PENENTUAN PEMILIHAN KARYAWAN TETAP DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS ( AHP) (STUDY KASUS PT SURYA LAMPUNG PERKASA, Tbk.) Junaidi S. Jurusan Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Manajemen dan Informatika Komputer (STMIK) Pringsewu Jl. Raya Wonokriyo Kecamatan Gadingrejo Pringsewu, Lampung Telp.(0729) 33091 2013 E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Dalam penentuan pemilihan karyawan tetap oleh HRD di PT. Surya Lampung Perkasa,Tbk. Yang berlokasi di Jl. Yos Sudarso no. 11 Way Lunik, Panjang, Lampung terdapat beberapa faktor yang menjadi penilaian, penilaian ini diambil berdasarkan penilaian kinerja (prestasi), penilaian dari segi usia dan penilaian dari jenjang pendidikan. Tetapi dalam pelaksanaannya, pengambilan keputusan tersebut masih menggunakan cara manual. Hal ini menyebabkan keputusan yang diambil kurang akurat dan memakan waktu yang lama. Makalah ini bertujuan untuk membangun sebuah sistem pendukung keputusan yang mempunyai kemampuan analisa pemilihan karyawan tetap dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP), dimana masing-masing kriteria para karyawan dibandingkan satu dengan yang lainnya sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan dalam penentuan pemilihan karyawan tetap di PT Surya Lampung Perkasa, Tbk. Keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawbkan dengan dukungan dari perhitungan yang dilakukan dengan AHP sebagai metode dalam sistem pendukung keputusan tersebut. Hal pertama yang dilakukan dalam perhitungan AHP adalah dilakukan pembobotan dari masing-masing criteria, sub criteria dan alternatifnya. Kemidian dari masing-masing pembobotan tersebut, dicari priority vektornya, Principal Eigen Value (Imax), Consistency Index (CI), Consistency Ratio (CR), dan menghaslkan perhitungan composit weight yang merupakan perhitungan hasil akhir , sehingga diperoleh nilai yang paling tinggi yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan bahwa criteria tersebut adalah yang paling tepat. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan AHP,bahwafaktor kinerja merupakan kriteria tertinggi dengan nilai konsistensi 0.489 Kata Kunci: Sistem Pendukung Keputusan, AHP, Pairwise Comparison Matrix
1. PENDAHAULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PT Surya Lampung Perkasa, Tbk. (PT SLP) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pendistriusian barang khususnya rokok. Dalam pelaksanaan operasional perusahaan sangatlah di perlukan adanya para karyawan. Untuk itu PT SLP melakukan perekrutan karyawan, yang biasanya di awali dengan status awal sebagai karyawan kontrak. Pada PT SLP setelah seorang karyawan telah diputuskan untuk diterima bekerja maka karyawan tersebut harus menjalani masa kontrak kerjanya terlebih dahulu selama 6 bulan. Selama 6 bulan menjalani masa kontrak kerjanya, maka karyawan tersebut dilakukan penilaian oleh HRD untuk menentukan apakah karyawan tersebut layak atau tidak untuk diperpanjang masa kontrak kerjanya kembali (kontrak kerja ke 2) atau diputuskan untuk menjadi karyawan tetap. Banyak hal yang harus dipertimbangkan oleh HRD dalam melakukan penilaian untuk pengambilan keputusan tersebut. Hal ini dikarenakan selain jumlah karyawan yang banyak, keheterogenan karyawan juga semakin komplek sehingga tidak mudah untuk
mengambil keputusan mana saja karyawan yang memang benar-benar layak untuk menjadi karyawan tetap atau bukan. Untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi tersebut, maka dapat diatasi dengan pendekatan Analytic Hierarchy Process (AHP) dimana pengambilan keputusan tersebut diambil berdasarkan kriteria-kriteria penilaian beserta bobotnya. Sehingga dapat diperoleh karyawan yang benar-benar layak dan berkualitas. Karyawan yang berkualitas sangat diperlukan untuk membantu berlangsungnya pencapaian tujuan perusahaan. 1.2. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan yaitu: “Bagaimana cara pengambilan keputusan dalam penentuan pemilihan karyawan tetap pada PT Surya Lampung Perkasa?” 2. LANDASAN TEORI 2.1. AHP AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty.
1
AHP menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Menurut Saaty (1988), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompokkelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. 2.2. KELEBIHAN AHP Beberapa kelebihan dari metode AHP yaitu: 1. Kesatuan (Unity) AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami. 2. Kompleksitas (Complexity), AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem dan pengintegrasian secara deduktif. 3. Saling ketergantungan (Inter Dependence) AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak memerlukan hubungan linier. 4. Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring) AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen yang serupa. 5. Pengukuran (Measurement) AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan prioritas. 6. Konsistensi (Consistency) AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk menentukan prioritas. 7. Sintesis (Synthesis) AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya masing-masing alternatif. 8. Trade Off AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem sehingga orang mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuan mereka. 9. Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus) AHP tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil penilaian yang berbeda. 10. Pengulangan Proses (Process Repetition) AHP mampu membuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahan dan mengembangkan penilaian serta pengertian mereka melalui proses pengulangan. 2.3. METODA AHP Metoda AHP merupakan teori umum mengenai pengukuran. Empat macam skala pengukuran yang biasanyadigunakan secara berurutan adalah skala nominal,ordinal, interval dan rasio.Skala yang lebih tinggi dapat dikategorikan menjadi skala yang lebih
rendah, namun tidak sebaliknya.Pendapatan per bulan yang berskala rasio dapat dikategorikan menjadi tingkat pendapatan yang berskala ordinal atau kategori (tinggi, menengah, rendah) yang berskala nominal. Sebaliknya jika pada saat dilakukan pengukuran data yang diperoleh adalah kategori atau ordinal, data yang berskala lebih tinggi tidak dapat diperoleh. AHP mengatasi sebagian permasalahan itu AHP digunakan untuk menurunkan skala rasio dari beberapa perbandingan berpasangan yang bersifat diskrit maupun kontinu. Perbandingan berpasangan tersebut dapat diperoleh melalui pengukuran aktual maupun pengukuran relatif dari derajat kesukaan, atau kepentingan atau perasaan. Dengan demikian metoda ini sangat berguna untuk membantu mendapatkan skala rasio dari hal-hal yang semula sulit diukur seperti pendapat, perasaan, prilaku dan kepercayaan. Penggunaan AHP dimulai dengan membuat struktur hirarki atau jaringan dari permasalahan yang ingin diteliti. Di dalam hirarki terdapat tujuan utama, kriteria-kriteria, subkriteria-subkriteria dan alternatifalternatif yang akan dibahas. Perbandingan berpasangan dipergunakan untuk membentuk hubungan di dalam struktur. Hasil dari perbandingan berpasangan ini akan membentuk matriks dimana skala rasioditurunkan dalam bentuk eigen vektor utama atau fungsi-eigen. Matriks tersebut berciri positif dan berbalikan. Permasalahan pengambilan keputusan dapat menjadi kompleks karena adanya pelibatan beberapa tujuan maupun kriteria. Salah satu tool (alat bantu) yang cocok digunakan untuk pemilihan kandidat atau pengurutan prioritas adalah Analytic Hierarchy Process (AHP) yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Secara spesifik, AHP cocok digunakan untuk permasalahaan pemilihan kandidat ataupun pengurutan prioritas yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut: 1. Melibatkan kriteria-kriteria kualitatif yang sulit dikuantitatifkan secara eksak. 2. Masing-masing kriteria dapat memiliki sub-sub kriteria yang dapat dibentuk seperti hirarki 3. Penilaian dapat dilakukan oleh satu atau beberapa pengambil keputusan secara sekaligus 4. Kandidat pilihan sudah tertentu dan terbatas jumlahnya Apabila suatu permasalahan pengambilan keputusan ingin diselesaikan dengan metode AHP, permasalahan tersebut perlu dimodelkan sebagai tiga hirarki umum, yakni tujuan, kriteria (termasuk subkriteria di bawahnya), dan alternatif.
2
(strongly)
Tujuan Kriteria 1 Sub Kriteria1
Alternatif 1
Kriteria 2
Sub Kriteria 2
Sub Kriteria 3
Alternatif 2
7
lebih penting secara sangat kuat (very strong)
9
lebih penting secara ekstrim (extreme)
Bukti menyukai satu aktifitas atas yang lain sangat kuat
2, 4, 6, 8
nilai tengah diantara dua nilai keputusan yang berdekatan
Bila kompromi dibutuhkan
Sub Kriteria 4
Alternatif 3
Gambar 1. Struktur Hierarki Sumber: (Armadyah Ambrowati, 2007) Dalam model di atas, terlihat ada beberapa level/baris yang membentuk sebuah hirarki. Level bagian atas adalah untuk merepresentasikan tujuan. Dua level di bawahnya merupakan level kriteria dan subkriteria. Sedangkan level paling bawah menunjukkan kandidat-kandidat yang akan dipertimbangkan untuk dipilih. Konsep dasar dari AHP adalah penggunaan pairwise comparison matrix (matriks perbandingan berpasangan) untuk menghasilkan bobot relatif antar kriteria maupun alternatif. Suatu kriteria akan dibandingkan dengan kriteria lainnya dalam hal seberapa penting terhadap pencapaian tujuan di atasnya. Sebagai contoh, criteria 1 dan kriteria 2 akan dibandingkan seberapa pentingnya dalam hal memilih tujuan. Begitu juga untuk alternatif. 1, 2, dan 3 akan dibandingkan secara berpasangan (dan akan dibentuk matriks) dalam hal sub-kriteria 1 dan 3 misalnya. Nilai-nilai yang disarankan untuk membuat matriks perbandingan berpasangan adalah sebagai berikut: Tabel 1. Skala Fundamental Intensitas dari kepentingan pada skala absolut
Definisi
Penjelasan
1
sama penting (equal)
Kedua aktifitas menyumbangkan sama pada tujuan
3
lebih penting sedikit (slightly)
5
lebih penting secara kuat
Pengalaman dan keputusan menunjukkan kesukaan atas satu aktifitas lebih dari yang lain Pengalaman dan keputusan menunjukkan
kesukaan atas satu aktifitas lebih dari yang lain Pengalaman dan keputusan menunjukkan kesukaan yang kuat atas satu aktifitas lebihdari yang lain
Berbalikan
Rasio
jika aktifitas i mempunyai nilai yang lebih tinggi dari aktifitas j maka j mempunyai nilai berbalikan ketikadibandingka n dengan i rasio yang didapat langsung dari pengukuran
3.
PEMBAHASAN Karyawan kontrak pada PT Surya Lampung Perkasa, Tbk. terbagi menjadi 2 bagian yaitu: a. Percobaan selama 3 bulan b. PKWT (Kontrak Kerja Waktu Tertentu) 1. Kontrak Kerja Maksimal 2 tahun (kontrak pertama) 2. Kontrak Kerja Maksimal 1tahun (Kontrak kedua) Setelah karyawan telah berakhir masa kontak kerja yang pertama sebagai PKWT, maka HRD melakukan penilaian terhadap karyawan tersebut apakah karyawan tersebut akan diangkat menjadi karyawan tetap atau akan dikontrak kembali (kontrak ke 2) ataukah akan diputus kontrak kerjanya. Penilaian tersebut didasarkan atas beberapa criteria, antara lain yaitu: a.Penilaian Kinerja (prestasi) b.Penilaian dari segi usia c.Penilaian jenjang pendidikan Ketiga criteria tersebut sangatlah penting dalam penentuan pengambilan keputusan menjadi karyawan tetap.
3
a. Penilaian Kinerja Penilaian kinerja karyawan dilakukan oleh atasan langsung karyawan yang bersangkutan. Criteria-kriteria ini dinilai berdasarkan: 1.SOP (Standard Operational Procedure) yang telah di tetapkan perusahaan yang meliputi sub criteria ketelitian dan pemahaman terhadap keahlian/tugas. 2.Sikap dan kebribadian yang terdiri dari disiplin, semangat/ motivasi dan tanggungjawab 3.Penilaian dari lingkungan kerja yang terdiri dari penilaian kooperatif antar kayrawan, kualitas kerja dan manajerial. b. Penilaian dari segi usia karyawan yang dapat diangkat menjadi karyawan tetap minimal berusia 18 tahun dan maksimal berusia 30 tahun. Apabila usia karyawan tersebut berusia kurang dari 18 tahun atau lebih dari 30 tahun maka karyawan tersebut tidak dapat diangkat menjadi karyawan tetap. c.Penilaian jenjang pendidikan Karyawan yang akan diangkat menjadi karyawan tetap dinilai berdasarkan jenjang pendidikanya, antara lain:
1.SMA Sederajat Bagian / Difisi Gudang, Office Boy, Kernet, Asisten Sales (Driver) 2.Diploma 3 (D-3) Bagian / Difisi Admin, Supervisor, Task Force 3.Strata 1 (S-1) Bagian / Difisi Admind, Supervisor, Section Head (Kepala Unit), Sales) Apabila karyawan yang bersangkutan setelah dilakukan penilaian telah memenuhi syarat kelayakan untuk diangkat menjadi karyawan tetap, maka HRD membuat surat pengajuan dan memorandum yang ditujukan kepada Kepala Direksi bahwa akan dilakukan pengangkatan karyawan menjadi karyawan tetap. Setelah disetujui dan di otorisasi oleh kepala direksi maka HRD menyerahkan memorandum tersebut kepada karyawan yang bersangkutan untuk ditandatangani dan karyawan tersebut telah resmi menjadii karyawan tetap di PT Surya Lampung Perkasa Tbk. 3.1. PENERAPAN METODE AHP 3.1.1. STRUKTUR AHP Struktur hierarki di bawah ini menggambarkan bagaimana metode AHP diterapkan pada PT Surya Lampung Perkasa dalam penentuan pengambilan keputusan pemilihan karyawan tetap:
Pemilihan Karyawan Tetap
Kinerja
Penilaian lingkungan kerja
Sikap & Kepribadian
Usia
Kepatuhan SOP
>18 th
Karyawan Kontrak ke-2
Pendidikan
< 30 th
SMA
D3
S1
Putus Kontrak
Karyawan Tetap
Gambar 2. Struktur Hierarki dalam Penentuan Pengambilan Keputusan Pemilihan Karyawan Tetap pada PT Surya Lampung Perkasa
4
Pada gambar di atas terlihat ada beberapa level/baris yang membentuk sebuah hirarki. Level bagian atas adalah untuk merepresentasikan tujuan. Tujuan yang hendak dicapai adalah Pemilihan Karyawan Tetap. Dua level di bawahnya merupakan level kriteria (kinerja, usia dan pendidikan) dan subkriteria (Penilaian lingkungan kerja, sikap&kepribadian, kepatuhan SOP, minimal 18 tahun, maksimal 30 tahun, SMA, D3 dan S1). Sedangkan level paling bawah menunjukkan kandidat-kandidat yang akan dipertimbangkan untuk dipilih (karyawan tetap, karyawan kontrak ke 2 dan putus kontrak). Konsep dasar dari AHP adalah penggunaan pairwise comparison matrix (matriks perbandingan berpasangan) untuk menghasilkan bobot relatif antar kriteria maupun alternatif. Suatu kriteria akan dibandingkan dengan kriteria lainnya dalam hal seberapa penting terhadap pencapaian tujuan di atasnya. Dalam hal ini criteria kinerja, usia dan pendidikan akan dibandingkan seberapa pentingnya dalam hal memilih karyawan tetap. Sub criteria sikap & kepribadian, penilaian lingkungan kerja, kepatuhan SOP, usia minimal 18 tahun, usia maksimal 30 tahun, pendidikan SMA, D3 dan S1 juga sangat penting dalam pengambilan keputusan ini sehingga harus dibandingkan antara yang satu dengan yang lainnya. Begitu juga untuk alternatif. Karyawan tetap, karyawan kontrak kembali dan putus kontrak juga akan dibandingkan secara berpasangan (dan akan dibentuk matriks) dalam hal subkriteria-subkriterianya.
Tabel 3. Matriks Pembobotan Subkriteria dengan Subkriteria
Pemilihan Karyawan Tetap
Penil aian lingk unga n kerja
Sika p& kep riba dia n
Kepatu han SOP
Min 18th
Ma x 30 th
SM A
D3
S1
Penilaian lingkunga n kerja
1
5
7
3
3
3
3
3
Sikap & kepribadi an
1/5
1
1
3
3
7
1
1
Kepatuha n SOP
1/3
3
1
3
5
5
1
1
Min 18th
1/3
1/5
1/7
1
5
1
1
1
Max 30th
1/3
1/5
1/5
5
1
1
1/3
1/5
SMA
1/3
1/3
1/5
1
1
1
1/5
1/7
D3
1/3
1
1
3
3
5
1
1/5
S1
1/3
1
1
5
5
7
5
1
jumlah
3.18
11. 73
11.54
24
26
30
13.53
6.54
Tabel 4. Matriks Pembobotan Alternatif dengan Alternatif (kriteria kinerja) usia
3.1.2. MATRIKS PERBANDINGAN BERPASANGAN Tabel 2. Matriks Pembobotan Kriteria dengan Kriteria Pemilihan Karyawan Tetap
usia
usia
1
1/3
1/2
kinerja
7
1
5
Pendidikan
6
1/8
1
Jumlah
14
1.458
6.5
kinerja
Pendidikan
Karyawan Tetap Karyawan Kntrak 2 Putus Kontrak jumlah
Karyawan Tetap
Karyawan Kontrak 2
Putus Kontrak
1
1/7
1/9
7
1
1/9
9
9
1
17
10.143
1.222
Tabel 5. Matriks Pembobotan Alternatif dengan Alternatif (kriteria usia) kinerja Karyawan Tetap Karyawan Kntrak 2 Putus Kontrak jumlah
Karyawan Tetap
Karyawan Kontrak 2
Putus Kontrak
1
1/5
1/9
5
1
1/9
9
9
1
15
10.2
1.222
5
Tabel 6. Matriks Pembobotan Alternatif dengan Alternatif (kriteria pendidikan) Pendidikan Karyawan Tetap Karyawan Kntrak 2 Putus Kontrak jumlah
Karyawan Tetap
Karyawan Kontrak 2
Putus Kontrak
1
1/5
1/9
7
1
1/9
9
9
1
17
10.2
1.222
d. Pada kolom Consistecy Index (CI) perhitunganya yaitu: CI = (Imax – n) / ( n-1) = (3.001 – 3) / (3-1) = 0.001 / 2 = 0.0005 e. Pada kolom Consistency Ratio (CR) perhitunganya yaitu: CR = CI / RI Nilai RI didapat dari:
3.1.4. HASIL DARI PENENTUAN PEMILIHAN KARYAWAN TETAP Berdasarkan pembobotan kriteria pada tabel 2, maka penentuan pemilihan karyawan tetap dapat dilakukan penilaian sebagai berikut:
Tabel 8. Nilai Pembangkit Random n RI
1 0
Kriteria
usia
kinerja
Pendidikan
usia 1 0.333 0.5 kinerja 7 1 5 Pendidikan 6 0.125 1 Jumlah 14 1.458 6.5 Principal Eigen Value (Imax) Consistency Index (CI) Consistency Ratio (CR)
Cara perhitunganya: a. Pada kolom kinerja, usia dan pendidikan diperoleh dari hasil pembobotan b. Pada kolom priority vector diperoleh dari perhitungan pada kolom dengan bobot 1 (yang membentuk diagonal) di bagi dengan jumlah.perhitunganya yaitu: 1. Kinerja: 1/14 = 0.0715 2. Usia: 1/1.458 = 0.6859 3. Pendidikan: 1/6.5 = 0.1539 c. Pada kolom Principal Eigen Value (Imax) perhitungnya yaitu: Imax = (14 x 0.0715) + (1.458 x 0.6859) + (6.5 x 0.1539) = 1.001 + 1.0000422 + 1.00035 = 3.001
3 0.58
4 0.9
5 1.12
6 1.24
7 1.32
8 1.41
9 1.45
CR = CI / CR = 0.0005 / 0.58 = 0.00086
Tabel 7. Pair-wire corporation matrix berdasarkan kriteria Priority Vector 0.0715 0.6859 0.1539 1 3.001 0.0005 0.00086
2 0
Bila matriks bernilai CR lebih kecil dari 10%, ketidakkonsistenan pendapat masih dianggap dapat diterima.. Tabel 9. Pair-wire corporation matrix berdasarkan criteria
Subkri teria Penilai an lingku ngan kerja Sikap & keprib adian Kepat uhan SOP Min 18th Max 30th SMA D3 S1 jumlah
Penila ian lingku ngan kerja
Sikap & keprib adian
Kepat uhan SOP
Mi n 18 th
M ax 30 th
S M A
D3
S1
Priority Vector
1
5
7
3
3
3
3
3
0.3145
0.2
1
1
3
3
7
1
1
0.0853
0.333
3
1
3
5
5
1
1
0.0867
0.333
0.2
0.143
1
5
1
1
1
0.0417
0.333
0.2
0.2
5
1
1
0.333
0.333 0.333 0.333
0.333 1 1
1 1 1
1 3 5
1 3 5
1 5 7
0.2 1 5
3.18
11.73
11.54
24
26
30
13.53
0.3 33 0.2 1 5 6.5 4
0.038 0.0333 0.0739 0.1529 1
Principal Eigen Value (Imax) Consistency Index (CI) Consistency Ratio (CR)
9.9566 0.2795 0.198
Cara perhitunganya: a. Pada kolom penilaian ingkungan kerja, sikap dan kepribadian, kepatuhan SOP, <18 th, >30 th, SMA, D3, dan S1 diperoleh dari hasil pembobotan
6
b. Pada kolom priority vector diperoleh dari perhitungan pada kolom dengan bobot 1 (yang membentuk diagonal) di bagi dengan jumlah. Perhitunganya yaitu: 1.Penilaian lingkungan kerja: 1 / 3.18 = 0.3145 2.Sikap & Kepribadian: 1 / 11.73 = 0.0853 3.Kepatuhan SOP: 1 / 11.54 = 0.0867 4.Minimal 18 tahun: 1 / 24 = 0.0417 5.Maksimal 30 tahun: 1 / 26 = 0.038 6.Pendidikan SMA: 1 / 30 = 0.0333 7.Pendidikan D3: 1 / 13.53 = 0.0739 8.Pendidikan S1: 1/6.54 = 0.1529 c.
ada kolom Principal Eigen Value (Imax) perhitungnya yaitu: Imax = (3.18 x 0.3145) + (11.73 x 0.0853) + (11.54 x 0.0867) + (24 x 0.0867) + (26 x 0.0417) + (30 x 0.038) + (13.53 x 0.0333) + (13.53 x 0.0739) + (6.54 x 0.1529) = 1.00011 + 1.000569 + 1.000518 + 2.0808 + 1.0842 + 1.14 + 0.4505 + 0.9999 + 0.99997 = 9.9566
f.
Pada kolom Consistecy Index (CI) perhitunganya yaitu: CI = (Imax – n) / ( n-1) = (9.9566 – 8) / (8-1) = 1.9566 / 7 = 0.2795
g.
Pada kolom Consistency Ratio (CR) perhitunganya yaitu: CR = CI / RI = 0.2795 / 1.41 = 0.198
Tabel 10. Pair-wire corporation matrix berdasarkan alternatif dan kriteria usia Usia
Putus kontrak
Kontrak ke 2
Karyawan tetap
Putus 1 0.143 0.111 kontrak Kontrak ke 2 7 1 0.111 Karyawan 9 9 1 tetap Jumlah 17 10.143 1.222 Principal Eigen Value (Imax) Consistency Index (CI) Consistency Ratio (CR)
Priority Vector 0.0588 0.099 0.818 1 3.004 0.0017 0029
Cara perhitunganya: a. Pada kolom karyawan tetap, karyawan kontrak ke 2 dan putus kontrak diperoleh dari hasil pembobotan b. Pada kolom priority vector diperoleh dari perhitungan pada kolom dengan bobot 1 (yang membentuk diagonal) di bagi dengan jumlah.perhitunganya yaitu: 1. Karyawan tetap: 1/17 = 0.0588 2. Kontrak ke 2: 1/10.143 = 0.099 3. Putus Kontrak: 1/1.222 = 0.818 c.
Pada kolom Principal Eigen Value (Imax) perhitungnya yaitu: Imax = (17 x 0.0588) + (10.143x 0.099) + (1.222x 0.818) = 0.9996 + 1.004157 + 0.9996 = 3.0034
d.
Pada kolom Consistecy Index (CI) perhitunganya yaitu: CI = (Imax – n) / ( n-1) = (3.0034 – 3) / (3-1) = 0.0034 / 2 = 0.0017 Pada kolom Consistency Ratio (CR) perhitunganya yaitu: CR = CI / CR = 0.0017 / 0.58 = 0.0029
e.
7
Tabel 11. Pair-wire corporation matrix berdasarkan alternatif dan kriteria kinerja kinerja
Putus kontrak
Kontrak ke 2
Karyawan tetap
Putus 1 1/5 1/9 kontrak Kontrak ke 2 5 1 1/9 Karyawan 9 9 1 tetap Jumlah 15 10.2 1.222 Principal Eigen Value (Imax) Consistency Index (CI) Consistency Ratio (CR)
Priority Vector 0.0667 0.098 0.818 1 3.009 0.00495 0.0085
Tabel 12. Pair-wire corporation matrix berdasarkan alternatif dan kriteria pendidikan pendidikan
Putus kontrak
Kontrak ke 2
Karyawan tetap
Putus 1 1/5 1/9 kontrak Kontrak ke 2 7 1 1/9 Karyawan 9 9 1 tetap Jumlah 17 10.2 1.222 Principal Eigen Value (Imax) Consistency Index (CI) Consistency Ratio (CR)
Priority Vector 0.0588 0.098 0.818 1 3.009 0.0045 0.00775
Cara perhitunganya: a. Pada kolom karyawan tetap, karyawan kontrak ke 2 dan putus kontrak diperoleh dari hasil pembobotan
Cara perhitunganya: a. Pada kolom karyawan tetap, karyawan kontrak ke 2 dan putus kontrak diperoleh dari hasil pembobotan
b. Pada kolom priority vector diperoleh dari perhitungan pada kolom dengan bobot 1 (yang membentuk diagonal) di bagi dengan jumlah.perhitunganya yaitu: 1. Karyawan tetap: 1/15 = 0.0667 2. Kontrak ke 2: 1/10.2 = 0.098 3. Putus Kontrak: 1/1.222 = 0.818
b. Pada kolom priority vector diperoleh dari perhitungan pada kolom dengan bobot 1 (yang membentuk diagonal) di bagi dengan jumlah.perhitunganya yaitu: 1. Karyawan tetap: 1/17 = 0.0588 2. Kontrak ke 2: 1/10.2 = 0.098 3. Putus Kontrak: 1/1.222 = 0.818
c. Pada kolom Principal Eigen Value (Imax) perhitungnya yaitu: Imax = (15 x 0.0667) + (10.2 x 0.099) + (1.222x 0.818) = 1.0005 + 1.0098 + 0.9996 = 3.0099 d. Pada kolom Consistecy Index (CI) perhitunganya yaitu: CI = (Imax – n) / ( n-1) = (3.0099 – 3) / (3-1) = 0.0099 / 2 = 0.00495
c. Pada kolom Principal Eigen Value (Imax) perhitungnya yaitu: Imax = (17 x 0.0588) + ((10.2 x 0.099) + (1.222x 0.818) = 0.9996 + 1.0098 + 0.9996 = 3.009
e. Pada kolom Consistency Ratio (CR) perhitunganya yaitu: CR = CI / CR = 0.00495 / 0.58 = 0.0085
d. Pada kolom Consistecy Index (CI) perhitunganya yaitu: CI = (Imax – n) / ( n-1) = (3.009 – 3) / (3-1) = 0.009 / 2 = 0.0045 e. Pada kolom Consistency Ratio (CR) perhitunganya yaitu: CR = CI / CR = 0.0045 / 0.58 = 0.00775
8
Tabel 13. Pair-wire corporation matrix berdasarkan kriteria dengan alternative Overall composit weight Pegawai tetap Kontrak ke 2 Putus kontrak Composit Weight
weight
usia
kinerja
pendidikan
0.0715
0.0588
0.099
0.818
0.6859
0.0667
0.098
0.818
0.1539
0.0588
0.098
0.818
0.475
0.489
0.24
Cara perhitunganya: a. Pada kolom weight diambil dari kolom priority vector dalam matriks kriteria b. Ketiga kolom lainnya (putus kontrak, kontrak ke 2 dan karyawan tetap diambil dari kolom priority vector ketiga matriks usia, kinerja dan pendidikan. c. Kolom komposit weight diperoleh dari jumlah hasil perkalian sel di atasnya dengan weight 1.Putus kontrak: = (0.0715 x 0.0588) + (0.6859 x 0.0667) + (0.1539 x 0.0588) = 0.42 + 0.046 + 0.0090 = 0.475 2.Kinerja: = (0.0715 x 0.099) + (0.6859 x 0.098) + (0.1539 x 0.098) = 0.40708 + 0.067 + 0.015 = 0.489 3.Karyawan tetap: = (0.0715 x 0.818) + (0.6859 x 0.818) + (0.1539 x 0.818) = 0.058 + 0.056 + 0.126 = 0.24 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa yang memiliki skor paling tinggi adalah kinerja yaitu 0.489 disusul dengan usia 0.475 dan pendidikan 0.24. Sehingga dalam Penentun pemilihan karyawan tetap yang menjadi prioritas utama sebagai acuan adalah kinerja karyawan tersebut.
4. SIMPULAN DAN SARAN 4.1 SIMPULAN Berdasarkan pembahasan-pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa AHP mampu memberikan solusi yang tepat untuk HRD dalam pengambilan keputusan penentuan pemilihan karyawan tetap di PT Surya Lampung Perkasa, Tbk. Keputusan yang diambil oleh HRD dapat dipertanggungjawabkan dengan dukungan dari perhitungan yang dilakukan dengan AHP sebagai model dalam sistem pendukung keputusan. Dalam perhitungan AHP yang telah dilakukan tersebut dapat disimpulkan bahwa yang menjadi prioritas dalam penentuan pemilihan karyawan tetap adalah karyawan yang memiliki kinerja yang baik dalam perusahaan yang kemudian ditentukan berdasarkan usianya lalu factor pendidikannya. 4.2. SARAN Berdasarkan simpulan di atas penulis menyarankan agar PT Surya lampung Perkasa, Tbk. dapat menggunakan metode AHP sebagai acuan dalam pengambilan keputusan, agar keputusan yang diambil dalam penentuan pemilihan karyawan tetap lebih efektif dan efisien serta keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan dengan dukungan perhitungan yang dilakukan dengan AHP. DAFTAR PUSTAKA Saaty, TL. Decision Making. (1988). The Analitytic Hierarchy Process. University of Pittsburgh, RWS publication. Suryadi. K. Dan Ramdhani. M.A. (1998). Sistem Pendukung Keputusan. PT Remaja Rosdakarya Bandung. Ambrowati. Armadyah. (2007). Sistem Pendukung Keputusan Karyawan Berprestasi Berdasarkan Kinerja. STMIK AMIKOM Yokyakarta, Yogyakarta. Prasetyo, (2010). Analitytic Hierarchy Process (AHP). Diakses pada 1 Februari 2010 dari http:/myteks.wordpress.com/2010/02/01/ Analitytic Hierarchy Process. Fransjoviandi, (2012). Sistem Penunjang Keputusan dengan menggunakan Metode AHP. Diakses pada 24 oktober 2012 dari http://fransjoviandi.wordpress.com/2012/10/24/siste m-informasi-perusahaan/
\
9
10