BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik 1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran wajib di Sekolah termasuk Sekolah Dasar, karena pendidikan jasmani masuk dalam kurikulum pendidikan. Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui penyediaan pengalaman belajar kepada siswa berupa aktifitas jasmani, bermain dan berolahraga yang
direncanakan
secara
sistematis
guna
merangsang
pertumbuhan
dan
perkembangan fisik, keterampilan motorik, keterampilan berfikir, emosional, sosial dan moral (Depdiknas, 2007: 1). Belajar dan pembelajaran merupakan dua konsep yang berkaitan erat. Gagne Briggs dan Wager dalam Udin S Winaputra (2008; 19) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Pada dasarnya lingkungan bukan hanya tempat melakukan pengajaran, tetapi juga termasuk metode-metode, media dan peralatan yang diperlukan untuk menyampaikan informasi dan pedoman peserta didik untuk belajar.Susunan informasi dan lingkungan biasanya menjadi tanggung jawab guru dan pembuat kebijakan pendidikan. Pemilihan strategi dalam pembelajaran tergantung dari lingkungan yaitu metode-metode, media, peralatan dan fasilitas, serta cara bagaimana informasi tersebut terkumpul dan digunakan. Peran pengajar atau guru sangat penting dalam proses perencanaan pembelajaran, dengan bekerja
8
samadengan sesama guru dan ahli media untuk memasukan kedalam proses pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajarnya. Pembelajaran menurut Romiszowski sebagaiman dikutip Udin S Winataputra (1995:2) adalah proses membuat orang melakukan proses belajar sesuai dengan rancangan. Pendapat Lidgren dikutip oleh Toeti Soekamto dan Udin S Winataputra (1997:52) bahwa di lingkungan sistem pendidikan mencakup tiga faktor yang menentukan, yaitu: a. Peserta didik, tanpa adanya peserta didik tidak akan ada proses belajar. b. Proses belajar, adalah apa saja yang dihayati oleh peserta didik pada saat mereka belajar, bukan apa yang harus dilakukan oleh guru atau pelatih untuk mengajarkan materi pelajaran, tetapi apa yang dilakukan oleh peserta didik
untuk
mempelajarinya. c. Situasi belajar, adalah lingkungan tempat terjadinya proses belajar. Pendapat senada dikemukakan oleh Cholik dan Lutan dalam Helmy Firmansyah (2009: 41) bahwa pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang melibatkan interaksi antara peserta didik dengan lingkungan yang dikelola melalui aktivitas jasmani secara sistematik menuju pembentukan manusia seutuhnya. Secara esensial, pendidikan jamani adalah proses belajar untuk bergerak dan belajar melalui gerak (Helmy Firmansyah, 2009: 42). Jadi Pembelajaran pendidikan jasmani yang harus diterapkan pada anak didik harus mengarah kepada Developmental Appropriate Practice (DAP), artinya dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani harus disesuaikan dengan kondisi perkembangan anak didik (siswa) secara praktis, maksudnya dalam penyelenggaraan PBM tidak berpanjang lebar, baik itu
9
cara memberikan intruksi maupun pelaksanaan kepada siswa. Paling utama dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani dalam situasi yang demokratis dan Enjoyment Of Sport (dalam berolahraga penuh dengan kegembiraan), (sudijandoko A., 2008). 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Dalam kegiatan pembelajaran siswa tidaklah selalu berhasil, tetapi kadangkadang juga mengalami kegagalan. Berhasil tidaknya siswa dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapaun faktor-faktor tersebut menurut Sumadi Surya Brata (1989:249) dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: faktor-faktor internal(faktor sosial dan non sosial) faktor eksternal (faktor fisiologis dan psikologis). a. Faktor non sosial dapat dikelompokan kedalam faktor-faktor non sosial, misalnya adalah keadaan udarah, cuaca, tempat atau gedung, alat-alat, buku, alat peraga dan sebagainya. Semua faktor yang termasuk dalam golongan ini perlu dilengkapi dan diatur mengingat situasi dan kondisi tempat. Jika sekolah berlangsung dipagi hari mestinya tak ada masalah tentang suhu udarah, lain halnya dengan sekolah diwaktu siang, sore, bahkan malam, pada waktu siang udarah panas, sehingga pelajar tak begitu keresahan dalam ruang apalagi jika suasana kelas sempit dekat dengan keramaian. Hal ini dapat menimbulkan kurang berkosentrasi, demikian juga tentang peralatan perlu dilengkapi sehingga menjadi lebih jelas dan menekan verbalisme bagi siswa.Sedangkan faktor sosial yang dimaksud adalah faktor manusia, baik manusia itu hadir atau tidak. Sebagai contoh adalah foto, tv, dan lain sebagainya. Dengan hadirnya manusia lain ketika seseorang sedang belajar
10
menimbulkan gerakan aktifitas pelajar begitu juga suara atau bunyi musik dapat menyebabkan kosentrasi pada waktu belajar buyar. Mengingat pengaruh itu hendaklah dipertimbangkan bagi para siswa agar proses belajar tetap berlangsung dengan efektif dan efesien b. Faktor fisiologis adalah kesehatan cacat badan, kesehatan merupakan faktor penting dalam belajar. Untuk dapat belajar dengan baik dan dapat berkosentrasi dengan optimal, maka kesehatan itu perlu dipelihara dengan sebaik-baiknya. Sehubungan dengan hal ini maka perlu diingat tentang gizi makan sebab orang yang tercukupi gizinya akan lebih tekun, giat, dan gigih. Lain dengan yang kurang gizi mereka akan cepat merasa lesu, ngantuk dan lelah. Sedangkan sakit badan dapat
dicontohkan
seperti
pengelihatan
yang
kabur,
gugup,
dan
sebagainya.Adapun faktor psikologis adalah faktor yang berhubungan dengan kejiwaan (psikis atau rohaniah). Yang termasuk faktor psikologis antara lain : kecerdasan, perhatian , minat, bakat, emosi, dan motivasi. Salah satu faktor eksternal yang penting adalah perangkat kurikulum yang telah ditetapkan. Kurikulum yang sekarang diberlakukan adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Dalam
pelaksanaan
pembelajaran
maka
guru
dan
metode
pembelajaran memegang peranan yang sangat penting untuk keberhasilan proses pembelajaran maupun hasil pembelajaran. Jadi suatu pembelajarankhususnya pendidikan jasmani agar mendapatkan hasil yang efektif dan berkualitas, sangat diperlukan adanya beberapa perangkat dan komponen dan konsep yang benarbenar memenuhi tuntutan tersebut. Guru dalam proses belajar mengajar dituntut adanya persiapan administrasi, fisik serta wawasan yang berinovasi tinggi secara
11
menyeluruh baik itu: fisik, mental, emosional, disiplin, kerjasama, fair play, jujur, kreatif dan inovatif terhadap siswa juga penguasaan materi yang sangat dalam. 3. Tujuan Pendidikan Jasmani Adapun tujuan dari pendidikan jasmani secara umum yang diutarakan para guru-guru penjas yang hendak dicapai jawabannya mungkin bervariasi. Secara ideal, jawabantersebut
terjabar
seperti
butir-butir
(http://ahmesabe.wordpress.com/2008/11/04/tujuan-pendidikan-jasmani/): a. Perkembangan Pribadi 1) Pertumbuhan fisik optimal 2) Sehat fisik, mental, sosial, dan spiritual 3) Kesegaran jasmani optimal 4) Cerdas 5) Kreatif dan inovatif 6) Terampil dalam gerak dan memecahkan masalah 7) Jujur, disiplin, percaya diri, dan tanggung jawab b. Hubungan Antar Pribadi dan Lingkungan 1) Hormat pada sesama 2) Gotong royong 3) Luwes (mudah menyesuaikan diri) 4) Komunikatif dalam ide (konsep) dan pemikiran 5) Etika (sopan santun) 6) Menghargai kondisi lingkungan 7) Melestarikan lingkungan yang sehat dan harmonis
12
berikut
c. Ketahanan Nasional 1) Bidang Politik a) Cinta tanah air b) Demokrasi Pancasila c) Loyal pada Pancasila dan UUD 2) Bidang Ekonomi a) Penguasaan informasi dan teknologi b) Etos kerja c) Sosial Budaya d) Tertib hukum e) Kesetiakawanan Sosial 3) Bidang Budaya a) Menghargai karya orang lain b) Berpikir kritis c) Toleransi penerapan Iptek 4) Bidang Pertahanan dan Keamanan (Hankam) a) Kesiapan membela negara b) Partisipasi dalam Hankamrata Menurut Sukintaka (1992:9) secara garis besar tujuan pendidikan jasmani dapat digolongkan empat kelompok yaitu : a. Norma atau nilai, yang merupakan budaya bangsa timur pada umumnya, jadi termasuk Indonesia. Norma itu menghendaki: manusia berbudi luhur,
13
berbudi pekerti baik, dan atau mempunyai kepribadian yang kuat. Norma itu sendiri akan terkait iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. b. Jasmani, sehat dan terampil. c. Psikis atau kejiwaan, menjadi anak cerdas, bebas dari kebodohan dan mempunyai kepribadian yang mantap dan mandiri. d. Rasa sosial, rasa bertanggung jawab kemasyarakatan, mempertebal rasa kebangsaan atau rasa cinta tanah air, dan rasa kesetiakawanan sosial. Jadi tujuan pendidikan jasmani merupakan wahana untuk mencapai tujuan nasional yaitu untuk mencapai manusia seutuhnya baik jasmani maupun rohani. Maka bukan hanya fisik atau jasmani saja yang dikembangkan tetapi, perkembangan kognitif, afektif dan sosial juga memiliki komposisi yang sama dan saling menunjang satu sama lainnya. 4. Gerak Dasar Lari a. Pengertian Gerak Dasar Gerak dasar bagi anak-anak merupakan kebutuhan yang sangat penting, oleh sebab itu mereka harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan keterampilan geraknya. Gerak dasar lari merupakan sesuatu yang sangat penting bagi pertumbuhan motorik mereka dan dapat djadikan untuk mengembangkan aktifitas gerak lain yang lebih kompleks.Menurut Gabbard, LeBlanc, dan Lowy dalam Sukintaka ( 1992: 49) gerak dasar adalah merupakan dasar untuk macam-macam ketermpilan merupakan gerak alami yang dapat dilihat, didengar dan dirasakan secara sadar dan akan menunjukan keterampilan bertahap tiga jenis gerak, yaitu:
14
1) Lokomotor 2) Nonlokomotor 3) Manipulasi atau kombinasi b.
Pengertian Lari Menurut Soegito ( 1993: 42 ) lari adalah suatu cara menggerakan badan ke
depan, dengan melangkahkan kaki kanan dan kiri berganti-ganti. Tiap kali kaki bertolak selalu ada saat melayang. Saat-saat melayang inilah yang membedakan antara berjalan berlari. Bentuk lari yang baik secara umum: 1) Mengenai tubuh 2) Gerakan tungkai 3) Panjang langkah 4) Ayunan lengan Dapat disimpulkan bahwa dari keempat gerakan dasar lari diatas ini menjadi titik utama yang harus diperhatikan untuk meningkatkan kemampuan lari sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. 5. Pengertian Pendekatan Bermain Menurut Sukintaka (1991: 98) segala usaha pendidikan harus disesuaikan dengan
tahap
perkembangan
anak.Pendekatan
bermain
adalah
pendekatan
pembelajaran gerak dasar lari yang dikemas dalam konsep bermain dalam bentuk permainan yang bervariasi yang selalu diubah-ubah sehingga dapat mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar gerak dasar lari. Bermain merupakan cara untuk menciptakan suasana kompetetif pada siswa, seperti untuk mencapai kemenangan yang peraturannya telah ditentukan sebelumya. Motivasi atau
15
dorongan belajar merupakan hal yang penting bagi terciptanya tujuan belajar, oleh karena itu siswa perlu ditumbuhkan motivasi dan semangat belajarnya.Ditinjau dari pelaksanaan pembelajaran dengan metode bermain memiliki beberapa kelebihan antara lain sebagaiberikut di bawah ini. Hasrat gerak siswa terpenuhi sehingga dapat menimbulkan rasa senang dan gembira serta motivasi belajar meningkat. a. Dengan permainan berarti siswa aktif gerak sehingga dapat meningkatkan kesegaran jasmani siswa. b. Dapat merangsang kemampuan berfikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan situasi yang terjadi dalam permainan. c. Meningkatkan kemampuan siswa menilai dirinya sendiri dan kemampuannya selama proses belajar. Berdasarkan tujuan pembelajaran pendidikan jasmani dapat dikatakan bahwa mata pelajaran pendidikan jasmani sarat dengan materi yang kompleks, sehingga menuntut guru untuk memilih strategi, metode dan pendekatan pembelajaran yang tepat guna memperoleh hasil belajar yang optimal.Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher-centered approaches) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student-
16
centered approaches). (http://akhmadsudrajat.worpress.com/2008/09/pendekatanstrategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/) Bermain merupakan suatu aktifitas yang dilakukan dengan sukarela dan bersungguh-sungguh disertai rasa senang untuk mencapai tujuan tertentu (Sukintaka, 1992: 2). Aktifitas bermain pada anak-anak banyak dilakukan dengan aktifitas jasmani. Aktifitas jasmani ini sangat penting bagi anak-anak dalam masa pertumbuhannya. Gerak bagi mereka berarti berlatih yang mungkin sekali tanpa disadari. Dasar gerak mereka akan menjadi lebih baik karena meningkatkannya kekuatan otot, kelentukan, daya tahan otot setempat, dan daya tahan cardiovaskuler menjadi makin baik. Selain itu akan bertambah panjang dan besarnya otot-otot, fungsi organ tubuh menjadi lebih baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik.Gerak keterampilan merupakan salah satu kategori yang didalam melakukannya diperlukan koordinasi dan kontrol tubuh secara keseluruhan atau sebagian. Koordinasi dan kontrol tubuh dalam berlari yang baik akan meningkatkan keterampilan dalam melakukan gerakan dasar. Keterampilan gerak dasar berlari dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas gerak lari dengan baik.Sehubung dengan hal tersebut diatas, guru dituntut mampu mengajar dengan mempergunakan strategi, metode dan pendekatan pembelajaran yang beraneka ragam yang penggunaannya didasari oleh pengertian yang mendalam dipihak guru sehingga akan memperbesar minat belajar siswa dan mempertinggi hasil belajar pendidikan jasmani.
17
6. Motivasi Belajar Di dalam artikelnya yang membahas tentang motivasi, M.Sobry Sutikno (2010:22) menyatakan bahwa motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu demi tercapainya sesuatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai kondisi intern (kesiapsiagaan). Sadangkan motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “ feeling “ dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan aanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.Motivasi ada dua yaitu motifasi intrisik dan motifasi ekstrinsik. Motifasi intrinsik timbul dari dalam diri individu sendiri paksaan dorongan orang lain, tapi atas dasar kemauan sendiri. Motivasi ekstrinsik timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar. Namu intinya, motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dsalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah sebuah energy yang berasal dari dalam diri (intrinsik) dan dari luar
18
diri (ekstrinsik) sebagai daya pendorong atau penggerak dari keinginan untuk mewujudkan atau memenuhi kebutuhan dan tujuan tertentu. 7. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Dalam menentukan pembelajaran yang tepat, dan bahan ajar yang berguna bagi anak, maka seorang guru pendidikan jasmani perlu mengetahui karakteristik anak. Menurut Crow da Crow dalam Sukintaka ( 1992: 40 ) ketepatan penentuan metode belajar, dan penguasaan tentang tahap pertumbuhan, dan perkembangan anak, merupakan kunci suksesnya usaha pendidikan.Menurut Sukintaka ( 1992: 43 ) tahap perkembangan anak pada siswa SD kelas V mempunyai beberapa karakteristik yaitu: a. Jasmani 1) Pertumbuhan otot lengan dan tungkai makin bertambah 2) Waktu reaksi makin baik 3) Koordinasi makin baik 4) Tungkai mengalami masa pertumbuan yang lebih kuat bila dibandingkan dengan bagian anggota atas 5) Perlu diketahui bahwa ada perbedaan kekuatan otot dan keterampilan antara laki-laki dan perempuan b. Psikis atau Mental 1) Kesenangan dengan permainan dengan bola makin bertambah 2) Mulai mengerti tentang waktu dan menghendaki segala sesuatunya selesai pada waktunya 3) Menaruh perhatian kepada permainan yang terorganisasi
19
4) Beberapa anak mudah menjadi putus asa dan akan berusaha bangkit bila tidak sukses c. Sosial dan Emosional 1) Kerjasama
meningkat,
terutama
sesama
anak
laki-laki,
kualitas
kepemimpinannya mulai nampak 2) Ingin mengetahui segalanya 3) Merasa
sangat
puas
bila
dapat
menyelesaikan,
mengatasi,
dan
mempertahankan sesuatu, atau tidak berbuat kesalahan, karena mereka akan merasa tidak senang kalau kehilangan atau berbuat kesalahan 4) Mau mengerjakan pekerjaan bila didorong oleh orang dewasa 5) Menyukai pada kegiatan kelompok, melebihi kegiatan individu 6) Senang pada kelompok, dan ambil bagian dalam membuat rencana serta mampu memimpin. B. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini : Penelitian yang dilakukan oleh Sartini Dwi Astuti (2006) yang berjudul “Motivasi siswa SMPN 2 Jetis Bantul Dalam Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Bolavoli”. Skripsi pada program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.Teknik pengambilan datanya menggunakan angket.Sampelnya berjumlah 40 siswa sebagai responden. Menggunakan teknik pearson product moment. Hasil penelitian menunjukan bahwa 80% termasuk kategori tinggi, 20% termasuk kategori sedang dan 0% termasuk kategori rendah.
20
Penelitian Muhamad Arief Wibowo (2009) dengan judul “ Upaya Peningkatan Pembelajaran Lempar Lembing langkah Jingkat Berdasarkan Motivasi dan Prestasi Belajar dengan Metode Bermain pada Siswa Kelas X C SMK Muhammadiyah 1 Turi.” Kesimpulan yang diperoleh bahwa penggunaan metode mengajar bermain pada materi lempar lembing langkah jingkat pada siswa kelas X C SMK Muhammadiyah 1 Turi meningkatkan motivasi dan prestasi belajar karena telah melampaui kriteria ketuntasan individu 70 dan ketuntasan klasikal 75 %. C. Kerangka Berpikir Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBM) teknik lari merupakan faktor utama penting bagi atletik dalam cabang olahraga lari. Ada beberapa teknik untuk melatih keterampilan berlari. Teknik-teknik lari harus dikuasai dengan baik yaitu lari menggunakan ujung kaki dan langkah panjang kaki, badan agak condong kedepan kurang lebih 45-60 derajat sehingga titik berat badan selalu didepan, ayun lengan dengan kuat dan cepat, posisi sikut bengkok ayunan lengan harus seirama dengan langkah kaki dan tidak terlalu tinggi ayunannya, sikap badan leher harus rileks. Hal inilah yang menjadi salah satu masalah agar bagaimana caranya keterampilan khusus teknik dasar lari bisa dikuasai siswa dengan optimal. Nomor lari merupakan cabang pembelajaran atletik yang sebagaimana umumnya pembelajaran olahraga cabang atletik lainnya oleh siswa kurang diminati. Karena cabang olahraga atletik pada nomor lari memberikan rasa cepat lelah, kurang menyenangkan, cepat bosan. Sebab kurangnya variasi dalam metode pembelajaran lari.Pendekatan bermain adalah pendekatan pembelajaran yang menyenankan karena ada unsur bermain didalamnya. Pendekatan ini dipilih oleh peneliti karena sudah memahami
21
karakteristik siswa yang suka akan bermain. Apabila pendekatan pembelajaran bermain ini digunakan secara tepat dan optimal dapat dijadikan salah satu solusi dalam menyajikan bahan pengajaran yang akan mampu meningkatkan motivasi para siswa dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani khususnya materi pembelajaran gerak dasar lari. Pendekatan bermain dilakukan dengan serangkaian kegiatan permainan. Dengan suasana permainan yang menyenangkan siswa akan lebih mudah berinteraksi dengan teman lainnya. Dengan penerapan permainan yang mengandung unsur gerak dasar lari sepertilari menerobos simpai, lari berpasangan memasukan simpai, kombinasi lari dan lompat menggunakan kardus dan torong, lari melewati simpai, estafet putar, lari sprint dengan tali, diharapkan motivasi belajar siswa dapat meningkat sehingga dapat melakukan aktivitas gerak dasar berlari dengan maksimal. Sehingga minat siswa dalam pembelajaran jasmani khususnya materi gerak dasar lari dapat dikuasai siswa, akhirnya dapat meningkatkan penguasaan kemampuan gerak dasar lari dapat dikuasai siswa secara optimal.
22