e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015)
PENERAPAN ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DALAM PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEPUNG PADA USAHA PIA ARIAWAN DI DESA BANYUNING TAHUN 2013 Gede Agus Darmawan, Wayan Cipta, Ni Nyoman Yulianthini Jurusan Manajemen Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui jumlah per pesanan bahan baku tepung Usaha Pia Ariawan dengan menggunakan metode EOQ, dan (2) untuk mengetahui besarnya total biaya persediaan Usaha Pia Ariawan dengan menggunakan metode EOQ. Subjek dalam penelitian ini adalah Usaha Pia Ariawan yang berlokasi di Desa Banyuning Kecamatan Buleleng, dan objeknya adalah pengelolaan persediaan bahan baku tepung. Data dikumpulkan dengan pencatatan dokumen dan wawancara. Data dianalisis dengan metode EOQ. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) jumlah per pesanan bahan baku tepung Usaha Pia Ariawan dengan menggunakan metode EOQ sebanyak 878,71 kg, persediaan pengamanan yang harus tersedia sebanyak 26,86 kg, pemesanan kembali seharusnya dilakukan saat persediaan bahan baku tepung sebanyak 91,20 kg, dan persediaan maksimum yang harus ada di gudang adalah 905,57 kg, dan (2) besarnya total biaya persediaan dengan menggunakan metode EOQ sebesar Rp 527.266,71. Jumlah ini lebih kecil bila dibandingkan dengan biaya total persediaan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan pada periode yang sama yang mencapai Rp 1.059.102. Kata kunci: Persediaan Bahan Baku, Economic Order Quantity. Abstract The aims of this research is: (1) to know the amount per order flour Ariawan's Pia Effort using the EOQ, and (2) to know total inventory cost of Ariawan's Pia Effort using EOQ method.. The Subject of this research is Ariawan's Pia effort which is located in Banyuning village, Buleleng distric, and its object is the managing the stocks of flour as basic ingredient. The data was collected by the recording documents and interview. Data were analyzed by the EOQ method. The results of this study indicate that: (1) amount per order flour as basic ingredients in Ariawan's Pia Effort using EOQ method as much as 878,71 kg, safety stock should be available as much as 26,86 kg, reorder point should be done when the supply of basic ingredients as much as 91,20 kg of flour, and maximum inventory in the warehouse is to be 905,57 kg, and (2) the amount of total inventory cost using the EOQ method is Rp 527.266,71. This number is small compared with the total inventory costs to be incurred by the company during the same period reached Rp 1.059.102. Keywords : Materials Inventory, Economic Order Quantity.
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) PENDAHULUAN Pengawasan persediaan merupakan masalah yang sangat penting, karena jumlah persediaan akan menentukan atau mempengaruhi kelancaran proses produksi serta keefektivan dan efisiensi setiap perusahaan. Jumlah atau tingkat persediaan yang dibutuhkan oleh perusahaan berbeda-beda. Persediaan tergantung dari volume produksinya, jenis pabrik, dan prosesnya. Pada dasarnya semua perusahaan mengadakan perencanaan dan pengendalian bahan dengan tujuan pokok meminimumkan biaya dan untuk memaksimumkan laba dalam waktu tertentu. Efektivitas biaya persediaan ini dapat dilakukan dengan melakukan manajemen persediaan pada perusahaan tersebut, karena tanpa manajemen persediaan, perusahaan akan mengalami kelebihan atau kekurangan persediaan bahan baku. Ada beberapa alasan sehingga efektivitas perusahaan ini menjadi sangat penting. Alasan pertama yaitu penyimpanan bahan yang diperlukan perusahaan agar dapat memenuhi pesanan pembeli dalam waktu yang cepat. Jika perusahaan tidak memiliki persediaan bahan dan tidak dapat memenuhi pesanan pembeli pada saat tepat, maka kemungkinannya pembeli akan berpindah ke perusahaan lain. Alasan yang kedua untuk berjaga-jaga pada saat bahan di pasar sulit diperoleh, sehingga perusahaan perlu untuk menyimpannya. Apabila persediaan bahan baku yang dimiliki perusahaan kurang dari yang dibutuhkan maka kelancaran proses produksi akan terganggu, kebutuhan pelanggan akan produksi tersebut tidak terpenuhi sehingga perusahaan akan kehilangan konsumen dan kesempatan memperoleh laba akibat habisnya bahan baku. Apabila persediaan bahan baku berlebihan mengakibatkan penggunaan dana yang tidak efisien karena tidak banyak modal yang tertanam untuk satu jenis bahan saja sehingga dapat meningkatkan biaya penyimpanan dan biaya perawatan serta memperbesar risiko apabila barang tersebut rusak atau hilang. Dalam manajemen persediaan bahan baku, dipergunakan metode EOQ.
Selain menentukan EOQ, perusahaan juga perlu menentukan waktu pemesanan kembali bahan baku yang akan digunakan atau Reorder Point (ROP) agar pembelian bahan yang sudah ditetapkan dalam EOQ tidak mengganggu kelancaran kegiatan produksi. Usaha Pia Ariawan adalah perusahaan yang kegiatan utamanya memproduksi pia dengan bahan baku utamanya adalah tepung. Berdasarkan observasi awal ternyata persediaan tepung yang menjadi bahan baku dalam pembuatan pia belum direncanakan dengan baik, sehingga persediaan tepung di gudang kurang optimal. Hal tersebut terlihat pada saat Usaha Pia Ariawan yang sering mendapatkan pesanan pia yang cukup banyak, sehingga pemilik melakukan pemesanan tepung dengan jumlah yang lebih dari jumlah biasanya dan akan dapat menyebabkan kelebihan persediaan tepung. Misalnya pada bulan Januari, Usaha Pia Ariawan melakukan pembelian bahan baku tepung sebanyak 975 kg tetapi bahan baku yang digunakan hanya sebanyak 932 kg sehingga terjadi kelebihan bahan baku sebanyak 43 kg. pada bulan Februari juga terjadi kelebihan bahan baku sebanyak 50 kg karena Usaha Pia Ariawan melakukan pembelian bahan baku sebanyak 950 kg sehingga bahan yang tersedia untuk diproses sebanyak 993 kg, tetapi bahan baku yang digunakan hanya sebanyak 943 kg. Dampak dari kelebihan bahan baku tepung tersebut, Usaha Pia Ariawan akan mengeluarkan biaya penyimpanan yang lebih, guna menjaga kualitas bahan baku tersebut. Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu, (1) berapa jumlah per pesanan bahan baku tepung Usaha Pia Ariawan dengan menggunakan metode EOQ? dan (2) berapa besar total biaya persediaan Usaha Pia Ariawan dengan menggunakan metode EOQ? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui jumlah per pesanan bahan baku tepung Usaha Pia Ariawan dengan menggunakan metode EOQ, dan (2) mengetahui besarnya total biaya
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) persediaan Usaha Pia Ariawan dengan menggunakan metode EOQ. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat (1) bagi Usaha Pia Ariawan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan efisiensi penggunaan sumber dana dan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk menentukan besarnya kuantitas pembelian bahan baku yang ekonomis dengan total biaya persediaan bahan baku yang efisien, dan (2) bagi Undiksha, dapat dijadikan bahan kajian untuk mahasiwa yang sedang melakukan penelitian. Manajemen persediaan memerlukan perhatian yang penting dari pihak manajemen perusahaan karena manajemen yang buruk dapat menimbulkan masalah baik dalam kegiatan beroperasi mauoun dalam bisnis. Maksud dari manajemen persediaan adalah untuk menentukan jumlah persediaan yang disimpan yaitu seberapa banyak persediaan yang disimpan, berapa banyak yang harus dipesan, dan kapan persediaan harus diisi kembali. Indrajat dan Djoko Pranoto (2003) menyatakan bahwa manajemen persediaan (inventory control) adalah kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penentuan kebutuhan material sehingga kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada waktunya dan persediaan dapat ditekan secara optimal. Manajemen persediaan juga berkaitan dengan manajemen logistik, manajemen logistik juga membahas mengenai gudang, pergerakan (pemindahan), dan penyimpanan. Manajemen logistik menurut Donald (2002) adalah proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku cadang dan barang jadi dari para supplier, diantara fasilitas-fasilitas perusahaan dan kepada para langganan. Adapun prestasi logistik diukur dengan cara sebagai berikut. (1) Availability (penyediaan), Availability adalah menyagkut kemampuan perusahaan untuk secara konsisten memenuhi kebutuhan material atau
produk, jadi availability menyangkut level persediaan. (2) Capability (kemampuan), menyangkut jarak dan waktu antara penerimaan suatu pesanan dengan pengantaran barangnya. Capability terdiri dari kecepatan pengantaran dan konsistennya dalam jangka waktu tertentu. (3) Quality (mutu), menyangkut berapa jauh baiknya tugas logistic itu secara keseluruhan dilaksanakan, dilihat dari besarnya kerusakan, item-item yang betul, pemecahan masalah-masalah yang tak terduga. Praktisnya, persediaan hanya mengatur jumlah dan kapan pemesanan dilakukan, sedangkan logistik mengatur secara detail mengenai posisi barang di gudang, bagaimana sirkulasi barang di gudang bisa lancar, tidak hanya mengenai berapa dan kapan persediaan harus dilakukan. Persediaan merupakan sejumlah barang yang ada di gudang yang akan dipergunakan untuk memenuhi suatu tujuan tertentu di dalam perusahaan. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi ataupun suku cadang. Suatu perusahaan hampir bisa dikatakan tidak ada yang beroperasi tanpa persediaan, meskipun sebenarnya persediaan hanyalah suatu sumber dana yang menganggur, tetapi dapat berpengaruh terhadap kelangsungan aktifitas perusahaan, sehingga harus dapat mengendalikannya agar tepat sasaran. Oleh karena itu persediaan barang yang diadakan oleh perusahaan sebaiknya tidak terlalu besar maupun terlalu kecil, agar perusahaan dapat terus memenuhi setiap permintaan dan dapat menantisipasi apabila terjadi tingkat permintaan yang meningkat. Pengertian persediaan menurut Pardede (2003) adalah sejumlah bahan atau barang yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu pada masa yang akan datang. Persediaan terjadi apabila jumlah bahan atau barang yang diadakan melalui proses produksi atau pembelian lebih besar dari pada jumlah
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) yang digunakan (dijual atau diolah sendiri). Perusahaan memerlukan adanya suatu pengawasan terhadap produknya dalam menjaga kualitas serta kuantitasnya, untuk dapat selalu memenuhi permintaan dan kebutuhan konsumen. Kegiatan pengawasan terhadap produk sangat diperlukan, seperti melakukan pengecekan terhadap pengepakan, menjaga kualitas barang dan pengecekan kuantitas persediaan dalam gudang, serta pemilahan barang yang cacat agar tidak terjadi keadaan yang tidak diharapkan oleh perusahaan. Menurut Sumayang (2003) terdapat tiga alasan mengapa persediaan diperlukan, yaitu sebagai berikut. (1) Menghilangkan pengaruh ketidakpastian. Untuk menghadapi ketidakpastian, pada sistem persediaan ditetapkan persediaan darurat yang dinamakan safety stock, (2) Memberi waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian. Tujuan ini memberikan kemudahan untuk: (a) memberikan kemungkinan untuk menyebarkan dan meratakan beban biaya investasi pada sejumlah produk, dan (b) memungkinkan penggunaan satu peralatan untuk menghasilkan bermacammacam jenis produk, (3) Mengantisipasi perubahan pada demand dan supply. Persediaan disiapkan untuk menghadapi beberapa kondisi yang menunjukan perubahan demand dan supply. Alasan diperlakukannya persediaan oleh suatu perusahaan menurut Assauri (2000) adalah: (1) dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi, untuk memindahkan produk dari suatu tingkat ke tingkat proses yang lain, yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan, dan (2) alasan organisasi, untuk memungkinkan satu unit atau bagian membuat jadwal operasinya secara bebas, tidak tergantung dari yang lainnya. Terdapat tiga fungsi persediaan menurut Rangkuti (2004), yaitu sebagai berikut. (1) Fungsi decoupling Fungsi decoupling persediaan adalah fungsi persediaan yang
memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung kepada pemasok. Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaan dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. (2) Fungsi economic lot sizing Fungsi economic lot sizing adalah fungsi persediaan yang perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya. (3) Fungsi antisipasi Fungsi antisipasi adalah fungsi persediaan dalam menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau datadata masalalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman atau seasional inventories. Selain itu perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengriman dan permintaan barang-barang selama periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan memerlukan persediaan ekstra yang disebut persediaan pengaman atau safety stock. Pembagian tipe persediaan berdasarkan sifat permintaan (Sumayang, 2003), terbagi atas: (1) independent demand (permintaan bebas) atas persediaan, yaitu persediaan untuk jenisjenis produk atau bahan baku yang permintaan atau penggunaannya tidak bergantung kepada produk atau bahan baku lain, dan (2) dependent demand (permintaan terikat) atas persediaan, yaitu persediaan untuk jenis-jenis produk atau bahan baku yang permintaan atau penggunaannya bergantung kepada produk atau bahan baku lain. Biasanya digunakan untuk jenis-jenis persediaan komponen dan barang dalam proses untuk menghasilkan produk akhir. Menurut Sofyan Assauri (2004: 176) mengungkapkan bahwa pengendalian persediaan adalah sebagai suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) dari persediaan parts, bahan baku dan barang hasil atau prodak, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhankebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan efisien. Pelaksanaan pengendalian persediaan yang tepat bukanlah hal yang mudah. Apabila jumlah persediaan yang terlalu besar mengakibatkan timbulnya dana menganggur yang besar, meningkatkan biaya penyimpanan dan resiko kerusakan barang yang lebih besar. Namun, jika persediaan terlalu sedikit mengakibatkan resiko terjadinya kekurangan persediaan (stock-out), karena seringkali sejumlah barang tidak dapat didatangkan secara mendadak. Menurut Zulian Yamit (2008: 9), Biaya persediaan didasarkan pada parameter ekonomis yang relevan dengan jenis biaya sebagai berikut: (1) biaya pembeliaan (purchase cost) adalah harga perunit apabila item dibeli dari pihak luar, atau biaya produksi per unit apabila diproduksi dalam perusahaan, (2) biaya pemesanan (Order cost/ set up cost) adalah biaya yang berasal dari pembelian pesanan dari supplier atau biaya persiapan (set up cost) apabila item diproduksi di dalam perusahaan, (3) biaya simpan (carriying cost/ holding cost) adalah biaya yang keluar atas investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi sarana fisik untuk menyimpan persediaan, dan (4) biaya kekurangan persediaan (stock out cost) adalah konsekuensi ekonomis atas kekurangan dari luar maupun dari dalam perusahaan. Keputusan penting yang harus dilakukan oleh manajemen di dalam pengelolaan persediaan, yaitu berapa banyak jumlah barang atau item yang harus dipesan, untuk setiap kali pengadaan persediaan atau kapan pemesanan barang harus dilakukan. Setiap keputusan yang diambil tentunya mempunyai pengaruh terhadap besarnya biaya persediaan. Semakin banyak barang yang disimpan akan mengakibatkan semakin besar biaya penyimpanan barang. Sebaliknya, semakin sedikit barang yang disimpan dapat menurunkan
biaya penyimpanan, tetapi menyebabkan frekuensi pembelian barang semakin besar, yang berarti biaya total pemesanan semakin besar. Economic Order Quantity (EOQ) adalah kuantitas bahan yang dibeli pada setiap kali pembelian dengan biaya yang paling minimal (Sutrisno, 2001). Metode EOQ dapat digunakan baik untuk barangbarang yang dibeli maupun yang diproduksi sendiri. EOQ banyak dipergunakan sampai saat ini karena mudah dalam penggunaannya, meskipun dalam penerapannya harus memperhatikan asumsi yang dipakai. Asumsi dasar untuk menggunakan metode EOQ adalah sebagai berikut. (1) Permintaan dapat ditentukan secara pasti dan konstan sehingg biaya stock out dan yang berkaitan dengan kapasitasnya tidak ada. (2) Item yang dipesan independent dengan item yang lain. (3) Pemesanan diterima dengan segera dan pasti. (4) Harga item yang konstan. Adapun rumus yang biasa digunakan untuk menghitung EOQ adalah sebagai berikut.
Dimana: EOQ = jumlah satuan per pesanan D = kebutuhan tahunan S = biaya pemesanan per order H = biaya penyimpanan per unit Didalam pengisian persediaan terdapat suatu perbedaan waktu yang cukup lama antara saat mengadakan pemesanan untuk penggantian kembali persediaan dengan saat penerimaan barang-barang yang dipesan tersebut diterima dan dimasukkan ke dalam persediaan. Menurut Assauri (2000), lead time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan-bahan sampai dengan kedatangan bahan-bahan yang dipesan tersebut dan diterima di gudang persediaan. Persediaan pengaman merupakan suatu persediaan yang dicadangankan sebagai pengaman dari kelangsungan
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) proses produksi perusahaan. Persediaan pengaman diperlukan karena dalam kenyataannya jumlah bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi tidak selalu tepat seperti yang direncanakan. Persediaan pengaman adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan. Kekurangan bahan dapat disebabkan karena penggunaan bahan baku yang lebih besar dari perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan bahan baku yang dipesan. Persediaan pengaman dapat mengurangi kerugian akibat kekurangan bahan, tetapi menambah biaya penyimpanan bahan (Assauri, 2000). Menurut Rangkuti (2004), persediaan pengaman adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan. Ada beberapa faktor yang menentukan besarnya persediaan pengaman, yaitu: (1) rataan tingkat permintaan dan rataan masa tenggang, (2) keragaman permintaan pada masa tenggang, dan (3) keinginan tingkat pelayanan yang diberikan. Perhitungan persediaan pengamanan adalah sebagai berikut (Rangkuti dalam Indrayati, 2007).
Dimana: Z = Standar Deviasi σ = Kuadrat eror X = Penggunaan bahan baku senyatanya Y = Perkiraan penggunaan bahan baku Reorder point (ROP) atau titik pemesanan kembali adalah suatu titik atau batas dari jumlah persediaan yang ada pada suatu saat dimana pemesanan harus diadakan kembali. Reoder point adalah saat atau waktu tertentu perusahaan harus mengadakan pemesanan bahan dasar kembali, sehingga datangnya pesanan tersebut tepat dengan habisnya bahan dasar yang dibeli, khususnya dengan metode EOQ (Gitosudarmo, 2002). ROP terjadi apabila
jumlah persediaan yang terdapat didalam stok berkurang terus. Dengan demikian, perusahaan harus menentukan berapa banyak batas minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan. Perhitungan ROP adalah sebagai berikut. ROP = Safety Stok + (Lead Time x Q) Dimana: ROP = Reorder point Lead time = Waktu tunggu Q = Penggunaan bahan baku rata-rata per hari Penelitian ini didukung oleh penelitian terdaulu dari Kasmari (2011), Yulius Gessong Sampeallo (2012), Eyverson Ruauw (2011), METODE Penelitian ini merupakan penellitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Subjek dari penelitian ini adalah Usaha Pia Ariawan yang berlokasi di Desa Banyuning Kecamatan Buleleng. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa data persediaan bahan baku, pembelian bahan baku, biaya pembelian, dan biaya penyimpanan bahan baku. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa hasil wawancara dengan pemilik Usaha Pia Ariawan yaitu data tentang data persediaaan bahan baku tepung tahun 2013, frekuensi pemesanan bahan baku, dan waktu tunggu saat pemesanan bahan baku sampai bahan baku sampai di gudang, serta daftar harga bahan baku, catatan pembelian bahan baku, biaya penyimpanan, dan biaya pembelian bahan baku yang diperoleh dari dokumentasi Usaha Pia Ariawan. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan perhitungan menggunakan metode economic order quantity (EOQ). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Usaha Pia Ariawan melakukan pengadaan bahan baku tepung dengan pemesanan dua kali dalam sebulan dari supplier yang telah menjadi rekanan selama ini. Rata-rata pembelian bahan baku yang dilakukan pada usaha ini
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) adalah sebesar 966,67 kg dan rata-rata penggunaan bahan baku sebanyak 965,17 kg. Biaya pemesanan yang dikeluarkan oleh usaha ini setiap kali melakukan pemesanan adalah sebesar Rp20.000. Biaya penyimpanan (carrying cost atau holding cost) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan adanya persediaan barang di gudang. Besarnya biaya penyimpanan pada Usaha Pia Ariawan oleh pemilik usaha ditetapkan sebesar 10% dari harga tepung per kilogram. Maka besarnya biaya penyimpanan yang dikeluarkan usaha ini adalah Rp600 per kilogram. Perhitungan total biaya persediaan menurut Usaha Pia Ariawan akan dihitung menggunakan persediaan rata-rata yang ada diperusahaan. Pada usaha ini, persediaan rata-rata bahan baku tepung sebesar 965,17 kg, biaya penyimpanan sebesar Rp 600, biaya pemesanan tiap kali pesan seharga Rp 20.000, dan frekuensi pembelian yang dilakukan oleh usaha pia tersebut sebanyak 24 kali. Dengan demikian, biaya total persediaan yang dikeluarkan Usaha Pia Ariawan pada tahun 2013 sebesar Rp 1.059.102. Dalam perhitungan metode EOQ disebutkan ada persediaan pengamanan (safety stock), Penentuan pemesanan kembali (reorder point), penentuan persediaan maksimal (maximum inventory), dan perhitungan biaya total peersediaan (total inventory cost). Adapun tahapan dalam perhitungan kuantitas pembelian optimal atau EOQ adalah sebagai berikut. (1) Penentuan Kuantitas Pembelian Optimal Penentuan kuantitas pembelian yang optimal dapat dihitung dengan menggunakan metode EOQ. Dengan demikian, jumlah pembelian bahan baku tepung pada Usaha Pia Ariawan tahun 2013 yang optimal setiap kali pesan dengan metode EOQ adalah sebesar 878,71 kg. Frekuensi pembelian yang dilakukan Usaha Pia Ariawan untuk bahan baku tepung adalah sebanyak 13 kali pemesanan selama satu tahun. (2) Penentuan Persediaan Pengamanan (Safety Stock)
Persediaan pengaman (safety stock) berguna untuk melindungi perusahaan dari risiko kehabisan bahan baku (stock out), keterlambatan penerimaan bahan baku yang dipesan, dan dapat juga bermanfaat ketika terjadi lonjakan permintaan yang tidak terprediksi sebelumnya oleh perusahaan. Dalam analisis penyimpangan ini manajemen perusahaan menentukan seberapa jauh bahan baku yang masih dapat diterima. Pada umumnya batas toleransi yang digunakan adalah 5%. Angka ini dapat diperoleh pada tabel Z yang bernilai Z = 1,645. Dengan nilai standar deviasi sebesar 16,33, maka besarnya persediaan pengaman (safety stock) yang harus ada pada Usaha Pia Ariawan tahun 2013 adalah sebesar 26,86 kg. (3) Penentuan Pemesanan Kembali (Reorder Pooint) Pemesanan kembali atau Reorder Point (ROP) adalah saat dimana perusahaan harus melakukan pemesanan bahan bakunya kembali, sehingga penerimaan bahan baku yang dipesan dapat tepat waktu. Karena dalam melakukan pemesanan bahan baku tidak dapat langsung diterima hari itu juga. Pada tahun 2013 Usaha Pia Ariawan seharusnya melakukan pemesanan kembali saat persediaan bahan baku tepung sebesar 91,20 kg. (4) Penentuan Persediaan Maksimum (Maximum Inventory) Persediaan maksimum atau Maximum Inventory diperlukan oleh perusahaan agar jumlah persediaaan yang ada di gudang tidak berlebihan sehingga tidak terjadi pemborosan modal kerja. Jumlah persediaan maksimum pada Usaha Pia Ariawan pada tahun 2013 adalah sebesar 905,57 kg. Maka dari itu Usaha Pia Ariawan akan dapat menekan biaya untuk penyimpanan bahan baku yang dibeli. (5) Perhitungan Total Biaya Persediaan Bahan Baku (Total Inveentory Cost) Total Inventory Cost (TIC) digunakan untuk mengetahui total biaya persediaan bahan baku minimal yang diperlukan perusahaan dengan menggunakan perhitungan EOQ. Hal ini dilakukan untuk penghematan biaya persediaan
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) perusahaan. Berdasarkan hasil perhitungan Total Inventory Cost (TIC), dapat diketahui bahwa Total Inventory Cost (TIC) yang dikeluarkan Usaha Pia Ariawan menurut metode EOQ pada tahun 2013 adalah sebesar Rp 527.266,71.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai perhitungan persedian bahan baku tepung pada Usaha EOQ tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Besarnya EOQ, Safety Stock, Reorder Point, dan Maximum Inventory Bahan Baku Tepung Usaha Pia Ariawan Tahun 2013 Tahun
EOQ
Safety Stock
Reorder Point
Maximum Inventory
2014
878,71 kg
26,86 kg
91,20 kg
905,57 kg
Dalam Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa jumlah pembelian bahan baku tepung berdasarkan perhitungan dengan metode EOQ, persediaan pengamanan (Safety Stock), Reorder Point, dan Maximum Inventory pada Usaha Pia Ariawan pada tahun 2013. Jumlah pembelian bahan baku yang selalu meningkat atau berfluktuasi dan frekuensi pembelian yang terlalu sering, akan menyebabkan pembengkakan pada total biaya persediaan perusahaan. Setelah dihitung total biaya persediaan atau Total Inventory Cost (TIC) bahan baku tepung tahun 2013 menurut kebijakan Usaha Pia Ariawan dan dengan perhitungan menggunakan metode EOQ, maka untuk dapat mengetahui metode mana yang lebih efisien dalam pengendalian persediaan bahan bakunya, diperlukan perbandingan antara keduanya. Rincian perbandingan total biaya persediaan atau Total Inventory Cost (TIC) bahan baku tepung tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.8 sebagai berikut. Tabel 4.8 Perbandingan Total Inventory Cost (TIC) Perusahaan dan Economic Order Quantity (EOQ) Tahun 2013 Economic Order Usaha Pia Keterangan Quantity Ariawan (EOQ) Total Inventory Cost (TIC) Selisih
Rp 1.059.102
Rp 527.266,71
Rp 531.835,29
Sumber: Analisis penulis Dari Tabel 4.8 di atas, telah dibandingkan antara Total Inventory Cost (TIC) yang dihitung berdasarkan persediaan rata-rata yang ada di perusahaan dengan Total Inventory Cost (TIC) yang dihitung berdasarkan metode Economic Order Quantity (EOQ). Terlihat jelas bahwa terdapat perbedaan yang sangat mencolok bila perusahaan menggunakan metode EOQ, yaitu terjadi penghematan total biaya persediaan sebesar Rp531.835,29 pada tahun 2013. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil perhitungan yang dilakukan, maka diketahui pemakaian bahan baku tepung pada Usaha Pia Ariawan masih berfluktuasi. Dengan demikian penting bagi perusahaan untuk melaksanakan suatu metode pembelian persediaan yang lebih efisien, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk persediaan dapat ditekan seminimal mungkin. Metode pembelian yang biasa dikenal dengan Economic Order Quantity (EOQ) dapat digunakan untuk mengatasi pemakaian yang berfluktuasi tersebut. Dalam perhitungannya, metode ini dipertimbangkan beberapa hal, antara lain jumlah kebutuhan bahan baku, biaya pemesanan, dan biaya penyimpanan. Perbedaan yang terdapat antara perhitungan TIC perusahaan dengan TIC EOQ dapat dilihat pada Tabel 4.8. Pada tahun 2013, dengan menggunakan metode EOQ perusahaan harus mengeluarkan total biaya persediaan
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) sebesar Rp 527.266,71. Jumlah ini lebih kecil bila dibandingkan dengan biaya total persediaan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan berdasarkan perhitungan perusahaan itu sendiri pada periode yang sama yang mencapai Rp 1.059.102. Frekuensi pembelian bahan baku dalam satu tahun jika menggunakan metode EOQ lebih sedikit, yaitu sebanyak 13 kali dalam setahun. Frekuensi pembelian yang lebih sedikit akan lebih menekan biaya pemesanan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Tetapi perlu diingat juga bahwa metode pembelian persediaan dengan menggunakan metode EOQ juga memiliki banyak keterbatasan dan kondisi-kondisi yang harus dipenuhi, misalnya tentang perubahan harga yang kemungkinan terjadi, maka hendaknya perusahaan juga memperhatikan faktor perubahan harga dalam menentukan pembelian persediaan bahan baku. Selain itu, dalam penggunaan metode EOQ terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi, antara lain permintaan akan produk, harga per unit produk, biaya penyimpanan produk per unit per tahun, biaya pemesanan, waktu antara pemesanan dilakukan sampai dengan barang diterima, dan ketersediaan bahan baku di pasar. Pembeliaan bahan baku yang optimal dengan menggunakan metode EOQ yaitu sebesar 878,71 kg, jumlah ini lebih sedikit bila dibandingkan dengan rata-rata pembelian bahan baku yang dilakukan oleh perusahaan, yaitu sebesar 966,67 kg. Usaha Pia Ariawan melakukan pembelian bahan baku tepung pada saat persediaan sebesar 91,20 kg. Dengan demikian saat pemesanan bahan baku tepung yang diterima dengan lead time dua hari, persediaan yang tersisa masih 26,86 kg. Usaha Pia Ariawan tidak boleh melakukan pembelian bahan baku melebihi persediaan maksimum yaitu sebesar 905,57 kg agar tidak terjadi pemborosan modal kerja.
pesanan yang dilakukan usaha ini sebanyak 966,67 kg, dan jumlah per pesanan dengan menggunakan metode EOQ sebanyak 878,71 kg. (2) Besarnya total biaya persediaan bahan baku tepung pada tahun 2013 yang dilakukan oleh Usaha Pia Ariawan sebesar Rp 1.059.102, sedangkan dengan menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity) menghasilkan total biaya persediaan bahan baku sebesar Rp 527.266,71, sehingga efisiensi yang dapat diperoleh dengan menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity) adalah sebesar Rp 531.835,29. Berdasakan hasil yang telah dipaparkan di atas, penulis dapat mengajukan saran sebagai berikut. (1) Sebaiknya Usaha Pia Ariawan meramalkan kebutuhan bahan baku yang akan digunakan, sehingga akan dapat menekan biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. (2) Usaha Pia Ariawan sebaiknya menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) dalam melakukan pengendalian persediaan bahan baku tepung, karena dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) diperoleh total biaya persediaan yang lebih rendah dibandingkan dengan total biaya persediaan yang harus dikeluarkan perusahaan selama ini.
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. (1) Pada tahun 2013 jumlah rata-rata per
Gitosudarmo, Indrio. 20022. Manajemen Keuangan Edisi 4. Yogyakarta: BPFE.
DAFTAR PUSTAKA Assauri, S., 2000. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. , 2004. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. Gessong, Yulius, 2012. Analisis pengendalian Persediaan pada UD. Bintang Furniture Sangasanga. Jurnal Politeknik Negeri Samarinda.
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) Indrajit, R. E dan R. D Pranoto. 2003. Manajemen Persediaan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Indrayati, 2007. Analisis pengendalian persediaan bahan baku dengan metode EOQ (Economic Order Quantity). Semarang: Unsem. Kasmari. 2012. Analisis Perbandingan Perencanaan Persediaan Bahan Baku menggunakan Metode Just In Time (JIT) dengan Economic Order Quantity (EOQ) (Studi Kasus pada Pisma Putra Tekstil Pekalongan). Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Stikubank Semarang. Kieso, Donald. E Penerjemah Emil Salim. 2002. Akuntansi Intermediate. Jakarta: Erlangga. Pardede, P.M., 2002. Manajemen Operasi dan Produksi. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Rangkuti, F., 2004. Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis. Jakarta: Erlangga. Ruauw, Eyverson, 2011, Pengendalian Persediaan Bahan Baku (Contoh Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada Usaha Grenda Bakery Lianli). Manado. Sumayang, L., 2003. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Salemba Empat. Sutrisno, 2001. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia. Yamit, Zulian, 2008. Manajemen Persediaan. Yogyakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomi UII.