PENDAHULUAN Latar Belakang Kekayaan Negara Indonesia merupakan sebuah anugerah yang tidak ternilai. Seluruh potensi alam yang terkandung baik di dalam perut bumi Indonesia maupun di daratan dan lautan memberikan sebuah kekhasan bahwa Indonesia memang benar-benar adalah Negara yang kaya. Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang punggung Indonesia dimana sebagian besar wilayah daratan menjadi objek dan terbukti penyerapan tenaga kerja yang sangat besar. Inilah sebabnya kata agraris melekat pada Negara Indonesia. Sektor pertanian terbagi menjadi beberapa subsektor, yaitu subsektor pertanian itu sendiri, perkebunan, peternakan, perikanan, serta tanaman hias dan hortikultura. Perkebunan merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki pengaruh cukup
besar
terhadap
perkembangan
Indonesia
sampai
menjadi Negara
berkembang (developed country) seperti sekarang ini. Sumatera Utara merupakan salah satu Propinsi yang termaju di Indonesia juga mempunyai potensi wilayah yang
beragam
dan
kaya
terutama
di sektor
pertanian/perkebunan
yang
menghasilkan bahan pangan budidaya komoditas ekspor yang dihasilkan oleh perkebunan dan kehutanan. Pada saat Indonesia mengalami krisis ekonomi, maka Provinsi Sumatera Utara juga terkena dampaknya yang sampai dengan tahun 2000 masih menekan perekonomian secara meyeluruh. Tetapi karena daerah Sumatera Utara memiliki areal perkebunan yang luas serta terdapatnya agroindustri dan potensi pariwisata
Universitas Sumatera Utara
maka
dalam kondisi krisis masih mempuyai peluang untuk
tumbuh dan
berkembang ( Disperindag S.U., 2002) Provinsi Sumatera Utara menghasilkan komoditi karet, cokelat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis, tebu, dan tembakau. Namun, dari beberapa komoditi yang terdaftar sebagai tanaman perkebunan yang menjadi komoditi unggulan di Provinsi Sumatera Utara adalah kelapa sawit, karet, kakao, dan kopi. Penetapan
keempat
komoditi tersebut
sebagai unggulan
didasarkan
pada
kemampuan bersaing dengan komoditi yang sama dari daerah lain bahkan dari luar negeri baik terhadap pemasarannya yang berkesinambungan (sustainable) maupun
kemampuannya
memberikan
keuntungan
kepada
pengelolanya
(Hasnudi dan Iskandar, 2005). Komoditi-komoditi perkebunan terbukti menjadi komoditi unggulan Indonesia yang sebagian besar di ekspor seperti kelapa sawit, karet, kakao, dan kopi. Kopi menjadi salah satu primadona komoditi pertanian Indonesia yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Terbukti, Indonesia menjadi Negara terbesar ke empat yang mengekspor kopi di bawah Brazil, Vietnam, dan Colombia. Menurut data AEKI (2012), menunjukkan bahwa pada tahun 2011 Brazil mengekspor sebanyak 34,289 ribu bag, disusul oleh Vietnam sebanyak 16,850 ribu bag, lalu Colombia mengekspor sebanyak 8,064 ribu bag, dan Indonesia di
urutan
ke
empat meng ekspor sebanyak 5,487 ribu bag. Adapun ukuran 1 bag adalah 60 kg kopi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Total Ekspor Kopi Indonesia Tahun 2006-2011 Tahun Volume Ekspor (Ribu Ton) Nilai Ekspor (Ribu USD) 2006 307.876 497.328 2007 312.083 662.601 2008 421.765 923.542 2009 505.382 803.564 2010 443.969 781.766 2011 262.409 700.938 Sumber : BPD AEKI Propinsi Sumatera Utara Dalam AEKI (2012), disebutkan bahwa pada tahun 2006 total ekspor kopi Indonesia sebesar 307.876 Ribu Ton, dan terus mengalami kenaikan pada tahuntahun selanjutnya hingga mencapai 505.382 Ribu Ton di tahun 2009. Dan turun sebesar 443.969 Ribu Ton pada tahun 2010 serta diperkirakan pada tahun 2011 tur un lagi menjadi 262.409 Ribu Ton.
Kopi merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki peranan penting bagi perekonomian
nasional,
khususnya
sebagai sumber
devisa,
penyedia
lapangan kerja, dan sebagai sumber pendapatan bagi petani maupun pelaku ekonomi lainnya yang terlibat dalam budidaya, pengolahan, dan pemasaran hasil kopi,
serta
berkontribusi
Octavinty dan Suwarto (2010)
pada
upaya
pelestarian
lingkungan.
menyebutkan bahwa Indonesia adalah salah satu
penghasil kopi terbesar di dunia dengan luas perkebunan kopi mencapai 1,3 juta hektar yang tersebar di Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, NTT, Selawesi Selatan, hingga Papua. Wajar jika para pelaku kopi ingin Indonesia menjadi kiblat kopi dunia sekaligus kuliner dan gaya hidup. Saat ini luas areal perkebunan kopi di seluruh wilayah Indonesia telah mencapai kurang lebih 1,3 juta hektar dengan luas areal produktif mencapai 980.000 hektar. Dengan tingkat produktivitas rata-rata per tahun berkisar antara 740-850 kilogram
Universitas Sumatera Utara
per hektar, maka produksi kopi Indonesia per tahun dewasa ini mencapai 680.000 ton. Dari produksi tersebut, 90% berupa kopi robusta dan sisanya 10% berupa kopi arabika. Rendahnya tingkat produktivitas tersebut disebabkan karena 92% kopi Indonesia dihasilkan oleh petani kopi rakyat yang rata-rata kepemilikan lahan per keluarga berkisar antara 0,8-1,5 hektar dengan tingkat pendidikan dan kemampuan budidaya kopi masih tergolong rendah sampai sedang (AEKI, 2012). Kopi sebagai komoditi ekspor yang diharapkan bisa mengganti salah satu peran migas masih menghadapi masalah yang sulit, baik karena persaingan mutu yang tajam antar sesama negara-negara produsen, maupun proteksi yang berlebihan dari negara maju. Namun demikian, kopi merupakan tanaman perkebunan yang telah lama dikenal masyarakat sebelum bangsa Belanda datang ke Indonesia, dan sekarang telah menjadi satu komditi ekspor penting di samping karet dan kelapa sawit (Ilyas, 1991). Di Sumatera Utara, perkembangan luas lahan dan produksi kopi dirasakan mengalamai peningkatan yang searah, walaupun tidak terjadi peningkatan yang signifikan. Tanaman kopi yang ada di Sumatera Utara merupakan tanaman kopi jenis arabika yang tersebar pada dataran tinggi antara 700 - 1.300 m diatas permukaan laut, yaitu di Kabupaten Dairi, Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Tapanuli Selatan. Sedangkan kopi robusta umumnya hidup pada dataran rendah pada ketinggian dibawah 600
m diatas permukaan laut
(BPS, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Adapun luas lahan dan produksi kopi Sumatera Utara pada tahun 2001-2011, dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Luas Lahan dan Produksi Kopi Sumatera Utara Tahun 2001-2011 No Tahun Luas Lahan Pertumbuhan Produksi Pertumbuhan (ha) (%) (Ton) (%) 1 2001 61.708 39.139 2 2002 65.469 6,09 42.973 9,7 3 2003 65.152 -0,48 43.252 0,6 4 2004 53.969 -17,16 43.804 1,2 5 2005 77.720 44,01 54.857 25,2 6 2006 78.962 1,60 49.452 -9,8 7 2007 78.980 0,02 50.816 2,7 8 2008 80.384 1,78 53.935 6,1 9 2009 79.545 -1,04 53.721 -0,3 10 2010 80.106 0,705 55.118 2,6 11 2011 79.829 -0,345 57.741 4,7 12 2012 80.570 0,92 58.479 1,28 Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2001-2011(Diolah) Pada Tabel 2. diatas dapat dilihat bahwa luas lahan tanaman kopi di Sumatera Utara pada tahun 2001 adalah 61.708 ha dengan produksi sebesar 39.139 Ton. Pada tahun 2004 mengalami penurunan menjadi 53.969 ha dengan produksi sebesar 43.804 Ton. Dan terus mengalami peningkatan luas lahan dan produksi hingga tahun 2009. Dan pada tahun 2010 luas lahan meningkat menjadi 80.106 ha dengan total produksi sebesar 55.118 Ton. Terjadi penurunan luas lahan tahun 2011 menjadi 79.829 ha dengan total produksi sebesar 57.741 Ton. Pada tahun 2012 meningkat lagi menjadi 80.570 ha dan total produksi sebesar 58.479 Ton. Dari data di atas dapat dilihat bahwa luas lahan kopi Sumatera Utara terus meningkat secara perlahan dari tahun 2001-2012. Begitu juga dengan produksi kopi yang searah dengan peningkatan luas lahan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Volume Ekspor Kopi Sumatera Utara 2000-2012 Tahun Volume (Ton) Perkembangan (%) 2000 49.784 2001 53.399 7,26 2002 53.693 0,55 2003 41.440 -22,82 2004 53.245 28,49 2005 55.642 4,50 2006 63.269 13,71 2007 71.444 12,92 2008 62.888 -11,98 2009 67.318 7,04 2010 78.813 17,08 2011 78.505 -0,39 2012 79.808 25,29 Sumber : Badan Pusat .Statistik Sumatera Utara 2000-2011 (diolah)
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa volume ekspor kopi Sumatera Utara tahun 2003 mengalami penurunan volume ekspor dari tahun sebelumnya menjadi 41.440 Ton, atau sekitar -22,82%. Tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 62.888
Ton
dari
tahun
sebelumnya
atau
sekitar
11,98%
dan
2011
perkembangannya mengalami penurunan menjadi -0,39% atau sekitar 78.505 Ton dari tahun sebelumnya. Namun secara keseluruhan, relatif terjadi peningkatan volume ekspor kopi Sumatera Utara. Dari data diatas ternyata jumlah ekspor kopi Sumatera Utara (Tabel 3.) lebih besar dari jumlah produksinya (Tabel 2.) yang selama ini untuk memenuhi permintaan ekspor tersebut Sumatera Utara harus mendatangkan kopi dari Nanggro Aceh Darussalam dan dearah lainnya. Menurut AEKI (2012), pelabuhan laut Belawan yang terletak di Medan merupakan pintu gerbang ekspor kopi yang dihasilkan dari propinsi Sumatera Utara dan Nanggro Aceh Darusalam. Hal ini mencerminkan bahwa komoditi kopi masih menunjukkan potensi yang menjanjikan untuk ditekuni dan dijalankan baik di kalangan dunia usaha (eksportir) maupun petani
Universitas Sumatera Utara
kopi yang berada di Sumatera Utara. Bagi eksportir kopi maupun petani kopi (terutama yang berorientasi ekspor) maka salah satu yang terpenting adalah harga kopi pada tingkat ekspor. Hal ini didukung juga oleh ketersediaan dan potensi lahan yang masih cukup baik di Sumatera Utara. Di sisi lain, Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi untuk dikembangkannya komoditi kopi karena didukung berbagai syarat yang menjadikan komoditi kopi dapat tumbuh dengan baik dan subur, diantaranya iklim yang sesuai, kesesuaian lahan, dan kesuburan tanah. Potensi dan kekayaan alam tersebut apabila dimanfaatkan dengan benar dan sesuai maka akan menciptakan keuntungan bagi Sumatera Utara khususnya, yang akan berdampak pada pendapatan daerah, petani, perusahaan, dan masyarakat dalam rangka menciptakan
lapangan
kerja,
meningkatkan
kesejahteraan
dan
mengurangi
pengangguran. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti bagimana perkembangan komoditi kopi, seberapa besar kontribusi ekspor kopi terhadap PDRB sektor perkebunan dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor kopi Sumatera Utara. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut. 1.
Bagaimana perkembangan ekspor komoditi kopi Sumatera Utara?
2.
Bagaimana kontribusi ekspor kopi terhadap PDRB sektor perkebunan Sumatera Utara?
Universitas Sumatera Utara
3.
Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi nilai ekspor kopi Sumatera Utara?
Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui bagaimana perkembangan ekspor komoditi kopi Sumatera Utara.
2.
Untuk mengetahui bagaimana kontribusi ekspor kopi terhadap PDRB sektor perkebunan Sumatera Utara.
3.
Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor kopi Sumatera Utara.
Kegunaan Penelitian Adapun diharapkan penelitian ini dapat berguna untuk: 1.
Pemerintah
sebagai
bahan
pertimbangan
dan
kajian
khusus
dalam
pengembangan ekspor kopi sebagai salah satu komoditas unggulan Sumatera Utara. 2.
Seluruh stakeholders yang terkait dalam kegiatan ekspor kopi seperti petani, eksportir, dan lainnya.
3.
Akademis, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian selanjutnya pada bidang yang sama.
Universitas Sumatera Utara