UNIVERSITAS INDONESIA
PENENTUAN DOSIS INTERNAL BERBAGAI ORGAN PADA PEMERIKSAAN BONE SCAN 99Tcm-MDP DENGAN METODE MIRD
TESIS
RINI SURYANTI 0906600131
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM MAGISTER FISIKA KEKHUSUSAN FISIKA MEDIS JAKARTA JULI 2011
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
PENENTUAN DOSIS INTERNAL BERBAGAI ORGAN PADA PEMERIKSAAN BONE SCAN 99Tcm-MDP DENGAN METODE MIRD
TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master Sains
RINI SURYANTI 0906600131
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM MAGISTER FISIKA KEKHUSUSAN FISIKA MEDIS JAKARTA JULI 2011 ii
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
:
Rini Suryanti
NPM
:
0906600131
Tanda Tangan
:
Tanggal
:
14 Juli 2011
iii
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis ini diajukan oleh Nama NPM Program Studi Kekhususan Judul Tesis
: : : : :
Rini Suryanti 0906600131 Magister Fisika Fisika Medis Pengukuran Dosis Internal Berbagai Organ Pada Pemeriksaan Bone Scan 99Tcm-MDP Dengan Metode MIRD
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Master Sains pada Program Studi Magister Fisika Kehususa Fisika Medis, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing
: Prof. Dr. Djarwani Soeharso Soejoko
Penguji I
: Dr. Mussadiq Musbach
Penguji II
: Seruni Udyaningsih Freisleben, Ph.D
Penguji III
: Prof. Ng Kwang Hong, Ph.D
Ditetapkan di Tanggal
: Jakarta : 14 Juli 2011 iv
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
()
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Sains pada program studi Magister Fisika Kekhususan Fisika Medis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada: 1.
Prof. Dr. Djarwani Soeharso Soejoko, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini.
2.
Dr. Mussadiq Musbach, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam penyusunan tesis ini.
3.
DR. Seruni Udyaningsih, Freisleben, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam penyusunan tesis ini.
4.
Prof. Ng Kwang Hoong, Ph.D, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam penyusunan tesis ini.
5.
Para Dosen dan Staf Administrasi Departemen Fisika Universita Indonesia.
6.
Direktur RSPP Pertaminan Jakarta Pusat atas izin yang telah diberikan untuk penelitian di RSPP Pertamina.
7.
Kepala unit Kedokteran Nuklir, Dr. Chafied Varuna, Sp.KN yang telah memberikan keleluasaan dan fasilitas dalam pengambilan data di unit Kedokteran Nuklir RSPP Pertaminan Jakarta Pusat.
8.
Dr. Bambang yang telah memberikan fasilitas untuk pengambilan data di unit radioterapi RSPP Pertamina.
9.
Dr. Fadil Nasir, Sp.KN yang telah banyak meluangkan waktu memberikan informasi dan diskusi mengenai hal hal yang terkait dengan tesis ini.
v
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
10.
Bapak Tetratma KSW, sebagai staf senior di unit Kedokteran Nuklir yang telah banyak membantu dalam menyediakan pasien untuk pelaksanaan pengambilan data scanning pasien.
11.
Bapak Erwin dan Duta Kamesworo sebagai staf di unit Kedokteran Nuklir yang telah memberikan waktu dan tenaga untuk membantu mempersiapkan radiofarmaka dan pelaksanaan scanning pasien.
12.
Suami ku tercinta yang telah memberikan bantuan secara material dan dukungan moral serta kritik-kritik yang membangun.
13.
Mr. Kitiwat Khamhan yang telah banyak memberikan informasi terkait metode MIRD.
14.
Teman seperjuangan ku Arreta Rei atas semangat 101 mCi nya sehingga kita bisa melewati semua ini dengan baik.
15.
Teman Fisika Medis angkatan 2009 dan 2010 yang telah berkesempatan hadir pada saat sidang.
16.
Orang tua dan kakak-kakak yang telah memberikan dorongan semangat dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini.
Saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kemajuan dan perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu dan semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis 2011
vi
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NPM Program Studi Departemen Fakultas Jenis karya
: : : : : :
Rini Suryanti 0906600131 Magister Fisika Fisika Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Penentuan Dosis Internal Berbagai Organ Pada Pemeriksaan Bone Scan 99 Tcm-MDP Dengan Metode MIRD beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Pada tanggal
: Depok : 14 Juli 2011 Yang menyatakan
(Rini Suryanti)
vii
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
ABSTRAK
Nama Program Studi Kekhususan Judul
: : : :
Rini Suryanti Magister Fisika Fisika Medis Penentuan Dosis Internal Berbagai Organ Pada Pemeriksaan Bone Scan 99Tcm-MDP Dengan Metode MIRD
Telah dilakukan penelitian penentuan dosis internal berbagai organ pada pemeriksaan bone scan dengan radiofarmaka 99Tcm-MDP yang bertujuan untuk menentukan dosis internal yang diterima oleh permukaan tulang rangka, sumsum tulang, dinding jantung, ginjal, dinding kandung kemih dan total tubuh, dan untuk mengetahui waktu tinggal (residence time) 99Tcm di dalam organ. Penelitian dilakukan terhadap 20 pasien dengan usia 20 – 70 tahun dengan melakukan beberapa sesi pengambilan data melalui scanning planar AP dan PA pada organ yang menjadi objek dalam penelitian ini. Selanjutnya dari setiap citra planar scanning organ dibuat region of interest (ROI) untuk menentukan aktivitas 99Tcm yang terendap dalam organ sehingga dapat dibuat sebuah kurva aktivitas kumulatif pada setiap organ, kemudian diolah dengan program Maple untuk mendapatkan suatu nilai aktivitas kumulatif yang digunakan dalam penentuan dosis internal sesuai dengan metode MIRD. Berdasarkan data pengamatan selama 3 - 4 jam setelah penyuntikan diperoleh dosis serap paling tinggi terjadi pada dinding kandung kemih 5,8 ± 1,6 µGy/MBq, yang diikuti berturut-turut pada ginjal 4,7 ± 1,0 µGy/MBq, pada dinding jantung 4,0 ± 0,8 µGy/MBq, pada permukaan tulang 2,1 ± 0,2 µGy/MBq, pada sumsum tulang 1,7 ± 0,2 µGy/MBq, dan pada total tubuh 0,8 ± 0,1 µGy/MBq. Khusus untuk sumsum tulang, nilai masih lebih rendah dibandingkan dengan nilai batas dosis yang direkomendasikan oleh ICRP dalam publikasi ICRP nomor 103. Sedangkan waktu tinggal 99Tcm dalam permukaan tulang mendekati sama dengan pada total tubuh sekitar 1,9 jam, kemudian diikuti kandung kemih sekitar 1,4 jam, dan dalam jantung dan ginjal masing-masing sekitar 0,2 jam. Disamping perhitungan dosis internal juga diakukan pengukuran dosis permukaan pada tiga titik pengukuran yang berada pada daerah sternum (a), daerah ginjal kanan (b) dan kandung kemih (c). Pengukuran dilakukan sampai dengan dua jam setelah penyuntikan, diperoleh hasil sekitar 4,3 µGy/jam per 1 MBq pada titik pengukuran a, dan sekitar 3,9 µGy/jam per 1 MBq masing-masing pada titik pengukuran b dan c.
Kata kunci xiii + 141 halaman Daftar Acuan
: dosis internal, bonescan, MIRD, 99Tcm-MDP : 20 Gambar; 16 Tabel; 14 Lampiran : 36 (1975 – 2009)
viii
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
ABSTRACT
Name Study Program Major Title
: : : :
Rini Suryanti Physics Master Medical Physics Estimation of Internal Dose in Bone Scan Examination using 99Tcm-MDP for Various Organs By MIRD Method
The Study of estimation of the internal dose for various organs in bone scan using 99Tcm-MDP have been conducted, the aim of this study are to determine the internal dose for bone surfaces, bone marrow, heart wall, kidneys, bladder wall and total body, and to found the residence time of 99Tcm in the organ. The study conducted on 20 patients with age 20-70 years by doing several session of data collection through scanned AP and PA planar the organ which is the object in this study. The Region of Interest (ROI) from the planar images of the organ were made to determine the activity of 99Tcm deposited in the organ than can be made a cumulated activity curve for each organ. Then the data were processed with the Maple Program to obtain cumulated activity values that are used in estimation of the internal dose according to the MIRD method. With observational data for 3 - 4 hours obtained the highest internal dose in the bladder wall is 5.8 ± 1.6 µGy/MBq and then followed the kidney is 4.7 ± 1.0 µGy/MBq, the heart wall is 4.0 ± 0.8 µGy/MBq, the bone surfaces is 2.1 ± 0.2 µGy/MBq, bone marrow is 1.7 ± 0.2 µGy/MBq, and the total body is 0.8 ± 0.6 µGy/MBq. Special to the bone marrow, the value is still lower than the value of the threshold in the ICRP publication number 103. The residence time 99Tcm in the bone surfaces equal to the total body about 1.9 hours, followed the bladder about 1.4 hours, and the heart and the kidney each about 0.2 hours. In this study also measured the surface dose at three points in the region on the sternum (a), on the right kidney (b) and on the bladder (c). Measurements were made up to two hours after injection, the result obtained about 4.3 µGy/h per 1 MBq at the point a and about 3.9 µGy/h per 1 MBq each at the point b and c.
Keyword xiii + 141 pages References
: Internal dose, bonescan, MIRD, 99Tcm-MDP : 20 Figures; 16 Tables; 14 Appendics : 36 (1975 – 2009)
ix
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………… HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………. HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………… KATA PENGANTAR ….……………………………………………… LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………….. ABSTRAK ………………………………………………………………. ABSTRACT …………………………………………………………….. DAFTAR ISI …………………………………………………………… DAFTAR GAMBAR …………………………………………………. DAFTAR TABEL …………………………………………………….. DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………
ii iii iv v vii viii ix x xi xii xiii
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ………………………………………………… 1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………… 1.3. Batasan Penelitian ……………………………………………… 1.4. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 1.5. Manfaat Penelitian ……………………………………………
1 2 3 3 3
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kamera Gamma ………………………………………………… 2.2. Radiofarmaka yang Digunakan ………………………………… 2.3. Dosis Radiasi Internal…………………………………………… 2.4. Metode MIRD …………………………………………………. 2.5. Dosis Efektif Ekivalen ………………………………………….
5 6 8 12 16
3. METODE PENELITIAN 3.1. Peralatan, Bahan dan Penentuan Sampel …..…………………… 3.2. Metode ………………………………………………………… 3.2.1. Penentuan Faktor Konversi Organ …...………………… 3.2.2. Penentuan Dosis Internal Organ …..……………………… 3.2.3. Pengukuran Dosis Permukaan …...………………………
18 19 19 21 25
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil …………………………………………………………… 4.2. Pembahasan ………………………………………………………
27 37
5. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………
48
DAFTAR ACUAN ……………………………………………………
50
x
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Gambar 4.10 Gambar 4.11 Gambar 4.12
Skema Kamera Gamma ……………………………………… Hubungan Fisis yang Mungkin Antara Organ Sumber dan Organ Target ………………………………………………… Kurva Aktivitas Kumulatif …………………………………… Kamera Gamma Merk SkyLight-Philips …………………… Contoh Irisan a: sagital b: axial …………………….……… Skema Posisi Fantom, Radionuklida dan Kamera Gamma dalam Penentuan Faktor Konversi …………………..……… Contoh ROI untuk Ginjal dan Kandung Kemih …...…………. Titik Pengukuran TLD ………………………………………. Kurva Aktivitas Kumulatif 99Tcm Dalam Berbagai Organ Salah Satu Pasien ………………………………………………….. Eliminasi 99Tcm di Dalam Berbagai Organ Salah Satu Pasien… Grafik Rata-rata Waktu Tinggal 99Tcm dalam Berbagai Organ.. Sebaran Aktivitas Kumulatif Berbagai Organ pada Ke20 Pasien ……………………………………………………….. Bagan Waktu Tinggal (τ) 99Tcm dan Dosis Serap (D) Berbagai Organ …………………………………………………………. Sebaran Dosis Serap Berbagai Organ pada Ke20 pasien …….. Bagan Dosis Permukaan Pada Setiap Titik Pengukuran ……… Perbandingan Waktu Terjadinya Aktivitas 99Tcm Maksimum pada Setiap Organ …………………………………………… Citra Dinamika 99Tcm di Dalam Tubuh Setelah Penyuntikan .... Grafik Dosis Serap Berbagai Organ Dalam Penelitian Ini ….. Perbandingan Penelitian Ini dengan Penelitian Lain …………. Dosis Permukaan pada Pemeriksaan Bone Scan …………….
xi
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
6 9 14 18 20 21 22 26 29 30 31 32 34 35 36 39 40 42 45 46
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel.4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12
Persen Aktivitas 99Tcm Berdasarkan Waktu Elusi ………….. Rekomendasi ICRP 103 untuk Faktor Kualitas Radiasi …… Rekomendasi Faktor Bobot Jaringan ……………………… Jadwal Pengambilan Citra… …………………………….. Kedalaman Organ dari AP dan PA Tubuh………………… Faktor Konversi Laju Cacah menjadi Aktivitas Sumber …. Rentang Aktivitas Kumulatif, Rata-rata Waktu Tinggal, Dalam Berbagai Organ …………………………………… Nilai S untuk Berbagai Organ …………….…………….. Dosis Serap dan Dosis Efektif Ekivalen Berbagai Organ … Rentang Dosis Permukaan pada Ketiga Titik Pengukuran … Dosis Permukaan dalam 1 MBq pada Ketiga Titik Pengukuran …………………………………………………. Perbandingan Waktu Tinggal Dengan Penelitian Lain ….. Perbandingan antara Rentang Dosis Hasil Penelitian dengan Batasan ICRP 103 ……………………………………….. Kemungkinan Terjadinya Kasus Kanker dari Pemeriksaan Bone Scan ………………………………………………….. Perbandingan Hasil Penelitian ini Dengan Penelitian Lain ... Perbandingan Dosis Permukaan setelah 6, 9, 48 dan 60 jam..
xii
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
8 17 17 22 27 28 31 33 33 36 36 41 43 43 45 47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11
Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14
Hasil Observasi CT Scan…………………………………... Hasil Perhitungan Faktor Konversi Laju Cacah Menjadi Aktivitas …………………………………………………. Aktivitas Tcm yang Disuntikkan Kepada Pasien ...……… Tabel dan Kurva Hasil Perhitungan …………………….. Aktivitas Kumulatif Pada Organ …..……………………… Aktivitas Kumulatif dan Waktu Tinggal 99Tcm dalam Organ …………………………………………………….. Perhitungan Nilai S………………………………………. Hasil Perhitungan Dosis Internal Organ …...……………… Hasil Perhitungan Dosis Permukaan …………………….. Waktu Terjadinya Aktivitas Maksimum pada Setiap Organ Perbandingan Waktu Pengamatan dalam Penelitian ini dengan Waktu Pada Saat Aktivitas Mendekati Aktivitas Latar …………………………………………………….. Perbandingan Hasil Penelitian ini dengan Hasil Ekstrapolasi ……………………………………………… Demografi Pasien dalam Penelitian ini …..…………….. Persetujuan Tindakan Medis …………………………….
xiii
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
53 57 59 60 100 101 106 107 113 115
121 122 123 125
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk memastikan keselamatan penggunaan radionuklida yang digunakan dalam pemeriksaan kedokteran nuklir, sangat perlu untuk mengevaluasi dosis radiasi yang diterima oleh pasien. Dosis radiasi ini berasal dari radionuklida yang berada di dalam tubuh, karenanya disebut dengan dosis internal. Berbeda dengan dosis yang diterima dari sumber radiasi yang berada di luar tubuh seperti sinar-X, dosis internal tidak akan pernah dapat diukur secara langsung, karenanya dosis internal dihitung dari asumsi-asumsi dan prosedur standar. Metode yang umum digunakan untuk menghitung dosis internal adalah metode yang dikembangkan oleh komite masyarakat kedokteran nuklir yaitu Medical Internal Radiation Dosimetry (MIRD). Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh UNSCEAR (United Nations Scientific Committee on the effect of Atomic), pemeriksaan bone scan merupakan jenis pemeriksaan diagnostik kedokteran nuklir yang mempunyai kontribusi terbesar terhadap jumlah total tahunan pemeriksaan kedokteran nuklir disusul oleh thyroid scan dan cardiovasculer [12]. Dalam pemeriksaan bone scan, radionuklida yang digunakan adalah Technitium-99m (99Tcm) dengan senyawa kimia pembawanya adalah MDP (methylene diphosponate). MDP sebagai senyawa kimia pembawa akan membawa 99
Tcm mengikuti metabolisme tubuh menuju organ tulang. Aktivitas
99
Tcm yang
disuntikkan ke pasien pada pemeriksaan bone scan cukup tinggi yaitu 10 - 20 mCi atau sekitar 320 MBq - 740 MBq, jika dibandingkan dengan pemeriksaan renogram yang hanya sekitar 3 mCi atau 111 MBq. Pemeriksaan bone scan merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan pada setiap pasien post kanker untuk mengetahui penyebaran sel kanker pada tulang rangka secara dini dan juga untuk pasien kanker yang telah diduga terjadi metastase pada tulang. Selain itu
1
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
2
pemeriksaan bone scan juga dilakukan pada pasien yang menderita kelainan pada tulang karena infeksi atau fraktur. Karena pemeriksaan bone scan merupakan pemeriksaan yang rutin dengan aktivitas
99
Tcm yang cukup tinggi maka dianggap
perlu untuk mengetahui dosis internal organ dan waktu tinggal
99
Tcm di dalam
organ pada pemeriksaan bone scan. Selain itu perlu juga diketahui dosis permukaan untuk keperluan proteksi radiasi. Dalam model biokinetik
99
Tcm MDP yang disuntikkan melalui vena
kemudian mengikuti metabolisme tubuh, masuk ke dalam jantung, selanjutnya dipompakan dari jantung ke seluruh tubuh, akan ditahan di dalam tulang rangka sebanyak 50 % dan kemudian diekskresikan 50% ke dalam kandung kemih melalui sistem ginjal[5][8]. Untuk itu organ yang diamati dalam penelitian ini adalah tulang rangka, jantung, ginjal, kandung kemih dan total tubuh. Pada prinsipnya karena pemeriksaan bone scan ditujukan agar pasien memperoleh manfaat langsung, maka dosis pasien tidak dibatasi. Tetapi setiap pemeriksaan sebaiknya mengikuti prinsip dasar yang diberikan oleh ICRP bahwa semua dosis radiasi harus diusahakan as low as reasonably achievable (ALARA). Artinya dosis pasien diusahakan rendah, tetapi tidak sampai mengganggu tujuan untuk memperoleh diagnosa optimal yang diperlukan pasien [11], [12].
1.2 Rumusan Masalah
Pemeriksaan bone scan merupakan pemeriksaan rutin secara berkala yang dilakukan pada setiap pasien post kanker, pemeriksaan wajib untuk pasien dengan kasus metastase dan juga pemeriksaan pendahuluan bagi pasien menderita kanker untuk melanjutkan ke tahap tindakan selanjutnya. Mengingat pemeriksaan bone scan menggunakan radiofarmaka dengan aktivitas tinggi, ditambah lagi kemungkinan individu menjalani pemeriksaan lebih dari satu kali, maka dosis internal pada berbagai organ penting untuk diketahui. Begitu pula dosis permukaan perlu diketahui untuk proteksi radiasi.
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
3
1.3 Batasan Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai evaluasi terhadap dosis di permukaan tulang rangka, sumsum tulang, jantung, ginjal, kandung kemih dan total tubuh pada pemeriksaan bone scan dan membahas waktu tinggal
99
Tcm di
dalam organ-organ tersebut, selain itu juga membahas dosis permukaan pada pasien. Untuk perhitungan dosis internal menggunakan metode Medical Internal Radiation Dosimetry (MIRD).
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menentukan dosis internal yang diterima oleh permukaan tulang rangka, sumsum tulang, jantung, ginjal, kandung kemih dan total tubuh berdasarkan citra kedokteran nuklir pada pemeriksaan bone scan dengan radiofarmaka
99
Tcm MDP dan mengetahui waktu tinggal
99
Tcm di dalam
organ tersebut. Selain itu dengan melalui pengukuran dosis pada titik permukaan tubuh tertentu dengan menggunakan TLD akan diperoleh informasi mengenai dosis permukaan.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat bagi unit kedokteran nuklir sebagai masukan mengenai dosis yang diterima organ dalam pemeriksaan bone scan. Disamping itu juga dapat diketahui waktu tinggal 99Tcm dalam tubuh dan tulang rangka, jantung, ginjal dan kandung kemih pada pemeriksaan bone scan. Begitu pula dengan diketahuinya dosis permukaan maka dapat melakukan tindakan optimisasi proteksi radiasi terhadap masyarakat di sekitar. Sedangkan bagi pasien dapat mengetahui dosis organ secara kumulatif atau secara tunggal karena pemeriksaan bone scan merupakan pemeriksaan rutin Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
4
secara berkala yang dilakukan oleh pasien yang telah menderita kanker. Dengan demikian dosis yang diterima organ dapat dibandingkan dengan batasan yang dipublikasikan oleh ICRP nomor 103.
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Kamera Gamma
Kamera gamma merupakan peralatan untuk mencitrakan distribusi radionuklida secara statik atau dinamik pada pemeriksaan in vivo kedokteran nuklir sehingga nantinya dapat diketahui jumlah radionuklida yang mengendap di dalam suatu organ. Gambar 2.1 memperlihatkan skema kamera gamma dan peralatan sehingga didapatkan suatu citra dalam kedokteran nuklir. Kolimator pada kamera gamma berfungsi untuk mengarahkan radiasi sinar gamma yang masuk ke dalam kristal scintilasi (NaI(Tl)). Sinar yang dipancarkan di dalam kristal berjalan ke semua arah dan di deteksi oleh array Photo Multiplier Tube (PMT) dan kemudian diubah ke dalam bentuk signal elektronik. Sistem penjumlahan menggabungkan sinyal ke dalam posisi sinyal x dan y dengan mencari centroid distribusi cahaya. Sinyal-sinyal ini harus dinormalisasi di sirkuit rasio yang membagi mereka dengan sinyal energi. Sinyal yang diproses lebih lanjut hanya sinyal yang masuk ke dalam rentang energi sesuai dengan energi sinar gamma dari radionuklida yang dipilih. Akhirnya informasi posisi x dan y diproses digunakan untuk membentuk gambar (kejadian per kejadian) dari distribusi radionuklida baik pada tampilan analog sebagai CRT atau dalam memori digital [27]. Kolimator Parallel hole umum digunakan untuk kedokteran nuklir akhirakhir ini, mempunyai sensitifitas yang lebih tinggi daripada kolimator pin hole, mempunyai field of view yang konstan sama dengan diameter scintilasi kamera [27].
5
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
6
komputer dan elektronik sensor mengubah sinar menjadi signal elektronik
komponen kamera gamma Photo Multiplier Tube
kristal detektor
setiap sinar gamma diubah mejadi cahaya kolimator memberikan citra yang tajam melalui seleksi sinar gamma yang hanya dapat melewati kolimator
kolimator
citra yang tertampil di layar komputer
elektronik dan komputer
peralatan kamera gamma
lead housing memastikan hanya sinar gamma dari pasien yang terdeteksi
Gambar 2.1. Skema Kamera Gamma [23] Telah diolah kembali dari http://www.nuclearonline.org/PI/BRACCO%20MDP%20doc.pdf
2.2. Radiofarmaka yang Digunakan
Radiofarmaka yang digunakan dalam kedokteran nuklir harus mudah diproduksi, tidak mahal, tersedia untuk semua pengguna, mempunyai waktu paruh pendek dan tidak toksik. Waktu paruh sangat pendek berguna untuk pemeriksaan yang memerlukan aktivitas yang cukup tinggi. Radiofarmaka terkumpul dalam organ yang akan diperiksa melalui berbagai mekanisme seperti penghalang
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
7
kapiler, pagositosis, transportasi aktif, pertukaran ion dan lokalisasi secara farmakologi [34]. Radiofarmaka yang digunakan dalam pemeriksaan bone scan adalah radionuklida
99
Tcm dengan senyawa kimia pembawa methylene diphosponate
(MDP). Technitium-99m (99Tcm)-MDP cepat di hilangkan dari dalam darah dan selanjutnya sebagaian besar terakumulasi di dalam sistem rangka. Mekanisme uptake adalah pertukaran ion dan chemisorption (serapan kimia) dalam matrik inorganic tulang, dalam ionic hydroxyapatite (Ca10(PO4)6(OH)2). Kelompok phosphate dari permukaan matrik tulang bereaksi dengan kelompok PO3H2 dari MDP yang terikat dengan Technitium. Kemudian hasil reaksi pertukaran ion ini terlihat dari aktivitas 99Tcm di dalam matrik tulang [33]. Secara signifikan jumlah terkecil dari radiofarmaka yang disuntikkan ketubuh pasien, diikat oleh protein plasma darah yang menghasilkan latar seluruh tubuh yang rendah. Radiofarmaka yang tidak terikat oleh plasma darah tetapi terdistribusi di semua organ akan diekskresikan melalui urin, sedangkan ekskresi melalui sistem hepatobilliary biasanya diabaikan. Pemberian
99
Tcm-MDP
dikeluarkan dari dalam darah ada tiga langkah yaitu fase cepat, dengan T1/2 adalah 3,5 menit, fase moderat dengan T1/2 adalah 27 menit dan fase lambat dengan T1/2 adalah 144 menit. Dalam fase cepat, 99Tcm-MDP dibersihkan dari darah ke daerah extravascular. Fase moderat ekuivalen dengan proses uptake oleh tulang, dalam fase lambat
99
Tcm-MDP terikat ke plasma protein dari darah. Uptake tulang
terhadap 99Tcm-MDP pada 1 sampai 2 jam setelah penyuntikan menunjukkan nilai tertinggi, dan selanjutnya 99Tcm-MDP diekskresikan melalui urin [33]. Technitium-99m (99Tcm) akan terbentuk di dalam generator sebagai akibat peluruhan
99
Mo sebagai radionuklida induk dengan memancarkan sinar beta,
sedang 99Tcm selanjutnya akan meluruh menjadi
99
Tc dengan memancarkan sinar
gamma dengan waktu paruh 99Tcm adalah 6 jam. 99Tc merupakan radioisotop yang memiliki waktu paruh sangat panjang (2,13x105 tahun) akan meluruh dengan memancarkan sinar beta menjadi
99
Ru yang stabil. Lebih jelasnya reaksi
peluruhan dapat dilihat sebagai berikut [34]. 99 42
Mo
β →
99 m 43
Tc
γ →
99 43
Tc
β →
99 43
Ru
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
8
Jumlah aktivitas
99
Tcm yang dihasilkan dari generator
99
Mo tergantung
pada selang waktu dari elusi terakhir. Kira-kira 44% dari maksimum
99
Tcm yang
didapat setelah 6 jam dari elusi terakhir dan 87% setelah 24 jam dari elusi terakhir. Untuk
99
Tcm setelah dielusi (berada di luar generator) akan meluruh
sesuai dengan konstanta peluruhannya dengan waktu paruh 6 jam. Tabel 2.1 memperlihatkan waktu elusi yang baik untuk 99Tcm [35]. Tabel 2.1. Persen Aktivitas 99Tcm Berdasarkan Waktu Elusi [35]
Waktu elusi
Aktivitas 99Tcm
(jam)
(% dari aktivitas 99Mo)
1
9,8
2
18
3
26
4
32
5
39
6
44
7
49
8
54
9
58
10
61
11
65
12
68
18
80
24
87
2.3. Dosis Radiasi Internal
Dosis radiasi internal tidak bisa diukur, tetapi harus dikalkulasi berdasarkan pada pengukuran atau estimasi intake atau estimasi kuantitas aktivitas Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
9
sumber di dalam organ atau jumlah yang dieliminasi dari tubuh [26]. Perhitungan dosis radiasi internal dimulai dengan definisi dosis serap, yaitu energi (joule atau erg) yang terdeposit per unit massa. Dalam perhitungan terdapat beberapa asumsi, pertama diasumsikan bahwa deposit radionuklida (yang diekspresikan sebagai aktivitas dalam µCi atau Bq) terdistribusi seragam melalui massa jaringan dari organ sumber. Kedua, radionuklida memancarkan energi ketika di dalam organ sumber S yang diserap oleh organ target T yang disebut dengan fraksi yang terserap AF(T←S). Organ sumber juga bisa sebagai organ target, dan jika yang terdeposit adalah radionuklida yang memancarkan sinar murni alfa dan beta, radiasi hanya diserap oleh organ target dan semua energi terdeposit di dalam organ target itu sendiri AF(T←S) = 1,0. Untuk sinar-X dan sinar Gamma, AF(T←S) umumnya akan lebih kecil dari 1 dan akan bervariasi tergantung pada energi photon dan massa dari organ sumber dan organ target [26]. Fraksi-fraksi yang terserap ini dapat dihitung dengan menerapkan metode monte carlo pada interaksi-interaksi dan kemungkinan foton atau elektron setelah partikel-partikel tersebut dipancarkan dari radionuklida yang diendapkan.
S=T
T
S=T
S=T
S
S=T
S=T S=T S=T
T
S
T
S
Gambar 2.2. Hubungan Fisis yang Mungkin antara Organ Sumber (S) dan Organ Target (T) Telah diolah kembali dari buku ”Introduction to Health Physics” karangan Herman Chember
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
10
Dalam penyelesaian dengan menggunakan metode monte carlo, fotonfoton yang tersimulasi secara tersendiri “diikuti” dalam suatu komputer dari interaksi yang satu ke interaksi berikutnya. Karena radionuklida diasumsikan bersifat tersebar secara merata diseluruh volume tertentu, dan karena transformasi radioaktif merupakan suatu proses random (acak) yang terjadi pada suatu angka menengah yang bersifat karakteristik bagi suatu isotop tertentu, maka kita dapat memulai proses tersebut dengan mengajukan suatu transformasi radioaktif secara acak (baik dalam ruang dan waktu dalam kendala-kendala batas volume serta konstanta laju transformasi yang diketahui dari radionuklida). Untuk sembarang transformasi ini, kita mengetahui besarnya energi radiasi yang dipancarkan, titik awalnya, serta arah awalnya. Karena jumlah energi awal dari partikel-partikel ini diketahui, maka energi pancaran yang diserap oleh jaringan “target” dapat dihitung [6]: Fraksi yang terserap = ϕ =
energi yang diserap oleh target energi yang dipancarkan oleh sumber
(2.1)
Karena lintasan bebas rata-rata dari foton biasanya cukup besar relatif terhadap dimensi organ dimana isotop pemancar foton tersebar, maka fraksi foton yang terserap selalu kurang dari 1 (satu). Untuk radiasi yang bersifat tidak menembus, fraksi yang terserap biasanya satu atau nol, yang tergantung pada apakah organ sumber dan organ target merupakan organ yang sama atau berbeda. Dalam perhitungan dosis internal, angka pancaran energi oleh radionuklida dalam sumber tersebut dalam sembarang waktu yang dibawa oleh partikel ke-i dinyatakan dengan [6]:
X ei = As Bq × 1 tps / Bq × Ei MeV / part × ni part / t × 1.6 × 10 −13 J / MeV X ei = 1.6 × 10 −13 As × Ei × ni J / sec
(2.2)
Xei adalah angka pancaran energi dalam satuan J/det, As merupakan aktivitas dalam sumber dalam satuan Bq, Ei adalah energi partikel ke-i dalam satuan MeV, sedangkan ni adalah jumlah partikel jenis ke-i per peluruhan.
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
11
Jika fraksi energi yang dipancarkan yang terserap oleh target tersebut disebut φi, maka jumlah energi yang terserap oleh target karena adanya emisi dari sumber tersebut dinyatakan dengan [6]: X ei = X ei × ϕ i = 1,6 × 10 −13 × As × E i × ni × ϕ i J / det
(2.3)
Karena 1 gray bersesuaian dengan penyerapan 1 joule per kg, maka angka dosis dari partikel ke-i terhadap target yang beratnya m kilogram dinyatakan dengan: 1.6 × 10 D& i =
× As × E i × ni × ϕ i J / det J 1 Gy × m kg kg
−13
(2.4)
Jika kita menganggap
∆ i = 1.6 × 10 −13 × ni × E i
kg Gy Bq det
(2.5)
Kemudian persamaan dapat ditulis sebagai berikut A D& i = s × ϕ i × ∆ i Gy / det m
(2.6)
∆i merupakan angka dosis dalam suatu massa jaringan homogen yang tak berhingga besarnya yang memuat suatu radionuklida yang tersebar secara merata dengan konsentrasi 1 Bq/kg. Nilai-nilai numeris bagi ∆i untuk masing-masing radiasi yang ditimbulkan oleh radionuklida dalam suatu massa jaringan yang tak berhingga besarnya dimasukkan dalam bagian Data Masukan pada skema peluruhan serta parameter-parameter nuklir untuk dipergunakan dalam penafsiran dosis radiasi yang telah dipublikasikan oleh Komite Dosis Radiasi Internal Medis (MIRD) dari Lembaga Kedokteran Nuklir. Dengan mempertimbangkan semua tipe partikel yang dipancarkan dari sumber tersebut, maka angka dosis bagi organ target tersebut adalah [6]: A D& = s ∑ ϕ i ∆ i m
(2.7)
Karena Ḋ merupakan suatu fungsi dari As yang mana As merupakan suatu fungsi waktu, maka Ḋ juga merupakan suatu fungsi waktu. Dosis total yang disebabkan Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
12
oleh peluruhan lengkap dari radionuklida yang terendap, didapat dengan mengintegrasi angka dosis terhadap waktu [6]: ∞ ∑ϕi ∆i ∞ D = ∫ D& (t )dt = As (t )dt m ∫0 0
(2.8)
Jika kita menyebut integral waktu dari radioaktivitas yang diendapkan sebagai aktivitas kumulatif Ã, ∞
~ A = ∫ As (t )dt
(2.9)
0
maka dosis total bagi organ target dapat dinyatakan dengan [6] ~ A D = ∑ϕi ∆ i m
(2.10)
Tiga faktor dalam menentukan dosis radiasi internal adalah aktivitas radionuklida yang digunakan, energi dan massa dari organ dimana radionuklida tersebut mengendap [1,2,3,13].
2.4. Metode MIRD
Radionuklida buatan mulai tersedia untuk kedokteran pada akhir tahun 1930 dan 1940, dan metode perhitungan dosis serap jaringan juga mulai dikembangkan pada tahun-tahun tersebut. Pada tahun 1948, Marinelli dkk, mempubilkasikan tiga artikel tentang dosimetri radionuklida, makalah ini merupakan tanda dimulainya dosimetri radiasi modern dalam kedokteran nuklir. Akhir tahun 1948 ada beberapa kontribusi pada dosimetri radionuklida, dengan ringkasan penting oleh beberapa nama penting dalam fisika medis diantaranya L.H. Gray and W.V. Mayneord di United Kingdom dan R.D. Evans, G. Failla, L.D. Marinelli dan E.H. Quimby di United State, semua kontibusi mengikuti pendekatan dasar Marinelli dkk. Pada tahun 1964 dan 1965 pendekatan marinelli berkontribusi dalam dua artikel yang dibuat oleh Ellet dkk, mereka mendefinisikan fraksi serapan sebagai fraksi energi yang dipancarkan oleh sumber sinar gamma yang diserap dalam volume atau jaringan tertentu. Mereka melakukan perhitungan montecarlo untuk sumber foton berbagai energi dan untuk Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
13
volume organ target berbagai ukuran dan bentuk. Ini merupakan aplikasi pertama metode montecarlo dalam perhitungan dosimetri radionuklida. Konsep fraksi serapan yang dikerjakan oleh Ellet dkk menyederhanakan persamaan dosimetri. Distimulasi oleh Ellet dkk, Loevinger dan Berman mengakui bahwa persamaan untuk dosimetri internal dapat dirumuskan secara umum. Pada tahun 1968 mereka di rekrut sebagai anggota baru Komite Dosis Radiasi Internal Medis (MIRD) dan skema MIRD yang pertama kali dipublikasikan dalam MIRD pamplet no.1[22] . Ellet dkk menggunakan persamaan yang terkait dengan fraksi serapan – dosis serap, dan persamaan tersebut merupakan titik awal dari perkembangan metode MIRD. Persamaan dosis serap untuk sinar gamma dapat ditulis dalam persamaan MIRD seperti berikut [22]:
∆ φ (v ← s ) ~ Dγ (v ← s ) = As ∑ i i mv i
(2.11)
Dγ (v ← s ) adalah dosis serap rata-rata untuk volume v dari radionuklida dalam sumber s, symbol Ãs menunjukkan integral kurva waktu-aktivitas yang dalam metode MIRD disebut aktivitas kumulatif. Ãs merupakan jumlah total transformasi nuklir di dalam sumber selama waktu yang dikehendaki. ∆i menunjukkan energi radiasi jenis i yang dipancarkan pertransformasi inti, φi merupakan fraksi serapan untuk radiasi i yang dipancarkan oleh sumber dan diserap oleh target v dan mv massa target v. Kemudian Ellet dkk menghilangkan simbol gamma pada persamaan diatas menjadi.
∆ φ (v ← s ) ~ D (v ← s ) = As ∑ i i mv i
(2.12)
Persamaan ini menunjukkan dosis serap ke volume target v dari semua radiasi oleh organ sumber apapun jenis radiasinya. Agar persamaan tersebut berlaku secara umum bukan saja untuk organ target yang mempunyai volume tetapi juga untuk organ target berbentuk titik, garis atau permukaan maka dibuat suatu istilah fraksi serapan jenis yang didefinisikan sebagai fraksi serapan dan massa target seperti persamaan dibawah ini[22]. Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
14
Φ(v ← s ) =
φ (v ← s )
(2.13)
mv
Dalam MIRD, fraksi serapan jenis dapat ditulis seperti Φ(rk ← rh ) sebagai fraksi dari serapan energi per unit massa pada daerah organ target rk dari berbeagi organ sumber rs. Sehingga dosis serap rata-rata pada target dapat ditulis lebih umum seperti berikut [22]. ~ D (rk ← rh ) = Ah ∑ ∆ i Φ i (rk ← rh )
(2.14)
i
Persamaan 2.14 adalah persamaan penuh dalam metode MIRD untuk dosis organ target rk dari radiasi i yang dipancarkan oleh organ sumber rh [22]. Pada tahun 1988 Loevinger dkk menyederhanakan persamaan 2.14 menjadi [1,2]:
~ D = A.S = A0 × τ × S
(2.15)
Aktivitas kumulatif (Ã) diwakili oleh daerah yang berada di bawah kurva pada Gambar 2.3. Aktivitas kumulatif tergantung pada dua faktor yaitu jumlah aktivitas maksimum pada waktu tertentu (A0) dan waktu tinggal radionuklida dalam tubuh atau organ yang diteliti (τ). Sehingga karakteristik faktor fisika dan biologi akan mempengaruhi aktivitas kumulatif [1,2,3,19,22].
aktivitas
waktu
Gambar 2.3 Kurva Aktivitas Kumulatif
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
15
Satuan aktivitas kumulatif yang digunakan adalah µCi-jam, jika aktivitas dalam satuan Bq dan waktu dalam satuan detik maka aktivitas kumulatif akan mempunyai satuan Bq-detik. Faktor S merupakan kombinasi dari beberapa faktor, massa organ target, jenis dan jumlah ionisasi radiasi yang dipancarkan perpeluruhan, dan kombinasi fraksi dari pancaran radiasi yang mencapai dan yang diserap organ sumber dan organ target [2]. Umumnya faktor S diberikan dalam tabel untuk radionuklida yang umum digunakan dalam diagnostik atau terapi. Dalam MIRD Pamplet No.11, nilai S ini sudah ditabulasikan untuk 117 radionuklida dan 20 organ sumber dan organ target[13]. Jika aktivitas kumulatif dapat diestimasi, dosis serap untuk organ target dapat ditentukan dengan persamaan berikut. ~ D( rk →rh ) = ∑ Ah S ( rk ←rh )
(2.16)
h
Sigma dalam persamaan 2.16 merupakan jumlah dosis serap yang diperkirakan dapat diterima oleh suatu organ target, karena organ target (rk) dapat menerima radiasi yang berasal dari beberapa organ sumber (rh) [13,22]. Sesuai persamaan 2.15 waktu tinggal (τ) dari radionuklida dalam organ sumber didefinisikan sebagai berikut [2,3,22]. ~ A τ= A0
(2.17)
Karena itu waktu tinggal (τ) radionuklida dapat dikatakan umur rata-rata atau umur efektif dari radionuklida yang terendap di dalam organ dan perlu diingat bahwa waktu tinggal radionuklida memperhitungkan peluruhan fisika dan metabolisme biologi. Metode MIRD ini secara siknifikan memperbaiki metode sebelumnya yang direkomendasikan oleh ICRP dalam publikasinya nomor 2 tahun 1959. Meskipun demikian bukan berarti MIRD sempurna tetapi MIRD juga mempunyai batasan, asumsi dan penyederhaan dalam perhitungan, diantaranya radionuklida diasumsikan terdistribusi secara merata pada organ sumber, deposisi energi setara dengan seluruh massa dari organ target, untuk memperkirakan anatomi manusia digunakan geometri dan interkoneksi antara satu organ dengan organ lain dalam Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
16
bentuk sederhana, fantom menggunakan referensi manusia dewasa, remaja, anakanak yang mendekati dimensi fisik pada individu tertentu, setiap organ diasumsikan mempunyai komposisi dan densitas yang homogen, radiasi bremsstrahlung diabaikan dan energi rendah foton serta semua partikel radiasi diasumsikan diserap secara lokal [27]. Meskipun demikian metode MIRD ini cukup akurat karena mempunyai model yang tetap dan perhitungan dapat dibuat setepat yang diinginkan, fraksi serapan jenis atau fraksi serapan yang dihitung dengan montecarlo, dalam prakteknya batasan ketepatan diatur dengan standar deviasi dari fraksi serapan selama perhitungan. Nama model berhubungan dengan nama organ sehingga dapat membandingkan hasil dosis serap dengan respon klinis.
2.5. Dosis Efektif Ekivalen
Untuk mengukur atau mengetahui efek biologi dari radiasi, publikasi ICRP nomor 2 memperkenalkan konsep dosis ekivalen yang didefinisikan sebagai berikut [36].
H = DT × Q × N
(2.18)
Dalam hubungan ini, dosis serap DT diukur dalam rads atau Grays dan keefektifan dosis serap ini dalam jaringan atau organ dimodifikasi oleh faktor kualitas Q dan factor kerusakan N. Q menunjukkan relative biological effectiveness (RBE). N adalah relatif faktor kerusakan yang ditunjukkan melalui distribusi spasial dari radionuklida. Sebagai contoh faktor kualitas Q untuk radiasi alfa adalah 10 dan untuk radiasi gamma adalah 1. N mempunyai nilai 1 untuk distribusi spasial yang seragam, nilai 5 untuk distribusi spasial yang tidak seragam seperti radium dalam tulang. Semenjak RBE tergantung kepada LET (Linear Energy Transfer) maka sangat beralasan menyatakan bahwa LET menunjukkan efektifitas biologi dari radiasi [29,36]. Untuk N, faktor kerusakan distribusi spasial dikaitkan dengan konsep Spesific Effective Energy (SEE) yang direkomendasikan oleh publikasi ICRP nomor 26 adalah 1. Rekomendasi ICRP 103 untuk Faktor kualitas radiasi diberikan dalam Tabel 2.2 [9].
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
17
Tabel 2.2 Rekomendasi ICRP 103 untuk Faktor Kualitas Radiasi
Jenis Radiasi
Faktor Kualitas (Q)
Sinar X, sinar Gamma, partikel beta, dan elektron
1
Netron termal
10
Netron cepat, proton, partikel alfa.
20
Dosis efektif ekivalen (HE) diperoleh dari perkalian dosis ekivalen (HT) dengan faktor bobot jaringan (WT) seperti persamaan berikut[1,6].
H E = WT H T
(2.19)
WT yang merupakan faktor bobot jaringan menunjukkan resiko organ terkena efek stokastik atau resiko kanker dan efek non stokastik. Faktor bobot jaringan yang direkomendasikan oleh ICRP 103 [3,9] diberikan dalam Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Rekomendasi Faktor Bobot Jaringan
WT
∑WT
0,12
0,72
Gonads
0,08
0,08
Kandung kemih, Oesophagus, hati, tiroid
0,04
0,16
Permukaan tulang, otak, kelenjar ludah, kulit
0,01
0,04
Total
1,00
Jaringan Sumsum tulang (merah), usus besar, paru-paru, lambung, payudara, remainder tissues*
*
Remainder tissue: Adrenal, daerah Extrathoracic (ET), Kandung empedu, Jantung, Ginjal, Lymphatic nodes, Otot, mukosa mulut, Pankreas, Prostat, usus halus, spleen, Thymus, Uterus/leher rahim.
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1.
Peralatan, Bahan dan Penentuan sampel
Peralatan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 unit kamera gamma merk SkyLight – Philips milik RSPP Pertamina Jakarta dan Pegasys Blade dari ADAC yang terintergrasi ke unit kamera gamma untuk melakukan proses citra, kalibrator dosis radionuklida merk Capintec CRC 15R S/N 158459 dengan tipe dosimeter ionisasi chamber untuk mengukur aktivitas sumber radiasi
99
Tcm, fantom acrylic perpex untuk menentukan faktor atenuasi
jaringan. Dosimeter Thermo Luminisence Dosimetry (TLD), type TLD 100, produksi Harshaw digunakan untuk mengukur dosis permukaan dekat organ spesifik antara lain sternum, ginjal dan kandung kemih.
konsul monitor
detektor atas
meja pemeriksaan detektor bawah
Gambar. 3.1 Kamera Gamma Merk SkyLight - Philips
18
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
19
Sesuai dengan penggunaan klinis radionuklida yang digunakan adalah 99Tcm yang dielusi dari generator
99
Mo produksi Batan Teknologi Indonesia dan senyawa
kimia pembawa MDP buatan dari GE Healthcare United Kingdom. Sampel dipilih dari pasien pemeriksaan bone scan dengan kriteria usia di atas 20 tahun, tidak hamil, tidak sedang menyusui dan tidak menderita penyakit atau kelainan jantung. Jumlah
sampel
ditentukan
dengan
menggunakan
Nomogram Harry King [20]. Dengan diketahui jumlah populasi pasien bone scan kira-kira 73 orang perbulan, maka jumlah minimum untuk tingkat kepercayaan 85% dan tingkat kesalahan 15% ditentukan sebagai 0.28 x 73 = 20 orang. Demografi data pasien diberikan dalam Lampiran 13 dalam Tabel. 13.1.A dan 13.2.A.
3.2.
Metode
3.2.1
Penentuan Faktor Konversi Organ.
Untuk keperluan ini dilakukan observasi pada citra CT Scan dari pasien radioterapi RSPP Pertamina yang ditujukan untuk memperoleh informasi kedalaman Antero Posterior (AP) dan Postero Anterior (PA) berbagai organ bagi pasien pada umumnya. Organ yang diobservasi adalah tulang rangka, kandung kemih, ginjal dan jantung. Untuk organ tulang rangka dipilih sternum untuk atenuasi AP dan tulang belakang untuk atenuasi PA, mengingat keduanya dekat dengan permukaan kulit, sehingga faktor konversi menjadi lebih rendah dan atenuasi lebih kecil sehingga cacahan lebih tinggi. Kedalaman organ ditentukan dari citra irisan sagital dan axial dan dipilih pada irisan melalui pertengahan organ yang dianggap sebagai kedalaman rata-rata. Kedalaman AP dan PA organ dinyatakan sebagai rata-rata dari irisan sagital dan axial. Gambar 3.2 adalah contoh citra CT Scan irisan sagital dan axial.
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
20
a
b
Gambar 3.2. Contoh Irisan a: sagital dan b: axial
Selanjutnya data ini diperlukan untuk melakukan pengukuran faktor konversi dengan simulasi organ pada fantom acrylic. Fantom terbuat dari susunan lapisan acrylic perspex dengan ukuran 30 x 30 cm yang ketebalan disesuaikan dengan organ yang akan diamati. Nomor atom efektif acrylic perspex adalah 7,55 mendekati nomor atom efektif air yaitu 7,4 [25]. Posisi radionuklida dalam fantom merupakan simulasi organ dalam tubuh yang kedalaman AP dan PA mengikuti hasil observasi pada citra CT Scan. Khusus untuk simulasi total tubuh, radionuklida di dalam syringe dideteksi langsung tanpa menggunakan fantom. Untuk memperoleh faktor konversi laju cacah menjadi satuan aktivitas, radionuklida 99Tcm dengan aktivitas yang bervariasi 10 mCi s/d 20 mCi dengan interval 2,5 mCi di dalam syringe diletakkan pada posisi organ di dalam fantom. Selanjutnya radionuklida dalam fantom dideteksi dengan kamera gamma selama tiga menit. Hasil cacahan ditayangkan langsung pada monitor control panel. Skema pengukuran cacahan radionuklida dalam fantom dapat dilihat dalam Gambar 3.3.
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
21
detektor atas
jarak organ ke permukaan anterior tubuh (AP) sesuai hasil observasi CT Scan jarak organ ke permukaan posterior tubuh (PA) sesuai hasil observasi CT Scan
Syiringe berisi 99 Tcm
meja pemeriksaan detektor bawah
Gambar 3.3. Skema Posisi Fantom, Radionuklida 99Tcm dan Kamera Gamma dalam Penentuan Faktor Konversi
3.2.2
Penentuan Dosis Internal Organ
Persiapan radiofarmaka
99
TCm – MDP dilakukan oleh pelaksana RSPP
Pertamina, pada umumnya setiap pasien untuk pemeriksaan bone scan memerlukan 12 mCi – 17 mCi dengan volume sesuai dengan umur Molibdenum (Mo99). Pada prakteknya sebagian volume Radiofarmaka akan tertinggal di dalam syringe pada proses penyuntikan pasien. Dengan demikian aktivitas masuk ke dalam tubuh perlu dikoreksi dengan aktivitas
99
99
Tcm yang
Tcm yang tersisa dalam
syringe. Pengambilan citra planar dengan mengatur waktu scanning seperti yang tercantum dalam Tabel 3.1.
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
22
Tabel 3.1. Jadwal Pengambilan Citra
Sesi
Waktu
Peruntukan Citra
Keterangan
(detik) 1
36 72 108 114 180 300 600 1500
Jantung dan ginjal Jantung dan ginjal Jantung dan ginjal Jantung dan ginjal Jantung dan ginjal Ginjal dan kandung kemih Seluruh tubuh Jantung dan ginjal
Sesi pertama dilakukan sesaat setelah penyuntikan dan dilakukan secara dinamik dari 36 s.d 180 detik untuk citra jantung dan ginjal. Dilakukan secara statik Dilakukan secara statik Dilakukan secara statik
2
3600 3900
Ginjal dan kandung kemih Seluruh tubuh
Sesi ke dua dilakukan 1 jam setelah penyuntikan dan dilakukan secara statik
3
7200 7500
Ginjal dan kandung kemih Seluruh tubuh
Sesi ke tiga dilakukan 2 jam setelah penyuntikan dan dilakukan secara statik
4
9800 10100
Ginjal dan kandung kemih Seluruh tubuh
Sesi ke empat dilakukan 3 jam setelah penyuntikan dan dilakukan secara statik
5
14400 14700
Ginjal dan kandung kemih Seluruh tubuh
Sesi ke lima dilakukan 4 jam setelah penyuntikan dan dilakukan secara statik
Yang termasuk Region Of Interest (ROI) adalah seluruh daerah organ yang dimaksud baik hot area maupun cold area. Cacahan dari ROI akan ditayangkan langsung secara otomatis pada layar monitor. Gambar 3.4 adalah contoh ROI untuk ginjal dan kandung kemih.
ROI ginjal
ROI kandung kemih
Gambar 3.4. ROI untuk Ginjal dan Kandung Kemih Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
23
Selanjutnya aktivitas
99
Tcm dalam organ (A) dikalkulasi berdasarkan nilai
cacahan AP (CA) dan PA (Cp) dengan mengikuti formula berikut ini. A=
Aktivitas
(C A xFK anterior )x(C P xFK posterior ) kumulatif
dikalkulasi
menggunakan
(3.1)
program
Maple
dengan
memasukkan data peluruhan sumber 99Tcm secara eksponensial. Aktivitas kumulatif untuk kandung kemih didapatkan dari imaging planar bukan dari perhitungan urin pasien yang seharusnya, hal ini dikarenakan metode tersebut agak sulit dilaksanakan di lapangan karena keterbatasan di rumah sakit sehingga untuk memudahkan pengambilan data maka aktivitas kumulatif kandung kemih didapat dari imaging planar dengan membuat ROI dari kandung kemih pada waktu waktu tertentu sesuai dengan jadwal scanning dalam Tabel 3.1. Dosis internal organ yang merupakan dosis serap organ berasal dari radionuklida yang berada di dalam organ itu sendiri ditambah dengan dosis yang berasal dari radionuklida yang berada di dalam organ lain dengan mengikuti metode MIRD. Untuk dosis serap permukaan tulang diperoleh dari radionuklida 99
Tcm yang berada di dalam cortical bone dan trabecular bone, kandung kemih,
kedua ginjal, jantung dan seluruh tubuh. Menurut ICRP no 30 [27] aktivitas kumulatif pada cortical bone dan trabecular bone adalah 50% dari aktivitas kumulatif tulang apabila radioaktif terkonsentrasi di permukaan tulang dan begitu juga dalam MIRD 11 [13] dan MIRD no.13 [14] menggunakan asumsi yang sama. Secara matematik dosis serap permukaan tulang dapat ditulis sebagai berikut. DBS = D( BS ←CortB ) + D( BS ←TrabB ) + D( BS ← BLDC ) + D( BS ← KIDs ) + D( BS ← HC ) + D( BS ←TB )
(3.2) ~ ~ ~ ~ ~ ~ DBS = 0,5 ABS × S( BS ←CortB ) + 0,5 ABS × S( BS ←TrabB ) + ABLDC × S( BS ← BLDC ) + AKIDs × S( BS ← Kids ) + AHC × S( BS ← HC ) + ATB × S( BS ←TB )
(3.3)
Dosis serap sumsum tulang diperoleh dari dosis pada cortical bone dan trabecular bone dan ditambah dengan dosis kandung kemih, kedua ginjal, jantung dan total
tubuh, secara matematik dosis serap sumsum tulang dapat ditulis sebagai berikut. Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
24
DRM = D( RM ←CortB ) + D( RM ←TrabB ) + D( RM ← BLDC ) + D( RM ← KIDs ) + D( RM ← HC ) + D( RM ←TB ) (3.4) ~ ~ ~ ~ ~ ~ DRM = 0,5 ABS × S( RM ←CortB ) + 0,5 ABS × S( RM ←TrabB ) + ABLDC × S( RM ← BLDC ) + AKIDs × S( RM ← Kids ) + AHC × S( RM ← HC ) + ATB × S( RM ←TB )
(3.5)
Untuk dosis serap dinding kandung kemih diperoleh dari dosis yang berasal dari isi kandung kemih ditambah dengan dosis cortical dan trabecular bone, kedua ginjal, jantung dan total tubuh, sehingga mengikuti persamaan matematik berikut. DBW = D( BW ←CortB ) + D( BW ←TrabB ) + D( BW ← BLDC ) + D( BW ← KIDs ) + D( BW ← HC ) + D( BW ←TB ) (3.6) DBW
~ ~ ~ ~ ~ ~ = 0,5 ABS × S( BW ←CortB ) + 0,5 ABS × S( BW ←TrabB ) + ABLDC × S( BW ← BLDC ) + AKIDs × S( BW ← Kids ) + AHC × S( BW ← HC ) + ATB × S( BW ←TB )
(3.7)
Untuk dosis serap kedua ginjal berasal dari kedua ginjal itu sendiri ditambah dengan dosis cortical dan trabecular bone, kandung kemih, jantung dan total tubuh, secara matematik dapat ditulis sebagai berikut. DGJ = D(GJ ←CortB ) + D( GJ ←TrabB ) + D(GJ ← BLDC ) + D(GJ ← KIDs ) + D(GJ ← HC ) + D(GJ ←TB ) (3.8) DGJ
~ ~ ~ ~ ~ ~ = 0,5 ABS × S( GJ ←CortB ) + 0,5 ABS × S( GJ ←TrabB ) + ABLDC × S(GJ ← BLDC ) + AKIDs × S(GJ ← Kids ) + AHC × S(GJ ← HC ) + ATB × S(GJ ←TB )
(3.9)
Untuk dosis serap dinding jantung yang diperhitungkan adalah dosis pada jantung itu sendiri ditambah dengan dosis yang berasal dari cortical dan trabecular bone, kandung kemih, jantung dan seluruh tubuh. Persamaan matematik dapat ditulis sebagai berikut. D HW = D( HW ←CortB ) + D( HW ←TrabB ) + D( HW ← BLDC ) + D( HW ← KIDS ) + D( HW ← HC ) + D( HW ←TB ) (3.10)
~ ~ ~ ~ ~ ~ DHW = 0,5 ABS × S ( HW ← CortB ) + 0,5 ABS × S ( HW ←TrabB ) + ABLDC × S ( HW ← BLDC ) + AKIDs × S ( HW ← Kids ) + AHC × S ( HW ← HC ) + ATB × S( HW ←TB )
(3.11) Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
25
Untuk dosis serap total tubuh berasal dari dosis total tubuh ditambah dengan dosis yang berasal dari cortical bone dan trabecular bone, kandung kemih, kedua ginjal dan jantung. Secara matematik dapat ditulis sebagai berikut. DTB = D(TB ←CortB ) + D(TB ←TrabB ) + D(TB ← BLDC ) + D(TB ← KIDs ) + D(TB ← HC ) + D(TB ←TB )
(3.12) ~ ~ ~ ~ ~ ~ DTB = 0,5 ABS × S(TB ← CortB ) + 0,5 ABS × S(TB ←TrabB) + ABLDC × S(TB ← BLDC ) + AKIDs × S(TB ← Kids ) + AHC × S(TB ← HC ) + ATB × S(TB ←TB )
(3.13)
Nilai S untuk radionuklida yang berada di dalam permukaan tulang, kandung kemih, kedua ginjal dan seluruh tubuh menggunakan nilai yang ada di dalam tabel MIRD no.11. Sedangkan nilai S untuk radionuklida yang berada di dalam jantung di hitung dengan cara mengalikan fraksi serapan jenis dengan ∆i dari 99Tcm yang berdasarkan referensi adalah 0,3029
[29].
Fraksi serapan jenis untuk 99Tcm dengan
energi 140 KeV (0,14 MeV) didapat dari extrapolasi energi dengan fraksi serapan jenis yang terdapat di dalam tabel MIRD no.5[15]. Selanjutnya dosis efektif ekivalen organ dapat diperkirakan sebagai perkalian dosis ekivalen (HT) dengan bobot jaringan (WT). Dosis ekivalen didapat dari perkalian dosis serap (D) dengan bobot kualitas radiasi (Q). Secara matematik dosis efektif ekivalen (HE) untuk setiap organ dapat ditulis sebagai berikut. H E organ = WT H T organ
3.2.3
(3.14)
Pengukuran Dosis Permukaan
Untuk keperluan proteksi radiasi dilakukan pengukuran dosis permukaan, tiga titik lokasi pengukuran TLD dipilih pada daerah depan di sternum (a) dan kandung kemih (c) dan pada daerah belakang di ginjal kanan (b), lebih jelas dapat dilihat dalam Gambar 3.5. Untuk setiap titik diletakkan 3 TLD yang sudah dikalibrasi oleh BATAN dengan foton 10,2 mmCu.
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
26
depan
belakang
a
b s
c
Gambar 3.5. Titik Pengukuran TLD: a. daerah sternum, b. daerah ginjal kanan dan c. daerah kandung kemih
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1
Faktor Konversi Laju Cacah menjadi Satuan Aktivitas
Untuk mengetahui faktor konversi laju cacah menjadi satuan aktivitas radionuklida dalam organ, diperlukan informasi kedalaman organ. Dengan citra CT Scan dari 20 orang pasien telah diperoleh informasi kedalaman organ AP dan PA tulang, ginjal, kandung kemih, jantung. Hasil pengukuran dapat dilihat dalam Tabel. 4.1 dan data keseluruhan dari hasil observasi pada citra CT untuk setiap organ diberikan dalam Lampiran 1.
Tabel. 4.1 Kedalaman Organ dari Antero Posterior dan Postero Anterior Tubuh ORGAN
Kedalaman Organ (cm) AP
PA
Tulang
1,38 ± 0,44
1,70 ± 0,53
Kandung Kemih
4,18 ± 0,98
8,61 ± 1,34
Ginjal
11,04 ± 1,21
3,97 ± 0,96
Jantung
3,12 ± 0,61
8,06 ± 0,95
Telah dilakukan pengukuran faktor konversi laju cacah menjadi satuan aktivitas untuk berbagai organ tertentu dengan menggunakan fantom acrylic yang ketebalannya berdasarkan data dalam Tabel 4.1. Seluruh hasil pengukuran aktivitas sumber
99
Tcm dengan fantom simulasi organ tulang, kandung kemih,
ginjal, jantung dan total tubuh dapat dilihat dalam Lampiran 2. Dari data dalam Lampiran 2 tersebut, diperoleh faktor konversi laju cacah dalam satuan count per
27
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
28
second (cps) menjadi satuan aktivitas untuk berbagai organ yang ditunjukkan dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Faktor Konversi Laju Cacah menjadi Satuan Aktivitas
Faktor Konversi (mCi/cps) x 10-4
Organ AP
PA
Tulang
2,8
3,9
Kandung Kemih
4,2
9,4
Ginjal
8,6
5,2
Jantung
5,1
11,7
Total Tubuh
2,3
3,0
4.1.2
Waktu Tinggal 99Tcm di Dalam Organ
Aktivitas rata-rata sumber
99
Tcm yang disuntikkan ke dalam tubuh 20
orang pasien pada pemeriksaan bone scan dalam penelitian ini 13,9 ± 1,5 mCi atau dalam rentang 432 – 629 MBq. Data aktivitas sumber untuk masing-masing pasien dapat dilihat pada Lampiran 3 dalam Tabel 3.1.A. Hasil laju cacah (cps) pada ROI dan aktivitas hasil perhitungan berbagai organ untuk semua pasien dengan variasi waktu diberikan pada Lampiran 4 dalam Tabel 4.1.A s.d 4.20.A. Dengan data dalam tabel tersebut dibuat kurva aktivitas kumulatif sumber
99
Tcm
pada setiap organ untuk masing-masing pasien, yang dapat dlihat pada Lampiran 4 dalam Gambar 4.1.A s.d 4.20.A. Gambar 4.1. merupakan contoh kurva aktivitas kumulatif salah satu pasien untuk semua organ. Nilai t maksimum ditentukan dari kurva aktivitas kumulatif yang menunjukkan nilai akitivitas maksimum.
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,17 jam
tAmax = 1,42 jam
tAmax = 0,17 jam
Gambar 4.1. Kurva Aktivitas Kumulatif 99Tcm dalam Berbagai Organ Salah Satu Pasien
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
29
Universitas Indonesia
tAmax = 0,05 jam
30
Kemudian dengan program Excel ditentukan peluruhan eksponensial dari t maksimum eliminasi
99
sampai t akhir scanning. Contoh peluruhan eksponensial dari Tcm dalam berbagai organ salah satu pasien dapat dilihat dalam
Gambar 4.2.
Gambar 4.2. Eliminasi 99Tcm di Dalam Berbagai Organ Salah Satu Pasien
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
31
Selanjutnya dengan program Maple, aktivitas kumulatif ditentukan dengan integrasi fungsi eksponensial tersebut mulai dari t maksimum sampai dengan waktu scanning terakhir. Aktivitas kumulatif dalam berbagai organ untuk ke 20 pasien dapat dilihat dalam Lampiran 5 pada Tabel 5.1.A. Dari tabel tersebut dapat dihitung waktu tinggal (residence time)
99
Tcm di dalam organ yang ditunjukkan
pada Tabel 6.1.A s.d Tabel 6.5.A dalam Lampiran 6. Rentang aktivitas kumulatif dan rata-rata waktu tinggal 99Tcm dalam berbagai organ dapat dilihat dalam Tabel 4.3. Grafik rata-rata waktu tinggal
99
Tcm dalam berbagai organ ditunjukkan pada
Gambar 4.3 dan sebaran aktivitas kumulatif dalam setiap organ untuk semua pasien diberikan pada Gambar 4.4 dalam grafik boxplot. Tabel 4.3. Rentang Aktivitas Kumulatif, Rata-Rata Waktu Tinggal 99Tcm dalam Berbagai Organ Rata-rata à (mCi-jam)
Rentang à (mCi-jam)
τ (jam)
Permukaan tulang
6,6 ± 1,4
4,2 - 9,4
1,9± 0,4
Kandung kemih
1,7 ± 0,5
0,6 - 2,6
1,4 ± 0,4
Ginjal
1,1 ± 0,3
0,6 - 1,7
0,2 ± 0,1
2,0 ± 0,4
1,3 - 2,6
0,2 ± 0,04
11,5 ± 1,6
9,0 - 15,0
1,9 ± 0,6
Organ Sumber
Jantung Total Tubuh
*
*
Tidak termasuk kandung kemih
Gambar 4.3. Grafik Rata-rata Waktu Tinggal (τ) 99Tcm dalam Berbagai Organ Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
32
16
14
aktivitas kumulatif (mCi-jam)
12
10
8
6
4
2 Median 25%-75% 10%-90%
0 permukaan tulang ginjal kandung kemih
total tubuh jantung
Gambar 4.4. Sebaran Aktivitas Kumulatif Berbagai Organ pada Ke20 Pasien
4.1.3
Dosis Internal
Dosis internal yang merupakan dosis serap organ diperoleh dari perkalian aktivitas kumulatif dengan nilai S yang mengikuti persamaan 3.2 s.d 3.13. Adapun nilai S dalam perhitungan tersebut menggunakan nilai yang diberikan
oleh
MIRD 11 [13] (Tabel 4.4).
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
33
Tabel 4.4. Nilai S untuk Berbagai Organ Sumber dan Organ Target S (rad/µCi-jam) Organ Sumber Organ Target cortical bone
*
Rangka trabecular bone
Kandung Kemih
Ginjal
Total Tubuh
Jantung
Tulang
1,20E-05
1,00E-05
9,20E-07
1,40E-06
2,50E-06
1,60E-06*
Sumsum tulang
4,10E-06
9,10E-06
2,20E-06
3,80E-06
2,90E-06
2,28E-06*
Dinding kandung kemih
5,10E-07
5,10E-07
1,60E-04
2,80E-07
2,30E-06
5,86E-08*
Ginjal
8,20E-07
8,20E-07
2,60E-07
1,90E-04
2,20E-06
1,07E-06*
Total tubuh
2,00E-06
2,00E-06
1,90E-06
2,20E-06
2,00E-06
7,57E-07*
Dinding jantung L
7,65E-07**
1,45E-06**
2,96E-08**
1,09E-06**
2,20E-06**
7,22E-05**
Dinding jantung P
9,40E-07**
1,51E-06**
5,62E-08**
1,32E-06**
2,72E-06**
9,58E-05**
Nilai S dari ekstrapolasi energi, ditunjukkan pada Tabel 7.2.A dalam Lampiran 7. Nilai S dari referensi nomor 30
**
Nilai dosis serap dan dosis efektif ekivalen pada berbagai organ untuk semua pasien diberikan pada Tabel 8.1.A s.d Tabel 8.6.A dalam Lampiran 8. Rata-rata dosis serap untuk berbagai organ dapat dilihat dalam Tabel 4.5 dan Gambar 4.5 memperlihatkan waktu tinggal
99
Tcm dan dosis serap pada berbagai organ dalam
pemeriksaan bone scan pada penelitian ini dalam bentuk bagan tubuh manusia.
Tabel 4.5. Dosis Serap dan Dosis Efektif Ekivalen Berbagai Organ Dosis Serap
Dosis Efektif Ekivalen Organ
Organ Target
Permukaan tulang Sumsum tulang Dinding kandung kemih Ginjal Dinding Jantung Total Tubuh* *
(mGy)
(µGy/MBq)
(mSv)
0,7 – 1,5 0,6 - 1,2 1,3 - 4,6 1,5 - 3,6 1,2 - 2,9 0,3 - 0,6
2,1 ± 0,2 1,7 ± 0,2 5,8 ± 1,6 4,7 ± 1,0 4,0 ± 0,8 0,8 ± 0,1
0,01 – 0,02 0,08 – 0,14 0,05 – 0,18 0,17 – 0,43 0,14 – 0,35 0,32 – 0,55
Tidak termasuk kandung kemih
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
34
Total tubuh (tidak termasuk kandung kemih) τ = 1,9 ± 0,6 jam D = 0,8 ± 0,1 µGy/MBq Jantung τ = 0,2 ± 0,04 jam D = 4,0 ± 0,8 µGy/MBq Ginjal τ = 0,2 ± 0,1 jam D = 4,7 ± 1,0 µGy/MBq Kandung kemih τ = 1,4 ± 0,4 jam D = 5,8 ± 1,6 µGy/MBq
Sumsum tulang D = 1,7 ± 0,2 µGy/Mq Permukaan tulang τ = 1,9 ± 0,4 jam D = 2,1 ± 0,2 µGy/MBq
Gambar 4.5. Bagan Waktu Tinggal (τ) 99Tcm dan Dosis Serap (D) Berbagai Organ
Sebaran nilai dosis serap berbagai organ untuk semua pasien dalam grafik box plot dapat dilihat dalam Gambar 4.6.
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
35
4,5
4,0
3,5
dosis serap (mGy)
3,0
2,5
2,0
1,5
1,0
0,5 Median 25%-75% 10%-90%
0,0 permukaan tulang dinding kandung kemih dinding jantung sumsum tulang ginjal total tubuh
Gambar 4.6. Sebaran Dosis Serap Berbagai Organ pada Ke20 Pasien
4.1.4
Dosis Permukaan
Pemeriksaan bone scan merupakan pemeriksaan kedokteran nuklir yang menggunakan jumlah aktivitas yang tinggi, untuk itu perlu diketahui dosis permukaan pada pasien, agar dapat dilakukan tindakan proteksi radiasi terhadap masyarakat disekitar agar tidak terkena radiasi yang tidak perlu. Adapun dosis permukaan yang diperoleh dari penelitian untuk seluruh pasien dapat dilihat pada Tabel 9.1.A. dan Tabel 9.2.A.dalam Lampiran 9. Rentang dosis permukaan pada titik di daerah sternum (a), ginjal kanan (b) dan kandung kemih (c) pada 0, 1 dan 2 jam setelah penyuntikan dengan aktivitas yang disuntikkan pada pasien 446 – 629 MBq ditunjukkan dalam Tabel 4.6 dan rata-rata dosis permukaan per 1 MBq diberikan dalam Tabel 4.7 dan dalam bentuk bagan tubuh manusia diberikan dalam Gambar 4.7.
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
36
Tabel 4.6. Rentang Dosis Permukaan pada Ketiga Titik Pengukuran dalam mGy/jam waktu setelah penyuntikan (jam) Titik Pengukuran
0
1
2
a
0,9 – 3,8
1,4 - 4,5
1,1 - 4,1
b
1,0 - 4,3
1,0 - 4,3
0,6 - 3,7
c
1,0 – 4,3
1,5 - 4,8
0,7 - 3,0
Tabel 4.7. Dosis Permukaan dalam 1 MBq pada Ketiga Titik Pengukuran dalam µGy/jam per 1 MBq waktu setelah penyuntikan (jam) Titik Pengukuran
0
1
2
a
3,6 ±1,4
5,3 ±2,1
4,3 ±1,9
b
3,8 ±1,4
5,1 ±1,9
3,9 ±1,5
c
3,7 ±1,4
5,5 ±1,9
3,9 ±1,3
depan
belakang
a (µGy/jam per 1 MBq) 0 jam = 3,6 ± 1,4 1 jam = 5,3 ± 2,1 2 jam = 4,3 ± 1,9
b (µGy/jam per 1 MBq) 0 jam = 3,7 ± 1,4 1 jam = 5,5 ± 1,9 2 jam = 3,9 ± 1,3
c (µGy/jam per 1 MBq) 0 jam = 3,7 ± 1,4 1 jam = 5,5 ± 1,9 2 jam = 3,9 ± 1,3
Gambar 4.7. Bagan Dosis Permukaan Pada Setiap Titik Pengukuran Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
37
4.2 Pembahasan
Pemeriksaan bone scan merupakan pemeriksaan kedoktreran nuklir yang menggunakan aktivitas tinggi berkisar 10 – 20 mCi atau 370 MBq – 740 MBq. Disamping itu pemeriksaan bone scan juga dilakukan secara berkala setiap enam bulan bagi pasien post kanker untuk mengecek adanya metastase pada tulang. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi dosis pada pasien yang menjalani pemeriksaan bone scan. Mengingat pasien dalam kedokteran nuklir menjadi sumber radiasi maka informasi dosis permukaan pasien juga menjadi penting. Penelitian diawali dengan pengukuran kedalaman berbagai organ dalam tubuh dengan ukuran rata-rata tubuh pasien. Data kedalaman tersebut digunakan sebagai dasar pembuatan fantom guna memperoleh faktor konversi laju cacah menjadi satuan aktivitas. SPECT yang digunakan tidak dilengkapi dengan CT sehingga tidak dapat diperoleh informasi kedalaman organ di dalam tubuh, untuk mengatasi keterbatasan ini, kedalaman organ diambil dari citra CT pasien radiotherapi yang tersimpan dalam Treatment Planning System (TPS) di Rumah Sakit Pusat Pertamina Pada mulanya penentuan faktor konversi dirancang berasal dari sumber dengan volume sesuai volume organ, namun dengan percobaan menggunakan sumber dalam tabung suntik ternyata hasilnya sama dengan apabila sumber dalam volume sesuai dengan volume organ. Oleh karena itu penentuan faktor konversi dalam penelitian ini menggunakan sumber yang berada dalam tabung suntik yang diletakkan dalam fantom sesuai ketebalan AP dan PA organ dalam tubuh. Pada umumnya pengambilan citra pemeriksaan bone scan dilakukan satu kali pada dua jam setelah penyuntikan, untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, pengambilan citra dilakukan beberapa kali sehingga perlu kerjasama khusus dengan pasien. Tidak semua pasien bersedia untuk menjadi sampel penelitian sehingga untuk pemperoleh dua puluh sampel membutuhkan empat bulan. Kalibrasi TLD yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan sinar-X dengan HVL 10,2 mmCu, kualitas ini mendekati energi gamma yang dipancarkan oleh
99
Tcm sebesar 140 KeV. Dalam penelitian ini pengamatan
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
38
difokuskan kepada waktu tinggal (residence time)
99
Tcm dalam organ, dosis
internal organ dan dosis permukaan.
4.2.1
Waktu Tinggal 99Tcm-MDP Dalam Organ
Dari penelitian ini sebagian besar
99
Tcm-MDP diserap oleh tulang dan
kemudian sedikit oleh ginjal dan diekskresikan melalui sistem urinaria melalui kandung kemih sebagai tempat penampungan sebelum dikeluarkan melalui uretra [8],
hal ini diperlihatkan dalam penelitian ini dengan aktivitas kumulatif yang
tinggi di permukaan tulang yaitu 6,6 ± 1,4 mCi-jam dengan rentang 4,2 – 9,4 mCi-jam, sedangkan dalam kandung kemih 1,7 ± 0,5 mCi-jam dengan rentang 0,6 – 2,6 mCi-jam, dalam ginjal 1,1 ± 0,3 mCi-jam dengan rentang 0,6 – 1,7 mCi-jam. Untuk waktu tinggal
99
Tcm
dalam
organ
diperlihatkan
dalam
Gambar 4.3 dan Tabel 4.3, dari tabel tersebut terlihat bahwa waktu tinggal yang paling tinggi terjadi dalam permukaan tulang mendekati sama dengan total tubuh sekitar 1,9 jam dan diikuti oleh kandung kemih sekitar 1,4 jam dan yang paling rendah dalam ginjal mendekati sama dengan jantung sekitar 0,2 jam. Dalam metabolisme tubuh,
99
Tcm disuntikkan melalui vena yang langsung menuju
jantung, dan kemudian langsung dicurahkan kembali ke seluruh tubuh dengan kecepatan 5600 ml/menit [32]. Khusus curahan ke ginjal 1200 ml/menit [32]. Pergerakan
99
Tcm sedemikian cepat dalam jantung dan ginjal, mengakibatkan
waktu tinggal 99Tcm dalam kedua organ menjadi rendah begitu juga dengan waktu tinggal
99
Tcm dalam kandung kemih. Berbeda dengan yang terjadi di dalam
jantung dan ginjal, pergerakan 99Tcm sangat lambat dalam tulang, oleh karenanya waktu tinggal 99Tcm dalam tulang relatif jauh lebih tinggi. Temuan dalam penelitian ini mendukung hasil penelitian Peller dkk [24], yang menyatakan bahwa pada awalnya
99
Tcm–MDP terakumulasi dalam jaringan
lunak seperti jantung, paru-paru, liver, otot, mukosa mulut. Dalam penelitian ini diperoleh informasi jantung menyerap sumber setelah peyuntikan dan ginjal menyerap sumber
99
Tcm maksimum pada 5 menit
99
Tcm maksimum pada 4 menit
setelah penyuntikan. Setelah sekitar 10-15 menit terjadi uptake maksimum pada kandung kemih yang menurun dengan lambat melalui uretra, begitu juga dengan Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
39
total tubuh terjadi uptake maksimum sekitar 10 - 15 menit setelah penyuntikan. Untuk tulang, uptake maksimum terjadi relatif lambat, maksimum sekitar 1 – 1,5 jam setelah penyuntikan yang sesuai dengan yang dinyatakan oleh ICRP 53 [8]. Pada Lampiran 10 dalam Tabel 10.1.A sampai dengan Tabel 10.6.A diberikan waktu terjadinya aktivitas maksimum pada setiap organ untuk semua pasien. Gambar 4.8 memperlihatkan grafik perbandingan waktu terjadinya aktivitas maksimum pada setiap organ dan Gambar 4.9 menunjukkan citra dinamika 99Tcm di dalam tubuh.
Gambar 4.8. Perbandingan Waktu Terjadinya Aktivitas Maksimum pada Setiap Organ Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
40
a
b
c
Gambar 4.9. Citra Dinamika 99Tcm di dalam Tubuh Setelah Penyuntikan. a. 36 Detik b. 180 Detik c. 25 Menit. Dalam Tabel 4.8 diberikan perbandingan waktu tinggal
99
Tcm antara hasil
penelitian ini dengan penelitian lain, jika dibandingkan dengan hasil penelitian lain, waktu tinggal
99
Tcm dalam organ pada penelitian ini untuk beberapa organ
seperti kandung kemih dan kedua ginjal mendekati sama sedangkan waktu tinggal 99
Tcm dalam permukaan tulang berbeda. Perbedaan waktu tinggal
99
Tcm dalam
tulang antara hasil penelitian ini dengan penelitian lain diperkirakan karena perbedaan waktu pengamatan. Dalam penelitian ini pengamatan dilakukan hanya 3-4 jam setelah penyuntikan padahal pada waktu tersebut aktivitas pada tulang belum mendekati aktivitas latar, lain halnya dengan aktivitas yang ada di dalam kandung kemih, kedua ginjal dan jantung pada waktu tersebut sudah hampir mendekati aktivitas latar. Dalam Lampiran 11 Tabel 11.1.A diberikan perbandingan waktu pengamatan dalam penelitian ini dengan waktu pada saat aktivitas dalam organ mendekati nilai latar yang diperoleh dari ekstrapolasi dengan menggunakan konstanta peluruhan yang didapat dari penelitian ini, sedangkan Tabel 11.2.A dalam Lampiran 11 merupakan aktivitas latar dalam masing-masing organ. Dalam tabel 4.8, jika dibandingkan hasil ekstrapolasi dengan hasil penelitian ini terlihat bahwa waktu tinggal
99
Tcm hasil ekstrapolasi
untuk ginjal, jantung dan kandung kemih tidak berubah secara siknifikan, sedangkan permukaan tulang dan total tubuh terjadi kenaikan yang siknifikan dari hasil penelitian ini. Jika hasil ekstrapolasi dibandingkan dengan penelitian lain maka waktu tinggal
99
Tcm hasil ekstrapolasi dalam organ ditemukan sedikit lebih Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
41
besar, hal ini disebabkan karena perbedaan metabolisme tubuh antara orang indonesia dengan orang eropa. Tabel 4.8. Perbandingan Waktu Tinggal (dalam jam) 99Tcm dalam Organ Sumber dengan Penelitian Lain Organ sumber
Permukaan Tulang: a.
Trabecular bone
b.
Cortical bone
Penelitian ini
Extrapolasi
MIRD 13[14]
AAPM[30]
ICRP 53[8]
(2011)
(2011)
(1989)
(1988)
(1988)
1,9 ± 0,4
4,0 ± 0,9
3,01
3,01
1,15
1,15
1,36 1,36
Kandung kemih
1,4 ± 0,4
1,9 ± 0,6
0,782
Kedua ginjal
0,2 ± 0,1
0,3 ± 0,1
0,148
Jantung
0,2 ± 0,04
0,3 ± 0,02
Total tubuh
1,9 ± 0,6
2,5 ± 0,3
4.2.2
0,13
Dosis Internal Organ
Dalam penentuan dosis internal atau dosis serap untuk masing-masing organ target yang diperhitungan bukan hanya dosis yang didapat dari organ target itu sendiri melainkan dosis yang berasal dari organ sumber lainnya, selain itu massa organ sumber juga termasuk dalam perhitungan. Dengan demikian dapat dimaklumi bahwa dosis serap yang tertinggi terjadi pada dinding kandung kemih 5,8 ± 1,6 µGy/MBq, kemudian diikuti oleh ginjal 4,7 ± 0,1 µGy/MBq, jantung 4,0 ± 0,8 µGy/MBq, permukaan tulang 2,1 ± 0,2 µGy/MBq, sumsum tulang 1,7 ± 0,2 µGy/MBq dan total tubuh 0,8 ± 0,1 µGy/MBq (Tabel 4.5), meskipun aktivitas kumulatif tertinggi terjadi pada total tubuh, kemudian diikuti permukaan tulang, jantung, kandung kemih dan ginjal (Tabel 4.3), Gambar 4.10 memperlihatkan grafik dosis serap yang diperoleh dari penelitian ini.
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
42
Gambar 4.10. Grafik Dosis Serap Berbagai Organ
Dalam penelitian ini waktu pengamatan hanya 3-4 jam setelah penyuntikan, sedangkan pada waktu tersebut aktivitas di dalam organ belum mendekati aktivitas latar sehingga perhitungan dosis serap yang diperoleh belum optimal, untuk itu dilakukan ekstrapolasi untuk mendapatkan dosis serap yang optimal. Hasil ekstrapolasi dapat dilihat pada Lampiran 12 dalam Tabel 12.1.A. Dalam publikasi ICRP nomor 103 [9] disebutkan batas dosis yang menyebabkan efek terhadap jaringan untuk sumsum tulang yaitu penurunan proses pembentukan darah adalah 0,5 Gy sedangkan penyebab kematian untuk sel sumsum tulang adalah 2-3 Gy. Apabila dibandingkan dengan nilai tersebut maka sumsum tulang dalam pemeriksaan bone scan pada penelitian ini aman dari efek radiasi tersebut. Perbandingan rentang dosis yang didapat dari penelitian ini dengan nilai batas ambang diberikan dalam Tabel 4.9.
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
43
Tabel 4.9. Perbandingan Rentang Dosis Serap Hasil Penelitian dengan Batasan Publikasi ICRP Nomor 103
Organ Target
Permukaan Tulang Sumsum tulang Kandung kemih Kedua ginjal Jantung Total Tubuh
Rentang Dosis Serap dalam Penelitian Ini
Rentang Dosis Serap hasil ekstrapolasi
Batas Ambang Kematian Sel (ICRP 103)
Batas Ambang Penurunan Komponen Darah (ICRP 103)
mGy
mGy
Gy
Gy
0,7 – 1,5 0,6 - 1,2 1,3 - 4,6 1,5 - 3,6 1,2 - 2,9 0,3 - 0,6
1,3 – 3,0 1,1 – 2,2 2,8 – 6,1 1,6 – 3,3 2,1 – 2,7 0,5 – 0,9
2-3
0,5
Dengan adanya angka koefisien risiko berdasarkan risiko kanker yang dipublikasikan oleh ICRP nomor 103 [9], dapat diketahui probabilitas kasus yang terjadi pada pemeriksaan bone scan, yang diberikan dalam Tabel 4.10. Kemungkinan organ terkena kanker untuk permukaan tulang terdapat 1 - 2 kasus dalam 100.000 orang, untuk sumsum tulang terdapat 6 - 11 kasus dalam 10.000 orang dan untuk kandung kemih terdapat 3 – 11 kasus dalam 10.000 orang. Dengan melihat hasil tersebut maka sekecil apapun dosis serap yang diperoleh organ kemungkinan akan terkena risiko selalu ada dan kenaikan dosis akan meningkatkan risiko.
Tabel 4.10. Kemungkinan Terjadinya Kasus Kanker dalam Pemeriksaan Bone Scan pada Penelitian Ini.
Organ Target
Permukaan Tulang Sumsum tulang Kandung kemih Kedua ginjal Jantung Total Tubuh
Rentang Dosis Efektif Ekivalen dalam penelitian ini
Rentang Dosis Efektif Ekivalen hasil ekstrapolasi
Angka koefisien resiko kanker (ICRP 103)
Kemungkin dalam 10.000 orang terkena kanker dari hasil ekstrapolasi
mSv
mSv
kasus per 104 orang / mSv
orang
0,01 – 0,02 0,08 – 0,14 0,05 – 0,18 0,17 – 0,43 0,14 – 0,35 0,32 – 0,55
0,01 – 0,03 0,12 – 0,26 0,06 – 0,25 0,19 – 0,45 0,16 – 0,37 0,45 – 0,92
7 42 43 -
0,07 - 0,21 5,0 - 10,9 2,6 – 10,8
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
44
Perbandingan dosis serap yang diperoleh dari penelitian ini dengan penelitian lain diberikan dalam Tabel 4.11 dan Gambar 4.11, jika dibandingkan dengan penelitian lain dosis serap untuk permukaan tulang, kandung kemih kedua ginjal dan total tubuh lebih rendah dari penelitian lain, sedangkan kecendrungan hasil penelitian ini dengan penelitian lain memperlihatkan dosis serap pada kandung kemih cukup tinggi. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dipublikasikan oleh Braco [31] dan Hungarian Nasional Institute of Pharmacy [33] dengan tahun penelitian 1999 dan 2009, hasil penelitian memperlihatkan perbedaan tidak terlalu jauh, meskipun dosis serap pada kandung kemih hasil penelitian braco tetap mempunyai nilai yang tinggi, hal tersebut disebabkan karena pada penelitian braco dilakukan 2 jam voiding sedangkan pada penelitian ini dilakukan 1/2 – 1 jam voiding. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dipublikasikan dalam MIRD 13 [14], AAPM [30] dan ICRP no.53 [8] terlihat hasil yang diperoleh dalam penelitian ini jauh lebih rendah terutama dosis serap pada permukaan tulang, hal tersebut mungkin disebabkan karena tahun penelitian yang sangat jauh berbeda yaitu MIRD 13 pada tahun 1989 dan AAPM dan ICRP no.53 pada tahun 1988 sehingga dalam metode dan peralatan yang digunakan banyak mengalami perubahan. Selain itu perhitungan dosis serap pada penelitian yang dipublikasikan dalam MIRD 13 berdasarkan pada pengukuran aktivitas dalam darah, khusus untuk kandung kemih dilakukan pengukuran pada urin dan pengosongan kandung kemih pada 2 jam dengan interval 4.8 jam, dan nilai S untuk permukaan tulang diperoleh dari johanssons’c calculation yang berbeda nilainya dengan nilai yang diberikan MIRD no.11. Sedangkan pada penelitian ini perhitungan aktivitas berdasarkan kepada citra kedokteran nuklir termasuk perhitungan dosis serap untuk kandung kemih dan nilai S untuk permukaan tulang diperoleh dari MIRD 11. Selain itu dalam penelitian ini perhitungan dosis serap hanya melibatkan lima organ sumber yaitu jantung, ginjal, kandung kemih, permukaan tulang dan total tubuh.
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
45
Tabel 4.11 Perbandingan Hasil Penelitian dengan Penelitian Lain
Organ Target
Dosis Serap (µGy/MBq) Penelitian ini
extrapolasi
(2011)
Hungarian
Braco
MIRD no.13
(2009)
(1999)
(1989)
AAPM & ICRP 53 (1988)
Permukaan Tulang
2,1 ± 0,2
3,4 ± 0,7
12,2
9, 5
35
63
Sumsum tulang
1,7 ± 0,2
2,7 ± 0,4
2,7
7,6
5,4
9,6
Dinding kandung kemih
5,8 ± 1,6
6,8 ± 1,9
13,3
35,1
33
50
Kedua ginjal
4,7 ± 0,1
5,0 ± 1,0
1,6
10,8
8,6
7,3
Dinding jantung
4,0 ± 0,8
4,6 ± 0,8
-
1,6
-
Total Tubuh
0,8 ± 0,1
1,2 ± 0,2
-
-
-
2,7
70
permukaan tulang
dosis serap (µGy/MBq)
60
sumsum tulang
50
dinding kandung kemih
40
kedua ginjal
30
dinding jantung
20
total tubuh
10 0
penelitian lain
Gambar 4.11. Perbandingan Penelitian Ini dengan Penelitian Lain
4.2.3
Dosis Permukaan
Pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.12 ditemukan bahwa dosis permukaan pada satu jam lebih tinggi dibanding dengan beberapa saat setelah penyuntikan dan 2 jam setelah penyuntikan. Kecendrungan yang sama diperoleh pada semua titik Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
46
pengukuran, hal ini sesuai dengan pergerakan dinamis saat
99
99
Tcm dalam tubuh, pada
Tcm disuntikkan melalui vena langsung menuju jantung, kemudian
dicurahkan ke seluruh tubuh dalam waktu kira-kira 20 menit sehingga pengukuran awal pada saat penyuntikan diperoleh nilai yang rendah, sedangkan pada satu jam setelah penyuntikan,
99
Tcm terdeposit di dalam tulang rangka yang tersebar di
seluruh tubuh sehingga diperoleh hasil pengukuran TLD yang lebih tinggi, sedangkan pengukuran yang dilakukan pada 2 jam setelah penyuntikan,
99
Tcm
sudah dikeluarkan dari dalam tubuh melalui urin sehingga jumlah 99Tcm berkurang dibandingkan dengan pengukuran pada 2 jam. Dalam Gambar 4.12 terlihat bahwa nilai pada ketiga titik pengukuran (a, b dan c) pada setiap waktu pengukuran (0, 1 dan 2 jam) setelah penyuntikan diperoleh nilai yang hampir sama, hal tersebut dikarenakan adanya kontribusi radiasi yang dipancarkan oleh organ lain yang juga menangkap radionuklida
99
Tcm selain organ yang paling dekat dengan titik
pengukuran TLD meskipun TLD diletakkan pada organ tertentu.
6 5 4 0 jam
dosis 3 permukaan (µGy/jam) 2 per 1 MBq
1 jam 2 jam
1 0 a
b
c
titik pengukuran
Gambar. 4.11. Dosis Permukaan pada Penelitian Ini
Dengan mengambil waktu paruh dan waktu hidup
99
Tcm sekitar 6 dan 9
jam, dapat diperkirakan dosis permukaan yang dikalkulasi berdasarkan ekstrapolasi pada kelipatan kedua waktu tersebut sampai 60 jam setelah penyuntikan yang diberikan dalam Lampiran 12 Tabel 12.2.A. Dari Tabel 12.2.A ditemukan bahwa pada waktu pengukuran sampai dengan 2 jam memperlihatkan Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
47
nilai yang sama pada semua titik pengukuran, tetapi pada 6 dan 9 jam setelah penyuntikan terlihat kecendrungan pada titik pengukuran a (daerah sternum) mempunyai nilai lebih tinggi dari nilai pada titik pengukuran b (daerah ginjal kanan) dan c (daerah kandung kemih) yang mempunyai nilai sama. Tetapi dimulai pada 12 jam setelah penyuntikan (2 kali waktu paruh fisika 99Tcm) ditemukan nilai yang berbeda pada ketiga titik pengukuran dengan nilai yang tertinggi adalah titik pengukuran a diikuti b dan c, hal tersebut karena eliminasi
99
Tcm dalam tulang
sangat lambat sedangkan dalam ginjal dan kandung kemih cukup cepat. Jika dibandingkan dengan radiasi latar dalam lingkungan tempat pengukuran yaitu rata-rata 0,1 µSv/jam, maka pada 8 x waktu paruh fisika (48 jam) dosis permukaan titik pengukuran c sudah mendekati radiasi latar, sedangkan pada titik pengukuran b dan a pada 10x waktu paruh fisika (60 jam). Resume Perbandingan dosis permukaan pada beberapa saat penyuntikan hasil ekstrapolasi dapat dilihat dalam Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Perbandingan Dosis Permukaan Setelah 6, 9, 48 dan 60 jam Setelah Penyuntikan µGy/jam per 1 MBq Titik Pengukuran
0 jam
1 jam
2 jam
6 jam*
9 jam*
48 jam*
60 jam*
a
3,6 ±1,4
5,3 ±2,1
4,3 ±1,9
2,8
2,1
0,035
0,010
b
3,8 ±1,4
5,1 ±1,9
3,9 ±1,5
2,3
1,5
0,008
0,002
c
3,7 ±1,4
5,5 ±1,9
3,9 ±1,3
2,0
1,2
0,001
0,000
*
Hasil ekstrapolasi
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa pada pemeriksaan bone scan, pasien dapat dikatakan aman berinteraksi pada jarak dekat pada 10x waktu paruh fisika atau 2,5 hari setelah penyuntikan. Dikarenakan prosedur dalam pemeriksaan bone scan mengharuskan pasien pulang, maka selama 2 hari pasien diharapkan berinteraksi dalam jarak 1 meter dengan perkiraan dosis permukaan mendekati radiasi latar.
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang dosis internal pada pasien pemeriksaan bone scan dengan waktu pengamatan 3-4 jam setelah penyuntikan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Aktivitas kumulatif organ yang tertinggi terjadi pada permukaan tulang dengan nilai rata-rata 6,6 ±1,4 mCi-jam dalam rentang 4,2 - 9,4 mCi-jam, kemudian diikuti jantung 2,0 ±0,4 mCi-jam dalam rentang 1,3 - 2,6 mCi-jam, kandung kemih 1,7 ±0,5 dalam rentang 0,6 - 2,6 mCi-jam, dan ginjal 1,1 ±0,3 mCi-jam dalam rentang 0,6 – 1,7 mCi-jam. 2. Waktu tinggal atau residence time
99
Tcm dalam permukaan tulang mendekati
sama dengan pada total tubuh sekitar 1,9 jam, kemudian diikuti oleh kandung kemih sekitar 1,4 jam, dan dalam jantung dan ginjal masing-masing sekitar 0,2 jam. 3. Setiap organ mempunyai waktu uptake maksimum yang berbeda terhitung mulai dari waktu penyuntikan, sekitar 5 menit untuk jantung, sekitar 4 menit untuk ginjal, 10-15 menit untuk kandung kemih dan total tubuh, 1-1,5 jam untuk permukaan tulang. 4. Dosis serap paling tinggi terjadi pada dinding kandung kemih 5,8 ± 1,6 µGy/MBq, yang diikuti berturut-turut pada ginjal 4,7 ± 1,0 µGy/MBq, pada dinding jantung 4,0 ± 0,8 µGy/MBq, pada permukaan tulang 2,1 ± 0,2 µGy/MBq, pada sumsum tulang 1,7 ± 0,2 µGy/MBq, dan pada total tubuh 0,8 ± 0,1 µGy/MBq. Khusus untuk sumsum tulang, nilai masih lebih rendah dibandingkan dengan nilai batas dosis yang direkomendasikan oleh ICRP dalam publikasi ICRP nomor 103. 5. Pengukuran dosis permukaan pada tiga titik yang berada pada daerah sternum (a), daerah ginjal kanan (b) dan daerah kandung kemih (c), sampai dengan dua jam setelah penyuntikan diperoleh hasil sekitar 4,3 µGy/jam per 1 MBq pada
48
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
49
titik pengukuran a dan sekitar 3,9 µGy/jam per 1 MBq masing-masing pada titik pengukuran b dan c.
5.2. Saran
1. Berdasarkan hasil penelitian, waktu uptake maksimum pada permukaan tulang terjadi pada sekitar 1-1,5 jam setelah penyuntikan, dapat disarankan untuk scanning pada pemeriksaan ini dapat dilakukan minimal pada 1 jam setelah penyuntikan dan maksimal pada 1,5 jam setelah penyuntikan. 2. Dari hasil pengukuran dosis permukaan, disarankan pada pasien untuk membatasi jarak 1 meter pada saat berinteraksi dengan masyarakat sekitar sampai 2,5 hari setelah penyuntikan.
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
50
DAFTAR ACUAN
[1]. Toohey, R.E., Stabin, M.G. dan Watson, E.E., 2000, The AAPM/RSNA Physics Tutorial for Residents, Internal Radiation Dosimetry: Principles and Applications, RSNA. [2]. Stabin, M.G. dan Siegel, J.A, 2003, Physical Models and Dose Factor for Use in Internal Dose Assesment, Health Phys. 85(3):294-310. [3]. Mejia, A.A., Nakamura, T., Masatoshi, I., Hatazawa, J., Masaki, M. dan Watanuki, S., 1991, Estimation of Absorbed Doses in Humans Due to Intravenous Administration of Fluorine-18-Fluorodeoxrglucose in PET Studies, J. Nucl Med; 32:699-706. [4]. AAPM Report No.52, April 1995, Quantitation of SPECT Performance, the American Institute of Physics, New York. [5]. BATAN, Radioisotope Production Centre National Atomic Energy Agency, 1999, MDP unit dose, Serpong, Indonesia, [6]. Cember, H., 1983, Introduction to Health Physics 2nd Edition, Pergamon Press Inc,. [7]. ICRP Publication No. 60, 1991, 1990 Recommendations of the International Commission on Radiological Protection, Oxford, Pergamon Press. [8]. ICRP Publication No. 53, 1988, Radiation Dose to Patients from Radiopharmaceuticals, Oxford, Pergamon Press. [9]. ICRP Publication No. 103, 2008, The 2007 Recommendations of the International Commission on Radiological Protectio, Oxford, Pergamon Press. [10]. IAEA, Human Health Series No.6, 2009, Quality Assurance for SPECT Systems, IAEA Vienna, Austria. [11]. IAEA. Safety Series No 115, 2003, International Basic Safety Standards for Protection Against Ionizing Radiation and for the Safety of Radiation Sources,. CR-ROM Edition, Vienna, Austria. [12]. IAEA Proceeding of an International Conference Held in Malaga, Spain, 26-30 March 2001, 2001, Radiological Protection of Patients in Diagnostic Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
51
and Interventional Radiology, Nuclear Medicine and Radiotherapy, IAEA, Vienna, Austria. [13]. Snyder, W.S., Ford, M.R., Warner, G.G. and
Watson, S.B.,
1975,
S, Absorbed Dose per Unit Cumulated Activity for Selected Radionuclides and Organs, MIRD Pamplet No.11, Oak Ridge National Laboratory, Oak Ridge, Tennessee. [14]. Weber, D.A., Makler, P.T., Watson, E.E. dan Coffey, J.L., 1989, Radiation Absorbed Dose from Technetium-99m-Labeled Bone Imaging Agents, MIRD Pamplet No.13, J Nucl Med 30:1117-1122, Newyork. [15]. Snyder, W.S., Ford, M.R. dan Warner, G.G., 1978, Estimates of Spesific Absorbed Fractions for Photon Sources Uniformly Distributed in Various Organs
of
A
Heterogeneous
Phantom,
MIRD
Pamplet
No.5
Revised,Tenesse. [16]. Rasad, S., Kartoleksono, S. dan Ekayuda, I., 1996, Radiologi Diagnostik, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. [17]. Gennaro, A.R., 1995, Remington: The Science and Practice of Pharmacy, 19th Edition. Mack Publishing Company, Easton, Pennsylvania: 843-865, 1529-1530. [18]. Maisey, M.N., Bitton. K.E., dan Gilday, D.L., 1985, Clinical Nuclear Medicine, W.B. Saunders Company, Philadelphia. [19]. Rhodes, B.A. and Croft, B.Y, 1978, Basic of Radiopharmacy, The CV Mosby Company, Saint Louis. [20]. Sugiyono, 1999, Statistika untuk Penelitian, CV Alfabeta Bandung. [21]. ICRP, 1993, Summary of the current ICRP principles for Protection of the Patient in Nuclear Medicine, Oxford, Pergamon Press. [22]. Howell, R.W., Wessels, B.W. dan Loevinger, R., 1999, The MIRD Perspective 1999, J Nucl Med, 40:3S-10S. [23]. http://www.nuclearonline.org/PI/BRACCO%20MDP%20doc.pdf [24]. Peller, P.J, Ho, V.B. dan Kransdorf, M.J, 1993, Extraosseous Tc-99m MDP Uptake : A Pathophysiologic Approach, Radiographic, 1993;13:715-734, RSNA.
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
52
[25]. Metcalfe, P., Kron, T. dan Hoban, P., 2007, The Physics of Radiotherapy XRays and Electrons, Medical Physics Publishing, Vernon Blvd. [26]. Martin, J.E., 2006, Physics for Radiation Protection, second edition, WileyVch Verlag GmbH & Co.KGaA, Weinheim. [27]. Gottschalk, A., Hoffer, P.B. dan Pothcen, E.J., 1979, Diagnostic Nuclear Medicine, volume 1, Williams & Wilkins. [28]. ICRP Publication No. 30, 1979, Limits for Intakes of Radionuclide by Workers, Oxford, Pergamon Press. [29]. Johns, H.E. dan Cunningham, J.R., 1983, The Physics of Radiology, Fourth Edition, Charles C Thomas Publisher, Springfield Illionis. [30]. Kereiakes, J.G. (Ed), 1992, Biophysical Aspect: Medical Use of Technetium – 99m, American Association of Physicists in Medicine Topical Review Series, American Institute of Physics Inc, New York. [31]. Braco Diagnostic, 1999, Nycomed Amersham, Princeton. [32]. Guyton, A.C, 1984, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Text Book Of Medical Physiology), Edisi tujuh, Bagian II, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. [33]. Izotop, 2009, Summary of Product Characteristic, translated by the manufacturer based on the original Hungarian document, authorized by the Hungarian National Institute of Pharmacy on 17.12. [34]. Dendy, P.P., dan Heaton, B., 1999, Physics For Diagnostic Radiology, 2nd Edition, Institute of Physics Publishing, Bristol and Philadelphia. [35]. BATAN, 1999, Radioisotop Production Centre National Atomic Energy Agency, DTPA unit dose, Serpong, Indonesia. [36]. Frey, G.D. dan Yester, M.V., (Ed), 1991, Expanding the Role of Medical Physics in Nuclear Medicine, AAPM no.18, American Institute of Physics, Inc, New York.
Universitas Indonesia
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
53
Lampiran 1: Hasil Observasi CT Scan Tabel 1.1.A. Kedalaman Tulang Sternum AP dan Vertabrae PA No pasien
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Sagital
Axial
Sagital + Axial
(cm)
(cm)
(cm)
AP 1,32 1,61 1,24 1,11 0,56 0,84 1,63 1,80 1,31 1,50 2,00 1,25 1,52 0,88 0,74 1,87 1,35 1,54
a
PA 2,60 1,00 1,47 2,22 1,19 1,14 2,07 1,97 1,11 2,45 2,00 1,68 1,45 1,32 0,89 2,59 2,02 1,23 Rata-rata Standar deviasi
AP 2,04 1,62 1,37 2,45 0,47 0,78 1,37 1,87 1,34 1,09 2,00 1,31 1,48 0,78 0,55 1,96 1,31 1,73
PA 2,37 1,20 1,22 2,08 1,01 1,41 2,26 1,92 1,13 2,36 2,22 1,64 1,70 1,20 1,15 2,26 2,35 1,18
AP 1,68 1,62 1,30 1,78 0,51 0,81 1,50 1,83 1,33 1,29 2,00 1,28 1,50 0,83 0,64 1,92 1,33 1,63 1,38 ± 0,44
PA 2,49 1,10 1,34 2,15 1,10 1,28 2,16 1,95 1,12 2,40 2,11 1,66 1,57 1,26 1,02 2,42 2,19 1,20 1,70 ± 0,53
b
Gambar. 1.1.A. Distribusi Sampel untuk Kedalaman a. sternum AP dan b. vertebrae PA
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
54
(Lanjutan) Tabel 1.2.A. Kedalaman AP dan PA Kandung Kemih No pasien
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Sagital
Axial
Sagital + Axial
(cm)
(cm)
(cm)
AP 2,27 5,85 3,01 4,13 3,37 4,91 3,04 3,46 3,67 5,93 4,06 5,76 4,56 4,42 3,69 5,13 3,50 5,16 4,60
PA 7,17 9,57 6,62 8,16 7,55 6,74 7,53 8,04 9,96 7,68 9,70 9,76 10,54 9,22 8,26 7,69 7,01 10,15 8,16 Rata-rata Standar deviasi
AP 2,38 5,89 3,02 3,96 3,01 4,02 3,13 3,50 3,37 5,47 3,60 5,63 4,55 4,78 4,05 4,35 4,19 4,86 4,41
PA 7,53 9,37 7,11 10,92 7,75 6,17 7,74 8,72 10,59 8,57 11,27 9,94 10,75 10,21 8,03 7,35 7,81 10,28 7,49
AP 2,33 5,87 3,02 4,05 3,19 4,47 3,08 3,48 3,52 5,70 3,83 5,69 4,55 4,60 3,87 4,74 3,85 5,01 4,51 4,18 ± 0,98
PA 7,35 9,47 6,86 9,54 7,65 6,46 7,64 8,38 10,28 8,12 10,48 9,85 10,64 9,71 8,14 7,52 7,41 10,21 7,82 8,61 ± 1,34
Gambar. 1.2.A. Distribusi Sampel Kedalaman AP dan PA Kandung Kemih
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
55
(Lanjutan) Tabel 1.3.A. Kedalaman AP dan PA Ginjal No. pasien
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Sagital
Axial
Sagital + Axial
(cm)
(cm)
(cm)
AP 10,03 11,24 11,80 12,67 10,21 10,32 12,31 10,44 12,79 13,56 11,07 11,40 11,89 11,58 10,85 11,92 9,77 10,27 10,71
PA 4,20 3,94 5,55 3,15 3,40 3,40 4,07 1,95 4,90 5,82 4,96 4,87 4,13 3,76 4,68 2,65 4,25 3,32 3,17 Rata-rata Standar deviasi
AP 10,31 9,76 12,84 12,68 10,48 10,51 11,79 8,54 11,90 14,00 11,29 10,32 12,45 11,19 9,80 7,76 10,01 8,47 10,54
PA 3,74 3,06 5,49 3,47 3,41 3,14 3,85 1,83 4,87 5,02 4,97 4,69 3,77 4,52 4,03 3,26 5,75 3,05 2,80
AP 10,17 10,50 12,32 12,68 10,34 10,41 12,05 9,49 12,35 13,78 11,18 10,86 12,17 11,39 10,33 9,84 9,89 9,37 10,62 11,04 ± 1,21
PA 3,97 3,50 5,52 3,31 3,41 3,27 3,96 1,89 4,88 5,42 4,96 4,78 3,95 4,14 4,35 2,96 5,00 3,19 2,99 3,97 ± 0,96
Gambar. 1.3.A. Distribusi Sampel Kedalaman AP dan PA Ginjal
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
56
(Lanjutan) Tabel 1.4.A. Kedalaman AP dan PA Jantung No Pasien
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Sagital
Axial
Sagital + Axial
(cm)
(cm)
(cm)
AP 2,55 2,91 4,07 3,28 2,57 3,11 3,47 3,07 4,01 3,06 2,38 1,70 3,91 4,12 4,13 3,65 4,23 3,98 2,53
PA 6,80 6,48 8,20 8,44 7,81 6,93 10,76 9,13 7,78 7,14 8,84 6,28 9,04 8,46 9,68 8,36 7,68 7,66 8,85 Rata-rata Standar deviasi
AP 2,37 2,39 3,85 2,82 2,97 3,20 2,75 2,34 2,83 2,28 2,15 2,52 4,37 3,60 2,53 2,79 3,33 3,95 2,78
PA 7,63 7,08 7,64 8,68 7,62 6,41 9,90 9,06 7,98 6,98 8,08 7,17 8,81 8,33 7,59 8,43 8,02 7,59 8,96
AP 2,46 2,65 3,96 3,05 2,77 3,16 3,11 2,71 3,42 2,67 2,26 2,11 4,14 3,86 3,33 3,22 3,78 3,97 2,65 3,12 ± 0,61
PA 7,21 6,78 7,92 8,56 7,72 6,67 10,33 9,09 7,88 7,06 8,46 6,73 8,93 8,39 8,63 8,40 7,85 7,62 8,91 8,06 ± 0,95
Gambar. 1.4.A. Distribusi Sampel Kedalaman AP dan PA Jantung
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
Lampiran 2 : Pengukuran Faktor Konversi Laju Cacah Menjadi Aktivititas
Tabel 2.1.A. Hasil Pengukuran Aktivitas Sumber 99Tcm dengan Fantom Simulasi Organ
Nama Organ Tulang
Aktivitas
CPS AP 2
CPS PA 3
1
2
3
Rata-rata CPS
FK = mCi/Cps (x10-4)
AP
PA
AP
(mCi)
1
10,00 12,50
38584 46306
38360 46138
38193 45859
27642 33087
27476 32809
27309 32642
38379 46101
27476 32846
2,6 2,7
3,6 3,8
15,00
53418
53138
52804
38198
38031
37753
53120
37994
2,8
3,9
17,50 20,00
60529 67195
59971 66638
59970 66637
42920 47642
42642 47420
42364 47142
60157 66823
42642 47402
2,9 3,0
4,1 4,2
2,8
3,9
0,2 5,49
0,2 5,85
rata2 std dev % dev Total Body
PA
10,00
45696
45420
45142
35477
35254
35032
45419
35254
2,2
2,8
12,50
55362
55143
54809
42699
42532
42254
55105
42495
2,3
2,9
15,00 17,50
64418 73307
64420 72198
63865 72198
49977 56643
49643 55476
49365 55532
64234 72568
49662 55884
2,3 2,4
3,0 3,1
20,00
80529
79976
79420
62755
62199
61643
79975
62199
2,5
3,2
rata2 std dev
2,3 0,1
3,0 0, 2
% dev
5,01
4,95
57
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
Nama Organ Kandung Kemih
Ginjal
Aktivitas
CPS AP 2
CPS PA 3
1
2
3
Rata-rata CPS
FK = mCi/Cps (x10-4) AP
(mCi)
1
AP
PA
10,00
25527
25250
25137
11308
11196
11140
25305
11215
4,0
PA 8,9
12,50 15,00
30694 35638
30472 35472
30304 35248
13696 15919
13529 15863
13474 15807
30490 35453
13566 15863
4,1 4,2
9,2 9,5
17,50
40249
39917
39748
18196
18085
17918
39972
18066
4,4
9,7
20,00
44583
44361
44193
20252
20140
19974
44379
20122
4,5
9,9
rata2
4,2
9,4
std dev
0, 2
0, 4
% dev
5,19
4,22
10,00
12333
12222
12111
20889
20722
20500
12222
20704
8,2
4,8
12,50 15,00
15056 17667
15000 17556
14944 17444
25222 28944
25000 28722
24833 28500
15000 17556
25019 28722
8,3 8,5
5,0 5,2
17,50
20056
19944
19778
32222
32000
31833
19926
32019
8,8
5,5
20,00
22444
22389
22167
35556
35333
35111
22333
35333
9,0
5,7
rata2
8,6
5,2
std dev
0,3
0, 3
% dev
3,70
6,44
Jantung 10,00
20833
20611
20000
8833
8778
8722
20481
8778
4,9
11,4
12,50 15,00
25611 30222
25500 30056
25389 29778
11111 13222
11056 13111
10944 13056
25500 30019
11037 13130
4,9 5,0
11,3 11,4
17,50
33611
33500
33278
14722
14556
14500
33463
14593
5,2
12,0
20,00
37444
37222
37000
16278
16222
16111
37222
16204
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
12,3
5,1
11,7
std dev
0,2
0,4
% dev
4,25
3,85
58
Keterangan: cacahan telah dikoreksi dengan cacah latar (BG)
5,4
rata2
59
Lampiran 3 : Aktivitas 99Tcm yang Disuntikkan Tabel. 3.1.A. Aktivitas 99Tcm yang Disuntikkan pada Pasien No. Pasien
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Aktivitas 99Tcm sebelum injeksi
Aktivitas 99Tcm sisa dalam syringe
Aktivitas 99Tcm masuk ke dalam tubuh pasien
(mCi)
(mCi)
(mCi)
16,23 16,05 13,44 12,87 12,30 14,85 14,94 13,72 13,84 13,22 12,03 14,44 13,23 14,06 14,35 14,99 14,11 12,82 15,98 17,13
0,12 0,24 0,49 0,12 0,04 0,12 0,27 0,26 0,03 0,84 0,36 0,61 0,39 0,53 0,14 0,12 0,12 0,90 0,26 0,14
16,11 15,82 12,95 12,75 12,27 14,73 14,67 13,46 13,80 12,38 11,66 13,83 12,84 13,53 14,22 14,87 13,99 11,92 15,72 16,99
Rata-rata Standar Deviasi
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
13,93 ± 1,47
Lampiran 4 : Tabel dan Kurva Hasil Perhitungan Tabel 4.1.A. Laju Cacah Hasil ROI dan Aktivitas Hasil Perhitungan Pasien 1 disuntik 16,11 mCi
Jantung
Ginjal Kanan
Waktu (menit)
AP (cps)
PA (cps)
A* (mCi)
0,01
6431,47
2796,19
0,02
10024,31
0,03 0,04 0,05
PA (cps)
A* (mCi)
AP (cps)
PA (cps)
A* (mCi)
3,272
574,53
312,69
0,283
450,08
434,39
0,295
4497,36
5,175
1291,92
754,03
0,659
1019,94
976,78
0,666
13274,00
8866,36
8,351
2035,75
2267,81
1,432
1638,56
2590,81
1,373
16223,44
8271,78
8,907
2785,86
1729,33
1,461
2298,25
2236,69
1,509
18990,22
9507,19
10,320
3564,31
2267,81
1,890
2990,69
2941,00
1,972
621,14
507,50
0,372
532,75
482,11
621,43
452,04
0,348
385,96
207,22
197,51
0,118
1661,55
598,02
0,755
1,17 1,25
978,25
474,33
0,456
2,33 2,50
Kandung Kemih
AP (cps)
0,08 0,17
Ginjal Kiri
698,02
342,39
0,283
Total Tubuh
AP (cps)
PA (cps)
A* (mCi)
0,336
310,17
233,32
0,167
280,81
0,216
2367,61
1032,15
0,964
199,94
185,71
0,113
2249,02
690,34
0,684
198,95
197,84
0,115
185,87
135,25
0,092
101,72
110,31
0,054
125,36
105,62
0,059
108,48
113,09
0,056
109,99
77,71
0,046
1070,60
457,55
0,330
3,33
*
A=
Permukaan Tulang
AP (cps)
PA (cps)
A* (mCi)
AP (cps)
PA (cps)
A* (mCi)
37658,16
26715,32
8,134
13120,03
10985,74
3,892
27154,65
20067,20
5,122
18145,02
12876,84
4,374
20198,41
15301,21
3,222
14840,24
11314,09
3,210
14662,70
11558,10
2,930
(cpsAP × FKAP ) × (cpsPA × FKPA ) 60
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan)
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,17 jam
tAmax = 1,25 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,17 jam
Gambar 4.1.A. Kurva Aktivitas Kumulatif 99Tcm dalam Berbagai Organ Pasien 1
61
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan) Tabel 4.2.A. Laju Cacah Hasil ROI dan Aktivitas Hasil Perhitungan
Pasien 2 disuntik 15,82 mCi Jantung
Ginjal Kanan
Waktu (menit)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
0,01
4728,94
1920,67
2,325
0,02
7657,83
3629,50
4,063
0,03
10305,89
6261,58
6,184
0,04
12790,31
7150,75
0,05
15136,03
8106,36
PA (cps)
A (mCi)
665,25
748,33
0,471
1538,42
1647,78
1,062
2072,64
2961,31
1,651
7,353
3033,94
3340,94
8,507
3778,00
4547,72
496,59
0,08 0,17
1063,83
506,23
0,556
1,33
1,42
576,59
379,96
0,307
362,34
256,37
0,162
2,92
3,25
AP (cps)
Ginjal Kiri AP (cps)
Kandung Kemih
PA (cps)
A (mCi)
931,11
648,44
0,519
1847,58
1388,58
1,069
2643,06
3085,06
1,903
2,119
3599,22
3391,22
2,326
2,756
4627,64
4170,47
2,921
846,64
0,429
598,68
802,82
354,16
607,73
0,304
462,66
184,83
230,65
0,118
212,49
172,93
196,31
0,105
98,06
153,06
79,96
146,77
Total Tubuh
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
0,459
229,49
145,64
0,114
470,91
0,306
4441,08
1693,81
1,691
239,34
0,129
2461,83
1584,11
1,064
188,63
212,86
0,114
0,059
102,56
140,24
0,057
0,050
97,86
134,88
0,053
1568,97
583,91
Permukaan Tulang
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
30473,96
22898,72
6,774
11291,68
10986,49
3,611
23259,53
18758,38
4,474
17196,97
13227,39
4,233
16505,63
13257,49
2,433
13130,94
11073,14
2,740
13111,05
9983,65
2,408
0,430
3,92
62
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan)
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,17 jam
tAmax = 1,42 jam
tAmax = 0,17 jam
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
63
Gambar 4.2.A. Kurva Aktivitas Kumulatif 99Tcm dalam Berbagai Organ Pasien 2
(Lanjutan) Tabel 4.3.A. Laju Cacah Hasil ROI dan Aktivitas Hasil Perhitungan Pasien 3 disuntik 12,95 mCi Jantung
Ginjal Kanan
Waktu (jam)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
0,01
4492,72
2249,00
2,453
0,02
8198,75
3676,72
4,231
0,03
10896,75
6772,75
6,613
0,04
12925,14
7400,67
0,05
17091,31
9880,25
PA (cps)
A (mCi)
338,33
329,50
0,223
1003,92
1050,92
0,685
1768,19
2664,03
1,446
7,520
2613,44
2674,56
9,980
3389,28
3289,25
728,66
0,08 0,17
1011,39
445,07
0,508
1,58 1,67
481,25
278,55
0,233
185,55
132,85
0,072
4,50
4,58
AP (cps)
Ginjal Kiri AP (cps)
Kandung Kemih
PA (cps)
A (mCi)
538,25
447,06
0,328
1434,56
1224,11
0,884
2379,69
3482,64
1,919
1,760
3469,14
3587,69
2,348
2,220
3838,86
3756,14
2,525
751,64
0,490
610,89
889,59
Total Tubuh
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
0,488
230,75
142,47
0,113
810,27
878,87
0,554
521,97
456,89
0,320
3317,62
1149,82
1,204
122,08
145,10
0,074
150,25
152,90
0,084
2342,64
721,41
0,681
140,87
156,30
0,082
152,37
160,21
0,086
40,36
43,15
0,017
43,59
44,08
0,017
45,26
45,12
0,018
41,71
43,35
0,017
254,91
83,18
Permukaan Tulang
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
26850,17
19572,75
5,879
6927,34
5834,83
2,061
14737,32
11640,35
2,706
9642,53
8625,55
2,487
7102,77
5485,61
0,847
5328,93
4531,75
0,958
6240,38
4830,20
0,948
0,054
5,63
64
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan)
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,17 jam
tAmax = 1,67 jam
tAmax = 0,17 jam
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
65
Gambar 4.3.A. Kurva Aktivitas Kumulatif 99Tcm dalam Berbagai Organ Pasien 3
(Lanjutan) Tabel 4.4.A. Laju Cacah Hasil ROI dan Aktivitas Hasil Perhitungan
Pasien 4 disuntik 12,75 mCi Jantung (cps)
Ginjal Kanan (cps)
Ginjal Kiri (cps)
Kandung Kemih (cps)
Waktu (jam)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
0,01
2468,75
1112,06
1,278
280,44
220,92
0,166
252,50
207,92
0,153
0,02
4616,08
2248,17
2,483
806,14
510,72
0,428
666,14
652,44
0,440
0,03
6658,42
4807,36
4,355
1521,94
1698,61
1,072
1181,22
2447,58
1,133
0,04
8580,83
5015,33
5,044
2046,19
1693,03
1,239
1723,06
2434,33
1,363
0,05
10427,06
5998,97
6,074
2800,08
1853,36
1,515
2093,94
2868,36
1,629
465,02
354,91
0,269
386,98
536,05
0,302
104,36
62,41
0,050
2932,67
1051,34
1551,20 1039,07
0,08 0,17
1192,04
563,06
0,621
416,54
396,95
0,267
446,77
623,07
0,346
0,45
654,39
193,20
0,261
269,23
249,94
0,165
355,12
507,10
0,269
74,15
90,38
0,046
75,48
98,72
0,048
70,92
75,99
0,041
81,33
104,17
0,051
33,31
36,24
0,013
23,35
36,03
0,011
29,98
37,98
0,013
23,13
36,73
0,011
1,58 1,67
485,60
276,56
0,234
4,75
4,83
255,60
156,55
0,089
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
Total Tubuh (cps)
Permukaan Tulang (cps)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
1,082
23593,43
17152,70
5,159
8020,54
6088,56
2,265
574,18
0,494
14123,48
10105,13
2,498
10441,81
7801,37
2,485
291,56
0,200
7806,35
5436,11
0,853
6630,91
4721,37
1,060
6240,38
4830,20
0,948
5,63
66
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan)
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,17 jam
tAmax = 1,67 jam
tAmax = 0,17 jam
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
67
Gambar 4.4.A. Kurva Aktivitas Kumulatif 99Tcm dalam Berbagai Organ Pasien 4
(Lanjutan) Tabel 4.5.A. Laju Cacah Hasil ROI dan Aktivitas Hasil Perhitungan Pasien 5 disuntik 12,27 mCi Jantung waktu
Ginjal Kanan
Ginjal Kiri
Kandung Kemih
(jam)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
0,01
2881,31
1594,25
1,654
289,94
289,00
0,193
351,58
369,36
0,241
0,02
5383,22
3005,50
3,100
789,06
800,06
0,530
918,94
985,56
0,635
0,03
8992,67
6207,11
5,751
1326,61
2692,17
1,259
1489,39
3156,14
1,445
0,04
10661,36
5622,00
5,953
1896,22
2161,67
1,348
2077,14
2037,83
1,370
0,05
11649,25
6278,58
6,568
2489,50
2823,81
1,763
2681,75
2627,81
1,765
321,32
461,39
0,255
300,49
385,06
0,08
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
0,225
610,84
190,12
0,212
3310,11
1811,57
1,509
1116,04
972,20
0,551
510,39
497,22
0,236
0,17
1172,77
678,70
0,676
330,64
425,59
0,246
355,17
295,33
0,212
0,45
630,81
414,33
0,375
220,91
328,91
0,171
143,47
232,83
0,116
72,06
78,48
0,042
71,34
74,45
0,041
1,50 1,58
552,26
396,45
0,301
2,57 2,67
424,12
328,35
0,212
Total Tubuh
75,63
91,45
0,046
71,89
78,65
0,042
51,65
68,71
0,030
50,14
53,24
0,026
55,89
71,53
0,031
53,97
46,86
0,025
Permukaan Tulang
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
27058,82
20181,99
5,993
10614,38
7197,61
2,833
16829,64
12568,79
3,042
13536,89
10365,35
3,262
13964,95
9848,79
2,098
11868,63
8713,87
2,472
3,93
6729,11
5038,01
1,223
4,82
6023,35
4532,83
0,991
68
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan)
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,17 jam
tAmax = 1,58 jam
tAmax = 0,17 jam
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
69
Gambar 4.5.A. Kurva Aktivitas Kumulatif 99Tcm dalam Berbagai Organ Pasien 5
(Lanjutan) Tabel 4.6. A. Laju Cacah Hasil ROI dan Aktivitas Hasil Perhitungan Pasien 6 disuntik 14,73 mCi Jantung waktu
Ginjal Kanan
(jam)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
0,01
4956,03
2843,08
2,896
0,02
8142,61
4251,94
4,535
0,03
8740,69
6809,69
0,04
10386,78
0,05
12989,86
Ginjal Kiri
Kandung Kemih
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
1255,83
954,33
0,731
2041,69
1828,00
1,290
3163,94
2444,56
1,856
4450,92
3371,53
2,585
5,939
4861,03
5580,00
3,471
6229,06
5256,08
3,813
6109,89
6,125
6595,94
5783,47
4,111
8935,47
6346,67
5,013
7708,42
7,685
8406,25
5655,19
4,584
10865,78
8990,36
6,572
1601,13
895,23
0,793
1193,43
1584,17
0,911
9,21
9,05
0,006
1479,57
994,88
0,745
1212,83
436,03
0,379
0,08 0,20
1335,92
934,35
0,843
1123,12
587,60
0,531
915,58
1067,28
0,646
0,48
561,63
510,83
0,391
509,47
363,47
0,272
527,17
459,49
0,311
139,56
106,14
0,068
164,20
255,03
0,114
158,65
114,97
0,075
184,74
195,33
0,105
64,86
43,57
0,024
81,88
53,89
0,030
70,48
40,51
0,024
70,10
53,89
0,027
1,62 1,67
669,83
565,60
0,392
3,45 3,53
438,03
308,75
0,189
AP (cps)
944,84
PA (cps)
356,40
A (mCi)
0,243
4,75
Total Tubuh
Permukaan Tulang
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
33291,66
25041,51
7,369
15139,11
9800,31
3,933
20340,09
15575,85
3,678
17927,73
14040,21
4,327
14630,16
11244,19
2,026
13694,43
10741,36
2,668
7185,02
5531,61
1,205
70
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan)
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,20 jam
tAmax = 1,67 jam
tAmax = 0,20 jam
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
71
Gambar 4.6.A. Kurva Aktivitas Kumulatif 99Tcm dalam Berbagai Organ Pasien 6
(Lanjutan) Tabel 4.7. A. Laju Cacah Hasil ROI dan Aktivitas Hasil Perhitungan Pasien 7 disuntik 14,67 mCi Jantung waktu
Ginjal Kanan
Ginjal Kiri
Kandung Kemih
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
0,01
4514,14
1935,75
2,281
343,31
375,19
0,240
295,56
416,92
0,234
0,02
7227,00
3601,58
3,932
813,11
904,69
0,572
691,25
969,47
0,546
0,03
9855,31
6805,17
6,304
1298,42
2569,61
1,217
1116,42
2642,97
1,145
0,04
12284,42
6848,69
7,053
1794,42
2686,08
1,461
1567,53
2731,31
1,377
0,05
14569,25
7937,64
8,259
2309,31
2780,75
1,685
2034,11
2880,11
1,609
452,67
526,78
0,323
389,99
527,08
(jam)
0,08
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
0,300
190,23
151,11
0,106
2327,88
1004,31
0,17
1329,10
1007,06
0,877
297,12
419,88
0,232
336,97
417,97
0,246
0,45
821,24
630,09
0,528
237,67
298,92
0,169
259,35
302,27
0,178
108,77
161,28
0,075
137,10
109,71
0,070
1,42 1,50
698,19
713,21
0,459
2,75 2,88
476,61
598,07
0,296
Total Tubuh
Permukaan Tulang
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
0,942
31122,63
23891,44
6,993
14480,53
10325,69
3,964
21968,73
17162,24
4,110
15833,15
13718,35
4,097
15678,25
12565,21
2,434
12144,61
10873,17
2,724
9014,25
7054,59
1,554
98,85
150,81
0,069
140,97
105,85
0,069
1021,72
453,52
0,360
50,36
114,11
0,037
72,83
82,28
0,038
497,64
247,57
0,161
47,74
71,75
0,028
76,33
86,55
0,039
4,58
72
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan)
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,17 jam
tAmax = 1,50 jam
tAmax = 0,17 jam
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
73
Gambar 4.7.A. Kurva Aktivitas Kumulatif 99Tcm dalam Berbagai Organ Pasien 7
(Lanjutan) Tabel 4.8. A. Laju Cacah Hasil ROI dan Aktivitas Hasil Perhitungan Pasien 8 disuntik 13,46 mCi Jantung waktu
Ginjal Kanan
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
0,01
4497,69
2569,17
2,623
0,02
7865,14
4401,00
4,534
0,03
11164,72
6791,36
6,703
0,04
14053,17
6937,11
0,05
16238,56
8664,25
(jam)
PA (cps)
A (mCi)
501,86
624,28
0,374
1333,31
1513,39
0,948
2185,83
4517,89
2,094
7,592
3051,28
4076,03
9,110
3938,78
4908,17
499,19
0,08
AP (cps)
Ginjal Kiri AP (cps)
Kandung Kemih
PA (cps)
A (mCi)
685,11
690,22
0,459
1527,31
1550,69
1,027
2335,39
3353,39
1,865
2,348
3233,94
3697,28
2,302
2,923
4096,56
3781,58
2,617
806,07
0,420
657,43
522,62
0,388
900,4944
259,3
0,301
3967,327
1512,62
1,510
2836,678
754,8333
0,796
1093,161
196,3056
0,229
0,17
1836,62
1160,53
1,106
584,27
531,95
0,366
600,78
378,89
0,313
0,45
879,21
617,68
0,540
255,81
377,66
0,197
320,96
284,66
0,192
145,77
177,35
0,093
188,29
149,76
0,097
144,75
185,43
0,094
196,53
157,15
0,101
95,97
112,34
0,055
106,13
92,30
0,052
99,45
90,50
0,047
107,57
62,19
0,041
1,25 1,33
872,42
729,21
0,528
2,08 2,58
494,31
573,29
0,305
AP (cps)
PA (cps)
Total Tubuh A (mCi)
3,93
4,75
Permukaan Tulang
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
29601,25
21248,02
6,432
11828,39
7390,147
3,031
19781,93
14761,87
3,705
13453,1
11431,38
3,515
14220,14
10643,37
2,228
10684,65
8927,58
2,397
8181,667
5945,9
1,040
7185,02
5531,613
1,205
74
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan)
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,17 jam
tAmax = 1,33 jam
tAmax = 0,17 jam
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
75
Gambar 4.8.A. Kurva Aktivitas Kumulatif 99Tcm dalam Berbagai Organ Pasien 8
(Lanjutan) Tabel 4.9. A. Laju Cacah Hasil ROI dan Aktivitas Hasil Perhitungan
Pasien 9 disuntik 13,80 mCi Jantung waktu
Ginjal Kanan
(jam)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
0,01
5000,14
1974,00
2,424
0,02
8527,17
3511,25
4,217
0,03
12119,28
6289,94
0,04
14414,00
0,05
16994,33
Ginjal Kiri
PA (cps)
A (mCi)
217,53
447,25
0,208
719,56
1440,72
0,679
6,721
1261,14
4446,11
1,578
7030,75
7,741
1912,06
4474,08
7833,19
8,861
2544,19
5049,92
349,14
0,08
AP (cps)
Kandung Kemih
PA (cps)
A (mCi)
374,28
528,89
0,297
1349,61
1617,17
0,986
2179,94
4401,78
2,064
1,947
3124,64
4621,06
2,529
2,383
4041,75
5228,75
3,057
573,60
0,296
497,71
496,79
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
0,329
3413,58
1124,99
1,220
4162,07
2010,62
1,766
1612,10
823,33
0,555
626,23
253,84
0,174
0,25
1214,41
830,27
0,754
351,11
468,24
0,263
435,71
423,89
0,279
0,58
804,54
453,21
0,436
250,28
345,36
0,184
336,22
354,72
0,216
102,88
161,03
0,066
120,47
140,22
0,067
116,02
164,29
0,070
128,60
153,61
0,071
68,77
116,83
0,042
80,77
98,50
0,041
63,06
94,39
0,034
70,79
87,58
0,035
2,30 2,42
467,49
431,71
0,263
3,18
3,60
356,43
347,92
0,180
Total Tubuh
Permukaan Tulang
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
27033,37
19870,33
5,873
8424,49
6476,85
2,372
23132,50
10929,79
2,949
12157,53
8933,71
2,607
9833,73
7631,63
1,355
8094,40
6586,03
1,594
4,75
7185,02
5531,61
1,205
5,63
6240,38
4830,20
0,948
76
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan)
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,25 jam
tAmax = 2,42 jam
tAmax = 0,25 jam
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
77
Gambar 4.9.A. Kurva Aktivitas Kumulatif 99Tcm dalam Berbagai Organ Pasien 9
(Lanjutan) Tabel 4.10. A. Laju Cacah Hasil ROI dan Aktivitas Hasil Perhitungan Pasien 10 disuntik 12,38 mCi Jantung waktu
Ginjal Kanan
Ginjal Kiri
Kandung Kemih
(jam)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
0,01
4275,53
2071,53
2,296
300,44
443,53
0,244
387,19
405,25
0,265
0,02
6007,58
3033,42
3,290
739,14
673,33
0,471
768,19
773,08
0,514
0,03
7720,86
6148,53
5,304
1202,61
2697,11
1,200
1319,86
2950,25
1,315
0,04
9279,53
6374,81
5,914
1800,53
2285,69
1,350
1869,92
2611,61
1,471
0,05
12238,47
7596,83
7,406
2235,58
3299,72
1,806
2545,61
3114,28
1,872
402,05
499,66
0,297
491,51
529,32
0,08
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
0,338
269,84
175,92
0,136
2762,64
894,29
0,969
1006,75
402,04
0,321
150,25
154,89
0,066
0,17
1283,39
562,45
0,644
291,02
413,88
0,228
337,69
373,11
0,233
0,42
902,29
363,69
0,422
158,29
256,37
0,128
187,36
228,06
0,132
97,62
112,40
0,056
97,94
111,81
0,056
1,92 2,00
453,49
232,15
0,199
3,25 3,33
276,95
181,96
0,118
86,97
128,32
0,056
86,81
108,02
0,051
57,89
66,33
0,028
61,45
69,05
0,030
50,43
69,42
0,027
55,19
66,07
0,028
4,82
Total Tubuh
Permukaan Tulang
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
25725,94
18276,19
5,561
7259,15
5247,31
2,001
13782,47
9965,33
2,308
9987,52
6900,34
2,179
9857,92
6981,38
1,348
7737,09
5328,89
1,445
6023,35
4532,83
0,991
78
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan)
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,17 jam
tAmax = 2,00 jam
tAmax = 0,17 jam
Gambar 4.10.A. Kurva Aktivitas Kumulatif 99Tcm dalam Berbagai Organ Pasien 10
79
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan) Tabel 4.11. A. Laju Cacah Hasil ROI dan Aktivitas Hasil Perhitungan Pasien 11 disuntik 11,66 mCi Jantung waktu
Ginjal Kanan
(jam)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
0,01
3478,00
1304,81
1,644
0,02
5916,06
2261,58
2,819
0,03
8068,06
3830,50
4,279
0,04
9918,36
3636,50
0,05
11531,06
4055,86
PA (cps)
A (mCi)
446,03
662,42
0,363
1146,78
1731,56
0,940
1910,64
5276,44
2,116
4,618
2712,00
4223,72
5,252
3561,06
5512,56
561,67
0,08
AP (cps)
Ginjal Kiri AP (cps)
Kandung Kemih
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
426,25
464,31
0,297
1079,72
1236,28
0,771
1912,14
3989,42
1,841
2,253
2718,53
3236,39
1,974
2,946
3557,64
3621,33
2,387
774,92
0,437
577,95
469,86
0,345
850,96
159,23
0,229
2852,24
862,85
0,967
1814,58
607,86
0,588
577,34
103,31
0,112
0,17
1194,22
573,77
0,627
325,61
539,37
0,275
349,33
287,22
0,208
0,50
545,97
300,15
0,295
260,51
294,24
0,175
208,79
217,56
0,135
156,41
197,13
0,105
159,79
129,91
0,086
153,75
214,37
0,107
167,37
132,81
0,088
95,29
98,72
0,047
87,51
69,69
0,038
79,74
102,18
0,042
89,74
60,50
0,034
1,00 1,08
584,15
306,42
0,288
2,77 3,25
295,49
179,38
0,122
3,93
Total Tubuh
Permukaan Tulang
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
28178,87
19042,68
5,941
7778,81
6778,52
2,354
17484,47
13155,89
3,408
13170,97
9751,05
3,306
9651,73
7583,61
1,407
7741,55
6013,12
1,551
6729,11
5038,01
1,223
80
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan)
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,17 jam
tAmax = 1,08 jam
tAmax = 0,17 jam
Gambar 4.11.A. Kurva Aktivitas Kumulatif 99Tcm dalam Berbagai Organ Pasien 11
81
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan) Tabel 4.12. A. Laju Cacah Hasil ROI dan Aktivitas Hasil Perhitungan
Pasien 12 disuntik 13,83 mCi Jantung waktu
Ginjal Kanan
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
0,01
3668,58
1117,89
1,563
0,02
6304,81
2007,86
2,742
0,03
8636,44
4366,61
0,04
10775,92
0,05
12804,53
(jam)
PA (cps)
A (mCi)
345,08
428,89
803,06
1013,69
4,727
1311,61
3993,28
5,044
4799,64
6,021
0,08 0,17
1483,83
857,39
0,855
1,30
1,38
641,81
410,95
0,338
409,28
332,36
0,210
2,58 2,67
Ginjal Kiri
Kandung Kemih
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
0,257
484,58
433,06
0,306
0,602
1086,81
995,39
0,694
2901,03
1,300
1751,19
2948,64
1,514
1829,92
2241,42
1,348
2386,64
2257,92
1,545
2426,89
3150,47
1,838
3113,53
3233,89
2,110
360,94
494,75
0,280
456,16
561,42
0,335
295,34
125,59
0,120
417,15
467,51
0,290
536,35
130,18
179,53
0,088
171,58
548,22
0,356
1623,63
882,62
0,738
208,75
0,109
439,86
248,01
0,179
115,93
147,81
0,075
153,46
144,92
0,085
88,89
124,93
54,48
63,89
0,052
124,05
139,29
0,065
0,029
65,73
71,79
0,034
218,93
102,85
0,069
3,25
Total Tubuh
Permukaan Tulang
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
31597,38
23883,12
7,045
14153,12
10382,78
3,930
22089,38
17152,23
4,190
16099,70
13246,65
4,115
15927,57
12558,57
2,530
12706,75
10705,61
2,835
10659,45
8652,55
2,182
82
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan)
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,17 jam
tAmax = 1,38 jam
tAmax = 0,17 jam
Gambar 4.12.A. Kurva Aktivitas Kumulatif 99Tcm dalam Berbagai Organ Pasien 12
83
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan) Tabel 4.13. A. Laju Cacah Hasil ROI dan Aktivitas Hasil Perhitungan
Pasien 13 disuntik 12,84 mCi Jantung waktu
Ginjal Kanan
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
0,01
4204,78
2648,92
2,575
0,02
7643,33
4432,89
4,486
0,03
12298,58
10718,61
8,838
0,04
15598,81
8381,64
0,05
18720,97
10777,89
(jam)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
524,86
576,08
0,367
1282,39
1168,28
0,817
2056,03
3513,83
8,792
2697,17
10,910
3730,25
0,08
AP (cps)
Ginjal Kiri
Kandung Kemih
PA (cps)
A (mCi)
406,17
453,69
0,287
959,75
1112,00
0,689
1,791
1536,72
3921,56
1,636
2872,00
1,853
2149,28
2964,33
1,680
3978,50
2,561
2799,94
4108,25
2,255
620,78
735,23
0,447
711,29
805,73
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
0,501
106,62
132,52
0,074
4456,79
2912,18
2,221
1779,68
1140,99
0,725
334,50
88,29
0,076
0,17
1439,31
1200,49
0,996
487,33
719,63
0,388
442,39
593,56
0,336
0,42
891,63
624,94
0,550
341,62
472,54
0,256
347,46
465,75
0,256
105,73
151,30
0,068
100,48
136,68
0,063
114,59
144,57
0,069
103,29
136,85
0,064
65,38
96,45
0,038
71,49
103,54
0,041
66,41
86,31
0,035
65,51
74,92
0,033
1,83 1,92
518,13
314,01
0,250
3,00
3,08
322,91
196,91
0,137
Total Tubuh
4,75
Permukaan Tulang
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
29534,83
21138,94
6,408
9264,83
8265,59
2,837
16578,74
12337,79
2,851
12911,19
10344,59
3,062
12469,83
9770,72
1,860
10329,47
8619,01
2,186
7185,02
5531,61
1,205
84
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan)
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,17 jam
tAmax = 1,92 jam
tAmax = 0,17 jam
Gambar 4.13.A. Kurva Aktivitas Kumulatif 99Tcm dalam Berbagai Organ Pasien 13
85
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan) Tabel 4.14. A. Laju Cacah Hasil ROI dan Aktivitas Hasil Perhitungan
Pasien 14 disuntik 13,53 mCi Jantung waktu
Ginjal Kanan
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
0,01
4084,25
2031,39
2,222
0,02
6214,19
3197,03
3,435
0,03
8122,33
6027,81
0,04
9962,81
0,05
11623,00
(jam)
Ginjal Kiri
PA (cps)
A (mCi)
389,67
345,53
0,245
957,17
1074,14
0,677
5,386
1596,61
3288,89
1,527
5019,00
5,437
2201,00
2520,31
5957,75
6,391
2799,86
3696,06
366,12
0,08
AP (cps)
Kandung Kemih
PA (cps)
A (mCi)
465,08
355,56
0,272
1118,36
1059,25
0,726
1912,75
3056,31
1,611
1,568
2689,56
2341,33
1,670
2,139
3502,86
3534,19
2,339
540,62
0,295
533,78
524,14
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
0,350
909,18
354,76
0,353
2475,95
1581,99
1,215
2062,88
645,01
0,634
1186,27
450,71
0,355
0,20
1349,89
814,58
0,792
324,19
344,38
0,218
386,56
407,65
0,259
0,48
721,07
335,85
0,360
223,96
247,45
0,149
259,48
305,45
0,178
119,23
156,52
0,080
166,49
158,93
0,095
121,68
142,25
0,076
150,36
170,81
0,093
70,18
99,74
0,043
72,40
98,92
0,044
59,24
100,27
0,039
69,17
86,85
0,040
1,17 1,25
708,00
468,95
0,385
2,25
2,33
590,51
367,81
0,275
Total Tubuh
3,25
Permukaan Tulang
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
28171,68
20253,70
6,096
12438,55
8249,88
3,271
19883,06
15051,79
3,796
13695,13
10755,43
3,473
15462,61
11466,10
2,499
11254,92
8641,45
2,491
13089,32
9921,92
1,875
10659,45
8652,55
2,182
86
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan)
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,20 jam
tAmax = 1,25 jam
tAmax = 0,20 jam
Gambar 4.14.A. Kurva Aktivitas Kumulatif 99Tcm dalam Berbagai Organ Pasien 14
87
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan) Tabel 4.15. A. Laju Cacah Hasil ROI dan Aktivitas Hasil Perhitungan
Pasien 15 disuntik 14,22 mCi Jantung waktu (jam)
AP (cps)
Ginjal Kanan
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
Ginjal Kiri
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
Kandung Kemih
PA (cps)
A (mCi)
Total Tubuh
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
0,01
4175,44
1654,92
2,028
506,08
598,39
0,368
691,97
663,97
0,453
0,02
7003,06
2899,64
3,473
1289,08
1477,94
0,921
1545,11
1483,28
1,010
0,03
9528,67
6079,58
5,859
1969,89
4208,81
1,919
2349,08
4401,42
2,143
0,04
11885,08
5082,67
5,976
3140,97
3588,81
2,235
3310,19
3802,33
2,362
0,05
14117,83
6079,58
7,115
3966,67
4515,69
2,814
4222,28
4541,50
2,912
691,74
802,43
0,493
673,24
803,34
0,487
309,36
122,71
0,121
2329,73
1919,53
1,303
1456,49
1411,09
0,743
1111,99
386,73
0,283
0,08 0,17
1400,15
671,87
0,735
556,31
808,37
0,440
558,27
642,41
0,393
0,45
709,62
492,53
0,434
453,76
624,29
0,338
369,03
499,12
0,273
133,59
165,62
0,082
139,84
155,41
0,081
100,35
151,69
0,067
101,46
149,17
0,067
76,94
100,48
0,040
69,97
92,98
0,037
61,88
95,15
0,035
63,43
83,34
0,033
1,67 1,75
552,96
300,57
0,257
3,25
3,42
376,11
176,05
0,134
4,58
Permukaan Tulang
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
32293,71
22090,20
6,850
12641,21
7125,31
3,077
21358,20
13356,95
3,448
15915,11
10599,25
3,508
11953,91
8442,50
1,613
9888,32
7275,54
1,891
9014,25
7054,59
1,554
88
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan)
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,05 jam
tAmax = 0,17 jam
tAmax = 1,75 jam
tAmax = 0,17 jam
Gambar 4.15.A. Kurva Aktivitas Kumulatif 99Tcm dalam Berbagai Organ Pasien 15
89
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan) Tabel 4.16. A. Laju Cacah Hasil ROI dan Aktivitas Hasil Perhitungan
Pasien 16 disuntik 14,87 mCi Jantung waktu (jam)
AP (cps)
0,01 0,02
Ginjal Kanan PA A (cps) (mCi)
Ginjal Kiri PA (cps)
A (mCi)
344,89
472,17
0,270
0,533
768,78
1077,44
0,607
1720,03
0,835
1240,31
1712,92
0,971
2394,36
1,151
1656,67
2370,17
1,319
1588,08
3044,75
1,462
2175,64
3093,44
1,725
8,849
1932,17
3729,00
1,783
2664,67
3795,03
2,112
9,529
2103,56
4391,97
2,016
3148,33
4500,75
2,497
10,628
2600,69
5041,58
2,399
3626,08
5184,11
2,873
220,31
515,79
0,222
324,98
448,20
0,251
940,26
238,99
0,293
2212,41
632,51
0,728
2574,54
614,16
0,665
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
4262,53
2136,47
2,328
240,31
457,22
0,221
6427,94
3519,00
3,665
580,22
1101,22
0,03
9616,25
4767,06
5,212
912,89
0,04
11942,69
6023,31
6,521
1248,19
0,05
14143,47
7453,72
7,886
0,06
16232,53
8197,72
0,07
16996,36
9098,94
0,08
18918,44
10192,42
0,13
AP (cps)
Kandung Kemih AP PA A (cps) (cps) (mCi)
0,18
1341,97
754,53
0,761
278,88
580,74
0,263
387,83
494,24
0,287
0,47
669,15
448,22
0,401
166,49
357,01
0,155
259,48
374,66
0,198
81,44
160,10
0,064
105,94
151,03
0,071
94,34
157,50
0,068
120,39
171,27
0,080
49,44
80,72
0,029
59,50
66,34
0,029
47,42
86,16
0,029
65,39
67,61
0,031
35,07
515,79
0,054
27,70
448,20
0,045
394,13
122,46
0,083
33,47
44,15
0,015
29,61
53,91
0,016
383,98
111,23
0,077
1,50 1,58
660,53
413,60
0,336
388,36
80,39
0,094
3,15
3,25 4,47 4,58
220,18
61,27
0,053
1256,86
308,64
AP (cps)
Total Tubuh PA (cps)
A (mCi)
Permukaan Tulang AP PA A (cps) (cps) (mCi)
28120,50
21424,90
6,280
13062,88
7940,11
3,295
18938,89
14488,85
3,464
14743,26
11900,54
3,647
13089,32
9921,92
1,875
10659,45
8652,55
2,182
10340,91
7816,47
1,221
9014,25
7054,59
1,554
0,272
90
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan)
tAmax = 0,08 jam
tAmax = 0,08 jam
tAmax = 0,08 jam
tAmax = 0,18 jam
tAmax = 1.58 jam
tAmax = 0,18 jam
Gambar 4.16.A. Kurva Aktivitas Kumulatif 99Tcm dalam Berbagai Organ Pasien 16
91
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan) Tabel 4.17. A. Laju Cacah Hasil ROI dan Aktivitas Hasil Perhitungan Pasien 17 disuntik 13,99 mCi
waktu (jam)
AP (cps)
0,01
4408,58
0,02
Jantung PA (cps)
Ginjal Kanan PA A (cps) (mCi)
Ginjal Kiri PA (cps)
A (mCi)
614,50
669,00
0,428
0,805
1395,83
1443,89
0,947
2359,61
1,336
1985,44
2405,42
1,456
3292,28
1,827
2811,19
3238,31
2,008
2923,31
4208,94
2,332
3625,47
4255,56
2,612
9,658
4021,56
5314,17
3,070
4543,64
5218,92
3,234
11,033
4899,53
6312,72
3,689
5412,64
6317,58
3,879
5655,39
7255,42
4,244
6295,42
7473,83
4,545
664,49
758,20
0,468
657,07
876,34
0,501
809,08
219,08
0,261
442,70
474,35
0,298
579,70
626,21
0,391
3187,77
1179,50
1,184
26117,53
19228,43
5,678
7178,27
6126,45
2,129
14762,48
10888,08
2,485
11508,17
8786,19
2,629
10346,79
7777,22
1,441
8611,36
6653,75
1,687
8481,19
6318,41
0,970
7185,02
5531,61
1,205
7144,13
5358,01
0,722
6240,38
4830,20
0,948
A (mCi)
AP (cps)
2236,19
2,423
480,67
670,56
0,379
7477,81
3791,58
4,104
970,28
1498,56
0,03
10275,11
5250,03
5,654
1703,89
0,04
12919,72
6509,19
7,051
2287,06
0,05
15427,42
7953,39
8,507
0,06
17818,86
8895,28
0,07
20147,00
10289,64
0,08
22387,22
11453,17
12,256
0,12 0,25
1619,87
693,01
0,795
0,67
837,38
477,96
0,453
1,92 2,03
740,46
345,41
0,309
475,77
225,19
0,171
3,30
3,42 4,67 4,75
359,07
150,13
0,104
AP (cps)
Kandung Kemih AP PA A (cps) (cps) (mCi)
428,93
434,08
0,267
429,93
447,89
0,272
130,65
137,26
0,072
127,10
141,52
0,072
142,29
148,77
0,077
131,29
137,15
0,071
1323,85
385,42
0,355
83,84
105,07
0,043
86,14
103,96
0,043
1420,78
438,21
0,339
73,02
104,47
0,039
87,12
91,25
0,040
55,61
71,01
0,025
62,89
68,28
0,026
446,09
110,56
0,082
59,13
74,63
0,026
52,53
69,92
0,023
556,26
128,05
0,097
5,63
AP (cps)
Total Tubuh PA (cps)
A (mCi)
Permukaan Tulang AP PA A (cps) (cps) (mCi)
92
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan)
tAmax = 0,08 jam
tAmax = 0,08 jam
tAmax = 0,08 jam
tAmax = 0,25 jam
tAmax = 2,03 jam
tAmax = 0,25 jam
Gambar 4.17.A. Kurva Aktivitas Kumulatif 99Tcm dalam Berbagai Organ Pasien 17
93
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan) Tabel 4.18. A. Laju Cacah Hasil ROI dan Aktivitas Hasil Perhitungan Pasien 18 disuntik 11,92 mCi waktu (jam)
AP (cps)
0,01
3707,56
0,02 0,03
Jantung PA (cps)
Ginjal Kanan PA A (cps) (mCi)
Ginjal Kiri PA (cps)
A (mCi)
477,81
563,11
0,346
0,867
1052,94
1229,92
0,759
1,288
1683,61
2246,64
1,296
2667,19
1,761
2276,72
2532,64
1,598
3496,64
3530,03
2,336
2925,36
3660,78
2,176
4210,47
4512,44
2,895
3660,97
4691,42
2,752
9,794
5047,92
5133,22
3,377
4352,56
5542,08
3,258
10,843
5955,94
6209,28
4,029
4984,50
6612,28
3,804
495,81
601,79
0,360
429,12
567,12
0,325
390,79
0,253
335,51
397,33
0,239
A (mCi)
AP (cps)
1985,78
2,094
523,94
529,06
0,352
6417,56
3438,33
3,620
1255,75
1344,28
8906,19
4749,19
5,006
1900,81
1966,11
0,04
11248,69
6083,56
6,361
2622,86
0,05
13447,47
7208,64
7,562
0,06
15527,28
8301,33
8,710
0,07
17508,64
9331,33
0,08
19424,36
10332,83
0,12
AP (cps)
Kandung Kemih AP PA A (cps) (cps) (mCi)
1331,51
308,63
0,399
3392,83
1263,62
1,271
1802,43
323,42
0,401
0,20
1259,71
783,72
0,750
383,16
0,48
575,77
380,13
0,342
210,14
216,08
0,135
192,41
253,26
0,140
96,12
114,91
0,059
82,03
99,41
0,050
96,85
107,89
0,057
91,65
105,63
0,054
54,97
77,93
0,031
43,98
59,26
0,024
54,31
69,81
0,029
45,77
66,57
0,026
35,67
50,16
0,018
26,54
40,57
0,014
310,35
76,61
0,062
33,81
41,89
0,016
28,34
34,79
0,013
442,07
77,75
0,074
23,88
32,57
0,011
21,55
24,55
0,009
112,74
27,69
0,020
21,74
33,15
0,010
20,64
25,01
0,009
1,57 1,65
475,68
358,17
0,264
269,93
173,87
0,118
196,27
108,94
0,072
2,93 3,07 3,82
3,93 4,73 4,82
144,28
61,27
0,042
940,03
189,07
AP (cps)
Total Tubuh PA (cps)
A (mCi)
Permukaan Tulang AP PA A (cps) (cps) (mCi)
24682,11
18463,47
5,448
7443,10
6187,96
2,192
13666,57
10043,44
2,427
10498,25
8158,90
2,529
7525,51
7474,43
1,267
7985,32
6272,97
1,643
8181,67
5945,90
1,040
6729,11
5038,01
1,223
7277,89
5178,50
0,806
6023,35
4532,83
0,991
0,189
94
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan)
tAmax = 0,08 jam
tAmax = 0,08 jam
tAmax = 0,08 jam
tAmax = 0,20 jam
tAmax = 1,65 jam
tAmax = 0,20 jam
Gambar 4.18.A. Kurva Aktivitas Kumulatif 99Tcm dalam Berbagai Organ Pasien 18
95
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan) Tabel 4.19. A. Laju Cacah Hasil ROI dan Aktivitas Hasil Perhitungan Pasien 19 disuntik 15,72 mCi Jantung waktu
Ginjal Kanan
(jam)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
0,01
4620,64
2037,22
2,367
0,02
7962,81
3595,50
4,124
0,03
9851,47
5000,64
5,403
0,04
12348,64
6328,06
0,05
16336,47
7544,58
0,06
17651,97
0,07
0,08
PA (cps)
A (mCi)
725,47
683,22
0,470
1725,39
1924,81
1,216
3123,22
3138,53
2,086
6,797
4459,56
4790,22
8,527
5805,44
6008,50
8682,64
9,497
6954,03
20049,03
9844,69
10,765
21882,25
11216,17
11,991
0,12
AP (cps)
Ginjal Kiri AP (cps)
Kandung Kemih
PA (cps)
A (mCi)
592,67
683,92
0,425
1288,33
1823,25
1,023
2582,17
3041,72
1,868
3,077
3284,14
4039,00
2,424
3,927
4257,50
5067,03
3,088
7234,53
4,711
5133,69
5943,42
3,668
8261,83
8768,97
5,646
6285,31
7051,61
4,416
9381,75
9942,00
6,399
6784,89
7959,25
4,869
658,99
695,91
0,447
412,14
483,28
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
0,294
1468,28
542,14
0,553
3404,52
1427,29
1,354
1789,56
611,85
0,575
427,90
196,26
0,142
0,20
1580,87
1085,74
0,989
635,98
544,12
0,384
400,71
462,16
0,281
0,50
1014,82
508,43
0,524
435,03
349,52
0,246
290,60
325,75
0,194
217,03
234,74
0,132
124,29
178,29
0,087
1,17 1,25
857,51
578,58
0,471
2,17 2,28
671,35
342,93
0,285
3,83
3,92
512,46
244,78
0,174
Total Tubuh
218,44
223,19
0,128
129,45
192,45
0,091
122,37
129,30
0,066
82,61
107,28
0,049
116,83
129,03
0,063
78,94
108,15
0,047
77,78
82,38
0,034
53,83
69,27
0,026
378,82
160,79
0,100
69,17
92,55
0,034
50,45
77,00
0,027
394,63
188,12
0,109
Permukaan Tulang
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
AP (cps)
PA (cps)
A (mCi)
33398,63
24263,23
7,265
16885,43
12253,96
4,645
24785,46
18175,73
4,657
20229,45
15367,97
5,045
19093,23
14176,71
3,111
16362,75
12613,40
3,649
14504,13
10797,53
1,870
13111,05
9983,65
2,408
96
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan)
tAmax = 0,08 jam
tAmax = 0,08 jam
tAmax = 0,08 jam
tAmax = 0,20 jam
tAmax = 1,25 jam
tAmax = 0,20 jam
Gambar 4.19.A. Kurva Aktivitas Kumulatif 99Tcm dalam Berbagai Organ Pasien 19
97
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan) Tabel 4.20. A. Laju Cacah Hasil ROI dan Aktivitas Hasil Perhitungan
Pasien 20 disuntik 16,99 mCi Jantung PA (cps)
Ginjal Kiri PA (cps)
A (mCi)
748,58
711,94
0,488
1,217
1742,25
1713,11
1,153
2408,19
2,049
2740,89
2760,03
1,833
3422,78
2,828
3768,31
3872,00
2,543
6911,11
4477,14
3,698
4819,11
5018,42
3,270
10,695
8235,67
5450,11
4,449
5918,75
6232,97
4,034
12,068
9717,50
6574,83
5,302
7045,50
7413,92
4,794
13,405
11405,03
7646,53
6,188
8155,44
8700,69
5,581
819,84
629,82
0,474
579,56
874,27
0,470
1515,91
629,82
0,606
587,75
560,73
0,375
610,56
663,78
0,416
3441,85
2021,80
1,620
2043,99
926,14
0,756
A (mCi)
AP (cps)
0,01
7340,72
1691,28
2,719
723,86
502,22
0,403
0,02
11903,06
2948,00
4,565
2308,83
1440,03
0,03
16260,53
4079,03
6,269
3926,94
0,04
20393,89
5141,47
7,874
5273,58
0,05
23725,44
6103,19
9,242
0,06
27506,53
7065,94
0,07
30995,06
8001,92
0,08
34222,08
8963,25
0,12 0,20
1864,56
907,59
0,982
0,50
993,51
350,48
0,430
1,17 1,25
972,81
370,71
0,402
748,19
227,66
0,246
2,17
2,25 3,25 3,33
571,63
152,12
0,155
AP (cps)
Ginjal Kanan PA A (cps) (mCi)
waktu (jam)
AP (cps)
Kandung Kemih AP PA A (cps) (cps) (mCi)
475,51
310,17
0,242
447,63
398,62
0,267
270,59
195,22
0,134
193,11
271,06
0,134
247,29
214,81
0,133
226,65
273,14
0,144
161,64
124,87
0,074
116,79
160,48
0,071
151,17
133,52
0,073
126,73
173,33
0,076
110,24
82,32
0,044
76,64
117,52
0,044
296,76
109,25
0,078
109,49
82,83
0,043
71,37
126,59
0,043
350,89
123,65
0,089
1056,26
456,84
AP (cps)
Total Tubuh PA (cps)
A (mCi)
Permukaan Tulang AP PA A (cps) (cps) (mCi)
40835,93
29362,33
8,838
18769,29
10349,80
4,501
28115,19
20740,61
5,298
22396,13
17206,65
5,617
21826,93
16624,54
3,619
17472,31
13610,45
3,932
17090,27
12927,85
2,416
14662,70
11558,10
2,930
0,340
98
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan)
tAmax = 0,08 jam
tAmax = 0,08 jam
tAmax = 0,08 jam
tAmax = 0,20 jam
tAmax = 1,25 jam
tAmax = 0,20 jam
Gambar 4.20.A. Kurva Aktivitas Kumulatif 99Tcm dalam Berbagai Organ Pasien 20
99
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
100
Lampiran 5 : Aktivitas Kumulatif pada Organ
Tabel 5.1.A. Hasil Perhitungan Aktivitas Kumulatif
No. pasien
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Aktivitas Kumulatif (Ã)
A (mCi)
16,109 15,817 12,953 12,745 12,265 14,732 14,671 13,464 13,803 12,384 11,663 13,829 12,844 13,532 14,215 14,871 13,410 11,922 15,720 16,992
rentang rata-rata±st.dev
(mCi-jam) Total Tubuh
Permukaan Tulang
Kandung Kemih
Jantung
Ginjal
12,22 13,05 10,98 10,54 9,01 13,21 11,66 11,42 11,16 9,22 9,28 10,93 10,47 10,57 11,82 13,03 12,02 9,96 14,24 15,02
7,33 8,04 5,89 6,14 6,25 8,25 8,16 7,40 5,06 4,20 5,97 5,81 5,72 5,41 6,50 7,28 5,83 5,13 9,40 8,46
1,43 2,63 1,89 2,18 1,33 1,37 1,12 1,48 2,28 1,29 1,10 0,63 2,33 1,40 2,19 1,67 1,96 1,62 1,42 1,79
2,36 2,08 2,29 1,66 1,48 2,07 2,11 2,12 2,25 1,59 1,27 1,99 2,04 1,45 1,71 1,88 2,58 1,81 2,40 2,04
0,94 1,42 1,41 0,89 0,62 1,70 0,78 0,93 1,23 0,84 0,90 0,95 1,15 0,74 1,29 1,00 1,57 0,93 1,19 1,37
9,01-15,02 11,49±1,63
4,20-9,40 6,61±1,36
0,63-2,63 1,66±0,50
1,27-2,58 1,96±0,35
0,62-1,70 1,09±0,29
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
101
Lampiran 6 : Aktivitas Kumulatif dan Waktu Tinggal 99Tcm dalam Organ
Tabel 6.1.A. Hasil Perhitungan Radionuklida Berada di Permukaan Tulang No.
A0
Ã
τ
Pasien
(mCi)
(mCi-jam)
(jam)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
4,37 4,23 2,49 2,27 3,26 4,33 4,10 3,52 2,61 5,56 3,31 4,12 3,06 3,47 3,51 4,65 2,63 2,53 5,05 3,93
7,33 8,04 5,89 6,14 6,25 8,25 8,16 7,40 5,06 4,20 5,97 5,81 5,72 5,41 6,50 7,28 5,83 5,13 9,40 8,46
1,68 1,90 2,37 2,71 1,92 1,91 1,99 2,11 1,94 0,75 1,81 1,41 1,87 1,56 1,85 1,57 2,22 2,03 1,86 2,15
4,20 - 9,40
1,88 ± 0,39
Gambar 6.1.A. Sebaran Aktivitas Kumulatif dalam Permukaan Tulang
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
102
(Lanjutan) Tabel 6.2.A. Hasil Perhitungan Radionukldia Berada di Dalam Kandung Kemih
No.
A0
Ã
τ
Pasien
(mCi)
(mCi-jam)
(jam)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
0,96 1,69 1,20 1,08 1,51 0,75 0,94 1,51 1,77 0,97 0,97 0,74 2,22 1,22 1,30 0,73 1,18 1,27 1,35 1,62
1,43 2,63 1,89 2,18 1,33 1,37 1,12 1,48 2,28 1,29 1,10 0,63 2,33 1,40 2,19 1,67 1,96 1,62 1,42 1,79
1,49 1,56 1,57 2,02 0,88 1,84 1,19 0,98 1,29 1,33 1,14 0,85 1,05 1,15 1,68 2,29 1,66 1,27 1,05 1,10
0,63 - 2,63
1,37 ± 0,39
Gambar 6.2.A. Sebaran Aktivitas Kumulatif dalam Kandung Kemih
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
103
(Lanjutan)
Tabel 6.3.A. Hasil Perhitungan Radionuklida Berada di Dalam Ginjal No.
A0
Ã
τ
Pasien
(mCi)
(mCi-jam)
(jam)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
3,86 5,68 4,75 3,14 3,53 11,16 3,29 5,54 6,44 3,68 5,33 3,95 4,82 4,48 5,73 5,27 8,79 7,83 11,27 11,77
0,94 1,42 1,41 0,89 0,62 1,70 0,78 0,93 1,23 0,84 0,90 0,95 1,15 0,74 1,29 1,00 1,57 0,93 1,19 1,37
0,24 0,25 0,30 0,28 0,18 0,15 0,24 0,17 0,19 0,23 0,17 0,24 0,24 0,17 0,23 0,19 0,18 0,12 0,11 0,12
0,62 - 1,70
0,20 ± 0,05
Gambar 6.3.A. Sebaran Aktivitas Kumulatif dalam Ginjal
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
104
(Lanjutan)
Tabel 6.4.A. Hasil Perhitungan Radionuklida Berada di Dalam Jantung No.
A0
Ã
τ
Pasien
(mCi)
(mCi-jam)
(jam)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
10,32 8,51 9,98 6,07 6,57 7,69 8,26 9,11 8,86 7,41 5,25 6,02 10,91 6,39 7,12 10,63 12,26 10,84 11,99 13,41
2,36 2,08 2,29 1,66 1,48 2,07 2,11 2,12 2,25 1,59 1,27 1,99 2,04 1,45 1,71 1,88 2,58 1,81 2,40 2,04
0,23 0,24 0,23 0,27 0,23 0,27 0,26 0,23 0,25 0,21 0,24 0,33 0,19 0,23 0,24 0,18 0,21 0,17 0,20 0,15
1,27 - 2,58
0,23 ± 0,04
Gambar 6.4.A. Sebaran Aktivitas Kumulatif dalam Kandung Kemih
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
105
(Lanjutan)
Tabel 6.5.A. Hasil Perhitungan Radionuklida Berada di Dalam Total Tubuh No.
A0
Ã
τ
Pasien
(mCi)
(mCi-jam)
(jam)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
8,13 6,77 5,88 5,16 5,99 7,37 6,99 6,43 5,87 2,18 5,94 7,05 6,41 6,10 6,85 6,28 5,68 5,45 7,27 8,84
12,22 13,05 10,98 10,54 9,01 13,21 11,66 11,42 11,16 9,22 9,28 10,93 10,47 10,57 11,82 13,03 12,02 9,96 14,24 15,02
1,50 1,93 1,87 2,04 1,50 1,79 1,67 1,78 1,90 4,23 1,56 1,55 1,63 1,73 1,73 2,08 2,12 1,83 1,96 1,70
9,01- 15,02
1,90 ± 0,58
Gambar 6.5.A. Sebaran Aktivitas Kumulatif dalam Total Tubuh
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
106
Lampiran 7 : Perhitungan Nilai S
Tabel 7.1.A.. Nilai S untuk Organ Sumber dan Organ Target dari MIRD no. 11
S (rad/µCi-jam) Organ Sumber Organ Target
Rangka
cortical bone
trabecular bone
Kandung Kemih
Ginjal
Total Tubuh
Jantung
Tulang
1,20E-05
1,00E-05
9,20E-07
1,40E-06
2,50E-06
1,60E-06*
Sumsum tulang
4,10E-06
9,10E-06
2,20E-06
3,80E-06
2,90E-06
2,28E-06*
Dinding kandung kemih
5,10E-07
5,10E-07
1,60E-04
2,80E-07
2,30E-06
5,86E-08*
Ginjal
8,20E-07
8,20E-07
2,60E-07
1,90E-04
2,20E-06
1,07E-06*
Total tubuh
2,00E-06
2,00E-06
1,90E-06
2,20E-06
2,00E-06
7,57E-07*
Dinding jantung L
7,65E-07
**
1,45E-06
**
2,96E-08
**
Dinding jantung P 9,40E-07** 1,51E-06** 5,62E-08** Nilai S dari extrapolasi energi, ditunjukkan pada Tabel 7.2.A dalam Lampiran 7. ** Nilai S dari referensi nomor 30
1,09E-06
**
**
7,22E-05**
2,72E-06**
9,58E-05**
2,20E-06
1,32E-06**
*
Tabel 7.2.A. Nilai Φ dari Extrapolasi Energi (MIRD no. 13)
fraksi serapan jenis Φ (1/gram)
S (rad/µCi-jam) = Φ (1/gram)*∆i (gram-rad/µCi-jam)
energi foton (MeV)
∆i total = 0,3029[29]
organ target 0,1
0,2
0,14 (extrapolasi)
Tulang (total)
6,26E-06
3,83E-06
5,29E-06
1,60E-06
Sumsum tulang
8,91E-06
5,43E-06
7,52E-06
2,28E-06
Dinding kandung kemih
1,52E-07
2,56E-07
1,94E-07
5,86E-08
Ginjal
3,70E-06
3,26E-06
3,52E-06
1,07E-06
Total tubuh
6,93E-08
6,14E-06
2,50E-06
7,57E-07
Dinding jantung
1,39E-04
1,32E-04
1,36E-04
4,13E-05
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
107
Lampiran 8 : Hasil Perhitungan Dosis Internal Organ
Tabel 8.1.A. Dosis Serap dan Dosis Efektif Ekivalen Permukaan Tulang No.
A
Dosis Serap
Dosis Serap
Dosis Efektif Ekivalen
Pasien
(MBq)
(mGy)
(µGy/MBq)
(mSv)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
596 585 479 472 454 545 543 498 511 458 432 512 475 501 526 550 518 441 582 629
1,176 1,288 0,997 0,998 0,957 1,307 1,244 1,160 0,910 0,741 0,932 0,963 0,961 0,906 1,076 1,186 1,024 0,871 1,458 1,375
1,972 2,200 2,080 2,116 2,110 2,398 2,291 2,329 1,781 1,618 2,160 1,882 2,023 1,810 2,046 2,156 1,978 1,974 2,508 2,187
0,012 0,013 0,010 0,010 0,010 0,013 0,012 0,012 0,009 0,007 0,009 0,010 0,010 0,009 0,011 0,012 0,010 0,009 0,015 0,014
432 - 629
0,741 - 1,458
2,081 ± 0,216
0,007 - 0,015
Gambar 8.1.A. Sebaran Dosis Serap Permukaan Tulang
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
108
(Lanjutan)
Tabel 8.2.A. Dosis Serap dan Dosis Efektif Ekivalen Sumsum Tulang No.
A
Dosis Serap
Dosis Serap
Dosis Efektif Ekivalen
Pasien
(MBq)
mGy)
(µGy/MBq)
(mSv)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
596 585 479 472 454 545 543 498 511 458 432 512 475 501 526 550 518 441 582 629
0,959 1,068 0,855 0,831 0,760 1,069 0,979 0,936 0,806 0,641 0,751 0,796 0,823 0,756 0,908 0,976 0,896 0,740 1,165 1,132
1,609 1,825 1,784 1,761 1,676 1,962 1,804 1,879 1,578 1,399 1,740 1,555 1,731 1,509 1,727 1,774 1,730 1,677 2,002 1,801
0,115 0,128 0,103 0,100 0,091 0,128 0,117 0,112 0,097 0,077 0,090 0,095 0,099 0,091 0,109 0,117 0,107 0,089 0,140 0,136
432 - 629
0,641 - 1,165
1,726 ± 0,146
0,077 - 0,140
Gambar 8.2.A. Sebaran Dosis Serap Sumsum Tulang
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
109
(Lanjutan)
Tabel 8.3.A. Dosis Serap dan Dosis Efektif Ekivalen Kandung Kemih No.
A
Dosis Serap
Dosis Serap
Dosis Efektif Ekivalen
Pasien
(MBq)
mGy)
(µGy/MBq)
(mSv)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
596 585 479 472 454 545 543 498 511 458 432 512 475 501 526 550 518 441 582 629
2,615 4,559 3,313 3,771 2,369 2,544 2,105 2,679 3,943 2,296 2,009 1,286 4,003 2,511 3,806 3,010 3,455 2,844 2,645 3,256
4,387 7,789 6,912 7,997 5,221 4,668 3,879 5,378 7,720 5,010 4,655 2,513 8,424 5,015 7,237 5,470 6,675 6,448 4,548 5,180
0,105 0,182 0,133 0,151 0,095 0,102 0,084 0,107 0,158 0,092 0,080 0,051 0,160 0,100 0,152 0,120 0,138 0,114 0,106 0,130
432 - 629
1,286 - 4,559
5,756 ± 1,568
0,051 - 0,182
Gambar 8.3.A. Sebaran Dosis Serap Dinding Kandung Kemih
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
110
(Lanjutan)
Tabel 8.4.A. Dosis Serap dan Dosis Efektif Ekivalen Ginjal No.
A
Dosis Serap
Dosis Serap
Dosis Efektif Ekivalen
Pasien
(MBq)
mGy)
(µGy/MBq)
(mSv)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
596 585 479 472 454 545 543 498 511 458 432 512 475 501 526 550 518 441 582 629
2,147 3,082 3,005 1,998 1,450 3,617 1,836 2,110 2,662 1,862 1,988 2,108 2,488 1,701 2,794 2,263 3,331 2,046 2,676 3,038
3,602 5,267 6,270 4,237 3,196 6,635 3,383 4,236 5,212 4,064 4,607 4,119 5,236 3,398 5,312 4,113 6,436 4,638 4,601 4,832
0,258 0,370 0,361 0,240 0,174 0,434 0,220 0,253 0,319 0,223 0,239 0,253 0,299 0,204 0,335 0,272 0,400 0,246 0,321 0,365
432 - 629
1,450 - 3,617
4,670 ± 0,997
0,174 - 0,434
Gambar 8.4.A. Sebaran Dosis Serap Ginjal
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
111
(Lanjutan)
Tabel 8.5.A. Dosis Serap dan Dosis Efektif Ekivalen Dinding Jantung No.
A
Dosis Serap
Dosis Serap
Dosis Efektif Ekivalen
Pasien
(MBq)
(mGy)
(µGy/MBq)
(mSv)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
596 585 479 472 454 545 543 498 511 458 432 512 475 501 526 550 518 441 582 629
2,067 1,896 2,582 1,961 1,751 1,894 2,453 2,444 1,942 1,835 1,196 2,292 2,324 1,348 2,060 2,262 2,893 2,082 2,161 1,916
3,468 3,240 5,388 4,159 3,857 3,474 4,520 4,906 3,803 4,005 2,770 4,480 4,891 2,692 3,917 4,111 5,590 4,719 3,715 3,048
0,248 0,228 0,310 0,235 0,210 0,227 0,294 0,293 0,233 0,220 0,143 0,275 0,279 0,162 0,247 0,271 0,347 0,250 0,259 0,230
432 - 629
1,196 - 2,893
4,038 ± 0,811
0,143 - 0,347
Gambar 8.5.A. Sebaran Dosis Serap Dinding Jantung
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
112
(Lanjutan)
Tabel 8.6.A. Dosis Serap dan Dosis Efektif Ekivalen Total Tubuh No.
A
Dosis Serap
Dosis Serap
Dosis Efektif Ekivalen
Pasien
(MBq)
mGy)
(µGy/MBq)
(mSv)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
596 585 479 472 454 545 543 498 511 458 432 512 475 501 526 550 518 441 582 629
0,457 0,519 0,422 0,407 0,355 0,508 0,451 0,441 0,412 0,323 0,355 0,383 0,409 0,373 0,449 0,474 0,449 0,367 0,544 0,549
0,766 0,887 0,880 0,863 0,783 0,932 0,830 0,886 0,807 0,706 0,824 0,748 0,860 0,746 0,854 0,862 0,867 0,831 0,935 0,874
0,457 0,519 0,422 0,407 0,355 0,508 0,451 0,441 0,412 0,323 0,355 0,383 0,409 0,373 0,449 0,474 0,449 0,367 0,544 0,549
432 - 629
0,323 - 0,549
0,837 ± 0,062
0,323 - 0,549
Gambar 8.6.A. Sebaran Dosis Serap Total Tubuh
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
113
Lampiran 9 : Hasil Perhitungan Dosis Permukaan
Tabel 9.1.A. Rentang Dosis Permukaan di Setiap Titik Pengukuran dalam satuan mGy/jam pada beberapa waktu setelah penyuntikan No. Pasien
Titik Pengukuran
A (MBq)
a
b
c
0 jam
1 jam
2 jam
0 jam
1 jam
2 jam
0 jam
1 jam
2 jam
1
518
3,83
4,14
2,89
3,76
4,56
1,97
3,23
4,78
1,97
2
596
3,69
3,07
3,05
4,31
4,40
3,67
4,33
4,62
2,99
3
479
1,17
2,38
3,07
1,67
1,81
3,41
2,21
3,17
2,94
4
472
2,46
4,32
3,37
1,65
2,62
2,46
1,47
3,16
2,60
5
454
1,48
1,92
1,38
1,68
2,16
1,80
1,84
2,37
1,99
6
545
1,37
3,33
3,27
2,00
3,80
2,43
2,60
3,78
2,89
7
543
2,79
3,59
1,13
2,47
3,46
1,35
2,99
3,73
2,06
8
485
1,75
4,21
4,07
1,79
3,26
2,68
1,34
2,86
2,61
9
501
1,56
4,34
3,37
1,40
4,41
2,42
1,28
4,80
2,68
10
506
1,57
2,32
2,29
1,33
2,03
1,93
1,62
2,53
2,23
11
582
1,94
4,51
1,20
2,18
1,75
1,50
2,18
2,49
1,66
12
460
1,56
2,20
2,11
2,12
2,22
2,48
1,64
1,73
1,95
13
526
2,33
1,42
1,86
1,97
2,02
1,73
1,73
1,87
1,69
14
629
1,54
1,58
1,28
1,62
1,74
1,00
1,67
1,82
1,03
15
463
1,40
1,75
1,17
2,22
2,56
1,28
1,35
2,04
1,26
16
446
1,97
2,26
1,46
1,97
2,59
1,63
2,08
2,66
1,37
17
550
0,94
1,43
1,17
1,41
2,41
0,63
1,07
2,07
0,73
18
459
1,07
1,46
1,29
0,95
1,34
1,56
1,16
1,53
1,51
19
447
1,01
1,94
1,61
0,95
1,01
1,43
1,12
1,63
1,33
20
456
1,44
1,83
1,62
1,52
1,95
1,36
0,97
2,05
1,45
446 629
0,94 3,83
1,42 4,51
1,13 4,07
0,95 4,31
1,01 4,56
0,63 3,67
0,97 4,33
1,53 4,80
0,73 2,99
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
114
(Lanjutan)
Tabel 9.2.A. Dosis Permukaan di setiap Titik Pengukuran dalam µGy/jam per 1 MBq pada beberapa waktu setelah penyuntikan No. Pasien
Titik Pengukuran
A (MBq)
a
b
c
0 jam
1 jam
2 jam
0 jam
1 jam
2 jam
0 jam
1 jam
2 jam
7,39
7,99
5,58
7,26
8,80
3,80
6,24
9,23
3,80
1
518
2
596
6,19
5,15
5,12
7,23
7,38
6,16
7,26
7,75
5,02
3
479
2,44
4,97
6,41
3,48
3,78
7,12
4,61
6,61
6,13
4
472
5,22
9,16
7,15
3,50
5,56
5,22
3,12
6,70
5,51
5
454
3,26
4,23
3,04
3,70
4,76
3,97
4,05
5,22
4,39
6
545
2,51
6,11
6,00
3,67
6,97
4,46
4,77
6,93
5,30
7
543
5,14
6,61
2,08
4,55
6,37
2,49
5,51
6,87
3,79
8
485
3,61
8,68
8,39
3,69
6,72
5,52
2,76
5,90
5,38
9
501
3,12
8,67
6,73
2,80
8,81
4,83
2,56
9,59
5,35
10
506
3,10
4,59
4,53
2,63
4,01
3,82
3,20
5,00
4,41
11
582
3,34
7,75
2,06
3,75
3,01
2,58
3,75
4,28
2,85
12
460
3,39
4,78
4,58
4,61
4,82
5,39
3,56
3,76
4,24
13
526
4,43
2,70
3,54
3,75
3,84
3,29
3,29
3,56
3,21
14
629
2,45
2,51
2,04
2,58
2,77
1,59
2,66
2,89
1,64
15
463
3,02
3,78
2,53
4,79
5,53
2,76
2,92
4,41
2,72
16
446
4,42
5,07
3,27
4,42
5,81
3,65
4,66
5,96
3,07
17
550
1,71
2,60
2,13
2,57
4,38
1,15
1,95
3,77
1,33
18
459
2,33
3,18
2,81
2,07
2,92
3,40
2,53
3,33
3,29
19
447
2,26
4,34
3,60
2,12
2,26
3,20
2,50
3,64
2,97
20
456
3,16
4,02
3,56
3,34
4,28
2,99
2,13
4,50
3,18
446 - 629
3,62 ±1,44
5,34 ±2,13
4,26 ±1,92
3,82 ±1,41
5,14 ±1,92
3,87 ±1,51
3,70 ±1,42
5,50 ±1,94
3,88 ±1,31
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
115
Lampiran 10: Waktu Terjadinya Aktivitas Maksimum Pada Setiap Organ
Tabel. 10.1.A. Waktu Pada Saat Terjadi Aktivitas Maksimum dalam Organ No. pasien
Waktu pada saat terjadi aktivitas maksimum (jam)
A (mCi)
Jantung
Ginjal
Kandung Kemih
Total Tubuh
Permukaan Tulang
1
16,11
0,05
0,05
0,17
0,17
1,25
2
15,82
0,05
0,05
0,17
0,17
1,42
3 4
12,95 12,75
0,05 0,05
0,05 0,05
0,17 0,17
0,17 0,17
1,67 1,67
5
12,27
0,05
0,05
0,17
0,17
1,58
6 7
14,73 14,67
0,05 0,05
0,05 0,05
0,20 0,17
0,20 0,17
1,67 1,50
8
13,46
0,05
0,05
0,17
0,17
1,33
9 10
13,80 12,38
0,05 0,05
0,05 0,05
0,25 0,17
0,25 0,17
2,42 2,00
11
11,66
0,05
0,05
0,17
0,17
1,08
12 13
13,83 12,84
0,05 0,05
0,05 0,05
0,17 0,17
0,17 0,17
1,38 1,92
14
13,53
0,05
0,05
0,20
0,20
1,25
15 16
14,22 14,87
0,05 0,08
0,05 0,08
0,17 0,18
0,17 0,18
1,75 1,58
17
13,99
0,08
0,08
0,25
0,25
2,03
18 19 20
11,92 15,72 16,99
0,08 0,08 0,08
0,08 0,08 0,08
0,20 0,20 0,20
0,20 0,20 0,20
1,65 1,25 1,25
Rentang
0,05 - 0,08
0,05 - 0,08
0,17 - 0,25
0,17 - 0,25
1,08 - 2,42
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan) Tabel 10.2.A. Resume Aktivitas 99Tcm dalam Organ Jantung Pada 20 Pasien
waktu (menit)
Aktivitas (mci)
A rata-rata
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
(mCi)
0,6 1,2
3,27 5,18
2,33 4,06
2,45 4,23
1,28 2,48
1,65 3,10
2,90 4,54
2,28 3,93
2,62 4,53
2,42 4,22
2,30 3,29
1,64 2,82
1,56 2,74
2,58 4,49
2,22 3,44
2,03 3,47
2,33 3,67
2,42 4,10
2,09 3,62
2,37 4,12
2,72 4,57
2,27 3,83
1,8
8,35
6,18
6,61
4,36
5,75
5,94
6,30
6,70
6,72
5,30
4,28
4,73
8,84
5,39
5,86
5,21
5,65
5,01
5,40
6,27
5,94
2,4 3
8,91 10,32
7,35 8,51
7,52 9,98
5,04 6,07
5,95 6,57
6,13 7,69
7,05 8,26
7,59 9,11
7,74 8,86
5,91 7,41
4,62 5,25
5,04 6,02
8,79 10,91
5,44 6,39
5,98 7,12
6,52 7,89
7,05 8,51
6,36 7,56
6,80 8,53
7,87 9,24
6,68 8,01
3,6
8,85
9,66
8,71
9,50
10,70
9,48
4,2 4,8
9,53 10,63
11,03 12,26
9,79 10,84
10,77 11,99
12,07 13,41
10,64 11,82
12
0,76
30 90
0,46
150
0,28
180 210 270
0,56 0,31
0,51
0,62
0,68
0,84
0,88
1,11
0,75
0,64
0,63
0,38 0,30
0,39 0,39
0,53 0,46
0,54 0,53
0,44
0,42
0,23
0,26 0,23
0,30 0,29
0,30
0,31
0,26
0,20
0,18
0,12
0,21 0,16
0,19 0,07
0,86
1,00
0,79
0,74
0,76
0,80
0,75
0,99
0,98
0,78
0,36 0,39
0,43 0,26
0,40 0,34
0,45
0,34
0,55 0,25
0,34 0,26
0,54 0,47
0,43 0,40
0,42 0,35
0,31
0,12
0,29
0,25
0,25
0,13
0,09 0,05
0,17 0,10
0,07 0,04
0,17
0,16
0,14 0,07 0,07
0,21 0,12
0,28 0,14
0,09
116
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan) Tabel 10.3.A. Resume Aktivitas 99Tcm dalam Organ Ginjal Pada 20 Pasien
waktu (menit)
Aktivitas (mci)
A rata-rata
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
(mCi)
0,6
0,29
0,50
0,28
0,16
0,22
1,01
0,24
0,42
0,25
0,25
0,33
0,28
0,33
0,26
0,41
0,25
0,40
0,35
0,45
0,45
0,36
1,2
0,66
1,07
0,78
0,43
0,58
2,22
0,56
0,99
0,83
0,49
0,86
0,65
0,75
0,70
0,97
0,57
0,88
0,81
1,12
1,18
0,86
1,8 2,4
1,40 1,49
1,78 2,22
1,68 2,05
1,10 1,30
1,35 1,36
3,64 4,56
1,18 1,42
1,98 2,32
1,82 2,24
1,26 1,41
1,98 2,11
1,41 1,45
1,71 1,77
1,57 1,62
2,03 2,30
0,90 1,23
1,40 1,92
1,29 1,68
1,98 2,75
1,94 2,69
1,67 1,99
3
1,93
2,84
2,37
1,57
1,76
5,58
1,65
2,77
2,72
1,84
2,67
1,97
2,41
2,24
2,86
1,59
2,47
2,26
3,51
3,48
2,52
1,95 2,26
3,15 3,78
2,82 3,32
4,19 5,03
4,24 5,05
3,27 3,89
0,49
2,64
4,39
3,92
5,63
5,88
1,42
0,48 0,34
0,34 0,25
0,37 0,33
0,47 0,40
0,38 0,32
3,6 4,2 4,8
0,35
0,44
7,8 10,2
0,28
0,31
60
0,12
0,12
90 120
0,10
0,11
150
0,06
180 210
0,05
0,49 0,44 0,08 0,08
0,29
0,31
0,40
0,31
0,32
0,39
0,31
0,47
0,32
0,31
0,23
0,59
0,24
0,34
0,27
0,23
0,24
0,32
0,36
0,24
0,42
0,22
0,14
0,29
0,17
0,19
0,20
0,13
0,15
0,10
0,26
0,16
0,31
0,18
0,27
0,14
0,22
0,25
0,19
0,05 0,05
0,04 0,04
0,09 0,09
0,07 0,07
0,10 0,10
0,06 0,05
0,10 0,10
0,08
0,07 0,07
0,09 0,08
0,08 0,07
0,07 0,07
0,07 0,07
0,05 0,06
0,11 0,11
0,13 0,14
0,08 0,08
0,03
0,04
0,05
0,07
0,04
0,06
0,06
0,07
0,05
0,03
0,03
0,04
0,04
0,03
0,03
0,03 0,03
0,06
0,03
0,07 0,04
0,07 0,04
0,04 0,04
0,03
0,03
0,03
0,02
0,03
0,04
0,03
0,01 0,01
0,03
0,06 0,05 0,02 0,02
0,85
0,24 0,28
240 270 300
0,24
0,04 0,04 0,03
0,04
0,01 0,01
0,04
0,03 0,03
0,03 0,05 0,02
0,03 0,02
0,01
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
0,02 0,02 0,01
117
330
0,04 0,04
(Lanjutan) Tabel 10.4.A. Resume Aktivitas 99Tcm dalam Organ Kandung Kemih Pada 20 Pasien
waktu (menit)
Aktivitas (mci)
A rata-rata
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
4,8
0,17
0,11
0,11
0,05
0,21
0,01
0,11
0,30
1,22
0,14
0,23
0,12
0,07
0,35
0,12
0,29
0,26
0,40
0,55
0,61
0,27
10,2 60
0,96 0,68
1,69 1,06
1,20
1,08
1,51
0,74 0,38
0,94
1,51 0,80
1,77
0,97
0,97 0,59
0,74 0,18
2,22
1,22 0,63
1,30
0,73 0,66
1,18
1,27
1,35 0,57
1,62 0,76
1,25 0,63
0,68
0,49
0,55
0,36
0,40
0,23
0,56
0,14
0,34
0,33 0,20
120 150 180
0,43
0,24
210 240 270 300
0,36
0,33
0,72 0,11
0,17
0,74 0,35
0,16 0,24
0,05
0,32 0,07
0,08
0,07
0,20
0,28
0,34
0,19
0,08 0,10
0,06 0,07 0,02
0,27 0,08 0,08
(mCi)
0,51
0,10
0,08
0,17
0,11
0,09
0,09 0,10 0,06
118
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan) Tabel 10.5.A. Resume Aktivitas 99Tcm dalam Permukaan Tulang Pada 20 Pasien
waktu (menit)
Aktivitas (mci)
A rata-rata
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
10,2
3,89
3,61
2,06
2,27
2,83
3,93
3,96
3,03
2,37
2,00
2,35
3,93
2,84
3,27
3,08
3,30
2,13
2,19
4,65
4,50
3,11
90 120
4,37 3,21
4,23
4,10
3,51
3,31
4,11
2,53
5,05 3,65
5,62 3,93
4,03 3,20
2,93
2,74 2,41
2,93
2,44 1,98
2,49 2,49
3,26
4,33
2,18
150 180 210
2,72
2,18 1,45
1,22 0,96 0,95
1,06 0,95
1,59 1,21
0,99
2,83
2,40
2,67
240 270 300
3,06
2,61 2,47
1,55
1,21
1,21 0,95
3,47 3,51
3,65
2,63
2,49
2,64
2,19
1,55
2,18 2,18
1,89
1,64 1,69
1,22
1,22 1,21
(mCi)
1,55
0,99
1,55
1,21 0,95
0,99
2,41
1,53 1,27 0,97
119
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
(Lanjutan) Tabel 10.6.A. Resume Aktivitas 99Tcm dalam Total Tubuh Pada 20 Pasien
waktu (menit)
Aktivitas (mci)
A rata-rata
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
(mCi)
10,2
8,13
6,77
5,88
5,16
5,99
7,37
6,99
6,43
5,87
5,56
5,94
7,04
6,41
6,10
6,85
6,28
5,68
5,45
7,27
8,84
6,50
90 120
5,12 3,22
4,47
3,04
3,68
4,11
3,70
3,41
4,19
3,80
3,45
3,46 2,48
2,43
4,66 3,11
5,30 3,62
4,03 2,82
1,44
1,27
2,71
2,50
180 210 240 270 300
2,10 2,43
2,43
2,95
2,31
1,36
1,35
2,85
2,23
2,03
2,53 1,41
1,86
2,50 1,87
1,61
2,42
1,04
1,04 1,22
0,85
0,85
2,04
1,87 0,97 0,72
0,81
1,87
1,82 1,32 1,10 0,81
120
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
121
Lampiran 11: Perbandingan Waktu Pengamatan dalam Penelitian ini dengan Waktu pada saat Aktivitas mendekati aktivitas latar.
Tabel 11.1.A. Perbandingan Waktu Pengamatan dalam penelitian ini (Tp) dengan Waktu pada saat Aktivitas mendekati Aktivitas Latar (TBG)
Organ
TBG * (jam)
TP (jam)
Jantung Ginjal Kandung kemih Tulang Total tubuh
3,50 ± 0,83 3,50 ± 0,83 3,36 ± 2,18 4,50 ± 0,81 3,64 ± 0,86
5,34 ± 0,65 3,79 ± 0,56 6,89 ± 2,18 22,15 ± 3,77 17,46 ± 1,59
*
Hasil extrapolasi
Tabel 11.2.A. Aktivitas Latar dalam Setiap Organ
Organ
Jantung Ginjal Kandung Kemih Tulang Total Tubuh
Count BG
A BG
Cps BG
Total A BG
AP
PA
AP
PA
AP
PA
5577 4137 5130 5133 4493
5147 4277 4707 4397 4250
31 23 29 29 25
29 24 26 24 24
0,016 0,020 0,012 0,008 0,006
0,033 0,012 0,025 0,010 0,007
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
0,023 0,016 0,017 0,009 0,006
Lampiran 12: Perbandingan Hasil Penelitian dengan Hasil Ekstrapolasi Tabel 12.1.A. Perbandingan Dosis Internal Hasil Penelitian dengan Hasil Ekstrapolasi Dosis Serap
Dosis Efektif Ekivalen Organ
Dosis serap*
Dosis Efektif Ekivalen Organ*
Organ Target (mGy)
(µGy/MBq)
(mSv)
(µGy/MBq)
(mSv)
Permukaan tulang
0,7 - 0,2
2,1 ± 0,2
Sumsum tulang Dinding kandung kemih
0,6 - 0,1 1,3 - 4,6
1,7 ± 0,2 5,8 ± 1,6
0,01 – 0,02 0,08 – 0,14
3,7 ± 1,0 2,8 ± 0,6
0,01 – 0,03 0,13 – 0,26
0,05 – 0,18
8,1 ± 0,002
0,11 – 0,25
0,17 – 0,43 0,14 – 0,35
4,8 ± 1,2 4,6 ± 0,001
0,19 – 0,39 0,25 – 0,33
0,32 – 0,55
1,28 ± 0,23
0,5 – 0,92
Ginjal
1,5 - 3,6
4,7 ± 1,0
Dinding Jantung Total Tubuh
1,2 - 2,9 0,3 - 0,6
4,0 ± 0,8 0,8 ± 0,1
* Hasil ekstrapolasi
Tabel 12.2.A. Perbandingan Dosis Permukaan pada Beberapa Jam Setelah Penyuntikan dalam µGy/jam per 1 MBq waktu setelah penyuntikan (jam)
Titik Pengukuran
a b c
0
1
2
6*
9*
12*
18*
24*
27*
30*
36*
3,6 3,8 3,7
5,3 5,1 5,5
4,3 3,9 3,9
2,8 2,3 2,0
2,1 1,5 1,2
1,5 1,0 0,7
0,81 0,46 0,25
0,43 0,20 0,09
0,32 0,14 0,05
0,23 0,09 0,03
0,12 0,04 0,01
42*
48*
60*
0,07 0,035 0,010 0,02 0,008 0,002 0,00 0,001 0,000
*
Hasil ekstrapolasi
122
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
123
Lampiran 13: Demografi Pasien Dalam Penelitian Ini
Tabel. 13.1.A. Demografi Pasien untuk Perhitungan Dosis Internal
Pasien 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki
8 orang laki-laki 12 orang perempuan
Umur
Berat Badan
78 74 53 47 59 22 63 47 57 50 52 53 53 73 37 52 20 34 26 25
75 65 48 53 53 50 63 55 73 57 55 60 50 70 37 55 50 52 46 45
20 - 78
56 ± 9,7
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
124
(Lanjutan)
Tabel. 13.2.A. Demografi Pasien untuk Perhitungan Dosis Permukaan
No
Jenis Kelamin
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki 8 orang laki-laki 12 orang perempuan
Umur
BB
74 78 53 47 59 22 63 20 73 50 26 41 37 25 36 35 69 56 65 47
53 75 48 53 53 50 63 50 70 46 46 52 67 45 78 65 70 51 55 52
20 - 78
57,1 ± 10,3
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
125
Lampiran 14: Persetujuan Tindakan Medis
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
126
(Lanjutan)
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
127
(Lanjutan)
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
128
(Lanjutan)
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
129
(Lanjutan)
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
130
(Lanjutan)
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
131
(Lanjutan)
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
132
(Lanjutan)
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
133
(Lanjutan)
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
134
(Lanjutan)
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
135
(Lanjutan)
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
136
(Lanjutan)
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
137
(Lanjutan)
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
138
(Lanjutan)
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
139
(Lanjutan)
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
140
(Lanjutan)
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011
141
(Lanjutan)
Penentuan dosis..., Rini Suryanti, FMIPA UI, 2011