Jurnal Genta Mulia Volume VI. Nomor 1. Januari-Juni 2015, hlm 10-26
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN DEPRESI PADA SISWA Tita Menawati Liansyah 1) 1 email:
Abstrak Depresi merupakan salah satu kelainan psikiatri yang paling sering terjadi. Diperkirakan 20% anak dan remaja di seluruh dunia mengalami masalah kejiwaan termasuk depresi. Masalah ini dapat menjadi kronis dan mengarah pada ketidakmampuan individu dalam menjalankan kehidupan sehariharinya. Depresi dapat meningkatkan angka kesakitan, kematian, risiko bunuh diri, serta berdampak pada penurunan kualitas hidup pasien dan keluarga. Usia remaja merupakan demografi yang rentan mengalami depresi dan jika gangguan ini tidak ditangani dengan cepat akan mengakibatkan penyakit yang kronis dan lebih sulit ditangani. Kata Kunci: depresi, anak, pencegahan depresi, pengobatan depresi.
10
Jurnal Genta Mulia Volume VI. Nomor 1. Januari-Juni 2015, hlm 10-26
1.
emosional, labil, bahkan dapat membuat
Pendahuluan Remaja merupakan generasi penerus
depresi serta frustasi hingga berperilaku yang
bangsa yang memiliki peran penting di masa
merugikan baik bagi diri sendiri maupun orang
yang akan datang, diharapkan mereka mampu
lain (Sofia, 2009).
berprestasi dan mampu menghadapi tantangan-
Depresi merupakan gangguan mental
tantangan yang ada pada masa sekarang dan
yang
yang akan datang. Mengingat tugas penting
kehilangan minat terhadap kesenangan, merasa
yang harus diemban oleh remaja maka sejak
tidak berharga, merasa bersalah, gangguan
dini remaja harus sudah dipersiapkan baik
makan, penurunan energi, gangguan tidur, dan
secara mental maupun secara spiritual. Secara
kemampuan konsentrasi yang buruk. Masalah
mental
mampu
ini dapat menjadi kronis dan mengarah pada
dihadapi,
ketidakmampuan individu dalam menjalankan
remaja
memecahkan
diharapkan
masalah
yang
ditandai
dengan
penurunan
diantaranya kesulitan, hambatan, kendala dan
kehidupan
penyimpangan dalam kehidupan termasuk
meningkatkan
dalam kehidupan sosial sesuai dengan tugas
risiko bunuh diri, serta berdampak pada
perkembangan yang dilaluinya yang termasuk
penurunan kualitas hidup pasien dan keluarga.
didalamnya yaitu usaha penyesuaian diri untuk
Kejadian depresi ini banyak dialami oleh
secara aktif mengatasi stres dan mencari jalan
remaja. Di Amerika Serikat tahun 2010
keluar baru dari berbagai masalah yang
ditemukan 18 juta penduduk mengalami
merintanginya (Sarwono, 2011). Tugas-tugas
permasalahan depresi dan 20% nya adalah
perkembangan
sesungguhnya
dialami oleh remaja. Di Indonesia belum ada
dapat membuat remaja merasakan beban dalam
catatan pasti tentang jumlah remaja yang
kehidupannya. Sofia (2009) menyatakan bahwa
mengalami
pertumbuhan fisik masa remaja akan diikuti
Semarang,2010).
bagi
remaja
sehari-harinya. angka
Depresi
mood,
kesakitan,
depresi.
dapat
kematian,
(Dinkes
Kota
oleh adanya gejolak dan permasalahan baik
Kejadian depresi pada remaja ini akan
secara medis maupun psikososial. Hal ini
sangat berbahaya karena dapat berakibat pada
terjadi karena kondisi remaja yang sedang
sulitnya
mencari jati diri terhadap norma-norma baru
penurunan daya ingat, hilangnya semangat,
yang berlaku di dalam lingkungannya. Remaja
perasaan senang dan minat yang tentunya dapat
yang tidak mampu beradaptasi dengan peran
berimplikasi pada pelajaran di sekolahnya
barunya tersebut dapat membuat dirinya
(Yosep, 2007). Depresi dapat mengarah pada
remaja
untuk
konsentrasi
atau
11
Jurnal Genta Mulia Volume VI. Nomor 1. Januari-Juni 2015, hlm 10-26
usaha bunuh diri (Harris dan Lennings 1993),
(Davis, 2005). Cara ini merupakan penanganan
yang
orang
yang efektif bagi 70% dari mereka yang
meninggal setiap tahunnya. 86% dari mereka
menderita depresi (Dopheide, 2001). Hambatan
berada di negara-negara berkembang (WHO,
penanganan
2011).
kurangnya sumber daya, kurangnya pemberi
telah
menyebabkan
850.000
depresi
diantaranya
adalah
Penelitian WHO pada tahun 2000
bantuan yang memiliki pengetahuan dan
memperlihatkan bahwa depresi merupakan
keterampilan mengenai depresi, dan stigma
kontributor ke empat dari beban penyakit
sosial yang diasosiasikan pada penderita
global. Pada tahun 2020 diperkirakan depresi
gangguan mental termasuk depresi.
akan menanjak menempati ranking ke dua dari
Selama ini siswa yang mengalami
beban penyakit global yang menyerang semua
depresi jarang mendapatkan penanganan yang
umur, baik laki-laki maupun perempuan. Dan
serius oleh konselor sekolah. Bahkan banyak
pada tahun 2030 diperkirakan depresi akan
konselor sekolah belum mengenali tanda-tanda
menjadi penyebab utama bagi
terjadinya depresi pada siswanya. Hal ini
gangguan
kesehatan (WHO, 2011). Saat
ini
depresi
karena tanda-tanda depresi sering dianggap telah
menjadi
sebagai bagian dari pengalaman sehari-hari.
penyebab beban penyakit global pada kategori
Padahal respon guru terhadap penanganan
usia 15 – 44 tahun baik bagi laki-laki maupun
depresi siswa sangat terkait dengan pemahanan
perempuan. Diperkirakan 20% anak dan
mereka terhadap gejala dan penyebab masalah
remaja di seluruh dunia mengalami masalah
ini. Penelitian Kleftaras dan Didaskalou (2006)
kejiwaan termasuk depresi. Namun walaupun
pada siswa SD memperlihatkan hampir 30%
prevalensi depresi besar, hanya kurang dari
siswa di sekolah yang mereka teliti mengalami
25% dari mereka yang terdiagnosa depresi
gejala depresi yang tinggi namun guru tidak
memiliki akses pada penanganan yang efektif.
siap dan tidak memiliki keterampilan untuk
Jumlah lebih besar lagi adalah mereka yang
mengidentifikasi gejala ini sehingga mereka
tidak terdeteksi. Oleh karena itu depresi sering
tidak dapat memberi bantuan yang memadai.
juga disebut sebagai “The silent Epidemic”.
Guru cenderung melaporkan adanya gangguan
Sejauh ini penanganan depresi dilakukan
perilaku dan cenderung mencari penyebab
melalui konseling, psikoterapi dan pemberian
kesulitan siswa berasal dari luar konteks
obat, walaupun penyembuhan depresi melalui
sekolah. Berbeda dengan gangguan mental lain
obat bagi anak-anak masih kontroversial
misalnya skizoprenia dan gangguan kecemasan 12
Jurnal Genta Mulia Volume VI. Nomor 1. Januari-Juni 2015, hlm 10-26
yang tampak, gangguan depresi acapkali tidak
merupakan
terlihat dan hanya dianggap sebagai stress
meningkatkan depresi baik bagi mereka yang
karena situasi tertentu sehingga menyebabkan
melakukan bully, korban bully dan pada korban
konsekuensi yang tragis bagi penderita mau
tak langsung bullying.(Davis, 2005)
pun bagi msyarakat (Hodgkinson dan Prins, 2011).
faktor
resiko
yang
akan
Dengan melihat berbagai hal tersebut di atas yang menjadi faktor bagi meningkatnya
Demikian
juga,
berbagai
masalah
gejala depresi bagi siswa di sekolah, maka
disiplin di sekolah sering kali tidak dicurigai
menjadi tanggung jawab guru dan terutama
sebagai tanda dan gejala depresi, padahal
konselor sekolah untuk menyadari tanda-tanda
mungkin saja hal tersebut berkaitan misalnya
depresi dan menggali berbagai sumber yang
anak yang sering terlambat akibat gangguan
ada dalam masyarakat sekolah dan sekitar
tidur, gangguan kesehatan karena gangguan
sekolah
makan, menurunnya aktivitas sosial, dan
penanganan depresi.
gangguan prestasi belajar (karena konsentrasi
Definisi depresi
yang buruk) pada siswa. Sehingga sering kali
untuk
dapat
digunakan
dalam
Menurut WHO, depresi merupakan
siswa yang mengalami ini hanya dianggap
gangguan
siswa yang mengalami gangguan disiplin
munculnya gejala penurunan mood, kehilangan
sekolah dan depresi yang tidak ditangani
minat terhadap sesuatu, perasaan bersalah,
karena gejalanya tidak dikenali.
gangguan tidur atau nafsu makan, kehilangan
Selain tentang
Ujian
itu,
kebijakan
Nasional
pendidikan
membuat
siswa
mental
yang
ditandai
dengan
energi, dan penurunan konsentrasi (World Health Organization, 2010).
menghadapi tekanan mencapai sukses ujian
Depresi merupakan gangguan mental
sejak dini sebagaimana kita ketahui bahwa UN
yang serius yang ditandai dengan perasaan
telah dimulai sejak SD. Oleh karenanya
cemas dan sedih. Gangguan ini biasanya akan
memiliki kesadaran yang lebih tinggi terhadap
menghilang dalam beberapa hari tetapi dapat
kemungkinan stress yang dialami oleh anak-
juga berkelanjutan yang dapat mempengaruhi
anak dan remaja sebagai hasil dari kebijakan
aktivitas sehari-hari (National Institute of
yang berorientasi hasil sangat penting bagi
Mental Health, 2010).
konselor sekolah. Selain itu masalah bullying
Penyebab Timbulnya Depresi
juga merupakan salah satu fenomena lain yang
1. Faktor biologis
terkait dengan depresi di sekolah. Bullying 13
Jurnal Genta Mulia Volume VI. Nomor 1. Januari-Juni 2015, hlm 10-26
Banyak penelitian menjelaskan adanya abnormalitas
pada
dari
obat-obatan
tersebut
pasien-pasien
menunjukkan bahwa adanya suatu teori yang
dengan gangguan mood. Pada penelitian akhir-
berkaitan antara gangguan depresi dengan
akhir ini, monoamine neurotransmitter seperti
kadar serotonin (Rottenberg, 2010).
norephinefrin,
3. Gangguan neurotransmitter lainnya
histamin
biologis
efektifitas
dopamin,
merupakan
serotonin,
teori
utama
dan yang
Ach ditemukan pada neuron-neuron
menyebabkan gangguan mood (Kaplan, et al,
yang
2010).
korteks cerebrum. Pada neuron-neuron yang
2. Biogenic amines
bersifat kolinergik terdapat hubungan yang
Norephinefrin
dan
serotonin
terdistribusi
interaktif
secara
terhadap
menyebar
semua
sistem
pada
yang
merupakan dua neurotransmitter yang paling
mengatur monoamine neurotransmitter. Kadar
berperan dalam patofisiologi gangguan mood.
choline
a. Norephinefrin Hubungan gangguan
depresi
yang
abnormal
dimana
merupakan prekursor untuk pembentukan Ach norephinefrin berdasarkan
dengan
ditemukan abnormal pada pasien-pasien yang
penelitian
menderita gangguan depresi (Kaplan, et al,
dikatakan bahwa penurunan regulasi atau
2010).
penurunan
4. Faktor neuroendokrin
sensitivitas
dari
reseptor
α2
adrenergik dan penurunan respon terhadap antidepressan
yang
berperan
dalam
terjadinya
gangguan depresi (Kaplan, et al, 2010). b. Serotonin
Hormon
telah
lama
diperkirakan
mempunyai peranan penting dalam gangguan mood, terutama gangguan depresi. Sistem neuroendokrin
meregulasi
hormon-hormon
Penurunan jumlah dari serotonin dapat
penting yang berperan dalam gangguan mood,
mencetuskan terjadinya gangguan depresi, dan
yang akan mempengaruhi fungsi dasar seperti
beberapa pasien dengan percobaan bunuh diri
makan,
atau mengakhiri hidupnya mempunyai kadar
ketidakmampuan
cairan cerebrospinal yang mengandung kadar
perasaan senang. Tiga komponen penting
serotonin yang rendah dan konsentrasi rendah
dalam sistem neuroendokrin yaitu hipotalamus,
dari uptake serotonin pada platelet (Kaplan, et
kelenjar pituitari, dan korteks adrenal yang
al, 2010).
bekerja sama dalam feedback biologis yang
Penggunaan obat-obatan yang bersifat serotonergik pada pengobatan depresi dan
gangguan
tidur,nseksual,
dalam
dan
mengungkapkan
secara penuh berkoneksi dengan sistem limbik dan korteks serebral (Kaplan, et al, 2010). 14
Jurnal Genta Mulia Volume VI. Nomor 1. Januari-Juni 2015, hlm 10-26
5. Abnormalitas otak Studi
seseorang maka akan meningkat depresinya.
neuroimaging,
menggunakan
Self Esteem (harga diri) adalah penelaah
computerized tomography (CT) scan, positron-
individu terhadap perasaan kelayakan diri
emission tomography (PET), dan magnetic
(penting-tidak pentingnya diri). Penelaahan
resonance imaging (MRI) telah menemukan
harga diri yang rendah (low self esteem)
abnormalitas pada 4 area otak pada individu
memberi sumbangan terhadap depresi. Self
dengan gangguan mood. Area-area tersebut
esteem berkorelasi secara negatif dengan
adalah
hippocampus,
depresi. Semakin rendah self esteem seseorang
korteks cingulate anterior, dan amygdala.
akan semakin meningkat depresinya demikian
Adanya reduksi dari aktivitas metabolik dan
sebaliknya.
reduksi volume dari gray matter pada korteks
perceived stress yaitu tingkat dalam situasi
prefrontal, secara partikular pada bagian kiri,
mana kehidupan seseorang dinilai sebagai tidak
ditemukan pada individu dengan depresi berat
dapat diprediksi, tidak dapat dikontrol dan
atau gangguan bipolar (Kaplan, et al, 2010).
kelebihan beban. Variabel ini berkorelasi
korteks
prefrontal,
Variabel
selanjutnya
adalah
Berbagai penelitian pada siswa sekolah
positif dengan depresi. Persepsi tentang situasi
usia 9 – 17 tahun memperlihatkan berbagai
kehidupan yang negatif yang dipersepsikan
variabel
sebagai
yang
berkaitan
dengan
depresi.
Penelitian empiris terhadap siswa sekolah usia
kehidupan
yang
stress
akan
menurunkan mood (salah satu gejala depresi).
12 – 14 tahun yang dilakukan oleh Yarcheski
Hammen (2009) menyatakan bahwa
dan Mahon (2000) mengungkap variabel-
karena
depresi
variabel yang berkaitan dengan depresi yaitu
peristiwa-peristiwa yang membuat stress, maka
variabel endogenous yang berkaitan dengan
kita hendaknya mampu memahami konteks
depresi adalah state anxiety dan self-esteem
stress
sedangkan variabel exogenous adalah gender
ditemukan bahwa individu dengan sejarah
perceived stress. State anxiety adalah respon
depresi berkontribusi pada tingginya stres antar
emosional yang tidak permanen (transitory)
pribadi (dan stress lainnya). Bagi remaja
termasuk perasaan tegang, cemas terhadap
perempuan khususnya, terjadinya stres antar
kejadian buruk yang akan datang, nervousness,
pribadi
dan perasaan khawatir. Variabel ini berkorelasi
depresi, yang akan membentuk lingkaran setan.
secara positif dengan depresi. Dengan kata
Disfungsi antar pribadi pada awal masa remaja
lain, semakin tinggi tingkat state anxiety
memprediksi kemungkinan hubungan yang
itu
merupakan
sendiri.
akan
Dalam
memprediksi
respon
dari
penelitiannya
kekambuhan
15
Jurnal Genta Mulia Volume VI. Nomor 1. Januari-Juni 2015, hlm 10-26
maladaptif dengan teman sebaya, keluarga,
pada penderita depresi. Kesulitan belajar dapat
hubungan romantis, dan orangtua. Sedangkan
memprediksi perasaan tidak adequat sebagai
transmisi depresi dari satu generasi ke generasi
murid.
berikutnya
melibatkan
dimediasikan melalui perasaan tidak adequat
diwariskannya faktor depresi, tetapi juga
sebagai murid yang kemudian berkontribusi
kemungkinan bahwa orang dewasa muda yang
pada peningkatan gejala - gejala depresi.
depresi akan terperangkap dalam kehidupan
Gender menjadi faktor moderasi hubungan
perkawinan dan pengasuhan yang penuh
antara kesulitan belajar dan simptom depresi.
perselisihan yang kemudian akan meramalkan
Siswi yang memiliki tingkat kesulitan belajar
disfungsi bagi keturunan mereka dan membuat
diperkirakan akan terjadi peningkatan gejala
depresi terus-menerus bagi diri mereka sendiri.
depresi.
tidak
hanya
Lebih
jauh,
kesulitan
belajar
Locker dan Cropley (2004) secara
Hal ini membawa kita pada variabel
khusus menelaah perubahan yang terjadi
selanjutnya yang memiliki hubungan dengan
terhadap tingkat kecemasan, afek (emosi),
depresi yaitu variabel gender yang secara
depresi dan self esteem pada siswa-siswa
intensif telah banyak diteliti. Banyak penelitian
sekolah saat ujian sekolah yang penting seperti
memperlihatkan rentannya siswa perempuan
misalnya Ujian Nasional yang diselenggarakan
terhadap
di
dalam
psikososial, kerentanan perempuan terhadap
penelitian ini memperlihatkan bahwa siswa
depresi dibanding laki-laki adalah karena
perempuan menampilkan tingkat kecemasan
perempuan tersosialisasikan untuk lebih pasif,
yang lebih tinggi dan afek negatif saat sebelum
memiliki kebutuhan untuk tergantung pada
ujian, sedangkan siswa laki-laki dilaporkan
orang lain dan memiliki pengalaman akan rasa
memiliki self esteem dan afek positif yang
bersalah yang lebih besar. Hal ini sejalan
lebih tinggi dan tingkat depresi dan kecemasan
dengan penelitian Moran dan Eckenrode
yang lebih rendah bahkan seminggu sebelum
(1991) pada siswa usia 7 – 11 tahun. Mereka
ujian.
menemukan bahwa skor stress sosial pada
Indonesia.
Hasil
pengukuran
depresi.
Menurut
perspektif
Selain itu Kiuru, et al (2011) meneliti
perempuan berkorelasi tinggi dengan depresi
tentang pengaruh kesulitan belajar dengan
dan self esteem yang rendah namun tidak pada
peningkatan simptom depresif pada remaja dan
siswa laki-laki. Namun demikian bagi siswa
hasil penelitiannya memperlihatkan bahwa
laki-laki dukungan sosial berkorelasi dengan
kesulitan belajar memainkan peran penting
skor depresi yang rendah dan self esteem yang 16
Jurnal Genta Mulia Volume VI. Nomor 1. Januari-Juni 2015, hlm 10-26
tinggi namun tidak demikian halnya pada siswa
depresi menurun, maka konsep diri akan
perempuan.
semakin meningkat menjadi lebih positif.
Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Demikian
juga,
perilaku
internalisasi
Broderick dan Korteland selama tiga tahun
berhubungan dengan gejala depresif dan
(2004) terhadap siswa kelas empat sampai
rendahnya konsep diri (Montague et al, 2008).
kelas 6 (usia 9 – 12 tahun) menunjukkan
Klasifikasi Depresi
bahwa
siswa
yang
mengidentifikasi
diri
Gangguan depresi terdiri dari berbagai
sebagai maskulin dan feminin memiliki skor
jenis, yaitu:
depresi yang lebih tinggi dari pada mereka
1. Gangguan depresi mayor
yang mengidentifikasi diri sebagai individu
Adapun gejala-gejala dari gangguan
androgini. Remaja yang mengidentifikasi diri
depresi mayor meliputi terjadinya perubahan
sebagai feminin memiliki skor rumination yang
nafsu makan dan berat badan, perubahan pola
lebih tinggi dibanding mereka yang maskulin
tidur
dan androgini.
perasaan bersalah, dan pikiran untuk bunuh diri
Penelitian Knok, Carey dan Kim
dan
aktivitas,
(Kaplan, et al, 2010).
-17 memperlihatkan hubungan yang signifikan
2. Gangguan dysthmic
gender
dan
yang
Gejala-gejala dysthmia berlangsung
mengalami depresi memperlihatkan perilaku
lama dari gangguan depresi mayor yaitu
yang lebih agresif secara fisik dari pada siswi
selama 2 tahun atau lebih. Dysthmia bersifat
yang tidak depresif. Namun siswa yang
lebih berat dibandingkan dengan gangguan
mengalami depresi memperlihatkan perilaku
depresi
kurang agresif dibanding siswa yang tidak
gangguan ini masih dapat melakukan aktivitas
depresif. Hasil ini memperlihatkan bahwa
sehari-hari
depresi
Health, 2010).
merupakan
depresi.
faktor
Siswi
energi,
yang berlangsung setidaknya ± 2 minggu
(2003) mengenai agresifitas pada siswa usia 13
antara
kekurangan
resiko
bagi
agresifitas fisik bagi perempuan. Variabel lain
mayor,
tetapi
(National
individu
Institute
of
dengan
Mental
3. Gangguan depresi minor
yang juga berkaitan dengan depresi adalah
Gejala-gejala dari depresi minor mirip
konsep diri. Penelitian yang dilakukan terhadap
dengan gangguan depresi mayor dan dysthmia,
siswa usia 13 – 17 tahun menunjukan
tetapi gangguan ini bersifat lebih ringan dan
hubungan negatif yang kuat antara gejala
atau berlangsung lebih singkat (National
depresi dengan konsep diri negatif. Bila gejala
Institute of Mental Health, 2010). 17
Jurnal Genta Mulia Volume VI. Nomor 1. Januari-Juni 2015, hlm 10-26
Tipe-tipe lain dari gangguan depresi
Depresi dapat terjadi dari berbagai
adalah:
kalangan umur. Serkitar 7,8% dari setiap
4. Gangguan depresi psikotik
populasi mengalami gangguan mood dalam
Gangguan depresi berat yang ditandai dengan gejala-gejala, seperti: halusinasi dan
hidup mereka dan 3,7% mengalami gangguan mood sebelumnya (Barlow,1995).
delusi (National Institute of Mental Health,
Depresi mayor umumnya berkembang
2010).
pada masa dewasa muda, dengan usia rata-rata
5. Gangguan depresi musiman
onsetnya adalah pertengahan 20 (APA, (2000)
Gangguan depresi yang dipengaruhi
dalam Nevid et al, (2005)). Namun gangguan
oleh musim yaitu muncul pada saat musim
tersebut dapat dialami bahkan oleh anak kecil,
dingin dan menghilang pada musim semi dan
meski hingga usia 14 tahun resikonya sangat
musim panas (National Institute of Mental
rendah (Nevid et al, 2005).
Health, 2010).
3. Faktor Sosial-Ekonomi dan Budaya Tidak ada suatu hubungan antara
Faktor Resiko Depresi 1. Jenis Kelamin Secara
faktor sosial-ekonomi dan gangguan depresi umum
bahwa
mayor, tetapi insiden dari gangguan Bipolar I
gangguan depresi lebih sering terjadi pada
lebih tinggi ditemukan pada kelompok sosial-
wanita dibandingkan pada pria. Pendapat-
ekonomi yang rendah (Kaplan, et al, 2010).
pendapat yang berkembang mengatakan bahwa
Dari faktor budaya tidak ada seorang pun
perbedaan dari kadar hormonal wanita dan
mengetahui mengapa depresi telah mengalami
pria, perbedaan faktor psikososial berperan
peningkatan
penting dalam gangguan depresi mayor ini
spekulasinya berfokus pada perubahan sosial
(Kaplan, et al, 2010).
dan
Sebuah
dikatakan
diskusi
panel
yang
di
banyak
lingkungan,
disintegrasi
budaya,
seperti
keluarga
namun
meningkatnya
karena
relokasi,
diselenggarakan oleh American Psychological
pemaparan terhadap perang, dan konflik
Association
internal, serta meningkatnya angka kriminal
(APA)
menyatakan
bahwa
perbedaan gender sebagian besar disebabkan
yang
disertai
kekerasan,
seiring
dengan
oleh lebih banyaknya jumlah stres yang
kemungkinan pemaparan terhadap racun atau
dihadapi wanita dalam kehidupan kontemporer
virus di lingkungan yang dapat mempengaruhi
(Nevid et al,2005).
kesehatan mental maupun fisik (Nevid et al,
2. Umur
2003). 18
Jurnal Genta Mulia Volume VI. Nomor 1. Januari-Juni 2015, hlm 10-26
Akibat-Akibat Depresi pada Remaja
Pengobatan
Tidak tertanganinya masalah depresi pada masa remaja akan membawa konsekuensi besar
terhadap
Obat ini membantu mengurangi gejala-
negatif
gejala depresi dengan mekanisme mencegah
terhadap dukungan sosial (Yarcheski, dan
reuptake dari norephinefrin dan serotonin di
Mahon, 2001). Penelitian Vaske dan Gehring
sinaps atau dengan cara mengubah reseptor-
(2010)
dan
reseptor dari neurotransmitter norephinefrin
kenakalan remaja memperlihatkan depresi
dan seroonin. Obat ini sangat efektif, terutama
meningkatkan
dalam mengobati
depresi
mengenai
memiliki
efek
hubungan
penolakan
dan
1. Tricyclic Antidepressants
status
kesehatan
kesejahteraan
Pengobatan secara biologis
depresi
sebaya
yang
gejala-gejala
akut
dari
menyebabkan meningkatnya keterlibatan anak
depresi sekitar 60% pada individu yang
laki-laki pada kenakalan (delinquency). Hasil
mengalami depresi. Tricyclic antidepressants
lainnya adalah penggunaan narkoba merupakan
yang sering digunakan adalah imipramine,
faktor mediasi yang menghubungkan depresi
amitryiptilene, dan desipramine (Reus V.I.,
dan kenakalan pada remaja perempuan.
2004).
Hal-Hal
2. Monoamine Oxidase Inhibitors
yang
Mendukung
Penanganan
Obat lini kedua dalam mengobati
Depresi pada Remaja Dukungan sosial merupakan hal yang
gangguan depresi mayor adalah Monoamine
penting dalam mengurangi gejala depresi.
Oxidase
Namun demikian selama ini tampaknya gender
meningkatkan ketersediaan neurotransmitter
berpengaruh
dukungan
dengan cara menghambat aksi dari Monoamine
sosial yang diterima remaja. Penelitian Johnson
Oxidase, suatu enzim yang normalnya akan
et al (2011) terhadap remaja yang melakukan
melemahkan atau mengurangi neurotransmitter
tindak kriminal memperlihatkan pentingnya
dalam sambungan sinaptik (Greene, 2005).
terhadap
besarnya
dukungan keluarga, saudara dan keluarga besar
Inhibitors.
MAOIs
sama
MAO
Inhibitors
efektifnya
dengan
untuk penekan tingkat depresi pada remaja
Tricyclic Antidepressants tetapi lebih jarang
baik pada remaja laki-laki maupun remaja
digunakan
perempuan.
berbahaya (Reus V.I., 2004).
Namun
remaja
perempuan
karena
secara
potensial
lebih
mendapatkan lebih banyak dukungan sosial
3. Selective Serotonine Reuptake Inhibitors and
baik melalui keluarga, teman maupun keluarga
Related Drugs
besar dibanding anak perempuan. 19
Jurnal Genta Mulia Volume VI. Nomor 1. Januari-Juni 2015, hlm 10-26
Obat ini mempunyai struktur yang
mengobati gangguan depresi sekitar 50%-60%
hampir sama dengan Tricyclic Antidepressants,
individu yang mengalami gangguan depresi
tetapi SSRI mempunyai efek yang lebih
(Reus, V.I., 2004).
langsung
Pengobatan secara psikologikal
dalam
mempengaruhi
kadar
serotonin. Pertama SSRI lebih cepat mengobati
1. Terapi Kognitif
gangguan depresi mayor dibandingkan dengan
Terapi kognitif merupakan terapi aktif,
obat lainnya. Pasien-pasien yang menggunakan
langsung, dan time limited yang berfokus pada
obat
yang
penanganan struktur mental seorang pasien.
signifikan dalam penyembuhan dengan obat
Struktur mental tersebut terdiri dari cognitive
ini.
triad, cognitive schemas, dan cognitive errors
ini
akan
mendapatkan
efek
Kedua, SSRI juga mempunyai efek samping yang lebih sedikit dibandingkan
(C. Daley, 2001). 2. Terapi Perilaku
dengan obat-obatan lainnya. Ketiga, obat ini
Terapi perilaku adalah terapi yang
tidak bersifat fatal apabila overdosis dan lebih
digunakan pada pasien dengan gangguan
aman digunakan dibandingkan dengan obat-
depresi dengan cara membantu pasien untuk
obatan lainnya. Dan yang keempat SSRI juga
mengubah cara pikir dalam berinteraksi dengan
efektif dalam pengobatan gangguan depresi
lingkungan sekitar dan orang-orang sekitar.
mayor yang disertai dengan gangguan lainnya
Terapi perilaku dilakukan dalam jangka waktu
seperti: gangguan panik, binge eating, gejala-
yang singkat, sekitar 12 minggu (Reus, V.I.,
gejala pramenstrual (Reus, V.I., 2004).
2004).
4. Terapi Elektrokonvulsan
3. Terapi Interpersonal
Terapi ini merupakan terapi yang
Terapi ini didasari oleh hal-hal yang
paling kontroversial dari pengobatan biologis.
mempengaruhi hubungan interpersonal seorang
ECT bekerja dengan aktivitas listrik yang akan
individu,
dialirkan pada otak. Elektroda-elektroda metal
gangguan mood (Barnett & Gotlib, 1998:
akan ditempelkan pada bagian kepala, dan
Coyne, 1976). Terapi ini berfungsi untuk
diberikan tegangan sekitar 70 sampai 130 volt
mengetahui
dan dialirkan pada otak sekitar satu setengah
mengalami gangguan, dan para terapis dan
menit. ECT paling sering digunakan pada
pasien saling bekerja sama untuk menangani
pasien dengan gangguan depresi yang tidak
masalah interpersonal tersebut (Barlow, 1995).
yang
dapat
stressor
memicu
pada
terjadinya
pasien
yang
dapat sembuh dengan obat-obatan, dan ECT ini 20
Jurnal Genta Mulia Volume VI. Nomor 1. Januari-Juni 2015, hlm 10-26
Program Preventif / Pencegahan Depresi Akibat banyaknya dampak buruk yang
mereka dan untuk mempelajari cara belajar yang efektif (Reus V.I., 2004).
disebabkan oleh gangguan depresi maka dibuat
Sebagai gangguan yang bersifat silent
suatu pencegahan dalam menangani gangguan
epidemic, gejala-gejala depresi perlu diketahui
depresi pada individu-individu sebelum mereka
oleh semua orang terutama bagi mereka yang
mengalami
tersebut.
bekerja pada remaja. Davis (2005) menyatakan
Beberapa penelitian menerapkan terapi kognitif
bahwa intervensi pertama hendaknya bersifat
perilaku (CBT) dan terapi interpersonal yang
self education yang diikuti intervensi oleh
dapat
terjadinya
komunitas sekolah. Konselor sekolah memiliki
gangguan depresi pada individu-individu yang
tanggung jawab membantu siswa dan guru
mempunyai faktor resiko tinggi terjadinya
dengan
gangguan depresi, sebagai contoh CBT dapat
informasi berkaitan dengan perilaku siswa
digunakan untuk mencegah gangguan depresi
yang tidak biasa. Salah satu tujuan dari
pada individu-individu dengan pendapatan
pendidikan tentang depresi ini hendaknya juga
yang rendah, yang terpapar dengan stressor-
termasuk menghapuskan stigma yang berkaitan
stressor yang ada.
dengan gangguan mental karena stigma akan
gangguan
mencegah
depresi
onset
awal
memberikan
berbagai
sumber
Penelitian yang menjelaskan gangguan
mencegah siswa dan keluarganya mencari
depresi terjadi pertama kali pada masa remaja
bantuan. Seringkali, siswa yang memiliki
telah
untuk
gangguan mental mengalami ejekan dari
melakukan pencegahan awal pada anak remaja
teman-temannya. Konselor dapat membantu
yang mempunyai faktor resiko tinggi untuk
siswa-siswa ini untuk memahami apa yang
mengalami
gangguan
Sebagai
terjadi pada mereka, Corrigan (dalam Davis,
contohnya
anak
sudah
2005) menyebutkan bahwa mereka yang
meyakinkan
para
peneliti
depresi.
remaja
yang
menunjukkan gejala-gejala depresi ringan –
memiliki
sedang secara acak mendapatkan terapi CBT
mental akan kurang mengalami stigma. Namun
dan control group. Para remaja mendapatkan
Choi (dalam Davis, 2005) mengingatkan kita
terapi CBT sebanyak 15 sesi dalam suatu
bahwa gejala depresi dan keyakinan terhadap
kelompok-kelompok
gangguan mental berbeda-beda pada setiap
kecil
setelah
pulang
sekolah. Terapi ini berfungsi untuk membantu mereka menangani cara berpikir negative
pengetahuan
tentang
gangguan
budaya. Mengenai
komponen-komponen
program proventif terhadap depresi, Montague 21
Jurnal Genta Mulia Volume VI. Nomor 1. Januari-Juni 2015, hlm 10-26
et al (2008) mengatakan bahwa program ini
pada tiap situasi akan berbeda-beda. Oleh
juga perlu membidik multi komponen termasuk
sebab
beberapa dampak yang mengukur perubahan
perasaan tersebut (A = antecedent) tidak bisa
kognisi, antar pribadi dan perilaku yang
secara
merupakan mediator atau moderator depresi.
(konsekuensi=
Secara khusus Locker dan Cropley (2004)
Menurutnya, pikiran dan keyakinan tentang
mengingatkan akan perlunya bantuan berbasis
peristiwa (B = belief) merupakan mediator
sekolah yang secara pro aktif meningkatkan
yang penting yang akan memberi pengaruh
self esteem dan mengembangkan keterampilan
pada perilaku dan perasaan kita. Program ini
untuk menghadapi situasi stress khususnya
membantu
situasi menghadapi ujian.
pikiran, dan perasaan atau perilaku mereka.
Swarts, et al (2010) mengembangkan The
Adolescent
peristiwa
langsung
yang
mengaktifkan
dikaitkan emosi
remaja
dengan
dan
C
perilaku).
menghubungkan
antara
Remaja belajar bahwa mereka tidak membaca
Awareness
realitas secara langsung namun informasi yang
Program (ADAP). Ini merupakan kurikulum
mereka miliki itu akan diseleksi melalui sistem
mengenai
menengah
kepercayaan mereka dan bisa saja tidak akurat.
(program selama tiga jam). Hasil penelitian
Hal ini penting terutama bagi siswa yang
menunjukkan efektivitas program ini untuk
mengalami rasa tidak berdaya (helplessness)
menurunkan gejala depresi. Program preventif
dan
depresi lain dikembangkan oleh Chaplin et al
karena cara ini dapat menantang keyakinan
(2006) dengan nama The Penn Resiliency
mereka yang menimbulkan perasaan cemas dan
Program (PRP) yang khusus membidik siswa
putus asa.
depresi
Depression
itu
bagi
siswa
tidak
berpengharapan
(hopelessness)
perempuan. Program ini berhasil menurunkan
Program lain adalah Pisa Cognitive
perasaan tidak berdaya dan gejala depresif
Behavioral and Social Problem. Program ini
pada siswi peserta program. Menurut Gillham
didesain untuk mendidik dan mencegah gejala
dan Reivich (2004) program yang dilakukan
depresi pada anak dan remaja. Komponen
pada siswa usia 11 – 14 tahun ini dapat
kognitif
mendorong
didasarkan pada teori tentang depresi. Fokus
peningkatan
harapan
dan
dan
prilaku
adalah
pada
program
mengajarkan
ini
mencegah munculnya gejala depresi dan
program
siswa
kecemasan. Dasar dari program ini adalah
mengidentifikasi dan mengevaluasi pikiran-
model ABC yang dikembangkan oleh Albert
pikiran pesimistis dengan menggali berbagai
Ellies. Menurutnya cara tiap orang merespon
pikiran-pikiran alternatif dan menelaah bukti22
Jurnal Genta Mulia Volume VI. Nomor 1. Januari-Juni 2015, hlm 10-26
bukti pikiran tersebut. Program ini juga
kondusif bagi siswa agar dapat mencegah
mengajarkan berbagai keterampilan perilaku
timbulnya stress yang akan berkorelasi dengan
untuk
emosi.
depresi bagi siswa. Hal ini dapat dilakukan
Komponen pemecahan masalah dari program
dengan membangun sekolah yang ramah anak
ini membahas masalah-masalah antar pribadi
dengan
dan disiplin siswa yang seringkali muncul
terpenuhinya hak-hak anak melalui pendidikan
bersama
di
relaksasi
dan
depresi.
pengaturan
Siswa
diajarkan
keterampilan-keterampilan
asertif,
memperhatikan
sekolah
hubungan
serta
yang
dan
perlunya
bermakna
mendorong
membangun dengan
siswa
pengambilan keputusan dan cara menghadapi
terutama dengan siswa yang beresiko depresi.
masalah. Teknik-teknik kreatif dalam regulasi
Secara khusus, sekolah perlu memperhatikan
emosi juga dapat diterapkan sebagai usaha
tindakan-tindakan
pencegahan. Salah satu tekniknya adalah
terjadi di sekolah. Oleh karena itu sekolah
menulis ekspresif yang dikombinasikan dengan
perlu mendorong situasi dan hubungan guru-
psikoedukasi dan telah terbukti efektif untuk
murid
meningkatkan penyesuaian psikososial remaja
teladan bagi hubungan murid-murid yang lebih
(Horn, Possel dan Hautzinger, 2010). Program-
egalitar dan saling menghargai. Hodgkinson
program preventif ini dapat dilakukan dalam
dan Prins (2011) menyatakan bahwa depresi
bimbingan klasikal di kelas dalam layanan
merupakan konstruksi sosial. Menurut mereka
bimbingan dan konseling, dalam bimbingan
depresi merupakan respon normal perempuan
kelompok bagi sebagian siswa sebagai bagian
terhadap kondisi kehidupan dalam masyarakat
dari program layanan dasar, maupun sebagai
yang patriarkis. Depresi pada perempuan
program
merupakan produk dari kenyataan hidup
yang
didesain
tersendiri
dalam
yang
bullying
saling
yang
menghormati
mungkin
sebagai
pelatihan pengembangan kepribadian.
sehari-hari perempuan yang penuh tekanan
Pengembangan Kemampuan Konselor dan
akibat diskriminasi gender. Namun alih-alih
Sekolah yang Kondusif
menghadapi masalah sosial yang lebih besar,
Sekolah juga perlu mengembangkan
masyarakat cenderung melakukan medikalisasi
keterampilan guru dan konselor yang berkaitan
terhadap pengalaman stress perempuan dan
dengan penangan depresi melalui berbagai
menempatkan penyebab pada diri individu
pelatihan-pelatihan konseling untuk masalah
perempuan. Oleh karena itu untuk mencegah
khusus maupun keterampilan khusus. Selain
hal itu, maka sekolah perlu memberikan
itu, perlu dirancang situasi sekolah yang
dukungan pada kesetaraan gender di sekolah. 23
Jurnal Genta Mulia Volume VI. Nomor 1. Januari-Juni 2015, hlm 10-26
Untuk tujuan tersebut, maka konselor sekolah
Daftar Pustaka
perlu
Barlow D.H., Durand V.M., 1995, ‘Abnormal
mengembangkan
kemampuan
komunikasi dan perlunya bersikap pro aktif
Psychology’,
dalam menelaah depresi pada siswa dan
Publishing Company
keinginan-keinginan
bunuh
diri
yang
Broderick,
USA,
Patricia
C
Brooks/Cole
Dan
Korteland,
merupakan bagian dari gejala depresi. Sekolah
Constance. 2004. A Prospective Study
juga
perlu
komponen mendukung
turut dalam
bersama-sama
dengan
Of Rumination And Depression In
masyarakat
untuk
Early Adolescence. Clinical Child
penghapusan
Psychology And Psychiatry Vol 9 (3)
usaha-usaha
diskriminasi dalam berbagai bentuk.
359–394 Chaplin, Et Al. 2006. Depression Prevention
Kesimpulan Prevalensi depresi beberapa tahun
For Early Adolescent Girls A Pilot
mendatang akan menempati rangking tertinggi
Study Of All Girls Versus Co-Ed
bagi beban penyakit global. Sekitar 20%
Groups. Journal Of Early Adolescence,
penderita depresi terdiri atas anak/ remaja.
Vol.26 No. 1, 110-126
Sementara remaja memegang peranan penting
Davis, Noel M. 2005. Depression In Children
terhadap maju tidaknya pembangunan bangsa
And Adolescents. The Journal Of
di masa yang akan datang. Oleh karena itu
School Nursing. Vol 21, Number 6.
dalam menghadapi masalah depresi pada anak /
Dinkes Kota Semarang, (2010). Rekap laporan
remaja kita tidak boleh hanya fokus pada upaya
program
kurative atau pengobatan saja, melainkan harus
2010.
sudah dapat melakukan tindakan pencegahan / preventive
sedini
mungkin.
Mengingat
kesehatan
remaja
tahun
Dopheide, Julie A. 2001. Management of Depression
in
Children
and
seriusnya akibat yang ditimbulkan oleh depresi
Adolescents. Journal Of Pharmacy
ini maka seyogyanya penanganan depresi pada
Practice, Volume 14, Number 6
anak ataupun remaja harus melibatkan semua
Gillham, Jane Dan Reivich, Karen. 2004.
pihak terkait dan dilakukan secara sungguh –
Cultivating Optimism In Childhood
sungguh.
And Adolescence. Annals, Aapss, 591. Hammen,
Constance.
2009.
Adolescent
Depression : Stressful Interpersonal Contextsand Risk For Recurrence. 24
Jurnal Genta Mulia Volume VI. Nomor 1. Januari-Juni 2015, hlm 10-26
Current Directions In Psychological
Incidence and Teachers‟ Perceived
Science. Vol 18: 200 Harris, Tracey E Dan Lennings, Chris J. 1993. Suicide
Kleftaras, George dan Didaskalou, Eleni. 2006.
And
Adolescence.
Causation of Depression in Primary School
Childreen
in
Greece.
International Journal Of Offender
International School Psychology. Vol
Therapy
27 (3): 296- 314
And
Comparative
Criminology. Vol. 37(3): 363
Knox, Michele; Carey, Michael; Kim, Wun
Hodgkinson, Sarah dan Prins, Herschel. 2011.
Jung. 2003. Aggression In Inpatient
Perspectives on Depression, Gender
Adolescents The Effects Of Gender
and Crime: Depression Sometimes
And Depression. Youth & Society,
Masked, Missed and Misunderstood?.
Vol. 35 No. 2,: 226-242
The
Horn,
Journal
of
Community
and
Locker, Joanne Dan Cropley, Mark. 2004.
Criminal Justice. Vol 58(2): 137-154
Anxiety, Depression And Self-Esteem
Andrea
and
In Secondary School Children. School
Hautzinger, Martin. 2010. Promoting
Psychology International Vol. 25(3):
Adaptive Emotion Regulation and
333–345.
B;
Pössel,
Patrick
Coping in Adolescence : A School-
Mitchell C.W., Millet K.Murphy J.A., et a,
based Programme Journal of Health
USA,Lippincott William & Wilkins.
Psychology. Vol 16(2) 258–273
Montague,
Marjorie
Et
Al.
2008.
A
Kaplan, Saddock, 2007, ‘Kaplan&Saddock
Longitudinal Study Of Depressive
Synopsis of Psychiatry : Behavioral
Symptomology And Self-Concept In
Sciences/Clinical
Adolescents. The Journal Of Special
Psychiatry,
eds.
Grebb J.A., Pataki C.S., Sussman N.,
Education Volume 42 Number 2 : 67-
Kiuru, Noona; Leskinen, Esko; Nurmi, JariErik dan Salmela-Aro, Katariina. 2011. Depressive
symptoms
78 Moore, Richard G dan Garland, Anne. 2003.
during
Cognitive Therapy for Chronic and
adolescence: Do learning difficulties
Persistent Depression. England: Wiley
matter?
and Son Ltd.
International
Journal
of
Behavioral Development. Vol 35(4) 298–306
Moran, Patricia B dan Eckenrode, John. 1991. Differences in the Costs and Benefits of
Peer
Relationships
During 25
Jurnal Genta Mulia Volume VI. Nomor 1. Januari-Juni 2015, hlm 10-26
Adolescence. Journal of Adolescent
Adolescent
Research, Vol.6. No. 4: 396-409
Program.
National Institute of Mental Health, 2010, Depression
and
College
Students,
&
Mechanisms Lingking Depression to
‘Psikologi
Abnormal’,
Delinquency for Males and Females.
Jakarta,
Feminist Criminology. Vol 5 (1): 8 -
Erlangga.
28
NIMH, 2010, Depression, National Institute of Health,
available
from
http://www.nimh.nih.gov 2010,
Education
Vaske, Jamie dan Gehring, Krista. 2010.
Nevid J.S., Rathus S.A., Greene B., 2005,
NIMH,
Health
Education
Behavior, Vol. 37(1):11-22
NIMH,1-8.
Mental
Depression
Depression
Yosep,
Iyus
(2007).
Keperawatan
Jiwa.
Bandung : Refika Aditama. Yarcheski, Adela Dan Mahon, Noreen E. 2000.
and
College
A Causal Model Of Depression In
Students, National Institute of Mental
Early Adolescents. Western Journal Of
Health,
Nursing Research,Vol 22(8),879-894
available
from
http://www.nimh.nih.gov/health/trials/i ndex.shtml
Yarcheski, Adela Dan Mahon, Noreen E. 2001. Outcomes of Depression in Early
Reus V.I., 2000, ‘Mood Disorders’, dalam :
Adolescents.
Western
Journal
of
Review of General Psychiatry, ed.
Nursing Research. Vol 23 (4): 360-375
Goldman H.H., Singapore, McGraw
http://www.who.int/mental_health/man
Hill.
agement/depression/definition/en/
Rottenberg J., 2010, The Serotonin Theory of Depression Is Collapsing, Pyschology Today, 11-12. Sarwono, S.W. (2011). Psikologi remaja. Edisi revisi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Sofia, R. (2009). Peranan Keberfungsian Keluarga
pada
Pengungkapan
Pemahaman Emosi.
dan Jurnal
Psikologi. Swartz,
Karen
L.,
et
al.
Effectiveness
of
a
2010.
The
School-Based 26