PLANNING AND BEAMS IN SHEAR WALLS APARTMENT COSMOPOLITAN, KEMANG VILLAGE Mohammad Ikhsan, Arief Sulardi, ST., MT. Undergraduate Program, Faculty of Civil and Planning Engineering, 2010 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id
Keyword: Dynamic Analysis, Static Equivalent Analysis, Beam, Shear Wall, Irregular Shaped Building
ABSTRACT This journal of undergraduate thesis titled Beam and Shear Wall Design of Cosmopolitan Apartment, Kemang Village is intended to bring in an approved design of an apartment based on Indonesian’s Code, SNI 03 – 2847 – 2002 of Manual in Concrete Building Design and SNI 03 – 1726 – 2002 of Manual in Earthquake Resistant Building Design. The first step executed is collecting data required for design such as shop drawing and location. Then the structure is made as a 3D Frame model using ETABS version 9 software. The model is analyzed for earthquake using ETABS version 9 software. And based on static equivalent analysis, the structural vibratory period using T-Rayleigh formula is 10,44 second. Because of the structural has an irregular shape, the dominant earthquake load is the dynamic one with a maximum displacement is about 133,87 mm, whereas the allowable maximum displacement is 223,42 mm. Based on the earthquake analysis, it is proven that the structure is stable. Using SNI 03 – 2847 – 2002 to design beam and shear wall, the number of reinforcement based on analysis is less than the actual reinforcement used. For example, for the G7 type of the beam, longitudinal reinforcing as a result of the analysis is 4D22 to be used as compression reinforcement and 2D22 as tension reinforcement both in left end and right end, whereas the actual longitudinal reinforcing in left end and right end used is 4D22 as compression and 3D22 as tension reinforcement. And for shear wall W8 reinforcement in the boundary element, as a result of the analysis, the longitudinal reinforcing is 14D13 whereas the actual longitudinal reinforcing is 14D25.
1. PENDAHULUAN Mengingat belakangan sering terjadi gempa di wilayah Indonesia, maka perencanaan struktur tahan gempa menjadi sangat penting guna mengurangi kerusakan struktur akibat gempa yang dapat mengakibatkan korban jiwa. Dinding geser beton bertulang dianggap elemen struktur yang mempunyai kinerja baik dalam wilayah gempa. Bahkan seorang engineer kenamaan Amerika, Mark Fintel (2004) berkata, “Kita tidak dapat merencanakan concrete buildings yang mampu menahan beban gempa yang besar tanpa dinding geser.” Dalam studi ini, Apartemen Cosmopolitan yang terdiri dari 42 lantai yang merupakan salah satu tower dalam kawasan superblock Kemang Village didesain dengan menggunakan struktur dinding geser beton bertulang. Desain akan mengacu pada SNI 03 – 1726 – 2002 untuk perencanaan gempanya dan SNI 03 – 2847 – 2002 untuk analisis tulangannya. 2 Adapun tujuan dari penulisan ini adalah: 1. Merencanakan struktur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku seperti: a. SNI 03 – 1726 – 2002 tentang Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung. b. SNI 03 – 2847 – 2002 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. c. SKBI – 1.3.53.1987, UDC: 624.042 tentang Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung. 2. Membandingkan pembatasan waktu getar alami fundamental berdasarkan SNI 03 – 1726 – 2002 dengan SNI 03 – 1726 – 2003 serta SNI 03 – 1726 – 1991. 3. Menganalisis struktur dengan analisis statik ekuivalen 3D dan respon dinamik dengan menggunakan respon spektrum. 4. Merencanakan penulangan dinding geser
dan balok. Dan untuk mencapai tujuan tersebut, maka dilakukan pembatasan masalah yaitu sebagai berikut: 1. Perencanaan yang dimaksud adalah berupa perencanaan struktur tanpa membahas perencanaan dari segi manajemennya. 2. Perencanaan difokuskan terhadap perencanaan struktur atas. Untuk perencanaan struktur bawahnya, seperti fondasi, tidak dilakukan. 3. Dimensi yang digunakan adalah dimensi aktual yang terpasang di lapangan, sehingga pada tahapan preliminary design tidak dilakukan lagi asumsi dimensi. 4. Program bantu yang digunakan dalam analisis adalah ETABS versi 9. 2. TINJAUAN PUSTAKA Untuk struktur gedung tidak beraturan, pengaruh Gempa Rencana terhadap struktur gedung harus ditentukan melalui analisis respons dinamik tiga dimensi (3D). Untuk mencegah terjadinya respons struktur gedung terhadap pembebanan gempa yang dominan dalam rotasi, dari hasil analisis vibrasi bebas 3 dimensi, paling tidak gerak ragam pertama (fundamental) harus dominan dalam translasi. Nilai akhir respons dinamik struktur gedung terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh Gempa Rencana, berdasarkan SNI 03 – 1726 – 2002, dibatasi tidak boleh kurang dari 80% nilai respons ragam yang pertama. Dengan demikian dapat dirumuskan: V 0,8V1 ....................(2.1) Perbedaan yang mendasar dalam menentukan gaya geser dasar nominal V antara SNI 03 – 1726 – 2002 dengan peraturan terdahulu, SNI 03 – 1726 – 1989, yaitu faktor reduksi gempa R. Dimana berdasarkan SNI 03 – 1726 – 2002, faktor reduksi gempa R ditentukan berdasarkan
persamaan: 1 1,6 m R f R ...........(2.2) Dimana: R = faktor reduksi gempa μ = faktor daktalitas struktur gedung f1 = faktor kuat lebih beban dan bahan dalam struktur (f1 = 1,6) Rm = faktor reduksi gempa maksimum yang dapat dikerahkan struktur 2.1 Analisis Statik Ekuivalen Untuk melakukan analisis gempa dinamis, terlebih dahulu perlu ditinjau analisis gempa statik yang bekerja pada struktur. Dimana dalam analisis gempa dinamis terdapat batasan atau persyaratan yang harus dipenuhi seperti yang ditetapkan dalam Persamaan 2.1. Dimana beban geser dasar nominal statik ekuivalen V yang bekerja pada struktur tersebut dapat ditentukan berdasarkan persamaan: 1 t
CI VW R ................(2.3) 3 Dimana: V = Gaya geser dasar nominal C1 = Nilai faktor respons gempa I = Faktor keutamaan R = Faktor reduksi gempa representatif dari struktur gedung Wt = Berat total gedung Setelah beban geser dasar nominal statik ekuivalennya didapat, maka beban tersebut harus didistribusikan menjadi beban gempa nominal statik ekuivalen Fi ke sepanjang tinggi struktur gedung yang bekerja pada pusat massa lantai menurut persamaan: 1 ii in ii i
Wz FV Wz
.............(2.4) Dimana: Fi = beban gempa nominal statik ekuivalen Wi = berat lantai tingkat ke-i zi = tinggi tingkat lantai ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral n = jumlah tingkat V = beban geser dasar nominal statik ekivalen Namun apabila rasio perbandingan antara tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya dalam arah pembebanan gempa melebihi atau sama dengan 3, maka 0,1 V harus dianggap sebagai beban horizontal terpusat yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat paling atas. Sedangkan 0,9 V sisanya harus didistribusikan sepanjang tinggi struktur menjadi beban gempa nominal statik ekuivalen berdasarkan Persamaan 2.4. Setelah beban-beban gempa nominal statik ekuivalen Fi tersebut dibebankan terhadap struktur, maka struktur akan mengalami deformasi dengan waktu getar tertentu. Untuk mengetahui waktu getar alami fundamental dari struktur akibat Fi dapat ditentukan berdasarkan Rumus Rayleigh, yaitu: 2 1 1 1
6,3 n ii i n ii i
Wd T gFd
...........(2.5) Dimana: T1 = waktu getar alami fundamental Wi = berat lantai tingkat ke-i di = simpangan horizontal lantai ke-i (mm) Fi = beban gempa nominal statik ekuivalen lantai tingkat ke-i g = percepatan gravitasi (9.810 mm/s2) Adapun, nilai T1 empiris, nilainya tidak boleh menyimpang 20% dari nilai T1 yang ditentukan berdasarkan Persamaan 2.5. Kalaupun terjadi simpangan melebihi 20%, maka yang harus dilakukan adalah menggunakan nilai T1 yang didapat dengan menggunakan Persamaan 2.5 untuk mendapatkan nilai respons spektrum C guna mendapatkan beban geser dasar nominal statik ekuivalen V yang baru. 2.2 Analisis Ragam Spektrum Respons Salah satu metode yang dapat digunakan dalam analisis gempa dinamis untuk struktur gedung tidak beraturan adalah dengan menggunakan metode analisis ragam spektrum respons. Dalam metode ini, nilai ordinat dari Spektrum Respons Gempa Rencana seperti yang terdapat dalam SNI 03 – 1726 – 2002 dikalikan dengan faktor koreksi I/R, dimana I adalah Faktor Keutamaan Gedung, sedangkan R adalah faktor reduksi gempa representatif dari struktur yang bersangkutan. Dalam hal ini, jumlah ragam vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan respons ragam menurut metode ini harus sedemikian rupa, sehingga partisipasi massa dalam menghasilkan respons total harus sekurangkurangnya 90%. Adapun, untuk struktur gedung tidak beraturan yang memiliki waktu-waktu getar alami yang berdekatan, maka penjumlahannya harus dilakukan dengan menggunakan metode Kombinasi 4 Kuadratik Lengkap (Complete Quadratic Combination atau CQC). Dimana waktu
getar alami dianggap berdekatan apabila selisih nilainya kurang dari 15%. Sedangkan untuk struktur gedung tidak beraturan yang memiliki waktu getar alami yang berjauhan, penjumlahannya menggunakan metode Akar Jumlah Kuadrat (Square Root of the Sum of Squares atau SRSS). 3. METODOLOGI Gambar 3.1 Diagram Alir Perencanaan Struktur MULAI Data : Mu, f’c, fy Tetapkan : b, d u n
M M
011
600 1 600 0,75 0,85 ' 1 0,75 600 2 600 n c yy
Rf ff
n n
M R bd
n n0
R
R
Gunakan tulangan tunggal Gunakan tulangan rangkap 0,85 ' 2 11 0,85 ' cn yc
fR ff
1
0,85 ' 600 600 c b yy
f ff
1, 4 yf 1, 4 y
f
s
A
b
d
Gunakan tulangan yang sesuai dan cetak hasilnya SELESAI 1 2 10 21 '
0,75 Tetapkan : ' 600 600 ' 0,003 b nn n nn y s
Abd MRbd MMM d c f cd c
' y s s
f E '' ' syf 2 2 n s
''
M
sss
f
f
E
A fdd
4.1 Analisis Gempa Statik Ekuivalen Berdasarkan SNI 03 – 1726 – 2002, waktu getar alami bangunan dapat dihitung sebagai berikut:
12 '2 s s
AAA AA
Gambar 3.2 Diagram Alir Penulangan Lentur Balok MULAI Data: 1. Dimensi 2. Mutu Bahan 3. Gaya Dalam (Pu, Vu, Mu) 1 ' 6 u cv c V
02
0,18 42 7,56 detik c Tn TT
Af
Dual Layer Single Layer 5 ' 6 u cv c Ubah V
Af
Penampang Hitung rasio penulangan horizontal dan transversal min min min
0,0025 0,5 2,5
0,75 03 0,75
w v n w vn w
0,068 0,068 143,05 2,81 detik c TH TT
A s h h
Hitung jumlah penulangan horizontal dan transversal
Dan berdasarkan SNI 03 – 1726 – 1991, yaitu:
s s st
Abd A n A
atau n v atau n v min
Sedangkan berdasarkan SNI 03 – 1726 – 2003, yaitu:
0,75 91 0,75 min
SELESAI
Gambar 3.2 Diagram Alir Perencanaan Struktur dengan ETABS Gambar 3.4 Diagram Alir Penulangan Horizontal dan Transversal Dinding Geser 5 4. ANALISIS Adapun denah struktur yang direncanakan adalah sebagai berikut: Gambar 4.1 Denah Struktur Lantai 2 – 28 Setelah data berupa denah tersebut didapatkan (dimana dalam gambar tersebut juga terdapat dimensi elemen struktur yang digunaka), maka langkah selanjutnya adalah memodelkan struktur tersebut ke dalam ETABS. Dan hasilnya adalah sebagai berikut: Gambar 4.2 Pemodelan Struktur pada ETABS
0,06 0,06 143,05 2,48 detik c TH TT
Sedangkan setelah dilakukan analisis dengan menggunakan program ETABS, didapat besar T-Rayleigh seperti yang tertera pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Nilai T-Rayleigh SNI 2002 SNI 2003 SNI 1991 Tx 10,44 10,38 10,38 Ty 9,48 7,33 7,33 % Tx/T 72,40% 27,09% 23,90% % Ty/T 79,72% 38,35% 33,84% 4.2 Analisis Gempa Dinamis dengan
Respon Spektrum Menurut SNI 03 – 1726 – 2002 Pasal 7.13, nilai akhir respons spektrum tidak boleh diambil kurang dari 80% dari nilao respons ragam pertama atau Vdinamik ≥ 0,8 Vstatik. Adapun, hasil yang didapat berdasarkan analisis program ETABS dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Nilai Akhir Respons Spektrum dan Beban Gempa Statik Ekuivalen Arah x dan y Tipe Beban Gempa FX (ton-m) FY (ton-m) Respons Spektrum x 255,76 151,82 Respons Spektrum y 425,75 305,55 Statik x -230,65 -42,72 Statik y -132,11 137,95 Berdasarkan nilai pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai akhir dari respons 6 spektrum telah memenuhi persyaratan yang disyaratkan dalam SNI 03 – 1726 – 2002 Pasal 7.1.3, dengan syarat Vdinamik ≥ 0,8 Vstatik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk struktur yang direncanakan beban gempa dinamis lebih menentukan. Sehingga dalam tahapan selanjutnya beban gempa yang digunakan adalah beban gempa dinamis. 4.3 Analisis Penulangan Balok G7 Sebagai contoh dilakukan perhitungan untuk tipe balok G17. Adapun, data yang dibutuhkan dalam perencanaan balok adalah sebagai berikut: a. lebar balok (b) = 300 mm b. tinggi balok (h) = 600 mm c. selimut beton (p) = 40 mm d. f’c = 37 MPa e. fy = 400 Mpa f. β1 = 0,79 g. = 0,80 h. momen lapangan (Mu+) = 185.714.890,00 N.mm
i. momen tumpuan (Mu–) = 253.305.701,00 N.mm j. gaya geser (Vu) 1. tumpuan = 606.970,00 N 2. lapangan = 458.565,00 N k. torsi (T) = 27.654.440,00 N Berdasarkan data tersebut, maka perhitungan tulangan lentur lapangannya dapat diuraikan sebagai berikut: a. Momen perlu (Mn) Mn = 0,8 uM = 185.714.890 0,8 = 232.143.613 N.mm b. Menghitung nilai (m) m= 0,85 ' y c
f f = 400 0,85 37 = 12,72 c. Menghitung nilai (Rn) Rn = 2 nM bd =2 232.143.613 300 539 = 2,57 N/mm2 Setelah nilai Rn diketahui, maka perlu dicek apakah digunakan tulangan tunggal atau tulangan rangkap, yaitu dengan cara membandingka nilai Rn dengan Rn0, yaitu: 011
450 1 450 0,85 ' 1 600 2 600 450 1 450
0,79 0,85 37 1 0,79 600 400 2 600 400 11,18 0,82 9,19 nc yy
Rf ff
400 = 0,0035 g. Menghitung rasio penulangan tulangan ( ) = 12 11n y
mR mf
Oleh karena Rn < Rn0 maka digunakan tulangan tunggal d. Menghitung rasio penulangan dalam keadaan setimbang ( balace) b alance =
1
0,85 ' 600
600 c yy
f ff
= 0,79 0,85 37 600 400 (600 400)
= 0,0375 e. Menghitung rasio penulangan maksimum ( max) max = balance × 0,75 = 0,0373 × 0,75= 0,0281 f. Menghitung rasio penulangan tulangan minimum ( min) min = 1, 4 yf = 1, 4
= 1 2 12,72 2,57 11 12,72 400
= 0,0070 Karena > min, maka digunakan sebagai rasio penulangan. h. Menghitung luas tulangan yang dibutuhkan (As) As = × b × d = 0,0070 × 400 × 549 = 1.126,65 mm2 i. Menghitung jumlah tulangan (n) n=s st
A A =2 1.126,65 0, 25 22 = 2,96 → gunakan 3 buah j. Menghitung spasi antar tulangan (s) 7 DIMENSION TOP BARS BOTTOM BARS STIRRUPS WEB BARS
BEAM TYPE LEFT SIDE END MIDDLE RIGHT SIDE END
Ln 350 0,25 Ln 0,6 Ln 0,25 Ln 350 254 254 3D22 D22 D22 D22 3D22 2D10 1,5 D13 - 100 1,5 D13 - 150 LEFT SIDE END MIDDLE RIGHT SIDE END
s = skng b-(2p)-(2 ) n = 400 (2 40) (2 13) 8 = 36,75 = 40 mm Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tulangan yang terpasang adalah 3D22. Setelah didapatkan tulangan yang terpasang, maka langkah selanjutnya adalah menghitung momen nominal penampang (Mns) untuk mengecek kapasitas penampang. Besar momen nominal penampang (Mns) adalah sebagai berikut: Mns = min 2 0,85 ' y sy c
f Afdd f
= 242.514.791 N.mm Dari hasil pengecekan kapasitas penampang, didapat bahwa Mns > Mn. Dengan demikian tulangan 3D22 dapat digunakan. Maka hasil analisis penulangannya dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan 4.4. Gambar 4.3 Penulangan Balok G7 Gambar 4.4 Detail Penulangan Balok G7 4.4 Analisis Penulangan Dinding Geser Sebagai contoh, akan dilakukan perhitungan untuk tipe dinding geser W8. Adapun, data yang dibutuhkan dalam perencanaan dinding geser adalah sebagai berikut a. Panjang dinding geser (lw) = 2,70m b. Tinggi lantai (hw) = 3,20 m c. Tinggi gedung = 134,05 m d. Tebal (h) = 0,30 m e. Selimut beton (p) = 40 mm f. Kuat tekan beton rencana (f’c) = 45 MPa g. Kuat leleh minimum baja (fy) = 400 MPa
h. Faktor reduksi (β1) = 0,79 i. Faktor reduksi kekuatan ( ) = 0,65 j. Mu = 98.505.877,84 N/mm k. Pu = -29.348.210,64 N l. Vu = 1.231.956,90 N Untuk merencanakan tulangan horizontal dan tulangan tranversal minimum yang dibutuhkan, langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Memeriksa kebutuhan lapisan tulangan Langkah pertama dalam menentukan baja tulangan horizontal dan transversal minimum yang diperlukan adalah dengan memeriksa kebutuhan lapisan tulangan. Dimana baja tulangan harus dipasang dua lapis apabila gaya geser terfaktor melebihi: 1 ' 6 cv c A f Dengan 2,7 0,3 0,81 m2 cv A , maka: 31 1 ' 0,81 45 10 66 905,61 kN 905.607,53 N cv c A f Oleh karena Vu = 1.231 kN > 905,61 kN, maka diperlukan dua lapis tulangan. Sedangkan kuat geser maksimum yang diizinkan adalah: 35 5 ' 0,81 45 10 66 4.528,04 kN 4.528.037,65 N cv c A f 8 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaya geser yang bekerja masih di bawah batas atas kuat geser dinding geser. 2) Menentukan tulangan horizontal dan transversal yang dibutuhkan Rasio distribusi tulangan minimum adalah 0,0025 dengan spasi maksimum 45 cm. Luas dinding geser per meter panjang = 0,3 m × 1 m = 0,3 m2
Per meter minimal harus ada = 0,35 m2 × 0,0025 = 0,0075 m2 = 750 mm2 Bila digunakan baja tulangan D13, maka: 2221 1 13 132,73 mm 4 4 As d Karena menggunakan dua lapis, maka jumlah pasangan tulangan yang diperlukan adalah: min 750 2,83 3 pasang 2 132,73 s s
A n A
dengan jarak spasi, 1.000 333,33 300 mm 3 s Dengan demikian syarat batas spasi maksimum telah terpenuhi karena jarak spasi terpasang 300 mm < 450 mm. Maka digunakan baja tulangan D13 – 300 Dan berdasarkan hasil analisis, didapat tulangan sebagai berikut: Gambar 4.5 Detail Penulangan Dinding Geser 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1) Untuk struktur gedung tidak beraturan, beban gempa yang menentukan adalah beban gempa dinamis bukan beban gempa statik ekuivalen. Dimana gaya geser dasar akibat beban gempa dinamis lebih besar dari 80% gaya geser dasar akibat beban gempa statik ekuivalen. 2) Waktu getar bangunan yang dihitung dengan rumus empiris pada SNI 03 – 1726 – 2002 hasilnya paling mendekati
dengan waktu getar bangunan dengan TRayleigh. Dimana persentase perbandingan antara T-Rayleigh dengan T-Empiris adalah 72,40% untuk arah x dan 79,72% untuk arah y. 3) Simpangan yang terjadi akibat beban gempa, baik dinamis maupun statis, masih dibawah standar yang diizinkan. Dimana simpangan maksimum yang terjadi adalah 133,87 mm, dimana simpangan batas maksimum yang diizinkan adalah sebesar 223,42 mm. 4) Dalam analisis penampang didapat kekuatan yang tersedia lebih besar dari kekuatan yang dibutuhkan untuk memikul beban terfaktor. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah tulangan hasil analisis yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan yang terpasang di lapangan. Sebagai contoh, untuk balok G7, As (analisis) adalah 2.280 mm2 sedangkan yang terpasang di lapangan adalah 2.660 mm2. Dan untuk dinding geser W8, tulangan lentur hasil analisis adalah 14D13 sedangkan yang terpasang di lapangan 14D25. 6. REFERENSI Irwin, A. W. 1984. “Design of Shear Wall Buildings”. Laporan Penelitian CIRIA (Construction Industry Research and Information Association) Jayachandran, P. 2009. “Design of Tall Building: Preliminary Design and Optimization”. National Workshop on 9 High-Rise and Tall Building, University of Hyderabad India. Kusuma, Gideon H., dan Takim Andriono. 1994. Desain Struktur Rangka Beton Bertulang di Daerah Rawan Gempa. Jakarta: Penerbit Erlangga. M. Ali, Mir., and Kyoung Sun Moon. 2007. “Structural Developments in Tall Buildings: Current Trends and Future Porspects”. Architectural Science
Review, Vol. 50.3, pp 205-223. Moroni, M. Ofelia. 2002. “Concrete Shear Wall Construction”, Laporan Penelitian University of Chile. Murty, C. V. R. 2004. “Why are Buildings with Shear Walls Preferred in Seismic Regions?”. IITK-BMTPC (Indian Institute of Technology Kanpur-Building Materials and Technology Promotion Council) Earthquake Tips. YLPMB. 1981. PPIUG 1983 - Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung. Bandung: Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan. BSN. 2002. SNI 03 – 2847 – 2002. Tata Cara Perhitungan Beton untuk Struktur Bangunan Gedung. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. BSN. 2002. SNI 1726 – 2002. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Pamungkas, A. dan Erny Harianti. 2009. Gedung Beton Bertulang Tahan Gempa. Surabaya: ITS Press. Tavio dan Benny Kusuma. 2009. Desain Sistem Rangka Pemikul Momen dan Dinding Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa. Surabaya: ITS Press. Wang, C. K., Charles G. Salmon, dan Binsar Hariandja. 1990. Desain Beton Bertulang. Jakarta: Penerbit Erlangga.