Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013
PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DRUGS ABUSE PREVENTIVE ACTION IN VOCATIONAL HIGH SCHOOL CURRICULUM Djuharis Rasul Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang Kemendikbud Jl Gunung Sahari Raya No.4A, Senen - Jakarta Pusat email:
[email protected] Diterima tanggal: 14/03/2013; Dikembalikan untuk revisi tanggal: 24/03/2013; Disetujui tanggal: 02/12/2013 Abstrak: Penelitian ini dilakukan tahun 2001, yang bertujuan untuk memperoleh data berkaitan dengan tingkat kepedulian kepala sekolah terhadap materi pencegahan penyalahgunaan narkoba di kurikulum sekolah menengah kejuruan dan bentuk pelaksanaannya, baik dalam dokumen kurikulum maupun kegiatan belajar-mengajar di depan kelas. Pemilihan sekolah dilakukan secara two-stage stratified random sampling dimulai dari menetapkan 14 provinsi, dimana setiap provinsi dipilih 1 kabupaten/kota. Pemilihan provinsi dan kabupaten/kota dilakukan secara random. Dari setiap kabupaten/kota dipilih 5 sekolah dengan kriteria baik, sedang, dan kurang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 81,54% kepala sekolah menengah kejuruan telah perduli dengan mencantumkan program pencegahan penyalahgunaan narkoba di perencanaan program sekolah, meskipun tingkat pelaksanaannya tidak terlalu tinggi. Hal ini tampak dari sumber ide untuk merencanakan program sekolah dan pengintegrasian program pencegahan penyalahgunaan narkoba dalam kurikulum sekolah masih kurang besar. Evaluasi yang dilakukan kepala sekolah terhadap guru, menunjukkan bahwa kegiatan penilaian untuk materi pencegahan penyalahgunaan narkoba juga jarang dilakukan. Di sisi lain, terungkap bahwa program pencegahan penyalahgunaan narkoba memiliki dampak positif. Oleh karena itu, program tersebut harus tetap dilanjutkan. Kata kunci: penyalahgunaan narkoba, pencegahan, perencanaan program sekolah, dan sekolah menengah kejuruan. Abstract: This study was conducted in 2001, which aims to obtain the data relating to the level of the principal concerns of the drug abuse prevention materials in vocational high school curriculum and its implementation both in document form curriculum and teaching and learning activities in the classroom. School selection conducted by a two-stage stratified random sampling, by seting up 14 provinces, which each province was selected one district/city. Selection of provincial and district/city was done randomly. From each district/city was selected 5 schools by criteria of good, moderate, and less. The results showed that 81.54% of vocational high school principals have been concerned on drug abuse prevention programs included in the school program planning, despite the implementation level is not too high. This is such an evident from a source of ideas for planning school programs and integration of drug abuse prevention programs in the school curriculum that is still not big enough. Evaluation that is done by principals to teachers, showed that the assessment for drug abuse prevention materials were rarely done. On the other hand, revealed that drug abuse prevention programs have a positive impact. Therefore, the program should keep continuing. Keywords: drug abusement, preventive action, school program planning, and Vocational High Schools.
514
Djuharis Rasul, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan
Pendahuluan
narkoba di Indonesia umumnya adalah pelajar.
Narkoba (narkotika dan obat/bahan berbahaya)
Lebih ironis lagi, di kalangan dokter pun terjadi
adalah suatu zat atau obat yang berasal dari
korban penyalahgunaan narkoba (Komunitas AIDS
tanaman atau bukan tanaman, baik yang dibuat
Indonesia, 2011).Jumlah tersebut lebih dipertegas
secara sintetis maupun semi sintetis. Zat atau
lagi oleh Hawari (2002) yang menyatakan bahwa
obat ini bila dikonsumsi dapat menyebabkan
fenomena penyalahgunaan narkoba itu seperti
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
fenomena gunung es. Angka yang sebenarnya
rasa dan dapat menimbulkan ketergantungan
menunjukkan sepuluh kali lipat dari jumlah
obat. Bahan ini bermanfaat di bidang pengobatan
penyalahgunaan yang ditemukan. Menurut Ali,
atau pelayanan kesehatan dan pengembangan
sejak tahun 2010 sampai tahun 2011 telah terjadi
ilmu pengetahuan (UU RI Nomor 22, Tahun 1997).
peningkatan kasus narkoba di Indonesia, yaitu
Dalam peraturan perundang-undangan tersebut
dari 26.000 kasus menjadi 29.000 kasus dengan
dijelaskan tentang pemanfaatan narkoba, yaitu
jumlah korban sebanyak 5 juta orang (Ali, 2012).
ha nya dapa t di guna kan unt uk k epenting an
Meningk atny a
jumlah
penyala hgunaan
pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan,
narkoba dari tahun ke tahun tentunya tidak dapat
termasuk kepentingan lembaga penelitian/pen-
dianggap masalah yang ringan, tetapi sebaliknya
didikan, sedangkan pengadaaan impor/ekspor,
hal ini dapat menjadi masalah besar bangsa,
per edar an d an p emak aiannya
karena korban penyalahgunaan narkoba sebagian
diat ur
oleh
Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan.
adalah generasi penerus bangsa.
Narkoba merupakan senyawa psikotropika
Siswa sekolah menengah kejuruan (SMK)
yang dipakai untuk kepentingan manusia di bidang
berada dalam usia menuju dewasa, kadangkala
medis, seperti pembiusan untuk menghilangkan
dalam mencari identitas diri anak tidak mau lagi
rasa sakit saat pasien hendak dioperasi atau
di bawah kendali orang tua. (Desmita, 2009).
di manf aatk an b agi kepe ntingan kedokter an
Pengalaman masa peralihan akan mempengaruhi
lainnya (http://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba).
hidupnya pada masa yang akan datang. Oleh
Keberadaan zat tersebut kini telah disalah-
karena itu, untuk mengurangi kemungkinan siswa
gunaka n ol eh b erba gai pihak y ang kura ng
menjadi korban penyalahgunaan narkoba, sangat
bertanggung jawab dalam bentuk penggunaan
dip erlukan pema hama n pi mpinan sekol ah,
salah satu atau beberapa jenis narkoba secara
pe ngintegr asia n ma teri ter sebut ke dal am
berkala atau teratur di luar kepentingan medis,
kurikulum sekolah, dan pembekalan pengetahuan
sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik,
tentang
psikis, dan gangguan fungsi sosial (Majalah
terhadap siswa SMK. Pemerintah melalui Kemen-
Tempo, 2013).
terian Pendidikan dan Kebudayaan telah mela-
Penyala hgunaan
dan
pere dara n
bahaya
peny alahguna an
narkoba
ge lap
kuk an upaya -upa ya p ence gaha n pe nyal ah-
narkoba merupakan permasalahan yang semakin
gunaan Narkoba di SMK melalui berbagai bentuk
marak, komplek, dan rumit yang dihadapi oleh
sosiali asasi
bangsa Indonesia akhir-akhir ini, karena dapat
pemberdayaan unit kesehatan sekolah (UKS) (Arif,
menimbulkan berbagai dampak negatif, terutama
2008)
pr ogra m
at au
k ampa nye
dan
di kalangan generasi muda seperti masalah
Atas dasar uraian tersebut, permasalahan
kesehatan, masalah sosial dan ekonomi, dan juga
yang timbul antara lain adalah: 1) sejauh mana
politik. Dari 3,2 juta korban penyalahgunaan
pengetahuan dan kepedulian kepala SMK tentang
narkoba di Indonesia, sekitar 1,1 juta di antaranya
pendidikan pencegahan penyalahgunaan nar-
adalah pelajar (Harian Kompas, 2008). Sementara
koba?, 2) bagaimana mengintegrasikan materi
itu, hasil penelitian Badan Narkotika Nasional
tersebut ke dalam dokumen kurikulum?, 3) model
menunjukkan bahwa 3,9 persen dari 40 orang
pem bela jaran sep erti apa yang lebi h cocok
yang meninggal dunia setiap hari akibat over
diberikan? Namun penelitian ini dibatasi hanya
dosis narkoba adalah kelompok pelajar (Harian
untuk mengukur pengetahuan dan kepedulian
Kompas, 2008). Dari dua hasil studi tersebut dapat
kep ala
dimaknai bahwa sasaran utama penyalahgunaan
pe nyal ahgunaan
SMK
terhadap
mat eri
nar koba
dan
pencegahan bag aima na
515
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013
mengintegrasikan materi pencegahan penyalah-
kayu, penghapus cair, dan aseton, cat, bensin yang
gunaan narkoba ke dalam dokumen kurikulum.
bila dihirup akan dapat memabukkan (The world’s
Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut,
digital library, 2013).
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
Berdasarkan proses pembuatannya, narkoba
1) sejauh mana pengetahuan dan kepedulian
terdiri atas: 1) proses alami, zat atau obat yang
kepala SMK tentang materi pencegahan penya-
diambil langsung dari alam, tanpa proses fer-
lahgunaan narkoba?, dan 2) bagaimana bentuk
mentasi atau produksi, contohnya ganja, kafein,
integrasinya dalam dokumen sekolah, termasuk
opium, kokain dll; 2) proses semi sintesis, zat atau
dokumen kurikulum?
obat yang diproses melalui fermentasi, contohnya morfin, heroin, alkohol dll; dan sintesis, zat atau
Kajian Literatur
oba t ya ng d ikem bang kan untuk ke perl uan
Apa itu Narkoba
kedokteran untuk tujuan menghilangkan rasa
Nar koba kad ang kala jug a di sebut NAPZA
sakit (analgesik), seperti petidin, metadone
(Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif), yaitu zat/
(physeptone), dipipanon (diconal) dan deks-
kelompok senyawa bila dimasukkan ke dalam
troprop akasifen (di stal gesi k) (K ementeri an
tubuh manusia, baik secara oral (melalui mulut),
Kesehatan RI, 2013).
dihirup, maupun melalui pembuluh darah dengan menggunakan jarum suntik, akan dapat meng-
Faktor penyebab peningkatan peredaran
ubah pikiran, suasana hati, atau perasaan, dan
narkoba di Indonesia
perilaku seseorang (UU No.22/1997). Narkoba
Ditinjau dari letak geografis, Indonesia merupakan
terdiri atas narkotika, psikotropika, dan bahan
Negara Archipelago (kepulauan) terbesar di dunia
adiktif lainnya
yang terdiri atas 13.000 pulau (Antara.news,
Narkotika adalah Zat yang dapat menye-
2013). Di setiap pulau tersebut terdapat sejumlah
babkan penurunan atau perubahan kesadaran
pelabuhan yang ikut memudahkan peredaran
dan menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri
narkoba. Secara ekonomis, bisnis narkoba dapat
(BNN, 2007 ). D enga n d emik ian, nar koti ka
mendatangkan keuntungan yang berlipat ganda
merupakan zat yang manakala dimasukkan ke
dan kemudahan memperoleh obat tersebut akan
dalam tubuh manusia akan dapat mempengaruhi
merangsang orang untuk melakukan bisnis ini.
keadaan psikologi seseorang seperti perasaan,
Selain itu, kemudahan budaya global masuk ke
pik iran, sua sana hati , yang be rakib at p ada
Indonesia melalui internet, TV, VCD, dan film tidak
perubahan perilaku si pemakai.
dapat dicegah, sehingga budaya tersebut dapat
Psikotropika merupakan zat atau obat yang
mempengaruhi perilaku generasi muda untuk
tidak termasuk dalam narkotika, baik alamiah
meniru dan mengadopsi sesuai kebutuhan dan
maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif
seleranya.
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
Faktor penyebab seseorang menjadi korban
aktivitas mental dan perilaku (UU No. 5/1997).
penyalahgunaan narkoba
Penggunaany a
deng an
Faktor penyebab penyalahgunaan narkoba terdiri
alkohol atau minuman lain sehingga menimbulkan
bi asanya
d icam pur
atas faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
efek yang sama dengan narkotika.
internal merupakan faktor yang berasal dari dalam
Zat adiktif lainnya adalah zat–zat selain
diri individu seseorang/seorang remaja. Remaja
narkotika dan psikotropika yang berpengaruh
berada dalam fase perkembangan atau peralihan
pada kerja otak (BNN, 2007). Hal ini sesuai dengan
dari kanak-kanak ke dewasa. Perubahan fisik yang
penjelasa n The world ’s d igi tal lib rary ya ng
terjadi akan menimbulkan perubahan psikologis
menyatakan bahwa zat ini berbahaya karena bisa
yang kadangkala menimbulkan rasa tertekan,
me mutuskan sya raf- sya raf dala m ot ak, di
tegang, resah, bingung, rasa tidak aman, sedih
antaranya rokok, kelompok alkohol, dan minuman
dan depresi. Selain itu, terjadi proses pencarian
la in y ang mema bukk an d an m enim bulk an
identitas diri diikuti oleh pencarian tokoh yang
ketagihan, Thiner, dan zat lainnya, seperti lem
akan dijadikan panutan (personifikasi).
516
Djuharis Rasul, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan
Keadaan psikologis remaja yang memiliki sifat
lingkungan sosial seperti tempat tinggal berada
ingin tahu/ingin mencoba atau golongan remaja
di daerah di mana memperoleh narkotika sangat
yang memiliki kepribadian lemah, mudah kecewa,
mudah karena pengedar yang mencari mereka.
kurang kuat menghadapi kegagalan, dan bersifat
Namun, penyebab ini tidak berlaku untuk
memberontak yang kadangkala memunculkan
setiap kasus, dalam kasus tertentu faktor-faktor
dorongan kuat untuk melawan apa saja yang
te rseb ut b ukan penyeb ab utama seseora ng
bersifat otoriter kalau tidak dibekali dengan nilai-
remaja menjadi penyalahguna narkoba karena
nilai yang baik akan mudah terjerumus sebagai
bisa saja anak dari keluarga harmonis menjadi
pemakai narkoba. Hal ini didukung oleh BNN yang
penyalahguna narkoba. Namun, semakin banyak
menyatakan perkembangan kepribadian yang
fak tor- fakt or d i at as, maka sem akin besar
lemah dan tidak terbiasa hidup mandiri dari hasil
kemungkinan seseorang menjadi penyalahguna
lingkungan keluarga yang terlalu memanjakan
narkoba.
anak atau sebaliknya terlalu dikekang karena hal ini akan membentuk kepribadian yang lemah dan
Pengaruh penggunaan Narkoba terhadap
ti dak mand iri akan mudah menj adi korb an
susunan saraf pusat manusia
penyalahgunaan narkoba. Selain itu, menggu-
Pertama, stimulan. Merangsang atau mening-
nakan narkoba juga dipakai sebagai salah satu
katkan kerja susunan syaraf pusat yang membuat
alternatif melarikan diri dari persoalan hidup (BNN,
pengguna merasa lebih segar, lebih waspada dan
2007).
lebih percaya diri (Kementerian Kesehatan RI,
Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari
2013). Hal ini didukung oleh artikel di The Ultimate
luar individu remaja seperti lingkungan keluarga,
Web-based Library yang menyatakan zat ini akan
lingkungan sosial teman sebaya/masyarakat,
memberikan stimulasi atau rangsangan antara
serta lingkungan sekolah. Remaja dari keluarga
ujung syaraf, sehingga beberapa zat terkumpul
yang kedua orang tuanya kurang memberikan
lebih banyak dari seharusnya, yang selanjutnya
perhatian/tidak punya waktu untuk berkomunikasi
si pemakai akan merasakan kekuatan dan rasa
dengan mereka karena sibuk bekerja untuk
senang berlebihan yang bersifat bersemangat,
memenuhi segala kebutuhan ekonomi keluarga,
gembira, berkhayal tinggi, percaya diri besar dan
kurangnya contoh teladan dari orang tua serta
mempunyai energi tak terbatas (The Ultimate Web-
kurangnya penanaman disiplin di rumah membuat
based Library, 2013).
anak-anak cenderung bebas melakukan apa saja.
Kedua, depresan. Menurunkan atau menekan
Pada saat perkembangan fisik dan psikologi
ke rja susunan syar af p usat . Be bera pa zat
remaja belum stabil tersebut maka dukungan
memberi efek perasaan gembira, rasa tenang dan
keluarga yang kuat merupakan faktor penting yang
nyaman, dan tertidur (Kementerian Kesehatan RI,
membuat remaja menjauhi penggunaan narkoba.
2013). Selanjutnya, zat ini akan menekan susunan
Selain itu, keinginan untuk mepersonafikasikan diri
syaraf pusat dengan akibat rasa tenang dan
de ngan tok oh i deal sa ngat kua t se hing ga
mengant uk (Tempo, 20 13). Dampak negatif
cenderung mengikuti trend dan gaya
penyalahgunaan penenang atau obat tidur adalah
tokoh ideal
tersebut. Dalam proses tersebut pergaulan di
kecenderungan penggunaan yang meningkat,
dal am l ingkungan keluarga ber alih menj adi
sehingga menimbulkan efek yang tidak diinginkan
pergaulan dengan teman sebaya sehingga selalu
seperti keberanian yang berlebihan karena
berupaya berkelompok, setiap anggota berusaha
kehilangan koordinasi gerakan, kesulitan berfikir,
dapat diterima menjadi anggota kelompok. Oleh
guncangan emosi sampai muntah, bahkan apabila
ka rena itu, re maja me ncob a me nyesuaik an
kelebihan dosis dapat menimbulkan kematian
tingkah laku dengan teman sebaya di kelompok
(Tempo, 2013).
tersebut. Kalau salah satu teman sebaya dalam
Ketiga, halusinogen. Menyebabkan terjadinya
anggota kelompok atau tokoh yang diperso-
halusinasi atau penyimpangan persepsi dari
na fika si t erse but suda h me njad i pe ngguna
kenyataan, sehingga menimbulkan gangguan
narkoba, maka remaja tersebut akan cenderung
persepsi pendengaran, persepsi penglihatan dan
menjadi pengguna narkoba baru. Faktor lain, yaitu
perasaan (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
517
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013
Pernyataan ini didukung oleh The Ultimate Web-
Ketergantungan
based Library yang menyatakan bahwa zat ini bila
Tahapan ket erga ntungan merupaka n ta hap
digunakan dapat menyebabkan halusinasi, yaitu
ekstrim dari ketagihan. Usaha untuk memperoleh
rangsangan pada pancaindera yang sebenarnya
narkoba secara teratur akan menjadi tujuan
tidak ada. Zat-zat tersebut juga akan mem-
utama dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya,
pengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otot-
kondisi fisik dan mental terus menerus menurun,
otot, urat syaraf dan organ lain, menimbulkan
hidup sudah kehilangan makna, yang dipikirkan
ma sala h di sum sum tul ang sert a ke mati an
hanyalah bagaimana cara memperoleh narkoba
mendadak karena denyut jantung mendadak
yang dibutuhkan (Kementerian Kesehatan RI,
meningkat cepat dan tidak beraturan sehingga
2013). Hal ini sesuai dengan penjelasan tentang
dapat mengakibatkan gagal jantung (The Ultimate
kesehatan di Smallcrab.com, tahap ketergan-
Web-based Library, 2013).
tungan fisi k da n psikis ada lah saat tub uh memerlukan jumlah narkoba yang makin banyak,
Tahapan penyalahgunaan narkoba
apabila pemakaiannya dikurangi atau diber-
Coba-coba
hentikan akan timbul gejala putus zat (withdrawal
Ke terg antungan ter hada p na rkob a te rseb ut
syimptom), sehingga selalu berusaha memperoleh
terjadi secara bertahap yang dimulai dari tahapan
narkoba dengan cara apapun (Smallcrab.com,
coba-coba atau lebih sering disebut tahapan
2013).
eksperimental pada saat berkumpul bersama teman sebaya (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Tanda-tanda awal Korban Penyalahgunaan
Ha l ini se suai dengan penj elasan t enta ng
Narkoba
kesehatan di Smallcrab.com di mana pada saat
Menurut Bud iman (20 06) tand a aw al d ari
pe rtam a
se seor ang yang menjad i korban kecanduan
me ncob a
me ngg unak an
narkoba
dirasakan enak, yang akhirnya akan ketagihan
narkoba sebagai berikut.
dan menjadi suatu kebiasaan. Hal ini biasanya
Pertama, tanda-tanda fisik. Kondisi fisik dan
juga terjadi pada pecandu rokok dan minuman
penampilan diri menurun ditandai dengan suhu
beralkohol. Keinginan untuk mencoba tersebut
badan tidak beraturan, jalan sempoyongan, bicara
bisa karena ajakan teman, rasa ingin tahu, dan
pelo (cadel), apatis (acuh tak acuh), mengantuk,
lain-lain atau bisa juga
digunakan sebagai jalan
agresif, sesak nafas, denyut jantung dan nadi
keluar lari dari permasalahan hidup, seperti
lambat, kulit terasa dingin, nafas lambat, mata dan
sedang sedih, frustasi, tidak ada teman untuk
hidung berair, menguap terus menerus, diare,
berbagi cerita, akhirnya menggunakan narkoba.
rasa sakit di seluruh tubuh, takut air sehingga
Setelah tahap coba-coba ini, sebagian akan
ma las mand i, k ejang, kesa dara n me nurun,
meningkat ke pemakaian yang sangat terbatas.
penampilan tidak sehat, tidak peduli terhadap
Untuk remaja pada tahap ini belum terlihat
kesehatan dan kebersihan, gigi tidak terawat dan
perubahan mendasa r yang terjad i sehi ngga
kropos, terdapat bekas suntikan pada lengan
remaja tersebut tetap masih bersekolah seperti
atau bagian tubuh lain pada pengguna dengan
biasa (Smallcrab.com, 2013).
jarum suntik (Budiman, 2006). Kedua, tanda-tanda ketika di rumah. Sikap
Ketagihan
dan tindak-tanduk di rumah berubah, ditandai
Pada tahap ini jenis dan dosis yang dipakai
dengan pembangkangan terhadap teguran orang
meningkat, termasuk bertambahnya pemakaian
tua dan tidak terbuka, tidak mau mempedulikan
ba han- baha n be resi ko t ingg i (K ementeri an
peraturan keluarga, mulai melupakan tanggung
Kesehatan RI, 2013). Hal ini sesuai dengan
jawab rutin di rumah, malas mengurus diri, sering
penjelasan tentang kesehatan di Smallcrab.com
tertidur dan mudah marah, sering berbohong,
lama-kelamaan penggunaan narkoba menjadi
banyak menghindar dari anggota keluarga lainnya
suatu kebiasaan. Gangguan fisik, mental dan
karena takut ketahuan bahwa ia adalah pecandu,
sosial yang diakibatkannya juga semakin nyata
bersikap kasar terhadap anggota keluarga lainnya
(Smallcrab, 2013).
dibandingkan dengan sebelumnya, pola tidur
518
Djuharis Rasul, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan
berubah, menghabiskan uang tabungannya dan
Ketiga, perawatan sekunder, yaitu pera-
selalu kehabisan uang, sering mencuri uang dan
watan dalam upaya penyembuhan (treatment).
barang-barang berharga di rumah, sering me-
Fase ini meliputi: 1) fase penerimaan awal (initial
rongrong keluarganya untuk minta uang dengan
inta ke) anta ra 1 –3 hari dengan mel akuk an
berbagai alasan, berganti teman dan jarang mau
pem erik saan fisik d an m enta l, d an 2 ) fa se
mengenalkan teman barunya tersebut, sering
detoksifikasi dan terapi komplikasi medik, antara
pulang lewat jam malam dan menginap di rumah
1–3 ming gu unt uk me lakuk an pengurangan
teman, sering pergi ke disko, mall atau pesta, dan
kete rgantungan ba han-bahan adik tif se cara
bil a di tany a si kapnya d efensif atau penuh
bertahap.
kebencian, sekali-sekali dijumpai dalam keadaan mabuk.
Keempat, perawatan tertier, yaitu upaya untuk merehabilitasi mereka yang sudah menjadi
Ketiga, tanda-tanda ketika di sekolah.
pemakai dan dalam proses penyembuhan untuk
Prestasi belajar di sekolah tiba-tiba menurun
mempersiapkan pengguna kembali bersosialiasi
secara tajam, perhatian terhadap lingkungan tidak
ke masyarakat. Tahap ini biasanya terdiri atas fase
ada, sering kelihatan mengantuk di sekolah, sering
stabilisasi, antara 3-12 bulan, yang dimaksudkan
keluar dari kelas pada waktu jam pelajaran
agar mantan penyalahguna narkoba mampu
dengan alasan ke kamar mandi, sering terlambat
mengembangkan kehidupan yang bermakna di
ma suk kela s se tela h ja m istira hat, mud ah
masyarakat. Tahap ini biasanya berupa kegiatan
tersinggung dan mudah marah di sekolah, sering
konseling, membuat kelompok-kelompok du-
berbohong, meninggalkan hobi-hobinya yang
kungan, mengembangkan kegiatan alternatif, dll.
terdahulu (misalnya kegiatan ekstrakurikuler dan
Program tersebut bertujuan untuk membina para
olahraga yang dahulu digemarinya), mengeluh
penyalahguna narkoba agar dapat pulih dari
karena menganggap keluarga di rumah tidak
ke terg antungannya
memberikan dirinya kebebasan, mulai sering
berbagai pendekatan serta nilai dan norma yang
berkumpul dengan anak-anak yang “tidak beres”
berlaku. Hal ini didukung oleh pernyataan dalam
di sekolah.
Pasal 39 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997
deng an
m engg unak an
Pencegahan penyalahgunaan narkoba dan
yang menyatakan bahwa rehabilitasi adalah
perawatan untuk remaja terdiri atas 4 (empat)
fasilitas pembinaan bagi penyalahguna narkoba
hal: Pertama, pencegahan internal, yaitu menyi-
dari segi medis, psikis dan sosial, yang diakukan
apkan mental individu remaja untuk mengatakan
oleh Menteri Kesehatan dan atau Menteri Sosial
tidak bila ditawari. Mendiskusikan masalah-
(UU No.5/1997).
masalah yang ditemui dalam kehidupan, sehingga
Perkembangan kondisi pasien narkoba dari
tidak terjebak dalam pelarian ke narkoba. Hal lain
tahun ke tahun menga lami perubahan, dari
adalah membuat kegiatan-kegiatan yang positif
pelayanan mental dan emosional ke arah penye-
dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan
lamatan hidup, pelayanan fisik, dan psikiatrik. Hal
kegiatan di lingkungan rumah, mulai mengajak
ini disebabkan karena banyak korban narkoba
siswa untuk merencanakan cita-citanya dan apa
yang sudah mengalami komplikasi medis (HIV-
yang harus dilakukan untuk mencapai cita-cita
AIDS, Hepatitis C dan B, TB-HIV) dan kasus-kasus
tersebut. Memilih teman bergaul yang dapat
psikiatrik makin meningkat sehingga program
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
rehabilitasi pun mengalami pergeseran, dari
untuk masa depan.
program TC (Therapeutic Community) kemudian
Kedua, perawatan primer adalah perawatan
ada proses modifikasi sesuai kondisi pasien. Hal
pada saat sebelum penyalahgunaan terjadi dalam
ini menuntut modifikasi dalam program terapinya.
be ntuk
inf orma si
Pada dasarnya tidak ada satupun program
mengenai b ahaya narkoba, dan pendekatan
pendidi kan,
pe nyeb aran
terapi yang bisa membuat para penyalahguna
melalui keluarga. Instansi pemerintah diharapkan
nar koba lep as d ari kete rgantung an. Tera pi
lebih banyak berperan pada tahap intervensi ini
narkoba memerlukan dukungan orang-orang
dengan memberikan informasi melalui berbagai
te rdek at, terutama ke luar ga k arena me m-
bentuk kepada remaja dan keluarga.
butuhkan perawatan dalam waktu yang cukup
519
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013
lama dan biaya yang tidak sedikit. Rehabilitasi
peredaran gelap narkoba (P4GN), serta kerja
tidak dapat memberikan jaminan kepada setiap
sama international (Brata, 2007). Selain itu,
pasien atau klien yang dirawat akan langsung
dilakukan kampanye anti narkotika oleh Mendik-
sembuh dari ketergantungan. Dalam rehabilitasi
nas, pelatihan dan penyuluhan bahaya narkoba,
digunakan pendekatan individual dan kelompok
mendirikan pusat rehabilitasi, melaksanakan
untuk menggali lebih jauh permasalahan utama
rintisan sekolah pencegahan/prevention penya-
yang dihadapi oleh pengguna dan mengarahkan
lahgunaan narkoba, termasuk mengirim wakil
yang bersangkutan untuk dapat menyelesaikan
untuk mengikuti ASOD (Asean Senior Officer Drug
masalahnya. Di sisi lain keinginan yang kuat atau
Matter) di Rangoon, Myanmar.
rasa ke tagi hanl ah y ang memb uat seor ang
Program
pencega han
peny alahguna an
individu sulit untuk lepas dari kecanduan, selain
Narkoba di SMK sebaiknya dibuat menjadi satu
diakibatkan karena si pengguna hidup di ling-
kesatuan dengan program manajemen pening-
kungan masyarakat yang mudah memperoleh
katan mutu berbasis sekolah yang terimple-
narkoba.
mentasikan dalam pengembangan, pelaksanaan,
Ol eh k arena pe nyeb ab peny alahguna an
dan evaluasi kurikulum. Oleh karena itu, pendi-
narkoba sangat kompleks, sehingga penanggu-
dikan pencegahan penyalahgunaan narkoba di
langannya pun tidaklah sederhana. Berbagai
SMK perlu diimplementasikan dalam bentuk
upaya telah banyak dilakukan oleh Pemerintah
sosialisasi kepada para pemangku kepentingan
dalam rangka memerangi narkoba oleh Badan
pendidikan (stakeholders) seperti komite sekolah,
Narkotika Nasional (BNN). Badan ini bertugas
dewan pendidikan kabupaten/kota dan provinsi,
me ngkoordi nasi kan
dal am
masyarakat, lembaga-lembaga, dan pember-
menyusun kebijakan dan pelaksanaannya di
dayaan usaha kesehatan sekolah (UKS). Sekolah
bidang penyediaan, pencegahan, pemberantasan
da pat mena namk an nila i-ni lai buda ya d an
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba
menyampaikan pengetahuan tradisional dan
(UU No 22/1997).
konvensional tentang bahaya penyalahgunaan
inst ansi
ter kait
BNN dalam operasionalnya di tingkat provinsi
narkoba kepada siswa-siswa. Hal ini sangat mem-
dilaksanakan oleh Badan Narkotika Provinsi (BNP)
bantu dalam membangun kesadaran akan isu
dan pada tingkat kabupaten/kota oleh Badan
tersebut yang dimulai dari sekolah ke lingkungan
Narkotika Kabupaten/Kota (BNK). Sampai saat ini
masyarakat. Pembelajaran tentang pengurangan
telah terbentuk 31 BNP dari 33 provinsi dan baru
narkoba di SMK bisa dilaksanakan dengan meng-
terbentuk 270 BNK dari 460 kabupaten/kota di
integrasikan materi narkoba ke dalam kompetensi
seluruh Indonesia. Sayangnya, baru sebagian kecil
inti dan kompetensi dasar yang bersifat nasional
dari BNP dan BNK tersebut yang mempunyai
atau dalam kegiatan ekstra-kurikuler dan pengem-
kantor sendiri dan mendapat anggaran dari APBD
bangan diri. Atau secara khusus mengembangkan
(Brata, 2007). Akibatnya, fungsi BNP dan BNK
dan menyelenggarakan pelatihan untuk pendi-
belum banyak terlihat. Kementerian Pendidikan
dikan penyalahgunaan narkotika di SMK.
dan Kebudayan sebagai anggota BNN juga memiliki tugas dan fungsi untuk melakukan pencegahan
Metode Penelitian
narkoba khususnya di lingkungan sekolah.
Populasi dan Sampel
Str ateg i na sional d iara hkan pad a te r-
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif,
wujudnya Indonesia bebas narkoba tahun 2015
yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau
mel alui peng urang an p ermintaan ( de ma nd
menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya
reduction), pengurangan sediaan (suply reduction),
(Irawan, 2002). Dalam hal ini, penelitian ini
dan pengurangan dampak buruk (harm reduction)
mengupayakan memperoleh jawaban terkait
yang ditunjang dengan program penelitian dan
dengan masalah-masalah yang timbul, sikap,
pengembangan, pemantapan koordinasi antar-
pandangan, dan kondisi objektif yang sedang
lembaga, pelibatan masyarakat dalam penya-
berlangsung dari aspek kepedulian dan penge-
lahgunaan, pencegahan, pemberantasan, dan
tahuan kepala SMK tentang penyalahgunaan
520
Djuharis Rasul, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan
narkoba di SMK dan strategi yang sudah pernah
Selanjutnya, pada tahap kedua, dari masing-
dila kukan untuk meng urangi w arga sek olah
masing provinsi tersebut dipilih secara acak 1
menjadi korban penyalahgunaan narkoba.
kabupaten/kota yang dijadikan sampel. Dari
Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh
masing-masing kabupaten/kota dipilih 5 (lima) SMK
SMK di Indonesia. Namun, karena keterbatasan
berdasarkan kriteria baik, sedang, dan kurang,
yang ada tetap memperhatikan keterwakilan
sebagai sampel penelitian. Namun, karena SMK
seluruh provinsi, sehingga dalam memilih SMK
yg ada sangat terbatas, sehingga untuk kabu-
yang dijadikan sampel penelitian digunakan
paten Maluku Tenggara diambil hanya 4 (empat)
metode two-stage stratified random sampling.
sekolah dan Kabupaten Sorong dan Keerom
Tahap pertama, dilakukan pemilihan 5 (lima)
masing-masing diambil 3 (tiga) sekolah. Studi ini
provinsi yang mewakili masing-masing Indonesia
dilaksanakan pada bulan Juli s.d bulan November
bagian Barat, Indonesia bagian Tengah, dan
tahun 2011.
Indonesia bagian Timur berdasarkan jumlah SMK yang ada di provinsi tersebut. Untuk Indonesia
Teknik Pengumpulan Data
bagian Timur, karena keterbatasan jumlah SMK
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan
yang ada, sehingga hanya diambil 4 provinsi.
data ini adalah kuesioner. Responden yang dipilih
Tabel 1. Sampel Responden No
Provinsi
Kabupaten/kota dan Jumlah SMK
Jumlah responden
Kabupaten Cirebon (2 SMK Baik; 2 SMK Sedang; dan
5 kepala sekolah
Indonesia Bagian Barat 1.
Jawa Barat
1 SMK Kurang) 2.
Jawa Timur
Kabupaten Bojonegoro (1 SMK Baik; 2 SMK Sedang;
5 kepala sekolah
dan 2 SMK Kurang) 3.
Sumatera Barat
Kabupaten Limapuluh Koto (2 SMK Baik; 1 SMK
5 kepala sekolah
Sedang; dan 2 SMK Kurang) 4.
Lampung
Kabupaten Tulang Bawang (1 SMK Baik; 2 SMK
5 kepala sekolah
Sedang; dan 2 SMK Kurang) 5.
Kalimantan Tengah
Kabupaten Palangkaraya (2 SMK Baik; 1 SMK Sedang;
5 kepala sekolah
dan 2 SMK Kurang) Indonesia Bagian Tengah 6.
Kalimantan Selatan
Kabupaten Tabalong (1 SMK Baik; 2 SMK Sedang; dan
5 kepala sekolah
2 SMK Kurang) 7.
NTB
Kabupaten Sumbawa Barat (2 SMK Baik; 1 SMK
5 kepala sekolah
Sedang; dan 2 SMK Kurang) 8.
Bali
Kabupaten Buleleng (2 SMK Baik; 2 SMK Sedang; dan
5 kepala sekolah
1 SMK Kurang) 9.
Sulawesi Tenggara
Kota Kendari (2 SMK Baik; 2 SMK Sedang; dan 1 SMK
5 kepala sekolah
Kurang) 10.
Sulawesi Utara
Kabupaten
Minahasa Selatan (1 SMK Baik; 2 SMK
5 kepala sekolah
Sedang; dan 2 SMK Kurang) Indonesia Bagian Timur 11.
Maluku Utara
Kabupaten Halmahera Utara (1 SMK Baik; 2 SMK
5 kepala sekolah
Sedang; dan 2 SMK Kurang) 12.
Maluku
Kabupaten Maluku Tenggara (2 SMK Baik; 1 SMK
4 kepala sekolah
Sedang; dan 1 SMK Kurang) 13.
Papua Barat
Kota Sorong (1 SMK Baik; 1 SMK Sedang; dan 1 SMK
3 kepala sekolah
Kurang) 14.
Papua
Kabupaten Keerom (1 SMK Baik; 1 SMK Sedang; dan 1
3 kepala sekolah
SMK Kurang) Jumlah
65 kepala sekolah
521
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013
diambil dari para pengambil kebijakan/pemangku
pence gahan nar koba sebanyak 16,92 % dan
kepentingan di tingkat satuan pendidikan, yaitu
kepala SMK yang tidak menjawab sebanyak
kepala SMK atau yang mewakili dengan jumlah
1,54%. Program pencegahan penyalahgunaan
total 65 orang dar i 14 kab upat en/k ota di
narkoba dilaksanakan melalui proses pembe-
Indonesia
laj aran dal am b entuk pe nget ahua n (t eori ). Namun, penyampaian pengetahuan akan lebih
Teknis Analisis Data
efektif jika peserta didik memperoleh pengayaan
Analisis data dilakukan dengan teknik analisis
secara faktual melalui pengamatan langsung
deskriptif kuantitatif sederhana (Arikunto, 1990)
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan jenis-
dengan menjumlahkan tanda centang yang diisi
jenis narkoba dan contoh konkrit akibat penya-
oleh kepala sekolah dalam bentuk angka. Hasil
lahgunaan penggunaan obat tersebut. Hal ini
pengukuran dalam bentuk angka-angka meng-
dapat dicapai dengan cara melihat tayangan video
gambarkan kualitas atau derajat kualitas dari
tentang jenis dan akibat penyalahgunaan obat
kenyataan dan eksistensi gejala yang diukur,
dimaksud atau dilakukan dalam bentuk “penyu-
untuk selanjutnya dicari besarnya persentase
luhan” dan kerja sama dengan instansi terkait
masing-masing kategori. Berdasarkan persentase
(misalnya polri, rumah sakit/puskesmas, dst).
dari hasil pengukuran kemudian dianalisis untuk menarik kesimpulan akhir.
Bagi 1,54% kepala sekolah yang tidak memberikan jawaban/merespon ada tidaknya pemberian materi tersebut, perlu diklarifikasi, apakah
Hasil Penelitian dan Pembahasan
mereka tidak memahami materi dimaksud atau
Program Kerja
belum sempat mempelajarinya sehingga kurang
Keberadaan program
menyadari pentingnya pembekalan hal tersebut
Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa sekolah
ke peserta didik. Dengan demikian, perlu di-
telah memprogramkan kegiatan pencegahan
lakukan trianggulasi kebenaran pemberian materi
penyalahgunaan narkoba, pencegahan penularan
ter sebut de ngan pihak sekol ah, sisw a, d an
penyakit melalui HIV/AIDS, dan kesehatan repro-
masyarakat/orang tua.
duksi dengan tingkat yang berbeda-beda. Hal tersebut ditunjukkan oleh jawaban responden
Program HIV/AIDS
terhadap masing-masing program sebagai berikut.
Program HIV/AIDS di dukung oleh 73,8 5% re sponden yang menyat akan sek olah tel ah membuat program tentang HIV/AIDS, namun
Punya Program 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
Tdk Punya
82%
sebanyak 23,08% responden tidak mempro-
Tdk Jawab
74%
gramkannya. Pengetahuan HIV/AIDS dimaksudkan untuk membekali peserta didik melakukan
71%
upaya pencegahan agar terhindar dari penyakit HIV/AIDS. Oleh karena itu, program ini perlu 26%
23%
17% 2%
3%
diperkenalkan kepada peserta didik sejak dini. Sebaliknya, keberadaan responden yang
3%
tidak merespon ada tidaknya program tersebut, yaitu sebanyak 3,07% menunjukkan bahwa program tersebut belum berjalan secara efektif
Grafik 1. Keberadaan Program Narkoba, HIV/ AIDS, dan Kesehatan Reproduksi
karena masih ada responden yang tidak mengetahuinya. Dengan demikian pelaksanaan penyele ngga raan program ter sebut kurang tep at sasaran dalam penyampaiannya atau media
Program Penyalahgunaan Narkoba tel ah
penyampaiannya hanya menggunakan metode
dirancang dalam bentuk program, hal ini didukung
ceram ah, sehi ngga aka n lebih efektif kalau
oleh responden sebanyak 81,54%, sedangkan
menggunakan program penyuluhan deng an
kepala SMK yang tidak mempunyai program
melibatkan berbagai instansi yang berkompeten,
Penyala hgunaan
522
nark oba
tersebut
Djuharis Rasul, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan
seperti Kementerian Kesehatan (pihak rumah
atas inisiatif sendiri sebanyak 27,69% dan yang
sakit atau puskesmas). Pemanfaatan nara sumber
tidak memberikan respon sebanyak 4,62%. Hal
di lingkungan nampaknya sudah menjadi kenisca-
ini menunjukkan bahwa perhatian kepala SMK
yaan dalam era pembelajaran yang efektif.
tentang pentingnya kegiatan ini masih belum terlalu besar sehingga tidak memprioritaskan
Program Kesehatan Reproduksi
program pencegahan penyalahgunaan narkoba
Program kesehatan reproduksi didukung oleh
sebagai program utama. Hal ini menunjukkan
70,77% responden dan sebaliknya masih ada
kepala SMK lebih berinisiatif untuk membuat dan
26,15% responden yang bel um me mpunyai
melaksanakan program lain seperti workshop
program tersebut, sementara sebanyak 3,08%
pengembangan kurikulum.
responden tidak memberikan respon. Hal ini mengind ikasikan
bahwa
Na mun, jik a di band ingk an p elak sana an
p enye leng gara an
program pencegahan penyalahgunaan narkoba
dipa hami secara
yang dilaksanakan berdasarkan inisiatif kepala
maksimal. Pembekalan materi ini sangat erat
SMK dengan berdasarkan inisiatif instansi lain,
kaitannya dengan siklus alami perkembangan
maka diperoleh: pelaksanaan berdasarkan inisiatif
tubuh manusia. Pengetahuan ini bagi peserta didik
kepala SMK adalah 27% agak lebih kecil jika
sangat bermanfaat untuk mengetahui masa-masa
dibandingkan dengan pelaksanaan program yang
kesuburan dirinya. Pemberian materi kesehatan
dibiayai oleh instansi lain seperti puskesmas
reproduksi merupakan pengetahuan yang saling
sebesar 27,6%, sedangkan pelaksanaan program
terkait dengan pencegahan tertularnya penyakit
berdasarkan instruksi dari dinas pendidikan
HIV/AIDS dan sekaligus materi tersebut saling
kabupaten/kota sebesar 25,8% dan pelaksanaan
melengkapi.
berdasarkan instruksi dari pemda dinyatakan oleh
program ter sebut be lum
Juml ah kepa la SMK yang m elaksanakan
19,6%. Hal ini menggambarkan perhatian kepala
program pencegahan penyalahgunaan narkoba
SMK untuk membuat program hampir sama
ternyata lebih besar dibandingkan dengan kepala
dengan perhatian dari instansi lain. Hal ini karena
sekolah SMK yang melaksanakan program HIV/
instansi lain memiliki program untuk mensosi-
AIDS maupun program kesehatan reproduksi.
al isasikan nam un t ida k punya resp onde n,
Kekurangperhatian tersebut disebabkan karena
sehingga sekolah lebih banyak menunggu ke-
dampak HIV/AIDS maupun program kesehatan
giatan dari instansi lain. Selain itu, materi publikasi
reproduksi tidak terlihat secara kasat mata,
untuk menunjukkan keunggulan sekolah cen-
sedangkan pengaruh narkoba akan dapat cepat
derung hanya berisi prestasi akademik seperti %
terlihat.
siswa yang lulus, jumlah piala yang diperoleh
Program
pencega han
peny alahguna an
dalam lomba olimpiade dll namun kurang berisi
narkoba sudah dilakukan berdasarkan inisiatif
keberhasilan dalam membentuk sikap/karakter
se ndir i di dukung oleh 67,69% resp onde n,
siswa.
sedangkan yang melaksanakan program bukan
Grafik 2. Sumber Inisiatif untuk Melaksanakan Program
523
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013
Anggaran
Grafik 3. Anggaran khusus
Penyelenggaraan program pencegahan penya-
Frekuensi Kegiatan dan Penambahan Waktu
lahgunaan narkoba dilaksanakan dengan meng-
Dari 81,5% kepala SMK yang melaksanakan
gunakan anggaran rutin sekolah didukung oleh
kegiatan pencegahan penyalahgunaan narkoba,
43,08% kepala sekolah, sedangkan sebanyak
61,54% kepala sekolah melakukan kegiatan
52,31% kepa la sekol ah m enya taka n ti dak
secara rutin setiap tahun dan sebanyak 36,92%
mendukung program ini sehingga tidak meng-
menyatakan kegiatan ini tidak dilaksanakan rutin
anggarkan dan tidak tertulis di dalam rencana
setiap tahun serta 1,56% kepala sekolah tidak
kegiatan dan anggaran rutin sekolah, serta se-
merespon. Hal ini menggambarkan 36,92% kepala
banyak 4,62% tidak merespon. Hal ini meng-
SMK ditambah 1,56% yang tidak menjawab cen-
gam bark an
de rung hanya a kan mel aksa naka n ke giat an
k egia tan
pencegahan
narkoba
sebagian tidak dimasukkan ke dalam perencanaan program sekolah.
selama ada bantuan dari pihak lain. Selain itu, program pencegahan penyalah-
Selain dari dana rutin sekolah, kegiatan ini
gunaan narkob a dil aksa nakan deng an ti dak
juga didanai dari sumber lain. Bila dibandingkan
menambah waktu belajar didukung oleh 78,46%
dengan sumber dana yang lain, maka dari ke-
kepala sekolah, sedangkan sebanyak 21,54%
seluruhan dana tersebut, 45,16% kepala sekolah
kepala sekolah menyatakan untuk menjalankan
memakai dana rutin, diikuti dukungan dana dari
progam ini memerlukan waktu tambahan. Dari
instansi/unit lain didukung oleh 27,42% kepala
21,54% kepala SMK tersebut masih melihat dan
sekolah, sedangkan 16,12% kepala sekolah
mempertimbangkan bahwa materi penyalah-
menyata kan memp erol eh d ana dari D inas
gunaan
Pendidikan dan 11,29% kepala sekolah menya-
langsung dengan beberapa kompetensi yang ada
takan memperoleh dana dari pemda.
di kurikulum. Dengan demikian, memerlukan waktu
nar koba
ter seb ut
t idak
khusus untuk mengajarkannya.
Grafik 4.
524
Frekuensi Kegiatan dan Keperluan untuk Penambahan Waktu Belajar
ber kait an
Djuharis Rasul, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan
Dokumen sekolah Mata pelajaran
Grafik 5. Integrasi Materi ke dalam Dokumen Kurikulum Program pencegahan penyalahgunaan narkoba
se dang kan pela ksanaan mel alui bim bing an
dilakukan dengan mengintegrasikannya ke dalam
konseling didukung oleh 35,25% kepala sekolah,
mata pelajaran didukung oleh 49,23% kepala
diikuti dengan melaksanakannya dalam kegiatan
sek olah dan se banya k 46,15% me nyata kan
ekstrakurikuler didukung oleh 23,77% kepala
dilakukan dengan cara lain, sedangkan sebanyak
sekolah dan dengan mengintegrasikan ke dalam
4,62% kepala sekolah tidak memberikan respon.
mata pelajaran muatan lokal didukung oleh
Hal ini menggambarkan bahwa 46,15% kepala
14,75% kepala sekolah.
sekolah yang melakukan dengan cara lain ditambah dengan 4,62% kepala sekolah yang tidak
Tutor
menjawab karena belum melaksanakan analisis
Keg iata n
konteks/substansi, sehingga diasumsikan bahwa
pe nyal ahgunaan nar kob a di lakukan deng an
ma teri penyala hgunaan nark oba tida k bi sa
mendatangkan narasumber dari luar didukung
diintegrasikan ke dalam kurikulum.
oleh 73,85% kepala sekolah, sedangkan seba-
pe nyul uhan
tentang
pencega han
Pelaksanaan program pencegahan penya-
nyak 24,62% kepala sekolah melakukan dengan
la hgunaan nark oba tersebut sel ain deng an
cara lain dan sebanyak 1,54% kepala sekolah tidak
mengintegrasikan ke dalam mata pelajaran, dapat
merespon. Sebagian kecil guru belum mengetahui/
juga dilakukan melalui kegiatan muatan lokal,
me ngua sai mate ri p eny alahguna an narkoba
ekstrakurikuler maupun bimbingan konseling. Bila
sehingga ketergantungan dengan narasumber
dibandingkan dengan strategi implementasi yang
dari pihak luar sekolah sangat diharapkan.
lai n, ma ka p engi nteg rasi an k e d alam ma ta
Narasumber untuk melaksanakan program
pelajaran didukung oleh 26,23% kepala sekolah,
pencegahan penyalahgunaan narkoba selain dari
Grafik 6.
Keperluan Narasumber
525
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013
luar sekolah sebenarnya dapat dilakukan melalui
memiliki SK dan KD. Hal ini menunjukkan pema-
tutor sebaya. Bila dibandingkan dengan nara-
haman muatan kurikulum secara umum masih
sumber yang lain, maka dilakukan dengan cara
belum dikuasai secara tuntas, sehingga kurang
mendatangkan narasumber dari luar didukung
mel ihat
oleh 72,72% kepala sekolah, sedangan dilakukan
narkoba sebenarnya dapat menjadi bagian dari
dengan tutor sebaya didukung oleh 27,27%
kompetensi beberapa mata pelajaran.
kepala sekolah.
bahwa
subst ansi
penyala hgunaan
Di dal am d okum en sekolah yang lai n,
Dokumen kurikulum sekolah yang mengan-
sebanyak 30,77% kepala SMK sudah memiliki
dung pr ogra m pe nceg ahan penyala hgunaan
silabus dan RPP bermuatan narkoba, namun
narkoba:
sebanyak 67,69% kepala SMK yang lain tidak
1.
Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar (SK/
memiliki silabus dan RPP. Hal ini disebabkan
KD) dan Silabus/Rencana Pelaksanaan Pem-
sekolah tidak melakukan analisis konten.
belajaran (RPP)
Grafik 7. Keberadaan Materi Penyalahgunaan Narkoba dalam SK/KD dan Silabus/RPP
Sebanyak 26,15% kepala SMK sudah memiliki SK
2.
da n KD yang be rmua tan nark oba, nam un
Bahan ajar yang digunakan untuk mengajarkan
Bahan ajar
sebanyak 72,31% kepala SMK yang lain tidak
narkoba berupa buku pelajaran umum didukung
Grafik 8. Penggunaan Bahan Ajar
526
Djuharis Rasul, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan
oleh 38,46% ke pala SMK, namun seb anyak
Kesesuaian antara muatan dalam bahan ajar
53,85% menyatakan tidak menggunakan buku
yang digunakan dengan kebutuhan peserta didik
pelajaran umum, sedangkan sebanyak 7,69%
sudah pas didukung oleh 56,92% kepala sekolah,
tidak menjawab. Hal ini disebabkan karena materi
se dang kan seba nyak 43 ,08 kepa la sekol ah
pe nceg ahan penyala hgunaan nar koba tid ak
menyatakan tidak sesuai. Hal ini disebabkan
tercantum menjadi muatan nasional, sehingga
karena materi ini tidak berlaku secara nasional,
buku pelajaran umum jarang sekali yang langsung
sehingga kebutuhan jenis materi yang diperlukan
mengintegrasikan ke dalam materi pembelajaran.
sangat tergantung akan kebutuhan sekolah itu
Bahan rujukan yang digunakan sebagai acuan
sendiri.
selain buku pelajaran juga menggunakan modul, buku panduan guru, dan buku referensi khusus
Penilaian
lain. Bila dibandingkan dengan rujukan yang lain,
Guru melakukan penilaian tentang pendidikan
maka penggunaan buku pelajaran didukung oleh
penyalahgunaan narkoba didukung oleh 44,62%
28,1% kepala sekolah, sedangkan 29,21% kepala
kepala sekolah, sedangkan sebanyak 55,38%
sekolah menyatakan guru merujuk pada buku
menyatakan guru tidak melakukan penilaian. Dari
panduan guru. Sebanyak 21,35% kepala sekolah
sejumlah guru yang melaksanakan penilaian,
menggunakan modul dan buku referensi khusus
diketahui bahwa penilaian yang mengintegrasikan
lain untuk menjadi sumber belajar.
ke dalam mata pelajaran didukung oleh 41,54% kepala SMK, sedangkan sebanyak 58,46% menya-
Kesesuaian
takan penilaian dilakukan secara terpisah. Tingkat kepentingan program Dampak dan kepentingan program Pendidikan penyalahgunaan narkoba berdampak positif terhadap perilaku peserta didik didukung oleh 75,38% kepala SMK, sedangkan sebanyak 24,62% kepala sekolah menyatakan pendidikan ini tidak berdampak pada perilaku peserta didik. Dari kepala sekolah yang merasakan dampak positif program ini beranggapan pendidikan penyalahgunaan narkoba penting dilakukan di sekolah dan hal ini didukung oleh 84,62% kepala
Grafik 9
Kesesuaian Program dengan Kebutuhan Siswa
sekolah, sedangkan sebanyak 15,38% menyatakan pendidikan ini tidak penting dilaksanakan
Grafik 10. Penilaian yang Dilakukan
527
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013
Grafik 11. Dampak dan Kepentingan Program
di sekolah. Kepala sekolah yang menjawab tidak
Dukungan yang diperlukan kepala sekolah untuk
penting, kemungkinan karena kasus-kasus siswa
menjaga keberlanjutan program selain dana juga
terlibat narkoba belum menonjol di sekolah
tenaga ahli, pelatihan, dan buku pelajaran/modul.
tersebut.
Bila dibandingkan dengan keperluan yang lain,
Program pendidikan ini perlu dipertahankan
maka kebutuhan akan dukungan dana dan buku
untuk dilaksanakan secara rutin di sekolah di masa
pelajaran/modul sama-sama dinyatakan oleh
datang didukung oleh 86,42% kepala sekolah,
25,1% kepala sekolah, sedangkan 25,57% kepala
sedangkan sebanyak 15,38% kepala sekolah
sekolah memerlukan pelatihan dan 24,2% kepala
me nyat akan program te rseb ut t idak per lu
sekolah memerlukan bantuan tenaga ahli dari luar
dipertahankan.
sebagai nara sumber.
Dukungan dan kendala
kendala dalam menjalankan pendidikan pence-
Sebanyak 73,85% kepala SMK menghadapi
Grafik 12.
528
Dukungan dan Kendala
Djuharis Rasul, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan
gahan penyalahgunaan narkoba. Namun se-
Simpulan dan Saran
banyak 26,15% menyatakan tidak menemui
Simpulan
kendala apa pun, karena belum melaksanakan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di
pr ogra m te rseb ut, sehingg a se kola h ya ng
atas, dapat disimpulkan hal-hal berikut. Pertama,
bersangkutan belum menemui kesulitan.
kepedulian kepala SMK yang ditandai dengan dicantumkannya kegiatan pendidikan pencegahan
Pembahasan
terhadap penyalahgunaan narkoba di program
Materi pendidikan pencegahan penyalahgunaan
kerja SMK masih lebih besar dibandingkan dengan
narkoba sudah diketahui oleh sebagian besar
kegiatan lain, seperti program HIV/AIDS dan
(81,54%) kepala SMK. Namun, baru 48,66%
program kesehatan reproduksi. Namun, inisiatif
memahami dan peduli dengan materi tersebut. Hal
untuk memasukkan materi pencegahan terhadap
ini terlihat dari presentase jumlah sekolah yang
penyalahgunaan narkoba ke dalam program seko-
sudah membuat program berdasarkan inisiatif
lah bukan seluruhnya datang dari kepala sekolah
sendiri sebesar 67,69%, pelaksanaan program
sendiri. Hal ini terlihat dari pelaksanaan program
yang ditunjang oleh anggaran rutin sebesar
pencega han peny alahguna an narkoba y ang
43,99%, keinginan supaya kegiatan dilakukan
dilaksanakan berdasarkan inisiatif kepala SMK
secara berkesinambungan 61,54%, dan masih
agak lebih kecil dibandingkan dengan inisiatif
dianggap perlunya penambahan waktu tersendiri
kegiatan yang dilaksanakan oleh puskesmas dan
21,54%. Hal ini menunjukan sebagian besar
hanya sedikit di atas pelaksanaan kegiatan yang
kepala SMK baru dalam batas mengetahui tetapi
dibiayai oleh dinas pendidikan kabupaten/kota,
belum memahami dan menyadari akan pentingnya
dan pemda. Kedua, kurang dari separuh kepala
kegiatan pendidikan penyalahgunaan narkoba
SMK yang sudah menyediakan anggaran rutin
tersebut.
unt uk m elak sana kan kegi atan pencega han
Walaupun begitu sebagian besar kepala SMK
te rhad ap p enya lahg unaa n na rkob a. K etig a,
(82,74%) menyatakan bahwa program kegiatan
kegiatan pencegahan terhadap penyalahgunaan
pencegahan terhadap penyalahgunaan narkoba
narkoba dilaksanakan oleh sebagian kepala SMK
berdampak positif (75,38%) dan minta dilanjutkan
dengan tidak mengubah jam belajar yang sudah
(86,42%) oleh sekolah secara rutin setiap tahun
ada. Ketiga, kurang dari separuh kepala SMK
dan patut dipertahankan. Sayangnya baru se-
melaksanakan kegiatan pencegahan terhadap
bagian (46,4%) kepala sekolah yang sudah
penyalahgunaan narkoba dengan mengintegra-
mengintegrasikan pencegahan terhadap penya-
si kan ke d alam mat a pe laja ran, sem enta ra
lahgunaan narkoba ke dalam dokumen KTSP serta
sebagian besar dilaksanakan melalui bimbingan
penilaian dilakukan oleh kurang dari separuh
konseling. Keempat, SMK dalam melaksanakan
(44,62%) guru-guru di SMK tersebut.
penyuluhan pencegahan terhadap penyalah-
Hampir sebagian besar responden (86,42%)
gunaan narkoba sangat memerlukan nara sumber
menyatak an k egiat an pe ncega han terha dap
dari instansi lain dan jumlah buku-buku sumber
penyalahgunaan narkoba memiliki kendala, yaitu
yang cukup banyak, karena kualitas buku yang
berupa dukungan dana, tenaga ahli, pelatihan,
ada sudah sesuai dengan kebutuhan peserta
dan sumber belajar/bahan ajar. Strategi pelak-
didik. Kelima, baru sebagian kecil SMK yang me-
sanaan
pencegahan
masukan materi pencegahan terhadap penya-
pe nyal ahgunaan nar kob a di lakukan deng an
kegi atan
pendidi kan
lahgunaan narkoba kedalam SK/KD dan silabus/
mendatangkan nara sumber (73,85%) baru diikuti
RPP maupun melakukan penilaian. Keenam,
melalui kegiatan bimbingan konseling (35,25%).
program kegiatan pencegahan terhadap penya-
Namun, kegiatan bimbingan konseling biasanya
lahgunaan narkoba berdampak positif, penting
dilaksanakan dalam tahap penyembuhan bukan
dilakukan di sekolah, dan patut dipertahankan.
dalam tahap pencegahan internal.
Kebelanjutan program ini memerlukan pelatihan, dukungan dana, dan buku pelajaran.
529
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013
Saran
penyalahgunaan narkoba. Oleh karena itu, perlu
Berdasarkan simpulan, beberapa hal yang dapat
pelatihan untuk meningkatkan kepercayaan diri,
disarankan yaitu: 1) Kepala SMK perlu mening-
baik kepala maupun guru-guru SMK. 3) Sebagian
katkan kepeduliannya terhadap bahaya penya-
besar guru masih belum memahami atau menin-
lahgunaan narkoba dengan menambah kegiatan-
daklanjuti peluang untuk mengembangkan sendiri
kegiatan baru ke dalam perencanaan program
sebagian dokumen kurikulum sekolah, sehingga
sekolah. Penambahan ini diikuti dengan penam-
diperlukan kegiatan penyadaran akan keperca-
bahan alokasi dana untuk menunjang kegiatan
yaan diri maupun workshop “bagaimana mema-
tersebut. 2) Kebutuhan akan nara sumber bukan
sukkan materi pencegahan terhadap penyalah-
merupakan hal yang utama, karena kompetensi
gunaan narkoba kedalam SK/KD dan silabus/RPP
yang dimiliki oleh guru sebenarnya sudah cukup
maupun melakukan penilaian”
unt uk
m enga jark an
p ence gaha n
te rhad ap
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Subijanto atas arahan, bimbingan, dan koreksinya terhadap penulisan artikel dengan judul: “Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan”, mulai dari draf sampai dengan dinyatakan layak terbit oleh tim editor Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Kebudayaan Balitbang Kemdikbud pada Vol 19, No. 4, Desember 2013,
ISSN
0215-2673, Terakreditasi LIPI Nomor: 438/AU2/P2MI-LIPI/08/2012.
Pustaka Acuan Ali, Marzuki. 2012. “Kata Sambutan dalam Pembukaan Pendidikan dan Pelatihan Relawan Pencegahan Dini Penyalahgunaan Narkoba bagi Kalangan Guru dan Pelajar Angkatan XLIII”, Yayasan pendidikan Pecawan Medan 16/6/2012. Antara.news.com. 2013. Hasil Survei Terbaru Jumlah Pulau Indonesia, http://www.antaranews.com/ berita/1282043158/hasil-survei-terbaru-jumlah-pulau-indonesia. Arif. 2008. Mendiknas Luncurkan Program Kampanye Anti Narkoba. http://www. Diknas-padang.org/ mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=12&artid=155. Diunduh tanggal 10 Oktober 2013. Arikunto, Suharsimi. 1990. Manajemen Penelitian. Jakarta, Rineka Cipta. Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. 2007. Pencegahan penyalahgunaan narkoba sejak usia dini. Badan Narkotika Nasional 2007. Brata PM. 2007. Penyalahgunaan, Pencegahan, Pemberantasan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), Kendala dan Implementasinya. SADAR. 1 (V) Maret 2007. Budiman AS. 2006.
Tanda Gejala Dini Korban Penyalahgunaan Narkoba. http://worldhealth-
bokepzz.blogspot.com/2012/04/tanda-gejala-dini-korban-penyalahgunaan.html. Diunduh tanggal 10 Oktober 2013. Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Panduan bagi Orangtua dan Guru dalam Memahami Anak Usia SD, SMP, dan SMA. Bandung: Rosda. Harian Kompas. 2008. 1,1 Juta Pelajar Korban Narkoba. Jumat 14 Maret 2008. Hawari, Dadang. 2002. Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA. Jakarta: /id.wikipedia.org/wiki/Narkoba diunduh tanggal 8 Mei 2013.
530
Balai Penerbit FKUIhttp:/
Djuharis Rasul, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan
Irawan. 2002. Logika & Prosedur Penelitian. STIA-LAN Press Jakarta. Jurnal, Medan Dipublikasi pada Monday, 25 April 2011 oleh shinta. http://www.aids-ina.org/ modules.php?name=News&file=article&sid=4061. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Aku Bangga Aku Tahu, Katalog dalam terbitan. Kementerian Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan tahun 2013. Komunitas AIDS Indonesia - Indonesian AIDS Community. 2011. http://aids-ina.org/ modules.php?name=AvantGo&file=print&sid=4061. Narkoba Kian Menjangkiti Generasi Muda Pulang dari Diskotek, Dokter Tewas Over. Jurnal Medan, 25 April 2011. Majalah Tempo. 2013. http://www.tempo.co/read/news/2004/07/30/05545767/70-Persen-PecanduNarkoba-Anak-Sekolah. Diunduh tanggal 26 Mei 2013. Smallcrab. 2013. Mengenal Narkoba dan Penyalahgunaannya http://www.smallcrab.com/anak-anak/ 547-mengenal-narkoba-dan-penyalahgunaannya diunduh tanggal 28 Mei 2013. The Ultimate Web-based Library. 2013.
Jenis Narkoba http://www.badungkab.go.id/
index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=625 The world’s digital library.
diunduh tanggal 29 Mei 2013.
http://www.scribd.com/doc/31982628/Narkoba-Adalah-Singkatan-Dari-
Narkotika-Dan-Obat diunduh tanggal 8 Mei 2013. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5, Tahun 1997 tentang Penyalahgunaan,
Pengedar, dan
Produsen Psikotropika. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 22, Tahun 1997, tentang Narkotika. Wordpress. 2009. Saatnya merdeka dari narkoba.
http://sawal99.wordpress.com/2009/ 04/29/
penanggulangan-narkoba/.
531