandari, P. R. 2004. Pengajaran Berpusat pada Siswa dan Pendekatan-pendekatan Kontruktivis dalam Pembelajaran. Surabaya: UNESA Press. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka. Wardhani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka Jakarta.
171