PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pengelolaan keuangan negara merupakan suatu kegiatan yang akan mempengaruhi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat dan bangsa Indonesia. Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pasal 1 menyebutkan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan pelaksanaan hak serta kewajiban tersebut, sedangkan pengelolaan keuangan negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelolan keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban. Untuk dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat terkait dengan pengelolaan keuangan negara tersebut, maka diperlukan suatu lembaga pemeriksa yang bebas, mandiri, dan profesional agar tercipta pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi dan nepotisme. Lembaga pemeriksa tersebut adalah auditor. Auditor sebagai ujung tombak dari pelaksanaan
kegiatan
pemeriksaan
semestinya
didukung
dengan
sikap
independensi dan kompetensi dalam pemeriksaan. Profesi auditor senantiasa mendapatkan kepercayaan dari klien (Lastanti, 2005). Untuk mempertahankan kepercayaan dari klien tersebut, auditor harus memperhatikan kualitas auditnya, karena dengan kualitas audit yang baik, maka auditor akan mampu menyajikan temuan dan melaporkan kondisi keuangan klien dengan sesungguhnya. Pada umumnya, audit sektor publik berbeda dengan audit pada sektor bisnis atau swasta (Bastian, 2007: 43). Audit sektor publik dilakukan pada organisasi pemerintahan yang bersifat nirlaba, seperti sektor pemerintahan daerah (pemda), BUMN, BUMD, dan instansi lain yang berkaitan dengan kekayaan negara. Sedangkan audit sektor bisnis dilakukan pada perusahaan milik swasta yang bersifat mencari laba (Bastian, 2007: 43). Dalam penelitian ini akan lebih menitikberatkan pada audit pada sektor publik. Salah satu unit yang melakukan audit terhadap sektor publik atau pemerintah adalah Badan Pemeriksa Keuangan 1
(BPK). Menjadi lembaga pemeriksa keuangan yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilai-nilai dasar untuk berperan aktif dalam mendorong terwujudnya tata kelola keuangan negara yang akuntabel dan transparan merupakan visi dari BPK. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No 15 Tahun 2006, bab III, pasal 6 menyebutkan bahwa tugas BPK adalah
memeriksa pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. Auditor yang tergabung dalam BPK tersebut lebih dikenal dengan istilah pemeriksa. Audit harus dilaksanakan oleh auditor yang memiliki sikap independensi. Selain sikap independensi tersebut, seorang auditor juga harus memiliki sikap kompetensi. Kompetensi memerlukan pengetahuan dan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan formal, pengalaman dan pelatihan teknis (SPAP Seksi 210). Pengetahuan yang dimiliki auditor tersebut mengenai teknik audit yang sesuai dengan standar yang berlaku umum. Sikap independensi dan kompetensi auditor menjadi hal yang penting dalam pelaksanaan fungsi pemeriksaan. Jika auditor memiliki sikap independensi dan kompetensi, maka ia mampu menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Semakin meningkatnya peran auditor yang independen, maka akan sangat penting untuk meningkatkan kualitas jasa yang diberikan seorang auditor. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Castellani (2008) mengenai kualitas audit yang dilakukan oleh auditor pada kantor Akuntan Publik di Jakarta menyebutkan bahwa kompetensi dan independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan pada penelitian ini, akan mencoba mengkaji mengenai pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengsh. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah adalah untuk melengkapi penelitian yang sebelumnya. Peneliti terdahulu lebih tertarik melakukan penelitian pada Kantor Akuntan Publik. Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas audit yang dihasilkan oleh para auditor yang 2
melakukan tugas pemeriksaan terhadap sektor publik. Penelitian ini dilakukan pada satu divisi, yaitu BPK sehingga dapat menghilangkan bias jawaban responden dalam mengisi kuesioner.
Persoalan Penelitian Penelitian ini akan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah. Persoalan yang diteliti dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian: 1. Apakah sikap independensi seorang auditor akan berpengaruh terhadap kualitas audit? 2. Apakah sikap kompetensi seorang auditor akan mempengaruhi kualitas audit?
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sikap independensi auditor terhadap kualitas audit serta untuk mengetahui pengaruh kompetensi auditor terhadap kualitas audit. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba untuk mengkaji mengenai “Pengaruh Independensi dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit”.
Manfaat Penelitian Manfaat dari hasil penelitian ini adalah : 1. Bagi para akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian dan dapat menambah referensi serta mendorong untuk dilakukannya penelitian pada akutansi sektor publik. 2. Bagi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), penelitian ini dapat memberikan saran untuk meningkatkan sikap independensi dan kompetensi auditor dalam upaya untuk meningkatkan kualitas audit
3
TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Kualitas Audit Penelitian tentang adanya tuntutan atas kualitas audit telah digambarkan dengan menggunakan literature agency dan contacting. Argumennya bahwa semakin tinggi kos agensi (kos konflik) maka akan semakin besar tuntutan terhadap kualitas audit yang lebih tinggi, baik itu oleh manajer maupun oleh pemegang saham (Watts dan Zimmermamn, 1986). De Angelo (1981) dalam Castellani (2008) menyatakan kualitas audit merupakan probalilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien. Kualitas audit ditentukan oleh dua hal, yaitu kompetensi dan independensi (SFAC, 2000), sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sutton (1993) dalam Castellani (2008:124) mengenai pengukuran kualitas audit menyebutkan bahwa pengukuran kualitas audit memerlukan kombinasi antara proses dan hasil. Kualitas proses audit dimulai dari tahap perencaan penugasan, tahap pelaksanaan dan tahap administrasi akhir.
Independensi Auditor Independensi berarti sikap mental yang tidak dikendalikan dan tidak bergantung pada pihak lain, jujur dalam mempertimbangkan fakta dan objektif, serta tidak memihak (Noviyanti dan Intiyas, 2004:26). Pernyataan standar umum kedua dalam SPKN adalah: “Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya”. Dengan pernyataan standar umum kedua tersebut, organisasi pemeriksa dan para pemeriksanya bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan independensinya sedemikian rupa, sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tudak memihak
oleh
pihak
manapun.
Menurut
SPKN,
pemeriksa
perlu
mempertimbangkan tiga macam gangguan terhadap independensi, yaitu gangguan pribadi, ekstern, dan/atau organisasi. 4
Gangguan pribadi dari pemeriksa meliputi; a. Memiliki hubungan pertalian darah dengan pejabat atau pegawai entitas yang dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap entitas yang diperiksa b. Memiliki kepentingan keuangan pada entitas atau program yang diperiksa c. Pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang diperiksa d. Terlibat dalam kegiatan obyek pemeriksaan, seperti asistensi, jasa konsultasi, pengembangan sistem, dan menyusun laporan keuangan e. Adanya kecenderungan untuk memihak pada pejabat atau pegawai entitas f. Mencari pekerjaan ada entitas yang dipeiriksa selama pelaksanaan pemeriksaan. Gangguan ektern dari pemeriksa dapat membatasi pelaksanaan pemeriksaan atau mempengaruhi
kemampuan
pemeriksa
dalam
pelaksanaan
pemeriksaan.
Independensi dan obyektivitas suatu pemeriksaan dapat dipengaruhi apabila terdapat: a. Campur tangan pihak ekstern yang membatasi atau mengubah lingkup pemeriksaan. b. Pembatasan waktu pemeriksaan yang tidak wajar untuk
menyelesaikan
pemeriksaan. c. Pembatasan terhadap sumber daya yang disediakan bagi organisasi pemeriksa, yang berdampak negatif terhadap pelaksanaan pemeriksaan. d. Ancaman penggantian petugas pemeriksa atas ketidak setujuan dengan isi laporan hasil pemeriksaan, simpulan pemeriksaan, atau penerapan kriteria lainnya. e. Pengaruh yang membahayakan kelangsungan pemeriksa sebagai pegawai, berhubungan dengan kecakapan pemeriksa. Selain itu, independensi organisasi pemeriksa dapat dipengaruhi oleh kedudukan, fungsi dan struktur organisasinya. Dalam hal melakukan pemeriksaan, organisasi pemeriksa harus bebas dari hambatan independensi. Pemeriksa dapat dipandang bebas dari gangguan terhadap independensi secara organisasi, apabila melakukan pemeriksaan di luar entitas tempatnya bekerja. 5
Kompetensi Auditor Dalam standar pengauditan, khususnya standar umum, disebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor serta dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya auditor wajib menggunakan kemahiran proffesionalnya dengan cermat dan seksama (Kusharyanti, 2003:26). Pernyataan standar umum pertama dalam SKPN adalah: “Pemeriksa secara kolektif
harus
memiliki
kecakapan
profesional
yang
memadai
untuk
melaksanakan tugas pemeriksaan”. Dengan Pernyataan Standar Pemeriksaan ini semua organisasi pemeriksa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap pemeriksaan dilaksanakan oleh para pemeriksa yang secara kolektif memiliki pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tersebut.
Pengaruh Indepedensi Auditor terhadap Kualitas Audit Informasi dalam laporan keuangan yang telah diaudit akan menjadi acuan bagi berbagai pihak ynag berkepentingan. Menurut Lastanti (2005:90), untuk memberikan jaminan bahwa informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipercaya, tidak memihak, dan tidak menyesatkan, maka diperlukan adanya suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor yang independen. De Angelo (1981) dalam Kusharyanti (2003) mengemukakan bahwa probabilitas auditor melaporkan salah saji material dalam laporan keuangan klien adalah independensi auditor. Jika auditor tidak bisa menolak tekanan dari klien, seperti tekanan personal, emosional dan keuangan, maka independensi auditor telah berkurang dan bisa mempengaruhi kualitas audit. Tanpa adanya tekanan dari klien, auditor dapat menemukan dan melaporkan salah saji yang terdapat dalam laporan keuangan klien, sehingga opini yang dihasilkan oleh audior tidak akan menyesatkan bagi para pemakai laporan keuangan. Oleh karena itu, independensi auditor merupakan salah satu faktor yang penting untuk menghasilkan audit yang berkualitas. Jika seorang auditor kehilangan independensinya, maka laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga tidak dapat digunakan 6
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan (Supriyono, 1988). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan pengembangan hipotesis sebagai berikut: Ha1
: Independensi auditor akan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit.
Pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Kualitas Audit Bedard (1986) dalam Lastanti (2005:88) mengartikan kompetensi sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit. Dalam melaksanakan audit, seorang auditor harus bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal yang akan diperoleh melalui pengalaman dan praktek audit (SPAP, 2001). Pendidikan formal dibutuhkan oleh auditor berkaitan dengan pengetahuan mengenai bagaimana proses audit berjalan, kode etik, standar audit serta penerapan prosedur dalam praktek audit. Menurut Tubbs (1992), auditor yang berpengalaman memiliki keunggulan, diantaranya dalam hal (1) mendeteksi kesalahan, (2) memahami kesalahan secara akurat, dan (3) mencari penyebab terjadinya kesalahan. Penelitian yang dilakukan oleh Libby dan Frederick (1990) dalam Kusharyanti (2003:26) menemukan bahwa auditor yang berpengalaman akan mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan. Berdasarkan uraian di atas dan dari penelitian yang terdahulu dapat disimpulkan bahwa kompetensi auditor dapat dibentuk melalui pengetahuan, pengalaman dan keahlian. Ketiga hal tersebut yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas audit, sehingga dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut: Ha2
: Kompetensi auditor akan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Dari uraian telaah teoritis dan pengembangan hipotesis tersebut, maka
untuk menggambarkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dikemukakan suatu kerangka penelitian, yaitu mengenai pengaruh independensi
7
dan kompetensi auditor terhadap kualitas audit dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Gambar 1 Gambar Kerangka Penelitian
Independensi Kualitas Audit Kompetensi
METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian Pada penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah independensi, kompetensi dan kualitas audit. Independensi dan kompetensi merupakan variabel independen dan kualitas audit merupakan variabel dependen. Independensi akan diukur berdasarkan tiga macam gangguan, yaitu gangguan pribadi, gangguan ekstern dan/atau organisasi. Kompetensi akan diukur dengan pengetahuan, pengalaman auditor dan keahlian. Sedangkan kualitas audit akan diukur melalui proses audit dan hasil audit. Menurut SPKN dan penelitian yang dilakukan oleh Castellani (2008), indikator dalam setiap aspek independensi, kompetensi dan kualitas audit dapat digambarkan dalam tabel di bawah ini:
Variabel Independensi Auditor (X1)
Indikator Empiris 1. Gangguan pribadi dan organisasi 2. Gangguan ekstern
Kompetensi Auditor
1. Pengetahuan
(X2)
2. Pengalaman 3. Keahlian
8
1. Kualitas Audit (Y)
Proses (perencanaan, pelaksanaan, dan administrasi akhir)
2.
Hasil
(kemampuan
kesalahan
dan
menemukan keberanian
melaporkan kesalahan)
Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah para auditor yang tergabung dalam BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah, yaitu yang melakukan pengujian terhadap laporan keuangan atas instansi-instansi pemerintah yang menggunakan jasa auditor tersebut di Provinsi Jawa Tengah. Auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah berjumlah 133 orang. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Sampel yang dipilih dari populasi dianggap akan mewakili keberadaan populasi. Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah metode simple random sampling, dimana setiap populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 70 responden.
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung yang bersumber dari jawaban kuesioner dari responden yang akan dikirim secara langsung kepada auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah.
Metode Pengumpulan Data Variabel dependen dan independen akan diukur oleh instrument penelitian dalam bentuk kuesioner yang bersifat tertutup Kuesioner tersebut akan diisi atau dijawab oleh responden auditor pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah. Kuesioner tersebut terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berisi sejumlah pertanyaan yang bersifat umum. Bagian kedua, berisi sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan independensi, kompetensi dan kualitas audit dari auditor 9
tersebut. Kuesioner diberikan secara langsung kepada responden. Responden diminta untuk mengisi daftar pertanyaan tersebut, kemudian memintanya untuk mengembalikannya melalui peneliti yang secara langsung akan mengambil kuesioner yang telah diisi tersebut pada BPK yang bersangkutan. Kuesioner yang telah diisi oleh responden kemudian diseleksi terlebih dahulu agar kuesioner yang tidak lengkap pengisiannya tidak diikutsertakan dalam analisis. Kuesionerkuesioner tersebut akan memenuhi persyaratan dengan skala Likert. Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, dan skor yang diperoleh mempunyai tingkat pengukuran ordinal. Kategori penilaiannya adalah : Skor 1
: Tidak Pernah
Skor 2
: Hampir Tidak Pernah
Skor 3
: Pernah
Skor 4
: Sering
Skor 5
: Sangat Sering
Model dan Teknik Analisis Data 1. Pengujian Validitas dan Reabilitas a. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2011:52). Pengujian validitas dapat dilakukan dengan melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk (Ghozali, 2011:54). Setelah dilakukan pengukuran dengan menggunakan software SPSS akan dilihat tingkat signifikansi untuk semua pertanyaan. Jika koefisien relasi (r) bernilai positif dan lebih besar dari rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa semua indikator sah atau valid. Begitu pula sebaliknya, jika bernilai positif atau
10
negatif, namun lebih kecil dari rtabel, maka butir pertanyaan dinyatakan invalid dan harus dihapus.
b. Uji Reliabilitas Reabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2011:47). Jika jawaban terhadap setiap pertanyaan tersebut acak, maka dapat dikatakan bahwa tidak reliabel. Kriteria yang digunakan dalam uji ini adalah One Shot, artinya satu kali pengukuran saja dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.70 (Nunnally dalam Ghozali, 2011:48).
2. Analisis Data a. Pengujian Asumsi Klasik Sebelum data dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis regresi berganda terlebih dahulu digunakan uji asumsi klasik yang terdiri dari : uji normalitas, uji multikolonieritas, dan uji heteroskedastisitas. 1) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2011:160). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis grafik dan analisis statistik. Analisis grafik yang digunakan dalam penelitian ini adalah normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal (Ghozali, 2011:161). Distrbusi normal akan 11
membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Analisis statistik dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Untuk uji K-S, yaitu jika nilai hasil uji K-S lebih besar dibandingkan dengan taraf signifikansi 0,05, maka sebaran data tidak menyimpang dari kurva normalnya, maka itu disebut uji normalitas.
2) Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen.
Multikolonieritas
dapat
dilihat
dengan
menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai tolerance. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance
≤ 0,10 atau sama dengan nilai
VIF ≥ 10.
3) Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
Homoskesdatisitas
atau
tidak
terjadi
Heteroskesdatisitas
(Ghozali, 2011:139). Pengujian ada atau tidaknya heteroskedasititas dalam penelitian ini adalah dengan cara melihat grafik plot antara nilai
12
prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Disamping menggunakan metode grafik, uji heteroskedastisitas dilakukan dengan metode statistik berupa uji glejser. Jika probabilitas signifikansi masing-masing variabel independen > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya Heteroskedastisitas (Ghozali, 2011:143).
b. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai gambaran atau deskripsi
suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi). Statistik deskriptif umumnya digunakan peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan data demografi responden.
3. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model regresi berganda yang bertujuan untuk memprediksi berapa besar kekuatan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Persamaan regresinya adalah : Y = a + β0 + βX1 + βX2 + e Y
= kualitas audit
β0
= intersep
β1, β2, β3 = koefisien regresi X1
= kompetensi
X2
= independensi
a
= konstanta
e
= eror
13
Sementara itu, langkah-langkah untuk menguji pengaruh variabel independen, yaitu kompetensi dan independensi dilakukan dengan uji simultan dan uji parsial.
a. Uji Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian yang digunakan adalah jika probability value (p value) < 0,05, maka Ha diterima, jika p value > 0,05 maka Ha ditolak. Uji F dapat pula dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dan Ftabel. Jika Fhitung > Ftabel, maka Ha diterima. Artinya, secara statistik data yang ada dapat membuktikan bahwa semua variabel independen (X 1 dan X2) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y). Jika F hitung < Ftabel, maka Ha ditolak. Artinya, secara statistik data yang ada dapat membuktikan bahwa semua variabel independen (X1 dan X2) tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).
b. Uji Parsial (Uji t) Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian yang digunakan adalah jika p value < 0,05, maka Ha diterima dan jika p value > 0,05, maka Ha ditolak.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Responden Data penelitian ini dikumpulkan dengan menyebarkan 70 kuesioner secara langsung kepada 70 auditor yang berada di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah. Penelitian berlangsung kurang lebih selama 2 bulan dari sejak tanggal pengiriman sampai dengan pengumpulan data. Dari data yang disebar sebanyak 14
70 kuesioner, kuesioner yang kembali adalah sebanyak 61 kuesioner dan kembali tetapi tidak lengkap pengisiannya adalah 2 kuesioner. Secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 1 Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner
Keterangan
Jumlah
-
Kuesioner yang disebarkan
70 kuesioner
-
Kuesioner tidak kembali
9 kuesioner
-
Kuesioner kembali tetapi data tidak lengkap
2 kuesioner
-
Kuesioner yang digunakan
59 kuesioner
-
Respon rate
84,27 %
Sumber : data primer yang diolah
Deskripsi identitas dari 59
responden terdiri dari jenis kelamin,
pendidikan. Identitas responden dimaksudkan untuk menjelaskan latar belakang dari responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2 Jenis Kelamin Responden jenis kelamin
Valid
laki-laki perempuan Total
Frequency 23 36 59
Percent 39,0 61,0 100,0
Valid Percent 39,0 61,0 100,0
Cumulative Percent 39,0 100,0
Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa jumlah reponden laki-laki sebanyak 23 atau 39% dan responden perempuan sebanyak 36 atau 61%.
15
Tabel 3 Jenjang Pendidikan pendidikan
Valid
D3 S1 S2 S3 Total
Frequency 4 32 12 11 59
Percent 6,8 54,2 20,3 18,6 100,0
Valid Percent 6,8 54,2 20,3 18,6 100,0
Cumulative Percent 6,8 61,0 81,4 100,0
Jenjang pendidikan paling banyak adalah S-1, yaitu sebanyak 32 responden atau 54,2 %, jenjang pendidikan D3 sebanyak 4 responden atau 6,8 %, dan jenjang pendidikan S-2 sebanyak 12 responden atau 20,3 % dan jenjang pendidikan S-3 sebanyak 11 responden atau 18,6 %. Tabel 4 Pengalaman Kerja Masa kerja
Valid
1-6 tahun 7-12 tahun 13-18 tahun 19-23 tahun 24-29 tahun Total
Frequency 30 23 4 1 1 59
Percent 50,8 39,0 6,8 1,7 1,7 100,0
Valid Percent 50,8 39,0 6,8 1,7 1,7 100,0
Cumulative Percent 50,8 89,8 96,6 98,3 100,0
Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden dengan pengalaman 1-6 tahun sebanyak 30 responden atau 50,80 %, responden dengan pengalaman 7-12 tahun sebanyak 23 responden atau 39 %, responden dengan pengalaman 13-18 tahun sebanyak 4 responden atau 6,8 %, dan pengalaman 19-23 tahun sebanyak 1 responden atau 1,7 %, dan pengalaman 24-29 tahun sebanyak 1 responden atau 1,7 %.
16
Tabel 5 Pelatihan Teknis Pelatihan
Valid
1-5 kali 6-9 kali 10-12 kali 13-16 kali 17-20 kali Total
Frequency 27 9 19 3 1 59
Percent 45,8 15,3 32,2 5,1 1,7 100,0
Valid Percent 45,8 15,3 32,2 5,1 1,7 100,0
Cumulative Percent 45,8 61,0 93,2 98,3 100,0
Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa responden yang pernah mengikuti pelatihan 1-5 kali adalah 27 orang atau 45,8%, responden yang mengikuti pelatihan 6-9 kali adalah 9 orang atau 15,3%, responden yang mengikuti pelatihan 10-12 kali adalah 19 orang atau 32,2%, responden yang mengikuti pelatihan 13-16 kali adalah 3 orang atau 5,1% dan responden yang mengikuti pelatihan 17-20 kali adalah 1 orang atau 1,7%.
Analisis Deskriptif Penelitian menggunakan variabel independen, yaitu independensi dan kompetensi
dan
variabel dependen, yaitu kualitas audit.
Ringkasan data
mengenai statistik deskriptif dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut : Tabel 6 Analisis Deskriptif
Variabel
Minimum
Maksimum
Mean
Standar Deviasi
Kisaran
Kisaran
teoritis
aktual
Independensi
27
59
49,69
5,344
12-60
27-59
Kompetensi
6
25
21,56
4,431
5-25
6-25
17
32
Kualitas
70
55,05
5,946
16-80
32-70
Audit Sumber : data primer yang diolah Variabel independensi
mempunyai bobot jawaban antara 27 sampai
dengan 59 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 49,69 dan standar deviasi 5,344, menunjukan tidak ada kesenjangan yang cukup besar pada karakteristik personal responden. Nilai rata-rata jawaban responden terhadap item petanyaan konstruk independensi (49,69) di atas nilai median kisaran teoritis (3x12 = 36), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum karakteristik personal responden memiliki independensi yang tinggi. Variabel kompetensi mempunyai bobot jawaban antara 6 sampai dengan 25 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 21,56 dan standar deviasi 4,431, menunjukan tidak ada kesejangan yang cukup besar pada karakteristik personal responden. Nilai rata-rata jawaban responden terhadap item petanyaan konstruk kompetensi (21,56) di atas nilai median kisaran teoritis (3x5 = 15), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum karakteristik personal responden memiliki kompetensi yang tinggi. Variabel kualitas audit
mempunyai bobot jawaban antara 32 sampai
dengan 70 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 55,05 dan standar deviasi 5,946, menunjukan tidak ada kesejangan yang cukup besar pada karakteristik personal responden. Nilai rata-rata jawaban responden terhadap item petanyaan konstruk kualitas audit (55,05) di atas nilai median kisaran teoritis (3x16 = 48), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum karakteristik personal responden memiliki kualitas audit yang tinggi.
Hasil Pengujian Kualitas Data 1.
Uji Validitas Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini akan diuji validitasnya dengan menggunakan program SPSS. Dari tampilan output SPSS terlihat bahwa korelasi antara masing-masing indikator (IP1 sampai IP12) terhadap 18
total konstruk (Independensi) menunjukkan hasil yang signifikan. Tampilan output SPSS terlihat bahwa antara masing-masing indikator (KP1 sampai KP5) terhadap total konstruk (Kompetensi) menunjukkan hasil yang signifikan. Dan dari tampilan output SPSS terlihat bahwa korelasi antara masing-masing indikator (KA1 sampai KA16) terhadap total konstruk (Kualitas Audit) menunjukkan hasil yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan dari ketiga variabel tersebut adalah valid.
2. Uji Reliabilitas Kuesioner pada penelitian ini juga akan diuji reliabilitasnya dengan program SPSS. Dapat dilihat bahwa hasil tampilan output SPSS menunjukkan bahwa variabel dependen (Y) dalam hal ini adalah kualitas audit memberikan nilai Alpha sebesar 0,875. Dapat dilihat bahwa hasil tampilan output SPSS menunjukkan variabel independen (X1) dalam hal ini adalah independensi memberikan nilai Alpha sebesar 0,849. Dan dapat dilihat bahwa hasil tampilan output SPSS menunjukkan variabel independen (X 2) dalam hal ini adalah kompetensi memberikan nilai Alpha sebesar 0,942. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel tersebut reliabel karena
> 0,70.
Hasil Pengujian Asumsi Klasik 1.
Normalitas Dari hasil tampilan output SPSS, dapat diketahui bahwa penyebaran plot berada di sepanjang garis 45 o, sedangkan besarnya nilai KolmogorovSmirnov adalah 0,827 dan signifikansi pada 0,501, maka dapat disimpulkan bahwa data residual terdistribusi normal karena garis yang menggambarkan data sesungguhnya mengikuti garis diagonalnya dan nilai signifikansinya lebih dari 0,05.
19
2.
Uji Multikolinearitas Dari hasil tampilan output SPSS, diperoleh hasil nilai Tolerance sebesar 0,927 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) sebesar 1,079. Dari sini dapat dilihat bahwa hasil perhitungan nilai Tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 dan hasil perhitungan nilai VIF juga menunjukkan bahwa tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.
3. Uji Heteroskedastisitas Dari hasil tampilan ouput SPSS menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedasitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi kualitas audit dengan variabel independen independensi dan kompetensi auditor (Ghozali, 2011:141).
Hasil Analisis Regresi 1.
Uji F Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah independensi dan kompetensi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
20
Tabel 9 Hasil Uji F ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 701,154 1349,693 2050,847
df 2 56 58
Mean Square 350,577 24,102
F 14,546
Sig. ,000a
a. Predictors: (Constant), Kompetensi, Independensi b. Dependent Variable: Kualitas Audit
Sumber : Data primer yang diolah Nilai signifikasi F sebesar 0,000 < 0,05, dengan demikian persamaan semua variabel independensi,
dan kompetensi
secara bersama-sama
berpengaruh terhadap kualitas audit.
2.
Koefisien Determinasi (R2 ) Persentase variabel dependen (kualitas audit) dapat dijelaskan oleh variabel independen (independensi dan kompetensi) dalam model penelitian ditunjukkan oleh besarnya Koefisien Determinasi. Koefisien Determinasi ini menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel dependent atau bebas yang dinyatakan dalam persen (%). Tabel 10 Koefisien Determinasi Model Summaryb Model 1
R ,585a
R Square ,342
Adjusted R Square ,318
Std. Error of the Estimate 4,909
a. Predictors: (Constant), Kompetensi, Independensi b. Dependent Variable: Kualitas Audit
Nilai koefisien determinasi untuk variabel independensi dan kompetensi dapat menjelaskan kualitas audit yang dimiliki auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah sebesar 31,80 % sedangkan sisanya diterangkan oleh 21
faktor lain. Beberapa peneliti sebelumnya menyebutkan bahwa kulaitas audit juga dipengaruhi oleh faktor risk profile auditor (Sulistiyanti, 2011) serta tekanan waktu audit dan kompleksitas tugas (Wijaya, 2011).
3.
Model Persamaan Regresi Perhitungan regresi linier berganda antara independensi dan kompetensi terhadap kualitas audit
dengan dibantu program SPSS dalam proses
penghitungannya dapat diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 11 Uji t Coefficientsa
Model 1
(Constant) Independensi Kompetensi
Unstandardized Coefficients B Std. Error 17,347 7,071 ,515 ,125 ,479 ,212
Standardized Coefficients Beta ,463 ,254
t 2,453 4,109 2,256
Sig. ,017 ,000 ,028
a. Dependent Variable: Kualitas Audit
Sumber : data primer yang diolah
Y = 0,463X1 + 0,254 X2 + e Hasil persamaan regresi linier berganda tersebut di atas memberikan pengertian bahwa : a.
b1 (nilai koefisien regresi independensi) mempunyai arti apabila independensi semakin meningkat, maka kualitas audit yang diambil auditor semakin meningkat.
b.
b2 (nilai koefisien regresi kompetensi) mempunyai arti apabila kompetensi meningkat, maka kualitas audit yang diambil auditor semakin meningkat.
22
4.
Pengujian Hipotesis a.
Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit Hasil perhitungan tabel di atas, diperoleh nilai signifikasi untuk independensi adalah
= 0,000 < 0,05, maka menunjukkan bahwa
independensi mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H1 diterima, sehingga hipotesis yang menyatakan dugaan adanya pengaruh independensi berpengaruh terhadap kualitas audit yang diambil auditor diterima. b.
Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Audit Hasil perhitungan tabel di atas, diperoleh nilai signifikasi untuk akuntabilitas
adalah
= 0,022 < 0,05, maka menunjukkan bahwa
kompetensi mempunyai pengaruh positif
terhadap kualitas audit.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
H 2 diterima, sehingga
hipotesis yang menyatakan dugaan adanya pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit yang diambil auditor diterima.
Pembahasan 1.
Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit Independensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05. Hal ini karena independensi auditor bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Apabila auditor tersebut tidak independen terhadap kliennya, maka opininya bisa menyesatkan pemakai laporan keuangan. Pernyataan standar umum kedua dalam SPKN adalah: “Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya”. Dengan pernyataan standar umum kedua ini, organisasi pemeriksa dan para pemeriksanya bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan independensinya sedemikian rupa, sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang 23
dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak manapun. Auditor harus bersikap jujur dan terbuka kepada entitas yang diperiksa dan para pengguna laporan hasil pemeriksaan dalam melaksanakan pemeriksaannya tetap memperhatikan batasan kerahasiaan yang dimuat dalam ketentuan perundang-undangan. Dengan demikian, laporan hasil pemeriksaan yang dihasilkan oleh auditor yang independen dapat dipercaya oleh para pengguna laporan informasi tersebut. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Castellani (2008) yang menyatakan independensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit.
2.
Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Audit Kompetensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05. Kondisi ini terjadi karena kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar. Pernyataan standar umum pertama dalam SKPN adalah: “Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan”. Dengan Pernyataan Standar Pemeriksaan ini semua organisasi pemeriksa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap pemeriksaan dilaksanakan
oleh
para
pengetahuan,
keahlian,
pemeriksa dan
yang
pengalaman
secara
kolektif
memiliki
yang
dibutuhkan
untuk
melaksanakan tugas tersebut. Oleh karena itu, organisasi pemeriksa harus memiliki prosedur rekrutmen, pengangkatan, pengembangan berkelanjutan, dan evaluasi atas pemeriksa untuk membantu organisasi pemeriksa dalam mempertahankan pemeriksa yang memiliki kompetensi yang memadai. Auditor yang melaksanakan pemeriksaan harus memelihara kompetensinyta melalui pendidikan professional berkelanjutan (BPK RI, 2007). Kompetensi
yang
dibutuhkan dalam
melakukan audit
yaitu
pengetahuan dan kemampuan. Auditor harus memiliki pengetahuan untuk memahami entitas yang diaudit, kemudian auditor harus memiliki kemampuan untuk bekerja sama dalam tim serta kemampuan dalam 24
menganalisa permasalahan. Hasil ini mendukung penelitian Effendi (2010) yang menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit.
SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas audit. Berdasarkan persepsi auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah dan telah diolah sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan. Berdasarkan análisis data dan pembahasan sebelumnya disimpulkan bahwa kedua variabel independen, yaitu kompetensi dan independensi auditor secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hasil yang pertama, penelitian ini membuktikan bahwa independensi auditor memberikan hasil yang signifikan terhadap kualitas audit. Independensi mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh para auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05.
Sehingga semakin tinggi independensi
seorang auditor, maka akan semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan. Hasil yang kedua, penelitian membuktikan bahwa kompetensi auditor memberikan hasil yang signifikan terhadap kualitas audit.
Kompetensi
mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh para auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05.
Sehingga semakin tinggi kompetensi
seseorang, maka akan semakin baik kualitas audit yang dihasilkan.
Implikasi Hasil 1. Implikasi Teoritis Berdasarkan hasil penelitian terdapat implikasi secara teoritis dari penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa independensi dan kompetensi auditor mempengaruhi kualitas audit. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Castellani (2008) yang menyebutkan bahwa 25
sikap independensi dan kompetensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Dengan demikian, peningkatan kualitas audit yang dihasilkan seorang auditor akan dipengaruhi oleh peningkatan sikap independensi dan kompetensi auditor tersebut. Setiap auditor harus mempunyai sikap independensi dan kompetensi agar dapat memberikan opini yang tidak menyesatkan bagi para pengguna laporan keuangan. 2. Implikasi praktis Implikasi praktis yang diperoleh dari penelitian ini adalah berupa masukan bagi BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah untuk dapat meningkatkan kualitas audit dalam setiap pemeriksaan. Selain itu, penelitian ini juga membuktikan bahwa auditor yang memiliki sikap independen dan kompeten akan mampu menghasilkan audit yang berkualitas. Hasil penelitian ini menjadi masukan bagi para auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah agar mampu bersikap obyektif atau tidak memihak dan mampu meningkatkan
kompetensinya
dalam
melaksanakan
tanggungjawabnya
sebagai auditor sehingga opini yang dihasilkan tidak akan menyesatkan dan kualitas audit dapat tercapai.
Keterbatasan Pada waktu penyebaran kuesioner, peneliti tidak mendampingi secara langsung pengisian kuesioner, sehingga peneliti tidak mengetahui apakah responden telah mengisi dengan seharusnya. Selain itu, membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan kembali kuesioner yang telah disebar di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah.
Saran untuk Penelitian Mendatang Pada penelitian mendatang lebih baik metode pengambilan data yang dilakukan adalah dengan metode interview atau wawancara, untuk mendapatkan komunikasi dua arah dengan responden dan mendapatkan kejujuran jawaban responden. Tetapi apabila tetap menggunakan kuesioner, lebih baik peneliti 26
mendampingi secara langsung pada saat responden mengisi kuesioner untuk menghindari bias informasi atau penelitian dilakukan pada saat auditor tidak sedang sibuk melakukan pemeriksaan. Selain itu, pertanyaan yang ada dalam kuesioner sebaiknya diacak saja, sehingga dapat menghindari biasnya jawaban responden. Pada penelitian mendatang, penelitian tidak hanya meneliti mengenai dua variabel independen saja, melainkan dapat meneliti variabel-variabel lain yang terkait dengan kualitas audit, yaitu faktor risk profile auditor, tekanan waktu audit dan kompleksitas tugas.
27
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pemerika Keuangan RI. 2006. Undang-Undang Nomor 15, Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan RI. Jakarta. Bastian, Indra. 2007. Audit Sektor Publik. Edisi kedua. Jakarta: Salemba Empat. Castellani, Justinia. 2008. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor pada Kualitas Audit. Jurnal Trikonomika Vol. 7 No. 2 Desember. Effendi, Taufiq. 2010. Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Motivasi terhadap Kualitas Audit Parat Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah. Universitas Diponegoro Semarang. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Edisi 5. BP UNDIP. Semarang. Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat. Kusharyanti. 2003. Temuan Penelitian Mengenai Kualitas Audit dan Kemungkinan Topik Penelitian di Masa Datang. Jurnal Akuntansi dan Manajemen (Desember). Noviyanti, Suzy dan Intiyas Utami. 2004. Dasar-dasar Pengauditan. Fakultas Ekonomi. Salatiga. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Jakarta Sri Lastanti, Hexana. 2005. Tinjauan Terhadap Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Atas Skandal Keuangan. Media Riset Akuntansi. Auditing dan Informasi Vol.5 No. 1 April. Sulistiyani, Lina. 2011. Pengaruh Independensi, Risk Profile Auditor, dan Pengalaman Audit terhadap Kualitas Audit. Universitas Kristen Satya Wacana. Supriyono, R.A. 1988. Pemeriksaan Akuntan: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik (edisi ke-1). Yogyakarta: BPFE. Tubbs, R.M. 1992. The Effect of Experience on the Auditor’s Organization and Amount of Knowledge. The Accounting Review Vol. 67 No. 4 October. Watts, R.L & Zimmerman, J.L. 1990. Positive Accounting Theory: A Ten Year Perspective. The Accounting Review Vol. 65 Januari. 28
Wijaya, R.S. 2011. Pengaruh Tekanan Waktu Audit dan Kompleksitas Tugas terhadap Kualitas Audit. Universitas Kristen Satya Wacana.
29