Vol.12.No.1. Februari 2012
Jurnal Momentum
ISSN : 1693-752X
Pendidikan Kebencanaan Di Sekolah – Sekolah Di Indonesia Berdasarkan Beberapa Sudut Pandang Disiplin Ilmu Pengetahuan Oleh : Leli Honesti*, Nazwar Djali** *Dosen Teknil Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Padang, ** Dosen Teknil Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta
Abstrak Sebagai sebuah negara dengan beragam jenis bencana yang tak pernah putus dari waktu ke waktu, maka seharusnya di negeri ini dimulai pendidikan kebencanaan disekolah-sekolah. Berdasarkan dari sudut pandang dari keterpaduan ilmu pengetahuan (transdisiplinaritas), kurikulum kebencanaan dapat diintegarasikan dalam beberapa materi pelajaran sekolah yang kuat kaiannya dengan kebencanaan. Dengan melihat dari berbagai sudut pandang, maka pendidikan kebencanaan dapat disisipkan / dimasukan dalam materi mata pelajaran terkait, antara lain IPA, IPS, Sains, Bahasa Indonesia, Matematika, serta Agama. Diharapkan setelah itu siswa dapat memenej bencana dengan baik dan utuh sehingga mitigasi bencana dapat terlaksana dengan baik dan mempunyai efek domino terhadap orang lain diluar lingkungan sekolah. Kata-kata kunci : bencana, pendidikan, keterpaduan, efek domino.
Abstract As a country has kind of disaster and so in the schools of Indonesia should be started to give education of hazard Based an the view of transdisciplinary of knowledge, curriculum of disaster can be integrated in saveral lessons of schools that have connection with disaster. By viewing from several aspects, disaster education should be inserted at Social, Sains, Indonesia Leanguage, Mathematics and Religion. We hope after that the students can good manage the disaster and disaster mitigation can be carried out and has domino effect to others outside the schools. Keywords : disaster, education, transdisciplinary, domino effects
1.
Beberapa bencana besar yang telah melanda Indonesia dalam beberapa waktu terakhir ini sebagai contoh adalah gempa Sumatera Barat, yang dimulai dari bencana gempa tahun 2007 dan berlanjut gempa 30 September 2009 dengan kekuatan 7,6 skala richter yang telah meluluh lantakkan sebagian dari daerah di Sumatera Barat seperti kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam dan Kabupaten Pesisir Selatan. Gempa ini menyebabkan kerugian harta benda, nyawa manusia dan dampak psikologis bagi para korban. Kemudian dilanjutkan di Kepulauan
Pendahuluan
Bencana adalah suatu malapetaka yang luar biasa yang datang bisa kapan saja tanpa diduga waktunya dengan tepat. Dalam UndangUndang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana menjelaskan bahwa bencana adalah sebuah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam, mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/ atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerugian harta benda, dampak psikologis dan gangguan kesehatan mental yang lebih komplek.
Mentawai pada tanggal 25 Oktober 2010, tsunami yang dipicu gempa berkekuatan 7.2 skala richter telah menimbulkan kerugian yang
51
Vol.12.No.1. Februari 2012
Jurnal Momentum
besar di kepulauan kecil ini. Lebih dari 500 orang dinyatakan tewas dan 500 orang sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya. Belum lagi di tempat lain, seperti gunung merapi Jokjakarta yang terkenal paling aktif di Indonesia, erupsi pertama terjadi setelah berselang sehari pasca bencana di Mentawai, dilanjutkan dengan erupsi kedua yang merupakan erupsi terbesar sepanjang 100 tahun terakhir diawal November 2010. Hampir 400 penduduk di sekitar gunung tersebut tewas akibat letusan gunung ini dan juga menimbulkan kerugian harta dan benda masyarakat sekitarnya. Semua fenomena alam ini sungguh mengerikan. Di luar negeri, seperti di Jepang, gempa dengan kekuatan 8,9 skala richter yang disusul dengan tsunami dan kemudian dilanjutkan dengan meledaknya reaktor nuklir di daerah sekitarnya telah menyebabkan kerugian yang sangat besar. Manusia yang terluka dan meninggal, kerugian harta, benda dan rumah adalah potret yang begitu menyedihkan bagaimana begitu besar dampak dari suatu bencana walaupun daerah itu sudah memiliki manajemen bencana yang sangat baik.
ISSN : 1693-752X
Grafik 2 : Rumah Rusak Akibat Gempa Sepanjang Tahun 2010
Sumber : USGS
Tabel 1: Jenis, Jumlah dan Korban Bencana Sepanjang Tahun 2010 Korban Jumlah Kejadian Bencana Meninggal Kejadian Dunia Banjir 247 408 Angin Topan 154 38 Tanah Longsor 146 199 Kebakaran 98 16 Banjir dan Tanah 31 38 Longsor Kecelakaan 16 167 Transportasi Gempa Bumi 14 19 Gelombang Pasang / 7 0 Abrasi Kebakaran Hutan dan 4 0 Lahan Konflik / Kerusuhan 4 5 Soisal Letusan Gunung Api 3 394 Kekeringan 3 2 Kecelakaan Industri 1 0 Gempa Bumi dan 1 503 Tsunami Sumber : Badan Nasional Penanggulangan Bencana, (2010)
Grafik 1 : Rekapitulasi Bencana di Indonesia Sepanjang Tahun 2010
Sumber : USGS
52
Vol.12.No.1. Februari 2012
Jurnal Momentum
ISSN : 1693-752X
Berdasarkan cakupan wilayahnya a. Bencana lokal : bencana ini biasanya memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang berdekatan. Bencana terjadi pada sebuah gedung atau bangunan bangunan sekitarnya, akibat dari kelalainan manusia seperti kebakaran, terorisme, kebocoran bahan kimia, keruntuhan bangunan disebabkan pembebanan yang melebihi daya dukung optimal bangunan tersebut dan sebagainya. b. Bencana regional : jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis yang cukup luas dan biasanya disebabkan oleh faktor alam seperti banjir, letusan gunung api, badai dan sebagainya. c. Bencana internasional : adalah bencana alam yang melanda dua atau lebih negara karena bencana alam ini mencakup wilayah yang lebih luas dari bencana regional. Bencana alam yang termasuk bencana alam internasional misalnya, gempa bumi, tsunami, badai dan sebagainya.
Sumber : USGS
Gambar 1 : Gunung Api di Indonesia
3. Pemahaman tentang Berbagai Sudut Pandang Disiplin Ilmu Pengetahuan Komponen yang komplek adalah hukum alam. Pada hukum alam semua disiplin ilmu saling terkait satu dengan yang lainnya dan merupakan sesuatu yang sangat komplek dan rumit dan manusia telah menguraikannya satu persatu. Tapi walaupun begitu semuanya saling terkait satu dengan yang lainnya. Masalah paling penting yang dihadapi manusia adalah masalah kompleksitas yang dicirikan dengan ketidak menentuan, multi perspektif dan proses saling keterkaitan antara satu dengan yang lainnya (Apgar et.al,2009). Berdasarkan pandangan ini dapat dikatakan bahwa untuk menyelesaikan satu permasalahan tidak bisa diselesaikan hanya dengan satu sudut pandang atau satu bidang disiplin ilmu. Berdasarkaaan hal ini maka para pakar memahami dan menyelesaikan masalah berdasarkan lintas disiplin ilmu atau disebut transdisiplin.
201 Sumber : USGS
Gambar 2. Keadaan Seismografi di Indonesia
Berbagai bencana alam sebagai fenomena pemanasan global merupakan dampak dari degradasi hutan. Dikhawatirkan jika degradasi dan deforesasi hutan terus berlanjut diperkirakan 20% pulau di wilayah Indonesia akan tenggelam seiring dengan naiknya suhu sekitar 2 derajad celcius dan cuaca disekitar akibat pemanasan global ( San Afri Awang, 2008). Demikian juga krisis air yang terjadi saat ini akan semakin parah. Ketersediaan air permukaa di pulau Jawa dan Bali sudah berada pada titik kritis dengan perbandingan tingkat pengguna dan ketersediaan air lebih dari 50% (Hidayat Pawitan, 2009) 2.
Klasifikasi Bencana
53
Vol.12.No.1. Februari 2012
Jurnal Momentum
c. Bencana alam merupakan proses geologi, geofisika, hidrologi dan meteorologi.
Menurut Wikipedia, transdisiplinaritas adalah strategi penelitian lintas disiplin untuk menciptakan suatu pendekatan yang holistic. Strategi ini digunakan sebagai upaya penelitian yang memfokuskan pada permasalahan lintas atau dua atau lebih disiplin. Inti dari definisi ini adalah bahwa transdisiplinaritas adalah merupakan suatu strategi dengan tujuan untuk memahami suatu masalah dengan melibatkan lebih dari dua disiplin (Uwes A.Chaeruman, 2010). Secara sederhana, transdisiplinaritas didefinisikan sebagai suatu proses yang dicirikan dengan adanya integrasi upaya dari berbagai disiplin (multi disciplines) untuk memahami isu atau masalah (UNESCO, 1998 : 31). Ini adalah konsep yang sederhana tentang trandisiplinaritas. 3.1.
Pendekatan Pemahaman Dilihat dari Sudut Konvensional
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan membuka mata kita bahwa bencana itu bukan hanya sekedar takdir, tapi adalah karena proses alam yang dapat dipelajari melalui ilmu pengetahuan misalnya dengan penerapan ilmu geofisika yaitu geofisika bumi padat (geologi) dan oseonografi (laut) dapat diketahui keberadaan gempa bumi dan tsunami. Dengan keberadaan ilmu pengetahuan geofisika tentang meteorologi (udara) kita akan mempelajari dan mengetahui tentang iklim, musim, badai dan sebagainya. Dengan keberadaan ilmu pengetahuan tersebut membuka mata bahwa bencana bisa diprediksi dan bahayanya dapat diminimilisasi.
Bencana Pandang
3.3.
Pandangan masyarakat tentang bencana berbeda pada tiap masyarakat di suatu daerah. Kemunculan pandangan tentang bencana dipengaruhi oleh kepercayaan masyarakat setempat, adat istiadat atau sejarah masyarakat disuatu tempat. Berdasarkan hal ini akan membedakan respon masyarakat terhadap bencana itu sendiri. Sebagian masyarakat menganggap bahwa suatu bencana terjadi karena dipengaruhi oleh kejadian yang lain. Kemudian ada anggapan bahwa suatu bencana terjadi karena takdir dari Tuhan dan kita tidak bisa melawan takdir atau juga berupa peringatan dari Tuhan. 3.2.
ISSN : 1693-752X
Pendekatan Pemahaman Bencana Dilihat dari Sudut Pandang Ilmu Sosial antara lain : a. Bencana lebih banyak menimpa pada masyarakat yang rentan b. Bencana lebih banyak terjadi karena ulah manusia itu sendiri dan karena ketidaktahuan dan ketidaksiapan manusia. c. Bencana dapat menyebabkan kerugian harta benda dan nyawa manusia.
Sesuai dengan perkembangan ilmu sosial maka bencana dapat dilihat sebagai masalah sosial karena suatu kejadian disebut bencana jika sudah mempunyai dampak secara sosial masyarakat. Pandangan ini memfokuskan pada bagaimana tanggapan dan kesiapan masyarakat menghadapi bahaya. Bahaya adalah fenomena alam tetapi bencana bukanlah alami.
Pendekatan Pemahaman Bencana Dilihat dari Sudut Pandang atau melalui Pendekatan Ilmu Pengetahuian Alam.
Pendekatan pemahaman bencana dilihat dari sudut pandang atau pendekatan ilmu pengetahuan alam antara lain :
3.4.
a. Bencana merupakan resiko dari bahaya (hazard), kerentanan (vulnerability) dan ketahanan (capacity). b. Faktor-faktor resiko bencana tersebut bisa diprediksi.
54
Pendekatan Pemahaman Bencana Dilihat dari Sudut Pandang Pendekatan Ilmu Terapan a. Bencana alam dapat mengakibatkan kerusakan infrastruktur b. Bencana adalah akibat dari lemahnya ketahanan dari suatu wilayah atau masyarakat
Vol.12.No.1. Februari 2012
Jurnal Momentum
isu tersebut di lingkungan masyarakat. Peran guru adalah pada pra bencana, sehingga kegiatan pendidikan kebencanaan dapat dilakukan dengan terencana, terarah, terstruktur dan terukur. Siswa dapat dididik dengan karakter tanggap bencana dan karakter memperlakukan alam dengan baik dan benar.
c. Skala bencana adalah berdasarkan jumlah korban, tingkat kerusakan dan tingkat kerugian. Pandangan ini melihat bencana pada besarnya ketahanan atau tingkat kerusakan akibat bencana. Hal ini didasarkan oleh pandangan ilmu-ilmu teknik sipil. Pengkajian bencana lebih ditujukan pada ketahanan konstruksi bangunan tersebut dalam menghadapi bencana dan untuk memperkecil kerusakan. 3.5.
ISSN : 1693-752X
Tujuan dari pembelajaran pendidikan kebencanaan di sekolah adalah : (1) membentuk kesadaran siswa atas kebencanaan sejak usia dini dengan kesadaran atas penyelamatan lingkungan dan akibat akibatnya sehingga terbangun kesadaran terhadap lingkungan hidup dan semakin mengenal dan mengetahui fenomena alam yang menyebabkan potensi bencana, (2) menciptakan landasan yang kuat dan berkelanjutan dalam pengurangan resiko bencana (PRB) sehingga terujudnya komunitas-komunitas masyarakat sadar bencana, (3) mendidik siswa tentang pentingnya pendidikan kebencanaan sejak dini sehingga membantu penyelamatan dan kesiagaan dalam menghadapi bencana, (4) menanamkan kesadaran kepada anak didik tentang psikologis dampak orang yang tertimpa bencana ,(5) pengenalan wilayahwilayah yang mengancam daerah – daerah yang sangat potensial kena imbas bencana, (6) Menjadikan masyarakat yang mampu merekatkan solidaritas sosial dan rasa tanggung jawab sosial bersama.
Pemahaman Bencana Melalui Pendekatan Keterpaduan Ilmu Pengetahuan (transdisiplinaritas) : a. Bencana adalah dampak dari pembangunan b. Ancaman dan kerentanan dapat dianalisa untuk menentukan resiko bencana c. Manajemen penanggulangan bencana berbasis masyarakat.
4. Pentingnya Pendidikan Kebencanaan Diberikan di Sekolah- Sekolah di Indonesia Dari berbagai pengalaman menunjukkan bahwa Indonesia belum sanggup melaksanakan penanganan bencana secara profesional, proporsional dan holistic. Saat ini yang ada hanyalah sebatas sporadik dan sesaat saja dan juga dilakukan jika sudah terjadi bencana. Penanganannya hanya sebatas memberi bantuan pada saat tanggap darurat.
4.1.
Untuk itu banyak hal yang bisa digali pada pendidikan kebencanaan di sekolah. Ini dapat dimulai dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat sekolah menengah atas. Masyarakat di seluruh dunia sudah memandang bahwa anak anak menghadirkan harapan masa depan. Sekolah mempunyai dampak langsung terhadap generasi muda dan sekolah harus menanamkan nilai nilai budaya dan menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pendidikan kebencanaan di sekolah dasar dan menengah membantu anak anak memainkan peranan penting dalam penyelamatan hidup dan perlindungan anggota masyarakat. Penyelenggaraaan pendidikan tentang resiko bencana kedalam kurikulum sekolah sangat membantu dalam membangun kesadaran akan
Penerapan Kurikulum Pendidikan Bencana
Hal hal yang diprioritaskan pada penerapan kurikulum pendidikan bencana adalah : (1) pemberdayaan peran kelembagaan dan kemampuan komunitas sekolah, (2) pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana (PRB) ke dalam kurikulum satuan pendidikan formal baik intra maupun ekstra kurikuler, (3) membangun kemitraan dan jaringan antar pihak untuk mendukung pelaksanaan PRB di sekolah. Berdasarkan dari sudut pandang dari keterpaduan ilmu pengetahuan (transdisiplinaritas), kurikulum kebencanaan dapat diintegrasikan dalam beberapa mata pelajaran sekolah yang kuat kaitannya dengan
55
Vol.12.No.1. Februari 2012
Jurnal Momentum
kebencanaan. Dengan melihat dari berbagai sudut pandang, maka pendidikan kebencanaan dapat disisipkan/ dimasukkan dalam mata pelajaran terkait, antara lain IPA, IPS, Sains, Bahasa Indonesia, Matematika serta Agama. Pada pelajaran IPA dan Geografi siswa akan mendapatkan pengetahuan tentang : (1) cinta lingkungan dan menjaga kelestarian alam dengan mengetahui dan memahami bahaya polusi, bahaya penjarahan hutan, bahaya alih fungsi lahan, teknologi tidak tepat guna wabah penyakit dsb (2) bersahabat dengan alam (living with risk) (3) pengetahuan tentang asal muasal dan penyebab bencana, pengetahuan tentang gempa tektonik dan vulkanik, tsunami, banjir dan penyebabnya, dll, Pada pelajaran IPS difokuskan bagaimana budaya disiplin, kehidupan berpolitik, konflik atau kerusuhan dan juga bagaimana konteks kehidupan bersama saat terjadi bencana sehingga siswa dapat mengembangkan rasa simpati dan empati. Pada pelajaran kewarganegaraan difokuskan pada hubungan bermasyarakat saat terjadi bencana. Dalam pelajaran bahasa Indonesia dapat berupa kalimat atau teks bacaan dsb. Semua ini bertujuan agar siswa dapat memahami semua ancaman bahaya geologi, ancaman bahaya iklim, bahaya lingkungan teknologi, ancaman bahaya sosial dan bagaimana mengantisipasi serta meminimilisasi bahaya tersebut. Dalam hal ini tentu saja muatannya disesuaikan dengan tingkatan sekolah siswa, yang dimulai dari tingkat SD, SMP sampai tingkat SMA. Diharapkan setelah itu siswa dapat memanajemen bencana dengan baik dan utuh sehingga mitigasi bencana dapat terlaksana dengan baik dan mempunyai efek domino terhadap orang lain di luar lingkungan sekolah. Pada kegiatan ekstra kurikuler dapat melaksanakan pelatihan untuk menghadapi bencana, misalnya dilaksanakan simulasi jika ada gempa sehingga tidak panik saat bencana datang, di daerah pesisir diingatkan agar hati hati bila melihat air laut tiba –tiba surut setelah terjadi gempa. Juga pelatihan tata cara menangani bencana gempa, banjir tsunami dan sebagainya. Daftar Pustaka 1. A Chaeruman, Uwes, Memahami Konsep Trandisiplinaritas dan Pendidikan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
ISSN : 1693-752X Transdisiplin, Teraju Mizan, Bandung, 2010. Fema, Earthquake Preparedness (what Every Child Care Provider Need to Know), School Earthquake Safety Guides, British Columbia, 2006. Bakornas PBP. Konsepsi dan Manajemen Bencana, Lokakarya Manajemen Bencana. 2005. Bambang Jatmiko, Bencana dan Korelasinya dengan Kesehatan Mental, Whisnu, 2011. D Pratiwi. dkk, Penataan Kota dan Permukiman untuk Mengurangi Resiko Bencana, LPPM ITB, Bandung, 2006. Gidley, Jennifer, Evolving Education : a Postformal-Integral Plannetary Gaze at the Evalution of Conscionsness and the Educational Imperatives. A thesis Submitted for the Degree of Doctor of Philosophy School of Education, 2008. Irene Astuti, Siti dkk, Peran Sekolah dalam Pembelajaran Mitigasi Bencana, Journal Dialog Penanggulangan Bencana, Volume 1, no.1, 2010. Permana, Rendra. Mengubah Paradigma Penanganan Bencana di Indonesia, Jakarta, 2006 Purwati, Ani, Kerusakan Bumi dan Fenomena Bencana Alam, artikel, 2009.