PENENTUAN KAWASAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BERBASIS SPASIAL DI KABUPATEN TULANG BAWANG PROPINSI LAMPUNG
DRIE SARWIEDI SUMPRIYATNO
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Penentuan Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian Berbasis Spasial di Kabupaten Tulang Bawang Propinsi Lampung adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2010
Drie Sarwiedi Sumpriyatno NRP A156080254
ABSTRACT DRIE SARWIEDI SUMPRIYATNO. Spatial Based on Determination of Processing Industrial Area of Agricultural Products in Tulang Bawang Regency Lampung Province. Under the Direction of KOMARSA GANDASASMITA and WIDIATMAKA. The aims of this research was to determine the optimal location for area of agricultural product processing industry in Tulang Bawang district based on agricultural yield potential and accessibility. Optimal location was a region located outside the territory of consessio and, protected area, close to raw materials, ports and water resources. All indicators were analyzed with spatial analysis, LQ, P-Median Problem and AHP. The analysis showed that there are 10 districts which are outside the plantation consession and protected area. LQ results based on planting extended are cassava, rubber and palm oil. Optimal location for potential agricultural and accessibility was Penawar Aji and Rawajitu Selatan subdistricts. Based on the location of water sources, the three sub districts met the criteria as an industrial area whereas for the electricity network, just Menggala sub-districts was that met the criteria. AHP results showed all respondents considered that the District of Rawajitu Selatan as the optimal location area of agricultural product processing industry with a priority on the feasibility of the road, increasing growth, increasing revenues and existing production. Keywords : industrial area, optimal location, spatial, tulang bawang
RINGKASAN DRIE SARWIEDI SUMPRIYATNO. Penentuan Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian Berbasis Spasial di Kabupaten Tulang Bawang Propinsi Lampung. Dibimbing oleh : KOMARSA GANDASASMITA dan WIDIATMAKA
Berdasarkan data pada PDRB tahun 2008, dapat dikemukakan bahwa struktur perekonomian Kabupaten Tulang Bawang sangat ditentukan oleh besarnya sumbangan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Tulang Bawang sebesar 43,29%. Oleh karena itu, dominasi sektor pertanian dalam pembentukan PDRB akan terus terjadi sampai beberapa tahun kedepan. Sektor industri pengolahan tanpa migas menunjukkan kontribusi yang terbesar kedua setelah pertanian yaitu 21,04 %. Oleh karena itu pembangunan industri pada masa yang akan datang merupakan peluang yang cukup baik untuk meningkatkan PDRB Kabupaten Tulang Bawang ke depan. Banyaknya industri yang tumbuh di beberapa wilayah di Kabupaten Tulang Bawang terutama industri yang mengolah hasil-hasil pertanian menunjukan bahwa pertumbuhan sektor pertanian sebagai bahan baku industri semakin berkembang. Tetapi industri yang ada belum mampu untuk menampung keseluruhan produksi pertanian yang ada. Akibat over supply menyebabkan harga hasil-hasil pertanian menjadi sangat rendah sehingga hasil pertanian tersebut dikirim keluar wilayah atau tidak dipanen sama sekali. Akibat kurangnya industri menggunakan hasil pertanian yang ada menyebabkan keberadaan industri tidak menimbulkan multiplier effect terhadap daerah di sekitarnya. Selain itu adanya industri yang tersebar di dalam wilayah Kabupaten Tulang Bawang menyebabkan kurangnya pengawasan pemerintah, sehingga dibutuhkan suatu kawasan industri yang mampu mengantisipasi kelebihan supply dari hasil-hasil pertanian dan letaknya dalam satu kawasan yang terpadu, antara lain dalam hal ketersediaan kawasan industri sebagai pendorong bergeraknya ekonomi suatu daerah dengan menghidupkan daerah di sekitarnya sebagai daerah pendukung (hinterland) sehingga dapat menimbulkan efek menyebar (spread effect) untuk pertumbuhan perekonomian kawasan industri tersebut dan daerah hinterland-nya. Dari hasil tumpang tindih peta kawasan hak guna usaha, peta kawasan lindung dan peta administrasi didapat bahwa kecamatan yang tidak masuk dalam kawasan hak guna usaha dan lindung ada 10 kecamatan yaitu Menggala, Banjar Agung, Banjar Margo, Gedung Aji, Gedung Aji Baru, Meraksa Aji, Penawar Tama, Penawar Aji, Rawa Pitu dan Rawa Jitu Selatan. Untuk Kecamatan Gedung Meneng, Dente Teladas dan Rawa Jitu Timur merupakan kecamatan yang wilayahnya merupakan kawasan hak guna usaha dan lindung, hanya sebagian kecil yang bukan kawasan keduanya. Selanjutnya dalam menentukan lokasi optimal kawasan industri pengolahan hasil pertanian, digunakan 10 kecamatan terpilih ini sebagai wilayah penelitian. Hasil perhitungan LQ tanaman pangan dengan nilai LQ > 1 untuk tanaman padi sawah terdapat di 5 kecamatan, padi ladang di 1 kecamatan, jagung di 4 kecamatan, ubi kayu di 4 kecamatan, ubi jalar di 5 kecamatan, kacang kedelai di 2
kecamatan, kacang hijau di 3 kecamatan dan kacang tanah di 5 kecamatan. Untuk perhitungan LQ tanaman perkebunan di Kabupaten Tulang Bawang menunjukkan bahwa komoditas karet yang memiliki nilai LQ > 1 berada di 4 kecamatan, komoditas kopi di 2 kecamatan, komoditas lada di 2 kecamatan, komoditas kelapa dalam di 2 kecamatan, komoditas kelapa hibrida di 3 kecamatan dan komoditas kelapa sawit di 6 kecamatan. Dari luas areal tanaman pangan dan perkebunan dapat diketahui bahwa komoditas dengan luasan terbesar adalah areal ubi kayu, padi, karet dan kelapa sawit. Berdasarkan ini maka industri ubi kayu, karet dan kelapa sawit dapat dikembangkan. Ketiga komoditas tersebut memiliki luasan yang cukup sehingga dapat diusahakan untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan sesuai masing-masing komoditas. Hasil dari perhitungan lokasi optimal maka Kecamatan Penawar Aji merupakan lokasi yang optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil pertanian berdasarkan jarak dan waktu tempuh sebenarnya, jika dibangun jalan yang menghubungkan Kecamatan Rawajitu Selatan dan Kecamatan Dente Teladas maka lokasi yang optimal untuk industri pengolahan hasil pertanian adalah Kecamatan Rawajitu Selatan. Berdasarkan kedekatan dengan sumber air maka Kecamatan Menggala, Penawar Aji dan Rawajitu Selatan dilalui oleh sungai. Berdasarkan keberadaan jaringan listrik maka hanya Kecamatan Menggala yang memiliki jaringan listrik. Para stakeholders memandang bahwa Kecamatan Rawajitu Selatan merupakan lokasi prioritas untuk penentuan kawasan industri pengolahan hasil pertanian dengan prioritas kepada kelayakan jalan untuk menuju kecamatan tersebut, adanya pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan bagi masyarakat dan produksi eksisting yang dapat memasok bahan baku bagi industri.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
PENENTUAN KAWASAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BERBASIS SPASIAL DI KABUPATEN TULANG BAWANG PROPINSI LAMPUNG
DRIE SARWIEDI SUMPRIYATNO
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
Judul
Nama NRP
: Penentuan Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian Berbasis Spasial di Kabupaten Tulang Bawang Propinsi Lampung : Drie Sarwiedi Sumpriyatno : A156080254
Disetujui : Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc Ketua
Dr. Ir. Widiatmaka, DAA Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
Dekan Sekolah Pasca Sarjana
Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr
Prof. Dr. Ir. Khairil A Notodiputro, MS
Tanggal Ujian : 12 Agustus 2010
Tanggal Lulus :
Karya ini kupersembahkan untuk : Seluruh keluarga besar atas doa dan restunya serta dukungan dan bantuan baik moral dan material Istriku tercinta : Dwi Astuti Wulandari, SP yang selalu memberikan dukungan serta semangat kepada penulis
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yng dipilih dalam penelitian ini adalah penentuan kawasan industri, dengan judul Penentuan Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian Berbasis Spasial di Kabupaten Tulang Bawang Propinsi Lampung. Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc dan Dr. Ir. Widiatmaka, DAA selaku komisi pembimbing serta Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr selaku Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah Pasca Sarjana IPB, Bupati Tulang Bawang beserta segenap jajarannya di lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang yang telah memberikan kesempatan tugas belajar dan bantuan material, Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Perencana (Pusbindiklatren) Bappenas yang telah memberikan beasiswa, staf pengajar dan pengelola Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah (PWL) serta rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua, mertua, istri serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2010
Drie Sarwiedi Sumpriyatno.
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 14 Maret 1973 dari ayah Mochamad Sarwiyono dan ibu Sudilah. Penulis merupakan putra ketiga dari empat bersaudara. Tahun 1992 penulis lulus dari SMA Negeri 38 Jakarta dan pada tahun 1993 masuk Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Yogyakarta pada Fakultas Pertanian Jurusan Agronomi. Penulis lulus sebagai Sarjana pada tahun 1999 kemudian pada tahun yang sama bekerja di CV Cigagak Farm Cipanas sampai tahun 2001. Pada tahun 2001 sampai dengan 2003 bekerja di PT Guna Mulia Intikapita Jakarta dan pada tahun 2003 diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten Tulang Bawang. Saat ini penulis ditempatkan sebagai staf Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Tulang Bawang. Pada tahun 2008 penulis memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Pasca Sarjana IPB pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah (PWL) atas beasiswa yang diberikan oleh Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Perencana (Pusbindiklatren) Bappenas.
DAFTAR ISI DAFTAR ISI ...............................................................................................
Halaman i
DAFTAR TABEL .......................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
v
PENDAHULUAN Latar Belakang .................................................................................... Perumusan Masalah ............................................................................ Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... Kerangka Pemikiran ............................................................................
1 4 6 6
TINJAUAN PUSTAKA Kawasan Industri ................................................................................... Agroindustri .......................................................................................... Pengembangan Wilayah ........................................................................ Teori Lokasi .......................................................................................... Analisis Spasial .....................................................................................
10 11 12 13 14
METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian .................................................................................. Bahan dan Alat ..................................................................................... Teknik Pengumpulan Data ................................................................... Metode Analisis ....................................................................................
17 17 17 17
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Bentang Lahan ...................................................................................... Kependudukan ...................................................................................... Ketenagakerjaan .................................................................................... Kebijakan Industri di Kabupaten Tulang Bawang ................................
26 27 28 29
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial ............................................................................ Hasil Analisis Komoditas Pertanian ..................................................... Hasil Analisis Penentuan Lokasi Optimal Kawasan Industri (PMedian) ................................................................................................. Hasil Analisis Terhadap Persepsi Stakeholders (AHP) ........................
34 42 45 52
2
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ........................................................................................... 56 Saran ...................................................................................................... 56 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... LAMPIRAN
58
DAFTAR TABEL Halaman 1. PDRB Kabupaten Tulang Bawang tahun 2002-2008 Atas Dasar Harga Berlaku .......................................................................................
2
2. Matriks Pendekatan Penelitian ..............................................................
24
3. Kepadatan Penduduk dan Presentase Rumah Tangga Miskin ...............
28
4. Jumlah Tenaga Kerja per Sektor ...........................................................
29
5. Perusahaan Pengelola Hak Guna Usaha di Kabupaten Tulang Bawang
41
6. LQ untuk Tanaman Pangan ...................................................................
43
7. LQ untuk Tanaman Perkebunan ............................................................
44
8. Komoditas Berdasarkan Luas Tanaman ................................................
44
9. Hasil Perhitungan Jarak Optimal Terhadap Produksi Hasil Pertanian ..
47
10. Jarak Antar Kecamatan dan Pelabuhan Menggunakan Jarak Sebenarnya .............................................................................................
48
11. Jarak Antar Kecamatan dan Pelabuhan Berdasarkan Rencana Jalan Baru .......... ............................................................................................
49
12. Rekapitulasi Analisis .............................................................................
54
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran Penelitian ...........................................
9
2. Bagan Alir Analisis Penelitian ..............................................................
23
3. Peta Administrasi Kabupaten Tulang Bawang ......................................
26
4. Pelabuhan Industri Sementara di Dente Teladas ...................................
31
5. Peta Alokasi Pemanfaatan Lahan ..........................................................
35
6. Peta Kawasan Lindung ..........................................................................
36
7. Peta Kawasan Hak Guna Usaha ............................................................
37
8. Peta Lokasi Terpilih ..............................................................................
39
9. Peta Rencana Pelabuhan Industri ..........................................................
40
10. Peta Luasan dan Sebaran Komoditas Pertanian Untuk Industri ............
45
11. Peta Jalan dan Rencana Jalan di Kabupaten Tulang Bawang ...............
49
12. Peta Alternatif Lokasi Optimal ..............................................................
50
13. Peta Keberadaan Listrik di Kabupaten Tulang Bawang ........................
51
14. Hasil Analisis AHP Dalam Penentuan Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian .......................................................................................
53
15. Peta lokasi optimal di Kecamatan Penawar Aji sebagai kawasan industri ...................................................................................................
55
16. Peta lokasi optimal di Kecamatan Rawajitu Selatan sebagai kawasan industri berdasarkan rencana pembangunan jalan .................................
56
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Luasan komoditas tanaman pangan di tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang ......................................................................
62
2. Luasan komoditas tanaman perkebunan di tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang ......................................................................
63
3. Jarak Tempuh Antar Ibukota Kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang
64
4. Waktu Tempuh Antar Ibukota Kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang .....................................................................................................
65
5. Jarak Antar Ibukota Kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Menurut Rencana Pembangunan Jalan ...................................................................
66
PENDAHULUAN Latar Belakang
Dalam penentuan kawasan industri perlu diperhatikan aspek-aspek yang dapat mendukung pengembangan suatu kawasan seperti adanya sumberdaya yang tersedia baik kemampuan manusia, potensi alam, sosial kemasyarakatan dan sumberdaya buatan. Dalam Peraturan Presiden nomor 28 tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional disebutkan bahwa kompetensi inti industri daerah adalah sekumpulan keunggulan atau keunikan sumberdaya alam dan kemampuan suatu daerah untuk membangun daya saing dalam rangka mengembangkan perekonomian propinsi dan kabupaten/kota menuju kemandirian. Dalam rangka menyuburkan industri nasional perlu ditumbuhkan industri baru yang potensial berbasis pada potensi sumberdaya nasional, yang memiliki potensi berkembang yang tinggi, khususnya yang berbasis sumberdaya alam terbarukan yang ditunjang oleh sumberdaya manusia berpengetahuan maupun keunggulan aspek lain seperti kondisi geografi, luas bentang wilayah, kekayaan budaya, dan sebagainya. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan diberlakukannya otonomi daerah sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Berdasarkan undang-undang tersebut, kepada pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk membangun daerahnya sesuai dengan potensi dan unggulan yang dimiliki. Jika suatu daerah memiliki potensi dan unggulan yang dapat diarahkan ke sektor lainnya, maka pemerintah daerah harus mengupayakan ketersediaan sarana dan prasarana. Begitu pula dengan sektor industri, agar pembangunan industri di daerah dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif, maka diperlukan sinkronisasi arah pembangunan industri antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, baik propinsi maupun kabupaten/kota. Kabupaten Tulang Bawang terbentuk dari etnis penduduk yang sebagian besar berasal dari wilayah transmigrasi Jawa dan Bali yang memiliki mata pencaharian utama di sektor pertanian. Di samping mengandalkan pada pertanian padi sawah, banyak pula penduduk yang mengusahakan perkebunan seperti karet, kelapa sawit, kelapa dan tebu. Potensi pengembangan perkebunan di Tulang
2
Bawang tercatat seluas kurang lebih 298.943 ha. Disamping itu potensi pertanian lainnya yang memiliki prospek yang baik adalah ubi kayu. Dari berbagai sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian Tulang Bawang, sektor industri memegang peranan yang cukup penting. Kehadiran perusahaan besar disamping perusahaan kecil lainnya sangat berperan dalam menggerakkan roda perekonomian di daerah ini. Beberapa industri yang telah berkembang di Kabupaten Tulang Bawang adalah industri kerajinan, industri gula, industri CPO dan industri tapioka. Tabel 1 PDRB Kabupaten Tulang Bawang tahun 2002-2008 pemekaran) atas dasar harga berlaku (juta rupiah) Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Tanpa Migas Listrik, Gas & Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total PDRB
2002 1.629.877
2003 1.800.663
2004 1.973.481
3.398
3.834
4.331
845.575
926.158
1.460 81.839 710.812
Tahun ke2005 2006 2.334.136 2.879.356
(sebelum
2007 3.521.513
2008 4.503.439
5.534
21.245
37.718
991.259
1.134.203 1.329.984
1.616.736
2.198.828
2.079 90.061 794.387
2.891 98.172 849.149
3.901 5.937 108.380 129.374 966.986 1.106.963
7.584 166.464 1.374.672
10.185 208.010 1.719.339
215.047
261.187
294.823
373.272
488.419
568.606
677.606
153.841
179.218
203.696
235.474
262.951
303.182
352.486
151.341 3.794.123
164.107 4.222.680
198.850 4.617.855
4.820
227.992 269.668 5.391.501 6.444.873
341.435 421.586 7.921.438 10.129.195
Sumber : PDRB Tulang Bawang, 2009.
Struktur perekonomian Kabupaten Tulang Bawang sangat ditentukan oleh besarnya sumbangan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Tulang Bawang tahun 2008 sebesar 44,46%. Oleh karena itu, dominasi sektor pertanian dalam pembentukan PDRB akan terus terjadi sampai beberapa tahun ke depan. Namun demikian melihat kepada Tabel 1 nampak bahwa sektor industri pengolahan tanpa migas menunjukkan kontribusi terbesar kedua setelah pertanian yaitu
21,71 %.
Oleh karena itu pembangunan industri pada masa yang akan datang merupakan peluang yang cukup baik untuk meningkatkan PDRB Kabupaten Tulang Bawang. Pengembangan sektor industri di Kabupaten Tulang Bawang dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang signifikan karena dapat menjadi
3
tumpuan tumbuh dan berkembangnya berbagai kegiatan ekonomi dan bidang pembangunan lainnya secara berkelanjutan. Pembangunan industri sangat berperan dalam menciptakan lapangan pekerjaan serta memperluas kesempatan berusaha, meningkatkan tingkat pendapatan sekaligus menghemat devisa, mendorong pembangunan daerah, peningkatan produktifitas serta memeratakan pendapatan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan. Beberapa potensi yang dimiliki Kabupaten Tulang Bawang untuk pengembangan industri adalah adanya kapasitas produk perkebunan yang cukup besar, berkembangnya industri menengah di bidang pengolahan hasil pertanian dan keberadaan pelabuhan perusahaan. Beberapa dampak positif / keuntungan dapat diperoleh dari pengembangan kawasan industri bagi perkembangan lingkungan di sekitarnya. Keuntungan pertama adalah untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Keuntungan kedua dari pembentukan kawasan industri adalah kemudahan dalam hal penyediaan sarana infrastruktur yang diperlukan oleh pabrik – pabrik dalam melakukan produksinya. Dengan menggabungkan beberapa industri dalam satu kawasan, maka pemenuhan fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang dan diperlukan untuk proses industri dapat dipenuhi lebih mudah karena dikumpulkan dalam satu kawasan. Berbeda halnya apabila tidak terdapat kawasan industri, dimana lokasi industri yang satu dengan yang lain terletak berjauhan, maka sarana yang diperlukan untuk proses produksi cenderung susah dilakukan dan lebih mahal karena penggunaannya yang cenderung untuk keperluan sendiri. Namun dengan adanya kawasan industri yang merupakan aglomerasi/pengumpulan dari beberapa industri, maka pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana industri dapat lebih mudah, karena dikelompokkan pada satu kawasan, dan lebih murah sifatnya, karena dapat digunakan secara bersama-sama. Keuntungan ketiga yang dapat diperoleh dari pengembangan kawasan industri
adalah
Meningkatnya
peningkatan pertumbuhan
pendapatan ekonomi
daerah
suatu
melalui
daerah
pajak
berarti
juga
daerah. akan
meningkatkan pendapatan pajak daerahnya. Dengan bertambahnya pajak daerah, maka pemerintah dapat lebih mengembangkan pembangunan di sekitar kawasan.
4
Selain hal–hal yang berkaitan dengan ekonomi, keuntungan pengembangan kawasan industri juga dapat diperoleh dari aspek lingkungan. Pengembangan kawasan industri dapat mempermudah pengelolaan lingkungan. Pengelolaan limbah secara terintegrasi dengan mudah bisa dilakukan. Pencemaran lingkungan dapat diminimalisir karena pengawasan dapat dilakukan secara rutin. Dengan dikelompokkannya industri dalam satu kawasan, maka amdal-nya dapat berupa amdal kawasan, sehingga lebih mempermudah dalam pengecekan dan pengontrolan lingkungannya. Keuntungan lainnya adalah memudahkan pemasaran hasil panen dari komoditi pertanian yang merupakan bahan baku dari industri. Dengan adanya kawasan industri diharapkan seluruh hasil pertanian dapat diserap sebagai bahan baku industri tidak hanya yang berasal dari sekitar kawasan namun dapat juga yang berada pada luar kawasan. Dari aspek kependudukan, pengembangan kawasan industri juga memiliki nilai penting. Letak kawasan industri yang biasanya berada di pingiran kota atau terletak di luar kota dapat mengurangi arus urbanisasi. Masyarakat dari desa tidak lagi hanya menargetkan kota sebagai tempat mencari pekerjaan, tetapi cukup ke kawasan industri yang menyediakan lapangan kerja cukup banyak. Para warga kota yang bekerja di kawasan industri juga cenderung akan memilih tinggal di daerah kawasan industri apabila kawasan industri telah menyediakan fasilitas hunian yang memadai.
Perumusan Masalah Banyaknya industri yang tumbuh di beberapa wilayah di Kabupaten Tulang Bawang terutama industri yang mengolah hasil-hasil pertanian menunjukan bahwa pertumbuhan sektor pertanian sebagai bahan baku industri semakin berkembang. Tetapi industri yang ada belum mampu untuk menampung keseluruhan produksi pertanian yang ada (over supply). Akibat over supply ini menyebabkan harga hasil-hasil pertanian menjadi sangat rendah sehingga hasil pertanian yang tidak dapat ditampung oleh industri dikirim keluar wilayah atau tidak dipanen sama sekali. Akibat kurangnya industri menggunakan hasil
5
pertanian yang ada menyebabkan keberadaan industri tidak menimbulkan multiplier effect terhadap daerah di sekitarnya. Keberadaan lahan-lahan yang berstatus HGU sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar, namun kurang memberikan multiplier effect karena sifatnya yang enclave, sehingga tidak berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat. Beberapa aktifitas perusahaan besar tersebut bahkan menghambat akses antar wilayah karena adanya komplek-komplek HGU yang tidak boleh dilalui. Dengan posisi tawar perusahaan yang sangat besar menyebabkan pemerintah daerah kesulitan untuk melakukan intervensi pembangunan di wilayah tersebut (Bappeda, 2009). Adanya industri yang tersebar di dalam wilayah Kabupaten Tulang Bawang menyebabkan kurangnya pengawasan pemerintah. Untuk itu, dibutuhkan suatu kawasan industri yang mampu mengantisipasi kelebihan supply dari hasil-hasil pertanian dan letaknya berada dalam satu kawasan yang terpadu. Ketersediaan kawasan industri yang mampu mendorong bergeraknya ekonomi suatu daerah yang akan menghidupkan daerah di sekitarnya sebagai daerah pendukung (hinterland) sehingga dapat menimbulkan efek menyebar (spread effect) untuk pertumbuhan perekonomian kawasan industri tersebut dan daerah hinterland-nya. Pentingnya industri menurut Fatah (2009) adalah memperluas kesempatan kerja, menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan masyarakat, menghasilkan devisa melalui ekspor dan menghemat devisa melalui substitusi produk impor. Dengan
adanya pertumbuhan industri maka akan merangsang pertumbuhan
sektor pertanian untuk menyediakan bahan baku juga merangsang pengembangan sektor jasa seperti lembaga keuangan, pemasaran, perdagangan, periklanan dan transportasi. Dari latar belakang dan uraian diatas, dapat dirumuskan masalah penulisan adalah sebagai berikut : 1. Dimana lokasi yang optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil pertanian di Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan potensi hasil pertanian? 2. Dimana lokasi yang optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil pertanian di Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan aksesibilitas?
6
3. Bagaimana persepsi dari stakeholders terhadap penentuan kawasan industri pengolahan hasil pertanian di Kabupaten Tulang Bawang ?
Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan uraian diatas maka tujuan umum penelitian ini adalah memberikan gambaran dalam penentuan kawasan industri berbasis spasial di Kabupaten Tulang Bawang. Bila dijabarkan lebih lanjut, tujuan khusus penelitian ini adalah : 1. Menentukan lokasi yang optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil pertanian di Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan potensi hasil pertanian. 2. Menentukan lokasi yang optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil pertanian di Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan aksesibilitas. 3. Menggali persepsi dari stakeholders terhadap penentuan kawasan industri pengolahan hasil pertanian di Kabupaten Tulang Bawang.
Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Agar dapat menjadi acuan dalam menentukan letak dan posisi dari kawasan industri di Kabupaten Tulang Bawang. 2. Agar dapat menjadi bahan masukan untuk memperkaya pemikiran dalam merencanakan pengembangan wilayah, khususnya dalam pengembangan industri berbasis pertanian.
Kerangka Pemikiran
Dalam perkembangan suatu wilayah, potensi yang dimiliki oleh suatu daerah sangat penting terutama dalam mewujudkan tingkat perekonomian yang baik. Kabupaten Tulang Bawang memiliki potensi hasil pertanian secara umum yang cukup mendominasi dibanding sektor lainnya dan diikuti oleh sektor industri sebagai penunjang dari sektor pertanian. Adanya sektor industri yang mampu menampung surplus produksi pertanian akan meningkatkan pendapatan sektor
7
pertanian. Demikian juga bila terjadi surplus tenaga kerja di sektor pertanian yang dapat ditampung di sektor industri akan tetap menjaga tingkat pendapatan yang tinggi di sektor pertanian. Akhirnya dari hubungan sinergis antar kedua sektor tersebut dapat terus merangsang pertumbuhan ekonomi wilayah (Rustiadi et al., 2008). Tumbuhnya
berbagai
industri
di
beberapa
lokasi
yang
tersebar
memunculkan keuntungan dan kerugian bagi daerah dimana lokasi industri tersebut beroperasi. Keuntungan jika lokasi industri tersebar adalah dapat dekat dengan bahan baku, ongkos angkut bahan baku ke industri rendah dan dekat dengan tenaga kerja. Kerugiannya adalah jarak dengan pasar relatif jauh sehingga dapat menimbulkan biaya angkut yang tinggi ke pasar, tidak menimbulkan efek yang menguntungkan bagi daerah di sekitarnya dan jika terjadi kerusakan lingkungan akibat adanya industri sulit terkontrol. Di samping itu dengan industri yang tersebar maka berbagai limbah dari industri pokok yang masih dapat diolah menjadi hasil industri lainnya menjadi kurang optimal seperti limbah yang berasal dari industri pengolahan tapioka yang dapat digunakan sebagai pakan ternak, jika industri terpusat pada satu lokasi maka jumlah limbah tersebut dapat bernilai ekonomis sangat tinggi. Pemanfaatan limbah industri hasil pertanian dalam jumlah yang besar dapat memunculkan industri baru pengolahan limbah sehingga jumlah limbah yang tidak terpakai dapat diminimalisasi. Sebagai contoh, pada industri minyak sawit, dihasilkan beberapa limbah yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Diantaranya adalah tandan kosong kelapa sawit yang dapat digunakan sebagai pupuk organik, pupuk Kalium dan serat sebagai pengisi jok mobil dan bahan pengepak industri (http://id.shvoong.com, 2009). Jika limbah tersebut diolah secara optimal dalam skala besar maka akan menumbuhkan industri baru disamping industri pengolahan hasil pertanian. Salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan suatu wilayah untuk dijadikan kawasan industri adalah jarak ton-mil terdekat baik dari pasar maupun dari bahan baku. Jarak ton-mil adalah produk dari jarak pengiriman yang diangkut, diukur dalam mil, dan berat muatan yang sedang diangkut, diukur dalam
8
ton. Jarak ton-mil terdekat berkaitan dengan biaya pengiriman yang dikeluarkan seberat 1 ton dalam jarak 1 mil. Jarak ton-mil terdekat dari pasar mempertimbangkan biaya pengangkutan yang minimal dari wilayah industri ke pasar. Menurut Crafts dan Mulatu (2005) industri secara relatif dengan skala ekonomi tinggi cenderung untuk berlokasi di daerah yang potensi pasarnya tinggi. Alasannya adalah perusahaan dengan teknologi maju akan menghadapi suatu penjualan dengan meminimalkan biayabiaya pengangkutan dan keuntungan dari produksi yang besar dengan menempatkan industri di dalam lokasi-lokasi pusat pertumbuhan. Pertimbangan jarak ton-mil terdekat dengan bahan baku, selain untuk meminimalkan biaya pengangkutan juga mempertimbangkan daya tahan bahan baku selama perjalanan menuju lokasi industri. Untuk hasil pertanian, kondisi bahan baku yang cepat rusak sangat membutuhkan pengangkutan yang cepat menuju tempat pengolahan sehingga jarak terhadap sumber bahan baku merupakan salah satu pertimbangan dalam menentukan kriteria kawasan industri. Infrastuktur yang baik juga sangat menentukan kecepatan pengangkutan bahan baku dan pengangkutan ke pasar. Dengan mempertimbangkan kondisi infrastruktur maka akan didapatkan penghematan biaya, bisa pada saat pengangkutan bahan baku atau pada saat pengangkutan menuju ke pasar. Untuk itu maka dibutuhkan suatu kriteria dalam menentukan suatu kawasan industri yang dalam hal ini dibagi menjadi 2 kriteria yaitu kriteria utama dan kriteria pertimbangan. Adapun kriteria utama yang dipakai dalam penelitian ini meliputi jarak terhadap pasar, jarak terhadap bahan baku, jaringan infrastruktur yang ada dan jarak terhadap sungai. Sementara untuk kriteria pertimbangan meliputi daya dukung lahan, kesuburan tanah, peruntukan lahan, ketersediaan lahan, komoditas eksisting, harga lahan, orientasi lokasi, kerawanan terhadap bencana dan jarak terhadap pemukiman. Dengan mempertimbangkan seluruh komponen masyarakat dan pemerintah daerah maka nantinya akan ditentukan suatu kawasan yang sesuai untuk industri terutama yang berkaitan dengan pengolahan hasil pertanian dan disesuaikan pula dengan kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah. Menurut Carod (2005), ruang merupakan faktor penentu lokasi karena lokasi geografis suatu kawasan yang
9
digunakan untuk berdirinya suatu perusahaan akan mempengaruhi perkembangan kawasan tersebut. Kerangka pemikiran yang dapat menggambarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 1.
Wilayah Administrasi Kabupaten Tulang Bawang
- Potensi Sumber Daya Alam - Kondisi Geografis - Kondisi Eksisting
Bahan Pertimbangan Pemda, DPRD, LSM, Akademisi, Masyarakat
Kepentingan : - Pemerintah - Masyarakat - Dunia Usaha
Kriteria Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian
- Ketersediaan Infrastruktur
Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah
PENENTUAN KAWASAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN
Gambar 1 Bagan alir kerangka pemikiran penelitian.
TINJAUAN PUSTAKA
Kawasan Industri
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri disebutkan bahwa kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri. pengelola suatu zona / wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai kegiatan industri. Di dalam zona perindustrian tersebut, terdapat industri yang sifatnya individual (yang berdiri sendiri) dan industri– industri yang sifatnya mengelompok dalam kawasan industri (Industrial Estate). Di Indonesia pada tahun 2005 sudah terdapat 203 kawasan industri yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia dengan luas + 67.000 Ha. Dari jumlah tersebut baru beroperasi 64 kawasan dengan total area + 20.000 Ha, dan rata-rata tingkat pemanfaatan + 44% yang di dalamnya terdapat + 60.000 industri (Subagya, 2008). Kawasan peruntukan industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten yang bersangkutan. Zona industri adalah satuan geografis sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya kegiatan industri, baik berupa industri dasar maupun industri hilir berorientasi kepada konsumen akhir dengan populasi tinggi sebagai penggerak utama yang secara keseluruhan membentuk berbagai kawasan yang terpadu dan beraglomerasi dalam kegiatan ekonomi dan memiliki daya ikat spasial. Perusahaan kawasan industri wajib melakukan kegiatan penyediaan atau penguasaan tanah, penyusunan rencana tapak tanah, rencana teknis kawasan, penyusunan analisis tapak tanah, pemasaran kapling industri, Pemerintah sendiri telah banyak mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk mendorong terciptanya kawasan industri di berbagai daerah-daerah untuk menarik para investor asing untuk menanamkan modalnya di kawasan perindustrian yang sudah ada. Salah satu kebijakan pemerintah adalah dengan strategi pengembangan FTZ (Free Trade Zone) atau SEZ (Special Economic Zone). Dimana kebijakan ini
11
diberlakukan di suatu kawasan industri berupa pemberian fasilitas dan insentif fiskal yang amat menarik dan bersifat khusus sehingga investor dapat tertarik untuk membuka pabriknya pada kawasan industri tersebut. Selain itu usaha pemerintah yang lain untuk pengembangan kawasan industri adalah dengan pembangunan kelengkapan infrastruktur yang menunjang usaha-usaha produksi di kawasan industri ini (Subagya, 2008). Kunci untuk menentukan kelayakan suatu lokasi bagi aktivitas manufaktur adalah akumulasi jumlah ton-mil terendah di suatu lokasi. Penentuan lokasi terbaik tergantung pada karakter bahan baku yang digunakan yaitu : 1) Ubiquitous dari bahan, artinya bahan baku yang tersedia di mana saja sehingga tidak ada kendala produksi, 2) Bahan baku setempat berpengaruh spesifik terhadap lokasi. (Rustiadi et al., 2008).
Agroindustri
Agroindustri adalah industri yang mempunyai kaitan yang kuat dengan pertanian. Kaitannya dapat berbentuk sumber input atau output yang digunakan di bidang pertanian. Agroindustri merupakan salah satu sub sistem penting dalam sistem agribisnis, memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan yang tinggi karena pangsa pasar dan nilai tambah yang relatif besar dalam produksi nasional. Agroindustri dapat mempercepat transformasi struktur perekonomian dari pertanian ke industri. Agroindustri juga dapat menjadi wahana bagi usaha mengatasi kemiskinan karena daya jangkau dan spektrum kegiatannya yang luas. Tidak kalah pentingnya, agroindustri umumnya dapat diselaraskan dengan usaha pelestarian lingkungan karena keterkaitannya dengan budidaya pertanian ( Saragih 2001, dalam Moravia, 2009 ). Agroindustri mampu menunjukkan kemampuannya untuk menjadi katup pengaman untuk mencegah terjadinya keterpurukan ekonomi. Hal ini karena agroindustri memiliki ciri-ciri
terkait erat dengan karakteristik komoditas
pertanian, yaitu: (a) bersifat musiman, (b) mudah rusak, (c)memakan tempat, (d) amat beragam, (e)transmisi harga rendah, dan (f) struktur pasar monopsonis (Arifin 2003, dalam Djamhari, 2004). Peningkatan produktivitas agroindustri
12
diarahkan sehingga matarantai kegiatan agroindustri dalam negeri tidak lagi mengandalkan produk atau bahan baku impor. Kemandirian ini perlu diwujudkan, sehingga kegiatan agroindustri diarahkan untuk mendukung substitusi impor, sehingga nilai tambah yang diciptakan dapat dinikmati pelaku agroindustri domestik, misalnya berupa penciptaan lapangan kerja baru ( Djamhari, 2004).
Pengembangan Wilayah
Menurut Misra (1985) dalam Djakapermana (2005), pengembangan wilayah adalah upaya agar wilayah tersebut dapat berkembang mencapai tingkat yang diinginkan. Pengembangan wilayah dilaksanakan melalui optimasi pemanfaatan sumberdaya alam secara harmonis melalui pendekatan yang komprehensif pada aspek fisik, ekonomi, sosial dan budaya untuk pembangunan berkelanjutan. Salah satu cara untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah dengan penataan ruang yang dimanfaatkan sebagai leverage agar wilayah berkembang mencapai tujuan yang ditetapkan. Penataan ruang merupakan proses yang mencakup penyusunan rencana tata ruang wilayah, pemanfaatan ruang melalui serangkaian program pelaksanaan pembangunan agar sesuai rencana serta pengendalian pelaksanaan pembangunan agar sesuai dengan rencana tata ruang. Menurut Adisasmita (2008), aspek ruang dalam pemanfaatan wilayah mencakup aspek lokasi wilayah dan aspek dimensi wilayah. Aspek lokasi wilayah berkaitan, di satu pihak dengan fungsi lindung, dan di lain pihak dengan masalah pilihan atas lokasi bagi tempat permukiman ataupun kegiatan usaha, yakni dalam rangka memperoleh tingkat kemudahan yang diinginkan atau sebaliknya. Bagi kegiatan usaha yaitu dalam mempertinggi tingkat kemudahan bagi masyarakat di wilayah tertentu, baik dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun mengembangkan kegiatan usahanya. Aspek dimensi wilayah berkaitan dengan masalah tata guna tanah, yaitu yang memberikan petunjuk tentang batas-batas wilayah, baik sehubungan dengan kemampuannya maupun fungsi lindung dalam rangka pemanfaatan wilayah secara optimal.
13
Teori Lokasi
Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumbersumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Lokasi berbagai kegiatan seperti rumah tangga, pertokoan, pabrik, pertanian, pertambangan, sekolah, dan tempat ibadah tidaklah asal saja/acak berada di lokasi tersebut, melainkan menunjukkan pola dan susunan (mekanisme) yang dapat diselidiki dan dapat dimengerti (Tarigan, 2005). Menurut Tarigan (2005) dalam mempelajari lokasi berbagai kegiatan, terlebih dahulu membuat asumsi bahwa ruang yang dianalisis datar dan kondisinya sama di semua arah. Dalam kondisi seperti ini, bagaimana manusia mengatur kegiatannya dalam ruang, baru kemudian asumsi ini dilonggarkan secara bertahap sehingga ditemukan kondisi dalam dunia nyata. Dalam dunia nyata, kondisi dan potensi setiap wilayah adalah berbeda. Dampaknya menjadi lebih mudah dianalisis karena telah diketahui tingkah laku manusia dalam kondisi potensi ruang adalah sama. Salah satu unsur ruang adalah jarak. Jarak menciptakan “gangguan” ketika manusia berhubungan/bepergian dari satu tempat ke tempat lainnya. Jarak menciptakan gangguan karena dibutuhkan waktu, tenaga dan biaya untuk mencapai lokasi yang satu dari lokasi lainnya. Selain itu jarak juga menciptakan gangguan informasi,sehingga makin jauh dari suatu lokasi makin kurang diketahui potensi/karakter yang terdapat pada lokasi tersebut. Makin jauh jarak yang ditempuh, makin menurun minat orang untuk bepergian dengan asumsi faktor lain semuanya sama. Terkait dengan lokasi, salah satu faktor yang menentukan apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya. Tingkat aksesibilitas antara lain dipengaruhi jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tesebut. Di sisi lain, berbagai hal yang disebutkan di atas sangat terkait dengan
14
aktivitas ekonomi yang terjalin antara dua lokasi. Artinya, frekuensi perhubungan sangat terkait dengan potensi ekonomi dari dua lokasi yang dihubungkannya. Dengan demikian, potensi mempengaruhi aksesibilitas, tetapi di sisi lain, aksesibilitas juga menaikkan potensi suatu wilayah. Menurut Hanafiah (1982), pemerintah sebagai penentu lokasi mempunyai kekuatan atau kewenangan yang dapat mempengaruhi penentuan lokasi berbagai kegiatan ekonomi rumah tangga dan perusahaan melalui kegiatan masyarakat yang tersebar secara spasial, dan bertujuan untuk memaksimumkan pelayanan kepada masyarakat melalui penyebaran fasilitas pelayanan secara merata. Analisis Spasial
Perencanaan
pembangunan wilayah diartikan
sebagai suatu upaya
merumuskan dan mengaplikasikan kerangka teori ke dalam kebijakan ekonomi dan program pembangunan yang di dalamnya mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan (Nugroho dan Dahuri, 2004). Proses perencanaan pembangunan wilayah selalu berhadapan dengan obyekobyek perencanaan yang memiliki sifat keruangan (spasial). Oleh karena itu dalam analisis perencanaan wilayah, analisis yang menyangkut obyek-obyek dalam sistem keruangan (analisis spasial) menjadi sangat penting (Rustiadi, et al 2008). Menurut Rustiadi et al., (2008), analisis spasial dipahami secara berbeda antara ilmuwan berlatar belakang geografi dan berlatar belakang sosial (termasuk ekonomi). Perbedaan keduanya bersumber dari perbedaan 2 hal, pertama perbedaan pengertian kata spasial atau ruang itu sendiri dan kedua fokus kajiannya. Pandangan geografi, pengertian spasial adalah pengertian kata spasial adalah pengertian yang bersifat rigid (kaku), yakni segala hal yang menyangkut lokasi atau tempat. Definisi suatu tempat atau lokasi secara geografis sangat jelas, tegas dan lebih teratur karena setiap lokasi di atas permukaan bumi dalam ilmu geografi dapat diukur secara kuantitatif. Fokus kajian para ahli geografi dalam analisis spasial tertuju pada cara mendeskripsikan fakta, dengan kata lain lebih memfokuskan pada aspek ”apa” dan ”bagaimana” yang terjadi di atas permukaan
15
bumi dan bahkan ”dimana”. Domain kajian ilmu geografi lebih banyak menekankan pada bagaimana mendeskripsikan fenomena spasial. Oleh karenanya ilustrasi-ilustrasi spasial dengan ”peta” yang memiliki akurasi informasi spasial di dalamnya sangat penting. Analisis mengenai pola-pola spasial (pemusatan, penyebaran, kompleksitas spasial dan lain-lain) kecenderungan spasial, bentukbentuk dan struktur interaksi spasial secara deskriptif menjadi kajian-kajian yang banyak mendapat perhatian dari ahli geografi. Semuanya dikaji tanpa harus mendalami permasalahan sosial ekonomi yang ada di dalamnya. Sementara dalam perspektif ekonomi, analisis spasial lebih menekankan pada ”apa yang menjadi masalah” (what) dan ”mengapa masalah itu terjadi” (why). Aspek-aspek spasial tidak didefinisikan dalam bahasa-bahasa posisi yang memiliki pengertian lebih kuantitatif, melainkan lebih pada masalahnya. Bahkan aspek spasial lebih dianggap memiliki makna jika ada kejelasan masalah di dalamnya. Segala aspek spasial yang dijelaskan di bidang ilmu geografi hanya akan memiliki arti spasial dalam kacamata ilmu sosial ekonomi jika dipahami ada masalah dan ada permasalahan sosial ekonomi terhadapnya. Menurut Rondinelli (1985) dalam Ansoriudin (2008), analisis spasial hanya menyediakan beberapa hasil perhitungan atau olahan data yang dibutuhkan untuk menyusun pendapat secara rasional dan dapat dipertanggungjawabkan dengan cara mengkombinasikan dengan hasil-hasil analisis lainnya. Di samping perkembangan metode-metode analisis spasial, peranan Sistem Informasi Geografis (SIG) di dalam visualisasi data spasial akhir-akhir ini semakin signifikan. Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai suatu perangkat alat untuk mengumpulkan, menyimpan, memanggil kembali, mentransformasi dan menyajikan data spasial dari aspek-aspek permukaan bumi (Burrough 1989, dalam Barus dan Wiradisastra, 2000). Komponen utama SIG terbagi 4 kelompok yaitu perangkat keras, perangkat lunak, organisasi (manajemen) dan pemakai. Porsi masing-masing komponen tersebut berbeda dari satu sistem ke sistem lainnya, tergantung dari tujuan dibuatnya SIG tersebut (Barus dan Wiradisastra, 2000). Menurut Barus dan Wiradisastra (2000), kelebihan sistem informasi geografis adalah merupakan alat yang handal untuk menangani data spasial.
16
Dalam SIG, data dipelihara dalam bentuk digital. Data ini lebih padat dibandingkan dalam bentuk peta cetak, tabel dan bentuk konvensional lainnya. Dalam SIG tidak hanya data yang berbeda dapat diintegrasikan, prosedur yang berbeda juga dapat dipadukan. Sebagai contoh, prosedur penanganan data sepertipengumpulan data, verifikasi data dan pembaharuan data. Prosedur juga dapat diintegrasikan seperti pemisahan operasi menjadi beberapa tahap, misalnya dalam melakukan registrasi lahan maka secara langsung dalam kegiatan tersebut menghasilkan data yang dapat digunakan dalam pemantauan penggunaan lahan, dalam hal ini keduanya berada dalam SIG yang sama. Dalam hal ini SIG digunakan untuk mengecek keakuratan perubahan, zona mana yang kena dampak dan pada saat yang bersamaan memperbaiki peta dan data tabel yang relevan. Dengan cara ini pemakai mendapatkan lebih banyak informasi baru dan dapat memanipulasinya sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.
METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah administratif Kabupaten Tulang Bawang yang terdiri dari 13 kecamatan. Waktu pelaksanaan penelitian selama kurang lebih 8 (delapan) bulan, mulai bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan April 2010.
Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : Petapeta tematik (Peta-peta Penggunaan Lahan, Administratif, Jalan, Kawasan Lindung), kuisioner untuk memperoleh data primer, data-data sekunder, software ArcGIS versi 9.3, Expert choice 11, MS office excel, MS Word
Teknik Pengumpulan Data Data-data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari survei langsung ke lapangan baik melalui wawancara maupun pengamatan langsung di lapangan. Data sekunder yang digunakan antara lain peta administrasi Kabupaten Tulang Bawang, peta status lahan, peta penggunaan lahan, peta jalan dan peta-peta pendukung lainnya dari Bappeda Kabupaten Tulang Bawang, data-data statistik BPS, data potensi desa, Kabupaten Tulang Bawang Dalam Angka dan data dari sumber-sumber lain yang mendukung.
Metode Analisis Data yang terkumpul di analisis sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, sehingga akan dapat menjawab permasalahan yang diteliti.
Analisis Spasial Analisis ini menggunakan beberapa peta tematik yang mendukung seperti peta administrasi, penggunaan lahan, kawasan lindung, kawasan hak guna usaha, potensi wilayah, jalan dan jaringan listrik. Terhadap semua peta dilakukan
18
tumpang tindih dengan menggunakan software Arc. GIS 9.3 untuk mengetahui wilayah yang dapat dipilih dan wilayah yang tidak dapat dipilih. Analisis ini merupakan salah satu cara untuk mempermudah dalam memisahkan daerahdaerah yang dibutuhkan untuk diamati secara spasial. Dalam menentukan lokasi yang sesuai dengan kriteria kawasan industri pengolahan hasil pertanian juga dilakukan analisis terhadap komoditas eksisiting yang ada di Kabupaten Tulang Bawang. Setelah disusun dalam suatu data atribut maka sebaran komoditas tersebut dapat diketahui dengan cara melakukan tumpang tindih antara peta administrasi serta beberapa peta tematik.
Analisis Location Quotient (LQ) Untuk mengetahui potensi aktivitas ekonomi yang merupakan indikasi sektor basis dan bukan sektor basis dapat digunakan metode Location Quotient (LQ), yang merupakan perbandingan relatif antara kemampuan sektor yang sama pada daerah luas dalam suatu wilayah (Rustiadi et al., 2008). Persamaan dari LQ ini adalah :
LQ
IJ
=
X X
IJ .J
X /X
/
I. ..
Dimana: Xij
: produksi pertanian tanaman pangan/perkebunan ke-j di kecamatan ke-i
Xi.
: total produksi pertanian tanaman pangan/perkebunan di kecamatan ke-i
X.j
: total produksi pertanian tanaman pangan/perkebunan ke-j di semua kecamatan
X..
: total produksi pertanian tanaman pangan/perkebunan di seluruh kabupaten
Analisis Interaksi Spasial Location-allocation Model Spatial Interaction Analysis dengan menggunakan metoda The Locationallocation Models adalah merupakan salah satu pendekatan dari model-model optimasi dalam penentuan lokasi suatu aktifitas yang dapat meminimumkan biaya, jarak, waktu, dan faktor kendala lainnya.
19
Salah satu analisa interaksi spasial melalui pendekatan dari Locationallocation Model adalah penggunaan metoda The P-Median Problem. Penyelesaian fungsi-fungsi dari The P-Median Problem ini dilakukan dengan menggunakan program komputer/software Java Applets P-Median Solver. Model analisis ini sejak tahun 1998 mulai diperkenalkan sebagai salah satu mata ajaran pada mata kuliah Facilities Design and Logistics oleh Professor Phill Kaminsky dari University of Berkeley, informasi lebih rinci dapat diperoleh dari
[email protected]. Software P-Median Solver ini disediakan secara gratis melalui situs internet http://www.hyuan.com/java/index.html, yang untuk mengolah datanya harus dalam keadaan on line dengan situs tersebut. Program ini dapat digunakan untuk menganalisa suatu wilayah dengan jumlah simpul yang besar sampai dengan 99 simpul. The P-Median Problem adalah metoda pemecahan masalah dalam penentuan lokasi optimal untuk penempatan ’P’ fasilitas di suatu wilayah dengan upaya meminimalkan kendala atau constraints. Dalam metoda The P-Median Problem ada dua faktor yang sangat berpengaruh, yaitu faktor jarak antar simpul dan faktor bobot dari simpul yang akan dianalisis. 1. Jarak antar simpul atau wilayah (dij). Pengertian jarak di sini adalah hubungan secara spasial antar lokasi suatu tempat dalam ruang., dalam konsep fisika, interpretasi yang paling modern terhadap dij adalah nilai hambatan berinteraksi dari i ke j, sedangkan dalam konsep ekonomi dij secara umum diartikan sebagai besarnya korbanan atau biaya (cost) berinteraksi dari i ke j. Dengan demikian pengertian terhadap jarak harus diperluas tidak sekedar pengertian jarak dalam pengertian fisik semata. Namun demikian dalam tatanan operasional terdapat berbagai konsep jarak fisik, seperti konsep jarak lurus terdekat (straight line distance), jarak menurut jalan darat (road distance), jarak jalan setapak, dan sebagainya. Untuk berbagai kasus seringkali konsep jarak ”waktu tempuh” memiliki pengertian yang lebih efektif dan logis (Rustiadi et al., 2004 dalam Mirza., 2006).
20
Dalam model ekonomi, konsep jarak sering diartikan sebagai biaya atau korbanan di dalam berinteraksi. Secara praktis. Konsep biaya perjalanan dapat memanfaatkan harga nominal tarif yang berlaku dalam melakukan perjalanan menggunakan kendaraan umum. Namun menggunakan nilai tarif kendaraan umum sering tidak realistik akibat sistem tarif kendaraan umum yang tidak kontinyu, karena adanya kesamaan tarif pada interval jarak tertentu. Di berbagai studi, banyak peneliti lebih mengandalkan pendekatan opportinity cost dalam memperkirakan biaya interaksi atau biaya perjalanan (Rustiadi et al., 2008). Konsep jarak lurus terdekat (straight line distance) antara dua titik disebut juga jarak absolut, karena pada dasarnya tidak akan pernah berubah besarannya dan satuan yang lazim digunakan adalah km atau mil. Selain dari konsep pendekatan jarak tersebut disebut dengan jarak relatif. Dalam berbagai hal banyak cara untuk menyatakan jarak relatif suatu lokasi di mana jarak relatif dapat berubah secara radikal walaupun jarak absolutnya tetap. Dalam hal ini jarak yang akan digunakan dalam perhitungan adalah jarak relatif antara satu ibukota kecamatan ke ibukota kecamatan yang lain 2. Bobot dari simpul atau wilayah yang akan dianalisis. Dalam interpretasi lebih lanjut, bobot simpul atau wilayah diartikan sebagai faktor yang berpengaruh baik sebagai faktor pendorong (push factors) dari wilayah asal i dan faktor daya tarik interaksi (pull factors) ke wilayah tujuan j. Penggunaan massa atau bobot dari suatu wilayah atau simpul sangat tergantung pada masalah yang diteliti. Bobot tersebut dapat berbentuk faktor kependudukan, faktor ekonomi, dan faktor sosial yang secara logis berpengaruh, seperti jumlah penduduk, luas wilayah, PDRB wilayah, jumlah komoditi pertanian suatu daerah, pendapatan asli daerah, jumlah tenaga kerja, indeks ketersediaan fasilitas wilayah, indeks perkembangan wilayah, dan lainlain (Rustiadi et al., 2008). Dalam hal ini bobot yang akan digunakan adalah jumlah penduduk dan produksi komoditas pertanian dengan constraint jarak tempuh. Pengambilan peubah jarak tempuh sebagai constraint karena secara umum jarak tempuh berbanding lurus dengan peubah lainnya seperti waktu dan biaya.
21
Adapun persamaan yang digunakan dalam P-Median dengan menggunakan software GAMS ini adalah sebagai berikut :
Z = ∑ ((i,j),(C(i,j) x X(i,j))) + ∑ ((k,j),(T(k,j) x S(k,j))) Dimana : Z
= lokasi optimal;
(i,j)
= jarak antara wilayah demand ke-i dan wilayah pembangunan fasilitas ke-j;
C(i,j) = produksi yang harus ditanggung dari fasilitas j ke wilayah i; X(i,j) = lokasi demand i yang dilayani oleh lokasi fasilitas j; (k,j)
= jarak antara wilayah produksi ke-k ke wilayah pasar j;
T(k,j) = jumlah penduduk yang harus ditanggung dari daerah produksi i ke fasilitas j; S(k,j) = lokasi produksi k yang dikirimkan ke lokasi fasilitas j
Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Thomas Saaty pada tahun 1970. Analytical Hierarchy Process (AHP) dilakukan untuk mengetahui dan menggali persepsi dari stakeholders terhadap penentuan kawasan industri. Dalam menetapkan suatu kebijakan, maka perumusan kebijakan akan dihadapkan pada banyak faktor, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Dengan menggunakan metode AHP, maka semua faktor yang dianggap berpengaruh terhadap suatu kebijakan akan dilakukan dalam perhitungan. Beberapa keuntungan dari penggunaan metode AHP antara lain adalah : 1. Dapat mempresentasikan suatu sistem yang dapat menjelaskan bagaimana perubahan pada level yang lebih tinggi mempunyai pengaruh terhadap unsur-unsur pada level yang lebih rendah.
22
2. Membantu memudahkan analisis guna memecahkan persoalan yang kompleks dan tidak terstruktur dengan memberikan skala pengukuran yang jelas guna mendapatkan prioritas. 3. Mampu mendapatkan pertimbangan yang logis dalam menentukan prioritas dengan tidak memaksakan pemikiran linier. 4. Mengukur secara komprehensif pengaruh unsur-unsur yang mempunyai korelasi dengan masalah dan tujuan, dengan memberikan skala pengukuran yang jelas. Sarana yang digunakan dalam AHP adalah dengan memberikan kuisioner kepada responden terpilih yang mengetahui dan memahami dengan baik masalah yang menjadi objek penelitian. Metode sampling yang digunakan adalah purpose sampling. Analisis AHP dilakukan dengan program aplikasi Expert Choice 11.
23
Data Primer dan Sekunder
Identifikasi Wilayah
Identifikasi Komoditas Pertanian
Analisis SIG
Analisis : - LQ Persyaratan komoditas untuk industri
Wilayah Terpilih dengan kriteria bukan wilayah lindung dan HGU
Komoditas Pertanian prioritas untuk industri yang paling banyak ditanam masyarakat Identifikasi Alternatif Lokasi Optimal Penggalian Persepsi stakeholders terhadap Penentuan Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian
Analisis : - AHP
Analisis : Location-allocation Model : P-Median Problem
Alternatif Lokasi Optimal Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian
Persepsi stakeholders terhadap Penentuan Lokasi Kawasan Industri
Rekomendasi Lokasi Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian
Gambar 2 Bagan alir analisis penelitian
Kebijakan Pemerintah tentang pembangunan Pelabuhan Industri
Kedekatan dengan Sumber Air dan Keberadaan Jaringan Listrik
Analisis : - Peta
24
Tabel 2 Matriks Pendekatan Penelitian No
Tujuan
Metode Analisis SIG
1.
Mengidentifikasi wilayah berdasarkan status lahan di Kabupaten Tulang Bawang
2.
Mengidentifikasi sebaran komoditas pertanian dan pemusatannya dari tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang.
LQ
3.
Mengidentifikasi alternatif lokasi optimal kawasan industri pengolahan hasil pertanian berdasarkan produksi hasil pertanian untuk industri, sumber air, listrik dan aksesibilitas di Kabupaten Tulang Bawang.
- Metode PMedian yang dibangun dalam software GAMS - Peta
4.
Penggalian Persepsi stakeholders terhadap Penentuan Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian
AHP
5.
Pertimbangan rekomendasi lokasi kawasan industri yang optimal
-
Jenis Data
Sumber Data
Peta Administrasi, peta kawasan lindung, peta hak guna usaha, peta alokasi pemanfaatan lahan, peta keberadaan jaringan listrik PDRB Kabupaten Tulang Bawang 2008
- Bakosurtanal - Bappeda Kab. Tulang Bawang
wilayah yang berada di luar kawasan lindung dan HGU
- BPS Kab. Tulang Bawang - Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tulang Bawang
Pemusatan komoditas pertanian
Jarak dan - Dinas waktu tempuh Pertanian, antar Perkebunan kecamatan, dan produksi Kehutanan pertanian, Kab. Tulang jumlah Bawang penduduk, peta - Bappeda Kab. Tulang keberadaan Bawang jaringan listrik, - BPS peta sungai Kabupaten Tulang Bawang Kuisioner dan - Pengambil wawancara Kebijakan - Perwakilan Petani
-
-
Keluaran
Alternatif lokasi optimal kawasan industri pengolahan hasil pertanian berdasarkan produksi hasil pertanian untuk industri, sumber air, listrik dan aksesibilitas di Kabupaten Tulang Bawang
Persepsi stakeholders terhadap Penentuan Lokasi Kawasan Industri Rekomendasi lokasi kawasan industri yang optimal
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri menjadi Ibukota Kabupaten Tulang Bawang pada tahun 1997 berdasarkan Undang-undang Nomor 2 tahun 1997 tentang pembentukan Kabupaten Tulang Bawang dan Kabupaten Tanggamus. Kabupaten Tulang Bawang merupakan pemekaran dari wilayah Kabupaten Lampung Utara. Pada tahun 2005, Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang melaksanakan persiapan rencana pemekaran wilayah kabupaten menjadi 3 (tiga) daerah otonom, yaitu Kabupaten Tulang Bawang sebagai kabupaten induk, Kabupaten Tulang Bawang Barat, dan Kabupaten Mesuji. Pada tahun 2008 Kabupaten Tulang Bawang dimekarkan Berdasarkan Undang-undang nomor 49 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Mesuji dan Undang-undang nomor 50 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang sendiri mempunyai luas 233.985 ha. Wilayah administrasi Kabupaten Tulang Bawang memiliki batas-batas sebagai berikut : a. Sebelah Utara
: berbatasan dengan Kabupaten Mesuji
b. Sebelah Selatan
: berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah
c. Sebelah Timur
: berbatasan dengan Laut Jawa
d. Sebelah Barat
: berbatasan dengan wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat
Kabupaten Tulang Bawang meliputi 13 (tiga belas) wilayah administrasi kecamatan yang meliputi Kecamatan Menggala, Banjar Agung, Banjar Margo, Rawa Jitu Selatan, Penawar Tama, Gedung Aji Baru, Penawar Aji, Gedung Meneng, Dente Teladas, Gedung Aji, Meraksa Aji, Rawa Jitu Timur, dan Rawa Pitu.
26
Kabupaten Mesuji Kabupaten Mesuji
Kab. Tulang Bawang Barat
Kabupaten Lampung Tengah
Sumber : Bappeda Tulang Bawang, 2008
Gambar 3 Peta administrasi Kabupaten Tulang Bawang Bentang Lahan
Secara garis besar bentang lahan di wilayah Kabupaten Tulang Bawang dapat dibagi dalam 4 unit (Masterplan Pengendalian Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Kabupaten Tulang Bawang, 2008), yaitu: 1. Daerah dataran hingga dataran bergelombang Merupakan daerah dataran sampai dengan dataran bergelombang, berada pada kemiringan antara 15-30 persen yang dimanfaatkan untuk areal pertanian, perkebunan dan pencadangan pengembangan transmigrasi. 2. Daerah Rawa Daerah Rawa terdapat di sepanjang Pantai Timur dengan ketinggian 0 – 1 m yang merupakan muara dari Way Tulang Bawang dan Way Mesuji. Rawa-rawa tersebut terdapat di tiga wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Rawa Jitu Utara, Rawa Jitu Selatan dan Kecamatan Gedung Meneng. Daerah-daerah tersebut
27
merupakan areal yang cukup produktif untuk pengembangan budidaya tambak dan perikanan laut. 3. Daerah River Basin Daerah river basin ini terdapat di pedalaman yang relatif jauh dari pantai dan umumnya terletak di pinggir aliran sungai. Daerah ini berupa cekungan yang memungkinkan untuk diisi air pada musim penghujan membentuk rawa-rawa atau lebung-lebung. Daerah ini memiliki luas 10.150 Km2 dengan panjang 753 Km yang digunakan untuk pengembangan tambak udang. Rawa-rawa tersebut diantaranya berada di sekitar aliran Way Tulang Bawang di Kecamatan Menggala, Gedung Meneng, dan Gedung Aji. 4. Daerah Pantai Dataran ini terletak di pinggir pantai timur yang merupakan bagian hilir (down steem) dari sungai-sungai besar yaitu Tulang Bawang dan yang dimanfaatkan untuk pelabuhan dan areal persawahan pasang surut. Di lokasi Rawa Pitu telah dimanfaatkan seluas ± 36.000 Ha dan ± 20.000 Ha (Rawa Pitu I dan II).
Kependudukan
Pada tahun 2007, terdapat 350.299 jiwa penduduk Kabupaten Tulang Bawang. Konsentrasi penduduk terbesar berada di Kecamatan Menggala (14,57%), Dente Teladas (13,03 %) dan Banjar Agung (11,97 %). Adapun konsentrasi penduduk terendah ada di Kecamatan Gedung Aji (3,15 %). Jika melihat dari kepadatannya, Kecamatan Rawajitu Selatan adalah kecamatan terpadat (6,09 jiwa/ha), sedangkan Kecamatan Menggala mempunyai kepadatan terendah (0,77 jiwa/ha). Pada tahun 2006 terdapat 91.325 rumah
tangga
dimana
35.771 atau
39,17% tergolong rumah tangga miskin. Persentase rumah tangga miskin terbesar ada di Kecamatan Rawajitu Timur (67,68 %), sedangkan persentase terendah ada di Kecamatan Banjar Margo (23,02 %). Secara umum terdapat 5 kecamatan yang mempunyai persentase keluarga miskin lebih rendah dari rata-rata Kabupaten
28
Tulang Bawang, yaitu Kecamatan Banjar Agung, Banjar Margo, Penawar Aji, Meraksa Aji dan Menggala.
Tabel 3 Kepadatan penduduk dan presentase rumah tangga miskin
1
Banjar Agung
41941
11,97
1.83
Persentase RT Miskin (%) 35,18
2
Banjar Margo
27917
7,97
2.28
23,02
3
Gedung Aji
11024
3,15
0.85
43,66
4
Penawar Aji
17626
5,03
1.61
29,59
5
Meraksa Aji
12941
3,69
0.83
38,92
6
Menggala
51052
14,57
0.77
28,94
7
Penawar Tama
26234
7,49
3.48
40,03
8
Rawajitu Selatan
27040
7,72
6.09
45,68
9
Gedung Meneng
25672
7,33
1.10
41,95
10
Rawajitu Timur
29647
8,46
1.76
67,68
11
Rawa Pitu
14570
4,16
1.21
39,99
12
Gedung Aji Baru
18997
5,42
3.60
44,05
13
Dente Teladas
45638
13,03
1.92
40,46
Total Sumber : BPS 2008
350299
100
1,50
39,17
No
Kecamatan
Jumlah (jiwa)
Konsentrasi (%)
Kepadatan (jiwa/ha)
Ketenagakerjaan
Terdapat 76.642 tenaga kerja di Kabupaten Tulang Bawang pada tahun 2006. Secara umum, sektor pertanian baik tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan perikanan menjadi sumber utama pencaharian penduduk Kabupaten Tulang Bawang. Tenaga kerja terbesar berada di sektor pertanian tanaman pangan, yaitu 34.118 jiwa atau 44,52% dari seluruh tenaga kerja. Kecamatan Penawar Tama mempunyai persentase tenaga kerja pertanian tanaman pangan terbesar di antara sektor lainnya (91,64%). Tenaga kerja sektor perkebunan dominan di Kecamatan Rawajitu Selatan (67,11%), perikanan di Kecamatan Rawajitu Timur (40,93%), dan sektor jasa di Kecamatan Gedung Meneng (30,26%) dan Rawajitu Timur (20,96%). Untuk Kecamatan Meraksa Aji, Gedung Aji Baru dan Dente Teladas tidak memiliki data tenaga kerja karena wilayah kecamatan tersebut masih berada pada kecamatan sebelum pemekaran.
29
Tanaman Pangan
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Perdagangan
Guru dan PNS
Jasa
Total
Tabel 4. Jumlah tenaga kerja per sektor
1
Banjar Agung
2.261
3.027
872
131
977
701
1.205
9174
2
Banjar Margo
3.744
1.725
677
15
2.122
764
1.160
10.207
3
Gedung Aji
1.470
1.039
549
835
636
173
705
5.407
4
Penawar Aji
1.484
910
334
248
323
172
1.193
4.664
5
Meraksa Aji *)
*
*
*
*
*
*
*
0
6
Menggala
5.819
705
0
1.201
1.033
315
1.600
10.673
7
Penawar Tama
9.302
0
0
0
455
0
394
10.151
8
Rawajitu Selatan
1.355
3.845
0
155
374
0
0
5.729
9
Gedung Meneng
5.605
886
65
73
91
184
2.995
9.899
10
Rawajitu Timur
1.736
0
352
2.761
229
253
1.414
6.745
11
Rawa Pitu
1.342
953
223
754
443
152
126
3.993
12
Gedung Aji Baru *)
*
*
*
*
*
*
*
0
13
Dente Teladas *)
*
*
*
*
*
*
*
0
34.118
13.090
3.072
6.173
6.683
2.714
10.792
76.642
No
Kecamatan
Total
Sumber: BPS 2007 *) data masih bergabung dengan kecamatan induk
Kebijakan Industri di Kabupaten Tulang Bawang
Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh yang cukup penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap pengembangan ekonomi, sosial, budaya dan atau lingkungan. Kawasan strategis yang terdapat di wilayah Kabupaten Tulang Bawang ada tiga, yaitu Kawasan Industri Dente Teladas sebagai Kawasan Strategis Kabupaten, Kawasan Berikat Tambak Udang Rawajitu Timur sebagai Kawasan Strategi Provinsi, dan Kawasan Agropolitan Rawa Pitu Selatan sebagai Kawasan Strategis Kabupaten. Kawasan tersebut memilki nilai potensi dan peluang investasi serta perkembangan perekonomian yang cukup potensial dan menjadi daya tarik yang tinggi apabila ditindaklanjuti dengan sungguh-sungguh dan dengan perencanaan/manajemen yang matang. Dengan direncanakan dan ditetapkannya ketiga kawasan tersebut sebagai kawasan strategis Tulang Bawang, maka tindak lanjut yang bisa dilakukan dalam jangka waktu dekat adalah membuat rencana-rencana induk (master plan) atau
30
terperinci setiap zona (blok) pengembangan ruangnya, agar di dalam pengendalian dan pemanfaatan ruangnya dapat diawasi secara tertib.
Kawasan Industri Dente Teladas Rencana penetapan kawasan strategis Dente Teladas sebagai kawasan strategis merupakan kebijakan dan keputusan sebagai langkah awal memotivasi laju pertumbuhan perekonomian Kabupaten Tulang Bawang. Lokasi kawasan strategis ini terdapat di sebagian besar wilayah barat Kabupaten Tulang Bawang dengan luas areal kawasan sekitar 3.000 Ha. Kawasan ini mampu menjadi pusat pertumbuhan sendiri yang akan menarik minat investasi di Kabupaten Tulang Bawang. Rencana penetapan kawasan industri Dente Teladas sebagai kawasan strategis di wilayah Kabupaten Tulang Bawang akan berdampak besar terhadap pertumbuhan perekonomian (taraf hidup) baik bagi masyarakat pada kawasan tersebut (setempat) maupun bagi fsik dan perekonomian wilayah Kabupaten Tulang Bawang. Kawasan industri Dente Teladas mampu menampung kegiatan industri yang berskala menengah dan besar. Rencana pembangunan pelabuhan industri dan pembangkit listrik tenaga uap di Dente Teladas akan memberikan manfaat kepada masyarakat dalam penyediaan sarana listrik serta memudahkan pengiriman barang bagi hasil industri. Keberadaan pelabuhan industri tidak hanya digunakan oleh industri yang berada di Kabupaten Tulang Bawang, namun dapat dimanfaatkan oleh industri yang berada di luar wilayah kabupaten sehingga akan mempersingkat waktu pengiriman.
31
Gambar 4 Pelabuhan industri sementara di Dente Teladas Kawasan Berikat Tambak Udang Rawajitu Timur Penetapan kawasan strategis Rawajitu Timur merupakan ketetapan dari RTRW Provinsi Lampung. Kawasan ini merupakan kawasan produksi udang yang potensial di Provinsi Lampung. Beberapa isu strategis terkait Kawasan Berikat ini adalah: 1. Terjadinya kerusakan lingkungan akibat alih fungsi lahan mangrove menjadi tambak udang secara tidak terkontrol 2. Sebagian besar penduduk di Rawajitu Timur adalah petambak plasma dengan penempatan ditentukan oleh perusahaan 3. Pernah terjadi mismanajemen sehingga menimbulkan kredit macet pada tahun 1998 sehingga masuk ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) 4. Tumbuhnya beberapa pusat perekenomian di wilayah sekitar akibat perkembangan ekonomi 5. Mulai diperkenankannya masyarakat oleh pihak perusahaan untuk mengembangkan usaha-usaha ekonomi alternative diluar penambak plasma seperti PNS dan pedagang 6. Pemanfaatan lahan untuk pertanian tanaman pangan dan buah-buahan baik untuk konsumsi sendiri maupun dijual
32
7. Budidaya ternak kambing menjadi usaha peternakan terbanyak dimana setiap KK rata-rata memiliki 10-20 ekor kambing yang didukung oleh ketersediaan pakan (vegetasi lamtoro) 8. Terdapatnya usaha pengolahan ikan yang dilakukan masyarakat namun belum memenuhi standar hiegenis
Kawasan Agropolitan Rawa Pitu Timur Penetapan Kawasan Agropolitan Rawa Pitu Timur didasarkan pada pertimbangan untuk mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha yang berdaya saing, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah dan juga merupakan Kebijakan Tata Ruang Propinsi dimana bagian wilayah Kabupaten Tulang Bawang menjadi salah satu Kawasan agropolitan. Pengembangan kawasan Agropolitan dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan pertanian, baik yang dibutuhkan sebelum proses produksi, dalam proses produksi, maupun setelah proses produksi. Upaya tersebut dilakukan melalui pengaturan lokasi permukiman penduduk, lokasi kegiatan produksi, lokasi pusat pelayanan, dan peletakan jaringan prasarana. UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Bab I, pasal 1) mendefenisikan kawasan Agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis. Lebih lanjut dijelaskan pada penataan ruang kawasan perdesaan dapat berbentuk kawasan Agropolitan. Kawasan Agropolitan merupakan kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis. Pengembangan kawasan Agropolitan dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan pertanian, baik yang dibutuhkan sebelum proses produksi,
33
dalam proses produksi, maupun setelah proses produksi. Upaya tersebut dilakukan melalui pengaturan lokasi permukiman penduduk, lokasi kegiatan produksi, lokasi pusat pelayanan, dan peletakan jaringan prasarana Rencana tata ruang Kawasan Agropolitan Rawa Pitu Timur sebagaimana rencana tata ruang Kawasan Agropolitan umumnya merupakan rencana rinci tata ruang 1 (satu) atau beberapa wilayah kabupaten. Rencana tata ruang kawasan Agropolitan memuat: a. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang kawasan Agropolitan; b. Rencana struktur ruang kawasan Agropolitan yang meliputi sistem pusat kegiatan dan sistem jaringan prasarana kawasan Agropolitan; c. Rencana pola ruang kawasan Agropolitan yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budi daya; d. Arahan pemanfaatan ruang kawasan Agropolitan yang berisi indikasi program utama yang bersifat interdependen antardesa; dan e. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan Agropolitan yang berisi arahan peraturan zonasi kawasan Agropolitan, arahan ketentuan perizinan, serta arahan ketentuan insentif dan disinsentif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Spasial Kabupaten Tulang Bawang merupakan wilayah yang dilalui oleh jalan lintas sumatera. Kecamatan Menggala merupakan pertemuan antara jalan lintas timur sumatera dan jalan lintas Asean yang merupakan penghubung antara Pelabuhan Bakauheni yang melintasi jalan di sepanjang pantai timur sumatera tanpa melalui ibukota Propinsi Lampung. Jalan lintas sumatera yang merupakan jalan nasional hanya melintasi 3 kecamatan yaitu Kecamatan Menggala, Banjar Agung dan Banjar Margo yang terletak di sebelah barat wilayah administrasi Kabupaten Tulang Bawang. Berdasarkan beberapa peta tematik yang diamati dan dilakukan tumpang tindih, maka didapatkan bahwa Kabupaten Tulang Bawang terdiri dari 2 kawasan yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Untuk kawasan budidaya terdiri dari areal perkebunan dan kebun campuran, sawah dengan irigasi dan non irigasi, wilayah tambak, pertanian lahan kering, kawasan militer dan pemukiman. Perkebunan yang ada di Kabupaten Tulang Bawang terdiri dari perkebunan milik rakyat dan perkebunan milik perusahaan. Dilihat dari peta alokasi pemanfaatan lahan (Gambar 5) pada sepanjang jalan lintas timur sumatera didominasi oleh pertanian lahan kering, sedangkan pemanfaatan lahan lainnya berada agak jauh dari jalan lintas timur sumatera. Letak permukiman tersebar berada di sebelah utara Sungai Tulang Bawang sedangkan daerah yang berada di sebelah selatan lebih merupakan daerah kebun campuran, kawasan lindung dan wilayah perkebunan yang dimiliki oleh perusahaan. Kawasan militer merupakan daerah terbatas yang dimiliki oleh TNI Angkatan Udara berupa pangkalan udara.
35
Sumber : Bappeda Tulang Bawang, 2008
Gambar 5 Peta alokasi pemanfaatan lahan
Kawasan lindung berada hampir di sepanjang sungai dan pantai (Gambar 6). Kawasan ini merupakan daerah pasang surut yang tiap musim hujan selalu digenangi air. Asal air biasanya berasal dari sungai yang meluap atau genangan luas yang tidak dapat mengalir masuk ke sungai sehingga membentuk permukaan yang cukup luas. Kawasan lindung yang ada merupakan kawasan bagi beberapa burung yang bermigrasi dari daerah lain untuk mencari makan atau sekumpulan kerbau rawa yang hidup pada habitat tersebut.
36
Sumber : Bappeda Tulang Bawang, 2008
Gambar 6 Peta Kawasan Lindung
Kawasan budidaya di Kabupaten Tulang Bawang terdiri dari kawasan hak guna usaha dan kawasan diluar hak guna usaha. Kawasan hak guna usaha banyak berada di sebelah selatan Sungai Tulang Bawang dan di wilayah pesisir. Hak guna usaha yang ada berupa wilayah yang diperuntukan untuk perkebunan dan pertambangan. Untuk menentukan wilayah yang dapat dipilih sebagai lokasi
37
industri maka kawasan hak guna usaha bukan merupakan wilayah yang dipilih sehingga kawasan tersebut tidak dipertimbangkan sebagai lokasi kawasan industri. Adapun kawasan di luar hak guna usaha merupakan lokasi terpilih yang dapat dipertimbangkan sebagai kawasan industri. Namun dalam menentukan kawasan industri tetap mempertimbangkan industri yang ada di dalam kawasan hak guna usaha (Gambar 7).
Sumber : Bappeda Tulang Bawang, 2008
Gambar 7 Peta kawasan hak guna usaha
38
Dari hasil tumpang tindih dengan peta kawasan hak guna usaha, peta kawasan lindung dan peta administrasi didapat bahwa kecamatan yang tidak masuk dalam kawasan hak guna usaha dan lindung ada 10 kecamatan yaitu Menggala, Banjar Agung, Banjar Margo, Gedung Aji, Gedung Aji Baru, Meraksa Aji, Penawar Tama, Penawar Aji, Rawa Pitu dan Rawa Jitu Selatan. Kecamatankecamatan yang ada di sepanjang jalan lintas timur sumatera sebagian besar bukan wilayah hak guna usaha kecuali sebagian wilayah Kecamatan Menggala. Untuk Kecamatan Gedung Meneng, Dente Teladas dan Rawa Jitu Timur merupakan kecamatan yang wilayahnya merupakan kawasan hak guna usaha dan lindung, hanya sebagian kecil yang bukan kawasan keduanya (Gambar 8). Selanjutnya dalam menentukan lokasi optimal kawasan industri pengolahan hasil pertanian, digunakan 10 kecamatan terpilih ini sebagai wilayah penelitian.
39
Sumber : Hasil analisis
Gambar 8 Peta lokasi terpilih
Kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Tulang Bawang yang akan membangun pelabuhan pengiriman barang dapat dilihat sebagai kemudahan dalam pemasaran dan meminimalkan waktu pengangkutan. Pembangunan kawasan industri di daerah sekitar pelabuhan di daerah Dente Teladas direncanakan dapat membuka akses terhadap wilayah-wilayah yang selama ini
40
sulit dijangkau. Dengan adanya kawasan industri dan pelabuhan ini diharapkan semua industri yang ada di Kabupaten Tulang Bawang dapat memanfaatkan fasilitas tersebut sehingga dapat membawa pengaruh yang nyata bagi pertumbuhan ekonomi di sekitar daerah tersebut. Selain itu untuk menarik akses kemudahan penjualan hasil pertanian dari wilayah di sekitar Kabupaten Tulang Bawang (Gambar 9).
Sumber : Bappeda Tulang Bawang, 2008
Gambar 9 Peta rencana lokasi pelabuhan industri
41
Jumlah perusahaan yang mendapatkan hak guna usaha di Kabupaten Tulang Bawang sebanyak 21 perusahaan, yang terdiri dari hak pengelolaan tebu, kelapa sawit, kakao, ubi kayu, udang dan pertambangan dapat dilihat pada Tabel 5. Dari beberapa jenis hak guna usaha yang ada maka sebagian besar mengelola perkebunan tebu sisanya merupakan perkebunan kakao, kelapa sawit, ketela pohon, tambak udang dan tambang batubara. Tabel 5 Perusahaan pengelola hak guna usaha di Kabupaten Tulang Bawang No.
Perusahaan
Jenis
Luas (Ha)
komoditas
1.
PT. Citra Lamtorogung Persada
716
2.
PT. Mitra Sungkai Himalaya
100
3.
PT. Sweet Indo Lampung
4.
Koperasi Indo Lampung Perkasa
5.
PT. Indo Lampung Perkasa
6.
PT. Indo Lampung Cahaya Makmur
7.
PT. Garuda Panca Artha
8. 9.
Kakao
Kecamatan Menggala Menggala
12.861
Tebu
Menggala/Gedung Meneng
1.200
Tebu
Menggala
21.401
Tebu
Menggala
6.557 849
Tebu Tebu
Gedung Meneng Dente Teladas
-
Dente Teladas
PT. Indo Lampung Buana Makmur
Tebu
Dente Teladas
PT. AWS
Udang
Rawajitu Timur
-
Menggala
24.308
10.
PT. Bujung Tenuk Raya
11.
PT. Sumber Indah Perkasa
1.880
Kelapa Sawit
Gedung Aji Baru
12.
PT. Sumber Indah Perkasa
5.059
Kelapa Sawit
Penawar Tama
13.
PT. SAC Nusantara
6.371
-
Gedung Aji Baru
14.
PT. Lambang Sawit Perkasa
1.441
Kelapa Sawit
Meraksa Aji
15.
PT. Gunung Mas Persada Karya
335 1.095
-
Gedung Aji
16.
PT. Balai Murni Jaya
161
-
Banjarmargo
17.
PT. Kencana Acicindo Perkasa
650
Ketela Pohon
Banjar Margo
18.
Budi Acid Jaya
30
Ketela Pohon
Banjar Margo
19.
Teguh Wibawa Bakti
32
-
Banjar Agung
20.
PT. Arya Dwi Pantara Nusantara
Kakao
Menggala
21.
PT. Andalas Bangun Nusantara
Batubara
Dente Teladas
Sumber : Bappeda, 2007
43
7.011
42
Banyaknya industri yang ada di kawasan hak guna usaha dapat menjadi pilihan dari jenis kawasan industri yang akan ditetapkan. Selain itu jenis industri yang berada di kawasan hak guna usaha dapat memanfaatkan kawasan industri yang akan ditetapkan sebagai tempat yang dapat mendukung keberadaan industri yang berada dalam kawasan hak guna usaha.
Hasil Analisis Komoditas Pertanian (LQ) Hasil perhitungan LQ untuk komoditas tanaman pangan di Kabupaten Tulang Bawang dapat ditunjukkan pada Tabel 6. Hasil perhitungan LQ untuk tanaman pangan di Kabupaten Tulang Bawang menunjukkan bahwa komoditas padi memiliki nilai LQ > 1 terdapat pada Kecamatan Gedung Aji, Penawar Aji, Penawar Tama, Rawajitu Selatan dan Rawa Pitu. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas padi sawah merupakan komoditas basis di Kecamatan Gedung Aji, Penawar Aji, Penawar Tama, Rawajitu Selatan dan Rawa Pitu. Ini berarti komoditas padi sawah tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan di wilayah kecamatan tersebut namun dapat dijual ke luar wilayah. Komoditas padi ladang berdasarkan perhitungan memiliki nilai LQ > 1 terdapat hanya pada kecamatan Gedung Meneng. Komoditas jagung nilai LQ > 1 terdapat di Kecamatan Gedung Aji, Penawar Aji, Gedung Meneng dan Rawa Pitu. Komoditas ubi kayu nilai LQ > 1 terdapat di Kecamatan Banjar Agung, Banjar Margo, Menggala dan Gedung Meneng. Komoditas ubi jalar berdasarkan perhitungan maka yang memiliki nilai LQ > 1 terdapat di Kecamatan Banjar Margo, Gedung Aji, Penawar Aji, Menggala dan Penawar Tama. Pada komoditas kacang kedelai yang memiliki nilai LQ > 1 adalah Kecamatan Penawar Aji dan Gedung Meneng. Untuk komoditas kacang hijau yang memiliki nilai LQ > 1 terdapat di Kecamatan Gedung Aji, Penawar Aji dan Gedung Meneng. Untuk komoditas kacang tanah yang memiliki nilai LQ > 1 terdapat Kecamatan Banjar Agung, Banjar Margo, Gedung Aji, Penawar Aji dan Gedung Meneng. Nilai LQ > 1 berarti bahwa komoditas ini merupakan komoditas basis tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan di suatu wilayah tetapi dapat di jual keluar wilayah. Walaupun merupakan komoditas basis tiap kecamatan berbeda namun tanaman pangan yang selama ini menjadi bahan baku untuk industri adalah ubi kayu.
43
Komoditas padi sawah banyak diusahakan di Kecamatan Rawajitu Selatan dan Rawa Pitu yang selama ini merupakan sentra produksi tanaman padi terbesar di Kabupaten Tulang Bawang. Selama ini poduksi padi sawah mampu untuk mencukupi kebutuhan masyarakat di Kabupaten Tulang Bawang bahkan diantaranya ada yang dikirim keluar wilayah. Tabel 6 LQ untuk tanaman pangan KECAMATAN
Padi Sawah
Padi Ladang
Jagung
Ubi Kayu
Banjar Agung Banjar Margo Gedung Aji Penawar Aji Meraksa Aji Menggala Penawar Tama Rawajitu Selatan Gedung Meneng Rawajitu Timur Rawa Pitu Gedung Aji Baru Dente Teladas Rata-rata
0,18 0,12 1,55 5,78 * 0,09 1,63 8,50 0,33 0,00 8,18 * * 2,03
0,41 0,48 0,53 0,37 * 0,85 0,09 0,00 1,33 0,00 0,00 * * 0,31
0,27 0,03 1,51 1,52 * 0,32 0,09 0,14 1,26 0,00 2,89 * * 0,62
1,13 1,14 0,91 0,33 * 1,13 0,93 0,00 1,09 0,00 0,01 * * 0,51
Ubi Jalar 0,00 1,17 4,44 4,37 * 1,43 1,36 0,40 0,81 0,00 0,38 * * 1,10
Kcng Kedelai
Kcng Hijau
0,52 0,00 0,88 1,17 * 0,18 0,15 0,00 1,46 0,00 0,58 * * 0,38
0,32 0,93 3,91 5,24 * 0,87 0,00 0,10 1,04 0,00 0,56 * * 1,00
Kcng Tanah 1,28 1,30 3,50 6,59 * 0,40 0,00 0,12 1,07 0,00 0,09 * * 1,10
Sumber : Hasil analisis
Hasil perhitungan LQ tanaman perkebunan di Kabupaten Tulang Bawang menunjukkan bahwa komoditas karet yang memiliki nilai LQ > 1 berada pada Kecamatan Banjar Agung, Banjar Margo, Meraksa Aji dan Menggala. Untuk komoditas kopi yang memiliki nilai LQ > 1 terdapat di Kecamatan Banjar Agung dan Banjar Margo. Komoditas Lada yang memiliki nilai LQ > 1 terdapat di Kecamatan BanjarMargo dan Gedung Aji. Untuk komoditas kelapa dalam nilai LQ > 1 terdapat di Kecamatan Penawar Aji dan Gedung Meneng sedangkan untuk komoditas kelapa hibrida yang memiliki nilai LQ > 1 terdapat di Kecamatan Gedung Aji, Penawar Aji dan Meraksa Aji. Untuk komoditas kelapa sawit nilai LQ > 1 terdapat di Kecamatan Penawar Aji, Penawar Tama, Gedung Meneng, Rawa Pitu, Gedung Aji Baru dan Dente Teladas. Nilai LQ > 1 berarti bahwa komoditas perkebunan itu merupakan komoditas basis di wilayah tersebut dan dapat dijual ke luar wilayah (Tabel 7).
44
Tabel 7 LQ untuk tanaman perkebunan KECAMATAN Banjar Agung Banjar Margo Gedung Aji Penawar Aji Meraksa Aji Menggala Penawar Tama Rawajitu Selatan Gedung Meneng Rawajitu Timur Rawa Pitu Gedung Aji Baru Dente Teladas Rata-rata
Karet
Kopi
4,02 3,82 0,89 0,08 1,02 2,08 0,04 0,00 0,22 0,00 0,00 0,03 0,32 0,96
4,63 2,38 0,26 0,06 0,27 0,00 0,64 0,00 0,00 0,00 0,00 0,65 0,00 0,68
Lada 0,00 10,34 3,81 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,09
Kelapa Dalam 0,00 0,00 0,43 2,62 0,50 9,68 0,00 214,97 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 17,55
Kelapa Hybrida 0,00 0,00 3,03 1,48 3,39 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,61
Kelapa Sawit 0,84 0,85 0,99 1,04 0,98 0,93 1,06 0,56 1,05 0,00 1,07 1,06 1,05 0,88
Sumber : Hasil analisis
Dari luas areal tanaman pangan dan perkebunan dapat diketahui bahwa komoditas dengan luasan terbesar adalah areal ubi kayu, padi, karet dan kelapa sawit (Tabel 8). Berdasarkan ini maka industri ubi kayu, karet dan kelapa sawit dapat dikembangkan. Ketiga komoditas tersebut memiliki luasan yang cukup luas sehingga dapat diusahakan untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan sesuai masing-masing komoditas. Komoditas padi sawah memiliki luasan terbesar kedua setelah ubi kayu. Selama ini komoditas padi sawah banyak diproduksi oleh 2 kecamatan yaitu Rawajitu Selatan dan Rawa Pitu. Potensi untuk pengembangan industri padi dapat berupa pengemasan sampai pada pemberian label pada kemasan. Tabel 8. Komoditas unggulan berdasarkan luas tanam No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Komoditas Padi sawah Padi Ladang Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Kacang Kedelai Kacang Hijau Kacang Tanah Karet Kopi Lada Kelapa Dalam Kelapa Hibrida Kelapa Sawit
Sumber : BPS Kabupaten Tulang Bawang 2008
Luas Tanam (Ha) 40.601 2.481 4.250 57.409 299 260 255 355 20.875 86 13 1.150 1.175 17.337
45
Berdasarkan sebaran luasan tanaman ubi kayu, karet dan kelapa sawit yang digunakan untuk industri dapat dilihat pada Gambar 10.
Sumber : Hasil analisis
Gambar 10 Peta sebaran luasan komoditas pertanian untuk industri
Hasil Analisis Penentuan Lokasi Optimal Kawasan Industri ( P-Median ) Untuk menganalisis lokasi kawasan industri pengolahan hasil pertanian yang optimal dibutuhkan suatu bentuk model yang mampu menentukan lokasi
46
secara pasti, jelas dan terukur. Model yang digunakan adalah jenis model optimasi yaitu metode P-Median yang berasal dari dalil Hakimi. Dalam metode P-Median ini untuk menentukan titik optimum adalah dengan meminimumkan jumlah perkalian jarak terpendek dengan bobot dari semua simpul, dimana titik tersebut berasal pada suatu simpul dalam jaringan. Untuk mencari alternatif paling baik maka digunakan model optimasi penerapan GAMS dengan memasukan prinsip-prinsip yang digunakan dalam metode P-Median. Asumsi dasar dalam metoda ini adalah: 1. Simpul yang dicalonkan sebagai pusat pelayanan berasal dari simpul yang berada dalam jaringan 2. Jaringan jalan mempunyai kesamaan kualitas 3. Untuk setiap kecamatan hanya diwakili oleh 1 simpul 4. Letak simpul ditentukan berdasarkan pertimbangan lokasi pusat (centroid) kecamatan. 5. Kecamatan dianggap tidak mengalami pemekaran 6. Bobot simpul hendaknya mencerminkan jumlah penerima pelayanan. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktor jarak, dan permintaan (demand) yaitu jumlah penduduk di setiap kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang, serta faktor produksi tanaman ubi kayu, karet dan kelapa sawit. a. Faktor Jarak Pengertian jarak dalam penelitian ini mengikuti pengertian lokasi relatif, yaitu posisi yang berkenaan dengan posisi lainnya dengan menggunakan data panjang jalan dan waktu tempuh yang menghubungkan antar satu kecamatan dengan kecamatan lainnya yang didapatkan dari BPS Kabupaten Tulang Bawang. Asumsi jarak antar kecamatan yang digunakan adalah jarak antar ibukota kecamatan. Dalam penelitian ini satuan jarak yang digunakan adalah kilometer dan menit. b. Jumlah Penduduk Pengertian jumlah penduduk dalam studi ini adalah permintaan (demand) yang diasumsikan sebagai jumlah tenaga kerja yang dapat digunakan oleh keberadaan kawasan industri. Data jumlah penduduk didapat dari BPS Kabupaten Tulang Bawang.
47
c. Faktor Produksi Pengertian faktor produksi dalam studi kasus ini adalah produksi ubi kayu, karet dan kelapa sawit yang dihasilkan oleh tiap kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang, yang selama ini digunakan oleh industri pengolahan hasil pertanian. Dalam penelitian ini satuan produksi yang digunakan adalah ton. Berdasarkan hasil perhitungan yang tercantum dalam Tabel 9 dengan mempertimbangkan total produksi hasil pertanian dengan jarak tempuh terdekat, maka alternatif pertama lokasi kawasan industri pengolahan hasil pertanian adalah Kecamatan Penawar Aji karena dapat melayani produksi dari 5 kecamatan. Alternatif kedua lokasi kawasan industri pengolahan hasil pertanian berada pada Kecamatan Menggala yang dapat melayani produksi 4 kecamatan. Untuk Alternatif ketiga adalah Kecamatan Rawajitu Selatan yang mampu melayani 3 kecamatan. Hasil perhitungan dengan menggunakan pertimbangan total produksi hasil pertanian dengan waktu tempuh terdekat, maka alternatif pertama adalah Kecamatan Penawar Aji yang mampu melayani 5 kecamatan, diikuti alternatif kedua adalah Kecamatan Menggala yang dapat melayani 4 kecamatan dan alternatif ketiga adalah Kecamatan Rawajitu Selatan Pada perhitungan ketiga di Tabel 9 menggunakan pertimbangan jika dibangun jalan yang menghubungkan antara Kecamatan Rawajitu Selatan dengan Kecamatan Dente Teladas yang merupakan rencana Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang dalam rangka memudahkan transportasi antar kecamatan, maka alternatif pertama lokasi kawasan industri pengolahan hasil pertanian adalah Kecamatan Rawajitu Selatan sedangkan alternatif kedua adalah Kecamatan Menggala, kemudian Kecamatan Penawar Aji sebagai alternatif ketiga.
48
Tabel 9 Hasil perhitungan jarak optimal terhadap produksi hasil pertanian Kecamatan
No. 1.
Alternatif 1
Alternatif 2
Penawar Aji
Menggala
Alternatif 3
(jml penduduk x total produksi) –
Rawajitu Selatan
jarak tempuh (km) 2.
Berdasarkan kondisi
(jml penduduk x total produksi) – waktu tempuh
Keterangan
jalan eksisting
Rawajitu
Penawar Aji
Menggala
Selatan
(menit) 3.
(jml penduduk x total produksi) –
Rawajitu
jarak tempuh baru
Selatan
Menggala
Penawar Aji
Berdasarkan rencana pembangunan jalan
(km)
Dari hasil perhitungan optimalisasi lokasi kawasan industri pengolahan hasil pertanian berdasarkan produksi dengan menggunakan P-median maka kecamatan yang sering muncul pada alternatif pertama dari ketiga perhitungan adalah Kecamatan Penawar Aji, sehingga wilayah yang optimal untuk melayani produksi hasil pertanian dari tiap kecamatan adalah Kecamatan Penawar Aji. Untuk alternatif kedua, Kecamatan Menggala yang sering muncul yang saat ini merupakan ibukota Kabupaten Tulang Bawang. Berdasarkan perhitungan dengan mempertimbangkan ketiga alternatif kecamatan dengan jarak terhadap pelabuhan maka didapatkan hasil bahwa Kecamatan Penawar Aji merupakan lokasi yang optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil pertanian berdasarkan jarak sebenarnya (Tabel 10). Saat ini jalan yang menghubungkan dengan pelabuhan merupakan jalan yang berada di wilayah hak guna usaha perkebunan tebu. Dengan kondisi seperti itu maka transportasi yang melintasi jalan tersebut sangat terbatas karena harus melalui pintu pengamanan untuk melewatinya. Tabel 10. Jarak antar kecamatan dan pelabuhan menggunakan jarak sebenarnya Kecamatan
Penawar Aji
Menggala
Rawajitu Selatan
Pelabuhan
Penawar Aji
0
69
28
152
Menggala
69
0
120
83
Rawajitu Selatan
28
120
0
203
Pelabuhan
152
83
203
0
49
Berdasarkan rencana pembangunan Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang, direncanakan akan dibangun jalan yang menghubungkan antara Kecamatan Rawajitu Selatan dan Dente Teladas seperti pada Gambar 11. Jika berdasarkan perhitungan dengan menggunakan jarak sesuai dengan rencana pembangunan jalan kolektor yang menghubungkan Kecamatan Rawajitu Selatan dan Dente Teladas maka didapatkan hasil bahwa Kecamatan Rawajitu Selatan merupakan lokasi yang optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil pertanian. Asumsi perhitungan jarak disajikan pada Tabel 11. Dengan hasil ini berarti transportasi menuju ke pelabuhan tidak melalui kawasan hak guna usaha tetapi diasumsikan melalui jalan kolektor yang menghubungkan antara Rawajitu Selatan ke Dente Teladas. Tabel 11 Jarak antar kecamatan dan pelabuhan berdasarkan rencana jalan kolektor Kecamatan
Penawar Aji
Menggala
Rawajitu Selatan
Pelabuhan
Penawar Aji
0
69
28
50
Menggala
69
0
120
83
Rawajitu Selatan
28
120
0
29
Pelabuhan
50
83
29
0
Sumber : Bappeda Tulang Bawang, 2008
Gambar 11 Peta jalan dan rencana jalan di Kabupaten Tulang Bawang
50
Berdasarkan kriteria kawasan industri yang salah satunya harus dekat dengan keberadaan dengan sumber air, maka seperti pada Gambar 12 ketiga kecamatan dilalui oleh sungai yang dapat digunakan sebagai sumber air industri. Kecamatan Menggala dilalui oleh Sungai Tulang Bawang. Kecamatan Penawar Aji dilalui oleh Sungai Pidada dan Tulang Bawang, sedangkan Kecamatan Rawajitu Selatan dilalui oleh Sungai Mesuji, Pidada dan Tulang Bawang.
Sumber : Hasil analisis
Gambar 12 Peta alternatif lokasi optimal
51
Berdasarkan keberadaan jaringan listrik yang ada di Kabupaten Tulang Bawang, maka ketiga kecamatan memiliki kondisi yang berbeda. Kondisi Kecamatan Menggala lebih baik dibandingkan Kecamatan Penawar Aji dan Rawajitu Selatan. Sebagian besar wilayah Kecamatan Menggala telah dialiri listrik, namun untuk Kecamatan Penawar Aji dan Rawajitu Selatan belum ada jaringan listrik (Gambar 13). Kondisi listrik yang ada di Kecamatan Penawar Aji dan Rawajitu Selatan saat ini masih diusahakan secara swadaya oleh masyarakat.
Sumber : Bappeda Tulang Bawang, 2008
Gambar 13 Peta keberadaan listrik di Kabupaten Tulang Bawang
52
Hasil Analisis Terhadap Persepsi Stakeholders (AHP) Berdasarkan persepsi dari pengambil kebijakan di lingkup Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang dan para petani pemilik lahan dalam pencapaian tujuan penentuan kawasan industri pengolahan hasil pertanian diprioritaskan pada kriteria bahan baku dengan nilai 0,467 dengan pencapaian sub kriteria produksi eksisting, kemudian diikuti kriteria pasar dengan nilai 0,197 dengan pencapaian sub kriteria pertumbuhan ekonomi. Setelah kriteria bahan baku dan pasar diikuti kriteria ketersediaan tenaga kerja dengan nilai 0,195 dengan pencapaian sub kriteria peningkatan pendapatan, lalu kriteria sarana transportasi dengan nilai 0,142 dengan pencapaian sub kriteria kelayakan jalan. Alternatif yang diprioritaskan dalam penentuan kawasan industri pengolahan hasil pertanian adalah Kecamatan Rawajitu Selatan dengan nilai 0,407, diikuti Kecamatan Menggala dengan nilai 0,298 dan Kecamatan Penawar Aji dengan nilai 0,295. Keseluruhan responden memandang bahwa Kecamatan Rawajitu Selatan merupakan prioritas dari penentuan kawasan industri pengolahan hasil pertanian dengan prioritas kepada kelayakan jalan untuk menuju kecamatan tersebut, adanya pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan bagi masyarakat dan produksi eksisting yang dapat memasok bahan baku bagi industri. Hasil analisis AHP untuk penentuan kawasan industri pengolahan hasil pertanian dapat dilihat pada (Gambar 14).
53
Bahan Baku (0,467)
Produksi Eksisting (0,628) Areal Pengolahan (0,372)
Pelabuhan (0,197)
Kedekatan Pelabuhan (0,317) Pertumbuhan Ekonomi (0,683)
Penentuan Kawasan Industri
Ketersediaan Tenaga Kerja (0,195)
Sarana transportasi (0,142)
Kecamatan Menggala (0,298)
Kecamatan Rawajitu Sltn (0,407)
Kedekatan dg Pemukiman (0,365) Peningkatan Pendapatan (0,635)
Kecamatan Penawar Aji (0,295)
Kelayakan Jalan (0,791) Kelayakan Angkutan (0,209)
Gambar 14 Hasil Analisis AHP dalam penentuan kawasan industri pengolahan hasil pertanian
54
Rekapitulasi analisis disajikan seperti pada Tabel 12 di bawah ini : Tabel 12 Rekapitulasi analisis P-Median Jml penduduk dan Pelabuhan total produksi Jarak Tempuh *)
Jarak Tempuh
Jarak Tempuh *)
Sub total
Sumber Air
Listrik
Sub total
Peta
Menggala
3
2
-
2
-
7
1
1
2
2
11
Penawar Aji
1
1
-
1
-
3
1
2
3
3
9
Rawajitu Selatan
2
3
-
2
-
7
1
2
3
1
11
Menggala *)
-
-
2
-
2
4
1
1
2
2
8
Penawar Aji *)
-
-
3
-
2
5
1
2
3
3
11
Rawajitu Selatan *)
-
-
1
-
1
2
1
2
3
1
6
waktu tempuh
Jarak Tempuh
Kecamatan
AHP Total
Catatan : *) jika dibangun jalan baru - Total nilai terkecil merupakan wilayah yang optimal
Berdasarkan jarak tempuh dan waktu tempuh terhadap hasil pertanian serta jarak tempuh terhadap pelabuhan dan kedekatan dengan sumber air, maka wilayah yang optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil pertanian adalah Kecamatan Penawar Aji. Berdasarkan jarak tempuh terhadap hasil pertanian dan pelabuhan jika dibangun jalan baru dan kedekatan dengan sumber air serta hasil AHP maka Kecamatan Rawajitu Selatan merupakan lokasi yang optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil pertanian. Jika dikaitkan dengan kebijakan industri dari Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang, maka dengan posisi Kecamatan Penawar Aji yang berada pada sentral wilayah Kabupaten Tulang Bawang akan dapat memberikan pengaruh terhadap berkembangnya kawasan berikat udang di Rawajitu Timur dan kemajuan bagi agropolitan di Kecamatan Rawa Pitu menuju industri pertanian yang berkelanjutan. Keberadaan lokasi industri ini diharapkan dapat mendorong tumbuhnya pusat perekonomian baru di Kabupaten Tulang Bawang. Kecamatan Penawar Aji sebagai lokasi yang optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil pertanian disajikan pada Gambar 15.
55
Lokasi Optimal Kawasan Industri
Sumber : Hasil analisis
Gambar 15 Peta lokasi optimal di Kecamatan Penawar Aji sebagai kawasan industri Jika rencana pembangunan jalan dapat terealisasi maka Kecamatan Rawajitu Selatan yang merupakan lokasi optimal kawasan industri akan mudah menjangkau jarak terhadap hasil pertanian dan pelabuhan.
Kecamatan Rawajitu Selatan
56
sebagai lokasi yang optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil pertanian disajikan pada Gambar 16.
Lokasi Optimal Kawasan Industri
Sumber : Hasil analisis
Gambar 16 Peta lokasi optimal di Kecamatan Rawajitu Selatan sebagai kawasan industri berdasarkan rencana pembangunan jalan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kecamatan Penawar Aji merupakan lokasi optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil pertanian berdasarkan potensi hasil pertanian dan aksesibilitas terhadap pelabuhan dengan kondisi jarak eksisting. 2. Kecamatan Rawajitu Selatan merupakan lokasi optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil pertanian berdasarkan potensi hasil pertanian dan aksesibilitas dengan menggunakan rencana dibangunnya jalan baru. 3. Persepsi para stakeholders terhadap penentuan kawasan industri pengolahan hasil pertanian adalah memandang bahwa Kecamatan Rawajitu Selatan sebagai lokasi optimal kawasan industri pengolahan hasil pertanian dengan prioritas pada faktor kelayakan jalan, peningkatan pertumbuhan, peningkatan pendapatan dan produksi eksisting.
Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka hal-hal yang dapat disarankan adalah sebagai berikut : 1. Kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang agar lebih mendorong terbentuknya kawasan industri agar dapat mendukung keberadaan industri yang sudah ada. 2. Jika Kecamatan Rawajitu Selatan yang dijadikan arahan untuk menjadi lokasi optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil pertanian maka perlu kiranya Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang membangun infrastruktur yang dibutuhkan suatu kawasan industri agar mampu
menjadi
daya
tarik
bagi
penanam
modal
untuk
menginvestasikan di Kabupaten Tulang Bawang khususnya pada sektor industri.
58
3. Perlu dilakukan perumusan kriteria yang tepat untuk kawasan industri pengolahan hasil pertanian sehingga kriteria tersebut dapat menjadi pedoman penentuan lokasi industri pengolahan hasil pertanian. 4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai kapasitas industri yang dibutuhkan untuk dapat menampung hasil-hasil pertanian yang berasal dari Kabupaten Tulang Bawang atau kabupaten di sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA Adisasmita R. 2008. Pengembangan Wilayah : Konsep dan Teori. Yogyakarta. Graha Ilmu. Ansoriudin. 2008. Analisis Spasial Kabupaten Agam Dalam Kaitannya Dengan Kesenjangan Pembangunan Antar Wilayah (Tesis). Sekolah Pasca Sarjana IPB. [Bappeda]. 2008. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2008 – 2013 Kabupaten Tulang Bawang. Lampung : Bappeda Kabupaten Tulang Bawang. [Bappeda]. 2009. Buku Rencana Penyusunan Raperda Tata Ruang Kabupaten Tulang Bawangn [peta RTRW]. Bappeda Kabupaten Tulang Bawang. 7 lembar. [BPS]. 2008. Kabupaten Tulang Bawang dalam Angka 2008. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulang Bawang. Barus B, Wiradisastra US. 2000. Sistem Informasi Geografi. Sarana Manajemen Sumberdaya Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Carod JMA. 2005. Determinant of industrial location: An application for Catalan municipalities. CICYT (SEJ2004-05860/ECON and SEJ200407824/ECON). Crafts N, Mulatu A. 2005. What explain the location of industry in Britain, 1871-1931?. Journal of Economic Geography 5 pp 479-513. Djakapermana RD. 2005. Pengembangan Wilayah Nasional Melalui Instrumen Penataan Ruang Nasional. Penataan Ruang Untuk Kesejahteraan Masyarakat. Jakarta. LSKPI Press. Djamhari C, 2004. Orientasi Pengembangan Agroindustri Skala Kecil dan Menengah ; Rangkuman Pemikiran. Infokop. http://www.smecda.com/ deputi7/file_Infokop/EDISI%2025/agroindustri.pdf. [16 Agustus 2010 ]. Fatah. 2009. Strategi Pengelolaan Kawasan Industri Menuju Eco Industrial Park (Studi Industri Cilegon Propinsi Banten). Sekolah Pasca Sarjana IPB. Hanafiah T. 1982. Pendekatan Wilayah dan Pembangunan Perdesaan. IPB. Bogor. Hyuan. 2001. P-Median Problem Solver. Software Internet Java Applets. http://www.hyuan.com/java.
60
Nugroho I, Dahuri R. 2004. Pembangunan Wilayah Dalam Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. Penerbit Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta. Mirza TI. 2006. Penentuan Pusat Pemerintahan dan Pelayanan Kabupaten Aceh Timur Berdasarkan Perkembangan Wilayah, Aksesibilitas dan Persepsi Pemangku Kepentingan. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Moravia H, 2009. Studi Arahan Wilayah Pengembangan Industri Pertanian Sebagai Strategi Pembangunan Wilayah Kerinci. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Rahman S, Smith DK. 2000. Use of location-allocation models in health service development planning in developing nations. European Journal of Operational Research 123:37-452. Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju DR. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Bogor: Fakultas Pertanian IPB. Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. PT Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. Tarigan R. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara. [Setneg]. Peraturan Presiden Nomer 20 tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional. Jakarta. [Setneg]. Sekretariat Negara Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: Setneg. [Setneg}. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta: Setneg. Subagya K. 2008. Dampak Pengembangan Kawasan Industri Terhadap Perkembangan Kota di Sekitarnya. Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Budi Luhur.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Luasan komoditas tanaman pangan di tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Luas Areal (ha) Kecamatan
Sawah
Padi
Jagung
Ladang
Ubi
Ubi
Kacang
Kacang
Kacang
Kayu
Jalar
Kedelai
Hijau
Tanah
Banjar Agung
411,00
94,00
55,00
3.373,00
-
Banjar Margo
352,00
81,00
9,00
3.060,00
20,00
Gedung Aji
1.685,00
29,00
148,00
1.321,00
30,00
Penawar Aji
4.162,00
18,00
130,00
399,00
22,00
-
-
3,00
19,00
12,00
19,00
6,00
23,00
31,00
6,00
21,00
40,00
-
Meraksa Aji *)
-
-
Menggala
530,00
249,00
175,00
8.335,00
60,00
10,00
3.172,00
9,00
21,00
2.543,00
18,00
2,00
22,00
5,00
3,00
3.140,00
38.354,00
141,00 -
Penawar Tama Rawajitu Selatan
10.382,00
Gedung Meneng
9.615,00
Rawajitu Timur *) Rawa Pitu
-
-
8,00
2.001,00 -
10.292,00
-
-
550,00
19,00
-
-
39,00
-
-
23,00 -
2,00
2,00
221,00
149,00
219,00
-
-
5,00
7,00
6,00
2,00
GedungAji Baru *)
-
-
-
-
-
-
-
-
Dente Teladas *)
-
-
-
-
-
-
-
-
299,00
260,00
255,00
Total
40.601,00
Sumber : Bappeda, 2008 *) Data masih gabung dengan kecamatan induk
2.481,00
4.250,00
57.409,00
355,00
Lampiran 2 Luasan komoditas tanaman perkebunan di tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Luas Areal (Ha) Kecamatan
Karet
Kopi
Lada
Banjar Agung
7.578,90
34,00
Banjar Margo
4.168,50
20,00
7,80
Gedung Aji
2.015,30
5,60
4,70
Penawar Aji
519,00
2,90
Meraksa Aji
2.463,16
6,85
Menggala
1.379,70
Penawar Tama
-
417,30
8,91
-
Kelapa
Kelapa
Kelapa
Dalam
Hybrida
Sawit
-
-
2.148,00
-
-
1.220,00
72,49
142,20
1.267,00
-
153,14
308,63
3.362,54
-
88,59
173,80
1.659,61
-
550,00
550,00
327,10
-
285,70
-
2.749,39
-
496,75 630,00
Rawajitu Selatan
90,30
-
Gedung Meneng
926,10
-
-
-
Rawajitu Timur
-
-
-
-
-
Rawa Pitu
-
-
-
-
-
465,00
-
-
-
2.342,08
-
-
-
-
669,25
85,85
12,50
1.149,92
1.174,63
GedungAji Baru
355,25
Dente Teladas
961,80
Total Sumber : Bappeda, 2008
20.875,31
7,59
-
17.336,72
Lampiran 3
Sumber : Bappeda, 2007
Penawar Aji
Meraksa Aji
Menggala
Penawar Tama
Rawajitu Selatan
Gedung Meneng
Rawajitu Timur
Rawa Pitu
Gedung Aji Baru
Dente Teladas
Banjar Agung Banjar Margo Gedung Aji Penawar Aji Meraksa Aji Menggala Penawar Tama Rawajitu Selatan Gedung Meneng Rawajitu Timur Rawa Pitu Gedung Aji Baru Dente Teladas
Gedung Aji
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Banjar Margo
Kecamatan
Banjar Agung
Jarak tempuh antar ibukota kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang
1 0 7 30 47 41 24 36 139 81 104 61 43 100
2 7 0 37 54 48 31 30 67 88 84 66 38 107
3 30 37 0 7 12 36 28 169 93 119 14 61 112
4 47 54 7 0 6 69 35 28 107 35 7 43 145
5 41 48 12 6 0 63 41 34 101 41 13 49 120
6 24 31 36 69 63 0 60 120 57 128 85 68 76
7 36 30 28 35 41 60 0 25 117 68 42 8 136
8 139 67 169 28 34 120 25 0 177 8 35 17 196
9 81 88 93 107 101 57 117 177 0 185 114 185 19
10 104 84 119 35 41 128 68 8 185 0 42 34 204
11 61 66 14 7 13 85 42 35 114 42 0 40 161
12 43 38 61 43 49 68 8 17 185 34 40 0 140
13 100 107 112 145 120 76 136 196 19 204 161 140 0
Lampiran 4
Sumber : Bappeda, 2007
Penawar Aji
Meraksa Aji
Menggala
Penawar Tama
Rawajitu Selatan
Gedung Meneng
Rawajitu Timur
Rawa Pitu
Gedung Aji Baru
Dente Teladas
Banjar Agung Banjar Margo Gedung Aji Penawar Aji Meraksa Aji Menggala Penawar Tama Rawajitu Selatan Gedung Meneng Rawajitu Timur Rawa Pitu Gedung Aji Baru Dente Teladas
Gedung Aji
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Banjar Margo
Kecamatan
Banjar Agung
Waktu tempuh antar ibukota kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang
1 0 15 30 45 25 30 90 150 150 180 150 120 180
2 15 0 45 30 35 45 75 130 165 160 130 105 195
3 30 45 0 60 45 45 85 75 190 90 60 85 220
4 45 30 60 0 15 75 30 60 195 90 60 45 225
5 25 35 45 15 0 60 45 75 180 120 75 60 210
6 30 45 45 75 60 0 120 180 120 210 180 150 160
7 90 75 85 30 45 120 0 60 240 270 60 30 270
8 150 130 75 60 75 180 60 0 300 30 30 30 330
9 150 165 190 195 180 120 240 300 0 330 300 270 360
10 180 160 90 90 120 210 270 30 330 0 60 90 370
11 150 130 60 60 75 180 60 30 300 60 0 45 340
12 120 105 85 45 60 150 30 30 270 90 45 0 310
13 180 195 220 225 210 160 270 330 360 370 340 310 0
Lampiran 5
Sumber : Hasil analisis
Penawar Aji
Meraksa Aji
Menggala
Penawar Tama
Rawajitu Selatan
Gedung Meneng
Rawajitu Timur
Rawa Pitu
Gedung Aji Baru
Dente Teladas
Banjar Agung Banjar Margo Gedung Aji Penawar Aji Meraksa Aji Menggala Penawar Tama Rawajitu Selatan Gedung Meneng Rawajitu Timur Rawa Pitu Gedung Aji Baru Dente Teladas
Gedung Aji
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Banjar Margo
Kecamatan
Banjar Agung
Jarak antar ibukota kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Menurut rencana pembangunan jalan
1 0 7 30 47 41 24 36 99 81 104 61 43 100
2 7 0 37 54 48 31 30 92 88 97 66 38 107
3 30 37 0 7 12 36 28 35 93 42 14 61 62
4 47 54 7 0 6 69 35 28 107 35 7 43 50
5 41 48 12 6 0 63 41 34 101 41 13 49 120
6 24 31 36 69 63 0 60 120 57 128 85 68 76
7 36 30 28 35 41 60 0 25 66 68 42 8 47
8 99 92 35 28 34 120 25 0 41 8 35 17 22
9 81 88 93 107 101 57 66 41 0 39 76 58 19
10 104 97 42 35 41 128 68 8 39 0 42 34 20
11 61 66 14 7 13 85 42 35 76 42 0 40 57
12 43 38 61 43 49 68 8 17 58 34 40 0 39
13 100 107 62 50 56 76 47 22 19 20 57 39 0