PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN NABI MUHAMMAD SAW DALAM DUNIA PENDIDIKAN INDONESIA AGUS AINUR ROZIQIN SMP N 1 MERAKURAK TUBAN

Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN NABI MUHAMMAD SAW DALAM DUNIA PENDIDIKAN INDONESIA AGUS AINUR ROZIQIN SMP N 1 MERAKURAK TUBAN Abstrak; Metode pendidikan di Indonesia sangat dipengaruhi tradisi pemikiran Barat, seolah-olah pola pembelajaran perspektif Islam yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW diabaikan, bahkan para guru agama Islam sendiri kurang memberikan perhatian khusus terhadap pembelajaran yang pernah dicontohkan nabi Muhammad SAW. Secara teologis nabi adalah uswatun hasanah, di mana setiap perbuatannya harus dijadikan teladan oleh umat Islam. Kenyataan ini tentu menjadi problem bagi cendekia muslim yang selalu bergelut dalam bidang pendidikan, sehingga perlu diupayakan sebuah kajian yang mendalam tentang bagaimana nabi Muhammad melakukan proses pembelajaran. Berawal dari pemikiran di atas maka, penulis memberanikan diri untuk mengkaji hadits-hadits yang terdapat dalam Kitab Shohih Bukhori dan Muslim tentang pembelajaran nabi Saw kepada para sahabat-sahabat yang menjadi peserta didik pada zamannya. Hadits biasa dikaji berdasarkan sudut pandang keilmuan sang peneliti, seorang ahli fiqih akan meneliti hadits untuk menentukan hukum legal formal yang ada di dalamnya, seorang pengikut tasawuf akan mengkaji hadits untuk menentukan ajaran-ajaran spiritualitas di dalamnya. Seorang ahli kalam akan mengkaji hadits untuk membangun dan memperkuat konsep pemikirannya di bidang kalam. Seorang pendidik, bisa mengkaji hadits dengan sudut pandang seorang pendidik, yakni mengkaji beberapa metode pendidikan yang ada dalam hadits. Sebuah kajian yang menekankan kepada nilai konsep pendidikan yang terhadap dalam hadits. Peneliti mencoba mengikuti langkah-langkah para ulama yang mulia bagaimana saat mengkaji sebuah hadits serta menggali nilai-nilai yang terkandung dan tersirat berupa sebuah konsep utuh, terutama konsep yang berkaitan dengan metode pembelajaran yang perna dilakukan oleh nabi sebagai pendidik kaya dengan uswah hasanah. Menjadi harapan besar bisa mencapai pemahaman yang benar tentang sebuah hadits. Jenis penelitian ini adalah library research atau studi kepustakaaan dari dua sumber utama yaitu: Kitab Shohih Bukhori dan Muslim. Selanjutnya dari beberapa teks hadits akan dianalisa sebagaimana berikut: (1) Analisa Teks, yakni mencoba memahami nilai-nilai yang terkandung dalam hadits tersebut. Tentu dengan lebih mengedepankan metode pendidikan yang ada di

Agus Ainur Roziqin

dalamnya. Memahami berdasarkan perbandingan dengan hadits sejenisnya, perkataan para sahabat, dan ulama yang telah memberikan penjelasan. (2) Kemudian menarik kesimpulan baik bersifat deduktif maupun induktif untuk kemudian melakukan klasifikasi berdasar metode dan varian pembelajarannya berdasarkan konsep pendidikan saat ini. Kata Kunci: Pembelajaran Nabi Muhamamd SAW dan Ruang Pembelajaran

PENDAHULUAN Semua gagasan pembaharuan dalam bidang pendidikan Islam seharusnya tidak bisa dipisahkan dari sunnah Nabi SAW. Secara teologis umat Islam sadar bahwa kedudukan sang nabi sebagai “teladan yang baik” dalam berbagai urusan. Merujuk firman Allah “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS Al-Ahzab 21) dan “Katakanlah: " Jika kamu (benarbenar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”( QS Ali Imron 31). Nabi saw. menjadi figur puncak sebagai teladan dalam semua bidang kehidupan, tidak terkecuali dalam bidang pendidikan. Dalam sebuah hadist secara tegas Nabi SAW bersabda : “ Tidaklah aku diutus kecuali sebagai pendidik (guru)”( HR Ibnu Majah dalam kitab “Sunan”nya no 229). Shihab (2000:67) memberikan

penjelasan tentang hadits Ibnu Majah bahwa

Tidaklah keliru jika dinyatakan bahwa Al-Qur’an adalah kitab pendidikan. Hampir semua unsur yang berkaitan dengan kependidikan disinggung secara tersurat dan tersirat oleh Al-Qur’an. Rasul saw. yang menerima dan bertugas menyampaikan dan mengajarkannya, menamai dirinya “guru”.

2


Penerapan Konsep Pembelajaran Nabi Muhammad Saw

Kajian ini mencoba merumuskan sebuah konsep pembelajaran yang mengacu kepada kehidupan Nabi Muhammad SAW. Sebuah upaya menghadirkan nilai-nilai ideal baik secara teologis maupun sosial, dengan tujuan mampu mengimplementasikan nilai-nilai ideal itu dalam dunia pendidikan. Sehingga dapat dikembangkan pola pembelajaran yang mampu meningkatkan kualitas peserta didik, sebuah model pembelajaran yang mempunyai landasan teologis sebagaimana telah dikerjakan oleh Nabi saw. Mengkaji kehidupan nabi saw. merujuk pada sebuah teks hadits yang menjadi sumber informasi tentang kehidupan nabi secara lengkap dan detail. Zahidi (2000:5) menjelaskan bahwa hadist adalah segala sesuatu yang disandarkan atau dinisbahkan kepada Nabi Muhammad saw. baik berupa perkataan (qauliyah), perbuatan (fi’liyah), maupun persetujuan (taqrir) atau sifat-sifatnya.

PEMBAHASAN Konsep pembelajaran Nabi Muhammad saw. kepada para sahabat (peserta didik) Nabi saw. menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan sebagai konsep dasar dalam pendidikan kepada para sahabat yang menjadi peserta didik. Dilanjutkan memberikan kemudahan dalam pembelajaran setelah tercipta suasana menyenangkan. Dalam suasana yang menyenangkan proses pembelajaran akan lebih mudah difokuskan pada tujuan pembelajaran, sehingga tujuan pendidikan akan lebih mudah tercapai. Langkah-langkah yang dilakukan oleh nabi sebagaimana berikut: 1. Menciptakan Suasana Pembelajaran yang Menyenangkan

3 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015

Agus Ainur Roziqin

Dalam

proses pembelajaran nabi SAW berusaha menciptakan

suasana yang menyenangkan, salah satu ucapan yang sering digunakan dalam menyambut mereka yang mau belajar “Selamat datang wahai utusan yang datang dengan tanpa kehinaan dan penyesalan." ( HR Imam Bukhari no 6176) Sehingga dalam konteks seperti ini Jarir bin Abdullah berkata “Sejak saya masuk Islam, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah menolak saya untuk bertamu dan berkunjung ke rumah beliau. Dan beliau selalu tersenyum setiap kali melihatku.”(HR Bukhori no 6089 dan Imam Muslim no 2475). Konsep pembelajaran yang menyenangkan menjadi bagian integral dalam pendidikan, karena peserta didik akan bisa belajar lebih efektif dan kondusif menyebabkan Proses tranformasi pengetahuan akan berjalan lebih cepat. Pembelajaran yang menyenangkan akan semakin tumbuh jika didukung dengan upaya memberikan kemudahan dalam proses pembelajarannya “Sesungguhnya agama itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulit agama kecuali dia akan dikalahkan (semakin berat dan sulit).”( Bukhori no 6032.) pada riwayat yang lain “"Permudahlah dan jangan persulit, berilah kabar gembira dan jangan membuat orang lari."( HR Bukhori no 69). 2. Menciptakan Suasana yang Mendukung Proses Pembelajaran Setelah

suasana

menyenangkan

tercipta

sebelum

memulai

pembelajaran, nabi saw. akan membuat suasana mendukung terjadinya proses belajar mengajar dengan baik. Dalam suasana yang perna terjadi pada waktu itu, saat Nabi Saw akan memulai pembelajaran namun suasana saat itu kurang mendukung maka tidak akan memulai pembelajaran.

Lantas

meminta

Jarir

bin

Abdullah

membantu

menciptakan suasana yang medukung, nabi bersabda “"Diamkanlah manusia!" ( HR Bukhori 121).

4



3. Memulai Pembelajaran dengan Memuji Allah Setelah suasana yang mendukung proses pembelajaran tercipta, Nabi SAW. akan memulai pembelajaran dengan memuji Allah, banyak hadits yang menjelaskannya, seperti “Kemudian beliau berpidato di hadapan kami, memuja dan memuji Allah terus bersabda: “ ( HR Bukhori no 9696 , Muslim no 1832), maka beliau memuja dan memuji Allah kemudian bersabda…… ( HR Bukhori 7287), Setelah memuji Allah dan mensucikan-Nya, beliau bersabda: ……( HR Bukhori 927). 4. Nabi SAW Berkata-Kata dengan Suara yang Tegas dan Jelas Dalam proses pembelajaran keharusan seorang pendidik adalah tegas dan jelas kata-kata yang digunakannya. Nabi Saw. saat dalam pembelajaran menggunakan suara yang tegas dan jelas, sehingga tidak menimbulkan kerancuan makna dan mudah difahami oleh yang mendengarkannya. Aisyah menjelaskan dalam riwayatnya “Dari Aisyah, ia berkata, "Tidaklah Rasulullah berbicara dengan tergesa-gesa sebagaimana tergesa-gesanya kalian ini. Akan tetapi, beliau berbicara dengan tutur kata yang jelas, yang dapat dihapal oleh orang yang duduk di hadapannya.” ( HR Tirmidzi no 3639 ) dalam riwayat yang lain “Sesungguhnya perkataan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah perkataan yang jelas dan dapat dimengerti oleh setiap orang yang mendengarnya." ( HR Abu Dawud no 4839). Perkataan nabi disifati dengan dua hal “tartil dan tursil” yang keduanya mengacu kepada gaya dan cara bicara yang jelas, tenang dan mudah dimengerti. Imam At-Thibi menjelaskan “ Tartil dan tursil : tartil dalam bacaan maknanya, tenang membacanya, pelan, dan jelas dalam pengucapan huruf dan harakatnya.” Sedangkan Ali Al-Qari menjelaskan “yang dimaksud adalah beliau tidak terlalu cepat dalam melepaskan kata-kata (huruf). Namun berhenti sejenak(pelan), menerangkan


Agus Ainur Roziqin

dengan jelas makhrajnya dan sifat hurufnya, kemudian memilah antara harakat dan sukunnya. Kesimpulannya, tiada tergesa-gesa dalam pembicaraan beliau dan adanya ketenangan.” ( Fadhli Ilahi, 2002 : 75) Di samping perkataan yang jelas (tartil dan tursil) Nabi juga memperhatikan beberapa aspek yang mendasar dalam proses pembelajaran. Beberapa sikap yang dilakukan nabi agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik, seperti : a. Nabi Saw berbicara dari tempat yang lebih tinggi "Pada suatu hari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam duduk di atas mimbar dan kami duduk di sekitarnya." ( HR Bukhori no 921, An-Nasai 2581 dan Ahmadno 11173) Dari hadits di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan: 1. Dalam menyampaikan pembelajaran Nabi Saw berdiri di tempat yang tinggi sehingga sangat memungkinkan mereka yang hadir bisa mengikuti apa yang dijelaskan tidak secara verbal saja, yakni hanya mendengarkan sesuatu secara suara saja tetapi juga secara visual, mereka yang hadir melihat ekpresi dan bahasa tubuh Nabi SAWdalam menyampaikan sebuah materi. Sehingga membuat mereka yang hadir lebih terkesan dalam menerima sebuah materi. 2. Sedang mereka yang mendengarkan berada disekitar Nabi SAW. secara dekat bisa lebih dekat secara fisik maupun mental, tercipta ceramah yang lebih komunikatif, sehingga bisa mengikuti semua yang disampaikan dengan lebih baik. b. Saat melakukan proses pembelajaran

memandang dengan

penuh perhatian, sebagai sikap hormat terhadap lawan bicaranya

6



“Nabi shallallahu 'alaihi wasallam keluar pada hari Idul Adha sampai Baqi’, kemudian sholat dua rokaat, lantas memalingkan wajah kepada kami semua. Dan bersabda “Seungguhnya yang pertama kita kerjakan dari rangkaian ibadah kita adalah

diawali mengerjakan sholat, kemudian

pulang dan menyembelih, barangsiapa yang mengerjakan seperti itu akan telah mengikuti sunnah kami.” ( HR Bukhori 976) Pada riwayat yang lain “Setelah mengucapkan salam, maka beliau berdiri [lalu menghadap kepada kami], lalu bersabda, 'Bagaimana pendapatmu tentang malammu ini? Sesungguhnya pada awal seratus tahun (yang akan datang) tidak ada yang masih tinggal seorang pun dari orang yang ada di atas permukaan bumi." ( HR Bukhori no 116) Sikap

Nabi

SAW.

dalam

pembelajaran

tersebut

mempunyai hikmah agar seorang guru membangun suasana pembelajaran berdasarkan interaksi yang baik, adanya sikap hormat yang mampu membangkitkan gairah peserta didik untuk belajar dengan lebih baik. c. Penyampaian Nabi Saw dengan bahasa yang menyentuh hati Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan Nabi Muhammad

SAW.

dalam

proses

pembelajaran

ialah

kemampuan berbicara yaitu menggunakan bahasa yang mampu menyentuh hati. Hati menjadi unsur penting dalam diri seseorang, sehingga seseorang yang tidak bisa menerima kebenaran mempunyai “hati yang sakit”. Sebagaimana firman Allah “Dalam hati mereka ada penyakit lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan


Agus Ainur Roziqin

mereka berdusta.” (QS Al-Baqarah 10) atau

“Dan adapun

orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.” ( QS At-Taubah 125). Dalam sebuah hadits diriwayatkan, “Al Irbadh berkata, 'Suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

shalat

bersama kami dan setelah itu beliau menghadap kepada kami, lalu memberi kami nasihat yang sangat berharga yang membuat mata melinangkan air mata dan hati pun tergetar. Maka ada seseorang berkata, 'Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasihat perpisahan!?” ( HR Abu Dawud 4607) Hadits ini mengandung hikmah bagaimana seharusnya seorang pendidik mampu berbicara dengan menyentuh hati, sehingga yang mendengarkannya bisa tersentuh hatinya untu berubah menjadi lebih baik. d. Nabi SAW. menggunakan kalimat pendek dan singkat namun kaya akam makna dan hikmah. Penjelasan Nabi SAW. menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek sehingga mudah diingat, namun tidak mengurangi makna dan materi yang disampaikannya. Sehingga proses pembelajaran menjadi efektif dan efisien, tidak bertele-tele namun dangkal maknanya. Hadits di bawah ini menjelaskan bahwa Nabi diutus dengan kemampuan berkomunikasi dengan efektif dan efisien sehingga bisa melakukan proses pembelajaran dengan baik. Sabda Nabi “Aku diutus dengan jawami'ul kalim (ucapan singkat namun sarat makna), aku ditolong dengan rasa ketakutan (musuh) dan ketika aku bermimpi aku diberikan

8



kunci-kunci perbendaharaan dunia (kemenangan) lalu diletakkan di tanganku.” ( HR Bukhori 2977 dan Muslim no 523). e. Nabi Saw Membuka dengan kalimat menarik Nabi SAW. sering menggunakan kalimat pembuka yang menarik sehingga pendengar akan tertarik terhadap apa yang disampaikannya. Beberapa contoh kalimat pembuka Nabi dalam proses pembelajaran:  Memulai dengan mengucap subhanallahu. Ummu Salamah berkata, "Pada suatu malam Nabi shallallahu 'alaihi wasallam terbangun lalu bersabda: "Subhaanallah (Maha suci Allah), fitnah apakah yang diturunkan pada malam ini? ( HR Bukhori 115).  Kalimat pembukaa dengan “Allah tertawa” Allah tertawa terhadap dua orang dimana yang satu membunuh yang lainnya namun keduanya masuk surga. Yang satu berperang di jalan Allah hingga terbunuh. Kemudian Allah menerima taubat orang yang membunuhnya lalu diapun (berperang) hingga mati syahid. ( HR Bukhori 2827).  Kalimat Pembuka Allah Kagum Allah kagum terhadap suatu kaum yang masuk surga dalam keadaan terbelenggu. (Ketika di dunia sebagai musuh yang kafir lalu menjadi tawanan dan dibelenggu lalu masuk Islam). ( HR Bukhori no 3040).  Kalimat Pembuka “ Semua umatku masuk surga” “ Semua umatku masuk surga kecuali yang tidak ingin”. Para sahabat bertanya “Ya Rasulullah, siapa yang tidak ingin !?”. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda “Baranga siapa yang taat padaku akan masuk surga, dan siapa yang menentangku maka tidak ingin masuk surga.” ( HR Bukhori no 7280).


Agus Ainur Roziqin

 Mengawali perkataan dengan menyebut angka Salah satu pendekatan yang digunakan Nabi SAW. dalam memulai pembicaraan dengan menyebut angka sebagai permulaan kalimat. Banyak sekali hadits yang menjelaskan

Nabi menggunakan pendekatan

tersebut : a. Menyebut angka 5 Islam dibangun diatas lima, persaksian tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadlan. ( HR Bukhori no 8, Muslim no 16. dan Tirmidzi no 2609) b. Menyebut angka 60 “Iman memiliki lebih dari enam puluh cabang, dan malu adalah bagian dari iman.” ( HR Bukhori no 9 dan Muslim no 35) f. Nabi Saw memulai dengan kalimat sumpah Sumpah sering digunakan saat memulai sebuah perkataan yang penting. Digunakan untuk menyakinkan pendengar bahwa apa yang disampaikan benar-benar penting. Rasulullah menggunakan kata sumpah untuk memberikan penekanan dan penguatan terhadap apa yang disampaikannya. Di bawah ini beberapa contoh penggunaan kata sumpah, 1) “Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh seorang dari kalian yang mengambil talinya lalu dia mencari kayu bakar dan dibawa dengan punggungnya lebih baik baginya daripada dia mendatangi seseorang lalu meminta kepadanya, baik orang itu memberi atau menolak.” ( HR Bukhori no 0791) 2) Demi Dzat yang diri-ku berada di tangan-Nya, kalaulah Fathimah binti Muhammad mencuri, niscaya kupotong tangannya. ( HR Bukhori no 7017)

10



3) “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian adalah manusia yang paling kucintai, Nabi mengulangi ucapannya tiga kali.” ( HR Bukhori no 9976) g. Nabi SAW. menggunakan pertanyaan retorik Pertanyaan retorik atau retoris adalah pertanyaan yang dibuat untuk menarik perhatian orang yang diajak bicara, pertanyaan bukan pertanyaan dalam makna yang sebenarnya, yakni seseorang tidak mengetahui sesuatu kemudian bertanya. Akan tetapi merupankan kalimat yang digunakan untuk memperkuat apa yang akan atau telah disampaikan. Nabi SAW. menggunakan kalimat retorik untuk dua pendekatan:  Sebagai kalimat pembuka, yakni kalimat yang digunakan untuk membuka sebuah ceramah, digunanakan untuk menarik perhatian pendengar.  Sebagai kalimat penutup, yakni kalimat yang digunakan untuk

menutup

sebuah

ceramah,

biasanya

sebuah

pertanyaan yang menjadi “umpan balik” dari apa yang telah disampaikan. Dalam sebuah hadits diriwayatkan : Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :” Bukankah aku telah menyampaikannya?. Mereka menjawab: Ya, sudah. Kemudian Beliau melanjutkan: Ya Allah, saksikanlah. Maka hendaklah yang menyaksikan menyampaikannya kepada yang tidak hadir, karena betapa banyak orang yang disampaikan dapat lebih mengerti dari pada orang yang mendengar. Dan janganlah kalian kembali menjadi kafir sepeninggalku, kalian saling memukul tengkuk kalian satu sama lain (saling membunuh). ( HR Bukhori 1741).


Agus Ainur Roziqin

5. Nabi SAW. mengulang beberapa kalimat untuk memperkuat dan menjelaskan materi yang akan disampaikannya. Salah satu bentuk gaya bahasa komunikasi dalam ceramah Nabi SAW. adalah menggulang-ulang perkataan untuk memperkuat makna. Hadits di bawah ini menjelaskan cara komunikasi Nabi dengan mengulang kalimat-kalimat penting untuk memperkuat makna yang dituju. Sebagaimana penuturan sahabat Anas bin Malik. Dari Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam apabila memberi salam, diucapkannya tiga kali dan bila berbicara dengan satu kalimat diulangnya tiga kali ( HR Bukhori no 94, Abu Dawud no 3653 dan Tirmidzi no 2723). Beberapa contoh mengulang-ulang perkataannya dengan tujuan untuk memudahkan memahami dan menguasai materi pembelajaran.  Mengulang 3 kali untuk menjelaskan dosa-dosa besar: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda “Maukah kalian, aku akan sampai kepada kalian tentang dosa-dosa besar.” Sampai tiga kali. ( HR Bukhori no 2654 dan Muslim no 87) 

Mengulang-ulang

penjelasan

sebanyak

5

kali,

saat

menjelaskan sholat jamaah bersama Jibril. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Jibril 'alaihissalam pernah turun lalu mengimami aku shalat maka aku shalat bersamanya kemudian aku shalat bersamanya kemudian aku shalat bersamanya kemudian aku shalat bersamanya kemudian aku shalat bersamanya. Beliau menghitung dengan jari, Beliau menunjukkan lima kali (waktu) shalat. ( HR Bukhari no 3221, Muslim no 610 dan AnNasari no 494). 6. Menciptakan Keakraban dengan Peserta Didik Salah satu kunci keberhasilan dalam pembelajaran adalah adanya keakraban atau kedekatan antara guru dan peserta didik, Nabi SAW. menciptakan keakraban dengan berbagai cara diantaranya ialah

12



a. Dalam menciptakan suasana akrab Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memanggil nama sahabat. Untuk mengakrabkan dengan peserta didik nabi memanggil nama sahabat, sebagai hadits-hadits di bawah ini  Telah bercerita Abdurrahman bin Samuroh berkata. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda “Wahai Abdurahman bin Samurah……….(. HR Bukhori 6622)  Dari Muadz bin Jabal radhiallahu anhu “ Aku pernah membonceng Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Tiada jarak yang memisahkanku dengan beliau kecuali hanya tongkat bagian belakang kendaraan. Lalu beliau shallallahu 'alaihi wasallam memangil “ Hai Muadz bin Jabal……( HR Bukhori 6500) b. Menyentuh Badan  Memegang tangan Telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Sahbarah Abu Ma'mar dia berkata; saya mendengar Ibnu Mas'ud berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengajariku tasyahud -sambil meletakkan tanganku diantara kedua telapak tangannya-………..( HR Bukhori no 6265)  Menyentuh pundak Dari Abdullah bin Umar radliallahu 'anhuma dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah memegang pundakku dan bersabda:…………..( HR Bukhori 6416) Menyentuh atau memegang murid mempunyai dampak positif selama interaksi guru dan murid. 1. Untuk mendekatkan diri dan menciptakan keakraban antara guru dan murid, tentu cara menyentuhnya dengan sikap hormat dan bersahabat. Para sahabat akan merasa bahagia, karena pernah disentuh oleh manusia yang paling


Agus Ainur Roziqin

mulia, jika sudah tercipta keakraban seperti itu maka suatu pesan akan lebih kuat. 2. Murid yang merasa diperhatikan secara personal akan lebih perhatian terhadap apa yang disampaikan. 3. Proses pembelajaran akan berjalan lebih cepat, karena didukung adanya kedekatan antara guru dan murid. c. Mendoakan secara khusus pada pribadi tertentu Untuk meningkatkan keberhasilan proses tarbiyah yang dilakukannya, Nabi SAW. melakukan upaya spriritual teaching, yakni pembelajaran berbasis kegiatan spiritual. Salah satu diantaranya adalah mendoakan secara pribadi maupun suatu kelompok masarakat. Doa tidak hanya mempunyai makna ilahiah saja, tetapi juga memberikan dorongan semangat bagi seseorang yang didoakan, karena merasa ada perhatian yang lebih dari orang yang mendoakan. Hadits-hadits di bawah ini adalah contoh doa yang dilakukan Nabi saw sebagai bagian dari interaksi tarbiyahnya 

Doa Nabi saw Kepada Ibnu Abbas. Dari Ibnu 'Abbas berkata: Pada suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berada di sampingku lalu bersabda: “ Ya Allah, ajarkanlah dia Kitab.”( HR Bukhori no 4474)



Doa Nabi saw kepada Anas bin Malik Maka Beliau berdo'a: Ya Allah, karuniakanlah dia harta dan anak-anak dan berilah dia keberkahan didalamnya. Setelah itu aku menjadi orang yang paling banyak hartanya di kalangan Kaum Anshar

 Doa Nabi Saw kepada Jabir bin Abdullah

14



Beliau berdo'a: “ Ya Allah, kokohkanlah ia dan jadikanlah dia orang yang dapat memberi petunjuk dan ditunjuki.” (HR Bukhori no 4357). 7. Kesabaran Nabi dalam menghadapi pertanyaan Sikap utama dalam proses pembelajaran seorang guru adalah sabar dalam menghadapi pertanyaan peserta didik, walau terkadang agak berlebihan. Nabi SAW. bersabar dengan pertanyaan yang ada, bahkan memuji pertanyaan yang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan. “ Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: Aku telah menduga wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada orang yang mendahuluimu dalam menanyakan masalah ini, karena aku lihat betapa perhatian dirimu terhadap hadits”( HR Bukhori no 66). Hadits ini merupakan respon positif Nabi terhadap pertanyaan yang lahir dari usaha untuk memperdalam ilmu pengetahuan. Bahkan Nabi SAW. juga menggunakan pertanyaan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan peserta didik, sebagaiman hadits-hadits di bawah ini. a. Bahwa 'Abdullah bin 'Umar berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam shalat Isya' bersama kami di akhir hayatnya. Setelah selesai memberi salam beliau berdiri dan bersabda: "Tidakkah kalian perhatikan malam ini?.....( HR Bukhori no 0799) b. Dari Ibnu Umar berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “ Sesungguhnya diantara pohon ada suatu pohon yang tidak jatuh daunnya. Dan itu adalah perumpamaan bagi seorang muslim.” Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: “ Katakanlah kepadaku, pohon apakah itu?” (HR Bukhori no

90)


Agus Ainur Roziqin

c. Dari 'Abdurrahman bin Abi Bakrah dari bapaknya radliallahu 'anhu berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata: Apakah kalian mau aku beritahu dosa besar yang paling besar?..... (HR Bukhori no 7967) Dari Abu Ayyub Al Anshari radliallahu 'anhu bahwa seorang lakilaki berkata; Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkanku ke surga. Orang-orang pun berkata; “ Ada apa dengan orang ini, ada apa dengan orang ini.” Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Biarkanlah urusan orang ini.” Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melanjutkan sabdanya: “ Kamu beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya, menegakkan shalat, dan membayar zakat serta menjalin tali silaturrahmi”. Abu Ayyub berkata;” Ketika itu beliau berada di atas kendaraannya”. (HR Bukhori no 6690) 8. Nabi Saw Menggunakan Metode Demonstrasi Fadhli Ilahi (2009:105) menyebutkan 5 contoh praktik Nabi SAW. dalam pembelajarannya. 1. Mengajarkan tata cara wudhu dengan penjelasan berupa praktik. 2. Mengajarkan waktu-waktu sholat dengan penjelasan berupa praktik. 3. Mengerjakan sholat di atas mimbar untuk mengajari manusia 4. Mengajarkan tata cara meludah di baju saat mengerjakan sholat dengan penjelasan berupa praktik 5. Mengajarkan tata cara bertayamum dengan praktik. Nabi Saw terkadang melakukan pembelajaran tanpa perlu menjelaskan lewat kata-kata (ceramah) tetapi lewat perbuatan yang dikerjakan agar bisa dilihat oleh para sahabatnya sehingga bisa mencontoh apa yang dikerjakan. Sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits di bawah ini. Maka Beliau memerintahkan orang untuk meletakkan mimbar tersebut di sini. Lalu aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam shalat diatasnya. Beliau bertakbir dalam

16



posisi di atas mimbar lalu rukuk dalam posisi masih di atas mimbar. Kemudian Beliau turun dengan mundur ke belakang, lalu sujud di dasar mimbar, kemudian Beliau mengulangi lagi (hingga shalat selesai). Setelah selesai, beliau menghadap kepada orang banyak lalu bersabda: "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku berbuat seperti tadi agar kalian mengikuti dan agar kalian dapat mengambil pelajaran tentang tata cara shalatku.” ( HR Bukhori no 609) Metode seperti ini kemudian diikuti oleh para sahabat saat menjelaskan sebuah ibadah kepada para tabiin, mereka mempraktekkan agar yang melihat bisa menjadikannya sebagai contoh, seperti yang dilakukan Ibnu Abbas, setelah memberi contoh cara wudhu, dia berkata ““ Seperti inilah aku lihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berwudlu.” ( HR Bukhori no 140) Begitu juga Usman bin Affan setelah memberikan contoh berwudhu, dia berkata “"Aku telah melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berwudlu seperti wudluku ini”( HR Bukhori no 164) 9. Nabi Saw Menggunakan Media Dalam Pembelajaran Media berasal dari bahasa latin mempunyai arti “perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan”. Dalam dunia pendidikan media biasa diartikan segala sesuatu yang

dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi” (Sadiman Arief S, dkk , 1986:6). Dengan demikian, media mempunyai kedudukan dan peran penting dalam proses pembelajaran. Contoh media yang pernah digunakan nabi Saw dalam pembelajaran.


Agus Ainur Roziqin

a. Menggunakan kejadian yang ada sebagai media untuk menjelaskan sesuatu Salah satu yang menjadi prinsip utama dalam mengajar adalah kemampuan mengkaitkan apa yang terjadi (realitas) dengan apa yang akan dipelajarinya. Nabi menujukkan kemampuan mengkaitkan realitas yang ada dengan konsep yang akan diajarkan, sehingga apa yang diajarkan akan terasa lebih nyata, dekat dengan logika dan kesadaran yang mendengarkannya. Kejadian yang ada dan menarik perhatian para sahabat, dengan cepat Nabi SAW. menjadikannya sebagai media pembelajaran. Hadits di bawah menjadi salah satu contoh yang menarik, beliau menggunakan sebuah peristiwa untuk menjadi media pembelajaran : “Dari Jarir bin Abdillah. Berkata Jarir bin Abdillah “Kami bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam , sedang melihat bulan pada malam hari, yakni bulan purnama”. Kemudian Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya kalian semua akan melihat Tuhan, sebagaimana kalian melihat bulan purnama ini, tanpa harus berdekatan dalam melihatnya..” (HR Bukhori no 554). b. Nabi Membuat Sketsa Untuk Menjelaskan Sesuatu Media lain yang digunakan Nabi SAW. adalah dengan menggunakan garis-garis sederhana untuk menjelaskan materi yang abstrak, menjadi materi yang konkret dan lebih mudah difahami. Sebagaimana yang diriwayatkan dalam sebuah hadits. “Dari Abdullah radliallahu 'anhu dia berkata; "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah membuat suatu garis persegi empat, dan menggaris tengah dipersegi empat tersebut, dan satu garis di luar garis segi empat tersebut, serta membuat beberapa garis kecil pada sisi garis tengah dari tengah garis tersebut” (HR Bukhori no 6417).

18



Gambar sebagai sebuah media pembelajaran memudahkan sahabat memahami apa yang disampaikan oleh Nabi. Imam At-Thibi mencoba menjelaskan bahwa garis yang dibuat nabi adalah sebagai berikut:

Garis lurus menggambarkan angan manusia yang sangat panjang, sedang garis-garis kecil menggambarkan musibah dan cobaan yang menimpa dan kotak persegi menjelaskan keterbatasan manusia, yakni kematian. Dalam riwayat Imam Ahmad Nabi Muhammad menggunakan batang kayu untuk menggambarkan panjangnya angan manusia. (Fadhli Ilahi, op cit, 98) 1. Garis-garis yang dibuat oleh Nabi untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan nyata. Akan terlalu abstrak jika Nabi hanya menjelaskan lewat kata-kata saja tanpa adanya garis-garis tersebut sebagai media. 2. Dalam tarbiyah diperlukan adanya visualisai yang lebih nyata untuk materi-materi yang sangat abstrak. KESIMPULAN Dari penelitian sederhana ini tentang metode-metode Nabi Muhammad Saw dalam pembelajaran dapat diambil kesimpulan. Pertama, Nabi melakukan proses pembelajaran dengan menciptakan kondisi yang mendukung proses pembelajaran dengan menciptakan suasana yang menyenangkan dan


Agus Ainur Roziqin

memberikan kemudahan bagi mereka yang mencari ilmu. Kedua, Nabi melakukan proses pembelajaran dengan menciptakan kedekatan dengan peserta didik melalui interaksi yang aktif . Interaksi yang aktif akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Ketiga, mengembangkan suasana dialogis dalam proses pembelajaran. Keempat, menggunakan berbagai metode dan pendekatan dalam proses pembelajaran. Pembahasan tentang manhaj tarbiyah Rasulullah adalah mencakup sesuatu yang sangat luas, sehingga membutuhkan ikhtiar yang lebih sungguh-sungguh demi terwujudnya sebuah konsep pembelajaran yang mempunyai akar dari prinsip dan nilai-nilai agama. Saran Pertama, Perlu dikembangkan minat para pendidikan muslim untuk mengembangkan metode pendidikan yang paling sesuai dengan konsep yang diajarkan oleh Allah azza wa jalla lewat khotamul anbiya’ wal mursalin, sehingga pendidikan sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Kedua, hasil penelitian ini masih jauh hanyalah butiran debu dari luasnya pembelajaran Nabi Muhammad SAW, bahkan masih mempunyai tumpukan kekurangan, namun impian penulis bahwa apa yang diangkat dalam penelitian ini semoga menginspirasi dan meningkatkan rasa cinta terhadap Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

DAFTAR PUSTAKA Al-Aini, Badruddin “ Umdatul Qori Syarah Shohih Bukhori” Darul Ilmiyah, Beirut, 2001 Al-Bukhori, Imam Abdillah Muhammad bin Ismail “ Shohih Bukhori”. Dar AlHadits, Kairo, Mesir, 2004

20



Al-Qusyairi, Imam Khusain Muslim bin Khajaaj “Shohih Muslim “, Dar Ibnu Hazm, Kairo, Mesir, 2010. Ilahi, Fadhl “ Tips Menjadi Pengajar Sukses Seperti Nabi Saw”, Pustaka Arrayan, Kartasura, 2010 Sadiman, Arief S “Media Pendidikan : Pengertian, Pengembang dan Pemanfaatannya.”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1986 Shihab, M Quraisy “Secercah Cahaya Ilahi : Hidup Bersama Al-Qur’an”, Mizan, Bandung, 2000


PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN NABI MUHAMMAD SAW DALAM DUNIA PENDIDIKAN INDONESIA AGUS AINUR ROZIQIN SMP N 1 MERAKURAK TUBAN

Recommend Documents