PENDAHULUAN
Latar Belakang Peternakan di Indonesia seperti ayam, sapi, kambing serta domba sangat berperan penting sebagai sumber asupan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Produk utama yang dihasilkan oleh peternakan diantaranya adalah daging, susu dan telur, sedangkan produk sampingannya yaitu bulu, tanduk, darah serta limbah yang dihasilkan berupa feses, urin atau kotoran unggas (ekskreta). Limbah peternakan yang tidak diolah dengan benar
dapat
mencemari lingkungan,
sehingga dibutuhkan proses
pengolahan yang sesuai. Limbah peternakan yang masih mengandung nutrien yang tinggi dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi kompos, pakan ikan serta dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam pembuatan biogas. Pengolahan limbah yang dilakukan dengan baik selain dapat mencegah terjadinya pencemaran lingkungan juga memberikan nilai ekonomis terhadap usaha ternak. Limbah kotoran ternak yang dihasilkan seperti kotoran unggas atau yang sering dikenal dengan kata ekskreta dalam peternakan dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi biogas dan kompos. Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik yang mengalami fermentasi oleh bakteri dalam kondisi anaerob. Biogas dapat mengahasilkan gas bio yang dimanfaatkan sebagai sumber energi dan juga sludge sebagai hasil ikutan yang berbentuk seperti lumpur yang telah mengalami proses fermentasi (Marlina et al., 2013). Sludge yang dihasilkan biasanya masih dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku 1
dalam pembuatan kompos karena kandungan nutrien seperti C, N, P dan K baik untuk pertumbuhan tanaman. Pemanfaatan sludge kotoran ayam sebagai hasil ikutan dari proses pembuatan biogas sampai saat ini masih kurang optimal karena hanya digunakan sebagai pupuk dan bahan tambahan dalam pembuatan pakan ikan, sehingga limbah dari biogas yang tersisa terkadang hanya dibuang dan dapat mencemari lingkungan sekitar. Upaya lain dalam pemanfaatan sludge kotoran ayam tersebut dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan media tanam jamur tiram, hal tersebut disebabkan karena kandungan pada sludge kotoran ayam sama seperti unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Rahmadian (2015) membuktikan dalam penelitiannya bahwa sludge dari kotoran sapi yang telah ditambah dengan tepung kotoran ayam mampu meningkatkan nutrien pada media tanam dan produktivitas pada jamur tiram yang dihasilkan. Jamur tiram putih merupakan salah satu jamur yang digemari oleh masyarakat. Seiring dengan kemajuan zaman maka budidaya jamur tiram putih semakin banyak, hal tersebut disebabkan karena prosesnya relatif mudah, pertumbuhan jamur yang cepat serta bahan baku untuk pembuatan media tanam yang terjangkau dan mudah didapat. Hasil limbah peternakan maupun pertanian dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan dan membantu meningkatkan produktivitas jamur tiram putih. Sludge dari kotoran ayam merupakan salah satu alternatif bahan yang dapat ditambahkan dalam media tanam jamur tiram putih.
2
Pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram putih sangat dipengaruhi oleh media tanam atau sering disebut dengan baglog. Kandungan sludge seperti N, P serta K yang cukup dapat membantu dalam proses pertumbuhan jamur. Kandungan nitrogen pada sludge dari ekskreta dapat digunakan sebagai bahan substitusi dedak, hal tersebut dinyatakan oleh Silverio et al., (1981) bahwa penambahan nitrogen menyebabkan pertumbuhan
miselium
menjadi
tebal.
Kandungan
nitrogen
yang
diperlukan oleh jamur tiram terdapat didalam dedak, sedangkan ketersediaan dedak sangat terbatas selain itu tergantung pada musim. Dedak yang dihasilkan juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ikan, dengan demikian sumber nitrogen yang digunakan untuk meningkatkan nilai nutrien pada media jamur dapat menggunakan bahan alternatif lain yaitu sludge dari kotoran ayam. Kotoran ayam merupakan limbah dari peternakan ayam petelur maupun ayam pedaging dengan kandungan nitrogen yang cukup tinggi dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan biogas, sehingga akan menghasilkan sludge kotoran ayam dengan kandungan nutrien yang baik salah satunya memiliki kadar nitrogen 3,01%. Setiawan (2007) menjelaskan bahwa kandungan nitrogen pada kotoran ayam sebesar 1%, sedangkan domba 0,75%; kambing 0,6%; kerbau 0,6% dan sapi 0,4%. Dengan demikian, kotoran ayam memiliki kandungan nitrogen paling tinggi dan dapat digunakan sebagai bahan dalam pembuatan biogas yang menghasilkan sludge dengan kandungan nitrogen sebesar
3
3,01%; posphor 10,52%; karbon 13,68% dan kalium 2,73% (Nugroho, 2016). Kandungan nutrien yang cukup tinggi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Nugroho (2016) menyatakan dalam penelitiannya bahwa, sludge dari kotoran ayam petelur dapat digunakan sebagai pengganti dedak dalam pembuatan media tanam jamur sehingga dapat meningkatkan produksi jamur tiram putih pada saat pemanenan. Bekicot yang hanya dianggap sebagai hama tanaman dapat digunakan untuk meningkatkan nilai protein pada sludge kotoran ayam. Adelina dan Idasary (2007) melaporkan hasil analisis proksimat tepung bekicot yang meliputi protein kasar 34,91%; lemak 4,75%; BETN 23,26%; serat kasar 10%; abu 16% dan air 11,08%. Berdasarkan literatur yang ada maka diperlukan sebuah penelitian untuk mengoptimalkan limbah peternakan serta hama tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan nutrien sludge dari kotoran ayam sebagai bahan pengganti dedak dalam pembuatan media tanam jamur tiram putih. Dengan demikian, penggunaan dedak pada media jamur tiram putih diganti menggunakan sludge dari kotoran ayam yang ditambah dengan tepung bekicot sehingga dapat meningkatkan produktivitas jamur tiram putih.
4
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrien pada media jamur (baglog) serta melihat produktivitas jamur tiram putih (Pleurotus florida) saat panen pertama melalui penambahan hasil pemanfaatan limbah sludge kotoran ayam dengan tepung bekicot sebagai peningkat kandungan nutrien pada sludge dari kotoran ayam.
Manfaat Penelitian Sludge kotoran ayam dan tepung bekicot merupakan hama serta limbah dari peternakan yang sampai saat ini belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Limbah dari hasil peternakan dan hama tanaman tersebut dapat dimanfaatkan untuk menambah nilai nutrien pada media jamur tiram putih serta dapat digunakan sebagai perbandingan hasil produktivitas jamur tiram putih yang diperoleh.
5