Agric. Sci. J. – Vol. I (4) : 39-47 (2014)
Pengaruh Pemberian Paclobutrazol untuk Menekan Layu Pentil (Cherelle Wilt) pada Buah Kakao (Theobroma cacao L.) The effect of paclobutrazol to decrease cherelle wilt level in cacao fruit (Theobroma cacao L.) Hermawan Abdillah1), Intan Ratna Dewi A2), dan Santi Rosniawaty2) 1. Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran 2. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung-Sumedang KM.21, Jatinangor, 45363 Summary Cherelle Wilt is the main problem that caused the productivity of cacao in Indonesia is low. Cherelle wilt is caused by the inability of cherelle to competate with other cherelle and flush when absorb the nutrition. The purpose of this research was to investigate the influence of paclobutrazol to decrease cherelle wilt level in cacao. The experiment was conducted in PT PP Bajabang Indonesia, Pasir Ucing, Kecamatan Cipeundeuy, Bandung Barat started from April to July 2014. This research used simple randomized block design with 5 concentration of paclobutrazol treatment i.e. control (0ml), 3,75 ml L-1, 7,5 ml L-1, 11,25 ml L-1, and 15 ml L-1 that was repeated 5 times. The results showed that the treatment from each concentration of paclobutrazol gaved non-significant effect toward all of variables those had analyzed i.e. intensity of flush, the number of cacao formed, the number of wilt cacao, and the number of healthy cacao Keywords : wilt cacao, productivity Ringkasan Layu pentil (cherelle wilt) merupakan masalah utama yang menyebabkan rendahnya produktivitas kakao di Indonesia. Layu pentil disebabkan karena kurang mampunya pentil untuk berkompetisi dengan pentil lain dan tunas muda dalam menyerap nutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian paclobutrazol dalam menekan layu pentil pada kakao. Percobaan ini dilaksanakan di PT PP Bajabang Indonesia, Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat dari bulan April sampai dengan Juli 2014. Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok sederhana dengan 5 perlakuan konsentrasi paclobutrazol antara lain kontrol (0ml), 3,75 ml L-1, 7,5 ml L-1, 11,25 ml L-1, dan 15 ml L-1 yang diulang sebanyak 5 kali. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan berbagai konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel yang dianalisis yaitu intensitas pembentukan pucuk, jumlah kakao terbentuk, jumlah kakao layu, dan jumlah kakao sehat. Kata Kunci : kakao layu, Produktivitas PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kakao di dunia. Selama kurun waktu 5 tahun terakhir, perkembangan luas areal perkebunan kakao meningkat secara pesat dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 8% per tahun dan pada tahun 2012 mencapai 1.774.463 ha (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2014) dan hampir 90% dari luasan tersebut merupakan perkebunan yang dikelola oleh rakyat
(Mahmud dkk., 2010) dengan jumlah produksi 740.513 ton pada tahun 2012 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2014). Menurut data yang dikutip dari FAO, pada tahun 2012 Indonesia tercatat menjadi produsen kakao terbesar kedua di dunia setelah Pantai Gading dan bersaing dengan Ghana di posisi ketiga, akan tetapi produktivitas dan mutunya sangat rendah (Saragih, 2013). Masalah utama yang menyebabkan rendahnya produktivitas kakao dan menjadi sorotan utama peneliti
Diterima 10 Oktober 2014. Disetujui 10 Oktober 2014. Alamat Korespondensi :
[email protected]
Abdillah – Paclobutrazol untuk Menekan Layu Pentil Buah Kakao
dalam usaha peningkatan produktivitas kakao adalah layu pentil (cherelle wilt). Layu pentil disebabkan karena kurang mampunya buah muda (pentil) untuk menyerap nutrisi secara optimal. Hal tersebut diduga karena adanya kompetisi nutrisi antar buah muda dan tunas muda (flush) dalam penggunaan fotosintat (Hartati dkk., 2007). Pucuk atau tunas muda kakao merupakan pesaing terkuat buah muda dalam memperoleh asimilat (Winarsih, 1990 dikutip Toatin, 2006). Salah satu cara untuk menekan tingkat layu pentil pada kakao adalah dengan pemberian zat pengatur pertumbuhan (ZPT). Pemberian ZPT dapat berupa zat penghambat pertumbuhan vegetatif atau vegetative growth retardant (VGR) yang bersifat menekan ataupun menghambat pertumbuhan vegetatif sehingga asimilat dapat dialihkan untuk pertumbuhan reproduktif (Santoso dan Rahmawan, 2002) dan juga dapat berupa hormon-hormon pertumbuhan yang dapat merangsang pertumbuhan buah (Hartati dkk., 2007; Widiancas, 2010) berupa auksin sintetik seperti NAA (Nepthalane Acetic Acid) (Widiancas, 2010). Paclobutrazol merupakan salah satu bentuk zat pengatur tumbuh yang dapat menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman karena bersifat menghambat biosintesis giberelin. Prinsip kerja paclobutrazol adalah menghambat reaksi oksidasi antara kauren dan asam kaurenoat pada sintesis giberelin, sehingga pembentukan giberelin terhambat yang berakibat terjadinya penekanan pertumbuhan pada batang tanaman (Salisbury dan Ross, 1995). Hasil penelitian Tahir et al., (2002) menunjukkan bahwa paclobutrazol merupakan zat penghambat vegetatif yang paling efektif dalam menekan pertumbuhan flush dibandingkan dengan berbagai zat penghambat pertumbuhan lain seperti alar dan cycocel. Pemberian paclobutrazol pada kakao diharapkan dapat merealokasikan asimilat untuk pertumbuhan vegetatif ke pertumbuhan reproduktif sehingga dapat
menekan layu pentil yang terjadi pada masa perkembangan buah muda. BAHAN DAN METODE Percobaan dilakukan di lahan perkebunan kakao PT PP Bajabang Indonesia yang terletak di Kampung Pasir Ucing – Cibungur, Desa Naggeleng, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat dengan ketinggian 200 m diatas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 2500 mm/tahun. Percobaan dilakukan mulai dari bulan April 2014-Juli 2014. Bahan yang digunakan pada percobaan adalah tanaman kakao Kultivar Upper Amazone Hybrid (UAH) - Bulk berumur 10 tahun dengan jarak tanam 3m x 3m sebagai objek penelitian dan bahan kimia zat pengatur tumbuh paclobutrazol yang berfungsi menjadi penghambat pertumbuhan vegetatif. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) sederhana yang terdiri dari 5 perlakuan konsentrasi paclobutrazol dengan 5 ulangan yaitu: P0 = 0 ml (kontrol); P1 = 3,75 ml L-1 per tanaman; P2 = 7,5 ml L-1 per tanaman; P3 = 11,25 ml L-1 per tanaman; dan P4 = 15 ml L1 per tanaman, dengan demikian terdapat 25 satuan percobaan dengan 1 tanaman contoh di setiap percobaan sehingga tanaman yang diperlukan seluruhnya berjumlah 25 tanaman. Perlakuan dilakukan dengan melarutkan paclobutrazol ke dalam 5 liter air (1 liter setiap ulangan) sesuai dengan konsentrasi tiap perlakuan menggunakan gelas ukur. Pengaplikasian paclobutrazol dilakukan dengan cara disiram di sekitar pangkal batang tanaman kakao dan dilakukan pada saat intensitas cahaya matahari rendah. Pengamatan dilakukan 2 minggu sekali terhadap tanaman pada masingmasing satuan percobaan sehingga jumlah tanaman yang diamati seluruhnya berjumlah 25 tanaman. Hasil pengamatan pada setiap satuan perlakuan kemudian dicatat pada blanko pengamatan dan 40
Abdillah – Paclobutrazol untuk Menekan Layu Pentil Buah Kakao
selanjutnya diuji statistik menggunakan software pengolah data Microsoft Excel. Parameter yang diamati pada pengamtan antara lain intensitas pembentukan pucuk (IPP) yaitu dengan menghitung presentase pembentukan pucuk muda yang tumbuh dari setiap cabang tanaman sampel, jumlah pentil kakao terbentuk, jumlah pentil kakao layu, dan jumlah pentil kakao sehat. Selain itu diamati juga data-data pendukung percobaan meliputi data temperatur dan curah hujan selama percobaan, analisis kesuburan tanah, dan hama dan penyakit yang menyerang selama percobaan. HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan berlangsung selama 3 bulan dengan intensitas curah hujan di lokasi percobaan selama percobaan berlangsung tergolong ringan yaitu sebesar 485,1 mm dengan rata-rata 161,7 mm/bulan. Rata-rata hari hujan selama penelitian berlangsung yaitu 10,6 hari/bulan. Temperatur pada lokasi percobaan rata-rata sebesar 23,40C dengan temperatur minimum sebesar 23,0 0C dan temperatur maksimum sebesar 23,7 0C. Tanah di lokasi percobaan merupakan tanah mineral dengan presentase liat 80,94 %. Tanah ini tergolong tanah masam dengan pH 4,60, kadar C-Organik rendah (1,75%), N-Total rendah (0,17%), kadar unsur K dan Mg tinggi (0,89 dan 2,28 cmol kg-1), kadar unsur Na tergolong sedang (0,54 cmol kg1 ), kapasitas tukar kation sedang 23,45 cmol kg-1, dan kejenuhan basa yang rendah yaitu 30,83%. Selama percobaan berlangsung ditemukan berbagai serangan hama dan penyakit baik yang menyerang pentil hingga buah yang sudah matang. Hama yang menyerang adalah Helopeltis antonii.
Gejala serangan hama Helopeltis antonii adalah terdapat bercak-bercak kehitaman pada pentil maupun buah kakao yang sudah besar dan matang yang merupakan akibat dari tusukan hama tersebut sehingga mengakibatkan buah kakao menjadi kering dikarenakan matinya jaringan tanaman di sekitar tusukan akibat cairan yang bersifat racun yang dimasukkan oleh hama tersebut. Penyakit yang menyerang selama percobaan adalah penyakit busuk buah yang disebabkan oleh Phytopthora palmivora. Gejala penyakit ini terlihat pada buah muda hingga tua yaitu berupa busuknya buah disertai dengan bercak coklat kehitaman yang dimulai dari ujung atau pangkal buah. (Gambar 1).
Gambar 1. Gejala serangan Helopeltis antonii (kiri) dan Phytopthora palmivora (kanan).
Intensitas Pembentukan Pucuk Kakao Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan paclobutrazol tidak memberikan pengaruh nyata terhadap intensitas pembentukan pucuk kakao dari umur 0 MSP sampai 12 MSP. Tabel 1 memperlihatkan intensitas pembentukan pucuk kakao perlakuan paclobutrazol 11,25 ml L-1 tidak mengalami peningkatan yang tinggi seperti perlakuan-perlakuan lainnya untuk setiap MSP dan cenderung menekan pembentukan pucuk pada akhir pengamatan (12 MSP). Paclobutrazol dengan dosis yang tepat dapat menurunkan pertumbuhan tunas dari terendah 10% dan tertinggi 90% dengan rata-rata 40-60% (Chaney, 2004).
41
Abdillah – Paclobutrazol untuk Menekan Layu Pentil Buah Kakao
Tabel 1. Rata-Rata Intensitas Pembentukan Pucuk Kakao pada Lima Taraf Konsentrasi Paclobutrazol pada Umur 0-12 MSP (% pucuk/pohon). Umur (MSP) Konsentrasi Selisih Paclobutrazol 0 2 4 6 8 10 12 0 (kontrol) 3,36 6,39 30,34 17,11 8,35 7,02 19,74 16,38 3,75 ml L-1 9,65 15,50 32,78 33,08 18,27 9,41 15,75 6,10 7,5 ml L-1 4,31 14,28 32,77 20,25 9,73 9,58 13,02 8,71 11,25 ml L-1 14,65 19,02 24,18 18,96 16,56 11,10 7,27 -7,38 15 ml L-1 8,69 11,20 15,08 14,37 9,55 4,07 9,79 1,10 Keterangan :
- Hasil transformasi log x yang angkanya telah dikembalikan ke data awal - Selisih merupakan hasil pengurangan 12 MSP – 0 MSP
Gambar 2. memperlihatkan intensitas pembentukan pucuk untuk semua perlakuan baik kontrol dan paclobutrazol cenderung meningkat pada 4 MSP – 6 MSP. Hal ini diduga karena adanya pemangkasan produksi yang dilakukan pada 3 MSP sebagai bentuk pemeliharaan tanaman di lokasi percobaan. Pemangkasan menyebabkan menurunnya kandungan asam absisat (ABA) dan meningkatkan kandungan sitokinin pada cabang. Kandungan sitokinin yang meningkat dapat memacu pembelahan sel dan pembentukan tunas muda (Salisbury dan Ross, 1995). Oleh sebab itu pemangksan direkomendasikan tidak dilakukan pada saat jumlah pentil banyak (Dinas Perkebunan Jatim, 2013.
Gambar 2. Grafik Intensitas Pembentukan Pucuk pada Lima Konsentrasi Paclobutrazol
Jumlah Pentil Kakao Terbentuk Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan paclobutrazol tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah pentil kakao terbentuk dari umur 0 MSP sampai 12 MSP. Tabel 2. Rata-Rata Jumlah Pentil Kakao Terbentuk pada Lima Taraf Konsentrasi Paclobutrazol pada Umur 0-12 MSP (pentil/pohon)
Tabel 2. Rata-Rata Jumlah Pentil Kakao Terbentuk pada Lima Taraf Konsentrasi Paclobutrazol pada Umur 0-12 MSP (pentil/pohon) Umur (MSP) Konsentrasi Selisih Paclobutrazol 0 2 4 6 8 10 12 0 (kontrol) 15,8 25,6 28 35,8 33,8 36,6 40,2 24,4 -1 3,75 ml L 13,2 13,8 12,4 14 15,4 18,8 24 10,8 7,5 ml L-1 27,2 30 31 33,6 37,6 45,6 43,8 16,6 11,25 ml L-1 15,6 15,6 17,4 20,4 21,6 21 23,2 7,6 15 ml L-1 12,8 12,8 15,8 18,8 20,4 22,2 23 10,2 Keterangan :
- Hasil transformasi log x yang angkanya telah dikembalikan ke data awal - Selisih merupakan hasil pengurangan 12 MSP – 0 MSP
Dari Tabel 2 terlihat perlakuan kontrol dan paclobutrazol 7,5 ml L-1 memberikan peningkatan yang besar terhadap jumlah pentil kakao terbentuk pada akhir pengamatan. Jumlah pentil kakao terbentuk cenderung meningkat pada setiap MSP baik yang perlakuan paclobutrazol maupun
perlakuan kontrol (Gambar 3). Jumlah pentil kakao terbentuk erat kaitannya dengan jumlah bunga yang dihasilkan dan banyaknya bunga yang mengalami penyerbukan dan pembuahan (Darjanto dan Siti, 1982). Hal tersebut dapat terjadi diduga karena adanya pemberian pupuk buah majemuk yang mengandung unsur 42
Abdillah – Paclobutrazol untuk Menekan Layu Pentil Buah Kakao
hara makro dan mikro pemeliharaan tanaman.
pada
saat
Gambar 3. Grafik Jumlah Pentil Kakao Terbentuk pada Lima Konsentrasi Paclobutrazol
Kandungan terbesar pada pupuk buah majemuk yang diaplikasikan adalah kalium berupa KNO3 40%. Kalium merupakan salah satu unsur yang sangat penting pada tanaman kakao karena unsur ini paling banyak ditransfer ke buah dan menjadi katalisator dalam setiap proses biokimia (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 2010). Kalium dapat memperlancar pengangukutan karbohidrat dan
mempengaruhi pertumbuhan buah sampai buah masak. Adanya kalium menyebabkan buah menjadi lebih kuat dan kualitasnya bertambah baik (Darjanto dan Satifah, 1982). Penelitian Ridho (2000) menyatakan pemberian KNO3 memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah malai bunga terbentuk pada tanaman mangga yang berdampak pada jumlah buah mangga yang terbentuk. Jumlah Pentil Kakao Layu Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan paclobutrazol tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah pentil kakao layu dari umur 0 MSP sampai 12 MSP (Lampiran 13). Tabel 3 menunjukkan ratarata jumlah pentil kakao layu pada lima taraf konsentrasi paclobutrazol dari umur 012 MSP. Dari Tabel 3 terlihat Perlakuan paclobutrazol 11,25 ml L-1 dapat menekan jumlah pentil kakao layu cukup besar di akhir pengamatan dibandingkan dengan awal pengamatan.
Tabel 3. Rata-Rata Jumlah Pentil Kakao Layu pada Lima Taraf Konsentrasi Paclobutrazol pada Umur 0-12 MSP (pentil/pohon) Umur (MSP) Konsentrasi Selisih Paclobutrazol 0 2 4 6 8 10 12 0 (kontrol) 10,2 10 11 18,8 13,4 10,4 13,2 3 3,75 ml L-1 9,6 6,4 4,6 6 5,6 6,2 8,4 -1,2 7,5 ml L-1 20,2 15,2 14 23,2 23 20,2 17,2 -3 11,25 ml L-1 10,2 7 6,8 7 6,6 9 6,4 -3,8 15 ml L-1 9,2 4,6 6 5,2 7,8 7,2 7,2 -2 Keterangan :
- Hasil transformasi log x yang angkanya telah dikembalikan ke data awal - Selisih merupakan hasil pengurangan 12 MSP – 0 MSP
Layu pentil merupakan gejala yang khas pada tanaman kakao. Pentil kakao layu tidak gugur melainkan tetap tergantung pada tanaman, akan tetapi pada percobaan ini dilihat pada Tabel 3 dan grafik jumlah pentil kakao layu setiap MSP yang disajikan di Gambar 4 terdapat jumlah pentil kakao layu yang mengalami penurunan di beberapa perlakuan. Gambar 4. Grafik Jumlah Pentil Kakao Layu pada Lima Konsentrasi Paclobutrazol
Berbagai faktor diduga dapat menyebabkan hal ini terjadi antara lain pemangkasan dan serangan penyakit busuk 43
Abdillah – Paclobutrazol untuk Menekan Layu Pentil Buah Kakao
buah yang disebabkan oleh Phytopthora palmivora sehingga pentil kakao layu tidak tetap tergantung pada tanaman. Pemangkasan merupakan pemeliharaan yang dilakukan oleh perusahaan sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Selama percobaan berlangsung terdapat satu kali pemangkasan produksi dan tiga kali pemangkasan pemeliharaan. Jumlah Pentil Kakao Sehat
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan paclobutrazol tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah pentil kakao sehat dari umur 0 MSP sampai 12 MSP (Lampiran 15). Dari Tabel 4 terlihat perlakuan kontrol dan paclobutrazol 7,5 ml L-1 memberikan peningkatan jumlah pentil kakao sehat yang cukup besar pada akhir pengamatan yaitu 21,4 dan 19,6 pentil/pohon.
Tabel 4. Rata-Rata Jumlah Pentil Kakao Layu pada Lima Taraf Konsentrasi Paclobutrazol pada Umur 0-12 MSP (pentil/pohon) Umur (MSP) Konsentrasi Selisih Paclobutrazol 0 2 4 6 8 10 12 0 (kontrol) 5,6 15,6 17 17 20,4 26,2 27 21,4 3,75 ml L-1 3,6 7,4 7,8 8 9,8 12,6 15,6 12 7,5 ml L-1 7 14,8 17 10,4 14,6 25,4 26,6 19,6 11,25 ml L-1 5,4 8,6 10,6 13,4 15 12 16,8 11,4 -1 15 ml L 3,6 8,2 9,8 13,6 12,6 15 15,8 12,2 Keterangan : -
- Hasil transformasi log x yang angkanya telah dikembalikan ke data awal Selisih merupakan hasil pengurangan 12 MSP – 0 MSP
Berdasarkan Tabel 4 dan grafik jumlah pentil kakao sehat yang disajikan pada Gambar 5, jumlah pentil kakao sehat pada berbagai perlakuan paclobutrazol dan kontrol cenderung meningkat dari 0 MSP sampai 12 MSP. Hal ini diduga disebabkan karena pemeliharaan yang dilakukan berupa pemberian pupuk buah majemuk yang mengandung berbagai unsur makro dan mikro pada 3 MSP diduga berpengaruh besar terhadap peningkatan jumlah pentil sehat yang tinggi pada perlakuan kontrol dibandingkan perlakuan lain.
Gambar 5. Grafik Jumlah Pentil Kakao Sehat pada Lima Konsentrasi Paclobutrazol
Salah satu unsur yang terdapat pada pupuk buah majemuk yang diaplikasikan oleh perusahaan sebagai bentuk pemeliharaan adalah boron. Boron
merupakan unsur mikro yang paling berperan dalam pembentukan bunga, pentil, dan buah muda pada kakao disamping unsur seng (zn). Boron berfungsi dalam metabolisme asam nukleat, karbohidrat, protein, fenol, dan auksin (Yuliasmara, dkk., 2011). Toatin (2006) dalam penelitiannya menyatakan pemberian unsur B tanpa paclobutrazol dapat meningkatkan jumlah pentil sehat rata-rata sebesar 13,14% dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian paclobutrazol dan B (kontrol) dan meningkatkan jumlah pentil kakao sehat sebesar 278 % dibandingkan kontrol pada 2-3 MSPP. Efektivitas Paclobutrazol dalam Menakan Layu Pentil Kakao Paclobutrazol dapat digunakan untuk menekan tingkat layu pentil buah kakao dan meningkatkan hasil buah kakao (Wahyudi dkk., 2008). Tingkat layu pentil perlu diketahui untuk mengetahui efektivitas pemberian paclobutrazol dalam menekan tingkat layu pentil pada buah kakao. Tingkat layu pentil pada kakao diketahui dengan menghitung presentase layu pentil kakao yaitu dengan membandingkan jumlah pentil kakao layu 44
Abdillah – Paclobutrazol untuk Menekan Layu Pentil Buah Kakao
terhadap jumlah pentil kakao terbentuk di setiap MSP. Tabel 5 menunjukkan tingkat layu pentil kakao yang cenderung sama
untuk setiap MSP baik kontrol maupun berbagai perlakuan paclobutrazol.
Tabel 5. Rata-Rata Presentase Layu Pentil terhadap Pentil Kakao Konsentrasi Paclobutrazol pada Umur 0-12 MSP (%). Umur (MSP) Konsentrasi Paclobutrazol 0 2 4 6 8 0 (kontrol) 63,90 44,03 44,59 53,13 44,02 3,75 ml L-1 72,87 46,85 38,16 43,24 36,46 -1 7,5 ml L 68,06 45,85 40,35 49,56 47,56 11,25 ml L-1 67,40 49,08 42,14 40,96 40,62 15 ml L-1 70,85 48,42 44,80 34,70 40,59 Keterangan :
-
Terbentuk pada Lima Taraf
10 36,87 33,49 47,28 46,92 40,87
12 42,60 34,60 35,79 28,59 38,00
Selisih -21,30 -38,27 -32,27 -38,81 -32,85
Selisih merupakan hasil pengurangan 12 MSP – 0 MSP
Gambar 6. Grafik Presentase Layu Pentil Kakao terhadap Pentil Terbentuk 0-12 MSP.
Gambar 6 menunjukkan tingkat layu pentil dari berbagai perlakuan baik kontrol dan paclobutrazol secara umum mengalami penurunan dan hanya sedikit berfluktuasi. Penurunan tingkat layu pentil ini diduga bukan disebabkan karena perlakuan paclobutrazol yang diberikan melainkan karena adanya aplikasi pupuk buah majemuk yang dilakukan pada 1 MSP oleh pihak kebun terlihat dari adanya penurunan tingkat layu pentil yang sangat besar untuk semua perlakuan baik kontrol maupun paclobutrazol di 2 MSP atau satu minggu setelah aplikasi pupuk buah majemuk. Berbagai perlakuan paclobutrazol tidak memberikan pengaruh nyata terhadap berbagai variabel pengamatan. Pemberian paclobutrazol seperti pemberian ZPT-ZPT lainnya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain umur tanaman, jenis tanaman, dan juga fenologi tanaman tersebut. Menurut Ridho (2000), efek paclobutrazol dalam menginduksi pembungaan dan pembuahan sangat
berhubungan dengan kondisi jaringan tanaman dan kondisi iklim. Paclobutrazol tidak akan memberikan efek yang nyata jika diaplikasikan pada masa puncak reproduktif tanaman. Pemberian pupuk buah majemuk yang dilakukan satu minggu setelah aplikasi paclobutrazol diduga sebagai penyebab pemberian paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pengamatan. Pemberian pupuk buah majemuk yang dilakukan bertujuan sama dengan pemberian paclobutrazol yaitu untuk memacu pertumbuhan reproduktif tetapi dengan cara kerja yang berbeda. Pengaruh pupuk buah majemuk lebih tampak dibandingkan dengan pemberian paclobutrazol dikarenakan pupuk buah majemuk disemprotkan lewat daun melalui stomata dan bekerja secara langsung untuk memacu pertumbuhan reproduktif sehingga efeknya lebih cepat dan efektif (Triwanto dan Syarifudin, 2007) dibandingkan paclobutrazol yang diaplikasikan melalui penyiraman dan diangkut secara akropetal melalui xylem menuju titik tumbuh yang bertujuan menghambat pertumbuhan vegetatif dan bekerja secara tidak langsung dalam memacu pertumbuhan reproduktif. KESIMPULAN 1. Tidak terdapat pengaruh pemberian paclobutrazol terhadap pengurangan tingkat layu pentil pada buah kakao. 2. Belum diperoleh konsentrasi paclobutrazol optimum yang paling 45
Abdillah – Paclobutrazol untuk Menekan Layu Pentil Buah Kakao
efektif menekan atau mengurangi tingkat layu pentil pada buah kakao. 3. Pemberian paclobutrazol sebaiknya dilakukan setidaknya satu minggu setelah pemberian pupuk. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z. 1985. Dasar-Dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Bandung: Penerbit Angkasa Chaney, W R. 2004. Growth Retardants: A Promising Tool for Managing Urban Trees. Foresty and Natural Resources Purdue University. Clack, T. 2001. Cacao (Theobroma cacao L.). Encyclopedia of Life. www.eol.org/pages/484592 (diakses 3 Maret 2014). Darjanto dan S. Satifah. 1982. Biologi Bunga dan Teknik Penyerbukan Silang Buatan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia. Direktorat Jenderal Perkebunan A. 2014. Luas Areal Kakao Menurut Provinsi di Indonesia, 2008 – 2012. Kementrian Pertanian Republik Indonesia. http://www.pertanian.go.id (diakses 2 April 2014). Direktorat Jenderal Perkebunan B. 2014. Produksi Kakao Menurut Provinsi di Indonesia, 2008 – 2012. Kementrian Pertanian Republik Indonesia. http://www.pertanian.go.id (diakses 18 Februari 2014). Direktorat Jenderal Perkebunan C. 2014. Produktivitas Kakao Menurut Provinsi di Indonesia, 2008 – 2012. Kementrian Pertanian Republik Indonesia. http://www.pertanian.go.id (diakses 18 Februari 2014). Dinas Perkebunan Jawa Timur. 2013. Pedoman Teknis Budidaya Kakao. Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timut. http://www.disbun.jatimprov.go.id (diakses 15 Juli 2014).
Food
Association Organization. 2012. Cacao Production by Country. http://faostat3.fao.org/faostatgateway/go/to/browse/Q/QC/E (diakses 18 Februari 2014). Gasperz, V. 1995. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Bandung: Penerbit Tarsito. Hlm 198-230. Hartati, R M., A. Prawoto., K. Dewi., dan Y. Astuti. 2007. Analisis Hubungan Antara Hormon Auksin, Giberelin, dan Sitokinin pada Perkembangan Buah Kakao dalam Mengatasi Layu Buah Muda Kakao (Theobroma cacao L.). Ringkasan Eksekutif Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2007. www.litbang.deptan.go.id/ (diakses 26 Oktober 2013). Kusumawati, A. 2010. Efektivitas Pemberian Paclobutrazol Terhadap Keseimbangan Pertumbuhan Dua Varietas Kacang Tanah. http://repository.ipb.ac.id (diakses 3 Nopember 2013). Mahmud, Z., E. Karmawati., M. Syakir., J S. Munarso., I K. Ardana., dan Rubiyo. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kakao. Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. http://perkebunan.litbang.deptan.go. id (Diakses 26 Februari 2013) Manik, A J. 2011. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Difenokonazol dan Ziram Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L). http://repository.ipb.ac.id (diakses 26 Oktober 2013). Maswadi. 2011. Agribisnis Kakao dan Produk Olahannya Berkaitan dengan Kebijakan Tarif Pajak di Indonesia. Jurnal Tek. Perkebunan dan PDSL Vol 1, No 2, Desember 2011, hal 23-30. MDAR. 2012. Paclobutrazol Review. Massachusetts Department of Agricultural Resources. http://www.mass.gov (diakses 3 Maret 2014).
46
Abdillah – Paclobutrazol untuk Menekan Layu Pentil Buah Kakao
Murray, P B. 1975. The Botany of Cocoa. Cocoa Third Edition. London: Longman Inc. Oktaviani, W. 2008. Peningkatan Produksi Buah Kakao (Theobroma cacao L.) Melalui Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Paclobutrazol Pada Berbagai Konsentrasi. http://repository.ipb.ac.id (diakses 26 Oktober 2013). Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. 2010. Panduan Lengkap Budi Daya Kakao. Jakarta: Agromedia Pustaka. Ridho, C. 2000. Studi Pembungaan Tanaman Mangga (Mangifera indica L.) dengan Aplikasi Paclobutrazol dan KNO3. UPN Jawa Timur. http://eprints.upnjatim.ac.id/ (diakses 15 Juli 2014). Rubiyo dan W. Amaria. 2013. Ketahanan Tanaman Kakao terhadap Penyakit Busuk Buah (Phytopthota palmivora Butl.). Jurnal Prespektif Vol. 12 Nomor 1, Juni 2013: 23-26. ISSN: 1412-8004. Runtunuwu, S., R. Mamarimbing., P. Tumewu., dan P. Sondakh. 2011. Konsentrasi Paclobutrazol dan Pertumbuhan Tinggi Bibit Cengkeh (Syzygium aromaticul (L.) Merryl & Perry). Jurnal Eugenia Vol. 17 Tahun 2011. Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3 Terjemahan “Plant Physiology 4th Edition”. Bandung: Penerbit ITB Bandung. Santoso, D. dan A. Rahmawan. 2002. Teknik Aplikasi dan Efektivitas Formula VGR untuk Penurunan Tingkat Layu Pentil Kakao. Jurnal Menara Perkebunan 70(1), 12-19. Saragih, R. 2013. Kakao Indonesia Optimis Nomor Satu di Dunia. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan. http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tp med (diakses 3 Maret 2014). Setyolaksono, M P. 2013. Fenomena Layu Pentil Pada Tanaman Kakao. Balai
Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Ambon. http://ditjenbun.deptan.go.id/ (diakses 3 Maret 2014). Tahir, F M., M. Ibrahim, and K. Hamid. 2002. Effect of Growth Retardants on Vegetative and Reproductive Growth Behavior of Mango (Mangifera indica L.). Journal of Biological Sciences 2 (11): 727-728, 2002. Toatin, W. 2006. Pengaruh Konsentrasi Paclobutrazol, Unsur Seng (Zn), dan Boron (Br) Terhadap Pertumbuhan Flush serta Perkembangan Pentil (Cherelle) dan Hasil Kakao (Theobroma cacao L.). http://repository.ipb.ac.id (diakses 26 Oktober 2013) Triwanto, J. Dan A. Syarifuddin. 2007. Pupuk Daun dan Media Tumbuh pada Anggrek Cattleya. Jurnal Tropika. 6 ( 2 ): 208. Wahyudi, T., T. R. Panggabean., dan Pujiyanto. 2008. Kakao Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta. Penebar Swadaya. Widiancas, A. 2010. Aplikasi ZPT NAA dan Unsur Mikro Untuk Mengatasi Layu Pentil (Cherelle Wilt) pada Kakao (Theobroma cacao L.) dengan Teknik Penyemprotan Buah. Universitas Sebelas Maret. http://eprints.uns.ac.id (diakses 26 Oktober 2013). Wood, G R. 1975. Cocoa Third Edition. London: Longman Inc Yuliasmara, F., S. Sukamto., A. Prawoto. 2011. Induksi Kekebalan Sistemik Untuk Mencegah Penyakit Pembuluh Kayu pada Bibit Kakao Melalui Aplikasi Boron dan Silikon. Jurnal Pelita Perkebunan Vol. 7 No.3, Desember 2011.
47