PENDEKATAN SAKRALISME PADA BANGUNAN GEREJA MASEHI INJILI DI MINAHASA (Sacred Study in Christian Architecture) Oleh : Maureen Jelly Siwu (Mahasisiwa Prodi Magister Arsitektur Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi, Manado,
[email protected])
Judy O. Waani (Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi, Manado)
Sangkertadi (Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi, Manado)
Abstrak Penelitian tesis desain ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan mengelaborasi teori tentang sakralisme dalam arsitektur Kristen dan menemukan suatu metode rancangan arsitektur berdasarkan Teori I Kings dari Vitruvius dan teori semiotika dari Charles Jencks yang memandang dogma dapat disejajarkan dengan arsitektur melalui pencarian makna konotasi dan denotasi untuk mendapatkan symbol secara konsep. Model penelitian perancangan ini adalah berdasarkan teori mediasi Hersberger (Lang,1987), yaitu dengan cara melakukan architectural meaning (pemaknaaan arsitektural) terhadap dogma gereja GMIM, dan selanjutnya memakai konotasi-denotasi Charles Jencks untuk mensejajarkan antara dogma dan arsitektur, kemudian memakai teori sebagai metode, dan pengujian terhadap temuan metode ini dilakukan melalui rancangan Gereja Masehi Injili di Minahasa. Melalui penelitian ini penulis menemukan suatu metode rancangan arsitektur Gereja Masehi Injili di Minahasa berdasarkan teori yang di pakai, yaitu melalui dogma yang disejajarkan dengan arsitektur ditemukanlah konsep-konsep perancangan yang bisa diterapkan dalam rancangan bangunan Gereja Masehi Injili di Minahasa. Temuan metode rancangan ini diharapkan menjadi pilihan yang lain bagi para arsitek, mahasiswa arsitektur, dan pelaku perancangan lainnya dalam melakukan praktik rancangan arsitektur. Kata Kunci : metode rancangan arsitektur, teori Semiotika Charles Jencks, teori I Kings dari Vitruvius, architectural meaning, sakralisme dalam architektur.
Tuhan karena keagunganNya. Kecilnya manusia PENDAHULUAN
diakibatkan karena dosa yang di lakukan oleh
Kebutuhan manusia pada dasarnya terbagi
manusia lewat lingkungan kehidupan sehari-hari.
menjadi dua antara lain, kebutuhan jasmani yang
Sehingga manusia perlu menyucikan diri lewat
meliputi
pengalaman religious yang mengandung nilai
sandang,
pangan,
dan
papan
serta
kebutuhan rohaniah. Kebutuhan rohani maupun
spiritual dan ritual yang dikenal dengan sakral.
jasmani harus seimbang serta dapat saling mengisi
Sakral merupakan suatu keadaan di mana
satu dengan yang lainnya. Dalam era globalisasi,
manusia bisa merasakan kehadiran Tuhan. Ekspresi
banyak terjadi perubahan dalam berbagai hal
manusia terhadap rasa kehadiran Tuhan bisa secara
misalnya, budaya, ekonomi, teknologi, pandangan
perorangan maupun kumpulan orang dalam satu
hidup, sistem kepercayaan, pandangan agama dan
batasan ruang. Dalam kitab suci agama Kristen yang
lain – lain. Namun, zaman sekarang kebanyakan
disebut dengan Alkitab, menggambarkan “orang”
orang lebih mengutamakan yang bersifat jasmani
dan “kumpulan orang” sebagai “Gereja”. “Salam
dibandingkan dengan yang rohani. Mereka tidak
juga kepada jemaat di rumah mereka…” Paulus
menyadari bahwa agama merupakan salah satu cara
menunjuk pada Gereja di rumah mereka yaitu
untuk meningkatkan kualitas moral manusia.
kumpulan orang-orang percaya. (Kitab Roma 16:5)
Salah satu cara manusia
(Lembaga Alkitab Indonesia, 2008:251).
mengekspresikan rasa
Budaya
syukur atas kehidupan yang dijalani, menyembah
masyarakat timur yang seringkali menganggap
dan mendekatkan diri kepada Tuhan adalah dengan
Gereja sebagai ruang publik untuk menampilkan
beribadah. Manusia menjadi kecil di hadapan
style diri, dimana kesakralan hati dalam berkegiatan
92
di Gereja seringkali tercampur baur dengan niatan
pernah sama, dan tidak mungkin terulang. Skala,
untuk bergaul dan pamer sehingga menimbulkan
proporsi,
kesenjangan sosial di dalam dan di luar Gereja, yang
perancangan sebuah rumah Tuhan dimana Tuhan
akan membuat kehidupan bergereja akan terasa
hadir melalui ketinggian dan kemegahan. Rumah
hambar dan tidak berkembang. Orang Kristen yang
ibadah yang lengkap dengan simbol-simbol dan
melakukan
harus
kualitas sakralnya, hanya sebuah ruang transisi yang
menghargai waktu beribadah dengan tertib dan
dimaksudkan untuk membantu manusia pergi ke satu
sakral, tapi juga Gereja yang adalah tempat beribadah
ruang yang lebih pribadi dan lebih sakral. (Arianti,
yang sakral, seharusnya menjadi tempat untuk
2011)
kegiatan
ibadah
di
Gereja
memegang
peran
penting
dalam
menampung dan menolong jiwa-jiwa yang tersesat. Religious symbolism adalah penggunaan
KAJIAN TEORI
simbol-simbol, termasuk bentuk-bentuk arsitektur,
2.1 Gereja dan Kristen
seni, kejadian-kejadian, atau fenomena alam, oleh sebuah
agama.
Simbol-simbol
Gereja merupakan
membantu
orang yang dipanggil untuk percaya kepada Tuhan
menggaungkan mitos-mitos yang mengekspresikan
Yesus Kristus. Di sisi lain Gereja merupakan
nilai-nilai moral dari ajaran tersebut, membina solidaritas
di
antara
sesama
pemeluk,
Bangunan Ibadah atau wadah untuk menerima
dan
sakramen bagi orang kristen. (Priatmojo, Danang.
membimbing untuk lebih dekat pada yang dipuja.
2000)
Simbol mempunyai keterikatan sejarah yang tidak
Inti pengajaran agama Kristen didasari
selalu datang dari dalam, tetapi hasil kesepakatan
oleh kasih. Kasih seharusnya mendasari setiap
yang bersifat politis. Simbol adalah perangkat yang
tindakan manusia Kristen. Dalam kehidupannya,
paling mudah digunakan untuk mendefinisikan
orang Kristen seharusnya dapat menunjukan jati
sebuah rumah ibadah atau rumah Tuhan. Seperti
diri mereka sebagai umat Kristen yang saling
patung ayam di pucuk atap Gereja Calvanist, salib di
mengasihi dan melakukan perintah-perintah Tuhan
Gereja Protestan dan Katolik dan Bintang Daud di rumah ibadah
Yahudi.
yang diajarkan dan diteladani dari Yesus Kristus
Namun, yang menjadi
sendiri. Kasih pula yang mendasari pengorbanan
pertanyaan adalah, adakah Tuhan di rumah Tuhan ?
Yesus di kayu salib, mulai dari penderitaan,
Tuhan adalah Mahabesar. Kata Maha menyatakan
kematian, hingga pada kebangkitan-Nya untuk
sesuatu melampaui yang terukur (puncak gunung,
menyelamatkan
jurang yang dalam, laut yang bergelora, matahari terbenam,
kelahiran,
kematian,
perkumpulan semua
umat
manusia
yang
percaya
kepada-Nya. Karena kasih-Nya, maka manusia
gunung-gunung
Kristen harus mempunyai visi dan misi yang jelas
meletus, hutan hujan, hujan, lembah hijau, cahaya,
untuk mewartakan kasih-Nya tersebut kepada
fajar menyingsing, bintang jatuh, membuat manusia
seluruh dunia.
takjub, terpesona, dan tidak berdaya akan kebesaran Tuhan. Simbol tidak mudah digunakan dalam sebuah
2.2 Sakral dan Profan
rumah ibadah (rumah Tuhan) yang pada dasarnya
Sakral
berkaitan
dengan
pengalaman
adalah sebuah upaya mereplika kondisi di atas ke
religius, mengandung nilai spiritual, kesucian dan
dalam sebuah “ruang” untuk mendapatkan kembali
ritual. Antonim dari sakral adalah profan yang
pengalaman religi. Momen keterkejutan, ketakutan,
berarti tidak bersangkutan dengan agama, tidak
kekaguman pada kehadiran Tuhan yang relatif, tidak
kudus. Profan berkaitan dengan kehidupan sehari-
93
hari, tidak mengandung nilai religius atau spiritual. (http://artikata.com/arti-348667-sakral.html,
14
Menurut Jeanne Halgren Kilde (2008), Ruang
november 2012, 9.30)
agama adalah ruang yang dinamis, Ruang agama
Mircea Aliade (1959) mengeksplorasi bagaimana
bukan hanya sebagai sarana penyediaan tempat
budaya bahwa rasa dan menanggapi kehadiran
untuk ritual keagamaan, tetapi lebih dari itu.
kuasa Ilahi dalam ruang-ruang tertentu.
Misalnya gereja-gereja Kristen. Gedung-gedung
Menurut Eliade, “setiap ruang sakral
gereja
mempengaruhi
praktek
ibadah
dan
menyiratkan hierophany” atau “penyerbuan yang
memfasilitasi beberapa kegiatan lainnya. Gereja
kudus”. Tempat yang dianggap suci justru karena
memfokuskan
kekuatan Ilahi atau supranatural berdiam di
kepada Ilahi, dan memediasi hubungan antara
dalamnya. Tempat suci ini membantu masyarakat
individu dan Tuhan. Gereja berkontribusi untuk
untuk berorientasi ke seluruh dunia yaitu nonsakral
pembentukan dan pemeliharaan hubungan internal
(profan). Orientasi individu dan kelompok secara
dan eksternal jemaat.
vertikal ke pusat yang suci, membuat suatu
perhatian
Ruang agama adalah
orang-orang
percaya
ruang yang kuat. Di
hubungan ruang antara kekuatan surgawi yang ada
dalamnya kekuatan dari Ilahi sering dipahami
di atas dan kekuatan yang ada di dunia bawah
untuk
(jahat/profan).
dengan
dianggap menghasilkan otoritas dan pemberdayaan
membagi lansekap menjadi pusat-pusat sakral dan
spiritual kepada individu. Kekuatan pemimpin
profan, menyatakan makna hirarki ke bumi.
agama dinyatakan dalam ruang agama, otoritas
Kehadiran Ilahi ini adalah axis mundi atau pusat
mereka dinyatakan dalam berbagai cara. Demikian
dunia yang memberi makna pada konteks ruang
pula pengaruh relatif terhadap penganut awam
dan pengetahuan yang lainnya. Berikut adalah
tertanam dalam ruang agama sebagai pengalaman
perbedaan sakral dan profane menurut Mircea
pribadi yang mendalam dari yang Ilahi. Kekuatan
Aliade :
dalam ruang agama dibedakan dalam 3 (tiga)
Orientasi
horizontal
tinggal.
Kedekatan
dan
kekuatan
ini
kategori, yaitu : 1.
2.3 Teori Arsitektur Sakral Thomas Barrie (1996) mendefinisikan tentang
dikaitkan kepada Allah.
arsitektur sakral sebagai suatu tempat yang dibangun
untuk
melambangkan
makna
Kekuatan Ilahi (Supranatural), atau yang
2.
dan
Kekuatan Sosial, berkaitan dengan berbagai sosial, khususnya administrasi dan hirarki.
mengakomodasi ritual dari sistem keyakinan
3.
tertentu.
Kekuatan pribadi, berbagai perasaan rohani bahwa individu berasal dari pengalaman yang Ilahi
2.4 Old Testament (from I Kings) Vitruvius meninggal lebih dari dua decade sebelum kelahiran Kristus, dan dengan demikian ia tidak bisa membayangkan apa yang akan menjadi tradisi Yudea-Kristen dan asimilasi pengaruhnya didalam Kekaisaran romawi. Tradisi keagamaan ini menjadi sebuah dunia paralel bersama antara
94
Yunani kuno dan Romawi, begitu juga dengan ikatan yang sama pada budaya dari Timur Tengah dan Mesir. Dalam bahasa Ibrani, dua kitab Peranian Lama I raja-raja merupakan salah satu dari delapan buku dari para nabi. Bersama-sama mereka menulis sejarah Yahudi yang legendaris dari zaman Ahazia (c.850 SM) sampai pelepasan Yoyakim dari penara Babel (c.561 SM) penulisnya kadang-kadang dikatakan Yeremia, yang tinggal di akhir abad ketujuh dan keenam, meskipun saat ini masih diperdebatkan. Kitab I raja-raja menjelaskan pentingnya teori arsitektur karena dalam kitab ini mengandung salah satu deskripsi tertua arsitektur yang telah bertahan hingga masa modern. Yaitu menjelaskan Kuil Salomo. Kuil yang dibangun di Yerusalem oleh Raja Salomo pada pertengahan abad kesepuluh dan dihancurkan oleh Babel Nebukadnezar pada tahun 589 SM. Kompleks ini dibangun oleh seniman Fenisia dan tengahnya adalah tempat yang sakral, di depan yang berdiri dua pilar perunggu Yachin dan Boaz. Untuk penulis sejarah arsitektur ditekankan pentingnya proporsi numeric (dalam hal ini diberikan oleh Tuhan sendiri) untuk desain preclassical. Rasio numeric dengan demikian sentral tidak hanya untuk peradaban YunaniRomawi tetapi juga Yahudi dan budaya Kristen. Salomo membangun Bait Allah empat ratus delapan puluh tahun sesudah orang Israel keluar dari tanah Mesir, pada tahun keempat sesudah Salomo menjadi raja atas Israel, dalam bulan Ziw, yakni bulan yang kedua, Ia mulai untuk membangun rumah Tuhan atau Bait Allah. Bait Allah yang didirikan raja Salomo bagi Tuhan, panjangnya adalah enam puluh hasta (27 Meter), dan lebarnya dua puluh hasta (12,5 Meter), dan tingginya tiga puluh hasta (13,5 Meter). Teras
Dari gambaran teori I Kings diperoleh dan
depan Bait Allah, dua puluh hasta panjangnya (9
dideskripsikan dalam tabel dan gambar sebagai
Meter), lebar Bait Allah sepuluh hasta lebarnya
berikut:
(4,5 Meter) diukur dari depan rumah.
95
2.5 Sakral Dalam Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) 2.5.1 Simbol dogma dalam gereja protestan Tong, 1997 (Tungka, 2002) Menurut konsep Protestan secara umum, perubahan reformasi sangat menentukan akan hadirnya dogma menurut kaum Reformis. Tokoh reformis seperti Luther, Calvin maupun Swingli, mengatakan bahwa gereja merupakan persekutuan Berdasarkan pembahasan diatas dapat diambil
kesimpulan
dan
digambarkan
orang kudus, yaitu suatu pesekutuan orang yang
dalam
percaya dan disucikan di dalam Kristus dan yang
diagram tentang konsep ruang. Hirarki dan
disatukan dengan Dia sebagai kepala mereka.
pembagian antar ruang didalam Bait Allah ini dapat
Kemudian
Penulis terapkan dalam teori dan metode untuk
second
confession
(Tong,
1997)
menyatakan bahwa gereja adalah : ‘Persekutuan
perancangan Bangunan Gereja Masehi Injili di
orang beriman yang dipanggil dan dikumpulkan
Minahasa
keluar dari dunia ini; suatu persekutuan orangorang kudus, yaitu mereka yang sungguh-sungguh tahu dan beribadah dengan benar dan melayani Allah yang benar, dalam Yesus Kristus Juru Selamat, melalui Firman Roh Kudus dan mereka oleh iman sama-sama menadi pemilik semua anugerah yang baik yang secara Cuma-Cuma ditawarkan melalui Kristus.’
Jenis dan fungsi ruang : Ruang Maha Kudus, berfungsi sebagai
Perjanjian baru berisi sejumlah kiasan
tempat kehadiran Tuhan Allah Yang Maha Kuasa,
untuk menunjukan gereja, yang masing-masing
Yang Maha Kudus, Yang Maha Suci dan Maha
menekankan beberapa aspek tertentu dari gereja.
Mulia untuk menyatakan perintah dan kehendak-
Gereja itu disebut:
Nya kepada umat manusia melalui Imam Kepala
a.
serta berfungsi sebagai sarana komunikasi antara
(Efesus 1 :23 ; kolose 1 :18) dan gereja sebagai satu
Allah dan manusia (secara khusus bagi Imam
jemaat tunggal (1 Korintus 12:27). Kata itu
Kepala)
mekankan akan kesatuan dari gereja, baik local
a.
Tubuh Kristus. Gereja secara universal
Ruang Kudus, berfungsi sebagai tempat
maupun universal dan terutama bersifat organis dan
khusus bagi Kaum Lewi yang bertugas sebagai
organism gera ini mempunyai hubungan yang vital
pelayan Bait Suci yang melayani Imam Kepala dan
dengan Tuhan Yesus Kristus sebagai kepala yang
umat
Mulia.
b.
c.
b.
Pelataran, berfungsi sebagai tempat yang
Bait Roh kudus atau bait Allah. Gerea di
disediakan bagi jemaat umumnya untuk beribadah
korintus disebut sebagai ‘bait Allah’ di mana Roh
maupun membawa korban persembahan bakaran.
Kudus tinggal, 1 korintus 3:16. Dalam Efesus 2 :21,23
96
Paulus
menyebut
orang
percaya
bertumbuh dalam ‘satu bait Tuhan yang kudus’,
sakramen tersebut merupakan sakramen tanpa
dan mereka dikatakan dibangun bersama-sama
darah akan tetapi keduanya tetap melambangkan
sebagai ‘tempat kediaman Allah dalam Roh’.
darah.
Petrus menyebut orang percaya sebagai batu-batu yang hidup dan menyusun suatu ‘rumah rohani’, 1
2.6 Simbolisme dalam Arsitektur
Petrus 2 :5. Elas disini menunukan bahwa Petrus
2.6.1 Simbol dalam Arsitektur
sedang memikirkan sebuah bait. Dan gambaran ini
Simbol adalah tanda buatan manusia yang
menggambarkan bahwa gereja adalah kudus karena
digunakan tidak hanya untuk mengenalkan suatu
Roh
obyek tetapi juga sekaligus menghadirkannya
Kudus
yang
tinggal
di
dalam
gerea
memberikan sifat-sifat yang mulia kepada gereja.
(Langer, 1942). Simbol merupakan kata dari bahasa
c.
Yerusalem yang diatas, Yerusalem yang
Yunani “symbolis” yang berarti tanda atau ciri yang
baru atau Yerusalem sorgawi. Ketiga istilah ini
memberitahu tentang suatu hal, maksud ataupun
dapat dijumpai dalam kitab Galatia 4:26, Ibrani
ide kepada orang lain.
12:22, Wahyu 21:2, ayat 9 dan 10. Dalam
Pengertian simbol di sini mengandung
perjanjian lama, Yerusalem disebut sebagai tempat
suatu citra dari latar belakang ide-ide yang
dimana Allah berdiam di antara kerubim dan secara
dipancarkan
keluar.
simbolis meneguhkan hubungan dengan umat-Nya.
dimaksudkan
untuk
Perjanjian baru jelas menganggap gereja sebagai
pikiran, ide-ide, ataupun fenomena-fenomena yang
pendamping
lama,
berkembang di sekitar alam lingkungan manusia
sehingga menurut penjelasan ini gereja adalah
yang mempunyai makna mendalam untuk mewakili
tempat kediaman Allah dan walaupun masih ada di
ide-ide,
dalam dunia, akan tetapi adalah milik dari sesuatu
tertentu. Sifat khas dari simbol itu sendiri yaitu
yang bersifat sorgawi.
adanya
d.
makna yang meluas.
spiritual
dari
Yerusalem
Sakramen-sakramen. Pada perjanjian lama
terdapt dua sakramen di dalam gereja lama yaitu
nilai-nilai
Pada
dasarnya,
simbol
menyederhanakan
sebuah
ataupun
maksud-maksud
kamungkinan-kemungkinan
penafsiran
Simbolisme, yaitu suatu faham yang
sunat dan paskah. Sunat suatu sakramen yang
menggunakan
lambang
mengalirkan darah, melambangkan dialirkannya
membimbing
pemikiran
darah dan kecemaran karena dosa sehingga
pemahaman terhadap suatu hal secara lebih dalam.
anugerah
seluruh
Manusia mempergunakan simbol sebagai media
kehidupannya. Paskah juga sakramen mengalirkan
penghantar komunikasi antar sesama dan segala
darah, yaitu memperingati korban pengganti korban
sesuatu
yang merupakan tipe untuk menunjuk kepada
perlambang dari tindakan atau bahkan karakter dari
Kristus, Yohanes 1 :29, 36 , 1 Korintus 5 :7.
manusia itu selanjutnya. Ilmu pengetahuan adalah
Keluarga yang telah diselamatkan memakan anak
simbol-simbol dari Tuhan, yang diturunkan kepada
domba yang telah disembelih, dan ini melabangkan
manusia, dan oleh manusia simbol-simbol itu
tindakan iman, sebagaimana makan roti dalam
ditelaah dibuktikan dan kemudian diubah menjadi
perjamuan kudus. Dalam perjanjian baru, menurut
simbol-simbol yang lebih mudah difahami agar
gereja Protestan dalam hal ini sebagai gereja
bisa diterima oleh manusia lain yang memiliki daya
perjanjian baru mengenal adanya dua sakramen
tangkap yang berbeda-beda.
Allah
akan
menembus
yaitu baptisan kudus dan perjamuan kudus. Kedua
97
yang
dilakukan
atau
simbol
manusia
manusia
ke
untuk arah
merupakan
a.
Simbol adalah sebagai sign-vehicle atau
2.
Iconic sebagai simbol atau tanda yang
alat yang menghadirkan dan sekaligus juga
menyerupai suatu objek yang diwakili oleh suatu
mengenalkan suatu objek. Fungsi simbol yaitu :
karakter tertentu yang dimiliki oleh objek yang
Sebagai
langsung
sama. Di sini rancangan bangunan dimulai dengan
artinya
memperbaiki beberapa citra atau image tertentu
‘sign’
yang
secara
tidak
mengindikasikan suatu denotatum yang
mengindikasikan adanya suatu objek tertentu
yang mewakili suatu bangunan.
sebagai tanda atau ‘sign’.
3.
b.
Sebagai ‘sign’ yang secara langsung
yang tidak selalu mengacu kepada suatu objek
berfungsi sebagai significantum yang artinya
tertentu walaupun ada kesamaan atau analogi yang
kehadiran
maksud-maksud
terdapat pada indeks tersebut. Indeks biasanya
tertentu ataupun objek tersebut berasosiasi kepada
menghasilkan hubungan yang dinamis antara ruang
suatu hal tertentu (Broadbent, 1986).
dan objek di satu sisi dengan ingatan orang yang
objek
mempunyai
Menurut Charles Jencks, dalam arsitektur, ketika
seseorang
Simbol, tanda atau lambang merupakan
mengekspresikan bentuknya, dan menebak apa
metode ekspresi yang sangat langsung. Mereka
maksud
digunakan
ingin
suatu
akan mempengaruhi tanda tersebut di sisi lainnya.
bangunan,
yang
melihat
Indeks sebagai tanda dan representasi
diekspresikan
atau
dalam rancangan
arsitektur
untuk
dikomunikasikan oleh bentuk tersebut. Segitiga
memfokuskan perhatian para pemakai bangunan
Semiotik Charles Jencks:
dengan
menyampaikan
pemahaman
fungsi
bangunan atau ruang di dalam arsitektur. Teori simbolis dari Charles Jenk akan Penulis terapkan pada
perancangan
altar
diwujudkan
dengan
ornamen-ornamen dalam gereja. 2.6.2 Semiotika model Charles Jencks (Jencks, 1980) a.
Ungkapan simbolis dalam arsitektur erat
Penanda dan Petanda (signifiers and
kaitannya dengan fungsi arsitektur sendiri yang
signifieds)
melayani dan memberikan suatu arti khusus dalam
Tanda di dalam arsitektur seperti tanda
interaksi antara manusia dengan lingkungannya.
lainnya yang memiliki dua bagian yang besar yaitu
Ekspresi dalam arsitektur merupakan suatu hal
expression atau ekspresi (penanda) dan content atau
yang mendasar di dalam tiap-tiap komunikasi
isi, makna (petanda). Signifier atau penanda
arsitektur. Ekspresi selalu berhubungan dengan
sebagai kaidah ekspresi dapat berupa bentuk,
bentuk-bentuk. Makna dari simbol-simbol ini
ruang,
biasanya dipengaruhi oleh tata letak bangunan,
suprasegmental seperti warna, tekstur, kepadatan.
organisasi dan karakter bangunan. Ada 3 cara untuk
Selanjutnya terdapat level ke dua pada penanda
mengenal simbol dalam arsitektur, yaitu :
(strukturalis sistem menurut Saussurean), yang
1.
Simbol sebagai tanda yang mengacu
kadang sering juga sangat penting untuk wawasan
kepada suatu objek tertentu. Hal ini dimaksudkan
arsitektur, akan tetapi ini lebih kepada ekspresi
dengan tujuan agar simbol dapat diinterpretasikan
(suara, bau, dapt disentuh, kualitas keindahan,
sesuai dengan maksud sesungguhnya.
panas, dll).
98
permukaan,
volume,
yang
memiliki
Signified atau petanda yang berhubungan
mempunyai arti hubungan antara bentuk dan fungsi
mengenai ide atau pemahaman ide-ide yang tidak
tetapi juga menyangkut hubungan antara konsep
terlalu
pengertiannya.
pemikiran konvensional yang saling mengikat
Belakangan ini yang sering diperbincangkan dalam
antara fungsi dan bentuk. Dapat dilihat misalnya
arsitektur adalah pemikiran mengenai signifieds
sebuah interpretasi fungsi suatu tangga, yang
yaitu konsep-konsep mengenai ruang dan dasar-
menurut arti denotasi adalah sebuah jalan yang
dasar pemikiran dari suatu konsep. Aspek sosial,
menuju ke atas, akan tetapi bukan sampai disitu
adat istiadat dan kebudayaan juga telah masuk ke
saja arti denotasi ini, tetapi bagaimana menemukan
dalam signifieds secara nyata atau samar. Semua ini
sebuah konsep pemikiran yang akan tetap melihat
akan masuk pada tingkat pertama dalam arti
fungsi yang sebenarnya di dalam merancang
iconological, sedangkan pada bagian tingkat kedua
sebuah tangga, tetapi lebih memperhatikan atau
akan disebut iconology. Kalau pada tingkat kedua
mencari jalan terbaik terhadap bagaimana macam-
lebih menunjuk pada simbolisasi nyata sedangkan
macam bentuk tangga dapat menyesuaikan dengan
pada tingkat pertama lebih menunuk pada suatu
lingkungannya atau objeknya.
dalam
dan
kompleks
pesan.
Konotasi berlainan arti terhadap denotasi,
Jencks lebih lanjut memberikan rekomendasi
yaitu fungsi dari suatu objek arsitektur yang
bahwa untuk model semiotika yang dapat dipakai
mempunyai hubungan arti tidak sesuai dengan
atau diaplikasikan ke dalam ‘tanda’ arsitektural
lingkungannya atau objeknya juga tidak sesuai atau
adalah dua bentuk semiotika yaitu segitiga dari
tidak tepat dengan pemikiran fungsinya. Tetapi
Odgen-Richard dan model double partition atau
kepastian konotasi dapat dihadirkan dengan sesuatu
dua bagian yang dipisah dari Hemslev. Kedua
yang lain, misalnya saja sebuah gua, menurut
model semiotic ini merupakan hasil pemikiran dari
dugaan Jencks gua merupakan permulaan dari
aspek-aspek Saussurean yaitu tanda sebagai bagian
arsitektur yang mempunyai fungsi denotasi sebagai
dari petanda dan penanda.
sebuah fungsi peneduh. Tetapi tidak salah juga
b.
Konotasi Denotasi (connotative denotative)
kalau guai tu mempunyai arti konotasi sebagai
Jencks, 1980
‘keluarga atau kelompok’, keamanan, lingkungan
Jencks
menyatakan
untuk
sekitar dan lainnya. Dengan kata lain gua
bahasa
mempunyai arti sebagai hidup bermasyarakat, yang
seperti yang dikatakan oleh Saussure melalui tanda,
dapat juga berarti simbol suatu kepintaran dan ini
maka
mempunyai arti konotasi sesuatu yang terbuka atau
mengkomunikasikan
dianjurkan
bahwa
bangunan
secara
mengkomunikasikan
suatu
arsitektur dengan memakai cara semiotik konotatif dan
denotatif
(architectural
denotation
kekeluargaan.
and
connotation).
METODE Model penelitian perancangan ini adalah
Denotasi merupakan suatu komunikasi bahasa
berdasarkan teori mediasi Hersberger (Lang,1987),
terhadap arsitektur yang mempunyai arti suatu
yaitu dengan cara melakukan architectural meaning
objek arsitektur yang dapat diartikan sebagai
(pemaknaaan arsitektural) terhadap dogma gereja
bentuk yang menjadi satu dengan lingkungannya
GMIM,
atau mempunyai arti yang betul, tepat atau sesuai
Makna
denotasi
ini
bukan
selanjutnya
memakai
konotasi-
denotasi Charles Jencks untuk mensejajarkan
dengan kebiasaan, semua ini masuk dalam konteks fungsi.
dan
antara dogma dan arsitektur, kemudian memakai
hanya
teori sebagai metode, dan pengujian terhadap
99
temuan metode ini dilakukan melalui rancangan Gereja
Masehi
Injili
di
Berikut pokok-pokok ajaran dari Gereja
Minahasa.
Masehi
Injili
di
Minahasa,
sehingga
akan
menunjukan konotasi dan denotasinya di dalam masing-masing gereja GMIM. Menganut adanya 2 Sakramen yaitu Baptisan Kudus dan Peramuan Kudus. Di mana pada Baptisan akan mengenal adanya air sebagai simbol utama sakramen ini. Air mempunyai sifat membersihkan kotoran dari tubuh, maka patut sekali untuk menandakan pembersihan dosa, sehingga yang najis menjadi suci karena dibersihkan oleh darah Tuhan Yesus Kristus, sedangkan Perjamuan Kudus mengenal anggur dan cawan. Baptisan Kudus HASIL DAN PEMBAHASAN
Baptisan Kudus memang berkaitan dengan
Dari kajian pustaka yang ada, didapatlah
kehidupan bersama dan ibadah bersama dari gereja
teori yang akan digunakan dalam pendekatan
Tuhan, maka sudah sewajarnya Baptisan dilakukan
perancangan Gereja Masehi Injili di Minahasa,
pada waktu peribadatan jemaat. Orang yang
yaitu teori I Kings dari Vitruvius dan teori simbol
dibaptis mendapat persekutuan dengan Tuhan dan
dari Charles Jencks. Cara konotasi dan denotasi
dengan semua orang percaya. Baptisan selalu
akan
enggunakan air, dikenal adanya air sebagai simbol
dipakai
untuk
melakukan
penelusuran
parameter dogma gereja GMIM. Kemudian akan
utama
dimaksukkan unsur-unsur parameter yang di dapat
membersihkan dan membasuh kotoran dari tubuh,
dari penelusuran denotasi dan konotasi tersebut,
maka patut sekali untuk mendakan pembersihan
dan selanjutnya akan di cari simbol arsitekturnya
dosa manusia, sehingga yang najis menjadi suci
memakai cara teori Charles Jencks dan penelusuran
karena dibersihkan oleh darah Tuhan Yesus
memakai pendekatan hirarki ruang dari teori I
Kristus. Air juga merupakan berkat utama di dalam
Kings
kehidupan manusia. Baptisan berarti dipersatukan
dari
Vitruvius,
sehingga
menemukan
konsep-konsep peracangan bangunan GMIM.
Sakramen
ini.
Air
mempunyai
sifat
dengan Tuhan dalam kematianNya, supaya sama
Unsur teologia tidak dapat dibandingkan
seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang
dengan unsur arsitektur, oleh sebab itu dibuatlah
mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga akan
penyejajaran teologia dengan arsitektur melalui
hidup dalam hidup yang baru (Roma 6:3-4).
konotasi dan denotasi karena seperti yang sudah
Mereka
diketahui bahwa penghadiran konsep menuju
mengenakan Kristus’ (Galatia 3:27-28). Di dalam
bentuk hanya dapat dilakukan oleh konsep konotasi
kehidupan jemaat hanya Kristus yang berlaku dan
dan denotasi. Dengan demikian maka dapat
bukan kebangsaan manusia, asal-usul manusia,
mensejajarkan dogma dengan arsitektur dengan
kedudukan ataupun jenisnya. Dalam Kristus telah
melihat pada symbol arsitektur melalui teori
tercipta suatu kemanusiaan yang baru (2 Korintus
symbol Charles Jencks.
5:17). Itulah Gereja Tuhan, dan orang menjadi
yang
dibaptis
dalam Kristus
‘telah
anggota Gereja Tuhan dengan dibaptiskan ke dalam
100
Kristus. Di dalam gereja tua, orang yang dibaptis
anak Allah. Perjamuan Kudus mengenal adanya
itu juga diberi tanda salib dengan air yang dipakai
roti dan anggur. Roti adalah makanan pokok yang
untuk membaptiskan sehingga orang tersebut sudah
memberikan kekuatan kepada orang. Dan roti yang
menjadi milik Kristus dan menjadi milik-Nya yang
dipecah-pecahkan pada waktu Perjamuan Kudus itu
sah dan tidak dapat dijaring oleh kuasa-kuasa lain.
menandakan persekutuan dengan Tubuh Kristus
Pada Baptisan Kudus akan dilihat makna konotasi
yang diserahkan sebagai korban dan darah-Nya,
dan denotasinya. Makna konotasi yang hadir ialah
yang dicurahkan sebagai hukuman dosa (Ibrani
menyucikan diri dari dosa manusia, kemudian
9:22), dan cawan pengucapan syukur, ialah
makna denotasinya ialah memercik air. Dari makna
persekutuan dengan Darah Kristus (1 korintus
denotasi ini akan hadir kembali makna konotasi
10:16). Adanya anggur adalah minuman yang
dan denotasi yang baru. Makna konotasi tersebut
menyegarkan
manusia
ialah
melambangkan
Darah
menyegarkan
tubuh
sedangkan
makna
(Mazmur Kristus.
104:15),
Darah
yang
denotasinya ialah jernih, bening, putih. Dari makna
memungkinkan orang hidup kembali dari jeratan
denotasi ini akan lahir makna konotasi yang baru
maut
yaitu menyatakan dosa yang sudah diampuni. Pada
permintaan pengampunan dari segala dosanya
pendekatan
bangunan
(Ibrani 11 :28). Merupakan juga hidup orang yang
Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) dapat
ke arah kematian itu berbalik ke arah kehidupan
dilihat makna konotasi denotasi yang sudah
karena Darah Kristus. Alkitab dengan tegas
diuraikan di atas, dengan menyejajarkan konotasi
mengatakan bahwa gereja adalah Tubuh Kristus (1
yaitu dosa menandakan warna hitam kemudian
Korintus 10:17, 12:27, 12:14-16). Karena itu jika
dosa yang sudah diampuni menandakan warna
satu anggota (tubuh itu) menderita, semua anggota
putih. Semua ini akan dapat terlihat pada bangunan
turut menderita, jika satu anggota dihormati, semua
Gereja Masehi Injili di Minahasa dengan hadirnya
anggota turut bersukacita (1 Korintus 12:26),
lantai bagian lar berwarna hitam atau glap
sehingga semua akan hidup ‘bertolong-tolongan
menandakan dosa. Kemudian mengacu pada teori I
menanggung beban’ yang sudah menjadi cirri khas
Kings dari Vitruvius di dapat konsep sebagai
kehidupan bersama dalam jemaat, karena Kristus
berikut :
(Galatia 6:2).
1)
perancangan
arsitektur
yang
kekal.
Itu adalah juga
sebagai
Penataan bagian altar baik lewat hirarki ruang,
ornamen-ornamen dan simbol-simbol GMIM.
Makna konotasi yang dihadirkan dari Sakramen
2)
Menempatkan barier untuk wilayah yang
Perjamuan
memisahkan antara ruang kudus (tempat
penghapusan dosa manusia dan mempunyai makna
jemaat) dan ruang maha kudus (meja altar dan
denotasi yaitu minum anggur bersama. Makna
mimbar).
denotasi ini akan mempunyai turunan berupa
kudus
adalah
peringatan
atas
makna konotasi dan denotasi yang baru. Makna konotasi
Perjamuan Kudus
yang
muncul
kemudian
adalah
Perjamuan Kudus berkaitan dengan ibadah
memperingati Paskah kemudian makna denotasinya
jemaat. Perjamuan Kudus memberi persekutuan
adalah suatu cairan yang berwarna erah. Hal ini
dengan Tuhan dan sekaligus mempersatukan
kemudian juga akan mempunyai makna konotasi
dengan jemaat. Semua mendapat persekutuan
yang baru lainnya yaitu menyatakan darah. Pada
dengan Kristus dan menjadi datu keluarga anak-
arsitektur Gereja GMIM makna dari sakramen ini
101
dapat disejajarkan dalam bangunan Gereja dengan dihadirkannya karpet atau tegel lantai yang berwarna merah. Pemasangan karpet merah atau tegel lantai nerah diletakkan pada jalur masuk dan daerah sekitar mimbar, sehingga membentuk jalur salib. Dosa itu sendiri menandakan warna hitam, dapat terlihat pada bangunan gereja GMIM dengan hadirnya dinding bagian luar berwarna hitam. Hal ini dapat disejajrkan dalam arsitektur dengan
KESIMPULAN DAN SARAN
mencerminkan warna hitam yang berarti dosa,
1.1.
terdapat pada dinding bagian luar sudah dilepaskan
Setelah melalui proses kajian pendekatan
dan disucikan sebelum masuk ke dalam Gereja,
sakralisme dalam arsitektur berdasarkan Teori I
sehingga warna putih di dalam Gereja menyatakan
Kings dari Vitruvius dan teori semiotika dari
hati yang sudah disucikan. Konsep perancangan
Charles Jencks, maka dapat disimpulkan sebagai
selanjutnya juga mengacu pada teori I Kings dari
berikut :
Vitruvius, dan di dapatlah konsep sebagai berikut: 1)
1.
Pada saat perjamuan ada penataan meja perjamuan di
tengah
pengorbanan
berbentuk Kristus
salib
sebagai
sekaligus
Proses
dilakukan
tanda
rancangan
berdasarkan
arsitektur model
yang
representasi
Architectural meaning (pemaknaan arsitektural)
kemenangan
melalui mesejajarkan antara dogma GMIM dan
terhadap maut bagi yang percaya. 2)
Kesimpulan
arsitektur memakai konotasi denotasi Charles
Area sakral ini ditandai dengan pentup material
Jencks
lantai dengan penggunaaan simbol salib.
dapat dijadikan metode alternatif dalam
melakukan rancangan arsitektur. 2.
Penerapan Hirarki Ruang I Kings Vitruvius
Pengujian metode rancangan arsitektur
yang dilakukan melalui pendekatan perancangan Gereja
Masehi
Injili
di
Minahasa
dapat
menghasilkan suatu panduan rancangan yang dapat di aplikasikan pada perancangan Gereja GMIM. 1.2. 1.
Saran Menemukan metode rancangan arsitektur
melalui dogma GMIM harus di sejajarkan dengan arsitektur dengan menggunakan denotasi konotasi. 2.
Diharapkan
metode
ini
dapat
dikembangkan dan disempurnakan di waktu yang akan datang melalui model pendekatan yang lain dengan keunikan dan kreatifitas yang berbeda.
102
DAFTAR PUSTAKA Lang Jon (1987), Creating Architectural Theory, Van Nostrand Reinhold Company, New York.
Class Theory and Architectural Design (2014), Terjemahan Buku Architectural Theory An Anthology From Vitruvius To 1870, Program Pasca Sarjana Arsitektur Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Mallgrave Harry Francis (2006), Architectural Theory Volume I An Anthology From Vitruvius to 1870, Blackwell Publishing Ltd, USA.
Eliade Mirce (1959), The Sacred and The Profane : The Nature of Religion, Harcourt Brace Javanovich, New York.
Morrison Tessa (2011), Isaac Newton’s Temple of Solomon and his Reconstruction of Sacred Architecture, Birkhauser, Australia.
Jencks, Charles & Baird, George, (1969), Meaning in Architecture, George Braziller Publisher, New York.
Tungka Aristotulus (2002), Kajian Simbol dalam Arsitektur Gereja Protestan (GMIM) di Manado. Tesis Program Pascasarjana. Institut
Johnson Alan Paul (1998), Kajian Pustaka The Theory of Architecture : concepts themes & Practices, Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
103