iv
PENDUDUKAN JEPANG DI WAWONII TAHUN 1942-1945
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan/Program Studi Pendidikan Sejarah
OLEH NUIM HAYAT A1A2 12 008
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
iv
v
vi
iv
ABSTRAK Nuim Hayat, A1A212008 Judul Penelitian “Pendudukan Jepang di Wawonii Tahun 1942-1945. Dibimbing oleh Dra. Aswati M., M.Hum, selaku Pembimbing I dan Drs. Hayari, M.Hum., selaku Pembimbing II. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana latar belakang pendudukan Jepang di Wawonii? (2) Bagaimana strategi Jepang untuk menguasai Wawonii? (3) Bagaimana akibat pendudukan Jepang terhadap kehidupan masyarakat Wawonii? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap: (1) Latar belakang pendudukan Jepang di Pawonii (2) Strategi Jepang menguasai Wawonii (3) Akibat pendudukan Jepang terhadap kehidupan masyarakat wawonii Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode sejarah yang dikemukakan oleh Helius Sjamsuddin yang terbagi atas heuristik (pengumpulan data), kritik (verifikasi), dan historiografi (penulisan sejarah). Sedangkan kajian pustaka terdiri dari (1) Teori sejarah, (2) Konsep Pendudukan, (3) Konsep Pertahanan dan Keamanan, dan (4) Penelitian Relevan. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa : (A) Latar belakang pendudukan Jepang di Wawonii karena Wawonii letaknya sangat strategis untuk dijadikan sebagai salah satu basis pertahanan, dilihat dari sarana dan prasarana yang dibuat oleh tentara Jepang disalah satu gunung yang ada di Wawonii gunung tersebut sangat strategis karena dari gunung ini tentara Jepang dapat memantau pergerakan tentara sekutu dari berbagai aspek yaitu udara, darat dan laut. (B) Strategi Jepang menguasai Wawonii, setelah Jepang menguasai Laiwoi (Kendari) pada tanggal 24 Januari 1942 dengan cara menguasai daerah induk Jepang akan dengan mudah menguasai pulau-pulau kecil yang ada didalam daerah naungan daerah induk tersebut salah satu pulau yang dengan mudah dikuasai oleh tentara Jepang adalah Pulau Wawonii. Setelah tentara Jepang mendaratkan kapal perangnya di Pulau Wawonii pertama kali pada tahun 1942 dan mendarat pada suatu desa yang bernama Munse dan menjadikan desa tersebut sebagai basis pertahanan dan pusat distrik di Pulau Wawonii. (C) Akibat pendudukan Jepang terhadap kehidupan masyarakat Wawonii, (1), Dampak negatif, tentara Jepang melakukan pendekatan kepada masyarakat melaui Gerakan Tiga A yang didalamnya Jepang merupakan pelindung Asia, sehingga masyarakat Wawonii mau menerima keberadaan tentara Jepang untuk mendapat simpati dari masyarakat Wawonii. Budaya pada masa pendudukan Jepang di Wawonii, masyarakat harus
membiasakan menyapa tentara Jepang dengan cara membukuk untuk menghargai tentara Jepang. Sebagai daerah yang merasakaan pendudukan Jepang masyarakat Wawonii juga mengalami penyiksaan yang sangat menyakitkan karna merasakan pahitnya romusa. (2). Dampak positif, Pendudukan Jepang di Indonesia telah melahirkan rasa nasionalme bagi para pemuda Indonesia dengan berbagai doktrin yang di lakukan tentara Jepang, Jepang membentuk generalisasi Indonesia yang benar-benar menguntungkan bagi Asia Timur Raya, Jepang membangun sarana dan prasarana yang mendorong perkembangan kehidupan masyarakat, Jepang juga membangun bak yang sangat bermanfaat karena di jadikan penampungan air bagi masyarakat yang ada di Kelurahan Munse.
v
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan penulisan Skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini bukanlah tujuan akhir dari belajar karena belajar adalah sesuatu yang tidak terbatas. Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak terlepas dari dorongan dan uluran tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, tidak salah kiranya bila penulis mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan terhadap beberapa pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini. Pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S., selaku Rektor Universitas Halu Oleo. 2. Dr. H. Jamiludin, M.Hum, Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo. 3. Drs. Hayari, M.Hum., selaku Ketua Jurusan/program studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Halu Oleo sekaligus sebagai pembimbing II. 4. Dra. Aswati M, M.Hum, Selaku Penasehat Akademik sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I. 5. Bapak dan Ibu Dosen, serta Staf Administrasi pada Jurusan/Progam studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo.
vi
6. Orang tua penulis, ayah handa Ichwan, dan ibunda Kurnia serta saudarasaudaraku yang telah banyak memberikan dorongan sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan Skripsi ini yaitu Muhammad Yusuf Indra Jaya A.Mks, Rahmatia S.Pd, Nurjamia S.Sos dan Muhammad Rasidin. 7. informan atau nara sumber, yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan informasi atau data tentang penelitian yang penulis lakukan. 8. Mahasiswa Jurusan/Program studi Pendidikan Sejarah utamanya angkatan 2012 yang sudah terlebih dulu wisuda diantaranya: Rama, S.Pd., Bustamin, S.Pd., Kasriati, S.Pd. La Ode. Dinda. S.Pd., Darma Syahril, S.Pd, Fendi Imanuddin S.Pd Aulia Ramayanti S.Pd Tri Rahayu Bintarum S.Pd. Asyana Biru, S.Pd., Evayanti, S.Pd.,
Herdiansyah, S.Pd., Kawan-kawan seperjuangan, berbagi
pemikiran selama penyusunan hasil penelitian ini:, La Rino, La Ode Raimuddin, Mardin, Wa Ode Megawati, Sarlinda Fitri, Adnan, Nurlina, Herniati, Kasrineli dan semua teman-teman yang namanya tidak disebutkan penulis mengucapkan banyak terima kasih. Selanjutnya, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam karya tulis ini oleh karena itu saran dan kritik membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini. Akhirnya semoga bantuan, dukungan, dan motivasi dari semua pihak menjadi ibadah di sisi Allah SWT. Amin. Kendari,
Oktober 2016 Penulis
vii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………………………………………………...………….………….
i
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………………….
ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………………….
iii
ABSTRAK………………………………………………………………………………….
iv
KATA PENGANTAR……………………….…………………………….………………
v
DAFTAR ISI………………………………………………………..…………..……….....
vii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………..…….......
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....………….……………………………………………………….
1
B. Rumusan Masalah ……………………………………....………………………….
4
C. Tujuan Penelitian .....………………….…………………………………………….
4
D. Manfaat Penelitian …………………....…………………………………………….
4
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Sejarah ………………………………………………..……………………
6
B. Konsep Pendudukan ……..………………………………………………….……
8
C. Konsep Pertahanan dan Keamanan ………….……….………………………….
10
D. Penelitian Relevan ……………………….……………………………………….
11
viii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………………………..………
14
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian ….………………….................…………………
14
C. Sumber Data Penelitian ……………………………………………………………
14
D. Metode Penelitian …………………………………………………………….……
15
BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis ………………………………………………………………...
18
B. Keadaan Demografs ………………………………………………………………..
21
C. Keadaan Sosial Budaya……………………………………………………..……...
25
BAB V. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Pendudukan Jepang di Wawonii …………....…………………....
30
B. Strategi Jepang Untuk Menguasai Wawonii……………....………………………
36
C. Akibat Pendudukan Jepang Terhadap Kehidupan Masyarakat Wawonii….....…...
47
BAB V. PENUTUP A.
Kesimpulan…………………………………………………………………..…….
55
B.
Saran-Saran………………………………………………………………………..
56
C.
Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Pembelajaran Sejarah di Sekolah……….…..
57
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR INFORMAN LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan…………………………………………… 20 2. Pembagian Daerah Adminisratif……………………………………………… 21 3. Data Penduduk Kabupaten Konawe Kepulauan Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin…………………………………………………………….... 22 4. 5. 6. 7.
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin…………………………………….. 23 Penduduk Menurut Perkecamatan……………………………………………... 24 Luas Wilayah,Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan…… 25 Banyaknya Pemeluk Agama (Umat Beragama) Menurut Kecamatan………... 28
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia mempunyai sejarah kelam tentang penjajahan, negara yang pernah menjajah Indonesia adalah belanda dan Jepang. Belanda merupakan negara yang pertama kali menjajah Indonesia, namun penjajahan Belanda harus berakhir karena kekalahan belanda terhadap tentara Jepang. Selanjutnya Jepang menguasai daerahdaerah Asia Timur dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Secara resmi Jepang menguasai Indonesia pada tanggal 8 Maret 1942, ketika panglima tertinggi pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati Bandung. Pada awal kedatangannya di Indonesia, tentara Jepang disambut dengan gembira oleh rakyat Indonesia pada umumnya, mereka menganggap Jepang sebagai sesama bangsa Asia akan membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan. Jepang berjanji akan membantu perjuangan kemerdekan bangsa Indonesia dan menghapuskan penjajahan Belanda di Indonesia. Rakyat Indonesia yang telah lama mendambakan kemerdekaan menaruh harapan yang sangat besar terhadap Jepang. Jepang menduduki Indonesia terbilang sangat singkat masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945. Daerah Sulawesi dikuasai Jepang melalui sisi utara yakni setelah Jepang menguasai wilayah Philipina dan sekitarnya Philipina oleh Jepang dijadikan sebagai daerah awal untuk menyerang wilayah Indonesia, termasuk juga Pulau Sulawesi.
1
2
Penyerbuan ini dimaksudkan Jepang untuk mengejar tentara Hindia Belanda yang bertugas di Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara (Basrin Melamba, 2013 : 362). Di daratan Sulawesi Tenggara, tentara Jepang berusaha menarik hati rakyat Sulawesi Tenggara pada umumnya dengan berbagai jenis propaganda, seperti semboyan gerakan tiga A yang berbunyi Nippon Cahaya Asia, Nippon pelindung Asia dan Nippon pemimpin Asia. Dengan semboyan tersebut masyarakat Sulawesi Tenggara terutama masyarakat Wawonii menyambut dengan gembira dan menganggap Jepang sebagai pahlawan yang akan membebaskan mereka dari belenggu penjajahan terutama dari penjajahan Belanda. Melihat sambutan baik dari masyarakat tersebut, Jepang segera menguasai daerah-daerah lain yang ada di Sulawesi Tenggara, seperti Kolaka, Poleang, Buton, Muna, dan Konawe (Kendari). Kedatangan tentara Jepang di Konawe khususnya di daerah Wawonii sekarang (Konawe Kepulauan) tidak luput dari letak wilayah yang sangat baik. Wawonii selain memiliki sumber daya alam yang melimpah juga memiliki wilayah yang strategis sehingga daerah tersebut sangat cocok dijadikan sebagai daerah pertahanan dan pangkalan militer untuk melindungi kerajaan la,iwoi dari serang musuh. Seperti di daerah-daerah lain di Indonesia. Pada awalnya masyarakat Wawonii sangat gembira dengan kehadiran tentara Jepang, namun, kegembiraan dan harapan masyarakat Wawonii sirna setelah Jepang memperlihatkan sifat yang sesungguhnya.
3
Masyarakat Wawonii justru mengalami penderitaan yang lebih menyakitkan dari pada masa penjajahan sebelumnya. Penderitaan masyarakat semakin bertambah seiring dengan terdesaknya pasukan Jepang di Asia Pasifik. Selain diwajibkan membayar berbagai jenis pajak, mereka juga diwajibkan ikut kerja bakti yang biasa disebut sebagai romusha. Tenaga rakyat dikerahkan secara besar-besaran untuk membangun berbagai jenis fasilitas yang dibutuhkan tentara Jepang di Wawonii, seperti pembangunan kubu-kubu pertahanan parit-parit perlindungan, pelabuhan, jalan, asrama dan lain-lain sehingga waktu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari nyaris tidak ada akibatnya banyak penduduk yang meninggal akibat kelaparan, terjangkit penyakit dan lain-lain. Wawonii adalah daerah yang sangat strategis untuk dijadikan sebagai salah satu daerah pertahanan tentara Jepang karena letak geografisnya yang sangat mendukung hal tersebut dapat dilihat dari pendirian atau penempatan alat-alat militer di daerah tersebut. Jepang membangun kubu-kubu pertahanan dan parit-parit perlindungan guna mempertahankan Wawonii jika sewaktu-waktu mendapat serangan dari musuh. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana latar belakang pendudukan Jepang di Wawonii? 2. Bagaimana strategi Jepang untuk menguasai Wawonii?
4
3. Bagaimana akibat pendudukan Jepang terhadap kehidupan masyarakat Wawonii? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: 1. Untuk menjelaskan latar belakang pendudukan Jepang di Wawonii. 2. Untuk mendeskripsikan strategi Jepang menguasai Wawonii. 3. Untuk menguraikan akibat pendudukan Jepang terhadap kehidupan masyarakat Wawonii. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Bermanfaat sebagai bahan masukan untuk memperkaya ilmu pengetahuan tentang sejarah lokal daerah Sulawesi Tenggara khususnya pendudukan Jepang di Wawonii. 2. Manfaat Praktis a. Bagi kalangan akademis, yaitu sumbangan pemikiran serta bahan pertimbangan dalam penelitian selenjutnya mengenai pendudukan Jepang di Wawonii (sekarang Konawe Kepulauan). b. Bagi pemerintah, yaitu sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam mengambil kebijakan dan berusaha menjaga peninggalan Jepang di Pulau Wawonii sakarang ini dikenal dengan sebutan Konawe Kepulauan.
5
c. Bagi khalayak, yaitu sebagai bahan informasi bagi masyarakat Sulawesi Tenggara pada umumnya dan masyarakat Wawonii pada khususnya agar menjaga dan tidak merusak peninggalan sejarah pendudukan Jepang yang ada demi kepentingan pribadi.
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Sejarah Sejarah merupakan akumulasi kejadian dimasa lampau, sedangkan dilain pihak sejarah merupakan kisah, cerita kejadian yang ditulis oleh sejarawan dan pencatat sejarah untuk berbagai tujuan. Menganalisis sejarah atau peristiwa sejarah berarti mencari hakekat dari kejadian-kejadian tersebut. Hasil analisis tersebut adalah penyusunan atau penceritaan kembali suatu cerita sejarah. Analisis sejarah dikatakan obyektif bila analisis itu didasarkan pada sumber-sumber yang ditemukan, peranan pikiran manusia yang menganalisis (subyek) hanya terbatas kepada kemampuan mencari adanya hubungan antara cerita yang terdapat pada sumber-sumber sejarah tersebut. Sejarah sebagai suatu kajian tentang aktivitas manusia pada masa lampau, baik di bidang politik, militer, sosial, agama, ilmu pengetahuan, dan hasil kreativitas seni. Defenisi seperti ini cenderung menempatkan sejarah sebagai kajian terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Peristiwa sejarah tidak bisa berdiri sendiri, dalam arti lepas dari elemen-elemen yang menjadi prasyarat terbentuknya suatu peristiwa sejarah. Aspek yang terkait dengan peristiwa sejarah, aspek peristiwa itu sendiri, aspek ruang, aspek waktu, perubahan, dan kesinambungan (Muhammad Arif, 2011: 07).
6
7
Secara singkat Kuntowijoyo (2013: 11) mengemukakan pengertian sejarah sebagai konstruksi masa lalu. Menurutnya sejarah terbagi dalam empat pengertian yaitu sejarah sebagai ilmu tentang manusia, sejarah sebagai ilmu tentang waktu, sejarah adalah ilmu tentang sesuatu yang mempunyai makna sosial, dan sejarah adalah ilmu tentang sesuatu yang tertentu, satu-satunya dan terperinci. Jadi sejarah meliputi segala aspek kehidupan sebagai mahluk sosial, manusia tidak terlepas dari kebudayaan sebagai mahluk yang mempunyai akal pikiran yang dapat menciptakan sesuatu dalam perjalanan hidupnya. tidak ada sejarah yang terlepas dari kebudayaan. Sedangkan kebudayaan tidak dapat terlepas dari kehudapan manusia. Ferdinand Brudel memiliki sumbangan penting terhadap penulisan sejarah dan ilmu-ilmu sosial yakni teorinya tentang longue duree. Teori longue duree memiliki titik berat yang lebih global dari pada sejarah narasi tradisional. Ia menekankan keragaman interaksi yang membentuk kesatuan dengan dasar yang luas: “Gabungan peristiwa yang menghasilkan krisis (conjuncture) dan struktur” (Rifai Nur, 2014: 76) Selanjutnya menurut
Dudung Abdurahman (2007: 15) membagi sejarah
menjadi dua bagian, yaitu sejarah naratif dan sejarah ilmiah. Sejarah naratif memiliki cici-ciri sebagai berikut: (1) Uraian logis mengenai suatu proses perkembangan terjadinya peristiwa, (2) Berdasarkan akal sehat imajinasi, keterampilan ekspresi bahasa dan pengetahuan fakta, (3) Proses terjadinya peristiwa diuraikan dari awal sampai akhir, dan (4) Ditulis tanpa memakai kejadian masa lampau dengan
8
menerapkan sebab-sebabnya yang bersumber pada kondisi lingkungan peristiwa dan konteks sosial-budaya. Dari beberapa pendapat di atas, maka jelas bahwa sejarah merupakan suatu ilmu yang mempelajari segala kegiatan ummat manusia dimasa lampau dalam melakukan aktivitas sebagai mahluk sosial. B. Konsep Pendudukan Jepang merupakan salah satu negara yang ada di Asia Timur dan satusatunya negara Asia yang pernah berkuasa di Indonesia. Untuk menguasai Indonesia, Jepang mengerahkan balatentaranya sehinga masa kekuasaan Jepang di Indonesia biasa disebut dengan pendudukan Jepang di Indonesia. Penjajahan dan pendudukan merupakan dua kata yang berbeda, namun dalam menjalankan politik tersebut memiliki kesamaan, yaitu sama-sama berusaha menguasai daerah lain dengan menggunakan berbagai cara dan taktik. Penjajahan adalah suatu sistem penguasaan
suatu negara terhadap negara
lain. Secara
sederhana, perbedaan penjajahan dan pendudukan dapat dilihat dari cara pelaksanaanya. Penjajahan dilakukan dengan jalan membentuk pemerintahan jajahan atau dengan menanamkan pengaruh dalam semua bidang kehidupan daerah yang dijajah sedangkan pendudukan adalah suatu daerah yang dikuasai oleh daerah lain dengan cara menggunakan kekuatan militer (Masheriyo, 2007: 1). Dalam artikata blog disebutkan dua pengertian pendudukan yaitu (1) Proses, cara, perbuatan suatu daerah atau Negara menduduki (merebut dan menguasai) suatu
9
daerah lain. (2) Suatu daerah atau wilayah yang diduduki (direbut dan dikuasai) oleh tentara asing. Dengan demikian, pendudukan adalah suatu usaha yang dilakukan suatu negara untuk menguasai wilayah lainnya dengan cara menggunakan kekuatan bersenjata. Senada dengan pengertian tersebut di atas, Ogah (2001: 1) mengatakan bahwa pendudukan juga merupakan penjajahan yang dilakukan oleh suaut negara/pemerintahan dengan menggunakan kekuatan bersenjata terhadap negara lainnya yang di jajahnya. Pengertian tersebut menunjukan bahwa yang dimaksud dengan pendudukan harus ada faktor kekuatan bersenjata oleh suatu negara asing, dan yang didudukinya juga harus merupakan suatu negara. Dari sekian banyak yang pernah menjajah Indonesia, Jepang lah yang menganut sistem pendudukan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Djoko Dwiyanto (1998: 2) bahwa jauh sebelum perang tersebut meletus, Jepang telah mengirimkan orang-orangnya keberbagai wilayah di Asia untuk untuk menjadi matamata dan mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan bagi penyerbuan yang akan dilancarkan balatentara kemaharajaan Jepang keberbagai wilayah yang telah ditentukan. Dengan demikian daerah-daerah taklukan Jepang akan diperintah balatentara Jepang sebagai perwakilan kemaharajaan Jepang (Tokyo) di daerah yang akan dikuasainya. Dari beberapa pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pendudukan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh suatu daerah atau Negara untuk menguasai dan merebut daerah atau
Negara lain dengan mengunakan kekuatan
10
tentara militer. Pernyataan tersebut sesuai dengan tulisan Sutrisno (1977: 272) bahwa setelah Jepang mulai berkuasa di Indonesia ditetapkan UU. No. 1 tentang pemerintahan balatentara yang berbunyi bahwa balatentara Jepang untuk sementara melangsungkan pemerintahan di daerah-daerah yang telah diduduki. Dengan demikian, pada masa kekuasaan Jepang di Indonesia pemerintahan dipegang oleh bala tentara militer Jepang. C. Konsep Pertahanan dan Keamanan Pertahanan dan keamanan merupakan dua istilah yang saling berkaitan atau memiliki hubungan timbal balik antara satu dengan lainnya. Intinya adalah apabila suatu negara ingin menciptakan kondisi yang aman dan tertib, maka sangat diperlukan adanya upaya mempertahankan diri dari berbagai bentuk serangan baik dari dalam maupun dari luar diperlukan adanya kondisi negara yang aman, karena itu dapatlah dipersiapkan segala sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk keperluan pertahanan bagi suatu negara apabila ingin tetap eksis. Pertahanan keamanan merupakan sebuah sistem bukan hanya monopoli atau ciri khas suatu bangsa. Adapun fungsi pemerintahan, dimana segenap upaya pertahanan dan keamanan adalah salah satu fungsi pemerintahan, dimana segenap upaya pertahanan kemanan beserta segenap upaya fungsi pemerintahan lainnya pada akhirnya diselengarakan untuk mengabdi kepada kepentingan nasional. Pertahanan dan keamanan diperlukan oleh negara untuk mempertahankan eksistensi ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya suatu negara konstelasi
11
internasional serta untuk mengamankan pelaksanaan seluruh aktifitas kenegaraan dan pemerintahan untuk melaksanakan pembangunan menuju kearah kemakmuran masyarakat negara tersebut. Oleh karena itu setiap negara di dunia ini memiliki konsep pertahanan dan keamanan tersendiri yang disusun sedemikian rupa menjadi bagian strategi nasional Daud Yusuf (1975: 53) mengemukakan strategi nasional mencakup keseluruhan keputusan kondisional yang menetapkan tindakan-tindakan yang akan di jalankan dalam menghadapisetiap keadaan yang mungkin dimasa depan. Dalam merumuskan suatu strategi berarti memperhitungkan semua situasi yang mungkin dihadapi dapat setiap waktu dimasa depan dan kemudian dari sedini mungkin sudah menetapkan atau menyediakan tindakan mana yang mesti diambil guna menghadapi tantangan dari segala kemungkinan yang timbul. Berdasarkan pendapat diatas dapat memberikan pemahaman bahwa pertahanan dan keamanan suatu bangsa atau kerajaan merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan sejarah peradaban manusia sejak zaman kuno. D. Penelitian Relevan Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Aswati.M. (1989 :72)
dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa Jepang masuk ke wilayah Indonesia umumnya dan kendari khususnya dilatar belakangi oleh semboyan Hakko I-chi-nya untuk menyusun dunia sebagai satu keluarga, selain itu pula faktor ekonomi adalah salah satu hal yang mendorong untuk mengandakan imprealisme dalam rangka memenuhi kebutuhan produksinya setelah terjadinya modernisasi sehingga Jepang
12
berkembang menjadi Negara industri yang sangat memerlukan bahan mentah serta pelemparan hasil industri dan penanaman modal. Penelitian yang sama dilakukan oleh Zaenal Abidin (2013: 62) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa masuknya tentara Jepang di Poleang Selatan karena letak daerah tersebut yang starategis serta yang ditunjang oleh potensi alam yang terdiri dari daratan rendah yang dikelilingi oleh bukit-bukit dan hutan yang lebat sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai pusat pertahanan. Selain itu, Poleang Selatan memiliki sumber daya alam yang melimpah sehingga dapat menunjang kebutuhan logistik bagi tentara Jepang selama berkuasa di Poleang Selatan. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Ridwan (2003: 54) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa pendudukan Jepang di Poleang Timur telah mengakibatkan timbulnya penderitan dan kemelaratan dikalangan penduduk. Namun disisi lain telah menimbulkan pula suatu dampak positif pada masyarakat dimana melalui penyuluhan, khususnya dalam bidang pertanian masyarakat mengetahui caracara bertani yang baik dan mengenal beberapa jenis tanaman baru. Dengan pula dan latihan militer yang diberikan tentara Jepang mengakibatkan masyarakat mengetahui cara-cara mengunakan senjata dan cara menghadapi musuh dan yang tidak kalah pentingnya bahwa segala bentuk penderitaan yang dirasakan oleh rakyat akibat penindasan yang dilakukan oleh tentara Jepang telah mengakibatkan tumbuhnya sikap patriotisme dikalangan masyarakat.
13
Penelitian lain dilakukan oleh Dyah Wijayanti (2014: 72).
Dalam
penelitiannya mengungkapkan bahwa akibat pendudukan Jepang berpengaruh pada kehidupan masyarakat dibunken Kendari, dimana masyarakat disuruh untuk tunduk kepada Jepang sehingga menimbulkan strata sosial, yang membuat Jepang sebagai penguasa dan rakyat adalah bawahannya. Kehidupan masyarakat banyak berubah akibat mempekerjakan beberapa perempuan menjadi wanita penghibur bagi tentara Jepang. Hal ini sangat menghancurkan hidup masyarakat terutama perempuan di Kendari. Seni budaya Kendari juga tidak ada perkembangan, pada waktu itu jarang terjadi keramaian dan pesta dimana rakyat dapat memunculkan seni tradisionalnya. Bertolak pada penelitian yang telah dilakukan oleh Zaenal Abidin, Ridwan dan Dyah Wijayanti telah memberikan motivasi bagi peneliti untuk menulis tentang Pendudukan Jepang di Wawonii pada tahun 1942-1945 karena kurannya penelitian tentang Wawonii hal ini yang mendorong peneliti untuk menelitinya.
14
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2016 di Wawonii (Kabupaten Konawe Kepulauan). Adapun alasannya yaitu karena adanya peninggalan Jepang yang berada di Wawonii seperti jalan, bunker, dan mesin. B. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis
penelitian
ini
menggunakan
jenis
penelitian
sejarah
dengan
menggunakan pendekatan peristiwa yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, mengevaluasi, mengganalisis fakta sejarah secara obyektif dan sistematis dalam mendapatkan kesimpulan yang diperoleh melalui pendekatan deskriftif kualitatif yaitu pendekatan dengan mengumpulkan data atau fakta sebanyak-banyaknya kemudian dianalisis secara kualitatif C. Sumber Data Penelitian Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tiga jenis yaitu: 1. Sumber lisan, yaitu data yang diperoleh melalui hasil wawancara (keterangan lisan) dengan informan yang banyak mengetahui tentang Pendudukan Jepang di Wawonii. 2. Sumber tertulis, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk tulisan yang relevan terhadap aspek penelitian berupa arsip atau dokumen, buku atau literatur, skripsi,
1214
15
laporan hasil penelitian yang relevan dan mendukung perolehan data dalam rangka penyusunan hasil penelitian ini. 3. Sumber visual (benda), yaitu data yang diperoleh melalui hasil pengamatan terhadap lokasi penelitian yaitu berupa lokasi Pendudukan Jepang di Wawonii, benda peninggalan Jepang di Pulau Wawonii. D. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode sejarah yang dikemukakan oleh Helius Sjamsuddin (2007: 17) terbagi atas heuristik (pengumpulan data), kritik (verifikasi), dan historiografi (penulisan sejarah) 1. Heuristik Tahap ini merupakan langkah awal dalam melakukan kegiatan mencari dan mengumpulkan data yang relevan dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini. Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Studi kepustakaan, yaitu teknik yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan manelaah beberapa buku/literatur, skripsi, serta sumbersumber tertulis lainnya yang ada relevansinya dengan judul dan masalah yang diteliti. b. Studi lisan, yaitu teknik yang digunakan untuk memperoleh data melalui wawancara dengan informan yang dianggap banyak mengetahui tentang pendudukan Jepang di Wawonii.
16
c. Studi dokumen, yaitu teknik yang digunakan untuk memperoleh data dengan mengkaji arsip atau dokumen tentang pendudukan Jepang di Wawonii. d. Observasi, yaitu teknik yang digunakan untuk memperoleh data melalui hasil pengamatan lokasi penelitian serta alat-alat peninggalan pendudukan Jepang di Wawonii. 2. Kritik Kritik (verifikasi) adalah suatu teknik analisis untuk menilai otentisitas (keaslian) dan kredibilitas (kebenaran) suatu sumber data yang telah dikumpulkan baik luar maupun isinya. Untuk itu peneliti menempuh cara sebagai berikut: a. Kritik ekstern, yaitu kritik yang dilakukan untuk memulai otentisitas (keaslian) sumber data yang didapatkan dalam hal ini dilakukan analisis terhadap bentuk luar dari sumber data tersebut, Nugroho Notosusanto (1978: 38) mengajukan 3 pertanyaan pokok di dalam melakukan kritik eksternal terhadap suatu sumber yaitu : (1) Adakah sumber itu memang sumber yang kita kehendaki; (2) Adakah sumber itu asli atau turunan; dan (3) Adakah sumber itu utuh atau telah diubahubah. Maka dari itu penulis menggunakan sumber yang dikehendaki, asli dan sumber yang utuh. b. Kritik intern, yaitu kritik yang dilakukan untuk menilai kredibilitas (kebenaran) isi sumber data yang didapatkan dilakukan dengan cara membandingkan isi sumber tersebut dengan bukti-bukti lainnya melalui hasil observasi, studi lisan, dan studi dokumen di lokasi penelitian.
17
3. Historiografi Menurut Helius Sjamsuddin (2007: 15) tahap-tahap penulisan sejarah mencakup sebagai berikut: a. Penafsiran (interprerasi) adalah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti sehingga cenderung untuk memasukan ide-ide, gagasan dan pemikiran peneliti, semua data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan masyarakat yang mengetahui tentang Pendudukan Jepang di Wawonii selanjutkan dihubungkan atau dikaitkan satu sama lain sehingga antara fakta yang satu dengan fakta yang
lainnya akan
kelihatan sebagai rangkaian yang masuk akal (logis), dalam arti menunjukan kecocokan (relevansi) satu sama lain. b. Penjelasan (eksplanasi) setelah dilakukan penafsiran maka tahapan berikutnya adalah penjelasan dimana peneliti menjelaskan sumber-sumber yang berhubungan dengan pokok-pokok masalah dalam peneliti. c. Penyajian (ekspose) setelah peneliti melakukan penafsiran dan penjelasan maka tahap selanjutnya adalah penyajian dimana peneliti menulis cerita sejarah berdasarkan interpretasi dan eksplanasi sesuai permasalahan yang diteliti.
18
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
D. Keadaan Geografis Ketika membahas suatu peristiwa sejarah maka tidak lepas kaitannya dengan faktor geografis, karena pada dasarnya suatu peristiwa sejarah selalu berkaitan erat dengan lokasi atau tempat peristiwa itu berkembang. Hubungan antara sejarah dan geografis sangat erat dan saling mempengaruhi satu sama lain. Suatu peristiwa sejarah sedikit banyaknya dipengaruhi oleh geografis, demikian pula sebaliknya perubahan suatu lingkungan geografis biasanya akibat peristiwa sejarah yang dilakukan oleh manusia. Pulau Wawonii sekarang (Kabupaten Konawe Kepulauan) yang terletak di wilayah Timur Propinsi Sulawesi Tenggara merupakan Pulau tersendiri dalam wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara yang tergolong dataran topografi daerah Wawonii sebagian besar bergunung-gunung dan berbukit- bukit. Diantara perbukitan, terhampar luas daratan rendah yang dapat dijadikan lahan pertanian, peternakan dan perikanan. Kabupaten Konawe Kepulauan merupakan Daerah Otonom Baru (DOB) sesuai Undang-Undang No. 13 Tahun 2013 tentang pembentukan Kabupaten Konawe Kepulauan di Provinsi Sulawesi Tenggara. Pelantikan Pejabat Bupati pertama kalinya dilaksanakan pada tanggal 23 Oktober 2013.
18
19
Sebagai Daerah Otonomi Baru (DOB) pemekaran dari Kabupaten Konawe dan berada dalam gugusan Pulau-Pulau dibagian Timur Provinsi Sulawesi Tenggara, tepatnya di sebelah Pulau Buton dan Kota Kendari. Luas wilayah Kabupaten Konawe Kepulauan sekitar ± 1.513.98 Km terdiri dari daratan ± 867, 58 Km², Luas Perairan (laut) ± 646, 40 km² dan garis pantai 178 km². Atas dasar kondisi tersebut, maka potensi sektor perikanan dan kelautan serta sektor pariwisata (wisata air terjun dan wisata bahari) menjadi sektor andalan daerah ini. Secara geografis Kabupaten Konawe Kepulauan berada pada posisi strategis karena perairan lautnya dilalui jalur pelayaran nasional kawasan Timur dan Barat, wilayah darat Pulau Wawonii diapit oleh laut banda dan Selat Buton yang memiliki sumber daya keragaman hayati yang cukup besar. Adapun batas wilayah Kabupaten Konawe Kepulauan sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Banda. b. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda. c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Wawonii d. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Wawonii. Jika dilihat dari batas-batas wilayah yang dimiliki, Wawonii dapat dikatakan sebagai wilayah yang memiliki posisi strategis. Selain memiliki hubungan laut dengan daerah-daerah lain dan kepulauan sekitarnya, juga sangat dekat dengan kota Kendari selaku ibu Kota Propinsi Sulawesi Tenggara Hal ini dapat memudahkan hubungan
20
yang terjalin antara Wawonii dengan Kota Kendari sebagai ibu Kota Propinsi Sulwesi Tenggara dan juga daerah-daerah yang ada disekitarnya. Konawe Kepulauan yang terdiri dari 7 kecamatan yaitu Kecamatan Wawonii Tenggara, Wawonii Timur, Wawonii Timur Laut, Wawonii Utara, Wawonii Selatan, Wawonii Tengah dan Wawonii Barat. Adapun luas wilayah menuruk kecamatan dapat dilihat table I. Tabel 1 Data Luas Wilayah menurut Kecamatan Luas area Kode Kecamatan (Ha) (%) 7412010 Wawonii Tenggara 14 700 16,94 7412020 Wawonii Timur 11 983 13,81 7412030 Wawonii Timur Laut 9 058 10,44 7412040 Wawonii Utara 13 770 15,87 7412050 Wawonii Selatan 13 745 15,85 7412060 Wawonii Tengah 14 239 16,41 7412070 Wawonii Barat 9 263 10,68 Jumlah/ Total 86 758 100,00 Sumber: Kabupaten Konawe Kepulauan dalam Angka Tahun 2015 Tabel tersebut menunjukan bahwa kecamatan yang terluas di Kabupaten Konawe Kepualauan adalah Wawonii Tengah dengan luas wilayah 14239 Ha sedangkan kecamatan terkecil adalah Wawonii Timut Laut dengan luas wilayah 9058 Ha. Adapun pembambagian daerah menurut adminisratif dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.
21
Tabel 2 Pembagian Daerah Adminisratif Kecamatan
Ibu Kota
Desa Kelurahan
Wawonii Selatan Sawaea 10 1 Wawonii Barat Langgara Iwawo 15 1 Wawonii Tenggah Lampeapi 11 1 Wawonii Tenggara Polara 14 1 Wawonii Timur Munse 10 1 Wawonii Utara Lansilowo 19 1 Wawonii Timur Laut Ladianta 9 1 Jumlah Total 88 7 Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Konawe, Tahun 2015
Jumlah 11 16 12 15 11 20 10 95
Berdasarkan tabel di atas, Kabupaten Konawe Kepulauan, memiliki
7
kecamatan 88 desa 7 kelurahan dengan jumlah kesuluruhan 95 desa dan kelurahan yang ada di Kabupaten Konawe Kepulauan. Hal tersebut menunjukan batas kecamatan yang memiliki desa terbanyak adalah Kecamatan Wawonii Utara dengan memiliki 19 Desa, 1 kelurahan dan menunjukan pula bahwa kecamatan yang memiliki desa paling sedikit adalah Kecamatan Wawonii Timur laut dengan jumlah 9 desa dan 1 kelurahan. E. Keadaan Demografis Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terpadat keempat di dunia dengan jumlah penduduk sudah mencapai lebih dari 250 juta jiwa. Penduduk disuatu daerah tiap tahunnya selalu mengalami perubahan. Perubahan itu disebabkan adanya pertumbuhan, kematian dan arus keluar masuknyua penduduk serta adanya sebagian penduduk pindah dan bertempat tinggal di daerah lain. Pada umumnya
22
jumlah penduduk disuatu tempat diklasifikasikan dalam beberapa usia, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3 Data Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Kelompok Umur Jumlah Laki laki Perempuan (Tahun) (Jiwa) 0–4 2 011 1 907 3 918 5–9 2 050 2 054 4 104 10 – 14 1 823 1 644 3 467 15 – 19 1 506 1 341 2 847 20 – 24 1 106 1 105 2 211 25 – 29 1 101 1 181 2 282 30 – 34 1 086 1 252 2 338 35 – 39 1 133 1 170 2 303 40 – 44 878 1 032 1 910 45 – 49 775 816 1 591 50 – 54 712 686 1 398 55 – 59 483 509 992 60 – 64 380 327 707 65 – 69 241 237 478 70 -74 161 187 348 75 ke atas 140 149 289 Jumlah 15 586 15 597 31 183 Sumber: Kabupaten Konawe Kepulauan dalam Angka Tahun 2015 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Kabupaten Konawe Kepulauan adalah 31 183 jiwa yang terbagi 15 586 jiwa laki-laki dan 15 597 perempuan. Hal ini menunjukan bahwa penduduk perempuan lebih banyak jika dibandingkan dengan penduduk laki-laki. Sedangkan untuk jumlah terbanyak berdasarkan kelompok umur berada pada umur 5-9 tahun dengan banyak 4 104 mempunyai selisih sangat tipis dengan jumlah penduduk yang berjenis kelamin lakilaki 2 050 sedangkan yang berjenis perempuan 2 054 orang.
23
Suatu kenyataan demografis bahwa kenyataan penduduk Indonesia bersifat heterogenitas, dan karena itulah penduduk sebagaimana adanya dapat dikelompokkan berdasarkan penggolongan umur dan jenis kelamin. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dari Tahun 2009-2014 Jenis Kelamin Rasio jenis Tahun Jumlah kelamin Laki-Laki Perempuan 2009 14 359 14 067 28 426 102,1 2010 14 453 14 491 28 944 99,7 2011 14 740 14 778 29 518 99,7 2012 14 960 15 001 29 961 99,7 2013 15 179 15 217 30 396 99,8 2014 15 586 15 597 31 183 99,9 Sumber: Kabupaten Konawe Kepulauan dalam Angka Tahun 2015 Berdasarkan tabel
di atas bahwa jumlah
penduduk pada tahun 2009
mununjukan penduduk laki-laki lebih banyak dibanding perempuan sedangkan pada tahun 2010-2014 perempuan mengalami peningkatan dibanding dengan laki-laki. Hal ini menunjukan bahwa penduduk perempuan mengalami peningkatan lebih banyak jika dibandingkan dengan penduduk laki-laki. Adapun banyaknya penduduk perkecamatan pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah:
24
Tabel 5 Penduduk Menurut Perkecamatan Pada Tahun 2011-2014 Kecamatan 2011 2012 2013 2014 Wawonii Selatan 3 341 3 391 3 440 3 529 Wawonii Barat 6 537 6 635 6 732 6 906 Wawonii Tengah 3 049 3 095 3 140 3 221 Wawonii Tenggara 5 409 5 491 5 570 5 714 Wawonii Timur 2 870 2 913 2 955 3 032 Wawonii Utara 5 167 5 245 5 321 5 459 Wawonii Timur Laut 3 145 3 191 3 238 3 322 Jumlah/total 29 518 29 961 30 396 31 183 Sumber: Kabupaten Kanawe Kepulauan dalam Angka Tahun 2015 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pada setiap kecamatan yang ada di Konawe Kepulauan mengalami peningkatan penduduk dilihat dari jumlah kesuluruhan penduduk yang ada di Kabupaten Konawe Kepulauan dari tahun 20112014 mengalami peningkatan pertahunnya. Kepadatan penduduk juga merupakan hal yang perlu untuk diketahui, kepadatan penduduk merupakan perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah. Untuk mengetahui kepadatan penduduk di Kabupaten Konawe Kepulauan menurut kecamatan dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini.
25
Tabel 6 Luas Wilayah, Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Kecamatan
Luas wilayah Penduduk Rumah tangga (km²) Wawonii Selatan 137,45 3 529 819 Wawonii Barat 92,63 6 906 1 507 Wawonii Tengah 142,39 3 221 636 Wawonii Tenggara 147,00 5 714 1 157 Wawonii Timur 119,83 3 032 718 Wawonii Utara 137,70 5 459 1 317 Wawonii Timur Laut 90,58 3 322 824 Jumlah/total 867,58 31 183 6 978 3 Sumber: Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2015. Tabel di atas menjelaskan bahwa kecamatan yang terpadat adalah Kecamatan Wawonii Tenggara dengan luas wilayah 147,00 dan yang memiliki kepadatan penduduk terbanyak adalah Kecamatan Wawonii Barat dengan jumlah penduduk 6 906 dan memiliki rumah tangga terbanyak pula dengan jumlah rumah tangga 1 507. F. Keadaan Sosial Budaya 1. Pendidikan Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar dalam kehidupan, sebagai faktor yang sangat dominan dalam pembentukan dan pengembangan Sumber
Daya Manusia (SDM). Pendidikan selain begitu penting dalam
mengatasi dan mengikuti tantangan perkembangan zaman, juga membawa pengaruh positif terhadap perkembangan berbagai bidang kehidupan lainnya. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila sektor pendidikan senantiasa mendapat banyak perhatian.
26
Upaya
peningkatan
pendidikan
tersebut
dimaksudkan
agar
menghasilkan manusia seutuhnya agar penduduk usia sekolah yang setiap tahunnya mengalami peningkatan sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk dapat memperoleh kesempatan pendidikan yang seluas-luasnya secara merata. Pendidikan juga merupakan tolak ukur keberhasilan seseorang untuk meningkatkan taraf hidupnya, karena semakin tinggi jenjang pendidikan yang telah ditempuh maka kualitas sumber daya manusia meningkat pula. Oleh karena banyak fasilitas yang telah dibangun oleh pemerintah dalam menunjang kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan di Kabupaten Konawe Kepulauan agar menghasilkan masyarakat Konawe Kepulauan yang cerdas dan berintelektual untuk dapat bersaing dengan masyarakat yang ada di daerah lain. Agar program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah dapat berlangsung dan berdaya guna secara maksimal maka perlu didukung dengan tersedianya pendidikan yang memadai di Kabupaten Konawe Kepulauan sebagai dasar dalam menentukan perencanaan kebijakan pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Kabupaten Konawe Kepulauan sudah cukup memadai untuk menunjang peningkatan kualitas sumber daya manusia lewat dunia pendidikan bagi masyarakat di Kabupaten Konawe Kepulauan dengan jumlah yang cukup banyaknya pembangunan sarana dan prasarana.
27
2. Bahasa Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, karena tanpa bahasa manusia tidak dapat berkomunikasi antara satu dengan yang
lain.
Mayarakat
di
Kabupaten
Konawe
Kepulauan
mayoritas
menggunakan bahasa Wawonii. 3. Agama Agama sangatlah diperlukan dalam kehidupan karena agama merupakan tuntunan hidup guna melahirkan kebudayaan yang baru. Di Indonesia terdapat beragam jenis agama. Penduduk yang ada di Kabupaten Konawe Kepulauan menganut agama Islam sebagai agama yang diwariskan secara turun temurun sejak masuknya agam Islam di Pulau Wawonii. Kehidupan keagamaan tidak terlepas dengan adanya tempat ibadah dalam menunjang terlaksananya kegiatan ibadah tersebut. Mayoritas penduduk Kabupaten Konawe Kepulauan menganut agama Islam ini dilihat dari tempat ibadah yang ada di Kabupaten Konawe Kepulauan dengan jumlah 63 mesjid, 1 vihara dan 1 gereja katolik rumah ibadah tersebut menunjukan bahwa penduduk Kabupaten Konawe Kepulauan mayoritas muslim adapun banyaknya penduduk umat beragama dilihat dari perkecamatan dapat dilihat pada table 7 berikut :
28
Tabel 7 Banyaknya Pemeluk Agama (Umat Beragama) Menurut Kecamatan Islam Protestan Katholik Hindu Budha Jumlah Kecamatan Wawonii Selatan 3 529 3 529 Wawonii Barat 6 890 14 2 6 890 Wawonii Tengah 2 891 4 259 67 3221 Wawonii Tenggara 5 714 5 714 Wawonii Timur 3 032 3 032 Wawonii Utara 5 459 5 459 Wawonii Timur 3 322 3 322 Laut Jumlah/Total 30 837 18 259 69 31183 Sumber: Kabupaten Konawe Kepulauan dalam Angka tahun 2015 Dari tabel di atas menunjukan bahwa konawe Kepulauan mayoritas penduduknya memeluk agama islam dan hanya ada dua kecamatan terdapat agama seperti Protestan, Katholik dan Hindu. 4. Kesehatan Merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, menjaga kesehatan dapat membuat kita agar dapat lebih menghargai hidup. Saat ini kondisi kesehatan masyarakat indonesia dikatakan semakin membaik. Meskipun masih banyak sekali warga negara Indonesia yang gaya hidupnya sangat jauh dari kata sehat. Biasanya masalah kesehatan masyarakat bermula karena lingkungan kurang bersih, sehingga bibit penyakit dapat tumbuh dan berkembang di lingkungan tersebut. Masalah umum pada kesehatan mayarakat adalah pola hidup yang tidak sehat Pemerintah di Kabupaten Konawe Kepulauan memberikan pelayanan kesahatan agar masyarakat Tiworo Utara dapat merasakan
29
kehidupan yang sehat jasmani dan rohani. Karena masyarakat yang sehat akan sangat berpengaruh dalam segala bidang kehidupan masyarakat itu sendiri. Sarana kesehatan yang ada di Kabupaten Konawe Kepulauan sudah cukup banyak yang disediakan oleh pemerintah setempat untuk menunjang keperluan medis yang dibutuhkan oleh masyarakat yang ditandai dengan setiap kecamatan telah disediakan fasilitas dan sarana kesehatan mulai dari Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) sampai Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
30
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Pendudukan Jepang di Wawonii Jepang adalah sebuah negara yang terletak di Benua Asia bagian Timur, bertetangga dengan Rusia di sebelah Barat, dengan Korea Utara dan Korea Selatan di bagian selatan dan dengan China di bagian barat daya. Jepang pernah menjadi kekuatan raksasa di bidang militer di dunia pada masa perang dunia II dan kini menjadi raksasa industri, elektronik, otomotif, dan Industri lainnya. Munculnya Jepang menjadi negara imperialisme pada awalnya di latar belakangi dari proses restorasi yang terjadi di Jepang, hal itu kemudian menbawa kemajuan yang cukup pesat bagi Jepang, dalam berbagai sektor. Jepang berhasil menjadi negara maju, modern dan sejajar dengan negara-negara barat lainnya, hal tersebut
kemudian
menimbulkan
keinginan
dan
ambisi
untuk
melakukan
imperialisme terhadap negara-negara lain, hal tersebut di latar belakangi dengan munculnya pertumbuhan penduduk di negara kepulauan yang miskin akan sumber daya alam tersebut kini menanggung jumlah penduduk yang sangat besar dalam luas yang relatif sempit. Kenyataan ini menjadi masalah yang meresahkan pemerintah Jepang. Karena dengan berlipatgandanya jumlah penduduk, menyebabkan Jepang menjadi negara minus. Sebagai jalan keluarnya, Jepang pada awalnya menempuh kebijakan dengan jalan emigrasi. Namun setelah negara-negara menutup pintu imigrasinya bagi bangsa Jepang menyebabkan Jepang menjadi kalap dan haus tanah.
31
Didukung oleh persenjataan militer yang kuat dan modern Jepang mulai melakukan petualangan-petualangan militer yang merisaukan dunia, Retriksi (pembatasan) Imigrasi Bangsa Jepang, di latar belakangi oleh ketakutan bangsa Barat akan superioritas Jepang membahayakan kedudukan mereka di Asia. Hal ini bermula ketika Jepang berhasil mengalahkan Rusia dalam perang tahun 1905 dan muncul sebagai “bahaya kuning” di Asia Pasifik, Perkembangan Industri Jepang dan pengaruh ajaran Shinto tentang Hakko I Chi-u (dunia sebagai keluarga) hal ini lah yang mendorong Jepang sehingga Jepang menjadi negara imprelisme (Muhammad Amir, 2014: 81). Jepang mendarat di Indonesia pada bulan Januari 1942 melalui Ambon dan seluruh Maluku. Meskipun pasukan KNIL (Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger) dan pasukan Australia berusaha menghalangi, tapi kekuatan Jepang tidak dapat dibendung. Daerah Tarakan di Kalimantan Timur kemudian dikuasai oleh Jepang bersamaan dengan Balikpapan (12 Januari 1942). Jepang kemudian menyerang Sumatera setelah berhasil memasuki Pontianak. Bersamaan dengan itu Jepang melakukan serangan ke Jawa (S. Silalahi, 2001: 27). Kemenangan tentara Jepang pada tanggal 1 Maret 1942 dalam Perang Pasifik menunjukkan kemampuan Jepang dalam mengontrol wilayah yang sangat luas, yaitu dari Burma sampai Pulau Wake. Setelah daerah-daerah di luar Jawa dikuasai, Jepang memusatkan perhatiannya untuk menguasai tanah Jawa sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda.
32
Ketika menguasai Pulau Jawa, terjadi pertempuran di Laut Jawa antara tentara Jepang dengan Angkatan Laut Belanda. Dalam pertempuran ini beberapa kapal Belanda berhasil ditenggelamkan oleh tentara Jepang. Sisa-sisa pasukan dan kapal Belanda yang berhasil lolos terus melarikan diri menuju Australia. Sementara itu, Jenderal Imamura dan pasukannya mendarat di Jawa pada tanggal 1 Maret 1942. Pendaratan itu dilaksanakan di tiga tempat, yakni di Banten dipimpin oleh Jenderal Imamura sendiri. Kemudian pendaratan di Eretan Wetan-Indramayu dipimpin oleh Kolonel Tonishori dan pendaratan disekitar Bojonegoro dikoordinir oleh Mayjen Tsuchihashi. Tempat-tempat tersebut memang tidak diduga oleh Belanda (Muhammad Amir, 2014: 84). Tentara Sekutu sebenarnya sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi pasukan Jepang, yaitu antara lain berupa tentara gabungan (American, British Dutch Australian Command) yaitu gabungan dari pasukan Amerika, Inggris, Belanda, dan Australia ABDACOM, ditambah satu kompi Akademi Militer Kerajaan dan Korps Pendidikan Perwira Cadangan di Jawa Barat. Di Jawa Tengah, telah disiapkan empat battalion infanteri, sedangkan di Jawa Timur terdiri tiga battalion pasukan bantuan Indonesia dan satu batalion marinir, serta ditambah dengan satuan-satuan dari Inggris dan Amerika. Meskipun demikian, tentara Jepang mendarat di Jawa dengan jumlah yang sangat besar, sehingga pasukan Belanda tidak mampu memberikan perlawanan. Pasukan Jepang dengan cepat menyerbu pusat-pusat kekuatan tentara Belanda di Jawa. Tanggal 5 Maret 1942 Batavia jatuh ke tangan Jepang. Tentara Jepang terus
33
bergerak ke selatan dan menguasai kota Buitenzorg (Bogor). Dengan mudah kotakota di Jawa yang lain juga jatuh ke tangan Jepang. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 pasukan Belanda/Sekutu menandatangani penyerahan tidak bersyarat kepada Jepang yang diwakili Jenderal Imamura. Penandatanganan ini dilaksanakan di Kalijati, Subang. Dengan demikian berakhirlah penjajahan Belanda di Indonesia. Kemudian Indonesia berada dibawah pendudukan tentara Jepang. Gubernur Jenderal Tjarda ditawan. Namun Belanda segera mendirikan pemerintahan pelarian (exile government) di Australia dibawah pimpinan H.J. Van Mook. Jepang merupakan negara industri yang maju. Kemajuan yang pesat dialami Jepang tidak didukung oleh kondisi alam yang kaya akan sumber daya. Jika kebutuhan sumber daya alam tidak dapat terpenuhi, maka kemajuan itu akan menjadi terhambat.
Untuk
tetap
mempertahankan
kelangsungan
kemajuan
industri,
perdagangan, dan militer, Jepang membutuhkan bahan mentah. Kemudian Jepang mengerahkan pasukannya ke arah selatan dengan tujuan untuk menguasai negaranegara disekitar Laut Pasifik. Salah satu negara yang menjadi tujuannya adalah Indonesia. Alasannya, karena dikawasan Indonesia memiliki sumber daya alam yang diperlukan oleh Jepang. Indonesia memang kaya akan sumber daya alam antara lain minyak bumi, batu bara dan timah. Pendudukan Jepang merupakan pemerintahan militer. Oleh karena itu, sesuai dengan keadaan perang pada saat itu, semua jenis kegiatan diarahkan untuk kepentingan perang. Pemerintah pendudukan Jepang telah melakukan eksploitasi
34
secara besar-besaran terhadap sumber daya alam Indonesia serta tenaga manusia yang ada demi memenangkan perang melawan sekutu. (S. Silalahi, 2001: 29). Kedatangan Jepang di Sulawesi Tenggara ditandai dengan masuknya Jepang di Kendari pada malam tanggal 24 Januari 1942 hal ini menjadi awal pendudukan Jepang di Sulawesi Tenggara setelah Jepang menguasai Kendari. Jepang melakukan penyisiran terhadap Pulau-Pulau yang ada di sekitar Kendari salah satunya adalah Pulau Wawonii. Jepang tertarik dengan Pulau Wawonii karena tempatnya yang strategis sehinnga mendukung dijadikan sebagai salah satu daerah pertahanan di daerah Asia Tenggara. Jepang menguasai Wawonii sebagai salah satu basis pertahanan hal ini dapat dilihat dari sarana dan prasarana yang dibuat oleh tentara Jepang disalah satu gunung yang ada di Pulau Wawonii. Gunung tersebut sangat strategis karena dari gunung ini tentara Jepang dapat memantau pergerakan tentara sekutu dari berbagai aspek yaitu udara, darat dan laut. Sarana dan prasarana yang dibuat oleh tentara Jepang salah satunya adalah menara patroli yang berada di Gunung Kola. Tentara Jepang sangat mudah memantau pergerakan tentara sekutu dari atas menara patroli tersebut, menara patrol tersebut di lenkapi radio untuk menginformasikan setuasi Wawonii di kendari dengan sangat mudah (Muhammad Saleh, wawancara 29 Mei 2016). Pusat komando tentara Jepang yang ada di Pulau Wawonii bertempat di Munse hal tersebut dapat dijumpai dengan banyaknya sarana dan prasarana yang dibuat oleh tentara Jepang seperti pelabuhan, jembatan, jalan, mesin, menara patroli,
35
bunker, dan gua. Gua tersebut untuk dijadikan tempat persembunyian apabila ada pesawat sekutu yang lewat (H. Ibrahim, Wawancara 18 Juni 2016). Pembangunan sarana dan prasarana pada tahun kedua Jepang menduduki Wawonii mengalami suatu kejadian yang merugikan tentara Jepang didepan pelabuhan Munse dengan memuat alat-alat untuk pembangunan sarana dan prasarana telah karam dengan nama kapal tersebut adalah Kapal Sokonara (Muh. Taris. wawancara 27 Mei 2016). Berdasarkan keterangan dari para informan tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa Jepang menguasai Wawonii dengan tujuan menjadikan Wawonii sebagai salah satu basis pertahanan dan menjadikan Wawonii sebagai daerah pemantau pergerakan musuh yang datang dari tentara sekutu. B. Strategi Jepang Untuk Menguasai Wawonii Pendaratan tentara Jepang di Indonesia pada tahun 1942 suatu hal yang cukup menarik. Bahwa salah seorang dari pemimpin pendaratan tentara Jepang di Asia Tenggara ini adalah Admiral Kurita. Demikian proses masuknya Jepang di Indonesia dari satu pulau kepulau lainnya. Apa bila di perhatikan dalam peta penyerangan tentara Jepang di sebelah Timur menunjukan gerakan GURITA. Penyerangan tentara Jepang di sebelah Timur balik papan yang bersumber dari Philipina menunjukan gerakan GURITA yang pendaratannya berturut-turut mulai dari Tarakan pada tanggal 10 Januari 1942, Balik Papan pada tanggal 24 Januari 1942, Manado pada tanggal 11
36
Januari, Kendari tanggal 24 Januari 1942, Kupang 20 Februari 1942 di bawah komando dari Davao pemimpin Admiral Kurita (Aswati.M. 1989 :43). Jepang menduduki Indonesia pada tanggal 8 Maret 1942 untuk menggantikan Belanda. Penyerahan kekuasaan terjadi di Kalijati, tepatnya di Subang. Pada waktu itu, Belanda menyerah tanpa syarat dikarenakan sudah tidak mendapat dukungan dari rakyat Indonesia. Sementara itu, rakyat Indonesia menanti-nanti kedatangan Jepang sebagaimana sesuatu yang tertuang pada ramalan Jayabaya. Rakyat Indonesia juga sudah muak dengan penjajahan Belanda dan ingin membebaskan diri dari hal tersebut. Oleh karena itu, kedatangan Jepang disambut baik oleh rakyat Indonesia Indonesia dibagi menjadi tiga wilayah, yakni Sumatera, Jawa, dan Madura. Sumatera ditempatkan pada Angkatan Darat ke-25. Sumatra merupakan daerah yang paling penting karena wilayah ini merupakan pusat sumber-sumber strategis kebutuhan yang diinginkan oleh Jepang. Sementara itu, Jawa dan Madura berada dibawah Angkatan Darat ke-16. Jawa menjadi pusat sumber daya manusia yang dimanfaatkan oleh Jepang. Strategi Jepang untuk melumpuhkan Indonesia adalah dengan menghapus organisasi pergerakan di Indonesia. Tujuan dihapuskannya organisasi-organisasi ini adalah untuk mengantisipasi perlawanan rakyat Indonesia terhadap Jepang dari segi politik. Gerakan-gerakan organisasi seperti itu juga dianggap meresahkan Jepang. Seluruh organisasi pergerakan di Indonesia dihapuskan oleh Jepang, kecuali
37
organisasi-organisasi Islam. Organisasi Islam tidak dihapuskan oleh Jepang karena organisasi Islam bersifat anti belanda (Anwar Hafid, 2009: 175). Jepang mendirikan organisasi pertamanya pada bulan April 1942, Organisasi ini bernama Gerakan Tiga A. Organisasi Gerakan Tiga A didirikan oleh Jepang untuk menarik simpati rakyat Indonesia. Gerakan Tiga A memiliki slogan yang berisi pelindung Asia, pemimpin Asia, dan cahaya Asia. Gerakan ini diketuai oleh Mr. Syamsudin. Seiring dengan berjalannya Gerakan Tiga A, organisasi ini tidak banyak mendapat dukungan pejabat dari Indonesia. Gerakan Tiga A juga tidak mempunyai tokoh-tokoh yang terkenal dan mampu menarik simpati rakyat Indonesia sehingga gerakan ini menjadi gagal. Setelah gagalnya Gerakan Tiga A, pemerintah Jepang membentuk organisasi baru pada bulan Maret 1943. Organisasi ini bernama Putera (Pusat Tenaga Rakyat). Organisasi ini memiliki tujuan yang sama dengan Gerakan Tiga A, yakni menarik simpati rakyat Indonesia dan membujuk rakyat Indonesia agar mau mendukung Jepang dengan segenap hati dalam peperangan. Organisasi ini beranggotakan tokohtokoh yang dikenal oleh rakyat Indonesia. Tokoh-tokoh yang dimaksud adalah Sukarno sebagai ketuanya, Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Ki Hj. Mas Mansur. Mereka sering disebut sebagai empat serangkai. Pemerintah Jepang melakukan hal seperti ini agar dapat meraih simpati rakyat Indonesia dengan lebih besar. Cara seperti ini berhasil untuk menarik simpati rakyat Indonesia, namun tokoh-tokoh nasional Indonesia berhasil mencari keuntungan untuk memperkuat rasa nasionalisme
38
terhadap tanah air. Organisasi ini juga mendapat sedikit dukungan karena Jepang tidak mau memberi kebebasan kepada kekuatan-kekuatan rakyat yang sangat berpotensi. Akibatnya, organisasi ini digantikan dengan organisasi lain (Nugroho Notosusanto, 1993: 19). Jepang tidak hanya membentuk organisasi politik, tetapi juga organisasi militer dan semimiliter. Organisasi ini banyak yang ditujukan kepada para pemuda di Indonesia. Seinendan (Barisan Pemuda) adalah nama organisasi ini. Seinendan didirikan pada 9 Maret 1943 dengan tujuan melatih dan mendidik pemuda Indonesia agar menjaga dan mempertahankan tanah airnya sendiri. Walaupun sebenarnya organisasi ini dibuat untuk kepentingan Jepang supaya dapat membantunya melawan sekutu, Seinendan tetap menjadi organisasi yang bermanfaat bagi rakyat Indonesia. Para tokoh pergerakan memanfaatkan ini dengan cara menggembleng para pemuda untuk mempertahankan tanah air. Ada lagi organisasi yang bernama Heiho (Pembantu Prajurit Jepang). Organisasi ini didirikan pada bulan April 1943. Heiho berisi anggota para pemuda Indonesia yang dilatih dan dikerahkan untuk membantu prajurit Jepang di medan perang. Heiho diikutsertakan bertempur di Birma dan Kepuluan. Solomon. Ada juga brisan pembantu polisi. Anggotanya berusia 23-25 tahun. Organisasi ini bernama Keibodan apabila di Jawa, Bogodan di Sumatra, dan Borneo Konon Hokokudan. Kemudian, salah satu organisasi militer yang paling berarti adalah Peta (Pembela Tanah Air). Organisasi ini didirikan pada bulan Oktober 1943. Peta adalah pasukan gerilya yang merupakan tentara sukarela bangsa
39
Indonesia. Pemimpin dari Peta adalah Sudirman. Peta bertujuan untuk membantu Jepang melawan tentara sekutu. Korps perwira dari Peta meliputi para pejabat, guru, kyai, dan orang-orang Indonesia yang dulu menjadi serdadu kolonial Belanda. Korps perwira ini akan dilantik menjadi daidanco (komandan batalyon), cudanco (komandan kompi), syodanco (komandan peleton), dan budanco (komandan regu) Pada bulan Oktober 1943, Jepang juga sempat mendirikan organisasi untuk mengendalikan Islam. Organisasi ini menggantikan MIAI. Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) adalah nama organisasi ini. Kepemimpinan Masyumi diserahkan kepada tokoh-tokoh NU dan Muhammadiyah. Ketua Masyumi dipegang oleh Hasjim Asjari yang merupakan pendiri NU (Nugroho Notosusanto, 1993: 26). Organisasi yang menggantikan Putera adalah Jawa Hokokai. Organisasi ini dibentuk pada bulan Januari 1944. Jawa Hokokai juga biasa disebut sebagai Himpunan Kebaktian Jawa. Organisasi ini diketuai oleh Gunseikan. Sukarno dan Hasjim Asjari menjadi penasihat utama, sedangkan Hatta dan Mansur menjadi pengelola. Jepang melakukan hal yang berbeda dalam kepemimpinan Jawa Hokokai. Hal ini dilakukan karena Jepang ingin memanfaatkan tokoh-tokoh nasional tersebut sebagai alat propaganda Jepang, sedangkan para tokoh nasional, khususnya Sukarno juga memanfaatkan Jepang sebagai fasilitas penunjang pemersatu rasa kesatuan akan tanah air. Dalam Jawa Hokokai, terdapat berbagai jenis pekerjaan. Pekerjaan itu diantaranya adalah Izi Hokokai (Himpunan Kebaktian Dokter), Kyoiku Hokokai (Himpunan Kebaktian Pendidik), Fujinkai (Organisasi wanita) dan Keimin Bunko
40
Syidosyo (Pusat budaya). Program Jawa Hokokai ditujukan untuk orang yang berusia lebih dari 14 tahun. Program yang terkenal dalam organisasi ini adalah rukun tetangga (Tonari Gumi). Rukun tetangga ini bertujuan untuk mengorganisasikan seluruh penduduk yang terdiri dari sepuluh sampai dua puluh keluarga untuk mobilisasi, indoktrinisasi, dan pelaporan (Nugroho Notosusanto, 1993: 22). Kebijaksanaan Jepang untuk rakyat Indonesia terbagi menjadi dua bagian, yakni menghapus pengaruh-pengaruh barat dan mendukung mereka untuk kemenangan Jepang. Dalam menghapus pengaruh-pengaruh barat, pemerintah Jepang melakukan suatu pelarangan bahasa Belanda dan Inggris. Bahasa-bahasa ini digantikan oleh bahasa Indonesia. Berbagai buku yang berisikan bahasa Belanda dan Inggris dilarang beredar oleh Jepang. Kemudian, Jepang juga melakukan pembelajaran budaya Jepang. Budaya-budaya seperti itu dilakukan dengan cara pengembangan bahasa Jepang, penerbitan kalender Jepang, dan sebagainya. Sepanjang pendudukan Jepang di Indonesia, rakyat pribumi mengalami penderitaan yang sangat mendalam. Penderitaan ini ditandai dengan adanya suatu bentuk kekerasan seperti romusha dan jugun ianfu. romusha merupakan pekerja paksa yang ada pada zaman Jepang. Kebanyakan yang menjadi romusha adalah petani. Jumlah pekerja yang menjadi Romusha pada waktu itu antara 4 sampai 10 juta jiwa. Jugun ianfu adalah budak seks pada zaman Jepang. Mereka dijadikan sebagai penghibur bagi tentara Jepang. Awalnya, mereka ditawari untuk mendapatkan pekerjaan yang layak bagi pemerintahan Jepang. Akan tetapi, pemerintah Jepang
41
membawanya ke rumah bordil yang berguna sebagai tempat penyaluran nafsu birahi mereka. Akibatnya, banyak jugun ianfu yang mengalami trauma psikis, penyakit kelamin, bahkan kematian akibat pekerjaannya. Perdana Menteri Koiso mengeluarkan janji koiso Pada tanggal 7 September 1944, yang menjanjikan kemerdekaan bagi Indonesia. Akan tetapi, kemerdekaan itu tidak diketahui kapan akan terjadi di Indonesia. Beliau tidak menyebutkan tanggal dan waktu yang jelas. Melalui janji ini, diharapkan rakyat Indonesia mau mendukung Jepang dalam perang sebagai tanda ucapan terima kasih. Bendera Indonesia juga boleh dikibarkan di kantor-kantor Jawa Hokokai Selanjutnya pembentukan kelompok pemuda dan militer yang baru mulai didirikan. Jawa Hokokai mendirikan organisasi pemuda sendiri yang bernama Barisan Pelopor. Selanjutnya pada Desember 1944, Masyumi juga mendirikan Barisan Hizbullah. Organisasi ini diketuai oleh Agus Salim. Pada saat itu, Jepang juga sudah semakin terdesak dengan kondisi perangnya. Armada perang Jepang juga sudah semakin terkikis oleh sekutu. Jepang semakin terdesak dengan keadaanya yang sangat kritis. Akhirnya, Jepang menyerah tanpa sarat kepada sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945. Pada saat itu, pihak sekutu tidak menguasai Indonesia, sedangkan pihak Jepang sudah menyerah. Akibat dari hal ini, terjadi kekosongan kekuasaan atau vacuum of power. Gunseikan mendapatkan perintah khusus untuk mempertahankan status quo sampai kedatangan pasukan sekutu. Namun, Sukarno dan kawan-kawannya takut akan
42
konflik dengan Jepang. Karena ketakutan-ketakutan itu, timbullah jiwa pemberani dari para generasi muda sehingga membawa Sukarno dan Hatta ke Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945. Mereka memilih tempat itu karena tempat itu adalah tempat yang paling aman. Generasi muda bertindak demikian untuk melindungi Sukarno dan Hatta dari pemberontakan Peta dan Heiho. Ternyata, pemberontakan tidak ada pada tempat itu sehingga Sukarno dan Hatta curiga akan pernyataan kemerdekaan diluar pihak Jepang. Mereka berdua tidak mau hal demikian. Akhirnya atas usul Maeda untuk mengembalikan Sukarno dan Hatta ke tempatnya, mereka mengembalikan tokoh pergerakan tersebut ke rumah Maeda di Jakarta. Sesampainya di Jakarta, mereka merancang kemerdekaan sepanjang malam. Sampai pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia diproklamirkan kemerdekaannya oleh Sukarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi di lapangan IKADA secara sederhana. Naskah proklamasi diketik oleh Sayuti Melik. Pada saat itu, naskah proklamasi mengalami perubahan sebanyak tiga kali. Bendera Indonesia dijahit oleh Ibu Fatmawati. Kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan awal dari perjalanan bangsa Indonesia bebas dari penjajahan. Peristiwa proklamasi kemerdekaan ini adalah peristiwa yang paling penting dalam sejarah Indonesia. (S. Silalahi, 2001: 37). Sebelum Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 Pulau Wawonii juga merasakaan pahitnya pendudukan Jepang yang dimana berlangsung sangat singat tapi sangat menyakitkan bagi masyarakat Wawonii. Pulau Wawonii adalah pulau tersendiri yang berada di daerah kekuasan kerajaan Laiwoi, Wawonii
43
dimana sebelumnya adalah daerah kekuasaan Pulau Buton yang menjadi rebutan dari beberapa kerajaan dikawasan timur kemudian menjadi bagian dari kerajaan Laiwo pada tahun 1907 (Basrin Melamba, 2013: 197). Jepang menguasai Wawonii setalah Jepang menguasai Laiwoi (Kendari) pada tanggal 24 Januari 1942 dengan cara menguasai daerah induk Jepang akan dengan mudah menguasai Pulau-Pulau kecil yang ada didalam daerah naugan daerah induk tersebut salah satu Pulau yang dengan mudah dikuasai oleh tentara Jepang adalah Pulau Wawonii setelah tentara Jepang mendaratkan kapal perangnya di Pulau Wawonii pertama kali pada tahun 1942 dan mendarat pada suatu desa yang bernama Munse dan menjadikan desa tersebut sebagai basis pertahanan dan pusat distrik di Pulau Wawonii maka Wawonii menjadi benteng pertahanan terluar untuk mengaman kan kerajaan laiwoi dari tentara sekutu baik dari udara maupun laut (Abdullah wawancara, 27 Mei 2016). Berdasarkan keterangan di atas, dapat diketahui bahwa srtategi Jepang menguasai Wawonii dengan cara menguasai pusat pemerintahan dari kerajaan Wawonii yaitu kerajaan Laiwoi sehingga Jepang dengan mudah menguasai Pulau Wawonii.
44
C. Akibat Pendudukan Jepang Terhadap Kehidupan Masyarakat Wawonii. 1. Dampak Negatif a. Bidang Politik Kebijakan pertama yang dilakukan Dai Nippon (pemerintah militer Jepang) adalah melarang semua rapat dan kegiatan politik. Pada tanggal 20 Maret 1942, dikeluarkan peraturan yang membubarkan semua organisasi politik dan semua bentuk perkumpulan. Pada tanggal 8 September 1942 dikeluarkan UU No. 2 Jepang mengendalikan seluruh organisasi nasional (Muhammad Amir, 2014: 83). Pendudukan Jepang di Kerajaan Laiwoi atau daerah Kendari ini hampir tidak ada perubahan, kecuali terjadi pergantian beberapa istilah bahasa Jepang pergantian itu seperti istilah Afdeeling diganti dengan istilah Ken’ Onderafdeeling diganti dengan Bun Ken, yang masing-masing dijabat oleh Ken Kan Rikan, dan Bun Ken Kan Rikan, istilah distrik dan onderdistrik diganti dengan Gun, demikian istilah kampung diganti dengan istilah Son, yang masing-masing dijabat oleh Gunco, dan Sonco. Daerah Sulawesi Tenggara pada masa pendudukan Jepang bentuk pemerintahan yang ada tidak berubah hanya sebutannya yang berubah Afdeling Buton dan Laiwoi menjadi ken. Kepala pemerintahan yang sebelunya disebut Asisten Residen menjadi Ken Kanrikkan, daerah Onderafdeeling disebut Bun Ken kepala
45
pemerintahan yang sebelumnya disebut controleur menjadi Bun Ken Kanri Kan, raja disebut Syu-Co (Basrin Melamba, 2013: 364). Politik yang digunakan tentara Jepang untuk mendapat simpati dari masyarakat Wawonii dengan melakukan pendekatan kepada masyarakat melaui Gerakan Tiga A yang didalamnya Jepang adalah pelindung Asia, sehingga masyarakat Wawonii bersedia menerima keberadaan tentara Jepang pada masa pendudukan Jepang selain itu juga tentara Jepang memperistri gadis-gadis muda Wawonii sehingga menyebabkan pada masa pendudukan Jepang gadis-gadis muda banyak yang memilih menikah untuk menghindari tentara Jepang baik itu pilihan orang tua maupun pilihan sendiri (Amrin wawancara, 30 Mei 2016). Berdasarkan kutipan di atas pada masa masuknya Jepang di Pulau Wawonii. politik yang digunakan tentara Jepang sangat membantu tentara Jepang untuk menguasai Wawonii karena dengan semboyan Gerakan Tiga A ini
masyarakat
Wawonii
bersedia
menerima
tentara
Jepang
dan
mempersilahkan tentara Jepang untuk membangun basis pertahanan di Pulau Wawonii. b. Bidang Sosial Budaya Pada masa pendudukan Jepang di Sulawesi Tenggara usaha pembentukan semangat Jepang sangat pesat sekali tetapi sebaliknya rasa bangga dengan budaya yang ada di Sulawesi Tenggara lemah sekali karena
46
apa bila masyarakat mau melakukan suatu kegiatan kesenian seperti tari molulo harus mendapt izin dari tentara Jepang dan juga karena tidak adanya waktu diluar dari kesibukan fisik untuk kebutuhan Jepang (Basrin Melamba, 2013: 373). Pada masa pendudukan Jepang di Pulau Wawonii masyarakat harus membiasakan menyapa tentara Jepang dengan cara membungkuk hal ini harus dijadikan kebiasaan masyarakat Wawonii untuk menghargai tentara Jepang (Raswan wawancara, 18 Juni 2016). Sebelum Jepang mengalami kekalahan. Masyarakat Wawonii di ancam akan dilakukan pemenggalan kepala yang di khususkan untuk laki-laki tapi sebelun terlaksana tentra Jepang terlebih dahulu menagalami kekalahan dan meninggalkan Wawonii (Ichwan wawancara, 29 Mei 2016). Berdasarkan kutipan di atas penulis dapat menyipulkan bahwa pada masa pendudukan Jepang di Pulau Wawonii masyarakat tidak dapat keleluasan untuk melakukan aktifitas baik itu secara kebudayaan maupun didalam menjalankan aktivitas sehari-hari. c. Bidang Ekonomi Jepang berusaha untuk mendapatkan dan menguasai sumber-sumber bahan mentah untuk industri perang. Jepang membagi rencananya dalam dua tahap. Tahap penguasaan, yakni menguasai seluruh kekayaan alam termasuk kekayaan milik pemerintah Hindia Belanda. Tahap penyusunan kembali
47
struktur ekonomi wilayah dalam rangka memenuhi kebutuhan perang. Sesuai dengan tahap ini maka pola ekonomi perang direncanakan bahwa setiap wilayah harus melaksanakan autarki. Autarki, artinya setiap wilayah harus mencukupi kebutuhan sendiri dan juga harus dapat menunjang kebutuhan perang. romusa mempunyai persamaan dengan kerja rodi/kerja paksa pada zaman Hindia Belanda, yakni kerja tanpa mendapatkan upah. Memasuki tahun 1944 tuntutan kebutuhan pangan dan perang makin meningkat. Pemerintah Jepang mulai melancarkan kampanye pengerahan barang dan menambah bahan pangan secara besar-besaran yang dilakukan oleh Jawa Hokokai melalui nagyo kumiai (koperasi pertanian), dan instansi pemerintah lainnya. Pengerahan bahan makanan ini dilakukan dengan cara penyerahan padi atau hasil panen lainnya kepada pemerintah. Dari jumlah hasil panen, rakyat hanya boleh memiliki 40 %, 30 % diserahkan kepada pemerintah, dan 30 % lagi diserahkan lumbung untuk persediaan bibit. Selain itu Jepang juga melakukan eksploitasi tenaga manusia. Hal ini akan membawa dampak terhadap masyarakat Indonesia. Puluhan hingga ratusan ribu penduduk desa yang kuat dikerahkan untuk romusa membangun sarana dan prasarana perang, seperti jalan raya, jembatan, lapangan udara, pelabuhan, benteng bawah tanah, dan sebagainya. Mereka dipaksa bekerja keras (romusa) sepanjang hari tanpa diberi upah, makan pun sangat terbatas. Akibatnya, banyak yang kelaparan, sakit dan meninggal ditempat kerja.
48
Sebagai daerah yang merasakaan pendudukan Jepang masyarakat Wawonii juga mengalami penyiksaan yang sangat menyakitkan karena merasakan pahitnya romusa selain
masyarakat Wawonii romusa juga di
datangkan dari luar Wawonii salah satunya dari pulau Bungku pada saat pembuatan pelabuhan masyarakat Wawonii dikumpulkan dan dikerahkan untuk membuat pelabuhan yang terhubung lansung dengan jalan yang lansung kepusat komando yang terletak di atas gunung yang mengakibatkan banyak tenakerja yang harus mengalami penyiksaan tetapi disisi lain pada saat pembuatan selesai masyarakat dibolehkan untuk mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya (Ichwan wawancara, 29 Mei 2016). Berdasarkan pernyataan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pada masa pendudukan Jepang di Pulau Wawonii masyarakat cukup mengalami penindasan dengan adanya romusa. 2. Dampak Positif Pendudukan Jepang di Wawonii selain membawa dampak negatif bagi kehidupan masyarakat Wawonii juga membawa dampak positif bagi masyarakat Wawonii, antara lain: a. Bidang Politik Pendudukan Jepang di Indonesia telah melahirkan rasa nasionalme bagi para pemuda-pemuda Indonesia dengan berbagai doktrin yang di lakukan tentara Jepang dengan cara mendirikan organisasi-organisasi militer antara
49
lain : (1). Pusat Tenaga Rakyat atau Putera, adalah organisasi yang dibentuk pemerintah Jepang di Indonesia pada 16 April 1943 dan dipimpin oleh Empat Serangkai, yaitu Ir.Soekarno M.Hatta, Ki Hajar Dewantoro dan K.H Mas Mansyur. Tujuan Putera adalah untuk membujuk kaum Nasionalis dan intelektual untuk mengabdikan pikiran dan tenaganya untuk kepentingan perang melawan Sekutu dan diharapkan dengan adanya pemimpin orang Indonesia, maka rakyat akan mendukung penuh kegiatan ini. Para pemimpin bangsa Indonesia merasa bahwa satu-satunya cara menghadapi kekejaman militer Jepang adalah dengan bersikap kooperatif. Hal ini semata untuk tetap berusaha mempertahankan kemerdekaan secara tidak langsung. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka mereka sepakat bekerjasama dengan pemerintah militer Jepang dengan pertimbangan lebih menguntungkan dari pada melawan. (2) Tentara Sukarela Pembela Tanah Air atau PETA adalah kesatuan militer yang dibentuk Jepang di Indonesia dalam masa pendudukan Jepang. Tentara Pembela Tanah Air dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943 berdasarkan maklumat Osamu Seirei No 44 yang diumumkan oleh Panglima Tentara Ke-16, Letnan Jendral Kumakichi Harada sebagai Tentara Sukarela. Pelatihan pasukan Peta dipusatkan di kompleks militer Bogor yang diberi nama Jawa Bo-ei Giyûgun Kanbu Resentai. (3). Heiho (tentara pembantu) adalah pasukan yang terdiri dari bangsa Indonesia yang dibentuk oleh tentara pendudukan Jepang di Indonesia pada masa Perang Dunia II. Pasukan ini
50
dibentuk berdasarkan instruksi Bagian Angkatan Darat Markas Besar Umum Kekaisaran Jepang pada tanggal 2 September 1942 dan mulai merekrut anggota pada 22 April 1943. Heiho pada awalnya dimaksudkan untuk membantu pekerjaan kasar militer seperti membangun kubu dan parit pertahanan, menjaga tahanan, dll. Dalam perkembangannya, seiring semakin sengitnya pertempuran, Heiho dipersenjatai dan dilatih untuk diterjunkan di medan perang, bahkan hingga ke Morotai dan Burma (Anwar Hafid, 2009: 132). Salah satu organisasi yang didirikan oleh tentara Jepang adalah organisasi yang di kenal dengan sebutan oraganisasi PETA. Masyarakat Wawonii khususnya kaum muda di doktrin untuk menumbuhkan rasa nasionalisme kaum muda dan mau membantu tentara Jepang apabila ada tentara sekutu yang memasuki daerah Wawonii yang dijadikan basis pertahanan terluar di daerah Timur Indonisia (Ichwan wawancara, 29 Mei 2016). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Wawonii khususnya kaum muda telah banyak direkrut oleh tentar Jepang sebagai pasukan pembela tanah air. b. Bidang Pendidikan Jepang melihat pentingnya peranan pendidikan maka Jepang membentuk generalisasi
Indonesia
yang benar-benar menguntungkan
51
pembinaan Asia Timur Raya.
Oleh karena itu,
pendidikan perlu
dikembangkan disamping pendidikan sebagai wadah pembentukan sebagai generalisasi yang diharapkan memiliki semangat dan jiwa yang berorintasi kepada ide “Asia Timur Raya” juga pendidikan merupaka kekuatan yang bisa digerakkan secara cepat untuk bekerja bagi keperluan pemerintahan dan tentara Jepang. Pendidikan di Indonesia sebelum masa pendudukan Jepang sudah diperkenalkan terlebih dahulu pada masa penjajahan Hindia Belanda yang pada masa pendudukan Jepang hanya melanjutkan dan hanya menghapuskan sistem pendidikan berdasarkan kelas sosial melalui mengubah nama sekolah tersebut seperti sekolah desa (volkschool) dan diubah oleh tentara Jepang dengan menjadi Futsu Kogakko dan vervolgschool yang menjadi Jokyu Kogakku. (Basrin Melamba, 2013: 372). Masa pendudukan Jepang di Pulau Wawonii telah didirikan Sekolah Rakyat (SR) sampai kelas tiga. Pembelajaran yang diajarkan hampir sama dengan pendidikan pada masa Hindia Belanda hanya saja tulisan dan mata pelajaran yang berubah yaitu dengan tulisan Jepang dan mata pelajaran bahasa Jepang (Abdullah wawancara, 27 Mei 2016). Pendudukan Jepang di Wawonii tidak hanya meninggalkan masa-masa yang suram bagi masyarakat Wawonii, akan tetapi ada beberapa dampak positif yang dapat mendorong perkembangan kehidupan masyarakat Wawonii, salah satunya dalam bidang pendidikan. Pada masa pemerintahan
52
Belanda di Wawonii pemerintah menganut sistem pendidikan yang menekankan pada golongan tertentu, hanya orang-orang kaya dan keturunan bangsawan yang dapat mengenyam bangku sekolah sedangkan orang-orang miskin atau masyarakat biasa tidak boleh menempuh pendidikan yang layak. Namun dengan kedatangan Jepang di Wawonii membuka kesempatan bagi masyarakat miskin untuk mengenyam pendidikan. c. Bidang Ekonomi Keadaan dan suasana perang membawa suasana tersendiri dalam kehidupan manusia. Di dalam keadaan perang rakyat cenderung untuk menderita yang selalu dibarengi dengan kesulitan pada semua sektor sarana dan fasilitas kehidupan. dalan suasana perang produksi kebutuhan hidup merosot, sarana perhubungan macet dan segala macam kesusahan dan kesulitan. Pada zaman pendudukan Jepang di Sulawesi Tenggara perdagangan dapat dikatakan lumpuh sama sekali. Bahan-bahan kebutuhan hidup yang umumnya didatangkan dari luar dapat dikatakan hilang dari pasaran (Anwar Hafid, 2009: 128). Pendudukan Jepang di Wawonii membawa dampak tersendiri bagi kehidupan masyarakat di Wawonii. Pada masa pendudukan Jepang
di
Wawonii tentara Jepang membangun sarana dan prasarana yang mendorong perkembangan kehidupan masyarakat di Wawonii salah satunya adalah pelabuhan yang digunakan masyarakat sebagai penghubung antara daerah
53
Wawonii dengan daerah luar. Adanya pelabuhan ini baerdampak positif bagi kehidupan masyatakat Wawonii bahkan masih dapat di rasakan hingga saat ini. Pelabuhan yang didirikan oleh tentara Jepang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Wawonii khususnya di Munse yang terdiri dari 3 Desa dan 1 Kelurahan dimana sebelum adanya pengerasan jalan yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Konawe Kepulauan. Pelabuhan ini adalah satu-satunya pelabuhan yang ada di munse sebelum masuknya bantuan pemerintah pada tahun 2012 untuk membuat pelabuhan baru tetapi pelabuhan peninggalan tentara Jepang masih menjadi andalan masyarakat (Ichwan wawancara, 29 Mei 2016). Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa salah satu peninggalan Jepang yang ada munse memiliki peran penting dalam bidang ekonomi masyarat setempat. d. Bidang Sosial Budaya Selain pelabuhan yang dapat bermanfaat bagi masyarakat Wawonii kolam di bangun oleh tentara Jepang sangat bermanfaat karena di jadikan penampungan air bagi masyarakat yang ada di Kelurahan Munse. Air yang di tampung di kolam penampungan tersebut selanjutnya disalurkan kerumahrumah penduduk dan dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari seperti mencuci, mandi, memasak dan lain sebagainya pemakaian kolam untuk
54
penampungan ini berlangsung sampai tahun 2012 pada saat masuknya program pemerintah maka di buatlah kolam untuk penampungan air baru yang berskala lebih besar dari
kolam peninggalan tentara Jepang
(Amrin
wawancara, 30 Mei 2016). Dari keterangan di atas dapat di ketahui bahwa peninggalan Jepang yang ada Wawonii sangat bermanfaat bagi masyarakat khususnya dua desa yakni kelurahan munse dan desa lapulu yang memanfaatkan peningglan Jepang yang sangat membantu kehidupan masyarakat di desa tersebut.
55
BAB V PENUTUP D. Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan dalam pembahasan hasil penelitian diatas, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut: 1. Latar Belakang Masuknya Jepang di Wawonii Jepang menguasai Wawonii dengan tujuan menjadikan Wawonii sebagai salah satu basis pertahanan. Hal ini dapat dilihat dari sarana dan prasarana yang dibuat oleh tentara Jepang disalah satu gunung yang ada di Pulau Wawonii, gunung tersebut sangat strategis karena dari gunung ini tentara Jepang dapat memantau pergerakan tentara sekutu dari berbagai aspek yaitu udara, darat dan laut sarana dan prasarana yang dibuat oleh tentara Jepang salah satunya menara patroli yang berada pada salah satu gunung dari menara tersebut tentara Jepang sangat mudah memantau pergerakan tentara sekutu hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya pesawat sekutu yang ditembak dan jatuh. 2. Strategi Jepang Untuk Menguasai Wawonii Jepang menguasai Wawonii setalah Jepang menguasai Laiwoi (Kendari) pada tanggal 24 Januari 1942 dengan cara menguasai daerah induk Jepang akan dengan mudah menguasai Pulau-Pulau kecil yang ada didalam daerah naugan daerah induk tersebut salah satu Pulau yang dengan mudah dikuasai oleh tentara Jepang adalah Pulau Wawonii setelah tentara Jepang mendaratkan kapal perangnya di Pulau Wawonii pertama kali
5455
56
pada tahun 1942 dan mendarat pada suatu desa yang bernama Munse dan menjadikan desa tersebut sebagai basis pertahanan dan pusat distrik di Pulau Wawonii. 3. Akibat pendudukan Jepang terhadap kehidupan masyarakat
Wawonii
memberikan dampak dalam berbagai bidang, yaitu: (a) Bidang Politik, yang digunakan tentara Jepang untuk mendapat simpati dari masyarakat Wawonii dengan melakukan pendekatan kepada masyarakat melaui Gerakan Tiga A yang didalamnya Jepang adalah pelindung Asia, sehingga masyarakat Wawonii mau menerima keberadaan tentara Jepang pada masa pendudukan Jepang. (b) Bidang Sosial Budaya, pendudukan Jepang di Wawonii masyarakat harus membiasakan menyapa tentara Jepang dengan cara membukuk hal ini harus dijadikan kebiasaan masyarakat Wawonii untuk menghargai tentara Jepang. (c) Bidang Ekonomi, Wawonii sebagai salah satu daerah yang merasakaan pendudukan Jepang masyarakatnya juga mengalami penyiksaan yang sangat menyakitkan karena merasakan pahitnya romusa. Pada saat pembuatan pelabuhan masyarakat Wawonii dikumpulkan dan dikerahkan untuk membuat pelabuhan yang terhubung langsung dengan jalan yang lansung kepusat komando yang terletak diatas gunung yang mengakibatkan banyak tenaga kerja yang harus mengalami penyiksaan tetapi disisi lain pada saat pembuatan selesai masyarakat dibolehkan untuk mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. (d) Bidang Pendidikan, masa pendudukan Jepang di Pulau Wawonii telah
57
didirikan Sekolah Rakyat (SR) sampai kelas tiga SR pembelajaran yang diajarkan hampir sama dengan pendidikan pada masa Hindia Belanda hanya saja tulisan dan mata pelajaran yang berubah yaitu dengan tulisan Jepang dan mata pelajaran bahasa Jepang. E. Saran-Saran Adapun saran yang dilakukan oleh penulis, yaitu sebagai berikut : 1. Kepada semua pihak, khususnya mahasiswa jurusan pendidikan sejarah untuk terus melakukan dan penelitian mengenai sejarah lokal Sulawesi Tenggara untuk menambah perbendaharaan sejarah nasional guna melestarikan nilai-nilai sejarah perjuangan, khususnya generasi muda. 2. Diharapkan kepada pemerintah setempat, khususnya Konawe Kepulauan agar memberikan pemahaman kepada masyarakat, pentingnya memelihara bendabenda peninggalan sejarah untuk kepentingan parawisata maupun penelitian. 3. Untuk mengungkapkan peristiwa yang terjadi di masa lalu sebagaimana yang terjadi atau mendekati sebenarnya, maka diperlukan penelitian-penelitian yang mendalam. Hal ini diharapkan dapat dihasilkan penulisan sejarah yang dapat dipertanggung jawabkan. F. Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Pembelajaran Sejarah di Sekolah Sejarah dalam pendidikan formal merupakan satu mata pelajaran yang masuk ke dalam lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial yang diajarkan sejak tingkat sekolah dasar sampai pada perguruan tinggi. Tidak dapat dipungkiri bahwa sejarah juga memegang peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Karena dengan belajar sejarah
58
siswa dapat memperoleh kearifan dari masa lalu dan bisa dijadikan pedoman untuk menitih masa kini. Melalui pembelajaran sejarah di sekolah siswa dapat mengetahui perjalanan bangsa dari masa ke masa, yang diharapkan dapat menumbuhkan rasa nasionalisme terhadap Indonesia. Pembelajaran sejarah memberi gambaran siswa tentang sosok pelaku-pelaku sejarah yang berjuang merubah keadaan menjadi lebih baik. Mengambil sisi baik dari tokoh-tokoh sejarah untuk membangun moral siswa. Sehingga cita-cita luhur pendidikan untuk memanusiakan manusia bisa tercapai. Hasil Penelitian tentang “Pendudukan Jepang di Wawonii” kaitannya dengan pembelajaran sejarah dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dapat diajarkan pada tingkat SMP kelas VIII semester genap pada sub kompetensi Proses Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Pada sub bab tersebut dibahas tentang Proses Berakhirnya Kekuasaan Belanda dan Masuknya Jepang ke Indonesia. Terutama pada bagian yang menjelaskan tentang pemerintahan Jepang di Indonesia.
Untuk
membahas materi ini diperlukan waktu selama 2x45 menit (2 jam pelajaran). Adapun strategi yang dapat digunakan oleh guru dalam mengajarkan materi ini yakni dengan metode ceramah yang dipadukan dengan metode diskusi kelompok, agar siswa dapat mendiskusikan tentang proses berakhirnya kekuasaan belanda dan masuknya Jepang ke Indonesia. Dengan ditulisnya Pendudukan Jepang di Wawonii Tahun 1942-1945 dalam bentuk karya tulis ilmiah diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi di sekolah
59
khususnya sekolah yang berada dalam lingkup wilayah Kabupaten Konawe Kepulauan, dalam mata pelajaran sejarah, agar siswa dapat mengetahui Pendudukan Jepang di Wawonii. Agar siswa dapat memetik makna dari peristiwa yang telah dilalui pendahulu mereka untuk dijadikan pelajaran dan dijadikan pertimbangan pada setiap keputusan yang mereka ambil di masa mendatang.
60
DAFTAR PUSTAKA Anwar Hafid. 2009. Sejarah Penyebaran Islam di Sulawesi Tenggara. Kendari: Universitas Muhammadiyah Kendari. 2009. Sejarah Daerah Kolaka. Bandung: Humaniora. Aswati.M.1989.PengaruhPendudukanJepangTerhadapKehidupanMasyarakat Kendari dari Tahun 1942-1945.Kendari. UniversitasHaluoleo Basrin Melamba. 2013. Tolaki Sejarah, Identitas dan Kebudayaan. Yogyakarta: Yukita. Daud Yusuf. 1975. Pertahanan Keamanan dan Strategi Nasional. Jakarta : Rajawali Press. Djoko Dwiyanto. 1998. Hari Hari Menjelang Proklamasi Kemerdekaan. Jakarta: Balai Pustaka Dudung Abdurahman. 2007. Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media. Dyah Wijayanti. 2014. Kehidupan Sosial Masyarakat di Bunken Kendari Pada Masa Pendudukan Jepang (1942-1945) Skripsi. Kendari: FKIP UHO. Helius Sjamsuddin. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Kuntowijoyo. 2013. Pengatar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana. Masheriyo. 2007. Masuknya Bangsa Barat dan Perlawanan Rakyat. http://masheriyo. Blogspot. Com//2007/11/masuknya bangsa barat dan perlawanan.html. diakses tanggal 27-01-2016. Muhammad Arif. 2011. Pengantar Kajian Sejarah. Bandung: Irama Widya.
61
Muhhad amir. 2014. Perjuangan Muhhad Saleh Menentang Jepang Dan Belanda di Mandar 1942-1947. Makassar: Arus Timur. Nugroho Notosusanto. 1978. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer, Jakarta: Yayasan Idayu. Nugroho Notosusanto. 1993. Sejarah Nasional Indonesia VI, Jakarta: Balai Pustaka. Ogah. 2001. Penjajahan Imprealistis Ole “The Republic Of Indonesia” http://www. Library. Ohio. Edu/indopubs/2011/09/10. Html. Diakses tanggal
27-01-
2016. Ridwan 2003. Pendudukan Jepang di Poleang Timur (1942-1945). Skripsi. Kendari: FKIP Unhalu. Rifai Nur. 2014. Filsafat Sejarah, Jakarta: Puspem S. Silalahi. 2001. Dasa-Dasar Indonesia Merdeka. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta. Sutrisno. 1977. Sejarah Daerah Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Yogyakarta. Zaenal Abidin. 2013. Pendudukan Jepang dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Masyarakat Poleang (1942-1945). Skripsi. Kendari: FKIP UHO.
62
DAFTAR INFORMAN
1. Nama
: H. Ibrahim
Umur
: 103 Tahun
Pekejaan
: Petani
Alamat
: Desa Tekonea
2. Nama
: Abdullah
Umur
: 83 Tahun
Pekejaan
: Petani
Alamat
: Kelurahan Munse
3. Nama
: Muh. Taris
Umur
: 82 Tahun
Pekejaan
: Petani
Alamat
: Desa Tekonea
4. Nama
:Muh. Saleh
Umur
: 72 Tahun
Pekejaan
: Petani
Alamat
: Desa Munse
5. Nama
: Raswan
Umur
: 78 Tahun
Pekejaan
: Petani
Alamat
: Desa Tekonea
63
6. Nama
: Ichwan
Umur
: 58 Tahun
Pekejaan
: PNS
Alamat
: Kelurahan Munse
7. Nama
: Amrin
Umur
: 57 Tahun
Pekejaan
: Petani
Alamat
: Kelurahan Munse
64
LAMPIRAN-LAMPIRAN
65
Gambar 1. Roda Gila Peninggalan Jepang di Kecamatan Wawonii Timur Kelurahan Munse Kabupaten Konawe Kepulauan (Dokumentasi 25 Mei 2016)
Gambar 2. Bekas Pelabuhan yang di buat oleh Tentara Jepang di Kecamatan Wawonii Timur Kelurahan Munse Kabupaten Konawe Kepulauan (Dokumentasi 20 Mei 2016)
66
Gambar 3. Terowongan yang di buat Tentara Jepang di Kecamatan Wawonii Timur Kelurahan Munse Kabaten Konawe Kepulauan (Dokumentasi 25 Mei 2016)
Gambar 4. Gua Persembunyian Tentara Jepang di Kecamatan Wawonii Timur Kelurahan Munse (Kabupaten Kanawe Kepulauan (Dokumentasi 25 Mei 2016)
67
Gambar 5. Kolam Peninggalan Jepang di Kecamatan Wawonii Timur Kelurahan Munse Kabupaten Konawe Kepulauan ( (Dokumentasi 25 Mei 2016)
Gambar 6. Bekas Rumah Tentara Jepang di Kecamatan Wawonii Timur Kelurahan Munse Kabupaten Kanawe Kepulauan (Dokumentasi 25 Mei 2016)
68
Gambar 7. Jalan yang di buat oleh Tentara Jepang di Kecamatan Wawonii Timur Kelurahan Munse Kabupaten Konawe Kepulauan (Dokumentasi 25 Mei 2016)
Gambar 8. Menara Patroli Tentara Jepang di Kecamatan Wawonii Timur Kelurahan Munse Kabupaten Konawe Kepulauan (Dokumentasi 5 Juni 2016).
69
Gambar 9. Lokasi jatuhnya pesawat yang di tembak oleh tentara Jepang sekarang telah di jadikan lahan persawahan oleh masyarkat di Desa Ladianta Kecamatan Wawonii Timur Laut Kabupaten Konawe Kepulauan (Dokumentasi 5 Juni 2016).
Gambar 10. Puing- puing pesawat yang di tembak oleh tentara Jepang yang jatuh di Desa Ladianta Kecamatan Wawonii Timur Laut Kabupaten Konawe Kepulauan (Dokumentasi 5 Juni 2016).
70
Gambar 11. Wawancara dengan Pak Muh. Taris Salah Seorang saksi Sejarah Zaman Pendudukan Jepang di Wawonii 1942-1945 (Dokumentasi, 27-05-2016)
Gambar 12. Wawancara dengan Pak Abdullah Salah Seorang saksi Sejarah Zaman Pendudukan Jepang di Wawonii 1942-1945 (Dokumentasi, 27-05-2016)
71
Gambar 13. Wawancara dengan Muh. Saleh Anak Dari Pelaku Sejarah Zaman Pendudukan Jepang di Wawonii 1942-1945 (Dokumentasi, 29-05-2016)
Gambar 14. Wawancara dengan H. Ibrahim Salah Satu Pelaku Sejarah Zaman Pendudukan Jepang di Wawonii 1942-1945 (Dokumentasi, 15-06-2016)
72
Gambar 15. Wawancara dengan Raswan Salah Satu saksi Sejarah Zaman Pendudukan Jepang di Wawonii 1942-1945 (Dokumentasi, 15-06-2016)
Gambar 16. Wawancara dengan Ichwan Anak dari Pelaku Sejarah Zaman Pendudukan Jepang di Wawonii 1942-1945 (Dokumentasi, 29-05-2016).
73
PETA JALUR MASUKNYA JEPANG DI INDONESIA
Diakses pada tanggal 22-06-2016
74
PETA SULAWESI TENGGARA
Diakses pada tanggal 22-06-2016
75
PETA PULAU WAWONII
Diakses pada tanggal 22-06-2016
76
77